PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI TINGKAT MIKORIZA
ARBUSKULA PADA TANAH ULTISOL TERHADAP
PRODUKTIVITAS TANAMAN LEGUMINOSA
SKRIPSI
Oleh:
ANDRIAN MUSTAPA 080306039
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI TINGKAT MIKORIZA
ARBUSKULA PADA TANAH ULTISOL TERHADAP
PRODUKTIVITAS TANAMAN LEGUMINOSA
SKRIPSI
Oleh:
ANDRIAN MUSTAPA 080306039
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
Judul : Pengaruh Pemberian Berbagai Tingkat Mikoriza Arbuskula pada Tanah Ultisol terhadap Produktivitas Tanaman Leguminosa
Nama : Andrian Mustapa
NIM : 080306039
Program studi : Peternakan
Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing
Dr.Nevy Diana Hanafi, S.Pt, M.Si Ir.Iskandar Sembiring, MM Ketua Anggota
Mengetahui,
ABSTRAK
ANDRIAN MUSTAPA: Pengaruh Pemberian Berbagai Tingkat Mikoriza Arbuskula Pada Tanah Ultisol Terhadap Produktivitas Tanaman Leguminosa. Penelitian ini dibawah bimbingan NEVY DIANA HANAFI dan ISKANDAR SEMBIRING.
Tanah ultisol yang diberikan fungi Mikoriza Arbuskula meningkatkan kandungan hara pada tanah sehingga meningkatkan produktivitas leguminosa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai tingkat fungi mikoriza arbuskula pada tanah ultisol terhadap produktivitas leguminosa (Arachisglabrata,
Centrosemapubescens dan Pueraria javanica) yang diukur dengan produksi bahan segar, produksi bahan kering dan biomasa akar.
Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan November 2012 – Januari 2012. Penelitian ini menggunakan 3 jenis legum yaitu L1 (Arachis glabrata); L2 (Centrosema pubescens) dan L3 (Pueraria javanica). Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RAL) Faktorial, dengan empat perlakuan. Perlakuan terdiri atas T0 (0 gram FMA (kontrol)); T1 (5 gram FMA/polybag); T2 (10 gram FMA/polybag) dan T3 (15 gram FMA/polybag).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian berbagai tingkat mikoriza Arbuskula pada tanah ultisol memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap peningkatan produksi bahan segar, produksi berat kering dan biomassa akar leguminosa Arachis glabrata, Centrosema pubescens dan Pueraria javanica.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah Pemberian Mikoriza Arbuskula dalam media tanam tanah ultisol dapat meningkatkan produksi bahan segar, produksi bahan kering dan biomassa akar tanaman leguminosa (Arachis glabrata, Centrosema pubescens dan Pueraria javanica).
ABSTRACT
ANDRIAN MUSTAPA: The Effect Of Different Levels Of Arbuscular Mycorrhizal On Soil Ultisol Of Productivity Legume Crop. Under supervised by NEVY DIANA HANAFIand ISKANDAR SEMBIRING.
Soil ultisol given arbuscular mycorrhizal fungi increased the nutrient content of the soil thereby increased the productivity of legume. The objective of this research to determine the response of various levels of arbuscular mycorrhizal fungi in the soil ultisol on productivity of legume (Arachis glabrata, Centrosema pubescens and Pueraria javanica) as measured by the production of fresh, dry matter production and root biomass.
The research conducted at field trial Animal Husbandry Department, Faculty of Agriculture, North Sumatera University at November 2012 until January 2012. The research used three types of legumesL1 (Arachisglabrata); L2 (Centrosema pubescens) dan L3 (Pueraria javanica). The design of this experiment used Completely Randomized Design with 4 treatments. The treatments consist of T0 (0 gram FMA (kontrol)); T1 (5 gram FMA/polybag); T2 (10 gram FMA/polybag) dan T3 (15 gram FMA/polybag).
The result of this research showed that granting different levels of arbuscular mycorrhizal on soil ultisol increased the production of fresh (P<0,01),increases dry matter production (P<0,01) and increased root biomass (P<0,05)..
The conclution of this research isprovision of arbuscular mycorrhizal in the planting medium soil ultisol can increased the production of fresh, dry matter production and root biomass of legume crop (Arachis glabrata, Centrosema pubescens and Puerariajavanica).
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 26 Oktober 1990 di Dolok Masihul. Anak dari
Bapak Muis dan Ibu Nanik Ruswiyanti. Penulis merupakan dari anak pertama dari
dua bersaudara. Tahun 2008 lulus dari SMA Negeri 1 Dolok Masihul dan pada tahun
yang sama diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Peternakan Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara melaluijalur Seleksi Nasional Mahasiswa
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota dari Ikatan
Mahasiswa Peternakan (IMAPET) dan sebagai anggota Himpunan Mahasiswa
Muslim Peternakan (HIMMIP).
Penulis melaksanakan PraktekKerja Lapangan (PKL) di PT. ADISA
LESTARI Desa Karang Rejo Kec. Medan Polonia tanggal 22 Juni sampai 22 Juli
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat ALLAH SWT yang telah
memberikan rahmat serta karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi
ini.
Skripsi dengan judul “Pengaruh Pemberian Berbagai Tingkat Mikoriza
Arbuskula pada Tanah Ultisol terhadap Produktivitas Leguminosa”
Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua atas doa,
semangat dan pengorbanan materil maupun moril yang telah diberikan selama ini.
Kepada Dr. Nevy Diana Hanafi, S.Pt, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Ir.
Iskandar Sembiring, MM selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini serta semua pihak
yang ikut membantu.
Demi kesempurnaan skripsi ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca. Akhir kata
DAFTAR ISI
Hal .
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 2
Kegunaan Penelitian ... 3
Hipotesa Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Tanaman ... 4
Fungsi Leguminosa ... 5
Tanah Ultisol ... 6
Fungi Mikoriza Arbuskula ... 7
Hubungan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dan Tanaman... ... 9
Arachis glabrata ... 11
Centrosema pubescens ... 12
Peuraria javanica ... 13
Tempat dan Waktu Penelitian ... 15
Bahan dan Alat Penelitian... ... 15
Bahan ... 15
Alat ... 15
Metode Penelitian ... 16
Parameter Penelitian... ... 16
Teknik Pelaksanaan ... 16
HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Bahan Segar ... 19
Produksi Bahan Kering... ... 22
Biomasa Akar ... 25
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 28
Saran... ... 28
DAFTAR PUSTAKA ... 29
ABSTRAK
ANDRIAN MUSTAPA: Pengaruh Pemberian Berbagai Tingkat Mikoriza Arbuskula Pada Tanah Ultisol Terhadap Produktivitas Tanaman Leguminosa. Penelitian ini dibawah bimbingan NEVY DIANA HANAFI dan ISKANDAR SEMBIRING.
Tanah ultisol yang diberikan fungi Mikoriza Arbuskula meningkatkan kandungan hara pada tanah sehingga meningkatkan produktivitas leguminosa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai tingkat fungi mikoriza arbuskula pada tanah ultisol terhadap produktivitas leguminosa (Arachisglabrata,
Centrosemapubescens dan Pueraria javanica) yang diukur dengan produksi bahan segar, produksi bahan kering dan biomasa akar.
Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan November 2012 – Januari 2012. Penelitian ini menggunakan 3 jenis legum yaitu L1 (Arachis glabrata); L2 (Centrosema pubescens) dan L3 (Pueraria javanica). Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RAL) Faktorial, dengan empat perlakuan. Perlakuan terdiri atas T0 (0 gram FMA (kontrol)); T1 (5 gram FMA/polybag); T2 (10 gram FMA/polybag) dan T3 (15 gram FMA/polybag).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian berbagai tingkat mikoriza Arbuskula pada tanah ultisol memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap peningkatan produksi bahan segar, produksi berat kering dan biomassa akar leguminosa Arachis glabrata, Centrosema pubescens dan Pueraria javanica.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah Pemberian Mikoriza Arbuskula dalam media tanam tanah ultisol dapat meningkatkan produksi bahan segar, produksi bahan kering dan biomassa akar tanaman leguminosa (Arachis glabrata, Centrosema pubescens dan Pueraria javanica).
ABSTRACT
ANDRIAN MUSTAPA: The Effect Of Different Levels Of Arbuscular Mycorrhizal On Soil Ultisol Of Productivity Legume Crop. Under supervised by NEVY DIANA HANAFIand ISKANDAR SEMBIRING.
Soil ultisol given arbuscular mycorrhizal fungi increased the nutrient content of the soil thereby increased the productivity of legume. The objective of this research to determine the response of various levels of arbuscular mycorrhizal fungi in the soil ultisol on productivity of legume (Arachis glabrata, Centrosema pubescens and Pueraria javanica) as measured by the production of fresh, dry matter production and root biomass.
The research conducted at field trial Animal Husbandry Department, Faculty of Agriculture, North Sumatera University at November 2012 until January 2012. The research used three types of legumesL1 (Arachisglabrata); L2 (Centrosema pubescens) dan L3 (Pueraria javanica). The design of this experiment used Completely Randomized Design with 4 treatments. The treatments consist of T0 (0 gram FMA (kontrol)); T1 (5 gram FMA/polybag); T2 (10 gram FMA/polybag) dan T3 (15 gram FMA/polybag).
The result of this research showed that granting different levels of arbuscular mycorrhizal on soil ultisol increased the production of fresh (P<0,01),increases dry matter production (P<0,01) and increased root biomass (P<0,05)..
The conclution of this research isprovision of arbuscular mycorrhizal in the planting medium soil ultisol can increased the production of fresh, dry matter production and root biomass of legume crop (Arachis glabrata, Centrosema pubescens and Puerariajavanica).
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Meningkatnya jumlah penduduk khususnya di Indonesia, menyebabkan
peningkatan permintaan terhadap hasil ternak. Dengan demikian, upaya untuk
meningkatkan produktivitas perlu dilakukan pemenuhan kebutuhan manusia akan
protein hewani seperti daging, telur dan susu. Peternakan ruminansia seperti sapi,
kambing, domba dan kerbau membutuhkan hijauan sebagai makanan tenak, baik
berupa rumput-rumputan maupun leguminosa.
Upaya peningkatan volume produksi peternakan memerlukan perbaikan proses
produksi dan kualitas bahan pakan. Salah satu faktor yang menentukan
perkembangan ternak ruminansia adalah pakan. Pakan utama ternak ruminansia
terdiri dari rumput dan leguminosa. Leguminosa adalah jenis tumbuhan yang
termasuk keluarga polong-polongan atau kacang-kacangan.
Leguminosa mempunyai nilai gizi lebih tinggi dibandingkan dengan rumput.
Kandungan protein kasarnya antara 15 – 25 % (Reksohadiprodjo, 1985), serta
andalan daerah tropik sebagai sumber nitrogen (Fuskhah, 2009). Leguminosa selain
digunakan sebagai pakan ternak, juga berfungsi sebagai tanaman penutup tanah
(cover crop) dan pendukung kesuburan tanah melalui fiksasi nitrogen (N2). Pertumbuhan dan produktivitas tanaman leguminosa dipengaruhi beberapa faktor,
diantaranya tingkat kesuburan tanah, kondisi iklim dan ketersediaan air. Jika
ketersediaan air dalam tanah menurun maka akan terjadi cekaman kekeringan.
karena ketersediaan air dalam tanaman dan tanah mempengaruhi penyerapan unsur
hara dan laju fotosintesis (Fuskhah, 2009).
Di Indonesia ada banyak jenis leguminosa yang tersedia di alam maupun yang
sudah dibudidayakan oleh peternak. Beberapa diantaranya yaitu jenis Arachis,
Centrosema pubescens, Pueraria javanica, Gamal ( Gliricidia sepium),
calopogonium mucunoides dan Stylo (Stylosanthes glyanensis). Jika ketersediaan leguminosa banyak, maka kebutuhan pakan ternak akan hijauan pun dapat terpenuhi
(Erythrina et al., 2008).
Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan kandungan hara
pada tanah serta untuk meningkatkan produktivitas leguminosa adalah dengan
menggunakan fungi mikoriza arbuskula. Mikoriza adalah jenis bahan organik yang
meningkatkan simbiosis antara fungi tanah dengan akar tanaman yang memiliki
banyak manfaat di bidang pertanian, diantaranya adalah membantu meningkatkan
unsur hara terutama posfor tanaman, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap
kekeringan dan penyakit (Auge, 2001).
Meskipun hijauan makanan ternak (HMT) banyak tersedia di alam, namun
ketersediannya pun cenderung semakin berkurang. Diharapkan dengan adanya
penelitian ini, ketersediaan hijauan khususnya leguminosa dapat lebih ditingkatkan
terutama pada tanah ultisol.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh berbagai tingkat fungi mikoriza arbuskula pada
pubescens dan Pueraria javanica)yang diukur dengan produksi bahan segar, produksi bahan kering dan biomasa akar.
Kegunaan Penelitian
Untuk mengetahui perbandingan pemberian fungi mikoriza arbuskula yang
efektif terhadap produktivitas leguminosa (Arachis glabrata, Centrosema pubescens
dan Pueraria javanica) serta sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Hipotesis Penelitian
Perbedaan dosis pemberian mikoriza memberikan respon yang positif terhadap
TINJAUAN PUSTAKA
Pertumbuhan Tanaman
Pertumbuhan adalah peristiwa perubahan biologis yang terjadi pada makhluk
hidup, berupa perubahan ukuran yang bersifat ireversibel. Ireversibel artinya tidak
berubah kembali ke asal karena adanya tambahan substansi, dan perubahan bentuk
yang terjadi saat proses pertumbuhan berlangsung pada makhluk hidup. Faktor-faktor
internal dan eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan adalah genetik, nutrisi,
hormon dan lingkungan (Semangun, 1996).
Pertumbuhan pada tumbuhan dibedakan menjadi pertumbuhan primer dan
sekunder. Pertumbuhan primer merupakan pertumbuhan yang disebabkan oleh
kegiatan titik tumbuh primer, yaitu di ujung akar atau ujung batang. Titik tumbuh
primer sudah berlangsung sejak tumbuhan masih embrio. Daerah terjadinya
pertumbuhan ini merupakan daerah meristem apikal yang merupakan jaringan muda
yang terbentuk oleh sel-sel initial yang berada pada ujung-ujung dari alat-alat
tumbuhan dimana dengan adanya meristem ini, tumbuhan dapat bertambah tinggi dan
panjang. Pertumbuhan ini menyebabkan akar dan batang bertambah panjang.
Pertumbuhan sekunder merupakan pertumbuhan yang disebabkan jaringan kambium.
Jaringan kambium hanya terdapat pada dikotil dan tumbuhan Gymnospermae. Jadi pertumbuhan sekunder hanya terjadi pada tumbuhan dikotil dan Gymnospermae. Pertumbuhan ini mengakibatkan batang bertambah besar (Triharso, 1994).
Pertumbuhan dan produktivitas leguminosa dipengaruhi oleh beberapa faktor
Pengaruh ketersediaan air terhadap tanaman pertumbuhan sangat besar. Ketersediaan
air dalam tanah mempengaruhi transportasi unsur hara tanah oleh akar tanaman. Jika
ketersediaan air dalam tanah menurun maka akan terjadi cekaman kekeringan
(Wulandari, 2011).
Fungsi Leguminosa
Leguminosa merupakan tanaman yang mempunyai kemampuan untuk
menghasilkan bahan organik tinggi dan dapat membantu meningkatkan kesuburan
tanah. Mengikat nitrogen dari udara oleh leguminosa dapat membantu meningkatkan
ketersediaan hara terutama nitrogen bagi tanaman disampingnya. Leguminosa dapat
ditanam sebagai tanaman penutup lahan yang mempunyai fungsi untuk konservasi
tanah air. Pencampuran leguminosa dan tanaman pangan mempunyai potensi untuk
menghasilkan bahan kering yang lebih tinggi. Selain itu, pertanaman campuran
dengan tanaman dapat menekan gulma dan meningkatkan kesuburan tanah (Mansyur
et al., 2005).
Pertanaman ganda (Multiple cropping), yaitu intensifikasi pertanaman dalam dimensi waktu dan ruang. Bentuknya adalah penanaman dua jenis tanaman atau lebih
pada lahan yang sama dalam kurun waktu yang sama. Menurut bentuknya,
pertanaman ganda ini dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu : pertanaman
tumpangsari (Intercropping) dan pertanaman berurutan (Sequential cropping). Pada hampir semua sistem budidaya ganda yang dikembangkan oleh petani lahan sempit,
tingkat produktivitas yang dapat dipanen per satuan luas lebih tinggi dari pada
bisa berkisar antara 20 % sampai 60 %. Perbedaan ini sebagai akibat berbagai faktor,
seperti tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi, penurunan kerugian yang disebabkan
oleh gulma, serangga dan penyakit serta pemanfaatan yang lebih efisien terhadap
sumber daya air, sinar matahari dan unsur hara yang ada (Francis, 1986).
Tanaman leguminosa berguna bagi usahatani karena dengan kandungan
proteinnya yang tinggi dapat memperbaiki kesuburan tanah maupun produksi ternak.
Sebagian besar protein leguminosa terdapat dalam daunnya. Bila leguminosa
dimakan ternak, sebagian proteinnya dirubah menjadi daging, susu, atau tenaga.
Walaupun demikian, banyak yang lolos dan dikembalikan ke tanah melalui air
kencing dan kotorannya. Jika leguminosa tidak dipotong atau digembalai (seperti
pada tanaman penutup tanah), nitrogen dalam daunnya akan dikembalikan ke tanah,
bila daunnya gugur dan membusuk. Sejumlah kecil N juga dikembalikan ke tanah
melalui dekomposisi akar dan bintil-bintilnya
(Ibrahim, 2005).
Tanah Ultisol
Tanah ultisol sering diidentikkan dengan tanah yang tidak subur, tetapi
sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian (potensial), asalkan dilakukan
pengelolaan yang memperhatikan kendala yang ada pada tanah ultisol sehingga dapat
menjadi yang siap dimanfaatkan untuk budidaya tanaman apabila iklimnya
mendukung. Tanah ultisol memiliki tingkat kemasaman sekitar 5,5 (Walhi, 2008).
Tanah ultisol memiliki kemasaman kurang dari 5,5 sesuai dengan sifat kimia,
umumnya pada kesuburan tanah. Nilai pH yang mendekati minimun dapat ditemui
sampai pada kedalaman beberapa cm dari batuan yang utuh (belum melapuk).
Tanah-tanah ini kurang lapuk atau pada daerah-daerah yang kaya akan basa dari air Tanah-tanah pH
meningkat dan di bagian lebih bawah solum (Noli et al., 1999).
Upaya meningkatkan produktivitas ultisol, dapat dilakukan melalui pemberian
kapur, pemupukan, penambahan bahan organik, penanaman tanah adaptif, penerapan
tekhnik budidaya tanaman lorong (atau tumpang sari), terasering, drainase dan pengolahan tanah yang seminim mungkin. Pengapuran yang dimaksudkan untuk
mempengaruhi sifat fisik tanah, sifat kimia dan kegiatan jasad renik tanah.
Pengapuran pada ultisol di daerah beriklim humid basah seperti di Indonesia tidak
perlu mencapai pH tanah 6,5 (netral), tetapi sampai pada pH 5,5 sudah dianggap baik
sebab yang terpenting adalah bagaimana meniadakan pengaruh racun dari aluminium
dan penyediaan hara kalsium bagi pertumbuhan tanaman (Hakim et al., 1986).
Tanaman yang mampu tumbuh pada tempat dengan kondisi tanah yang tidak
menguntungkan (ultisol) yaitu jenis tanaman yang akarnya bersimbiosis dengan
jamur mikoriza, karena mikoriza mampu membantu tanaman dalam mengambil unsur
hara (Noli et al., 1999).
Salah satu lahan yang sudah diidentifikasi sebagai tanah ultisol adalah area lahan
di Desa Kuala Bekala Kel. Simalingkar B Kec. Pancur Batu Deli Serdang. Hal ini
sesuai dengan penelitian terdahulu mengenai pertumbuhan tanaman kedelai dengan
perbandingan penggunaan pupuk organik dan anorganik (Purba, 2009).
Mikoriza adalah fungi yang mampu meningkatkan simbiosis antara fungi tanah
dengan akar tanaman yang memiliki banyak manfaat, diantaranya adalah membantu
meningkatkan status hara tanaman, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap
kekeringan, penyakit dan kondisi tidak menguntungkan lainnya. Terdapat dua macam
mikoriza, yaitu ektomikoriza dan endomikoriza. Pada ektomikoriza, jamurnya
menyelubungi masing-masing cabang akar dalam selubung atau mantel hifa.
Hifa-hifa itu hanya menembus antarsel korteks akar. Pada endomikoriza, jamurnya tidak
membentuk suatu selubung luar tetapi hidup di dalam sel-sel akar (intraseluler) dan
membentuk hubungan langsung antar sel akar dan tanah sekitarnya (Rao, 1994).
Musfal (2010) menyatakan bahwa manfaat FMA dapat dikelompokkan menjadi
tiga yaitu: untuk tanaman, ekosistem dan bagi manusia. Bagi tanaman, FMA sangat
berguna untuk meningkatkan serapan hara, khususnya unsur fosfat (P). Hal ini terjadi
karena jaringan hifa eksternal FMA mampu memperluas bidang serapan. FMA
menghasilkan enzim fosfatase yang dapat melepaskan unsur P yang terikat unsur Al
dan Fe pada lahan masam, serta Ca pada lahan berkapur sehingga hara tersedia bagi
tanaman. FMA juga berperan dalam memperbaiki sifat fisik tanah, yaitu membuat
tanah menjadi gembur
Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) memiliki karakteristik perakaran inang yang
terkena infeksi tidak membesar dan cendawan membentuk struktur hifa yang tipis.
Hifa FMA merupakan hifa yang tidak bersekat yang tumbuh diantara sel-sel korteks
akar dan bercabang-cabang di dalamnya. Fakuara (1998), menyatakan bahwa ciri
utama FMA adalah adanya vesikel dan arbuskulus di dalam korteks akar. Hifa inter
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai dengan Januari 2012 di
lahan percobaan Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Bahan dan Alat
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3 jenis tanaman leguminosa
yaitu: Arachis glabrata, Centrosema pubescens dan Pueraria javanica sebagai objek penelitian. Tanaman leguminosa diperoleh dari Laboratorium Sei Putih, Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) dan tanah ultisol sebagai media tanam. Tanah ultisol
diperoleh dari Desa Kuala Bekala, Kelurahan Simalingkar B, Kecamatan Pancur
Batu, Kabupaten Deli Serdang. Cara pengambilannya yaitu dengan menggunakan alat
berat berupa beko. Tanah ultisol terdapat pada kedalaman setelah 5 cm dari permukaan tanah. Polybag plastik ukuran 5 kg sebagai wadah menanam hijauan.
Alat
Alat yang digunakan antara lain: timbangan untuk menimbang bahan, meteran
sebagai alat untuk mengukur jarak tanam, ayakan tanah sebagai alat untuk
memisahkan tanah yang kasar dan halus, gunting sebagai alat untuk memotong, oven
sebagai alat untuk mengeringkan bahan, alat tulis sebagai alat untuk mencatat data
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RAL)
Faktorial, dengan empat perlakuan yaitu: perbedaan dosis mikoriza dan dilakukan
pada 3 jenis leguminosa.
Perlakuan tersebut yaitu:
T0= 0 gram FMA (kontrol)
T1= 5 gram FMA/polybag (0,25 ton/ha)
T2 = 10 gram FMA/polybag (0,5 ton/ha)
T3 = 15 gram FMA/polybag (0.75 ton/ha)
Pemberian dosis FMA yang berbeda dilakukan percobaan pada 3 jenis
leguminosa, yaitu:
L1 = Arachis glabrata
L2 = Centrosema pubescens
L3 = Pueraria javanica
Penelitian ini terdiri atas: 5 x 4 x 3 = 60 satuan percobaan. Penelitian ini
dilakukan di lahan percobaan dengan menggunakan polybag. Dalam 1 polybag
digunakan 5 kg tanah.
Parameter yang Diamati
• Produksi bahan segar
• Produksi bahan kering
Teknik Pelaksanaan
Teknik pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
• Tahap persiapan.
Tanah ultisol diambil dari Desa Kuala Bekala Kelurahan Simalingkar
B, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang. Setelah tanah tersebut
diperoleh, dikering udarakan selama 3 hari kemudian di ayak dengan ayakan
10 mesh. Kemudian diambil tanah sejumlah 5 kg untuk dimasukkan ke dalam
polybag.
• Penanaman dan pemberian inokulan.
Inokulan mikoriza diberi sesuai dengan perlakuan sebanyak 0 gr, 5
gr, 10 gr dan 15 gr/polybag diletakan 5 cm di bawah permukaan tanah pada
polybag.
• Trimming (penyeragaman tinggi tanaman).
Trimming dilakuakan setelah tanaman berumur 3 minggu setelah tanam dan dengan cara memotong bagian atas tanaman dengan tinggi 20 cm
di atas permukaan tanah, dimaksudkan untuk menyeragamkan pertumbuhan,
juga untuk mempengaruhi produski tanaman. Pertumbuhan setelah
pemangkasan ini dianggap sebagai pengaruh dari perlakuan yang diberikan
(Hanafi et al., 2005). • Pemeliharaan.
Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman dan penyiangan.
Penyiraman dilakukan satu kali sehari yaitu pada pagi hari pukul 7 – 8
terik. Jumlah air yang digunakan untuk penyiraman disesuaikan dengan
kondisi tanah dan tanamannya. Pada musim hujan, sebaiknya frekuensi
penyiraman dikurangi (tidak setiap hari) karena kondisi tanah sudah terlalu
basah dengan air hujan. Sebaliknya, pada musim kemarau penyiraman harus
dilakukan setiap hari agar kebutuhan air pada tanaman dapat terpenuhi.
Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan cara mencabut gulma yang
tumbuh setiap hari.
• Pemanenan dan pengambilan sampel.
Pemanenan dilakukan dengan interval 35 hari. Panen dilakukan
sebanyak tiga kali. Pengambilan sampel dilakukan pada saat periode 1 dan
periode 2 (Hanafi et al., 2005).
• Hasil panen dari perlakuan dan ulangan dilanjutkan dengan pengambilan data
produksi bahan segar, lalu dikeringkan untuk mendapatkan data produksi
bahan kering.
• Setelah pengambilan data tersebut dipenuhi (data bahan segar dan bahan
kering), selanjutnya secara sampling diambil akarnya untuk memperoleh data
biomassa akar (bahan segar).
• Pengolahan data melalui tahap tabulasi dianalisa sesuai dengan metode
HASIL DAN PEBAHASAN
Produksi Bahan Segar
Rataan produksi bahan segar tanaman leguminosa pada pemotongan I sampai III
(interval 35 hari) dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Rataan Produksi Bahan Segar (g) Tanaman Leguminosa pada Pemotongan I sampai III.
L1 T₀ 479,75 553,37 350,49 1383,61 461,20
T₁ 628,37 792,59 727,57 2148,53 716,18 T₂ 826,99 690,45 853,6 2371,04 790,35 T₃ 763,87 861,22 989,21 2614,3 871,43
L2 T₀ 642,94 608,18 729,54 1980,66 660,22
T₁ 971,22 987,83 987,35 2946,4 982,13 T₂ 1014,95 1173,89 1020,91 3209,75 1069,92 T₃ 1339,46 1232,05 1422,93 3994,44 1331,48
L3 T₀ 625,71 563,24 451,8 1640,75 546,92
T₁ 924,12 979,34 896,23 2799,69 933,23 T₂ 1221,52 1035,12 1033,59 3290,23 1096,74 T₃ 1186,58 1415,99 1078,81 3681,38 1227,13
Total 32060,78 461,20
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat rataan produksi bahan segar tanaman
leguminosa sebesar 461,20 g. Rataan produksi bahan segar tertinggi pada
masing-masing leguminosa terdapat pada perlakuan T3 yaitu dengan pemberian 15 g FMA
pada tanaman leguminosa yaitu Arachis glabrata (L1) adalah 871,43 g, Centrosema pubescens (L2) adalah 1331,48 g dan Pueraria javanica (L3) adalah 1227,13 g. Sementara itu tanaman yang tidak mendapatkan perlakuan pemberian FMA memiliki
nilai produksi rendah yaitu L1= 461,20 g, L2= 660,22 g dan L3= 546,92 g. Hal ini
disebabkan karena tanah yang tidak diberi FMA memiliki nilai unsur hara yang
ini sesuai dengan pernyataan Setiadi (1990), menyatakan bahwa tanaman yang
bermikoriza akan tumbuh lebih baik dari tanaman tanpa mikoriza, karena mikoriza
secara efektif dapat meningkatkan penyerapan unsur hara makro. Selain itu akar yang
bermikoriza dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terikat dan tersedia bagi
tanaman. Dan disamping itu selain membentuk hifa internal, mikoriza membentuk
hifa eksternal yang berfungsi menyerap phosphor dari dalam tanah. Phosphor yang
telah diserap oleh hifa eksternal akan segera ditransfer ke tanaman induk.
Dari hasil penelitian yang diperoleh diketahui bahwa produksi bahan segar pada
pemotongan I sampai III diuji dengan uji Tukey secara ringkas dapat dijelaskan pada Tabel 4.
Tabel 4. Uji Tukey Produksi Bahan Segar (g) Tanaman Leguminosa Pengaruh Tunggal
Mikoriza
Pengaruh Tunggal Legum Pengaruh Utama Mikoriza
L₁ L₂ L₃
M₀ 461,20 660,22 546,92 556,11C
M₁ 716,18 982,13 933,23 877,18B
M₂ 790,35 1069,92 1096,74 985,67B
M₃ 871,43 1331,48 1227,13 1143,35A
Pengaruh utama L 709,79B 1010,94A 951,01A
Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom rataan menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda sangat nyata (P<0,01)
Secara statistik dapat diketahui bahwa pemberian berbagai tingkat Mikoriza
Arbuskula (0g, 5g, 10g, 15g) pada tanah ultisol memberikan pengaruh yang sangat
nyata (P<0,01) terhadap produksi bahan segar tanaman leguminosa. Dari tabel diatas
terlihat bahwa perlakuan T3 (Mikoriza 15 g) berbeda sangat nyata dengan perlakuan
lainnya. Sementara itu perlakuan T1(Mikoriza 5 g) tidak berbeda nyata dengan
perlakuan T2(Mikoriza 10 g) namun berbeda sangat nyata dengan T0(tanpa
g dalam tanah ultisol memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap produksi
bahan segar.
Asumsi peneliti hal ini dikarenakan Mikoriza arbuskula yang diberikan pada
perlakuan ini menyebabkan pertumbuhan legum menjadi lebih baik meskipun media
tanamnya termasuk tanah yang kurang subur. Hal ini sesuai dengan pernyataan Smith
dan Read (1997) yang menyatakan bahwa secara alami terdapat asosiasi mikoriza
antara fungi dan tanaman dalam bentuk simbiosis mutualisme. Manfaat fungsional
yang diperoleh FMA dapat dilihat dari adanya pembentukan struktur arbuskula dan
vesikula di dalam sel-sel akar serta produksi spora yang tinggi. Perkembangan FMA
dan produksi spora membutuhkan energi yang diperoleh melalui penyerapan karbon
organik dari tanaman inang. Sementara itu, tanaman inang dapat memanfaatkan
fungsi simbiosis berupa hara mineral dan air yang penyerapannya dabantu oleh FMA
sehingga pertumbuhan dan hasil tanaman meningkat.
Mikoriza Arbuskula yang diberikan pada perlakuan ini menyebabkan
pertumbuhan legum menjadi lebih baik meskipun media tanamnya termasuk tanah
yang kurang subur. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rungkat (2009) yang
menyatakan bahwa tanaman yang bermikoriza biasanya tumbuh lebih baik dari pada
tanaman yang tidak bermikoriza. Mikoriza memiliki peranan bagi pertumbuhan dan
produksi tanaman, peranan mikoriza bagi tanaman adalah sebagai berikut: a)
mikoriza meningkatkan penyerapan unsur hara, b) mikoriza melindungi tanaman
inang dari pengaruh yang merusak yang disebabkan oleh stress kekeringan, c)
mikoriza dapat melindungi tanaman dari pathogen akar, e) mikoriza dapat
memperbaiki produktivitas tanah dan tanah memantapkan struktur tanah.
Hasil penelitian sebelumnya yang menggunakan sampel tanaman cabai,
ditemukan bahwa Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) tersebut mampu meningkatkan
serapan unsur P pada cabai. Haryantini dan Santoso (2001) menyatakan bahwa
Inokulasi FMA pada cabai dapat meningkatkan serapan P dan meningkatkan
adaptasi terhadap kekeringan. Fungi mikoriza arbuskula yang menginfeksi sistem
perakaran tanaman inang akan memproduksi jalinan hifa eksternal yang dapat
tumbuh secara ekspansif dan menembus lapisan subsoil sehingga kapasitas akar
dalam penyerapan hara dan air.
Produksi Bahan Kering
Bahan kering seluruh bagian legum pada akhir percobaan diukur dengan cara
dikeringkan terlebih dahulu kemudian dimasukkan kedalam oven pada suhu 700 C
selama 48 jam. Rataan produksi bahan kering legum dapat dilihat pada Tabel 5
berikut ini.
Tabel 5. Rataan Produksi Bahan Kering (g) Tanaman Legum Jenis
T₁ 88,74 85,87 103,19 277,8 92,60
T₂ 103,18 115,14 99,93 318,25 106,08 T₃ 129,95 119,32 117,31 366,58 122,19
L2 T₀ 112,31 108,24 114,23 334,78 111,59
T₁ 147,5 157,23 156,73 461,46 153,82 T₂ 175,57 173,61 162,65 511,83 170,61 T₃ 226,18 199,34 239,36 664,88 221,63
T₁ 147,97 150,89 142,28 441,14 147,05 T₂ 190,89 160,99 153,54 505,42 168,47
T₃ 182,5 220,9 173,67 577,07 192,36
Total 4962,48 1654,16
Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa rataan produksi bahan segar tertinggi
pada masing-masing leguminosa terdapat pada perlakuan T3 yaitu dengan pemberian
15 g FMA pada tanaman leguminosa yaitu Arachis glabrata (L1) adalah 122,19,
Centrosema pubescens (L2) adalah 221,63 g dan Pueraria javanica (L3) adalah 192,36 g. Sementara itu tanaman yang tidak mendapatkan perlakuan pemberian
FMA memiliki nilai produksi rendah yaitu L1= 83,77 g, L2= 111,59 g dan L3= 83,99
g. Produksi bahan kering pada pemotongan I sampai III diuji dengan uji Tukey secara ringkas dapat dijelaskan pada Tabel 6.
Tabel 6. Uji Tukey Produksi Bahan Kering Tanaman Leguminosa
Pengaruh Pengaruh tunggal L Pengaruh
tunggal Mikoriza L₁ L₂ L₃ utama M
M₀ 83,77 111,59 83,99 93,12D
M₁ 92,60 153,82 147,05 131,16C
M₂ 106,08 170,61 168,47 148,39B
M₃ 122,19 221,63 192,36 178,73A
Pengaruh utama L 101,16C 164,41A 147,97B
Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom rataan menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda sangat nyata (P<0,01)
Secara statistik dapat diketahui bahwa pemberian berbagai tingkat Mikoriza
Arbuskula (0g, 5g, 10g, 15g) pada tanah ultisol memberikan pengaruh yang sangat
nyata (P<0,01) terhadap produksi bahan kering tanaman leguminosa. Dari tabel diatas
terlihat bahwa perlakuan T3 (Mikoriza 15 g) berbeda sangat nyata dengan semua
perlakuan. Sementara itu perlakuan T0(tanpa mikoriza) berbeda sangat nyata dengan
bahwa pemberian Mikoriza Arbuskula sebanyak 15 g dalam tanah ultisol
memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap produksi bahan kering. Dari data
produksi bahan segar pada pemotongan I didapat bahwa T3 juga berbeda sangat nyata
dengan perlakuan lainnya.
Hasil penelitian menunjukkan pada perlakuan T3 tingkatan Mikoriza lebih besar
dibandingkan perlakuan yang lain sehingga produksi bahan kering lebih baik. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Setiadi (1989) yang menyatakan bahwa mikoriza
memberikan manfaat bagi tanaman diantaranya adalah: 1) meningkatkan serapan
unsur hara, 2) meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan, 3) kerusakan jaringan
korteks akibat kekeringan pada perakaran bermikoriza tidak bersifat permanen, 4)
memperluas penyebaran hifa dalam tanah sehingga dapat mengambil air relatif lebih
banyak, serta 5) memproduksi hormon dan zat pengatur tumbuh seperti auxin,
sitokinin, giberelin dan vitamin bagi inangnya.
Asusmsi peneliti hal ini terjadi karena pengaruh dari pemberian mikoriza tersebut
yang membantu pertumbuhan tanaman legum sehingga produksi bahan kering lebih
baik dibandingkan yang tidak mendapatkan mikoriza. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Wicaksono dan Ricky (2010), dalam penelitiannya
yang menggunakan mikoriza dengan level 0g, 5g dan 10 g menyatakan bahwa
penggunaan mikoriza level 10g memberikan hasil terbaik pada tanaman kentang
(Solanum tuberosum L.).
Pemberian Mikoriza membantu pertumbuhan legum. Hal ini sesuai dengan
dapat bersimbiosis dengan sekitar 80% spesies tanaman. Cendawan ini diperkirakan
dimasa mendatang dapat dijadikan sebagai salah alternatif teknologi untuk membantu
pertumbuhan, meningkatkan produktivitas dan kualitas tanaman terutama yang
ditanam pada lahan-lahan marginal yang kurang subur (Delvian, 2006).
Biomasa Akar
Biomassa adalah jumlah bahan organik yang diproduksi oleh organisme
(tumbuhan) per satuan unit area pada suatu saat. Biomassa bisa dinyatakan dalam
ukuran berat, seperti berat kering dalam satuan gram, atau dalam kalori. Oleh karena
kandungan air yang berbeda setiap tumbuhan, maka biomassa di ukur berdasarkan
berat kering. Unit satuan biomassa adalah gr per m2 atau ton per ha. Rataan biomasa
akar masing-masing hijauan dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini.
Tabel 7. Rataan Biomassa Akar (g) Legum
Jenis Legum Perlakuan ULANGAN Total Rataan
I II III
Total 100,9 81,7 87,4 270 90,00
Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat Tabel 5 dapat dilihat bahwa rataan biomassa
dengan perlakuan 10 g FMA T3 yaitu dengan pemberian 15 g FMA pada tanaman
leguminosa yaitu Arachis glabrata (L1T3) adalah 9,47 g, Centrosema pubescens
(L2T2) adalah 7,63 g dan Pueraria javanica (L3T2) adalah 9,67 g. Sementara itu tanaman yang tidak mendapatkan perlakuan pemberian FMA memiliki nilai produksi
rendah yaitu L1= 5,60 g, L2= 7,17 g dan L3= 6,77 g.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa hasil produksi bahan segar, produksi
bahan kering dan biomassa akar yang paling tinggi terdapat pada tanaman
leguminosa Centrosema pubescens. Hal ini disebabkan karena setiap akar tanaman memiliki respon dan interaksi masing-masing terhadap mikoriza yang terdapat di
dalam tanah. Dalam penelitian diketahui bahwa centrosema pubescens memiliki nilai respon yang paling baik terhadap mikoriza yang diberikan untuk kebutuhan
pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hartley dan Smith (1983
menyatakan bahwa waktu yang diperlukan untuk terjadinya infeksi antara suatu
mikoriza sangat bervariasi. Selain ditentukan oleh tingkat infektifitas dari simbionnya
juga banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan misalnya suhu tanah,
kandungan air tanah, ph tanah, bahan organik, intensitas cahaya dan ketersediaan
hara, pengaruh logam berat dan unsur lain. Perbedaan reaksi tanaman terhadap
mikoriza diduga sangat dipengaruhi oleh aras kepekaan tanaman terhadap infeksi,
dan sifat ketergantungan tanaman pada mikoriza dalam serapan hara, khususnya pada
tanah kahat P, dimana kedua sifat itu ada kaitannya dengan tipe perakaran dan
fisiologi tanaman (Baylis, 1975).
Tabel 8. Uji Tukey Biomasa Akar Tanaman Leguminosa
Pengaruh Pengaruh tunggal Legum Pengaruh
tunggal Mikoriza L₁ L₂ L₃
utama Mikoriza
M₀ 5,6 7,166667 6,766667 6,511111a
M₁ 7,466667 7,833333 6,8 7,366667ab
M₂ 7,233333 5,8 9,666667 7,566667ab
M₃ 9,466667 7,633333 8,566667 8,555556b
Pengaruh utama L 7,441667 7,108333 7,95
Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom rataan menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (P<0,05)
Secara statistik dapat diketahui bahwa pemberian berbagai tingkat Mikoriza
Arbuskula (0g, 5g, 10g, 15g) pada tanah ultisol memberikan pengaruh yang sangat
nyata (P<0,01) terhadap biomasa akar tanaman leguminosa. Dari tabel diatas dapat
dilihat bahwa perlakuan T3 (Mikoriza 15 g) tidak berbeda nyata dengan perlakuan
T1(Mikoriza 5 g) dan T2 (Mikoriza 10g) namun berbeda nyata dengan perlakuan
T0(tanpa mikoriza). Sementara itu perlakuan T0(tanpa mikoriza) tidak berbeda nyata
dengan perlakuan T1(Mikoriza 5 g) dan T2 (Mikoriza 10g). Hal ini menunjukkan
bahwa pemberian Mikoriza Arbuskula pada tingkat 15 g dalam tanah ultisol
memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap biomasa akar.
Asumsi peneliti mikoriza berperan dalam produktivitas legum, khususnya pada
produksi unsur P dalam tanah ultisol yang memang rendah kandungan P. Sehingga
pertumbuhan akar tanaman hijauan menjadi lebih baik setelah diberi perlakuan
mikoriza arbuskula. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sutedjo (2002) yang
menyatakan bahwa fungsi P bagi tanaman adalah mempercepat pertumbuhan akar
semai, mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman
untuk meningkatkan serapan hara, khususnya unsur fosfat (P). Hal ini terjadi karena
jaringan hifa eksternal FMA mampu memperluas bidang serapan. FMA
menghasilkan enzim fosfatase yang dapat melepaskan unsur P yang terikat unsur Al
dan Fe pada lahan masam, serta Ca pada lahan berkapur sehingga hara tersedia bagi
tanaman. FMA juga berperan dalam memperbaiki sifat fisik tanah, yaitu membuat
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian Mikoriza Arbuskula dalam media tanam tanah ultisol dapat
meningkatkan produksi bahan segar, produksi bahan kering dan biomasa akar
tanaman leguminosa (Arachis glabrata, Centrosema pubescens dan Pueraria javanica).
Saran
Mikoriza Arbuskula direkomendasikan penggunaannya sampai tingkat 15 g pada
DAFTAR PUSTAKA
Allen, O. N. & E. K. Allen. 1981. The Legumminosae, A. Source Book of Characteristic Uses and Nodulation. The University of Wisconsin Press, Wisconsin.
Auge, R. M., 2001. Water Relations, Drought and Vesicular-Arbuscular Mychorrhizal Symbiosis.
Balai Penelitian Ternak, 2007. Arachis Perenial Bukan Sekedar Pakan Ternak. Jurnal. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 29 No. 2 Tahun 2007. .
Brundrett, M., N. Bougher, B. Dell, T. Grave & N. Malajezuk. 1996. Working
Chen, C. P. and Aminah, A., 1992. Colopogonium mucuinodes In: ‘t Mannetje, L. and Jones, R. M. (eds) Plant Resources of South-East Asia No.4 Forages. pp: 72 – 74. (Pudoc Scientific Publishers, Wageningen, the Netherlands).
Errythrina, B. Hafif, Z. Zaini. 2008. Keragaman Beberapa Varietas Kedelai di Lahan Kering Masam. Jurnal. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Hal: 333.
Fakuara, M. Y., 1988. Mikorizaz, Teori dan Kegunaan dalam Praktek. PAU. Bioteknologi, IPB.
Francis, C. A., 1986. Introduction: Distribution and Importace of Multiple Cropping. In: CA Francis (editor) Multiple Cropping Systems. Macmillan Publishing co. New York.
Fuskhah, E., R. D. Soetrisno, S. P. S. Budhi, & A. Maas. 2009. Pertumbuhan dan Produksi Leguminosa Pakan Hasil Asosiasi dengan Rhizobium pada Media Tanam Salin. Dalam: Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan, Semarang.
Gohl, B. O., 1981. Tropical Feed. Feed Information. Summaries and Nutritive Value. FAO, Rome.
Hanafi, N. D., S. Umar dan I. Bahari, 2005. Pengaruh Tingkat Naungan pada Berbagai Pastura Campuran terhadap Produksi Hijauan. Jurnal Agribisnis Peternakan Vol. 1 (3). Universitas Sumatera Utara, Medan.
Ibrahim, T., 2005.Ciri-Ciri Leguminosa dalam Hijauan Makanan Ternak.Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Balikpapan.
Mansyur, Nyimas, P. I., dan Iin S., 2005. Peranan Leguminosa Tanaman Penutup pada Sistem Pertanaman Jagung untuk Penyediaan Hijauan Makanan Pakan Terna.Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran, Sumedang.
Mcllroy, R. J., 1976. Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika. Pradnya Paramita, Jakarta. (Diterjemahkan oleh S. Susetyo, Soedarmadi, I. Kismono dan S. Harini).
Noli, Z. A., Syahbuddin, Murni, H. S., 1999. Pengaruh Inokulasi Ektomikoriza terhadap Pertumbuhan Anakan Melinjo pada Tanah Ultisol. FMIPA UNAND, Padang.
Nurbaiti dan A. T. Maryani. 2007. Efek Pemberian Bahan Organik Leguminosa dan Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao. Sagu 6 (1) 34 – 35.
Partridge, I., 2003. Better Pastures for The Tropic and Subtropic.
Rao, N. S. S., 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman Edisi Kedua. UI Press, Jakarta.
Reksohadiprodjo, S., 1985. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. BPFE, Yogyakarta.
Rungkat, J. A., 2009. Peranan MVA dalam Meningkatkan Pertumbuhan dan Produksi Tanaman. Jurnal Formas 2 (4): 270 – 276.
Salisbury, F. B. dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Terjemahan: Diah R. Lukman dan Sumaryono. ITB, Bandung.
Sarwono, H., 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo, Jakarta.
Semangun, H., 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. UGM-Press, Yogyakarta.
Setiadi, Y., 1998. Pemanfaatan Mikroorganisme dalam Kehutanan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dirjen Pendidikan Tinggi, Bioteknologi Pusat Antar Universitas. IPB, Bogor.
Soegiri, Ilyas, H. S., Damayanti. 1982. Mengenal Beberapa Jenis Hijauan Makanan Ternak Daerah Tropik. Direktorat Bina Produksi Peternakan. Direktorat Jendral Peternakan Departemen Pertanian, Jakarta.
Triharso, 1994.Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman.UGM-Press, Yogyakarta.
Tritradjaja, I., 2008. Manajemen Konflik dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Bersama.UGM-Press, Yogyakarta.
Utama, M. Z. H. dan S. Yahya, 2003. Peranan Mikoriza VA, Rizhobium dan Asam Humat pada Pertumbuhan dan Kadar Hara Beberapa Spesies Legume Penutup Tanah. Bulein Agronomi.
Walhi, 2008.Pertanian Terpadu Suatu Strategi untuk Mewujudkan Pertanian Berkelanjutan. Artikel Pertanian, Jawa Barat.
With Mycorrizha in Forestry and Agriculture.Australian Center for International Agriculture Research (ACIAR), Canbera.
Wicaksono, R. dan Ricky, 2011. Penggunaan Cendawan Mikoriza Arbuskula pada pembibitan Kentang (Solanum tuberosum L.) untuk Meningkatkan Efisiensi daya Serap Nutrient dalam Tanah.
Wulandari, A., 2011. Efek Penambahan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) pada Tanaman Leguminosa Merambat dalam Kondisi Cekaman Kekeringan. Skripsi. Fakultas Peternakan, IPB, Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Rataan Produksi Bahan Segar Legum pada Pemotongan I
Soegiri, Ilyas, H. S., Damayanti. 1982. Mengenal Beberapa Jenis Hijauan Makanan Ternak Daerah Tropik. Direktorat Bina Produksi Peternakan. Direktorat Jendral Peternakan Departemen Pertanian, Jakarta.
Triharso, 1994.Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman.UGM-Press, Yogyakarta.
Tritradjaja, I., 2008. Manajemen Konflik dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Bersama.UGM-Press, Yogyakarta.
Utama, M. Z. H. dan S. Yahya, 2003. Peranan Mikoriza VA, Rizhobium dan Asam Humat pada Pertumbuhan dan Kadar Hara Beberapa Spesies Legume Penutup Tanah. Bulein Agronomi.
Walhi, 2008.Pertanian Terpadu Suatu Strategi untuk Mewujudkan Pertanian Berkelanjutan. Artikel Pertanian, Jawa Barat.
With Mycorrizha in Forestry and Agriculture.Australian Center for International Agriculture Research (ACIAR), Canbera.
Wicaksono, R. dan Ricky, 2011. Penggunaan Cendawan Mikoriza Arbuskula pada pembibitan Kentang (Solanum tuberosum L.) untuk Meningkatkan Efisiensi daya Serap Nutrient dalam Tanah.
Wulandari, A., 2011. Efek Penambahan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) pada Tanaman Leguminosa Merambat dalam Kondisi Cekaman Kekeringan. Skripsi. Fakultas Peternakan, IPB, Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Rataan Produksi Bahan Segar Legum pada Pemotongan I
Leguminosa I II III
L1 T₀ 0 0 0 0 0
T₁ 0 0 0 0 0
T₂ 0 0 0 0 0
T₃ 0 0 0 0 0
L2 T₀ 60,37 65,77 53,90 180,04 60,01
T₁ 64,88 58,91 60,29 184,08 61,36
T₂ 57,81 55,31 60,17 173,29 57,76
T₃ 77,77 61,54 79,10 218,41 72,80
L3 T₀ 62,34 56,22 63,81 182,37 60,79
T₁ 53,81 58,20 69,66 181,67 60,56
T₂ 64,70 62,83 71,57 199,10 66,37
T₃ 61,11 73,81 79,73 214,65 71,55
Total 502,79 492,59 538,23 1533,61 511,20
Lampiran 2. Rataan Produksi Bahan Segar Legum pada Pemotongan II
Jenis
Leguminosa Perlakuan
ULANGAN
I II III Total Rataan
L1 T₀ 89,78 101,87 99,89 291,54 97,18
T₂ 128,29 100,49 110 338,78 112,93
T₃ 105,45 112,65 135,56 353,66 117,89
L2 T₀ 121,23 110,37 114,97 346,57 115,52
T₁ 119,35 112,56 125,25 357,16 119,05
T₂ 134,92 128,68 129,42 393,02 131,01
T₃ 138,89 123,21 145,13 407,23 135,74
L3 T₀ 102,27 97,12 95,69 295,08 98,36
T₁ 118,31 132,54 113,47 364,32 121,44
T₂ 132,12 130,39 123,52 386,03 128,68
T₃ 135,87 145,58 131,98 413,43 137,81
Total 1441,95 1398,35 1424,55 4264,85 1421,62
Lampiran 3. Rataan Produksi Bahan Segar Legum pada Pemotongan III
Jenis
Leguminosa Perlakuan
ULANGAN
L1 T₀ 389,97 451,5 250,6 1092,07 364,02
T₁ 512,9 689,7 627,9 1830,5 610,17
T₂ 698,7 589,96 743,6 2032,26 677,42
T₃ 658,42 748,57 853,65 2260,64 753,55
L2 T₀ 463,9 442,5 554,4 1460,8 486,93
T₁ 791,5 809,5 808,2 2409,2 803,07
T₂ 815,15 986,3 831,2 2632,65 877,55
T₃ 1122,8 1047,3 1198,7 3368,8 1122,93
L3 T₀ 461,1 409,9 292,3 1163,3 387,77
T₁ 752 788,6 713,1 2253,7 751,23
T₂ 1024,7 841,9 838,5 2705,1 901,70
T₃ 989,6 1196,6 867,1 3053,3 1017,77
Total 8680,74 9002,33 8579,25 26262,32 8754,11
Lampiran 4. Analisis Ragam Produksi Bahan Segar Legum
SK db JK KT F Hitung
F tabel 0,05 0,01
Legum 2 609864 304932 33,27** 3,40 5,61
Mikoriza 3 1664824 554941 60,55** 3,01 4,72
Interaksi 6 91973 15329 1,67tn 2,51 3,67
Galat 24 219947 9164
Total 35 2586608
Keterangan tn = tidak nyata
Lampiran 5. Grafik Produksi Bahan Segar Legum
Lampiran 6. Rataan Produksi Bahan Kering Legum pada Pemotongan I
Jenis Legum Perlakuan
T₁ 8,8 9,3 6,8 24,9 8,30
T₂ 12 11 6,2 29,2 9,73
T₃ 10,1 11,3 6,7 28,1 9,37
Total 68,6 72 53,8 194,4 64,8
Lampiran 7. Rataan Produksi Bahan Kering Legum pada Pemotongan II
Jenis Legum
PERLAKUAN ULANGAN
Total Rataan
MIKOFER I II III
L1 T₀ 15,14 15,87 16,62 47,63 15,88
T₁ 17,89 16,14 13,98 48,01 16,00
T₂ 18,51 17,34 19,82 55,67 18,56
T₃ 18,45 20,98 23,67 63,1 21,03
L2 T₀ 21,02 17,52 18,56 57,1 19,03
T₁ 19,89 18,12 20,32 58,33 19,44
T₂ 20,06 21,42 22,06 63,54 21,18
T₃ 20,45 17,89 26,92 65,26 21,75
L3 T₀ 14,08 13,92 11,85 39,85 13,28
T₁ 19,27 21,26 18,73 59,26 19,75
T₂ 21,06 18,65 19,89 59,6 19,87
T₃ 19,12 27,09 20,14 66,35 22,12
Lampiran 8. Rataan Produksi Bahan Kering (g) Legum pada Pemotongan III
Jenis Legum Perlakuan
ULANGAN
Lampiran 9. Analisi Ragam Produksi Bahan Kering (g) Legum
Galat 24 3927,7 163,7
Total 35 70399,5
Keterangan : ** = sangat nyata
Lampiran 10. Grafik Produksi Bahan Kering (g) Legum
Lampiran 11. Analisis Ragam Biomasa Akar Tanaman Legum
Interaksi 6 29,279 4,88 2,35tn 2,51 3,67
Galat 24 49,9 2,079
Total 35 102,52
Keterangan tn = tidak nyata
* = nyata
Lampiran 12. Grafik Biomasa Akar Tanaman Legum