ABSTRAK
UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR MENGGIRING BOLA MELALUI MODIFIKASI ALAT
PADA SISWA KELAS X 2 SMA NEGERI 1
Hasil pembelajaran Penjas pada permainan sepakbola gerak dasar mengiring bola di SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah masih rendah. Hal ini disebabkan karena siswa enggan dan merasakan sakit bila melakukan gerakan menggiring bola menggunakan bola yang sebenarnya. Modifikasi alat adalah salah satu cara untuk mengatasi permasalahan dari bola yang sebenarnya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pemberian modifikasi alat dapat meningkatkan keterampilan gerak dasar menggiring bola pada pembelajaran Penjaskes siswa kelas X 2 SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah.
UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR MENGGIRING BOLA MELALUI MODIFIKASI ALAT
PADA SISWA KELAS X 2 SMA NEGERI 1 KOTAGAJAH LAMPUNG TENGAH
TAHUNPELAJARAN
2010/2011
Oleh
ROSY IWAN SEFIANTO
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar SARJANA PENDIDIKAN
pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
Program Studi Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1 : Rangkaian Gerakan Dasar Menggiring Bola ... 22
Gambar 2 : Bola Plastik ... 25
Gambar 3 : Bambu Rintangan ... 25
Gambar 4 : Rancangan Penelitian Tindak Kelas... 31
Gambar 5 : Menggiring Bola dengan Angka Delapan ... 34
Gambar 6 : Menggiring Bola dengan Melewati Bambu Rintangan ... 37
Gambar 7 : Grafik Peningkatan Gerak Dasar Menggiring Bola Dari Tes Awal Sampai Siklus ke III ... 47
Gambar 8 : Grafik Histogram Rata-rata Dari Hasil Tes Menggiring Bola ... 48
Gambar 9 : Grafik Histogram Ketuntasan Belajar Menggiring Bola ... 49
Gambar 10 : Pemberian Materi Gerak Dasar Menggiring Bola ... 95
Gambar 11 : Tahap Persiapan Gerak Dasar Menggiring Bola ... 95
Gambar 12 : Pelaksanaan Latihan Gerak Dasar Menggiring Bola ... 95
DAFTAR ISI
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA FIKIR, DAN HIPOTESIS A. Hakikat Pendidikan Jasmani ... 8
B. Pentingnya Pendidikan Jasmani ... 9
C. Prinsip-prinsip Belajar dan Pembelajaran ... 10
D. Pengembangan Keterampilan Motorik ... 12
E. Bermain Sepak Bola ... 14
a. Gerak Dasar Bermain Sepak Bola ……….. ... 16
b. Pengertian Menggiring Bola (Dribbling) ………... ... 21
F. Modifikasi ... 23
A. Metode Penelitian ... 28
B. Subyek Penelitian ... 31
C. Setting Penelitian ... 31
Tempat Dan Waktu Penelitian ... 33
E. Rancangan Penelitian Menggiring Bola ... 32
F. Instrumen Penelitian ... 39
G.Teknik Ananlisis Data ... 39
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 41
B. Pembahasan ... 51
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 57
B. Saran ... 57
DAFTAR PUSTAKA ... 59
DAFTAR LAMPIRAN
10. Hasi Tes Siklus Ketiga Gerak Dasar Menggiring Bola ... 80
11. Hasil Peningkatan Nilai Tes Awal Ke Nilai Tes Siklus kesatu ... 81
12. Hasil Peningkatan Nilai Tes Siklus Kesatu Ke Nilai Tes Siklus kedua 82
13. Hasil Peningkatan Nilai Tes Siklus Kedua Ke Nilai Tes SiklusKetiga 83 14. Hasil Peningkatan Keterampilan Gerak Dasar Menggiring Pada Setiap Siklus ... 84
15. Hasil Peningkatan Keberhasilan Pembelajaran Pada Setiap Siklus .... 85
16. Deskripsi Hasil Belajar Penelitian Tindakan Kelas ... 86
17. Gambar Grafik Histogram Rata-rata dari Hasil Tes Menggiring Bola 87 18. Gambar Grafik Histogram Ketuntasan Belajar dari Hasil Tes Menggiring Bola ... 88
19. Hasil Presentase Keterampilan Gerak Dasar Menggiring Bola Dari Tes Awal Hingga Siklus Ke Tiga ... 89
20. Gambar grafik Peningkatan Hasil Tes Menggiring Bola dari Tes Awal Hingga Siklus Ke Tiga ... 90
21. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tes Awal ... 91
22. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus Kesatu ... 94
23. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus Kedua ... 97
24. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus Ketiga ... 100
Daftar Tabel
Halaman
1. Hasil Tes Gerak Dasar Menggiring Bola Pada Tes Awal Siswa Kelas
X 2 SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah ... 41 2. Hasil Pembelajaran Gerak dasar Menggiring Bola Pada Siklus I . 42 3. Hasil Pembelajaran Gerak dasar Menggiring Bola Pada Siklus II 44 4. Hasil Pembelajaran Gerak dasar Menggiring Bola Pada Siklus III 45 5. Hasil Presentase Keterampilan Gaerak Dasar Menggiring bola dari
Tes awal Hingga sikuls Ketiga ... 46 6. Deskripsi Hasil PTK Pembelajaran Keterampilan Gerak dasar
MOTTO
“ Mengadakan perbaikan berarti melakukan pekerjaan – pekerjaan yang baik
untuk menghilangkan akibat – akibat yang jelek dari kesalahan – kesalahan
yang dilakukan “ (QS Al Baqarah,160)
“Sesungguhnya orang-orang yang bersabar akan dibalas pahalanya tanpa
perhitungan (QS. Az-Zumar:10)
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Drs. Sudirman Husin, M.Pd ...
Sekretaris : Drs. Wiyono, M.Pd ...
Penguji
Bukan Pembimbing :Drs. Surisman, M.Pd ...
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si NIP. 19600315 198503 1 003
PERNYATAAN
Bahwa saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Rosy Iwan Sefianto NPM : 0613051046
Tempat tanggal lahir : Kotagajah, 30 september 1987
Alamat : Purwosari RT 01/ RW 04 Kec. Batang hari Nuban Kab. Lampung Timur
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Upaya Meningkatkan Keterampilan Gerak Dasar Menggiring Bola Melalui Modifikasi Alat (Bola Plastik dan Bambu Rintangan) Pada Siswa Kelas X 2 Di SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2010/2011” adalah benar-benar hasil karya penulis berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 15 september sampai dengan 30 Oktober 2011. Skripsi ini bukan hasil plagiat, ataupun hasil karya orang lain.
Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenar-benarnya, apabila dikemudian hari terjadi kesalahan, penulis bersedia menerima sanksi akademik sebagaimana yang berlaku di Universitas Lampung.
Bandar Lampung, 20 September 2012
PERSEMBAHAN
Puji syukur penulis ucapakan ke pada Allah SWT atas semua anugerah yang telah diberikan kepadaku, karya tulis sederhana ini kupersembahkan kepada:
Ayah handa Slamet dan Ibunda Rudi Astuti, kakakku (Hendro Buana, Yeni astute S, )
dan adik-adik yang kusayangi (Agus S R, M Arif Wibowo, Ana Novelia, Cintia A K),
dan yang tercinta yang telah slalu mendampingiku dan mendukungku sampai saat ini
serta seluruh keluarga, sahabat dan teman yang telah membantu & mendoakan,
selalu mengharapkan hal yang terbaik
Judul Skripsi : UPAYA MENINGKATKAN
KETERAMPILAN GERAK DASAR MENGGIRING BOLA MELALUI MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS X 2 SMA NEGERI 1 KOTAGAJAH LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Nama Mahasiswa : Rosy Iwan Sefianto
Nomor Pokok mahasiswa : 0613051046
Program Studi : Pendidikan Jasmani
Jurusan : Ilmu Pendidikan
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Sudirman Husin, M.Pd Drs. Wiyono, M.Pd
NIP. 19581021 198503 1 003 NIP. 19570111 198303 1 002
2. Ketua Jurusan Imu Pendidikan
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Rosy Iwan Sefianto, dilahir di Kotagajah pada tanggal 30 september 1987 sebagai anak kedua dari empat bersaudara. Penulis dilahirkan dari pasangan Bapak Slamet dan Ibu Rudi Astuti.
Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis antara lain:
Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 2 Kotagajah dan selesai pada tahun 2000. Kemudian masuk Madrasah Tsanawiyah (MTs) Ma’arif 02 Kotagajah pada tahun 2000 dan lulus pada tahun 2003. Kemudian masuk Sekolah Menengah Atas SMA Negeri 1 Kotagajah pada tahun 2003 dan selesai pada tahun 2006.
SANWACANA
Puji Syukur penulis haturkan ke pada ALLAH SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Keterampilan Gerak Dasar Menggiring bola Melalui
Modifikasi Alat Pada Siswa kelas X 2 SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung
Tengah Tahun Pelajaran 2010/2011” dapat diselesaikan sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Unuversitas Lampung.
Dalam proses penulisan skripsi ini terjadi banyak hambatan baik yang datang dari luar dan dari dalam diri penulis. Penulisan skripsi ini pun tidak lepas dari bimbingan dan bantuan serta petunjuk dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Drs. Baharudin, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan dan segenap dosen dan karyawan FKIP Universitas Lampung.
3. Drs. Wiyono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan sekaligus pembimbing akademik.
4. Drs.Sudirman Husin, M.Pd selaku pembimbing I dalam penulisan skripsi ini
5. Drs.Wiyono, M.Pd selaku pembimbing II dalam penulisan skripsi ini yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis.
6. Drs.Surisman, M.Pd selaku pembahas dalam penulisan skripsi ini yang telah memberikan pengarahan, saran dan keritik kepada penulis.
7. Kepala SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah beserta dewan guru yang
telah membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.
8. Bapak dan ibu dosen Penjaskes yang telah membantu dalam proses
perkuliahan, pembimbingan, pembinaan dan atas segala ilmu yang telah
diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Bapak dan Ibu di staf Tata Usaha FKIP Unila.yang telah membantu proses
terselesaikannya skripsi ini.
Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan akan tetapi penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, 2012 Penulis
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pendidikan via gerak insani
(human movement) yang dapat berupa aktivitas jasmani, permainan atau
olahraga untuk mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan jasmani bukan saja
mengembangkan dan membangkitkan potensi individu, tetapi juga ada unsur
pembentukan yang mencakup kemampuan fisik , intelektual, emosional, sosial
dan moral-spiritual.
Pendidikan jasmani adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar
sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan
jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan,
kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis dalam
rangka membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas
berdasarkan pancasila.
Karena pendidikan jasmani dan kesehatan dipandang sangat strategis dalam
pembinaan kualitas fisik manusia Indonesia, maka dalam Garis Besar Haluan
Negara ditegaskan bahwa pembinaan dan pengembangan olahraga merupakan
bagian dari upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia yang arahnya pada
.
Mata pelajaran Pendidikan Jasmani merupakan media untuk mendorong
perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan,
penalaran, penghayatan nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial),
membantu siswa memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara
melakukan gerak secara aman, efisien, dan efektif sehingga menghargai
manfaat aktivitas jasmani bagi peningkatan kualitas hidup dan pembiasaan
pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan serta
perkembangan yang seimbang. Materi pokok Pendidikan Jasmani
diklasifikasikan menjadi enam aspek, yaitu : teknik/keterampilan dasar
permainan dan olahraga; aktivitas pengembangan; uji diri/ senam; aktivitas
ritmik; aquatik (aktivitas air); dan pendidikan luar kelas (out door).
Salah satu tujuan pendidikan jasmani disekolah adalah mengembangkan
keterampilan gerak untuk memperkaya perbendaharaan gerak dasar
anak-anak, sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembanganya( Rusli
Lutan:1997). Dalam perkembangannya melalui suatu pembinaan yang
sistematis dan teratur. Proses pembelajaran harus sejalan dengan kematangan
siswa dalam usia maupun fisik perlu dibedakan antara setiap umur yaitu dari
masa balita, anak-anak, masa remaja, dewasa dan masa tua.
Dengan demikian tahap perkembagan anak dalam hal ini usia siswa SMA
Kelas X2 merupakan proses belajar menguasai gerak dasar menggiring bola,
bila kemampuan gerak dasar umum telah dikuasai maka untuk mempelajari
gerak dasar yang lebih tinggi dalam hal ini mempelajari bentuk-bentuk
gerakan suatu cabang olahraga.
Pada saat melakukan observasi di lapangan, penulis mendapat informasi dari
guru mata pelajaran penjaskes bahwa siswa kelas X2 SMAN 1 Kotagajah
mempunyai masalah dalam penguasaan menggiring bola pada saat
pengambilan nilai dalam pelajaran sepakbola. Bola yang digunakan dalam
pembelajaran tersebut adalah bola yang sebenarnya untuk bermain sepakbola
dengan jumlah bola 4 buah dan anak sering mengeluh ketika menggiunakan
bola yang standar merasa sakit kakinya dan kurangnya sarana prasarana dalam
pembelajaran materi sepak bola gerak dasar menggiring bola.
Akibatnya hasil belajar siswa di SMA tersebut belum mencapai tingkat
keberhasilan yang diharapkan. Dengan melihat setiap hasil pembelajaran
gerak dasar sepak bola menggiring bola disekolah tersebut masih rendah,
adapun siswa yang mendapatkan nilai kurang dari rata-rata 70 sebanyak 75%,
sedangkan siswa yang mendapatkan nilai lebih dari 70 sebanyak 25%. Dari
keseluruhan kelas X, kelas X2 memiliki kemampuan yang lebih rendah dalam
melakukan teknik dasar sepak bola menggiring bola, belum terlihat adanya
modifikasi pembelajaran penjaskes gerak dasar menggiring bola dan
pembelajaran penjas gerak dasar menggiring bola kurang efektif. Uraian diatas
merupakan informasi dari guru penjaskes di SMAN tersebut.
` Sebagai seorang guru, sering sekali kita dihadapkan terhadap beragamnya
karakteristik siswa dalam suatu kelas. Karakteristik siswa itu antara lain
yang terjadi pada pembelajaran gerak dasar sepak bola menggiring bola pada
siswa kelas X 2 SMA Negeri 1 Kotagajah ketika menggunakan alat permainan
dengan menggunakan bola yang standar untuk pemain sepak bola. Peranan
dan Fungsi guru penjas yang baik apabila memiliki inisiatif, kreatifitas dan
inovatif serta selektif dalam menentukan metode dan penggunaan alat
penunjang pelaksanaan proses belajar mengajar yang cocok, fleksibel,
ekonomis dan disukai anak didiknya apabila memakai alat tersebut saat proses
kegiatan belajar mengajar.
Dalam menentukan alat penunjang keberhasilan terhadap tugas gerak yang
diberikan, kita harus memilih alat-alat yang mengarah pada pembentukan
gerakan yang kita harapkan tersebut. Yaitu dengan alat yang sederhana dan
fleksibel tetapi disenangi oleh anak didik. Dalam penelitian ini penulis
mencoba menerapkan suatu cara penyampaian belajar sepak bola gerak dasar
menggiring bola menggunakan modifikasi alat permainan (bola plastik dan
bambu rintangan). Penulis menggunakan metode penelitian tindakan kelas
(PTK) atau kolaborasi partisipatris sebagai solusinya.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Kurangnya alat pembelajaran dan pembelajaran kurang bervariasi.
2. Dalam pembelajaran penjaskes gerak dasar menggiring bola kelas
3. Pembelajaran penjas gerak dasar menggiring bola di SMA Negeri
1 Kotagajah kurang efektif.
C. Batasan Masalah
Untuk menghindari meluasnya ruang lingkup dalam penelitian ini, maka
peneliti membatasi masalah dalam penelitian ini hanya pada masalah
Peningkatan gerak dasar menggiring bola pada siswa kelas X 2 SMA Negeri
1 Kotagajah Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2010/2011.
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Meningkatkan proses pembelajaran dan mengetahui apakah dengan
modifikasi alat permainan ( bola plastik dan bambu rintangan) dapat
meningkatkan gerak dasar menggiring bola pada siswa kelas X2 SMA
Negeri 1 Kotagajah.
2. Meningkatkan efektifitas pembelajaran gerak dasar menggiring bola pada
siswa kelas X2 SMA Negeri 1 Kotagajah.
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang dikemukakan dalam latar belakang, identifikasi
masalah dan permasalahan, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut: ”Apakah Pembelajaran gerak dasar menggiring bola melalui
modifikasi alat permainan (bola plastik dan bambu rintangan) dapat
meningkatkan hasil belajar dan efektifitas pembelajaran penjas materi gerak
F. Kegunaan penelitian
1. Siswa
Meningkatkan pengetahuan siswa dalam upaya meningkatkan dasar gerak
menggiring bola. Dapat memberikan kontribusi dalam upaya
mengembangkan pedagogi olahraga terutama dalam proses pembelajaran
gerak dasar menggunakan modifakasi alat sehingga dapat memberikan
peningkatan gerak dasar menggiring bola.
2. Guru Penjas
Hasil penelitian ini sebagai sumbangan dalam meningkatkan pembelajaran
penjaskes khususnya pelajaran sepakbola dan dapat memberikan
sumbangan pemikiran dalam menentukan metode dan model atau
pendekatan yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan
anak, sehingga anak dapat mengoptimalkan segenap kemampuannya dan
tercapailah keberhasilan pembelajaran.
3. Sekolah
Sebagai bahan masukan dan referensi bagi pembina sekolah mengenai
penggunaan modifikasi alat permaianan (bola plastik dan bambu rintangan)
untuk meningkatkan gerak dasar menggiring bola.
4. Program studi
G. Batasan Istilah
Untuk memperjelas istilah-istilah yang dipergunakan dalam penelitian, maka
peneliti membatasi makna dalam istilah yang dipergunakan. Adapun makna
dalam istilah yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Upaya adalah usaha untuk mencapai suatu yang di maksud, KBBI
(1990:995).
2. Peningkatan adalah sebuah peroses atau cara untung meningkatkan usaha
atau kegiatan, KBBI (1990:951).
3. Gerak dasar adalah Gerak dasar adalah suatu bentuk gerakan yang
menuntun kepada ketrampilan yang sifatnya kompleks. Gerak dasar tersebut
meliputi gerak lokomotor, nonlokomotor dan manipilatif. Suharsimi
Arikunto(2008:123)
4. Menggiring adalah menggerakkan bola dari satu tempat ke titik lain di
lapangan dengan menggunakan kaki. Bola harus selalu dekat dengan kaki
agar mudah dikontrol. Pemain tidak boleh terus menerus melihat bola.
Mereka harus melihat ke sekeliling dengan kepala tegak agar dapat
mengamati situasi lapangan dan mengawasi gerak-gerik pemain lainnya. (
Jozef Sneyers, 2007:51).
5. Modifikasi adalah perubahan keadaan dapat berupa bentuk, isi, fungsi, cara
penggunaan, dan manfaat tanpa sepenuhnya menghilangkan aslinya, Lutan
(1998:2)
6. Bola adalah bangun ruang yang dibatasi oleh sebuah sisi lengkung atau kulit
H. Ruang Lingkup Penelitian
H.1 Ruang Lingkup Objek dan Subyek
1. Tempat penelitian
Di lapangan SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah.
2. Objek penelitian yang diamati adalah pembelajaran gerak dasar
menggiring bola dengan menggunakan modifikasi bola.
3. Subyek penelitian yang diamati adalah siswa kelas X 2 SMA Negeri 1
II. TINJAUAN PUSTAKA
1. Hakekat Pendidikan Jasmani
Kegiatan belajar mengajar dalam pelajaran pendidikan jasmani amat berbeda
pelaksanaannya dari pembelajaran mata pelajaran lain. Pendidikan jasmani
adalah “ pendidikan melalui aktivitas jasmani “. Dengan berpartisipasi dalam
aktivitas fisik, siswa dapat menguasai keterampilan dan pengetahuan,
mengembangkan apresiasi estetis, mengembangkan keterampilan generik serta
nilai dan sikap positif, dan memperbaiki kondisi fisik untuk mencapai tujuan
pendidikan jasmani. Samsudin, ( 2008:21).
Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pendidikan via aktivitas jasmani,
permainan dan cabang olahraga yang terpilih dengan maksud untuk mencapai
tujuan pendidikan. tujuan yang ingin dicapai bersifat menyeluruh, mencakup
aspek fisikal, intelektuan, emosional, sosial dan moral.( Rusli Lutan,1997)
Pada dasarnya program pendidikan jasmani memiliki kepentingan yang relatif
sama dengan pendidikan lainnya dalam ranah pembelajaran, yaitu sama-sama
mengembangkan tiga ranah utama : psikomotor, afektif dan kognitif. Namun
demikian, ada satu kekhasan dan keunikan dari program penjaskes yang tidak
dimiliki oleh program pendidikan, yaitu dalam hal pengembangan wilayah
kebugaran jasmani anak dan pencapaian keterampilan geraknya. Samsudin,
(2008:21)
Aktivitas jasmani harus dikelola secara sistematis, dipilih sesuai karakteristik
peserta didik, tingkat kematangan, kemampuan pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik sehingga mampu meningkatkan aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor.
Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas
jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani,
mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat
dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur
secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh
ranah, baik jasmani, psikomotor, kognitif, dan afektif setiap siswa.
Pengalaman yang disajikan akan membantu siswa untuk memahami mengapa
manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan secara aman,
efisien, dan afektif setiap siswa. (Samsudin, 2008 : 2).
2. Pentingnya Pendidikan Jasmani
Beban belajar di sekolah begitu berat dan menekan kebebasan anak untuk
bergerak. Kebutuhan anak untuk bergerak lebih leluasa tidak bisa dipenuhi
karena keterbatasan waktu dan kesempatan. Lingkungan sekolah tidak
menyediakan wilayah yang menarik untuk dijelajahi. Pendidikanpun lebih
mengutamakan prestasi akademis. Faktor kehidupan di rumah dan lingkungan
luar sekolah ikut memberikan pengaruh pada anak. Kebiasaan yang buruk
membuat kebugaran anak semakin menurun. Sejalan dengan itu semakin
diperparah oleh pengetahuan dan kebiasaan makan yang buruk sehingga
beresiko menurunkan fungsi organ (degeneratif).
Disinilah pentingnya Pendidikan Jasmani, Pendidikan Jasmani menyediakan
ruang untuk belajar menjelajahi lingkungan, mencoba kegiatan yang sesuai
minat anak dan menggali potensi dirinya. Melalui Pendidikan Jasmani
anak-anak menemukan saluran yang tepat untuk memenuhi kebutuhannya akan
gerak, menyalurkan energi yang berlebihan agar tidak mengganggu
keseimbangan perilaku dan mental anak, menanamkan dasar-dasar
keterampilan yang berguna dan merangsang perkembangan yang bersifat
menyeluruh, meliputi aspek fisik, mental, emosi, sosial, dan moral.
3. Prinsip-Prinsip Belajar dan Pembelajaran
Banyak teori dan prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh para ahli yang satu
dengan para ahli yang lainnya yang memiliki persamaan dan perbedaaan.
Menurut Dimyati Mudjiono (1999:42-50) membagi Prinsip-prinsip belajar
dalam 7 kategori, antara lain :
a. Perhatian dan Motivasi
Perhatian mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan
belajar. Dari teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa
adanya perhatian tidak mungkin terjadi belajar. Sedangkan motivasi juga
mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah
b. Keaktifan
Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan tidak juga dilimpahkan
oleh orang lain.
Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri.
c. Keterlibatan langsung atau berpengalaman
Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar
mengamati secara langsung dalam perbuatan dan bertanggung jawab
terhadap hasil belajarnya.
d. Pengulangan
Di dalam prinsip belajar pengulangan memiliki peranan yang penting,
karena mata pelajaran yang kita dapat perlu diadakan
pengulangan-pengulangan supaya terjadi kesempurnaan dalam belajar.
e. Tantangan
Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin di capai
tetapi selalu terdapat hambatan dengan mempelajari bahan ajar, maka
timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu.Agar pada anak timbul
motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik, maka bahan
belajar harus memiliki tantangan. Tantangan yang dihadapi dalam bahan
belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang
baru mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa
f. Perbedaan individu
Perbedaan individu ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa,
karena perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam
upaya pembelajaran di sekolah.
4. Pengembangan Keterampilan Motorik
Keterampilan gerak adalah kemampuan untuk melakukan gerakan secara
efisien dan efektif. Keterampilan gerak merupakan perwujudan dari kualitas
koordinasi dan kontrol atas bagian-bagian yang telibat dalam gerakan. Semakin
komplek pola gerak yang harus dilakukan semakin komplek pula koordinasi
dan kontrol tubuh yang harus dilakukan, dan ini berarti makin sulit juga untuk
dilakukan.Keterampilan gerak diperoleh melalui proses belajar yaitu dengan
cara memahami gerakan dan melakukan gerakan berulang-ulang yang disertai
dengan kesadaran fikir akan benar atau tidaknya gerakan yang dilakukan.
Belajar gerak adalah belajar yang diwujudkan melalui respon-respon muskular
dan diekspresikan dalam gerak tubuh. Yang dipelajari di dalam belajar gerak
adalah pola-pola gerak mempelajari gerakan olahraga, seorang atlet berusaha
untuk mengerti gerakan yang dipelajari kemudian apa yang dimengerti itu
dikomandokan kepada otot-otot tubuh untuk mewujudkan dalam gerakan tubuh
secara keseluruhan atau hanya sebagian sesuai dengan pola gerakan yang
Suatu proses belajar keterampilan gerak berlangsung dalam suatu rangkaian
kejadian dari waktu ke waktu dan dalam prosesnya melibatkan sistem syaraf,
otak dan ingatan. Tugas utama dari proses pembelajaran motorik adalah
menerima dan menginterpretasikan informasi tentang gerakan-gerakan yang
akan dipelajari kemudian mengolah dan menyusun informasi-informasi
tersebut sedemikian rupa sehingga memungkinkan realisasi gerakan secara
optimal dalam bentuk keterampilan. Menurut Lutan (1998:102) jadi belajar
motorik dapat menghasilkan perubahan yang relatif permanen, yaitu
Perubahan yang dapat bertahan dalam jangka waktu yang relatif lama.
Dalam proses untuk menyempurnakan suatu keterampilan motorik menurut
Lutan (1988:31) berlangsung dalam tiga tahapan yaitu : a) Tahap Kognitif, b)
Tahap Fiksasi, dan c) Tahap Otomatis.
a. Tahap Kognitif
Merupakan tahap awal dalam belajar gerak keterampilan motorik.
Dalam tahap ini peserta didik harus memahami mengenai hakikat
kegiatan yang akan dilakukan. Peserta didik harus memperoleh gambaran
yang jelas baik secara verbal maupun visual mengenai tugas gerakan atau
model teknik yang akan dipelajari agar dapat membuat rencana
pelaksanaan yang tepat.
b. Tahap Fiksasi
Pada tahap ini, pengembangan keterampilan dilakukan peserta didik
melalui tahap praktik secara teratur agar perubahan perilaku gerak menjadi
umpan balik untuk mengetahui apa yang dilakukan itu benar atau salah.
Lebih penting lagi peserta didik dapat mengkoreksi kesalahan. Pola
gerakan sudah sampai pada taraf merangkaikan urutan-urutan gerakan
yang didapatkan secara keseluruhan dan harus dilakukan secara
berulang-ulang sehingga penguasaan terhadap gerakan akan semakin meningkat.
c. Tahap Otomatis
Setelah peserta didik melakukan latihan dalam jangka waktu yang relatif
lama, maka akan memasuki tahap otomatis. Secara fisiologis hal ini dapat
diartikan bahwa pada diri anak telah terjadi suatu kondisi reflek bersyarat,
yaitu terjadinya pengerahan tenaga mendekati pola gerak reflek yang
sangat efisien dan hanya akan melibatkan unsur motor unit yang
benar-benar diperlukan untuk gerakan yang diinginkan. Pada tahap ini kontrol
terhadap gerakan semakin tepat dan penampilan semakin konsisten dan
cermat.
Penampilan gerak yang konsisten dan cermat pada tahap otomatis dapat
dilihat dari ciri-ciri khusus sebagai berikut:
1) Antisipasi gerakan mengarah pada kemampuan otomatis dan irama
gerakan terlihat nyata.
2) Penampilan gerakan dapat dilakukan diberbagai situasi dan kondisi
yang berubah-ubah tanpa menghilangkan kelancaran dan kemulusan
gerakan.
3) Proses dan hasil gerakan diperlihatkan dalam penampilan yang
Gerak keterampilan adalah gerak yang mengikuti pola atau bentuk tertentu
yang memerlukan koordinasi dan kontrol sebagian atau seluruh tubuh
yang bisa dilakukan melalui proses belajar.
5. Bermain Sepakbola
Sepakbola adalah permainan beregu yang menggunakan bola sepak dari dua
kelompok yang berlawanan yang masing-masing terdiri atas sebelas pemain.
Muliono (1995:918). Bagi setiap pemain bebas mamainkan bola dengan
seluruh angota badan kecuali dengan lengan. Sedangkan bagi penjaga gawang
dalam memainkan bola bebas menggunakan semua anggota badannya. Seperti
dikemukakan Joseph A. Luxbacher (2004:2) ” kiper diperbolehkan untuk
mengontrol bola dengan tanganya di dalam daerah pinalti, pemain lainnya
tidak diperbolehkan menggunakan tangan atau lengan untuk mengontrol bola,
tetapi menggunakan kaki, tungkai atau kepala”.
Permainan sepakbola merupakan cabang olahraga permainan beregu atau tim.
Suatu tim akan dapat menyajikan permainan yang menarik apabila tim tersebut
memiliki kekompakan, artinya kerjasama antar pemain dalam satu tim tersebut
dapat berjalan lancar, hal ini dapat dilakukan apabila setiap pemain dapat
menguasai beberapa teknik dasar dalam permainan sepakbola. Adapun tehnik
dasar dalam permainan sepakbola dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1) Tehnik tanpa bola, 2) Tehnik dengan bola. Sukatamsi, (1984:34).
Permainan sepakbola dimainkan di lapangan berumput dan rata serta bentuk
tengah-tengahnya, masing-masing didirikan sebuah gawang yang saling
berhadap-hadapan. Bola yang digunakan dalam permainan yaitu pada bagian
luarnya terbuat dari kulit dan bagian dalamnya terbuat dari karet yang berisi
udara.
Permainan sepakbola dipimpin oleh seorang wasit dan dibantu oleh dua orang
penjaga garis atau disebut asisten wasit. Tujuan dari masing-masing
kesebelasan adalah berusaha untuk memasukkan bola ke dalam gawang
lawannya sebanyak mungkin dan berusaha menggagalkan serangan lawan
untuk menjaga atau melindungi agar gawangnya tidak kemasukan bola.
Permainan sepakbola dilakukan dalam dua babak, antara babak pertama dan
kedua diberi waktu istirahat, dan setelah waktu istirahat dilakukan pertukaran
tempat. Kesebelasan yang dinyatakan menang adalah kesebelasan yang sampai
akhir pertandingan lebih banyak memasukkan bola ke gawang
lawannya.Kerjasama dalam suatu tim merupakan suatu tuntutan dalam
permainan sepakbola untuk mencapai kemenangan. Tanpa kerjasama tim yang
baik maka tujuan untuk mencetak gol ke gawang lawan pun akan sulit.
Seorang pemain Sepakbola yang terampil dan sukses menurut Timo
Scheunemann (2005:17) bahwa faktor yang menentukan kesuksesan yaitu: a)
faktor genetic, b) faktor kedisiplinan, c) faktor latihan, dan d) faktor
keberuntungan. Beberapa anjuran bagi pelatih dalam mendidik pemain agar
kesuksesan dapat tercapai antara lain: a) canangkan pentingnya disiplin, b)
jadilah contoh yang baik, d) luaskan wawasan anda sebagai pelatih (Neverstop
learning), dan e) buat program yang terarah.
a. gerak dasar bermain sepakbola
Gerak dasar adalah gerak yang perkembangannya sejalan dengan
pertumbuhan dan tingkat kematangan. Ketermpilan gerak dasar merupakan
pola gerak yang menjadi dasar untuk ketangkasan yang lebih kompleks.
Gerak dasar adalah suatu bentuk gerakan yang menuntun kepada
ketrampilan yang sifatnya kompleks. Gerak dasar tersebut meliputi gerak
lokomotor, nonlokomotor dan manipilatif. Arikunto (2008:123)
Gerak lokomotor adalah gerakan-gerakan yang mendahului kemampuan
berjalan (tengkurap, merangkak, berjalan, lari, melompat, menggelinding
dan memanjat). Gerak nonlokomotor yaitu gerakan-gerakan yang dinamis
didalam suatu ruangan yang bertumpu pada sesuatu sumbu tertentu. Gerak
manipulative yaitu gerakan-gerakan yang terkoordanisasikan seperti dalam
kegiatan bermain, menendang, melempar, naik sepeda dan sebagainya.
Arikunto (2008:123)
Keterampilan gerak adalah kemampuan untuk melakukan gerakan secara
efisien dan efektif. Keterampilan gerak merupakan perwujudan dari kualitas
koordinasi dan kontrol atas bagian-bagian yang telibat dalam gerakan.
Semakin komplek pola gerak yang harus dilakukan semakin komplek pula
koordinasi dan kontrol tubuh yang harus dilakukan, dan ini berarti makin
Gerak keterampilan adalah gerak yang mengikuti pola atau bentuk tertentu
yang memerlukan koordinasi dan kontrol sebagian atau seluruh tubuh yang
bisa dilakukan melalui proses belajar. Sugiyanto ( 1993:8).
Lutan (1998) mendefinisikan gerak lokomotor adalah gerak yang digunakan
untuk memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain atau
memproyeksikan tubuh ke atas misalnya: jalan, lari, lompat dan berguling.
Gerak non lokomotor adalah keterampilan yang dilakukan tanpa
memindahkan tubuh dari tempatnya, misalnya membungkuk badan,
memutar badan, mendorong dan menarik. Sedangkan gerak manipulatif
adalah keterampilan memainkan suatu proyek baik yang dilakukan dengan
kaki maupun dengan tangan atau bagian tubuh yang lain, misalnya
menggiring bola basket dan shooting bola. Gerak dasar dalam lari gawang
adalah lokomotor kerena dilakukan dengan memendahkan tubuh dari satu
tempat ke tempat yang lain atau memproyekan ubuh ke atas.
Sepakbola adalah permainan beregu, namun penguasaan teknik-teknik
dasar secara individu yang baik sangat diperlukan. Dengan dikuasainya
teknik dasar dengan baik oleh setiap individu, taktik dan strategi permainan
akan dapat dijalankan dengan baik. Seluruh kegiatan dalam permainan
sepakbola dilakukan dengan gerakan-gerakan, baik gerakan dengan bola
maupun gerakan tanpa bola dari gerakan yang beraneka ragam tersebut
dapat diambil pengertian bahwa masalah teknik dasar semata-mata
melibatkan orang (pemain) dan bola. Pada saat permainan berlangsung,
gerakan-gerakan, baik selaku penyerang maupun bertahan.Sucipto dkk,
(1999/2000:9).
Menurut Sukatamsi (1984:34) teknik-teknik sepakbola dibagi menjadi dua
golongan, yaitu teknik dasar dengan bola dan teknik dasar tanpa bola.
a. gerak dasar dengan bola
Teknik dasar dengan bola yaitu semua gerakan yang dilakukan
menggunakan bola, yang terdiri dari:
1. Menendang bola
Menendang bola merupakan salah satu karakteristik permainan
sepakbola yang paling dominan. Pemain yang memiliki teknik
menendang dengan baik akan dapat bermain secara efisien. Tujuan
menendang bola adalah untuk mengumpan (passing), menembak ke
gawang (shooting on the goal), dan menyapu untuk menggagalkan
serangan lawan (sweeping).
2. Menghentikan bola
Menghentikan bola merupakan salah satu teknik dasar dalam
permainan sepakbola yang penggunaannya bersamaan dengan teknik
menendang bola. Tujuan menghentikan bola untuk mengontrol bola
yang termasuk di dalamnya untuk mengatur tempo permainan,
mengalihkan laju permainan, dan memudahkan untuk passing.
Dilihat dari perkenaan bagian badan yang pada umumnya digunakan
yang biasanya digunakan untuk menghentikan bola adalah kaki
bagian dalam, kaki bagian luar, punggung kaki dan telapak kaki.
3. Menggiring bola
Menggiring bola adalah seni menggunakan bagian-bagian kaki
menyentuh atau menggulingkan bola terus menerus di tanah sambil
berdiri. Pada dasarnya menggiring bola adalah menendang
terputus-putus atau pelan-pelan, oleh karena itu bagian kaki yang
dipergunakan dalam menggiring bola sama dengan bagian kaki yang
dipergunakan untuk menendang bola. Menggiring bola bertujuan
antara lain untuk mendekati jarak ke sasaran, melewati lawan, dan
menghambat permainan.
4. Gerak tipu dengan bola
Seorang pemain sambil menguasai bola berusaha melewati lawannya
dengan melakukan gerak yang tidak sebenarnya.
5. Merampas atau merebut bola
Merampas bola merupakan upaya untuk merebut bola dari
penguasan lawan. Merampas bola dapat dilakukan sambil berdiri
(standing tacling) dan sambil meluncur (sliding tackling).
6. Melempar bola
Melempar bola dilakukan apabila bola keluar dari garis samping
lapangan.
Gerak khusus penjaga gawang yaitu sikap badan dalam siaga
menangkap bola, meninju bola, menepis bola, dan menerkam bola.
8. Mengoper bola
Mengoper bola yaitu tendangan bola yang ditunjukkan pada
rekayasa baik itu bola mendatar maupun bola melambung.
9. Menyundul bola
Menyundul bola pada hakekatnya memainkan bola dengan kepala.
Tujuan menyundul bola dalam permainan sepakbola adalah untuk
mengumpan, mencetak gol, dan untuk mematahkan serangan lawan
atau membuang bola.
b. Gerak dasar tanpa bola
Gerak dasar tanpa bola yaitu semua gerakan-gerakan tanpa menggunakan
bola terdiri dari :
1. Lari cepat dan mengubah arah
Pemain sepakbola harus dapat mendadak dan segera lari dengan
kecepatan maksimal dapat mencapai bola. mengubah arah yaitu
dengan gerakan memperlambat langkah dengan memperkecil langkah
mengurangi kecepatan lari untuk menjaga keseimbangan badan.
Dalam permainan sepakbola untuk memenangkan posisi, untuk
mengejar bola-bola lambung dan tinggi di udara digunakan teknik
melompat. Melompat dengan ancang-ancang (sikap berdiri).
3. Gerak tipu tanpa bola
Gerak tipu tanpa bola merupakan gerak tipu dengan menggunakan
badan, misalnya gerak tipu dengan mengubah lari. Gerak tipu
merupakan gerak pura – pura dari badan yang oleh lawan dianggap
gerakan yang sebenarnya sehingga pemain lawan mengikutinya.
4. Gerakan khusus penjaga gawang
Gerakan khusus penjaga gawang pada umumnya merupakan sikap
menunggu dari gerakan pemain lawan.
Salah satu teknik dalam sepakbola yaitu teknik menggiring bola yang akan
dibahas dalam penelitian ini, karena menggiring bola sangat penting dalam
permainan sepakbola ”... gunakanlah dribbling untuk untuk
menciptakan ruang di antara kamu dan pemain lawan sehingga kamu
berada pada posisi yang lebih baik untuk mengoper atau melakukan
shooting”.(Danny Mielke, 2007:3).
b. Pengertian Menggiring bola (Dribbling)
Menggiring bola (dribbling) adalah metode menggerakkan bola dari satu
tempat ke titik lain di lapangan dengan menggunakan kaki. Bola harus selalu
dekat dengan kaki agar mudah dikontrol. Pemain tidak boleh terus menerus
dapat mengamati situasi lapangan dan mengawasi gerak-gerik pemain
lainnya. Jozef Sneyers, (2007:51).
Dribbling adalah keterampilan dasar dalam sepakbola karena semua pemain
harus menguasai bola saat seddang bergerak, berdiri, atau bersiap melakukan
operan dan tembakan. Ketika pemain telah menguasai kemampuan dribbling
secara efektif, sumbangan mereka di dalam pertandingan akan sangat besar. (
Danny Mielke, 2007:1).
Pada dasarnya menggiring bola adalah menendang terputus-putus atau
pelan-pelan, oleh karena itu bagian kaki yang dipergunakan dalam menggiring bola
sama dengan bagian kaki yang dipergunakan untuk menendang bola. Tujuan
menggiring bola antara lain untuk mendekati jarak ke sasaran, melewati
lawan, dan menghambat permainan.
Gambar 1. Menggiring Bola
Menggiring bola (dribbling) memiliki beberapa kegunaan yaitu sebagai
berikut :
b. Untuk mencari kesempatan memberikan bola umpan kepada teman dengan
tepat.
c. Untuk menahan bola tetap dalam penguasaan, menyelamatkan bola apabila
tidak terdapat kemungkinan atau kesempatan untuk dengan segera
memberikan operan kepada teman.
Menggiring bola merupakan teknik dalam usaha memindahkan bola dari
suatu daerah ke daerah lain pada saat permainan sedang berlangsung . A.
Sarumpaet dkk, (1992 : 24).
Menurut Danny Mielke ( 2007:2-5) Ada beberapa macam teknik menggiring
bola, antara lain : 1) menggiring bola menggunakan sisi bagian dalam, 2)
menggiring bola dengan sisi kaki bagian luar, 3) menggiring bola
menggunakan kura-kura kaki.
6. Modifikasi
Modifikasi alat pembelajaran yang merupakan suatu upaya seseorang untuk
merubah alat berupa bola yang standar diganti dengan bola plastic dan cun
diganti dengan bambu yang yang dipasang secara berurutan. Pembelajaran
yang sesungguhnya menjadi berbeda dari yang sebelumnya bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan agar tujuan yang direncanakan sebelumnya dan
dapat dicapai sebaik-baiknya.
a. Pengertian modifikasi
Modifikasi adalah menganalisa sekaligus mengembangkan materi
pembelajaran dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial dan dapat
Perlunya modifikasi menurut Bahagia adalah untuk menganalisa sekaligus
mengembangkan materi pelajaan dengan cara meruntunkannya dalam
bentuk aktivitas belajar yang potensial dan dapat memperlancar peserta
didik dalam belajar. Cara ini dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan
dan membelajarkan peserta didik dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari
tingkat keterampilan yang lebih rendah menjadi tingkat keterampilan yang
lebih tinggi.
Lutan (1997) menjelaskan bahwa modifikasi adalah perubahan keadaan
dapat berupa bentuk, isi, fungsi, cara penggunaan dan manfaat tanpa
sepenuhnya menghilangkan aslinya.
b. Tujuan Modifikasi
Secara garis besar tujuan modifikasi adalah :
1). mengatasi keterbatasan akan sarana dan prasarana pendidikan jasmani,
2). mendukung pertumbuhan dan perkembangan peserta didik,
3). mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang efektif,
4). mengurangi resiko cidera akibat proporsi antara sarana pembelajaran
dan kondisi fisik yang tidak seimbang.
Menurut Samsudin (2008:59) cara guru memodifikasi alat pembelajaran
akan tercermin dari aktifitas pembelajaran yang diberikan guru dari mulai
awal hingga akhir pembelajaran. Beberapa aspekanalisa modifikasi ini
pembelajaran, 2).Modifikasi materi Pembelajaran, 3).Modifikasi kondisi
lingkungan, 4).Modifikasi dalam evaluasi pembelajaran.
Menurut Samsudin (2008:58) modifikasi merupakan salah satu usaha para
guru agar pembelajaran mencerminkan DAP (Developentally Appropriate
Practice) termasuk didalamnya body scaling atau penyesuaian dengan
ukuran tubuh siswa yang sedang belajar. Aspek inilah yang harus selalu
disajikan prinsip utama dalam memodifikasi pembelakaran penjas. Esensi
modifikasi adalah menganalisa sekaligus mengembangkan materi
pembelajaran dengan cara meruntunkannya dalam bentuk aktifitas belajar
yang potensial untuk memperlancar siswa dalam proses belajar. Cara ini
dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan dan membelajarkan siswa
dari yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, dari tingkat yang tadinya lebih
rendah menjadi tingkat yang lebih tinggi. Modifikasi yang berprinsip DAP
diarahkan agar aktifitas belajar sesuai dengan tingkat perkembangan anak
serta dapat membantu dan mendorong perubahan kemampuan belajar anak
kearah perubahan yang lebih baik.
c. Modifikasi alat ( bola plastik dan bambu rintangan )
Modifikasi alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan bola plastik dan bambu rintangan, memodifikasi bola dan
bambu rintangan yang digunakan untuk latihan. Modifikasi alat tersebut
dimaksudkan agar membantu siswa kelas X 2 SMAN 1 Kotagajah dapat
melakukan dribbel bola serta memudahkan peneliti dalam mengevaluasi
Gambar 2. Alat modifikasi dengan bambu rintangan dan bola plastik.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan bola plastik dan bambu
rintangan. Bambu rintangan dibuat sepanjang 2 m dan bambu ini
ditancapkan pada tanah agar dalam pelaksanaannya siswa dapat melewati
bambu rintangan dengan menggiring bolaplastik tersebut denganbenar.
Dalam pelaksanaannya alat ini disediakan 5-15 buah bola plastik agar
siswa bisa memperoleh kesempatan yang lebih banyak dan penulis juga
bisa mengevaluasi gerakan siswa.
Penggunaan alat-alat bantu di atas diharapkan dapat memotivasi anak
melakukan tugas gerak yang diberikan. Menurut Lutan (2002: 10)
pembelajaran Pendidikan Jasmani dikatakan berhasil apabila:
1. Jumlah waktu aktif berlatih (JWAB) atau waktu melaksanakan tugas gerak yang dicurahkan siswa semakin banyak
2. Waktu untuk menunggu giliran relatif sedikit, sehingga siswa aktif 3. Proses pembelajaran melibatkan partisipasi semua kelas
I. Kerangka Fikir
Dalam penelitian ini penulis mencoba menerapkan suatu cara penyampaian
belajar sepakbola teknik dasar menyundul bola atau heading menggunakan
modifikasi alat permainan (bambu rintangan dan bola plastik).
Modifikasi alat permainan merupakan bagian dari inovasi yang dapat dilakukan
dalam dunia pendidikan. Adapun kegiatan inovatif dalam hal ini antara lain
pengembangan dan produksi alat-alat pelajaran.
Modifikasi alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan bambu rintangan dan bola plastik yang relatif lebih ringan dan
dan mudah. Hal ini dapat memberikan kemudahan bagi anak dalam usahanya
menuju gerak dasar seperti yang diharapkan, karena anak dapat mencoba
secara berulang ulang melakukan gerak dasar menggiring bola
Walaupun bakat masing-masing orang memegang peranan penting, akan tetapi
hasil penguasaan psikomotor sebagian besar merupakan fungsi kebiasaan dan
keterampilan yang diperoleh ketika melakukan tugas tersebut. Dengan
demikian pembelajaran menggiring dengan modifikasi alat dapat
mengefektifkan pembelajaran dan meningkatkan gerak dasar menggiring bola
di SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah.
J. Hipotesis
Menurut Arikunto (2006:07), bahwa “ Hipotesis adalah jawaban sementara
guna mengetahui apakah hipotesis tersebut terdukung oleh data yang
menunjukan sebenarnya atau tidak”
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa, hipotesis adalah suatu
konsep yang berfungsi sebagai jawaban sementara terhadap masalah penelitian.
Maka hipotesis dalam penelitian ini, “ Melalui Modifikasi Alat Dapat
Meningkatkan Proses Pembelajaran dan efektifitas belajar Gerak Dasar
III. METODOLOGI PENELITIAN
1. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan strategi umum yang di anut dalam pengumpulan
data dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab persoalan yang
dihadapi.
Setiap kegiatan penelitian yang dilakukan membutuhkan data-data yang valid,
agar isi dari penelitian bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya. Untuk
mendapatkan data yang valid, hasil data yang diperoleh dalam penelitian harus
dianalisa dengan menggunakan metode penelitian yang logis dan rasional agar
tingkat validitas datayang bisa dipertanggung jawabkan. Metode penelitian
adalah “Cara ilmiah untuk memperoleh data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu”. Terdapat beberapa metode yang bisa dipergunakan untuk pengkajian
data dalam sebuah penelitian agar tujuan penelitian dapat tercapai seperti yang
diharapkan. Untuk menggunakan suatu metode penelitian, peneliti harus
memperhatikan jenis ataupun karakteristik serta objek yang akan diteliti agar
penggunaan metode penelitian menjadi tepat.
Penelitian ini adalah penelitian tindakan karena penelitian ini dilakukan dengan
metode kaji tindak dengan menggunakan pedoman penelitian tindakan kelas
(Clas room action research)atau CAR. Dari namanya sudah menunjukkan isi
dilakukan kolaborasi partisipastris karena dilakukan dikelas bersama guru kelas
juga., maka ada tiga pengertian yang dapat di terangkan, yaitu ;
1. Penelitian menunjukkan pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan
menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data
atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu yang
menarik minat dan penting bagi peneliti.
2. Tindakan menujukkan pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukukan
dengan tujuan tertentu dalam penelitian pembentuk merangkaikan siklus
kegiatan siswa.
3. Kelas dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi ruang
kelas dalam penelitain, yang lebih sepesifik seperti yang lama dikenal dalam
bidang pendidikan dalam pengajaran yang dimaksud dengan istilah kelas
adalah sekelompok siswa sekelas yang sama dari guru yang sama pula. Pada
penelitian tidakan ini berciri sebagai berikut:
a) Praktis dan langsung relevan untuk situasi actual, b). menyediakan
kerangka kerja yang teratur untuk memecahkan masalah dan
perkembangan-perkembangan yang lebih baik, c). dilakukan melalui putaran-putaran yang
bersepiral Arikunto dkk, ( 2006 : 104).
Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan
tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. Dalam PTK bukan
hanya peneliti yang merasakan hasil tindakan tetapi bila perlakuan dilakukan
Tujuan PTK adalah untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran,
mengatasi masalah pembelajaran, meningkatkan professionalisme dan
menumbuhkan budaya akademik.
Menurut Kunandar (2011:67) Tujuan PTK ini dapat dicapai dengan melakukan
berbagai tindakan alternatif dalam menyelesaikan berbagai persoalan
pembelajaran, sehingga dihasilkan hal-hal sebagai berikut:
1. Peningkatan atau perbaikan terhadap kinerja belajar siswa di sekolah.
2. Peningkatan atau perbaikan terhadap mutu proses pembelajaran di kelas.
3. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penggunaan media, alat
bantu, dan sumber belajar lainnya.
4. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas prosedur dan alat evaluasi
yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa
5. Peningkatan atau perbaikan terhadap masalah pendidikan anak di sekolah
6. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penerapan kurikulum dan
Gambar 3 : Spiral Penelitian Tindakan Kelas. (Hopkins dalam Arikunto, 2007)
PTK terdiri dari rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus
berulang. Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus, yaitu : (a)
perencaaan tindakan (planning), (b) penerapan tindakan (action), (c)
observasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan, (d) refleksi dan
seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X2 SMA Negeri 1Kotagajah Lampung
Tengah.Tahun pelajaran 2010/2011.Siswa kelas X2 berjumlah 32 siswa yang
terdiri dari 8 laki-laki dan 24 perempuan.
3. Setting Penelitian
a. Tempat Penelitian
Nama sekolah : SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah
Alamat : Jalan Raya Kotagajah Lampung Tengah
b. Pelaksanaan Penelitian
Lama penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah satu
bulan dengan 3 siklus.
4. Rancangan Penelitian Gerak Dasar Menggiring (Dribbling) bola
1. Siklus Pertama
a. Rencana
1. Peneliti berkolaborasi dengan guru bidang studi.
2. Menyiapkan skenario pembelajaran berupa RPP yang berisi tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan meliputi kegiatan
pendahuluan, inti,penutup.
3. Menyiapkan skenario pembelajaran berupa RPP yang berisi tentang
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan meliputi kegiatan
pendahuluan, inti,penutup.
5. Mempersiapkan alat yang akan digunakan pada siklus pertama,
yaitu penggunaan 16 bola plastik dan membentuk angka delapan.
Dengan jarak 5 meter dan diameter 5 meter.
6. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran siklus
pertama.
b. Tindakan
1. Siswa dibariskan, dan dibagi menjadi enam belas kelompok sesuai
dengan banyaknya bola dan bambu rintangan yang telah
disediakan. Masing-masing kelompok berdiri di tempat awalan
yang telah diberi tanda.
2. Guru mendemonstrasikan bentuk latihan yang akan dilakukan,
yaitu menggiring bola dengan bentuk angka delapan dan siswa
mempraktikan secara bergantian. Guna memperbaiki keterampilan
menggiring bola.
3. Setiap siswa melakukan gerakan yang telah didemonstrasikan oleh
guru yaitu gerakan menggiring bola dengan angka delapan
sebanyak 5 kali.
4. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengoreksi
kesalahan gerakan yang dilakukan dan memperbaiki
gerakan-gerakan yang masih salah.
c. Observasi
1. Selama pelaksanaan tindakan gerak dasar menggiring bola peneliti
siswa yang belum melakukan gerakan dengan benar, kemudian
siswa melakukan gerak dasar menngiring bola menggunakan bola
bola plastik dan menggiring bola dengan bentuk angka delapan
serta dinilai dengan menggunakan instrumen yang telah
dipersiapkan
2. Setelah tindakan dilakukan, kemudian dikoreksi dan diberikan
waktu pengulangan dan dievaluasi dari hasil tindakan siklus
pertama.
d. Refleksi
1. Peneliti mengulas, mendiskusikan, dan menyimpulkan hasil
pembelajaran gerak dasar mengiring bola dengan menggunakan
bola bola plastic dan menggiring dengan bentuk angka delapan.
Setelah diketahui hasil dari pembelajaran siklus pertama belum
mencapai target karena masih banyak siswa yang masih rendah
hasil keterampilan gerak dasar menggiring bola dengan bentuk
angka delapan yang diinginkan maka peneliti mendiskusikan
Gambar 4. menggiring bola dengan angka delapan
2. Siklus II
a. Rencana
1. Peneliti berkolaborasi dengan guru bidang studi.
2. Menyiapkan skenario pembelajaran yang berisi tentang
kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan-kegiatan pendahuluan, inti, dan
penutup.
3. Menyiapkan instrumen penilaian menggirng bola dari roji.
4. Menyiapkan alat untuk dokumentasi (handycam atau kamera).
5. Mempersiapkan alat yang akan digunakan pada siklus kedua, yaitu
penggunaan 16 buah bola plastik dan 80 bambu rintangan. Dengan
jarak antar bambu rintangan yang di pasang adalah 2 m.
b. Tindakan
1. Siswa dibariskan, dan dibagi menjadi enam belas kelompok sesuai
dengan banyaknya bola. Masing-masing kelompok berdiri di
tempat awalan yang telah diberi tanda.
2. Siswa diberikan penjelasan tentang bentuk gerakan yang akan
dilakukan pada siklus ke dua, dari posisi awal, pelaksanaan dan
posisi akhir gerak dasar menggiring bola.
3. Guru mendemonstrasikan bentuk latihan yang akan dilakukan,
yaitu menggiring bola plastik melewati bambu rintangan yang
ditancapkan pada tanah. Guna memperbaiki teknik menggiring
bola yang dipelajari.
4. Setiap siswa melakukan gerakan yang telah didemonstrasikan oleh
guru sebanyak 10 kali.
5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengoreksi
kesalahan gerakan yang dilakukan dan memperbaiki
gerakan-gerakan yang masih salah.
c. Observasi
1. Selama pelaksanaan tindakan gerak dasar menggiring bola peneliti
mengamati, mengoreksi dan memberi waktu pengulangan bagi
siswa yang belum melakukan gerakan dengan benar, kemudian
siswa melakukan gerak dasar menggiring bola menggunakan bola
plastik dan melewati bambu rintangan setelah itu dinilai dengan
menggunakan instrumen yang telah dipersiapkan.Observasi
melihat apakah suasana dalam proses pembelajaran dengan
penggunaan bola plastik dan bambu rintangan dapat berjalan
dengan baik dan efektif.
2. Setelah tindakan dilakukan, kemudian dikoreksi dan diberikan
waktu pengulangan.
d. Refleksi
1. Peneliti mengulas, mendiskusikan, dan menyimpulkan hasil
pembelajaran gerak dasar menggiring bola dengan menggunakan
bola plastik melewati bambu rintangan dengan jarak antara bambu
satu dengan bambu yang lainya adalah berjarak 2 meter, setelah
diketahui hasil dari pembelajaran siklus kedua belum mencapai
target yang diinginkan maka peneliti menyiapkan dan
mendiskusikan rencana tindakan pada siklus ketiga yaitu dengan
bola plastik dan bambu rintangan dengan jarak antar bambu 1
meter.
2. Merumuskan rencana tindakan untuk siklus tiga jika dengan
Gambar 5. Mengiring bola melewati bambu rintangan
3. Siklus III
a. Rencana
1. Peneliti berkolaborasi dengan guru bidang studi
2. Menyiapkan skenario pembelajaran yang berisi tentang
kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan-kegiatan pendahuluan, inti, dan
penutup.
3. Menyiapkan instrumen penilaian menggirng bola dari Roj..
4. Menyiapkan alat untuk dokumentasi ( kamera).
5. Mempersiapkan bola plastik dan bambu rintangan yang digunakan
pada siklus ketiga, yaitu penggunaan 16 bola plastik dan 80 bambu
rintangan dengan jarak bambu rintangan 1 m.
b. Tindakan
1. Siswa dibariskan, dan dibagi menjadi enam belas kelompok sesuai
dengan banyaknya bola dan bambu rintangan yang telah disediakan.
Masing-masing kelompok berdiri di tempat awalan yang telah
diberi tanda.
2. Siswa diberikan penjelasan tentang bentuk gerakan yang akan
dilakukan pada siklus ke tiga, dari posisi awal, pelaksanaan dan
posisi akhir gerak dasar
3. Guru mendemonstrasikan bentuk latihan yang akan dilakukan, yaitu
menggiring boladengan melewati bambu rintangan yang berbeda
penempatannya.
4. Setiap siswa melakukan gerakan yang telah didemonstrasikan oleh
guru sebanyak 10 kali.
5. Kemudian siswa melaksanakan gerak dasar menggiring bola secara
bergantian.
6. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengoreksi kesalahan
gerakan yang dilakukan dan memperbaiki gerakan-gerakan yang
masih salah.
c. Observasi
1. Selama pelaksanaan tindakan gerak dasar menggiring bola peneliti
mengamati, mengoreksi dan memberi waktu pengulangan bagi siswa
yang belum melakukan gerakan dengan benar, kemudian siswa
melakukan gerak dasar menggiring bola menggunakan bola plastik
antar bambu 1 meter setelah itu dinilai dengan menggunakan
instrumen yang telah dipersiapkan. Observasi dilakukan selama
pemberian tindakan. Observasi dilakukan untuk melihat apakah
suasana dalam proses pembelajaran dengan penggunaan bola plastik
dan bambu rintangan dapat berjalan dengan baik dan efektif.
2. Setelah tindakan dilakukan, kemudian dikoreksi dan diberikan waktu
pengulangan dan dievaluasi dari hasil tindakan siklus ketiga.
d. Refleksi
Kesimpulan dari hasil pembelajaran gerak dasar menggiring bola dengan
menggunakan bola plastik dan bambu rintangan yang diberi jarak antara
bamboo yang satu dengan bambu yang lainya adalah berjarak 1 meter
dapat meningkatkan keterampilan gerak dasar menggiring bola diulas
dan dilihat berapa persen peningkatan yang telah dicapai dicapai oleh
siswa, setelah diketahui bahwa hasil dari pembelajaran telah mencapai
target yang telah diinginkan maka siklus dihentikan.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengukur pelaksanaan penelitian
yang dilakukan pada tiap siklusnya.Alat ini berupa tes keterampilan
menggiring bola dari Roji.
instrument untuk menganalisis gerak dasar menggiring bola yang diadopsi dari
6. Teknik Analisis Data
Setelah tindakan dilakukan, maka hasil penilaian dianalisis guna melihat
prosentase kualitas hasil tindakan pada setiap siklus. Untuk menghitung
prosentase keberhasilan siswa digunakan rumus :
100%
P : Prosentase keberhasilan
f : Jumlah yang melakukan benar
n : Jumlah siswa yang mengikuti tes
Sedangkan untuk melihat tingkat efektivitas tindakan yang dilakukan dapat
menggunakan rumus :
(Goodwin dan Coates dalam Surisman, 1997)Keterangan :
E : Efektivitas tindakan yang dilakukan
X n : Rerata nilai akhir siklus ketiga
X i : Rerata temuan awal
Bila hasil perhitungan meningkat 50% ke atas maka tindakan yang dilakukan
dinyatakan efektif.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka simpulan dari penelitian ini adalah:
1. Dengan penggunaan alat bantu bola plastik dan bambu rintangan yang
berbentuk angka delapan pada siklus pertama dapat memperbaiki
keterampilan gerak dasar menggiring bola pada siswa kelas X 2 di SMA
Negeri 1 Kotagajah.
2. Dengan penggunaan alat bantu bola plastik dan bambu rintangan yang
diberi jarak 2 meter setiap bambu pada siklus kedua dapat memperbaiki
keterampilan gerak dasar menggiring bola pada siswa kelas X 2 di SMA
Negeri 1 Kotagajah .
3. Dengan penggunaan alat bantu bola plastik dan bambu rintangan yang
diberi jarak antara bambu yang satu dengan yang lainnya berjarak 1 meter
pada siklus ketiga dapat memperbaiki keterampilan gerak dasar
menggiring bolapada siswa kelas X 2 di SMA Negeri 1 Kotagajah.
B. Saran
1. Dalam upaya meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran yang
lebih baik, guru hendaknya meningkatkan kreaktifitas dalam memodifikasi
alat pembelajaran menggiring bola.
2. Siswa harus dilatih dengan berbagai alat pembelajaran gerak dasar
menggiring bola untuk lebih meningkatkan keterampilan menggiring bola,
hal ini dapat menggunakan modifikasi alat berupa bola plastik dan bambu
rintangan.
3. Pada penelitian pembelajaran gerak dasar menggiring bola masih belum
tercapai ketuntasan belajar sebesar 100% atau semua siswa belum
mencapai ketuntasan belajar, hal ini dapat diteliti kembali guna
menentukan tindakan yang lebih tepat dan menarik agar dapat
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Batty, Eric. 2007. Latihan Metode Baru Sepakbola Pertahanan. Bandung : CV Pionir Jaya.
Dimyati dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Dirjen Dikti Depdikbud RI. Jakarta.
Gifford, Clive. 2007. Keterampilan Sepakbola.Yogyakarta : PT Citra Aji Parama
Harsono. 2004. Perencanaan Program Latihan.Jakarta : KONI Pusat.
Kunandar. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Lampung, Universitas.2008. FormatPenulisan Karya Ilmiah.Bandar Lampung Universitas Lampung.
Lutan, Rusli dan Suherman, Adang. 2000. Pengukuran Dan Evaluasi Penjaskes. Jakarta : Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.
Luxbacher, Joseph. 2004. SepakbolaLangkah – langkah Menuju Sukses.Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.
Mielke, Danny. 2007. Dasar – Dasar Sepakbola.Bandung : Pakar Raya.
Moeliono, Anton. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta : Balai Pustaka.
Nurhasan. 2001. Tes dan Pengukuran dalam Pendidikan Jasmani. Jakarta : Dirjen Olahraga.
Roji. 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Erlangga. Jakarta.
Sajoto, Mochamad. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Jakarta.
Scheunemann, Timo. 2008. Dasar – Dasar Sepakbola Modern untuk Pemain dan Pelatih.Malang : DIOMA.
Sneyers, Jozef. 1990. Sepakbola Remaja.Jakarta : PT. Rosda Jayaputra.
Sucipto. Dkk.1999/2000. Olahraga Pilihan:Sepakbola. Jakarta : Dirjen Dikdasmen
Sugiyanto, 1991. Perkembangan dan Belajar Gerak. Jakarta. Depdikbud.
Sukatamsi. 1984. Sepak Bola. Universitas Terbuka. Jakarta: Depdikbud