CABE JAWA (Piper retrofractum Vahl.) ORGANIK
Oleh Harnani A34104026
PROGRAM STUDI AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPI
TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT
CABE JAWA (Piper retrofractum Vahl.) ORGANIK
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh : Harnani A34104026
PROGRAM STUDI AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
RINGKASAN
HARNANI. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Sapi terhadap Pertumbuhan Bibit Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl.) Organik. Dibimbing oleh MAYA MELATI.
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk kandang sapi terhadap pertumbuhan bibit cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.) organik di dalam polibag yang dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo IPB, Darmaga, Bogor pada bulan Juni - Desember 2007.
Percobaan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu faktor yaitu dosis pupuk kandang sapi yang terdiri atas 4 taraf yaitu 0, 250, 500 dan 750 g/ 10 kg tanah yang masing-masing diulang tiga kali.
Stek yang digunakan adalah sulur tanah yang merupakan runner dan telah diakarkan selama kurang lebih dua bulan, dipilih stek yang seragam, bercabang dua dengan jumlah daun tiap cabang lima daun yang telah membuka sempurna. Pupuk kandang sapi diberikan satu kali selama percobaan, yaitu pada saat awal penanaman.
Judul : PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT CABE JAWA (Piper retrofractum Vahl.) ORGANIK
Nama : Harnani
NRP : A34104026
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Maya Melati, MS, MSc NIP : 131 956 691
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr NIP : 131 124 019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sragen pada tanggal 6 Februari 1986. Penulis
merupakan anak ke-5 dari 5 bersaudara dari pasangan Bapak Sadar, Alm dan Ibu
Sugiyem, Alm.
Tahun 1997 penulis lulus dari SD Negeri 1 Mojopuro, kemudian pada
tahun 2001 penulis menyelesaikan studi di SMP Negeri 1 Gemolong. Selanjutnya
penulis lulus dari SMU Negeri 1 Gemolong pada tahun 2004. Tahun 2004 penulis
diterima di IPB melalui jalur USMI dan menjadi salah satu mahasiswa Program
Studi Agronomi, Fakultas Pertanian.
Selama menyelesaikan studinya di Institut Pertanian Bogor, penulis juga
aktif dalam organisasi kemahasiswaan yaitu antara lain sebagai bendahara UKM
Kelompok Pecinta Tanaman Obat (KPTO) Zingiber periode 2004-2005, staf
Divisi Riset dan Pengembangan AGRIFARMA periode 2005-2006, Sekretaris
OMDA Persatuan Mahasiswa Sragen Bogor (PMSB) Periode 2006-2007, Staf
Biro Pengembangan Pertanian Himpunan Mahasiswa Agronomi (HIMAGRON)
periode 2005-2006 dan Sekretaris Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas
Pertanian periode 2006-2007 dan pernah menjadi asisten praktikum Mata Kuliah
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur hanya ditujukan kepada Allah SWT atas segala rahmat,
karunia dan hidayahNya sehingga skripsi ini dapat kami selesaikan.
Skripsi yang berjudul “Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Sapi terhadap
Pertumbuhan Bibit Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl.) Organik”, disusun
sebagai tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana pada Program Studi
Agronomi, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. Akhir kata, semoga hasil penelitian ini berguna bagi yang
memerlukan.
Bogor, Juni 2008
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu, Bapak, Kakak-kakakku tercinta (Mas Bambang, Mas Ii, Mas Budi,
Mbak Antik), Kakak ipar (Mbak Sri, Mbak Lina, Mbak Narni dan Mas
Gatot) serta keponakanku (Rofid, Aura, dan Arum) atas segala curahan doa
yang tak henti, semangat yang tak pernah padam, pengertian, cinta dan kasih
sayang yang amat tulus yang tidak mungkin dapat terbalaskan.
2. Dr. Ir. Maya Melati Faried, MS, MSc sebagai pembimbing skripsi yang
telah dengan sangat sabar membimbing dan senantiasa memberi masukan
dan arahan berupa pengalaman, saran dan kritik, serta membukakan
cakrawala pemikiran dan ide baru bagi penulis.
3. Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, MS dan Dr. Ir. Edi Santosa, MSi sebagai dosen
penguji yang telah memberikan masukan berupa saran dan kritik untuk
kesempurnaan penulisan skripsi ini.
4. Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS sebagai dosen pembimbing akademik atas
arahan dan bimbingannya selama penulis melaksanakan studi di IPB.
5. Segenap dosen staf pengajar Faperta atas ilmu dan pengetahuan yang telah
diberikan yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.
6. Pak Sarju, Pak Maman (Leuwikopo) dan Pak Joko (Lab Ekofisiologi) yang
sangat membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.
7. Taufik Diktya Wibowo sebagai rekan seperjuangan atas saran, motivasi,
bantuan, segala canda tawa dan telah begitu setia menemani dalam suka
duka selama penulisan skripsi ini.
8. Enunk, Saras, Dhini, Gita, Sari, Mudi, Rika, Asti, Vivi, Nandini dan Opi,
Ambar atas keceriaan, bantuan, semangat, ketulusan dan persahabatan yang
penuh makna. Bersama kalianlah kupelajari dan kutemukan arti
persahabatan sejati.
9. Azhar HPT 41, mbak Andari PMT 40, kak Teguh, kak Wahyu, Kak Arifin,
Kak Syarif, Andri AGB 41, Rofiq, Eko, Arfan, Isa, Wulan, Erna, Kusnanto,
semangatnya dan telah menciptakan banyak cerita yang tidak mudah untuk
dilupakan.
10. Semua rekan-rekan Agronomi 41 atas persahabatan dan kisah indah yang
kalian ciptakan selama 4 tahun ini.
11. Kamal Muktar Khobib dan sahabat-sahabatku yang selalu memotivasi
meskipun kalian berada nun jauh disana yang tidak bisa disebutkan satu
persatu.
12. Teman-teman PMSB yang selalu mendukung dan atas doa-doanya.
13. Teman-teman PNS (Pondok Nuansa Sakinah) yang selalu membuat
keraimaian dan kecerian disetiap waktu.
14. Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah
banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Bogor, Juni 2008
Penulis
.
DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN
Latar Belakang... ... 1
Tujuan Penelitian... 2
Hipotesis... ... 2
TINJAUAN PUSTAKA Botani ... 3
Syarat Tumbuh... 4
Kandungan Bahan Aktif dan Kegunaan Tanaman Cabe Jawa... . 4
Pembibitan ... 5
Pupuk Organik... 6
Pupuk Kandang Sapi... 7
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu ... 9
Bahan dan Alat... 9
Metode Percobaan... 9
Pelaksanaan Percobaan... 10
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil... 12
Pembahasan... 24
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 28
Saran... 28
DAFTAR PUSTAKA... 29
DAFTAR TABEL
No. Halaman
Teks
1. Kandungan Hara Pupuk Kandang ... 8
2. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Dosis Pupuk Kandang Sapi terhadap Pertumbuhana Cabe Jawa pada Umur 2
sampai 26 MST... ... 15
3. Jumlah Daun dan Jumlah Buku Cabe Jawa pada Berbagai Dosis
Pupuk Kandang Sapi Umur 6 sampai 26 MST... 16
4. Jumlah Cabang Primer Cabe Jawa pada Berbagai Dosis Pupuk
Kandang Sapi Umur 2 sampai 26 MST... 18
5. Jumlah Cabang Sekunder Cabe Jawa pada Berbagai Dosis Pupuk
Kandang Sapi Umur 8 sampai 26 MST... 19
6. Panjang Tanaman Cabe Jawa pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang Sapi Umur 2 sampai 26 MST ... 20
7. Panjang Akar, Bobot Basah Akar dan Tajuk, Bobot Kering Akar dan Tajuk Cabe Jawa pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang Sapi
Umur 26 MST... 22
8. Analisis Korelasi Komponen Pertumbuhan Bibit Cabe Jawa
(Piper retrofaractun Vahl.) ... 23
Lampiran
1. Rata-rata Curah Hujan Lokasi Penelitian di Kebun Percobaan
Leuwikopo pada Bulan Juni sampai Desember 2007...……… 34
2. Penilaian Sifat Fisik Dan Kimia Tanah dan Pupuk Kandang Sapi... 34
CABE JAWA (Piper retrofractum Vahl.) ORGANIK
Oleh Harnani A34104026
PROGRAM STUDI AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPI
TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT
CABE JAWA (Piper retrofractum Vahl.) ORGANIK
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh : Harnani A34104026
PROGRAM STUDI AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
RINGKASAN
HARNANI. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Sapi terhadap Pertumbuhan Bibit Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl.) Organik. Dibimbing oleh MAYA MELATI.
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk kandang sapi terhadap pertumbuhan bibit cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.) organik di dalam polibag yang dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo IPB, Darmaga, Bogor pada bulan Juni - Desember 2007.
Percobaan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu faktor yaitu dosis pupuk kandang sapi yang terdiri atas 4 taraf yaitu 0, 250, 500 dan 750 g/ 10 kg tanah yang masing-masing diulang tiga kali.
Stek yang digunakan adalah sulur tanah yang merupakan runner dan telah diakarkan selama kurang lebih dua bulan, dipilih stek yang seragam, bercabang dua dengan jumlah daun tiap cabang lima daun yang telah membuka sempurna. Pupuk kandang sapi diberikan satu kali selama percobaan, yaitu pada saat awal penanaman.
Judul : PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT CABE JAWA (Piper retrofractum Vahl.) ORGANIK
Nama : Harnani
NRP : A34104026
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Maya Melati, MS, MSc NIP : 131 956 691
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr NIP : 131 124 019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sragen pada tanggal 6 Februari 1986. Penulis
merupakan anak ke-5 dari 5 bersaudara dari pasangan Bapak Sadar, Alm dan Ibu
Sugiyem, Alm.
Tahun 1997 penulis lulus dari SD Negeri 1 Mojopuro, kemudian pada
tahun 2001 penulis menyelesaikan studi di SMP Negeri 1 Gemolong. Selanjutnya
penulis lulus dari SMU Negeri 1 Gemolong pada tahun 2004. Tahun 2004 penulis
diterima di IPB melalui jalur USMI dan menjadi salah satu mahasiswa Program
Studi Agronomi, Fakultas Pertanian.
Selama menyelesaikan studinya di Institut Pertanian Bogor, penulis juga
aktif dalam organisasi kemahasiswaan yaitu antara lain sebagai bendahara UKM
Kelompok Pecinta Tanaman Obat (KPTO) Zingiber periode 2004-2005, staf
Divisi Riset dan Pengembangan AGRIFARMA periode 2005-2006, Sekretaris
OMDA Persatuan Mahasiswa Sragen Bogor (PMSB) Periode 2006-2007, Staf
Biro Pengembangan Pertanian Himpunan Mahasiswa Agronomi (HIMAGRON)
periode 2005-2006 dan Sekretaris Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas
Pertanian periode 2006-2007 dan pernah menjadi asisten praktikum Mata Kuliah
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur hanya ditujukan kepada Allah SWT atas segala rahmat,
karunia dan hidayahNya sehingga skripsi ini dapat kami selesaikan.
Skripsi yang berjudul “Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Sapi terhadap
Pertumbuhan Bibit Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl.) Organik”, disusun
sebagai tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana pada Program Studi
Agronomi, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. Akhir kata, semoga hasil penelitian ini berguna bagi yang
memerlukan.
Bogor, Juni 2008
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu, Bapak, Kakak-kakakku tercinta (Mas Bambang, Mas Ii, Mas Budi,
Mbak Antik), Kakak ipar (Mbak Sri, Mbak Lina, Mbak Narni dan Mas
Gatot) serta keponakanku (Rofid, Aura, dan Arum) atas segala curahan doa
yang tak henti, semangat yang tak pernah padam, pengertian, cinta dan kasih
sayang yang amat tulus yang tidak mungkin dapat terbalaskan.
2. Dr. Ir. Maya Melati Faried, MS, MSc sebagai pembimbing skripsi yang
telah dengan sangat sabar membimbing dan senantiasa memberi masukan
dan arahan berupa pengalaman, saran dan kritik, serta membukakan
cakrawala pemikiran dan ide baru bagi penulis.
3. Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, MS dan Dr. Ir. Edi Santosa, MSi sebagai dosen
penguji yang telah memberikan masukan berupa saran dan kritik untuk
kesempurnaan penulisan skripsi ini.
4. Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS sebagai dosen pembimbing akademik atas
arahan dan bimbingannya selama penulis melaksanakan studi di IPB.
5. Segenap dosen staf pengajar Faperta atas ilmu dan pengetahuan yang telah
diberikan yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.
6. Pak Sarju, Pak Maman (Leuwikopo) dan Pak Joko (Lab Ekofisiologi) yang
sangat membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.
7. Taufik Diktya Wibowo sebagai rekan seperjuangan atas saran, motivasi,
bantuan, segala canda tawa dan telah begitu setia menemani dalam suka
duka selama penulisan skripsi ini.
8. Enunk, Saras, Dhini, Gita, Sari, Mudi, Rika, Asti, Vivi, Nandini dan Opi,
Ambar atas keceriaan, bantuan, semangat, ketulusan dan persahabatan yang
penuh makna. Bersama kalianlah kupelajari dan kutemukan arti
persahabatan sejati.
9. Azhar HPT 41, mbak Andari PMT 40, kak Teguh, kak Wahyu, Kak Arifin,
Kak Syarif, Andri AGB 41, Rofiq, Eko, Arfan, Isa, Wulan, Erna, Kusnanto,
semangatnya dan telah menciptakan banyak cerita yang tidak mudah untuk
dilupakan.
10. Semua rekan-rekan Agronomi 41 atas persahabatan dan kisah indah yang
kalian ciptakan selama 4 tahun ini.
11. Kamal Muktar Khobib dan sahabat-sahabatku yang selalu memotivasi
meskipun kalian berada nun jauh disana yang tidak bisa disebutkan satu
persatu.
12. Teman-teman PMSB yang selalu mendukung dan atas doa-doanya.
13. Teman-teman PNS (Pondok Nuansa Sakinah) yang selalu membuat
keraimaian dan kecerian disetiap waktu.
14. Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah
banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Bogor, Juni 2008
Penulis
.
DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN
Latar Belakang... ... 1
Tujuan Penelitian... 2
Hipotesis... ... 2
TINJAUAN PUSTAKA Botani ... 3
Syarat Tumbuh... 4
Kandungan Bahan Aktif dan Kegunaan Tanaman Cabe Jawa... . 4
Pembibitan ... 5
Pupuk Organik... 6
Pupuk Kandang Sapi... 7
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu ... 9
Bahan dan Alat... 9
Metode Percobaan... 9
Pelaksanaan Percobaan... 10
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil... 12
Pembahasan... 24
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 28
Saran... 28
DAFTAR PUSTAKA... 29
DAFTAR TABEL
No. Halaman
Teks
1. Kandungan Hara Pupuk Kandang ... 8
2. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Dosis Pupuk Kandang Sapi terhadap Pertumbuhana Cabe Jawa pada Umur 2
sampai 26 MST... ... 15
3. Jumlah Daun dan Jumlah Buku Cabe Jawa pada Berbagai Dosis
Pupuk Kandang Sapi Umur 6 sampai 26 MST... 16
4. Jumlah Cabang Primer Cabe Jawa pada Berbagai Dosis Pupuk
Kandang Sapi Umur 2 sampai 26 MST... 18
5. Jumlah Cabang Sekunder Cabe Jawa pada Berbagai Dosis Pupuk
Kandang Sapi Umur 8 sampai 26 MST... 19
6. Panjang Tanaman Cabe Jawa pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang Sapi Umur 2 sampai 26 MST ... 20
7. Panjang Akar, Bobot Basah Akar dan Tajuk, Bobot Kering Akar dan Tajuk Cabe Jawa pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang Sapi
Umur 26 MST... 22
8. Analisis Korelasi Komponen Pertumbuhan Bibit Cabe Jawa
(Piper retrofaractun Vahl.) ... 23
Lampiran
1. Rata-rata Curah Hujan Lokasi Penelitian di Kebun Percobaan
Leuwikopo pada Bulan Juni sampai Desember 2007...……… 34
2. Penilaian Sifat Fisik Dan Kimia Tanah dan Pupuk Kandang Sapi... 34
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
Teks
1. Kondisi Naungan dengan menggunakan Paranet 75%... 10
2 . Tanaman Cabe Jawa pada Saat awal Tanam... 10
3. Penyakit Busuk Kering oleh Fusarium sp... 13
4. Hubungan Dosis Pupuk Kandang Sapi dengan Jumlah
Daun (a1-a3) dan dengan Jumlah Buku (b1-b3)... 17 5. Hubungan Dosis Pupuk Kandang Sapi dengan Jumlah
Cabang Primer (a) dan dengan Jumlah Cabang Sekunder (b)... 19
6. Panjang Tanaman Cabe Jawa pada Umur 26 MST... 20
7. Hubungan Dosis Pupuk Kandang Sapi dengan Panjang
Tanaman pada Umur 10 MST (a), 18 MST (b), dan 26 MST... 21
8. Hubungan Dosis Pupuk Kandang Sapi dengan Bobot Kering Tajuk Umur 26 MST... 22
Lampiran
Latar Belakang
Masyarakat semakin sadar akan pentingnya kembali ke alam (back to
nature) dengan memanfaatkan obat-obatan alami karena kesehatan masyarakat
dapat ditingkatkan dengan mengkonsumsi produk dari bahan alami. Indonesia saat
ini merupakan salah satu negara penghasil obat yang potensial dengan keragaman
hayati yang cukup melimpah. Keragaman ini menjadi peluang besar untuk
mengembangkan tanaman obat.
Salah satu jenis tanaman obat yang dapat digunakan adalah tanaman cabe
jawa. Cabe jawa dapat digunakan sebagai obat luar seperti: obat sakit perut,
masuk angin, beri-beri, dan reumatik. Sebagai obat dalam, cabe jawa dapat
digunakan untuk pengobatan penyakit tekanan darah rendah, kolera, influenza,
sakit kepala, lemah syahwat, bronkhitis, sesak nafas, obat kuat atau membersihkan
rahim setelah melahirkan. Buah cabe jawa kering bermanfaat untuk obat batuk,
gangguan pencernaan, bronkhitis, ayan, demam setelah melahirkan, menguatkan
jantung, paru-paru, lambung, obat sakit gigi, sakit ulu hati, muntah, diare, disentri,
hidung berlendir, dan sakit kepala. Campuran antara rimpang lempuyang dengan
cabe jawa dapat mengobati liver (Mardjodisiswojo dan Sudarso, 1975; Burkill,
1985; Guzman dan Siemonsma, 1999).
Peningkatan produktivitas cabe jawa sangat diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan industri obat tradisional dan kebutuhan lain di dalam negeri bahkan
untuk pasar luar negeri. Besar serapan cabe jawa sekitar 9.5 % dari total simplisia
yang dikonsumsi industri obat tradisional. Adapun kebutuhan cabe jawa dunia
saat ini sekitar 6 juta ton dan Indonesia baru bisa memenuhi sepertiganya.
Negara-negara pengimpor cabe jawa antara lain Singapura, Malaysia, Cina, Timur
Tengah, Eropa, dan Amerika (Guzman dan Siemonsma, 1999; Direktorat Aneka
Tanaman, 2000).
Semua bagian tanaman cabe jawa mengandung resin, pati, asam palmitat,
asam tetrahidropeperik, protein, selulosa, pentosans, kanji, mineral, volatile oil,
minyak lemak, alkaloid, piperine, piplartine, piperlonguminine, palmitic acids,
minyak atsiri, n-isobutildecatranns-2 trans 4-diemamide, dan sesamin (Purseglove
et al., 1981; Kardono et al., 2003).
Sesuai dengan gaya hidup masyarakat yang kembali ke alam (back to
nature) maka bahan baku untuk pembuatan obat tradisional juga diharapkan
berasal dari pertanian organik. Oleh karena itu, perlu dipersiapkan bibit yang
dibudidayakan secara organik. Sutanto (2002) menyatakan pertanian organik
merupakan kegiatan menanami tanah dengan tanaman yang nantinya
menghasilkan sesuatu yang dapat dipanen dengan campur tangan manusia lebih
intensif untuk memanfaatkan lahan dan berusaha meningkatkan hasil berdasarkan
prinsip-prinsip daur ulang yang dilaksanakan sesuai dengan kondisi setempat.
Pemenuhan nutrisi bagi tanaman organik melalui penggunaan pupuk
organik. Bentuk pupuk organik adalah kompos, pupuk kandang sapi, pupuk
kandang ayam, pupuk kandang kambing dan nightsoil (kotoran cair dan padat
manusia) (Sutedjo, 1994). Dalam percobaan ini akan digunakan pupuk kandang
sapi karena pupuk kandang sapi lebih mudah didekomposisi dalam tanah
daripada pupuk kandang kambing.
Penelitian budidaya cabe jawa masih belum banyak dilakukan terutama
penelitian tentang pembibitan secara organik dengan dosis pupuk kandang yang
tepat. Januwati (1992) menyatakan bahwa pupuk kandang sapi memberikan
pengaruh terbaik dengan dosis pemberian 0.5 kg pada media tanah 10 kg/tanaman,
namun pada penelitian tersebut disertai dengan pemberian pupuk buatan (NPK)
dengan dosis 12.5 g/ tanaman.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk kandang
sapi pada pembibitan cabe jawa organik.
Hipotesis
Ada dosis tertentu pupuk kandang sapi yang berpengaruh terbaik terhadap
TINJAUAN PUSTAKA
Botani
Tanaman cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.) sering disebut lada panjang,
termasuk dalam famili Piperaceae yang memiliki sifat hampir sama dengan
tanaman lada (Piper nigrum L.) dan tanaman sirih (Piper bettle L.). Klasifikasi
tanaman cabe jawa dalam sistematik tumbuhan adalah sebagai berikut: kingdom:
Plantae, divisi: Spermatophyta, sub divisi: Angiospermae, klas: Dicotyledonae,
ordo: Piperales, famili: Piperaceae, genus: Piper, jenis: Piper retrofractum Vahl.
Cabe jawa memiliki beberapa nama lokal, yaitu: cabean, cabe alas, cabe areuy,
cabe jawa, cabe sula (Jawa); cabhi jhamo, cabe ongghu, cabe solah (Madura); lada
panjang, cabai jawa, cabai panjang (Sumatera); cabia (Makasar); long pepper
(Inggris); chabia jawa, bakek, kedawak (Malaysia); litlit, amaras, boyo-boyo
(Philipina); sali (Laos); dipli (Thailand); ti[ee]u [ooj]i (Vietnam) (Guzman dan
Siemonsma, 1999; Januwati danYuhono, 2003).
Tanaman cabe jawa merupakan tumbuhan menahun, percabangan batang
liar, tumbuh memanjat dan melilit, atau melata dengan akar lekatnya, panjangnya
dapat mencapai 10 m. Percabangan dimulai dari pangkalnya yang keras dan
menyerupai kayu. Daun tunggal, bertangkai, bentuknya bulat telur sampai
lonjong, pangkal membulat, ujung runcing, tepi rata, pertulangan menyirip,
permukaan atas licin, permukaan bawah berbintik-bintik, panjang 8.5 - 30 cm,
lebar 3 - 13 cm, hijau. Bunga berkelamin tunggal, tersusun dalam bulir yang
tumbuh tegak atau sedikit merunduk, bulir jantan lebih panjang dari bulir betina.
Buah majemuk berupa bulir, bentuk bulat panjang sampai silindris, bagian ujung
agak mengecil, permukaan tidak rata, bertonjolan teratur, panjang 2 - 7 cm, garis
tengah 4 - 8 mm, bertangkai panjang, masih muda berwarna hijau, keras dan
pedas, kemudian warna berturut-turut menjadi kuning gading dan akhirnya
menjadi merah, lunak dan manis. Biji bulat pipih, keras, cokelat kehitaman.
Perbanyakan dengan biji atau setek batang (Purseglove et al., 1981; Kardono et
Syarat Tumbuh
Tanaman cabe jawa dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti
andosol, grumosol, latosol, podsolik, dan regosol asalkan memiliki tingkat
kesuburan dan drainase yang baik. Keadaan fisik tanah adalah bertekstur ringan
dengan kandungan kimia tanah yang cukup subur, demikian pula pada tanah yang
mengandung batu kapur, lapisan tanah dangkal dan berbatu. Cabe Jawa juga
dapat dikembangkan pada tanah datar sampai kaki bukit, pada tanah yang
mempunyai tingkat kemasaman (pH) berkisar 5.5 - 7. Cabe Jawa dapat tumbuh
baik pada ketinggian sampai 600 m dpl (di atas permukaan laut) dari daerah
pantai sampai di kaki perbukitan. Iklim yang sesuai untuk cabe jawa yaitu suhu
antara 20º - 34o C, curah hujan antara 1 500-3 000 mm per tahun, tidak terdapat bulan kering (curah hujan lebih besar 60 mm per bulan), dan kelembaban dengan
kisaran 60-80 % (Guzman dan Siemonsma, 1999).
Kandungan Bahan Aktif dan Kegunaan Tanaman Cabe Jawa
Hampir semua bagian dari tanaman cabe jawa memiliki banyak manfaat,
dari akar, buah, dan daun. Bagian tanaman yang banyak digunakan dalam industri
obat tradisional adalah buah. Buah digunakan dalam bentuk simplisia (buah yang
dikeringkan) disebut dengan nama Retrofracti fructus (Januwati dan Yuhono,
2003).
Senyawa kimia yang terkandung dalam cabe jawa adalah piperine, resin,
materi serat 10-15%, zat tepung 44-49%, abu 8%, fixed oil dan minyak essential,
minyak esential setelah didestilasi berkisar 1%, piperidine, retrofractamide A,
retrofractamide C, asam amino, monosakarida, piperatine, β-sitosterol, alkaloid,
methyl piperate, aldehid, keton, steroid, sesamin, dan
3,4,5-trimethoxy-dihydrocinnamic acid, piperoctadecalidine, pipereicosalidine, N-isobuyleicosa-2,
4-dienamide, β-sitosterol β-D-glucopyranoside, 3-methyl-5-decanoylpyridine dan
28-methylnonacos-27-en-1-oic acid (Guzman dan Siemonsma, 1999; Kardono et
al., 2003).
Kandungan bahan kimia cabe jawa dapat digunakan untuk kegiatan biologi
seperti untuk melawan Bacillus substilis H-17 dan Bacillus substilis M 45,
acethycholine, mengurangi efek hipertensi, bahan insektisida, antioksidan,
merangsang pertumbuhan rambut ( Kardono, 2003).
Sejumlah penyakit yang bisa diatasi dengan cabe jawa adalah diare,
carminative, obat kuat, expectorant, oxytoxic, stimulant, bronkitis, batuk,
aphrodisiac, diuretic, antiseptic, gonorhoea, disentri, rematik, iritasi ringan,
mempermudah kelahiran, obat cuci mulut, dan sakit gigi (Guzman dan
Siemonsma, 1999; Kardono et al., 2003).
Pembibitan
Pembibitan merupakan salah satu tahap budidaya tanaman yang penting
dilakukan pada tanaman yang akan diusahakan. Pembibitan yang baik diharapkan
dapat menghasilkan bibit yang bermutu dan mampu menghadapi stres saat
dipindahkan ke lapang.
Perbanyakan tanaman cabe jawa dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
secara generatif menggunakan biji dan secara vegetatif yaitu penyambungan,
okulasi, dan penyetekan. Dari ketiga cara perbanyakan vegetatif tersebut
penyetekan merupakan cara yang banyak dilakukan dalam perbanyakan cabe
jawa.
Perbanyakan generatif dengan biji jarang dilakukan karena perlu
penanganan khusus, perlu ketelitian dan membutuhkan waktu yang lebih lama.
Penyetekan merupakan cara vegetatif yang banyak digunakan karena memiliki
beberapa keuntungan antara lain dapat mempertahankan sifat induk, cepat
berproduksi serta memiliki perakaran yang menyebar dan merata (Januwati dan
Emmyzar, 1994).
Perbanyakan vegetatif, dapat menggunakan tiga macam sulur, yaitu sulur
tanah atau sulur cacing, sulur cabang buah, dan sulur panjat (Januwati dan
Yuhono, 2003). Stek yang berasal dari sulur tanah dan sulur panjat, daya
tumbuhnya jauh lebih baik dibandingkan dengan stek yang berasal dari sulur
cabang buah (Djauharia et al., 1992). Sugiyarto dan Widajati (2001)
menambahkan jika tanaman cabe jawa dikembangkan dengan cara menanam stek
batang, penanaman secara langsung di lapang menghasilkan persentase tumbuh
Untuk memperoleh bibit yang baik penanaman stek dilakukan di polybag
terlebih dahulu untuk menumbuhkan akar dan tunas baru. Pembibitan tanaman
menggunakan polybag mempunyai keuntungan dan kerugian. Keuntungan
pembibitan di polybag, antara lain: resiko kematian tanaman pada saat
pemindahan sedikit, bisa dipindahkan ke lapangan lebih lama jika polybag cukup
kuat, tanaman lebih kekar, mudah dilakukan oleh siapa saja. Kerugian pembibitan
di polybag, antara lain: memerlukan biaya cukup banyak, pemupukan dan
penyiraman harus lebih intensif, polybag harus selalu diperbaiki (Bintoro, 1986).
Bahan tanaman yang sudah agak besar jika diinginkan, pembibitan dapat
dipertahankan selama 9 sampai 12 bulan dan dianjurkan untuk menggunakan
kantong plastik hitam dengan ukuran agak besar dengan berat media 10 kg serta
diberikan tegakan bambu untuk mengikatkan sulur sehingga pertumbuhan baik
sesuai dengan sifat alaminya (Januwati dan Emmyzar, 1994).
Pupuk Organik
Pupuk adalah bahan yang diberikan ke dalam tanah baik yang organik
maupun yang anorganik dengan maksud untuk mengganti kehilangan unsur hara
dari dalam tanah dan bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman dalam
keadaan faktor keliling atau lingkungan yang baik (Sutedjo, 1994).
Pupuk organik adalah pupuk yang mengandung satu atau lebih senyawa
organik tetapi dalam tanah dapat segera diubah menjadi senyawa anorganik
melalui proses amonifikasi. Pupuk organik merupakan bahan pembenah tanah
yang paling baik namun kandungan hara pupuk organik pada umumnya rendah,
bervariasi, dan dapat tersedia dalam waktu lama. Unsur hara utama yang
dikandung pupuk organik yaitu unsur nitrogen, fosfor, kalium, serta unsur mikro
esensial yang lain. Penggunaan pupuk organik ditujukan untuk memperbaiki sifat
fisik dan biologi tanah. Contoh dari pupuk organik adalah pupuk kandang, pupuk
hijau, kompos, night soil (pupuk kotoran) (Soepardi, 1983; Sutedjo, 1994;
Sutanto, 2002).
Tiga keunggulan pupuk organik adalah memperbaiki sifat fisik tanah,
seperti memperbaiki permeabilitas tanah, memperbaiki porositas tanah dan daya
lebih baik sehingga tanah menjadi gembur dan pertumbuhan akar tanaman lebih
baik.
Pupuk organik memperbaiki sifat kimia tanah sawah tadah hujan yaitu
meningkatkan suplai dan ketersediaan unsur hara N, P, K, Ca, Mg, dan S, untuk
unsur hara makro dan mikro seperti Fe, Zn, Mn, B, Cu, dan Mo. Selain itu, dapat
meningkatkan KTK tanah, menurunkan pH tanah, mempebaiki P-tersedia tanah
dan P-potensial.
Pupuk organik mempengaruhi sifat biologi tanah yaitu sebagai sumber
energi bagi mikroba tanah dengan melapukkan pupuk organik serta meningkatkan
populasi dan aktivitas organisme tanah. Secara tidak langsung jazad mikro tanah
membantu pembentukan humus dan meninggalkan sebagian dalam bentuk yang
sangat berguna bagi tumbuhan (Soepardi, 1983; Hardjowigeno, 2003; Chairani,
2006).
Pupuk Kandang Sapi
Pupuk kandang merupakan pupuk yang berasal dari kandang ternak, baik
dari kotoran padat maupun kotoran cair yang bercampur dengan sisa makanan
atau alas kandang. Susunan kimia pupuk kandang berbeda-beda dari satu tempat
ke tempat lain tergantung dari macam ternak, umur ternak, keadaan hewan, sifat
dan jumlah amparan, cara mengurus, dan penyimpanan pupuk sebelum dipakai.
Kandungan unsur hara tergolong lengkap, tetapi tidak semuanya dapat
dimanfaatkan oleh tanaman, sebagian besar hilang karena pencucian dan
dekomposisi anaerob, terutama unsur-unsur N, P, dan K (Soepardi, 1983).
Kandungan hara dalam pupuk kandang sangat menentukan kualitas pupuk
kandang (Tabel 1).
Pupuk kandang mempunyai kemampuan mengubah berbagai faktor dalam
tanah, sehingga menjadi faktor-faktor yang menjamin kesuburan tanah dan
mengandung sejumlah unsur hara mikro yang dibutuhkan oleh tanaman. Jenis
kotoran hewan yang umum digunakan adalah kotoran sapi, kerbau, kelinci, ayam,
dan kuda. Pupuk kandang sapi merupakan pupuk padat yang banyak mengandung
Tabel 1. Kandungan hara pupuk kandang (Soepardi, 1983)
Keunggulan pupuk kandang dibanding dengan pupuk kimia yaitu: pupuk
kandang banyak mengandung jasad mikro, kelembaban dan kadar hara yang
sangat beragam, membantu menetralkan pH tanah, membantu menetralkan racun
akibat adanya logam berat dalam tanah, memperbaiki struktur tanah menjadi lebih
gembur, mempertinggi porositas tanah dan secara langsung meningkatkan
ketersediaan air tanah, membantu penyerapan hara dari pupuk kimia yang
ditambahkan, membantu mempertahankan suhu tanah sehingga fluktuasinya tidak
tinggi (Soepardi, 1983).
Penggunaan pupuk kandang sapi selain karena memiliki kandungan unsur
hara yang baik juga dikarenakan pupuk kandang kambing proses penguraian lebih
lama karena berbentuk butiran dan setelah kering, pupuk kandang kambing
menjadi keras sehingga agak sukar dipecah secara fisik dan berpengaruh terhadap
proses dekomposisi dan penyediaan haranya. Pemanfaatan pupuk kandang ayam
dalam pertanian organik menemui kendala karena pupuk kandang ayam
mengandung beberapa hormon yang dapat mempercepat pertumbuhan ayam.
Hormon yang terkandung tersebut diduga mengurangi kandungan bahan organik
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo IPB, Darmaga,
Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan curah hujan sama dengan curah
hujan rata-rata Bogor yaitu 1 500 - 3 000 mm/tahun. Ketinggian tempat adalah
250 m dpl dengan jenis tanah Latosol. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni
sampai Desember 2007.
Bahan dan Alat
Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah stek sulur tanah
berumur lebih kurang dua bulan; pupuk kandang sapi; dan tanah.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah polybag dengan
kapasitas 10 kg, timbangan analisis, timbangan kasar, alat tulis, kertas kerja,
mistar, pisau, gembor, ajir, oven, dan paranet 75%.
Metode Percobaan
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan
Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu faktor perlakuan. Faktor
perlakuan tersebut terdiri atas empat taraf dosis pemberian pupuk kandang sapi,
yaitu : 0 (kontrol), 250, 500, 750 g/10 kg tanah.
Setiap perlakuan dilakukan 3 ulangan, sehingga terdapat 12 satuan
percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari 8 tanaman, sehingga terdapat 96
bahan tanam tanaman cabe jawa. Denah penelitian dapat dilihat pada Gambar
Lampiran 1.
Model statistika untuk rancangan yang diajukan adalah:
Yij =
µ
+α
i +β
j +ε
ijKeterangan:
Yij = Hasil pengamatan setiap perlakuan
µ = Rataan umum
βj = Pengaruh dosis pupuk kandang ke-j (1, 2, 3, dan 4)
εij = Pengaruh galat penelitian pada dosis pupuk kandang sapi ke-i dan
kelompok ke-j
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan dan dosis terbaik dari
perlakuan yang dicobakan dilakukan dengan analisis ragam (Uji F), jika hasil uji F
menunjukkan pengaruh nyata maka dilakukan uji lanjut DMRT pada taraf 5%.
Pelaksanaan Percobaan Persiapan Media Tanam
Setiap polybag (40 cm x 50 cm) diisi dengan media tanam sesuai dengan
perlakuan, terdiri dari empat taraf yaitu 8 kg tanah (kontrol), 8 kg tanah + 0.2 kg
pupuk kandang sapi, 8 kg tanah + 0.4 kg pupuk kandang sapi, 8 kg tanah + 0.6 kg
pupuk kandang sapi. Sebelum bibit ditanam, setiap polybag yang diisi dengan
media sesuai perlakuan dibiarkan selama satu minggu. Bibit yang dipindahkan ke
dalam polybag dipilih terlebih dahulu yang sehat dan dibuat seragam yaitu 10
daun per bibit dan dua cabang, polybag diletakkan dibawah paranet 75% (Gambar
1). Permukaan tanah diberi alas plastik untuk menghindari akar menembus
polybag dan masuk ke tanah di bawah polybag (Gambar 2).
Gambar 1. Kondisi Naungan dengan
Menggunakan Paranet 75% Gambar 2. Cabe Jawa pada Saat Awal Tanam
Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman dan pengendalian gulma.
Pengendalian gulma dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang
Pengamatan
Pengamatan dilakukan setiap dua minggu selama penelitian terhadap semua
bibit. Peubah yang diamati meliputi :
1. Jumlah daun, yaitu dengan menghitung jumlah daun yang telah terbuka
sempurna pada seluruh tanaman. Pengamatan dilakukan setiap dua minggu
selama percobaan berlangsung.
2. Jumlah buku, yaitu dengan menghitung jumlah buku dari semua cabang yang
muncul (cabang primer dan cabang sekunder). Penghitungan dilakukan pada
semua bagian tanaman yang terlihat bukunya. Penghitungan jumlah buku
dilakukan setiap dua minggu selama percobaan berlangsung.
3. Panjang tanaman, yaitu dengan mengukur mulai pangkal batang utama yang
menyentuh tanah hingga sulur terpanjang.
4. Jumlah cabang primer, yaitu cabang yang muncul dari batang utama. Batang
utama adalah batang pada saat bibit ditanam. Cabang dihitung satu setelah
membentuk minimal satu ruas. Perhitungan cabang primer dilakukan setiap
dua minggu selama percobaan berlangsung.
5. Jumlah cabang sekunder, yaitu menghitung cabang yang muncul dari cabang
primer. Penghitungan cabang sekunder dilakukan setiap dua minggu selama
percobaan berlangsung.
6. Panjang akar, yaitu dihitung bersamaan dengan menghitung bobot basah.
Pengukuran dimulai dari pangkal akar hingga ujung akar terpanjang pada
akhir penelitian.
7. Bobot basah, bobot kering tajuk dan akar yaitu dilakukan pada akhir
percobaan. Pengeringan dilakukan dengan mengoven seluruh bagian tanaman
pada suhu 80oC selama tiga hari.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kondisi Umum
Penelitian dilakukan mulai bulan Juni sampai Desember 2007 dengan
curah hujan pada saat penanaman (Juni) adalah 274 mm dan hujan 17 hari hujan
sehingga masih diperlukan penyiraman. Pada bulan Juli sangat diperlukan
penyiraman yang lebih intensif karena curah hujan rendah yaitu 134 mm dengan
hujan 9 hari hujan. Penyiraman tidak dilakukan lagi yaitu pada bulan November
dan Desember karena curah hujan tinggi yaitu 444 dan 476 mm dengan 17 dan 31
hari hujan (Tabel lampiran 1). Penelitian dilakukan dibawah naungan paranet 75%
(Gambar 1). Tujuan penggunaan paranet adalah untuk mengatur masuknya sinar
matahari sehingga sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Kegiatan penyulaman dilakukan pada umur 2 MST. Penyulaman
dilakukan karena ada beberapa tanaman yang mati. Penyulaman dilakukan dengan
cara mengganti bahan tanam yang tidak tumbuh dengan bahan tanam baru.
Pengukuran jumlah daun, jumlah buku, panjang tanaman dan cabang primer
dilakukan pada umur 2 sampai 26 MST, sedangkan pengukuran cabang sekunder
dilakukan pada saat muncul cabang sekunder pertama, yaitu pada 8 sampai 26
MST.
Penyakit yang dijumpai pada saat penelitian adalah penyakit busuk kering
yang disebabkan oleh Fusarium sp. (Gambar 3). Intensitas serangan penyakit
rendah oleh karena itu pengendalian dilakukan dengan cara pembuangan bagian
tanaman yang terserang penyakit supaya tidak menular ke bagian tanaman yang
lain dan tanaman lainnya. Namun penyakit tersebut tidak terlalu mengganggu
tanaman sehingga tidak terlalu banyak bagian tanaman yang dibuang. Pengelolaan
penyakit dilakukan dengan memilih bibit yang bebas patogen, membuat saluran
Gambar 3. Penyakit Busuk Kering oleh Fusariumsp
Setelah bibit tanaman cabe jawa berumur 6 bulan, bibit sudah siap untuk
dipindah ke lapang untuk dibudidayakan. Pada 26 MST setiap perlakuan dalam
ulangan masing-masing diambil 3 contoh bibit tanaman untuk mengetahui
panjang akar dan bobot basah kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu
80oC selama 3 hari untuk memperoleh bobot kering.
Analisis Tanah Kebun Percobaan
Hasil analisis tanah menunjukkan tanah di kebun percobaan Leuwikopo
yang digunakan sebagai lahan penelitian termasuk jenis tanah Latosol. Tekstur
dari tanah di kebun percobaan adalah liat berdebu, dengan pH H2O 5.1 (masam), pH KCL 4. 1 (sangat masam). Kondisi pH yang mendekati netral berkisar 6.6-7.5
(Tabel Lampiran 3). Janick (1974) menyatakan bahwa kondisi tersebut
menunjukkan kondisi kimia dan biologi yang baik sehingga diharapkan tercapai
pertumbuhan tanaman yang optimal.
Tanah percobaan memiliki kandungan bahan organik yang ditentukan
dengan mengukur kadar karbon dan nitrogennya. Kadar karbon diukur dengan
metode Walkley & Black, sedangkan kadar nitrogen dengan metode Kjedahl.
Konsentrasi C/N rasio sebesar 15, hal ini menunjukkan bahwa kandungan bahan
organik di lahan percobaan termasuk sedang.
Kandungan P dan K dalam tanah percobaan sebesar 9.6 ppm dan 39 ppm.
Hal ini menunjukkan bahwa kandungan P dalam tanah dengan metode Bray 1
sangat rendah dan K dalam tanah dengan metode Morgan termasuk sedang.
Kapasitas tukar kation tanah sebesar 12.65 me/100 g (rendah) ( Pusat Penelitian
Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam
Terhadap peubah jumlah daun, pengaruh perlakuan pupuk kandang sapi
tidak berbeda nyata pada umur 2, 4 dan 8 MST. Perlakuan berpengaruh nyata
pada taraf 10% saat umur 6 MST, berpengaruh nyata pada taraf 5% saat umur 10
sampai 18, 24 dan 26 MST, dan berpengaruh nyata pada taraf 1% saat umur 20
dan 22 MST (Tabel 2). Perlakuan pupuk kandang sapi tidak berpengaruh terhadap
jumlah buku pada umur 2, 4 dan 12 MST, berpengaruh nyata pada taraf 10% saat
umur 6 dan 8 MST, berpengaruh nyata pada taraf 5% saat umur 10, 14, 18, 24
dan 26 MST, dan berpengaruh nyata pada taraf 1% saat umur 16, 20 dan 22 MST
(Tabel 2).
Terhadap peubah jumlah cabang primer, perlakuan pupuk kandang sapi
tidak berpengaruh pada umur 2 dan 4 MST. Perlakuan pupuk kandang sapi
berpengaruh nyata pada taraf 10% pada umur 16, 20, 24 MST, berpengaruh nyata
pada taraf 5% pada umur 6, 8, 14, 18, 22 dan 26 MST, dan berpengaruh nyata
pada taraf 1% umur 10 dan 12 MST. Perlakuan pupuk kandang sapi tidak
berpengaruh terhadap jumlah cabang sekunder pada umur 6 sampai 10 MST dan
14 sampai 18 MST, berpengaruh nyata pada taraf 10% saat tanaman berumur 12,
20 dan 26 MST, dan berpengaruh nyata pada taraf 5% saat umur 24 dan 26 MST
(Tabel 2).
Perlakuan pupuk kandang sapi tidak berpengaruh terhadap panjang
tanaman pada umur 4, 16 sampai 20 MST. Pada umur 2 dan 26 MST, perlakuan
menunjukkan pengaruh nyata taraf 5%. Perlakuan berpengaruh nyata pada taraf
10% saat umur 6 sampai 12 MST, 22 dan 24 MST.
Peubah yang diamati pada tanaman contoh yang dilakukan pada umur 26
MST yaitu panjang akar, bobot basah akar, dan bobot kering akar. Penelitian ini
menunjukkan bahwa perlakuan pupuk kandang tidak berpengaruh pada taraf 5%.
Perlakuan berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk dan bobot kering tajuk
pada taraf 10% (Tabel 2).
1
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Dosis Pupuk Kandang Sapi Terhadap Pertumbuhan Cabe Jawa pada Umur 2-26 MST
Peubah Minggu Setelah Tanam
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26
Peubah Minggu Setelah Tanam
Jumlah Daun dan Jumlah Buku
Pemupukan dengan pupuk kandang sapi nyata meningkatkan jumlah daun
tanaman pada 6 sampai 26 MST, dan jumlah buku tanaman pada 6 sampai 10
MST dan 14 sampai 26 MST (Tabel 3).
Tabel 3. Jumlah Daun dan Jumlah Buku Cabe Jawa pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang Sapi Umur 6 sampai 26 MST.
Umur Dosis Pupuk Kandang Sapi ( g/10 kg Tanah)
(MST) 0 250 500 750
Perlakuan pupuk kandang sapi nyata meningkatkan jumlah daun dan
jumlah buku tanaman. Jumlah daun dan jumlah buku meningkat secara kuadratik
dengan pertambahan dosis pupuk kandang (Gambar 4a dan 4b). Dosis optimum
pupuk kandang sapi untuk jumlah daun dan jumlah buku tanaman cabe jawa
y = -0.0008x2 + 0.8416x + 98.598
Jumlah Cabang Primer
Cabang primer yaitu cabang yang tumbuh dari batang utama. Perlakuan
dosis pupuk kandang sapi nyata mempengaruhi jumlah cabang primer pada 6
sampai 26 MST (Tabel 4).
Tabel 4. Jumlah Cabang Primer Cabe Jawa pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang Sapi Umur 2 sampai 26 MST
Dosis Pupuk Kandang Sapi ( g/10 kg Tanah) Umur (MST)
Terdapat perbedaan respon tanaman cabe jawa akibat perlakuan pupuk
kandang sapi (Tabel 4). Pupuk kandang sapi memberikan hasil yang lebih baik
dibandingkan tanaman tanpa pupuk kandang sapi. Hasil uji regresi (Gambar 5a)
menunjukkan dosis pupuk kandang sapi pada 26 MST mengikuti persamaan
kuadratik Y = -6E-5x2 + 0.0597x + 10.977 (R2= 0.6899*). Dosis optimum pupuk kandang sapi untuk jumlah cabang primer tanaman cabe jawa adalah 498 g/ 10 kg
tanah.
Jumlah Cabang Sekunder
Pengamatan jumlah cabang sekunder dilakukan mulai 8 MST. Munculnya
cabang sekunder tidak serempak pada seluruh unit percobaan. Cabang sekunder
yang pertama kali muncul yaitu pada pemberian pupuk kandang sapi dosis 500
g/10 kg tanah. Perlakuan pupuk kandang sapi nyata mempengaruhi jumlah cabang
Tabel 5. Jumlah Cabang Sekunder Cabe Jawa pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang Sapi Umur 8 sampai 26 MST
Dosis Pupuk Kandang Sapi ( g/10 kg Tanah) Umur (MST)
tanaman. Hasil uji regresi (Gambar 5b) menunjukkan bahwa dosis pupuk kandang
sapi pada 26 MST mengikuti persamaan kuadratik Y = -6E-5x2 + 0.0563x + 2.0571 (R2= 0.7473**). Dosis optimum pupuk kandang sapi untuk jumlah cabang sekunder tanaman cabe jawa adalah 469 g/ 10 kg tanah.
y = -6E-05x2 + 0.0597x + 10.977
Dosi s Pupu k Kandan g Sapi
J
Gambar 5. Hubungan Dosis Pupuk Kandang Sapi dengan Jumlah Cabang Primer (a) dan dengan Jumlah Cabang Sekunder (b) pada 26 MST
(a) (b)
Panjang Tanaman
Perlakuan pupuk kandang sapi mempengaruhi panjang tanaman pada 2, 6
sampai 12 MST, serta 18, 22 sampai 26 MST (Tabel 6). Perlakuan pupuk kandang
sapi meningkatkan panjang tanaman dibanding tanaman kontrol (Gambar 6).
Hasil uji regresi (Gambar 7) menunjukkan bahwa dosis pupuk kandang sapi pada
26 MST mengikuti persamaan kuadratik Y = -0.0003x2 + 0.2708x + 124.83 (R2= 0.6176*). Dosis optimum pupuk kandang sapi untuk meningkatkan panjang
tanaman cabe jawa adalah 451 g/ 10 kg tanah.
Tabel 6. Panjang Tanaman Cabe Jawa pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang Sapi Umur 2 sampai 26 MST
Dosis Pupuk Kandang Sapi ( g/10 kg Tanah) Umur (MST)
y = -0.0001x2 + 0.0994x + 52.953
Panjang Akar, Bobot Basah Akar dan Tajuk, Bobot Kering Akar dan Tajuk
Pengamatan panjang akar, bobot basah dan bobot kering dilakukan pada
26 MST. Perlakuan dosis pupuk kandang sapi tidak berpengaruh nyata terhadap
peubah panjang akar, bobot basah akar, dan bobot kering akar tetapi berpegaruh
nyata terhadap bobot basah tajuk dan bobot kering tajuk. Rasio tajuk akar
menunjukkan nilai perbandingan antara bobot basah dan kering tajuk dengan
bobot basah dan kering akar. Dari nilai rasio tajuk akar, diketahui penambahan
pupuk kandang meningkatkan rasio tajuk akar (Tabel. 7). Dosis pupuk kandang
sapi optimum dari persamaan regresi untuk bobot kering tajuk adalah 662 g/ 10 kg
Tabel 7. Panjang Akar, Bobot Basah Akar dan Tajuk, Bobot Kering Akar dan
Panjang Bobot Basah Bobot Kering Rasio Tajuk/Akar
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama diikuti dengan huruf yang sama menyatakan tidak berbeda nyata uji DMRT 5%
Gambar 8. Hubungan Dosis Pupuk Kandang Sapi dengan Bobot Kering Tajuk Tanaman pada Umur 26 MST
Korelasi antara Komponen Pertumbuhan
Korelasi antar komponen pertumbuhan meliputi jumlah daun, jumlah buku,
cabang primer, cabang sekunder, panjang tanaman dan komponen peubah bobot
basah, bobot kering akar dan tajuk, serta panjang akar ditunjukkan pada Tabel 8.
Pertumbuhan jumlah daun berkorelasi sangat nyata terhadap hampir semua
peubah komponen pertumbuhan, sehingga setiap pertambahan komponen
pertumbuhan seperti jumlah buku, panjang tanaman dan jumlah cabang, akan
meningkatkan pertumbuhan jumlah daun. Pertambahan tinggi tajuk berkorelasi
sangat nyata terhadap pertambahan jumlah cabang primer. Hal ini juga sangat
nyata terlihat pada saat pengamatan. Semakin panjang tanaman, maka semakin
besar kemungkinan terbentuknya tunas lateral yang akan membentuk cabang
2
4
Tabel 8. Analisis Korelasi Komponen Pertumbuhan Bibit Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl.)
Pembahasan
Perlakuan pupuk kandang sapi nyata meningkatkan pertumbuhan bibit
cabe jawa dibandingkan dengan tanaman tanpa pupuk kandang sapi (Tabel 2).
Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa bahan organik mengandung sejumlah zat
tumbuh dan sumber energi, pada waktu-waktu tertentu dapat merangsang
pertumbuhan tanaman dan jazad mikro (Soepardi, 1983). Pemupukan diperlukan
karena tanah tidak mampu menyediakan satu atau beberapa unsur hara untuk
menjamin suatu tingkat produksi tertentu (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).
Chairani (2006) menambahkan bahwa pupuk kandang membuat tanah lebih subur,
gembur, dan lebih mudah diolah. Tanah yang gembur mempermudah akar untuk
tumbuh dan berkembang dengan baik, sehingga penyerapan hara dari tanah oleh
akar pun menjadi lebih baik.
Pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman yang merupakan
hasil dari pertambahan ukuran organ-organ tanaman akibat dari pertambahan
jaringan sel yang dihasilkan oleh pertambahan ukuran sel tanaman (Sitompul dan
Guritno, 1995). Fase pertumbuhan vegetatif terutama terjadi perkembangan akar,
daun, dan batang baru. Tumbuh dan berkembang merupakan salah satu ciri
organisme hidup termasuk tanaman. Pertumbuhan tanaman ditunjukkan oleh
pertambahan ukuran dan berat kering yang tidak dapat balik (irreversible).
Perkembangan diartikan sebagai diferensiasi, suatu perubahan pada tingkat yang
lebih tinggi menyangkut spesialisasi dan organisasi secara anatomi dan fisiologi
(Harjadi, 1996).
Hasil penelitian menunjukkan perlakuan pupuk kandang sapi memberikan
pengaruh nyata terhadap pertumbuhan vegetatif (jumlah daun, jumlah buku,
jumlah cabang sekunder, jumlah cabang primer, dan panjang tanaman). Hal ini
diduga karena penambahan hara dengan pupuk kandang sapi dapat meningkatkan
kandungan hara dalam tanah dan dapat mencukupi kebutuhan hara tanaman. Hasil
analisis pupuk kandang sapi ditunjukkan pada Tabel Lampiran 2.
Secara umum perlakuan pupuk kandang mulai berpengaruh nyata pada
umur 6 MST, selain itu perlakuan pupuk kandang sapi semakin terlihat
tanaman (Gambar 4 dan 7). Hal ini disebabkan belum sempurnanya dekomposisi
pupuk kandang sapi atau ketersediaan unsur hara pada pupuk kandang sapi
lambat. Soepardi (1983) menyatakan bahwa ketersediaan hara pupuk organik
secara lambat dan berangsur-angsur membebaskan hara sepanjang musim.
Immanuel (2006) menyatakan bahwa pupuk kandang sapi yang belum
terdekomposisi sempurna mempengaruhi proses mineralisasi secara keseluruhan,
sehingga N dan P belum sepenuhnya tersedia bagi tanaman ubi jalar. Hartatik dan
Widiowati (2006) menambahkan bahwa rendahnya ketersediaan hara dari pupuk
kandang antara lain disebabkan karena bentuk N, P, serta unsur yang lain terdapat
dalam bentuk senyawa kompleks organo protein atau senyawa asam humat atau
lignin yang sulit terdekomposisi.
Pengaruh positif pupuk kandang sapi terhadap pertumbuhan tanaman
sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Usman dan Wahid (1988),
pada tanaman cengkeh pupuk kandang dan pupuk P memberikan pengaruh yang
lebih baik dari segi pertumbuhan maupun hasil. Hal ini karena sebagian peranan
pupuk K dapat digantikan oleh pupuk kandang.
Santosa (1994) menyatakan bahwa pupuk kandang memberikan respon
nyata pada semua peubah pertumbuhan. Pengaruh pupuk kandang cenderung
lebih baik dibandingkan dengan pengaruh pupuk buatan terhadap pertumbuhan
bibit tanaman cabe jawa. Hal ini karena pupuk kandang memperbaiki sifat fisik
dan biologi tanah, sehingga terjadi perbaikan perakaran dan serapan hara.
Hasil penelitian Asnawi (1996), menunjukkan perlakuan campuran pupuk
kandang sapi + tanah + pasir (1: 2 : 1) pada tanaman lada nyata mempengaruhi
panjang akar, berat kering akar, tinggi tunas, jumlah daun dan berat kering tunas.
Hal ini karena pupuk kandang sapi mengandung kadar C organik yang lebih
rendah dari pupuk kandang ayam dan kambing.
Chairani (2006) menyatakan bahwa pupuk kandang sapi nyata
meningkatkan tinggi tanaman, jumlah anakan, berat kering bagian atas dan berat
kering 1000 butir pada tanaman padi. Dalam hal ini bahan organik berperanan
terhadap sifat-sifat tanah seperti meningkatkan KTK tanah, pH tanah, P tersedia
dan P potensial tanah, sehingga ketersediaan unsur hara bagi tanaman semakin
Peubah jumlah daun meningkat diikuti dengan meningkatnya jumlah
buku, jumlah cabang primer, jumlah cabang sekunder dan panjang tanaman. Hal
ini menunjukkan bahwa daun merupakan bagian yang sangat penting bagi
pertumbuhan tanaman. Daun dapat melakukan fotosintesis yang berperan dalam
proses pembentukan nutrisi bagi tumbuhan. Peubah vegetatif meningkat diduga
karena pupuk kandang sapi mengandung unsur N, P dan K.
Menurut Sutedjo (1994), nitrogen merupakan unsur hara utama bagi
pertumbuhan tanaman yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan bagian-bagian
vegetatif tanaman. Selain itu, nitrogen dapat menyehatkan pertumbuhan daun dan
warna daun. Asnawi (1996) menyatakan bahwa pada lada memerlukan K dan Mg
yang relatif tinggi, karena berfungsi untuk pertumbuhan tanaman dan mengurangi
resiko serangan penyakit. Hasil penelitian Chairani (2006) pada padi, fosfor (P)
berperan dalam memperluas pertumbuhan perakaran sehingga mempengaruhi
penyerapan hara.
Pupuk kandang sapi nyata mempengaruhi bobot basah tajuk dan bobot
kering tajuk. Pupuk kandang sapi tidak berpengaruh nyata bobot basah akar, bobot
kering akar, dan panjang akar. Pemberian pupuk kandang meningkatkan rasio
tajuk dengan akar. Peningkatan rasio tajuk dengan akar akibat penambahan unsur
hara, menunjukkan penyerapan unsur hara lebih banyak dimanfaatkan untuk
pertumbuhan tajuk daripada akar diduga nitrogen cenderung meningkatkan kadar
auksin yang akan meningkatkan pertumbuhan tajuk tanaman. Garner et al.(1991)
menyatakan tingginya kadar nitrogen dalam tanah cenderung meningkatkan kadar
auksin yang akan memacu pertumbuhan tajuk tanaman. Keterbatasan
pertumbuhan akar juga disebabkan oleh pertumbuhan akar tidak dapat maksimal
karena terbatas pada ruang di dalam polibag.
Panjang akar berkorelasi positif terhadap jumlah daun, jumlah buku, dan
berat kering tajuk. Diduga dengan perlakuan pupuk kandang sapi menyebabkan
tanah menjadi gembur sehingga perakaran dapat tumbuh dengan baik, perakaran
yang tumbuh baik dapat menyerap hara di sekeliling akar dan ditranslokasikan
untuk pertumbuhan tajuk.
Pertumbuhan bibit cabe jawa yang terbaik secara umum ditunjukkan pada
menunjukkan hasil yang lebih jelek dibanding tanaman dengan perlakuan pupuk
kandang sapi (Gambar 6).
Perlakuan pupuk kandang sapi dosis 750 g/ 10 kg tanah menurunkan
semua peubah yang diamati (Gambar 4-6). Beberapa kemungkinan penyebabnya
adalah diduga unsur-unsur yang berlebih dapat menyebabkan antagonisme dari
satu unsur terhadap serapan unsur yang lain. Jumlah unsur yang tersedia tidak
dapat dihitung karena hasil analisis pupuk kandang tidak dapat dijadikan acuan,
diduga ada kesalahan dalam analisis. Tembaga atau sufat yang berlebih dapat
mengurangi penggunaan molibdenum, kelebihan kalium, natrium, besi, tembaga
dan seng menurunkan serapan mangan (Soepardi, 1983).
Leiwakabessy dan Sutandi (2004) menjelaskan bahwa hara Fe yang
banyak pada tanah yang memiliki kadar Mn dekat pada batas kritis dapat
mendorong munculnya defisiensi Mn sehingga pembentukan klorofil dalam daun
terhambat. Tanaman menyerap hara sifatnya spesifik dan selektif, yaitu
mengambil hara sesuai yang dibutuhkannya. Hasil penelitian Wiroatmodjo et al.,
(1990) pada tanaman jahe, menunjukkan penambahan dosis pupuk kandang
sampai 30 ton/ha cenderung menurunkan hasil karena pupuk kandang memiliki
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pupuk kandang sapi nyata memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman
yang banyak ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah daun, jumlah buku,
cabang primer, cabang sekunder, panjang tanaman dan panjang akar. Dosis pupuk
kandang sapi optimum untuk bobot kering tajuk adalah 662 g/ 10 kg tanah.
Perlakuan pupuk kandang sapi dengan dosis 750 g/ 10 kg tanah menurunkan
pertumbuhan vegetatif.
Pupuk kandang sapi memberi pengaruh nyata pada bobot basah dan bobot
kering tajuk, sedangkan untuk bobot basah dan bobot kering akar menunjukkan
pengaruh yang tidak nyata.
Saran
Untuk mempermudah pengangkutan ke lahan budidaya cabe jawa
berikutnya sebaiknya pembibitan cabe jawa dilaksanakan selama dua bulan,
DAFTAR PUSTAKA
Asnawi, R. 1996. Pengaruh jenis dan komposisi pupuk kandang terhadap pertumbuhan setek empat varietas lada (Piper nigrum L). Jurnal Tanah Tropika. 2 (2) : 78-83.
Bintoro, M. H. 1986. Budidaya Cengkeh: Teori dan Praktek. Penerbit Lembaga Sumberdaya Informasi. IPB. Bogor. 123 hal.
Burkill, I. H. 1985. A Dictionary of The Economic Products of The Malay Peninsula. Vol. 2 (I-Z). London. 2492 p.
Chairani. 2006. Pengaruh fosfor dan pupuk kandang kotoran sapi terhadap sifat kimia tanah dan pertumbuhan tanaman padi (Oryza sativa) pada lahan sawah tanah tadah hujan di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Jurnal Penelitian Pertanian 25(1): 8-17.
Departemen Pertanian. 2000. Budidaya Tanaman Cabe Jawa (Piper retrofractum
Vahl.). Jakarta. 24 hal.
Direktorat Aneka Tanaman. 2000. Pemanfaatan Tanaman Obat. Dirjen Produksi Hortikultura dan Aneka Tanaman. Departemen Pertanian.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 1991. Kesuburan Tanah. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Djauharia, E., Emmyzar, dan E. M. Rachmat. 1992. Pengaruh macam stek dan jumlah ruas terhadap pertumbuhan bibit cabe jawa (Piper retrofractum
Vahl.). Bul. Litttro. 7 (2) : 58-63. Asia. No. 13. Spices. Prosea. Bogor-Indonesia. p.183-193.
Gomez, A. A. and K. A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Edisi II (Terjemahan). UI-Press. Jakarta. 689 hal.
Hartatik, W. dan L. R. Widiowati. 2006. Pupuk Kandang. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengambangan Pertanian. 313 hal.
Immanuel, V. B. 2006. Pengaruh Pupuk Kandang Sapi terhadap Produksi dan Kadar Hara Dua Varietas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L. Lamk) pada Tanah Ultisol Desa Galuga Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 35 hal.
Janick, J. R. W., F. W. Scherry, and V. W. Rutton. 1974. Plant Science. Freeman and Co. San Fransisco. 629 pp.
Januwati, M. 1992. Pengaruh macam dan jumlah pupuk kandang terhadap bibit cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.). Laporan Penelitian. Bidang Agronomi. Balai Penelitian Tanaman dan Obat. 8 hal.
Januwati, M. dan Emmyzar. 1994. Penyiapan dan perbanyakan bahan tanaman rempah dan obat. Bul. Littro. 10 (1) : 36-41.
--- dan J. T. Yuhono. 2003. Budidaya Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl.). Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor. 16 hal.
--- dan D. S. Effendi. 1992. Perbanyakan vegetatif tanaman cabe jawa (Piper retrofractum Vahl. ) dan teknik penanamannya. Makalah Seminar Nasional Tumbuhan Obat. Jakarta tgl. 7-8 Januari 1992.
Kardono, L. B. S., N. Artanti, I. D. Dewiyanti, dan T. Basuki. 2003. Selected Indonesian Medicinal Plants: Monographs and Descriptions. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.
Leiwakabessy, F. M. dan A. Sutandi. 1992. Pupuk dan Pemupukan. Jurusan Ilmu Tanah. Faperta IPB. Bogor. 71 hal.
Mardjodisiswo dan Sudarso. 1975. Cabe Puyang Warisan Nenek Moyang I. Karaya Wreda, Jakarta. 138 hal.
Marschner, H. 1986. Mineral Nutrition in Higher Plants. Academic Press. Toronto. 674 p.
Moraliza, I. 2004. Pengaruh Pemberian Kascing dan Pupuk Kandang Sapi Terhadap Produksi Daun Tanaman Daun Dewa (Gynura pseduochina (L) Dc.). Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian, IPB. Bogor. 55 hal.
Purseglove, J. W., E. G. Brown., C. L. Green and S. R. J. Robbins. 1981. Spices Vol. 1. Longman. London. p. 438.
Rayitno, B. M. 1984. Pengaruh Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Gogo dan Beberapa Sifat Tanah. Laporan Penelitian. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.
Rukmana, R. 2003. Cabai Jawa. Cetakan ke-5. Kanisius. Yogyakarta. 43 hal.
Rochiman, K. dan Harjadi. 1972. Pembiakan Vegetatif. Bahan Bacaan Pengantar Agronomi Dept. Agronomi. Faperta. IPB. 72 hal.
Salisbury, F. B. and C. W. Ross. 1985. Plant Physiology. Third Edition. Wadsworth Publishing Company. Belmont, California A Division of Wadsorth, Inc.540p.
Santosa, E. 1994. Pengaruh Pupuk Buatan N, P, K, Mg dan Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan Bibit Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl.). Skripsi. Program Sarjana Jurusan Budidaya Pertanian, IPB. Bogor. 65 hal.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 591 hal.
Sugiyarto, M. dan W. Endang. 2001. Petunjuk teknis rakitan teknologi pertanian. Bul. BPTP. 46 hal.
Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta. 218 hal.
Sutedjo, M. M 1994. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. 173 hal.
Tisdale, S. L., W. L. Nelson and W. Beaton. 1985. Soil Fertility and Fertilizers. Fourth Edition. Mc Millan Publ. Co Inc. New York. 64 hal.
Usman dan P. Wahid. 1988. Pengaruh Pupuk Organik dan Inorganik terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Cengkeh. Prosiding Lokakarya Efisiensi Penggunaan Pupuk, Bogor. Pusat Penelitian Tanah. Hal 311-318.
Utami, N. W. dan H. M. Siregar. 1999. Produktivitas Gynura procumbens (Lavr) Merr. pada Berbagai Media Tumbuh dan Tingkat Naungan. Laporan Teknik. Balitbang Botani. Puslitbang Biologi- LIPI. Bogor.
Wiroatmodjo, J., E. Sulistyono dan Hendrinova. 1990. Pengaruh berbagai pupuk organik dan pupuk daun terhadap pertumbuhan dan hasil rimpang (Zingiber offinalle Rosc.) Jenis Badak. Bul. Agr. XIX (1): 33-88.
officinale Rosc,) jenis badak serta periode kritis jahe terhadap kompetisi gulma. Buletin Agronomi. 20 (3) : 45-53
Tabel Lampiran 1. Rata-rata Curah Hujan Lokasi Penelitian di Kebun Percobaan
Tabel Lampiran 2. Penilaian Sifat Fisik dan Kimia Tanah dan Pupuk Kandang Sapi
Tanah Pupuk Kandang Sapi
Parameter Nilai Keterangan Nilai Keterangan
pH H2O 5.10 Masam -
3
5
Tabel Lampiran 3. Tabel Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah
Sifat tanah Sangat
rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat
tinggi
Netral Agak alkalis Alkalis
pH H2O < 4.5 4.5 – 5.5 5.6 – 6.5 6.6 – 7.5 7.6 – 8.5 > 8.5
P1U1 P3U1 P4U1 P2U1
P3U2 P1U2 P2U2 P4U2
P2U3 P3U3 P1U3 P4U3
Gambar Lampiran 1. Denah Petak Percobaan
TIMUR
SELATAN UTARA
BARAT Keterangan:
P1= Perlakuan tanpa pupuk kandang sapi (kontrol)
P2= Perlakuan 250 g pupuk kandang sapi tiap 10 kg tanah
P3= Perlakuan 500 g pupuk kandang sapi tiap 10 kg tanah
P4= Perlakuan 750 g pupuk kandang sapi tiap 10 kg tanah
U1= Ulangan 1
U2= Ulangan 2
U3= Ulangan 3 3