• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI REAKSI OKSIDASI- REDUKSI DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI REAKSI OKSIDASI- REDUKSI DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARANLEARNING CYCLE 3E PADA MATERI REAKSI OKSIDASI-REDUKSI DALAM

MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP PADA SISWA

(Skripsi)

Oleh YULIANA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata kelak di kemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka saya akan bertanggung jawab sepenuhnya.

Bandar Lampung, Agustus 2012

Yuliana

(3)

Yuliana

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARANLEARNING CYCLE 3EPADA MATERI REAKSI OKSIDASI- REDUKSI DALAM MENINGKATKAN

KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP

Oleh YULIANA

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik model pembelajaran learning cycle 3Eyang efektif dalam meningkatkan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep pada materi reaksi oksidasi-reduksi. Model pembelajaran learning cycle 3Eadalah pembelajaran yang dilakukan melalui serangkaian tahap (fase pembelajaran) Fase-fase pembelajaran meliputi: (1) fase eksplorasi

(exploration); (2) fase penjelasan konsep (explaination); dan (3) fase penerapan konsep (elaboration).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa SMA Negeri 13 Bandar Lam-pung tahun pelajaran 2011-2012 yang berjumlah 239 siswa. Sampel dalam pene-litian ini adalah kelas X4sebagai kelas kontrol dan kelas X5sebagai kelas

(4)

Yuliana

Hasil penelitian menunjukkan nilai reratan-Gainketerampilan inferensi untuk kelas kontrol dan eksperimen masing-masing 0,19 dan 0,52; dan reratan-Gain penguasaaan konsep untuk kelas kontrol dan eksperimen masing-masing 0,12 dan 0,27. Berdasarkan uji hipotesis, diketahui bahwa kelas dengan pembelajaran learning cycle 3Ememiliki keterampilan inferensi dan penguasaan konsep siswa yang lebih tinggi dibandingkan kelas dengan pembelajaran konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaranlearning cycle 3E efektif dalam meningkatkan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep siswa.

(5)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARANLEARNING CYCLE 3E PADA MATERI REAKSI OKSIDASI-REDUKSI DALAM

MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP PADA SISWA

Oleh

YULIANA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(6)

Judul Skripsi :EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3EPADA MATERI REAKSI OKSIDASI REDUKSI DALAM MENINGKAT-KAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP

Nama Mahasiswa :Yuliana Nomor Pokok Mahasiswa : 0853023057 Program Studi : Pendidikan Kimia Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dra. Ila Rosilawati, M.Si. Drs. Tasviri Efkar, M.S. NIP 19650717 199003 2 001 NIP 1958104 198703 1 001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M. Si.

(7)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dra. Ila Rosilawati, M. Si. ______________

Sekretaris : Drs. Tasviri Efkar, M.S. ______________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Noor Fadiawati, M. Si ______________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 12 Juli 1990 sebagai anak ketiga dari pasangan Bapak Majeli dan Ibu Rohilah. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD N 2 Kampung Baru pada tahun 2002, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SMP N 19 Bandar Bandar Lampung pada tahun 2005, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 13 Bandar Lampung pada tahun 2008.

(9)

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati terucap syukur alhamdulillah untuk segala nikmat yang telah diberikan Robb sang pencipta alam semesta, sehingga dengan ridho-Nya skripsi ini bisa terselesaikan. Tulisan ini kupersembahkan teruntuk:

Ayah,, Ibu,,

Perjuangan kalian,,

Menjadi energi yang selalu membangkitkanku,, Dikala kebodohan datang menghampiri

Keluargaku tercinta,

Dukungan yang tiada henti padaku.

Almamater tercintaku Universitas Lampung,

(10)

M O T T O

Kita tidak bisa menjadi bijaksana dengan kebijaksanaan

orang lain, tetapi kita bisa berpengetahuan dengan

pengetahuan orang lain.

(Michel De Montaigne)

Orang yang pintar adalah orang yang selalu sujud

Kepada-Nya, karena apapun yang terjadi semua atas

Kehendak-Nya

(Yuliana)

Nothing Impossible

(11)

iii SANWACANA

Puji syukur ke hadirat Allah S.W.T, karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat diselesaikannya skripsi denganjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Learning Cycle 3Epada Materi Reaksi Oksidasi Reduksi Dalam Meningkatkan Keterampilan Inferensi dan Penguasaan Konsep” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah pada Rasullulah Muhammad SAW.

Pada kesempatan ini disampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia 4. Ibu Emmawaty Sofya, S.Si, M.Si., selaku Pembimbing Akademik atas

kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian kuliah dan penyusunan skripsi ini.

(12)

iv 6. Bapak Drs. Tasviri Efkar, M.S., selaku Pembimbing II atas saran, kritik dalam

proses penyusunan skripsi ini,

7. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan kritikan dalam penyusunan skripsi ini agar menjadi lebih baik lagi. 8. Seluruh Dosen Pendidikan Kimia dan Staf Administrasi PMIPA Unila. 9. Bapak Drs. Triyatmo, S.Pd selaku kepala Sekolah SMA Negeri 13 Bandar

Lampung.

10. Ibu Umiyati Murni, S.Pd, selaku guru mitra atas kerja sama dan bimbingannya. 11. Keluargaku, terutama bapak dan ibuku serta kedua kakakku Noval dan Bustomi. 12. Untuk teman seperjuanganku Novitasari, Resi Sari Yandra, Nurma Elisa Pitri

Yunia, serta teman-teman mandiri 08 dan Reguler 08.

13. Teman-teman yang memberi kekuatan untuk disetiap keputus asaan Rizki Indah Lestari, Sulis Setyowati, Lia Andesta, dan Mimi Sundari terimakasih atas semangat dan kebersamaan kalian yang istimewa.

14. Kakak dan Adik tingkat di Program Studi Pendidikan Kimia serta semua pihak yang tidak dapat ditulis satu persatu.

Akhirnya berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Bandar Lampung, Agustus 2012 Penulis,

(13)

v DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme ... 8

B. Model PembelajaranLearning Cycle 3E... 15

C. Keterampilan Proses Sains ... 17

D. Penguasaan Konsep... 21

E. Kerangka Pemikiran…... ... 23

F. Anggapan Dasar…... 24

I. Hipotesis ... 25

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ... 27

(14)

vi

C. Jenis dan Sumber Data ... 28

D. Desain Variabel ... 28

E. Instrumen Penelitian ... 29

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 29

G. Analisis Data Penelitian ... 32

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 41

B. Pembahasan ... 45

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 55

B. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Silabus dan Sistem Penilaian Kelas Eksperimen ... 56

2. Silabus dan Sistem Penilaian Kelas Kontrol ... 69

3. RPP Kelas Eksperimen ... 78

4. RPP Kelas Kontrol ... 102

5. Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen ... 123

6. Kisi-kisi SoalPretest ... 152

7. Kisi-kisi SoalPosttest ... 158

8. SoalPretest ... 164

9. SoalPosttest ... 167

10. Rubrik PenskoranPretest... 170

(15)

vii

12. Lembar Penilaian Afektif Siswa... 174

13. Lembar Penilaian Kinerja Guru ... ... 207

14. Data Skor Pretest, Posttest, Gain dan n-Gain... 223

15. Perhitungan dan Analisis Data Penelitian ... 228

(16)

ix DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Sintak Pembelajaranlearning cycle 3E... 17 2. Desain Penelitian... 27 3. Rata-rata nilai pretest, posttest, dan n-Gain keterampilan inferensi dikelas

kontrol dan kelas eksperimen ... 41 4. Data rata-rata nilai pretest, posttest, dan n-Gain penguasaan konsep dikelas

kontrol dan kelas eksperimen ... 41 5. Data skor pretest, posttest, Gain, dan n-Gain keterampilan inferensi dikelas

kontrol dan kelas eksperimen ... 222 6. Data skor pretest, posttest, Gain, dan n-Gain penguasaan konsep dikelas

(17)

x DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Alur penelitian ... 31 2. Diagram rata-rata perolehan skor pretes dan postes keterampilan inferensi

siswa di kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 42 3. Diagram rata-rata perolehan skor pretes dan postes penguasaan konsep

siswa di kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 42 4. Diagram rata-rata N-gain kelas kontrol dan kelas eksperimen pada penilaian

(18)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan penge-tahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat men-jadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu menjela-jahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memper-oleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (BSNP, 2006).

(19)

2

teori (deduktif). Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat. Dalam pembelajaran sains termasuk kimia, kebanyakan siswa mempelajari konsep-konsep dan prinsip-prinsip sains secara teori atau siswa belajar tetapi tidak mengetahui makna dari apa yang dipelajarinya secara jelas. Cara pembelajaran seperti itu menyebabkan siswa pada umumnya hanya mengenal banyak peristilahan sains secara hafalan. Selain itu, banyaknya konsep dan prinsip-prinsip sains yang perlu dipelajari sis-wa, menyebabkan munculnya kejenuhan siswa belajar sains secara hafalan. De-ngan demikian belajar sains hanya diartikan sebagai pengenalan sejumlah

konsep-konsep dan peristilahan dalam bidang sains saja (Departemen Pendidikan, 2003).

(20)

3

KTSP guru berperan sebagai fasilitator dan motivator, serta siswa dituntut untuk memiliki kompetensi khusus setelah proses pembelajaran.

Masalah pembelajaran yang demikian dapat diantisipasi dengan melatihkan ke-terampilan berpikir secara ilmiah kepada siswa. Dengan demikian, sebagai hasil belajar sains diharapkan siswa memiliki kemampuan berpikir dan bertindak ber-dasarkan pengetahuan sains yang dimilikinya, atau lebih dikenal dengan keteram-pilan proses sains. Salah satu indikator keteramketeram-pilan proses sains adalah keteram pilan inferensi. Keterampilan inferensi penting bagi siswa dalam upaya menyele-saikan masalah-masalah yang kelak mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Mampu menentukan perbedaan, mengontraskan ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan dan menentukan dasar penggolongan terhadap suatu obyek merupakan indikator keterampilan inferensi. Selain itu, jika siswa sudah terampil berinferensi, maka secara langsung keterampilan lain sudah terlebih dulu dapat dikuasai seperti mengamati, klasifikasi, berkomunikasi, interpretasi dan prediksi. Dari keterampilan-keterampilan tersebut, siswa dilatih untuk menemukan konsep, sehingga konsep-konsep yang ada tidak lagi diberikan oleh guru kepada siswa akan tetapi siswa sendiri yang mencari dan menemukannya, hal ini akan sangat membantu siswa untuk dapat menguasai konsep dengan baik.

(21)

memi-4

lih beberapa model mengajar. Model mengajar banyak sekali jenisnya. Masing-masing model mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pemilihan suatu model perlu memperhatikan beberapa hal seperti materi yang disampaikan, tujuan pem-belajaran, waktu yang tersedia, jumlah siswa, mata pelajaran, fasilitas dan kondisi siswa dalam pembelajaran serta hal-hal yang berkaitan dengan keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran (Suryabrata, 1993). Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaranlearning cycle 3E. Model pem-belajaranlearning cycle 3Eadalah salah satu model pembelajaran berfalsafah konstruktivisme yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan inferen-si inferen-siswa. Model pembelajaranlearning cycle 3Eadalah pembelajaran yang dila-kukan melalui serangkaian tahap (fase pembelajaran) yang diorganisasi sedemi-kian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi yaitu menjelaskan perkem-bangan konsep reaksi reduksi-oksidasi dan hubungannya dengan tata nama senya-wa serta penerapannya.

(22)

5

mahasiswa pada mata kuliah organik I melaluilesson study, hasil penelitian menunjukkan implementasilesson studypada mata kuliah kimia organik I yaitu dengan penerapanLearning Cycle 3Edapat meningkatkan kemampuan berkomu-nikasi hal ini ditunjukkan mahasiswa aktif berinteraksi dan terjadi komuberkomu-nikasi dan kerjasama yang baik; dan Sahputra (2011) melakukan penelitian tentang penera-pan model pembelajaran siklus belajarLearning Cycleuntuk meningkatkan pres-tasi belajar kimia kelas X di SMK Piri 1 Yogyakarta. Hasil penelitian menunjuk-kan bahwa ada peningkatan kondisi pembelajaran kimia (minat siswa), dan ada kecenderungan peningkatan hasil belajar proses siswa daya serap kelas dengan indikator pada siklus I= 63,64% (cukup) dan siklus 2= 96,97% (tinggi).

Salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh siswa kelas X semester genap adalah menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan hubungannya dengan tatanama senyawa serta penerapannya. Materi pokok untuk kompetensi dasar tersebut adalah reaksi reduksi-oksidasi. Konsep dari materi reaksi oksidasi-reduksi ini bersifat abstrak. Oleh karena itu, sudah menjadi tugas guru untuk dapat menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, sehingga siswa tidak hanya mendapatkan penguasaan konsep saja, tetapi juga manfaat dari ilmu kimia tersebut bagi kehidupan mereka sehari-hari.

(23)

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah Efektivitas model pembelajaranlearning cycle 3E dalam meningkatkan keterampilan inferensi pada materi pokok reaksi oksidasi-reduksi?

2. Bagaimanakah Efektivitas model pembelajaranlearning cycle 3Edalam meningkatkan penguasaan konsep pada materi pokok reaksi oksidasi-reduksi?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan karakteristik model pembelajaranlearning cycle 3Eyang efektif dalam meningkatkan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep pada materi reaksi oksidasi-reduksi pada siswa SMA Negeri 13 Bandar Lampung.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat antara lain: 1. Bagi siswa

Pembelajaranlearning cycle3E memberikan pengalaman baru dalam kegiatan belajar siswa.

2. Bagi guru dan calon guru

(24)

7

3E sebagai model alternatif baik pada materi pokok reaksi oksidasi-reduksi maupun materi lain yang memiliki karakteristik yang mirip.

3. Bagi sekolah

Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Lokasi penelitian ini adalah SMA Negeri 13 Bandar Lampung.

2. Efektifitas pembelajaranlearning cycle3E ditunjukkan dengan adanya per-bedaan yang signifikan antara pemahaman setelah pembelajaran (perper-bedaan n-Gainkelas kontrol dan kelas eksperimen yang signifikan). Wicaksono (2000) 3. Model pembelajaranlearning cycle 3E (LC 3E) yang terdiri dari 3 fase yaitu

(1) Fase eksplorasi(exploration), (2) Fase penjelasan konsep(explaination), (3) Fase penerapan konsep(elaboration). Fajaroh dan Dasna (2007)

4. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang selama ini

digunakan di SMA Negeri 13 Bandar Lampung. Pembelajaran konvensional yang diterapkan menggunakan metode ceramah dan latihan soal.

5. Keterampilan inferensi dapat diartikan sebagai suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep dan prinsip yang diketahui. Dimyati dan Mudjiono (1994)

(25)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Konstruktivisme

Menurut Glasersfeld (Komalasari, 2010) konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil kon-struksi (bentukan) kita sendiri. Glasersfeld menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan atau gambaran dari kenyataan (realitas) yang ada. Pengeta-huan adalah ciptaan manusia yang dikontruksikan dari pengalaman yang dialami-nya yang diakibatkan dari suatu kontruksi kognitif kedialami-nyataan melalui kegiatan seseorang. Seseorang membentuk skema, kategori, konsep, dan struktur pengeta-huan yang diperlukan untuk pengetapengeta-huan. Para kontruktivis percaya bahwa pengetahuan itu tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru kepada siswa. Me-nurut Lorsbach dan Tobin (Komalasari, 2010), siswa sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalaman mereka.

Dalam proses kontruksi itu, menurut Glasersfeld (Komalasari, 2010) diperlukan beberapa kemampuan sebagai berikut:

1. Kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman. Kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi dengan pengalaman-pengalaman tersebut.

(26)

9

khusus serta melihat kesamaan dan perbedaannya untuk dapat membuat klasifikasi dan membangun suatu pengetahuan.

3. Kemampuan untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang lain karena kadang seseorang lebih menyukai pengalaman tertentu daripada yang lain, maka muncullah soal nilai dari pengalaman yang kita bentuk. Ditjen Dikdasmen (Komalasari,2010) menjabarkan kecenderungan tentang belajar berdasarkan konstruktivis tersebut sebagai berikut:

a. Proses belajar, meliputi: (1) belajar tidak hanya sekedar menghafal, akan tetapi siswa harus mengonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri; (2) siswa belajar dari mengalami, di mana siswa mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, bukan begitu saja oleh guru; (3) pengetahuan yang dimiliki seseorang terorganisasi dan mencerminkan pe-mahaman yang mendalam tentang suatu persoalan; (4) pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proporsi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan; (5) manusia yang mempunyai tingkatan yang berbeda dalam meyikapi situasi baru; (6) siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide; (7) proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan

seseorang.

b. Transfer belajar, meliputi: (1) siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari ‘pemberian orang lain’; (2) keterampilan dan pengetahuan itu diper-luas dari konteks yang terbatas (sempit), sedikit demi sedikit; (3) penting bagi siswa tahu ‘untuk apa’ ia belajar dan ‘bagaimana’ ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu.

c. Siswa sebagai pembelajar, meliputi: (1) siswa mmemiliki kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal yang baru; (2) strategi belajar itu penting; (3) peran guru membantu menghubungkan antara ‘yang baru’ dan yang sudah diketahui; (4) Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan pada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri dan menyadarkan siswa untuk menerap-kan strategi mereka sendiri.

d. Pentingnya lingkungan belajar, meliputi: (1) belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa; (2) pembelajaran harus berpusat pada‘bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan yang baru mereka. Strategi belajar lebih penting daripada hasilnya; (3) umpan balik amat penting bagi siswa yang berasal dari proses penilaian yang benar; (4) menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.

(27)

10

merupakan suatu proses sosial. Anak tidak berinteraksi dengan lingkungan fisik-nya sebagai suatu individu terikat, tetapi sebagai bagian dari kelompok sosial. Akibatnya lingkungan sosialnya berada diantara anak dengan lingkungan fisiknya. Interaksi anak dengan orang lain memainkan peranan penting dalam mengem-bangkan pandangannya terhadap alam. Melalui pertukaran ide-ide dengan orang lain, seorang anak yang tadinya memiliki pandangan subyektif terhadap sesuatu yang diamatinya akan berubah pandangannya menjadi obyektif. Aktivitas mental anak terorganisasi dalam suatu struktur kegiatan mentalyang disebut ”skema” atau pola tingkah laku. Dalam perkembangan intelektual ada tiga hal penting yang menjadi perhatian Piaget yaitu struktur, isi dan fungsi.

a. Struktur, Piaget memandang ada hubungan fungsional antara tindakan fisik, tindakan mental dan perkembangan logis anak-anak. Tindakan menuju pada operasi-operasi dan operasi-operasi menuju pada perkem-bangan struktur-struktur.

b. Isi, merupakan pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi yang

dihadapinya.

c. Fungsi, adalah cara yang digunakan organisme untuk membuat kemajuan intelektual.

Menurut Piaget perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi yaitu orga-nisasi dan adaptasi. Orgaorga-nisasi memberikan pada organisme kemampuan untuk mengestimasikan atau mengorganisasi proses-proses fisik atau psikologis menjadi sistemsistem yang teratur dan berhubungan, sedangkan adaptasi, terhadap lingku-ngan dilakukan melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi.

(28)

11

dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasi-kan kejadian atau rangsangan baru dalam skema yang telah ada. Proses asimilasi ini berjalan terus. Asimilasi tidak akan menyebabkan perubahan/pergantian skemata melainkan perkembangan skemata. Dengan kata lain, asimilasi merupa-kan salah satu proses individu dalam mengadaptasimerupa-kan dan mengorganisasimerupa-kan diri dengan lingkungan baru.

Dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru seseorang tidak dapat me-ngasimilasikan pengalaman yang baru dengan skemata yang telah dipunyai. Pe-ngalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan skema yang telah ada. Dalam keadaan demikian orang akan mengadakan akomodasi.

Akomodasi terjadi untuk membentuk skema baru yang cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu. Bagi Piaget adaptasi merupakan suatu kesetimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Bila dalam proses asimilasi seseorang tidak dapat mengadakan adaptasi terhadap lingkungannya maka terjadilah ketidakseimbangan (disequilibrium). Akibat ketidakseimbangan itu maka terjadilah akomodasi dan struktur kognitif yang ada akan mengalami perubahan atau munculnya struktur yang baru. Pertumbuhan intelektual ini merupakan proses terus menerus tentang keadaan ketidakseimbangan dan keadaan setimbang (disequilibrium-equilibrium). Tetapi bila terjadi kesetimbangan maka individu akan berada pada tingkat yang lebih tinggi daripada sebelumnya.

(29)

12

1. Diskusi yang menyediakan kesempatan agar semua peserta didik mau mengungkapkan gagasan

2. Pengujian dan penelitian sederhana

3. Demonstrasi dan peragaan prosedur ilmiah

4. Kegiatan praktis lain yang memberi peluang peserta didik untuk mempertanyakan, memodifikasi dan mempertajam gagasannya

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran secara konstrukti-visme adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa belajar dari meng-alami, di mana siswa mencari sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, bukan diberi begitu saja oleh guru. Guru hanya berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa mengolah pengetahuan baru, menyelesaikan suatu masalah dimana pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata dan masalah yang disimulasikan.

Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, subjek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari. Jadi menurut teori konstruktivisme, belajar adalah kegiatan yang aktif di mana subjek belajar membangun sendiri pengetahuannya. Subjek belajar juga mencari sendiri makna dari sesuatu yang mereka pelajari.

B. Learning Cycle 3 Phase(LC 3E)

(30)

13

pada pembelajar atau anak didik (student centre). Learning cyclemerupakan rangkaian dari tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa se-hingga pembelajar dapat menguasai kompetensi–kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif. Learning cycletermasuk ke pendekatan kontruktivisme karena siswa sendiri yang mengkonstruksi pema-hamannya.

Hal serupa juga dikemukakan oleh Fajaroh dan Dasna (2007) bahwa: Model pembelajaranlearning cycledikembangkan dari teori perkembangan kognitif Piaget. Model belajar ini menyarankan agar proses pembelajaran dapat melibat-kan siswa dalam kegiatan belajar yang aktif sehingga terjadi proses asimilasi, akomodasi dan organisasi dalam struktur kognitif siswa. Bila terjadi proses konstruksi pengetahuan dengan baik maka siswa akan dapat meningkatkan pema-hamannya terhadap materi yang dipelajari.

(31)

14

tinggi (high level reasoning) yang diawali dengan kata-kata seperti mengapa dan bagaimana.

Munculnya pertanyaan-pertanyaan tersebut sekaligus merupakan indikator kesia-pan siswa untuk menempuh fase berikutnya, fase pengenalan konsep. Pada fase ini diharapkan terjadi proses menuju kesetimbangan antara konsep-konsep yang telah dimiliki pebelajar dengan konsep-konsep yang baru dipelajari melalui kegiatan-kegiatan yang membutuhkan daya nalar seperti menelaah sumber pusta-ka dan berdiskusi. Pada tahap ini pembelajar lebih aktif untuk menentupusta-kan atau mengenal suatu konsep berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelum-nya di dalam fase eksplorasi. Pada fase ini , siswa mengenal istilah-istilah yang berkaitan dengan konsep-konsep baru yang sedang dipelajari.

Pada fase terakhir, yakni aplikasi konsep, pembelajar diajak menerapkan pemaha-man konsepnya melalui kegiatan-kegiatan sepertiproblem solving(menyelesaikan problem-problem nyata yang berkaitan) baik yang sama maupun yang lebih tinggi tingkatannya atau melakukan percobaan lebih lanjut. Penerapan konsep dapat meningkatkan pemahaman konsep dan motivasi belajar, karena pebelajar menge-tahui penerapan nyata dari konsep yang mereka pelajari.

Karplus dan Their (Fajaroh dan Dasna, 2007) mengungkapkan bahwa:

(32)

15

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat dibuat sintaks model siklus belajar pada berbagai tipe. Secara umum sintaks model siklus belajar yang menunjukkan tujuan dan aktivitas pembelajaran, disajikan pada Tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1. Sintaks Model Siklus Belajar

Fase Tujuan Aktivitas Pembelajaran Eksplorasi

1. Siswa belajar melalui aksi dan reaksi dalam situasi baru 2. Menyelidiki satu fenomena

dengan bimbingan minimal 3. Memberikan gagasan yang

dapat menimbulkan perdebatan

7. Menelaah dan mendiskusikan uraian materi

Penjelasan

Konsep 1. Menjelaskan konsep yang ditemukan siswa

1. Memperkenalkan suatu konsep yang ada hubungannya dengan fenomena yang diselidiki 2. Mendiskusikan konsep dalam

konteks apa yang telah diamati selama fase eksplorasi

3. Mendistribusikan/mengkaji bahan kajian/bacaan

4. Memberikan penjelasan tentang konsep

5. Mempresentasikan

/mendiskusikan hasil diskusi Aplikasi

Konsep 1. Menjelaskan konsep yang ditemukan siswa 2. Menggunakan

konsep-konsep untuk penyelidikan lebih lanjut

1. Melakukan percobaan dan mengerjakan LKS

a/mengkaji skema t karya tulis

(33)

16

Learning cycle 3Emelalui kegiatan dalam tiap fase mewadahi siswa untuk secara aktif membangun konsep-konsepnya sendiri dengan cara berinteraksi dengan ling-kungan fisik maupun sosial. Hudojo (2001) mengemukakan bahwa implementasi learning cycle 3Edalam pembelajaran sesuai dengan pandangan konstruktivis:

1. siswa belajar secara aktif. Siswa mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan berpikir. Pengetahuan dikonstruksi dari pengalaman siswa,

2. informasi baru dikaitkan dengan skema yang telah dimiliki siswa. Informasi baru yang dimiliki siswa berasal dari interpretasi individu, 3. orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang merupakan

pemecahan masalah.

Cohen dan Clough (Fajaroh dan Dasna, 2007) menyatakan bahwalearning cycle 3Emerupakan strategi jitu bagi pembelajaran sains di sekolah menengah karena dapat dilakukan secara luwes dan memenuhi kebutuhan nyata guru dan siswa. Dilihat dari dimensi guru, penerapan strategi ini memperluas wawasan dan me-ningkatkan kreativitas guru dalam merancang kegiatan pembelajaran. Ditinjau dari dimensi pebelajar, penerapan strategi ini memberi keuntungan berikut:

a. meningkatkan motivasi belajar karena pebelajar dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran,

b. membantu mengembangkan sikap ilmiah pebelajar, c. pembelajaran menjadi lebih bermakna.

Adapun kekurangan penerapan strategi ini yang harus selalu diantisipasi diperkirakan sebagai berikut (Soebagio, 2000):

a. efektivitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran,

b. menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran,

c. memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi, d. memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun

rencana dan melaksanakan pembelajaran.

(34)

17

1. tersedianya pengalaman belajar yang berkaitan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa,

2. tersediaanya berbagai alternatif pengalaman belajar jika memungkinkan, 3. terjadinya transmisi sosial, yakni interaksi dan kerja sama individu dengan

lingkungannya,

4. tersedianya media pembelajaran,

5. kaitkan konsep yang dipelajari dengan fenomena sedemikian rupa sehingga siswa terlibat secara emosional dan sosial yang menjadikan pembelajaran berlangsung menarik dan menyenangkan

C. Keterampilan Proses Sains

Hariwibowo dalam Fitriani (2009):

Keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemam-puan-kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan-kemampuan menda-sar yang telah dikembangkan dan telah terlatih lama-kelamaan akan menjadi suatu keterampilan, sedangkan pendekatan keterampilan proses adalah cara memandang anak didik sebagai manusia seutuhnya. Cara

memandang ini dija-barkan dalam kegiatan belajar mengajar memperhatikan pengembangan penge-tahuan, sikap, nilai, serta keterampilan. Ketiga unsur itu menyatu dalam satu individu dan terampil dalam bentuk kreatifitas.

Hartono dalam Fitriani (2009):

(35)

18

Menurut Rustaman (2009), keterampilan proses melibatkan

keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual, dan sosial. Keterampilan kognitif atau intelektual dengan melakukan keterampilan proses siswa dengan meng-gunakan pikirannya, keterampilan manual terlihat dalam penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan atau perakitan alat, keterampilan sosial dimak-sudkan bahwa dengan keterampilan proses siswa berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Cara berfikir dalam sains, fisika misalnya, dalah keterampilan-keterampilan proses.

Semiawan (1992: 15) menyatakan bahwa keterampilan proses adalah:

Keterampilan fisik dan mental terkait dengan kemampuan-kemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan berhasil menemukan sesuatu yang baru. Dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan memproses perolehan siswa mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.

Menurut Mundilarto dalam Widayanto (2009) menyebutkan bahwa proses sains ditunkan dari langkah-langkah yang dilakukan saintis ketika melakukan penelitian ilmiah, langkah-langkah tersebut dinamakan keterampilan proses. Keterampilan proses sains dapat juga diartikan sebagai kemempuan atau kecakapan untuk melaksanakn suatu tindakan dalam belajar sains sehingga menghasilkan konsep, teori, prinsip, hukum maupun fakta atau bukti.

Funk dkk dalam M. Nur (1998) mengklasifikasikan keterampilan proses sains menjadi keterampilan proses dasar dan keterampilan proses sains terpadu.

(36)

19

1. Pengamatan 2. Klasifikasi 3. Komunikasi

4. Pengukur sistem metriks 5. Prediksi

6. Inferensi

Menurut pendapat Tim action Research Buletin Pelangi Pendidikan dalam Fitriani (2009) keterampilan proses sains dibagi menjadi dua antara lain:

1. Keterampilan proses dasar (Basic Science Proses Skill), meliputi observasi, mengelompokkan, pengukuran, berkomunikasi dan inferensi.

2. Keterampilan proses terpadu (Intergated Science Proses Skill), meliputi me-rumuskan hipotesis, menamai variabel, mengontrol variabel, membuat definisi operasional, melakukan eksperimen, interpretasi, merancang penyelidikan, dan aplikasi konsep.

Nur (1998) menyebutkan tentang mengapa inferensi penting sebagai salah satu komponen keterampilan proses sains yang dimiliki siswa, karena kita mempunyai apresiasi yang lebih baik terhadap lingkungan apabila kita dapat menafsirkan dan memahami kejadian-kejadian dan berharap pola semacam itu akan tetap berlaku untuk waktu yang akan datang. Sebagian besar perilaku kita didasarkan pada inferensi yang kita buat. Para ilmuan menyusun hipotesis berdasarkan inferensi yang mereka buat terhadap penyelidikkannya. Sebagai guru, kita selalu membuat inferensi tentang perilaku siswa-siswa kita. Belajar itu sendiri adalah sebuah inferensi yang dibuat berdasarkan perubahan-perubahan tingkah laku siswa yang dapat diobservasi.

(37)

20

tersebut. Inferensi merupakan sebuah pernyataan yang ditarik berdasarkan bukti serangkaian observasi. Dengan demikian, inferensi harus didasarkan pada observasi langsung.

American Asosiation for the Advancement of Science (Devi, 2010) menyebutkan inferensi adalah sebuah pernyataaan yang dibuat berdasarkan fakta hasil

pengamatan. Hasil inferensi dikemukakan sebagai pendapat seseorang terhadap sesuatu yang diamatinya. Pola pembelajaran untuk melatih keterampilan proses inferensi, sebaiknya menggunakan teori belajar konstruktivisme, sehingga siswa belajar merumuskan sendiri inferensinya.

(38)

21

D. Penguasaan Konsep

Konsep merupakan salah satu pengetahuan awal yang harus dimiliki siswa karena konsep merupakan dasar dalam merumuskan prinsip-prinsip. Penguasaan konsep yang baik akan membantu pemakaian konsep-konsep yang lebih kompleks.

Penguasaan konsep merupakan dasar dari penguasaan prinsip-prinsip teori, artinya untuk dapat menguasai prinsip dan teori harus dikuasai terlebih dahulu konsep-konsep yang menyusun prinsip dan teori yang bersangkutan. Untuk mengetahui sejauh mana penguasaan konsep dan keberhasilan siswa, maka diperlukan tes yang akan dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai tertentu. Penguasaan konsep juga merupakan suatu upaya ke arah pemahaman siswa untuk memahami hal-hal lain di luar pengetahuan sebelumnya. Jadi, siswa di tuntut untuk menguasai materi-materi pelajaran selanjutnya.

Penguasaan konsep adalah proses penyerapan ilmu pengetahuan oleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung, dengan memiliki penguasaan konsep, peserta didik akan mampu mengartikan dan menganalisis ilmu pengetahuan yang diperoleh dari fakta dan pengalaman yang pada akhirnya peserta didik akan mem-peroleh prinsip hukum dari suatu teori.

(39)

22

karena dengan menguasai konsep kemungkinan memperoleh pengetahuan baru tidak terbatas.

Pengertian penguasaan konsep dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai pemahaman atau kesanggupan untuk menggunakan pengetahu-an, kepandaian dan sebagainya. Pemahaman bukan saja berati mengetahui yang sifatnya mengingat (hafalan) saja, tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain atau dengan kata-kata sendiri sehingga mudah mengerti makna bahan yang dipelajari, tetapi tidak mengubah arti yang ada di dalamnya.

Seseorang siswa dikatakan telah menguasai konsep apabila ia mampu mende-finisikan konsep, sehingga dengan kemampuan ini ia bisa membawa membawa konsep dalam bentuk lain yang tidak sama dengan buku teks. Dengan penguasa-annya seorang siswa mampu mengenali prosedur atau proses menghitung yang benar dan tidak benar serta mampu menyatakan dan menafsirkan gagasan untuk memberikan alasan induktif dan deduktif sederhana baik secara lisan, tertulis dan mendemonstrasikan (Depdiknas, 2003)

(40)

dilaku-23

kan siswa sebagai usaha untuk meningkatkan penguasaan materi. Keberhasilan suatu proses pembelajaran di kelas dapat terlihat dari penguasaan konsep yang dicapai siswa. Penguasaan konsep merupakan salah satu aspek dalam ranah kog-nitif dari tujuan kegiatan pembelajaran bagi siswa, sebab ranah kogkog-nitif berhubu-ngan deberhubu-ngan kemampuan berfikir, menghafal, memahami, mengaplikasi, menga-nalisis, menyintesis, dan mengevaluasi. Penguasaan konsep yang telah dipelajari siswa dapat diukur dari hasil tes yang dilakukan oleh guru.

E. Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini akan diteliti bagaimana efektivitas Model pembelajaran learning cycle 3Epada materi reaksi oksidasi rediksi dalam meningkatkan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep siswa di SMA Negeri 13 Bandar Lampung.

Didasarkan pada keterangan dari beberapa ahli yang telah diuraikan sebelumnya bahwa kelebihan yang dimiliki oleh model pembelajaranlearning cycle 3E

(41)

24

belajar dan membantu siswa untuk belajar sepanjang hayat, serta materi reaksi oksidasi-reduksi memiliki banyak hal (masalah) yang dapat ditemui oleh siswa di kehidupan mereka sehari-hari maka peneliti memiliki pemikiran bahwa pembela-jaran dengan model pembelapembela-jaranlearning cycle 3Eakan menghasilkan siswa dengan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep pada materi reaksi oksidasi-reduksi yang lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensio-nal.

Namun dibalik segala kelebihan yang dimiliki, model pembelajaran ini juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut antara lain yaitu sulit untuk mengubah kebiasaan siswa belajar dari mendengarkan dan menerima informasi guru menjadi belajar dengan banyak berfikir memecahkan permasalah sendiri atau kelompok, diperlukan cukup banyak waktu bagi siswa untuk memecahkan masa-lah ketika situasi masamasa-lah tersebut pertama kali dihadapkan kepada siswa, selain itu pembelajaran ini juga memerlukan berbagai sumber belajar.

Untuk mengatasi beberapa kekurangan tersebut, maka penelitian ini menggunakan LKS (terdapat di lampiran) yang dibuat dengan tujuan menuntun siswa untuk aktif berdiskusi, memecahkan masalah yang diberikan dengan lebih mudah, sehingga diharapkan dapat mengefisiensi waktu yang digunakan siswa untuk memecahkan masalah yang diberikan.

F. Anggapan Dasar

(42)

25

1). Siswa Kelas X semester genap SMA Negeri 13 Bandar Lampung tahun pelaja-ran 2011/2012 yang menjadi objek penelitian mempunyai kemampuan awal yang sama dalam keterampilan inferensi dan penguasaan konsep.

2). Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep siswa kelas X semester genap SMA Negeri 13 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012 diabaikan.

I. Hipotesis

Sebagai pemandu dalam melakukan analisis maka perlu disusun hipotesis. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

(43)

26

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 13 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011-2012 yang berjumlah 239 siswa. Siswa tersebut merupakan satu kesatuan populasi, karena adanya kesamaan-kesamaan sebagai berikut:

a. Siswa-siswa tersebut berada dalam 7 kelas yang sama, yaitu kelas X SMA Negeri 13 Bandar Lampung yang terbagi dari kelas X1–X7.

b. Siswa-siswa tersebut berada dalam semester yang sama, yaitu semester genap. c. Dalam pelaksanaan pengajarannya, siswa-siswa tersebut diajar dengan kurikulum

yang sama (KTSP), dan jumlah jam belajar yang sama (empat jam pelajaran dalam setiap minggu).

2. Sampel

(44)

ter-27

sebut kelas yang memiliki rata-rata nilai hampir sama yaitu kelas X4dan X5. Setelah

diperoleh dua kelas sampel maka ditentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan teknik tersebut diperoleh kelas X4sebagai kelas eksperimen yang

meng-gunakan metodelearning cycle 3E, sedangkan kelas X5adalah kelas kontrol yang

menggunakan pembelajaran konvensional.

B. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah:

Variabel bebas adalah model pembelajaran yang digunakan, yaitu model pem-belajaranLearning Cycle 3Edan pembelajaran konvensional. Sebagai variabel ter-ikat adalah keterampilan inferensi dan penguasaan konsep pada materi reaksi oksi-dasi reduksi siswa SMA Negeri 13 Bandar Lampung.

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang diambil dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data hasil tes sebelum belajar (pretest) dan hasil tes setelah belajar (posttest) siswa.

Adapun sumber data dibagi menjadi dua kelompok yaitu: 1. Seluruh siswa kelas eksperimen; dan

2. Seluruh siswa kelas kontrol.

D. Desain Penelitian

(45)

28

Desain penelitiannya adalah:

Tabel 2. Desain penelitian

Pretest Perlakuan Posttest

Kelas kontrol O1 - O2

Kelas eksperimen O1 X O2

(Sugiyono, 2010) Keterangan:

X : Pembelajaran kimia dengan menggunakan model pembelajaranlearning cycle 3E.

- : Pembelajaran kimia dengan menggunakan model pembelajaran Konvensional

O1: Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberipretest

O2: Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberiposttest

Di dalam penelitian ini tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Tes yang dilakukan sebelum perlakuan disebutpretestdan sesudah perlakuan disebutposttest.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 1997). Pada

(46)

29

terdiri atas soal penguasaan konsep yang berupa pilihan jamak dan soal kemampuan inferensi dalam bentuk uraian.

Dalam pelaksanaannya, kelas kontrol dan kelas eksperimen diberikan soal yang sama. Soalpretestadalah materi pokok sebelumnya (larutan elektrolit dan non-elektrolit), sedangkan soalposttestadalah materi pokok reaksi oksidasi reduksi.

Agar data yang diperoleh sahih atau dapat dipercaya, maka instrumen yang digunakan harus valid. Dengan kata lain suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Untuk itu, perlu dilakukan pengujian terhadap instrumen yang akan digunakan. Pengujian instrumen penelitian ini menggunakan validitas isi. Adapun pengujian validitas isi ini dilakukan dengan carajudgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator, dan butir-butir pertanyaannya. Bila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang

bersangkutan.

Oleh karena dalam melakukanjudgmentdiperlukan ketelitian dan keahlian penilai, maka peneliti meminta ahli untuk melakukannya. Dalam hal ini dilakukan oleh do-sen pembimbing penelitian untuk melakukannya.

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

1. Tahap Prapenelitian

(47)

30

b. meminta izin kepada kepala sekolah SMA Negeri 13 Bandar Lampung dan menyampaikan surat izin penelitian yang telah dibuat,

c. mengadakan observasi ke sekolah untuk mendapatkan informasi tentang keadaan sekolah, data siswa, data nilai, jadwal dan tata tertib sekolah, serta sarana prasarana di sekolah,

d. menentukan dua kelas sebagai kelas sampel,

e. menyiapkan perangkat pembelajaran yang digunakan selama proses pembelajaran di kelas,

f. menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan materi pokok yang diteliti yaitu materi reaksi oksidasi reduksi.

g. membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan materi pokok yang diteliti yaitu materi pokok reaksi oksidasi reduksi.

h. membuat soalpretestdanposttest.

2. Tahap Penelitian

Prosedur pelaksanaan di kelas dikelompokkan menjadi dua yaitu pembelajaran Learning Cycle 3Edan pembelajaran konvensional. Pada kelas X4diterapkan

model pembelajaranLearning Cycle 3Edan kelas X5diterapkan pembelajaran

konvensional. Prosedur pelaksanaannya sebagai berikut:

a. Melakukanpretestdengan soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

b. Melaksanakan pembelajaran pada materi pokok reaksi oksidasi reduksi sesuai model pembelajaran yang ditetapkan pada masing-masing kelas.

(48)

31

Alur pada penelitian ini sebagai berikut:

Gambar 1. Alur penelitian Penyusunan

perangkat pembelajaran konvensional

1. Penyusunan kisi-kisi butir soal (pretestdanposttest) 2. Butir soal tes (pretestdan

posttest)

Penyusunan perangkat pembelajaran problem solving

Validasipretestdan posttest

Kelas kontrol Kelas eksperimen

Pretest Pretest

Pembelajaran konvensional

Pembelajaran learning cycle 3E

Posttest Posttest

Tabulasi dan analisisdata

(49)

32

G. Analisis Data Penelitian

1. Hipotesis kerja

1. Hipotesis 1 (keterampilan inferensi)

Rata-rata keterampilan inferensi pada materi reaksi oksidasi reduksi dikelas yang diterapkan pembelajaranLearning Cycle 3Elebih tinggi dari rata-rata keterampil-an inferensi di kelas yketerampil-ang diterapkketerampil-an pembelajarketerampil-an konvensional.

2. Hipotesis 2 (penguasaan konsep)

Rata-rata penguasaan konsep pada materi reaksi oksidasi reduksi di kelas yang diterapkan pembelajaranLearning Cycle 3Elebih tinggi dari rata-rata pengua-saan konsep di kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.

2. Hipotesis statistik

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).

Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:

1. Hipotesis 1 (keterampilan inferensi) H0 : µ1x≤ µ2x

(50)

33

H1 : µ1x> µ2x

Rata-ratan-Gainketerampilan inferensi pada materi reaksi oksidasi reduksi dengan pembelajaranLearning Cycle 3E lebih tinggi daripada rata-ratan-Gainketerampilan inferensi dengan pembelajaran kon-vensional.

2. Hipotesis 2 (penguasaan konsep) H0 : µ1y≤ µ2y

Rata-ratan-Gainpenguasaan konsep pada materi reaksi oksidasi reduksi dengan pembelajaran Learning Cycle 3E lebih rendah atau sama dengan rata-ratan-Gainpenguasaan konsep dengan pembelajaran konvensional.

H1 :µ1y> µ2y

Rata-ratan-Gainpenguasaan konsep pada materi reaksi oksidasi reduksi dengan pembelajaranLearning Cycle 3E lebih tinggi daripada rata-rata n-Gainketerampilan mengkomunikasikan dengan pembelajaran

konvensional. Keterangan:

µ1 :Rata-rata (x) pada materi reaksi oksidasi reduksi pada kelas yang diterapkan

pembelajaranLearning Cycle 3E.

µ2 :Rata-rata (x) pada materi reaksi oksidasi reduksi pada kelas dengan pembelajaran

konvensional.

(51)

34

3. Teknik analisis data

Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

Skor pretes dan postes dirumuskan sebagai berikut:

Skor siswa= 100 ...(1)

Data yang diperoleh kemudian dicari gain ternormalisasinya kemudian dianalisis menggunakan uji homogenitas dua varians.

a) Perhitungan Gain Ternormalisasi

n-Gain merupakan perbandingan antara selisih skor pretes dan skor postes dengan selisih skor maksimum dan skor pretes. n-Gain digunakan untuk mengukur efek-tivitas suatu pembelajaran. Melalui perhitungan ini didapatkan data n-Gain se-jumlah siswa yang mengikuti test tersebut. Dalam hal ini 35 data pada kelas X4

(kelas eksperimen) dan 36 data pada kelas X5(kelas kontrol). n-Gain dirumuskan

sebagai berikut:

Rumusn Gain = ( )

( ) ...(2)

Kriteria interpertasi gain yang dikemukakan oleh Hake, yaitu: g≥ 0,7 (tinggi)

(52)

35

b) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi ber-distribusi normal atau tidak dan untuk menentukan uji selanjutnya apakah memakai statistik parametrik atau non parametrik. Pasangan hipotesis yang akan diuji adalah :

H0: sampel berasal dari populasi berdistribusi normal

H1: sampel berasal dari populasi tidak berdistribusi normal

Kenormalan data dihitung dengan menggunakan uji chi kuadrat (χ2) dengan rumus:

Keterangan: χ2= uji Chi- kuadrat

Oi= frekuensi observasi

Ei= frekuensi harapan

Kriteria : Terima Ho jika hitung  tabel.

c) Uji homogenitas dua varians

Uji homogenitas dua varians digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak.

H0= sampel kedua kelas antara kelas kontrol dan kelas eksperimen penelitian

mempunyai variansi yang homogen

H1= sampel kedua kelas antara kelas kontrol dan kelas eksperimen penelitian

(53)

36

a. Rumusan hipotesis

H0 = (Sampel antara kedua kelas mempunyai varian yang homogen)

H1 (Sampel antara kedua kelas mempunyai varian yang tidak homogen)

Keterangan:

=varians skor kelompok I

=varians skor kelompok II

dimana dk1= (n1-1) dan dk2= (n2-1)

b. Rumus statistik yang digunakan adalah uji-F:

= ...(4)

Keterangan :

=varians terbesar

=varians terkecil

Pada taraf 0.05, terima Ho jika F hitung F ½(1,2) dan tolak sebaliknya

(Sudjana, 2005)

d) Teknik Pengujian Hipotesis

Untuk data sampel yang berasal dari populasi berdistribusi normal, maka uji hipo-tesis yang digunakan adalah uji parametik (Sudjana, 1996). Teknik pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1). Sehingga

(54)

37

1) Hipotesis 1 (keterampilan inferensi)

H0 µ1x µ2x : Rata-rata keterampilan inferensi dikelas yang diterapkan

pembela-jaranlearning cycle 3Elebih rendah atau sama dengan keterampilan inferensi dikelas yang diterapkan pembelajaran konvensional siswa SMA Negeri 13 Bandar lampung.

H1 µ1x> µ2x : Rata-rata keterampilan inferensi dikelas yang diterapkan

pembela-jaranlearning cycle 3Elebih tinggi dibandingkan keterampilan infe-rensi dikelas yang diterapkan pembelajaran konvensional siswa SMA Negeri 13 Bandar lampung.

2) Hipotesis 2 (penguasaan konsep)

H0 µ1y µ2y : Rata-rata penguasaan konsep dikelas yang diterapkan pembelajaran

learning cycle 3Elebih rendah atau sama dengan penguasaan konsep dikelas yang diterapkan pembelajaran konvensional siswa SMA Negeri 13 Bandar lampung.

H1 µ1y> µ2y: Rata-rata penguasaan konsep dikelas yang diterapkan pembelajaran

learning cycle 3Elebih tinggi dibandingkan penguasaan konsep dikelas yang diterapkan pembelajaran konvensional siswa SMA Negeri 13 Bandar lampung.

Keterangan:

µ1 :Rata-rata (x,y) pada materi pokok reaksi oksidasi-reduksi pada kelas yang

(55)

38

µ2 :Rata-rata (x,y) pada materi pokok reaksi oksidasi-reduksi pada kelas dengan

pembelajaran konvensional.

x: keterampilan inferensi.

y : penguasaan konsep.

Dalam penelitian ini digunakan uji-t, yakni uji perbedaan dua rata–rata. Uji statistik ini sangatlah bergantung homogenitas kedua varians data, karena pada keterampilan inferensi variansnya homogen maka rumus statistik yang digunakan adalah:

a) = (Sampel mempunyai varian yang homogen), maka :

= ...(5)

= ( ) ( ) ...(6)

Keterangan:

= rata-ratan-Gainketerampilan inferensi reaksi oksidasi-reduksi yang diberi pembelajaran menggunakan pembelajaranlearning cycle 3E.

= rata-ratan-Gainketerampilan inferensi reaksi oksidasi-reduksi yang diberi pembelajaran konvensional.

= Simpangan baku gabungan.

= Jumlah siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaranlearning cycle3E.

= Jumlah siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

(56)

39

= Simpangan baku siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Dalam hal ini, kriteria pengujian adalah terima Ho jika t’t1 -dan tolak Ho jika

mempunyai harga-harga lain.

Pada penguasaan konsep variansnya tidak homogen maka rumus statistik yang digunakan adalah:

b) (Sampel mempunyai varian yang tidak homogen), maka : = ...(7)

x = rata-ratan-Gainketerampilan inferensi reaksi oksidas-reduksi yang diterap-kan pembelajaranlearning cycle 3E

2

x = rata-ratan-Gainketerampilan inferensi reaksi oksidasi-reduksi yang diterapkan pembelajaran konvensional

i

x = Gain kelas kontrol/eksperimen 2

1

s = Varians siswa yang diterapkan pembelajaranlearning cycle 3E 2

2

s = Varians siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. 2

i

(57)

40

1

n = Jumlah siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaranlearning cycle 3E n2 = Jumlah siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Dalam hal ini, kriteria pengujian adalah, tolak Ho jika :

+

+

dan terima Ho jika terjadi sebaliknya. Keterangan:

=

=

= ( ),( )

= ( ),( )

c) Mencari harga t tabel pada tabel distribusitdengan level signifikan 0,05 dan 2

σ  , sedangkan level signifikan 0,05 dan dk masing-masing

n1-1

dan

n2-1

untuk 2

2 2 1 σ

σ  .

(58)

55

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Rata-rata keterampilan inferensi siswa pada materi reaksi oksidasi-reduksi dikelas yang dibelajarkan dengan pembelajaran melaluiLearning Cycle 3E lebih tinggi bila dibandingkan dengan siswa dikelas yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional.

2. Rata-rata penguasaan konsep siswa pada materi reaksi oksidasi reduksi dikelas yang dibelajarkan dengan pembelajaran melaluiLearning Cycle 3E lebih tinggi bila diban-dingkan dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional.

(59)

56

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian agar lebih mem-perhatikan pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran sehingga pembel-ajaran lebih maksimal.

2. Pembelajaranlearning cycle 3Ehendaknya diterapkan dalam pembelajaran kimia, terutama pada materi reaksi oksidasi-reduksi karena terbukti efektif dalam meningkatkan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep siswa. 3. Agar penerapan pembelajaranlearning cycle 3Eberjalan efektif, hendaknya

guru menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran, serta guru harus memiliki kreativitas dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran. 4. Agar penerapan pembelajaranlearning cycle 3Eberjalan maksimal, perlu

(60)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 1997. Penilaian Program Pendidikan. Edisi III. Bina Aksara. Jakarta.

Budimansyah, Dasim. 2002.Model Pembelajaran dan Penilaian Portofolio. Ganesindo. Bandung.

BSNP. 2006.Panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Menteri Pendidikan Nasional. Jakarta

Dahar, R.W. 1988.Teori-teori belajar. Erlangga. Jakarta

Depdiknas. 2003.Pedoman khusus pengembangan silabus dan penilaian kurikulum 2004. Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

Diawati, C. 2011. Pembelajaran MIPA Berorientasi Pengembangan Soft Skills. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan MIPA. Unila. Bandar Lampung.

Djamarah dan Zain, A. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Fajaroh dan Dasna. 2007.Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar (learning

cycle). Universitas Negeri malang. Malang.

Fitri, U.N. 2011.Efektivitas Pembelajaran Learning Cycle 3 E Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Penguasaan Konsep Oksidasi Reduksi. Skripsi.FKIP Unila. Bandar Lampung

Gagne, R.M. 1975.The conditions of learning.Edisi IV. RHW. New York

Hariwibowo, K., R. Febrianto, A. Rengganis, dan Hera. Makalah Pembelajaran-Proses: Pendekatan Keterampilan Proses. [online]http://lubisgrafura.word-press.com/2009/05/26/

(61)

Hudojo, H. 2011.Pembelajaran Menurut Pandangan Konstruktivisme. Makalah Semlok Konstruktivisme sebagai Rangkaian Kegiatan Piloting JICA. FMIPA Universitas Negeri Malang. 9 Juli 2001.

Komalasari, K. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Refika Aditama. Bandung.

Nur, M. 1998. ProsesBelajar Mengajar Dengan Metode Pendekatan Keterampilan Proses. Surabaya: SIC

Purba, M. 2006.KIMIA SMA Kelas X. Erlangga. Jakarta.

Purnomo, P. 2002. Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah (Diktat). FKIP Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

Rosilawati, I. 2011. Peran Lesson Study Dalam Mengembangkan Keprofesionalan Pendidik dan Peningkatan Kualiatas Pembelajaran Secara Berkelanjutan (Continuing Professional Development). Prosiding Seminar Nasional LS IV. Universitas Negeri Malang. Malang

Rustaman, Nuryani. 2005. Pengembangan Butir Soal Keterampilan Proses Sains. FPMIPA. UPI. http://onengdalilah.blogspot.com/2009/02

Sahputra, H. 2011. Peranan Ilmu Kimia Dalam Meningkatkan Kemandirian Bangsa.Prosiding Seminar Nasional Kimia V. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.

Semiawan, Conny. 1992.Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia Soetardjo. 1998. Proses Belajar Mengajar Dengan Metode Pendekatan

Keterampilan Proses. SIC. Surabaya.

Sudjana. 2005.Metoda Statistika.Tarsito. Bandung.

Sugiyono. 2002.Statistika untuk Penelitian. CV Alfabeta. Bandung. Suryabrata, S. 1993.Metode Penelitian. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Wicaksono, A. 2008. Efektitifitas Pembelajaran. Agung (Ed). 5 April 2008. 2 Juli 2011 http://agung.smkn1pml.sch.id/wordpress/?p=119

Gambar

Tabel 1. Sintaks Model Siklus Belajar
Tabel 2. Desain penelitian
Gambar 1.  Alur penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Produk tersebut terbuat dari barang-barang bekas yang biasa dibuang begitu saja, ketika mahasiswa dibiasakan untuk berpikir kreatif dalam mengolah barang- barang bekas

Tingginya tingkat risiko (RQ) logam berat Pb pada masyarakat yang mengonsumsi ikan belanak di Sungai Tapak disebabkan karena laju asupan ikan belanak yang banyak

Menurut kami iklan kampanye ini jika di identifikasi dengan tema yang di usung yaitu “risk everythings” sesuai dengan apa yang di tampilkan, hal tersebut

X = MsgBox("Apakah Anda yakin ingin keluar??",

Masalah pengolahan limbah klinis/non klinis sesuai kapasitas rumah sakit.. Dampak kesehatan petugas, pengunjung, dan juga pasien (dan dampak

Dengan mempertimbangkan hasil dari analisis menggunakan Life Cycle Cost dan Value Matrix, maka didapatkan alternatif terpilih, untuk pekerjaan perkerasan rigid

Tanah kas desa yang dikerjasamakan dengan pihak lain, untuk lebih memberikan keleluasaan pemerintah desa dalam pene- rimaan yang sebesar-besarnya maka gu- bernur

Untuk mengoptimalkan tanah Jembul yang subur, maka dilakukan pengembangan desa wisata dengan penanaman tanaman obat keluarga (TOGA) sebagai salah satu taman Edukasi.. Taman Edukasi