• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desain Pembelajaran Administrasi Jaringa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Desain Pembelajaran Administrasi Jaringa"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

DESAIN PEMBELAJARAN

MATA KULIAH ADMINISTRASI JARINGAN

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK INFORMATIKA

JOINT PROGRAM VEDC MALANG

MODEL DICK AND CAREY

Mata Kuliah : Desain Pembelajaran Teori dan Terapan

Dosen Pembina:

Prof. Dr. I Nyoman Sudana Degeng, M.Pd.

Oleh:

NAMA : SIYAMTA

NIM : 130121909684

PROGRAM STUDI S3 TEKNOLOGI PEMBELAJARAN

PROGRAM PASCA SARJANA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami Haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya

dengan Ijin dan Kehendak-Nya Tugas tentang “Desain Pembelajaran” ini dapat

diselesaikan oleh penulis.

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas Akhir Mata Kuliah Desain Pembelajaran

Program Doktor (S3) Teknologi Pembelajaran Universitas Negeri Malang.

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Bapak Prof Dr. I Nyoman Sudana

Degeng, M.Pd., selaku dosen Pembina mata kuliah Desain Pembelajaran yang telah

membimbing penulis, sehingga berhasil menyelesaikan Tugas ini. Kritik dan saran

yang bersifat konstuktif sangatlah Penulis harapkan demi penyempurnaan lebih lanjut.

Namun demikian, semoga yang sederhana ini bermanfaat bagi para pembacanya.

Malang, Desember 2013

(3)

Desain Pembelajaran Mata Kuliah Administrasi Jaringan Komputer

Program Studi S1 Telknik Informatika Joint Program

VEDC Malang Dengan Model Dick and Carey

Siyamta

Mahasiswa Program S3-TEP UM

ABSTRAK

Desain pembelajaran adalah pengembangan secara sistematis dari spesifikasi

pembelajaran dengan menggunakan teori belajar dan pembelajaran untuk menjamin

kualitas pembelajaran. Proses perancangan dan pengembangan ini meliputi segala

proses analisis kebutuhan pembelajaran, tujuan dan pengembangan sistem untuk

mencapai tujuan, pengembangan bahan dan aktivitas pembelajaran, uji coba dan

evaluasi dari seluruh pembelajaran dan aktivitas peserta didik.Proses kegiatan

pembelajaran secara umum meliputi tiga tahap, yaitu tahap pertama; merancang dan

mengembangkan system pembelajaran, kedua penerapan desain sistem pembelajaran

dan ketiga evaluasi pembelajaran. Pada tugas mata kuliah Desain Pembelajaran ini

dirancang tentang Desain Mata Kuliah Administrasi Jaringan Program Studi S1 Teknik

Informatika Joint Program VEDC Malang.

Model desain pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick and Carey (2009) adalah

sebagai berikut : Mengidentifikasikan tujuan umum pembelajaran, Melaksanakan

analisi pembelajaran, Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa,

Merumuskan tujuan performansi, Mengembangkan butir–butir tes acuan patokan,

Mengembangkan strategi pembelajaran, Mengembangkan dan memilih materi

pembelajaran, Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif, Merevisi bahan

pembelajaran, Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.

(4)

DAFTAR ISI

C. Desain Sistem Pembelajaran ... 5

D. Komponen Utama Desain Pembelajaran ... 6

E. Kedudukan Desain Pembelajaran ... 7

F. Berbagai Model Desain Pembelajaran ... 8

BAB II IMPLEMENTASI DESAIN PEMBELAJARAN ... 9

A. Model Dick and Carey ... 9

B. Contoh Implementasi ... 16

BAB III PENUTUP ... 17

A. Kesimpulan ... 17

B. Saran ... 17

DAFTAR PUSTAKA ... 18

Biografi ... 19

Lampiran 1 Silabus Mata Kuliah Administrasi Jaringan ... 20

Lampiran 2 RPP Mata Kuliah Administrasi Jaringan ... 21

Lampiran 3 Soal Pretest mata Kuliah Administrasi Jaringan ... 22

Lampiran 4 Soal Post Test mata Kuliah Administrasi Jaringan ... 23

Lampiran 5 Contoh Materi Pembelajaran (Slide Power Point) ... 24

Lampiran 6 Test Formatif (Ujian Tengah Semester) ... 42

Lampiran 7 Test Sumatif (Ujian Akhir Semester) ... 43

(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Konsep Pembelajaran

Belajar adalah proses atau usaha yang dilakukan setiap individu untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan maupun

sikap dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk mendapatkan sejumlah kesan

dari bahan yang telah dipelajari. Kegiatan belajar tersebut ada yang dilakukan di

sekolah, di rumah, dan di tempat lain seperti di museum, di laboratorium, ataupun

dimana saja tempatnya. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang

kompleks. Sebagai tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri dan akan

menjadi penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar.

Pembelajaran yang efektif menekankan pentingnya belajar sebagai suatu proses

personal, dimana setiap siswa membangun pengetahuan dan pengalaman

personalnya (Marzano, 1992). Pengetahuan dan pengalaman personal dibangun oleh

setiap siswa melalui interaksi dengan lingkungannya. Siswa sendirilah mengkonstruksi

makna tentang hal yang dipelajarinya (Brooks & Brooks, 1993). Dalam hal ini

pembelajaran harus mampu mengorientasikan siswa untuk dapat memainkan

peranannya dalam kehidupan yang akan datang dengan kemampuan, pengetahuan,

sikap dan berbagai keterampilan yang telah diberikan lebih bermakna.

Dalam paradigma baru pembelajaran Indra (2001: 25) menyatakan paradigma

teaching (mengajar) seperti yang selama ini dominan harus diubah menjadi paradigma

learning (belajar). Melalui perubahan ini, proses pendidikan menjadi ”proses

bagaimana belajar bersama antara guru dan murid”. Dalam konteks ini, guru termasuk

individu yang terlibat dalam proses belajar, bukan orang yang serba tahu dalam segala

hal. Siswa dipandang sebagai individu aktif yang terlibat secara langsung dalam

pembelajaran. Uno (2008) menyatakan bahwa siswa yang belajar harus berperan

secara aktif dalam menyusun pengetahuannya. Belajar dilihat sebagai penyusunan

pengetahuan dari pengalaman kongkrit, aktivitas kolaboratif, reflektif dan interpretatif

(Brooks & Brooks, 1993; Degeng, 1997). Untuk pembelajaran yang dibangun dengan

paradigma teaching, telah menempatkan siswa sebagai obyek semata. Guru

(6)

dapat menemukan celah untuk mengaktualisasikan dirinya selama proses

pembelajaran berlangsung. Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran rendah.

Kondisi tersebut mempengaruhi pencapaian hasil belajar.

Menurut Mayer (2008: 7) pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh pendidik

dan tujuan pembelajaran adalah memajukan cara belajar peserta didik. Dalam

pembelajaran tersebut lebih lanjut dijelaskan bahwa termasuk di dalamnya yaitu

pendidik/dosen, metode, strategi, permainan pendidikan, buku, proyek penelitian dan

bahan presentasi berupa WEB. Proses pembelajaran adalah suatu usaha untuk

membuat peserta didik belajar, sehingga situasi tersebut merupakan peristiwa belajar

(event of learning) yaitu usaha untuk terjadinya perubahan tingkah laku dari peserta

didik (Gagne,1998: 72). Perubahan tingkah laku dapat terjadi karena adanya interaksi

antara peserta didik dengan lingkunganya.

Selanjutnya Gagne (1998: 119-120) menjelaskan bahwa terjadinya perubahan tingkah

laku tergantung pada dua (2) faktor, yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar.

Sementara Chayhan (1979: 4) mengatakan bahwa pembelajaran adalah upaya dalam

memberi perangsang (stimulus), bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada

peserta didik agar terjadi proses belajar, lebih lanjut Chayhan, (1979: 4) mengungkapkan bahwa, ”learning is the process by which behavior (in the broader

sense) is or changed through practice or training,” (belajar adalah proses perubahan tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.

Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan

lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor (Mayer, 2008; 7).

Belajar memegang peranan penting dalam pembelajaran, karena dalam pembelajaran

terdapat peristiwa belajar dan peristiwa mengajar. Belajar adalah aktivitas psychofisik

yang ditimbulkan karena adanya aktivitas pembelajaran.

Dari beberapa definisi tentang belajar di atas dapat disimpulkan belajar sebagai proses

berubahnya tingkah laku (change in behavior), yang disebabkan karena pengalaman

dan latihan, pengalaman dan latihan adalah aktivitas pendidik sebagai pembelajar dan

aktivitas peserta didik/peserta didik sebagai peserta didik. Perubahan perilaku tersebut

(7)

Dalam kegiatan pembelajaran terdapat aktivitas mengajar pendidik dan aktivitas

belajar peserta didik, antara aktivitas mengajar pendidik dan aktivitas belajar peserta

didik inilah yang sering disebut interaksi pembelajaran. Adapun pengertian

pembelajaran itu sendiri adalah kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi

untuk mencapai tujuan pembelajaran (Gerry & Kingsley dalam Snelbecker, 1980: 12).

Pengertian lain pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh pendidik untuk

membelajarkan peserta didik dalam belajar, bagaimana belajar memperoleh dan

memproses pengetahuan, ketrampilan dan sikap (Gagne & Briggs,1979: 3).

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan

aktifitas interaksi edukatif antara pembelajar dengan peserta didik dengan di dasari

oleh adanya tujuan baik berupa pengetahuan, sikap maupun ketrampilan.

B. Desain Pembelajaran

Setiap individu memiliki kemampuan yang terbaik bagi dirinya, dan kemampuan

tersebut akan berkembang secara optimal jika diberi kesempatan. Peran pendidik

sebagai fasilitator dan motivator dalam proses pengembangan kemampuan peserta

didk, Melihat kemampuan masing-masing individu peserta didik memiliki kemampuan

yang bervariatif, maka dalam menyusun desain system pembelajaran hendaknya

diawali dengan analisis kondisi dan kemampuan awal peserta didik dan faktor

pendukung lainnya. Hal ini dimaksudkan agar disain sistem pembelajaran yang

disusun efektif, efisien dan produktif.

Desain pembelajaran adalah pengembangan secara sistematis dari spesifikasi

pembelajaran dengan menggunakan teori belajar dan pembelajaran untuk menjamin

kualitas pembelajaran. Proses perancangan dan pengembangan ini meliputi segala

proses analisis kebutuhan pembelajaran, tujuan dan pengembangan sistem untuk

mencapai tujuan, pengembangan bahan dan aktivitas pembelajaran, uji coba dan

evaluasi dari seluruh pembelajaran dan aktivitas peserta didik. Desain pembelajaran

juga dapat didefinisikan sebagai berikut : instructional design is the practice of

maximizing the effectiveness, efficiency and appeal of instruction and other learning

(8)

of the learner, defining the end goal of instruction, and creating some "intervention" to

assist in the transition. (en.wikipedia.org/wiki/Instructional_design) (Desain

pembelajaran merupakan kegiatan memaksimalkan keefektifan, efisiensi dan hasil

pembelajaran dan pengalaman pembelajaran lainnya. Kegiatan tersebut meliputi

penentuan keadaan awal, kebutuhan peserta didik, menentukan tujuan akhir dan

menciptakan beberapa perlakuan untuk membantu dalam masa transisi tersebut. Di

bagian lain dijelaskan desain pembelajaran adalah pengembangan pengajaran secara

sistematik yang digunakan secara khusus teori-teori pembelajaran untuk menjamin

kualitas pembelajaran. Gagne (1985) menyatakan bahwa desain pembelajaran

disusun untuk membantu proses belajar peserta didik, proses belajar tersebut memiliki

tahapan saat ini dan tahapan jangka panjang. Shambaugh dalam (Wina Sanjaya, 2009

: 67) menjelaskan tentang desain pembelajaran sebagai berikut. An intellectual

process to help teachers systematically learners needs and construct structures

possibilities to responsively addres those needs. (Sebuah proses intelektual untuk

membantu pendidik menganalisis kebutuhan peserta didik dan membangun berbagai

kemungkinan untuk merespon kebutuhan tersebut). Pendapat yang lebih spesifik

dikemukakan oleh Gentry (1985: 67), bahwa desain pembelajaran berkenaan dengan

proses menentukan tujuan pembelajaran, strategi dan teknik untuk mencapai tujuan

serta merancang media yang dapat digunakan untuk keefektifan pencapaian tujuan.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat dirumuskan bahwa desain pembelajaran

adalah pengembangan pembelajaran secara sistematis untuk memaksimalkan

keefektifan dan efisiensi pembelajaran. Kegiatan mendesain pembelajaran diawali

dengan menganalisis kebutuhan peserta didik, menentukan tujuan pembelajaran,

mengembangkan bahan dan aktivitas pembelajaran, yang di dalamnya mencakup

penentuan sumber belajar, strategi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran,

media pembelajaran dan penilaian (evaluasi) untuk mengukur tingkat keberhasilan

pembelajaran. Hasil evaluasi tersebut digunakan sebagai acuan untuk mengetahui

(9)

C. Desain Sistem Pembelajaran

Sistem pembelajaran merupakan satu kesatuan dari beberapa komponen

pembelajaran yang saling berinteraksi, interelasi dan interdependensi dalam mencapai

tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Komponen pembelajaran meliputi; peserta

didik, pendidik, kurikulum, bahan ajar, media pembelajaran, sumber belajar, proses

pembelajaran, fasilitas, lingkungan dan tujuan. Komponen-komponen tersebut

hendaknya dipersiapkan atau dirancang (desain) sesuai dengan program

pembelajaran yang akan dikembangkan. Reigeluth (1999: 11) menjelaskan bahwa “desain pembelajaran sebagai ilmu kadang disamakan dengan ilmu pembelajaran”. Kedua disiplin ini menaruh perhatian yang sama pada perbaikan kualitas

pembelajaran. Namun para ilmuwan pembelajaran lebih menfokuskan pada

pengamatan hasil pembelajaran yang muncul akibat manipulasi suatu metode dalam

kondisi tertentu, hal ini dilakukan untuk memperoleh teori-teori pembelajaran

(preskriptif). Bagi perancang lebih menaruh perhatian pada upaya untuk menggunakan

teori-teori pembelajaran yang dihasilkan oleh ilmuwan pembelajaran untuk

memperoleh hasil yang optimal memalui proses yang sistematis dan sistemik.

Untuk mendesain pembelajaran harus memahami asumsi-asumsi tentang hakekat

desain sistem pembelajaran, Asumsi-asumsi yang perlu diperhatikan dalam mendesain

system pembelajaran sebagai berikut: (1) desain sistem pembelajaran didasarkan

pada pengetahuan tentang bagaimana seseorang belajar, (2) desain sistem

pembelajaran diarahkan kepada peserta didik secara individual dan kelompok, (3) hasil

pembelajaran mencakup hasil langsung dan pengiring, (4) sasaran terakhir desain

sistem pembelajaran adalah memudahkan belajar, (5) desain sistem pembelajaran

mencakup semua variabel yang mempengaruhi belajar, (6) inti desain sistem

pembelajaran adalah penetapan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran,

(metode, media, skenario, sumber belajar, sistem penilaian) yang optimal untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Penyusunan desain sistem pembelajaran berpijak pada teori preskriptif. Teori

preskriptif adalah goal oriented, sedangkan teori deskriptif adalah goal free maksudnya

bahwa teori pembelajaran preskriptif dimaksudkan untuk mencapai tujuan, sedangkan

(10)

bahwa yang diamati dalam pengembangan teori pembelajaran preskriptif adalah

metode yang optimal untuk mencapai tujuan (I Nyoman Sudana Degeng, 1997 : 6-8).

D. Komponen Utama Desain Pembelajaran

Komponen-komponen yang terdapat di dalam desain sistem pembelajaran biasanya

digambarkan dalam bentuk yang direpresentasikan dalam bentuk grafis atau flow

chart. Model desain sistem pembelajaran menggambarkan langkah-langkah atau

prosedur yang perlu ditempuh untuk menciptakan aktivitas pembelajaran yang efektif,

efisien dan menarik. Menurut Morisson, Ross, dan Kemp (2001) desain sistem

pembelajaran ini akan membantu pendidik sebagai perancang program atau pelaksana

kegiatan pembelajaran dalam memahami kerangka teori lebih baik dan menerapkan

teori tersebut untuk menciptakan aktivitas pembelajaran yang lebih efektif, efisien,

produktif dan menarik. Desain sistem pembelajaran berperan sebagai alat konseptual,

pengelolaan, komunikasi untuk menganalisis, merancang, menciptakan, mengevaluasi

program pembelajaran, dan program pelatihan.

Setiap desain sistem pembelajaran memiliki keunikan dan perbedaan dalam

langkah-langkah dan prosedur yang diterapkan. Perbedaan pemahaman terletak pada

istilah-istilah yang digunakan. Namun demikian, model-model desain tersebut memiliki dasar

prinsip yang sama dalam upaya merancang program pembelajaran yang berkualitas.

Fausner (2006) berpandangan bahwa seorang perancang program pembelajaran tidak

dapat menciptakan program pembelajaran yang efektif, jika hanya mengenal satu

model desain pembelajaran. Perancang program pembelajaran hendaknya mampu

memilih desain yang tepat sesuai dengan situasi atau setting pembelajaran yang

spesifik. Untuk itu diperlukan adanya pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang

model-model desain sistem pembelajaran dan cara mengimplementasikannya.

Untuk merancang dan mengembangkan sistem pembelajaran, maka dipengaruhi oleh

beberapa komponen sebagai berikut:

1. Kemampuan awal peserta didik dan potensi yang dimiliki

2. Tujuan Pembelajaran (umum dan khusus) adalah penjabaran kompetensi yang

akan dikuasai oleh peserta didik

(11)

4. Analisis aktivitas pembelajaran, merupakan proses menganalisis topik atau materi

yang akan dipelajari

5. Pengembangan media pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, materi

pembelajaran dan kemampuan peserta didik

6. Strategi pembelajaran, dapat dilakukan secara makro dalam kurun satu tahun atau

mikro dalam kurun satu kegiatan belajar mengajar.

7. Sumber belajar, adalah sumber-sumber yang dapat diakses untuk memperoleh

materi yang akan dipelajari

8. Penilaian belajar, tentang pengukuran kemampuan atau kompetensi yang dikuasai

oleh peserta didik.

E. Kedudukan Desain Pembelajaran

Setiap komponen memiliki peran dan fungsi sesuai dengan konteksnya. Untuk

membuat rancangan dan pengembangan sistem pembelajaran harus memahami

posisi dan perannya dalam pelaksanaan pembelajaran. Kedudukan desain sistem

pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran, merupakan bagian dari kegiatan

pembelajaran. Proses kegiatan pembelajaran secara umum meliputi tiga tahap, yaitu

tahap pertama; merancang dan mengembangkan system pembelajaran, kedua

penerapan desain sistem pembelajaran dan ketiga evaluasi pembelajaran.

TAHAP 1 TAHAP 2 TAHAP 3

(12)

F. Berbagai Model Desain Pembelajaran

Model desain sistem pembelajaran berperan sebagai alat konseptual, pengelolaan,

komunikasi untuk menganalisis, merancang, menciptakan, mengevaluasi program

pembelajaran, dan program pelatihan. Pada umumnya, setiap desain sistem

pembelajaran memiliki keunikan dan perbedaan dalam langkah-langkah dan prosedur

yang digunakan. Perbedaan juga kerap terdapat pada istilah-istilah yang digunakan.

Namun demikian, model-model desain tersebut memiliki dasar prinsip yang sama

dalam upaya merancang program pembelajaran yang berkualitas. Dalam desain

pembelajaran dikenal beberapa model yang dikemukakan oleh para ahli. Beberapa

contoh dari model desain pembelajaran antara lain sebagai berikut :

1. Model Dick and Carey

2. Model Kemp

3. Model Addie

4. Model Hanafin dan Peck

5. Model Isman

Implementasi Desain Pembelajaran Model Dick and Carey akan dijelaskan secara

(13)

BAB II IMPLEMENTASI DESAIN PEMBELAJARAN

Berikut ini akan dibahas tentang Implementasi Desain Pembelajaran Model Dick and

Carey, dengan studi kasus Mata Kuliah Administrasi Jaringan Komputer, Program

Studi Teknik Informatika, Joint Program VEDC Malang. Hal ini kami angkat karena

kesehariannya, Penulis mengajar tentang Mata Kuliah Administrasi Jaringan Komputer

di Joint Program VEDC Malang.

A. Model Dick and Carey

Model Dick and Carey terdiri dari 10 langkah. Setiap langkah sangat jelas maksud dan

tujuanya sehingga bagi perancang pemula sangat cocok sebagai dasar untuk

mempelajari model desain yang lain. Kesepuluh langkah pada model Dick and Carey

menunjukan hubungan yang sangat jelas, dan tidak terputus antara langkah yang satu

dengan yang lainya. Dengan kata lain, sistem yang terdapat pada Dick and Carey

sangat ringkas, namun isinya padat dan jelas dari satu urutan ke urutan berikutnya.

Langkah awal pada model Dick and Carey adalah mengidentifikasi tujuan

pembelajaran. Langkah ini sangat sesuai dengan kurikulum perguruan tinggi maupun

sekolah menengah dan sekolah dasar, khususnya dalam mata pelajaran tertentu di

mana tujuan pembelajaran pada kurikulum agar dapat melahirkan suatu rancangan

pembangunan. Penggunaan model Dick and Carey dalam pengembangan suatu mata

pelajaran dimaksudkan agar (1) pada awal proses pembelajaran anak didik atau siswa

dapat mengetahui dan mampu melakukan hal–hal yang berkaitan dengan materi pada

akhir pembelajaran, (2) adanya pertautan antara tiap komponen khususnya strategi

pembelajaran dan hasil pembelajaran yang dikehendaki, (3) menerangkan

langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan perencanaan desain pembelajaran.

Langkah-langkah utama dari model desain pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick

and Carey (2009) adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasikan tujuan pembelajaran.

2. Melaksanakan analisis pembelajaran

3. Menganalisis kemampuan awal peserta didik

4. Merumuskan tujuan pembelajaran

5. Mengembangkan instrumen penilaian

(14)

7. Mengembangkan dan menentukan materi pembelajaran

8. Mengembangkan dan membuat evaluasi formatif

9. Merevisi program pembelajaran

10. Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.

Secara blog diagram, dapat digambarkan seperti berikut ini :

Melakukan

Gambar 2.1. Desain pembelajaran model Dick and Carey

Sedangkan proses pengembangan kurikulum secara umum menurut model Dick and

Carey digambarkan seperti berikut ini.

(15)

Langkah-langkah pengembangan tersebut pada gambar di atas, dapat dijelaskan

sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran idealnya diperoleh dari analisa kebutuhan yang benar benar

mengindikasikan adanya suatu masalah yang pemecahannya adalah dengan

memberikan pembelajaran (Dick, et al, 2001: 19). Sasaran akhir dari suatu

pembelajaran adalah tercapainya tujuan pembelajaran umum, oleh karena itu dalam

merancang pembelajaran harus memperhatikan secara mendalam rumusan tujuan

pembelajaran umum yang akan ditentukan.

2. Melakukan Analisis Pembelajaran

Tujuan utama analisis pembelajaran adalah mengidentifikasi pengetahuan dan

ketrampilan yang harus ada pada pembelajaran (Dick, et al, 2001: 37). Karena

prosesnya relatif kompleks, analisis pembelajaran terhadap tujuan pembelajaran

umum dapat dilakukan melalui dua tahap : 1) menggolongkan pernyataan tujuan

umum menurut jenis kapabilitas belajar. 2) melakukan analisa lanjutan untuk

mengidentifikasi ketrampilan bawahan. Keduanya merupakan proses analisa

pembelajaran.

Pembelajaran ketrampilan psikomotor biasanya memerlukan perpaduan ketrampilan

intelektual dan ketrampilan motorik. Langkah pertama untuk analisa dilakukan dengan

menerapkan prosedur analisis hierarkis (Dick, et al, 2001: 81).

3. Menganalisis Karakteristik Siswa dan Konteks Pembelajaran

Selain melakukan analisis tujuan pembelajaran, hal penting yang perlu dilakukan

dalam menerapkan model ini adalah analisis terhadap karakteristik siswa yang akan

belajar dan konteks pembelajaran. Kedua langkah ini dapat dilakukan secara

bersamaan atau paralel. Analisis konteks meliputi kondisi-kondisi terkait dengan

keterampilan yang dipelajari oleh siswa dan situasi yang terkait dengan tugas yang

dihadapi oleh siswa untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari.

Analisis terhadap karakteristik siswa meliputi kemampuan aktual yang dimiliki oleh

siswa, gaya belajar, dan sikap terhadap aktivitas belajar. Identifikasi yang akurat

(16)

pembelajaran dalam memilih dan menentukan strategi pembelajaran yang akan

digunakan.

4. Merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus

Perumusan tujuan khusus pembelajaran merupakan pernyataan tentang apa yang

akan dicapai siswa setelah mereka selesai mengikuti kegiatan pembelajaran. Dalam

merumuskan tujuan pembelajaran khusus, ada beberapa hal yang perlu mendapatkan

perhatian, yaitu :

a. Menentukan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah

menempuh proses pembelajaran.

b. Kondisi yang diperlukan agar siswa dapat melakukan unjuk kemampuan dari

pengetahuan yang telah dipelajari. Komponen kondisi dalam tujuan pembelajaran

khusus menyebutkan sesuatu yang secara khusus diberikan atau tidak diberikan

ketika pebelajar menampilkan perilaku yang ditetapkan dalam tujuan (Degeng, 1999:

2). Komponen kondisi bisa berupa bahan dan alat, informasi dan lingkungan.

c. Indikator atau kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan keberhasilan siswa

dalam menempuh proses pembelajaran. Kriteria yang relevan tersebut dapat berupa

kecermatan, waktu (kecepatan), kesesuaian dengan prosedur, kuantitas atau

kualitas hasil akhir (Degeng, 1999: 5).

5. Mengembangkan Instrumen Penilaian

Berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, langkah selanjutnya adalah

mengembangkan alat atau instrumen penilaian yang mampu mengukur pencapaian

hasil belajar siswa. Yang perlu diperhatikan dalam menentukan instrumen evaluasi

yang akan digunakan adalah instrumen harus dapat mengukur performa siswa dalam

mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Beberapa tujuan pembelajaran

tidak bisa diukur dengan tes obyektif tetapi harus diukur unjuk kerja dengan

pengamatan penilai. Untuk membuat instrumen penilaian ini harus dilakukan

pemberian skor untuk tiap langkah yang dilakukan oleh pebelajar (Dick, et al,

2001:173). Tes acuan patokan disusun secara langsung untuk mengukur tingkah laku

(17)

Ada empat jenis tes acuan patokan :

a. Tes perilaku awal atau entry behavior test. Tes ini diberikan sebelum mulai

pembelajaran. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah pebelajar telah

menguasai ketrampilan yang menjadi prasyarat bagi pembelajaran.

b. Tes pendahuluan atau pre test, adalah tes acuan patokan yang diperlukan untuk

mengetahui profil pebelajar sehubungan dengan analisis pembelajaran. Pre test

tidak selalu harus dilakukan. Pada saat topic yang akan dipelajari merupakan

sesuatu yang baru, maka hasilnya pre test kadang tidak bisa menggambarkan

kemampuan pebelajar yang sebenarnya. Hal ini karena pebelajar mungkin menebak

jawaban tes.

c. Latihan adalah tes yang bertujuan untuk membuat pebelajar berpartisipasi aktif

dalam pembelajaran. Latihan bisa membuat pebelajar mengulang kembali

pengetahuan dan ketrampilan baru sekaligus menilai tingkat pemahaman dan

ketrampilannya sendiri. Pembelajar menggunakan hasil latihan untuk memberikan

umpan balik dan memonitor kecepatan pembelajaran.

d. Post test adalah tes acuan patokan yang mencakup seluruh tujuan pembelajaran

yang mencerminkan hasil belajar yang dilakukan siswa. Meskipun begitu, tujuan

awal post test adalah untuk mengidentifikasi bagian pembelajaran yang tidak

berhasil.

Keempat jenis tes itu dimaksudkan untuk digunakan selama proses desain

pembelajaran (Dick, et al, 2001: 147-148). Item tes dan tugas harus sesuai dengan : 1)

tujuan sementara dan tujuan akhir pembelajaran, 2) karakteristik dan kebutuhan

pebelajar seperti tingkat penguasaan bahasa, tingkat perkembangan pebelajar, tingkat

motivasional dan ketertarikan, pengalaman dan latar belakang dan kebutuhan khusus

pebelajar (Dick, et al, 2001: 151-153). Desainer juga harus membuat keadaan pada

saat tes sama dengan saat belajar. Item tes dan tugas harus realistis atau autentik.

Pebelajar juga harus diberi petunjuk sebelum menjawab soal.

6. Mengembangkan Strategi Pembelajaran

Berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan sebelumnya, perancang program

pembelajaran dapat menentukan strategi yang akan digunakan dalam pembelajaran.

Strategi yang digunakan disebut strategi pembelajaran atau instructional strategy.

Asal konsep strategi pembelajaran adalah the events of instruction yang digambarkan

(18)

kegiatan itu dalam lima komponen yaitu: 1) aktivitas pra pembelajaran, 2) penyajian

materi atau isi, 3) partisipasi pebelajar, 4) penilaian dan 5) aktifitas lanjutan (Dick, et

al, 2001: 189).

Aktivitas pra pembelajaran dilakukan dengan memotivasi siswa, menginformasikan

tujuan pembelajaran dan menginformasikan ketrampilan prasyarat pada pebelajar.

Selanjutnya dilakukan penyajian materi. Kegiatan ini bukan hanya untuk menjelaskan

konsep konsep baru saja, tetapi juga menjelaskan hubungan antar konsep. Desainer

juga memutuskan berapa jenis dan jumlah contoh yang akan diberikan untuk tiap tiap

konsep.

Salah satu komponen yang paling kuat dalam proses pembelajaran adalah latihan

dengan umpan balik. Desainer harus memberikan aktivitas yang relevan dengan tujuan

disertai dengan umpan balik atau informasi tentang unjuk kerja mereka. Sedangkan

untuk kegiatan lanjutan, desainer meninjau lagi strategi secara keseluruhan untuk

menentukan berhasilnya proses belajar.

7. Mengembangkan dan Memilih Bahan Ajar

Bahan ajar memuat isi yang akan digunakan pebelajar untuk mencapai tujuan.

Termasuk didalamnya adalah tujuan khusus dan tujuan umum dan semua yang

mendukung terjadinya proses belajar dalam diri pebelajar. Bahan ajar juga berisi

informasi yang akan digunakan pebelajar untuk memandu kemajuan mereka selama

pembelajaran. Semua bahan ajar juga harus dilengkapi dengan tes obyektif atau

pengukuran kemampuan pebelajar. Termasuk didalamnya adalah soal pre test dan

post test. Selain bahan ajar, diperlukan juga petunjuk penggunaan bagi pembelajar

dan pebelajar (Dick, et al, 2001: 245)

8. Merancang dan Mengembangkan Evaluasi Formatif

Tujuan dari evaluasi formatif adalah untuk mengumpulkan data yang terkait dengan

kekuatan dan kelemahan pembelajaran. Hasil dari proses evaluasi formatif dapat

digunakan sebagai masukan atau input untuk memperbaiki draf paket pembelajaran.

Meskipun tujuan utamanya adalah mendapat data dari pebelajar tetapi tinjauan dari

(19)

Tiga jenis evaluasi formatif dapat diaplikasikan untuk mengembangkan produk atau

program pembelajaran, yaitu :

a. Evaluasi perorangan

b. Evaluasi kelompok kecil

c. Evaluasi lapangan

Evaluasi perorangan merupakan tahap pertama dalam menerapkan evaluasi formatif.

Evaluasi ini dilakukan melalui kontak langsung dengan minimal tiga orang calon

pengguna program untuk memperoleh masukan tentang kesalahan kesalahan yang

tampak dalam bahan ajar dan memperoleh petunjuk awal daya guna bahan ajar dan

reaksi pebelajar pada isi bahan ajar. Untuk tahap ini dipilih satu orang pebelajar yang

memiliki kemampuan diatas rata-rata, satu orang berkemampuan sedang dan satu

orang berkemampuan dibawah rata-rata.

Evaluasi kelompok kecil dilakukan dengan mengujicobakan program terhadap

kelompok kecil calon pengguna. Evaluasi ini dilakukan untuk menentukan efektivitas

perubahan yang telah dibuat setelah evaluasi perorangan dan mengidentifikasi

masalah yang mungkin masih ada. Pada langkah ini, pebelajar bisa menggunakan

bahan ajar tanpa interaksi langsung dengan pengembang.

Evaluasi lapangan adalah uji coba program terhadap sekelompok besar calon

pengguna program sebelum program tersebut digunakan dalam situasi pembelajaran

yang sesungguhnya.

9. Melakukan Revisi Terhadap Program Pembelajaran

Langkah akhir dari proses desain pengembangan adalah melakukan revisi terhadap

draf program pembelajaran. Data yang diperoleh dari prosedur evaluasi formatif

dirangkum dan ditafsirkan untuk mengetahui kelemahan- kelemahan yang dimiliki oleh

program pembelajaran. Evaluasi formatif tidak hanya dilakukan pada draf program

pembelajaran saja, tetapi juga terhadap aspek-aspek desain sistem pembelajaran

yang digunakan dalam program, seperti analisis pembelajaran, entry behavior, dan

karakteristik siswa. Prosedur evaluasi formatif, dengan kata lain, perlu dilakukan pada

semua aspek program pembelajaran dengan tujuan untuk memperbaiki dan

(20)

10. Merancang dan Mengembangkan Evaluasi Sumatif

Evaluasi sumatif merupakan jenis evaluasi yang berbeda dengan evaluasi formatif.

Jenis evaluasi ini dianggap sebagai puncak dalam aktivitas model desain

pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick dan Carey. Evaluasi sumatif dilakukan

dilakukan setelah program selesai dievaluasi secara formatif dan direvisi sesuai

dengan standar yang digunakan oleh perancang. Evaluasi sumatif tidak melibatkan

perancang program, tetapi melibatkan penilai independen. Hal ini merupakan satu

alasan untuk menyatakan bahwa evaluasi sumatif tidak tergolong ke dalam proses

desain sistem pembelajaran.

B. Contoh Implementasi

Contoh Implementasi detai pada tugas ini adalah Mata Kuliah Administrasi Jaringan

Komputer, yang diberikan pada semester 5, Mahasiswa Program Studi Teknik

Informatika, Joint Program VEDC Malang. Implementasi secara Lengkap ada pada

(21)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas tentang Desain Pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa :  Desain pembelajaran adalah pengembangan secara sistematis dari spesifikasi

pembelajaran dengan menggunakan teori belajar dan pembelajaran untuk

menjamin kualitas pembelajaran. Proses perancangan dan pengembangan ini

meliputi segala proses analisis kebutuhan pembelajaran, tujuan dan pengembangan

sistem untuk mencapai tujuan, pengembangan bahan dan aktivitas pembelajaran,

uji coba dan evaluasi dari seluruh pembelajaran dan aktivitas peserta didik.

 Proses kegiatan pembelajaran secara umum meliputi tiga tahap, yaitu tahap

pertama; merancang dan mengembangkan system pembelajaran, kedua penerapan

desain sistem pembelajaran dan ketiga evaluasi pembelajaran.

 Model desain pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick and Carey (2009) adalah

sebagai berikut : Mengidentifikasikan tujuan umum pembelajaran, Melaksanakan

analisi pembelajaran, Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik

siswa, Merumuskan tujuan performansi, Mengembangkan butir–butir tes acuan

patokan, Mengembangkan strategi pembelajaran, Mengembangkan dan memilih

materi pembelajaran, Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif, Merevisi

bahan pembelajaran, Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.

 Dengan mengikuti alur model Dick and Carey, maka Proses Belajar mengajar akan terstruktur, sistematis yang pada akhirnya akan efektif dan effisien.

B. Saran

Untuk pembahasan desain pembelajaran selanjutnya perlu lebih didetailkan lagi

berkaitan dengan pembuatan Modul Ajar yang lebih lengkap dan variatif agar menerik

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Atwi Suparman, 1997. Desain Instruksional. Jakarta : PAU-PPAI Universitas Terbuka

Dick, Walter, Lou Carey., & James O. Carey. 2009. The Systematic Design Of Instruction. Library of Congress Cataloging-in-Publication Data. Addison – Welswey Educational Publisher Inc.

Johnson, David W., Roger T Johnson., & Edythe Johnson Holubec. 1994. Cooperative Learning in the Classroom. Alexandria, VA: Association for Supervision and Curriculum Development

I Nyoman Sudana Degeng. 1997. Ilmu Pengajaran : Taksonomi Variabel. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dirjen Dikti, P2LPTK

Joyce, B., & Weil, M. (2003). Model of Teaching. Massachusetts: Allyn & Bacon.

Morrison, Gary R., Steven M. Ross, & Jerrold E. Kemp. (2004). Design effective instruction, (4th Ed.). New York: John Wiley & Sons

Reigeluth, C.M., Ed. (1999) Instructional Design Theories and Models: A New

Paradigm of Instructional Theory. Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaaum

Associates, Publishers.

Reigeluth, C.M., Ed. (2009) Instructional Design Theories and Models: A New

Paradigm of Instructional Theory. Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaaum

Associates, Publishers.

Robert M. Gagne, Marcy Parkins Driscoll. 1989. Essentials of learning for instructional. Florida: State University.

Schunk, D.H. 2012, Learning Theories An Educational Perspective, Sixth Edition, Boston : Pearson Publishing.

Sri Anitah, 2009. Media Pembelajaran.Surakarta : UNS Press

Sujarwo, Desain Sistem Pembelajaran, FIP Universitas Negeri Yogyakarta.

(23)

Biografi

SIYAMTA, dilahirkan di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Menyelesaikan pendidikan formal SD,SMP, dan STM di Yogyakarta. Meraih gelar S1 (S.Pd.) Sarjana Pendidikan Teknik Elektronika dari IKIP Yogyakarta pada tahun 1998. Meraih gelar Sarjana Sain Terapan (S.ST.) bidang keahlian Teknik Informatika pada tahun 2002 dari PENS ITS Surabaya melalui beasiswa dari Dikmenjur Depdiknas. Gelar Magister Teknik (M.T) dengan predikat Cumlaude diperoleh pada tahun 2005 melalui beasiswa unggulan Depdiknas di Program Pasca Sarjana ITB dalam bidang Teknik Elektro, Konsentrasi Teknologi Informasi.

Pengalaman Luar Negeri diperoleh dari pemerintah Germany melalui program

Internationale Weiterbildung und Entwicklung gGmbH (InWent) / Deutschen Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit (GIZ) pada tahun 2010-2011 selama 12 bulan, dengan mengikuti Program International Leadership Training (ILT). Pernah Praktikum di Landesstellehessen selama 2.5 bulan yang merupakan Balai Diklat Bagi Guru Kejuruan yang ada di negara bagian Hessen, Germany, dengan alamat http://www.hlft. hessen.de/hessen/.

Pengalaman training dalam bidang Komputer dan Jaringan memperoleh sertifikat IT Essential PC Hardware and Software serta CCNA dari CISCO Academy. Training dalam bidang Sistem Majemen Mutu memperoleh sertifikat Lead Auditor dalam sistem manajemen mutu ISO dari SAI Global. Pernah mengikuti diklat calon Asessor untuk penyusunan Instrumen dan Pelaksanaan Uji Kompetensi Professional Guru Paket Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan.

Pengalaman kegiatan antara lain TIM Expert Teknologi Informasi Mobile Training Unit (MTU) Nanggroe Aceh Darussalaam (NAD) tahun 2006, Sekretaris Workstation Kota Bontang tahun 2008-2009.

Selama kurun waktu 2000 sampai sekarang aktif sebagai Instruktur di lingkungan PPPPTK/VEDC Malang dengan mengajar diklat-diklat teknis kejuruan bidang Teknologi Informasi untuk guru-guru SMK dan industri. Selain itu juga sebagai tenaga pengajar dalam Joint Program VEDC Malang yang merupakan kerjasama antara Industri, EST Tettnang, VEDC Malang dan STTAR Malang.

Amanah yang pernah diemban adalah sebagai Kepala Laboratorium Jaringan Komputer, Wakil Kepala Departemen Teknologi Informasi bidang Training Center (2005-2007), serta Kepala Departemen Teknologi Informasi (2007-2008) PPPPTK/VEDC Malang.

Menjadi Alumniportal Deutschland di https://www.alumniportal-deutschland. org/community/pg/profile/Siyamta

Beberapa Artikel pernah dimuat dalam Proceeding Seminar on Intelligent and its Applications / SITIA (Teknik Elektro ITS Surabaya), Journal LPM Universitas Negeri Yogyakarta, http://www. Ilmukomputer.com dan http://www.oke.or.id.

Informasi lebih lanjut mengenai Penulis, dapat dihubungi melalui : Email : must_yamta@yahoo.com

(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)

Gambar

Gambar 1.1. Siklus Umum Kegiatan pembelajaran
Gambar 2.2. The Role of the Dick and Carey Model in the Broader Curriculum Development Process

Referensi

Dokumen terkait

Penyusunan mendesain kompetensi atau tujuan pembelajaran atau hasil belajar mata pelajaran lazimnya ada tiga komponen yang harus dirumuskan:3. Penyusunan mendesain kompetensi

Entry behavior peserta didik yang akan mengikuti pemb PAI Memilih materi PAI yang relevan dengan tema Sains untuk di integrasikan Melakukan evaluasi sumatif pemb

“ Pelaksanaan penilaian kelas dari pelajaran sejarah kebudayaaan Islam, penilaian kelas tidak lagi hanya cukup mengandalkan tes sumatif dengan bentuk instrumen tes obyektif

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa tingkat kesesuaian antara instrumen sumatif (UAS) dengan tujuan kognitif pembelajaran mata kuliah evaluasi proses dan

Revisi data model pembelajaran bermain netting tabok bola berdasarkan data hasil uji coba skala besar berdasarkan penilaian ahli adaptif dan ahli pendidikan jasmani

Penjadwalan penggunaan strategi pembelajaran atau komponen suatu strategi baik untuk strategi pengorganisasian pembelajaran maupun strategi penyampaian pembelajaran

Deskripsi Mata Kuliah : Matakuliah ini membahas tentang konsep dasar evaluasi pembelajaran, strategi dan prosedur penilaian, menyusun instrument penilaian dan evaluasi, pengolahan data

Evaluasi Evaluation Tahap evaluation atau evaluasi adalah tahap terakhir.Pada tahap evaluasi menggunakan evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.Evaluasi sumatif diperoleh penilaian,