I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
Usaha dan pengembangan peternakan saat ini menunjukkan prospek yang sangat cerah dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi pertanian. Sebagian besar masyarakat dunia mengakui produk–produk peternakan memegang peranan yang sangat penting di masa yang akan datang. Fungsi
terbesar produk peternakan adalah menyediakan protein, energi, vitamin, dan mineral untuk melengkapi hasil–hasil pertanian.
Berkaitan dengan hal di atas, broiler merupakan salah satu sumber protein hewani yang dapat memenuhi kebutuhan protein masyarakat. Menurut Susilorini dan Sawitri (2009), broiler merupakan ayam yang sangat efektif untuk menghasilkan daging. Karakteristik broiler pertumbuhan cepat, produksi telur rendah, dan kulit putih. Broiler adalah ayam yang digunakan untuk menghasilkan daging dengan kecepatan pertumbuhan tinggi dan mencapai bobot yang cepat untuk dipasarkan (Nesheim, dkk., 1979)
peternak ayam komersial. Hal ini dengan pertimbangan, antara lain dapat terciptanya clean production pada setiap produk peternakan serta kandang ayam tidak bergantung pada lingkungannya. Dengan demikian, kelembapan dan suhu udara yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ayam dengan mudah dapat dikontrol. Keuntungan lainnya dari penggunaan closed house ini adalah dengan keterbatasan lahan dan semakin mahalnya lahan, maka dalam menentukan lokasi perkandangan tidak lagi dibatasi dengan persyaratan lokasi (Suryanto dan Sumantri,1997b).
Pemeliharaan broiler di closed house dapat menggunakan kepadatan kandang yang tinggi. Tingkat kepadatan yang tinggi pada closed house ini terjadi karena tingkat efisiensi closed house lebih baik dibandingkan dengan kandang
konvensional (opened house). Ayam pembibitan yang dipelihara pada kandang konvensional (opened house) dengan kapasitasnya adalah 4--5 ekor m-2
meningkat menjadi 6--7 ekor m-2 pada closed house. Disamping itu, stres lingkungan bisa berkurang sehingga resiko penyakit lebih sedikit (Suryanto dan Sumantri,1997b).
Menurut Rusianto (2008), kepadatan kandang broiler ideal pada kapasitas closed house adalah 25--30 kg m-2 bobot hidup. Dengan demikian, tingkat kepadatan kandang dapat mencapai 21 ekor m-2, jika rata–rata bobot tubuh pada umur 23 hari sebesar 1,3 kg. Bobot tubuh tersebut adalah pengalaman dari peternak broiler komersial yang telah menggunakan closed house.
3
dapat memengaruhi keseragaman berat badan. Kandang yang terlalu padat menyebabkan ayam tidak mendapatkan pakan dan minum secara serentak. Ketidakseragaman ini dapat menimbulkan perilaku dominasi pada sekelompok ayam.
Semi closed house adalah kandang yang mengadopsi sistem closed house. Semi
closed house menawarkan solusi yang baik untuk menyiasati perubahan iklim dan
genetik. Penggunaan semi closed house dapat menekan dampak perubahan suhu sehingga pertumbuhan broiler dapat optimal. Dengan pertumbuhan yang optimal dari broiler akan berakibat pada produksi karkas, giblet, dan lemak abdominal yang dihasilkan.
Sehubungan dengan hal kepadatan kandang di semi closed house sampai saat ini belum banyak diketahui. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh kepadatan kandang terhadap bobot hidup, karkas, giblet, dan lemak abdominal broiler di semi closed house.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
(1) mengetahui pengaruh kepadatan kandang di semi closed house terhadap bobot hidup, karkas, giblet, dan lemak abdominal broiler;
C. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kepadatan kandang yang terbaik pada pemeliharaan broiler di semi closed house, secara keilmuan dapat dijelaskan dampak yang terjadi pada bobot hidup, karkas, giblet, dan lemak abdominal broiler, dan bagi peternak berguna sebagai bahan untuk memilih kepadatan kandang yang terbaik dan mengambil tindak lanjut dalam upaya meningkatkan produksi broiler.
D. Kerangka Pemikiran
Broiler merupakan hasil teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis,
pertumbuhan yang cepat sebagai penghasil daging dengan serat lunak. Pemeliharaan broiler pada semi closed house sudah mulai dilakukan dengan beberapa kelebihan, antara lain produksi dapat ditingkatkan, mortalitas menurun, keseragaman ayam lebih baik, dan ayam lebih sehat. Ayam yang sehat
menyebabkan penggunaan obat–obatan berkurang sehingga tidak ada resiko banyaknya residu obat yang masuk ke dalam tubuh ayam.
5
Menurut Suryanto dan Sumantri,1997b, dari sudut produktivitas closed house dapat meningkatkan produksi yang pesat. Hal tersebut terlihat dari angka kematian menurun, keseragaman lebih baik dan dewasa kelamin ayam dicapai pada waktu yang lebih seragam.
Lebih lanjut Suryanto dan Sumantri,1997b, menjelaskan bahwa dari segi ransum ternyata closed house tidak menyebabkan penurunan konsumsi, sehingga feed conversion menjadi lebih baik, yang berarti pertumbuhan dan produktivitas
meningkat dengan volume ransum yang sama
.
Semi closed house merupakan kandang yang mengadopsi konsep vakum udara
pada sistem closed house yang dapat memengaruhi tingkat kepadatan kandang yang sehingga biasa mencapai 50 persen. Pada kondisi peternakan di lapangan, peternak masih menggunakan kepadatan di semi closed house yang beragam, umumnya sampai 18 ekor m-2 dengan bobot yang dihasilkan 1,3 kg pada umur 23 hari. Padahal menurut Rusianto (2008), kepadatan ayam dalam closed house adalah 25--30 kg m-2 bobot tubuh. Berdasarkan hal tersebut maka di semi closed house kepadatan kandang masih dapat ditingkatkan.
Hingga saat ini belum diketahui tingkat kepadatan yang ideal di semi closed house. Oleh sebab itu, berapa kepadatan yang ideal di semi closed house masih
perlu diteliti. Pada penelitian ini kepadatan kandang yang digunakan adalah 12, 15, 18, dan 21 ekor m-2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kepadatan kandang terbaik di semi closed house untuk mencapai pertumbuhan yang optimal sehingga akan berpengaruh terhadap bobot hidup, bobot karkas, bobot giblet, dan lemak abdominal broiler.
E.Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
(1) ada pengaruh kepadatan kandang di semi closed house terhadap bobot hidup, karkas, giblet, dan lemak abdominal broiler;
III. BAHAN DAN METODE
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada 10 Februari--6 Maret 2012 selama 24 hari, di kandang semi closed house milik Rama Jaya Farm, Desa Candimas, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan.
B. Bahan Penelitian
a. Ayam penelitian
Ayam yang digunakan dalam penelitian ini adalah day old chick (DOC) broiler strain CP 707 produksi PT. Charoen Pokhpan sebanyak 330 ekor dengan bobot
badan awal 42,55±3,13g/ekor (koefisien keragamannya 7,36%) dan bobot rata– rata umur 13 hari 367±27,73 g/ekor (koefisien keragamannya 7,56%).
b. Kandang
0,6 x 1,6 m dengan luas kandang 0,96 m2 mendapat sirkulasi udara yang baik untuk pertumbuhan broiler yang disetarakan dengan 1 x 1 m dengan luas 1 m2.
c. Ransum
Ransum berbentuk crumble digunakan dalam penelitian ini merupakan ransum broiler umur 1--15 hari 611 HI-PRO produksi PT. Vista Grain dan ransum broiler
umur 16 -- 24 hari BBR1 (Bestfeed) produksi PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk. Kandungan nutrisi ransum BBR1 dan 611 HI-PRO yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan nutrisi ransum BBR-1 (Bestfeed) dan 611 HI-PRO berdasarkan analisis proksimat Sumber : Hasil analisis Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak,
Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung (2012). * Hasil analisis Balai Riset dan Standarisasi Industri Bandar Lampung
(2012).
** Hasil analisis Laboratorium Peternakan Politeknik Negeri Lampung (2012).
d. Air minum
22
e. Antibiotik, vaksin dan vitamin
Antibiotik yang diberikan adalah Enoquyl® dan Ciprovaks®. Vaksin yang diberikan Medivac ND®, Hitchner B1®, vaksin Medivac ND Lasota®, Vaksin AI (avian influenza®) dan vaksin gumboro®. Vitamin yang diberikan adalah Strong fi®t, Chickovit®, Agricarivit®, Agrixine solution® dan Stessgrin®.
C. Peralatan Penelitian
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah
(1) gasolex sebagai brooder dengan bahan bakar gas untuk pemanas ayam umur 1--12 hari ;
(2) tempat ransum anak ayam (baby chick feeder) untuk umur 1--14 hari, sebanyak 20 buah ;
(3) tempat ransum gantung (hanging feeder) untuk umur 15--24 hari, sebanyak 20 buah ;
(4) tempat air minum sebanyak 20 buah ;
(5) timbangan kapasitas 2 kg dengan ketelitian 20 g sebanyak 2 buah yang digunakan untuk menimbang DOC (Day Old Chick) dan berat tubuh broiler pada minggu pertama ;
(6) timbangan kapasitas 10 kg dengan ketelitian 100 g sebanyak 2 buah yang digunakan untuk menimbang berat tubuh broiler dan ransum dari 1--24 hari ; (7) timbangan elektrik Boego dengan ketelitian 0,01 sebanyak 1 buah yang
(8) ember sebanyak 2 buah, dan bak air sebanyak 2 buah ;
(9) lampu pijar sebagai penerang sehingga ayam dapat makan pada malam hari ; (10) tirai yang terbuat dari plastik ;
(11) bambu-bambu untuk membuat sekat kandang ; (12) hand sprayer sebanyak 2 buah ;
(13) termohigrometer sebanyak 1 buah ; (14) alat kebersihan ;
(15) termometer batang 1 buah ; (16) alat tulis untuk pencatatan ; (17) kompor untuk memanaskan air ; (18) panci untuk merebus air panas ; (19) nampan sebagai tempat karkas ;
(20) gunting untuk membedah dan memisahkan organ dalam ayam ;
(21) karung atau plastik sebagai alas pada waktu pemrosesan karkas dan tempat ransum yang disimpan ;
(22) exhaust fan untuk pengeluaran udara busuk dari dalam kandang ; (23) in let untuk tempat masuknya udara segar dari luar kandang .
(1) Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Penelitian dilakukan secara eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri atas empat perlakuan, yaitu :
24
Masing- masing perlakuan diulang sebanyak 5 kali. Data yang dihasilkan dianalisis sesuai dengan asumsi sidik ragam. Apabila dari analisis ragam ada perlakuan yang nyata pada taraf 5%, maka analisis dilanjutkan dengan uji Duncan (Steel and Torrie, 1991).
(2) Pelaksanaan Penelitian
Satu hari sebelum ayam datang, lampu pemanas sudah dinyalakan dan sekam padi sudah disebar setebal 10 cm pada tiap petak kandang. Pada umur 13 hari secara acak 330 broiler ditimbang menggunakan timbangan kapasitas 2 kg untuk mendapatkan bobot awal dan diletakkan di 20 kandang penelitian dengan masing-masing kepadatan kandang 12, 15, 18, dan 21 ekor per petak.
Pemberian ransum secara ad libitum. Pemberian dan sisa ransum ditimbang setiap hari untuk mengetahui konsumsi ransum per hari. Pemberian ransum diberikan pukul 07.00 dan 18.00 WIB. Penimbangan sisa ransum dilakukan pada pukul 18.00 WIB.
Pemberian air minum di berikan secara ad libitum. Pemberian dan sisa air minum diukur setiap hari untuk mengetahui konsumsi air minum per hari. Pergantian air minum dilakukan pagi dan sore hari. Pemberian air minum pada pagi hari
diberikan sebanyak 2 liter pada pukul 07.00 WIB, sedangkan pergantian air minum pada sore hari sebanyak 3 liter pada pukul 18.00 WIB.
dan 18.00 WIB. Alat yang digunakan untuk mengukur suhu dan kelembapan adalah termohigrometer yang dipasang di tengah petak kandang.
Program vaksin yang diberikan adalah (1) umur 5 hari melalui tetes mata, vaksinasi dengan menggunakan Medivac ND Lasota® dengan dosis 0,22 cc/ekor dan vaksinasi AI (Avian Influenza®) melalui suntik bawah kulit (subcutan) dengan dosis 0,22 cc/ekor; (2) melakukan vaksinasi SHS® saat ayam berumur 8 hari melalui tetes mata dengan dosis 0,2 cc/ekor; pemberian vitamin dilakukan pada minggu pertama sampai ayam dipanen. (3) umur 14 hari melalui cekok mulut dilakukan vaksinasi gumboro® dengan dosis 0,22 cc/ekor; (4) umur 21 hari melalui air minum dilakukan vaksinasi Medivac ND®.
Setelah ayam berumur 24 hari, broiler dipuasakan 6 jam lalu ditimbang bobot hidupnya. Tujuan pemuasaan adalah untuk mengosongkan saluran pencernaan agar karkas dan giblet tidak tercemar oleh feses dan bakteri salmonella serta mempermudah pengolahan karkas. Setiap petak kandang diambil sampel untuk karkas sebanyak 2 ekor. Jumlah ayam yang dipotong adalah 40 ekor.
Pemotongan dilakukan dengan metode Kosher yaitu dengan memotong vena jugularis, arteri karotis, esofagus, dan trachea. Pengeluaran darah dilakukan
26
(3) Peubah yang diukur
a. Bobot hidup
Bobot hidup (g/ekor) adalah hasil penimbangan ayam setelah dipuasakan selama lebih kurang 6 jam (Soeparno, 1998).
b. Bobot karkas
Bobot karkas (g/ekor) ditimbang berdasarkan ayam tanpa darah, bulu, kepala sampai batas pangkal leher, kaki sampai batas lutut, dan organ dalam (Ministery of Agriculture Indonesia, 1998).
c. Bobot giblet
Bobot giblet (g/ekor) ditimbang berdasarkan bobot gizzard, jantung serta hati.
d. Bobot lemak abdominal
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, M.H. 2009. Fisiologi Pertumbuhan Ternak. Cetakan Pertama. Universitas Andalas. Padang.
Abidin, Z. 2003. Meningkatkan Produktivitas Ayam Pedaging. Cetakan Pertama. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Abubakar dan M. Wahyudi. 1994. “Pengaruh Pemotongan Sebelum Atau Sesudah Rigor Mortis terhadap Penampakan Karkas Broiler. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Peternakan”. Balai Penelitian Ternak, Ciawi, Bogor. Aksi Agraris Kanisius. 2003. Beternak Ayam Pedaging. Cetakan ke-18. Kanisius. Jakarta.
Amrullah, I.K. 2003. Nutrisi Ayam Broiler. Cetakan Pertama. Lembaga Satu Gunung Budi.Bogor
Andayani, S. 1996. “ Pengaruh Penggunaan Tepung Keong Mas (Pomacea sp) Rebus sebagai Pengganti Tepung Ikan terhadap Bobot Karkas, Giblet, dan Lemak Abdominal Pedaging”. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Anggorodi, R. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Cetakan ke-4. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakrata.
Ansori, 2010. ”Kandang Closed House”. Majalah Trobos. Edisi 121 desember 2010 tahun XI, Jakarta.
Cahyono, B. 2004. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging. Cetakan ke-1. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta.
Charles. 1997. “ Inilah Teknologi Closed House”. Majalah Infovet. Edisi 047 Juni. Jakarta
Creswell, D dan P.S. Hardjosworo. 1979. ”Bentuk Kandang Unggas dan
Kepadatan Kandang Untuk Daerah Tropis”. Laporan Seminar Ilmu dan Industri Perunggasan II, Ciawi, Bogor. Puslitbang Ternak, Bogor.
40
Dewi,A. 1993. “ Studi Subtitusi Ransum Komersial dengan Zeolit terhadap Persentase Karkas, Giblet, dan Lemak Abdominal Broiler pada Dua Kepadatan Kandang”. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Esti,D. 2003. ”Pengaruh Kepadatan Kandang dan Konsentrasi Vitamin C dalam Air Minum terhadap Bobot Hidup, Karkas, Giblet, dan Lemak Abdominal Broiler”. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung
Fadilah, R. 2005. Panduan Mengelola Peternakan Ayam Broiler Komersial. Cetakan 1. Agromedia. Jakarta.
Frandson, R.D.1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi keempat.Gadjah Mada Iniversity Press.Yogyakarta
Haris, S. 2010. “Pentingnya Ventilasi Pada Kandang Closed House”. http://www.facebook.com/groups/131154676801/doc/10150635494586802/. Diakses pada 10 Mei 2010.
Isnaini, A. 2004. “Pengaruh Pemberian Air Rebusan Kunyit, Daun Sirih, serta Kombinasinya Melalui Air Minum terhadap Bobot Hidup, Karkas, Giblet, dan Lemak Abdominal”. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Jull, M. A., 1991. Poultry Husbandry. 3rd ed. McGraw Hill Publishing Company, New Delhi.
Khususiyah, 1992. “Pengaruh Penggunaan Zeolit dalam Litter terhadap Kualitas Lingkungan Kandang dan Performans Broiler pada Kepadatan Kandang
Berbeda”. Thesis. Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Leeson,S. and J.D. Summers.1992. “Production and carcass characteristics of the broiler chicken”. Poultry Science 59 : 786—789.
Meizwarni. 1993. “Sistem Perkandangan”. Paper. Fakultas Pascasarjana. Universitas Andalas. Padang.
Melviana, T. 2009. “Menyiasati Angin Mati”. Majalah Trobos. Edisi 1 April 2009. Jakarta
Mountney. 1983. Poultry Product Technology. 2nd ed. The Avi Publishing Company. Inc. Westport
Murtidjo, B.A. 1987. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Catatan ke- 12. Kanisius. Yogyakarta
North, M.O. and D.D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th ed. Van Nostrand Rainhold. New York
Nova, K. 1995. “Pengaruh Penggunaan Kipas Angin terhadap Kualitas Lingkungan dan Performans Ayam Broiler pada Kepadatan Kandang yang Berbeda”. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Andalas. Padang.
Nova, K., T. Kurtini, dan Riyanti. 2002. Buku Ajar Manajemen Usaha Ternak Unggas. Universitas Lampung. Bandar Lampung
Nurachman, I. 1992. “Pengaruh Substitusi Jagung dan Onggok dalam Ransum terhadap Bobot Hidup Akhir dan Giblet Ayam Buras”. Karya Ilmiah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Nurjanah, T. 2011. “Pengaruh Pemberian Beberapa Ransum Komersial terhadap Bobot Karkas, Giblet, dan Lemak Abdominal Ayam Jantan Tipe Medium
Umur 0-8 minggu”. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung Nuryanto, 2007. “Sexing untuk Perfoma Optimal”. Majalah Trobos. Edisi 90 maret 2007 tahun VIII, Jakarta.
Parakkasi, A. 1988. Ilmu Gizi Dan Makanan Ternak Monogastrik. Cetakan ke - 1. Angkasa. Bandung
Purba, D.K.,1990.”Perbandingan Karkas dan Nonkarkas pada Ayam Jantan Kampung, Petelur, dan Broiler Umur 6 Minggu”. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Purbasari, P. 1992. ”Pengaruh Temperatur dan Pemberian Vitamin C Dalam Ransum terhadap Persentase Karkas, Giblet, dan Lemak Abdominal Ayam Broiler”. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Prilyana, J.D. 1984. ”Pengaruh Pembatasan Pemberian Jumlah Ransum Terhadap Persentase Karkas, Lemak Abdominal, Lemak Daging Paha, dan Bagian-bagian Giblet Broiler”. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Proudfoot, F. G., H. W. Hulan, and R. D. Ramey. 1979. “The effect of four stocking densities on broiler carcass grade : The incidence of breast blisters and other performance traits”. Poultry Science 56:791-793.
Rasyaf, M. 2011. Beternak Ayam Pedaging. Cetakan ke - 4. Penebar Swadaya. Jakarta.
Ressang, A.A. 1984. Patologi Khusus Veteriner. Institut Pertanian Bogor. Jawa Barat.
42
Rusianto, N. 2008. Manajemen Berternak Broiler Modern. Buku Panduan. Privo Sakurazy Medtecindo (perusahaan inti plasma). Surabaya
Salam, R. 2004. “Pengaruh Umur Pemanenan dan Strain terhadap Bobot dan Persentase Karkas, Giblet, dan Lemak Abdominal pada Broiler Betina”. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Santoso, H. dan Sudaryani, T. 2010. “Pembesaran Ayam Pedaging Hari Per Hari di Kandang Panggung Terbuka”. Penebar Swadaya. Jakarta
Savitri, F. 2010. “Pengaruh Kepadatan Kandang Terhadap Bobot Hidup, Bobot Karkas, dan Bobot Lemak Abdominal Ayam Jantan Tipe Medium”. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Siregar, A.P., M. Sabrani dan S. Pramu. 1992. Teknik Beternak Ayam Pedaging di Indonesia.Cetakan ke dua. Margis Group. Jakarta.
Siswanto, P. 2004. ”Pengaruh Persentase Pemberian Ransum pada Siang dan Malam Hari terhadap Persentase Karkas, Giblet dan Lemak Abdominal Broiler pada Frekuensi Pemberian Ransum Empat Kali”. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung.
Sizemore, F.G. dan H.S. Siegel. 1993.” Growth, feed convertion and carcass composition in female of four broiler creoses feed starter with different energy level and energy level to protein ratio”. Poultry Science 72:2216—2228 Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan II . Gajdah Mada University Press. Yogyakarta.
Sujana, E. 2009. Program Farm Stay Berlokasi di Test Farm Unggas di Kawasan Sustainable Livestock Techno Park (SLTP). http:// Program Farm Stay Berlokasi di Test Farm Unggas di Kawasan Sustainable Livestock Techno Park (SLTP) _ Fakultas Peternakan Unpad.htm. Diakses pada 22 April 2009.
Sumantri, P. dan Suryanto, B. 1997b. “Teknologi Closed House dan Tantangan Globalisasi”. Majalah Invofet. Edisi 047 Juni 1997. Jakarta
Susilorini,T.E. dan M.E. Sawitri. 2009. Budidaya 22 Ternak Potensial. Cetakan ke - 15. Penebar Swadaya. Jakarta
Suprijatna, E,. U. Atmomarsono, dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Cetakan ke-1 Penebar Swadaya. Jakarta
Tillman, A. D., S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo, dan S. Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Wahju, J. 1992. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan ketiga. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta