PELAKSANAAN INVENTARISASI DAN REGISTRASI
PENGUASAAN, PEMILIKAN, PENGGUNAAN
DAN PEMANFAATAN TANAH (P4T)
DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR
TESIS
OLEH
LISBET TAMPUBOLON
077011039/MKn
PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PELAKSANAAN INVENTARISASI DAN REGISTRASI
PENGUASAAN, PEMILIKAN, PENGGUNAAN
DAN PEMANFAATAN TANAH (P4T)
DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan dalam program studi Kenotariatan pada
Sekolah Pasca Sarjana Universitas
OLEH
LISBET TAMPUBOLON
077011039/MKn
PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Tesis : PELAKSANAAN INVENTARISASI DAN REGISTRASI PENGUASAAN, PEMILIKAN, PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH (P4T) DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR
Nama Mahasiswa : Lisbet Tampubolon Nomor Pokok : 077011039
Program Studi : Kenotariatan
Menyetujui Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, Mhum (Ketua)
Notaris Syahril Sofyan, SH, Mkn ` Dr. Pendastaren Tarigan, SH, MS (Anggota) (Anggota)
Ketua Program Studi Direktur
(Prof.Dr.Muhammad Yamin,SH,MS,CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)
Telah Diuji pada
Tanggal : 0 9 September 2009
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, Mhum Anggota : 1. Notaris Syahril Sofyan, SH, Mkn
2. Dr. Pendastaren Tarigan, SH, MS
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Besar
danPengasih, karena berkatNya dan kasihNya, Penulis diberi kesehatan, kekuatan,
dan kesabaran serta hikmat dalam menyelesaikan penelitian tesis ini, dengan judul
“PELAKSANAAN INVENTARISASI DAN REGISTRASI PENGUASAAN, PEMILIKAN, PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH (P4T) DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR.
Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam
menyelesaikan Program Studi Magister Kenotariatan pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
Dalam kesempatan ini dengan kerendahan hati, Penulis menyampaikan
ucapan terimakasih yang tulus kepada :
1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K), selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kapada penulis
untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Studi Magister
Kenotariatan Sekolah pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Runtung SH, MHum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin Lubis, SH, MS, CN selaku Ketua Program
peguji yang telah menjadi teman diskusi dan bertanya, ketika kesulitan dalam
penyelesaian tesis ini;
4. Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, M.Hum selaku Sekretaris Program
Studi Kenotariatan Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Sekaligus peguji
yang telah memberi masukan kepada penulis;
5. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum, selaku komisi pembimbing
utama yang selalu memberi perhatian , dorongan dan arahan kepada penulis;
6. Bapak Notaris Syahril Sofyan, selaku komisi pembimbing yang selalu memberi
perhatian, dorongan dan arahan kepada penulis;
7. Bapak Dr. Pendastaren Tarigan SH, MS, selaku dosen pembmbing yang telah
memberikan perhatian, dorongan serta masukan serta kritik yang mambangun
kepada penulis;
8. Bapak-bapak dan ibu-ibu staf pengajar serta para karyawan di Program Studi
Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara;
9. Kepada yang terhormat dan terkasih Bapak G. Tampubolon dan Mama A Br
Siahaan sebagai orang tua terbaik yang selalu tulus, sabar dan tabah dalam segala
hal dari dulu, sekarang, esok dan seterusnya menjadi bagian dalam hidup penulis;
10.Buat keluargaku, Kakakku K’Mariati, Abangku (Pa’Meliska), Eda Ma’Meliska,
Adikku (Bostan Ricardo, Leonardo , Delko Arman, Delfia Vera, Lorenty dan
Kristoper) serta keponakan- keponakanku Iven Meliska dan Gaser Tolopan,
motivasi yang tiada hentinya kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan,
semoga kita bisa lebih dalam lagi dalam segala hal. I Love U All...
11.Saya juga mengucapkan terimakasih kepada Tulang Rikson (Alm ) dan
Nantulang, Tulang Mery dan Nantulang, Tulang Nova dan Nantulang, Inanguda
Ma’Risma, Inanguda Ma’Roma, Uda Roma, Inanguda Ma’Ita, Uda Ita, dimana
pada saat kita khususnya, keluarga kami menghadapi masalah pada saat saya
memulai kuliah September 2007 sampai Juni 2009. Terimakasih atas segalanya.
Terimakasih yang terkhusus buat Inanguda Marben (Tante Monika) dan Tulang
Sintya (Tulang Baringin dan Nantulang) tak terlupakan kabaikan yang, pada saat-
saat sulit dan senang tetap ada dalam keluargaku. Thanx buat sepupu- sepupu
B’Dame, Kardo, K’Meri (Ma’Deon), K’Lia, B’Edison, Roma, Nasib, Arbi, Nova,
Marben, Yani, Ita, Judika, Syntia, Kelly dan yang lainnya yang tidak bisa saya
sebutkan satu persatu, sukses buat kita semua. Terimakasih Buat N’mboruku,
A’boruku serta sepupu- sepupu saya, kiranya keharmonisan keluarga kita dapat
terjalin seperti dulu.
12.Teman-teman mahasiswa Program Studi Kenotariatan Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara angkatan 2007.
To my best friends
Artha, Novi,Juliana, K’ Lenny, Afny, B’Juni, B’Raymond, Maria, Debora,
thanks for Your
kindness
. Juga untuk kelas Athanks
atas kekompakannya selama ini, dan yang13. Teman- teman satu kos-an waktu S1 (K’Ana, K’Veni, Bg Vincent, Wanrina) dan
teman-teman sewaktu di FH Unika (Maridonna, Lia, Alida, Anna, Netty,
Fransiska, Henry, Okto, Fransco, SH, MHum, Binsar, Lintong, Nova, SH, Mhum,
Diana) thanks atas semangat yang diberikan.
14.Buat temanku dari kecil Friska, Meilita, yang memberikan semangat, dorongan.
Temanku Melan, B’Nelson S, K’Rontani, k’Rohani, Lia, Siska serta
teman-temanku di Kantor Pertanahan Kabupaten Toba Samosir (R.P Panjaitan, K
Pardede, B Manurung, Sariaman), telah membantu saya dalam riset di Kantor
Kelurahan dan memberikan masukan-masukan yang sangat membantu dalam
penyusunan tesis ini, teristimewa pada saat riset, kalian telah membuat kenangan
bersama yang tak terlupakan dengan teman- temanku Artha, Novi dan Juliana.
S’moga persahabatan kita tetap terjalin….
15. Terimakasih kepada Bapak Harlen Sihotang, SH (Kepala Kantor Pertanahan Kab
Tobasa), Halomoan Nainggolan, SH (Kasie P&PP), Ibu Rut Megawaty
Omppusunggu, SH, Bapak Eduard Hutabarat, SH, Bapak Ir Bambang Maruto,
MM (Kabid P&PP Kanwil BPN Sumut), Bapak Hasanuddin Sinaga (Kasie P&PP
Kanwil BPN Sumut), Bapak Kadis Kehutanan dan Perkebunan Kab. Tobasa, BPS
Tobasa, Bapak Kadir Munthe, Bapak Janter M Siagian, Bapak Togar Pardede,
Bapak Hulman Napitupulu dan Bapak Maruasil Pardede terimakasih atas
kemudahan yang diberikan kepada saya dalam memperoleh data- data yang saya
Akhirnya saya mengucapkan terimakasih dan mohon maaf kepada semua
pihak dan keluarga yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bantuan dan perhatiannya sehingga penulis dapat menyelesaikan
perkuliahan dan penulisan tesis ini. Penulis menyadari tesis ini masih jauh dari
sempurna, namun diharapkan semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Medan, September 2009
Penulis,
ABSTRAK
Tanah merupakan kebutuhan yang sangat mendasar dan menempati kedudukan yang sangat penting dan strategis dalam kehidupan manusia dan pembangunan. Belum terdatanya semua tanah-tanah yang mengakibatkan tidak jelasnya pemilikan tanah secara maksimum, tanah-tanah absentee, timbulnya
absentee baru, dan penggunaan tanah maksimum. Belum terdatanya semua bidang
tanah mengakibatkan tidak diketahuinya present land use (pengaturan penggunaan) dan present land tenure (pengaturan pemanfaatan) dari tanah tersebut, juga disebabkan tingkat pendaftaran tanah di Indonesia masih relatif rendah. Hal tersebut ditanggapi oleh Pemerintah dengan melakukan kebijakan yang berpedoman kepada Tap MPR No. IX/ MPR/ 2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam dalam Pasal 5 ayat (1) butir c, adalah : “Menyelenggarakan pendataan pertanahan melalui Inventarisasi dan Registrasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah, secara komprehensif dan sistematis dalam rangka pelaksanaan Landreform”. Kabupaten Toba Samosir ditetapkan sebagai daerah pelaksanaan Inventarisasi dan Registrasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T).
Penelitian bersifat deskriptif analitis dengan metode pendekatan Yuridis Empiris. Data diperoleh dengan mengumpulkan data primer dan sekunder. Populasi dalam penelitian adalah masyarakat atas bidang tanah yang dimiliki atau dikuasai masuk dalam pelaksanaan Inventarisasi dan Registrasi P4T. Tehnik pengumpulan data secara Non Probability dengan menggunakan tehnik Purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 15 orang dari lima kelurahan. Alat pengumpul data adalah studi kepustakaan, wawancara dan kuisioner kepada 15 orang sampel. Data dianalisa dengan pendekatan kualitatif sehingga diperoleh data yang bersifat deskriptif. Dalam menganalisa digunakan cara berpikir yang bersifat induktif dan deduktif.
adanya produk hukum yang secara langsung untuk melaksanakan Tap MPR X/ MPR/ 2001 khususnya mengenai Inventarisasi dan Registrasi P4T, kendala budaya atau masyarakat adalah menganggap bahwa kepemilikan secara hukum adat dan penguasaan secara fisik sudah cukup untuk membuktikan kepemilikannya sehingga masyarakat banyak yang tidak hadir pada saat sosialisi program tersebut, kendala pembiayaan adalah biaya yang diperlukan dilapangan melebihi dari yang diprediksi atau yang direncanakan dan pencairan dana terlambat dari yang direncanakan, dan kendala dari pelaksana adalah kekurangan Tim Pelaksana dan tingkat SDM terutama di bagian juru ukur. Untuk mengatasi kendala tersebut, Kantor Pertanahan Kabupaten Toba Samosir melakukan pelaksanaannya sesuai dengan petunjuk pelaksanaannya Inventarisasi P4T Tahun Anggaran 2008, melakukan pensosialisasian secara kontiniu, konprehensif tentang pentingnya Inventarisasi dan Registrasi P4T, mengurangi bidang tanah yang diukur, penggunaan dana seefisien mungkin dan melakukan pelatihan-pelatihan terutama pada bagian juru ukur.
ABSTRACT
Land is a very basic need and has a very important and strategic position in human life and development. Since not all of the lands are registered, the maximum ownership the land, absentee land, the incident of absentee land, the maximum use of land becomes unclear, and since the level of land registration n Indonesia is still relatively low, the present land use and present land tenure of the land are also unknown. This condition was responded by the government by making a policy based on Article 5 ( 1 ) point c of the Decision of People’s Consultative Council (TAP MPR) No.IX/MPR/2001 on the agrarian renewal and natural Resources Management saying that: organizing the land data collection through a comprehensive and systemic Exertion, Ownership, Use and Utilization Land Inventory and Registration in the framework of the implementation of land reform. Toba Samosir District, in this case, is determined as the Exertion, Ownership, Use and Utilization Land Inventory and Registration implementing district.
The population of this study were the people whose lands were included ihichn the implementation of the Exertion, Ownership, Use and Utiliztion Land Inventory and Registration and the samples for this study were 15 people fom five sub-districts selected through purpoisive sampling techniques. The primary and secondary data through library research and questionnaire-based interviews. The data obtained were qualitatively analyzed to get the descriptive data.
The result of this study shows that based on the decree of the Head of
was predicted or planned and the cash of the budget was later that the time planned. The constraint in terms of the program implementer was that they lacked of human resources especially
Those who can measure the land. To cope with this constraint, Samosir Land Office continuously ad comprehensively socialized the importance of the exertion, ownership, Use, Utilization, Land office continuously ad comprehensively socialized the importance of the Exertion, Ownership, Use, Utilization, Land Inventory and Registration, decreased the area of the land measured, used the budged as efficient as possible, and provided trainings especially for the persons who did the measurement.
RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Lisbet Tampubolon
Tempat/ Tanggal Lahir : Balige, 24 Mei 1981
Alamat : Jalan Dwikora II Nomor 10 D Simp.
Marindal Medan
Agama : Kristen Protestan
Telepon/HP : 081361001811
II. ORANG TUA
Nama Ayah : G. Tampubolon
Nama Ibu : A. Br. Siahaan
III. RIWAYAT HIDUP
• 1988 - 1994 : Sekolah Dasar Negeri 173530 Tanggabatu, Balige
• 1994 – 1997 : Sekolah Menengah Tingkat Pertama Negeri 4 Balige
• 1997 – 2000 : Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Balige
• 2000 – 2005 : Fakultas Hukum Jurusan Peradilan dan Advokasi Univ.
DAFTAR ISI
Hal
No
ABSTRAK... i
ABSTRACT... iii
KATA PENGANTAR... v
RIWAYAT HIDUP... x
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR SINGKATAN... ivx
DAFTAR LAMPIRAN... xvi
BAB I PENDAHULUAN………... 1
A. Latar Belakang……….………….. 1
B. Perumusan Masalah……… 12
C. Tujuan Penelitian………... 13
D. Manfaat Penelitian………... 14
E. Keaslian Penelitian………... 14
F. Kerangka Teori dan Konsepsi………... 15
1. Kerangka Teori………... 15
2. Konsepsi………... 24
G. Metode Penelitian………... 26
1. Spesifikasi Penelitian………... 26
2. Metode Pendekatan………... 26
3. Sumber Data……….... 27
4. Populasi dan Sampel……….... 28
5. Teknik Pengumpulan Data………... 29
6. Alat Pengumpul Data……….. . 29
8. Analisis Data……….. 30
BAB II PELAKSANAAN INVENTARISASI DAN REGISTRASI PENGUASAAN, PEMILIKAN, PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH (P4T) DI KANTOR
PERTANAHAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR... ... 32
A. Dasar Hukum Pelaksanaan Inventarisasi Penguasaan,
Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)... 32
B. Tahap-tahap Pelaksanaan Inventarisasi dan Registrasi
Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan
Pemanfaatan Tanah (P4T)... 41
C. Eksistensi Dan Pelaksanaan Inventarisasi dan Registrasi
Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan
Tanah (P4T) di Kantor Pertanahan Kabupaten
Toba Samosir... 54
D. Fungsi dan Manfaat Pelaksanaan Inventarisasi dan Registrasi
Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan
Tanah (P4T)... 113
BAB III KENDALA DALAM PELAKSANAAN INVENTARISASI DAN REGISTRASI PENGUASAAN, PEMILIKAN, PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH (P4T) DI KANTOR
PERTANAHAN TOBA SAMOSIR... 123
A. Kendala Hukum atau Yuridis Pelaksanaan Inventarisasi dan Registrasi
P4T di Kantor Pertanahan Kabupaten
Toba Samosir ... 123
B. Kendala Budaya atau Masyarakat Dalam Pelaksanaan
Inventarisasi dan Registrasi P4T di Kantor Pertanahan
Kabupaten Toba Samosir... 125
C. Kendala Pembiayaan Pelaksanaan Inventarisasi dan Registrasi
D. Kendala Pelaksana dari Pelaksanaaan Inventarisasi dan Registrasi
P4T di Kantor Pertanahan Kabupaten Toba Samosir... 131
BAB IV UPAYA ATAU KEBIJAKAN MENGATASI KENDALA PELAKSANAAN INVENTARISASI DAN REGISTRASI PENGUASAAN, PEMILIKAN, PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH (P4T) DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR... 138
A. Upaya Mengatasi Kendala Hukum atau Yuridis Dalam Pelaksanaan Inventarisasi dan Registrasi P4T di Kantor Pertanahan Kabupaten Toba Samosir... 138
B. Upaya Mengatasi Kendala kulturnya atau Masyarakat Dalam Pelaksanaan Inventarisasi dan Registrasi P4T di Kantor Pertanahan Kabupaten Toba Samosir... 143
C. Upaya Mengatasi Kendala Pembiayaan Dalam Pelaksanaan Inventarisasi dan Registrasi P4T di KantorPertanahan Kabupaten Toba Samosir... 145
E. Upaya Mengatasi Kendala Pelaksana dari Pelaksanaan Inventarisasi dan Registrasi P4T... 146
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 148
A. Kesimpulan... 148
B. Saran... 151
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR SINGKATAN
1. P4T : Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah
2. UUD : Undang-Undang Dasar
3. MPR : Majelis Permusyawaratan Rakyat
4. UU : Undang-undang
5. PP : Peraturan Pemerintah
6. BPS : Badan Pusat Statistik
7. BPN : Badan Pertanahan Nasional
8. RI : Republik Indonesia
9. Keppres : Keputusan Presiden
10.Kantah : Kantor Pertanahan
11.Kanwil : Kantor Wilayah
12.P& PP : Pengaturan dan Penataan Pertanahan
13.Kasie : Kepala Seksi
14.Kabid : Kepala Bidang
15.DIPA : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
16.BPHN : Badan Penelitian Hukum Nasional
17.SKPA : Surat Kuasa Penggunaan Anggaran
18.PBB : Pajak Bumi dan Bangunan
19.PAD : Pendapatan Asli Daerah
21.AJB PPAT : Akta Jual Beli Pejabat Pembuat Akta Tanah
22.SHM : Sertifikat Hak Milik
23.SHP : Sertifikat Hak Pakai
24.STW : Sertifikat Tanah Wakaf
DAFTAR LAMPIRAN
____________________________________________________________________
Nomor Judul
Halaman
____________________________________________________________________
1. Surat Balasan dari Kantor Wilayah Badan Pertanahan Provinsi 157
Sumatera Utara
2. Surat Balasan dari Kantor Pertanahan Kabupaten Toba Samosir 158
ABSTRAK
Tanah merupakan kebutuhan yang sangat mendasar dan menempati kedudukan yang sangat penting dan strategis dalam kehidupan manusia dan pembangunan. Belum terdatanya semua tanah-tanah yang mengakibatkan tidak jelasnya pemilikan tanah secara maksimum, tanah-tanah absentee, timbulnya
absentee baru, dan penggunaan tanah maksimum. Belum terdatanya semua bidang
tanah mengakibatkan tidak diketahuinya present land use (pengaturan penggunaan) dan present land tenure (pengaturan pemanfaatan) dari tanah tersebut, juga disebabkan tingkat pendaftaran tanah di Indonesia masih relatif rendah. Hal tersebut ditanggapi oleh Pemerintah dengan melakukan kebijakan yang berpedoman kepada Tap MPR No. IX/ MPR/ 2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam dalam Pasal 5 ayat (1) butir c, adalah : “Menyelenggarakan pendataan pertanahan melalui Inventarisasi dan Registrasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah, secara komprehensif dan sistematis dalam rangka pelaksanaan Landreform”. Kabupaten Toba Samosir ditetapkan sebagai daerah pelaksanaan Inventarisasi dan Registrasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T).
Penelitian bersifat deskriptif analitis dengan metode pendekatan Yuridis Empiris. Data diperoleh dengan mengumpulkan data primer dan sekunder. Populasi dalam penelitian adalah masyarakat atas bidang tanah yang dimiliki atau dikuasai masuk dalam pelaksanaan Inventarisasi dan Registrasi P4T. Tehnik pengumpulan data secara Non Probability dengan menggunakan tehnik Purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 15 orang dari lima kelurahan. Alat pengumpul data adalah studi kepustakaan, wawancara dan kuisioner kepada 15 orang sampel. Data dianalisa dengan pendekatan kualitatif sehingga diperoleh data yang bersifat deskriptif. Dalam menganalisa digunakan cara berpikir yang bersifat induktif dan deduktif.
adanya produk hukum yang secara langsung untuk melaksanakan Tap MPR X/ MPR/ 2001 khususnya mengenai Inventarisasi dan Registrasi P4T, kendala budaya atau masyarakat adalah menganggap bahwa kepemilikan secara hukum adat dan penguasaan secara fisik sudah cukup untuk membuktikan kepemilikannya sehingga masyarakat banyak yang tidak hadir pada saat sosialisi program tersebut, kendala pembiayaan adalah biaya yang diperlukan dilapangan melebihi dari yang diprediksi atau yang direncanakan dan pencairan dana terlambat dari yang direncanakan, dan kendala dari pelaksana adalah kekurangan Tim Pelaksana dan tingkat SDM terutama di bagian juru ukur. Untuk mengatasi kendala tersebut, Kantor Pertanahan Kabupaten Toba Samosir melakukan pelaksanaannya sesuai dengan petunjuk pelaksanaannya Inventarisasi P4T Tahun Anggaran 2008, melakukan pensosialisasian secara kontiniu, konprehensif tentang pentingnya Inventarisasi dan Registrasi P4T, mengurangi bidang tanah yang diukur, penggunaan dana seefisien mungkin dan melakukan pelatihan-pelatihan terutama pada bagian juru ukur.
ABSTRACT
Land is a very basic need and has a very important and strategic position in human life and development. Since not all of the lands are registered, the maximum ownership the land, absentee land, the incident of absentee land, the maximum use of land becomes unclear, and since the level of land registration n Indonesia is still relatively low, the present land use and present land tenure of the land are also unknown. This condition was responded by the government by making a policy based on Article 5 ( 1 ) point c of the Decision of People’s Consultative Council (TAP MPR) No.IX/MPR/2001 on the agrarian renewal and natural Resources Management saying that: organizing the land data collection through a comprehensive and systemic Exertion, Ownership, Use and Utilization Land Inventory and Registration in the framework of the implementation of land reform. Toba Samosir District, in this case, is determined as the Exertion, Ownership, Use and Utilization Land Inventory and Registration implementing district.
The population of this study were the people whose lands were included ihichn the implementation of the Exertion, Ownership, Use and Utiliztion Land Inventory and Registration and the samples for this study were 15 people fom five sub-districts selected through purpoisive sampling techniques. The primary and secondary data through library research and questionnaire-based interviews. The data obtained were qualitatively analyzed to get the descriptive data.
The result of this study shows that based on the decree of the Head of
was predicted or planned and the cash of the budget was later that the time planned. The constraint in terms of the program implementer was that they lacked of human resources especially
Those who can measure the land. To cope with this constraint, Samosir Land Office continuously ad comprehensively socialized the importance of the exertion, ownership, Use, Utilization, Land office continuously ad comprehensively socialized the importance of the Exertion, Ownership, Use, Utilization, Land Inventory and Registration, decreased the area of the land measured, used the budged as efficient as possible, and provided trainings especially for the persons who did the measurement.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan sebuah negara berkembang yang sedang melaksanakan
pembangunan di segala bidang, dengan penduduknya sebahagian besar bermata
pencaharian (profesi) di bidang pertanian (agraris), baik sebagai petani pemilik tanah
maupun sebagai petani penggarap tanah dan buruh tani. Manusia tidak bisa hidup
tanpa tanah, sebaliknya tanah hanya ada manfaat karena dibutuhkan oleh manusia.1
Dengan semakin meningkatnya kebutuhan manusia akan tanah, masalah tanah
bukan saja masalah yuridis, tetapi menyangkut masalah ekonomi, sosial dan politik.
Hal tersebut dapat dimengerti, karena tanah merupakan kebutuhan yang sangat
mendasar dan menempati kedudukan yang sangat penting dan strategis dalam
kehidupan manusia dan pembangunan, di masa sekarang dan masa yang akan datang.
Dalam Hukum Tanah kita dikenal ada hubungan yang abadi antara tanah dengan Warga Negara Indonesia, dan ini menjadi hubungan yang sangat sakral sehingga lahirlah hubungan magis antara tanah dengan pemiliknya dalam masyarakat. Oleh karena itu menjual tanahpun masih terhalang untuk dapat dilakukan dengan serta merta, baik dengan antar satu keturunan apalagi antar satu desa sebelum hak terdahulu dipenuhi.2
Dari uraian tersebut dapat diartikan bahwa tanah sangat penting artinya bagi
kehidupan manusia, karena tanah mempunyai hubungan bersifat multi dimensi
1
Karel Phil Erari, Tanah Kita, Hidup Kita, Hubungan Manusia dan Tanah di Irian Jaya
sebagai Persoalan Teologis, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1999, halaman 18. 2
dengan kehidupan masyarakat Indonesia, dan hubungan tersebut tidak hanya bersifat
ekonomis, tetapi juga mempunyai hubungan yang bersifat abadi.3
Arti pentingnya tanah tersebut dapat juga dilihat dalam Pasal 33 ayat (3)
Undang-undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang menyatakan : “Bumi, air dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”.
Selanjutnya Pasal 2 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) Undang-undang Nomor 5
Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (UUPA) menyatakan :
(1) Atas dasar ketentuan dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-undang Dasar dan hal-hal sebagai dimaksud dalam Pasal 1, bumi, air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam, yang terkandung didalammya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh negara, sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat. (2) Hak menguasai dari Negara termaksud dalam ayat (1) pasal ini memberi
wewenang untuk :
a. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut.
b. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi, air dan ruang angkasa.
c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.
(3) Wewenang yang bersumber dari hak menguasai dari Negara tersebut pada ayat (2) pasal ini digunakan untuk mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat dalam arti kebangsaan, kesejahteraan dan kemerdekaan dalam masyarakat dan Negara Hukum Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur.
3
Dari kedua peraturan perundang-undangan di atas, diketahui bahwa tanah
sebagai tempat berusaha, yang merupakan bagian dari permukaan bumi harus
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Jumlah penduduk yang semakin meningkat sebagai akibat pertambahan
penduduk, disisi lain luas tanah pertanian pertambahan arealnya tidak sebanding
dengan jumlah pertambahan penduduk, malah jumlah luasnya cenderung tetap. Selain
itu kegiatan pembangunan yang dilaksanakan sering berlokasi di areal pertanian yang
produktif karena letaknya yang strategis.
Hal tersebut diatas terjadi akibat pembebasan tanahnya dengan harga pasar,
dimana para petani pemilik tanah tidak bisa menahan “rayuan” pemilik modal agar
mau melepaskan tanahnya. Kondisi ini menyebabkan antara lain :
1. Ketimpangan pemilikan/ penguasaan tanah pada suatu wilayah sebagai akibat
kebijakan makro ekonomi nasional yang mengejar pertumbuhan yang
dilaksanakan selama kurun waktu 3 dasawarsa terakhir. Pada masa itu kebijakan
agraria tidak didasarkan atas penataan aset produksi tetapi langsung diarahkan
kepada upaya peningkatan produktivitas pertanian. Pemerintah tidak melakukan
upaya pemerataan aset produksi, melainkan aset produksi dialokasikan pada
sektor ekonomi kuat dan besar, karena diyakini mampu mendorong pertumbuhan
ekonomi yang tinggi. Akibatnya petani kecil semakin ter”marginal” (ter”batas”/
ter “tepi”) dan menjadi petani penggarap yang semakin lemah, atau menjadi
pertanian yang produktif berubah menjadi: perumahan, perluasan kota, dan
berbagai keperluan non pertanian lainnya.
2. Sejalan dengan bertambahnya penduduk dilain pihak tanah pertanian luasnya
tidak bertambah sehingga bertambah pulalah petani tuna kisma.4
3. Dampak dari keadaan di atas para petani mendapatkan areal pertanian yang tidak
produktif, kurang subur, letaknya tidak strategis dan menyulitkan bagi petani
untuk memasarkan hasil pertaniannya. Akibatnya pendapatan petani menurun /
berkurang demikian pula tingkat kesejahteraannya dan menjadi miskin.5
Di dalam bidang hukum pertanahan, penataan pemilikan dan penguasaan hak atas tanah merupakan bidang sangat vital bagi bangsa, masyarakat dan negara Indonesia sehingga sistem pengelolaan dan pengaturannya menjadi otoritas negara. Hak menguasai dan mengatur sumber daya alam itu untuk mengejar sebesar-besar kemakmuran rakyat telah diamanatkan dalam tujuan negara dan dipertegas dalam Pasal 33 UUD 1945.6
Masalah tanah perlu dilanjutkan dan ditingkatkan langkah-langkah untuk
mengendalikan secara efektif masalah penggunaan, penguasaan, pemilikan, dan
pengalihan hak atas tanah, sehingga benar-benar sesuai dengan asas adil dan merata.
Dalam pengalihan hak atas tanah perlu dicegah pemilikan tanah yang melebihi
ketentuan yang berlaku. Disamping itu perlu pula diusahakan untuk mencegah
4
Tidak memiliki tanah sama sekali (tidak memiliki tanah pertanian dan rumah).
5
Badan Pertanahan Nasional, Reformasi Pertanahan, Pemberdayaan Hak-hak Atas Tanah
ditinjau dari aspek Hukum, Sosial Politik, Ekonomi, Hankam, Teknis, Agama dan Budaya, Mandar
Maju, Bandung, 2002, halaman 200-201.
6
Pendastaren Tarigan, Arah Negara Hukum Demokratis Memperkuat Posisi Pemerintah
Dengan Delegasi Legislasi Namun Terkendali, Dengan Delegasi Pengaturan dan Pengawasan Tindakan Pemerintah Dalam Bidang Pertanahan, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2008, halaman
pembagian tanah yang sangat kecil, agar manfaat penggunaan tanah tidak makin
berkurang.7
Belum terdatanya semua tanah-tanah yang mengakibatkan tidak jelasnya
pemilikan tanah secara maksimum, tanah-tanah absentee dan berakibat pula
timbulnya absentee baru, dan penggunaan tanah maksimum. Belum terdatanya semua
tanah sebagai alat pembuktian dan alat informasi tentang status sebidang tanah
mengakibatkan tidak diketahuinya present land use (pengaturan penggunaan) dan
present land tenure (pengaturan pemanfaatan) dari tanah tersebut.8
Hal ini juga disebabkan tingkat pendaftaran tanah di Indonesia masih relatif
rendah. Realisasi jumlah tanah yang terdaftar di negara ini, hingga pada tahun 2005
masih terdaftar 31% 9 atau masih 22.985.559 persil.10 Keadaan ini menunjukkan
bahwa masih banyaknya tanah yang belum terdata dan status tanah yang kurang
mendapat kepastian hukum di negara ini.
Dengan terselenggaranya pendaftaran tanah juga dimaksudkan terciptanya
suatu pusat informasi mengenai bidang-bidang tanah sehingga pihak yang
berkepentingan termasuk pemerintah dengan mudah dapat memperoleh data yang
diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan
7
AP Parlindungan, Bunga Rampai, Hukum Agraria Serta Landreform, Bagian III , CV Mandar Maju, Bandung, 1994, halaman 4.
8
Chadidjah Dalimunthe, Pelaksanaan Landreform di Indonesia dan Permasalahannya, Universitas Sumatera Utara, Medan, 2005, halaman 48.
9
Kerangka Kebijakan pertanahan Nasional Tim Teknis Program Pengembangan Kebijakan
dan Manajemen Pertanahan, Disampaiakan pada Workshop Regional dalam Rangka Konsultasi
Publik dan Bappenas, di Pekan Baru 1 Maret 2005.
10
Sambutan Kepala Badan Pertanahan Nasional pada Seminar tentang Efektifitas Lembaga
Rechtsverwerking dalam Mengatasi Kelemahan Sistem Publikasi Pendaftaran Tanah Negatif, Jakarta,
satuan-satuan rumah susun yang sudah didaftar. Terselenggaranya pendaftaran secara
baik merupakan dasar dan perwujudan tertib administrasi di bidang pertanahan.11
Pendaftaran tanah selain berfungsi untuk melindungi si pemilik, juga berfungsi untuk
mengetahui status sebidang tanah, siapa pemiliknya, apa haknya, berapa luasnya,
untuk apa dipergunakan, dan sebagainya.12
Pasal 7, Pasal 10 ayat (1), Pasal 13 ayat (2) dan Pasal 17 UUPA dapat ditarik
intinya, bahwa Negara sebagai organisasi kekuasaan di seluruh Indonesia mempunyai
kewenangan untuk mengatur peruntukan, penggunaan dan pemeliharaan tanah-tanah
serta hubungan-hubungan hukum yang menyangkut tanah-tanah yang melampaui
batas dan menentukan luas maksimum pemilikan tanah oleh seseorang atau bersama
demi tercapainya kesejahteraan rakyat Indonesia. Ketentuan dari pasal-pasal tersebut
di atas merupakan ketentuan pokok yang memberikan pengaturan secara garis
besarnya saja yaitu mengenai pokok-pokok kebijaksanaan pelaksanaan Landreform.
Pokok-pokok Landreform di Indonesia secara secara prinsipil telah diadopsi
dalam UU Nomor 5 Tahun 1960. Disana dapat dijumpai asas-asas atau
prinsip-prinsip yang berkaitan dengan Landreform, baik ditentukan dalam rumusan
pasal-pasalnya maupun melalui penjelasan UUPA itu sendiri. Karena muatannya bersifat
asas atau pokok-pokok sehingga beberapa ahli hukum pertanahan memberikan
tafsiran pendapat yang tidak seragam.
11
Penjelasan Pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.
12
A.P Parlindungan menyebutkan bahwa UUPA sebagai induk Landreform di
Indonesia,13Sementara itu Boedi Harsono menyatakan asas-asas dan
ketentuan-ketentuan pokok Landreform itu dijumpai dalam UUPA14, demikian juga Gouw giok
Siong menyatakan bahwa di dalam UUPA terdapat prinsip-prinsip Landreform.15
Pandangan tersebut didasarkan pada kenyataan obyektif bahwa UUPA
mengandung ketentuan-ketentuan pokok mengenai Landreform. Secara lebih tegas
Abdurrahman menyatakan ”UUPA sebagai Undang-undang Landreform
Indonesia”16
Pertambahan penduduk selama 4 (empat) dasawarsa dan ketersediaan tanah
yang semakin terbatas serta perkiraan kebutuhannya dimasa mendatang dan belum
tersedianya data pertanahan yang akurat untuk mendeteksi tanah-tanah, hal tersebut
ditanggapi oleh Pemerintah dengan melakukan kebijakan yang berpedoman kepada
Tap MPR No. IX/ MPR/ 2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber
Daya Alam.
Adapun arah kebijakan pembaruan Agraria tersebut, seperti termaktub dalam
Pasal 5 ayat (1) butir c, Tap MPR No. IX/ MPR/ 2001 tentang Pembaruan Agraria
dan Pengelolaan Sumber Daya Alam, adalah :
13
A.P Parlindungan, Landreform di Indonesia, Suatu Studi Perbandingan, CV Mandar Maju, Bandung, 1991, halaman 10.
14
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Himpunan Peraturan-Peraturan Hukum Tanah, Djambatan, Jakarta, 2000, halaman 350.
15
Gouw Giok Siong, Tafsiran Undang-undang Pokok Agraria, Ken Po, Jakarta, 1960, halaman 22.
16
Abdurrahman, Masalah Pencabutan Hak-hak Atas Tanah dan Pembebasan Tanah di
“Menyelenggarakan pendataan pertanahan melalui Inventarisasi dan registrasi
penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah, secara
komprehensif dan sistematis dalam rangka pelaksanaan Landreform”.
Untuk melaksanakan Tap MPR No. IX/ MPR/ 2001 di atas pemerintah
melalui Keputusan Presiden No. 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional di
Bidang Pertanahan memutuskan bahwa dalam rangka mewujudkan konsepsi,
kebijakan dan sistem pertanahan nasional yang utuh dan terpadu, maka Badan
Pertanahan Nasional (BPN) melakukan langkah-langkah percepatan di bidang
penyusunan17 dan penyempurnaan berbagai peraturan perundang-undangan di
bidang pertanahan serta pembangunan sistem informasi dan manajemen pertanahan.
Pembangunan sistem informasi dan manajemen pertanahan18 mencakup berbagai
17
Badan Pertanahan Nasional, Pedoman dan Tata Kerja, Inventarisasi dan Registrasi P4T, Jakarta, 2004, halaman 2.
18
Pembangunan sistem informasi dan manajemen pertanahan tersebut meliputi (Keppres No.34 Tahun 2003 Pasal 1 angka 2):
a. Penyusunan basis data tanah-tanah aset negara/ pemerintah daerah di seluruh Indonesia. b. Penyiapan aplikasi data tekstual dan spasial dalam pelayanan pendaftaran tanah dan
penyusunan basis data penguasaan dan pemilikan tanah, yang dihubungkan dengan
e-government, e-commerce dan e-payment.
c. Pemetaan kadastral dalam rangka inventarisasi dan registrasi penguasaan pemilikan penggunaan dan pemanfaatan tanah dengan menggunakan teknologi citra satelit dan teknologi informasi untuk menunjang kebijakan pelaksanaan landreform dan pemberian hak atas tanah.
d. Pembangunan dan pengembangan pengelolaan penggunaan dan pemanfaatan tanah melalui sistem informasi geografi dengan mengutamakan zona sawah berigasi dalam rangka memelihara ketahanan pangan nasional, pemetaan kadasteral dalam rangka inventarisasi dan registrasi penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah dengan menggunakan teknologi citra satelit dan teknologi informasi untuk mununjang kebijakan pelaksanaan landreform dan pemberian hak atas tanah.
Sarjita, Masalah Pelaksanaan Urusan Pertanahan dalam Otonomi Daerah (Keppres No. 34
kegiatan yang salah satunya adalah penyusunan basis data penguasaan dan pemilikan
tanah yang menunjang kebijakan pelaksanaan landreform.19
Agenda kegiatan penyusunan basis data tersebut oleh Badan Pertanahan
Nasional (BPN) yang dikenal dengan Program Inventarisasi Data Penguasaan,
Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T). Kegiatan tersebut
dimaksudkan sebagai upaya untuk memperoleh data P4T yang berbasis bidang tanah
secara komprehensif dan sistematis dari seluruh batas yurisdiksi desa/ kelurahan.
Secara komprehensi dimaksudkan bahwa inventarisasi ini dilakukan secara terpadu
mengenai berbagai aspek yang berhubungan dengan data penguasaan, pemilikan,
penggunaan dan pemanfaatan tanah pada setiap bidang tanah yang ada di setiap desa/
kelurahan. Bersifat sistematis, bermakna bahwa data P4T akan dapat mengungkapkan
tentang pemilikan, penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah di setiap desa
atau kelurahan.
Diharapkan hasil Inventarisasi tersebut dapat merumuskan kebijakan,
perencanaan, penataan dan pengendalian P4T atau Landreform yang pada gilirannya
setiap jengkal tanah dapat memberikan sebesar-besar kemakmuran rakyat yang
berkeadilan. Jadi Landreform dimaksudkan untuk menghilangkan
penghalang-panghalang terhadap perkembangan pembangunan ekonomi sosial dengan jalan
redistribusi di bidang kekayaan, kesempatan dan kekuasaan sebagai manifestasi dari
pemilikan dan pengawasan terhadap tanah, air dan sumber daya lainnya.20
19
Ibid, halaman 2.
20
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Toba Samosir luas
wilayah Kabupaten Toba Samosir 202.180 Ha.
Data Kondisi Tanah di Kabupaten Toba Samosir
No Data Tanah Bidang Luas (Ha) Keterangan
1 Tanah Negara Bekas Hak __ __
2 Tanah Negara Bekas
Kawasan
__ __
3 Hak Milik 13.508 471,6
4 Hak Guna Usaha
5 Hak Pakai 45 6,31
5 Hak Guna Bangunan 30 43,5
6 Hak Pengelolaan 1 2,6
7 HMSRS __ __
8 Wakaf 12 0,75
9 Tanah Absentee __ __ Masih Tahap
Inventarisasi
10 Tanah Melebihi Batas
maksimum
__ __ Masih Tahap
Inventarisasi
Sumber Data : Kantor Pertanahan Kabupaten Toba Samosir Tahun 2008.
Dari data Kanwil BPN Propinsi sumatera Utara, bidang tanah yang berasal
bidang tanah seluas 471,6 Ha, Hak Guna Usaha tidak ada, Hak Guna Bangunan 30
bidang tanah seluas 43,5 Ha, Hak Pakai 45 bidang tanah seluas 6,31 Ha, Hak
Pengelolaan 1 bidang tanah seluas 2,6 Ha, Hak Milik Satuan Rumah Susun tidak ada,
Tanah Wakaf 12 bidang tanah seluas 0,75 Ha. Jumlah Sertifikat 13.596 bidang tanah
seluas 524,76 Ha. Tanah absentee masih tahap inventarisasi, tanah melebihi batas
maksimum juga dalam tahap inventarisasi.
Luas kawasan Hutan Kabupaten Toba Samosir Berdasarkan Master Plan
Rehabilitasi Hutan dan Lahan (MPRHL) Propinsi Sumatera Utara Tahun 2003.
No Fungsi Hutan Luas (Ha)
1 Hutan Lindung 122.084, 08
2 Hutan Produksi 16.781,00
3 Hutan Produksi Terbatas 17.708,10
4 Hutan Suaka Alam 23.800,00
5 Lahan Kritis 158.506, 15
a. Dalam kawasan hutan negara 154.100,47
b. Lahan milik masyarakat 4.405,68
Sumber : Dinas Kehutanan Kabupaten Toba Samosir
Luas hutan Kabupaten Toba Samosir Tahun 2005 adalah seluas 180.373,58
Ha. Hutan Lindung seluas 122.048, 08 Ha, Hutan Produksi seluas 16.781,00 Ha,
Lahan Kritis 158.506,15 Ha, dalam kawasan hutan negara seluas 154.100,47 Ha,
dalam lahan milik masyarakat seluas 4.405, 68 Ha.
Daerah Toba Samosir pendaftaran tanah masih relatif rendah, hingga pada
Tahun 2007 masih terdaftar 13.596 bidang atau seluas 524,76 Ha. Masyarakat
pedesaan atau pinggiran kota tidak melaksanakan pendaftaran tanah, sebagaimana
yang dicita-citakan perundang-undangan mengenai tanah, penghalang utamanya
adalah mahalnya biaya pendaftaran dan rumitnya prosedur yang ditempuh.21
Permasalahan lain adalah status tanah sebagai tanah adat. Tanah adat ini
dimiliki oleh individu atau kelompok masyarakat secara turun-temurun sejak nenek
moyangnya. Oleh karena itu mereka menganggap pemilikan itu sudah kuat dan pasti,
sehingga tidak ditemukan bukti-bukti lainnya untuk memperkuat atau mengokohkan
pemilikan tersebut. Mereka sudah begitu lama, bahkan berabad-abad mendudukinya
dan memperoleh nafkah dari tanah tersebut.22
Berdasarkan kondisi tersebut Kabupaten Toba Samosir ditetapkan sebagai
daerah pelaksanaan Inventarisasi dan Registrasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan
dan Pemanfaatan Tanah (P4T).
B. Perumusan Masalah
Dari uraian tersebut, maka yang jadi permasalahan di dalam penelitian ini
adalah
21
Maria Somarjono dan Martin Samosir, Hukum Pertanahan Dalam Berbagai Aspek, Bina Media, Medan, 2000, halaman 36.
22
Suharti Agustina Samosir, Pengaruh Pola Pikir Masyarakat Batak Toba di Kecamatan
Tarutung Terhadap Perkembangan Pendaftaran Tanah, Tesis, SPS Mkn USU Medan, 2008, halaman
1. Bagaimanakah pelaksanaan Inventarisasi dan Registrasi Penguasaan, Pemilikan,
Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) di Kantor Pertanahan Kabupaten
Toba Samosir?
2. Apakah kendala dalam pelaksanaan Inventarisasi dan Registrasi Penguasaan,
Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) di Kantor Pertanahan
Kabupaten Toba Samosir ?
3. Bagaimanakah upaya atau kebijakan yang dilakukan dalam mengatasi kendala
yang ditemui dalam pelaksanaan Inventarisasi dan Registrasi Penguasaan,
Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) di Kantor Pertanahan
Kabupaten Toba Samosir ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pelaksanaan Inventarisasi dan Registrasi Penguasaan,
Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) di Kantor Pertanahan
Kabupaten Toba Samosir.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor kendala dalam pelaksanaan Inventarisasi dan
Registrasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) di
Kantor Pertanahan Kabupaten Toba Samosir dan upaya mengatasinya.
3. Untuk mengetahui upaya atau kebijakan yang dilakukan dalam mengatasi kendala
Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) di Kantor Pertanahan Kabupaten Toba
Samosir.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun praktis.
1. Secara teoritis
a. Sebagai bahan informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan
Inventarisasi dan Registrasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan
Pemanfaatan Tanah (P4T).
b. Memberikan Sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum khususnya
Hukum Agraria.
2. Secara praktis
a. Sebagai bahan masukan bagi Kantor Pertanahan Kabupaten Toba Samosir
dalam pelaksanaan Inventarisasi dan Registrasi Penguasaan, Pemilikan,
Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T).
b. Sebagai bahan kajian bagi akademisi untuk menambah wawasan ilmu
pengetahuan khususnya Hukum Agraria.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan informasi dan penelusuran yang dilakukan pada program Pasca
“Pelaksanaan Inventarisasi Dan Registrasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan
Dan Pemanfaatan Tanah (P4T) Di Kantor Pertanahan Kabupaten Toba Samosir “ belum ada yang membahasnya, sehingga tesis ini dapat dipertanggung
jawabkan keasliannya secara akademis.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori
Kerangka teori adalah suatu kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat
teori, tesis, mengenai sesuatu kasus atau permasalahan (problem) yang menjadi bahan
perbandingan, pegangan teoritis, yang mungkin disetujui ataupun tidak disetujui yang
dijadikan masukan dalam membuat kerangka berpikir dalam penulisan.23 Dalam
setiap penelitian harus disertai dengan pemikiran-pemikiran yang teoritis, oleh karena
adanya hubungan timbal balik yang erat antara teori dengan kegiatan pengumpulan,
pengolahan, analisa dan konstruksi data.24 Kerangka teori merupakan teori yang
dibuat untuk memberikan gambaran yang sistematis mengenai masalah yang akan
diteliti. Teori itu masih bersifat sementara, yang akan dibuktikan kebenarannya
dengan cara meneliti dalam realitas.25
Belum terdatanya semua bidang-bidang tanah, yang juga disebabkan tingkat
pendaftaran tanah di Indonesia masih relatif rendah yang akan mengakibatkan tidak
jelasnya penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah, baik pemilikan
23
Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994, halaman 80.
24
Soerjono, Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta, 1986, halaman 122.
25
tanah secara maksimum, tanah-tanah absentee dan berakibat pula timbulnya absentee
baru, dan penggunaan tanah maksimum.
Pasal 33 ayat (3) Undang-undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang menyatakan :
“Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Untuk tercapainya hal
tersebut di atas maka perlu dilakukan Inventarisasi P4T sehingga dapat dirumuskan
kebijakan, perencanaan, penataan dan pengendalian P4T yang dipergunakan untuk
kemakmuran rakyat
Untuk dapat terlaksananya suatu peraturan perundang-undangan secara
efektif, itu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut :26
a. Faktor hukumnya sendiri:
b. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk hukum menegakkan hukum:
c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegak hukum;
d. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan;
e. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia didalam pergaulan hidup.
Abdurrahman senada dengan Soerjono Soekanto yang mengemukakan bahwa
ada beberapa faktor yang mempengaruhi keefektifan berlakunya undang-undang atau
peraturan, yaitu :27
a. Faktor peraturan hukumnya sendiri baik yang menyangkut sistem peraturannya dalam arti sinkronisasi antara peraturan yang satu dengan yang lainnya, peraturan
26
Soerjono Soekanto, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, halaman 15.
27
yang mendukung pelaksanaan peraturan yang bersangkutan dan substansi atau isi dari peraturan tersebut.
b. Faktor pelaksana dan penegak hukum yang diserahi tugas untuk melaksanakan peraturan tersebut.
c. Faktor sarana dan prasarana yang mencakup berbagai fasilitas yang diperlukan untk mendukung pelaksanaan peraturan tersebut.
d. Faktor budaya dan masyarakat setempat banyak mempengaruhi pelaksanaan undang-undang atau peraturan yang bersangkutan.
Faktor-faktor tersebut di atas saling berkaitan erat satu sama lain, sebab
merupakan esensi dari penegakan hukum, juga merupakan tolak ukur dari efektivitas
berlakunya undang-undang atau peraturan. Keempat faktor tersebut dapat dikaji
berdasarkan teori sistem hukum dari Lawrence M. Friedman yang menyatakan :
untuk menilai bekerjanya hukum sebagai suatu proses, ada 3 komponen yang harus
diperhatikan, yaitu : (a) Legal structure (struktur hukum); (b) Legal substance
(substansi hukum); (c) Legal culture (budaya hukum).28
Dari ketiga komponen-komponen dalam sistem yang saling mempengaruhi
satu sama lain tersebut, maka dapat dikaji bagaimana bekerjanya hukum dalam
praktek sehari-hari. Hukum merupakan budaya masyarakat, oleh karena itu tidak
mungkin mengkaji hukum secara satu atau dua sistem hukum saja, tanpa
memperhatikan kekuatan-kekuatan sistem yang ada dalam masyarakat. Suatu
Peraturan Pemerintah haruslah dijalankan oleh organ atau struktur yang benar, akan
tetapi itu semua akan berjalan dengan efektif apabila didukung oleh budaya
hukumnya. Dengan demikian teori sistem hukum ini menganalisa masalah-masalah
terhadap penerapan substansi hukum, struktur hukum dan budaya hukum. Ketiga
28
Lawrence M. Friedman seperti yang dikutip dalam buku Ediwarman, Perlindungan Hukum
komponen-komponen inilah yang harus dapat dilaksanakan di dalam efektifitas
pelaksanaan Inventarisasi dan Registrasi P4T menurut Hukum Agraria.
Majelis Permusyawaratan Republik Indonesia mempunyai tugas
konstitusional untuk menetapkan arah dan dasar bagi pembangunan nasional yang
dapat menjawab berbagai persoalan kemiskinan, ketimpangan dan ketidakadilan
sosial-ekonomi rakyat serta kerusakan sumber daya alam. Untuk mewujudkan
cita-cita luhur bangsa Indonesia sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945,
diperlukan komitmen politik yang sungguh-sungguh untuk memberikan dasar dan
arah bagi pembaruan agraria dan pengelolaan sumber daya alam yang adil,
berkelanjutan dan ramah lingkungan. Hal tersebut akan tercapai apabila dilakukan
dengan cara terkoordinasi, terpadu dan menampung dinamika, aspirasi dan peran
serta masyarakat, serta menyelesaikan konflik.29 Badan Pertanahan Nasional (BPN)
sebagai penyelenggara pemerintahan di bidang pertanahan sampai jajarannya ke
daerah harus benar-benar melaksanakan tugas dan fungsinya, khususnya Tim
pelaksana program Inventarisasi P4T di Kantor Pertanahan dan Kantor Wilayah
Badan Pertanahan Nasional yang selanjutnya di sebut Kanwil BPN, sebagaimana
yang diindikasikan pada Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan
Pertanahan Nasional telah diikuti dengan penataan kelembagaan untuk memastikan
bahwa struktur organisasi yang baru mampu melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya masing-masing.
29
Boedi Harsono, Menuju Penyempurnaan Hukum Tanah Nasional Dalam Hubungannya
Amanat konstitusi di bidang pertanahan menuntut agar politik dan kebijakan
pertanahan dapat memberikan kontribusi nyata dalam proses mewujudkan “keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” (sebagaimana diamanatkan pada Sila kelima
Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945) dan mewujudkan “sebesar-besar
kemakmuran rakyat” (sebagaimana diamanatkan pada Pasal 33 ayat 3 UUD 1945).
Nilai-nilai dasar ini mensyaratkan dipenuhinya hak rakyat untuk dapat mengakses
berbagai sumber kemakmuran, terutama tanah. Tanah adalah sesuatu yang sangat
vital bagi sebagian besar rakyat Indonesia yang susunan masyarakat dan
perekonomiannya bercorak agraris. Tanah adalah kehidupan. Dengan terbukanya
akses rakyat kepada tanah dan dengan kuatnya hak rakyat atas tanah, maka
kesempatan rakyat untuk memperbaiki sendiri kesejahteraan sosial-ekonominya akan
semakin besar
Pancasila adalah merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia (Way of life)
yang dijadikan pedoman hidup bangsa Indonesia dalam mencapai kesejahteraan lahir
dan batin dalam masyarakat yang heterogen (beragam). Pancasila sebagai dasar
negara dan sumber dari segala sumber tertib hukum. Hal tersebut tercermin dalam
Pembukaan UUD 1945 pada ke-empat pokok-pokok pikiran yang menampilkan ke-5
Sila tersebut sebagai asas.30
30
Pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 1945 adalah a. Negara melindungi segenap Bangsa Indonesia.
b. Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
c. Negara yang berkedaulatan rakyat, berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan.
Sebagai kaidah hukum Konstitusi adalah UUD 1945 yang merupakan dasar
dari pembentukan setiap perundang-undangan. Sebagai kaidah hukum umum atau
kaidah hukum abstrak adalah UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-pokok Agraria.
Kaidah hukum individu/ konkrit dari badan pelaksana/ penegak hukum adalah
- Undang-undang No. 56 Prp Tahun 1960
- Peraturan Pemerintah (PP) 224 tahun 1961
- Dan lain-lain
Dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan dibidang pertanahan dituntut
adanya sarana kerja berupa data Penguasaan, Pemillikan, Penggunaan dan
Pemanfaatan Tanah (P4T), tanpa adanya informasi bidang demi bidang dalam satu
batas administrasi pemerintah tertentu (desa/ kelurahan atau kecamatan) sangat sulit
untuk menemukan tanah-tanah objek Landreform. Dengan demikian tanpa adanya
data tersebut sangat sulit untuk menemukan calon-calon lokasi tanah objek
Landreform. Jadi data P4T yang dikumpulkan secara sistematis dan disajikan secara
spasial sangat dibutuhkan, dalam pelaksanaan kebijakan dibidang Landreform yang
pada akhirnya akan meningkatan pendapatan masyarakat.
Negara dalam melakukan percepatan kesejahteraan rakyat dalam bidang
pertanahan salah satunya dengan subsidi yang dilakukan di Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia, salah satu bentuk subsidinya melalui P4T. Kegiatan
Inventarisasi P4T merupakan bagian dari fortopolio BPN Republik Indonesia yang
dalam pelaksanaannya di lapangan bersifat partisipatif.
Data P4T menjadi sangat penting, sejalan dengan tekad Bangsa Indonesia
untuk melaksanakan pembaruan Agraria. Salah satu arah kebijakan pembaruan
Agraria seperti yang termaktub dalam Tap MPR No. IX/ MPR/ 2001 tentang
Pembaruan Agraria dan Pengelolaan suumber Daya Alam, Pasal 5 ayat (1) butir c
“Menyelenggarakan pendataan pertanahan melalui inventarisasi dan registrasi
penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah secara komprehensif
dan sistematis dalam rangka pelaksanaan Landreform”
Landasan hukum dari pelaksanaan kegiatan Inventarisasi dan Registrasi data
P4T adalah berbagai peraturan yang berkaitan dengan upaya penataan P4T seperti :
a. Tap MPR No. IX/ MPR/ 2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan
Sumber Daya Alam
b. Undang-undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria
c. Undang-undang No. 51 tahun 1960 tentang Larangan Pemakaian Tanah tanpa izin
yang Berhak atau Kuasanya.
d. Undang-undang No. 56 Prp Tahun 1960 tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian.
e. Peraturan Pemerintah (PP) No. 224 Tahun 1961 tentang Pelaksanaan Pembagian
Tanah dan Pemberian Ganti Kerugian.
f. Keputusan Presiden (Keppres) No. 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional
Dibidang Pertanahan.
h. Keputusan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional No.5
Tahun1995 tentang Gerakan Nasional Sadar Tertib Pertanahan.
i. Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 6 Tahun 2001 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Badan Pertanahan Nasional.
j. Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 2 Tahun 2003 tentang Norma
dan Standar Mekanisme Ketalaksanaan Kewenangan Pemerintah di Bidang
Pertanahan yang Dilaksanakan oleh Pemerintah Pemerintah Kabupaten/ Kota.
Inventarisasi data P4T dimaksudkan sebagai upaya untuk memperoleh data
P4T yang komprehensif secara sistematis dengan unit kerja pendataan adalah desa/
kelurahan yang berbasis informasi bidang tanah. Karena bersifat sistematis, maka
data P4T dapat mengungkapkan pola pemilikan dan penguasaan tanah di setiap desa/
kelurahan sedangkan tujuannya adalah tersedianya data P4T yang digunakan sebagai
bahan dalam melaksanakan kebijakan serta pengendalian di bidang pertanahan
khususnya di bidang pengaturan penguasaan tanah.
Registrasi P4T dimaksudkan sebagai pelayanan mendaftarkan atau meregister
tanah objek P4T sedangkan tujuannya adalah terdaftarnya seluruh bidang-bidang
tanah tersebut sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) No.24 Tahun 1997.
Persyaratan lokasi kegiatan Inventarisasi P4T adalah :
Satuan kegiatan Inventarisasi P4T adalah desa/ kelurahan secara utuh/
lengkap. Tahun anggaran 2008 kegiatan Inventarisasi P4T diarahkan kepada desa/
1. Desa atau kelurahan yang diperkirakan memiliki potensi tanah-tanah obyek
penataan penguasaan dan pemilikan tanah redistribusi atau menjadi sasaran
pengendalian tertib administrasi pengaturan penguasaan tanah.
2. Desa atau kelurahan yang mempunyai Peta Dasar, baik peta Foto, Garis maupun
hasil kompilasi dari berbagai peta yang ada di suatu kabupaten / kota.
3. Desa atau kelurahan yang memiliki tidak kurang dari 500 bidang tanah. Atau
merupakan desa kegiatan P4T tahun sebelumnya yang data dan petanya belum
lengkap 1 (satu) desa/ kelurahan (prinsip desa lengkap P4T). Satuan wilayah
terkecil dalam penetuan detail lokasi.
4. Desa atau kelurahan kegiatan P4T adalah desa/ kelurahan yang bukan merupakan
lokasi kegiatan sertifikat tanah secara massal.
Untuk Tahun 2008, pelaksanaan Inventarisasi P4T adalah 500 s/d 550 bidang tiap
desa/ kelurahan. Apabila jumlah bidang tanah dalam satu desa/ kelurahan
melebihi dari target, maka target tersebut merupakan prioritas kegiatan baru P4T
tahun berikut.
Pertanahan harus memberikan kontribusi yang jelas untuk kesejahteraan
rakyat. Sertifikasi sangat penting karena sertifikasi itu legalisasi aset yang punya
kontribusi yang nyata terhadap pertumbuhan ekonomi. Dengan legalisasi aset maka
perputaran ekonomi akan membesar karena sertifikat sudah menjadi bagian penting
dari sistem. Akan tetapi sertifikasi akan mengakibatkan pergantian dan perubahan
kepemilikan melalui sistem pasar dan umumnya ada kecenderungan terjadi
tertarik untuk menjual tanahnya. Hal tersebut disebabkan oleh karena sertifikasi itu
sangat luas, asetnya legal, menjadi formal, asetnya bisa masuk ke dalam sistem
formalnya politik ekonomi negara, sehingga asetnya meningkat, aman, property value
(nilai ekonomi) nilai tanah itu meningkat dan sudah masuk dalam sistem pasar.31
2. Konsepsi
Kerangka konsepsi pada hakekatnya merupakan suatu pengarah atau pedoman
yang lebih konkrit dari pada kerangka teoritis yang seringkali masih bersifat abstrak.
Namun demikian suatu kerangka konsepsi belaka, kadang-kadang masih juga abstrak,
sehingga diperlukan defenisi-defenisi operasional yang akan dapat menjadi pegangan
konkrit didalam proses penelitian. Dengan demikian maka kecuali terdiri dari
konsep-konsep, suatu kerangka konsepsi dapat pula mencakup defenisi operasional. 32
Defenisi merupakan keterangan mengenai maksud untuk memakai sebuah
lambang secara khusus, yaitu menyatakan apa arti sebuah kata.33 Dimana pentingnya
defenisi operasional ini bertujuan untuk menghindari perbedaan salah pengertian atau
penafsiran mendua (dubius) dari suatu istilah yang dipakai. Selain itu, dipergunakan
juga untuk memberikan pegangan pada proses penelitian ini.34 Oleh karena itu dalam
penelitian ini perlu dirumuskan beberapa defenisi konsep dasar sebagai acuan agar
penelitian ini sesuai dengan yang diharapkan, yaitu :
a. Inventarisasi dan Registrasi P4T
31
Rapat Kerja Nasional BPN RI 2009, BPN RI Menjawab Tantangan Reforma Agraria dan
Pelayanan Publik Pertanahan, 2009, halaman 17-18. 32
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta, 1986, halaman 133.
33
Rianto Adi, Op.Cit, halaman 132.
34
Berdasarkan rumusan hasil rapat kerja Badan Pertanahan Nasional (BPN)
yang dilaksanakan di Malino (Sulawesi Selatan) dan Bandar Lampung, 35 dimana:
1) Inventarisasi diidentikkan dengan kegiatan pra pelayanan dimana hasil
akhirnya adalah berupa data informasi bagi perumusan kebijakan
perencanaan, penataan dan pengendalian Penguasaan, Pemilikan,
Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T).
2) Registrasi diidentikkan dengan kegiatan pelayanan yang hasil akhirnya
berupa sertifikat sebagai jaminan kepastian hukum.
b. Penguasaan tanah adalah hubungan hukum antara orang per orang, kelompok
orang, atau badan hukum dengan tanah sebagaimana dimaksud dalam
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria.36
c. Pemilikan atas tanah adalah jaminan hukum yang lebih luas dan terpenuh dari
hak- hak lain untuk melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan hak itu
untuk memenuhi kepentingannya sepanjang tidak bertentangan dengan fungsi
sosial.37
d. Penggunaan tanah adalah wujud tutupan permukaan bumi baik yang merupakan
bentukan alami maupun buatan manusia.38
e. Pemanfaatan tanah adalah kegiatan untuk mendapatkan nilai tambah tanpa
mengubah wujud fisik penggunaan tanahnya.39
35
Badan Pertanahan Nasional, Op. Cit, halaman 1-2.
36
Pasal 1 angka 2 Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah.
37
Pendastaren Tarigan, Op. Cit, halaman 60.
38
f. Landreform adalah perombakan mengenai pemilikan dan penguasaan tanah serta
hubungan-hubungan hukum yang bersangkutan dengan pengusahaan tanah.40
g. Tanah Absentee adalah tanah yang dimiliki seseorang (pemilik), dimana orang
tersebut bertempat tinggal di luar kecamatan tempat letaknya tanah tersebut.41
h. Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki batas batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-asul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.42
i. Kelurahan adalah daerah pemerintahan yang paling bawah yang dipimpin oleh
seorang lurah.43
G. Metode Penelitian
1. Spesifikasi Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis yaitu penelitian yang akan
memaparkan dan menganalisa permasalahan yang akan dikemukakan.
2. Metode Pendekatan
39
Pasal 1 angka 4 Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah.
40
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-undang Pokok
Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, jilid I, Edisi Revisi, 2005, Djambatan, Jakarta, halaman 364. 41
Tampil Anshari Siregar, Undang-Undang Pokok Agraria Dalam Bagan, FH USU, Medan, 2006, halaman 77.
42
Pasal 1 angka 12 Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
43
Metode pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan Yuridis Empiris yaitu pendekatan terhadap suatu masalah dengan cara
melihat dari segi Yuridis (peraturan-peraturan atau norma-norma yang berlaku) serta
melihat kenyataan yang sebenarnya terjadi dalam masyarakat (empiris)
3. Sumber Data
Data penellitian ini diperoleh dengan mengumpulkan data primer dan data
sekunder, yaitu :
a. Data primer
Data Primer yaitu data pokok yang diperoleh dari Kepala/ Staf Kantor
Pertanahan Kabupaten Toba Samosir yang dianggap berkompeten untuk
memberikan pendapat yang berhubungan dengan permasalahan. Untuk mendukung
data primer diperlukan informasi dari anggota masyarakat yang atas bidang tanah
yang dimiliki atau dikuasai masuk dalam pelaksanaan program Inventarisasi dan
Registrasi P4T di Kabupaten Toba Samosir.
b. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dengan studi kepustakaan dengan mempelajari :
1. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum berupa peraturan
perundang-undangan, dokumen resmi atau catatan resmi yang mempunyai otoritas yang
2. Bahan hukum sekunder yaitu semua bahan hukum yang merupakan publikasi
dokumen tidak resmi meliputi buku-buku, majalah, karya ilmiah yang
berkaitan dengan permasalahan.44
3. Bahan hukum tertier yaitu bahan-bahan yang memberi petunjuk atau
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yaitu
kamus (hukum), majalah, surat kabar, jurnal ilmiah, internet, dan sebagainya.
4. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan atau himpunan objek-objek penelitian yang
mempunyai ciri-ciri yang sama yang dapat berupa orang atau benda.45 Populasi
dalam penelitian ini adalah masyarakat yang atas bidang tanah yang dimiliki atau
dikuasai masuk dalam pelaksanaan program Inventarisasi dan Registrasi P4T di
Kabupaten Toba Samosir yaitu Kelurahan Balige Satu, Kelurahan Balige Tiga,
Kelurahan Lumban Dolok Hauma Bange, Kelurahan Napitupulu Bagasan,
Kelurahan Pardede Onan. Untuk itu diambil sebanyak 3 (tiga ) orang dari setiap
kelurahan sehingga samplenya sebanyak 15 (lima belas) orang.
Untuk melengkapi data dalam penelitian ini, perlu nara sumber yang
berkompeten yang berhubungan dengan permasalahan dalam tesis ini yaitu :
1. Bapak Harlen Sihotang selaku Kepala Kantor Pertanahann Kabupaten Toba
Samosir dan Bapak Halomoan Nainggolan sebagai Kepala Seksi Pengaturan dan
44
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Grpu, Jakarta, 2005, halaman 141.
45