OLEH
JAYANTI DWI RETNOWATI H14103111
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
Technology (ICT) antar Negara-negara ASEAN-5 (dibimbing oleh RINA OKTAVIANI).
Para pemimpin negara-negara ASEAN bersepakat mengambil langkah-langkah peningkatan integrasi ekonomi untuk mencapai ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2020 sebagai salah satu tujuan utama yang akan dicapai dalam pembentukan ASEAN Community. Cara yang ditempuh untuk mencapai target tersebut adalah mempercepat integrasi atas 11 sektor yang terdiri atas barang dan jasa. Salah satu komoditas yang diprioritaskan dalam sektor barang adalah information and communication technology (ICT).
ICT merupakan komoditas yang berperan penting dalam globalisasi karena kegunaannya sebagai sarana yang memfasilitasi penyediaan dan transfer informasi. Sehubungan dengan itu, perdagangan intra-industri komoditas ICT perlu dianalisis untuk mengetahui besarnya derajat integrasi industri komoditas tersebut. Analisis perdagangan intra-industri dilakukan melalui pengukuran Intra-industry Trade (IIT) index.
Penelitian ini bertujuan menganalisis perdagangan intra-industri komoditas ICT yang berlangsung di negara-negara ASEAN-5 (Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina) karena di negara-negara ini komoditas ICT memiliki proporsi terbesar dalam arus perdagangan intra-regional ASEAN. Setelah diketahui besarnya perdagangan intra-industri yang terjadi di ASEAN-5, analisis dilanjutkan dengan identifikasi faktor-faktor determinan perdagangan intra-industri tersebut. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data time series dan cross section (data panel), yang terdiri dari data arus perdagangan delapan jenis produk ICT, Gross Domestic Product (GDP), Gross Domestic Product per capita (GDPC), nilai tukar, dan jarak antar negara. Data yang dianalisis mencakup data negara-negara ASEAN-5 pada periode 2001-2005.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua tahap. Pertama, digunakan metode penghitungan IIT index untuk mengetahui besarnya derajat integrasi. Kedua, digunakan metode Panel Data untuk mengestimasi faktor-faktor determinan IIT.
ekspansi ekspor di kawasan ASEAN-5. Di sisi lain, negara-negara ASEAN-5 harus siap menghadapi persaingan dengan komoditas-komoditas ICT hasil impor.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan juga bahwa besarnya nilai IIT index tergantung pada negara reporter-nya. Terdapat ketimpangan yang cukup besar pada hasil penghitungan IIT dengan negara reporter yang berbeda. Hal ini bersumber dari ketimpangan yang besar pada data arus perdagangan yang tercatat di database komoditas perdagangan internasional. Penyebab ketimpangan tersebut ada dua hal, yaitu adanya produk-produk ilegal yang tidak tercatat di database resmi masing-masing negara serta sistem pencatatan dan pembaharuan data yang belum dilaksanakan dengan baik. Untuk mengatasinya perlu dilakukan beberapa upaya, diantaranya peningkatan pengawasan dan penjagaan daerah-daerah lalu lintas barang ekspor dan impor, memperketat seleksi perekrutan aparat yang menangani arus ekspor-impor barang, dan pemberlakuan sanksi yang tegas atas tindakan penyelewengan oknum aparat yang bekerjasama dengan penyelundup. Dari sisi peningkatan reliabilitas database perdagangan, pembaharuan pada proses pengumpulan dan pencatatan data masing-masing negara, juga perlu dilakukan untuk meningkatkan keakuratan data pada database perdagangan internasional.
Oleh
JAYANTI DWI RETNOWATI H14103111
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Jayanti Dwi Retnowati Nomor Registrasi Pokok : H14103111
Program Studi : Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor Determinan
Perdagangan Intra-industri Komoditas Information and Communication Technology (ICT) antar Negara-negara ASEAN-5
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS. NIP. 131 846 872
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS. NIP. 131 846 872
DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Agustus 2007
merupakan putri kedua dari tiga bersaudara. Jenjang pendidikan yang dilalui penulis diawali dari bangku sekolah dasar dari tahun 1991 sampai dengan tahun 1997 di SDN Purwodadi 1 Malang. Selanjutnya meneruskan ke pendidikan lanjutan tingkat pertama dari tahun 1997 sampai tahun 2000 di SLTPN 3 Malang. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan menengah umum di SMUN 3 Malang dan lulus pada tahun 2003.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena hanya dengan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Analisis Faktor-faktor Determinan Perdagangan Intra-industri Komoditas Information and Communication Technology (ICT) antar Negara-negara ASEAN-5”. ICT merupakan komoditas yang sangat menarik untuk dianalisis karena peranannya yang vital dalam memfasilitasi transfer informasi di era globalisasi. Hal tersebut membuat penulis memilih ICT sebagai obyek penelitian ini, dengan pengkajian khusus wilayah ASEAN-5. Selain itu, skripsi juga merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Manajemen IPB.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan, perhatian, dan dorongan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk itu, ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada:
1. Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS. selaku dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Bambang Juanda, MS. dan Syamsul Hidayat Pasaribu, S.E., M.Si selaku dosen penguji utama dan perwakilan komisi pendidikan, atas saran-saran dan kritik yang bermanfaat bagi perbaikan skripsi.
3. Dr. Ir. Joyo Winoto, Msc. atas bimbingan dan dukungannya selaku Pembimbing Akademik selama penulis menjadi mahasiswa FEM.
4. Kedua orang tua penulis yaitu Bapak Mochamad Chosim dan Ibunda Sri Wahyuni, serta seluruh keluarga penulis atas doa dan dukungannya. 5. Para dosen pengajar dan seluruh staf Dept.Ilmu Ekonomi atas semua
6. Teman-teman satu bimbingan: Windy dan Ratih, atas segala bantuan, dukungan, dan rasa kebersamaan yang terjalin selama proses penyusunan skripsi.
7. Para pembimbing metode Panel Data: Winsih, Noviani, dan Kak Ade, atas ilmu-ilmu panel yang telah diberikan.
8. The nine tenth part of my heart: Ndy, Lea, Kikie, Evi, Aci, Nay, Maiv, Pritta, Eka. If God combine one good character from each and every one of you to create a person, I’m sure it will turn out to be a perfect one. 9. My beloved housemates: Kania, Henny Saras, Henny Mene, and Nisa, who
have been my closest family for over a thousand days. Thank you for showing me more about the bitter sweet symphony of life. I wish I can keep you around much longer.
10.My blessings from the past: Efi, Niken, Rofyka”Opi”. Thank you for brighten up my dark times and for being so inspiring.
11.Teman-teman seperjuangan: my ex-roommates in A2-207, rekan-rekan IE’40, teman-teman Irafaners (esp. The Back Block), members of MJFC (Tika, Berry, Elly, Evi, Meidy), keluarga Arema IPB, dan rekan-rekan KKP Brebes (esp. Kec.Wanasari). Terima kasih atas kebersamaan dan kenangan indah yang kalian berikan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Dengan kerendahan hati, penulis meminta maaf dan mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan penulis.
Semoga hasil dari skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun semua pihak yang membutuhkan.
Bogor, Agustus 2007
OLEH
JAYANTI DWI RETNOWATI H14103111
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
Technology (ICT) antar Negara-negara ASEAN-5 (dibimbing oleh RINA OKTAVIANI).
Para pemimpin negara-negara ASEAN bersepakat mengambil langkah-langkah peningkatan integrasi ekonomi untuk mencapai ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2020 sebagai salah satu tujuan utama yang akan dicapai dalam pembentukan ASEAN Community. Cara yang ditempuh untuk mencapai target tersebut adalah mempercepat integrasi atas 11 sektor yang terdiri atas barang dan jasa. Salah satu komoditas yang diprioritaskan dalam sektor barang adalah information and communication technology (ICT).
ICT merupakan komoditas yang berperan penting dalam globalisasi karena kegunaannya sebagai sarana yang memfasilitasi penyediaan dan transfer informasi. Sehubungan dengan itu, perdagangan intra-industri komoditas ICT perlu dianalisis untuk mengetahui besarnya derajat integrasi industri komoditas tersebut. Analisis perdagangan intra-industri dilakukan melalui pengukuran Intra-industry Trade (IIT) index.
Penelitian ini bertujuan menganalisis perdagangan intra-industri komoditas ICT yang berlangsung di negara-negara ASEAN-5 (Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina) karena di negara-negara ini komoditas ICT memiliki proporsi terbesar dalam arus perdagangan intra-regional ASEAN. Setelah diketahui besarnya perdagangan intra-industri yang terjadi di ASEAN-5, analisis dilanjutkan dengan identifikasi faktor-faktor determinan perdagangan intra-industri tersebut. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data time series dan cross section (data panel), yang terdiri dari data arus perdagangan delapan jenis produk ICT, Gross Domestic Product (GDP), Gross Domestic Product per capita (GDPC), nilai tukar, dan jarak antar negara. Data yang dianalisis mencakup data negara-negara ASEAN-5 pada periode 2001-2005.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua tahap. Pertama, digunakan metode penghitungan IIT index untuk mengetahui besarnya derajat integrasi. Kedua, digunakan metode Panel Data untuk mengestimasi faktor-faktor determinan IIT.
ekspansi ekspor di kawasan ASEAN-5. Di sisi lain, negara-negara ASEAN-5 harus siap menghadapi persaingan dengan komoditas-komoditas ICT hasil impor.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan juga bahwa besarnya nilai IIT index tergantung pada negara reporter-nya. Terdapat ketimpangan yang cukup besar pada hasil penghitungan IIT dengan negara reporter yang berbeda. Hal ini bersumber dari ketimpangan yang besar pada data arus perdagangan yang tercatat di database komoditas perdagangan internasional. Penyebab ketimpangan tersebut ada dua hal, yaitu adanya produk-produk ilegal yang tidak tercatat di database resmi masing-masing negara serta sistem pencatatan dan pembaharuan data yang belum dilaksanakan dengan baik. Untuk mengatasinya perlu dilakukan beberapa upaya, diantaranya peningkatan pengawasan dan penjagaan daerah-daerah lalu lintas barang ekspor dan impor, memperketat seleksi perekrutan aparat yang menangani arus ekspor-impor barang, dan pemberlakuan sanksi yang tegas atas tindakan penyelewengan oknum aparat yang bekerjasama dengan penyelundup. Dari sisi peningkatan reliabilitas database perdagangan, pembaharuan pada proses pengumpulan dan pencatatan data masing-masing negara, juga perlu dilakukan untuk meningkatkan keakuratan data pada database perdagangan internasional.
Oleh
JAYANTI DWI RETNOWATI H14103111
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Jayanti Dwi Retnowati Nomor Registrasi Pokok : H14103111
Program Studi : Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor Determinan
Perdagangan Intra-industri Komoditas Information and Communication Technology (ICT) antar Negara-negara ASEAN-5
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS. NIP. 131 846 872
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS. NIP. 131 846 872
DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Agustus 2007
merupakan putri kedua dari tiga bersaudara. Jenjang pendidikan yang dilalui penulis diawali dari bangku sekolah dasar dari tahun 1991 sampai dengan tahun 1997 di SDN Purwodadi 1 Malang. Selanjutnya meneruskan ke pendidikan lanjutan tingkat pertama dari tahun 1997 sampai tahun 2000 di SLTPN 3 Malang. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan menengah umum di SMUN 3 Malang dan lulus pada tahun 2003.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena hanya dengan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Analisis Faktor-faktor Determinan Perdagangan Intra-industri Komoditas Information and Communication Technology (ICT) antar Negara-negara ASEAN-5”. ICT merupakan komoditas yang sangat menarik untuk dianalisis karena peranannya yang vital dalam memfasilitasi transfer informasi di era globalisasi. Hal tersebut membuat penulis memilih ICT sebagai obyek penelitian ini, dengan pengkajian khusus wilayah ASEAN-5. Selain itu, skripsi juga merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Manajemen IPB.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan, perhatian, dan dorongan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk itu, ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada:
1. Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS. selaku dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Bambang Juanda, MS. dan Syamsul Hidayat Pasaribu, S.E., M.Si selaku dosen penguji utama dan perwakilan komisi pendidikan, atas saran-saran dan kritik yang bermanfaat bagi perbaikan skripsi.
3. Dr. Ir. Joyo Winoto, Msc. atas bimbingan dan dukungannya selaku Pembimbing Akademik selama penulis menjadi mahasiswa FEM.
4. Kedua orang tua penulis yaitu Bapak Mochamad Chosim dan Ibunda Sri Wahyuni, serta seluruh keluarga penulis atas doa dan dukungannya. 5. Para dosen pengajar dan seluruh staf Dept.Ilmu Ekonomi atas semua
6. Teman-teman satu bimbingan: Windy dan Ratih, atas segala bantuan, dukungan, dan rasa kebersamaan yang terjalin selama proses penyusunan skripsi.
7. Para pembimbing metode Panel Data: Winsih, Noviani, dan Kak Ade, atas ilmu-ilmu panel yang telah diberikan.
8. The nine tenth part of my heart: Ndy, Lea, Kikie, Evi, Aci, Nay, Maiv, Pritta, Eka. If God combine one good character from each and every one of you to create a person, I’m sure it will turn out to be a perfect one. 9. My beloved housemates: Kania, Henny Saras, Henny Mene, and Nisa, who
have been my closest family for over a thousand days. Thank you for showing me more about the bitter sweet symphony of life. I wish I can keep you around much longer.
10.My blessings from the past: Efi, Niken, Rofyka”Opi”. Thank you for brighten up my dark times and for being so inspiring.
11.Teman-teman seperjuangan: my ex-roommates in A2-207, rekan-rekan IE’40, teman-teman Irafaners (esp. The Back Block), members of MJFC (Tika, Berry, Elly, Evi, Meidy), keluarga Arema IPB, dan rekan-rekan KKP Brebes (esp. Kec.Wanasari). Terima kasih atas kebersamaan dan kenangan indah yang kalian berikan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Dengan kerendahan hati, penulis meminta maaf dan mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan penulis.
Semoga hasil dari skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun semua pihak yang membutuhkan.
Bogor, Agustus 2007
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1.1 Ekspor Komoditas Perdagangan Dunia Berdasarkan Jenis
Produk Tahun 2004 ... 4 1.2 Lima Komoditas Ekspor Terbesar dari ASEAN-6
ke ASEAN dalam Kode HS 2 Digit Tahun 2000-2003 ... 5 1.3 Lima Komoditas Impor Terbesar dari ASEAN-6
ke ASEAN dalam Kode HS 2 Digit Tahun 2000-2003 ... 6 1.4 Indikator Perekonomian Makro di ASEAN Tahun 2005... 10 3.1 Klasifikasi Nilai IIT index... 35 3.2 Kerangka Identifikasi Autokorelasi ... 49 4.1 Nilai IIT index Malaysia-ASEAN 5... 53 4.2 Nilai IIT index Singapura -ASEAN 5 ... 55 4.3 Nilai IIT index Thailand -ASEAN 5 ... 58 4.4 Nilai IIT index Filipina-ASEAN 5... 62 4.5 Nilai IIT index Indonesia-ASEAN 5... 63 4.6 Hasil Estimasi Fungsi Intra-industry Trade
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
Sebagai salah satu langkah untuk mewujudkan Visi ASEAN 2020, para pemimpin negara-negara ASEAN bersepakat meningkatkan integrasi ekonomi untuk mencapai ASEAN Economic Community (AEC) sebagai salah satu komponen utama dari ASEAN Community. Pembentukan komunitas ekonomi ini ditujukan untuk mencapai integrasi penuh dalam perekonomian dan pasar ASEAN tanpa terhalang batasan negara. Dapat dirumuskan bahwa visi AEC adalah “Menciptakan kawasan ekonomi ASEAN yang stabil, makmur dan berdaya saing tinggi, dimana aliran barang, jasa, modal dan investasi berlangsung secara bebas, pembangunan perekonomian berlangsung secara merata, serta menurunnya tingkat kemiskinan dan kesenjangan sosial-ekonomi pada tahun 2020”.
Diantara 11 sektor tersebut, information and communication technology (ICT) merupakan salah satu sektor prioritas yang tercakup dalam e-ASEAN dari sisi sektor barang. Sektor ini termasuk sektor yang penting untuk dikaji lebih lanjut karena peranannya yang jauh melebihi sektor-sektor lain dalam pasar dunia. Proporsi ASEAN dalam pasar ekspor dunia untuk sektor-sektor prioritas mencapai nilai tertinggi pada produk ICT yaitu sebesar 18 persen per tahun pada periode 1997-2001. Dalam periode yang sama, produk ICT juga diperhitungkan mempunyai nilai yang paling tinggi dari proporsi ASEAN dalam total impor dunia yaitu sekitar 15 persen per tahun (Austria, 2004). Hal tersebut menunjukkan bahwa ASEAN berperan cukup besar dalam jaringan produksi global produk ICT.
Mengingat pentingnya peranan informasi dalam globalisasi, maka tidak mengherankan jika kemudian timbul sebuah kecenderungan di berbagai negara untuk meningkatkan ketersediaan infrastruktur pendukung kelancaran pertukaran informasi. Terkait dengan hal tersebut, permintaan terhadap produk-produk berteknologi tinggi yang mendukung kelancaran pertukaran informasi secara internasional juga cenderung mengalami peningkatan. Produk-produk yang dihasilkan dengan kecanggihan teknologi, khususnya yang berkaitan dengan proses transfer informasi, menjadi komoditas yang bernilai tinggi. Selain berdampak pada peningkatan permintaan terhadap komoditas dengan spesifikasi tersebut, kondisi ini juga berdampak pada meningkatnya berbagai usaha yang dilakukan oleh para produsen komoditas tersebut untuk terus berinovasi. Adanya dampak yang terjadi di sisi permintaan dan penawaran komoditas yang terkait dengan transfer informasi global ini membawa dampak yang cukup besar bagi arus perdagangannya.
Tabel 1.1 Ekspor Komoditas Perdagangan Dunia Berdasarkan Jenis Produk Tahun 2004
Nilai (milyar
dolar AS) Persentase Perubahan Persentase Tahunan Jenis produk
2004 2000 2004 2000-2004 2003 2004 Total merchandise* 8907 100,0 100,0 9 17 21
Integrated circuits and electronic
components 330 4,9 3,7 2 11 19
Sumber: World Trade Organization (2007)
Keterangan: *termasuk tiga persen produk yang tidak terspesifikasi
equipment yang memiliki pertumbuhan ekspor yang cukup tinggi yaitu sebesar 15,4 persen pada tahun 2000 dan 12,7 persen pada tahun 2004. Diantara produk-produk office and telecom equipment, jenis produk-produk telecommunications equipment memiliki nilai pertumbuhan ekspor tertinggi untuk periode 2000-2004. Hal ini mengindikasikan bahwa pada kurun waktu tersebut permintaan pasar dunia terhadap produk yang berhubungan dengan informasi dan telekomunikasi meningkat signifikan.
Untuk kasus negara-negara ASEAN, dapat dilihat pada Tabel 1.2 bahwa komoditas yang memiliki persentase ekspor tertinggi untuk perdagangan dari ASEAN-6 (Indonesia, Singapura, Thailand, Malaysia, Filipina, Brunei Darussalam) ke ASEAN tahun 2000-2003 merupakan komoditas yang berhubungan dengan sektor ICT, yaitu komoditas dengan Kode HS 85 (Electrical machinery, equipment & parts; sound equipment; TV equipment). Hal tersebut menunjukkan adanya prospek pasar yang besar bagi produk ICT dalam perdagangan intra-ASEAN dalam beberapa tahun terakhir dari sisi ekspor.
Tabel 1.2 Lima Komoditas Ekspor Terbesar dari ASEAN-6 ke ASEAN dalam Kode HS 2 Digit Tahun 2000-2003
Persentase (%) Kode
HS Komoditas 2000 2001 2002 2003
85 Electrical machinery, equipment & parts; sound equipment; TV equipment
38,2 37,0 35,9 33,5
84 Nuclear reactors, boilers, machinery & mechanic appliance/parts
18,6 17,7 19,7 20,1
27 Min fuels, min oils & product of distillation; bitum substances; min wax
10,4 10,3 9,2 9,1
39 Plastics and articles thereof 3,1 3,0 3,3 3,4
29 Organic chemicals 1,9 2,1 2,3 2,5
Sementara dari sisi impor, dapat dilihat pada Tabel 1.3 bahwa posisi teratas pada daftar komoditas dengan persentase impor tertinggi untuk perdagangan dari ASEAN-6 ke ASEAN tahun 2000-2003 juga diduduki oleh komoditas yang sama dari sektor ICT, yaitu komoditas dengan Kode HS 85 (Electrical machinery, equipment & parts; sound equipment; TV equipment). Hal tersebut menunjukkan adanya prospek pasar yang tinggi pula bagi produk ICT dalam perdagangan intra-ASEAN dari sisi impor.
Tabel 1.3 Lima Komoditas Impor Terbesar dari ASEAN-6 ke ASEAN dalam Kode HS 2 Digit Tahun 2000-2003
Persentase (%) Kode
HS Komoditas 2000 2001 2002 2003
85 Electrical machinery, equipment & parts; sound equipment; TV equipment
37,9 36,6 40,9 35,3
84 Nuclear reactors, boilers, machinery & mechanic appliance/parts
18,6 18,7 15,8 16,1
27 Min fuels, min oils & product of distillation; bitum substances; min wax
12,2 11,0 10,8 12,8
39 Plastics and articles thereof 3,1 3,0 3,2 3,6
29 Organic chemicals 2,5 2,6 2,6 3,0
Sumber : ASEAN Trade Statistics Database
hukum, logistik, sosial, dan ekonomi, untuk mewujudkan ASEAN cyberspace. Hal ini merupakan bagian dari strategi untuk menunjukkan eksistensi serta memantapkan posisi ASEAN dalam perekonomian global.
Di samping itu, terdapat e-ASEAN Framework Agreement yang disepakati pada tahun 2000, yang salah satu tujuannya adalah meningkatkan liberalisasi perdagangan produk-produk ICT untuk mendukung e-ASEAN Initiative. Dalam kesepakatan ini disebutkan pula bahwa Agreement on the Common Effective Preferential Tariff (CEPT) Scheme yang diberlakukan dalam ASEAN Free Trade Area (AFTA) juga turut berlaku. CEPT merupakan suatu program penurunan tarif secara bertahap hingga menjadi nol sampai lima persen dan penghapusan Non Tariff Barriers (NTBs). Salah satu produk ICT yaitu produk telecommunication equipment telah dimasukkan dalam inclusion list skema CEPT, oleh karena itu terdapat kemungkinan adanya kesepakatan ini turut memberikan pengaruh dalam kemajuan yang terjadi pada industri ICT di ASEAN.
Facilitation (ITF) Working Group dapat dikaitkan dengan perbaikan iklim perdagangan komoditas ICT di ASEAN.
Di sisi lain, kinerja perdagangan sektor ICT pada periode 1997-2001 menunjukkan intra-ASEAN ekspor dan impor yang cenderung meningkat (Austria, 2004). Dalam hasil penelitian yang sama juga ditunjukkan bahwa spesialisasi produksi ICT di negara-negara ASEAN-5 (Indonesia, Singapura, Thailand, Malaysia, Filipina) terkonsentrasi pada beberapa produk yang sama. Hal ini terlihat dari besarnya proporsi produk-produk tersebut dalam total intra-ASEAN ekspor dan impor produk ICT di masing-masing negara. Pola perdagangan juga menunjukkan bahwa setiap negara mengekspor dan mengimpor produk ICT dari sesama negara-negara ASEAN-5. Hal ini terlihat dari besarnya proporsi negara-negara ASEAN-5 dalam total ekspor dan impor produk ICT di masing-masing negara.
Besarnya integrasi yang terjadi di ASEAN-5 sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa integrasi yang kuat cenderung terjadi di negara-negara dengan tingkat perekonomian yang lebih maju, dalam kasus ini diperlihatkan oleh integrasi yang lebih kuat yang dicapai ASEAN-5 dibandingkan dengan CLMV (Cambodia, Laos, Myanmar, Vietnam). Selain itu hasil penelitian Austria (2004) juga konsisten dengan teori yang menyatakan bahwa integrasi lebih cenderung terjadi pada industri manufaktur, salah satunya untuk produk ICT.
Fakta terbaru memperlihatkan adanya peningkatan arus perdagangan komoditas ICT di negara-negara ASEAN, khususnya antar negara-negara ASEAN-5, dalam beberapa tahun terakhir (Comtrade, 2007). Hal ini memperkuat asumsi mengenai perdagangan internasional produk ICT di kawasan tersebut yang semakin terintegrasi. Sehubungan dengan hal itu, perlu disadari pula bahwa nilai nominal arus perdagangan suatu barang belum cukup kuat untuk dapat membuktikan derajat integrasi. Untuk itulah diperlukan suatu penyelidikan yang lebih mendalam tentang proses integrasi tersebut dengan menggunakan analisis Intra Industry Trade (IIT) index.
ekonomi yang biasanya dijadikan indikator perdagangan internasional, khususnya perdagangan bilateral, adalah Gross Domestic Product (GDP) dan GDP per capita pada suatu negara (Areethamsirikul, 2006). Variabel-variabel tersebut umumnya digunakan untuk memprediksi besarnya potensi pasar di suatu negara. Tabel 1.4 Indikator Perekonomian Makro di ASEAN Tahun 2005
Nominal GDP Nominal GDP per capita
Singapura 116.710,8 26.880,7
Thailand 176.206,6 2.720,8 Vietnam 52.807,6 635,3
ASEAN 884.352,3 1.582,6
Sumber: ASEAN Finance and Macroeconomic Surveillance Unit (FMSU)
1.2. Perumusan Masalah
Dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi peningkatan yang cukup signifikan pada proporsi perdagangan internasional produk ICT di wilayah ASEAN-5. Peningkatan ini disinyalir sebagai indikasi bahwa industri ICT di kawasan ini telah terintegrasi secara kuat. Untuk menyelidiki secara lebih mendalam mengenai fenomena tersebut, penulis menggunakan pendekatan pengukuran intra-industry trade (IIT) index. Pendekatan ini digunakan karena dalam kasus perdagangan produk ICT, nilai perdagangan di dalam industri (intra-industri) merupakan suatu faktor penting yang lebih menentukan tinggi rendahnya derajat integrasi dibandingkan dengan nilai perdagangan antar industri (inter-industri).
Setelah diketahui derajat integrasi industri ICT di ASEAN-5, perlu diteliti juga mengenai variabel-variabel yang menjadi penentu utama dan yang berpengaruh signifikan terhadap kenaikan derajat integrasi perdagangan tersebut. Hal ini perlu dilakukan untuk mempertahankan atau meningkatkan nilai integrasi yang sudah cukup tinggi, di sisi lain pengujian atas variabel-variabel tersebut dapat juga digunakan untuk mencari solusi dalam mengatasi atau memperbaiki nilai integrasi yang sangat rendah melalui peningkatan eksploitasi atas faktor-faktor yang signifikan.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan tersebut, dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut:
2. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh signifikan terhadap besarnya derajat integrasi pada industri komoditas ICT yang berada di kawasan ASEAN-5?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah maka dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi besarnya derajat integrasi pada industri komoditas ICT yang berada di kawasan ASEAN-5.
2. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap besarnya derajat integrasi pada industri komoditas ICT yang berada di kawasan
ASEAN-5.
1.4. Manfaat Penelitian
Selain bermanfaat bagi penulis, hasil penelitian ini juga dapat dipergunakan oleh pihak lain yang terkait, seperti bagi pemerintah Indonesia. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi dalam menentukan arah kebijakan perdagangan terutama di sektor industri ICT.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Perdagangan dapat diartikan sebagai proses tukar-menukar yang
didasarkan atas kehendak sukarela dari pihak-pihak yang melakukan pertukaran.
Perdagangan dapat berlangsung di dalam suatu daerah, antar daerah yang berbeda,
antar pulau, maupun antar negara. Klasifikasi perdagangan yang terakhir itulah
yang biasa disebut dengan perdagangan internasional.
Setiap negara pada umumnya mempunyai beberapa perbedaan dengan
negara lain yang menjadi mitra dagangnya, di antaranya perbedaan kandungan
sumber daya alam, iklim, jumlah penduduk, sumber daya manusia, spesifikasi
tenaga kerja, konfigurasi geografis, teknologi, tingkat harga, struktur ekonomi,
kondisi sosial dan politik, dan sebagainya. Hal tersebut menyebabkan adanya
perbedaan tingkat kapasitas produksi secara kuantitas, kualitas, maupun jenis
produksi yang berakibat pada terjadinya transaksi perdagangan antar negara atau
perdagangan internasional (Halwani, 2002). Sedangkan pengertian perdagangan
internasional secara umum adalah suatu proses pertukaran barang dan jasa
melewati batasan negara.
Terjadinya perdagangan internasional umumnya didasari oleh dua hal
yaitu saling percaya dan saling menguntungkan. Namun, faktor terpenting dalam
perdagangan internasional adalah bahwa dalam transaksi perdagangan yang
dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat perdagangan diperoleh manfaat atau
yang terlibat perdagangan karena perdagangan internasional memberikan peluang
pada setiap negara untuk mengekspor barang-barang yang faktor produksinya
menggunakan sebagian sumber daya yang berlimpah dan mengimpor
barang-barang yang faktor produksinya langka atau mahal jika diproduksi di dalam
negeri.
Perdagangan internasional juga memungkinkan setiap negara melakukan
spesialisasi produksi terbatas pada barang-barang tertentu sehingga
memungkinkan mereka mencapai tingkat efisiensi yang lebih tinggi dengan skala
produksi lebih besar (economies of scale) (Halwani, 2002). Pada sebagian besar
negara di dunia, nilai dari perdagangan internasional dapat mencerminkan nilai
pendapatan nasional karena perdagangan internasional pada umumnya menjadi
penggerak pertumbuhan ekonomi suatu negara.
2.2. Integrasi Ekonomi
2.2.1. Konsep Integrasi
Integrasi dapat diartikan sebagai gabungan dari beberapa bagian ke dalam
sebuah kesatuan yang menyebabkan meningkatnya ukuran dan cakupan dari
kesatuan yang dihasilkan (Dennis dan Yusof, 2003). Pada umumnya istilah
integrasi diidentikkan dengan integrasi antar wilayah atau antar negara yang
masing-masing disebut integrasi nasional dan integrasi internasional.
Integrasi dapat diinterpretasikan dalam artian yang luas maupun sempit.
Dalam arti sempit, integrasi hanya mencakup pengertian dan pemahaman
hanya mencakup integrasi ekonomi, tetapi juga pengertian dan pemahaman
mengenai integrasi politik dan sosial. Pada penelitian ini pemahaman tentang
integrasi akan difokuskan pada integrasi ekonomi dan indikator yang dipaparkan
akan dibatasi pada indikator-indikator yang relevan dengan integrasi ekonomi.
2.2.2. Konsep Integrasi Ekonomi
Konsep integrasi ekonomi telah digunakan secara luas sejak masa pasca
Perang Dunia. Menurut definisi para ekonom internasional, integrasi ekonomi
diartikan sebagai suatu keadaan yang meliputi beberapa hal atau proses yang
melibatkan penggabungan atau penyatuan dari beberapa perekonomian ke dalam
suatu area perdagangan bebas yang lebih luas. Salah satu elemen utama yang
dikaitkan dengan integrasi ekonomi adalah hal-hal yang menyangkut hubungan
saling ketergantungan antar perekonomian yang semakin mendalam, yang
diwujudkan melalui perdagangan intra-regional. Selain itu, elemen lainnya adalah
investasi asing langsung atau foreign direct investment (FDI), dan harmonisasi
dari regulasi, standar, serta praktik perdagangan.
Integrasi ekonomi dapat diinterpretasikan sebagai suatu cara untuk
memperoleh akses ke dalam pasar yang lebih luas dan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, dengan demikian peningkatan kesejahteraan juga akan
tercapai. Ada kalanya integrasi ekonomi dibedakan menjadi integrasi positif dan
negatif. Integrasi negatif lebih mengarah pada penghapusan hambatan-hambatan
perdagangan antar negara atau penghapusan atas larangan-larangan dalam proses
menuju liberalisasi perdagangan. Di sisi lain, integrasi positif mengarah pada
serta pengenalan institusi dan instrumen perdagangan yang baru untuk memajukan
dan memfasilitasi terwujudnya pasar yang terintegrasi (Dennis dan Yusof, 2003).
2.2.3. Tipe-tipe Integrasi Ekonomi
Integrasi ekonomi dibedakan dalam beberapa bentuk, tetapi inti dari
penetapan integrasi itu sendiri adalah penghapusan secara diskriminatif atas
semua hambatan perdagangan antara dua negara partisipan atau lebih serta
peningkatan atas beberapa bentuk kerjasama dan koordinasi antara negara-negara
partisipan. Beberapa tipe integrasi utama beserta ciri-cirinya akan dipaparkan
sebagai berikut (Salvatore, 1997):
1. Pengaturan Perdagangan Preferensial
Pengaturan perdagangan preferensial (preferential trade arrangements)
dibentuk oleh negara-negara yang sepakat menurunkan hambatan-hambatan
perdagangan yang berlangsung di antara mereka, dan membedakannya dengan
yang diberlakukan terhadap negara-negara luar yang bukan merupakan anggota.
Ini merupakan bentuk integrasi ekonomi yang paling longgar. Contoh dari
integrasi dalam bentuk ini adalah Skema Preferensi Persemakmuran Inggris
(British Commonwealth Preference Scheme) yang dibentuk tahun 1932 oleh
Kerajaan Inggris.
2. Kawasan Perdagangan Bebas (Free Trade Area)
Kawasan perdagangan bebas adalah bentuk integrasi ekonomi yang lebih
tinggi dimana semua hambatan perdagangan, baik tarif maupun non-tarif di antara
negara-negara anggota telah dihilangkan sepenuhnya. Namun pada integrasi jenis
mempertahankan atau menghilangkan hambatan-hambatan perdagangan yang
diterapkannya terhadap negara-negara luar yang bukan anggota.
Contoh kawasan perdagangan bebas ini adalah Asosiasi Perdagangan
Bebas Eropa (EFTA, European Free Trade Association) yang beranggotakan
Inggris, Austria, Denmark, Norwegia, Portugal, Swedia, Swiss, dan Finlandia.
Contoh kawasan perdagangan bebas yang terbaru adalah Perjanjian Perdagangan
Bebas Amerika Utara (NAFTA, North American Free Trade Area) yang dibentuk
tahun 1993 oleh Amerika Serikat, Kanada dan Meksiko. Disamping itu, AFTA
(ASEAN Free Trade Area) juga paling mendekati kriteria untuk kategori ini.
3. Persekutuan Pabean (Customs Union)
Persekutuan pabean mewajibkan semua negara anggota untuk tidak hanya
menghilangkan semua bentuk hambatan perdagangan di antara mereka tetapi juga
menyeragamkan kebijakan perdagangan mereka terhadap negara-negara luar yang
bukan anggota. Contohnya adalah Pasar Bersama Eropa (European Common
Market) yang dibentuk tahun 1957 oleh Jerman Barat, Perancis, Italia, Belgia,
Belanda dan Luxemburg.
4. Pasar Bersama (Common Market)
Pada bentuk integrasi ekonomi ini perdagangan bebas tidak hanya pada
komoditas yang berbentuk barang tetapi juga arus-arus faktor produksi seperti
tenaga kerja dan modal. Uni Eropa telah memperoleh status Pasar Bersama sejak
5. Uni Ekonomi (Economic Union)
Dalam integrasi ekonomi ini, harmonisasi atau penyelarasan
perekonomian dilakukan lebih jauh, yaitu menyeragamkan kebijakan moneter dan
fiskal dari masing-masing negara anggota. Contohnya adalah Benelux yang
beranggotakan Belgia, Belanda dan Luxemburg.
2.3. Perdagangan Intra-industri (Intra-industry Trade/IIT) 2.3.1. Inter-industri versus Intra-industri
Dalam konsep pemikiran tradisional, perdagangan internasional
dinyatakan akan terjadi bila masing-masing negara yang terlibat perdagangan
memanfaatkan perbedaan faktor-faktor produksi (factor endowment) dan
teknologi yang mereka miliki di dalam negeri. Setiap negara kemudian akan
berspesialisasi dalam menghasilkan produk yang memiliki keunggulan komparatif
dan menukarkannya dengan produk dari negara lain dimana negara lain yang
menjadi mitra dagang tersebut juga memiliki keunggulan komparatif atas produk
yang ditukarkannya. Jika sebuah negara memiliki keunggulan komparatif atas
sebuah produk, maka negara tersebut juga akan cenderung memiliki keunggulan
komparatif pada semua produk yang berada pada industri yang sama (Grimwade
dalam Austria, 2004). Dengan demikian, tindakan spesialisasi tersebut akan
meningkatkan perdagangan internasional atas produk-produk yang berasal dari
industri-industri yang berbeda di masing-masing negara, atau yang lebih dikenal
Sejak tahun 1980-an, perdagangan yang banyak dilakukan di antara
negara-negara maju adalah perdagangan produk-produk yang berasal dari industri
yang sama. Hal serupa terjadi pada tahun 1990-an pada negara-negara
berkembang dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, seperti negara-negara
industri baru di Asia Timur dan beberapa negara ASEAN. Perdagangan yang
terjadi adalah antara negara-negara yang berspesialisasi dalam produk-produk
tertentu pada suatu industri dan menukarkan produk-produk tersebut untuk
memperoleh produk-produk lain yang berasal dari industri yang sejenis. Dengan
kata lain negara-negara tersebut mengekspor dan mengimpor produk-produk dari
industri yang sama, sehingga meningkatkan apa yang disebut dengan perdagangan
intra-industri (intra-industry trade).
Perdagangan intra-industri merupakan elemen utama dalam teori baru
mengenai perdagangan. Berbeda dengan perdagangan inter-industri, perdagangan
intra-industri tidak hanya disebabkan oleh perbedaan faktor-faktor produksi dan
teknologi yang dimiliki di dalam negeri, tetapi juga oleh economies of scale atau
tingkat pengembalian yang meningkat (increasing returns) (Krugman dalam
Austria, 2004).
2.3.2. Faktor-faktor Determinan Perdagangan Intra-industri
Sekumpulan faktor yang dapat menjelaskan perbedaan yang terjadi pada
tingkatan perdagangan intra-industri di antara berbagai negara antara lain adalah
tingkat pendapatan per kapita suatu negara, tingkat perbedaan pendapatan per
kapita antar negara, tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara, dan perbedaan
Semakin tinggi tingkat pendapatan per kapita, maka akan semakin tinggi pula
permintaan akan keragaman barang. Hal ini akan memicu peningkatan produksi
dengan melibatkan diferensiasi produk, sehingga perdagangan intra-industri akan
meningkat.
Dari sisi perbedaan pendapatan per kapita antar negara, dapat disimpulkan
bahwa semakin sepadan tingkat pendapatan per kapita antar negara, maka jumlah
perdagangan yang terjadi di antara negara-negara tersebut akan meningkat pula.
Di samping itu, karena tingkat pendapatan per kapita mempengaruhi pola
permintaan, negara-negara yang memiliki tingkat pendapatan per kapita yang
tidak jauh berbeda akan cenderung memiliki pola permintaan yang sama, sehingga
meningkatkan perdagangan intra-industri.
Selain itu, telah dinyatakan bahwa perdagangan intra-industri cenderung
tinggi untuk produk-produk yang memungkinkan terjadinya economies of scale,
sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pertumbuhan ekonomi
suatu negara, maka akan semakin tinggi pula perdagangan intra-industri yang
akan terjadi pada negara tersebut. Di sisi lain, negara-negara dengan perbedaan
tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan lebih cenderung melakukan
perdagangan inter-industri karena perbedaan faktor-faktor produksi (factor
endowment) yang dimiliki, sehingga dapat dikatakan bahwa perdagangan
2.4. Information and Communication Technology (ICT)
Information and communication technology (ICT) yang dikenal juga
dengan istilah Information technology (IT) atau teknologi informasi (TI)
merupakan sebuah istilah umum yang menggambarkan berbagai macam teknologi
yang berfungsi membantu menghasilkan, memanipulasi, menyimpan,
mengkomunikasikan, dan menyebarkan informasi (Williams dan Sawyer, 2004).
ICT menggabungkan fungsi penghitungan dengan saluran-saluran komunikasi
berkecepatan tinggi yang di dalamnya terkandung data, suara, dan video.
Contoh-contoh produk ICT antara lain personal computer, telepon, televisi, dan berbagai
peralatan lain.
Terdapat dua hal penting yang menjadi bagian dan berhubungan dengan
ICT, yaitu:
Teknologi Komputer
Komputer adalah sebuah mesin serbaguna yang dapat diprogram dan dapat
menerima data mentah, yang berupa fakta-fakta dan gambar-gambar, dan
kemudian memproses atau memanipulasinya menjadi informasi yang siap
untuk digunakan.
Teknologi Komunikasi
Teknologi komunikasi, yang disebut juga teknologi telekomunikasi, terdiri
dari peralatan dan sistem elektromagnetik yang digunakan untuk
berkomunikasi dalam jarak jauh.
Dari perspektif sosial, ICT menjanjikan perubahan-perubahan dalam
belum berkembang, kemajuan telekomunikasi, misalnya penemuan telepon, radio,
dan televisi, telah memberikan banyak perubahan bagi banyak orang. Hal tersebut
disebabkan karena banyaknya individu maupun kelompok yang dapat segera
memperoleh gagasan baru dari adanya sarana penyebar informasi tersebut.
Kemajuan di bidang ICT tersebut memungkinkan orang untuk mengetahui
keadaan dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di luar lingkungannya, dan bahkan di
dunia. Selain itu, kemajuan ICT juga memungkinkan adanya peningkatan
interaksi antara masing-masing anggota masyarakat, karena proses interaksi,
khususnya jarak jauh, menjadi lebih mudah.
Untuk kondisi saat ini, ICT juga mempunyai peranan yang cukup besar
dalam proses pembangunan. Dalam konferensi utama dan KTT yang
diselenggarakan PBB, dinyatakan bahwa ICT perlu dimanfaatkan dalam
membantu kemajuan pelaksanaan agenda pembangunan secara luas termasuk
dalam pencapaian MDGs (Millennium Development Goals). Target ke 18 dari
MDGs, yaitu “Cooperation with the private sector, make available the benefits of
new technologies, especially information and communication”, memberikan
kerangka kerjasama bagi upaya mengatasi tantangan dalam pencapaian target
MDGs. Di sisi lain, pada praktiknya upaya pengembangan ICT sebagai alat
penunjang pembangunan masih menemui kendala di tingkat nasional.
Kesenjangan digital pada masyarakat lokal membutuhkan upaya capacity building
yang menciptakan kesempatan bagi pemanfaatan teknologi terkini dengan
kemampuan lokal dan pengembangan program yang berkesinambungan di sektor
2.5. Model Gravitasi (gravity model)
Gravity model menampilkan analisis empiris dari pola aliran perdagangan
bilateral antara negara-negara yang berada pada daerah-daerah yang berbeda
secara geografis. Gravity model pertama kali digunakan dalam analisis
perdagangan internasional oleh Jan Tinberger pada tahun 1962 untuk
menganalisis aliran perdagangan antara negara-negara Eropa (Head, 2003).
Nama model ini diambil dari bentuk dasarnya yang mampu memprediksi
perdagangan berdasarkan pada jarak antar negara dan interaksi antara besarnya
ukuran perekonomian antar negara. Hal ini mengikuti prinsip dari hukum gravitasi
Newton yang juga memperhitungkan jarak dan ukuran fisik antara dua obyek.
Pada gravity model aliran perdagangan bilateral ditentukan oleh tiga kelompok
variabel, yaitu :
1. Variabel-variabel yang mewakili total permintaan potensial negara pengimpor.
2. Variabel-variabel indikator total penawaran potensial negara pengekspor.
3. Variabel-variabel pendukung atau penghambat aliran perdagangan antara
negara pengimpor dan negara pengekspor.
Areethamsirikul (2006) dalam penelitiannya mengenai dampak perluasan
ASEAN terhadap perdagangan intra-ASEAN menggunakan gravity model,
memasukkan parameter ekonomi yang mencakup Gross Domestic Product (GDP)
dan GDP per capita. Sedangkan parameter non-ekonomi yang digunakan adalah
jarak, perbatasan bersama, bahasa nasional, dan keanggotaan dalam kelompok
perdagangan regional. Parameter non-ekonomi dalam gravity model biasanya
indikator sosial-politik, hal inilah yang membedakan gravity model dari
model-model ekonomi lainnya.
Menurut Bergstand (1985), Koo, Karemera, dan Taylor (1994), dalam
Oktaviani (2000), pada umumnya gravity model dirumuskan sebagai berikut:
Tij = f (Yi, Yj, Fij)
dimana :
Tij = Nilai aliran perdagangan dari negara i ke negara j,
Yi = Gross Domestic Product negara i,
Yj = Gross Domestic Product negara j,
Fij = Faktor-faktor lain yang mempengaruhi perdagangan antara negara i
dengan negara j.
Estimasi gravity model dilakukan dengan menggunakan metode ordinary
least square (OLS). Pada gravity model perdagangan antar dua negara berbanding
lurus dengan massa perdagangan mitra dagang dan berbanding terbalik dengan
jarak antara mitra dagang. Variabel tambahan seperti area fisik, populasi,
keselarasan kultural, dan perbatasan bersama digunakan untuk memperjelas
variabel massa ekonomi dan jarak. Salah satu bentuk umum gravity model :
Xij = β1Yi β2 Yjβ3 Niβ4 Njβ5 Dijβ6 Uij
dimana :
Xij = ekspor dari negara i ke j,
Yi = pendapatan negara i,
Yj = pendapatan negara j,
Nj = populasi negara j,
Dij = jarak antara i dan j,
Uij = error term.
β2 >0, β3 >0, β4≠ 0, β5≠0, β6 <0
2.6. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai perdagangan intra-industri telah banyak dilakukan di
dunia dan bahkan di Asia. Salah satu diantaranya adalah yang dilakukan oleh
Austria (2004) yang meneliti mengenai pola perdagangan intra-ASEAN dan
derajat integrasi dari sektor-sektor produk yang dianggap sebagai sektor prioritas
yang dapat mempercepat integrasi ekonomi. Sektor-sektor tersebut terdiri dari
produk berbahan dasar pertanian, perikanan, produk kesehatan, produk berbahan
dasar karet, produk berbahan dasar kayu, tekstil dan garment, elektronik,
information and communication technology (ICT), dan otomotif. Awalnya
penelitian dilakukan dengan memeriksa faktor-faktor penggerak integrasi
ekonomi di ASEAN. Kemudian derajat integrasi pada setiap sektor dan produk
diukur dengan menggunakan indeks perdagangan intra-industri (IIT index).
Hasil penelitian Austria tersebut memperlihatkan bahwa hanya sektor
produk kesehatan, elektronik, information and communication technology (ICT),
dan otomotif yang dapat mencapai derajat integrasi ekonomi yang relatif tinggi,
walaupun tidak di semua produk pada sektor tersebut. Di sisi lain, walaupun
peningkatan pada perdagangan intra-industri antara tahun 1997 dan 2001, yang
mengindikasikan meningkatnya integrasi.
Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Ito dan Umemoto (2004) tentang
pola dan tren perdagangan intra-regional pada sektor industri otomotif di kawasan
ASEAN-4, menunjukkan bahwa IIT index memiliki tren yang tetap bila
dibandingkan dengan wilayah ASEAN secara keseluruhan, tetapi bernilai lebih
rendah bila dibandingkan dengan wilayah NAFTA dan MERCOSUR. Dalam
analisis regresi yang mereka lakukan terhadap faktor-faktor determinan IIT
diketahui bahwa pada negara-negara yang terlibat AFTA, peningkatan market
size, menurunnya perbedaan dalam market size antar negara, dan perluasan yang
terjadi dalam industri otomotif merupakan faktor-faktor utama yang menentukan
tingkat pertumbuhan IIT. Sedangkan variabel dummy yang berupa free trade
agreement (FTA) di tingkat regional, yaitu AFTA, pada sebagian besar analisis
ekonometrika yang dilakukan menunjukkan insignifikansi dalam menentukan
pertumbuhan IIT di negara-negara yang terlibat AFTA, dalam kasus ini yaitu
negara-negara ASEAN-4.
Umemoto (2004) melakukan penelitian lain tentang pola perdagangan
pada industri komponen-komponen mobil (automobile parts) antara Korea dan
Jepang. Dalam penelitian ini juga diteliti mengenai tren perdagangan
intra-industri, yang dibedakan menjadi perdagangan intra-industri horisontal (HIIT)
perdagangan intra-industri vertikal (VIIT). Melalui perbandingan dengan kasus
intra-regionalIITyang lain, Umemoto menyelidiki faktor-faktor spesifik regional
Jepang. Berdasarkan analisis ekonometrika yang dilakukan, diketahui bahwa
penurunan perbedaan pada market size antar negara dan biaya transportasi adalah
sumber utama dari IIT antara Korea dan Jepang. Sehubungan dengan hal tersebut,
disimpulkan bahwa free trade agreement (FTA) antara Korea dan Jepang dapat
berkontribusi pada pertumbuhan IIT antara kedua negara tersebut.
2.7. Kerangka Pemikiran
Dalam era globalisasi, proses pertukaran informasi merupakan suatu hal
yang sangat vital dalam menentukan kemajuan atau ketertinggalan suatu negara
dalam persaingan internasional. Hal ini memicu berbagai negara untuk
berlomba-lomba dalam meningkatkan penyediaan infrastruktur pendukung kelancaran
proses pertukaran informasi ini. Sehubungan dengan hal tersebut, kemajuan
teknologi merupakan salah satu faktor yang paling menentukan dalam
keberlangsungan dan kelancaran perputaran informasi. Adanya kecanggihan
teknologi memungkinkan berbagai pihak dari berbagai belahan dunia yang
berbeda saling berbagi informasi mengenai berbagai hal.
Terkait dengan hal tersebut, industri information and communication
technology (ICT) sebagai sektor industri yang bergerak di bidang yang
memfasilitasi pertukaran informasi yang juga sarat akan hasil inovasi teknologi
yang berkelanjutan merupakan industri yang mendapatkan pengaruh terbesar.
Data statistik dari United Nations Statistics Division (UNSD) Comtrade Database
menunjukkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan arus
negara-negara ASEAN-5. Kondisi ini diduga merupakan indikasi bahwa perdagangan di
kawasan ini, khususnya sektor ICT, semakin terintegrasi.
Untuk meneliti secara lebih mendalam mengenai fenomena tersebut,
penulis menggunakan pendekatan pengukuran intra-industry trade (IIT) index.
Pendekatan ini digunakan karena dalam kasus perdagangan produk ICT, nilai
perdagangan di dalam industri (intra-industri) merupakan suatu faktor penting
yang lebih menentukan tinggi rendahnya tingkat integrasi dibandingkan dengan
nilai perdagangan antar industri (inter-industri). Dalam perdagangan intra-industri
dapat diketahui bahwa semakin besar nilai IIT index dapat mencerminkan
semakin terintegrasinya sektor industri tersebut.
Setelah diketahui tingkat integrasi pasar perdagangan ICT di
negara-negara ASEAN-5, akan diteliti juga mengenai variabel-variabel yang menjadi
determinan utama dan yang berpengaruh signifikan terhadap kenaikan tingkat
integrasi perdagangan tersebut. Hal ini perlu dilakukan untuk mempertahankan
atau meningkatkan nilai integrasi yang sudah cukup tinggi. Di sisi lain, pengujian
atas variabel-variabel tersebut dapat juga digunakan untuk mencari solusi bagi
besaran nilai integrasi yang sangat rendah melalui peningkatan eksploitasi atas
Kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan dalam skema berikut ini:
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
GLOBALISASI
Meningkatnya kebutuhan informasi
Meningkatnya permintaan dan produksi komoditi pendukung transfer informasi
Kebijakan ASEAN-5 pada sektor ICT
- Rata-rata GDP per capita - Fluktuasi nilai tukar - Nilai tukar negara mitra dagang
- Jarak antar negara
Gravity Model
2.8. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini didasarkan pada
teori-teori yang ada dan penelitian-penelitian terdahulu. Untuk analisis faktor-faktor
determinan IITadalah sebagai berikut:
1. Rata-rata GDP per capita dua negara mempengaruhi IIT dengan arah
positif;
2. Perbedaan GDP antar negara mempengaruhi IIT dengan arah negatif;
3. Perbedaan GDP per capita antar negara mempengaruhi IIT dengan
arah negatif;
4. Fluktuasi nilai tukar dapat mempengaruhi IIT dengan arah negatif
maupun positif;
5. Nilai tukar negara mitra dagang dapat mempengaruhi IIT dengan arah
negatif maupun positif;
Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa data panel
mencakup data aliran perdagangan di negara-negara ASEAN-5 (Indonesia,
Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina) periode tahun 2001-2005. Data
aliran perdagangan yang dimaksud dalam penelitian ini mencakup nilai ekspor
dan impor. Data aliran perdagangan yang diperoleh merupakan data sekunder
yang didapat dari publikasi United Nations Statistics Division (UNSD) Comtrade
Database. Data ini digunakan untuk menentukan nilai IIT index sebagai variabel
dependen.
Data-data lain yang digunakan untuk menentukan nilai variabel
independen terdiri dari beberapa jenis data, antara lain:
1. Gross Domestic Product (GDP);
2. Gross Domestic Product per capita (GDPC);
3. Nilai tukar;
4. Jarak antar negara.
Data GDP, GDP per capita, dan nilai tukar, diperoleh dari Sekretariat
ASEAN, sedangkan data jarak antar negara diperoleh dari Haveman (2003).
3.2. Metode Analisis Data
Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini
untuk mengidentifikasi derajat integrasi pasangan-pasangan negara yang
melakukan perdagangan. Teknik estimasi kemudian dilanjutkan dengan
menggunakan model Panel Data. Model ini menggunakan set data runut waktu
(time series) dan kerat lintang (cross section). Model Panel Data merupakan
model yang paling tepat untuk digunakan karena penelitian ini menggunakan data
time series aliran perdagangan setiap negara yang kemudian di-cross section-kan
dengan data time series aliran perdagangan negara lain. Alat analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Microsoft Office Excel 2003 yang
difungsikan untuk menghitung nilai intra-industry trade index (IIT index) dan
software E Views 4.1 untuk mengestimasi signifikansi faktor-faktor determinan
IIT dengan menggunakan model Panel Data.
3.2.1. Metode Pengukuran Intra-industry Trade (IIT)
Pengukuran intra-industry trade (IIT) dalam penelitian ini dilakukan
dengan menghitung nilai intra-industry trade index (IIT index) komoditas ICT
yang mencakup delapan jenis produk yang telah ditentukan. Terdapat beberapa
cara untuk menghitung IIT index. Cara yang paling umum digunakan adalah
melalui Grubel-Lloyd Index yang dirumuskan sebagai berikut:
(
)
Xi = total ekspor dari produk atau industri i.
Mi = total impor dari produk atau industri i.
Tanda mutlak yang terdapat diletakkan di luar persamaan Xi-Mi
IIT index mengukur perdagangan intra-industri sebagai persentase dari
total perdagangan (X+M) sebuah negara yang saling mengimbangi atau seimbang
(X=M). Indeks tersebut mempunyai nilai antara 0 sampai 100. Jika semua
transaksi perdagangan seimbang, maka indeks akan bernilai 100. Sebaliknya, jika
semua transaksi perdagangan bersifat searah (one-way trade), maka indeks akan
bernilai 0. Dengan demikian, jika nilai indeks semakin mendekati 100, berarti
semakin besar pula peranan perdagangan intra-industri.
Di sisi lain, terdapat beberapa kritik atas cara pengukuran IIT index
dengan menggunakan Grubel-Lloyd Index. Kritik tersebut menyatakan bahwa
Grubel-Lloyd Index hanya dapat mengukur perdagangan intra-industri sebagai
sebuah proporsi dari perdagangan total suatu negara dengan negara-negara
lainnya, yaitu berupa perdagangan multilateral. Beberapa argumen menyatakan
bahwa kondisi riil yang ditemui dalam dunia perdagangan menunjukkan
perdagangan yang tidak selalu bersifat multilateral, oleh karena itulah diperlukan
perumusan yang mampu mengukur perdagangan bilateral, dengan kata lain
bilateral intra-industry trade index. Dengan demikian dalam penelitian ini akan
digunakan Grubel-Lloyd Index yang telah dimodifikasi sebagai berikut:
IITkij=
(
(
)
)
x100ij = perdagangan intra-industri produk k antara negara i dan j,
i = negara yang melaporkan nilai perdagangan (reporting country),
j = negara mitra dagang (partner country),
k = jenis produk.
Tanda ∑ menunjukkan jumlah dari produk atau komoditas pada kode HS 4-digit.
Dalam penelitian ini, indeks yang akan diukur berhubungan dengan setiap
arus perdagangan bilateral antara negara ASEAN-5. Hasil dari IIT index akan
digunakan sebagai indikator dari integrasi yang terjadi dalam sektor ICT. Derajat
atau tingkatan integrasi akan ditentukan menurut klasifikasi rentang nilai-nilai IIT
index berikut (Austria, 2004):
Tabel 3.1 Klasifikasi NilaiIIT index
Nilai IIT index Klasifikasi
* Perdagangan intra-ASEAN-5 tidak dilaporkan 0,00 Tidak terjadi integrasi (one-way trade)
0,00>24,99 Integrasi lemah (weak integration) 25,00-49,99 Integrasi sedang (mild integration)
50,00-74,99 Integrasi agak kuat (moderately strong integration) 75,00-99,99 Integrasi kuat (strong integration)
Klasifikasi tersebut mengalami sedikit modifikasi dari klasifikasi yang
digunakan oleh OECD (2002) yang menyatakan bahwa suatu negara
diklasifikasikan mempunyai nilai perdagangan intra-industri yang tinggi jika nilai
IIT index-nya di atas 50 dan nilai perdagangan intra-industri rendah jika nilai IIT
index-nya di bawah 50.
Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini mencakup sektor ICT pada
kode HS (Harmonized System) empat digit. HS mempunyai tiga tingkatan
agregasi, yaitu dua digit, empat digit, dan enam digit. Tingkatan dua digit
intra-industri dapat mengalami perkiraan yang terlalu tinggi (overestimated).
Sebaliknya, tingkatan enam digit menunjukkan tingkat agregasi yang terlalu
rendah sehingga analisis perdagangan intra-industri dapat mengalami perkiraan
yang terlalu rendah (underestimated). Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa HS pada tingkatan empat digit dapat dijadikan tolok ukur yang baik bagi
sebuah industri. Dalam hal ini komoditas yang dianalisis meliputi:
Parts, accessories, except covers, for office machines [HS1996 kode 8473]
Electric apparatus for line telephony, telegraphy [HS1996 kode 8517]
Radio and TV transmitters, television cameras [HS1996 kode 8525]
Parts for radio, TV transmission, receive equipment [HS1996 kode 8529]
Electronic printed circuits [HS1996 kode 8534]
Electrical switches, connectors, etc, for < 1kV [HS1996 kode 8536]
Electronic integrated circuits and micro assemblies [HS1996 kode 8542]
Insulated wire and cable, optical fibre cable [HS1996 kode 8544]
3.2.2. Gravity Model
Langkah kedua adalah merumuskan hubungan variabel dependen IIT
index dengan faktor-faktor variabel independen yang diduga mempengaruhinya.
Analisis dilakukan dengan menggunakan gravity model. Selanjutnya estimasi
gravity model dilakukan dengan menggunakan metode Panel Data. Proses
pengestimasian dilakukan dengan menggunakan software Eviews 4.1 yang
kemudian dilanjutkan dengan interpretasi output software tersebut.
Dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai IIT index di
yang diperoleh dari penelitian-penelitian terdahulu. Dari bentuk umum analisis
regresi tersebut penulis membuat beberapa penyesuaian sesuai dengan bentuk
gravity model, sehingga diperoleh bentuk persamaan berikut:
IITijt =
α
0+
m∑
α
m ln(Zmijt) +α
d ln(DISTij)+ε
ijt (3.3)dimana :
α
0 = Konstanta (intersep),IITijt = Nilai intra-industry trade index antara negara i dan j pada tahun t,
α
m = Konstanta variabel penjelas m,Zmijt = variabel penjelas m antara negara i dan j pada tahun t,
α
d=
Konstanta variabel jarak antara negara i dan j,DISTij = Jarak antara negara i dan j,
ε
ijt = Random error.Dalam penelitian ini, penulis memasukkan variabel-variabel penjelas
seperti yang digunakan pada penelitian Ito dan Umemoto (2004) dengan
melakukan beberapa penyesuaian. Variabel-variabel penjelas yang digunakan
mewakili standar hidup rata-rata (average standard of living) yaitu AVEGDPC,
perbedaan pada ukuran pasar antar negara (difference in market size) yaitu
variabel DGDP, perbedaan tingkat perekonomian antar negara (economic
distance) yaitu DGDPC, fluktuasi nilai tukar yaitu EXRF, nilai tukar negara mitra
yaitu DIST. Penjelasan mengenai penggunaan variabel-variabel tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Standar hidup rata-rata (AVEGDPC)
Pendapatan perkapita atau tingkat standar hidup rata-rata masyarakat
mempengaruhi pola permintaannya terhadap keragaman barang. Semakin tinggi
tingkat pendapatan per kapita, maka akan semakin tinggi pula permintaan akan
keragaman barang. Kondisi tersebut akan memicu peningkatan produksi dengan
melibatkan diferensiasi produk, sehingga perdagangan intra-industri akan
meningkat. Karena itulah, pada estimasi awal diperkirakan bahwa variabel
AVEGDPC akan berhubungan positif dengan IIT index. Variabel ini dihitung
dengan cara merata-ratakan jumlah pendapatan perkapita dari kedua negara yang
terlibat perdagangan, dan kemudian mengubah rata-rata tersebut ke dalam bentuk
logaritma.
2. Perbedaan market size antar negara (DGDP)
Perbedaan absolut market size pada dua negara yang melakukan
perdagangan digunakan untuk merepresentasikan hambatan atas perdagangan
intra-industri pada jenis industri yang sama. Karena itulah, pada estimasi awal
diperkirakan bahwa variabel DGDP akan berhubungan negatif dengan IIT index.
Seperti dalam penelitian yang dilakukan Balassa (1986), Ito dan Umemoto (2004),
serta penelitian-penelitian terdahulu yang lain, penulis menghitung perbedaan
dimana: w =
Berdasarkan penelitian terdahulu diketahui bahwa cara penghitungan ini
memberikan hasil yang lebih baik dari penghitungan selisih GDP secara absolut.
Hasil penghitungan DGDPij bernilai antara 0 dan 1, dimana nilai tersebut memiliki
tingkat ketergantungan yang rendah terhadap ukuran absolut GDP mitra
perdagangan, nilai DGDP tersebut kemudian diubah ke dalam bentuk logaritma.
3. Perbedaan tingkat perekonomian antar negara (DGDPC)
Perbedaan absolut tingkat perekonomian direpresentasikan oleh perbedaan
GDP per capita antar negara (Fontagné, Freudenberg, dan Péridy dalam
Umemoto, 2004). Variabel ini dihitung dengan cara yang sama seperti pada
perhitungan variabel DGDP. Pada estimasi awal diperkirakan bahwa semakin
serupa tingkat GDP per capita antara negara-negara yang melakukan perdagangan
maka akan semakin besar pula peningkatan perdagangan pada produk-produk
yang terdiferensiasi (Linder Hypothesis). Hal itu disebabkan karena kemiripan
pada tingkat pendapatan diperkirakan akan berhubungan dengan kemiripan
struktur permintaan yang akan mengakibatkan meningkatnya perdagangan pada
produk-produk yang terdiferensiasi.
4. Fluktuasi nilai tukar (EXRF)
Adanya pengaruh fluktuasi nilai tukar yang mengakibatkan fluktuasi
volume perdagangan, karena adanya fluktuasi merubah harga relatif dari
pada iklim perdagangan sehingga mempengaruhi keputusan perdagangan. Dalam
kasus penelitian ini fluktuasi nilai tukar (exchange rate) didefinisikan sebagai
perbedaan absolut antara perubahan nilai mata uang di negara reporter per dolar
Amerika Serikat dengan perubahan nilai mata uang di negara partner per dolar
Amerika Serikat. Nilai tersebut kemudian diubah ke dalam bentuk logaritma.
Pengaruh variabel fluktuasi nilai tukar diperkirakan dapat bersifat negatif maupun
positif terhadap nilai IIT.
5. Nilai tukar negara mitra dagang (EXR2)
Adanya kenaikan nilai tukar negara partner dagang akan menimbulkan
peningkatan harga barang impor dan ekspor secara relatif. Saat nilai tukar negara
partner mengalami peningkatan (melemah untuk kasus nilai tukar nominal yang
digunakan dalam penelitian ini), maka ekspornya ke negara reporter akan
meningkat sedangkan impornya menurun. Kondisi ini menimbulkan selisih
(perbedaan) antara ekspor dan impor semakin besar sehingga menurunkan nilai
IIT index (sesuai dengan rumus IIT index yang dijelaskan pada metodologi
penelitian). Sehubungan dengan hal tersebut, pengaruh variabel nilai tukar negara
mitra dagang diperkirakan dapat bersifat negatif maupun positif terhadap nilai IIT.
Dalam penelitian ini, variabel EXR2didefinisikan sebagai bentuk logaritma dari
nilai tukar negara partner dagang.
6. Jarak geografis antar negara (DIST)
Variabel jarak geografis dinyatakan sebagai jarak antara dua ibukota
negara yang melakukan perdagangan dalam bentuk logaritma. Jarak geografis