PENENTUAN KARAKTERISTIK MINYAK CENGKEH
TUGAS AKHIR
Oleh :
KHAIRANI 062410042
PROGRAM DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI
LEMBAR PENGESAHAN
PENENTUAN KARAKTERISTIK MINYAK CENGKEH
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya
Pada Program Diploma III Analis Farmasi Dan Makanan Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
Oleh :
KHAIRANI 062410042
Medan, Mei 2009
Disetujui Oleh : Dosen Pembimbing,
Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc, Apt NIP : 130 804 138
DisahkanOleh :
Dekan,
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir ini. Adapun judul dari tugas akhir ini adalah : “Penentuan Karakteristik Minyak Cengkeh” yang dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Diploma III Analis Farmasi Fakultas Farmasi dan
Makanan Universitas Sumatera Utara.
Tak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberi dorongan, bantuan dan dukungan moril maupun secara
spiritual kapada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini
dengan baik dan pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah memberikan doa restu dan
motivasi hingga Laporan Tugas Akhir ini selesai.
2. Kakanda dan adinda tercita yang telah memberikan doa restu dan motivasi
hingga laporan Tugas Akhir ini selesai.
3. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt, selaku Dekan Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara.
selesainya Tugas Akhir ini.
5. Seluruh dosen/staf pengajar Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
6. Ibu Ir. Novira Dwi SA, beserta Koordinator dan staf Laboratorium Balai
Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Medan.
7. Seluruh teman-teman kuliah angkatan 2006 yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi arti keberadaan mereka.
Penulis menyadari sepenuhnya penulis tugas akhir ini masih belum
sempurna, oleh karena itu segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan penulis dimasa yang akan datang.
Dan akhirnya atas bimbingan, dorongan dan bantuan yang telah diberikan
dari semua pihak, penulis mengucapkan terima kasih serta semoga penulis tugas
akhir ini bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah SWT memberikan Rahmat
dan Berkah-Nya atas bantuan yang diberikan kepada penulis. Amin.
Medan, Mei 2009
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Judul Lembar Pengesahan
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... v
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. LATAR BELAKANG ... 1
1.2. TUJUAN DAN MANFAAT ... 2
1.2.1. Tujuan ... 2
1.2.2. Manfaat ... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3
2.1. CENGKEH ... 3
2.2. PERSYARATAN TUMBUH ... 3
2.3. MINYAK ATSIRI ... 4
2.3.1. Pengertian ... 5
2.3.2. Sifat-sifat Minyak Atsiri ... 5
2.3.3. Golongan Minyak Atsiri ... 6
2.4. MINYAK CENGKEH ... 12
2.4.1. Kegunaan Minyak Cengkeh ... 14
2.4.2. Isolasi Eugenol ... 15
2.4.3. Kelarutan Dalam Etanol ... 15
BAB III METODOLOGI ... 17
3.1. ALAT DAN BAHAN ... 17
3.2. PROSEDUR PENETAPAN KADAR EUGENOL PADA MINYAK CENGKEH ... 17
3.3. PENENTUAN KELARUTAN DALAM ETANOL PADA MINYAK CENGKEH ... 18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 19
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 20
5.1. KESIMPULAN ... 20
5.2. SARAN ... 20
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Standar Mutu Minyak Cengkeh Menurut SNI 1991 ... 13
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Minyak daun cengkeh diperoleh dengan cara destilasi uap dari daun pohon
cengkeh yang telah gugur Eeugenia caryophllata Tumberg (Caryophillus
aromaticus L). Hasil utama pohon cengkeh adalah bunga cengkeh yang
mengandung minyak atsiri dengan kualitas yang lebih bagus bila dibandingkan
dari daunnya tetapi harganya sangat mahal. Pohon cengkeh kemungkinan berasal
dari Maluku (Sastrohamidjojo, 2004).
Di dalam perdagangan internasional, masing-masing minyak atsiri
mempunyai nama dagang yang berbeda-beda sesuai dengan bagian tanaman yang
menghasilkannya. Misalnya minyak atsiri pada cengkeh dapat diperoleh dari
bagian kuntum bunga, tangkai bunga, dan daun. Nama dagang untuk minyak atsiri
yang berasal dari kumtum bunga cengkeh disebut clove oil, minyak tangkai bunga
clove stem oil , dan minyak daun cengkeh clove leaf oil. Demikian pula dengan
minyak dari tanaman lain (Lutony dan Rahmayati, 2002).
Minyak atsiri yang dihasilkan dari tanaman aromatik merupakan
komuditas ekspor nonmigas yang dibutuhkan diberbagai industri seperti industri
parfum, kosmetika, farmasi/obat-obatan, seperti industri makanan dan minuman.
Dalam dunia perdagangan, komoditas ini dipandang memiliki peran strategis
dalam menghasilkan produk primer maupun sekunder, baik untuk kebutuhan
Menyadari akan hal ini, bahwa minyak atsiri sangat banyak gunanya bagi
kehidupan kita, maka perlu dilakukan uji penetapan kadar pada miyak atsiri
tersebut untuk digunakan dalam berbagai kagiatan industri. Pada penelitian untuk
tugas akhir ini paneliti melakukan Penentuan Karakteristik Minyak Cengkeh di
laboratorium miyak atsiri Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB)
Medan.
1.2. TUJUAN DAN MANFAAT
1.2.1. Tujuan
Untuk mengetahui karakteristik dari minyak atsiri dengan penentuan kadar
Eugenol dan kelarutan dalam Etanol dan penentuan apakah memenuhi Persyaratan
Standard Nasional Indonesia.
1.2.2. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dengan mengetahui karakteristik dari minyak
atsiri dengan penentuan kadar Eugenol dan kelarutan dalam Etanol yaitu untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. CENGKEH
Tanaman cengkeh (Syzygium aromaticum), L. berasal dari kepulauan
Maluku. Awalnya, oleh penduduk setempat, cengkeh digunakan untuk
obat-obatan, seperti pemeliharaan gigi. Namun kegunaannya berkembang, seperti
sebagai rempah-rempah, bahan parfum, industri rokok, obat-obatan, dan sumber
eugenol. Karenanya cengkeh menjadi salah satu komoditas perdagangan penting
di Dunia (Agus Kardinan, 2005).
Cengkeh merupakan salah satu komoditas pertanian yang tinggi nilai
ekonominya. Mula-mula komoditas tersebut hanya digunakan sebagai bahan
obat-obatan tradisional dan upacara keagamaan terutama di India dan Tingkok. Pada
abad ke-7, pamanfaatan cengkeh mulai beraneka ragam mulai dari
rempah-rempah kemudian berkembang sebagai bahan campuran rokok kretek dan makan
sirih. Pada saat ini, cengkeh banyak digunakan dibidang industri sebagai bahan
pembuatan rokok kretek dan dibidang farmasi sebagai bahan pembuatan minyak
atsiri (Sri Najiyati dan Danarti, 2003) .
2.2. PERSYARATAN TUMBUH
Cengkeh (Eugenia aromatica) atau Syzigium aromaticum (L) termasuk
dalam famili Myrtaceae. Tanaman ini berbentuk pohon, tingginya dapat mencapai
20-30 m, dan dapat berumur lebih dari 100 tahun. Tajuk tanaman cengkeh
utama menjulang keatas. Tanaman cengkeh menghendaki iklim yang panas
dengan curah hujan cukup merata. Tanaman ini tidak tahan kekeringan sehingga
tidak sesuai ditanam pada lokasi dengan musim kemarau yang panjang. Tanaman
ini bisa tumbuh dan berkembang dengan baik pada ketinggian 0-800 m dpl (di
atas permukaan laut) dengan suhu 22°-30°C, tetapi pertumbuhan paling optimal
pada ketinggian 300-600 m dpl. Pada ketinggian diatas 900 m dpl tanaman ini
masih bisa tumbuh dengan baik, tetapi produksinya sangat rendah (Najiyati dan
Danarti, 2003).
Tanaman cengkeh menghendaki tanah yang gembur dalamnya minimum
2 m. Tanah liat yang berwarna kekuningan atau kelabu kurang cocok untuk
tanaman cengkeh karena biasanya berdampak jelek. Tanah yang terlalu gembur
dan banyak mengandung pasir juga tidak baik untuk tanaman cengkeh karena
mudah kering (Najiyati dan Danarti, 2003).
2.3. MINYAK ATSIRI
Minyak atsiri atau sering disebut minyak terbang, banyak digunakan
dalam bidang industri sebagai bahan pewangi atau penyedap (flavoring). Minyak
atsiri sebagai bahan pewangi dan penyedap terutama digunakan oleh
bangsa-bangsa yang telah maju dan sudah digunakan sejak beberapa abad lalu. Selain itu
2.3.1. Pengertian
Banyak istilah yang digunakan untuk menyebut minyak atsiri, misalnya
dalam Bahasa Inggris disebut essential oils. Dalam bahasa Indonesia ada yang
menyebutnya minyak terbang, bahkan ada pula yang menyebut minyak kabur
(Lutony dan Rahmayati, 2002).
Minyak atsiri juga dikenal dengan nama minyak mudah menguap atau
minyak terbang. Pengertian atau defenisi minyak atsiri yang ditulis dalam
Encyclopedia of Chemical Technology menyebutkan bahwa minyak atsiri
merupakan senyawa, yang pada umumnya berwujud cairan, yang diperoleh dari
bagian tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, dan biji maupun dari bunga
dengan cara penyulingan dengan uap (Sastrohamidjojo, 2004).
2.3.2. Sifat-Sifat Minyak Atsiri
Adapun sifat-sifat minyak atsiri yang diketahui yaitu tersusun oleh
bermacam-macam komponen senyawa. Memiliki bau khas, umumnya bau ini
mewakili bau tanaman asalnya. Bau minyak atsiri satu dengan yang lain
berbeda-beda, sangat tergantung dari macam dan intensitas bau dari masing-masing
komponen penyusunnya. Mempunyai rasa getir, kadang-kadang berasa tajam,
menggigit, memberi kesan hangat sampai panas, atau justru dingin ketika terasa di
kulit, tergantung dari jenis komponen penyusunnya.
Dalam keadaan murni (belum tercemar oleh senyawa lain) mudah
menguap pada suhu kamar. Bersifat tidak stabil terhadap pengaruh lingkungan,
dan panas, karena terdiri dari berbagai macam komponen penyusun. Bersifat tidak
bisa disabunkan dengan alkali dan tidak bisa berubah menjadi tengik (rancid).
Bersifat optis aktif dan memutar bidang polarisasi dengan rotasi yang spesifik.
Mempunyai indeks bias yang tinggi. Pada umumnya tidak dapat bercampur
dengan air, dapat larut walaupun kelarutannya sangat kecil, tetapi sangat mudah
larut dalam pelarut organik (Gunawan dan Mulyani, 2004).
2.3.3. Golongan Minyak Atsiri
Komponen minyak atsiri adalah senyawa yang bertanggung jawab atas bau
dan aroma yang karakteristik serta sifat kimia dan fisika minyak. Demikian pula
peranannya sangat besar dalam menentukan khasiat suatu minyak atsiri sebagai
obat. Atas dasar perbedaan komponen penyusun tersebut maka minyak atsiri
dibagi menjadi beberapa golongan sebagai berikut.
1. Minyak atsiri hidrokarbon
Minyak atsiri kelompok ini komponen penyusunnya sebagian besar terdiri
dari senyawa-senyawa hidrokarbon, misalnya:
Minyak terpentin diperoleh dari tanaman-tanaman bermarga pinus (famili
Pinaceae). Komponen terpentin sebagian besar berupa asam-asam resin (hingga
90%), ester-ester dari asam-asam lemak, dan senyawa inert yang netral disebut
2. Minyak atsiri alkohol
Minyak pipermin merupakan minyak atsiri alkohol yang penting diantara
minyak atsiri alkohol yang lain. Minyak ini dihasilkan oleh daun tanaman Mentha
piperita Linn. (nama daerah: poko, famili Labiatae). Daun poko segar
mengandung minyak atsiri sekitar 1%, juga mengandung resin dan tanin.
Sementara daun yang telah dikeringkan mengandung 2% minyak permen. Sebagai
penyusun utamanya adalah mentol. Pada bidang farmasi digunakan sebagai anti
gatal, bahan pewangi dan pelega hidung tersumbat. Sementara pada industri
digunakan sebagai pewangi pasta gigi (Gunawan dan Mulyani, 2004).
3. Minyak atsiri fenol
Minyak cengkeh merupakan minyak atsiri fenol. Minyak ini diperoleh dari
tanaman Eugenia caryophyllata atau Syzigium caryophyllum (famili Myrtaceae).
Bagian yang dimanfaatkan bunga dan daun. Namun demikian bunga lebih utama
dimanfaatkan karena mengandung minyak atsiri sampai 20%. Minyak cengkeh,
terutama tersusun oleh eugenol, yaitu sampai 95% dari jumlah minyak atsiri
keseluruhan. Selain eugenol, juga mengandung aseton-eugenol, beberapa senyawa
dari kelompok seskuiterpen, serta bahan-bahan yang tidak mudah menguap seperti
tanin, lilin, dan bahan serupa damar. Kegunaan minyak cengkeh antara lain obat
mulas, menghilangkan rasa mual dan muntah (Gunawan dan Mulyani, 2004).
4. Minyak atsiri eter fenol
Minyak adas merupakan minyak atsiri eter fenol. Minyak adas berasal dari
(famili Apiaceae atau Umbelliferae). Minyak yang dihasilkan, terutama
tersusun oleh komponen-komponen terpenoid seperti anetol, sineol, pinena dan
felandrena. Miyak adas digunakan dalam pelengkap sediaan obat batuk, sebagai
korigen odoris untuk menutup bau tidak enak pada sediaan farmasi dan bahan
farfum (Gunawan dan Mulyani, 2004).
5. Minyak atsiri oksida
Minyak kayu putih merupakan minyak atsiri oksida. Diperoleh dari isolasi
daun Melaleuca leucadendon L (famili Myrtaceae). Komponen penyusun minyak
atsiri kayu putih paling utama adalah sineol (85%) (Gunawan dan Mulyani, 2004).
6. Minyak atsiri ester
Minyak gondopuro merupakan atsiri ester. Minyak atsiri ini diperoleh dari
isolasi daun dan batang Gaultheria procumbens L (famili Erycaceae). Komponen
penyusun minyak ini adalah metil salisilat yang merupakan bentuk ester. Minyak
ini digunakan sebagai korigen odoris, bahan farfum, dalam industri permen, dan
minuman sebagai tidak beralkohol (Gunawan dan Mulyani, 2004).
2.3.4. Kelarutan Minyak Atsiri
Banyaknya minyak atsiri yang larut dalam alkohol dan jarang yang larut
dalam air, maka kelarutannya dapat mudah diketahui dengan menggunakan
2.3.5. Metode Isolasi Minyak Atsiri
Menurut Gunawan dan Mulyani (2004), minyak Atsiri umumnya diisolasi
dengan empat metode.
1. Metode Destilasi
Di antara metode-metode isolasi yang paling lazim dilakukan adalah
metode destilasi. Beberapa metode destilasi yang populer dilakukan di berbagai
perusahaan industri penyulingan minyak atsiri, antara lain sebagai berikut:
a. Metode destilasi kering (langsung dari bahannya tanpa menggunakan air).
Metode ini paling sesuai untuk bahan tanaman yang kering dan untuk
minyak-minyak yang tahan pemanasan (tidak mengalami perubahan bau dan warna
saat dipanaskan), misalnya oleoresin dan copaiba.
b. Destilasi air, meliputi destilasi air dan uap air dan destilasi uap air langsung.
Metode ini dapat digunakan untuk bahan kering maupun bahan segar dan
terutama digunakan untuk minyak-minyak yang kebanyakan dapat rusak
akibat panas kering. Seluruh bahan dihaluskan kemudian dimasukkan ke
dalam bejana yang bentuknya mirip dandang. Dalam metode ini ada beberapa
versi perlakuan.
1) Bahan tanaman langsung direbus dalam air.
2) Bahan tanaman langsung masuk air, tetapi tidak rebus. Dari bawah
dialirkan uap air panas.
3) Bahan tanaman ditaruh di bejana bagian atas, sementara uap air
4) Bahan tanaman ditaruh didalam bejana tanpa air dan disemburkan uap
air dari luar bejana.
2. Metode Penyarian
Metode penyarian digunakan untuk minyak-minyak atsiri yang tidak tahan
pemanasan seperti cendana. Kebanyakan dipilih metode ini karena kadar
minyaknya didalam tanaman sangat rendah/kecil. Bila dipisahkan dengan metode
lain, minyaknya akan hilang selama proses pemisahan. Pengambilan minyak atsiri
menggunakan cara ini diyakini sangat efektif karena sifat minyak atsiri yang larut
sempurna didalam bahan pelarut organik nonpolar.
3. Metode Pengepresan atau Pemerasan
Metode pemerasan/pengepresan dilakukan terutama untuk minyak-minyak
atsiri yang tidak stabil dan tidak tahan pemanasan seperti minyak jeruk (citrus).
Juga terhadap minyak-minyak atsiri yang bau dan warnanya berubah akibat
pengaruh pelarut penyari. Metode ini juga hanya cocok untuk minyak atsiri yang
randemennya relative besar.
4. Metode Enfleurage
Metode enfleurage adalah metode penarikan bau minyak atsiri yang
dilekatkan pada media lilin. Metode ini digunakan karena diketahui ada beberapa
jenis bunga yang setelah dipetik, enzimnya masih menunjukkan kegiatan dalam
Menurut Rochim Armando (2009), minyak Atsiri umumnya diisolasi
dengan tiga metode yaitu metode penyulingan dengan air, penyulingan dengan air
uap dan penyulingan dengan uap.
1. Penyulingan dengan air
Metode penyulingan dengan air (water distillation) merupakan metode
paling sederhana jika dibandingkan dua metode penyulingan yang lain. Pada
metode ini, bahan yang akan disuling dimasukkan dalam ketel suling yang telah
diisi air. Dengan begitu, bahan bercampur langsung dengan air. Selain metodenya
sangat sederhana, bahan ketelpun relatif mudah didapatkan. Uap yang dihasilkan
dari perebusan air dan bahan dialirkan melalui pipa munuju ketel kondensor yang
mengandung air dingin sehingga terjadi pengembunan (kondensasi). Selanjutnya,
air dan minyak ditampung dalam tangki pemisah. Pemisahan air dan minyak
dilakukan berdasarkan perbedaan berat jenis.
2. Penyulingan dengan air dan uap
Penyulingan dengan air dan uap (water and steam distillation) metode
ini disebut juga metode kukus. Pada metode pengukusan ini, bahan diletakkan
diatas piringan atau plat besi berlubang seperti ayakan (sarangan) yang terletak
beberapa sentimeter diatas permukaan air. Pada prinsipnya, metode penyulingan
ini menggunakan uap bertekanan rendah. Dibanding dengan cara pertama (water
distillation), perbandingannya hanya terletak pada pemisahan bahan dan air.
Namun, penempatan keduanya masih dalam satu ketel suling. Selanjutnya, uap air
dan minyak akan mengembun dan ditampung dalam tangki pemisah. Pemisahan
3. penyulingan dengan uap
Penyulingan dengan uap (steam distillation) pada sistem ini, air sebagai
sumber uap panas terdapat dalam “boiler” yang letaknya terpisah dari ketel
penyulingan. Uap yang dihasilkan mempunyai tekanan lebih tinggi dari tekanan
udara luar. Proses penyulingan dengan uap ini baik jika digunakan untuk
penyulingan bahan baku minyak atsiri berupa kayu, kulit batang, maupun
biji-bijian yang relatif keras.
2.3.6. Fungsi Minyak Atsiri
Kegunaan minyak atsiri sangat luas dan spesifik, khususnya dalam
berbagai bidang industri. Banyak contoh kegunaan minyak atsiri, antara lain
dalam industri kosmetik (sabun, pasta gigi, sampo dan losion) dalam industri
makanan digunakan sebagai bahan penyedap atau penambah cita rasa dalam
industri parfum sebagai pewangi dalam berbagai produk minyak wangi dalam
industri farmasi atau obat-obatan (anti nyeri, anti infeksi, pembunuh bakteri)
dalam industri bahan pengawet bahkan digunakan pula sebagai insektisida. Oleh
karena itu, tidak heran jika minyak atsiri banyak diburu berbagai negara (Lutony
dan Rahmayati, 2002).
atau drum timah putih. Minyak Daun cengkeh diperoleh dengan cara Destilasi
Uap dari Daun Pohon Cengkeh yang telah gugur. Spesifikasi mutu minyak
cengkeh menurut SNI 1991 dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut.
Tabel 1. Standar Mutu Minyak Cengkeh Menurut SNI 1991.
No. Jenis uji Satuan Persyaratan
1.
2.
Kadar eugenol
Kelarutan dalam etanol 70%
Perbandingan volume 1:2
Industri pengolahan minyak atsiri di Indonesia telah muncul sejak jaman
penjajahan. Namun jika dilihat dari kualitas dan kuantitasnya tidak mengalami
banyak perubahan. Ini disebabkan karena sebagian besar pengolahan minyak atsiri
masih menggunakan teknologi sederhana/tradisional dan umumnya memiliki
kapasitas produk yang terbatas (Latony dan Rahmayati, 2002).
Cengkeh (Eugenia caryophyllus, Sprangel) Selain mengandung minyak
atsiri, juga mengandung senyawa kimia yang disebut eugenol (Depkes RI, 1989).
Sruktur Eugenol dapat dilihat pada Gambar 2.1 dibawah ini Gunawan dan
Mulyani (2004).
Gambar 2.1 Struktur Eugenol CH2-CH= CH2
2.4.1. Kegunaan Minyak Cengkeh
Beberapa jenis minyak atsiri dapat digunakan sebagai bahan antiseptik
internal atau eksternal, sebagai bahan analgesik, heamolitik atau sebagai
antizymatik, sebagai sedative, stimulants untuk obat sakit perut. Minyak atsiri
mempunyai sifat membius, merangsang, atau memuakkan. Disamping itu
beberapa jenis minyak atsiri lainnya dapat digunakan sebagai obat cacing.
Minyak atsiri dapat menetralisir bau yang tidak enak dari bahan, misalnya
seperti bau busuk pada kulit sintetis. Saat ini sudah dapat dibuat beberapa minyak
atsiri dari bahan mentah yang dahulu dikesampingkan atau dilupakan karena
baunya kurang disukai. Sebagai contoh ialah penambahan senyawa-senyawa
aromatik kedalam produk tertentu, seperti: karet sintetik dan latek, ternyata lebih
menguntungkan produsen (Guenther, 1987).
Dibidang kesehatan minyak atsiri digunakan sebagai aroma terapi. Aroma
yang muncul dari minyak atsiri dapat menimbulkan efek menenangkan yang pada
akhirnya dapat digunakan sebagai terapi psikis. Dalam hal perawatan kecantikan,
minyak atsiri digunakan sebagai campuran bahan kosmetik. Kehadiran minyak
atsiri dapat memberikan aroma khas pada produk. Beberapa produk kosmetik
yang membutuhkan peran atsiri untuk memperkuat efeknya yaitu parfum, sabun,
pasta gigi, sampo, lotion, dan deodorant. pada makanan, minyak atsiri yang
memperkuat aroma dan rasa sehingga produk makanan serasa memiliki cita rasa
yang tak kalah dengan produk aslinya (Rochim Armando, 2009).
2.4.2. Isolasi Eugenol
Eugenol dapat diisolasi dengan cara minyak daun cengkeh hasil destilasi
ulang ditambah dengan larutan NaOH. Jumlah mol NaOH yang digunakan harus
proporsional dengan kandungan eugenol dalam minyak daun cengkeh, reaksi ini
hanya eugenol yang bereaksi dengan NaOH membentuk Na-eugenolat yang larut
dalam air. Setelah reaksi berlangsung akan diperoleh dua lapisan. Lapisan atas
merupakan senyawa atau komponen dalam minyak daun cengkeh selain eugenol.
Lapisan bawah yang mengandung eugenol dipisahkan dari lapisan atas. Eugenol
dapat diperoleh dengan mengasamkan larutan eugenolat dengan menambahkan
HCl hingga pH 3. pada akhir reaksi terjadi dua lapisan, dimana lapisan atas
mengandung eugenol (Sastrohamidjojo, 2004).
2.4.3. Kelarutan Dalam Etanol
Timbang 1 ml minyak dalam gelas ukur bersumbat kaca 25 ml atau 30 ml
dan masukkan kedalam alat yang mempunyai suhu tetap yang dipertahankan pada
suhu 19,8° hingga 20,2°C. Dengan menggunakan buret berkapasitas tidak kurang
dari 20 ml tambahkan etanol dengan kadar seperti dinyatakan pada monografi,
tiap kali dengan 0,1 ml sampai larut sempurna kemudian tiap kali dengan 0,5 ml
sampai jumlah 20 ml dan sering dikocok kuat. Catat volume etanol yang
etanol dengan cara yang sama. Jika larutan menjadi berkabut atau keruh sebelum
penambahan 20 ml etanol, catat volume pada saat terjadi kabut atau kekeruhan,
dan juga volume pada saat kabut atau kekeruhan hilang. Jika tidak diperoleh
larutan jernih dengan penambahan 20 ml etanol, ulangi pengujian dengan kadar
BAB III METODOLOGI
3.1. ALAT DAN BAHAN
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah: Neraca analitik, Labu
cassia berskala kapasitas 100 ml, Pengocok, Gelas ukur bertutup 10 ml atau 25
ml, Gelas ukur 50 ml. Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah:
Minyak Cengkeh, KOH 5%, Xylol, Etanol 70% dan larutan pembanding untuk
kekeruhan (0,5 ml larutan perak nitrat 0,1 N ± 50 ml larutan NaCl 0,0002 N dan
dikocok, tambahkan 1 tetes HNO3 25% ).
Perhitungan pelarut KOH 5 % dalam etanol sampai 100 ml
KOH 5 % =
Labu cassia diisi dengan KOH 5% sebanyak lebih kurang 80 ml kemudian
ditambahkan 2 ml xylol dan 10 ml contoh minyak daun cengkeh lalu dikocok
diamkan labu satu malam setelah itu hitung ml xylol yang sudah jernih pada labu
cassia kapasitas 100 ml (Dewan Standardisasi Nasional, 1991 ).
Rumus yang digunakan untuk menentukan Kadar Eugenol adalah :
Kadar Eugenol =
Keterangan: 10 ml adalah contoh Minyak Cengkeh; 2 adalah ml xylol.
3.3. PENENTUAN KELARUTAN DALAM ETANOL PADA MINYAK CENGKEH
Tempatkan 1 ml contoh minyak di dalam tabung reaksi. Kemudian
ditambahkan setetes etanol dengan kekuatan yang sesuai untuk minyak yang
sedang diuji dan dikocok sampai diperoleh larutan bening pada suhu 20°C. Bila
larutan tersebut tidak bening dibandingkan kekeruhan yang terjadi dengan
kekeruhan larutan pembanding melalui cairan yang sama tebalnya. Setelah
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dari percobaan yang dilakukan pada penentuan spesifikasi sampel
minyak cengkeh dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Parameter spesifikasi Mutu Minyak Cengkeh
Parameter Satuan Hasil
Kadar eugenol % 78 %
Kelarutan dalam etanol - 1 : 2 Jernih
Dari tabel di atas dapat dilihat hasil dari beberapa parameter, yaitu kadar
eugenol adalah 78%, hasil ini sesuai dengn persyaratan SNI yaitu minimal 78%,
dan kelarutan dalam etanol 1:2 jernih. Hasil ini sesuai dengan persyaratan SNI,
yaitu 1:2 jernih.
Cengkeh adalah terpena dan turunannya, sama dengan komponen yang
terdapat dalam minyak atsiri lain. Terpena sangatlah penting dalam kegiatan
industri. Komponen ini banyak digunakan dalam parfum, Flavor, obat-obatan, cat,
plastic, dan lain sebagainya. Jenis terpena yang terpenting dalam minyak cengkeh
yaitu eugenol. Menurut Guenther, kadar terpena dalam minyak cengkeh mencapai
70-90%. Senyawa terpena tersebut menjadi komponen utama penyusun minyak
cengkeh dengan kadar total dapat mencapai 99% dari minyak atsiri yang
dikandungnya. Clove oil merupakan minyak atsiri yang diperoleh dari minyak
cengkeh. Kandungan minyak atsiri didalam bunga cengkeh mencapai 21,3%
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Kadar Eugenol minyak cengkeh memenuhi persyaratan Standard Nasional
Indonesia karena tidak lebih dari 78%, dan kelarutan dalam etanol pada minyak
cengkeh memenuhi persyaratan Standard Nasional Indonesia yaitu 1:2 jernih.
5.2. SARAN
Pemerintah sebaiknya menjaga kualitas minyak atsiri terutama minyak
cengkeh. Dimana minyak cengkeh sangat banyak digunakan pada Industri yang
DAFTAR PUSTAKA
Armando Rochim, (2009), Memproduksi 15 Minyak Atsiri Berkualitas, Penerbit
Penebar Swadaya, Jakarta.
Dewan Standardisasi Nasional, (1991), Standar Nasional Indonesia Minyak
Cengkeh, Penerbit Dewan Standardisasi Nasional, Jakarta.
Depkes RI, (1995), Farmakope Indonesia Edisi IV, Jakarta.
Ditjen POM, (1989),Vademekum Bahan Obat Alam, Depkes RI, Jakarta.
Guenther, E, (1987), Minyak Atsiri Jilid I (Terjemahan), Penerbit UI-Press,
Jakarta.
Gunawan, D, & Mulyani, S, (2004), Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I,
Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.
Kardinan, (2005), Tanaman Penghasil Minyak Atsiri Komoditas Wangi Penuh
Potensi, Penerbit AgroMedia Pustaka, Jakarta.
Lutony, T.L, & Rahmayati, Y, (2002), Produksi dan Perdagangan Minyak Asiri,
Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.
Najiyati, S & Danarti, (2003), Budi Daya dan Penanganan Pascapanen Cengkeh,
Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.
Sastrohamidjojo, H, (2004), Kimia Minyak Atsiri, Penerbit Gadjah Mada