• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Inventarisasi Dan Registrasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan Dan Pemanfaatan Tanah (P4T)Di Kantor Pertanahan Kabupaten Toba Samosir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pelaksanaan Inventarisasi Dan Registrasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan Dan Pemanfaatan Tanah (P4T)Di Kantor Pertanahan Kabupaten Toba Samosir"

Copied!
181
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN INVENTARISASI DAN REGISTRASI

PENGUASAAN, PEMILIKAN, PENGGUNAAN

DAN PEMANFAATAN TANAH (P4T)

DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR

TESIS

OLEH

LISBET TAMPUBOLON

077011039/MKn

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PELAKSANAAN INVENTARISASI DAN REGISTRASI

PENGUASAAN, PEMILIKAN, PENGGUNAAN

DAN PEMANFAATAN TANAH (P4T)

DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan dalam program studi Kenotariatan pada

Sekolah Pasca Sarjana Universitas

OLEH

LISBET TAMPUBOLON

077011039/MKn

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Tesis : PELAKSANAAN INVENTARISASI DAN REGISTRASI PENGUASAAN, PEMILIKAN, PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH (P4T) DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR

Nama Mahasiswa : Lisbet Tampubolon Nomor Pokok : 077011039

Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, Mhum (Ketua)

Notaris Syahril Sofyan, SH, Mkn ` Dr. Pendastaren Tarigan, SH, MS (Anggota) (Anggota)

Ketua Program Studi Direktur

(Prof.Dr.Muhammad Yamin,SH,MS,CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)

(4)

Telah Diuji pada

Tanggal : 0 9 September 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, Mhum Anggota : 1. Notaris Syahril Sofyan, SH, Mkn

2. Dr. Pendastaren Tarigan, SH, MS

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Besar

danPengasih, karena berkatNya dan kasihNya, Penulis diberi kesehatan, kekuatan,

dan kesabaran serta hikmat dalam menyelesaikan penelitian tesis ini, dengan judul

“PELAKSANAAN INVENTARISASI DAN REGISTRASI PENGUASAAN, PEMILIKAN, PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH (P4T) DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR.

Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam

menyelesaikan Program Studi Magister Kenotariatan pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

Dalam kesempatan ini dengan kerendahan hati, Penulis menyampaikan

ucapan terimakasih yang tulus kepada :

1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K), selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kapada penulis

untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Studi Magister

Kenotariatan Sekolah pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Runtung SH, MHum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin Lubis, SH, MS, CN selaku Ketua Program

(6)

peguji yang telah menjadi teman diskusi dan bertanya, ketika kesulitan dalam

penyelesaian tesis ini;

4. Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, M.Hum selaku Sekretaris Program

Studi Kenotariatan Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Sekaligus peguji

yang telah memberi masukan kepada penulis;

5. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum, selaku komisi pembimbing

utama yang selalu memberi perhatian , dorongan dan arahan kepada penulis;

6. Bapak Notaris Syahril Sofyan, selaku komisi pembimbing yang selalu memberi

perhatian, dorongan dan arahan kepada penulis;

7. Bapak Dr. Pendastaren Tarigan SH, MS, selaku dosen pembmbing yang telah

memberikan perhatian, dorongan serta masukan serta kritik yang mambangun

kepada penulis;

8. Bapak-bapak dan ibu-ibu staf pengajar serta para karyawan di Program Studi

Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara;

9. Kepada yang terhormat dan terkasih Bapak G. Tampubolon dan Mama A Br

Siahaan sebagai orang tua terbaik yang selalu tulus, sabar dan tabah dalam segala

hal dari dulu, sekarang, esok dan seterusnya menjadi bagian dalam hidup penulis;

10.Buat keluargaku, Kakakku K’Mariati, Abangku (Pa’Meliska), Eda Ma’Meliska,

Adikku (Bostan Ricardo, Leonardo , Delko Arman, Delfia Vera, Lorenty dan

Kristoper) serta keponakan- keponakanku Iven Meliska dan Gaser Tolopan,

(7)

motivasi yang tiada hentinya kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan,

semoga kita bisa lebih dalam lagi dalam segala hal. I Love U All...

11.Saya juga mengucapkan terimakasih kepada Tulang Rikson (Alm ) dan

Nantulang, Tulang Mery dan Nantulang, Tulang Nova dan Nantulang, Inanguda

Ma’Risma, Inanguda Ma’Roma, Uda Roma, Inanguda Ma’Ita, Uda Ita, dimana

pada saat kita khususnya, keluarga kami menghadapi masalah pada saat saya

memulai kuliah September 2007 sampai Juni 2009. Terimakasih atas segalanya.

Terimakasih yang terkhusus buat Inanguda Marben (Tante Monika) dan Tulang

Sintya (Tulang Baringin dan Nantulang) tak terlupakan kabaikan yang, pada saat-

saat sulit dan senang tetap ada dalam keluargaku. Thanx buat sepupu- sepupu

B’Dame, Kardo, K’Meri (Ma’Deon), K’Lia, B’Edison, Roma, Nasib, Arbi, Nova,

Marben, Yani, Ita, Judika, Syntia, Kelly dan yang lainnya yang tidak bisa saya

sebutkan satu persatu, sukses buat kita semua. Terimakasih Buat N’mboruku,

A’boruku serta sepupu- sepupu saya, kiranya keharmonisan keluarga kita dapat

terjalin seperti dulu.

12.Teman-teman mahasiswa Program Studi Kenotariatan Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara angkatan 2007.

To my best friends

Artha, Novi,

Juliana, K’ Lenny, Afny, B’Juni, B’Raymond, Maria, Debora,

thanks for Your

kindness

. Juga untuk kelas A

thanks

atas kekompakannya selama ini, dan yang

(8)

13. Teman- teman satu kos-an waktu S1 (K’Ana, K’Veni, Bg Vincent, Wanrina) dan

teman-teman sewaktu di FH Unika (Maridonna, Lia, Alida, Anna, Netty,

Fransiska, Henry, Okto, Fransco, SH, MHum, Binsar, Lintong, Nova, SH, Mhum,

Diana) thanks atas semangat yang diberikan.

14.Buat temanku dari kecil Friska, Meilita, yang memberikan semangat, dorongan.

Temanku Melan, B’Nelson S, K’Rontani, k’Rohani, Lia, Siska serta

teman-temanku di Kantor Pertanahan Kabupaten Toba Samosir (R.P Panjaitan, K

Pardede, B Manurung, Sariaman), telah membantu saya dalam riset di Kantor

Kelurahan dan memberikan masukan-masukan yang sangat membantu dalam

penyusunan tesis ini, teristimewa pada saat riset, kalian telah membuat kenangan

bersama yang tak terlupakan dengan teman- temanku Artha, Novi dan Juliana.

S’moga persahabatan kita tetap terjalin….

15. Terimakasih kepada Bapak Harlen Sihotang, SH (Kepala Kantor Pertanahan Kab

Tobasa), Halomoan Nainggolan, SH (Kasie P&PP), Ibu Rut Megawaty

Omppusunggu, SH, Bapak Eduard Hutabarat, SH, Bapak Ir Bambang Maruto,

MM (Kabid P&PP Kanwil BPN Sumut), Bapak Hasanuddin Sinaga (Kasie P&PP

Kanwil BPN Sumut), Bapak Kadis Kehutanan dan Perkebunan Kab. Tobasa, BPS

Tobasa, Bapak Kadir Munthe, Bapak Janter M Siagian, Bapak Togar Pardede,

Bapak Hulman Napitupulu dan Bapak Maruasil Pardede terimakasih atas

kemudahan yang diberikan kepada saya dalam memperoleh data- data yang saya

(9)

Akhirnya saya mengucapkan terimakasih dan mohon maaf kepada semua

pihak dan keluarga yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang telah

memberikan bantuan dan perhatiannya sehingga penulis dapat menyelesaikan

perkuliahan dan penulisan tesis ini. Penulis menyadari tesis ini masih jauh dari

sempurna, namun diharapkan semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, September 2009

Penulis,

(10)

ABSTRAK

Tanah merupakan kebutuhan yang sangat mendasar dan menempati kedudukan yang sangat penting dan strategis dalam kehidupan manusia dan pembangunan. Belum terdatanya semua tanah-tanah yang mengakibatkan tidak jelasnya pemilikan tanah secara maksimum, tanah-tanah absentee, timbulnya

absentee baru, dan penggunaan tanah maksimum. Belum terdatanya semua bidang

tanah mengakibatkan tidak diketahuinya present land use (pengaturan penggunaan) dan present land tenure (pengaturan pemanfaatan) dari tanah tersebut, juga disebabkan tingkat pendaftaran tanah di Indonesia masih relatif rendah. Hal tersebut ditanggapi oleh Pemerintah dengan melakukan kebijakan yang berpedoman kepada Tap MPR No. IX/ MPR/ 2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam dalam Pasal 5 ayat (1) butir c, adalah : “Menyelenggarakan pendataan pertanahan melalui Inventarisasi dan Registrasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah, secara komprehensif dan sistematis dalam rangka pelaksanaan Landreform”. Kabupaten Toba Samosir ditetapkan sebagai daerah pelaksanaan Inventarisasi dan Registrasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T).

Penelitian bersifat deskriptif analitis dengan metode pendekatan Yuridis Empiris. Data diperoleh dengan mengumpulkan data primer dan sekunder. Populasi dalam penelitian adalah masyarakat atas bidang tanah yang dimiliki atau dikuasai masuk dalam pelaksanaan Inventarisasi dan Registrasi P4T. Tehnik pengumpulan data secara Non Probability dengan menggunakan tehnik Purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 15 orang dari lima kelurahan. Alat pengumpul data adalah studi kepustakaan, wawancara dan kuisioner kepada 15 orang sampel. Data dianalisa dengan pendekatan kualitatif sehingga diperoleh data yang bersifat deskriptif. Dalam menganalisa digunakan cara berpikir yang bersifat induktif dan deduktif.

(11)

adanya produk hukum yang secara langsung untuk melaksanakan Tap MPR X/ MPR/ 2001 khususnya mengenai Inventarisasi dan Registrasi P4T, kendala budaya atau masyarakat adalah menganggap bahwa kepemilikan secara hukum adat dan penguasaan secara fisik sudah cukup untuk membuktikan kepemilikannya sehingga masyarakat banyak yang tidak hadir pada saat sosialisi program tersebut, kendala pembiayaan adalah biaya yang diperlukan dilapangan melebihi dari yang diprediksi atau yang direncanakan dan pencairan dana terlambat dari yang direncanakan, dan kendala dari pelaksana adalah kekurangan Tim Pelaksana dan tingkat SDM terutama di bagian juru ukur. Untuk mengatasi kendala tersebut, Kantor Pertanahan Kabupaten Toba Samosir melakukan pelaksanaannya sesuai dengan petunjuk pelaksanaannya Inventarisasi P4T Tahun Anggaran 2008, melakukan pensosialisasian secara kontiniu, konprehensif tentang pentingnya Inventarisasi dan Registrasi P4T, mengurangi bidang tanah yang diukur, penggunaan dana seefisien mungkin dan melakukan pelatihan-pelatihan terutama pada bagian juru ukur.

(12)

ABSTRACT

Land is a very basic need and has a very important and strategic position in human life and development. Since not all of the lands are registered, the maximum ownership the land, absentee land, the incident of absentee land, the maximum use of land becomes unclear, and since the level of land registration n Indonesia is still relatively low, the present land use and present land tenure of the land are also unknown. This condition was responded by the government by making a policy based on Article 5 ( 1 ) point c of the Decision of People’s Consultative Council (TAP MPR) No.IX/MPR/2001 on the agrarian renewal and natural Resources Management saying that: organizing the land data collection through a comprehensive and systemic Exertion, Ownership, Use and Utilization Land Inventory and Registration in the framework of the implementation of land reform. Toba Samosir District, in this case, is determined as the Exertion, Ownership, Use and Utilization Land Inventory and Registration implementing district.

The population of this study were the people whose lands were included ihichn the implementation of the Exertion, Ownership, Use and Utiliztion Land Inventory and Registration and the samples for this study were 15 people fom five sub-districts selected through purpoisive sampling techniques. The primary and secondary data through library research and questionnaire-based interviews. The data obtained were qualitatively analyzed to get the descriptive data.

The result of this study shows that based on the decree of the Head of

(13)

was predicted or planned and the cash of the budget was later that the time planned. The constraint in terms of the program implementer was that they lacked of human resources especially

Those who can measure the land. To cope with this constraint, Samosir Land Office continuously ad comprehensively socialized the importance of the exertion, ownership, Use, Utilization, Land office continuously ad comprehensively socialized the importance of the Exertion, Ownership, Use, Utilization, Land Inventory and Registration, decreased the area of the land measured, used the budged as efficient as possible, and provided trainings especially for the persons who did the measurement.

(14)

RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

Nama : Lisbet Tampubolon

Tempat/ Tanggal Lahir : Balige, 24 Mei 1981

Alamat : Jalan Dwikora II Nomor 10 D Simp.

Marindal Medan

Agama : Kristen Protestan

Telepon/HP : 081361001811

II. ORANG TUA

Nama Ayah : G. Tampubolon

Nama Ibu : A. Br. Siahaan

III. RIWAYAT HIDUP

• 1988 - 1994 : Sekolah Dasar Negeri 173530 Tanggabatu, Balige

• 1994 – 1997 : Sekolah Menengah Tingkat Pertama Negeri 4 Balige

• 1997 – 2000 : Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Balige

• 2000 – 2005 : Fakultas Hukum Jurusan Peradilan dan Advokasi Univ.

(15)

DAFTAR ISI

Hal

No

ABSTRAK... i

ABSTRACT... iii

KATA PENGANTAR... v

RIWAYAT HIDUP... x

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR SINGKATAN... ivx

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I PENDAHULUAN………... 1

A. Latar Belakang……….………….. 1

B. Perumusan Masalah……… 12

C. Tujuan Penelitian………... 13

D. Manfaat Penelitian………... 14

E. Keaslian Penelitian………... 14

F. Kerangka Teori dan Konsepsi………... 15

1. Kerangka Teori………... 15

2. Konsepsi………... 24

G. Metode Penelitian………... 26

1. Spesifikasi Penelitian………... 26

2. Metode Pendekatan………... 26

3. Sumber Data……….... 27

4. Populasi dan Sampel……….... 28

5. Teknik Pengumpulan Data………... 29

6. Alat Pengumpul Data……….. . 29

(16)

8. Analisis Data……….. 30

BAB II PELAKSANAAN INVENTARISASI DAN REGISTRASI PENGUASAAN, PEMILIKAN, PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH (P4T) DI KANTOR

PERTANAHAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR... ... 32

A. Dasar Hukum Pelaksanaan Inventarisasi Penguasaan,

Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)... 32

B. Tahap-tahap Pelaksanaan Inventarisasi dan Registrasi

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan

Pemanfaatan Tanah (P4T)... 41

C. Eksistensi Dan Pelaksanaan Inventarisasi dan Registrasi

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan

Tanah (P4T) di Kantor Pertanahan Kabupaten

Toba Samosir... 54

D. Fungsi dan Manfaat Pelaksanaan Inventarisasi dan Registrasi

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan

Tanah (P4T)... 113

BAB III KENDALA DALAM PELAKSANAAN INVENTARISASI DAN REGISTRASI PENGUASAAN, PEMILIKAN, PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH (P4T) DI KANTOR

PERTANAHAN TOBA SAMOSIR... 123

A. Kendala Hukum atau Yuridis Pelaksanaan Inventarisasi dan Registrasi

P4T di Kantor Pertanahan Kabupaten

Toba Samosir ... 123

B. Kendala Budaya atau Masyarakat Dalam Pelaksanaan

Inventarisasi dan Registrasi P4T di Kantor Pertanahan

Kabupaten Toba Samosir... 125

C. Kendala Pembiayaan Pelaksanaan Inventarisasi dan Registrasi

(17)

D. Kendala Pelaksana dari Pelaksanaaan Inventarisasi dan Registrasi

P4T di Kantor Pertanahan Kabupaten Toba Samosir... 131

BAB IV UPAYA ATAU KEBIJAKAN MENGATASI KENDALA PELAKSANAAN INVENTARISASI DAN REGISTRASI PENGUASAAN, PEMILIKAN, PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH (P4T) DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR... 138

A. Upaya Mengatasi Kendala Hukum atau Yuridis Dalam Pelaksanaan Inventarisasi dan Registrasi P4T di Kantor Pertanahan Kabupaten Toba Samosir... 138

B. Upaya Mengatasi Kendala kulturnya atau Masyarakat Dalam Pelaksanaan Inventarisasi dan Registrasi P4T di Kantor Pertanahan Kabupaten Toba Samosir... 143

C. Upaya Mengatasi Kendala Pembiayaan Dalam Pelaksanaan Inventarisasi dan Registrasi P4T di KantorPertanahan Kabupaten Toba Samosir... 145

E. Upaya Mengatasi Kendala Pelaksana dari Pelaksanaan Inventarisasi dan Registrasi P4T... 146

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 148

A. Kesimpulan... 148

B. Saran... 151

DAFTAR PUSTAKA

(18)

DAFTAR SINGKATAN

1. P4T : Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah

2. UUD : Undang-Undang Dasar

3. MPR : Majelis Permusyawaratan Rakyat

4. UU : Undang-undang

5. PP : Peraturan Pemerintah

6. BPS : Badan Pusat Statistik

7. BPN : Badan Pertanahan Nasional

8. RI : Republik Indonesia

9. Keppres : Keputusan Presiden

10.Kantah : Kantor Pertanahan

11.Kanwil : Kantor Wilayah

12.P& PP : Pengaturan dan Penataan Pertanahan

13.Kasie : Kepala Seksi

14.Kabid : Kepala Bidang

15.DIPA : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

16.BPHN : Badan Penelitian Hukum Nasional

17.SKPA : Surat Kuasa Penggunaan Anggaran

18.PBB : Pajak Bumi dan Bangunan

19.PAD : Pendapatan Asli Daerah

(19)

21.AJB PPAT : Akta Jual Beli Pejabat Pembuat Akta Tanah

22.SHM : Sertifikat Hak Milik

23.SHP : Sertifikat Hak Pakai

24.STW : Sertifikat Tanah Wakaf

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

____________________________________________________________________

Nomor Judul

Halaman

____________________________________________________________________

1. Surat Balasan dari Kantor Wilayah Badan Pertanahan Provinsi 157

Sumatera Utara

2. Surat Balasan dari Kantor Pertanahan Kabupaten Toba Samosir 158

(21)

ABSTRAK

Tanah merupakan kebutuhan yang sangat mendasar dan menempati kedudukan yang sangat penting dan strategis dalam kehidupan manusia dan pembangunan. Belum terdatanya semua tanah-tanah yang mengakibatkan tidak jelasnya pemilikan tanah secara maksimum, tanah-tanah absentee, timbulnya

absentee baru, dan penggunaan tanah maksimum. Belum terdatanya semua bidang

tanah mengakibatkan tidak diketahuinya present land use (pengaturan penggunaan) dan present land tenure (pengaturan pemanfaatan) dari tanah tersebut, juga disebabkan tingkat pendaftaran tanah di Indonesia masih relatif rendah. Hal tersebut ditanggapi oleh Pemerintah dengan melakukan kebijakan yang berpedoman kepada Tap MPR No. IX/ MPR/ 2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam dalam Pasal 5 ayat (1) butir c, adalah : “Menyelenggarakan pendataan pertanahan melalui Inventarisasi dan Registrasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah, secara komprehensif dan sistematis dalam rangka pelaksanaan Landreform”. Kabupaten Toba Samosir ditetapkan sebagai daerah pelaksanaan Inventarisasi dan Registrasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T).

Penelitian bersifat deskriptif analitis dengan metode pendekatan Yuridis Empiris. Data diperoleh dengan mengumpulkan data primer dan sekunder. Populasi dalam penelitian adalah masyarakat atas bidang tanah yang dimiliki atau dikuasai masuk dalam pelaksanaan Inventarisasi dan Registrasi P4T. Tehnik pengumpulan data secara Non Probability dengan menggunakan tehnik Purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 15 orang dari lima kelurahan. Alat pengumpul data adalah studi kepustakaan, wawancara dan kuisioner kepada 15 orang sampel. Data dianalisa dengan pendekatan kualitatif sehingga diperoleh data yang bersifat deskriptif. Dalam menganalisa digunakan cara berpikir yang bersifat induktif dan deduktif.

(22)

adanya produk hukum yang secara langsung untuk melaksanakan Tap MPR X/ MPR/ 2001 khususnya mengenai Inventarisasi dan Registrasi P4T, kendala budaya atau masyarakat adalah menganggap bahwa kepemilikan secara hukum adat dan penguasaan secara fisik sudah cukup untuk membuktikan kepemilikannya sehingga masyarakat banyak yang tidak hadir pada saat sosialisi program tersebut, kendala pembiayaan adalah biaya yang diperlukan dilapangan melebihi dari yang diprediksi atau yang direncanakan dan pencairan dana terlambat dari yang direncanakan, dan kendala dari pelaksana adalah kekurangan Tim Pelaksana dan tingkat SDM terutama di bagian juru ukur. Untuk mengatasi kendala tersebut, Kantor Pertanahan Kabupaten Toba Samosir melakukan pelaksanaannya sesuai dengan petunjuk pelaksanaannya Inventarisasi P4T Tahun Anggaran 2008, melakukan pensosialisasian secara kontiniu, konprehensif tentang pentingnya Inventarisasi dan Registrasi P4T, mengurangi bidang tanah yang diukur, penggunaan dana seefisien mungkin dan melakukan pelatihan-pelatihan terutama pada bagian juru ukur.

(23)

ABSTRACT

Land is a very basic need and has a very important and strategic position in human life and development. Since not all of the lands are registered, the maximum ownership the land, absentee land, the incident of absentee land, the maximum use of land becomes unclear, and since the level of land registration n Indonesia is still relatively low, the present land use and present land tenure of the land are also unknown. This condition was responded by the government by making a policy based on Article 5 ( 1 ) point c of the Decision of People’s Consultative Council (TAP MPR) No.IX/MPR/2001 on the agrarian renewal and natural Resources Management saying that: organizing the land data collection through a comprehensive and systemic Exertion, Ownership, Use and Utilization Land Inventory and Registration in the framework of the implementation of land reform. Toba Samosir District, in this case, is determined as the Exertion, Ownership, Use and Utilization Land Inventory and Registration implementing district.

The population of this study were the people whose lands were included ihichn the implementation of the Exertion, Ownership, Use and Utiliztion Land Inventory and Registration and the samples for this study were 15 people fom five sub-districts selected through purpoisive sampling techniques. The primary and secondary data through library research and questionnaire-based interviews. The data obtained were qualitatively analyzed to get the descriptive data.

The result of this study shows that based on the decree of the Head of

(24)

was predicted or planned and the cash of the budget was later that the time planned. The constraint in terms of the program implementer was that they lacked of human resources especially

Those who can measure the land. To cope with this constraint, Samosir Land Office continuously ad comprehensively socialized the importance of the exertion, ownership, Use, Utilization, Land office continuously ad comprehensively socialized the importance of the Exertion, Ownership, Use, Utilization, Land Inventory and Registration, decreased the area of the land measured, used the budged as efficient as possible, and provided trainings especially for the persons who did the measurement.

(25)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan sebuah negara berkembang yang sedang melaksanakan

pembangunan di segala bidang, dengan penduduknya sebahagian besar bermata

pencaharian (profesi) di bidang pertanian (agraris), baik sebagai petani pemilik tanah

maupun sebagai petani penggarap tanah dan buruh tani. Manusia tidak bisa hidup

tanpa tanah, sebaliknya tanah hanya ada manfaat karena dibutuhkan oleh manusia.1

Dengan semakin meningkatnya kebutuhan manusia akan tanah, masalah tanah

bukan saja masalah yuridis, tetapi menyangkut masalah ekonomi, sosial dan politik.

Hal tersebut dapat dimengerti, karena tanah merupakan kebutuhan yang sangat

mendasar dan menempati kedudukan yang sangat penting dan strategis dalam

kehidupan manusia dan pembangunan, di masa sekarang dan masa yang akan datang.

Dalam Hukum Tanah kita dikenal ada hubungan yang abadi antara tanah dengan Warga Negara Indonesia, dan ini menjadi hubungan yang sangat sakral sehingga lahirlah hubungan magis antara tanah dengan pemiliknya dalam masyarakat. Oleh karena itu menjual tanahpun masih terhalang untuk dapat dilakukan dengan serta merta, baik dengan antar satu keturunan apalagi antar satu desa sebelum hak terdahulu dipenuhi.2

Dari uraian tersebut dapat diartikan bahwa tanah sangat penting artinya bagi

kehidupan manusia, karena tanah mempunyai hubungan bersifat multi dimensi

1

Karel Phil Erari, Tanah Kita, Hidup Kita, Hubungan Manusia dan Tanah di Irian Jaya

sebagai Persoalan Teologis, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1999, halaman 18. 2

(26)

dengan kehidupan masyarakat Indonesia, dan hubungan tersebut tidak hanya bersifat

ekonomis, tetapi juga mempunyai hubungan yang bersifat abadi.3

Arti pentingnya tanah tersebut dapat juga dilihat dalam Pasal 33 ayat (3)

Undang-undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang menyatakan : “Bumi, air dan

kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan

untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”.

Selanjutnya Pasal 2 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) Undang-undang Nomor 5

Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (UUPA) menyatakan :

(1) Atas dasar ketentuan dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-undang Dasar dan hal-hal sebagai dimaksud dalam Pasal 1, bumi, air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam, yang terkandung didalammya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh negara, sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat. (2) Hak menguasai dari Negara termaksud dalam ayat (1) pasal ini memberi

wewenang untuk :

a. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut.

b. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi, air dan ruang angkasa.

c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.

(3) Wewenang yang bersumber dari hak menguasai dari Negara tersebut pada ayat (2) pasal ini digunakan untuk mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat dalam arti kebangsaan, kesejahteraan dan kemerdekaan dalam masyarakat dan Negara Hukum Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur.

3

(27)

Dari kedua peraturan perundang-undangan di atas, diketahui bahwa tanah

sebagai tempat berusaha, yang merupakan bagian dari permukaan bumi harus

dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Jumlah penduduk yang semakin meningkat sebagai akibat pertambahan

penduduk, disisi lain luas tanah pertanian pertambahan arealnya tidak sebanding

dengan jumlah pertambahan penduduk, malah jumlah luasnya cenderung tetap. Selain

itu kegiatan pembangunan yang dilaksanakan sering berlokasi di areal pertanian yang

produktif karena letaknya yang strategis.

Hal tersebut diatas terjadi akibat pembebasan tanahnya dengan harga pasar,

dimana para petani pemilik tanah tidak bisa menahan “rayuan” pemilik modal agar

mau melepaskan tanahnya. Kondisi ini menyebabkan antara lain :

1. Ketimpangan pemilikan/ penguasaan tanah pada suatu wilayah sebagai akibat

kebijakan makro ekonomi nasional yang mengejar pertumbuhan yang

dilaksanakan selama kurun waktu 3 dasawarsa terakhir. Pada masa itu kebijakan

agraria tidak didasarkan atas penataan aset produksi tetapi langsung diarahkan

kepada upaya peningkatan produktivitas pertanian. Pemerintah tidak melakukan

upaya pemerataan aset produksi, melainkan aset produksi dialokasikan pada

sektor ekonomi kuat dan besar, karena diyakini mampu mendorong pertumbuhan

ekonomi yang tinggi. Akibatnya petani kecil semakin ter”marginal” (ter”batas”/

ter “tepi”) dan menjadi petani penggarap yang semakin lemah, atau menjadi

(28)

pertanian yang produktif berubah menjadi: perumahan, perluasan kota, dan

berbagai keperluan non pertanian lainnya.

2. Sejalan dengan bertambahnya penduduk dilain pihak tanah pertanian luasnya

tidak bertambah sehingga bertambah pulalah petani tuna kisma.4

3. Dampak dari keadaan di atas para petani mendapatkan areal pertanian yang tidak

produktif, kurang subur, letaknya tidak strategis dan menyulitkan bagi petani

untuk memasarkan hasil pertaniannya. Akibatnya pendapatan petani menurun /

berkurang demikian pula tingkat kesejahteraannya dan menjadi miskin.5

Di dalam bidang hukum pertanahan, penataan pemilikan dan penguasaan hak atas tanah merupakan bidang sangat vital bagi bangsa, masyarakat dan negara Indonesia sehingga sistem pengelolaan dan pengaturannya menjadi otoritas negara. Hak menguasai dan mengatur sumber daya alam itu untuk mengejar sebesar-besar kemakmuran rakyat telah diamanatkan dalam tujuan negara dan dipertegas dalam Pasal 33 UUD 1945.6

Masalah tanah perlu dilanjutkan dan ditingkatkan langkah-langkah untuk

mengendalikan secara efektif masalah penggunaan, penguasaan, pemilikan, dan

pengalihan hak atas tanah, sehingga benar-benar sesuai dengan asas adil dan merata.

Dalam pengalihan hak atas tanah perlu dicegah pemilikan tanah yang melebihi

ketentuan yang berlaku. Disamping itu perlu pula diusahakan untuk mencegah

4

Tidak memiliki tanah sama sekali (tidak memiliki tanah pertanian dan rumah).

5

Badan Pertanahan Nasional, Reformasi Pertanahan, Pemberdayaan Hak-hak Atas Tanah

ditinjau dari aspek Hukum, Sosial Politik, Ekonomi, Hankam, Teknis, Agama dan Budaya, Mandar

Maju, Bandung, 2002, halaman 200-201.

6

Pendastaren Tarigan, Arah Negara Hukum Demokratis Memperkuat Posisi Pemerintah

Dengan Delegasi Legislasi Namun Terkendali, Dengan Delegasi Pengaturan dan Pengawasan Tindakan Pemerintah Dalam Bidang Pertanahan, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2008, halaman

(29)

pembagian tanah yang sangat kecil, agar manfaat penggunaan tanah tidak makin

berkurang.7

Belum terdatanya semua tanah-tanah yang mengakibatkan tidak jelasnya

pemilikan tanah secara maksimum, tanah-tanah absentee dan berakibat pula

timbulnya absentee baru, dan penggunaan tanah maksimum. Belum terdatanya semua

tanah sebagai alat pembuktian dan alat informasi tentang status sebidang tanah

mengakibatkan tidak diketahuinya present land use (pengaturan penggunaan) dan

present land tenure (pengaturan pemanfaatan) dari tanah tersebut.8

Hal ini juga disebabkan tingkat pendaftaran tanah di Indonesia masih relatif

rendah. Realisasi jumlah tanah yang terdaftar di negara ini, hingga pada tahun 2005

masih terdaftar 31% 9 atau masih 22.985.559 persil.10 Keadaan ini menunjukkan

bahwa masih banyaknya tanah yang belum terdata dan status tanah yang kurang

mendapat kepastian hukum di negara ini.

Dengan terselenggaranya pendaftaran tanah juga dimaksudkan terciptanya

suatu pusat informasi mengenai bidang-bidang tanah sehingga pihak yang

berkepentingan termasuk pemerintah dengan mudah dapat memperoleh data yang

diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan

7

AP Parlindungan, Bunga Rampai, Hukum Agraria Serta Landreform, Bagian III , CV Mandar Maju, Bandung, 1994, halaman 4.

8

Chadidjah Dalimunthe, Pelaksanaan Landreform di Indonesia dan Permasalahannya, Universitas Sumatera Utara, Medan, 2005, halaman 48.

9

Kerangka Kebijakan pertanahan Nasional Tim Teknis Program Pengembangan Kebijakan

dan Manajemen Pertanahan, Disampaiakan pada Workshop Regional dalam Rangka Konsultasi

Publik dan Bappenas, di Pekan Baru 1 Maret 2005.

10

Sambutan Kepala Badan Pertanahan Nasional pada Seminar tentang Efektifitas Lembaga

Rechtsverwerking dalam Mengatasi Kelemahan Sistem Publikasi Pendaftaran Tanah Negatif, Jakarta,

(30)

satuan-satuan rumah susun yang sudah didaftar. Terselenggaranya pendaftaran secara

baik merupakan dasar dan perwujudan tertib administrasi di bidang pertanahan.11

Pendaftaran tanah selain berfungsi untuk melindungi si pemilik, juga berfungsi untuk

mengetahui status sebidang tanah, siapa pemiliknya, apa haknya, berapa luasnya,

untuk apa dipergunakan, dan sebagainya.12

Pasal 7, Pasal 10 ayat (1), Pasal 13 ayat (2) dan Pasal 17 UUPA dapat ditarik

intinya, bahwa Negara sebagai organisasi kekuasaan di seluruh Indonesia mempunyai

kewenangan untuk mengatur peruntukan, penggunaan dan pemeliharaan tanah-tanah

serta hubungan-hubungan hukum yang menyangkut tanah-tanah yang melampaui

batas dan menentukan luas maksimum pemilikan tanah oleh seseorang atau bersama

demi tercapainya kesejahteraan rakyat Indonesia. Ketentuan dari pasal-pasal tersebut

di atas merupakan ketentuan pokok yang memberikan pengaturan secara garis

besarnya saja yaitu mengenai pokok-pokok kebijaksanaan pelaksanaan Landreform.

Pokok-pokok Landreform di Indonesia secara secara prinsipil telah diadopsi

dalam UU Nomor 5 Tahun 1960. Disana dapat dijumpai asas-asas atau

prinsip-prinsip yang berkaitan dengan Landreform, baik ditentukan dalam rumusan

pasal-pasalnya maupun melalui penjelasan UUPA itu sendiri. Karena muatannya bersifat

asas atau pokok-pokok sehingga beberapa ahli hukum pertanahan memberikan

tafsiran pendapat yang tidak seragam.

11

Penjelasan Pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

12

(31)

A.P Parlindungan menyebutkan bahwa UUPA sebagai induk Landreform di

Indonesia,13Sementara itu Boedi Harsono menyatakan asas-asas dan

ketentuan-ketentuan pokok Landreform itu dijumpai dalam UUPA14, demikian juga Gouw giok

Siong menyatakan bahwa di dalam UUPA terdapat prinsip-prinsip Landreform.15

Pandangan tersebut didasarkan pada kenyataan obyektif bahwa UUPA

mengandung ketentuan-ketentuan pokok mengenai Landreform. Secara lebih tegas

Abdurrahman menyatakan ”UUPA sebagai Undang-undang Landreform

Indonesia”16

Pertambahan penduduk selama 4 (empat) dasawarsa dan ketersediaan tanah

yang semakin terbatas serta perkiraan kebutuhannya dimasa mendatang dan belum

tersedianya data pertanahan yang akurat untuk mendeteksi tanah-tanah, hal tersebut

ditanggapi oleh Pemerintah dengan melakukan kebijakan yang berpedoman kepada

Tap MPR No. IX/ MPR/ 2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber

Daya Alam.

Adapun arah kebijakan pembaruan Agraria tersebut, seperti termaktub dalam

Pasal 5 ayat (1) butir c, Tap MPR No. IX/ MPR/ 2001 tentang Pembaruan Agraria

dan Pengelolaan Sumber Daya Alam, adalah :

13

A.P Parlindungan, Landreform di Indonesia, Suatu Studi Perbandingan, CV Mandar Maju, Bandung, 1991, halaman 10.

14

Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Himpunan Peraturan-Peraturan Hukum Tanah, Djambatan, Jakarta, 2000, halaman 350.

15

Gouw Giok Siong, Tafsiran Undang-undang Pokok Agraria, Ken Po, Jakarta, 1960, halaman 22.

16

Abdurrahman, Masalah Pencabutan Hak-hak Atas Tanah dan Pembebasan Tanah di

(32)

“Menyelenggarakan pendataan pertanahan melalui Inventarisasi dan registrasi

penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah, secara

komprehensif dan sistematis dalam rangka pelaksanaan Landreform”.

Untuk melaksanakan Tap MPR No. IX/ MPR/ 2001 di atas pemerintah

melalui Keputusan Presiden No. 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional di

Bidang Pertanahan memutuskan bahwa dalam rangka mewujudkan konsepsi,

kebijakan dan sistem pertanahan nasional yang utuh dan terpadu, maka Badan

Pertanahan Nasional (BPN) melakukan langkah-langkah percepatan di bidang

penyusunan17 dan penyempurnaan berbagai peraturan perundang-undangan di

bidang pertanahan serta pembangunan sistem informasi dan manajemen pertanahan.

Pembangunan sistem informasi dan manajemen pertanahan18 mencakup berbagai

17

Badan Pertanahan Nasional, Pedoman dan Tata Kerja, Inventarisasi dan Registrasi P4T, Jakarta, 2004, halaman 2.

18

Pembangunan sistem informasi dan manajemen pertanahan tersebut meliputi (Keppres No.34 Tahun 2003 Pasal 1 angka 2):

a. Penyusunan basis data tanah-tanah aset negara/ pemerintah daerah di seluruh Indonesia. b. Penyiapan aplikasi data tekstual dan spasial dalam pelayanan pendaftaran tanah dan

penyusunan basis data penguasaan dan pemilikan tanah, yang dihubungkan dengan

e-government, e-commerce dan e-payment.

c. Pemetaan kadastral dalam rangka inventarisasi dan registrasi penguasaan pemilikan penggunaan dan pemanfaatan tanah dengan menggunakan teknologi citra satelit dan teknologi informasi untuk menunjang kebijakan pelaksanaan landreform dan pemberian hak atas tanah.

d. Pembangunan dan pengembangan pengelolaan penggunaan dan pemanfaatan tanah melalui sistem informasi geografi dengan mengutamakan zona sawah berigasi dalam rangka memelihara ketahanan pangan nasional, pemetaan kadasteral dalam rangka inventarisasi dan registrasi penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah dengan menggunakan teknologi citra satelit dan teknologi informasi untuk mununjang kebijakan pelaksanaan landreform dan pemberian hak atas tanah.

Sarjita, Masalah Pelaksanaan Urusan Pertanahan dalam Otonomi Daerah (Keppres No. 34

(33)

kegiatan yang salah satunya adalah penyusunan basis data penguasaan dan pemilikan

tanah yang menunjang kebijakan pelaksanaan landreform.19

Agenda kegiatan penyusunan basis data tersebut oleh Badan Pertanahan

Nasional (BPN) yang dikenal dengan Program Inventarisasi Data Penguasaan,

Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T). Kegiatan tersebut

dimaksudkan sebagai upaya untuk memperoleh data P4T yang berbasis bidang tanah

secara komprehensif dan sistematis dari seluruh batas yurisdiksi desa/ kelurahan.

Secara komprehensi dimaksudkan bahwa inventarisasi ini dilakukan secara terpadu

mengenai berbagai aspek yang berhubungan dengan data penguasaan, pemilikan,

penggunaan dan pemanfaatan tanah pada setiap bidang tanah yang ada di setiap desa/

kelurahan. Bersifat sistematis, bermakna bahwa data P4T akan dapat mengungkapkan

tentang pemilikan, penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah di setiap desa

atau kelurahan.

Diharapkan hasil Inventarisasi tersebut dapat merumuskan kebijakan,

perencanaan, penataan dan pengendalian P4T atau Landreform yang pada gilirannya

setiap jengkal tanah dapat memberikan sebesar-besar kemakmuran rakyat yang

berkeadilan. Jadi Landreform dimaksudkan untuk menghilangkan

penghalang-panghalang terhadap perkembangan pembangunan ekonomi sosial dengan jalan

redistribusi di bidang kekayaan, kesempatan dan kekuasaan sebagai manifestasi dari

pemilikan dan pengawasan terhadap tanah, air dan sumber daya lainnya.20

19

Ibid, halaman 2.

20

(34)

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Toba Samosir luas

wilayah Kabupaten Toba Samosir 202.180 Ha.

Data Kondisi Tanah di Kabupaten Toba Samosir

No Data Tanah Bidang Luas (Ha) Keterangan

1 Tanah Negara Bekas Hak __ __

2 Tanah Negara Bekas

Kawasan

__ __

3 Hak Milik 13.508 471,6

4 Hak Guna Usaha

5 Hak Pakai 45 6,31

5 Hak Guna Bangunan 30 43,5

6 Hak Pengelolaan 1 2,6

7 HMSRS __ __

8 Wakaf 12 0,75

9 Tanah Absentee __ __ Masih Tahap

Inventarisasi

10 Tanah Melebihi Batas

maksimum

__ __ Masih Tahap

Inventarisasi

Sumber Data : Kantor Pertanahan Kabupaten Toba Samosir Tahun 2008.

Dari data Kanwil BPN Propinsi sumatera Utara, bidang tanah yang berasal

(35)

bidang tanah seluas 471,6 Ha, Hak Guna Usaha tidak ada, Hak Guna Bangunan 30

bidang tanah seluas 43,5 Ha, Hak Pakai 45 bidang tanah seluas 6,31 Ha, Hak

Pengelolaan 1 bidang tanah seluas 2,6 Ha, Hak Milik Satuan Rumah Susun tidak ada,

Tanah Wakaf 12 bidang tanah seluas 0,75 Ha. Jumlah Sertifikat 13.596 bidang tanah

seluas 524,76 Ha. Tanah absentee masih tahap inventarisasi, tanah melebihi batas

maksimum juga dalam tahap inventarisasi.

Luas kawasan Hutan Kabupaten Toba Samosir Berdasarkan Master Plan

Rehabilitasi Hutan dan Lahan (MPRHL) Propinsi Sumatera Utara Tahun 2003.

No Fungsi Hutan Luas (Ha)

1 Hutan Lindung 122.084, 08

2 Hutan Produksi 16.781,00

3 Hutan Produksi Terbatas 17.708,10

4 Hutan Suaka Alam 23.800,00

5 Lahan Kritis 158.506, 15

a. Dalam kawasan hutan negara 154.100,47

b. Lahan milik masyarakat 4.405,68

Sumber : Dinas Kehutanan Kabupaten Toba Samosir

Luas hutan Kabupaten Toba Samosir Tahun 2005 adalah seluas 180.373,58

Ha. Hutan Lindung seluas 122.048, 08 Ha, Hutan Produksi seluas 16.781,00 Ha,

(36)

Lahan Kritis 158.506,15 Ha, dalam kawasan hutan negara seluas 154.100,47 Ha,

dalam lahan milik masyarakat seluas 4.405, 68 Ha.

Daerah Toba Samosir pendaftaran tanah masih relatif rendah, hingga pada

Tahun 2007 masih terdaftar 13.596 bidang atau seluas 524,76 Ha. Masyarakat

pedesaan atau pinggiran kota tidak melaksanakan pendaftaran tanah, sebagaimana

yang dicita-citakan perundang-undangan mengenai tanah, penghalang utamanya

adalah mahalnya biaya pendaftaran dan rumitnya prosedur yang ditempuh.21

Permasalahan lain adalah status tanah sebagai tanah adat. Tanah adat ini

dimiliki oleh individu atau kelompok masyarakat secara turun-temurun sejak nenek

moyangnya. Oleh karena itu mereka menganggap pemilikan itu sudah kuat dan pasti,

sehingga tidak ditemukan bukti-bukti lainnya untuk memperkuat atau mengokohkan

pemilikan tersebut. Mereka sudah begitu lama, bahkan berabad-abad mendudukinya

dan memperoleh nafkah dari tanah tersebut.22

Berdasarkan kondisi tersebut Kabupaten Toba Samosir ditetapkan sebagai

daerah pelaksanaan Inventarisasi dan Registrasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan

dan Pemanfaatan Tanah (P4T).

B. Perumusan Masalah

Dari uraian tersebut, maka yang jadi permasalahan di dalam penelitian ini

adalah

21

Maria Somarjono dan Martin Samosir, Hukum Pertanahan Dalam Berbagai Aspek, Bina Media, Medan, 2000, halaman 36.

22

Suharti Agustina Samosir, Pengaruh Pola Pikir Masyarakat Batak Toba di Kecamatan

Tarutung Terhadap Perkembangan Pendaftaran Tanah, Tesis, SPS Mkn USU Medan, 2008, halaman

(37)

1. Bagaimanakah pelaksanaan Inventarisasi dan Registrasi Penguasaan, Pemilikan,

Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) di Kantor Pertanahan Kabupaten

Toba Samosir?

2. Apakah kendala dalam pelaksanaan Inventarisasi dan Registrasi Penguasaan,

Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) di Kantor Pertanahan

Kabupaten Toba Samosir ?

3. Bagaimanakah upaya atau kebijakan yang dilakukan dalam mengatasi kendala

yang ditemui dalam pelaksanaan Inventarisasi dan Registrasi Penguasaan,

Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) di Kantor Pertanahan

Kabupaten Toba Samosir ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pelaksanaan Inventarisasi dan Registrasi Penguasaan,

Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) di Kantor Pertanahan

Kabupaten Toba Samosir.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor kendala dalam pelaksanaan Inventarisasi dan

Registrasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) di

Kantor Pertanahan Kabupaten Toba Samosir dan upaya mengatasinya.

3. Untuk mengetahui upaya atau kebijakan yang dilakukan dalam mengatasi kendala

(38)

Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) di Kantor Pertanahan Kabupaten Toba

Samosir.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis

maupun praktis.

1. Secara teoritis

a. Sebagai bahan informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan

Inventarisasi dan Registrasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan

Pemanfaatan Tanah (P4T).

b. Memberikan Sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum khususnya

Hukum Agraria.

2. Secara praktis

a. Sebagai bahan masukan bagi Kantor Pertanahan Kabupaten Toba Samosir

dalam pelaksanaan Inventarisasi dan Registrasi Penguasaan, Pemilikan,

Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T).

b. Sebagai bahan kajian bagi akademisi untuk menambah wawasan ilmu

pengetahuan khususnya Hukum Agraria.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan informasi dan penelusuran yang dilakukan pada program Pasca

(39)

“Pelaksanaan Inventarisasi Dan Registrasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan

Dan Pemanfaatan Tanah (P4T) Di Kantor Pertanahan Kabupaten Toba Samosir “ belum ada yang membahasnya, sehingga tesis ini dapat dipertanggung

jawabkan keasliannya secara akademis.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah suatu kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat

teori, tesis, mengenai sesuatu kasus atau permasalahan (problem) yang menjadi bahan

perbandingan, pegangan teoritis, yang mungkin disetujui ataupun tidak disetujui yang

dijadikan masukan dalam membuat kerangka berpikir dalam penulisan.23 Dalam

setiap penelitian harus disertai dengan pemikiran-pemikiran yang teoritis, oleh karena

adanya hubungan timbal balik yang erat antara teori dengan kegiatan pengumpulan,

pengolahan, analisa dan konstruksi data.24 Kerangka teori merupakan teori yang

dibuat untuk memberikan gambaran yang sistematis mengenai masalah yang akan

diteliti. Teori itu masih bersifat sementara, yang akan dibuktikan kebenarannya

dengan cara meneliti dalam realitas.25

Belum terdatanya semua bidang-bidang tanah, yang juga disebabkan tingkat

pendaftaran tanah di Indonesia masih relatif rendah yang akan mengakibatkan tidak

jelasnya penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah, baik pemilikan

23

Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994, halaman 80.

24

Soerjono, Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta, 1986, halaman 122.

25

(40)

tanah secara maksimum, tanah-tanah absentee dan berakibat pula timbulnya absentee

baru, dan penggunaan tanah maksimum.

Pasal 33 ayat (3) Undang-undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang menyatakan :

“Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan

dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Untuk tercapainya hal

tersebut di atas maka perlu dilakukan Inventarisasi P4T sehingga dapat dirumuskan

kebijakan, perencanaan, penataan dan pengendalian P4T yang dipergunakan untuk

kemakmuran rakyat

Untuk dapat terlaksananya suatu peraturan perundang-undangan secara

efektif, itu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut :26

a. Faktor hukumnya sendiri:

b. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk hukum menegakkan hukum:

c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegak hukum;

d. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan;

e. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia didalam pergaulan hidup.

Abdurrahman senada dengan Soerjono Soekanto yang mengemukakan bahwa

ada beberapa faktor yang mempengaruhi keefektifan berlakunya undang-undang atau

peraturan, yaitu :27

a. Faktor peraturan hukumnya sendiri baik yang menyangkut sistem peraturannya dalam arti sinkronisasi antara peraturan yang satu dengan yang lainnya, peraturan

26

Soerjono Soekanto, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, halaman 15.

27

(41)

yang mendukung pelaksanaan peraturan yang bersangkutan dan substansi atau isi dari peraturan tersebut.

b. Faktor pelaksana dan penegak hukum yang diserahi tugas untuk melaksanakan peraturan tersebut.

c. Faktor sarana dan prasarana yang mencakup berbagai fasilitas yang diperlukan untk mendukung pelaksanaan peraturan tersebut.

d. Faktor budaya dan masyarakat setempat banyak mempengaruhi pelaksanaan undang-undang atau peraturan yang bersangkutan.

Faktor-faktor tersebut di atas saling berkaitan erat satu sama lain, sebab

merupakan esensi dari penegakan hukum, juga merupakan tolak ukur dari efektivitas

berlakunya undang-undang atau peraturan. Keempat faktor tersebut dapat dikaji

berdasarkan teori sistem hukum dari Lawrence M. Friedman yang menyatakan :

untuk menilai bekerjanya hukum sebagai suatu proses, ada 3 komponen yang harus

diperhatikan, yaitu : (a) Legal structure (struktur hukum); (b) Legal substance

(substansi hukum); (c) Legal culture (budaya hukum).28

Dari ketiga komponen-komponen dalam sistem yang saling mempengaruhi

satu sama lain tersebut, maka dapat dikaji bagaimana bekerjanya hukum dalam

praktek sehari-hari. Hukum merupakan budaya masyarakat, oleh karena itu tidak

mungkin mengkaji hukum secara satu atau dua sistem hukum saja, tanpa

memperhatikan kekuatan-kekuatan sistem yang ada dalam masyarakat. Suatu

Peraturan Pemerintah haruslah dijalankan oleh organ atau struktur yang benar, akan

tetapi itu semua akan berjalan dengan efektif apabila didukung oleh budaya

hukumnya. Dengan demikian teori sistem hukum ini menganalisa masalah-masalah

terhadap penerapan substansi hukum, struktur hukum dan budaya hukum. Ketiga

28

Lawrence M. Friedman seperti yang dikutip dalam buku Ediwarman, Perlindungan Hukum

(42)

komponen-komponen inilah yang harus dapat dilaksanakan di dalam efektifitas

pelaksanaan Inventarisasi dan Registrasi P4T menurut Hukum Agraria.

Majelis Permusyawaratan Republik Indonesia mempunyai tugas

konstitusional untuk menetapkan arah dan dasar bagi pembangunan nasional yang

dapat menjawab berbagai persoalan kemiskinan, ketimpangan dan ketidakadilan

sosial-ekonomi rakyat serta kerusakan sumber daya alam. Untuk mewujudkan

cita-cita luhur bangsa Indonesia sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945,

diperlukan komitmen politik yang sungguh-sungguh untuk memberikan dasar dan

arah bagi pembaruan agraria dan pengelolaan sumber daya alam yang adil,

berkelanjutan dan ramah lingkungan. Hal tersebut akan tercapai apabila dilakukan

dengan cara terkoordinasi, terpadu dan menampung dinamika, aspirasi dan peran

serta masyarakat, serta menyelesaikan konflik.29 Badan Pertanahan Nasional (BPN)

sebagai penyelenggara pemerintahan di bidang pertanahan sampai jajarannya ke

daerah harus benar-benar melaksanakan tugas dan fungsinya, khususnya Tim

pelaksana program Inventarisasi P4T di Kantor Pertanahan dan Kantor Wilayah

Badan Pertanahan Nasional yang selanjutnya di sebut Kanwil BPN, sebagaimana

yang diindikasikan pada Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan

Pertanahan Nasional telah diikuti dengan penataan kelembagaan untuk memastikan

bahwa struktur organisasi yang baru mampu melaksanakan tugas pokok dan

fungsinya masing-masing.

29

Boedi Harsono, Menuju Penyempurnaan Hukum Tanah Nasional Dalam Hubungannya

(43)

Amanat konstitusi di bidang pertanahan menuntut agar politik dan kebijakan

pertanahan dapat memberikan kontribusi nyata dalam proses mewujudkan “keadilan

sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” (sebagaimana diamanatkan pada Sila kelima

Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945) dan mewujudkan “sebesar-besar

kemakmuran rakyat” (sebagaimana diamanatkan pada Pasal 33 ayat 3 UUD 1945).

Nilai-nilai dasar ini mensyaratkan dipenuhinya hak rakyat untuk dapat mengakses

berbagai sumber kemakmuran, terutama tanah. Tanah adalah sesuatu yang sangat

vital bagi sebagian besar rakyat Indonesia yang susunan masyarakat dan

perekonomiannya bercorak agraris. Tanah adalah kehidupan. Dengan terbukanya

akses rakyat kepada tanah dan dengan kuatnya hak rakyat atas tanah, maka

kesempatan rakyat untuk memperbaiki sendiri kesejahteraan sosial-ekonominya akan

semakin besar

Pancasila adalah merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia (Way of life)

yang dijadikan pedoman hidup bangsa Indonesia dalam mencapai kesejahteraan lahir

dan batin dalam masyarakat yang heterogen (beragam). Pancasila sebagai dasar

negara dan sumber dari segala sumber tertib hukum. Hal tersebut tercermin dalam

Pembukaan UUD 1945 pada ke-empat pokok-pokok pikiran yang menampilkan ke-5

Sila tersebut sebagai asas.30

30

Pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 1945 adalah a. Negara melindungi segenap Bangsa Indonesia.

b. Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.

c. Negara yang berkedaulatan rakyat, berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan.

(44)

Sebagai kaidah hukum Konstitusi adalah UUD 1945 yang merupakan dasar

dari pembentukan setiap perundang-undangan. Sebagai kaidah hukum umum atau

kaidah hukum abstrak adalah UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

Pokok-pokok Agraria.

Kaidah hukum individu/ konkrit dari badan pelaksana/ penegak hukum adalah

- Undang-undang No. 56 Prp Tahun 1960

- Peraturan Pemerintah (PP) 224 tahun 1961

- Dan lain-lain

Dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan dibidang pertanahan dituntut

adanya sarana kerja berupa data Penguasaan, Pemillikan, Penggunaan dan

Pemanfaatan Tanah (P4T), tanpa adanya informasi bidang demi bidang dalam satu

batas administrasi pemerintah tertentu (desa/ kelurahan atau kecamatan) sangat sulit

untuk menemukan tanah-tanah objek Landreform. Dengan demikian tanpa adanya

data tersebut sangat sulit untuk menemukan calon-calon lokasi tanah objek

Landreform. Jadi data P4T yang dikumpulkan secara sistematis dan disajikan secara

spasial sangat dibutuhkan, dalam pelaksanaan kebijakan dibidang Landreform yang

pada akhirnya akan meningkatan pendapatan masyarakat.

Negara dalam melakukan percepatan kesejahteraan rakyat dalam bidang

pertanahan salah satunya dengan subsidi yang dilakukan di Badan Pertanahan

Nasional Republik Indonesia, salah satu bentuk subsidinya melalui P4T. Kegiatan

(45)

Inventarisasi P4T merupakan bagian dari fortopolio BPN Republik Indonesia yang

dalam pelaksanaannya di lapangan bersifat partisipatif.

Data P4T menjadi sangat penting, sejalan dengan tekad Bangsa Indonesia

untuk melaksanakan pembaruan Agraria. Salah satu arah kebijakan pembaruan

Agraria seperti yang termaktub dalam Tap MPR No. IX/ MPR/ 2001 tentang

Pembaruan Agraria dan Pengelolaan suumber Daya Alam, Pasal 5 ayat (1) butir c

“Menyelenggarakan pendataan pertanahan melalui inventarisasi dan registrasi

penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah secara komprehensif

dan sistematis dalam rangka pelaksanaan Landreform”

Landasan hukum dari pelaksanaan kegiatan Inventarisasi dan Registrasi data

P4T adalah berbagai peraturan yang berkaitan dengan upaya penataan P4T seperti :

a. Tap MPR No. IX/ MPR/ 2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan

Sumber Daya Alam

b. Undang-undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria

c. Undang-undang No. 51 tahun 1960 tentang Larangan Pemakaian Tanah tanpa izin

yang Berhak atau Kuasanya.

d. Undang-undang No. 56 Prp Tahun 1960 tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian.

e. Peraturan Pemerintah (PP) No. 224 Tahun 1961 tentang Pelaksanaan Pembagian

Tanah dan Pemberian Ganti Kerugian.

f. Keputusan Presiden (Keppres) No. 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional

Dibidang Pertanahan.

(46)

h. Keputusan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional No.5

Tahun1995 tentang Gerakan Nasional Sadar Tertib Pertanahan.

i. Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 6 Tahun 2001 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Badan Pertanahan Nasional.

j. Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 2 Tahun 2003 tentang Norma

dan Standar Mekanisme Ketalaksanaan Kewenangan Pemerintah di Bidang

Pertanahan yang Dilaksanakan oleh Pemerintah Pemerintah Kabupaten/ Kota.

Inventarisasi data P4T dimaksudkan sebagai upaya untuk memperoleh data

P4T yang komprehensif secara sistematis dengan unit kerja pendataan adalah desa/

kelurahan yang berbasis informasi bidang tanah. Karena bersifat sistematis, maka

data P4T dapat mengungkapkan pola pemilikan dan penguasaan tanah di setiap desa/

kelurahan sedangkan tujuannya adalah tersedianya data P4T yang digunakan sebagai

bahan dalam melaksanakan kebijakan serta pengendalian di bidang pertanahan

khususnya di bidang pengaturan penguasaan tanah.

Registrasi P4T dimaksudkan sebagai pelayanan mendaftarkan atau meregister

tanah objek P4T sedangkan tujuannya adalah terdaftarnya seluruh bidang-bidang

tanah tersebut sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) No.24 Tahun 1997.

Persyaratan lokasi kegiatan Inventarisasi P4T adalah :

Satuan kegiatan Inventarisasi P4T adalah desa/ kelurahan secara utuh/

lengkap. Tahun anggaran 2008 kegiatan Inventarisasi P4T diarahkan kepada desa/

(47)

1. Desa atau kelurahan yang diperkirakan memiliki potensi tanah-tanah obyek

penataan penguasaan dan pemilikan tanah redistribusi atau menjadi sasaran

pengendalian tertib administrasi pengaturan penguasaan tanah.

2. Desa atau kelurahan yang mempunyai Peta Dasar, baik peta Foto, Garis maupun

hasil kompilasi dari berbagai peta yang ada di suatu kabupaten / kota.

3. Desa atau kelurahan yang memiliki tidak kurang dari 500 bidang tanah. Atau

merupakan desa kegiatan P4T tahun sebelumnya yang data dan petanya belum

lengkap 1 (satu) desa/ kelurahan (prinsip desa lengkap P4T). Satuan wilayah

terkecil dalam penetuan detail lokasi.

4. Desa atau kelurahan kegiatan P4T adalah desa/ kelurahan yang bukan merupakan

lokasi kegiatan sertifikat tanah secara massal.

Untuk Tahun 2008, pelaksanaan Inventarisasi P4T adalah 500 s/d 550 bidang tiap

desa/ kelurahan. Apabila jumlah bidang tanah dalam satu desa/ kelurahan

melebihi dari target, maka target tersebut merupakan prioritas kegiatan baru P4T

tahun berikut.

Pertanahan harus memberikan kontribusi yang jelas untuk kesejahteraan

rakyat. Sertifikasi sangat penting karena sertifikasi itu legalisasi aset yang punya

kontribusi yang nyata terhadap pertumbuhan ekonomi. Dengan legalisasi aset maka

perputaran ekonomi akan membesar karena sertifikat sudah menjadi bagian penting

dari sistem. Akan tetapi sertifikasi akan mengakibatkan pergantian dan perubahan

kepemilikan melalui sistem pasar dan umumnya ada kecenderungan terjadi

(48)

tertarik untuk menjual tanahnya. Hal tersebut disebabkan oleh karena sertifikasi itu

sangat luas, asetnya legal, menjadi formal, asetnya bisa masuk ke dalam sistem

formalnya politik ekonomi negara, sehingga asetnya meningkat, aman, property value

(nilai ekonomi) nilai tanah itu meningkat dan sudah masuk dalam sistem pasar.31

2. Konsepsi

Kerangka konsepsi pada hakekatnya merupakan suatu pengarah atau pedoman

yang lebih konkrit dari pada kerangka teoritis yang seringkali masih bersifat abstrak.

Namun demikian suatu kerangka konsepsi belaka, kadang-kadang masih juga abstrak,

sehingga diperlukan defenisi-defenisi operasional yang akan dapat menjadi pegangan

konkrit didalam proses penelitian. Dengan demikian maka kecuali terdiri dari

konsep-konsep, suatu kerangka konsepsi dapat pula mencakup defenisi operasional. 32

Defenisi merupakan keterangan mengenai maksud untuk memakai sebuah

lambang secara khusus, yaitu menyatakan apa arti sebuah kata.33 Dimana pentingnya

defenisi operasional ini bertujuan untuk menghindari perbedaan salah pengertian atau

penafsiran mendua (dubius) dari suatu istilah yang dipakai. Selain itu, dipergunakan

juga untuk memberikan pegangan pada proses penelitian ini.34 Oleh karena itu dalam

penelitian ini perlu dirumuskan beberapa defenisi konsep dasar sebagai acuan agar

penelitian ini sesuai dengan yang diharapkan, yaitu :

a. Inventarisasi dan Registrasi P4T

31

Rapat Kerja Nasional BPN RI 2009, BPN RI Menjawab Tantangan Reforma Agraria dan

Pelayanan Publik Pertanahan, 2009, halaman 17-18. 32

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta, 1986, halaman 133.

33

Rianto Adi, Op.Cit, halaman 132.

34

(49)

Berdasarkan rumusan hasil rapat kerja Badan Pertanahan Nasional (BPN)

yang dilaksanakan di Malino (Sulawesi Selatan) dan Bandar Lampung, 35 dimana:

1) Inventarisasi diidentikkan dengan kegiatan pra pelayanan dimana hasil

akhirnya adalah berupa data informasi bagi perumusan kebijakan

perencanaan, penataan dan pengendalian Penguasaan, Pemilikan,

Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T).

2) Registrasi diidentikkan dengan kegiatan pelayanan yang hasil akhirnya

berupa sertifikat sebagai jaminan kepastian hukum.

b. Penguasaan tanah adalah hubungan hukum antara orang per orang, kelompok

orang, atau badan hukum dengan tanah sebagaimana dimaksud dalam

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria.36

c. Pemilikan atas tanah adalah jaminan hukum yang lebih luas dan terpenuh dari

hak- hak lain untuk melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan hak itu

untuk memenuhi kepentingannya sepanjang tidak bertentangan dengan fungsi

sosial.37

d. Penggunaan tanah adalah wujud tutupan permukaan bumi baik yang merupakan

bentukan alami maupun buatan manusia.38

e. Pemanfaatan tanah adalah kegiatan untuk mendapatkan nilai tambah tanpa

mengubah wujud fisik penggunaan tanahnya.39

35

Badan Pertanahan Nasional, Op. Cit, halaman 1-2.

36

Pasal 1 angka 2 Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah.

37

Pendastaren Tarigan, Op. Cit, halaman 60.

38

(50)

f. Landreform adalah perombakan mengenai pemilikan dan penguasaan tanah serta

hubungan-hubungan hukum yang bersangkutan dengan pengusahaan tanah.40

g. Tanah Absentee adalah tanah yang dimiliki seseorang (pemilik), dimana orang

tersebut bertempat tinggal di luar kecamatan tempat letaknya tanah tersebut.41

h. Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat hukum

yang memiliki batas batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-asul dan adat

istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.42

i. Kelurahan adalah daerah pemerintahan yang paling bawah yang dipimpin oleh

seorang lurah.43

G. Metode Penelitian

1. Spesifikasi Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis yaitu penelitian yang akan

memaparkan dan menganalisa permasalahan yang akan dikemukakan.

2. Metode Pendekatan

39

Pasal 1 angka 4 Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah.

40

Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-undang Pokok

Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, jilid I, Edisi Revisi, 2005, Djambatan, Jakarta, halaman 364. 41

Tampil Anshari Siregar, Undang-Undang Pokok Agraria Dalam Bagan, FH USU, Medan, 2006, halaman 77.

42

Pasal 1 angka 12 Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

43

(51)

Metode pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan Yuridis Empiris yaitu pendekatan terhadap suatu masalah dengan cara

melihat dari segi Yuridis (peraturan-peraturan atau norma-norma yang berlaku) serta

melihat kenyataan yang sebenarnya terjadi dalam masyarakat (empiris)

3. Sumber Data

Data penellitian ini diperoleh dengan mengumpulkan data primer dan data

sekunder, yaitu :

a. Data primer

Data Primer yaitu data pokok yang diperoleh dari Kepala/ Staf Kantor

Pertanahan Kabupaten Toba Samosir yang dianggap berkompeten untuk

memberikan pendapat yang berhubungan dengan permasalahan. Untuk mendukung

data primer diperlukan informasi dari anggota masyarakat yang atas bidang tanah

yang dimiliki atau dikuasai masuk dalam pelaksanaan program Inventarisasi dan

Registrasi P4T di Kabupaten Toba Samosir.

b. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dengan studi kepustakaan dengan mempelajari :

1. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum berupa peraturan

perundang-undangan, dokumen resmi atau catatan resmi yang mempunyai otoritas yang

(52)

2. Bahan hukum sekunder yaitu semua bahan hukum yang merupakan publikasi

dokumen tidak resmi meliputi buku-buku, majalah, karya ilmiah yang

berkaitan dengan permasalahan.44

3. Bahan hukum tertier yaitu bahan-bahan yang memberi petunjuk atau

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yaitu

kamus (hukum), majalah, surat kabar, jurnal ilmiah, internet, dan sebagainya.

4. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan atau himpunan objek-objek penelitian yang

mempunyai ciri-ciri yang sama yang dapat berupa orang atau benda.45 Populasi

dalam penelitian ini adalah masyarakat yang atas bidang tanah yang dimiliki atau

dikuasai masuk dalam pelaksanaan program Inventarisasi dan Registrasi P4T di

Kabupaten Toba Samosir yaitu Kelurahan Balige Satu, Kelurahan Balige Tiga,

Kelurahan Lumban Dolok Hauma Bange, Kelurahan Napitupulu Bagasan,

Kelurahan Pardede Onan. Untuk itu diambil sebanyak 3 (tiga ) orang dari setiap

kelurahan sehingga samplenya sebanyak 15 (lima belas) orang.

Untuk melengkapi data dalam penelitian ini, perlu nara sumber yang

berkompeten yang berhubungan dengan permasalahan dalam tesis ini yaitu :

1. Bapak Harlen Sihotang selaku Kepala Kantor Pertanahann Kabupaten Toba

Samosir dan Bapak Halomoan Nainggolan sebagai Kepala Seksi Pengaturan dan

44

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Grpu, Jakarta, 2005, halaman 141.

45

Gambar

Gambar 1. Sinkronisasi Kegiatan Inventarisasi P4T
Tabel 1. Kondisi Administrasi Pertanahan Balige 1.
Tabel 2. Struktur Pemilikan Tanah Kelurahan Balige I
Tabel 3. Struktur Pemilikan Tanah sawah Kelurahan Balige I
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menggunakan operasi dan manipulasi aljabar dalam pemecahan masalah yang beraitan dengan: bentuk pangkat, akar, logaritma, persamaan dan fungsi komposisi

Tujuan penelitian : Diketahui efektivitas kompres hangat terhadap penurunan dismenorhea (nyeri haid) pada mahasiswa angkatan 2007 STIKES ‘AISYIYAH Yogyakart a.. Metode penelitian

communion atau komunikasi fatis dalam pesan singkat atau SMS mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Lampung kepada dosennya ditandai

Selang luas optimal untuk petani berlahan sempit adalah untuk musim hujan 0, 138-0,559 ha, musim kemarau 0,071-0,333 ha, dan musim labuhan 0,162-0,934 ha. Hal ini ditunjukkan oleh

nilai signifikan untuk uji F sebesar 0,000 karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka H 0 ditolak dan H 1 diterima sehingga dikatakan Store Atmosphere dan Peer

Uji radionuklida gipsum dengan metode LIBS menggunakan objek gipsum berukuran 1 cm × 3 cm dan proteksi radiasi dengan metode jarak menggunakan Surveymeter dengan objek papan

Skripsi berjudul Pengaruh Harga, Kualitas Produk, dan Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian Handphone Berbasis Android, (Studi Kasus pada Mahasiswa UMK Fakultas Ekonomi

Area di sekeliling tapak terdapat perumahan warga, dan memiliki kondisi jalan yang cukup baik, trotoar untuk pejalan kaki, dan lokasi terdapat di pinggir sawah, kondisi