• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERDAYAAN SERANGGA PENYERBUK DAN TANAMAN PEMIKAT UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBERDAYAAN SERANGGA PENYERBUK DAN TANAMAN PEMIKAT UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERDAYAAN SERANGGA PENYERBUK DAN TANAMAN PEMIKAT

UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS JARAK PAGAR

(Jatropha curcas L.)

Mohammad Cholid dan Dwi Winarno Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang

ABSTRAK

Optimasi penyerbukan pada tanaman jarak pagar dapat dicapai dengan meningkatkan populasi serangga penyer-buk dan pemanfaatan tanaman pemikat. Observasi dilakukan di KIJP (Kebun Induk Jarak Pagar) Muktiharjo, Pati-Jawa Tengah mulai Agustus hingga Desember 2006, difokuskan pada agen-agen penyerbuk yang memiliki hubungan erat dengan bunga jarak pagar meliputi: Inventarisasi serangga penyerbuk; Pengamatan populasi serangga penyerbuk yang hadir pada tangkai tandan berbunga, dengan waktu pengamatan (pagi: 06–08 WIB; siang: 11–13 WIB; sore: 16–18 WIB); serta Pengamatan populasi serangga penyerbuk pada asalbahan tanam Kediri dan NTB. Dari hasil observasi di Kebun Induk Jarak Pagar Muktiharjo-Pati-Jawa Tengah, Asembagus-Situbondo-Jawa Timur, dan Pakuwon-Sukabumi-Jawa Barat, menunjukkan bahwa jenis dan populasi serangga penyerbuk utama yang ditemukan di pertanaman jarak pa-gar adalah lebah madu/honey bees (Apis mellifera dan A. cerena javanus), dan lalat punggung hijau (Aulacigaster

leu-copeza). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa populasi lebah madu tertinggi pada pagi hari (21,6 ekor/10 tanaman),

diikuti siang hari (9,4 ekor/10 tanaman), sedang pada sore hari populasi lebah madu paling rendah (3,4 ekor/10 tanam-an). Populasi lalat tertinggi juga terjadi pada pagi hari (9 ekor/10 tanaman) meskipun tidak sebanyak lebah madu, tetapi paling rendah terjadi pada siang hari (0,8 ekor/10 tanaman). Populasi serangga penyerbuk dipengaruhi oleh asal tanam-an, dimana pada tanaman yang berasal dari Kediri (lebah madu 81,3 dan lalat punggung hijau 39 ekor per 25 tanaman) lebih tinggi dibanding yang berasal dari NTB (lebah madu 47,3 dan lalat punggung hijau 38,7 ekor per 25 tanaman). Jumlah tandan bunga per tanamanbahan tanam jarak pagar yang berasal dari Kediri (105,2 tandan per 25 tanaman) lebih tinggi dibanding yang berasal dari NTB (84 tandan per 25 tanaman). Beberapa tanaman yang dapat berfungsi se-bagai pemikat serangga penyerbuk yaitu: Helianthus annuus L., Crotalaria juncea L., Mimosa pudica L., Richardia scabra L., dan Stachytarpheta indica L. Kesinambungan pembungaan jarak pagar dan tanaman pemikat, serta tingginya populasi lebah madu memberikan peluang bagi usaha peternakan lebah madu, yang pada akhirnya akan memberikan nilai tambah pada budi daya jarak pagar.

Kata kunci: Jatropha curcas L., jarak pagar, tanaman pemikat, serangga penyerbuk, produktivitas

IMPROVING PHYSIC NUT (Jatropha curcas L.) PRODUCTIVITY THROUGH INCREASING INSECT POLLINATOR AND ATTRACTANT PLANTS EFECTIVENESS

ABSTRACT

Pollination optimacy of physic nut could be done by population improvement of insect pollinator and exploiting of attractant plants. Observation activities were conducted in mother-garden of physic nut at Muktiharjo, Pati-Central Java start on August till December 2006. Observation at mother-garden of physic nut, in Muktiharjo focussed at polli-nator agents close relationship with the physic nut flower viz: Stocktaking of insect pollipolli-nator; Observation of populati-on of insect pollinator which attend at flower bunches, with the perceptipopulati-on time (morning: 06–08 WIB; nopopulati-on: 11–13 WIB; evening: 16–18 WIB); and also Observation of population of insect pollinator of original site of plant materials come from Kediri and NTB. The result of insect pollinator observation in mother-garden of physic nut,

(2)

Muktiharjo-Pati-Central Java, Asembagus-Situbondo-East Java, and Pakuwon-Sukabumi-West Java, indicated that major insect pollinators found in physic nut plantation area is honeybee (Apis mellifera and A. cerena javanus), and green back flies (Aulacigaster leucopeza). Result of observation indicated that the highest honeybees population in the morning (21.6 in-dividuals/10 plants), followed by in the daytime (9.4 inin-dividuals/10 plants), while the lowest population of honeybees were occurred in the evening (3.4 individuals/10 plants). The highest flies population also happened in the morning (9 individuals/10 plants) though they were not as many as honeybees, but the lowest flies population were occurred in the daytime (0.8 tail/10 plants). Population of insect pollinator were influenced by origin site of plant material, where plant material which coming from Kediri (honeybees 81.3 individuals and green back flies 39 individuals per 25 plants) were higher compared to flower of plant material coming from NTB (honeybees 47.3 individuals and green back flies 38.7 individuals per 25 plants). The amount of flower bunches per plant of physic nut plant materials coming from Kediri (105.2 flower bunches per 25 plants) were higher compared to NTB (84 flower bunches per 25 plants). Some crop were able to function as attractant plants of insect pollinator that is: Helianthus annuus L., Crotalaria juncea L., Mimosa

pu-dica L., Richardia scabra L., and Stachytarpheta inpu-dica L. Flower continuity of flowering periods of physic nut and

at-tractant plant, and also height of honeybee population give the opportunity to effort honeybee ranch, which is on finally would assign value to add on physic nut farming.

Key word: Jatropha curcas L., physic nut, attractant plants, insect pollinator, productivity

PENDAHULUAN

Upaya peningkatan produktivitas jarak pagar dapat ditempuh dengan pemilihanbahan tanam yang unggul dan sehat, serta perbaikan teknologi budi daya yang salah satunya melalui optimalisasi penyerbukan untuk meningkatkan retensi buah. Optimasi penyerbukan pada tanaman jarak pagar dapat dilakukan dengan peningkatan populasi se-rangga penyerbuk dan pemanfaatan tanaman pemi-kat. Produk utama dari jarak pagar ini adalah biji-nya, maka biologi pembungaan, polinasi, dan pem-buahan menjadi penting.

Dalam upaya meningkatkan produktivitas jarak pagar, fase-fase perkembangan tanaman jarak pagar perlu diketahui meliputi: fase vegetatif per-tumbuhan tinggi tanaman dan percabangan) dan fase generatif (periode pembungaan, penyerbukan, pemasakan kapsul, serta saat panen yang tepat). Tanaman jarak pagar pada kondisi tumbuh baik, biasanya dari satu cabang akan terbentuk 3–4 tan-dan bunga; setan-dangkan pada kondisi kurang baik, tandan bunga dan kapsul akan gugur (mengalami degenerasi). Masa pembungaan infloresen 10–15

ngan perubahan warna kapsul berubah dari hijau ke kuning kemudian cokelat kehitaman (Hasnam, 2006).

Saat ini, telah ditemukan bahwa 80% dari tumbuhan berbunga yang ada di muka bumi meng-gunakan penyerbukan biotik dalam proses penyer-bukannya dan 65% dari tumbuhan tersebut me-manfaatkan jasa serangga. 70%–90% spesies dari angiospermae penyerbukannya dibantu oleh se-rangga (Fontaine et al., 2005). Di antara 95 spesies tumbuhan asli di Caledonia baru, sebagian besar ti-pe ti-penyerbukan adalah melittophily (ti-penyerbukan oleh lebah, 46,3%), phalaenophily (penyerbukan oleh ngengat, 20%), ornithophily (penyerbukan oleh burung, 11,6%), cantharophily (penyerbukan oleh kumbang 8,4%), myophily (penyerbukan oleh lalat, 3,2%), chiropterophily (penyerbukan oleh kelelawar, 3,2%), dan anemophily (penyerbukan oleh angin, 3,2%) (Kato dan Kawakita, 2004).

Proses penyerbukan bunga merupakan kunci penting dalam keberhasilan produksi buah dan biji jarak pagar. Bunga jarak pagar menghasilkan nek-tar yang mudah terlihat (exposed) dan harum, hingga dapat diakses oleh serangga-serangga

(3)

se-bervariasi J. mutabilis 26%–32% dan J.

mollissi-ma 20%–28%, volume gula lebih tinggi pada

bu-nga betina (16 µL). Penyerbukan jarak pagar umumnya dibantu oleh lebah dan ngengat, sebagi-an dibsebagi-antu oleh burung (hummingbirds) pada J.

mutabilis dan kupu-kupu pada J. mollissima.

Se-lain itu jarak pagar berbunga sepanjang tahun, se-hingga pemeliharaan agen penyerbuk sangat pen-ting.

BAHAN DAN METODE

Pelaksanaan observasi dilakukan di KIJP (Kebun Induk Jarak Pagar) Muktiharjo, Pati-Jawa Tengah mulai Agustus hingga Desember 2006. Observasi pada KIJP di Muktiharjo difokuskan pa-da agen-agen penyerbuk yang memiliki hubungan erat dengan bunga jarak pagar. Pengamatan me-ngenai jenis serangga penyerbuk dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu: A. Inventarisasi serangga penyerbuk pada 5 petak (sebagai ulangan) dari ba-han tanam yang berasal dari Kediri dan NTB. Pada masing-masing petak diamati 10 tanaman (satuan unit pengamatan) per petak; B. Pengamatan popu-lasi serangga penyerbuk yang hadir pada tangkai tandan berbunga, dengan waktu pengamatan (pagi: 06–08 WIB; siang: 11–13 WIB; sore: 16–18 WIB), sebagai satuan unit pengamatan dipilih 10 tanaman per petak, dengan 5 petak sebagai ulangan; serta C. Pengamatan populasi serangga penyerbuk pada ba-han tanam asal Kediri dan NTB dengan 25 tanam-an per petak.

A. Inventarisasi Serangga Penyerbuk Inventarisasi jenis serangga penyerbuk yang hadir pada tangkai tandan berbunga tanaman jarak pagar, dari bahan tanam yang berasal dari Kediri dan NTB. Sebagai satuan unit pengamatan dipilih 10 tanaman per petak, dengan 5 ulangan (petak).

B. Pengamatan Populasi Serangga Penyer-buk

Perlakuan pada pengamatan populasi se-rangga penyerbuk meliputi: jenis sese-rangga penyer-buk, dan waktu pengamatan.

• Jenis serangga penyerbuk: 1. lebah madu dan 2. lalat punggung hijau • waktu pengamatan:

1. pagi: 06–08 WIB; 2. siang: 11–13 WIB; 3. sore: 16–18 WIB)

Sebagai satuan unit pengamatan dipilih 10 tanaman per petak, dengan 5 ulangan (petak).

C. Pengamatan Populasi Serangga Penyer-buk pada Bahan Tanam Asal Kediri dan NTB

Perlakuan pada pengamatan populasi se-rangga penyerbuk meliputi: jenis sese-rangga penyer-buk, dan asal bahan tanam.

• Jenis serangga penyerbuk: 1. lebah madu dan 2. lalat punggung hijau • Asal bahan tanam:

1. Kediri dan 2. NTB

Asal bahan tanam 25 tanaman per petak • 3 ulangan (hari)

Pengamatan mengenai jenis serangga pe-nyerbuk secara intensif dilakukan di KP Mukti-harjo, yang meliputi pengamatan: jenis serangga penyerbuk yang hadir pada tangkai tandan berbu-nga, waktu pengamatan (pagi: 06–08 WIB; siang: 11–13 WIB; sore: 16–18 WIB), asal bahan tanam (Kediri dan NTB). Data yang diperoleh dianalisa dengan t-test, p<0,05%.

(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Inventarisasi Serangga Penyerbuk

Hasil observasi di Kebun Induk Jarak Pagar Pakuwon, Sukabumi, Jawa Barat, pada awal bulan April 2006 terhadap populasi tanaman jarak pagar yang berumur lebih kurang 3 bulan menunjukkan bahwa persentase bunga betina tiap rangkaian bu-nga sabu-ngat rendah, rata-rata hanya ditemukan 1–3 bunga betina di antara lebih dari 10 bunga jantan. Hal ini dapat disebabkan karena faktor genetik dan faktor lingkungan seperti: kekurangan unsur hara, curah hujan terlalu tinggi, suhu, dan kelembapan. Faktor fisiologis seperti umur tanaman masih muda yang belum optimal untuk produksi benih, berpe-ngaruh terhadap rasio bunga betina terhadap bunga jantan. Hasil observasi sebelumnya di Kebun In-duk Jarak Pagar Muktiharjo, Jawa Tengah pada

pertanaman yang telah berbunga penuh berumur 2 bulan diketahui beberapa serangga seperti lalat dan lebah berperan sebagai serangga penyerbuk. Selain itu informasi yang diperoleh dari kebun jarak pagar PT RNI di Jatitujuh, Majalengka, Jawa Barat, pe-meliharaan lebah cenderung meningkatkan jumlah buah per tandan (Mahmud, 2006).

Hasil inventarisasi jenis serangga penyerbuk yang hadir pada tangkai tandan berbunga tanaman jarak pagar, dari bahan tanam yang berasal dari Kediri dan NTB, menunjukkan bahwa populasi se-rangga penyerbuk tertinggi adalah lebah madu di-ikuti lalat punggung hijau (Gambar 1). Sehingga kedua serangga penyerbuk (lebah madu dan lalat punggung hijau) digunakan sebagai obyek studi se-lanjutnya.

Gambar 1. Jenis dan populasi serangga penyerbuk di Kebun Induk Jarak Pagar Muktiharjo pada klon yang ber-asal dari Kediri dan NTB

21,6 13,2 17,4 0,4 0 0,2 5,4 0,4 2,9 0,2 0 0,1 9 6,6 7,8 1,4 0,2 0,8 0 5 10 15 20 25 KEDIRI NTB RATA-RATA Bahan Tanaman J u m la h S e ra n g g a P e n y e rb u k p e r 1 0 T a n a m a n (e k o r)

Lebah madu Lebah lain Kumbang bunga

(5)

B. Pengamatan Populasi Serangga Penyer-buk

Hasil pengamatan di Kebun Induk Muktihar-jo menunjukkan bahwa populasi dari serangga pe-nyerbuk lebah madu lebih tinggi dibanding lalat seperti yang terlihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Populasi serangga penyerbuk di Kebun In-duk Jarak Pagar Muktiharjo pada pagi, siang, dan sore hari.

Populasi lebah madu tertinggi pada pagi hari (21,6 ekor/10 tanaman), diikuti siang hari (9,4 ekor/10 tanaman), sedang pada sore hari populasi lebah madu paling rendah (3,4 ekor/10 tanaman). Populasi lalat tertinggi juga terjadi pada pagi hari (9 ekor/10 tanaman) meskipun tidak sebanyak le-bah madu, tetapi paling rendah terjadi pada siang hari (0,8 ekor/10 tanaman). Perubahan jumlah po-pulasi lebah madu pada pagi hari hingga sore se-suai dengan perilaku, perubahan cuaca (suhu dan kelembapan) mempengaruhi variasi dari populasi lebah madu, dan kadar gula dalam nektar tertinggi terjadi pada pagi hari yang berhubungan dengan saat bunga mekar (Selvakumar et al., 2001).

C. Pengamatan Populasi Serangga Penyer-buk Pada Bahan Tanam Asal Kediri dan NTB

Populasi serangga penyerbuk dipengaruhi oleh asal tanaman, dimana terdapat perbedaan jum-lah tandan bunga tanaman yang berasal dari Kediri lebih tinggi dibanding yang berasal dari NTB (Gambar 3). Populasi serangga penyerbuk pada ta-naman yang berasal dari Kediri (lebah madu 81,3 dan lalat punggung hijau 39 ekor per 25 tanaman) lebih tinggi dibanding yang berasal dari NTB (le-bah madu 47,3 dan lalat punggung hijau 38,7 ekor per 25 tanaman), dikarenakan perilaku serangga penyerbuk yang berusaha mendapatkan keuntung-an/reward dari kunjungannya pada tandan bunga berupa madu/nektar. Dari hasil observasi menun-jukkan bahwa jumlah tandan bunga per tanaman bahan tanam jarak pagar yang berasal dari Kediri (105,2 tandan per 25 tanaman) lebih tinggi diban-ding bahan tanam yang berasal dari NTB (84 tandan per 25 tanaman). Kadar gula dalam nektar bervariasi J. mutabilis 26%–32% dan J. mollissima 20%–28%, volume gula lebih tinggi pada bunga betina (16 µL) (Santos et al., 2006). Jarak pagar berbunga sepanjang tahun, sehingga pemeliharaan agen penyerbuk sangat penting.

Gambar 3. Populasi serangga penyerbuk di Kebun In-duk Jarak Pagar Muktiharjo pada klon yang berasal dari Kediri dan NTB

0 5 10 15 20 25

PAGI SIANG SORE

Waktu Pengamatan J u ml a h S e ra n g g a P e n y e rb u k p e r 1 0 T a n a ma n

Lebah Madu Lalat

81,3 47,3 39,0 38,7 120,3 86,0 105,2 84,0 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0 140,0 KEDIRI NTB

Asal Bahan Tanaman

J u m la h S e ra n g g a P e n y e rb u k , T a n d a n B e rb u n g a p e r 2 5 t a n a m a n (e k o r, ta n d a n )

Lebah madu Lalat punggung hijau

(6)

Agen penyerbuk utama tanaman jarak pagar di Kebun Induk Muktiharjo adalah lebah madu (Apis mellifera). Lalat seperti lalat punggung hijau (Aulacigaster leucopeza), dan lalat hijau

(Chry-somya) juga berperan dalam penyerbukan tanaman

jarak pagar. Lalat rumah Musca sp. dan Eristalis sp. dapat saja bermanfaat, tetapi karena lalat ini ha-nya dapat terbang dalam jarak pendek menyiasati untuk menarik mereka misalnya dengan memberi-kan kompos atau residu tumbuhan yang sedang membusuk sebagai tempatnya berbiak akan banyak bermanfaat. Serangga yang dapat terbang ini akan memfasilitasi penyerbukan geitonogami dan xeno-gami.

Di samping serangga terbang, semut juga sa-ngat tertarik dengan madu pada bunga jarak pagar, oleh karena itu semut juga berperan besar dalam penyerbukan. Semut seperti Camponatus

compres-sus, serta Camponatus sp. lainnya, juga Cremato-gaster sp., bahkan juga Pheidole spathifer atau So-lenopsis geminata dapat berperan dalam

penyer-bukan jarak pagar ini. Ini sangat dipengaruhi keter-sediaan serangga setempat apakah C. compressus atau Crematogaster sp. yang ada. Serangga lain se-perti trips juga berperan dalam penyerbukan. Oleh karena keterbatasan gerakannya semut dan trips ini lebih banyak memfasilitasi penyerbukan geiotono-gami.

Walaupun saat ini populasi serangga penyer-buk masih banyak, tetapi dalam penyelenggaraan pertanaman jarak pagar ini, peran polinator perlu mendapat perhatian yang memadai untuk memas-tikan bahwa penyerbukan dapat terjadi dengan baik, dan produksi tidak terhambat karena terham-batnya polinasi. Pada praktek penyelenggaraan perkebunan kelapa sawit misalnya perlu untuk mendatangkan polinator ke dalam kebun kelapa sa-wit (Soekisman, 2005).

Selain itu dilakukan observasi pada vegetasi di sekitar pertanaman jarak pagar yang dikunjungi

jarak pagar. Kesamaan serangga penyerbuk mem-berikan peluang untuk memanfaatkan vegetasi ter-sebut sebagai tanaman pemikat bagi serangga pe-nyerbuk. Dengan semakin beragamnya bunga yang tersedia dari berbagai vegetasi akan meningkatkan kunjungan/keberadaan dari serangga penyerbuk untuk menetap pada lokasi tersebut. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan populasi se-rangga penyerbuk melalui introduksi kotak ternak lebah madu yang sudah biasa dilakukan oleh pe-ternak lebah setempat. Selain agar produksi madu meningkat dilakukan penanaman dan penataan ta-naman pemikat serangga penyerbuk yang dapat di-tanam sebagai lahan pembatas/border atau di-tanaman tumpang sari. Beberapa tanaman yang dapat ber-fungsi sebagai pemikat serangga penyerbuk yaitu: bunga matahari (Helianthus annuus L.), Crotalaria

juncea, putri malu (Mimosa pudica L.), Florida

Pusley (Richardia scabra).

0 10 20 30 40 50 60 70 ME I 20 06 JUN I JULI AG US TUS SEP TEM BER OK TOB ER NO PEMB ER DESE MBE R JAN UA RI 2 007 PEBR UAR I MA RET APR IL Bulan Panen P ro d u k s i (k g )

Produksi Jarak Pagar

Pembungaan Panen Pengamatan 0 50 100 150 200 250 300 ME I 200 6 JUN I JULI AG UST US SEP TE MB ER OKT OBE R NO PEM BE R DES EM BER JAN UA RI 2 007 PEB RU AR I MA RET APR IL ME I Bulan J u m la h C u ra h H u ja n ( m m ) d a n H a ri H u ja n ( h a ri )

Curah Hujan Hari Hujan Pengamatan

(7)

Produksi jarak pagar di KIJP (Kebun Induk Jarak Pagar) Muktiharjo mengikuti pola curah hu-jan, dimana puncak produksi dicapai pada bulan Februari 2007, sedang curah hujan tertinggi dica-pai Desember 2008 (Gambar 4). Pada Gambar 4 terlihat bahwa pola curah hujan sejalan dengan po-la produksi buah di KIJP Muktiharjo, dimana wak-tu yang dibuwak-tuhkan tanaman jarak pagar mulai ber-bunga hingga panen berkisar 40–60 hari, sehingga perbedaan saat puncak curah hujan dengan puncak produksi/panen berkisar 40–60 hari.

KESIMPULAN

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa po-pulasi lebah madu tertinggi pada pagi hari (21,6 ekor/10 tanaman), diikuti siang hari (9,4 ekor/10 tanaman), sedang pada sore hari populasi lebah madu paling rendah (3,4 ekor/10 tanaman). Popu-lasi lalat tertinggi juga terjadi pada pagi hari (9 ekor/10 tanaman) meskipun tidak sebanyak lebah madu, tetapi paling rendah terjadi pada siang hari (0,8 ekor/10 tanaman).

Populasi serangga penyerbuk dipengaruhi oleh asal tanaman, dimana terdapat perbedaan jum-lah tandan bunga tanaman yang berasal dari Kediri dan NTB. Populasi serangga penyerbuk pada ta-naman yang berasal dari Kediri (lebah madu 81,3 dan lalat punggung hijau 39 ekor per 25 tanaman) lebih tinggi dibanding yang berasal dari NTB (le-bah madu 47,3 dan lalat punggung hijau 38,7 ekor per 25 tanaman). Hasil observasi pada vegetasi di sekitar pertanaman jarak pagar, menunjukkan ada-nya kesamaan serangga penyerbuk, sehingga mem-berikan peluang untuk memanfaatkan vegetasi ter-sebut sebagai tanaman pemikat bagi serangga pe-nyerbuk. Beberapa tanaman yang dapat berfungsi sebagai pemikat serangga penyerbuk yaitu:

Helian-thus annuus L., Crotalaria juncea L., Mimosa pu

dica L., Richardia scabra L., dan Stachytarpheta indica L.

Kesinambungan pembungaan jarak pagar dan tanaman pemikat, serta tingginya populasi le-bah madu memberikan peluang bagi usaha peter-nakan lebah madu, yang pada akhirnya akan mem-berikan nilai tambah pada budi daya jarak pagar.

DAFTAR PUSTAKA

Hasnam. 2006. Karakteristik pembungaan Jatropha

cur-cas L. Info Tek Jarak Pagar (Jatropha curcur-cas L.)

Vol. 1(5).

Fontaine, C., I. Dajoz, J. Mariguet, and M. Loreau. 2005. Functional diversity of plant-pollinator in-teraction webs enhances the persistence of plant communities. Journal.pbio.0040001. University of California, United States of America. 7p.

Kato, M. and A. Kawakita. 2004. Plant-pollinator inter-actions in New Caledonia influenced by intro-duced honeybees. American Journal of Botany 91(11): 1814–1827.

Mahmud, Z. 2006. Serangga penyerbuk pada tanaman jarak pagar. Info Tek Jarak Pagar (Jatropha

curcas L.) Vol. 1(5).

Santos, M.J., I.C. Machado, and A.V. Lopez. 2006. Re-productive biology of two species of Jatropha L. (Euphorbiaceae) in “caatinga”, Northeastern Bra-zil. SBSP. 15p.

Selvakumar, P., S.N. Sinha, V.K. Pandita, and R.M. Sri-vastava. 2001. Foraging behavior of honeybee on parental lines of hybrid cauliflower pusa hybrid-2. Apimondia Journal. 4p.

Soekisman, T. 2005. Pengendalian gulma pada perta-naman jarak pagar (Jatropha curcas L.). Seminar Nasional Pengembangan jarak Pagar (Jatropha

curcas Linn.) untuk Biodiesel dan Minyak Bakar.

22 Desember 2005. Bogor. 17p.

DISKUSI  Tidak ada pertanyaan.

Gambar

Gambar 1. Jenis dan populasi serangga penyerbuk di Kebun Induk Jarak Pagar Muktiharjo pada klon  yang ber- ber-asal dari Kediri dan NTB
Gambar  3.  Populasi  serangga  penyerbuk  di  Kebun  In- In-duk Jarak Pagar Muktiharjo pada  klon  yang  berasal dari Kediri dan NTB

Referensi

Dokumen terkait

molecule. As shown by the Western blot in Fig. 1, this We next examined the interaction of synapsin I with our spectrin antibody, termed Ab 921, demonstrated specific b SpII S 1

Trustindo Prima Karya dengan Sertifikat Nomor 229.SLK.010- IDN yang berlaku sampai dengan tanggal 20 Maret 2017 sehingga telah membubuhkan Tanda V-Legal pada

dapat dilihat bahwa penambahan konsentrasi kitosan yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda pada sifat kuat tarik plastik biodegradabel yang dihasilkan.. Penambahan

Alat transportasi yang banyak dipakai oleh orang saat ini berupa pesawat karena harganya yang sudah tidak terlalu mahal juga waktu yang ditempuh lebih cepat, dan sekarang

Dilakukan analisis hidrologi untuk mendapatkan debit rencana berdasarkan data curah hujan yang telah diperoleh,dilanjutkan dengan analisis hidrolika untuk mencari

Mutu lulusan di pengaruhi setidaknya oleh dua faktor yaitu, pendidik dan proses pembelajaran; pendidik dalam pendidikan kesetaraan dikenal dengan istilah tutor

Strategi memfokus kepada masalah adalah berhubung secara secara positif dan signifikan dengan stail kepimpinan transformasional (r=.35*) tetapi mempunyai

Gambar diagram Cartesius di atas menunjukkan bahwa, Standar Program berada di kuadran SO (1.9; 1.7), yang berarti KKG Ahmad Yani mempunyai kekuatan yang lebih