• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation untuk meningkatkan pemahaman siswa pada materi pemerintahan desa mata pelajaran pkn di kelas iv Minu Waru ii Sidoarjo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation untuk meningkatkan pemahaman siswa pada materi pemerintahan desa mata pelajaran pkn di kelas iv Minu Waru ii Sidoarjo"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

PADA MATERI PEMERINTAHAN DESA

MATA PELAJARAN PKN DI KELAS IV MINU WARU II SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh :

ACHMAD FATKHURROZI NIM : D77214053

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PGMI FEBRUARI 2019

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ix

Sidoarjo. Skripsi. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Pembimbing (1) Dr. Sihabudin, M.Pd.I, M.Pd Pembimbing (2): Dr. H. Munawir, M. Ag.

Kata Kunci: Peningkatan Pemahaman, Group Investigation, Materi Pemerintahan Desa

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kesulitan siswa kelas IV untuk memahami materi pemerintahan desa pada mata pelajaran PKN. Hal ini diketahui dari hasil wawancara dan dokumentasi pada kegiatan dan dokumentasi pada kegiatan pra siklus. Hal tersebut disebabkan model yang digunakan guru yaitu cenderung ceramah dan penggunaan media kurang menarik antusias siswa. Dari jumlah 28 siswa masih terdapat 16 siswa mendapat nilai dibawah KKM.

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah: (1) Bagaimana

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dalam

meningkatkan pemahaman materi pemerintahan desa pada pelajaran PKN siswa kelas IV MINU Waru II Sidoarjo. (2) Bagaimanaa peningkatan pemahaman materi pemerintahan desa pada pelajaran PKN siswa kelas IV MINU Waru II Sidoarjo.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan model Kurt Lewin, yang terdiri dari 4 tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan atau observasi, dan refleksi, yang dilakukan dalam 2 (dua) siklus. Teknik analisis data yang digunakan yaitu data kualitatif dan kuantitatif, dengan cara pengumpulan data menggunakan tes, observasi, wawancara dan dokumentasi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV MINU Waru Sidoarjo tahun pelajaran 2017-2018 yang berjumlah 28 siswa.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: 1) Penerapan model pembelajaran

Group Investigation dalam meningkatkan pemahaman siswa terkait materi Pemerintahan Desa pada pelajaran PKN dapat dilaksanakan dengan baik. Hal ini dapat dibuktikan melalui hasil observasi aktivitas guru pada siklus I yang memperoleh skor sebesar 66,41(cukup) dan meningkatkan pada siklus II sebesar 87,12 (baik), sedangkan pada aktivitas siswa di siklus I memperoleh skor sebesar 63,46 (cukup) dan meningkatkan pada siklus II sebesar 97,11 (sangat baik). 2) Peningkatan pemahaman materi Pemerintahan Desa pada pelajaran PKN siswa kelas IV setelah diterapkan model pembelajaran Group Investigation) terlihat hasil nilai rata-rata siswa, pada pra siklus sebesar 59,39 (kurang) dengan persentase ketuntasan sebesar 42,81% (kurang), menjadi sebesar 70,3 (cukup) pada siklus I dengan persentase ketuntasan sebesar 53,57% (kurang), dan meningkat pada siklus II sebesar 83 (baik) dengan presentase ketuntasan sebesar 89% (baik).

(7)

xii

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN MOTTO ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...iv

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... v

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI ...vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR DIAGRAM ...xvi

DAFTAR RUMUS ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tindakan yang Dipilih ... 5

D. Tujuan Penelitian... 6

E. Lingkup Penelitian ... 7

F. Signifikansi Penelitian... 7 BAB II KAJIAN TEORI

(8)

xiii

3. Tipe Group Investigation ... 13

A. Hakikat Pemahaman 1. Pengertian Pemahaman ... 16

2. Tingkatan Pemahaman ... 18

3. Indikator Pemahaman ... 19

4. Cara Mengukur dan Meningkatkan Pemahaman ... 21

B. Hakikat PKN 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ... 25

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian ... 30

B. Setting Penelitian... 33

C. Subyek Penelitian ... 33

D. Variabel Penelitian ... 34

E. Rencana Tindakan ... 34

F. Data dan Cara Pengumpulannya ... 38

G. Teknik Pengumpulan Data ... 39

H. Teknik Analisis Data ... 42

(9)

xiv

1. Tahapan Pra Siklus ... 48

2. Tahapaan Siklus I ... 51 3. Tahapan Siklus II ... 62 B. Pembahasan ... 73 BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 81 B. Saran ... 82 DAFTAR PUSTAKA ... 83 PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN

(10)

xv

2.1 Kata kerja operasional menurut taksonomi Bloom ... 20

3.2 Rumus menghitung tes individu ... 43

3.3 Rumus nilai rata-rata ... 43

3.4 Kriteria persentase ketuntasan pemahaman siswa ... 44

3.5 rumus ketuntasan pemahaman siswa ... 44

3.6 Kriteria observasi aktivitas guru dan siswa ... 45

4.1 Daftar nilai tes pra siklus ... 50

4.2 Daftar nilai siklus I ... 59

4.1 Daftar nilai siklus II ... 70

4.4 Data Peningkatan hasil tes pemahaman Pra Siklus I & II ... 77

(11)

xvi

4.2 Diagram Hasil observasi aktivitas siswa siklus I & II ... 75 4.3 Jumlah siswa tuntas ... 78 4.4 presentase ketunhtasan siswa ... 79

(12)

xvii

3.4 Menghitung observasi aktivitas guru ... 46 3.5 menghitung observasi aktivitas siswa ... 46

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan Kewarganegaraan adalah pembelajaran yang membahas segala bentuk tentang kenegaraan. PKN pada dasarnya adalah belajar tentang keindonesiaan, belajar untuk menjadi manusia yang berkepribadian Indonesia, membangun rasa kebangsaan, dan mencintai tanah air Indonesia. Oleh karena itu, seorang sarjana atau professional sebagai bagian dari masyarakat Indonesia yang terdidik perlu memahami tentang Indonesia, memiliki kepribadian Indonesia, memiliki rasa kebangsaan Indonesia, dan mencintai tanah air Indonesia. Dengan demikian, ia menjadi warga negara yang baik dan terdidik (smart and goodcitizen) dalam kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang demokratis.1

Pendidikan adalah suatu pola pembelajaran yang mempelajari sebuah pengetahuan, keterampilan dan kebiasaan yang diperuntukan dari satu generasi ke generasi lainnya melalui pelatihan, pengajaran, diskusi dan penelitian. Pendidikan juga sering kita lakukan secara otodidak atau secara coba-coba untuk sebuah proses pengajaran diri sendiri. Sedangkan hari ini pendidikan bisa berarti sangat luas sekali, dikarenakan proses zaman yang semakin canggih dan modern. Sehingga peran Pengajaran dan pelatihan semakin berkurang dengan adanya media sosial yang secara masif mengajarkan diri kita sendiri untuk belajar sendiri.

1 Paristyanti Nurwardani dkk, Buku ajar mata kuliah wajib umum pendidikan kewarganegaraan

(Jakarta: Penerbit Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, 2016). 16.

(14)

Pendidikan mempunyai definisi yang luas, yang mencakup semua perbuatan atau semua usaha dari generasi tua untuk mengalihkan nilai-nilai serta melimpahkan pengetahuan, pengalaman, kecakapan serta keterampilan kepada generasi selanjutnya sebagai usaha untuk menyiapkan mereka agar dapat memenuhi fungsi hidup mereka baik jasmani maupun rohani. Maka, banyak ahli membahas definisi pendidikan, tetapi dalam pembahasannya mengalami kesulitan karena antara satu definisi dengan definisi yang lain sering terjadi perbedaan.2

Maka dari itu setiap peserta didik patut untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu agar dapat menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia serta dapat bertanggung jawab. Ali bin Abu Thalib r.a mengingatkan kepada orang tua dan para pendidik untuk mengajari anak-anak (peserta didik) agar mereka diajari dengan ilmu supaya mereka bisa hidup dizamannya yang berbeda dengan zaman ketika mereka menuntut ilmu.3

Dewasa ini pembelajaran di sekolah sangatlah bermacam-macam cara untuk memberi penjelasan yang gamblang dalam suatu materi yang diajarkan. Pada kenyataannya yang ada di lapangan, mata pelajaran PKN ini memiliki mutu yang sangat rendah yang diakibatkan dari kurangnnya pemahaman terhadap materi yang dipelajari. Dikarenakan model yang digunakan masih belum menarik atau terkadang

2 Syamsul kurniawan, Pendidikan Karakter: Konsepsi & implementasi secara terpadu di lingkungan

keluarga, sekolah, perguruan tinggi dan masyarakat (Yogyakarta: Penerbit Ar-Ruzz Media, 2017) 26

3 Dedi Mulyasana, pendidikan bermutu dan berdaya saing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

(15)

model yang digunakan sudah bagus namun dalam pengaplikasiannya masih kurang. Sehingga banyak siswa yang masih sulit untuk memahami materi dengan baik.

Hal tersebut juga terjadi pada siswa kelas IV MINU Waru II Sidoarjo. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan salah satu guru kelas IV di MINU Waru II. Dari 28 siswa yang ada di kelas IV dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) pada mata pelajaran PKN materi Pemerintahan Desa sebesar 75. Perolehan nilai rata-rata siswa 59,39 dan presentase ketuntasan siswa 42,85% dengan jumlah 12 siswa tuntas dan 16 siswa belum tuntas. Siswa kelas IV mengalami kesulitan dalam memahami dan menghafal pemerintahan desa, baik secara tertulis maupun secara lisan4.

Untuk memahamkan materi dengan baik, maka peranan guru sangatlah penting. Guru menjadi fasilitator dan motivator serta menginspirasi untuk siswa dalam mengembangkan pelajaran. Guru dapat memberikan gaya untuk menyampaikan materi dengan melalui model pembelajaran, seperti model pembelajaran kooperatif. Model ini sangat menarik jika diterapkan kepada siswa khususnya tingkat dasar. Ciri khas model ini yaitu dengan cara berpasangan sehingga dapat mempermudah siswa untuk memahami materi yang disampaikan oleh guru. Namun pada kenyataanya guru kurang menggunakan model dalam menyampaikan materi sehingga siswa masih kesulitan untuk menyerap pelajaran yang sudah diajarkan oleh guru.

(16)

Penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation ini juga pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, diantaranya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Khoiruzzani dalam Skripsi yang berjudul Peningkatan Hasil Belajar PKn melalui penerapan Metode Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) siswa kelas IV SD Pancasila 45 Tembok Dukuh VI/10 Surabaya. Dalam penelitian tersebut berdampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan persentase ketuntasan belajar siswa pada pra siklus (64,5%), siklus I (48,8 %), siklus II (92,2 %).5

Berdasarkan permasalahan di atas, menjadi pendorong utama bagi peneliti untuk mengajukan judul tentang “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Materi Pemerintahan Desa Mata Pelajaran PKN di Kelas IV MINU Waru II Sidoarjo”. B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation

dalam meningkatkan pemahaman materi pemerintahan desa pada pelajaran PKN siswa kelas IV MINU Waru II Sidoarjo?

2. Bagaimanaa peningkatan pemahaman materi pemerintahan desa pada pelajaran PKN siswa kelas IV MINU Waru II Sidoarjo?

5 M. khoiruzzaini, “Peningkatan Hasil Belajar PKn melalui penerapan Metode Kooperatif Tipe Group

Investigation (G) siswa kelas IV SD Pancasila 45 Tembok Dukuh VI/10 Surabaya”, (Skripsi:

(17)

C. Tindakan yang Dipilih

Berdasarkan latar belakang dan rumusan yang telah diuraikan, penulis mempunyai sebuah gagasan kreatif dalam pemecahan masalah. Gagasan tersebut

adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group

Investigation, dengan menggunakan pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman pembelajaran PKN siswa kelas IV MINU Waru II.

Penggunaan model pembelajaran ini mempertimbangkan karateristik siswa kelas IV yang mayoritas senang dengan metode yang dikemas secara berkelompok. Siswa akan lebih giat dalam mengikuti proses belajar didalam kelas. Materi pemerintahan desa memiliki karateristik materi yang komplek dengan banyak konsep sehingga perlu dibuat secara berkelompok, diharapkan tujuan pembelajaran bisa tercapai dengan baik. Peneliti mengajak siswa kelas IV untuk belajar dengan langkah-langkah yang menyenangkan, menarik serta membangkitkan semangat dalam pembelajaran secara bersama-sama. Kelebihan tipe group Invetigation yakni dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas, memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif dan aktif. Yang kedua dapat belajar untuk memecahkan masalah, sehingga dalam hal ini model tersebut dinilai sesuai untuk meningkat pemahaman siswa materi pemerintahan desa.

Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group

investigation dapat meningkat pemahaman siswa, memudahkan siswa untuk memahami isi materi, dan menciptakaan pembelajaran yang menarik. Karena, pada model ini siswa akan dijelaskan dan diberikan pemahaman melalui praktik langsung.

(18)

Siswa dapat praktik dengan membuat kelompok yang didasari kesenangan berteman yang kemudian melakukan investigasi secara bersama-samaa. Model ini membantu siswa untuk belajar bersama dengan temannya yang dapat menarik perhatian siswa untuk mengikuti proses pembelajaran.

Penelitian ini menggunakan model Kurt Lewin, yaitu dengan mengikuti prosedur perencanakan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting).

Tindakan penelitian ini diawali dengan menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), guru melaksanakan pembelajaran, dan kemudian refleksi berdasarkan pengamatan dan hasil yang diperoleh. Dengan melalui penelitian menggunakan Kurt Lewin tersebut diharapkan dapat mengetahui hasil penerapan

model pembelajaran kooperatif Group Investigation untuk meningkatkan pemahaman

materi pemerintahan desa pada mata pelajaran PKN siswa kelas IV MINU Waru II. D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan yang telah ditentukan, maka tujuan yang ingin saya capai adalah:

1. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif Group

Investigation untuk meningkatan pemahaman materi pemerintahan desa mata pelajaran PKN siswa kelas IV MINU Waru II Sidoarjo.

2. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman materi pemerintahan desa mata

(19)

E. Lingkup Penelitian

Dalam kegiatan penelitian ini perlu adanya batasan-batasan penelitian, dengan tujuan agar penelitian ini tidak terlalu luas dan sesuai dengan harapaan, agar penelitian dapat focus dan terarah. Maka ada batasan-batasan antara lain:

1. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IV MINU Waru II Sidoarjo.

2. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi pemerintahab desa mata pelajaran PKN kelas IV MINU Waru II Sidoarjo

3. Tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif Group Investigation pada mata pelajaran PKN materi pemerintahan desa. Kompetensi Dasar 1.1 Mengenal lembaga-lembaga pemerintahan desa dan pemerintahan kecamatan. Indikator Kompetensi 1.1.1 siswa dapat menjelaskan pengertian pemerintahan, 1.1.2 siswa dapat menjelaskan pengertian desa, 1.1.3 siswa dapat menyebutkan lembaga-lembaga pemerintahan desa, 1.1.4 siswa dapat mengenal lembaga pemerintahan desa dan kecamatan. 1.1.5 siswa Menyebutkan fungsi-fungsi lembaga pemerintahan desa

F. Signifikasi Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan mampu memberikan berbagai manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah sebagai acuan bagi penulis lain dalam menambah wawasan mengenai peningkatan pemahaman materi pemerintahan desa pada materi pelajaran PKN melalui model pembelajaran Group investigation siswa kelas IV MINU Waru II Sidoarjo.

(20)

Sedangkan manfaat praktis dari penelitian adalah:

1. Manfaat bagi siswa

Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Group

investigation dapat meningkatkan pemahaman siswa mata pelajaran PKN pada materi pemerintahan desa, serta menumbuhkan keaktifan dan semangat siswa dalam proses pembelajaran.

2. Manfaat bagi guru

a. Memberikan pengetahuan pada guru tentang penggunaan salah satu model pembelajaran, yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

Group Investigation.

b. Menambah inovasi dan kreasi dalam proses pembelajaran PKN

c. Mendorong guru untuk menciptakan pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam proses belajar.

3. Manfaat bagi sekolah

a. Meningkatkan daya saing mutu sekolah melalui proses pembelajaran.

b. Memberikan sumbangsih ide baru yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

c. Menambah pengetahuan tentang model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran guru yang lainnya.

4. Bagi peneliti

Menambah pengalaman penulis dalam menghadapi permasalahan ketika proses pembelajaran, yang kemudian mencari solusi pemecahan masalah

(21)

tersebut. Dan memberikan semangat untuk berpartisipasi dalam dunia pendidikan yang serba berubah setiap zamannya. Mempertajam penulis dalam memenuhi kebutuhan zaman yang harus diselesaikan untuk meningkatkan daya saing dalam proses belajar.

(22)

10 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif siswa pandai mengajar siswa yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan. Siswa kurang pandai dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan karena banyak teman yang membantu dan memotivasinya. Siswa yang sebelumnya terbiasa bersikap pasif setelah menggunakan pembelajaran kooperatif akan terpaksa berpartisipasi secara aktif agar bisa diterima oleh anggota kelompoknya.

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran kelompok yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk digunakan. Slavin (1995) mengemukakan dua alasan, pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial siswa, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan. Dari dua alasan tersebut,

(23)

maka pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan.1

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam yang mempunya latar belakang kemampuan akademik yang berbeda. Sitem penilaian dilakukan dengan cara kelompok akan memperolah hadiah/reward

sebagai penghargaan atas apresiasi kelompok yang keterampilannya

berkelompok.

2. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif

a. Karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pembelajaran secara tim.

2. Didasarkan pada management kooperatif.

3. Kemauan untuk bekerja sama.

4. Keterampilan bekerja sama.

b. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif

Menurut Roger dan David Johnson (Lie, 2008) ada lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif (cooperative learning), yaitu sebagai berikut. 1. Prinsip ketergantungan positif (positif interdependence), yaitu dalam pembelajarn kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas

1Wina Sanjaya, strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan, (Jakarta : Kencana,

(24)

tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota kelompok.

2. Tanggung jawab perseorangan (individual accountibility), yaitu keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya.

3. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction), yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain.

4. Partisipasi dan komunikasi (participation communication), yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.

5. Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Hal penting dalam model pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa dapat belajar dengan cara bekerja sama dengan teman. Bahwa teman yang leih mampu dapat menolong teman yang lemah. Setiap anggota kemlopok tetap

(25)

memberi sumbangan pada prestasi kelompok. Para siswa juga mendapat kesempatan untuk bersosioliasasi.2

3. Tipe Group Investigation

Group Investigation adalah kelompok yang dibentuk oleh siswa itu sendiri dengan beranggotakan 2-6 orang, tiap kelompok bebas memilih sub topik dari keseluruhan unit materi (pokok bahasan) yang diajarkan, dan kemudian membuat atau menghasilkan laporan kelompok. Selanjutnya, setiap kelompok mempresentasikan atau memamerkan laporannya kepada seluruh kelas, untuk berbagi dan saling berbagi dan saling tukar informasi temuan mereka 3. Strategi

Group Investigation dikembangkan oleh Shlomo Sharan dan Yael Sharan di Univesitas Tel Aviv, Israel. Strategi kooperatif Group Investigation sebenarnya telah secara luas digunakan dalam penenlitian dan memperlihatkan kesuksesannya terutama untuk program-program pembelajaran dengan tugas-tugas spesifik.

Pengembangan belajar kooperatif Group Investigation didasarkan atas suatu premis bahwa proses belajar di sekolah menyangkut kawasan dalam domain sosial dan intelektual, dan proses yang terjadi merupakan penggabungan nilai-nilai kedua domain tersebut (Slavin, 1995). oleh karena itu Group Investigation tidak dapat di implementasikan ke dalam lingkungan penddikan

2 Hamzah dkk, Belajar Dengan Pendekatan Pailkem: pembelajaran aktif, inovatif, lingkungan, kreatif,

efektif, menarik, (Jakarta: PT Bumi Akasara, 2011) 120

3 Rusman, seni manajemen sekolah bermutu model-model pembelajaran mengembangkan

(26)

yang tidak bisa mendukung terjadinya dialog interpersonal (atau tidak mengacu kepada dimensi social afektif pembelajaran).

a. Implementasi strategi belajar koopeatif Group Investigation dalam

pembelajaran dibagi menjadi enam (6) Langkah yakni :

1. Mengidentifikasi topik dan mengorganisasikan siswa ke dalam

kelompok (para siswa menelaah sumber-sumber informasi, memilih topik, dan mengateorisasi saran-saran; para siswa bergabung kedalam kelompok belajar dengan pilihan topik yang sama; komposisi kelompok didasarkan atas ketertarikan topik yang sama heterogen; guru membantu atau memfasilitasi dalam memperoleh informasi)

2. Merencanakan tugas-tugas belajar (direncakan secara bersama-sama oleh para siswa dalam kelompoknya masing-masing, yang meliputi: apa yang kita selidiki; bagaimana kita melakukannya, siapa sebagai apa-pembagian kerja; untuk tujuan apa topik ini di investigasi)

3. Melaksanakan investigasi (siswa mencari informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan; setiap anggota kelompok harus berkontribusi kepada usaha kelompok; para siswa bertukar pikiran, mendiskusikan, mengklarifikasi, dan mensistesis ide-ide)

4. Menyiapkan laporan akhir (anggota kelompok menentikan pesan-pesan

esensial proyeknya; merencanakan apa yang akan dilaporkan dan bagaimana membuat prsentasinya; membentuk panitia acara untuk mengoordinasikan rencana presentasi)

(27)

5. Mempresentasikan laporan akhir (presentasi dibuat untuk keseluruan kelas dalam berbagai macam pendengar (kelompok lainnya); pendengar mengevaluasi kejelasan presentasi menurut kriteria yang telah ditentukan keseluruan kelas)

6. Evaluasi (para siswa berbagi mengenai balikan terhadap topik yang dikerjakan, kerja yang telah dilakukan, dan pengalaman-pengalaman afektifnya; asesmen diarahkan untuk mengevaluasi pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis)4.

b. Asumsi yang digunakan sebagai acuan dalam pengembangan model

koopratif tipe Group investigation yaitu :

1. Untuk meningkatkan kemampuan kreativitas siswa dpata ditempuh

melalui –pengembangan proses kreatif menuju suatu kesadaran dan pembangunan alat bantu yang secara eksplisit mendukung kreativitas. 2. Komponen emosional lebih penting daripada intelektual, yang tak

raional lebih penting daripada yang rasional

3. Untuk meningkatkan peluang keberhasilan dalam memecahkan suatu

masalah harus lebih dahulu memahami komponen emosional dan irasional.

4 Ibid 221

(28)

B. Hakikat Pemahaman

1. Pengertian Pemahaman

Pemahaman berasal dari kata “paham” yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Sedangkan Pemahaman sendiri adalah suatu proses konstruktivitis sosial dalam memahami berbagai teks, tidak hanya semata-mata memahami makna kata-kata dan kalimat dalam suatu teks saja, tetapi juga pemanfaatan pengetahuan pembaca yang berhubungan dengan teks yang di bacanya. Pemahaman yang efisien mensyaratkan kemampuan pembaca menghubungkan materi teks dengan pengetahuan yang telah dimilikinya.5

Maksud dari pemahaman disini adalah suatu proses belajar dan berfikir yang dilakukan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar siswa disekolah. Sedangkan definisi Belajar menurut Ernest R. Hilgard adalah proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja yang kemudian menimbulkan perubahan yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan. Sedangkan menurut Bloom dalam psikologi pengajaran : Pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, mengubah data yang disajikan dlam bentuk tertentu ke bentuk lain, seperti rumus matematika ke dalam bentuk kata-kata, membuat perkiraan tentang kecenderungan yang Nampak dalam data tertentu, seperti dalam grafik. Kemampuan ini setingkat lebih tinggi daripada kemampuan (1). Misalnya, TIK yang untuk sebagian

(29)

dirumuskan sebagai berikut: “Siswa akan mampu menguraikan, dalam kata-kata sendiri, garis-garis besar dalam naskah bahasa inggris”. Siswa akan mampu memperkirakan jumlah grafik kecelakaan lalu lintas selama 5 tahun yang lalu, kalau situasi lalu lintas tetap sama”.6

Menurut Munadi, adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman siswa ada 2, yaitu:

1. Faktor Internal

Faktor fisiologis dan faktor psikologis dalam pengertian faktor fisiologis seperti kebiasaan yang prima. Tidak dalam keadaan lelah atau capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainya, hal tersebut dapat mempengaruhi peserta didik dalam menerima materi pelajaran. Sedangkan faktor psikologis dalam hal inipeserta didik pada dasarnya memiliki kondisi yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi hasil belajarnya siswa. Beberapa faktor psikologis meliputi : Intelegensi (IQ), perhatian, bakat, motivasi, kognitif, dan daya nalar peserta didik.

2. Faktor Eksternal

Adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa, faktor tersebut dapat dibagi menjadi 2, lingkungan dan non sosial.

1) Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, teman-teman sekelas, sebangku dan teman dekat. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri

(30)

tauladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar. Misalnya rajin membaca dan berdiskusi dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar.

2) Lingkungan Non-Sosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah beserta isinya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.7

2. Tingkatan Dalam Pemahaman

Pemahaman dapat dibedakan menjadi tiga kategori yaitu :8

a. Pemahaman tingkat rendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari

terjemahan dalam arti yang sebenarnya, misalnya dari satu bahasa ilmiah kebahasa yang lain, mengartikan konsep, simbol dan lain sebagainya.

b. Pemahaman tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni

menghubungkan bagian-bagian terdahulu yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok.

c. Pemahaman tingkat ketiga adalah pemahaman ekstrapolasi. Pada

pemahaman tingkat ini, diharapkan seseorang dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya.

7 Digilib.uinsa.ac.id

8 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012),

(31)

Salah satu tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan adalah pemahaman. Misalnya dengan menjelaskan susunan kalimatnya sendiri yaitu sesuatu yang dibaca atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan, atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain.

3. Indikator Pemahaman

Guru dikatakan berhasil jika dapat memberi pemahaman kepada siswa. Untuk itu guru memerlukan indikator yang sesuai dengan tingkatan pemahaman siswa. Peserta didik dapat dikatakan memahami suatu materi jika memenuhi beberapa indikator yang di inginkan. Adapun indikator pemahaman konsep menurut Badan Standar Nasional Pendidikan antara lain:9

(1) Menyatakan ulang suatu konsep.

(2) Mengklarifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu.

(3) Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.

(4) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi.

(5) Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.

(6) Menggunakan, memanfaatkan, dam memilih prosedur atau operasi tertentu.

(7) Mengaplikasikan konsep atau pemecahan masalah.

Menurut Bloom dalam taksonomi yang dikembangkannya, pemahaman termasuk dalam ranah kognitif. Pemahaman merupakan tingkat ke dua dalam taksonomi Bloom. Indikator yang digunakan oleh taksonomi Bloom dalam mengukur pemahaman adalah sebagai berikut :

(32)

Tabel 2.1

Kata Kerja Operasional Menurut Bloom10

Kategori Kata Kerja Operasional Aspek Pengetahuan Taksonomi Bloom Revisi Pengetahuan  Mengenali, daftar, menjelaskan,

mengindentifikasi, mengambil, penamaan, mencari, menemukan.

 Meringkas, menyimpulkan, paraphrase, mengklarifikasi, membandingkan, menjelaskan, mencontohkan

 Menerapkan, melaksanakan, menggunakan, melaksanakan

 Membandingkan, mengorganisir, dekonstruksi, menghubungkan, menguraikan, menemukan, penataan, mengintegrasikan

 Memeriksa, hypothesizing, mengkritisi, percobaan, penilaian, pengujian, mendeteksi, monitoring

 Merancang, membangun, perencanaan, menghasilkan, mengciptakan, merancang, membuat  Mengingat  Memaham  Menerapkan  Menganalisi  Mengevaluas  Menciptakan

Kategori Kata Kerja Operasional Aspek Pemahaman Taksonomi Bloom Revisi Melakukan inferensi,

Melaporkan,

Membandingkan, Membedakan, Memberi contoh, Membeberkan, Memperkirakan, Memperluas, Mempertahankan, Memprediksi, Menafsirkan, Menampilkan, Menceritakan,

 Menafsirkan (Interpreting)  Memberi contoh (Exampliying)

(33)

Pemahaman

Mencontohkan, Mediskusikan, Menerangkan, Mengabstraksikan, Mengartikan,

Mengasosiakan, Mengekstrapilasi,

Mengelompokkan, Mengemukakan, Menggali, Menggeneralisasikan, Menggolong-golongkan, Menghitung, Mengilustrasikan, Menginterpolasi, Menginterprestasikan, Mengkategorikan,

Mengklasifikasi, Mengkontraskan, Mengubah, Menguraikan, Menjabarkan, Menjalin,

Menjelaskan, Menterjemahkan, Mentranslasi, Menunjukkan, Menyimpulkan, Merangkum, Meringkas, Mengidentifikasi.  Meringkas (Summarizing)  Menarik inferensi (Inferring)  Membandingk an (Compairing)  Menjelaskan (Explaining)

Berdasarkan indikator pemahaman di atas, indikator yang digunakan dalam memahami materi pemerintahan desa adalah :

1.1.1 Siswa dapat menjelaskan pengertian pemerintahan.

1.1.2 Siswa dapat menjelaskan pengertian desa.

1.1.3 Siswa dapat menyebutkan lembaga-lembaga pemerintahan desa.

1.1.4 Siswa dapat mengenal lembaga pemerintahan desa dan kecamatan.

1.1.5 Siswa dapat menyebutkan fungsi lembaga pemerintahan desa

4. Cara Mengukur dan Meningkatkan Pemahaman

Cara mengukur tingkat keberhasilan pembelajaran tentunya dilakukan dengan adanya kegiatan evaluasi. Kegiatan evaluasi, yaitu kegiatan yang berupa penilaian yang dilakukan oleh seorang guru terhadap siswanya. Penilaian dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan yaitu pemahaman siswa dalam

(34)

mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah ditetapkan oleh guru.

Cara mengukur pemahaman melalui evaluasi dilakukan dengan adanya penilaian berupa tes ataupun non-tes. Penilaian tidak hanya berorientasi pada hasil, maka evaluasi hasil belajar memiliki ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan yang diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) ranah, yaitu :11

a. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.

Pemahaman merupakan ranah kognitif yang memerlukan cara yang berbeda dalam meningkatkannya, cara tersebut diantaranya :

1) Adanya penjelasan awal

Dalam menumbuhkan pemahaman pada siswa diperlukan adanya penjelasan mengenai gerakan-gerakan apa yang harus mereka lakukan dan urutan-urutannya, bila perlu dilengkapi dengan gambar-gambar, serta demonstrasi sampai mereka memperoleh pengertian dan pemahaman yang jelas.12

2) Lingkungan nyata

Pendidik membantu siswa agar memperoleh pemahaman atau tanggapan yang benar dan jelas, seyogyanya mengusahakan dan

11 Dimiyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1999), 201. 12 Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2008), 42.

(35)

menyediakan lingkungan yang nyata dengan memberikan kesempatan kepada mereka bisa mengamati langsung atau dengan bantuan barang tiruan, gambar-gambar, rekaman-rekaman, peta, dan lain-lain. Kesan-kesan yang benar dan jelas tersebut akan sangat membantu mereka untuk menghafal atau menyimpannya dan memproduksi bila perlu.

3) Memilih bentuk motivasi yang akurat

Motivasi merupakan faktor yang mempunyai arti penting bagi seorang anak didik. Motivasi yang diciptakan oleh seorang guru dapat meningkatkan gairah belajar anak didik. Menurut Syaiful Bahri Djamarah terdapat enam hal yang harus dilakukan guru untuk meningkatkan motivasi belajar anak didik, diantaranya :

a) Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar.

b) Menjelaskan secara konkret kepada anak didik apa yang dapat dilakukan pada akhir pengajaran.

c) Memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai anak didik, sehingga dapat merangsang untuk mendapat prestasi yang lebih baik di kemudian hari.

d) Membentuk kebiasaan belajar yang baik.

e) Membantu kesulitan belajar anak didik secara individu maupun kelompok.

(36)

f) Menggunakan metode yang bervariasi.13

b. Program perbaikan

Pembelajaran wajib ada program perbaikan yang direncanakan oleh seorang pendidik, program perbaikan bertujuan untuk mengukur sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru. Perbaikan biasanya mengandung kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

1) Mengulang pokok bahasan seluruhnya.

2) Mengulang bagian dari pokok bahasan yang hendak dikuasai.

3) Memecahkan masalah atau penyelesaian soal-soal bersama-sama.

4) Memberikan tugas-tugas khusus.14

c. Media sumber belajar yang tepat

Media sumber belajar adalah alat bantu yang berguna dalam kegiatan belajar mengajar. Alat bantu dapat mewakili sesuatu yang tidak dapat disampaikan guru melalui kata-kata atau kalimat. Efektivitas pemahaman anak didik lebih terjamin dengan menggunakan alat bantu. Kesulitan anak didik dalam memahami konsep dan prinsip tertentu dapat diatasi dengan alat bantu. Alat bantu diakui dapat melahirkan umpan balik yang baik dari peserta didik dan meningkatkan gairah belajar anak didik.15

13 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, 168. 14 Ibid., 123.

(37)

C. Hakikat PKN

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan disebut Civic Education yang mempunya banyak pengertian dan istilah. Dalam majalah The Citizen and Civic, pakar pendidikan kewargaan, Henry Randal Waite (1986) merumuskan pengertian

Civic sebagai the science of citizenship the relation of man, the individual, to man in organized colletcions, the individual in his relation to the state (ilmu tentang kewarganegaraan yang mengkaji antar individu dalam kelompok yang terorganisir, serta individu dengan Negara).16

Di Indonesia istilah Civic Education seringkali diterjemahkan dengan pendidikan kewarganegaraan atau pendidikan kewargaan. Istilah pendidikan kewargaan diwakili oleh Azyumardi Azra dan ICCE UIN Jakarta. Sedangkan kewarganegaraan diwakili oleh Zamronbi, Muhammad Numan Somantri dan Udin S. Winataputra. Sebagian ahli menyamakan Civic Education dengan pendidikan demokrasi (Democracy Education) dan Pendidikan HAM.

Menurut Sumantri (2001), Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat, dan orang tua, yang kesemuanya itu diproses guna melatih para

16 Fatikul Himami dkk, Civic Education (pendidikan kewarganegaraan), (Surabaya: Uin Sunan Ampel

(38)

siswa untuk berpikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.17

Menurut Zamroni, Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru bahwa demokrasi adalah untuk kehidupan masyarakat yang saling menjamin hak-hak warga masyarakat.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, pengertian pendidikan kewarganegaraan adalah program pendidikan yang membina para pelajar agar menjadi warga yang baik, sehingga mampu hidup bersama-sama dalam masyarakat, baik sebagai anggota keluarga, masyarakat, maupun sebagai warga Negara.

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang

memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio kultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga Negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945. Kewarganegaraan dapat diartikan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat mewujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari

17 Paristyanti Nurwardani dkk, Buku ajar mata kuliah wajib umum pendidikan kewarganegaraan

(Jakarta: Penerbit Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, 2016). 7

(39)

peserta didik sebagai individu, anggota masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

a. Pemerintahan Desa

Pemerintahan berasal dari kata “perintah” yang setelah ditambah awalan “pe” menjadi pemerintah, dan ketika ditambah akhiran “an” menjadi pemerintahan, dalam hal ini beda antara “pemerintah” dengan “pemerintahan” adalah karena pemerintah merupakan badan atau organisasi yang bersangkutan, sedangkan pemerintahan berarti perihal ataupun hal ikhwal pemerintahan itu sendiri.18

Kata perintah itu sendiri paling sedikit ada 4 (empat) unsur yang terkandung di dalamnya, yaitu sebagai berikut:

1. Ada dua pihak yang terlibat,

2. Yang pertama pihak yang memerintah disebut penguasa atau

pemerintah,

3. Yang kedua adalah pihak yang diperintah yaitu rakyat, 4. Antara kedua pihak tersebut terdapat hubungan.19

Secara umum, pemerintahan dapat didefinisikan sebagai organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat dan menerapkan hukum serta undang-undang di suatu wilayah tertentu. Pemerintah merupakan sebuah organisasi yang memiliki:

18 Abdul Kadir, Studi Pemerintahan Daerah dan Pelayanan Publik, (Darmasraya: Penerbit Cv.

Dharma Persada Dharmasraya, 2017) 2.

(40)

1. Otoritas memerintah dari sebuah unit politik;

2. Kekuasaan yang memerintah suatu masyarakat politik (political);

3. Aparatus yang merupakan badan pemerintahan yang berfungsi dan menjalankan kekuasaan;

4. Kekuasaan untuk membuat peraturan perundangundangan, untuk

menangani perselisihan dan membicarakan putusan administrasi dengan monopoli atas kekuasaan yang sah.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemerintah diartikan sebagai sistem menjalankan wewenang dan kekuasaan, atau sistem menjalankan perintah, yang memerintah. Di Belanda, pemerintah disebut juga

administratie untuk pemerintah dalam arti luas, bestuur dalam arti sempit. Dalam konteks lain disebut juga overheid, yang di Indonesia disebut penguasa. Filosof J.J. Rousseau, pencetus teori The Social Contract, mengartikan pemerintah sebagai suatu badan penengah yang didirikan antara rakyat sebagai subjek dan penguasa, untuk saling menyesuaikan, ditugaskan melaksanakan hukum dan memelihara dengan baik kemerdekaan sipil dan politik. Sementara, Max Weber dalam Dahl, 1994 mengartikan pemerintah sebagai apa pun yang berhasil menopang klaim bahwa dialah yang secara eksklusif berhak menggunakan kekuatan fisik untuk memaksakan aturanaturannya dalam suatu batas wilayah tertentu. Soewargono,

(41)

mengartikan pemerintah sebagai pemegang kekuasaan politik, sering disebut

pula penguasa sebagai penyelenggara pemerintahan umum.20

20 Abdul Kadir, Studi Pemerintahan Daerah dan Pelayanan Publik,(Medan: Penerbit CV. Dharma

(42)

30

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan bentuk kajian yang sistematis reflektif, dilakukan oleh pelaku tindakan (guru) dengan tujuan tertentu, dan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran secara berkelanjutan.1

Suharsimi berpendapat bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang memaparkan terjadinya sebab-akibat dari perlakuan, sekaligus memaparkan apa saja yang terjadi ketika perlakuan diberikan, dan memaparkan seluruh proses sejak awal pemberian perlakuan, sampai dengan dampak dari perlakuan tersebut.2

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah jenis penelitian yang memaparkan baik proses maupun hasil pada proses pembelajaran guna meningkatakan kualitas pembelajaran.

Tujuan dilakukannya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas, sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan dengan tindakan yang akan dilakukan, penelitian tindakan juga bertujuan untuk meningkatkan kegiatan nyata guru dalam pengembangan profesinya.

1 Nur Hamim, Husniyatus Salamah Z, Penelitian Tindakan Kelas, (Surabaya: PT. Revka Petra Media,

2009)

(43)

Alasan peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) karena ingin meningkatkan kualitas pembelajaran secara khusus dalam hal meningkatkan pemahaman siswa kelas IV MINU Waru II pada materi Pemerintahan Desa pada mata pelajaran PKN.

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan model Kut Lewin, dimana dalam satu siklus ada 4 hal yang harus dilakukan dalam proses penelitian tindakan ini, yaitu: 1) perencanaan (planning), 2) tindakan (action), 3) pengamatan (observing), dan 4) refleksi (reflecting). 3

Berikut adalah gambar alur penelitian tindakan kelas model Kurt Lewin: 4

3 Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, 49.

4 Husniyatus Salamah dan Abd. Kadir, et.al, Penelitian Tindakan Kelas. (Surabaya: Lapis PGMI,

2009), paket 5. 13.

Gambar 3.1

(44)

1. Perencanaan (planning)

Perencanaan adalah proses menentukan program perbaikan yang berangkat dari suatu ide gagasan peneliti. Pada tahap ini, kegiatan yang harus dilakukan meliputi: (1) menentukan rumusan masalah serta tujuan; (2) pembuatan rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP); (3) mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas; serta (4) mempersiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan.

2. Pelaksanaan (action)

Pelaksanaan adalah perlakuan yang di laksanakan oleh peneliti yang sesuai dengan perencanaan. Pada tahap ini, peneliti mengimplementasikan tindakan yang telah dirumuskan dalam RPP dalam situasi yang nyata, yang meliputi kegiatan awal, inti, dan akhir.

3. Observasi (observing)

Observasi adalah pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui efektivitas tindakan atau mengumpulkan informasi tentang berbagai kelemahan tindakan yang telah dilakukan. Pada tahap ini, yang dilakukan peneliti adalah: (1) mengamati perilaku siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran; (2) memantau kegiatan diskusi; dan (3) mengamati pemahaman tiap anak terhadap penguasaan materi yang dirancang sesuai dengan tujuan PTK.

(45)

4. Refleksi (reflecting)

Refleksi adalah kegiatan analisis tentang hasil observasi hingga memunculkan program atau penemuan baru. Pada tahap ini yang harus dilakukan peneliti adalah: (1) mencatat hasil observasi; (2) mengevaluasi hasil observasi; (3) mencatat kelemahan-kelemahan untuk dijadikan bahan penyususnan rancangan siklus berikutnya.

B. Setting Penelitian

1. Tempat

Penelitian dilakukan di MINU Waru II, Kabupaten Sidoarjo pada kelas IV.

2. Waktu

Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil kelas IV tahun 2018/2019 yaitu pada awal bulan Juli sampai akhir bulan September 2018.

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa kelas IV MINU Waru II Sidoarjo Tahun pelajaran 2018/2019. Jumlah keseluruhan siswa dalam satu kelas terdapat 28 siswa, siswa laki-laki berjumlah 16 dan siswa perempuan 12 siswa. Kurikulum yang digunakan adalah KTSP dengan standar kompetensi (SK) memahami sistem pemerintahan desa dan pemerintahan kecamatan. Kompetensi dasar (KD) 1.1 Mengenal lembaga-lembaga pemerintahan desa dan pemerintahan kecamatan.

Objek yang diteliti oleh peneliti adalah pemahaman siswa kelas IV MINU Waru II yang mayoritas siswanya mendapat nilai di bawah kriteria ketuntasan

(46)

minimal (KKM). Untuk meningkatkan pemahaman pada materi Pemerintahan Desa, maka peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation. D. Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan variable peningkatan pemahaman materi

“Pemerintahan Desa” melalui model pembelajaran kooperatif tipe Group

Investigation pada mata pelajaran PKN di kelas IV MINU Waru II Sidoarjo. Pada penelitian ini, terdapat beberapa variabel diantaranya sebagai berikut :

1. Variabel Input : Siswa kelas IV MINU Waru II Sidoarjo.

2. Variabel Proses : Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group

Investigation.

3. Variabel Output : Pemahaman materi Pemerintahan Desa

E. Rencana Tindakan

Pada rencana tindakan penelitian, peneliti memilih dan menggunakan model Kurt Lewin yakni, 1) pelaksanaan, 2) perencanaan, 3) pengamatan, 4) refleksi, karena pada penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation yang masih terdapat kekurangan, maka dilakukan pengulangan kembali dan diadakannya perbaikan-perbaikan pada siklus-siklus selanjutnya sampai tujuan yang diinginkan peneliti tercapai. Pada penerapan model pembelajaran koopeartif tipe Group Investigation pada siklus pertama dan siklus kedua belum berhasil, maka peneliti akan melanjutkan dengan siklus-siklus selanjutnya.

(47)

1. Kegiatan Pra Siklus

a. Menghubungi wali kelas IV untuk meminta izin penelitian di dalam kelas. b. Menghubungi wali kelas IV untuk meminta izin penelitian di dalam kelas.

c. Melakukan wawancara dengan guru dan siswa

2. Penelitian Siklus I dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Tahap perencanaan tindakan

a. Merencanakan pembelajaran dengan membuat RPP menggunakan

metode Group Investigation.

b. Menyiapkan lembar observasi aktivitas guru dan siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation.

c. Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas IV MINU Waru II Sidoarjo.

d. Menyiapkan sumber belajar.

e. Menyiapkan lembar kerja siswa.

f. Menyiapkan alat dokumentasi pembelajaran .

2) Tahap Pelaksanaan Tindakan

a. Memastikan seluruh siswa siap untuk mengikuti pembelajaran.

b. Menyampaikan materi sesuai dengan RPP yang dibuat dengan

menggunakan Pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation.

c. Siswa di bagi menjadi 5 kelompok untuk Investigasi materi.

d. Guru menyiapkan Lembar Kerja untuk siswa.

(48)

f. Guru memberikan tes untuk mengukur tingkat pemahaman siswa.

g. Melakukan penilaian hasil pemahaman siswa.

3) Tahap Pengamatan

a. Mengamati proses yang terjadi selama pembelajaran siklus I

berlangsung, pengamatan dilakukan peneliti dibantu oleh observer. b. Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran dan aktivitas belajar yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation.

4) Tahap Refleksi

a. Peneliti bersama dengan observer mendiskusikan hasil pengamatan atau

merefleksi untuk menentukan keberhasilan serta dilakukan perbaikan-perbaikan dari tindakan tersebut.

b. Merencanakan tindakan siklus II, berdasarkan hasil evaluasi pada siklus I.

3. Penelitian Siklus II, dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Tahap Perencanaan Tindakan

a. Merencanakan pembelajaran dengan membuat RPP menggunakan

metode Group Investigation yang telah diperbaiki berdasarkan hasil evaluasi pada siklus I.

b. Menyiapkan lembar observasi aktivitas guru dan siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation.

c. Menyiapkan alat dokumentasi pembelajaran.

(49)

a. Memastikan seluruh siswa siap untuk mengikuti pembelajaran

b. Menyampaikan materi sesuai dengan RPP yang dibuat dengan

menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation.

c. Siswa di bagi menjadi 5 kelompok untuk melakukan Investigation (pada

saat siklus II anggota kelompok di acak lagi).

d. Guru menyiapkan Lembar Kerja untuk siswa.

e. Guru mengajak diskusi hasil investigasi.

f. Melakukan penilaian hasil pemahaman siswa

3) Tahap Pengamatan

a. Mengamati proses yang terjadi selama pembelajaran siklus II

berlangsung, pengamatan dilakukan peneliti dibantu oleh observer

b. Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran dan aktivitas belajar yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation.

4) Tahap Refleksi

a. Mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan dari hasil pengamatan untuk dilakukan perbaikan-perbaikan jika masih ada siswa yang belum memenuhi target dari tindakan tersebut.

b. Setelah proses analisis dan evaluasi, peneliti membuat kesimpulan dari hasil penelitian.

(50)

F. Data Dan Cara Pengumpulannya 1. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subyek darimana data diperoleh.5

Sumber dalam penelitian tindakan kelas ini, yakni :

a) Siswa

Untuk mendapatkan data tentang peningkatan pemahaman siswa pada materi pesawat sederhana yang berjumlah 28 siswa di dalam satu kelas selama proses pembelajaran berlangsung.

b) Guru

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan penerapan model kooperatif tipe Group Investigation dalam meningkatkan pemahaman pada materi Pemerintahan Desa yang diterapkan oleh guru selama proses pembelajaran di kelas.

c) Teman sejawat

Untuk mengamati bagaimana penerapan penelitian tindakan kelas (PTK) secara komprehensif, baik dari segi siswa maupun guru.

d) Data Kualitatif

Data kualitatif adalah data yang berbentuk uraian atau penjelasan yang tidak berbentuk angka. Adapun yang termasuk data kualitatif pada penelitian ini adalah :

5Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: PT Raja Grafindo

(51)

1) Materi yang disampaikan pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

2) Model dan metode yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

3) Aktivitas guru selama proses pembelajaran 4) Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran e) Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang berhubungan dengan angka. Data ini yang menjadi data primer dalam penelitian ini. Data tersebut meliputi:

1) Data jumlah siswa kelas IV MINU Waru II Sidoarjo

2) Data persentase ketuntasan belajar siswa

3) Data pemahaman siswa

4) Data nilai / skor aktivitas guru 5) Data nilai / skor aktivitas siswa G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang diambil atau yang dilakukan peneliti adalah teknik observasi, wawancara, dokumentasi, tes tulis dan unjuk kerja. Teknik pengumpulan data tersebut dilakukan oleh peneliti diupayakan agar mendapatkan data yang valid, maka peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara diantaranya sebagai berikut :

a) Observasi

Observasi merupakan pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian

(52)

dilakukan pencatatan. Observasi digunakan untuk mengumpulkan data mengenai aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dan aktivitas guru dalam penerapan

model pembelajaran Group Investigation dilaksanakan pada proses

pembelajaran.

Observasi menjadi instrumen utama yang digunakan untuk

mengumpulkan data. Hal ini disebabkan observasi sebagai proses pengamatan langsung, merupakan instrumen yang cocok untuk memantau kegiatan pembelajaran baik perilaku guru maupun prilaku siswa. Oleh karena itu teknik ini dipilih peneliti untuk mengetahui sejauh mana peningkatan siswa.

Selain pengamatan kepada siswa kelas IV MINU Waru II Sidoarjo, observer juga melakukan pengamatan kepada guru yang mengajar pada saat proses pembelajaran. Pengamatan ini dilakukan dengan cara memberikan tanda

checklist pada lembar pengamatan yang telah dibuat oleh peneliti. Observasi memberi gambaran untuk menentukan langkah selanjutnya dalam setiap siklus perencanaan perbaikan dalam proses pembelajaran. Dengan observasi, diharapkan kekurangan dalam rencana tindakan dapat diketahui sedini mungkin sehingga dapat dilakukan modifikasi rencana tindakan sebelum berjalan lebih lanjut.

Pengamatan dilakukan di dalam kelas pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung. Proses pengamatan ini, akan didapatkan hasil yang dapat dijadikan sebagai bahan refleksi dari pembelajaran yang telah dilakukan. Sehingga dapat dijadikan sebagai acuan dalam perbaikan kegiatan selanjutnya.

(53)

b) Wawancara

Wawancara atau interview dapat diartikan sebagai teknik mengumpulkan data dengan menggunakan bahasa lisan baik secara tatap muka ataupun melalui saluran media tertentu.6 Teknik wawancara dilakukan untuk mendapat data

tentang proses pembelajaran yang dialami guru sebelum diberi tindakan dengan menggunakan model pembelajaran Group Investigation dan proses pembelajaran yang dialami guru setelah diberi tindakan dengan menggunakan model pembelajaran Group Investigation.

c) Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang perangkat pembelajaran yang digunakan guru seperti, promes, buku paket dan data-data yang dimiliki siswa mulai dari sebelum siswa belajar sampai sesudahnya. Data tersebut meliputi transkrip nilai siswa dalam kegiatan pembelajaran dan nilai. Dokumentasi yang didapatkan pada saat pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada lembar lampiran.

d) Tes Tulis

Tes tulis digunakan untuk mengumpulkan data secara individu yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan dan pemahaman siswa dalam penguasaan materi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe Group Investigation. Instrumen penilaian pemahaman individu

menggunakan 10 butir soal pilihan ganda dan 5 butir soal uraian.

6 Ibid, 96.

(54)

H. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan cara yang digunakan dalam pengolahan data yang berhubungan erat dengan perumusan masalah yang telah diajukan sehingga dapat digunakan untuk menarik kesimpulan. Data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis secara kualitatif, yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberikan gambaran kenyataan atau fakta sesuai data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman yang dicapai siswa juga untuk mengetahui respon siswa terhadap kegiatan serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Data yang dianalisis dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis data yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa hasil observasi yang dilakukan pada setiap siklus kegiatan, sedangkan data kuantitatif berupa hasil belajar yang didapat oleh siswa dalam melakukan proses pembelajaran Ilmu pengetahuan alam materi pesawat sederhana dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe Group Investigation.

Analisis data dihitung dengan menggunakan statistik sederhana dengan rumus-rumus sebagai berikut:

1. Penilaian Hasil Tes pemahaman

Untuk menghitung tingkat pemahaman dari setiap tes individu berbentuk soal pilihan ganda dan soal uraian, maka menggunakan rumus sebagai berikut:

(55)

Nilai = 𝑺𝒌𝒐𝒓 𝑷𝒆𝒓𝒐𝒍𝒆𝒉𝒂𝒏

𝑺𝒌𝒐𝒓 𝑴𝒂𝒌𝒔𝒊𝒎𝒂𝒍 x 100 = ….

𝑋̅

= ∑ 𝑿 𝒏 = ….

Tabel 3.27

Rumus Menghitung Tes Individu

Untuk menghitung nilai rata-rata kelas yaitu dengan cara menjumlahkan nilai yang diperoleh siswa dengan jumlah total siswa dikelas dengan rumus sebagai berikut.

Tabel 3.38

Rumus Nilai Rata-Rata

Keterangan:

𝑋̅ = Nilai rata-rata

Σx = Jumlah nilai peserta didik Σn = Jumlah peserta didik 2. Persentase Ketuntasan Siswa

Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar, seorang siswa dikatakan mencapai ketuntasan atau berhasil apabila telah mencapai taraf penugasan minimal dengan nilai 75. Nilai kelas dapat dikatakan tuntas belajar apabila di dalam kelas tersebut terdapat 85% siswa yang telah mencapai nilai

7 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012),

133.

(56)

P = ∑𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒊𝒔𝒘𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒖𝒏𝒕𝒂𝒔

∑𝒔𝒊𝒔𝒘𝒂 𝒌𝒆𝒔𝒆𝒍𝒖𝒓𝒖𝒉𝒂𝒏 x 100% = ….

lebih dari sama dengan 75. Kriteria ketuntasan pemahaman siswa secara keseluruhan dinyatakan seperti pada tabel 3.3:9

Tabel 3.410

Kriteria Persentase Ketuntasan Pemahaman Siswa Persentase Ketuntasan Belajar Kriteria

91 - 100% Sangat baik

75 - 90% Baik

60 - 74% Cukup

40- 59% Kurang

< 40% Kurang sekali

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa digunakan rumus sebagai berikut :

Tabel 3.511

Rumus Ketuntasan Pemahaman Siswa

3. Teknik Penskoran Observasi Aktivitas Guru dan Siswa a. Rumus Menghitung Observasi Aktivitas Guru

Nilai Akhir = Skor Perolehan

Skor Maksimal x 100 12

9 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 236. 10 Muhammad Baihaqi, et,al., Evaluasi Pembelajaran, (Surabaya: LAPIS-PGMI,2008),13-14

11Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Jakarta: PT.Remaja Rosda

Karya, 1984), 112.

(57)

b. Rumus Menghitung Observasi Aktivitas Siswa Nilai Akhir = Skor Perolehan

Skor Maksimal x 100

Hasil pengamatan yang telah diperoleh akan diklasifikasikan ke dalam bentuk penyekoran nilai observasi aktivitas guru dengan menggunakan rumus dan kriteria keberhasilan sebagai berikut:

Tabel 4.6

Kriteria Observasi Aktivitas Guru dan Siswa13 Tingkat Keberhasilan Nilai Akhir

Guru dan Siswa Kriteria

90-100 Sangat Baik

80-89 Baik

66-79 Cukup

56-64 Tidak Baik

0-55 Sangat Tidak Baik

I. Indikator Kinerja

Indikator kinerja digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan dari kegiatan Penelitian Tindakan Kelas dalam meningkatkan atau memperbaiki kegiatan belajar mengajar di kelas. Indikator kinerja harus realistik dan data dapat diukur (jelas cara pengukurannya) Indikator kinerja yang digunakan oleh peneliti, adalah:

13 Nur Afifa Afif, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair Check Untuk Meningkatkan

Keterampilan Menulis Materi Menyusun Paragraf Pada Siswa Di Kelas III MI Sunan Ampel Kesambi Porong Sidoarjo, Skripsi (Surabaya: Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya,2018), t.d, 75.

(58)

1. Penelitian ini akan di akhiri apabila peserta didik telah mampu meningkatkan pemahaman materi Pemerintahan Desa mencapai KKM ≥ 75.

2. Persentase ketuntasan memahami siswa pada materi Pemerintahan Desa 75%.

3. Perolehan skor rata-rata kelas 80.

4. Skor aktivitas Guru mencapai ≥80.

5. Skor aktivitas Siswa mencapai ≥80.

J. Tim Peneliti Dan Tugasnya

Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilakukan secara kolaboratif, antara guru kelas sebagai guru pendamping dan mahasiswa sebagai peneliti. Tugas guru

mendampingi peneliti dalam menerapkan model Group Investigation dalam

meningkatkan pemahaman siswa materi “Pemerintahan Desa”. Adapun rincian tugas guru dan mahasiswa adalah sebagai berikut :

1. Guru

a. Nama : Kukuh Prasetyawan, S.Pd.I

b. Jabatan : Guru PKN Kelas IV

c. Tugas : - Bertanggung jawab mengamati pelaksanaan penelitian.

- Terlibat dalam perencanaan.

- Pelaksanaan kegiatan pembelajaran observasi. - Merefleksi pada tiap-tiap siklus.

(59)

2. Peneliti

a. Nama : Achmad Fatkhurrozi

b. NIM : D77214053

c. Status : Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya

d. Tugas : - Menyusun perencanaan pembelajaran.

- Menyusun instrumen penelitian.

- Membuat lembar observasi.

- Menyebarkan dan menilai instrumen penilaian siswa. - Menilai hasil tugas.

- Evaluasi akhir materi.

- Pelaksana kegiatan pembelajaran.

- Melakukan diskusi dengan guru kolaborator. - Menyusun laporan hasil penelitian.

(60)

48

Penelitian ini diperoleh melalui hasil observasi, wawancara, dokumentasi dan tes tulis yang dilakukan pada siswa kelas IV MINU Waru II. Hasil observasi bertujuan untuk mengamati aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan belajar dan mengajar, selain itu peneliti memperoleh data melalui wawancara yang dilakukan dengan guru untuk menemukan permasalahan dan tingkat pemahaman siswa terhadap materi pemerintahan desa pada mata pelajaran PKN di kelas IV MINU Waru II Sidoarjo.

Peneliti mengelompokan menjadi 3 (tiga) tahapan, yaitu: tahapan Pra Siklus, Tahapan Siklus I, dan Siklus II. Berikut ini adalah penyajian hasil penelitian pada setiap tahapannya, yaitu :

1. Tahapan Pra Siklus

Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data melalui hasil wawancara. Kegiatan wawancara dilakukan peneliti dengan guru kelas IV di MINU Waru II yang dilakukan pada hari Senin, 02 Juni 2018, pukul 09:00 WIB. Kegiatan wawancara dilakukan untuk mencari informasi terkait dengan metode yang digunakan guru, model yang digunakan guru saat kegiatan pembelajaran berlangsung, dan juga untuk mencari informasi terkait tingkat pemahaman siswa

Gambar

Gambar 4.1 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I dan II
Gambar 4.3 Jumlah Siswa yang Tuntas
Diagram  batang  gambar  4.5  di  atas  dapat  di  simpulkan  bahwa  persentase  tingkat  ketuntasan  siswa  pada  materi  pemerintahan  desa  mata  pelajaran  PKN  terdapat  peningkatan  pada  setiap  siklusnya,  yaitu  prasiklus  dengan  persentase  ketu

Referensi

Dokumen terkait

campur kode adalah sebuah kode utama atau kode dasar yang digunakan memiliki fungsi dan otonomi, sedangkan kode yang lain yang terlibat dalam penggunaan bahasa tersebut hanyalah

Sehubungan dengan akan dilaksanakannya klarifikasi dan negosiasi dan dengan berakhirnya masa sanggah, untuk itu kami mengundang Direktur Utama / Pimpinan Perusahaan

Kulit kering atau xerosis adalah kelainan kulit terjadi akibat modifikasi lipid dan hidrasi yang terganggu pada sawar stratum korneum.. Perubahan struktur lipid pada

Di samping itu ditunjukkan juga dalam simulasi ini pengaruh perubahan parameter serat optis dan sistem komunikasi optis terhadap besarnya daya sinyal FWM yang dibangkitkan..

Dengan adanya aplikasi ini bagi pemula yang menggemari bulu tangkis dapat mempelajari dengan baik dan benar, selain itu aplikasi ini juga memberikan informasi yang lengkap

Sebagai tindak lanjut dari kegiatan tersebut, bersama ini kami sampaikan pengumuman nama-nama guru peserta PLPG tahap I – tahap II yang dinyatakan (a) LULUS, (b) MENGIKUTI

[r]

Sebagai contoh, jika suatu perusahaan pelayaran memiliki 3.000 TEUs untuk salah satu rutenya, maka dapat dilihat yang paling efisien pada rute tersebut dengan jumlah