• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kebutuhan air tanaman jarak pagar (jatropha curcas l) dengan menggunakan program warm (water and agroclimate resource management) di Perkebunan PT. Condong Garut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis kebutuhan air tanaman jarak pagar (jatropha curcas l) dengan menggunakan program warm (water and agroclimate resource management) di Perkebunan PT. Condong Garut"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEBUTUHAN AIR TANAMAN

JARAK PAGAR (Jatropha curcas L) DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM WARM (Water and Agroclimate Resource Management)

DI PERKEBUNAN PT. CONDONG GARUT

Oleh :

HENDRI TRI SOPIAN F14103052

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(2)

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR ANALISIS KEBUTUHAN AIR TANAMAN

JARAK PAGAR (Jatropha curcas L) DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM WARM (Water and Agroclimate Resource Management)

DI PERKEBUNAN PT. CONDONG GARUT

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

HENDRI TRI SOPIAN F14103052

Dilahirkan pada tanggal 11 Desember 1984 di Bogor Tanggal lulus:

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Akademik

Dr. Ir. Sukandi Sukartaatmadja, MS. NIP. 130 358 746

Mengetahui,

Ketua Departemen Teknik Pertanian

(3)

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap penulis adalah Hendri Tri Sopian, dilahirkan di Bogor pada tanggal 11 Desember 1984. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Didin dan Ibu Sopiah.

Pada tahun 1997, penulis menyelesaikan pendidikan di SDN Pabrik Gas IV Bogor. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SLTPN 05 Bogor dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMUN 02 Bogor dan lulus pada tahun 2003.

Pada tahun 2003, penulis diterima pada program S1 Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Mahasiswa Institut Pertanian Bogor) di Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian.

(4)

Hendri Tri Sopian. F 14103052. Analisis Kebutuhan Air Tanaman Jarak Pagar

(Jatropha curcas L) dengan Menggunakaan Program WARM (Water and

Agroclimate Resource Management) di Perkebunan PT. Condong Garut. Dibawah

bimbingan : Dr. Ir. Sukandi Sukartaatmadja, MS.

RINGKASAN

Dalam memenuhi permintaan akan bahan bakar yang semakin meningkat dan persediaan minyak bumi yang semakin menipis dibutuhkan pemenuhan dari bahan bakar alternatif (bio diesel), salah satunya adalah minyak jarak yang dapat dihasilkan dari tanaman jarak pagar. Guna meningkatkan produktivitas tanaman jarak pagar diperlukan informasi masa tanam terbaik serta kebutuhan airnya, yang dapat diketahui dengan menggunakan program WARM.

Penelitian dengan judul “Analisis Kebutuhan Air Tanaman Jarak Pagar

(Jatropha curcas L) dengan Menggunakaan Program WARM (Water and

Agroclimate Management) di Perkebunan PT. Condong Garut”, bertujuan

memperoleh informasi masa tanam yang terbaik dan kebutuhan air tanaman jarak di perkebunan PT. Condong Garut dengan menggunakan program Water and

Agroclimate Management (WARM). Penelitian dilaksanakan di Perkebunan PT.

Condong Garut Jawa Barat dan Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi Bogor, sejak bulan April sampai Juni 2007. Penelitian dilakukan dengan cara pengumpulan data dan informasi melalui pengukuran dan pengujian serta mencari literatur yang digunakan sebagai data input program WARM, kemudian dilakukan analisis kebutuhan air dan tanggal tanam terbaiknya serta mengenai pengaruhnya terhadap produktivitas tanaman jarak pagar berdasarkan hasil output program WARM.

Tanaman jarak pagar di perkebunan PT. Condong Garut ditanam pada beberapa afdeling, diantaranya adalah pada afdeling Condong dengan jenis tanah latosol coklat kemerahan dengan tekstur Silt Clay Loam mempunyai kadar air berkisar antara 25 – 34 % dan pada afdeling Bokor dengan jenis tanah regosol coklat bertekstur Silty Clay mempunyai kadar air berkisar antara 29 – 40 %. Rata-rata curah hujannya adalah 1461,61 mm/tahun yang dapat mendukung petumbuhannya dengan baik.

(5)

dan 0,62 mm/hari pada afdeling Bokor. Sedangkan untuk tahun tanam 2006 (tahun kering) pada periode dasaharian ke satu bulan Januari sampai dengan dasaharian ke satu bulan Pebruari dan periode dasaharian ke satu bulan November sampai dengan dasaharian ke tiga bulan Desember dengan kebutuhan irigasi sebesar 0,59 mm/hari pada afdeling Condong dan 0,64 mm/hari pada afdeling Bokor. Sedangkan untuk tanggal tanam 20 Pebruari 2006, untuk afdeling Condong 1,11 - 3,36 mm/hari dan untuk afdeling Bokor 1,25 - 1,88 mm/hari.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Analisis Kebutuhan Air Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L) dengan Menggunakan Program WARM (Water and Agroclimate Management) di Perkebunan PT. Condong Garut”.

Selama melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini telah banyak pihak yang membantu penulis sehingga dengan segala kerendahan hati penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Sukandi Sukartaatmadja, MS selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, saran dan nasihat kepada penulis. 2. Dr. Ir. Roh Santoso Budi Waspodo, MT dan Ir. Mad Yamin, MT.

selaku dosen penguji.

3. Kedua orang tuaku tercinta (Didin dan Sopiah) atas segala limpahan kasih sayang dan bantuan secara moril maupun materil.

4. R. Dini Utami Eka Pratiwi tersayang, yang selalu memberikan semangat, bantuan dan doa selama penulis melakukan penelitian.

5. Kakak-kakakku A Opik dan Teh Eni, A Emung dan Teh Eka serta keponakkanku Evita dan Evan, terimakasih atas doa, bantuan dan semangatnya.

6. Kang Supri dan Nugraha selaku teman seperjuangan dalam menyelesaikan penelitian tugas akhir.

7. PT. Condong Garut yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

8. Pak Djadjang, Pak Ade M, Pak Taryana, Pak Rudi, Pak Sucipto Pak, Toni, dan seluruh Staf perkebunan PT. Condong Garut yang telah banyak membantu dalam kelancaran penelitian ini.

(7)

10.Lubis, Topek dan Fadilla, Ervan, Ervian dan Em serta Rekan-rekan TTA dan TEP 40 lainnya, terimakasih atas kerjasama dan kebersamaannya selama penulis melaksanakan studi.

11.Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Sebagai penutup, penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan sarannya. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca.

Bogor, September 2007

(8)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... iii

Daftar Gambar ... vi

Daftar Tabel ... vii

Daftar Lampiran ... ix

I. Pendahuluan ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 4

II. Tinjauan Pustaka ... 5

A. Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L) ... 5

1. Morfoligi Tanaman Jarak Pagar ... 6

a. Daun ... 6

b. Bunga ... 6

c. Buah dan Biji ... 7

2. Budidaya Tanaman ... 8

a. Persyaratan Lingkungan Tumbuh ... 8

b. Persiapan Lahan ... 9

c. Pembibitan ... 9

d. Penanaman ... 11

e. Pemupukkan dan Pengairan ... 11

f. Pemangkasan ... 12

g. Pengendalian Hama, Gulma dan Penyakit ... 12

3. Panen dan Produktivitas ... 13

B. Program CWB dan WARM ... 15

1. Program CWB (Crop Water Balance) ... 15

2. Program WARM (Water and Agroclimate Management) ... 16

C. Kebutuhan Air Tanaman ... 18

1. Neraca Air ... 18

2. Evapotranspirasi Potensial (ETP) ... 19

(9)

4. Evapotranspirasi Maksimal (ETM) ... 19

5. Indeks Kecukupan Air ... 20

6. Kehilangan Relatif Tanaman ... 21

7. Hubungan Indeks Kecukupan Air dengan Kehilangan Hasil Relatif ... 21

D. Teknologi Irigasi ... 22

III. Metedologi Penelitian ... 24

A. Latar Belakang ... 24

B. Alat dan Bahan ... 24

C. Data dan Informasi yang Dibutuhkan ... 24

D. Metode Pengumpulan Data ... 25

E. Metode Analisis Data ... 26

1. Perhitungan Evapotranspirasi Potensial (ETo) ... 27

2. Database Jenis Tanaman ... 27

3. Database Tanah ... 28

F. Tahap Penelitian Secara Umum ... 31

IV. Keadaan Umum Perkebunan Condong ... 32

A. Kondisi Lapangan PT. Condong Garut ... 32

B. Sejarah Berdirinya Perkebunan PT. Condong Garut ... 33

C. Administrasi Wilayah ... 34

1. Kondisi Topografi Afdeling ... 34

2. Kondisi Tanah ... 35

V. Hasil dan Pembahasan ... 37

A. Data Iklim dan Hasil Analisis Tanah ... 37

B. Penentuan Tanggal Masa Tanam Terbaik ... 39

1. Simulasi Tahun 1999 (Tahun Normal) ... 40

2. Simulasi Tahun 2005 (Tahun Basah) ... 41

3. Simulasi Tahun 2006 (Tahun Kering) ... 43

C. Kebutuhan Air Tanaman Jarak ... 44

D. Aplikasi Teknologi Irigasi ... 55

(10)

VI. Kesimpulan dan Saran ... 63

A. Kesimpulan ... 63

B. Saran ... 65

Daftar Pustaka ... 66

(11)

ANALISIS KEBUTUHAN AIR TANAMAN

JARAK PAGAR (Jatropha curcas L) DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM WARM (Water and Agroclimate Resource Management)

DI PERKEBUNAN PT. CONDONG GARUT

Oleh :

HENDRI TRI SOPIAN F14103052

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(12)

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR ANALISIS KEBUTUHAN AIR TANAMAN

JARAK PAGAR (Jatropha curcas L) DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM WARM (Water and Agroclimate Resource Management)

DI PERKEBUNAN PT. CONDONG GARUT

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

HENDRI TRI SOPIAN F14103052

Dilahirkan pada tanggal 11 Desember 1984 di Bogor Tanggal lulus:

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Akademik

Dr. Ir. Sukandi Sukartaatmadja, MS. NIP. 130 358 746

Mengetahui,

Ketua Departemen Teknik Pertanian

(13)

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap penulis adalah Hendri Tri Sopian, dilahirkan di Bogor pada tanggal 11 Desember 1984. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Didin dan Ibu Sopiah.

Pada tahun 1997, penulis menyelesaikan pendidikan di SDN Pabrik Gas IV Bogor. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SLTPN 05 Bogor dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMUN 02 Bogor dan lulus pada tahun 2003.

Pada tahun 2003, penulis diterima pada program S1 Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Mahasiswa Institut Pertanian Bogor) di Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian.

(14)

Hendri Tri Sopian. F 14103052. Analisis Kebutuhan Air Tanaman Jarak Pagar

(Jatropha curcas L) dengan Menggunakaan Program WARM (Water and

Agroclimate Resource Management) di Perkebunan PT. Condong Garut. Dibawah

bimbingan : Dr. Ir. Sukandi Sukartaatmadja, MS.

RINGKASAN

Dalam memenuhi permintaan akan bahan bakar yang semakin meningkat dan persediaan minyak bumi yang semakin menipis dibutuhkan pemenuhan dari bahan bakar alternatif (bio diesel), salah satunya adalah minyak jarak yang dapat dihasilkan dari tanaman jarak pagar. Guna meningkatkan produktivitas tanaman jarak pagar diperlukan informasi masa tanam terbaik serta kebutuhan airnya, yang dapat diketahui dengan menggunakan program WARM.

Penelitian dengan judul “Analisis Kebutuhan Air Tanaman Jarak Pagar

(Jatropha curcas L) dengan Menggunakaan Program WARM (Water and

Agroclimate Management) di Perkebunan PT. Condong Garut”, bertujuan

memperoleh informasi masa tanam yang terbaik dan kebutuhan air tanaman jarak di perkebunan PT. Condong Garut dengan menggunakan program Water and

Agroclimate Management (WARM). Penelitian dilaksanakan di Perkebunan PT.

Condong Garut Jawa Barat dan Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi Bogor, sejak bulan April sampai Juni 2007. Penelitian dilakukan dengan cara pengumpulan data dan informasi melalui pengukuran dan pengujian serta mencari literatur yang digunakan sebagai data input program WARM, kemudian dilakukan analisis kebutuhan air dan tanggal tanam terbaiknya serta mengenai pengaruhnya terhadap produktivitas tanaman jarak pagar berdasarkan hasil output program WARM.

Tanaman jarak pagar di perkebunan PT. Condong Garut ditanam pada beberapa afdeling, diantaranya adalah pada afdeling Condong dengan jenis tanah latosol coklat kemerahan dengan tekstur Silt Clay Loam mempunyai kadar air berkisar antara 25 – 34 % dan pada afdeling Bokor dengan jenis tanah regosol coklat bertekstur Silty Clay mempunyai kadar air berkisar antara 29 – 40 %. Rata-rata curah hujannya adalah 1461,61 mm/tahun yang dapat mendukung petumbuhannya dengan baik.

(15)

dan 0,62 mm/hari pada afdeling Bokor. Sedangkan untuk tahun tanam 2006 (tahun kering) pada periode dasaharian ke satu bulan Januari sampai dengan dasaharian ke satu bulan Pebruari dan periode dasaharian ke satu bulan November sampai dengan dasaharian ke tiga bulan Desember dengan kebutuhan irigasi sebesar 0,59 mm/hari pada afdeling Condong dan 0,64 mm/hari pada afdeling Bokor. Sedangkan untuk tanggal tanam 20 Pebruari 2006, untuk afdeling Condong 1,11 - 3,36 mm/hari dan untuk afdeling Bokor 1,25 - 1,88 mm/hari.

(16)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Analisis Kebutuhan Air Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L) dengan Menggunakan Program WARM (Water and Agroclimate Management) di Perkebunan PT. Condong Garut”.

Selama melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini telah banyak pihak yang membantu penulis sehingga dengan segala kerendahan hati penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Sukandi Sukartaatmadja, MS selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, saran dan nasihat kepada penulis. 2. Dr. Ir. Roh Santoso Budi Waspodo, MT dan Ir. Mad Yamin, MT.

selaku dosen penguji.

3. Kedua orang tuaku tercinta (Didin dan Sopiah) atas segala limpahan kasih sayang dan bantuan secara moril maupun materil.

4. R. Dini Utami Eka Pratiwi tersayang, yang selalu memberikan semangat, bantuan dan doa selama penulis melakukan penelitian.

5. Kakak-kakakku A Opik dan Teh Eni, A Emung dan Teh Eka serta keponakkanku Evita dan Evan, terimakasih atas doa, bantuan dan semangatnya.

6. Kang Supri dan Nugraha selaku teman seperjuangan dalam menyelesaikan penelitian tugas akhir.

7. PT. Condong Garut yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

8. Pak Djadjang, Pak Ade M, Pak Taryana, Pak Rudi, Pak Sucipto Pak, Toni, dan seluruh Staf perkebunan PT. Condong Garut yang telah banyak membantu dalam kelancaran penelitian ini.

(17)

10.Lubis, Topek dan Fadilla, Ervan, Ervian dan Em serta Rekan-rekan TTA dan TEP 40 lainnya, terimakasih atas kerjasama dan kebersamaannya selama penulis melaksanakan studi.

11.Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Sebagai penutup, penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan sarannya. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca.

Bogor, September 2007

(18)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... iii

Daftar Gambar ... vi

Daftar Tabel ... vii

Daftar Lampiran ... ix

I. Pendahuluan ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 4

II. Tinjauan Pustaka ... 5

A. Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L) ... 5

1. Morfoligi Tanaman Jarak Pagar ... 6

a. Daun ... 6

b. Bunga ... 6

c. Buah dan Biji ... 7

2. Budidaya Tanaman ... 8

a. Persyaratan Lingkungan Tumbuh ... 8

b. Persiapan Lahan ... 9

c. Pembibitan ... 9

d. Penanaman ... 11

e. Pemupukkan dan Pengairan ... 11

f. Pemangkasan ... 12

g. Pengendalian Hama, Gulma dan Penyakit ... 12

3. Panen dan Produktivitas ... 13

B. Program CWB dan WARM ... 15

1. Program CWB (Crop Water Balance) ... 15

2. Program WARM (Water and Agroclimate Management) ... 16

C. Kebutuhan Air Tanaman ... 18

1. Neraca Air ... 18

2. Evapotranspirasi Potensial (ETP) ... 19

(19)

4. Evapotranspirasi Maksimal (ETM) ... 19

5. Indeks Kecukupan Air ... 20

6. Kehilangan Relatif Tanaman ... 21

7. Hubungan Indeks Kecukupan Air dengan Kehilangan Hasil Relatif ... 21

D. Teknologi Irigasi ... 22

III. Metedologi Penelitian ... 24

A. Latar Belakang ... 24

B. Alat dan Bahan ... 24

C. Data dan Informasi yang Dibutuhkan ... 24

D. Metode Pengumpulan Data ... 25

E. Metode Analisis Data ... 26

1. Perhitungan Evapotranspirasi Potensial (ETo) ... 27

2. Database Jenis Tanaman ... 27

3. Database Tanah ... 28

F. Tahap Penelitian Secara Umum ... 31

IV. Keadaan Umum Perkebunan Condong ... 32

A. Kondisi Lapangan PT. Condong Garut ... 32

B. Sejarah Berdirinya Perkebunan PT. Condong Garut ... 33

C. Administrasi Wilayah ... 34

1. Kondisi Topografi Afdeling ... 34

2. Kondisi Tanah ... 35

V. Hasil dan Pembahasan ... 37

A. Data Iklim dan Hasil Analisis Tanah ... 37

B. Penentuan Tanggal Masa Tanam Terbaik ... 39

1. Simulasi Tahun 1999 (Tahun Normal) ... 40

2. Simulasi Tahun 2005 (Tahun Basah) ... 41

3. Simulasi Tahun 2006 (Tahun Kering) ... 43

C. Kebutuhan Air Tanaman Jarak ... 44

D. Aplikasi Teknologi Irigasi ... 55

(20)

VI. Kesimpulan dan Saran ... 63

A. Kesimpulan ... 63

B. Saran ... 65

Daftar Pustaka ... 66

(21)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Buah jarak pagar ... 7

Gambar 2 Lokasi pembibitan jarak pagar ... 10

Gambar 3 Tanaman jarak yang baru pindah lapang ... 11

Gambar 4 Pengambilan contoh tanah di lapang ... 25

Gambar 5 Wide pF meter ... 26

Gambar 6 Metode alur pikir WARM ... 29

Gambar 7 Metode alur pikir CWB ... 30

Gambar 8 Kebun jarak pagar ... 32

Gambar 9 Grafik total curah hujan tahunan ... 37

Gambar 10 Grafik tanggal tanam terbaik tahun 1999 afdeling Condong.. 40

Gambar 11 Grafik tanggal tanam terbaik tahun 1999 afdeling Bokor ... 41

Gambar 12 Grafik tanggal tanam terbaik tahun 2005 afdeling Condong .. 42

Gambar 13 Grafik tanggal tanam terbaik tahun 2005 afdeling Bokor ... 42

Gambar 14 Grafik tanggal tanam terbaik tahun 2006 afdeling Condong .. 43

Gambar 15 Grafik tanggal tanam terbaik tahun 2006 afdeling Bokor ... 44

Gambar 16 Buah jarak yang siap dipanen ... 58

Gambar 17 Grafik hubungan ETR/ETM afdeling Condong tanpa irigasi ………. 59

(22)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Perbandingan beberapa jenis tanaman sebagai sumber bahan mentah biodiesel ... 1 Tabel 2 Hama dan penyakit tanaman jarak pagar ... 13 Tabel 3 Poduksi jarak pagar pada berbagai kondisi lahan ... 14 Tabel 4 Parameter karakteristik tanaman ... 27 Tabel 5 Parameter database fisik tanah ... 27 Tabel 6 Kondisi tanaman jarak di lapang ... 35 Tabel 7 Tanah kebun jarak ... 35 Tabel 8 Hasil pengukuran kapasitas lapang ... 38 Tabel 9 Hasil pengukuran titik layu permanen ... 38 Tabel 10 Hasil pengukuran kadar air ... 39 Tabel 11 Hasil simulasi, tanggal tanam 1 Agustus 1999

afdeling Condong ... 45 Tabel 12 Kebutuhan irigasi, tanggal tanam 1 Agustus 1999

afdeling Condong ... 45 Tabel 13 Hasil simulasi, tanggal tanam 1 Agustus 1999 afdeling Bokor 46 Tabel 14 Kebutuhan irigasi, tanggal tanam 1 Agustus 1999

afdeling Bokor ... 47 Tabel 15 Hasil simulasi, tanggal tanam 1 November 2005

afdeling Condong ... 47 Tabel 16 Kebutuhan irigasi, tanggal tanam 1 November 2005

afdeling Condong ... 48 Tabel 17 Hasil simulasi, tanggal tanam 1 November 2005

afdeling Bokor ... 49 Tabel 18 Kebutuhan irigasi, tanggal tanam 1 November 2005

afdeling Bokor ... 49 Tabel 19 Hasil simulasi, tanggal tanam 1 Januari 2006

afdeling Condong ... 50 Tabel 20 Kebutuhan irigasi, tanggal tanam 1 Januari 2006

(23)

Tabel 21 Hasil simulasi, tanggal tanam 11 Januari 2006 afdeling Bokor.. 51 Tabel 22 Kebutuhan irigasi, tanggal tanam 11 Januari 2006

afdeling Bokor ... 52 Tabel 23 Hasil simulasi, tanggal tanam 20 Pebruari 2006

afdeling Condong ... 53 Tabel 24 Kebutuhan irigasi, tanggal tanam 20 Pebruari 2006

afdeling Condong ... 53 Tabel 25 Hasil simulasi, tanggal tanam 20 Pebruari 2006

afdeling Bokor ... 54 Tabel 26 Kebutuhan irigasi, tanggal tanam 20 Pebruari 2006

(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Database tanaman ... 69 Lampiran 2 Database tanah ... 70 Lampiran 3a Peta perkebunan Condong ... 71 Lampiran 3b Peta afdeling perkebunan Condong ... 72 Lampiran 3c Peta tanah ... 73 Lampiran 3d Lokasi pengambilan contoh tanah ... 74 Lampiran 4 Struktur organisasi PT. Condong Garut ... 75 Lampiran 5 Kondisi tanaman jarak di lapangan ... 76 Lampiran 6 Hasil proses program WARM ... 87

(25)

I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada saat ini penggunaan bahan bakar minyak semakin meningkat, namun ketersediaan minyak bumi semakin menurun. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut dicari berbagai bahan bakar alternatif, salah satunya adalah minyak jarak yang merupakan bahan bakar biodiesel. Untuk menggantikan bahan bakar konvensional, dibutuhkan produksi minyak jarak dalam jumlah yang cukup besar. Minyak jarak dapat dihasilkan dari tanaman jarak, khususnya jarak pagar. Menurut Nucholis (2007), pemilihan jarak pagar sebagai bahan baku biodiesel merupakan pilihan yang tepat, karena tanaman ini bukan merupakan tanaman pangan dan mudah ditanam di berbagai lahan, budidaya jarak pagar tidak memerlukan biaya tinggi dan bijinya cepat dipanen. Selain itu, keuntungan minyak jarak adalah dapat menjaga kebersihan lingkungan. Beberapa jenis tanaman yang potensial untuk menghasilkan biodiesel dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Perbandingan beberapa jenis tanaman sebagai sumber bahan mentah biodiesel

Jenis Tanaman Nama Latin Produksi (ton/ha)

Produksi Minyak

(liter/ha)

Ekuivalen

Energi

(Kwh/ha)

Kelapa Sawit Elais guineensis 18-20 3.600-4.000 33.900-'37.700 Jarak Pagar Jatropha curcas 6-8 2.100-2.800 19.800-26.400 Kemiri Cina Aleuritas fordii 4-6 1.800-2.700 17.000-25.500 Tebu Saccharum fficinarum 35 2.450 16.000 Jarak Kepyar Ricinus communis 3-5 1.200-2.000 11.300-18.900

Ubi Kayu Manihot enculenta 6 1020 6.600

Sumber : J. A. Duke

(26)

terutama pada lahan-lahan yang tergolong marginal (Prana, 2006). Hal itu antara lain karena persyaratan ekologis untuk pengembangan jarak pagar lebih sederhana dibandingkan kelapa sawit yang membutuhkan persediaan air dan kesuburan lahan yang tinggi. Dengan demikian, jarak pagar berpotensi besar untuk dikembangkan terutama pada daerah-daerah yang relatif tandus dan kurang subur.

Pada saat ini tanaman jarak telah banyak ditanam dan terus dilakukan pengembangan, baik untuk mendapatkan varietas yang unggul ataupun teknik budidaya yang tepat. Sama halnya dengan tanaman yang lain, dalam mengoptimalkan produktivitas budidaya tanaman jarak, perlu diperhatikan pemenuhan akan dua hal, yaitu kebutuhan akan unsur hara dan kebutuhan air tanaman.

Pemenuhan kebutuhan unsur hara bagi tanaman sudah sangat banyak dilakukan dengan memberikan pupuk secara intensif, sedangkan pemenuhan kebutuhan airnya hanya mengandalkan dari curah hujan yang turun, terutama pada lahan kering. Oleh karena itu, ditribusi dan besarnya curah hujan yang turun serta kondisi lahan itu sendiri akan sangat menentukan besarnya ketersediaan air bagi tanaman.

Air merupakan salah satu komponen terpenting dalam menunjang kehidupan, begitu pula bagi tanaman jarak pagar dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya guna didapatkan hasil yang optimal. Walaupun tanaman jarak pagar termasuk tanaman yang kuat pada kondisi air yang kurang, akan tetapi ketersediaan air yang tidak memenuhi kebutuhannya akan sangat mempengaruhi produktivitas tanaman tersebut. Oleh karena itu, jika tanaman mengalami kekurangan air maka perlu diberikan pemberian tambahan air suplementer agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal. Pemberian tambahan air suplementer ini biasa dikenal dengan irigasi.

(27)

(evaporasi) merupakan salah kompenen dalam menghitung neraca air yang disebut Evapotranspiarasi. Ada beberapa pengertian dari neraca air, salah satunya adalah menurut Sastrodarsono dan Takeda (1983), neraca air merupakan penjelasan hubungan aliran masuk (inflow) dan aliran keluar (outflow) dari proses sirkulasi untuk suatu periode tertentu di suatu daerah.

Informasi mengenai neraca air ini sangat diperlukan dalam budidaya pertanian, terutama bagi lahan kering yang hanya mendapat input dari hujan (lahan tadah hujan). Informasi mengenai status air pada suatu lahan dapat digunakan untuk mengantisipasi bahaya kekeringan yang mungkin terjadi pada tanaman dan dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitasnya. Oleh karena itu, diperlukan adanya informasi yang tepat, cepat dan efisien untuk manajemen pemberian air pada suatu lahan pertanian.

Pemanfaatan sumber daya iklim seoptimal mungkin dengan melakukan analisis agroklimat yang dikaitkan dengan tanah dan tanaman sangat baik untuk dilakukan sehingga menjadi informasi yang lebih aplikatif untuk menunjang perencanaan masa tanam, menekan resiko kekeringan (cekaman air) dan peluang peningkatan produksi. Pada akhirnya, hasil tanaman secara teoritis dapat ditingkatkan apabila nisbah ETR/ETM selama periode pertumbuhan dan perkembangannya mencapai optimal. Nilai ETR/ETM merupakan nilai kecukupan air pada tanaman yang akan berhubungan dengan kehilangan hasil. Jika nilai ETR/ETM mendekati satu berarti tanaman menggunakan air dengan efektif atau semua air yang hilang digunakan untuk transpirasi yang pada akhirnya akan menghasilkan produksi yang tinggi, sedangkan nilai ETR/ETM rendah berarti tanaman tersebut mengalami kekeringan (kekurangan air).

(28)

B. Tujuan

Penelitian ini mempunyai tujuan antara lain :

1. Mengetahui masa tanam yang terbaik tanaman jarak pagar di perkebunan PT. Condong Garut dengan menggunakan program Water and

Agroclimate Management (WARM).

2. Memperoleh jumlah kebutuhan air tanaman jarak di perkebunan PT. Condong Garut dengan menggunakan program Water and

(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)

Tanaman jarak ini berasal dari Amerika (Meksiko), merupakan tanaman perdu yang agak besar, bercabang tidak teratur, ditanam dan tumbuh di mana-mana di daerah tropis, di Jawa sangat umum terdapat di pagar-pagar dan ditanam di sepanjang tepi jalan (Heyne, 1987). Di Indonesia terdapat berbagai jenis tanaman jarak anatara lain jarak kepyar (Ricinus communis), jarak bali (Jatropha podagrica), jarak ulung (Jatropha gossypifolia L.) dan jarak pagar (Jatropha curcas L.). Diantara jenis-jenis tanaman jarak tersebut jenis yang memiliki potensi sebagai penghasil bahan bakar alternatif (bio-fuel) adalalah tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.). Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) termasuk ke dalam famili Euphobiaceae yang potensial sebagai tanaman penghasil minyak untuk bahan bakar (Hasnam, 2005).

Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) sudah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Tanaman ini diperkenalkan oleh bangsa Jepang sekitar tahun 1942, dimana masyarakat diharuskan menanam tanaman ini sebagai pagar pekarangan dan minyaknya diolah untuk bahan bakar pesawat terbang. Di berbagai daerah di Indonesia tanaman jarak pagar memiliki nama yang berbeda-beda (nama lokal) seperti Sunda (jarak kosta dan jarak budeg), Jawa (jarak gundul dan jarak pager), Madura (kalekhe paghar), Nusa Tenggara (lulu mau, paku kase dan jarak pageh), Alor (kuman nema), Sulawesi (jarak wolanda, bindalo, bintalo dan tondo utomene) serta Maluku (ai huwa kamala, balacai dan kadoto). Jarak pagar masih satu keluarga dengan tanaman karet dan ubi kayu. Klasifikasi jarak pagar sebagai berikut :

(30)

Jarak pagar merupakan tanaman serbaguna, tahan kering, tumbuh dengan cepat, dapat digunakan untuk kayu bakar, mereklamasi lahan-lahan tererosi atau sebagai pagar hidup di pekarangan dan kebun karena tidak disukai oleh ternak (Mahmud, 2005).

1. Morfogi Tanaman Jarak Pagar

Tanaman jarak pagar berbentuk pohon kecil atau belukar besar dengan tinggi mencapai 5 meter dan bercabang tidak teratur. Batangnya berkayu, berbentuk silindris, dan bergetah (jika dipotong akan mengeluarkan cairan lateks berwarna putih). Tanaman ini mampu hidup sampai berumur 50 tahun. Diperbanyak dengan biji dan setek. Dari biji yang berkecambah akan tumbuh 5 akar, yakni sebuah akar tunggang dan 4 akar cabang. Sementara itu, bibit yang berasal dari setek tidak memiliki akar tunggang. Menurut Hasnam (2005), pertumbuhan tanaman ini tidak terus-menerus (diskontinu) karena ada masa dormasi yang dipengaruhi oleh curah hujan, suhu, dan cahaya.

a. Daun

Daun jarak pagar berupa daun tunggal berlekuk dan bersudut 3 atau 5, berwarna hijau muda sampai hijau tua, permukaan bawah lebih pucat daripada bagian atasnya. Bentuk daun agak menjari (5 – 7 lekukan) dengan panjang dan lebar 6 – 15 cm yang tersusun secara selang-seling. Panjang tangkai daun sekitar 4 – 15 cm.

b. Bunga

(31)

disusun dalam dua lingkaran (masing-masing 5 tangkai sari), pada bunga betina tiga tangkai putik tumbuh dan membesar menjadi putik yang bercabang.

Proses perkawinan pada tanaman jarak pagar dilakukan oleh serangga (ngengat dan kupu-kupu) jika tidak ada serangga perkawinan harus dilakukan secara buatan.

c. Buah dan Biji

[image:31.612.145.495.466.692.2]

Buah tanaman jarak pagar berbentuk kendanga, oval, berupa buah kotak, berdiameter 2 – 4 cm. Berwarna hijau ketika masih muda dan kekuning-kuningan jika sudah matang. Pembentukan buah membutuhkan waktu tiga bulan (90 hari) dari pembungaan sampai matang. Buah Jatropha curcas matang tidak serentak, di satu rangkaian akan terdapat bunga, buah muda serta buah yang sudah kering. Buah jarak pagar terbagi menjadi tiga ruang yang masing-masing ruang berisi 3 – 4 biji. Biji tanaman jarak pagar berbentuk bulat lonjong, berwarna cokelat kehitaman dengan ukuran panjang 2 cm, tebal 1 cm, dan berat 0,4 – 0,6 gram/biji. Biji inilah yang banyak mengandung minyak dengan rendemen sekitar 35 – 45% dan beracun. Buah jarak pagar disajikan pada gambar 1.

(32)

2. Budidaya Tanaman

Tanaman jarak pagar merupakan tanaman yang kuat terhadap kekurangan air serta mudah beradaptasi dengan berbagai cuaca dan lahan, oleh karena itu pembudidayaannya tidak terlalu sulit untuk dilakukan. Meski demikian, untuk mendapatkan hasil yang optimal perlu diperhatikan persyaratan lingkungan tumbuh dan aspek keagronomian (budidaya). Adapun persyaratan-persyaratannya adalah sebagai berikut :

a. Persyaratan Lingkungan Tumbuh

Untuk mendapatkan produksi yang optimal, tanaman jarak pagar menghendaki lingkungan yang optimal pula bagi pertumbuhannya. Tanaman ini dapat tumbuh dengan optimal pada lahan kering dataran rendah yang beriklim kering dengan ketinggian 0 – 500 meter dpl, dengan curah hujan antara 300 – 1000 mm/tahun dan temperatur 20 oC – 30 oC. Jarak pagar dapat tumbuh di lahan marginal yang miskin hara tetapi memiliki drainase dan aersi yang baik. Produksi optimal akan diperoleh dari tanaman yang ditanaman di lahan yang subur. Menurut Hasnam (2005), produktivitas tanaman jarak bervariasi antar lokasi karena tanaman ini sangat dipengaruhi lingkungan tumbuh dan cara tanamnya.

(33)

b. Persiapan Lahan

Jarak pagar tumbuh baik pada lahan gembur dengan drainase yang baik. Pertumbuhan awal tanaman di lapang akan sangat menentukan pertumbuhan selanjutnya (Mahmud, 2005). Kegiatan persiapan lahan yang dapat dilakukan sebelum tanaman ditanam meliputi pengolahan tanah, pengajiran dan pembuatan lubang tanam. Lahan yang akan ditanami dibersihkan dari semak belukar, terutama pada daerah disekitar calon tempat tanam.

Pengolahan tanah terutama dilakukan pada lahan bukaan baru, sedangkan pada lahan garapan dapat langsung dilakukan pembuatan lubang tanam. Menurut Hasnam (2005), untuk memperoleh pertumbuhan yang cepat dan optimal, lahan kebun jarak pagar diolah dan dibersihkan dari gulma akar tanaman lainnya yang akan mengganggu pertumbuhan.

Pengajiran dilakukan dilakukan dengan menancapkan ajir (dari bambu atau batang kayu) dengan jarak tanam disesuaikan dengan populasi tanaman yang diharapkan. Penanaman jarak pagar dapat dilakukan dengan jarak tanam 2,0 m x 3,0 m (populasi 1600 pohon/ha), 2,0 m x 2,0 m (populasi 2500 pohon/ha) atau 1,5 m x 2,0 m (populasi 3300 phon/ha). Umumnya jarak lubang tanam 2,0 m x 2,0 m dengan ukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm (Prihandana,2006).

Pembuatan lubang tanam bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan bibit pada fase awal sehingga tanaman bisa tumbuh kuat menghadapi cekaman lingkungan. Selain itu, jarak dan ukuran lubang tanam ditentukan pula oleh kemiringan tanah, ketersediaan air dan kesuburan tanah. Pada lahan miring sebaiknya digunakan sistem kontur dengan jarak dalam barisan 1,5 m.

c. Pembibitan

(34)

benih (bibit) yang akan ditanam. Dari segi genetik, bahan tanaman yang digunakan sebaiknya adalah bahan yang memiliki potensi produksi tinggi, cepat berproduksi (berumur relatif genjah) dan memiliki daya adaptasi tinggi terhadap kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan. Disamping potensi genetik, viabilitas benih juga merupakan hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan bahan tanaman.

Tanaman jarak pagar dapat diperbanyak dengan biji (generatif) atau dengan setek (vegetatif). Menurut Mahmud (2005), penanaman jarak pagar untuk memproduksi bahan baku minyak sebaiknya menggunakan bahan tanaman hasil pembibitan dari biji, sedangkan untuk pagar dan pencegah erosi dapat ditanam langsung baik berupa biji maupun setek. Kelebihan bahan tanaman dari setek adalah tanaman yang dihasilkan secara genetik sama persis dengan induknya, sedangkan bahan tanaman dari biji akan berbeda karena sifat tanaman yang menyerbuk silang. Biji yang baik berasal dari kapsul yang masak (berwarna kuning), biasanya berumur lebih kurang 90 hari setelah bunga mekar. Akan tetapi, bila menggunakan setek, dapat diambil dari tanaman yang telah berumur minimal 1 tahun atau sebaiknya minimal berumur 4 tahun karena produksinya sudah mulai stabil, sehingga dapat dipilih tanaman induk yang memiliki tingkat produktivitas tinggi. Contoh lokasi pembibitan disajikan pada gambar 2.

(35)

d. Penanaman

Penanaman dilakukan setelah lubang tanam yang dibuat dibiarkan selama 2 – 3 minggu pada awal musim hujan agar bibit tidak membusuk, selain itu agar kebutuhan air bagi tanaman juga cukup tersedia. Saat penanaman tanah di sekitar batang tanaman dipadatkan dan permukaannya dibuat agak cembung.

[image:35.612.153.487.389.598.2]

Menurut Prihandana (2006), tanaman jarak pagar akan lebih menguntungkan jika ditanam dengan sistem tumpang sari. Tanaman yang ditumpangsarikan akan memberikan keuntungan (pendapatan) selama tanaman jarak pagar belum menghasilkan (berproduksi). Selain itu, sistem tumpang sari juga dapat menekan pertumbuhan gulma. Tanaman yang biasa ditanam bersama jarak pagar di antaranya adalah kacang tanah, jagung, wijen dan cabai rawit. Akan tetapi lahan yang ditanami tanaman tumpang sari tiap tahun akan berubah sesuai dengan pertumbuhan tanaman jarak pagar. Tanaman jarak yang baru pindah tanam disajikan pada gambar 3.

Gambar 3. Tanaman jarak yang baru pindah lapang

e. Pemupukan dan Pengairan

(36)

tanah untuk mendapatkan unsur-unsur hara. Karena pertumbuhan awal ini sangat penting, maka unsur hara harus tersedia setiap waktu pada awal pertumbuhan. Jika tanah tidak subur maka tanaman harus dipupuk. Kebutuhan (jenis dan dosis) pupuk yang tepat dapat diketahui dengan melakukan analisis tanah (kesuburan tanah). Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan merekomendasikan dosis pupuk kimia untuk tanaman jarak pagar per hektar adalah 150 kg SP-36, 50 kg urea dan 30 kg KCl. Disarankan untuk menambahkan 2,5 – 5 ton pupuk kandang atau 1 – 2 kg per tanaman.

Tanaman menyerap hara dari dalam tanah dalam bentuk larutan. Oleh karena itu, keberhasilan pertumbuhan tanaman akan tergantung pada kadar air di dalam tanah atau pengairan yang diberikan pada tanaman. Pada awal pertumbuhan, tanaman jarak sangat peka terhadap kekurangan air. Untuk itu tanaman jarak perlu diairi seperlunya.

f. Pemangkasan

Pemangkasan dilakukan untuk meningkatkan jumlah cabang produktif. Pemangkasan pertama (pemangkasan pucuk) dilakukan setelah tanaman mencapai tinggi satu meter atau tanaman sudah berumur satu tahun. Pemangkasan pucuk ini bertujuan untuk merangsang pertumbuhan cabang. Setiap tahun, cabang yang muncul di bagian pangkal batang harus dipangkas secara teratur agar mendapatkan bentuk yang ideal.

g. Pengendaliaan Gulma, Hama dan Penyakit

Jarak pagar yang baru tumbuh sangat peka terhadap gulma, oleh karena itu gulma harus dikendalikan secara periodik sampai tanaman berumur empat bulan. Gulma di sekitar tanaman dikendalikan secara manual/mekanis maupun secara kimia. Pengendalian gulma harus hati-hati jangan sampai merusak sistem perakarannya.

(37)
[image:37.612.188.494.208.497.2]

pagar dikenal sebagai tanaman yang beracun dan memiliki sifat sebagai insektisida, tetapi beberapa hama dan penyakit dilaporkan telah menyerang tanaman ini dan menyebabkan kerusakan ekonomis pada perkebunan jarak. Beberapa jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman jarak pagar disajikan pada tabel 2.

Tabel 2. Hama dan Penyakit tanaman jarak pagar

Hama/penyakit Kerusakan dan gejala

Julus sp.(millipede) kematian total bibit

Oedaleus senegalensis (locust) kerusakan dan dan bibit

Lepidopterae larvae lubang-lubang pada daun

Pinnaspis strachani (cushion scale) matinya percabangan

Ferrisia virgata (wooly aphid) matinya percabangan

Calidea dregei (blue bug) menghisap buah

Nezara viridula (green stink bug) menghisap buah

Spodoptera litura larva di atas daun

Phytoptora spp., phytum spp., etc kematian bibit, busuk akar

Helminthosporium tertramera bercak-bercak daun

Pestalotiopsis paraguarensis bercak-bercak daun

Pestalotiopsis versicolor bercak-bercak daun

Cercospora jatrophae-curcas bercak-bercak daun

Sumber : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

3. Panen dan Produktivitas

(38)

Proses pematangan buah Jatropha curcas tidak serentak sehingga pengawasan panen harus ketat agar buah yang masih hijau tidak ikut terpanen. Pemanenan dilakukan dengan memetik buah yang telah matang dengan menggunakan tangan atau gunting. Akan tetapi, cara terbaik untuk memetik buah jarak adalah dengan menggunakan galah yang diberi kantung pada ujungnya, sehingga buah akan jatuh dan terkumpul ke dalam kantung tersebut (Mahmud, 2005). Faktor-faktor yang mempengaruhi produktifitas tanaman jarak antara lain varietas, umur tanaman, pengairan, iklim dan tanah (Nurcholis, 2007). Produksi jarak pagar pada berbagai kondisi lahan dan dalam kondisi penanaman alami tanpa pemupukkan disajikan pada tabel 3.

Tabel 3. Poduksi jarak pagar pada berbagai kondisi lahan

Parameter

Jarak tanam

(m)

Jumlah tanaman

per hektare

Hasil

Minyak jarak

Bungkil dan cangkang biji/tanaman biji/ha

(g) (kg) (kg) (kg)

Tanah

tidak subur 2 x 1,5 3.300 200 670 220 450 Kesuburan

sedang 2 x 2 2.500 1.000 2.500 830 1.625

Tanah subur 2 x 3 1.670 2.500 4.175 1.461 2.714 Sumber : Wahyudin, 2005

Menurut Nurhayati (2006), Produktifitas tanaman jarak berkisar antara 3 – 4 kg biji/pohon/tahun. Jika populasi tanaman 2500 pohon/ha maka tingkat produktifitas antara 5 – 10 ton biji/ha. Sedangkan Hariyadi (2005), mengatakan bahwa produktivitas tanaman jarak pagar berkisar antara 3,5 – 4,5 kg biji/pohon/tahun. Dengan t i ngk at populasi t an am an an t ar a 2 50 0 – 3 300 pohon / ha, m aka t ingkat pr odukt ivit as ant ar a 8 –

(39)

B. Program CWB dan WARM

Program ini dibuat oleh CIRAD, Prancis pada tahun 2001. Program ini digunakan untuk mendukung penyusunan data kebutuhan air tanaman. Oleh karena itu, program ini dicoba dipergunakan dalam penelitian kebutuhan air tanaman jarak yang dilakukan di perkebunan PT. Condong Garut. Kekeringan pada lahan tadah hujan akan memberikan dampak pada penurunan produksi dan bahkan kegagalan panen.

Pada tingkat pengambilan kebijakan perlu disusun strategi antisipasi untuk mengatasi masalah ini. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menyediakan informasi mengenai pengaruh iklim terhadap pertanaman setempat (bersifat lokal) baik untuk: 1) mengetahui kondisi pertanaman yang ada (monitoring/evaluasi), 2) menentukan waktu tanam terbaik (prediksi/evaluasi) dan 3) menentukan dosis (volume dan interval) irigasi suplementer yang perlu diaplikasikan.

Untuk membantu proses tersebut diperlukan suatu sistem informasi agroklimat dengan memadukan unsur iklim, tanaman dan tanah dengan pengembangannya. Untuk monitoring dan perencanaan pertanaman perpaduan yang ada diharapkan dapat dijadikan alat bantu penyusunan skenario pengaturan waktu tanam dan irigasi sehingga dapat disusun perencanaan usaha tani dengan hasil yang diharapkan.

1. Program CWB (Crop Water Balance)

Program CWB-Eto merupakan suatu penyederhanaan sistem yang teratur antara unsur iklim (curah hujan dan evapotranspirasi), tanah, tanaman, dan produksi kedalam bentuk makro software excel. Tujuan dari program ini adalah :

a) Menghitung indeks kecukupan air tanaman setiap skenario tanggal tanam

b) Menghitung persentase kehilangan hasil tanaman setiap skenario tanggal tanam

(40)

Akan tetapi, dalam penggunaannya program ini kurang praktis dan rumit karena melalui beberapa tahapan yang panjang dimana sistem informasi iklim, tanaman, dan tanah diinput ke MS-Acces, sementara untuk memprediksi hasil dan karakteristik kendala air kita harus berpindah ke dalam format excel.

Data masukan yang digunakan dalam analisis dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu :

a) Data iklim harian, yang meliputi curah hujan, suhu udara maksimum, suhu udara minimum, suhu udara rata-rata dan evaporasi (ETo). b) Data tanaman, yang meliputi tanggal tanam, umur tanaman, umur pada

setiap fase pertumbuhan tanaman (initial, crop development, mid season dan late), umur pada setiap fase fenologi (instalation, vegetative stage, flowering, yield formation dan ripening), ketinggian tanaman maksimum, kedalaman akar maksimum, koefisien toleransi tanaman terhadap cekaman air dan koefisen tanaman (Kc) pada setiap fase.

c) Data tanah, yang meliputi kadar air kapasitas lapang, kadar air titik layu permanen, total air tersedia dan total evaporasi.

2. Program WARM (Water and AgroclimateResource Management)

(41)

sehingga mengakibatkan potensi kehilangan hasil melebihi batas toleransi (5 % 20 %).

WARM dibangun dari kelompok database yang memuat informasi data iklim, tanah dan tanaman (merupakan data input) yang terintegrasi dalam program neraca air tanaman. Parameter masukan yang digunakan pada program ini adalah database ikim, database tanaman, database pola tanam dan database kondisi tanah. Sedangkan keluarannya berupa perencanaan waktu tanam serta penentuan volume dan interval irigasi.

Kelebihan yang dimiliki oleh program WARM antara lain :  Lebih mudah di-update dan di-maintain

 Mempunyai data koleksi Balitklimat (74 stasiun) yang telah

terintegrasi dengan Database Iklim Nasional – Balitklimat secara spasial dan temporal

 Pengoperasian WARM yang user friendly karena didukung konsep

WIZARD (tuntunan per langkah)

 Mempunyai simulasi pemberian air suplementer berdasarkan scenario :  Interval tetap

 Kehilangan hasil per hari  Persentase kebutuhan irigasi

Selain kelebihan yang dimilikinya, program WARM juga masih memiliki beberapa kekurangan seperti :

 Beberapa istilah dan singkatan yang digunakan dalam pengoperasian

WARM masih dalam bahasa inggris sehingga memerlukan pengetahuan lanjut mengenai CWB (Crop Water Balance) versi Cirad, Prancis (tersedia dalam Panduan WARM format doc)

 Algoritma Simulasi Hujan masih menggunakan pendekatan rata-rata

(mean) dan peluang kemungkinan hujan secara manual  Tidak didukung sistem operasi dibawah Windows XP Home  Tidak mendukung tanaman yang berusia lebih dari 365 hari  Tidak mentolerir data iklim kosong

(42)

waktu tanam dan pemberian irigasi optimal. Perangkat lunak ini diharapkan lebih mudah digunakan dan luaran yang dihasilkan lebih bermanfaat untuk perencanaan pertanian.

C. Kebutuhan Air Tanaman

Kebutuhan air tanaman (crop water requiment) adalah besarnya jumlah air yang digunakan oleh tanaman untuk berproduksi atau secara umum menunjukan jumlah total evaporasi dari bahan yang digunakan oleh tanaman. Kebutuhan air tanaman biasa disebut evapotranspirasi. Menurut Doorenbos dan Pruit (1977), kebutuhan air tanaman merupakan jumlah air yang dibutuhkan untuk mengimbangi evapotranspirasi tanaman sehat (ETc) yang tumbuh pada suatu lahan yang luas, kondisi air tanah dan kesuburan tanah tidak dalam keadaan terbatas serta dapat mencapai produksi potensial pada lingkungan pertumbuhannya.

Besarnya kebutuhan air tanaman dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mencakup iklim, tanah, teknik budidaya, dan irigasi yang digunakan. Kebutuhan air tanaman juga dipengaruhi oleh fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Umumnya pada fase vegetatif tanaman memerlukan air dalam jumlah yang besar. Kekurangan air pada periode tertentu akan mengurangi hasil, yaitu pada awal pertumbuhan akan mengurangi hasil sampai 50% dan pada awal fase pembungaan akan mengurangi hasil 25%.

Pada dasarnya kebutuhan air tanaman dapat dihitung dengan metode pengukuran langsung atau dengan metode pendugaan. Metode pengukuran langsung menggunakan panci evaporasi dan lysimeter yang didasari pada prinsip neraca air.

1. Neraca Air

(43)

PIDRoET S ... (1)

Keterangan:

P : Curah hujan E : Evaporasi

I : Irigasi T : Transpirasi

D : Drainase S : Cadangan air dalam tanah

Ro : Runoff

2. Evapotramspirasi Potensial (ETP)

ETP merupakan konsep yang dikembangkan oleh Penman yang membatasi laju penguapan terbesar dari suatu komunitas tanaman. Ada tiga hal utama dari konsep ini, yaitu : tajuk tanaman menutupi tanah secara sempurna, air tanah cukup, dan tanaman cukup pendek. Ketiga batasan tersebut pada prinsipnya adalah untuk memaksimalkan laju evapotranspirasi, sehingga hanya ada satu nilai evapotranspirasi potensial untuk kondisi cuaca tertentu yang hanya ditentukan oleh unsur-unsur cuaca. ETP menggambarkan laju maksimum kehilangan air suatu pertanaman yang ditentukan oleh kondisi iklim pada keadaan penutupan tajuk tanaman pendek yang rapat dengan penyediaan air yang cukup.

3. Evapotranspirasi Aktual (ETR)

Berdasarkan keadaan air tanah, dikenal dua istilah yaitu ETP dan ETR. ETP adalah evapotranspirasi yang terjadi pada keadaan kapasitas lapang, sedangkan ETR terjadi pada saat keadaan air tanah sebenarnya. Akan tetapi, besarnya ETR tidak selalu lebih rendah dari ETP. Besarnya nilai ETR dipengaruhi oleh keadaan permukaan evaporasi dan ketersediaan air.

4. Evapotranspirasi Maksimum (ETM)

(44)

a) Menentukan evapotranspirasi acuan (ETo) b) Menentukan koefisien tanaman (Kc)

c) Menghitung evapotranspirasi tanaman (Etmax atau ETc) d) Menjelaskan adanya pengaruh iklim lokal

Untuk mengetahui besarnya nilai ETM diperlukan nilai koefisien tanaman (Kc), dimana nilai Kc menunjukan nilai karakteristik dari suatu tanaman dalam menentukan besarnya kebutuhan air. Setiap tanaman memiliki nilai Kc tertentu seperti yang terdapat pada lampiran 1. Kc juga merupakan fungsi dari tahap-tahap fenologi taanaman yang nilainya beragam diantara tiap-tiap kelompok tanaman dan tahap perkembangannya. Koefisien tanaman (Kc), menujukkan hubungan antara ETo dan ETM, sementara itu nilai ETo dapat didekati dengan nilai ETP.

Doorenbos dan Pruit (1977), menghitung evapotranspirasi maksimal per tanaman berdasarkan fungsi dari evapotranspirasi acuan dengan parameter karakteristik tanamannya, yang digambarkan dengan persamaan berikut :

ETc = Kc x ETo ... (2)

Keterangan:

ETc : Evapotranspirasi tanaman Kc : Koefisien tanaman ETo : Evaporasi

5. Indeks Kecukupan Air

Indeks kecukupan air merupakan salah satu parameter untuk mengetahui tingkat kebutuhan air yang digunakan oleh tanaman. Nilai tersebut dicerminkan oleh rasio antara ETR dan ETM. Indeks kecukupan air dapat digunakan sebagai evaluasi apakah sistem suatu tanaman yang ada sudah efisien dalam memanfaatkan air.

(45)

(b) kekurangan air (cekaman air) yang terjadi pada fase kritis tanaman akan mengakibatkan penurunan hasil yang lebih besar dibandingkan jika terjadi pada fase lainnya.

6. Kehilangan Hasil Relatif Tanaman

Kehilangan hasil disebabkan oleh cekaman air yang sangat ditentukan oleh tingkat intensitas cekaman air. Kekurangan air pada fase vegetatif tidak berakibat langsung terhadap penurunan hasil, tetapi hanya menurunkan pertumbuhan sumber asimilasi seperti pada daun dan batang. Sedangkan kekurangan air pada fase pembungaan dapat berdampak langsung terhadap penurunan hasil.

Perhitungan nisbah ETR secara runut waktu dalam suatu hamparan memungkinkan untuk dapat mempresentasikan keragaman spasial dan temporal indeks kecukupan air di suatu wilayah. Untuk menekan resiko terjadinya kekeringan dan penurunan hasil tanaman, maka upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengantisipasi terjadinya cekaman air pada fase kritis melalui penyusunan masa tanam dan pemberian air irigasi.

7. Hubungan Indeks Kecukupan Air dengan Kehilangan Hasil Relatif Prediksi hasil tanaman kaitannya dengan defisit air. Untuk memprediksi potensi penurunan hasil pada tanaman akibat kekurangan air telah dibuat satu model linier fungsi produksi tanaman yang telah disusun oleh FAO (Doorenbos dan Kassam, FAO volume 33, 1987).

1Ya/Ym

Ky

1ETci/ETc

... (3)

Dimana :

Ya : Produksi tanaman aktual (t/ha)

Ym : Produksi tanaman maksimum yang diharapkan (t/ha) ETci : Evapotranspirasi tanaman aktual (mm/hari)

ETc : Evapotranspirasi potensial (pada kondisi standar dimana tidak ada stres air) (mm/hari)

(46)

Ky adalah faktor yang mendeskripsikan penurunan produksi relatif sehubungan dengan penurunan ETc yang diakibatkan oleh kondisi defisit air. Nilai Ky untuk setiap tanaman adalah berbeda dan bervariasi selama masa pertumbuhannya. Pada umumnya penurunan produksi akibat defisit air selama fase vegetatif dan pemasakan relatif kecil, sementara itu selama fase pembungaan dan pembentukan hasil nilai Ky lebih besar.

D. Teknologi irigasi

Irigasi merupakan bentuk kegiatan penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian dan penggunaan air untuk pertanian dengan menggunakan satu kesatuan saluran dan bangunan berupa jaringan irigasi (Pusposutardjo, 2001).

Menurut Agus et al., (2002), dampak positif penerapan irigasi adalah dapat diintensifkannya produksi pangan dan tanaman lainnya pada lahan dengan kondisi lahan yang memungkinkan. Ditambahkan pula oleh Pusposutardjo (2001), irigasi mempunyai tujuan :

1) Menjamin keberhasilan produksi tanaman dalam menghadapi kekeringan jangka pendek.

2) Mendinginkan tanah dan atmosfir sehingga akrab untuk pertumbuhan tanaman.

3) Mengurangi bahaya kekeringan.

4) Mencuci atau melarutkan garam dalam tanah. 5) Mengurangi bahaya penimpaan tanah.

6) Melunakkan lapisan olah dan gumpalan tanah.

7) Menunda pertunasan dengan cara pendinginan lewat evaporasi.

Faktor-faktor yang menentukan pemilihan metoda pemberian air irigasi adalah distribusi musiman hujan, kemiringan lahan dan bentuk permukaan lahan, suplai air, rotasi tanaman dan permeabilitas tanah lapisan bawah (Hakim et al, 1986). Metoda pemberian air irigasi dapat dikelompokkan kedalam (a) irigasi permukaan, (b) irigasi lapisan bawah permukaan, (c) sprinkler dan (d) drip atau trickle.

(47)

melalui selokan-selokan diantara guludan. Penggenangan ke seluruh permukaan lahan umumnya untuk tanaman padi, padang rumput dan sejenisnya, sedangkan irigasi selokan (furrow) umumnya untuk tanaman yang ditanam berlarikan dalam guludan seperti kentang, gula bit, ketela rambat, jagung, tanaman buah-buahan dan sejenisnya. Saluran utama biasanya memotong di tengah-tengah lahan pertanian, sedangkan untuk memasukkan air ke petakan dapat dilakukan dengan pintu air (untuk cara penggenangan) atau melalui tabung siphon (untuk irigasi selokan).

Irigasi lapisan bawah merupakan cara pemberian air irigasi melalui pergerakan air ke atas dalam profil tanah dari aliran air yang berbeda beberapa puluh centimeter di bawah permukaan tanah.

Irigasi curah sangat sesuai bagi daerah yang tanahnya mempunyai laju infiltrasi yang tinggi dan topografi wilayahnya tidak mungkin untuk diratakan, sehingga tidak menguntungkan bila diterapkan irigasi permukaan. Dengan irigasi curah, banyaknya air yang ditambahkan dapat dengan mudah dikontrol. Irigasi curah memungkinkan pengubahan total lingkungan pertumbuhan melalui pembasahan tanah dan tajuk tanaman.

(48)

III.METODOLOGI PENELITIAN

A. Latar Belakang

Penelitian dilaksanakan di Perkebunan PT. Condong Garut dan Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan April sampai Juni 2007.

B. Alat dan Bahan

Dalam pelaksanaan penelitian, peralatan dan bahan yang digunakan untuk menunjang kegiatan antara lain : ring sample 50 ml, wide pF meter, timbangan, alat tulis, buku-buku literatur yang menunjang kegiatan penelitian, kamera foto yang digunakan untuk mendokumentasikan objek-objek yang diperlukan pada penyajian laporan, perangkat lunak (software) MS Excel dan

Crop Water Balance Evapotranspiration (CWB-Eto) yang dikeluarkan oleh CIRAID Perancis tahun 2001 serta program Arc view.

a. Data dan Informasi Yang Diperlukan

Jenis data yang diambil dalam pelaksanaan penelitian ini, antara lain : 1. Data iklim harian, yang meliputi : curah hujan, suhu udara maksimum,

suhu udara minimum, suhu udara rata-rata, kecepatan angin rata-rata, dan evapotranspirasi potensial (perhitungan FAO Penman-Monteith).

2. Data agronomi (primer dan sekunder) antara lain : umur tanaman initial, fase vegetatif, waktu pembungaan, waktu pengisian buah, waktu pemasakan biji, waktu panen, ketinggian maksimum tanaman, kadalaman akar tanaman maksimum, koefisien toleransi tanaman terhadap cekaman air (diasumsikan 50%) dan koefisien tanaman pada tiap fase.

3. Data tanah, antara lain : kadar air pada kapasitas lapang (FC) dan titik layu permanent (TLP), total air tersedia (TAW), total evaporasi (TEW), dan

readly evaporative water (REW).

(49)

b. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan untuk kegiatan penelitian tugas akhir dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya :

1. Pengamatan langsung dilapangan a. Pengamatan langsung ( observation)

Dalam metode ini dilakukan pencatatan sekaligus penyimpulan sementara terhadap suatu objek yang diamati.

b. Wawancara (interview)

Metode ini yaitu dengan mengadakan wawancara langsung (facing

interview) dengan pihak-pihak yang dianggap mampu memberikan

informasi terhadap data-data yang dibutuhkan. c. Pendokumentasian (documentation)

Metode ini yaitu dengan mengadakan pencatatan ulang terhadap data-data yang sebelumnya telah diambil melalui metode wawancara maupun metode pengamatan langsung, sekaligus pengambilan data visual (gambar) yang dapat menunjang dalam penyajian laporan. d. Pengambilan contoh tanah

Pengambilan contoh tanah dilakukan dengan menggunakan ring sample ukuran 50 ml untuk digunakan dalam pengujian kapasitas lapang dan titik layu permanen di Laboratorium. Gambar pengambilan contoh tanah disajikan pada gambar 4.

(50)

2. Pengujian contoh tanah di Laboratorium

[image:50.612.158.481.227.439.2]

Contoh tanah yang diambil di uji dengan menggunakan wide pF meter untuk mengetahui nilai kapasitas lapang dan titik layu permanen di lokasi pengambilan contoh tanah tersebut. Nilai kapasitas lapang merupakan nilai kadar air pada pF 2,54 sedangkan titik layu permanen adalah nilai kadar air pada pF 4,2. Alat wide pF meter disajikan pada gambar 5.

Gambar 5. Wide pF meter

3. Studi pustaka (library research), yaitu dengan mempelajari buku-buku, bulletin-buletin, ataupun karya ilmiah yang berkaitan dengan judul dan data sekunder yang dibutuhkan.

c. Metode Analisis Data

(51)

1. Perhitungan Evapotranspirasi Potensial (ETo)

Pada program ini digunakan model pendekatan untuk menentukan nilai evapotranspirasi potensial yaitu metode Penman-Monteith. Metode perhitungan evapotranspirasi acuan FAO Penman-Monteith digunakan sebagai metode standar untuk menghitung ETo dari data cuaca (Allen, R.G., et al, 1998).

Untuk saat ini metode perhitungan ETP yang digunakan dalam program ini adalah menggunakan Penman-Monteith. Ke depan akan dikembangkan teknik perhitungan ETP Penman-Monteith untuk data-data yang tidak lengkap parameternya (missing data) dan dengan data cuaca minimum (hanya parameter suhu udara) seperti metode Thornwaite. Dengan metode ini akan dihasilkan data ETP bulanan sehingga, data ETP harian yang dihasilkan merupakan data rata-rata (ETP bulanan dibagi dengan jumlah hari).

2. Database Jenis Tanaman

Database tanaman memuat parameter karakteristik tanaman tertentu yang menggambarkan satu siklus pertumbuhan tanaman dari awal fase pertumbuhan (inisial) sampai dengan pemasakan (panen). Adapun fase pertumbuhan yang diukur meliputi kondisi perakaran, tinggi tanaman dan durasi tanaman per fase (contoh : padi memerlukan waktu 10 hari dari fase inisial ke fase vegetatif). Data-data tersebut akan mempengaruhi besarnya volume air yang ditranspirasikan melalui tanaman, dan volume air yang dapat diambil dari tanaman.

(52)

Tabel 4. Parameter karakteristik tanaman

No. Simbol Keterangan Satuan

1 NBD Lama pertumbuhan fase – fase fisiologis Hari

2 Kc Koefisien tanamn

3 SWS Kepekatan terhadap cekaman air dalam hubungannya dengan fase fisiologis

4 Zrootmax Kedalaman perakaran maksimum M

5 Hmax Tinggi tanaman maksimum M

Sumber : Buletin Agroklimat, 2001

3. Database Tanah

Database tanah memuat informasi kondisi fisik tanah yang menggambarkan ketersedian air tanah. Data fisik tanah yang terdapat dalam database tanah disajikan pada tabel 5. Sementara data kadar air tanah pada beberapa tipe tanah dan input tanah yang digunakan pada program CWB disajikan pada lampiran 2.

Tabel 5. Parameter database fisik tanah

No. Simbol Keterangan Satuan

1 Jenis Jenis tanah -

2 Soil max Kedalaman maksimum tanah / solum m 3 FC Kandungan air tanah pada kapasiytas lapang m3/m3 4 WP Kandungan air tanah pada titik layu permanen m3/m3

5 Zevap Kedalaman lapisan olah m

6 Rewper Kandungan air pada lapisan olah yang masih dapat diuapkan

m3/m3

Sumber : Buletin Agroklimat, 2001

(53)
[image:53.612.103.540.110.675.2]

penentuan waktu tanam terbaik. Diagram alir tahapan program WARM disajikan dalam gambar 6.

Gambar 6. Metode alur pikir WARM

Yes Mulai

Database Iklim, Sistem pertanaman Jenis tanaman, Kondisi tanah

Hasil monitoring dan evaluasi tanaman Perhitungan Neraca

air tanaman

Analisis stasiun iklim

Pilihan Jenis tanaman

Mulai

Perencanaan waktu tanam

Analisis frequensi CH, ETP, Jenis

Neraca air (run setahun)

Waktu tanam terbaik

Jenis tanaman lain Y/N

Selesai

Pilihan Jenis tanaman

Mulai Penentuan volume dan interval irigasi

Pilih Jenis tanaman, CH, ETP, Irigasi

Neraca air (run setahun)

Volume dan interval Irrigasi

Jenis tanaman lain Y/N

Selesai Pilihan

No

No No

(54)

Alur pikir dalam melakukan analisis dengan menggunakan program CWB-ETo adalah seperti pada gambar 7. Sedangkan tahapan kerja penggunaan program CWB adalah sebagai berikut :

a) Penentuan pola tanam untuk tanaman jarak dan tanah berdasarkan penyebaran pola wilayah hujan di

Pameungpeuk, Garut.

b) Analisis nisbah ETR/ETM

c) Analisis indeks kecukupan air berdasarkan nisbah ETa/Etmax

[image:54.612.147.511.140.591.2]

d) Analisis kehilangan hasil relatif tanaman (Relatif Loss Yield/RLY)

Gambar 7. Metode alur pikir CWB

Keterangan :

TAW = Kandungan air tanah (Kapasitas Lapang – Titik Layu Permanen) SWC = Kandungan air tanah, bisa mengalami penambahan jika ada hujan

ataupun irigasi

ETo = Evapotranspirasi potensial ETR = Evapotranspirasi aktual Kc = Koefisien tanaman

MAW= Jumlah air maksimum yang dapat dimanfaatkan tanaman TAW = KAKL - KATLP

MAW = TAW x kedalaman akar = SWC

SWCi = SWC + CH SWCi = SWC

Jika tidak ada CH Jika ada CH

MAW * p) (1

SWC Ks

 Ks = 1

Jika = 1 Jika < 0

SWCi+ 1 = SWCi - ETR

ETM = ETo x Kc ETR = ETM x Ks

fenologi fase

per ETM

ETR

 

Potensi kehilangan hasil ditentukan dengan metode

Doorenbos, 1979 SWC/ MAW

(55)

Ks = Koefisien stress tanaman terhadap air (faktor reduksi transpirasi) yang besarnya antara 0-1 dan tergantung pada ketersediaan air P = Batas toleransi kandungan air tanah, pada saat tanaman mulai

mengalami reduksi transpirasi. A = Satu siklus tanaman

B = Fase fenologi

d. Tahapan Kerja Penelitian Secara Umum

(56)

IV. KEADAAN UMUM PERKEBUNAN CONDONG

A. Kondisi Lapangan PT. Condong Garut

Perkebunan PT. Condong Garut merupakan salah satu pengolahan yang bergerak dalam pengolahan kelapa sawit dan pengolahan karet, namun sekarang ditambah lagi pengolahan nilam dan jarak pagar yang baru dikembangkan pada tahun 2005. Dalam upaya mempermudah serta memperlancar tugas dan tanggung jawab, perkebunan PT. Condong Garut juga mempunyai struktur organisasi. Hal ini dimaksudkan agar tenaga kerja dapat bekerja secara harmonis dan efisien. Struktur organisasi perkebunan PT. Condong Garut disajikan pada lampiran 4.

Perkebunan PT. Condong Garut terletak pada ketinggian 200 m diatas permukaan laut dengan kondisi lahan tanaman kelapa sawit, jarak pagar, nilam dan karet yang berbukit-bukit dan terletak di sebelah selatan kota Garut. Kondisi tanaman jarak di lapangan disajikan pada lampiran 5 dan gambar salah satu kebun jarak pagar disajikan pada gambar 8.

Gambar 8. Kebun jarak pagar

(57)

Cigadog kecamatan Cikelet kabupaten Garut. Tanaman jarak pagar terdapat di beberapa afdeling diantaranya yaitu :

1. Afdeling Condong 2. Afdeling Bokor

3. Afdeling Pasir Bawang 4. Afdeling Dawuan 5. Afdeling Pompa

B. Sejarah Berdirinya Perkebunan PT. Condong Garut

Awalnya perkebunan Condong adalah milik perusahaan swasta Inggris yang berkedudukan di London, sedangkan yang mengurusnya adalah N.V.J.WATTY. yang berkedudukan di Jakarta.

Sejak tahun 1900 telah dibuka, namun secara resmi akte pendiriannya adalah tahun 1910. Tanaman pokoknya adalah karet. Pada penjajahan Jepang perkebunan ini dikuasai oleh Jepang. Namun setelah Jepang angkat kaki dari bumi Indonesia maka PT. Condong Garut kembali ke pemiliknya yaitu inggris, meskipun pelaksana-pelaksananya adalah orang-orang Belanda. PT. Condong Garut mengalami reorganisasi yaitu :  September 1963 : perkebunan ini dibawah pengawasan pemerintah

karena Republik Indonesia bertentangan dengan pemerintah Inggris akibat beerdirinya Negara kerajaan Malaysia yang dianggap Negara buatan inggris.

 April 1964 : akibat konfrontasi dengan Malaysia, semua

perusahaan Inggris dinasionalisasikan, perkebunan Condong masuk P.P Dwikora V.

 Mei 1968 : sebagai tindak lanjut pemulihan dengan inggris maka

(58)

 Juli 1969 : terjadi persengketaan antara NV Telogorejo sebagai pemilik

dengan PT Air Murni sebagai pemegang kuasa, saling memperebutkan Perkebunan Condong.

 April 1970 : untuk melerai persengketaan keduanya, maka oleh

pemerintah diambil alih perkebunan ini. Kemudian menunjuk PT Perkebunan XII untuk menguasai dan mengusahakan Perkebunan Condong.

 Maret 1972 : perkebunan diserahkan kembali kepada pemiliknya yang

dalam hal ini pemilik yang baru yaitu PT Condong Garut. Persengketaan antara PT Air Murni dengan pemilik (PT Condong Garut) diselesaikan melalui pengadilan. PT Condong Garut dibawah Pimpinan Halim Sutanto.

 Mei 1975 : PT Condong Garut mengalami perubahan kepemilikannya

yaitu dibawah PT REJOSARI BUMI dan YANITA INDONESIA.  September 1991 : PT Condong Garut mengalami perubahan

kepemilikan lagi yaitu dibawah PT PANCA PERMATA HARAPAN.  Tahun 1972 merupakan hari jadi PT Condong Garut, hingga saat ini

tahun 2007 menjadi perkebunan milik swasta.

C. Administrasi Wilayah

1. Kondisi Topografi Afdeling

Perkebunan Condong terletak di kota Garut bagian selatan propinsi Jawa Barat, adapun luas total perkebunan ini adalah sekitar 7000 Ha, dengan kondisi topografi curam dan bergelombang. Terdapat empat komoditas yang ada dalam perkebunan Condong Garut ini yaitu kelapa sawit, karet, nilam dan tanaman jarak pagar. Di dalam besarnya luasan perkebunan ini, maka luasan tersebut dibagi-bagi lagi menjadi beberapa bagian kebun atau yang biasa disebut afdeling.

(59)

Tabel 6. Kondisi tanaman jarak di lapang

Sumber : Laporan bulan Pebruari 2007 PT. Condong Garut

2. Kondisi tanah

[image:59.612.125.511.101.330.2]

Tanah di daerah perkebunan Condong Garut terbentuk dari bahan induk Volkan intermedier dengan bentuk wilayah termasuk berombak sampai bergelombang, tekstur tanah halus dan drainase sedang, tingkat curah hujan rata-rata setiap tahunnya sekitar 1461,61 mm/tahun. Jenis tanah di perkebunan PT. Condong Garut untuk kebun jarak disajikan dalam tabel 7.

Tabel 7. Tanah kebun jarak

Afde

Gambar

Gambar 1. Buah jarak pagar
Gambar 3. Tanaman jarak yang baru pindah lapang
Tabel 2. Hama dan Penyakit tanaman jarak pagar
gambar 5.
+7

Referensi

Dokumen terkait

ini kadang-kadang menyerang tanaman jarak pagar pada saat penbungaan sehingga menimbulkan kenrsakan berat pada kapsul buah yang

Media tanam pupuk kandang sapi berpengaruh positif terhadap pertumbuhan bibit jarak pagar pada saat tumbuh tunas, panjang tunas, luas daun, jumlah daun, panjang akar,

Produksi biji jarak pagar tidak dipengaruhi oleh irigasi mulai tahun II sehingga tanaman jarak pagar tidak memerlukan tambahan pengairan selama musim kemarau dan dapat

sebagai spesies tertinggi merusak tanaman jarak pagar dibandingkan spesies lain (Microtermes sp., Schedorhinotermes sp., Coptotermes sp.). Diduga beberapa faktor yang

Dari observasi kelima galur mutan harap- an jarak pagar dan tetua kontrol yang dilakukan sepanjang tahun 2009, dapat ditarik kesimpulan sbb: Dalam tahun 2009, pemanenan buah

Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa getah Jarak Pagar ( Jathropha curcas ) dalam bentuk sediaan gel dapat memberikan efek penyembuhan terbaik pada

Tanaman jarak pagar genotipe G1 dan G2 menghasilkan jumlah infloresen bunga, jumlah bunga fertil dan jumlah buah yang lebih banyak dibandingkan genotipe G3 dan

Nilai faktor transfer Z n dari tanah ke tanaman Jarak pagar (Jatropha curcas) terlihat paling tinggi pada hari ke 28 setelah tanaman dipelihara dalam media tanah yang