• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFESI GURU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROFESI GURU"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

PROFESI GURU

Tugas ini untuk memenuhi salah satu persyaratan penilaian dari mata kuliah Etika dan Profesi Keguruan

Dosen : Andi Indra Sulestry,S.Pd,.M.Pd

Di susun oleh

1. YAYUK

(1501402132)

2. MELIANA

(1501402041)

3. SRI WAHYUNI (1501402029)

Semester / Kelas : IV/A

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULATAS KEGUARUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan nikmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “PROFESI GURU” Makalah ini mempunyai tujuan agar mahasiswa dapat mengetahui seperti apa itu profesi guru.

(3)

DAFATAR ISI

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...ii DAFTAR ISI...iii BAB_ PEMBAHASAN

A. Pengertian Profesi...1 B. Guru Sebagai Profesi...2 C. Guru Profesional...2 D. Organisasi Profesi Guru... BAB _ PENUTUP

A. Kesimpulan...12 B. Saran...12 DAFTAR PUSTAKA... MATERI

(4)

BAB

PEMBAHASAN A. Pengertian Profesi

Secara etimologi profesi dari kata profession yang berarti pekerjaan. Profesional artinya orang yang ahli atau tenaga ahli. Kata profesi idientik dengan kata keahlian. Jarvis via Yamin (2007: 3) mengartikan seseorang yang melakukan tugas profesi juga sebagai seorang ahli (expert). Pada sisi lain, profesi mempunyai pengertian seseorang yang menekuni pekerjaan berdasarkan keahlian, kemampuan, teknik, dan prosedur berdasarkan intelektualitas.

Sardiman (2009: 133) berpendapat secara umum profesi diartikan sebagai suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan lanjut dalam science dan teknologi yang digunakan sebagai perangkat dasar untuk diimplementasikan dalam kegiatan yang bermanfaat. Pengertian profesi menurut Sardiman ini dikuatkan dengan pengertian profesi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Menurut KBBI (2005: 897), kata profesi berarti bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dan sebagainya) tertentu.

Dari beberapa pengertian mengenai istilah profesi menurut Javis, Sardiman, dan KBBI, dapat disimpulkan bahwa profesi adalah suatu pekerjaan yang memerlukan keterampilan khusus untuk melakukannya. Karena dua kata kunci dalam istilah profesi adalah pekerjaan dan keterampilan khusus, maka guru merupakan suatu profesi. Hal ini dikuatkan dengan pendapat Uno. Menurut Uno (2008: 15), guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang kependidikan.

a. Syarat-syarat profesi.

Tidak semua pekerjaan disebut dengan profesi, hanya pekerjaan yang memenuhi syarat-syarat tertentulah yang disebut profesi. Menurut Syafruddin Nurdin ada sepuluh kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu pekerjaan agar dapat disebut dengan suatu profesi, yaitu:

(5)

3. Kebakuan yang universal

4. Kecakapan diagnostik dan kompetensi aplikatif 5. Otonomi

6. Kode etik 7. Klien

8. Berprilaku pamong 9. Pengabdian

10. Bertanggung jawab dan lain sebagainnya

Sementara Ahmad Tafsir mengemukakan kriteria/syarat sebuah pekerjaan yang bisa disebut profesi adalah sebagai berikut:

1. Profesi harus memiliki suatu keahlian yang khusus

2. Profesi harus diambil sebagai pemenuhan panggilan hidup 3. Profesi memiliki teori-teori yang baku secara universal 4. Profesi diperuntukkan bagi masyarakat

5. Profesi harus dilengkapi dengan kecakapan diagnostic dan kopetensi aplikatif

6. Pemegang Profesi memegang otonomi dalam melakukan profesinnya 7. Profesi memiliki kode etik

8. Profesi memiliki klien yang jelas 9. Profesi memiliki organisasi profesi

10. Profesi mengenali hubungan profesinya dengan bidang-bidang lain

B. Guru Sebagai Profesi

a. Makna Pendidikan, Posisi Guru, dan Fungsi Guru

(6)

tersentuh oleh pendidikan, pertumbuhan dan perkembangannya tidak optimal dan tidak sempurna, serta tidak mencapai tingkat kecerdasan yang diharapkan.

Fungsi guru dalam proses pendidikan adalah mengajar, mendidik, membina, mengarahkan, dan membentuk watak dan kepribadian sehingga manusia itu berubah menjadi manusia yang memiliki ilmu pengetahuan, cerdas, dan bermartabat. Oleh karena itu, tidak setiap orang dapat menjadi guru, tidak setiap orang dapat melaksanakan tugas guru. Guru memerlukan persyaratan profesional yang diperoleh melalui pendidikan yang dirancang khusus untuk itu sehingga dalam melaksanakan tugasnya, guru akan terhindar dari kesalahan. Alasannya, bila terjadi kesalahan, hal itu akan berakibat fatal terhadap masa depan peserta didik dan tentu saja amat merugikan dunia pendidikan. Dengan demikian, guru memerlukan pendidikan profesional yang dapat menghasilkan guru yang memiliki kemampuan profesional yang diisyaratkan oleh jabatan guru sebagai sebuah profesi.

b. Makna Guru sebagai Profesi

Profesi guru adalah jabatan profesional yang memiliki tugas pokok dalam proses pembelajaran. Uraian tugas pokok tersebut mencakup keseluruhan unsur proses pendidikan dan peserta didik. Tugas pokok itu hanya dapat dilaksanakan secara profesional bila persyaratan profesional yang ditetapkan terpenuhi. Adapun tugas guru sebagai profesi adalah sebagai berikut: 1. Membantu peserta didik untuk mengembangkan seluruh potensinya

sehingga tumbuh dan berkembang dengan total dan sempurna.

2. Membantu anak belajar sehingga kemampuan intelektualnya tumbuh dengan menguasai berbagai ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, nilai, dan sikap.

3. Menyampaikan berbagai ilmu pengetahuan kepada peserta didik dengan menggunakan pendekatan dan metodologi yang penuh dengan kreativitas sehingga kreativitas peserta didik tumbuh dan berkembang.

4. Menanamkan berbagai nilai-nilai dalam diri peserta didik sehingga melekat dan tumbuh menjadi satu dengan perilaku peserta didik setiap hari.

(7)

memiliki watak dan kepribadian tertentu yang diperlukan oleh masyarakat luas,

6. Mengajar peserta didik bagaimana berhubungan dengan orang lain, dan 7. Mengembangkan peserta didik menjadi orang yang berakhlak mulia.

c. Persyaratan Profesi Guru

Untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, efisien, dan efektif, guru harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Menguasai ilmu pendidikan, termasuk konsep, teori, dan proses, 2. Menguasai teaching learning strategies.

3. Memahami ICT dan menguasainya untuk diaplikasikan dalam proses pembelajaran, terutama untuk mendukung penerapan learning strategies yang dikembangkan oleh guru.

4. Menguasai developmental pcychology, psikologi anak, dan psikologi kognitif.

5. Menguasi teori belajar.

6. Memahami berbagai konsep pokok sosiologi dan antropologi yang relevan dalam proses pendidikan dan pertumbuhan anak. 7. Menguasai bidang studi tertentu yang relevan dengan tugasnya

sebagai guru pada jenjang persekolahan tertentu.

8. Memahami administrasi pendidikan, terutama tentang management of learning.

9. Menguasasi konsep dan prinsip pengembangan kurikulum. 10. Memahami dan menguasi pendidikan nilai.

11. Memahami proses dan dampak globalisasi serta implikasinya terhadap proses pendidikan peserta didik.

12. Memahami strategic environment yang berpengaruh terhadap proses pendidikan peserta didik,

(8)

C. Guru Profesional

Kata ‘’profesional’’ berasal dari kata sifat yang bersifat pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian seperti guru, dokter, hakim, dan sebagainya. Dengan kata lain pekerjaan yang bersifat professional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersipakan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakuakan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain.

Guru Profesional adalah guru yang memiliki komponen tertentu sesuai dengan persyaratan yang dituntut oleh profesi keguruan. Guru profesional senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan dalam interaksi belajar mengajar, serta senantiasa mengembangkan kemampuan secara berkelanjutan, baik dalam segi ilmu yang dimilikinya maupun pengalamannya. Sedangkan Profesionalisme guru adalah kemampuan guru untuk melakukan tugas pokoknya sebagai pendidik dan pengajar meliputi kemampuan merencanakan, melakukan, dan melaksanakan evaluasi pembelajaran

Guru yang profesional menjadi harapan kita semua, karena dengan adanya peningkatan kemampuan guru sehingga menjadi guru yang profesional diharapkan kualitas pendidikan di Indonesia mengalami peningkatan. Peserta didik perlu di didik dan di bina oleh guru-guru yang profesional sehingga kualitas/mutu yang dihasilkan akan lebih maksimal.

(9)

1. Mempunyai akhlak dan budi pekerti yang luhur sehingga mampu memberikan contoh yang baik pada anak didik.

2. Mempunyai kemampuan untuk mendidik dan mengajar anak didik dengan baik.

3. Menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan dalam interaksi belajar mengajar

4. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai bidang tugas.

5. Menguasai berbagai adminitrasi kependidikan ( RPP, Silabus, Kurikulum, KKM, dan sebagainya )

6. Mempunyai semangat dan motivasi yang tinggi untuk mengabdikan ilmu yang dimiliki pada peserta didik.

7. Tidak pernah berhenti untuk belajar dan mengembangkan kemampuannya.

8. Mengikuti diklat dan pelatihan untuk menambah wawasan dan pengalaman.

9. Aktif, kreatif, dan inovatif untuk mengembangkan pembelajaran dan selalu up to date terhadap informasi atau masalah yang terjadi di sekitar.

10. Menguasai IPTEK (komputer, internet, blog, facebook, website, dsb).

11. Gemar membaca sebagai upaya untuk menggali dan menambah wawasan.

12. Tidak pernah berhenti untuk berkarya (membuat PTK, bahan ajar, artikel, dsb)

(10)

14. Aktif dalam kegiatan-kegiatan organisasi kependidikan (KKG, PGRI, Pramuka)

15. Mempunyai sikap cinta kasih, tulus dan ikhlas dalam mengajar.

Berbagai upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru telah ditempuh oleh pemerintah, instansi pendidikan dan para guru tentunya. Adapun upaya untuk meningkatkannya adalah sebagai berikut;

1. Menempuh pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi sesuai kualifikasi akademik.

Hal ini berdasarkan Undang-Undang Guru dan Dosen bahwa guru untuk mendapatkan kompetensi profesional harus melalui pendidikan profesi dan guru juga dituntut untuk memiliki kualifikasi akademik minimal S-1 atau D4. Apalagi pada saat sekarang ini, perkembangan dunia pendidikan dan sistem pendidikan semakin meningkat. Dengan melanjutkan tingkat pendidikan diharapkan guru dapat menambah pengetahuannya dan memperoleh informasi-informasi baru dalam pendidikan sehingga guru tersebut mengetahui perkembangan ilmu pendidikan.

2. Melalui Program Sertifikasi Guru

Salah satu upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru adalah melalui sertifikasi dimana dalam sertifikasi tercermin adanya suatu uji kelayakan dan kepatutan yang harus dijalani seseorang, terhadap kriteria-kriteria yang secara ideal telah ditetapkan. Dengan adanya sertifikasi akan memacu semangat guru untuk memperbaiki diri, meningkatkan kualitas ilmu, dan profesionalisme dalam dunia pendidikan.

3. Memberikan Diklat dan pelatihan bagi guru

Diklat dan pelatihan merupakan salah satu teknik pembinaan untuk menambah wawasan / pengetahuan guru. Kegiatan diklat dan pelatihan perlu dilaksanakan oleh guru dengan diikuti usaha tindak lanjut untuk menerapkan hasil – hasil diklat dan pelatihan.

(11)

Guru hendaknya mempunyai kesadaran akan pentingnya membaca untuk mengembangkan wawasan dan pengetahuannya. Tidak lucu bukan kalau guru menyuruh murid-muridnya rajin membaca sedangkan gurunya enggan untuk membaca. Kita sebagai guru harus lebih serba tahu dibandingkan peserta didik. Untuk itu perlu digalakkan Gerakan Guru Membaca. Dalam hal ini guru bisa memanfatkan buku-buku atau media masa yang tersedia diperpustakaan, sekolah ataupun toko buku, atau bisa juga dengan mengakses internet tentang hal-hal yang berhubungan dengan spesialisasinya ataupun pengetahuan umum yang dapat menambah wawasannya.

5. Melalui Organisasi KKG (Kelompok Kerja Guru)

Salah satu wadah atau tempat yang dapat digunakan untuk membina dan meningkatkan profesional guru sekolah dasar di antaranya melalui KKG. KKG adalah wadah kerja sama guru–guru dan sebagai tempat mendiskusikan masalah yang berkaitan dengan kemampuan profesional, yaitu dalam hal merencanakan, melaksanakan dan menilai kemajuan murid.

6. Senantiasa Produktif Dalam Menghasilkan Karya-Karya Di Bidang Pendidikan.

Guru hendaknya memiliki kesadaran untuk lebih banyak menulis, terutama mengenai masalah-masalah pendidikan dan pengajaran. Hal ini termasuk salah satu metode untuk dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menuangkan konsep-konsep dan gagasan dalam bentuk tulisan. Setiap guru harus sadar dan mau melatih diri jika ia benar.

D. Organisasi Profesi Guru

(12)

Disamping PGRI yang salah satu organisasi yang diakui oleh pemerintah juga terdapat organisasi lain yang disebut Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang didirikan atas anjuran Departeman Pendidikan dan Kebudayaan. Sayangnya, organisasi ini tidak ada kaitan yang formal dengan PGRI. Selain itu ada juga organisasi profesional guru yang lain yaitu ikatan serjana pendidikan indonesia (ISPI), yang sekarang sudah mempunyai banyak devisi yaitu Ikatan Petugas Bimbingan Belajar (IPBI), Himpunan Serjana Administrasi Pendidikan Indonesia (HSPBI), dan lain-lain. Hubungannya secara formal dengan PGRI juga belum tampak secara nyata, sehingga belum didapatkan kerjasama yang saling menunjang dalam meningkatkan mutu anggotanya. Berikut ini jenis-jenis organisasi profesi kependidikan yang ada di Indonesia:

1. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)

PGRI lahir pada 25 November 1945, setelah 100 hari proklamasi kemerdekaan Indonesia. Cikal bakal organisasi PGRI adalah diawali dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) tahun 1912, kemudian berubah nama menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI) tahun 1932.

1. Tujuan utama pendirian PGRI adalah:

a. Membela dan mempertahankan Republik Indonesia (organisasi perjuangan)

b. Memajukan pendidikan seluruh rakyat berdasar kerakyatan (organisasi profesi) Pendirian PGRI sama dengan EI: “education as public service, not commodity”

c. Membela dan memperjuangkan nasib guru khususnya dan nasib buruh pada umumnya (organisasi ketenagakerjaan).

2. Makna Visi PGRI adalah:

a. Makna dari terwujudnya PGRI sebagai Organisasi Perjuangan :

1. Wahana mewujudkan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. 2. Wahana untuk membela, mempertahankan, dan melestarikan Negara

(13)

3. Wahana untuk meningkatkan integritas bangsa dalam menjamin terpeliharanya keutuhan, kesatuan, dan persatuan bangsa.

4. Berperan aktif memperjuangkan tercapainya tujuan nasional dalam

6. Wahana untuk memberikan perlindungan dan membela kepentingan guru dan tenaga kependidikan yang berhubungan dengan persoalan-persoalan hukum.

b. Makna dari terwujudnya PGRI sebagai Organisasi Profesi :

1. Wahana memperjuangkan peningkatan kualifikasi dan kompetensi bagi guru.

4. Wahana untuk melakukan evaluasi pelaksanaan sertifikasi, lisensi, dan akreditasi bagi pengukuhan kompetensi profesi guru.

5. Wahana pembinaan bagi Himpunan Profesi dan Keahlian Sejenis di bidang pendidikan yang menyatakan diri bergabung atau bermitra dengan PGRI.

6. Wahana untuk mempersatukan semua guru dan tenaga kependidikan di semua jenis, jenjang, dan satuan pendidikan guna mneningkatkan pengabdian dan peran serta dalam pembangunan nasional.

7. Wahana untuk mewujudkan pengabidan secara nyata melalui anak lembaga dan badan khusus.

(14)

pendidikan, dan atau organisasi kemasyarakatan umumnya dalam rangka peningkatan mutu pendidikan dan kebudayaan.

c. Makna dari terwujudnya PGRI sebagai Organisasi Ketenagakerjaan : 1. Wahana untuk memperjuangkan terwujudnya hak-hak guru dan tenaga

kependidikan

2. Wahana untuk memperjuangkan kesejahteraan guru yang berupa: imbal jasa, rasa aman, hubungan pribadi, kondisi kerja dan kepastian karier.

3. Wahana untuk mewujudkan prinsip dan pendekatan ketenagakerjaan dalam upaya meningkatkan harkat dan martabat guru melalui peningkatan kesejahteraan anggota.

4. Wahana untuk memperkuat kedudukan, wibawa dan martabat guru serta kesetiakawanan organisasi.

5. Wahana untuk membela dan melindungi guru sebagai pekerja.

6. Wahana untuk membina dan meningkatkan hubungan kerjasama dengan organisasi ketenagakerjaan baik lokal, regional maupun global.

d. Makna dari terwujudnya PGRI sebagai Organisasi yang Mandiri : 1. Menjalin kerjasama dengan semua pihak atas dasar kemitrasejajaran,

saling menghormati dan berdiri di atas semua golongan.

2. Menggali dan mengembangkan potensi baik sumber daya manusia maupun sumber daya keuangan dan sumber daya organisasi lainnya yang tidak tergantung dari pihak manapun.

3. Membangun transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan organisasi dengan menempatkan iuran anggota sebagai sumber utama pembiayaan organisasi.

e. Makna dari terwujudnya PGRI sebagai Organisasi yang Non Partisan : 1. PGRI tidak menjadi bagian dari partai politik manapun dan tidak

berafiliasi dengan partai manapun.

(15)

3. PGRI selalu menjalin hubungan baik dengan seluruh partai dan komponen masyarakat dalam memajukan pendidikan nasional.

3. Misi PGRI adalah:

a. Menjaga, mempertahankan, dan meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa, membela dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, serta mewujudkan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.

b. Berperan aktif dalam pembangunan nasional di bidang pendidikan dan kebudayaan yang berlandaskan asas demokrasi, keterbukaan, pengakuan terhadap hak asasi manusia, keberpihakan pada rakyat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

c. Mengembangkan dan meningkatkan kompetensi, profesionalisme dan kesejahteraan anggota.

d. Melaksanakan, mengamalkan, mempertahankan dan menjunjung tinggi kode etik profesi guru Indonesia.

e. Membangun sikap kritis terhadap kebijakan pendidikan yang tidak memihak kepada kepentingan masyarakat.

f. Melaksanakan dan mengelola organisasi berdasarkan tata kelola yang baik (good govermance).

g. Memperjuangkan perlindungan hukum, profesi, dan kesejahteraan anggota PGRI.

h. Mewujudkan PGRI sebagai organisasi profesi yang mempunyai kewenangan akreditasi, sertifikasi, dan lisensi pendidik dan tenaga kependidikan.

i. Memperkuat solidaritas, soliditas, demokratisasi, dan kemandirian organisasi di semua level/tingkatan.

j. Menyamakan persepsi, visi, dan misi para guru/pendidik dan tenaga kependidikan sebagai pilar utama pembangunan pendidikan nasional.

(16)

2. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)

MGMP merupakan suatu wadah asosiasi atau perkumpulan bagi guru mata pelajaran yang berada di suatu sanggar/kabupaten/kota yang berfungsi sebagai sarana untuk saling berkomunikasi, belajar dan bertukar pikiran dan pengalaman dalam rangka meningkatkan kinerja guru sebagai praktisi/perilaku perubahan reorientasi pembelajaran di kelas (Depdiknas, 2004: 1).

Menurut Mangkoesapoetra (2004:1) MGMP merupakan forum atau wadah professional guru mata pelajaran yang berada pada suatu wilayah kebupaten/kota/kecamatan/sanggar/gugus sekolah.

Adapun Tujuan yang diselenggarakannya MGMP menurut pedoman MGMP (2004: 2) adalah: upaya mewujudkan pembelajaran yang efektif dan efisien.

b) Mengembangkan kultur kelas yang kondusif sebagai tempat proses pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikkan dan mencerdaskan siswa.

c) Membangun kerjasama dengan masyarakat sebagai mitra guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. (Depdiknas, 2004: 2)

Menurut Mangkoesapoetra (2004: 2) tujuan diselenggarakannya MGMP adalah untuk:

a) Memotivasi guru, meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam merencanakan, melaksanakan dan membuat evaluasi program pembelajaran dalam rangka meningkatkan keyakinan diri sebagai guru profesional.

(17)

c) Mendiskusikan permasalahan yang dihadapi dan dialami oleh guru dalam melaksanakan tugas sehari-hari dan mencari solusi alternative pemecahan sesuai dengan kaarakteristik mata pelajaran masingmasing, guru, sekolah dan lingkungannya.

3. Peranan MGMP adalah :

Menurut pedoman MGMP (Depdiknas. 2004: 4) MGMP berperan untuk: a. Mengakomodir aspirasi dari,oleh dan untuk anggota.

b. Mengakomodasi aspirasi masyarakat/stokeholder dan siswa

c. Melaksanakan perubahan yang lebih kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran.

d. Mitra kerja Dinas Pendidikan dalam menyebarkan informasi kebijakan pendidikan.

Sedangkan menurut Mangkoesapoetra (2004: 3) peranan MGMP adalah:

a. Reformator dalam classroom reform, terutama dalam reorientasi pembelajaran efektif.

b. Mediator dalam pengembangan dan peningkatan kompetensi guru terutama dalam pengembangan kurikulum dan sistem pengujian

c. Supporting agency dalam inivasi manajemen kelas dan manajemen sekolah.

d. Collaborator terhadap unit terkait dan organisasi profesi yang relevan. e. Evaluator dan developer school reform dalam konteks MPMBS.

f. Clinical dan academic supervisor dengan pendekatan penilaian appraisal.

Adapun fungsi MGMP menurut Mangkoesapoetra (2004: 3) adalah:

a. Menyusun pogram jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek serta mengatur jadwal dan tempat kegiatan secara rutin.

b. Memotivasi para guru untuk mengikuti kegiatan MGMP secara rutin, baik di tingkat sekolah, wilayah, maupun kota.

(18)

3. Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI)

Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) lahir pada pertengahan tahun 1960-an. Pada awalnya organisasi profesi kependidikan ini bersifat regional karena berbagai hal menyangkut komunikasi antaranggotanya. Keadaan seperti ini berlangsung cukup lama sampai kongresnya yang pertama di Jakarta 17-19 Mei 1984.

Kongres tersebut menghasilkan tujuh rumusan tujuan ISPI, yaitu: (a) Menghimpun para sarjana pendidikan dari berbagai spesialisasi di seluruh Indonesia; (b) meningkatkan sikap dan kemampuan profesional para angotanya; (c) membina serta mengembangkan ilmu, seni dan teknologi pendidikan dalam rangka membantu pemerintah mensukseskan pembangunan bangsa dan negara; (d) mengembangkan dan menyebarkan gagasan-gagasan baru dan dalam bidang ilmu, seni, dan teknologi pndidikan; (e) meindungi dan memperjuangkan kepentingan profesional para anggota; (f) meningkatkan komunikasi antaranggota dari berbagai spesialisasi pendidikan; dan (g) menyelenggarakan komunikasi antarorganisasi yang relevan.

(19)

4. Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI)

Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) didirikan di Malang pada tanggal 17 Desember 1975. Organisasi profesi kependidikan yang bersifat keilmuan dan profesioal ini berhasrat memberikan sumbangan dan ikut serta secara lebih nyata dan positif dalam menunaikan kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai guru pembimbing. Organisasi ini merupakan himpunan para petugas bimbingan se Indonesia dan bertujuan mengembangkan serta memajukan bimbingan sebagai ilmu dan profesi dalam rangka peningkatan mutu layanannya.

Secara rinci tujuan didirikannya Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) adalah sebagai berikut ini.

1. Menghimpun para petugas di bidang bimbingan dalam wadah organisasi. 2. Mengidentifikasi dan mengiventarisasi tenaga ahli, keahlian dan

keterampilan, teknik, alat dan fasilitas yang telah dikembangkan di Indonesia di bidang bimbingan, dengan demikian dimungkinkan pemanfaatan tenaga ahli dan keahlian tersebut dengan sebaik-baiknya. 3. Meningatkan mutu profesi bimbingan, dalam hal ini meliputi peningkatan

profesi dan tenaga ahli, tenaga pelaksana, ilmu bimbingan sebagai disiplin, maupun program layanan bimbingan (Anggaran Rumah Tangga IPBI, 1975).

Untuk menopang pencapaian tujuan tersebut dicanangkan empat kegiatan, yaitu:

1. Pengembangan ilmu dalam bimbingan dan konseling; 2. Peningkatan layanan bimbingan dan konseling;

3. Pembinaan hubungan dengan organisasi profesi dan lembaga-lembaga lin, baik dalam maupun luar negeri; dan

4. Pembinaan sarana (Anggaran Rumah Tangga IPBI, 1975).

Kegiatan pertama dijabarkan kembali dalam anggaran rumah tangga (ART IPBI, 1975) sebagai berikut ini.

(20)

2. Pengembangan alat-alat bimbingan dan penyebarannya.

3. Pengembangan teknik-teknik bimbingan dan penyebarannya.

4. Penelitian di bidang bimbingan.

5. Penataran, seminar, lokakarya, simposium, dan kegiatan-kegiatan lain yang sejenis.

(21)

BAB PENUTUP A. Kesimpulan

Bahwa profesi adalah suatu pekerjaan yang memerlukan keterampilan khusus untuk melakukannya. Karena dua kata kunci dalam istilah profesi adalah pekerjaan dan keterampilan khusus, maka guru merupakan suatu profesi. Hal ini dikuatkan dengan pendapat Uno. Menurut Uno (2008: 15), guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang kependidikan.

Untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, efisien, dan efektif, guru harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: (1) menguasai ilmu pendidikan, termasuk konsep, teori, dan proses, (2) menguasai teaching learning strategies,(3) memahami ICT dan menguasainya untuk diaplikasikan dalam proses pembelajaran, terutama untuk mendukung penerapan learning strategies yang dikembangkan oleh guru, (4) menguasai developmental pcychology, psikologi anak, dan psikologi kognitif, (5) menguasi teori belajar, (6) memahami berbagai konsep pokok sosiologi dan antropologi yang relevan dalam proses pendidikan dan pertumbuhan anak, (7) menguasai bidang studi tertentu yang relevan dengan tugasnya sebagai guru pada jenjang persekolahan tertentu,(8) memahami administrasi pendidikan, terutama tentang management of learning, (9) menguasasi konsep dan prinsip pengembangan kurikulum, (10) memahami dan menguasi pendidikan nilai, (11) memahami proses dan dampak globalisasi serta implikasinya terhadap proses pendidikan peserta didik, (12) memahami strategic environment yang berpengaruh terhadap proses pendidikan peserta didik, (13) memahami peran dan pengaruh aspek sosial, kultural, dan ekonomi terhadap proses pendidikan.

(22)

berkelanjutan, baik dalam segi ilmu yang dimilikinya maupun pengalamannya. Disamping PGRI yang salah satu organisasi yang diakui oleh pemerintah juga terdapat organisasi lain yang disebut Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang didirikan atas anjuran Departeman Pendidikan dan Kebudayaan. Sayangnya, organisasi ini tidak ada kaitan yang formal dengan PGRI. Selain itu ada juga organisasi profesional guru yang lain yaitu ikatan serjana pendidikan indonesia (ISPI), yang sekarang sudah mempunyai banyak devisi yaitu Ikatan Petugas Bimbingan Belajar (IPBI), Himpunan Serjana Administrasi Pendidikan Indonesia (HSPBI), dan lain-lain.

B. Saran

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Soetjipto dan Kosasi, Raflis. 2000. Profesi Keguruan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sulfiana Mufidah . 04:21:00 Thursday, 14 January 2016. Pengertian guru sebagai profesi. http://sulfiana22.blogspot.co.id/2016/01/pengertian-guru-sebagai-profesi.html (Diakses 10 Maret 2017 )

... 2014. Guru sebagai profesi. http://kompetensi.info/materi-bebas/guru-sebagai-profesi.html {diakses 10 Maret 2017}

P.Hanifah.2012. http://eprints.uny.ac.id/7786/3/bab%202%20-%20%2008108249111.pdf {diakses 11 Maret 2017}

H. Prima. 2012.http://eprints.uny.ac.id/8404/3/BAB%202-07201241005.pdf

(24)

Materi

Peluang

A. Kaidah Pencacahan

Kaidah-kaidah pencacahan mencoba menentukan berapa banyaknya hasil yang mungkin terjadi (muncul) pada berbagai percobaan. Untuk menyelesaikan masalah tersebut, dapat digunakan kaidah pencacahan yang menggunakan salah satu atau gabungan dari metode berikut.

1. Aturan pengisian tempat yang tersedia 2. Pemutasi

3. Kombinasi.

1. Aturan pengisian Tempat yang tersedia

Perhatikan contoh berikut sebagai pengantar pada aturan pengisian tempat yang tersedia !

Contoh :

Pada lomba lari 100 meter, empat anak lolos ke putaran akhir, yaitu A (Adi), B (Banu), C (Candra), dan D (Dodi). Pada perlombaan tersebut disediakan dua hadiah. Ada berapakah susunan pemenang yang mungkin muncul pada akhir pertandingan ?

Penyelesaian :

Pemenang pertama dan kedua yang mungkin muncul, dapat kita susun yaitu AB, AC, AD, BA, BC, BD, CA, CB, CD, DA, DB, DC. Proses menentukan banyaknya sususnan pemenang secara umum mengikuti aturan sebagai berikut. Langkah pertama: Ada 4 peserta lomba yang semuanya bisa keluar sebagai juara

pertama

Langkah kedua : Satu orang sudah masuk garis akhir, masih ada 3 peserta lomba yang bisa menduduki juara kedua. Jadi seluruhnya ada 4 x 3 = 12 sususnan pemenag yang mungkin terjadi.

Dari uraian diatas dapat kita memperoleh suatu kesimpulan sebagai berikut.

(25)

n2 = Banyaknya cara untuk mengisi tempat kedua, setelah tempat

kedua, setelah tempat pertama terisi.

n3 = Banyaknya cara untuk mengisi tempat ketiga, setelah tempat

pertama dan kedua terisi dan seterusnya.

nk = Banyaknya cara untuk mengisi ke- k, setelah tempat-tempat

sebelumnya terisi.

Maka banyaknya cara untuk mengisi k tempat yang tersedia adalah n1x n2x n3x … x nk . Aturan inilah yang dimaksud sebagai aturan pengisian

tempat yang tersedia atau kaidah perkalian. 2. Definisi dan Notasi Faktorial.

Notasi faktorial akan diguankan untuk mempelajari kombinasi dan permutasi.

Definisi : hasil perkalian semua bilangan bulat positif dari 1 sampai dengan n disebut n faktorial, dan diberi notasi n!. Jadi, n! = 1 x 2 x 3 x 4 x ... x (n-1) x n, atau n! = n x (n-1) x (n-2) x ... x 3 x 2 x 1, dengan 1! = 1 dan 0! = 1.

Contoh :

1. Tentukan nilai dari :

a. 4! b. 63!!

Penyelesaian :

a. 4! = 4 x 3 x 2 x 1 = 24

b.

63!!

=

6x53x4x2x3x1x2x1 = 120

2.

Tentukan nilai n dalam persamaan (n + 3)! = 12 ( n + 2) Penyelesaian :

(n + 3)! = 12 ( n + 2)

(n + 3) ( n + 2)! = 12 ( n + 2)! n + 3 = 12

Catatan :

n! = n(n-1) (n-2)... x 2 x 1 = n(n-1)!

(26)

n = 9. Jadi, nilai n = 9 3. Permutasi

Definisi : Permutasi sejumlah unsur adalah penyusunan unsur-unsur tersebut dalam suatu urutan tertentu (urutannya diperhatikan).

a. Permutasi k unsur dari n unsur.

Susunan k unsur dari n unsur yang berlainan dengan memperhatikan urutan disebut permutasi k unsur dari n unsur (k n).

P(n, k) = n!

(nk)!

b. Permutasi dengan beberapa unsur sama

Setiap unsur pada permutasi boleh digunakan lebih satu kali, kecuali jika dinyatakan secara khusus. Banyaknya permutasi dari n unsur yang

Penentuan susunan melingkar dapt diperoleh dengan menetapkan satu objek pada satu posisi, kemudian menentukan kemungkinan posisi objek lain yang sisa, sehingga bila tersedia n unsur berbeda, maka.

Banyakanya permutasi siklis dari n unsur = ( n-1 )! Contoh :

Berapa banyak cara 5 orang dalam suatu pesta makan dapat diatur tempat duduknya mengelilingi sebuah meja bundar ?

Penyelesaian :

Banyaknya susunan duduk 5 orang yang mengililingi sebuah meja bundar = (5 -1)! = 4! =24.

4. Kombinasi

a. Pengertian kombinasi

Definisi : kombinasi adalah suatu pilihan dari unsur-unsur yang ada tanpa memperhatikan urutannya. Banyknya kombinasi k unsur dari n unsur

dinyatakan dengan C(n,k) dan di rumuskan : C(n,k)= n!

(27)

Catatan : Notasi C(n,k) dapat juga ditulis dengan ck

n

atau

nCk atau C

(

nk

)

.

(28)

Soal :

4. Seorang siswa diwajibkan mengerjakan 8 dari 10 soal, tetapi nomor 1 sampai 4 wajib dikerjakan. Banyaknya pilihan yang harus diambil tersebut adalah ...

5. Hitunglah pernyataan berikut : c. 5! – 3! = ( 5-3 )!

d. 5! + 4! = ( 5+4 )!

(29)

Jawaban :

3. Banayknya cara menyusun dari beberapa pilihan tanpa memperhatikan urutan adalah Kombinasi . kombinasi r unsur dari n unsur yang tersedia :

Crn

=

n ! r !(nr)!

Banyak cara yang dapat diambil dari pengajaran 8 soal dari 10 soal, dengan syarat nomor soal 1 sampai 4 harus dikerjakan, berarti ada 4 pilihan soal dari 6 sisa soal yang dipilih :

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dari beberapa indikator kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru diatas dapat disimpulkan bahwa seorang pendidik yang profesional apabila ia

Dalam melaksanakan tugasnya tanggung jawab seorang akuntan tidak hanya memenuhi kebutuhan klien, namun akuntan harus mengikuti standar profesi yang belandaskan pada

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik untuk melaksanakan tugasnya

Dalam melaksanakan tugasnya, guru, pada semester Ganjil tahun pelajaran 2015/2016 secara kumulatif telah memenuhi beban kerja minimal, dan oleh karena itu yang

Seorang auditor internal yang telah melaksanakan tugasnya secara profesional, akan menghasilkan laporan hasil pemeriksaan yang berkualitas sesuai dengan standar

Persyaratan Seorang tenaga Radiografer profesional yang diberi wewenang dalam Mutu pelayana di Instalasi Radioterapi Tanggungjawab Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung

Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi

Untuk menjadi guru profesional selain memiliki berbagai kemampuan profesional maka harus mempunyai citra diri yang positif di depan peserta didik dan masyarakat berkaitan