ABSTRAK
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM PADA POKOK BAHASAN
PERUBAHAN WUJUD ZATMELALUIPENDEKATAN KONTEKSTUALPADA SISWADI KELAS IV SD
NEGERI 2 MARGODADIKECAMATAN AMBARAWAKABUPATEN PRINGSEWU
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh Sumarti
Berdasarkan hasil observasi awal pada siswa di kelas IV SD Negeri 2 Margodadi ditemukan aktivitas belajar siswa rendah dan hasil belajar IPA di bawah KKM. Penelitian ini bertujuan untuk peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan kontekstual.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yang terdiri dari tiga siklus setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan/tindakan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, tes dan dokumetasi.
Instrument penelitian yaitu lembar panduan observasi kinerja guru dan aktivitas siswa, dokumentasi tes hasil belajar siswa. Kemudian data-data tersebut diberi tanda berdasarkan jenis dan sumbernya. Selanjutnya peneliti melakukan interprestasi terdapat data sesuai dengan tujuan penelitian.
Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada mata pelajaran IPA. Hal ini ditunjukan dengan adanya peningkatan aktivitas belajar siswa pada siklus I yaitu 59,62% dengan kategori cukup aktif,pada siklus II yaitu 70,18% dengan kategori aktifdan pada siklus III yaitu 81,00% dengan kategori sangat aktif. Sedangkan peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I siswa yang telah tuntas belajar tersebut 39,13%, menjadi 65,21% pada siklus II dan pada siklus III yaitu 91,30%.
Dengan demikaian dapat disimpulkanbahwa adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar IPA dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Margodadi Kecamatan Ambarawa Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2012/2013.
Saran yang disampaikan dari hasil penelitian ini adalah hendaknya guru dalam pembelajaran IPA sebaiknya menggunakan pendekatan kontekstual supaya aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat.
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Pembangunan Nasional dibidang pengembangan sumberdaya manusia Indonesia yang
berkualitas melalui pendidikan merupakan upaya yang sungguh-sungguh dan terus-menerus
dilakukan untuk mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya. Sumberdaya yang berkualitas
akan menentukan mutu kehidupan pribadi, masyarakat, dan bangsa dalam rangka
mengantisipasi, mengatasi persoalan-persoalan, dan tantangan-tantangan yang terjadi dalam
masyarakat pada kini dan masa depan.
Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu
pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan
untuk menigkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan
peningkatan kualitas guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat pelajaran,
perbaikan sarana dan prasarana pendidikan lain, dan peningkatan mutu manajemen sekolah,
namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan
yang memadai.
Peningkatan mutu pendidikan dilihat dari prestasi dan hasil belajar siswa, prestasi belajar
siswa yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan siswa dalam belajar, baik faktor diluar diri siswa maupun factor yang berada
siswa, sedangkan faktor dari dalam diri siswa dapat berupa kemauan dan kemampuan yang
semuanya akan tercermin pada aktivitas belajar siswa
( Brief:1999 ).
Guru sebagai pendidik harus mempersiapkan pembelajaran yang dapat menumbuhkan cara
berfikir siswa agar menjadi lebih kritis dan kreatif. Cara guru menciptakan suasana dikelas
sangat berpengaruh pada reaksi yang ditampilakan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Apabila guru berhasil menciptakan suasana yang membuat siswa termotifasi dan aktif dalam
belajar, kemungkinan dapat meningkatkan hasil belajar siswa sesuai yang diharapkan.
Dengan pemikiran tersebut diperlukan adanya terobosan baru dalam pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam, yaitu pendekatan yang menarik perhatian siswa, yang tidak memaksakan
sistem hafalan,jadi kepada siswa dan suatu pembelajaran dimana siswanya dapat
menerapkan konsep Ilmu Pengetahuan Alam pada kehidupan sehari-hari atau pada bidang
lain.
Pendekatan kognitif memandang bahwa pengetahuan diperoleh melalui transfer materi yang
diberikan guru semata. Sedangkan pendekatan konstruktifis memandang bahwa pengetahuan
harus dibangun oleh peserta didik sendiri, guru hanya membantu proses membangun
pengetahuan tersebut, salah satu pendekatan yang sedang dikembangkan saat ini adalah
pendekatan kontekstual.
Pendekatan kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Berdasarkan pengamatan yang dilaksanakan guru IPA pada tahun pelajaran 2012/2013 pada
materi pokok bahasan perubahan wujud zat masih rendah siswa mengalami kesulitan
terhadap pemahaman materi tersebut. Hal ini terbukti dengan rendahnya hasil ulangan harian
:
Tabel 1. Hasil ulangan Harian kelas IV SD Negeri 2 Margodadi tahun pelajaran 2012/2013 pada pokok bahasan perubahan wujud zat dengan KKM 65,00
Nilai Jumlah Siswa Persentase (% )
<60 16 69,56%
≥60 7 30,43%
Jumlah 23 100%
Sumber : Daftar nilai pokok bahasan perubahan wujud zat kelas IV semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013.
Dari data di atas dapat dilihat siswa yang memiliki nilai yang memenuhi KKM hanya
beberapa siswa yaitu diatas 65,00 sebesar 30,43 %. Hasil belajar siswa ini masih tergolong
rendah. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih baik dan meningkatkan
aktivitas belajar siswa pada pokok bahasan perubahan wujud zat, maka diterapkan
pembelajaran melalui pendekatan kontekstual.
Diharapakan dengan diterapkannya pendekatan kontekstual tercipta suasana kelas yang
menyenangkan sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam di SD Negeri 2 Margodadi Kecamatan Ambarawa dapat meningkat.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka diidentifikasi masalah
sebagai berikut :
1. Rendahnya aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di kelas
IV SD Negeri 2 Margodadi.
2. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada pokok
bahasan perubahan wujud zat di kelas IV SD Negeri 2 Margodadi.
3. Guru belum menerapkan pendekatan pembelajaran kontekstual pada pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam di kelas IV SD Negeri 2 Margodadi.
1.3.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimanakahpeningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam pokok bahasan perubahan wujud zat menggunakan pendekatan
kontekstual di kelas IV SD Negeri 2 Margodadi?
2. Bagaimanakah peningkatkan hasilbelajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam pokok bahasan perubahan wujud zat menggunakan pendekatan kontekstual di
kelas IV SD Negeri 2 Margodadi?
1.4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pokok bahasan perubahan wujud zat melaui pendekatan kontekstual pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Margodadi.
1.5.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai sumbangan bagi khasanah Program Studi
SI PGSD dalam jabatan Jurusan Ilmu Pendidikan dalam pembelajaran Ilmu pengetahuan
Alam dijenjang sekolah dasar.
2. Manfaat Secara Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi siswa, guru dan sekolah.
a. Bagi siswa
Memperbaiki atau meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Margodadi.
Meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pokok bahasan benda padat, cair dan gas melalui pendekatan kontekstual.
b. Bagi guru
Memperbaiki dan menemukan tindakan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pokok perubahan
wujud zat.
Meningkatkan citra sekolah, karena jika semua pihak telah berhasil kinerjanya maka dengan sendirinya sekolah menjadi terkenal baik.
Memberikan masukan tentang identitas kebutuhan sekolah yang berkaitan dengan alat peraga untuk menunjang penerapan model pembelajaran yang baik dan
tepat.
Dapat meningkatklan kinerja guru dalam pembelajaran dan harapanya dapat meningkatkan mutu pendidikan sekolah.
1.6. Kerangka Pikir
Setiap manusia yang belajar harus aktif, dan aktivitas yang dilakukan harus menghasilkan
perubahan pada individu yang belajar. Tanpa adanya aktivitas maka proses belajar tidak
akan berjalan dengan baik. Hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam dapat ditingkatkan dengan
melibatkan siswa secara aktif, dan memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan
kegiatan belajar sebanyak mungkin. Namun tidak berarti bahwa guru menjadi pasif dan
kurang berperan. Para guru tetap penting yakni sebagai narasumber, pelatih, motivator, dan
yang paling pokok sebagai pendidik yang ikut berperan dalam menentukan masa depan anak
didik sebagai generasi bangsa.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam melalui pendekatan kontekstual mengharuskan siswa
aktif dalam kegiatan pembelajaran. Karena dalam pendekatan kontekstual guru tidak
langsung memberikan semua pengetahuan kepada siswa akan tetapi siswa harus
mengkontruksikan pengetahuan yang telah ada pada diri mereka dengan pengetahuan yang
mereka miliki. Menemukan (inquiri) merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran
Bertanya (Questioning) merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis kontekstual,
karena bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong,
membimbing dan menilai kemampuan berfikir siswa.
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual juga membiasakan siswa untuk memecahkan
masalah dengan cara berdiskusi baik dengan teman sekelompoknya maupun kelompok yang
lain, sehingga diharapkan siswa dapat mempelajari semua materi atau konsep yang diberikan
oleh guru dengan lebih baik dan mudah.
Selain komponen dalam pembelajaran yang berbasis kontekstual adalah adanya pemodelan
(Modeling), refleksi (Reflektion) dan penilaian yang sebenarnya (Assesmen Authentic).
Dengan demikian pembelajaran dengan pendekatan kontekstual diharapkan dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa di SD Negeri 2 Margodadi pada mata
pelajara Ilmu Pengetahuan Alam pokok bahasan perubahan wujud zat.
.
1.7. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut: Melalui pendekatan kontekstual pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam pokok bahasan perubahan wujud zat siswa kelas IV SD Negeri 2 Margodadi
BAB II KAJIAN PUSTAKA
1.1. Aktivitas dan Hasil Belajar IPA
1.1.1. Pengertian Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Menurut Djojoesoediro (2010) istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah sains. Kata sains ini berasal dari bahasa Latin yaitu scentia yang berarti “saya tahu”. Dalam bahasa Inggris, kata sains berasal dari kata science yang berarti pengetahuan. Science kemudian dikembangkan menjadi social science yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan natural science yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
IPA merupakan cabang pengetahuan berawal dari fenomena alam, IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah.
pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip, dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah.
Didalam kurikulum (2007), Ilmu pengetahuan Alam (IPA) berhubungan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya didalam kehidupan sehari-hari.
Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
1.1.2. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar.
Menurut kurikulum (2007) mata pelajaran IPA SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
1.1.3. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar.
Adapun ruang lingkup pembelajaran di SD yaitu :
1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan
2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas
3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana
1.1.4. Aktivitas Belajar IPA
Belajar pada hakikatnya merupakan suatu proses yang aktif yang melibatakan panca indra atau fisik dan psikis kita. Menutut teori Gagne dan Berliner (Hernawan:2009) aktivitas belajar adalah kondisi jiwa dan raga seseorang yang aktif dalam menerima informasi/materi, dan melakukan pengolahan dan transformasi.
Aktivitas selama siswa belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau prilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar IPA seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, serta tanggug jawab terhadap tugas yang diberikan.
Menurut Paul D. Dierich dalam Hamalik (2004) jenis-jenis aktivitas dibagi dalam delapan kelompok sebagai berikut :
1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar, mengamati logaritma penyelesaian soal, demonstrasi, percobaan pekerjaan orang lain.
2. Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, membuat pertanyaan, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi interupsi.
3. Listening activities, seperti misalnya mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.
4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan angket, menyalin.
5. Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
6. Motor activities, misalnya melakukan percobaan, membuat konstruksi model, mereparasi, bermain, berkebun, beternak.
7. Mental activities, sebagai contoh menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.
8. Emotional activities, seperti misalnya merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup (Sardiman, 2001).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah kegiatan-kegiatan yang terjadi yang dilakukan secara fisik maupun non fisik sebagai suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan sebagai hasil belajar mencangkup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Hasil belajar adalah hasil yang dicapai siswa setelah proses pembelajaran. Darmansyah (2006:13) mengatakan : “ Hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa setelah menjalani proses pembelajaran.Hasil belajar merupakan hasil dari proses komleks. Hal ini disebabkan banyak factor yang terkadang yang didalamnya baik yang berasal dari interen maupun factor eksteren.
Abdurrahman (2003:37) mengatakan : “ hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegitan belajar”. Belajar sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan yang relative menetap.
Gagne (1988:34) mengklasifikasikan hasil belajar menjadi lima kategori diantaranya :
1. Keterampilan intelektual
2. Strategi kognitif
3. Informasi variable
4. Keterampilan motorik
Pendapat diatas dapat dapat disimpulkan bahwa dengan belajar seseorang dapat mengubah tingkat prilaku, dan dapat melakukan hal-hal yang sebelumnya tidak dapat dilakukan. Dengan belajar seseorang dapat memperoleh kecakapan pengetahuan, keterampilan, dan sikap tertentu. Perubahan tingkat prilaku terjadi sebagai akibat dari proses belajar pada diri siswa, inilah yang disebut dengan hasil belajar.
1.1.6. Tujuan Hasil Belajar IPA
Hasil belajar dapat diukur melalui tes atau penilaian hasil belajar dan nilainya diketahui dengan bentuk angka atau huruf. Penilaian hasil belajar memiliki tujuan sendiri dalam pembelajaran. Menurut Arikunto (1998) menyatakan bahwa “ tujuan penilaian hasil belajar adalah untuk dapat mengetahui siswa-siswi mana yang berhak melanjutkan pembelajarannya karena sudah berhasil menguasai materi dan apakah metode mengajar yang digunakan sudah tepat atau belum.
Penilaian hasil belajar dilakukan untuk mengetahuai sejauh mana keefektifan dan efesiennya proses pembelajaran yang dilakukan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan penilaian adalah untuk :
1. Mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangan dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuh. 2. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.
3. Menentukan tindak lanjut penilaian.
1.1.7. Fungsi hasil Belajar.
Sejalan dengan tujuan penilaian di atas, maka penilaian memiliki fungsi sebagai berikut: 1. Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional.
2. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar.
3. Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang tuanya.
1.1.8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar.
Menurut Slameto (2003) proses dan hasil belajar terbentuk dan dipengaruhi oleh beberapa factor meliputi factor internal dan eksternal.
1. Factor yang berasal dari sendiri (internal)
a. Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh karena sesuatu hal, yang termasuk factor ini adalah panca indra yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, seperti mengalami sakit, cacat tubuh atau pengembangan yang tidak sempurna, tidak berfungsinya kelenjar tubuh yang dapat membawa kelainan tingkah laku.
b. Faktor kejiwaan (psikologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh karena sesuatu meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif kematangan dan kesiapan.
c. Faktor kelelahan adalah faktor kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.
a. Faktor keluarga yaitu factor berpengaruh terhadap diri siswa yang berasal dari keluarga, berupa cara orang tua mendidik anak, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan.
b. Faktor sekolah, yaitu faktor yang mencangkup metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
c. Faktor masyarakat, yaitu faktor yang berpengaruh terhadap siswa yang berasal dari lingkungan seperti kegiatan siswa dalam masyarakat, media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan dan tidak setiap perubahan adalah hasil belajar.
1.1. Model Pendekatan Kontekstual
1.1.1. Pengertian Model Pendekatan Kontekstual
siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
Landasan filosofi pembelajaran kontekstual adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghapal, harus dikonstruksikan pengetahuan dalam benak siswa. Siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya.
Siswa perlu menyadari bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Dengan demikian siswa memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menggapainya.
Dalam pembelajaran kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuan belajar. Oleh karena itu guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah team yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru (pengetahuan, keterampilan) datang dari menemukan sendiri, bukan dari apa kata guru.
memompa kemampuan diri tanpa merugi dari segi manfaat, sebab siswa berusaha mempelajari konsep sekaligus menerapkan dan mengaitkannya dengan dunia nyata.Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa pembelajaran kontekstual adalah suatu usaha yang dilakukan peserta didik untuk menghasilkan pengetahuan dengan menghubungkan muatan akademis dan mengaitkannya dengan dunia nyata.Sejauh ini, pembelajaran masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai fakta untuk dihapal. Pembelajaran tidak hanya difokuskan pada pemberian pembekalan kemampuan pengetahuan yang bersifat teoritis saja, akan tetapi bagaimana agar pengalaman belajar yang dimiliki siswa itu senantiasa terkait dengan permasalahan-permasalahan yang terjadi di lingkungannya. Dengan demikian, inti dari pendekatan kontekstual adalah keterkaitan setiap materi atau topik pembelajaran dengan kehidupan nyata.
1.1.2. Ciri-ciri Pendekatan Kontestual.
Ciri-ciri dari pendekatan kontekstual adalah :
1. Belajar berbasis masalah (problem based learning) yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah factual sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar berfikir kritis dan terampil dalam pemecahan masalah, sehingga mereka memperoleh pengetahuan dan konsep-konsep yang esensial dari materi pembelajaran.
3. Belajar berbasis inkuiri (inquiri based learning) yaitu belajar dengan pendekatan pengajaran menggunakan strategi pembelajaran yang mengikuti metedologi sains dan menyediakan kesempatan untuk pembelajaran bermakna.
4. Belajar berbasis proyek (project based learning) yaitu belajar dengan pendekatan pengajaran yang komperhensif. Lingkungan belajar siswa dirancang agar siswa melaksanakan penyelidikan terhadap otentik termasuk pendalaman materi dan pelaksanaan tugas bermakna yang lain.
5. Belajar berbasis kerja (work based learning) yaitu belajar dengan pendekatan yang memungkinkan siswa menggunkan konteks tempat kerja untuk mempelajari materi pembelajaran, serta menerapkan kembali materi pembelajaran tersebut didalam tempat kerja tesebut.
6. Belajar jasa layanan (service learning) yaitu belajar yang memerlukan penggunaan metedologi pengajaran yang mengkombinasikan jasa layanan masyarakat dengan struktur berbasis sekolah.
7. Belajar kooperativ (cooperative learning) yaitu belajar dengan pendekatan pengajaran melalui kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapi tutjuan belajar.
1.1.3. Konsep Dasar Pembelajaran Kontekstual
Sistem pembelajar kontekstual adalah proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan jalan menghubungkan mata pelajaran akademik dengan isi kehidupan sehari-hari, yaitu dengan konteks kehidupan pribadi, sosial, dan budaya.Pembelajaran kontekstual sebagai suatu model pembelajaran yang memberikan fasilitas kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkret ( terkait dengan kehidupan nyata ) melalui keterlibatan aktivitas siswa dalam mencoba, melakukan, dan mengalami sendiri.
1.1.4. Komponen Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual sebagai suatu model pembelajaran memiliki tujuh komponen. Komponen-komponen ini yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Pembelajar kontekstual. Selanjutnya ketujuh komponen ini akan dijelaskan dibawah ini.
1. Kontruktivisme
Inquiry adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis( Wina Sanjaya, 2008: 119 ). Menemukan, merupakan kegiatan inti dari Pembelajaran kontekstual, melalui upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan sendiri.
3. Bertanya ( Questioning )
Unsur lain yang menjadi karekteristik utama pembelajar kontekstual, adalah kemampuan dan kebiasaan untuk bertanya. Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Oleh karena itu, bertanya merupakan strategi utama dalam Pembelajaran kontekstual. Penerapan unsur bertanya dalam Pembelajaran kontekstual harus difasilitasi oleh guru, kebiasaan siswa untuk bertanya atau kemampuan dalam menggunakan pertanyaan yang baik akan mendorong pada peningkatan kualitas dan produktivitas pembelajaran.
4. Masyarakat Belajar ( Learning Community )
5. Pemodelan ( Modelling )
Yang dimaksud dengan modelling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa( Wina Sanjaya, 2008: 121 ). Modelling merupakan komponen yang cukup penting dalam pembelajarankontekstual, sebab melalui modelling siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang teoritis-abstrak yang dapat memungkinkan terjadinya verbalisme.
6. Refleksi ( Reflection )
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru terjadi atau baru saja dipelajari. Dengan kata lain refleksi adalah berfikir ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu, siswa mengedepankan apa yang baru dipelajarinya sebagai stuktur pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Pada saat refleksi, siswa diberi kesempatan untuk merenung atau mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya.
7. Penilaian Sebenarnya ( Authentic Assessment )
lengkap sebagai per- wujudan dari penerapan penilaian, maka akan semakin akurat pula pemahaman guru terhadap proses dan hasil pengalaman belajar setiap siswa.
1.1.5. Kelebihan dan Kekurangan Pedekatan Kontekstual
Adapun beberapa keunggulan dari pembelajaran Kontekstual adalah:
1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengkorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.
2. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran pembelajaran kontekstual menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.
4. Kelas dalam pembelajaran Kontekstual bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di lapangan
5. Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa, bukan hasil pemberian dari guru
6. Penerapan pembelajaran Kontekstual dapat menciptakan suasana pembelajaran yang bermakna
Sedangkan kelemahan dari pembelajaran Kontekstual adalah sebagai berikut:
Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran Kontekstual berlangsung
Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas maka dapat menciptakan situasi kelas yang kurang kondusif
Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode pembelajaran kontekstual, guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ”penguasa” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.
1.1.6. Langkah-langkah Pembelajaran Kontekstual
Langkah –langkah pembelajaran kontekstual yaitu:
1. Langkah pertama, mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang harus dimilikinya.
2. Langkah kedua, melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang diajarkan.
3. Langkah ketiga, mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan memunculkan pertanyaan-pertanyaan.
4. Langkah keempat, menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok, berdiskusi, tanya jawab, dan sebagainya.
5. Langkah kelima, menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model bahkan media yang sebenarnya.
7. Langkah ketujuh, melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa.
1.2. Peranan Pendekatan Kontekstual dalam Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa
Peranan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran IPA di SD Negeri 2 Margodadi sangat penting untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Pembelajaran IPA menggunakan pendekatan kontekstual menitik beratkan pada konteks dalam kehidupan sehari-hari.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu suatu kejadian terhadap tindakan pembelajaran (kelas) yang diperbaiki secara terus menerus (siklikal) dalam rangka mencapai tujuan pendidikan (Pargito,2009)
3.2. Prosedur Penelitian
Adapun siklus dari penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah sebagai berikut : Siklus 1 Siklus II Siklus III
Gambar 1. Alur PTK Model Lewin menurut Elliot (Wiraatmadja, 2007:67)
Alur Penelitian Tindakan Kelas di atas adalah sebagai berikut: a. Perencanaan
Hal yang dilakukan dalam tahap perencanaan yaitu:
1. Membuat skenario pembelajaran melalui pendekatan kontekstual meliputi rencana pembelajaran.
2. Menyusun silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan tindakan yang akan dilakukan.
3. Mempersiapkan sarana pembelajaran (materi, LKS, alat tes dan lain-lain)
4. Menyusun instrumen penelitian tentang proses pembelajaran dan dan dampaknya atau hasil (pedoman observasi dan pedoman tes)
5. Menentukan kreteria keberhasilan tindakan dan dampak (hasil-hasilnya) 6. Pembagian tugas antara guru dan kolaborator.
b. Tindakan
Hal yang dilakukan dalam tahap tindakan ini adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual melalui dari apersepsi, kegiatan awal, kegiatan inti (eksplorasi, elaborasi, konfirmasi), kegiatan akhir dan penutup termasuk evaluasi pembelajaran.
c. Observasi
Hal yang dilakukan dalam tahap observasi ini yaitu:
1. Mengamati dan mencatat/mendokumentasikan tindakan pembelajaran melalui pendekatan kontekstual
2. Mengamati dan mencatat aktivitas siswa, interaksi belajar dan lain-lain.
3. Mencatat hasil belajar siswa
4. Mencatat kondisi kelas yang terkait dengan pembelajaran yang diteliti.
5. Mencatat pendukung lain yang berhubungan dengan yang diteliti.
d. Refleksi
1. Menganalisis dan merenungkan kembali pencapaian indikator tindakan dan hasil/dampaknya tentang penggunaan pembelajaran melalui pendekatan kontekstual maupun aktivitas dan hasil belajar.
2. Merekomendasikan untuk siklus tindakan berikutnya atas temuan siklus sebelumnya khususnya tentang pembelajaran melalui pendekatankontekstual, aktivitas dan hasil belajar.
3.3. Waktu dan Tempat Penelitian
a. Waktu Penelitian
Waktu Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013 pada bulan November sampai dengan bulan Desember. Penelitian ini sebanyak tiga siklus.
b. Tempat Penelitian
Tempat Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilaksanakan di kelas IV SD Negeri 2 Margodadi Kecamatan Ambarawa Kabupaten Pringsewu Propinsi Lampung.
3.4. Subyek dan Obyek Penelitian
a. Subyek Penelitian
Subyek Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 2 Margodadi dengan jumlah peserta didik 23 orang, yang memiliki tingkat kemampuan yang bervariasi. Sedangkan guru kelas IV SD Negeri 2 Margodadi bernama Sulami, S.Pd dan kolaborator dari penelitian ini yaitu Sulami, S.Pd
Obyek Penelitian Tindakan Kelas ini adalah pembelajaran melalui pendekatan konstektual yang berdampak pada aktivitas dan hasil belajar siswa.
3.5. Operasional Tindakan
Operasional tindakan penelitian ini antara lain:
a. Pembelajaran melalui pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Indikator keberhasilan tindakan pembelajaran melalui pendekatan kontekstual dapat dilihat dari IPKG (Instrumen Penilaian Kegiatan Guru) yaitu indikator perencanaan (perumusan tujuan, organisasi materi), pelaksanaan (pembelajaran menarik, penguasaan materi, penggunaan media, evaluasi akhir pembelajaran.
Ukuran keberhasilan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dilihat dengan kategori penilaian sebagai berikut:
Table 2. Kategori penilaian aktivitas guru mengajar
No Nilai Skor Kriteria
b. Aktifitas belajar adalah bentuk keterlibatan dan perbuatan siswa dalam interaksi belajar mengajar, khususnya dalam pembelajaran melalui pendekatan kontekstual. Indikator aktivitas siswa dilihat on task dan off task (terlibat aktif atau tidak aktif) seperti memperhatikan, mendengarkan, menulis/mencatat pelajaran, berdiskusi, bertanya, menjawab dan mempresentasikan hasil diskusi.
Ukuran ketercapaian aktivitas siswa dilihat dengan kategori penilaian sebagai berikut :
Table 3. Kategori penilaian aktivitas siswa
No Nilai Skor Kriteria
Ketercapaian indikator aktivitas siswa dilihat dari pencapaian Kriteria skor maksimal dihitung dengan menggunakan rumus = Jumlah skor perolehan : skor maksimal dikali 100
c. Hasil belajar adalah perolehan tingkat hasil belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA dengan menggunakan pembelajaran melalui pendekatan kontekstual. Indikator sesuai dengan kompetensi dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD).
Ukurannya dilihat dengan nilai 10 sampai dengan 100. Indikator dilihat dari pencapaian Kriteria Ketuntasan Mengajar (KKM).
Penelitian Tindakan Kelas ini merupakan penelitian proses suatu tindakan pembelajaran oleh sebab itu alat pengumpul data adalah peneliti sendiri dengan dibantu oleh kolaborator atau guru mitra. Penelitian ini juga menggunakan alat bantu pengumpul data yaitu pedoman observasi, catatan lapangan, dan dokumentasi (foto).
a. Observasi
Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap dari responden namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Dalam observasi ini, peneliti mengamati dan menganalisis aktivitas siswa, dan kegiatan pembelajaran sebagai upaya untuk mengetaui kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Observasi ini berupa observasi struktur yang disusun secata terperinci.
b. Tes
Merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran. Tekhnik tes ini digunakan untuk mengetahui kemampuan/kompetensi pada diri siswa. Tes ini diberikan setelah selesai proses pembelajaran dan diberikan secara tertulis maupun lisan.
c. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk mendokumentasikan aktivitas belajar siswa dan juga kinerja guru selama proses pembelajaran dengan menggunakan kamera.
3.7. Instrumen Penelitian
Pra pembelajaran
Membuka pembelajaran
Kegiatan inti pembelajaran
Penutup
b. Lembar aktivitas siswa
Aktif dalam pembelajaran.
Mencatat hal-hal penting yang disampaikan guru
Memperhatikan penjelasan guru
Berani mengemukakan pendapat/bertanya
Berani menjawab pertanyaan yang disajikan guru
Antusias saat berdiskusi dengan teman
Berani mempresentasikan hasil diskusi
Data aktivitas ini diperoleh dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siwa yang akan diamati oleh teman sejawat selama pelaksanaan peneilitian.
b. Tes
Tes dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti pembelajarn menggunakan pendekatan konstektual pada pokok bahasan perubahan wujud zat.
3.8. Teknik Analisis Data
metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada Bab IV dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Peningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran IPA menggunakan
pendekatan kontekstual di kelas IV SD Negeri 2 Margodadi sangat baik, hal ini ditandai
dengan meningkatnya aktivitas belajar siswa setiap siklusnya, pada siklus I mencapai
presentase 59,62% dengan kategori cukup aktif, mengalami peningkatan pada siklus II
menjadi 70,18% dengan kategori aktif dan pada siklus III menjadi 81% dengan
kategori sangat aktif.
2. Peningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA menggunakan pendekatan
kontekstual di kelas IV SD Negeri 2 Margodadi sangat baikterbukti, pada siklus I siswa
yang belum tuntas mencapai 60,87% dari jumlah siswa 23 anak, pada siklus II siswa
yang belum tuntas mencapai 34,78% dari jumlah siswa 23 anak, sedangkan pada siklus
III siswa yang belum tuntas hanya 8,70% dari jumlah siswa 23 anak.
1.2. Saran
Agar senantiasa membiasakan untuk belajar dan bekerja sama dengan siswa lain guna
menambah Ilmu pengetahuan dan informasi yang maksimal agar memperoleh hasil
belajar yang lebih baik.
2. Bagi peneliti
Untuk para peneliti berikutnya, tentunya dapat lebih mengembangkan lagi penggunaan
pendekatan kontekstual menjadi salah satu bahan penelitian dalam konteks
pembelajaran sekolah dasar.
3. Bagi kepala sekolah
Kepala sekolah hendaknya agar dapat melengkapi sarana dan prasarana yang dapat
mendukung pembelajaran guna meningkatkan prestasi siswa dan sekolah serta
memfasilitasi adanya media dalam meningkatkan mutu pendidikan pada sekolah itu
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM PADA POKOK BAHASAN
PERUBAHAN WUJUD ZATMELALUIPENDEKATAN KONTEKSTUALPADA SISWADI KELAS IV SD
NEGERI 2 MARGODADIKECAMATAN AMBARAWAKABUPATEN PRINGSEWU
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
(Skrpsi)
Oleh SUMARTI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
PENGETAHUAN ALAM PADA POKOK BAHASAN PERUBAHAN WUJUD ZATMELALUIPENDEKATAN
KONTEKSTUALPADA SISWADI KELAS IV SD NEGERI 2 MARGODADIKECAMATAN AMBARAWAKABUPATEN PRINGSEWU
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh
SUMARTI
Skripsi
Sebagai Salah SatuSyaratuntukMencapaiGelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
JurusanIlmuPendidikan
FakultasKeguruandanIlmuPendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Alurpenelitiantindakankelas ……… 30
2. Grafikhasilaktivitassiswa ………..…….. 61
3. Grafikkinerja guru dalammengajar …………..……… 62
4. Grafikhasiltesbelajarsiswa …………..……… 63
5. Fotosiklus I ………..………. 97
6. Fotosiklus II …..……… 98
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ………... xi
DAFTAR GAMBAR ………... ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ……….... xiii
BAB I PENDAHULUAN
2.1.1. Pengertian Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ……. 9
2.1.2. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ……... 10
2.1.3. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar . 11 2.1.4. Aktivitas Belajar IPA ………... 12
2.1.5. Hasil Belajar IPA ………... 14
2.1.6. Tujuan Hasil Belajar IPA ………... 15
2.1.7. Fungsi Hasil Belajar ………... 16
2.1.8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan…... 16
2.2. Pendekatan Kontekstual ………... 18
2.2.1. Pengertian pendekatan Kontekstual ………. 18
2.2.2. Ciri-ciri Pendekatan Kontekstual ………... 20
2.2.3. Konsep Dasar Pendekatan Kontekstual ……… 21
2.2.4. Komponen Dasar Pendekatan Kontekstual ………….. 22
2.2.5. Kelebihan dab Kekurangan Pendekatan Kontekstual .. 25
2.2.6. Langkah – langkah Pembelajaran Pendekatan Kontekstual ……….. 27
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Pendekatan Penelitian ... 29
3.2. Prosedur Penelitian ... 29
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Prosedur Penelitian 4.1.1. Deskripsi Awal ... 38
4.1.2. Persiapan Pembelajaran ... 38
4.2. Hasil penelitian ... 39
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 64
5.2. Saran ... 64
DAFTAR PUSTAKA ... 66
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.http://www.pengertiandefinisi.com/2011/05pengertian-aktivitas-belajar.Html.diunduh 26.11.2012 pukul 16.30 WIB.
Abdurahman, 2000. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar . Jakarta: Renika Cipta.
Eraman, S. 2004. Model – model Pembelajaran IPA.Makalah disajikan Dalam Diklat Pembelajaran bagi Guru-guru pengawas MGMP Matematika.Bandung.
Dimiyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar . Jakarta: PT Grasindo.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara..
Mudjiono dan Hasibuan. 2006. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.
Susilo, M. Joko. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Suyitno, Amin. 2004. Dasar-Dasar Dan Proses Pembelajaran IPA I. Semarang: UPT UNNES
Press
Gilstarp dan Martin, 1975, Sudirman,A.M (2000) Interaksi dan Motifasi Belajar Mengajar, Rajawali Jakarta
Hamalik, Oemar. 2001. Pengembangan Mutu Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Mulyasa, 2006. Kurikulum Satuan Pendidikan. PT,Remaja Rasda Karya, Bandung. Sagala, Syaiful, 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. CV Alvabeta, Bandung. Suharsimi, 2007. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bina Aksara, Yogyakarta.
W.S Winkel,1983:21,1991:53(1994/1995) Petunjuk Peningkatan Mutu Pendidikan Di SD. Dirjen Dikdasmen. Jakarta.
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Hasil ulangan harian kelas IV mata pelajaran IPA SD N 2 Margodai 3
2. Kategori penilaian aktivitas guru dalam mengajar………. 33
3. Kategori penilaian aktivitas siswa ………. 34
4. Observasi kinerja guru siklus I ………...………… 41
5. Aktivitas belajar siswa siklus I ... 42
6. Distribusi frekuensi hasil belajar siswa siklus I……… 44
7. Observasi kinerja guru siklus II ………... 48
8. Aktivitas belajar siswa siklus II ... 49
9. Distribusi frekuensi hasil belajar siswa siklus II……….. 50
10. Observasi kinerja guru siklus III………….………...…. 54
11. Aktivitas belajar siswa siklus III ... 55
12.Distribusi frekuensi hasil belajar siswa siklus III ……… 57
13.Rekapitulasi aktivitas siswa selama penelitian ………. 60
14.Rekapitulasi kinerja guru dalam mengajar ……… 61
Judul Skripsi :PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM PADA POKOK BAHASANPERUBAHAN WUJUD ZAT
MELALUIPENDEKATANKONTEKSTUALPADA SISWADI KELAS IV SDNEGERI 2
MARGODADIKECAMATANAMBARAWAKABUPATEN PRINGSEWUTAHUN PELAJARAN 2012/2013
Nama Mahasiswa : SUMARTI
NomorPokokMahasiswa : 1113119035
Program Studi : S.1 PGSD SKGJ
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Dosen Pembimbing
Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. Drs. Yusmansyah, M.Si.
NIP. 19510507 198103 1 002 NIP. 19600112 198503 1 004
1. Tim Penguji
Penguji : Drs. H. Yusmansyah, M.Si. ………..
Penguji
Bukan Pembimbing :Dr. H. Pargito, M.Pd.……….
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP. 19600315 198503 1 003
MOTTO
Hendaknyakamuberjauhdiridaridengki,
karenadengkiitumerupakankebajikan-kebajikansebagaimanaapimemakankayubakar.
PERSEMBAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini dipersembahkan kepada:
1. Ibunda dan ayahanda tersayangatas perjuangan dan do’a restunya yang tak kenal lelah.
2. SuamikuSucipto yang tercinta yang selalu memberikan dorongan dan semangat demi
keberhasilan studiku.
3. Anak-anakku Bagus, Dini dan Vica yang tentunya sangat mengharapkan keberhasilan
sang ibu
4. Semua rekan mahasiswa S.1 dalam Jabatan angkatan 2011
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sumberdadi tanggal, 14Agustus 1968, merupakan anak
Pertama dari enam bersaudara dari pasangan Ibu Yatinem dan Bapak
Sumarjo.
Penulis menyelesaikan pendidikan formal di SD Negeri 3
Margodadi lulus tahun 1982. Kemudian Sekolah Menengah Pertama Persiapan Ambarawa lulus
tahun 1985, Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA) Ambarawa lulus tahun 1988,D.II
Universitas Terbuka UPBJJ-UT Bandar Lampung dan lulus tahun 2008.
Pada tahun 2011, penulis tercatat sebagai mahasiswa PGSD S.1 dalam Jabatan FKIP UNILA
hingga saat ini.Selamapenulismenjadimahasiswajugaberprofesisebagaitenagapengajar di SD
SANWACANA
Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat da
hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.
Skripsi dengan judul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam pada
Pokok BahasanPerubahan Wujud Zat MelaluiPendekatanKontekstualpada Siswadi Kelas IVSD
Negeri 2 Margodadi Kecamatan AmbarawaKabupaten PringsewuTahun Pelajaran 2012/2013”
adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pendidikan di Universitas
Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M.S. selaku Pembantu Dekan I. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung.
4. Bapak Dr. H. Darsono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi S.1 PGSD Universitas Lampung.
5. Bapak Drs. H. Yusmansyah, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Penyusunan Skripsi
6. Bapak Dr. H. Pargito, M.Pd. sebagai Dosen Pembahas Skripsi
7. Bapak Ibu Dosen Pengajar Program S.1 PGSD dalam Jabatan yang telah memberikan ilmu
pengetahuan selama penulis menuntut ilmu pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
8. Bapak Hj. Peni Widayati, M.Pd selaku Kepala SD Negeri 2 Margodadi sebagai tempat
penelitian.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi
sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita
semua. Amin
Pringsewu, Februari 2013
Penulis
SUMARTI