• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL DAN HASIL BELAJAR (PTK di Kelas VII C SMPN 2 Kalianda Tahun Pelajaran 2010/2011)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL DAN HASIL BELAJAR (PTK di Kelas VII C SMPN 2 Kalianda Tahun Pelajaran 2010/2011)"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

Umi Ulfah Utami.

ABSTRAK

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION(GI) UNTUK MENINGKATKAN

KETERAMPILAN SOSIAL DAN HASIL BELAJAR (PTK di Kelas VII C SMPN 2 Kalianda Tahun Pelajaran 2010/2011)

Oleh

Umi Ulfah Utami.

Rendahnya hasil belajar fisika siswa kelas VII–C SMPN 2 Kalianda disebabkan

oleh kurangnya keterampilan sosial siswa. Pembelajaran yang monoton di kelas,

siswa tidak dilibatkan secara aktif dalam kegiatan pembelajaran membuat siswa

kurang menyukai pelajaran fisika. Dengan diterapkannya model pembelajaran

Group Investigation(GI) dapat memberikan pengalaman bagi siswa agar dapat benar-benar memahami materi yang diberikan karena siswa benar-benar

mengalami proses belajar melalui tahapan pembelajaranGroup Investigation(GI). Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan (1) cara meningkatkan

keterampilan sosial dan hasil belajar fisika siswa, (2) mengetahui peningkatan

keterampilan sosial belajar fisika siswa, dan (3) mengetahui peningkatan hasil

belajar fisika siswa kelas VII–C SMPN 2 Kalianda Tahun Pelajaran 2010/2011.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diketahui bahwa keterampilan sosial

(2)

Umi Ulfah Utami. Hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan cara membagi kelompok

berdasarkan kemampuan akademik, siswa yang berkemampuan tinggi akan

mengajari temannya yang berkemampuan rendah. Kemudian guru member

kesempatan kepada siswa untuk merancang eksperimen, melakukan eksperimen,

melakukan pengamatan, dan menyimpulkan hasil eksperimen, guru memberi

penguatan konsep sehingga siswa sudah benar-benar memahami konsepnya.

Apabila siswa sudah memahami konsep, maka pemahaman siswa tentang materi

itu sudah dikuasai sehingga siswa tidak mengalami kesulitan saat dievaluasi.

Berdasarkan hasil analisis keterampilan sosial diketahui bahwa nilai rata-rata

keterampilan sosial siswa siklus I sebesar 61,43dengan kategori “Keterampilan

SosialSedang”, pada siklus II meningkat 6,61 menjadi 68,04 dengan kategori

“Keterampilan SosialSedang”, dan pada siklus III keterampilan sosial siswa

kembali meningkat sebesar 7,50 menjadi 75,54dengan kategori “Keterampilan

SosialSedang”. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I adalah 46,29

dengan kategori“Tidak Tuntas”, kemudian pada siklus II meningkat menjadi

61,43 dengan kategori“Tuntas”, dan pada siklus III rata-rata hasil belajar kembali

meningkat menjadi 70,71 dengan kategori“Tuntas”. Berdasarkan hasil penelitian

dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran group investigation dapat

meningkatkan keterampilan sosial dan hasil belajar fisika siswa.

(3)

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION(GI) UNTUK MENINGKATKAN

KETERAMPILAN SOSIAL DAN HASIL BELAJAR

(PTK di Kelas VII C SMPN 2 Kalianda Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh

UMI ULFAH UTAMI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

GROUP INVESTIGATION

UNTUK MENINGKATKAN

KETERAMPILAN SOSIAL DAN HASIL BELAJAR

(PTK di Kelas VII C SMPN 2 Kalianda Tahun Pelajaran 2011/2012)

(Skripsi)

Oleh

UMI ULFAH UTAMI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pemikiran ... 17

2. Alur Penelitian Tindakan Kelas... 18

3. Siklus Penelitian Tindakan Kelas dari Kemmis dan Taggart ... 19

4. Grafik Distribusi Keterampilan Sosial Siswa per Siklus... 48

5. Grafik Distribusi Hasil Belajar Siswa Setiap Siklus ... 52

(6)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR GAMBAR... xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis... 6

1. Pembelajaran Kooperatif Tipe GI... 6

2. Keterampilan Sosial... 9

3. Hasil Belajar ... 12

B. Kerangka Pemikiran ... 15

C. Hipotesis Tindakan ... 17

III. METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian ... 18

B. Setting Penelitian ... 18

C. Faktor yang Diteliti... 20

D. Prosedur Penelitian ... 20

(7)

xii

F. Data dan Metode Pengambilan Data ... 24

G. Teknik Analisis Data ... 25

H. Indikator Kinerja... 28

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 29

1. Siklus I ... 29

a. Perencanaan ... 29

b. Tindakan ... 30

c. Observasi ... 31

d. Refleksi Siklus I... 33

e. Rekomendasi Perbaikan Siklus II... 34

2. Siklus II ... 34

a. Perencanaan ... 34

b. Tindakan ... 35

c. Observasi ... 36

d. Refleksi Siklus II ... 38

e. Rekomendasi Perbaikan Siklus III ... 39

3. Siklus III... 39

a. Perencanaan ... 39

b. Tindakan ... 40

c. Observasi ... 41

d. Refleksi Siklus III ... 43

B. Pembahasan ... 44

1. Deskripsi Minat Belajar Fisika Siswa ... 45

2. Deskripsi Hasil Belajar Fisika Siswa ... 50

3. Deskripsi Pengelolaan Pembelajaran ... 54

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 59

B. Saran... 60

(8)

xiii

LAMPIRAN

1. Kelompok Fisika Kelas VII C ... 61

2. Format Pengamatan Keterampilan Sosial ... 62

3. Rubrikasi Penilaian Keterampilan Sosial... 63

4. Tabel Analisis Keterampilan Sosial Siswa Siklus I ... 64

5. Tabel Analisis Keterampilan Sosial Siswa Siklus II... 65

6. Tabel Analisis Keterampilan Sosial Siswa Siklus III ... 66

7. Tabel Data Keterampilan Sosial Siswa Setiap Siklus ... 67

8. Tabel Analisis Hasil Belajar Fisika Siswa Siklus I... 68

9. Tabel Analisis Hasil Belajar Fisika Siswa Siklus II ... 69

10. Tabel Analisis Hasil Belajar Fisika Siswa Siklus III ... 70

11. Tabel Data Hasil Belajar Siswa Setiap Siklus ... 71

12. Tabel Analisis Pengelolaan Pembelajaran Siklus I... 72

13. Tabel Analisis Pengelolaan Pembelajaran Siklus II ... 74

14. Tabel Analisis Pengelolaan Pembelajaran Siklus III ... 76

15. Tabel Data Pengelolaan Pembelajaran Setiap Siklus... 78

16. Silabus... 79

17. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 86

18. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II... 96

19. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ... 102

20. Lembar Kerja Kelompok I ... 111

21. Lembar Kerja Kelompok II... 118

22. Lembar Kerja Kelompok III ... 120

23. Soal Siklus I ... 124

24. Soal Siklus II... 125

25. Soal Siklus III ... 126

26. Kunci Jawaban Soal Siklus I... 127

27. Kunci Jawaban Soal Siklus II ... 128

28. Kunci Jawaban Soal Siklus III ... 129

29. Surat Izin Penelitian ... 130

30. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian... 131

(9)

xiv

32. Daftar Hadir Seminar Hasil... 133

(10)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tahap PembelajaranGroup InvestigationMenurut Slavin ... 22

2. Contoh Lembar Observasi Keterampilan Sosial Siswa dalam Pembelajaran ... 26

3. Contoh Analisis Keterampilan Sosial Siswa ... 27

4. Distribusi Keterampilan Sosial Siswa pada Siklus I ... 31

5. Distribusi Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 32

6. Hasil Pengelolaan Pembelajaran Siklus I ... 32

7. Distribusi Keterampilan Sosial Siswa pada Siklus II ... 36

8. Distribusi Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 37

9. Hasil Pengelolaan Pembelajaran Siklus II... 37

10. Distribusi Keterampilan Sosial Belajar Siswa Siklus III... 41

11. Distribusi Hasil Belajar Siswa Siklus III... 42

12. Hasil Pengelolaan Pembelajaran Siklus III ... 42

13. Rata-Rata Keterampilan Sosial Belajar Siswa Setiap Siklus ... 45

14. Distribusi Keterampilan Sosial Belajar Siswa Setiap Siklus.... 45

15. Rata-Rata Hasil Belajar Siswa Setiap Siklus ... 50

16. Distribusi Hasil Belajar Siswa Setiap Siklus... 51

(11)

PERSEMBAHAN

Dengan menyebut namaMu ya ALLAH telah Engkau limpahkan rahmad dan

karunia yang tiada pernah terputus sehingga telah terselesaikan studi ku ini.

Dari lubuk hati yang paling dalam, akan ku persembahkan karya kecilku ini

untuk:

1. Suamiku tercinta yang telah sabar dalam doa dan harapan yang tulus demi

keberhasilanku, terimakasih yang tak terhingga untuk segalanya

2. Anak-anakku Rahmad, Iin, dan Puan

(12)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Umi Ulfah Utami.

NPM : 1013071011

Program Studi : Pendidikan Fisika

Jurusan : Pendidikan MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang telah

diajukan memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan

sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis

atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan

disebutkan dalam daftar pustaka.

Kalianda, Januari 2012 Yang menyatakan

(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Semarang pada tanggal 9 Mei 1968, merupakan anak

keempat dari tujuh bersaudara dari pasangan Bapak Paiman dan Ibu sulastri.

Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN Margosari Semarang Barat tahun 1981,

Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN PGRI 9 Semarang Barat

diselesaikan pada tahun 1984, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas

(SMA) Raden Intan Teluk Betung diselesaikan pada tahun 1987.

Pada tahun 1987 terdaftar sebagai mahasiswa Diploma 2 pada Program Studi

Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

(PMIPA) Fakultas Keguruan dan. Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung

melalui jalur SIPENMARU dan selesai pada tahun 1989

Pada tahun 2010 terdaftar sebagai mahasiswa S1 Guru Dalam Jabatan, Program

Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam (PMIPA) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas

(14)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas ridho dan karunia-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk mencapai gelar

sarjana pendidikan pada program studi pendidikan fisika.

Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini karena adanya bantuan dari

banyak pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila beserta para

pembantu Dekan FKIP Unila yang telah memberikan izin penelitian.

2. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Bapak Dr. Hi. Undang Rosidin, M. Pd., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Fisika, Pembahas, sekaligus Pembimbing Akademik atas

bimbingan, arahan, dukungan, dan motivasi kepada penulis selama

menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc., selaku Pembimbing I, terima kasih

atas bimbingan dan dukungan yang telah diberikan.

5. Bapak Abdurrahman , M.Si., selaku Pembimbing II, yang tak pernah bosan

memberikan bimbingan, arahan, dukungan, dan motivasi kepada penulis.

6. Bapak/Ibu Dosen di Program Studi Pendidikan Fisika, terima kasih atas ilmu

(15)

7. Bapak Drs. Suratno, selaku Kepala SMPN 2 Kalianda yang telah memberi izin

kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

8. Teman-teman di SMPN 2 Kalianda yang selalu memberi semangat.

9. Siswa-siswi SMP Negeri 2 Kalianda khususnya kelas VII–C selaku objek

penelitian.

10. Kedua orang tua, suami, dan anak-anak, serta saudara-saudara tercinta yang

telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.

11. Teman-teman seperjuangan Guru dalam Jabatan Program Studi Pendidikan

Fisika.

12. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis minta maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Akhir

kata, semoga karya ini bermanfaat bagi para pembaca.

Kalianda, Desember 2011 Penulis,

(16)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran Sains di SMPN 2 Kalianda masih menggunakan cara

konvensional, yaitu dengan metode ceramah dan tidak memanfaatkan

laboratorium yang ada. Hal ini membuat siswa tidak terlibat secara aktif

dalam proses pembelajaran. ketidakaktifan siswa menyebabkan hasil belajar

menjadi rendah.

Berdasarkan pengalaman peneliti selama ini, nilai rata-rata mata pelajaran

sains siswa kelas VII C masih rendah, yaitu 58. Nilai ini belum mencapai

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran Sains, yaitu 68. Ini

menunjukkan hasil belajar siswa relatif rendah dan belum mencapai kriteria

ideal ketuntasan belajar, karena masih terdapat siswa yang tidak tuntas dalam

pelajaran sains.

Pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung adalah pembelajaran

kooperatif, di mana siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan asumsi di atas, maka salah satu model pembelajaran yang diduga

dapat di terapakan dalam pembelajaran sains adalah model pembelajaran

kooperatif tipeGroup Investigation(GI). Dalam model pembelajaran

(17)

2 pembelajaran dan siswa akan terbiasa menemukan sendiri maksud dari

materi-materi dalam pembelajaran, tentunya dengan bimbingan guru. Selain

itu, pembelajaran ini juga membiasakan siswa belajar mandiri sehingga siswa

aktif selama proses pembelajaran.

Selama proses pembelajaran di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan

yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan

pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami

siswa sebagai peserta didik. Dapat dikatakan juga bahwa keberhasilan dari

suatu proses pembelajaran selalu saja dikaitkan dengan keberhasilan siswa

tersebut dalam belajar, artinya jika hasil belajar yang diperoleh siswa itu baik

dan memenuhi kriteria ketuntasan belajar maka dapat disimpulkan bahwa

proses pembelajaran tersebut berhasil dan apabila hasil belajar yang diperoleh

siswa relatif rendah dan tidak memenuhi kriteria ketuntasan belajar maka

dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran tersebut belum berhasil.

Penerapan berbagai metode pembelajaran dapat meningkatkan kegiatan

pembelajaran siswa seperti aktivitas, minat, motivasi, hasil belajar siswa, dan

lain-lain. Model pembelajaran klasikal atau ceramah dapat membuat siswa

kurang berkembang karena dalam model pembelajaran ini, guru lebih aktif

dari pada siswa. Dalam penyempurnaan kurikulum, saat ini telah

diberlakukan kurikulum yang menuntut adanya perubahan pada strategi

belajar dan pendekatan pembelajaran yaitu Kurikulum Tingkat Satuan

(18)

3 Diduga ada beberapa faktor penyebab rendahnya hasil belajar siswa tersebut,

diantaranya adalah kurangnya keterlibatan siswa selama proses belajar dan

rendahnya pemahaman siswa pada mata pelajaran sains. Hal ini terjadi ketika

menjelaskan materi siswa kurang memperhatikan dan sulit untuk memahami

materi yang sedang diajarkan. Untuk mengatasi antusiasme dan keterampilan

sosial siswa yang masih kurang tersebut diperlukan suatu model pengajaran

dan pendekatan yang tepat untuk mengoptimalkan proses pembelajaran.

Model pembelajaran yang diharapkan adalah model pembelajaran yang lebih

melibatkan siswa atau mengedepankan aktivitas siswa sehingga terjadi

keterampilan sosial di dalam aktivitas belajar.

Dengan adanya peningkatan aktivitas siswa tersebut, maka diharapkan

keterampilan sosial dan pencapaian kompetensi dan ketuntasan belajar siswa

juga ikut meningkat. Berdasarkan permasalahan dan pernyataan di atas,

peneliti akan melakukan suatu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul

“Implementasi model pembelajaran kooperatif tipe GI untuk meningkatkan

keterampilan sosial dan hasil belajar”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka rumusan

masalah penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah meningkatkan keterampilan sosial siswa dengan

(19)

4 2. Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar siswa menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe GI pada materi kalor?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:

1. Peningkatan keterampilan sosial siswa menggunakan pembelajaran

kooperatif tipe GI pada materi kalor.

2. Peningkatan hasil belajar siswa menggunakan pembelajaran kooperatif

tipe GI pada materi kalor.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat:

1. Bagi siswa

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe GI pada materi kalor, dapat

meningkatkan keterampilan sosial dan hasil belajar sains dengan cara yang

menarik karena siswa dilibatkan secara langsung dalam proses

pembelajaran.

2. Bagi guru

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe GI pada materi kalor, dapat

menjadi salah satu model pembelajaran alternatif bagi guru dalam

menyajikan materi sains untuk meningkatkan keterampilan sosial dan hasil

(20)

5 E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini lebih terarah dan memberikan gambaran yang jelas

mengenai masalah yang akan diteliti, maka ruang lingkup penelitian ini

adalah:

1. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang memungkinkan

siswa untuk bertukar pendapat dengan teman dalam satu kelompok kecil

untuk memecahkan masalah serta menyelesaikan tugas-tugas yang

terstruktur demi mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif tipe

GI merupakan suatu model pembelajaran yang dirancang dengan tahapan:

mengidentifikasi topik dan membagi siswa ke dalam kelompok,

merencanakan tugas, membuat penyelidikan, mempersiapkan tugas akhir,

mempresentasikan tugas akhir, dan evaluasi.

2. Keterampilan sosial merupakan keterampilan yang dimiliki seseorang

untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Keterampilan sosial

mempunyai fungsi sebagai sarana untuk memperoleh hubungan yang baik

dalam berinteraksi dengan orang lain. Keterampilan sosial dalam

penelitian dibatasi pada keterampilan berkomunikasi terdiri dari : aspek

bertanya, menyumbang ide, menjadi pendengar yang baik, berkomunikasi.

3. Hasil belajar adalah nilai yang diperoleh siswa setelah mengikuti

pembelajaran menggunakan pembelajaran kooperatif tipe GI yang

dicerminkan pada hasil tes pada setiap akhir siklus yang dibatasi pada

aspek kognitif.

4. Materi pembelajaran yang diberikan pada penelitian tindakan kelas ini

(21)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoretis

1. Pembelajaran Kooperatif TipeGroup Investigation(GI) Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang

memungkinkansiswa untuk bertukar pendapat dengan teman dalam satu

kelompok kecil untuk memecahkan masalah serta menyelesaikan

tugas-tugas yangterstruktur demi mencapai tujuan bersama.

Menurut Lie (2004: 12) bahwa:

Pembelajaran kooperatif atauCooperative Learningadalah sistempengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untukbekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yangterstruktur dengan guru bertindak sebagai fasilitator.

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dalam kelompok kecil

di mana siswa bekerja dalam kelompoknya untuk menyelesaikan suatu

permasalahan.Lebih lanjut, Suherman (2003: 260) menyatakan bahwa:

Pembelajaran Kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja dalam sebuah tim untuk menyesaikan sebuah

masalah, menyelesikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama.

Berdasarkan pendapat Lie dan Suherman, pembelajaran kooperatif dalam

pelaksanaannya siswa belajardalam kelompok kecil, namun tidak ada

(22)

7 akademik tinggi dalampenyelesaian tugas kelompok. Hal ini disebabkan

pada modelpembelajaran kooperatif harus menerapkan lima unsur menurut

Lie (2004: 31), yaitu:

Saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, evaluasi proses kelompok. Jika kelima unsur tersebut dilaksanakan dengan baik, maka akan tercipta suasana kerja kelompok yang maksimal.

Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hubungan yang lebih

baikdengan sesama siswa dan memberikan dampak positif terhadap

siswa.Siswa dilatihketerampilan-keterampilan khusus seperti

memahamikonsep, kemampuan bekerja sama, kemampuan berpikir kritis

dan sifattoleran kepada siswa lain. MenurutIbrahim (2000: 18) manfaat

pembelajaran kooperatif adalah:

(1) Meningkatkan pencurahan waktu dan tugas, (2) Rasa harga diri menjadi tinggi, (3) Memperbaiki sikap terhadap ilmu pengetahuan dan sekolah, (4) Memperbaiki kehadiran, (5) Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar, (6) Perselisihan antar pribadi kurang, (7) Sikap apatis kurang, (8) Pemahaman yang lebih

mendalam, (9) Motivasi lebih besar, (10) Hasil belajar lebih tinggi, (11) Meningkatkan budi pekerti, kepekaan dan toleransi.

Berdasarkan pendapat Lie, Suherman, dan Ibrahim di atas dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang

berpusat pada aktivitas siswa di dalam kelompok untuk menggali

informasi di mana guru berperan sebagai fasilitator.Pembelajaran

kooperatif memiliki manfaat yang dapat meningkatkan motivasi dan hasil

(23)

8 GI merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang

menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri

materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan

yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari

melalui internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam

menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi.

Ibrahim (2000: 20) menyatakan:

Dalam penerapan penelitian kelompok ini guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota lima atau enam siswa yang heterogen. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas. Tahap kegiatan yang dilakukan dalam penelitian kelompok yaitu: pemilihan topik, perencanaan kooperatif, implementasi, analisis, sintesis, dan presentasi hasil final.

Sedangkan Slavin dalam Maesaroh (2005: 29) membagi GI menjadi enam

tahap, yaitu identifikasi dan pembagiankelompok, perencanaan tugas,

membuat penyelidikan, mempersiapkan tugas akhir, presentasi, dan

evaluasi.

Enam tahapan kemajuan siswa di dalam model pembelajaran tipe Group Investigation, yaitu (1) mengidentifikasi topik dan membagi siswa ke dalam kelompok, (2) merencanakan tugas, (3) membuat penyelidikan, (4) mempersiapkan tugas akhir, (5)

mempresentasikan tugas akhir, dan (6) evaluasi.

Berdasarkan pendapat Ibrahim dan Slavin di atas, dapat disimpulkan

bahwa model pembelajaran GI adalah pembelajaran secara berkelompok

untuk menyelesaikan suatu permasalahan dalam proses pembelajaran di

(24)

9 dalam kelompok, merencanakan tugas, membuat penyelidikan,

mempersiapkan tugas akhir, mempresentasikan tugas akhir, dan evaluasi.

2. Keterampilan Sosial

Nilai-nilai sosial sangat penting bagi anak didik, karena berfungsi sebagai

acuan bertingkah laku terhadap sesamanya, sehingga dapat diterima di

masyarakat. Nilai-nilai itu antara lain, seperti kasih sayang, tanggung

jawab, dan keserasian hidup.

Adapun keterampilan sosial mempunyai fungsi sebagai sarana untuk

memperoleh hubungan yang baik dalam berinteraksi dengan orang lain;

contoh : melakukan penyelamatan lingkungan, membantu orang lain, kerja

sama, mengambil keputusan, berkomunikasi, wirausaha, dan partisipasi.

Gresham & Reschly dalam Gimpel dan Merrell,( 1998 : 1)

mengidentifikasi-kan keterampilan sosial dengan beberapa ciri, antara lain:

(1) Perilaku interpersonal; (2) Perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri; (3) Perilaku yang berhubungan dengan kesuksesan akademis; (4) Penerimaan teman sebaya; (5) dan keterampilan berkomunikasi

Keterampilan ini sangat diperlukan untuk menjalin hubungan sosial yang

baik, berupa pemberian umpan balik dan perhatian terhadap lawan bicara

dan menjadi pendengar yang responsive.Johnson dan Johnson (1999)

mengemukakan ada enam fungsi memiliki keterampilan sosial, yaitu :

(1)perkembangan kepribadian dan identitas; (2) mengembangkan kemampuan kerja, produktivitas, dan kesuksesan karir;

(25)

10 fisik; (5) meningkatkan kesehatan psikologis; (6)kemampuan mengatasi stress.

Keterampilan sosial yang perlu dimiliki siswa, menurut John Jarolimek

(1993 : 9), mencakup :

(1) Living and working together; taking turns; respecting the rights of others; being socially sensitive; (2) Learning self-control and self-direction; (3) Sharing ideas and experience with others

Keterampilan sosial itu memuat aspek-aspek keterampilan untuk hidup dan

bekerjasama; keterampilan untuk mengontrol diri dan orang lain;

keterampilan untuk saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya;

saling bertukar pikiran dan pengalaman sehingga tercipta suasana yang

menyenangkan bagi setiap anggota dari kelompok tersebut.

Banyak metode yang digunakan guru sosiologi untuk dapat

mengembangkan keterampilan sosial siswa, menurut Prayitno (1980 : 37 ),

di antaranya yaitu:

“1.Diskusi kelompok : diskusi kelompok besar/kecil; diskusi panel

2. Simposium; ceramah forum; percakapan forum; seminar

3.Role playing( permainan peran ) atau sosiodrama 4. Fish bowl

5. Brainstorming

6. Problem solving dan inkuiri 7. Metode proyek

(26)

11 9. Tutorial, dll”

Sementara itu cara-cara berketerampilan sosial yang dapat dikembangkan

kepada siswa adalah sebagai berikut :

1. Membuat rencana dengan orang lain

2. Partisipasi dalam usaha meneliti sesuatu

3. Partisipasi produktif dalam diskusi kelompok

4. Menjawab secara sopan pertanyaan orang lain

5. Memimpin diskusi kelompok

6. Bertindak secara bertanggung jawab

7. Menolong orang lain

Seorang siswa dikatakan mampu berketerampilan sosial ketika ia dapat

berkomunikasi dengan baik sesuai aturan (tata cara) dengan sesamanya di

dalam sebuah kelompok. Jadi, sarana kelompok (wadah) untuk

berkomunikasi merupakan syarat yang harus ada di dalam memroses

keterampilan sosial siswa.

Kelompok yang produktif adalah kelompok yang kaya dengan pencapaian

tujuan kelompok dan kaya dengan pemberian sumbangan terhadap

kebutuhan anggota-anggotanya.Produktivitas kelompok sangat

dipengaruhi oleh semangat kerja kelompok, kebersamaan serta

kepemimpinan dalam kelompok.

Kerjasama yang baik, yang seimbang antar individu-individu dalam suatu

kelompok demokratis tidak ada dengan sendirinya saja, melainkan harus

(27)

12 terdapat kerjasama yang efektif, berhasil baik, terdapat beberapa prinsip

dinamika kelompok yang merupakan syarat dari produktivitas kelompok,

yaitu : (1) Suasana; (2) Rasa aman; (3) Kepemimpinan bergilir; (4)

Perumusan tujuan; (5) Fleksibilitas (flexibility); (6) Mufakat (consensus);

(7) Kesadaran kelompok (group awareness); dan (8) Evaluasi yang terus

menerus.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan, bahwa keterampilan sosial

siswa dapat berkembang dengan baik tergantung pada : (1) Interaksi atau

individu dalam suatu kelompok, yaitu bisa terlaksana apabila individu

dalam kelompok telah dibekali dengan berbagai keterampilan sosial di

mana salah satunya adalah: cara berbicara, cara mendengar, cara memberi

pertolongan, dan lain sebagainya; serta (2) Suasana dalam suatu kelompok,

yaitu suasana kerja dalam kelompok itu hendaknya memberi kesan semua

anggota, bahwa mereka dianggap setaraf, khususnya dalam pengembangan

keterampilan sosial.

3. Hasil Belajar

Proses pembelajaran yang telah dilaksanakan tentunya akan memperoleh

suatu hasil yang dikatakan sebagai hasil belajar. Siswa yang mempunyai

daya serap dan kemampuan kognitif tinggi akan memperoleh hasil yang

berbeda dengan seorang siswa yang mempunyai kemampuan kognitif

(28)

13 Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi dari tindak belajar dan tindak mengajar yang dilakukan oleh penyaji pembelajaran dan pembelajar.

Keberhasilan proses belajar yang dilakukan dapat diukur dengan tolak

ukur hasil belajar yang diperoleh oleh siswa. Hal tersebut didukung oleh

pendapat Djamarah dan Zain (2006 : 121)

Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar, dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan akhir atau puncak dari proses belajar. Akhir dari kegiatan inilah yang menjadi tolak ukur tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar.

Siswa yang memiliki kemampuan analisis, maka ia akan memecahkan

suatu permasalahan teori tertentu dengan menganalisis pengetahuan yang

dilambangkan dengan kata-kata menjadi buah pikiran. Hal tersebut

didukung oleh pendapat Hamalik (2002 : 19)

Hasil belajar merupakan suatu kemampuan yang didapat dari kegiatan belajar yang merupakan kegiatan kompleks. Dengan memiliki hasil belajar, seseorang akan mampu mengartikan dan menganalisis ilmu pengetahuan yang dilambangkan dengan kata-kata menjadi suatu buah pikiran dalam memecahkan suatu permasalahan tertentu.

Hasil belajar yang dicapai siswa dalam suatu mata pelajaran dapat

diperoleh dengan berusaha mengamati, melakukan percobaan, memahami

konsep-konsep, prinsip-prinsip, serta mampu untuk mengaplikasikan

dalam kehidupan sehari-hari setelah siswa mempelajari pokok bahasan

yang diajarkan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sardiman (2005 : 21)

Hasil belajar dapat diperoleh dari berbagai usaha, misalnya aktif dalam kegiatan pembelajaran, memahami eksperimen yang

(29)

14 keilmuan dapat dikatakan bahwa seseorang tersebut memiliki prestasi.

Hasil belajar merupakan prestasi aktual siswa yang dapat didukung dengan

berbagai aktivitas pembelajaran. Hasil belajar yang baik akan diperoleh

dengan usaha yang dilakukan oleh siswa. Hal tersebut didukung oleh

pendapat Keller dalam Mulyono (2002 : 45)

Hasil belajar adalah prestasi aktual yang ditampilkan oleh anak, sedangkan usaha adalah perbuatan yang terarah pada penyelesaian tugas-tugas belajar. Ini berarti bahwa besarnya usaha adalah indikator dari adanya aktivitas, sedangkan hasil belajar dipengaruhi oleh besarnya usaha yang dilakukan oleh anak.

Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh dari interaksi kegiatan

belajar mengajar.Hasil belajar itu dapat berupa tingkah laku, ranah

berfikir, dan perasaaan. Hal tersebut dikemukakan oleh Anderson dalam

Depdiknas (2004:4)

Karakteristik manusia meliputi cara yang tipikal dari berpikir, berbuat, dan perasaan. Tipikal berpikir berkaitan dengan ranah kognitif, tipikal berbuat berkaitan dengan ranah psikomotor, dan tipikal perasaan berkaitan dengan ranah afektif.Ketiga ranah tersebut merupakan karakteristik manusia dalam bidang pendidikan.Ketiga ranah tersebut merupakan hasil belajar.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar merupakan hasil yang telah diperoleh setelah siswa menerima

pengetahuan, dimana hasil belajar mencakup tiga ranah, yaitu kognitif,

(30)

15 B. Kerangka Pemikiran

Pembelajaran akan lebih bermakna ketika pembelajaran itu mudah

dipahami dan diingat oleh peserta didik. Salah satu alternatif

pembelajaran yang diduga dapat diterapkan dengan tujuan mudah

dipahami dan diingat oleh peserta didik adalah model pembelajaran

kooperatif tipe GI. Model pembelajaran kooperatif tipe GI merupakan

suatu pembelajaran yang dirancang untuk mengajarkan kepada siswa

bagaimana cara menggali dan menginvestigasi suatu permasalahan yang

menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri

materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan

yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari

melalui internet. Topik tertentu diselesaikan dengan melibatkan siswa.

Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam

berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Model GI

dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berpikir mandiri.

Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama

sampai tahap akhir pembelajaran.Selama pengamatan, siswa dibimbing

oleh guru untuk bersama-sama menyelidiki masalah mereka, sumber

belajar yang mereka butuhkan, pembagian tugas, dan bagaimana mereka

mempresentasikan hasil pekerjaan mereka di dalam kelas. Guru berperan

sebagai fasilitator. Selama proses pembelajaran, guru memantau diantara

kelompok-kelompok memperhatikan siswa mengatur pekerjaan dan

(31)

16 menemukan kesulitan dalam interaksi kelompok. Guru secara

terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika

diperlukan. Kemudian, para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai

informasi yang diperoleh dan merencanakan agar dapat diringkaskan

dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas. Proses ini akan

meningkatkan aktivitas mereka dalam belajar fisika. Semua kelompok

menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah

dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu

perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Hal ini membantu mereka

untuk lebih memahami materi kalor karena siswa langsung

mempresentasikan apa yang mereka buat dan proses ini diduga dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.

Alur kerangka pemikiran penulis dari penelitian yang akan dilakukan

(32)

17

Keterangan:

: Alur tindakan

: Pengaruh tindakan

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka teoretis yang telah diungkapkan di atas, maka hipotesis

tindakan dalam penelitian ini adalah dengan menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe GI pada materi kalor dapat meningkatkan keterampilan sosial

dan hasil belajar fisika siswa pada kelas VII C SMPN 2 Kalianda. Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe GI

Siswa melakukan investigasi dan mempersiapkan tugas

akhir yang akan

dipresentasikan di depan kelas Siswa membuat perencanaan dari masalah yang akan diteliti,

bagaimana proses, dan sumber yang digunakan

Siswa mengidentifikasi topik Pemberian tugas oleh guru

(33)

18

III. METODE PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII C SMPN 2 Kalianda Tahun

Pelajaran 2011/2012. Jumlah siswa adalah 35 siswa yang terdiri dari 15 siswa

laki-laki dan 20 siswa perempuan.

B. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII C SMPN 2 Kalianda, Lampung

Selatan semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 menggunakan prosedur

penelitian tindakan kelas dengan proses kajian berdaur ulang yang terdiri dari

empat tahapan, yaitu:

Gambar 2. Alur penelitian tindakan kelas (Aqib, 2007: 30)

Setelah permasalahan diformulasikan, kemudian diterapkan penelitian

tindakan kelas dalam tiga siklus yang langkah-langkahnya diadaptasi dari

rancangan penelitian tindakan kelas pada gambar berikut:

Refleksi Observasi

(34)

19

Gambar 3. Siklus Penelitian Tindakan dari Kemmis dan Taggart dalam Arikunto (2008: 48)

Dari gambar di atas, penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus dengan

tahapan-tahapan sebagai berikut :

1. Orientasi lapangan atau kajian teoretis (pencarian dan analisis fakta)

2. Rencana Pembelajaran

3. Pelaksanaan tindakan.

4. Evaluasi kegiatan atau monotoring pelaksanaan dan pengaruhnya

5. Refleksi atau merinci kendala dan pengaruh dari implementasi

6. Tindak lanjut (kembali ke tahap 1 dan seterusnya). ORIENTASI LAPANGAN

atau KAJIAN TEORITIS

SIKLUS 1 SIKLUS 2 SIKLUS 3

(35)

20 C. Faktor yang Diteliti

Untuk memecahkan masalah yang telah dirumuskan di atas, ada beberapa

faktor yang akan diteliti pada penelitian ini, yaitu:

(1) Keterampilan sosial siswa dalam pelajaran fisika.

(2) Hasil belajar siswa pada materi kalor.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini terdiri dari 3 (tiga) siklus belajar dan setiap siklus

dilaksanakan dengan beracuan pada peningkatan yang ingin dicapai.

Pelaksanaan penelitian ini menggunakan prosedur sebagai berikut:

(1) Perencanaan(plan)

(2) Pelaksanaan tindakan(action) (3) Evaluasi(observe)

(4) Refleksi(reflect)

Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini untuk setiap siklus akan

dijabarkan sebagai berikut:

1. Siklus Pertama

a. Tahap Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah:

(1) Melakukan observasi awal di SMPN 2 Kalianda, Lampung Selatan.

(2) Menentukan model pembelajaran yang tepat untuk diterapkan

(36)

21 (3) Menentukan peringkat akademik siswa berdasarkan data hasil

observasi awal yang nantinya digunakan sebagai pedoman

pembagian kelompok.

(4) Menyesuaikan silabus dengan sintak pembelajaran kooperatif tipe

GI.

(5) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

(6) Membuat Lembar Kerja Kelompok (LKK).

(7) Membuat lembar penilaian keterampilan proses sosial untuk

mengetahui keterampilan sosial siswa.

(8) Membuat lembar soalpost-test.

b. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melaksanakan

pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah ditentukan, yaitu

sesuai dengan sintak model pembelajaran kooperatif tipe GI. Langkah yang dilakukan pada pembelajaran model GI adalah sebagai berikut:

(1) Kegiatan Awal

Pada kegiatan awal ini guru membagi siswa ke dalam beberapa

kelompok berdasarkan hasil belajarnya, dalam satu kelompok

memiliki hasil belajar yang heterogen. Selanjutnya guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberi

kontribusi apa yang akan mereka selidiki dan meminta mereka

untuk menyelesaikannya. Di akhir pertemuan guru meminta

(37)

22 (2) Kegiatan Inti

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan merupakan adaptasi

dari model pembelajaran kooperatif tipe GI menurut Slavin

dalam Maesaroh (2005: 29). Tahapan pembelajarannya dapat

dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Tahap PembelajaranGroup InvestigationMenurut Slavin (2005:29).

Guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk memberi kontribusi apa yang akan mereka selidiki. Kelompok dibentuk berdasarkan heterogenitas.

Tahap II

Merencanakan tugas

Kelompok akan membagi sub topik kepada seluruh anggota. Kemudian membuat perencanaan dari masalah yang akan diteliti, bagaimana proses dan sumber apa yang akan dipakai. Tahap III

Membuat penyelidikan

Siswa mengumpulkan, menganalisis dan mengevaluasi informasi, membuat kesimpulan dan mengaplikasikan bagian mereka ke dalam pengetahuan baru dalam mencapai solusi masalah kelompok.

Tahap IV Mempersiapkan tugas akhir

Setiap kelompok mempersiapkan tugas akhir yang akan dipresentasikan di depan kelas.

Tahap V

Mempresentasikan tugas akhir

Siswa mempresentasikan hasil kerjanya. Kelompok lain tetap mengikuti.

Tahap VI Evaluasi

Soal ulangan mencakup seluruh topik yang telah diselidiki dan

dipresentasikan.

(3) Kegiatan Akhir

Setelah dilakukan presentasi, guru memberikan pertanyaan

yang berhubungan dengan materi yang dipresentasikan kepada

(38)

23 (4) Tahap Evaluasi

Pada tahap ini dilaksanakan proses evaluasi terhadap

pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran

kooperatif tipe GI, yaitu keterampilan sosial dan hasil belajar

selama proses pembelajaran. Data keterampilan sosial siswa

diperoleh berdasarkan lembar observasi keterampilan sosial.

Data hasil belajar siswa dilihat dari hasil evaluasi tiap akhir

siklus yang berupa tes hasil belajar tiap siklus.

(5) Tahap Refleksi

Hasil yang didapat pada tiap tahap evaluasi pada setiap siklus

dikumpulkan, dianalisis, dan dibuat kesimpulan sementara.

Hasil analisis dari tiap siklus digunakan untuk merefleksikan

diri, apakah dengan tindakan yang telah dilakukan dapat

meningkatkan keterampilan sosial dan hasil belajar siswa.

Hasil analisis data yang dilaksanakan pada tahap ini akan

digunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus

berikutnya.

2. Siklus Kedua

Pada dasarnya tahap demi tahap pembelajaran pada siklus kedua sama

dengan siklus pertama. Pelaksanaan siklus II ini diawali dengan perbaikan

dan pelaksanaan dari rekomendasi yang dihasilkan pada kegiatan refleksi

(39)

24 3. Siklus Ketiga

Tahap demi tahap yang dilaksanakan pada siklus ketiga tidak jauh berbeda

dengan siklus-siklus sebelumnya hanya mengadakan pembaharuan pada

kegiatan yang dirasakan kurang pada siklus sebelumnya dan dilakukan

penekanan pada aspek yang masih rendah ketercapaiannya pada

siklus-siklus sebelumnya untuk ditingkatkan lagi.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah:

(1)Lembar Kerja Kelompok (LKK) yang digunakan untuk membantu guru

dalam proses pembelajaran.

(2)Lembar observasi keterampilan sosial untuk mengetahui keterampilan

sosial siswa.

(3)Lembar tes hasil belajar untuk mendapatkan nilai hasil belajar siswa.

(4)Lembar observasi guru mengajar untuk evaluasi guru dari siklus I ke

siklus berikutnya.

F. Data dan Metode Pengumpulan Data 1. Data

Data yang diperoleh setelah dilakukannya penelitian ini adalah data berupa

data kuantitatif, yaitu data keterampilan sosial dan hasil tes belajar siswa

untuk mengetahui data keterampilan sosial dan hasil belajar yang

(40)

25 2. Metode Pengumpulan Data

a. Data Keterampilan Sosial

Data keterampilan sosial diambil melalui lembar observasi

keterampilan sosial selama proses pembelajaran berlangsung.

b. Data Hasil Belajar

Data pemahaman hasil belajar awal siswa, dilakukan dengan

memberikan 5 soal uraian mengenai kalor. Pada penelitian,

pengambilan data hasil belajar siswa dilakukan dengan memberikan

tes di akhir siklus. Materi yang diujikan berdasarkan presentasi yang

telah dilakukan pada setiap siklus.

G. Teknik Analisis Data

Setelah data penelitian diperoleh, selanjutnya dilakukan analisis data sebagai

sebagai berikut:

1. Keterampilan Sosial

Data keterampilan sosial diambil pada setiap pertemuan dengan

menggunakan lembar observasi terhadap keterampilan sosial siswa.

Pengumpulan data keterampilan sosial siswa dilakukan dengan memberi

chek list (√)pada setiap aspek keterampilan sosial yang dilakukan siswa

(41)

26 Tabel 2. Contoh lembar observasi keterampilan sosial siswa dalam

pembelajaran

No Nama siswa

Aspek keterampilan sosial yang diamati

1 2 3

Pada masing-masing item keterampilan sosial diberi nilai 1 sampai dengan 4

Prediktor :

A : Bertanya

Bertanya pada guru dan teman tentang materi pelajaran atau peristiwa

alam yang berkaitan dengan materi pelajaran

B : Menyumbang Ide

Mengajukan pendapat /ide yang berkenaan dengan pokok bahasan yang

Dipelajari

C : Menjadi pendengar yang baik

Memberi kesempatan bagi anggota kelompok lain untu mengemukakan

pendapat dalam diskusi kelompok dan mendengarkannya dengan baik

D : Berkomunikasi

Berkomunikasi baik dengan teman dalam diskusi kelompok maupun

dengan guru. Komunikasi yang terjadi berkaitan dengan mata pelajaran

yang dipelajari dengan deskriptor sebagai berikut:

1 = Jika belum terlihat

2 = jika mulai terlihat

3 = jika mulai berkembang

(42)

27 Tabel 3. Contoh analisis keterampilan sosial siswa

No Nama siswa Aspek keterampilan sosial Skor Keterampilan sosial ( % )

2. Data Hasil Belajar

Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah data hasil belajar siswa. Data

hasil belajar siswa berupa soal tes tertulis berbentuk uraian. Proses

analisis untuk data hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:

(a) Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah jumlah skor dari

setiap soal.

(b) Persentase pencapaian hasil belajar siswa diperoleh dengan rumus:

Nilai hasil belajar siswa adalah:

Nilai hasil belajar siswa per tes = % pencapaian pemahaman konsep

(c) Nilai rata-rata hasil belajar siswa diperoleh dengan rumus:

(43)

28 Untuk menentukan ketuntasan hasil belajar siswa disesuaikan dengan

KKM yang berlaku di sekolah yaitu 68. Apabila nilai siswa≥ 68,

maka dikategorikan tuntas.

H. Indikator Kinerja

Indikator kinerja pada penelitian ini adalah:

1) Meningkatnya keterampilan sosial siswa dalam aspek keterampilan

berkomunikasi terhadap pelajaran fisika setelah diterapkannya model

pembelajaran kooperatif tipe GI.

2) Meningkatnya hasil belajar fisika siswa melampaui kriteria ketuntasan

(44)

59

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, disimpulkan bahwa penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe GI adalah sebagai berikut:

1. Keterampilan sosial siswa dapat ditingkatkan dengan cara memfasilitasi

siswa bekerja di dalam kelompok dan mengomunikasikannya. Dalam

proses ini akan terjadi interaksi di dalam kelas sehingga keterampilan

sosial dapat meningkat. Terjadi peningkatan keterampilan sosial siswa

pada setiap siklusnya. Nilai rata-rata keterampilan sosial siswa selama

pembelajaran pada siklus I adalah 61,43 dengan kategori sedang, pada

siklus II meningkat sebesar 6,65 menjadi 68,04 dengan kategori sedang,

dan pada siklus III keterampilan sosial siswa kembali meningkat sebesar

7,5 menjadi 75,54 dengan kategori sedang

2. Hasil belajar fisika siswa pada setiap siklusnya dapat ditingkatkan melalui

optimalisasi peran individu dalam kelompok untuk melakukan sejumlah

penyelidikan (investigasi) . Pada siklus I rata-rata hasil belajar siswa

adalah 46,29 dengan kategori tidak tuntas, kemudian pada siklus II

meningkat sebesar 15,14 menjadi 61,43dengan kategori “TidakTuntas”,

dan pada siklus III rata-rata hasil belajar kembali meningkat sebesar 9,28

(45)

60 B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka disarankan bagi guru atau

guru peneliti yang akan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe GI

harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Guru harus lebih memahami sintak-sintak pada model pembelajaran yang

digunakan agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar.

2. Guru harus mampu menyesuaikan pengelolaan waktu dengan RPP, agar

pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.

3. Guru harus memperhatikan dan memantau kekompakan kelompok belajar

dalam menyelesaikan tugas yang diberikan agar siswa dapat bekerja sama

dengan baik dan tidak membuat kegaduhan di kelas.

4. Guru harus lebih memotivasi siswa untuk menyelesaikan tugas dengan

baik sehingga siswa dapat memanfaatkan kehadiran guru sebagai

fasilitator.

5. Guru dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe GI karena

pembelajaran ini dapat meningkatkan keterampilan sosial dan hasil

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman. 1999.Metode Pembelajaran Tindakan Kelas. Jakarta: Grafindo Aqib, Zainal. 2006.Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru. Bandung: Yrama

Widya

Arikunto, Suharsimi. 2008.Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Depdiknas. 2004.Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Depdiknas RI Djamarah dan Zain. 2006.Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Hamalik, Oemar. 2001.Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Ibrahim, Muslimin dan Muhammad Nur. 2000.Pembelajaran Kooperatif.

Surabaya: Universitas Negeri Surabaya

Kiranawati. 2007.Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation). [On line] tersedia: http: //gurupkn.wordpress.com/ 2007/11/13/ metode-investigasi-kelompok-group-investigation/. 17/08/2010. 14.05 WIB

Lie, Anita. 2003.Cooperative Learning,MempraktikkanCooperative Learning Di Ruang-ruang Kelas.Jakarta : Grasindo

Maesaroh, Siti. 2005.Efektivitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif Dengan Metode Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Memes, Wayan. 2001.“Perbaikan Pembelajaran Topik Kalor di SLTP”. (Jurnal). Pendidikan dan Pengajaran KIP Negeri Singaraja. Departemen Pendidikan Nasional RI.

Mulyono. 2002.Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Pustaka

Soemanto, Wasty. 1990.Psikologi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta Sardiman, A.M. 2005.Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: Raja

(47)
(48)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc ……….

Sekretaris : Dr. Abdurrahman, M.Si ……….

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Undang Rosidin, M.Pd. ……….

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi Bujang Rahman, M.Si. NIP. 19600315 198503 1 003

(49)

Judul Skripsi : IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) UNTUK MENINGKATKAN

KETERAMPILAN SOSIAL DAN HASIL BELAJAR

(PTK di KelasVIII – A SMPN 2 Kalianda)

Nama Mahasiswa : UMI ULFAH UTAMI

Nomor Pokok Mahasiswa : 1013071011

Program Studi : Pendidikan Fisika

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc Dr. Abdurrahman, M.Si

NIP. 19580603 198303 1 002 NIP. 19681210 199303 1 002

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Gambar 2. Alur penelitian tindakan kelas (Aqib, 2007: 30)
Gambar 3. Siklus Penelitian Tindakan dari Kemmis dan Taggart dalamArikunto (2008: 48)
Tabel 1. Tahap Pembelajaran Group Investigation Menurut
+3

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilakukan recountouring area tersebut akan disebari tanah pucuk sehingga siap untuk dilakukan penanaman, dengan terlebih dahulu pada lapisan top soil diberi cover crop

Skripsi ini berjudul KEPURBAKALAAN KOMPLEK MAKAM SYEKH IBRAHIM ASMOROQONDI DI TUBAN (Studi Sejarah dan Akulturasi). Masalah yang diangkat dalam penulisan ini adalah

a. Karakteristik Aktivitas Kerja Kepala Sekolah dengan guru pada TK ABA 7 UPTD TK/SD Kecamatan Blora. Karakteristik penataan lingkungan sekolah pada TK ABA 7 UPTD

[r]

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas,

Isdaryanto, A. Skripsi S-1 Kearsipan Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Drumblek Dari Salatiga Untuk Dunia. Salatiga: Kampoeng Salatiga. Pengantar

ata yang diperoleh dari suatu penelitian yang masih berupa random dapat disusun menjadi data yang berurutan satu per satu atau berkelompok, yaitu data yang

Adalah dimensi yang berhubungan dengan pengakuan atas situasi bermasalah yang dihadapi seseorang. Dengan kemampuan dan kemauan untuk mengakui adanya masalah, akan