• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Siswa Kelas V SDN Barukan 02 Kecamatan Tengaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Siswa Kelas V SDN Barukan 02 Kecamatan Tengaran"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

2.1.1 Hasil Belajar IPA

Peran guru dalam pembelajaran tidak hanya mengajarkan berbagai materi kepada peserta didik, namun juga harus melakukan penilaian hasil belajar. Penilaian hasil belajar berfungsi untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran dan tingkat keberhasilan guru dalam mengajar. Untuk hasil belajar terdapat beberapa pendapat dari para ahli, antara lain hasil belajar menurut Winkel dalam Purwanto (2011:45) adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Menurut Suprijono (2011:5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Sudjana (2016:3) berpendapat hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

(2)

nilai kepada objek yang diniai berdasarkan perubahan sikap dan perbuatan yang diakibatkan pengalaman belajar siswa, yang mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Jenis penilaian hasil belajar jika dilihat dari fungsinya ada beberapa macam, yaitu penilaian formatif, penilaian sumatif, penilaian diagnostik, penilaian selektif, dan penilaian penempatan, (Sudjana, 2016:5). Penilaian formatif adalah penilaian yang dilaksankan pada akhir program belajar-mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar mengajar itu sendiri. Dengan demikian, penilaian formatif berorientasi kepada proses belajar-mengajar. Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit program, yaitu akhir catur wulan, akhir semester, dan akhir tahun. Tujuannya adalah untuk melihat hasil yang dicapai oleh para siswa, yakni seberapa jauh tujuan-tujuan kurikuler dikuasai oleh para siswa. Penilaian diagnostik adalah penilaian yang bertujuan untuk melihat kelemahan-kelemahansiswa serta faktor-faktor yang menyebabkannya. Penilaian ini dilaksanakan untuk keperluan bimbingan belajar, pengajaran remedial (remedial teaching), menemukan kasus-kasus, dll. Penilaian selektif adalah penilaian yang bertujuan untuk keperluan seleksi, misalnya ujian saringan masuk lembaga pendidikan tertentu. Penilaian penempatan adalah penilaian yang ditujukan untuk mengetahui keterampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan penguasaan belajar seperti yang diprogramkan sebelum memulai kegiatan belajar untuk program itu.

Penilaian hasil belajar dari segi alatnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tes dan bukan tes (nontes). Penilaian hasil belajar dengan menggunakan tes dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tes uraian dan tes objektif. Dimana dengan menggunakan tes dapat diberikan secara lisan (menuntut jawaban secara lisan), tes tulisan (menuntut jawaban dalam bentuk tulisan), dan tes tindakan (yang menuntut jawaban dalam bentukk perbuatan). Sedangkan non tes sebagai alat penilaian mencakup observasi, kuesioner, wawancara, skala, sosiometri, studi kasus, dll.

(3)

Sedangkan berdasarkan segi alatnya, digunakan tekhnik tes objektif yang berbentuk pilihan ganda. serta teknik nontes, yang berbentuk observasi, kuesioner, dan wawancara.

2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation

Menurut (Soejadi, 2006:201) teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme. Pada dasarnya pendekatan teori konstruktivisme dalam belajar adalah suatu pendekatan di mana siswa harus secara individual menemukan dan mentransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya apabila perlu.

Burns (2010:220) Strategi belajar kooperatif GI dikembangkan oleh Shlomo Sharan dan Yael Sharan di Universitas Tel Aviv, Israel. Secara umum perencanaan pengorganisasian kelas dengan menggunakan tekhnik kooperatif GI adalah kelompok dibentuk oleh siswa itu sendiri dengan beranggotakan 2-6 orang, tiap kelompok bebas memilih subtopik dari keseluruhan unit materi yang akan diajarkan, dan kemudian membuat atau menghasilkan laporan kelompok. Selanjutnya, setiap kelompok mempresentasikan laporannya kepada seluruh teman kelasnya, untuk berbagi dan saling tukar informasi temuan mereka.

(4)

mendiskusikan, mengklarifikasi, dan mensintesis ide-ide); (4) menyiapkan laporan akhir (anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial proyeknya; merencanakan apa yang akan dilaporkan dan bagaimana membuat presentasinya; membentuk panitia acara untuk mengoordinasikan rencana presentasi); (5) mempresentasikan laporan akhir (presentasi dibuat untuk keseluruhan kelas dalam berbagai macam bentuk; bagian-bagian presentasi harus secara aktif dapat melibatkan pendengar (kelompok lainnya); pendengar mengevaluasi kejelasan presentasi menurut kriteria yang telah ditentukan keseluruhan kelas); (6) evaluasi (para siswa berbagi mengenai balikan terhadap topik yang dikerjakan, kerja yang telah dilakukan, dan pengalaman-pengalaman afektifnya; guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran; asesmen diarahkan untuk mengevaluasi pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis).

Di dalam implementasinya pembelajaran kooperatif tipe group investigation, setiap kelompok presentasi atas hasil investigasi mereka di depan kelas. Tugas kelompok lain, ketika satu kelompok presentasi di depan kelas adalah melakukan evaluasi sajian kelompok.

Menurut (Mafune, 2005, 4), model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dapat dipakai guru untuk mengembangkan kreativitas siswa, baik secara perorangan maupun kelompok. Model pembelajaran kooperatif tipe dirancang untuk membantu terjadinya pembagian tanggung jawab ketika siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dan berorientasi menuju pembentukan manusia sosial.

(5)

Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation selain memiliki kekurangan juga memiliki beberapa kelebihan, yaitu secara pribadi, secara sosial, secara akademik. Secara pribadi siswa dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas, memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif. Rasa percaya diri dapat lebih meningkat, sehingga dapat belajar untuk memecahkan, menangani suatu masalah, serta mengembangkan antusiasme dan rasa pada fisik. Secara sosial, dapat meningkatkan belajar bekerjasama, belajar berkomunikasi baik dengan teman sendiri maupun guru, belajar berkomunikasi yang baik secara sistematis, belajar menghargai pendapat orang lain, dan meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu keputusan. Secara akademis, siswa terlatih untuk mempertanggung jawabkan jawaban yang diberikan, bekerja secara sistematis, mengembangkan dan melatih keterampilan fisik dalam berbagai bidang, merencakan dan mengorganisasikan pekerjaannya, mengecek kebenaran jawaban yang mereka buat, dan siswa selalu berfikir tentang cara atau strategi yang digunakan sehingga didapat suatu kesimpulan yang berlaku umum.

Adapun langkah-langkah model kooperatif tipe Group Investigation menurut Tukiran (2012:79) menyebutkan bahwa siswa bekerja melalui enam tahap, yaitu:

Tahap 1 : Mengidentifikasi topik dan mengatur murid dalam kelompok, meliputi: a. Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik,

dan mengategorikan saran-saran.

b. Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang telah mereka pilih.

c. Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus bersifat heterogen.

d. Guru membantu dalam mengumpulkan informasi dan memfasilitasi pengaturan.

Tahap 2 : Merencanakan tugas yang akan dipelajari Para siswa merancang bersama mengenai :

(6)

c. Siapa melakukan apa (pembagian tugas)?

d. Untuk tujuan atau kepentingan apa kita menginvestigasi topik ini? Tahap 3 : Melaksanakan investigasi

a. Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan.

b. Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya.

c. Para siswa saling bertukar pikiran, berdiskusi, mengklarifikasi, dan menyintesis semua gagasan.

Tahap 4 : Menyiapkan laporan akhir

a. Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyek mereka.

b. Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka.

c. Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk mengkoordinasikan rencana-rencana presentasi.

Tahap 5 : Mempresentasikan laporan akhir

a. Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk.

b. Bagian presentasi tersebut harus dapat melihat pendengarannya secara aktif.

c. Para pendengar mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh anggota kelas.

Tahap 6 : Evaluasi

a. Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut, mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, meganai keefektifan pengalaman-pengalaman mereka.

b. Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa.

(7)

2.2 Penelitian Yang Relevan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa menggunakan metode Kooperatif Tipe Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa yang telah tuntas KKM.

Rutinah 2012, penelitian yang berjudul Upaya Peningkatan Motivasi dan Hasi Belajar Siswa dengan Metode Pembelajaran Group Investigation Pada

Mata Pelajaran IPA Kelas 5 SDN 2 Wonoroto Kabupaten Wonosobo Semester II

Tahun Pelajaran 2012/2013. Menyimpulkan bahwa:Penggunaan metode Group

Investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas 5 SD Negeri 2 Wonoroto, Kabupaten Wonosobo, Semester II tahun pelajaran 2012/2013. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar pada kondisi awal siswa yang tuntas sebanyak 9 siswa atau 45% siswa, sedangkan pada pembelajaran siklus I dan siklus II terjadi peningkatan. Pada siklus I siswa yang sudah tuntas sebanyak 14 siswa atau 70% siswa dapat mencapai KKM 70. Sedangkan pada siklus II semua (20) siswa sudah tuntas atau 100% siswa dapat mencapai KKM 70.

Sutanto.2012. dalam penelitiannya yang berjudul Upaya peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Group Investigation Siswa Kelas

V SD N Gejayan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran

2011/2012 .Menyimpulkan bahwa penggunaan metode Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dengan materi gaya, dan gerak. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa pada kondisi awal, pembelajaran siklus 1 dan silkus 2 yaitu terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Pada kondisi pra siklus terdapat 7 siswa atau 33% yang tuntas dan 14 siswa atau 66% yang tidan tuntas. Pada siklus 1 terdapat 14 siswa atau 66% yang tuntas dan 7 siswa atau 33% yang tidak tuntas. Pada siklus 2 terdapat 20 siswa atau 95% yang tuntas dan 1 siswa atau 5% yang tidak tuntas.

(8)

Dengan acuan yang sudah didapat dari peneliti-peneliti sebelumnya dan melihat permasalahan yang berada di lapangan, maka perlu diadakan penelitian tindakan kelas khususnya mata pelajaran IPA. Peneliti mengambil judul penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA siswa kelas V di SDN Barukan 02 Kecamatan Tengaran Semester II Tahun 2016/2017.

3.1 Kerangka Pikir

(9)

2.4. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah bahwa model pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation pada mata pelajaran IPA materi “perubahan wujud benda” dapat meningkatkan hasil belajar.

Referensi

Dokumen terkait

Keberhasilan dalam menyelesaikan masalah separatisme di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) menjadi pelajaran penting untuk menyelesaikan masalah separatisme di daerah

MOTIF DAN KEPUASAN FACEBOOKER DALAM MENULISKAN STATUS CURAHAN HATI DI MEDIA SOSIAL FACEBOOK2. Studi pada Mahasiswa

Hak-hak suami yang wajib dipenuhi isteri hanya merupakan hak-hak bukan kebendaan sebab menurut hukum Islam isteri tidak dibebani kewajiban kebendaan

Berdasarkan tabulasi silang pada tabel 1 dapat diketahui bahwa ibu yang hamil pada umur < 20 atau > 35 tahun sebanyak 15 orang dengan sebagian besar berstatus gizi baik

Pada hakekatnya, hubungan antar manusia tidak dapat terjadi tanpa melalui komunikasi, termasuk juga hubungan antara dokter dan pasien dalam pelayanan medis.

Tahap awal penelitian ini dilakukan dengan cara menonton film Rudy Habibie secara keseluruhan dengan durasi 120 menit. Setiap scene terdiri dari beberapa adegan

Pada sesi psikoedukasi, subjek di Pedukuhan X diberikan pehaman bahwa gangguan jiwa berat ditandai oleh hilangnya kontak pasien dengan realita, muncul waham dan

Rencana taktis ditujukan untuk mencapai tujuan taktis yang merupakan bagian tertentu dari rencana strategis.. Fokus pada hubungan manusia dan aksi, dan biasanya ditetapkan