KATEGORI VERBA PADA HARIAN ANALISA
SKRIPSI
Oleh
HERWANTO
NIM 040701025
DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruaan tinggi dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacuh dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.
Medan, Februari 2009
KATEGORI VERBA PADA HARIAN ANALISA
HERWANTO
ABSTRAK
PRAKATA
Puji syukur penulis ucapkan kapada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
dengan baik.
Penulis juga mengucapkan terimakasi kepada:
1. Bapak Drs. Syaifuddin, M.A.Ph.D., sebagai Dekan Fakultas Sastra USU.
2. Ibu Dra. Nurhayati Harahap, M.Hum.,sebagai Ketua Departemen Sastra
Indonesia Fakultas Sastra USU yang telah memberikan dukungan kepada
penulis mengikuti perkuliahan di Departemen Sastra Indonesia.
3. Bapak Drs. Parlaungan Ritonga, M.Hum.,sebagai Pembantu Dekan III dan
sekaligus sebagai dosen pembimbing I yang telah banyak dan sabar
memberikan bimbingan serta dukungan selama penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Drs. Hariadi Susilo, M. Si.,sebagai dosen pembimbing II yang telah
membimbing dan memberikan masukan kepada penulis dalam penyelesaian
skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu staf pengajar Departemen Sastra Indonesia Fakultas Sastra USU
yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengajaran selama penulis
mengikuti perkuliahan.
6. Ibu Dra. Sugihana Sembiring, M. Hum.,sebagai dosen pembimbing akademik
yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis selama
menjadi mahasiswa.
7. Kakanda kami Ade yang telah banyak memberikan kemudahan kepada penulis
dalam menyelesaikan segala urusan administrasi di Departemen Sastra
8. Kedua orang tua tercinta, ayahanda Tamirin dan ibunda Misliani yang sangat
setia mendampingi, memberikan doa serta dukungan moral dan material
kepada penulis. Semua ini penulis persembahkan buat ayah dan ibu.
9. Kakanda, abang dan adik penulis yang selalu memberikan semangat dan
motifasi untuk penyelesain skripsi ini.
10. Semua teman di Departemen Sastra Indonesia Fakultas Sastra Indonesia
stambuk 04 dan khususnya Aming, Ori, Riky, Lekmon, dan Nico, terima kasih
sudah menjadi sahabat yang baik buat penulis.
11. Adinda Siti Chadijah Tanjung yang selalu memberikan semangat dan
dorongan hingga skripsi ini selesai.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis mengharap kritik dan saran dari pembaca yanng sifatnya
membangun.
Akhirnya,penulis berharap skripsi ini dapat menambah wawasan
pengetahuan pembaca.
Medan, Februari 2009
2.1.5 Tipe V verba yang menyatakan proses ... 23
2.1.6 Tipe V1 verba yang menyatakan proses-pengalaman ... 24
2.1.7 Tipe V11 verba yang menyatakan proses kepemilikan ... 25
2.1.8 Tipe V111 verba yang menyatakan proses lokatif ... 26
2.1.9 Tipe 1X verba yang menyatakan keadaan ... 28
2.1.10 Tipe X verba yang menyatakan keadaan pengalaman ... 28
2.1.11 Tipe X1 verba yang menyatakan keadaan kepemilikan ... 29
2.1.12 Tipe X11 verba yang menyatakan keadaan lokatif ... 31
2.2 Penggunaan Kategori Verba dalam Harian Analisa ... 31
BAB III SIMPULAN DAN SARAN 3.1 Simpulan ... 40
3.2 Saran ... 41
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang dan Masalah
1.1.1 Latar Belakang
Bahasa adalah unsur kebudayaan universal yang memiliki banyak fungsi
dalam kehidupan masyarakat. Di antara banyak fungsi yang dimiliki adalah
sebagai alat komunikasi dan menempati urutan pertama. Sementara komunikasi
bertujuan mentransformasikan ide atau maksud antarsesama yang melakukan
komunikasi itu. Apabila ide atau maksud tidak berhasil disampaikan dalam suatu
komunikasi maka komunikasi itu dianggap tidak efektif atau gagal.
Sekarang ini kita dapat dengan mudah memperoleh informasi mengenai
berbagai macam peristiwa yang terjadi di dalam atau luar negeri melalui media
elektronik atau cetak. Pers sebagai salah satu sarana komunikasi massa memiliki
peranan yang sangat besar dalam pembinaan bahasa. Peranan surat kabar dalam
pembinaan bahasa dapat bersifat positif, namun juga dapat bersifat negatif.
Bahasa pers ialah satu ragam bahasa yang memiliki sifat khas yaitu
singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, dan menarik. Hal ini disebabkan adanya
sifat ekonomis yang dibutuhkan oleh surat kabar dan perlu diingat bahwa yang
membaca surat kabar itu tidak hanya masyarakat terpelajar, tetapi sampai kepada
masyarakat bawah. Bahasa yang rumit dan sulit akan menyulitkan pemahaman isi
tulisan (Badudu, 1985:138)
Kridalaksana (dalam Chaer, 1994: 33) mengemukakan bahwa bahasa
adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota
diri. Bahasa merupakan hasil dari aktifitas manusia. Melalui bahasa akan
terungkap suatu hal yang ingin disampaikan pembicara kepada pendengar, penulis
kepada pembaca, dan penyapa kepada pesapa. Suatu hal tersebut tentu saja berupa
informasi-informasi, baik berupa lisan maupun tulisan.
Studi gramatikal ketegori kata merupakan kajian yang selalu menjadi
pembicaraan dalam buku-buku tata bahasa tradisional, struktural, dan generatif,
karena masalah kategori kata begitu penting dan kompleks sehingga persoalan ini
belum ada kesepakatan di antara para ahli. Secara umum kategori gramatikal
terbagi atas dua kelompok besar, yaitu (1) kelompok yang disebut kata penuh (full
word) dan (2) kelompok yang disebut partikel atau kata tugas (function
word).(Chaer, 1995: 147).
Kategori gramatikal dalam tata bahasa tradisional sudah lazim
dibicarakan. Kategori berarti kelompok atau golongan. Kategori gramatikal berarti
pengelompokan atau penggolongan sesuai kaidah –kaidah.
Verba adalah salah satu kategori kata. Verba pada umumnya menerangkan
suatu tindakan, oleh karena itu verba sering berperan sebagai predikat dalam suatu
kalimat.
Contoh:
Dika menendang bola.
Pada kalimat tersebut kata menendang merupakan verba yang berperan
sebagai predikat. Sesuai dengan kalimat yang di atas kata menendang termasuk
verba tindakan.
Penelitian mengenai verba bukanlah baru pertama kali ini dilakukan.
verba sebelumnya adalah “Verba Tindak Tutur dalam Bahasa Simalungun” yang
ditelitih oleh Tetty Hariani Nainggolan, seorang mahasiswa Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara. Dalam penelitiannya, ia mengkaji makna bahasa
yang alami atau asali yang digunakan secara wajar dalam kehidupan sehari-hari
dalam bahasa Simalungun, dengan menggunakan teori Natural Semantik
Metalanguage (NSM). Penelitian di atas berbeda dengan penelitian kali ini.
Penelitian kali ini akan mencoba membahas kategori verba yang terdapat di dalam
surat kabar. Penulis ingin mengetahui penggunaan ketegori verba pada harian
tersebut.
Harian Analisa adalah salah satu harian lokal yang terkemuka di daerah
Sumatera Utara. Harian ini memuat berita yang lengkap meliputi berita utama,
berita olah raga, berita tentang gaya hidup, informasi ekonomi dan keuangan,
kesehatan sampai dengan iklan. Semua termuat dalam harian ini. Di dalam kolom
beritanya itu, penulis merasa tertarik untuk meneliti kategori verba dalam
kalimat-kalimat pada kolom berita pada harian Analisa karena harian ini terbit tiap hari.
Selain itu, harian Analisa mempunyai kalangan pembaca yang cukup banyak di
Sumatera Utara, sehingga harian ini relevan untuk diteliti menjadi objek
penelitian penulis dengan judul: “Kategori Verba pada Harian Analisa”
1.1.2 Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan di atas masalah yang
dibicarakan yakni:
1. Bagaimanakah kategori verba yang terdapat pada harian Analisa edisi
2. Bagaimanakah penggunaan kategori verba dalam harian Analisa edisi
April 2008?
2.1 Batasan Masalah
Suatu penelitian harus mempunyai batasan masalah. Batasan ini sangat
penting dalam suatu penelitian. Hal ini dimaksudkan agar penelitian tersebut
terarah dan tidak terjadi kesimpangsiuran masalah yang hendak diteliti, serta
tujuan dari penlitian dapat tercapai. Analisa adalah surat kabar yang terbit setiap
hari. Oleh karena itu, penelitian ini dibatasi pada kategori verba yang terdapat
dalam kalimat-kalimat tertulis pada harian Analisa pada kolom tajuk rencana
terbitan bulan April 2008 saja.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang dibicarakan, penelitian tentang kategori
verba pada harian Analisa memiliki tujuan yakni:
1. menguraikan kategori verba yang terdapat pada harian Analisa edisi April
2008; dan
2. menguraikan penggunaan kategori verba dalam harian Analisa edisi April
2008.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Setiap penelitian yang dilaksanakan akan memberi manfaat. Adapun
1. menambah wawasan kebahasaan mengenai penggunaan kategori verba
dalam surat kabar; dan
2. menambah referensi dalam penelitian lainnya yang akan menganalisis
bidang linguistik, khususnya yang ingin meneliti verba dalam surat kabar.
1.4. Metode Penelitian
1.4.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode penelitian adalah cara kerja yang dilakukan untuk mencapai suatu
tujuan. Dalam penelitian diperlukan data yang dijadikan bahan baku untuk
penelitian.
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu metode simak
(Sudaryanto, 1993: 133). Metode simak yaitu suatu metode dengan cara
menyimak suatu bahasa. Adapun teknik yang digunakan dalam metode ini yaitu
teknik sadap. Peneliti membaca, meneliti, mempelajari, dan memeriksa
penggunaan bahasanya. Penulis juga menggunakan pendekatan yang bersifat
kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Kaelan 2005: 5) mengatakan
prosedur kualitatif menghasilkan penelitian yang mengungkapkan data kualitatif
dengan pendekatan yang mengarah pada latar dan individu secara holistik “utuh”
atau memandangnya sebagai suatu kesatuan. Data kualitatif terbagi atas data
primer dan data sekunder. Data primer pada penelitian ini diperoleh dari media
cetak Analisa. Pengumpulan sumber data dalam penelitian ini adalah
kalimat-kalimat tertulis yang terdapat pada harian Analisa.
Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui sumber tertulis
mengambil informasi tambahan untuk penelitian ini. Selanjutnya, pengumpulan
data dengan memeriksa, membaca, kemudian mencatat data yang dikumpulkan
yang terkait permasalahan yang diteliti.
Selain itu penulis juga menggunakan metode kuantitatif. Menurut
Muclich (1993:4) metode kuantitatif merupakan metode keputusan yang
menggunakan angka. Pemecahan dengan model kuantitatif akan menghasilkan
nilai atau angka untuk variabel keputusan. Dengan perkataan lain, penggunaan
model kuantitatif dalam memecahkan masalah, keputusan-keputusan yang
dihasilkan adalah angka.
Menurut Sudjana (2002:50) frekuensi dinyatakan dengan banyak data
yang terdapat dalam tiap kelas, jadi dalam bentuk absolut. Jika frekuensi
dinyatakan dalam persen, maka diperoleh daftar distribusi frekuensi relatif.
Jadi menggunakan rumus sebagai berikut:
1.4.2 Metode dan Teknik Pengkajian Data
Metode dalam pengkajian kategori verba tersebut dianalisis dengan
menggunakan metode agih (Sudaryanto, 1993: 15). Penggunaan metode agih
dilakukan dengan menggunakan alat penentu berupa bagian dari bahasa yang
bersangkutan itu sendiri. Sedangkan teknik dasar yang digunakan pada penelitian
ini adalah teknik baca markah. Disebut demikian karena cara yang digunakan
pada awal kerja analisis ini adalah membaca markah. Dalam hal ini, yang
dimaksud adalah pemarkah itu (baik secara sintaksis, morfologis, ataupun dengan
konstituen tertentu; dan kemampuan pembaca membaca pemarkah itu (marker)
berarti kemampuan menentukan kejatian yang dimaksud (Sudaryanto, 1993: 95).
Contoh: Militer India Rabu (7/5) melakukan ujicoba rudal nuklirnya yang
berkemampuan jarak sedang yang bisa menghantam sasaran – sasaran di dalam
negeri China, kata pejabat riset pertahanan India.
Kalimat di atas mengandung kategori verbal. Verbal tersebut ditandai dengan
pemarkah melakukan. Kata melakukan digunakan untuk menunjukkan suatu
perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh subjek.
5. Landasan Teori
5.1 Semantik
Kata semantik (dalam bahasa Inggris: semantics) berasal dari bahasa
Yunani sema (kata benda) yang berarti ‘tanda’ atau ‘lambang’. Kata kerjanya
adalah semaino yang berarti ‘menandai’ atau ‘melambangkan’. Jadi, kata
semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti (Chaer,
1995: 2).
Kata semantik yakni sebagai istilah yang digunakan untuk bidang
linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan
hal-hal yang ditandainya atau bidang studi linguistik yang mempelajari makna atau
arti.
5.2 Kategori Verba
Menurut Chaer (1995: 154-161) leksem-leksem verba dalam bahasa
pertanyaan terhadap subjek tempat “verba” menjadi predikat klausanya. Ketiga
pertanyaan itu adalah (1) apa yang dilakukan subjek dalam klausa tersebut, (2) apa
yang terjadi terhadap subjek dalam klausa tersebut, (3) bagaimana keadaan subjek
dalam klausa tersebut. Perhatikan ketiga kalimat berikut!
- Dika menendang bola.
- Gunung itu longsor.
- Tikus mati.
Kalau pertanyaan (1) diajukan pada kalimat pertama kita akan
memperoleh jawaban menendang, jika pertanyaan (2) diajukan kepada kalimat
kedua kita akan memperoleh jawaban longsor, dan jika pertanyaan (3) diajukan
kepada kalimat ketiga maka kita akan memperoleh jawaban mati. Dengan
demikian kata-kata menendang, longsor, dan mati adalah kata-kata yang
termasuk kategori verba. Lalu, sesuai dengan macam pertanyaan yang diajukan,
kata menendang termasuk verba tindakan, kata longsor termasuk verba proses,
dan kata mati termasuk verba keadaan.
Berdasarkan analisis semantik selanjutnya, dan sejalan dengan
Tampubolon (1979, 1988, 1988 b, dalam Chaer, 1994:155), kita dapat
membedakan adanya dua belas tipe verba dasar dalam bahasa Indonesia. Kedua
belas tipe itu adalah sebagai berikut:
Kategori Verba
a. Tipe I adalah verba yang secara semantik menyatakan tindakan, perbuatan, atau
aksi. Tampubolon menyebutkan kata kerja aksi, tetapi di sini disebut verba
bercirikan makna bernyawa dan bertindak sebagai penggerak tindakan yang
disebutkan oleh verba tersebut. Misalnya, kata makan dan baca pada kalimat
Ketika kami makan dia cuma baca koran saja. Contoh lain adalah makan, baca,
mohon, jemput, mundur, usir, setor.
Secara semantik verba tipe ini pun sebenarnya dapat dibedakan lagi
menjadi verba tindakan yang (I) pelakunya adalah manusia, (2) pelakunya adalah
manusia dan yang tidak manusia, dan (3) pelakunya bukan manusia. Laksem baca
dan tulis adalah verba tindakan yang termasuk kelompok pelakunya manusia,
makan dan minum adalah verba tindakan yang termasuk kelompok pelakunya
manusia dan bukan manusia, sedangkan pagut dan patuk adalah verba tindakan
yang pelakunya bukan manusia. Sebagai ilustrasi perhatikan kalimat-kalimat
berikut yang tidak terterima karena pelakunya secara semantis tidak cocok.
* Kucing itu membaca komik.
* Kakak memagut kaki ibu.
b. Tipe II adalah verba yang menyatakan tindakan dan pengalaman. Pelaku verba
ini adalah sebuah maujud berupa nomina berciri makna bernyawa dan bertindak
sebagai penggerak tindakan yang disebut oleh verba tersebut serta sekaligus dapat
pula sebagai maujud yang mengalami (secara kognitif, emosional, atau
sensasional) tindakan yang dinyatakan oleh verba tersebut. Misalnya leksem (me)
naksir dan (men) jawab pada kalimat berikut:
- Dia menaksir harga mobil bekas itu.
Pada kalimat pertama dia adalah maujud yang melakukan tindakan itu
dan yang juga sekaligus mengalaminya. Hal yang sama terjadi pula pada kalimat
kedua : Beliau adalah pelakunya dan yang mengalami tindakan itu.
Yang melakukan tindakan dan yang mengalami tindakan tidak harus selalu
berupa maujud yang sama. Hal ini berupa dua maujud yang berbeda. Perhatikan
contoh berikut!
- Pak lurah tanya persoalan itu kepada kami.
Dalam kalimat tersebut Pak lurah adalah pelaku; sedangkan yang
mengalami adalah kami.
Contoh lain: bilang, berbicara, membentuk, membujuk, ancam, dan kenal.
c. Tipe III adalah verba yang menyatakan tindakan dan pemilikan (benafaktif).
Pelaku verba ini adalah maujud berupa nomina berciri makna bernyawa dan
tindakan sebagai penggerak tindakan yang disebutkan oleh verba tersebut,
sedangkan pemilik (bisa juga tidak pemilikan) juga berupa nomina berciri makna
bernyawa. Misalnya kata beli dan bantu dalam kalimat:
- Dika beli mobil dari Pak Fuad.
- Pemerintah bantu para petani.
Dalam kedua kalimat Dika dan pemerintah adalah pelaku, sedangkan pak
Fuad dan para petani adalah pemiliknya ( pak Fuad adalah yang tidak memiliki
lagi dan para petani yang memperoleh pemilikan itu). Acapkali pemilik tidak
direalisasikan dalam suatu kalimat. Misalnya seperti pada kalimat berikut:
- Dika beli mobil baru.
d. Tipe IV adalah verba yang menyatakan tindakan dan lokasi (tempat). Artinya
tindakan yang dinyatakan oleh verba itu sekaligus “menyatakan” adanya lokasi
(baik tempat asal, tempat berada, maupun tempat tujuan). Pelaku tindakan berupa
nomina berciri makna bernyawa yang dapat mengalami tindakan itu sendiri
maupun tidak. Sedangkan lokasi berupa sebuah frase preposisional. Misalnya kata
pergi dan tiba pada kalimat berikut:
- Nita pergi ke pasar.
- Beliau baru tiba dari Yogyakarta.
Meskipun kehadiran frase ke pasar dan pergi dan tiba itu sendiri jelas
“menyarankan” keharusan hadirnya kedua frase tersebut. Tidak sama dengan
kehadiran frase di restauran pada kalimat Dia sudah makan di restauran yang
mutlak opsional.
Contoh lain: kembali, datang, masuk, pulang, terjun, lari, pindah, jatuh, dan taruh.
e. Tipe V adalah verba yang menyatakan proses. Subjek dalam kalimat ini berupa
nomina umum yang mengalami proses perubahan keadaan atau kondisi. Misalnya,
kata pecah pada kalimat berikut:
- Kaca jendela rumah itu pecah.
Pecah pada kalimat di atas adalah termasuk verba proses, sebab seperti
sudah disebutkan di muka, dapat menjadi jawaban dari pertanyaan “Apa yang
terjadi pada subjek?”.
Contoh lain: terbit, jadi, muncul, tenggelam, mulai, longsor, timbul, bangkit,
Ada tiga persoalan mengenai verba tipe V ini ( dan juga verba proses
lainnya, tipe VI, tipe VIII). Ketiga persoalan itu adalah:
(I) Proses perubahan yang terjadi pada suatu maujud dapat berlangsung
dalam waktu singkat, tetapi dapat juga dalam waktu yang relatif lama. Oleh
karena itu, ada verba proses yang dapat diberi keterangan “sedang” seperti pada
kata sedang tumbuh, sedang terbit, dan sedang turun; tetapi ada pula yang tidak
diberi keterangan “sedang’ seperti *sedang pecah, *sedang hancur, dan *sedang
luka.
(2) Sebenarnya suatu proses atau perubahan bukan hanya terjadi pada
verba proses saja tetapi ternyata juga pada verba tindakan, sebab sesungguhnya
suatu tindakan akan menyebabkan terjadinya suatu proses. Oleh karena itu, perlu
dipertanyakan : Apa bedanya verba proses dengan verba tindakan itu? Pada verba
proses subjek mengalami perubahan sesuai dengan pertanyaan “Apakah yang
terjadi pada subjek?” Sedangkan pada verba tindakan subjek itu melakukan suatu
aksi, suatu tindakan, atau suatu perbuatan, sesuai dengan pertanyaan ”Apakah
yang dilakukan subjek?”
(3) Kita sering kali sukar untuk membedakan verba proses dengan verba
keadaan (verba tipe IX, X, XI, XII). Misalnya verba pecah pada kalimat di atas,
kalau diuji dengan pertanyaan “Apa yang terjadi pada subjek?” maka jawabannya
adalah subjek itu pecah. Jadi, jelas pecah di sini adalah verba proses. Tetapi kalau
diuji dengan pertanyaan “Bagaimana keadaan subjek?” Maka jawabannya adalah
f. Tipe VI adalah verba yang menyatakan proses-pengalaman. Subjek dalam
kalimat ini berupa nomina bernyawa yang mengalami suatu proses perubahan
yang dinyatakan oleh verba tersebut. Misalnya leksem bosan pada kalimat
berikut:
- Rupanya kamu sudah bosan padaku.
Pada kalimat di atas, bosan adalah verba proses pengalaman. Sedangkan
kamu adalah maujud yang mengalami proses itu.
Contoh lain: tahan, harap, dan maklum.
g. Tipe VII adalah verba yang menyatakan proses pemilikan. Subjek dalam
kalimat yang menggunakan verba tipe VII ini berupa nomina yang mengalami
suatu proses atau kejadian memperoleh atau kehilangan (kerugian). Misalnya
leksem menang dan kalah pada kalimat berikut:
- PSSI menang 2-0 atas Singapura.
- Dia kalah dua juta rupiah.
Menang dan kalah adalah verba proses pemilikan, sedangkan PSSI dan
Dia adalah maujud yang mengalami peristiwa yang dinyatakan oleh verba
tersebut.
Contoh lain : berlaba, kehilangan, memperoleh dan memiliki.
h. Tipe VIII adalah verba yang menyatakan proses-lokasi. Subjek dalam kalimat
yang menggunakan verba tipe VIII ini berupa nomina yang mengalami suatu
proses perubahan tempat (lokasi). Misalnya leksem tiba dan terbit pada kalimat
- Pesawat itu baru tiba dari Surabaya.
- Matahari terbit di ufuk timur.
Leksem tiba dan terbit pada kalimat tersebut adalah verba proses-lokasi,
sedangkan leksem pesawat dan matahari adalah maujud yang mengalami proses
perubahan lokasi itu.
Contoh lain: timbul, terbenam, tenggelam, berangkat, pergi, sampai, jatuh, maju,
mundur, hanyut, turun dan naik.
i. Tipe IX adalah verba yang menyatakan keadaan. Subjek dalam kalimat yang
menggunakan verba tipe IX berupa nomina umum yang berada dalam keadaan
atau kondisi yang dinyatakan oleh verba tersebut. Misalnya leksem diam pada
kalimat berikut:
- Adik diam di ruangan sekolah.
Diam pada kalimat di atas adalah verba keadaan, sedangkan leksem
ruangan adalah maujud yang berada dalam keadaan itu.
Kadang-kadang memang agak sulit untuk membedakan verba keadaan
dengan ketegori adjektiva. Oleh karena itu, banyak orang yang menyatukan
kategori ini dalam kelas yang sama (lihat Tampubolon 1979; bandingkan juga
dengan Ramlan, 1985, dalam Chaer, 1994:160). Namun, ada juga yang dapat
membedakan antara keduanya dengan mengajukan alat uji berupa: kalau adjektiva
dapat diimbuhkan prefeks ter- sedangkan verba keadaan tidak dapat (moehono
1988, dalam Chaer, 1994:160). Keterandalan alat uji ini pun masih perlu
paling, maka contoh yang diberikan tersuka hingga saat ini belum terterima,
tetapi bentuk paling suka bisa diterima.
Contoh lain: lekas, diam, dan gemetar.
j. Tipe X adalah verba yang menyatakan keadaan pengalaman. Subjek dalam
kalimat yang menggunakan verba tipe X ini adalah sebuah nomina yang berada
dalam keadaan kognisi, emosi, atau sensasi. Misalnya tahu pada kalimat berikut:
- Kami tahu hidup di kota memang sukar.
Tahu pada kalimat di atas adalah verba keadaan pengalaman. Pada kalimat
di atas subjek Kami yang mengalami keadaan yang disebut oleh predikat tahu.
Contoh lain: ingat dan mual.
k. Tipe XI adalah verba yang menyatakan keadaan-pemilikan. Subjek dalam
kalimat yang menggunakan verba tipe XI ini adalah sebuah nomina yang
menyatakan memiliki, memperoleh, atau kehilangan sesuatu. Misalnya leksem
punya dan ada pada kalimat berikut:
- Ia sudah punya istri.
- Dia ada uang lima juta.
Punya dan ada pada kalimat di atas adalah verba keadaan pemilikan. Sedangkan
ia dan dia adalah subjek yang berada dalam keadaan memiliki. Menurut
Tampubolon (1979, dalam Chaer, 1994:161) verba dasar yang menyatakan
keadaan pemilikan hanya kedua kata itu saja. Tetapi yang bukan verba dasar
l. Tipe XII adalah verba yang menyatakan keadaan-lokasi.subjek pada kalimat
yang menggunakan verba tipe XII ini adalah nomina yang berada dalam suatu
tempat atau lokasi. Misalnya leksem hadir dalam kalimat:
- Pak mentri hadir di sana.
Hadir adalah verba yang menyatakan keadaan lokasi. Pak menteri adalah
subjek yang berada di tempat yang disebutkan pada unsur keterangan.
Contoh lain: mengalir, berganti, berhenti,berserakan, bermimpi dan menanjak.
Keseluruhan tipe kategori verbal di atas akan digunakan untuk
BAB II
KATEGORI VERBA PADA HARIAN ANALISA
2.1 Kategori Verba pada Harian Analisa Edisi April 2008
Berdasarkan konsep yang dikemukakan oleh Chaer (1995) ada dua belas
kategori verba. Maka bentuk-bentuk kategori verba yang terdapat pada harian
Analisa adalah sebagai berikut:
a.Tipe I adalah verba yang secara semantik menyatakan tindakan, perbuatan,
atau aksi.
Contoh:
1) Banyak anak-anak tidak makan hingga meregang nyawa karena ketiadaan
makanan untuk mereka.(6 April 2008, hal 28)
Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan
pemarkah makan. Kata makan termasuk kategori verba tipe I. Kata makan adalah
verba yang menyatakan tindakan atau perbuatan yakni memasukan sesuatu ke
dalam mulut. Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina yang bernyawa.
2) Calon-calon yang tidak memenuhi syarat lebih baik mundur dalam pilkada
yang berlangsung di daerah-daerah. (4 April 2008, hal 28)
Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan
pemarkah mundur. Kata mundur termasuk kategori verba tipe I. Kata mundur
adalah verba yang menyatakan tindakan atau perbuatan yakni perpindahan tempat
ke tempat lain dalam hal ini dari depan ke kebelakang. Pelaku verba ini adalah
b. Tipe II adalah verba yang menyatakan tindakan dan pengalaman.
Contoh:
3) Jaksa agung membentuk pola 5:3:1 yakni: kejaksaan tinggi diharapkan
dalam tiga bulan harus menyelesaikan lima kasus korupsi, kejaksaan
negeri sebanyak tiga kasus dan cabang kejaksaan negeri satu kasus. (19
April 2008, hal 16)
Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan
pemarkah membentuk. Kata membentuk termasuk kategori verba tipe II. Kata
membentuk adalah verba yang menyatakan tindakan atau pengalaman yakni
menyusun atau membuat sesuatu menjadi lebih baik. Pelaku verba ini adalah
sebuah wujud nomina yang bernyawa.
4) Pemerintah membujuk masyarakat agar menerima hasil pilgubsu dengan
iklas dan jiwa besar.(18 April 2008, hal 16)
Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan
pemarkah membujuk. Kata membujuk termasuk kategori verba tipe II. Kata
membujuk adalah verba yang menyatakan tindakan atau pengalaman yakni usaha
untuk menyakinkan seseorang dengan kata-kata manis dan sebagainya bahwa
yang dikatakanya itu benar. Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina yang
bernyawa.
5) Pernyataan itu jelas sangat mengganggu ketika mereka berbicara tentang
Indonesia terlibat dalam serangan yang nyaris manewaskannya itu. (21
Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan
pemarkah berbicara. Kata berbicara termasuk kategori verba tipe IX. Kata
berbicara adalah verba yang menyatakan proses lokasi yakni berkata atau
berkomunikasi dengan dua orang atau lebih. Pelaku verba ini adalah sebuah
wujud nomina yang bernyawa.
c. Tipe III adalah verba yang menyatakan tindakan dan pemilikan
(benafaktif).
Contoh:
6) Dengan menurunkan suku bunga guna meningkatkan daya beli masyarakat
konsumen yang rendah malah menyulut bara inflasi. (9 April 2008, hal 28)
Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan
pemarkah beli. Kata beli termasuk kategori verba tipe III. Kata beli adalah verba
yang menyatakan tindakan dan pemilikan (benefaktif) yakni memperoleh sesuatu
melalui penukaran atau pembayaran dengan uang. Pelaku verba ini adalah sebuah
wujud nomina yang bernyawa.
7) Melesunya pasar keuangan domestik belakangan ini sebagaimana
tercermin dalam melorotnya IHSG di BEI minta investor pada SUN seri
terakhir akibat sikap investor asing sehubungan dengan
membumbungnya harga komuditi-komuditi internasional serta
ekspektasi infasi global. (9 April 2008, hal28)
Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan
verba yang menyatakan tindakan dan pemilikan (benefaktif) yakni berharap
sesuatu kepada seseorang atau instansi agar permintaannya dapat dikabulkan.
Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina yang bernyawa.
8) Menjelang proses pemilihan kepala daerah Sumatera Utara yang telah
ditetapkan pada 16 April 2008, pemerintah beri kartu pemilih kepada
masyarakat. (10 April 2008, hal 16)
Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan
pemarkah beri. Kata beri termasuk kategori verba tipe III. Kata beri adalah verba
yang menyatakan tindakan dan pemilikan (benefaktif) yakni menyerahkan atau
membagikan sesuatu kepada orang yang akan ditujukan. Pelaku verba ini adalah
sebuah wujud nomina yang bernyawa.
9) Pengawalan ketat dapat dilakukan oleh instansi yang memiliki
wewenang termasuk lembaga legeslatif. (12 April 2008, hal 16)
Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan
pemarkah dapat. Kata dapat termasuk kategori verba tipe III. Kata dapat adalah
verba yang menyatakan tindakan dan pemilikan (benefaktif) yakni usaha yang
dilakukan untuk mencapai suatu hasil yang dimaksudkan. Pelaku verba ini adalah
sebuah wujud nomina yang bernyawa.
10) Keadilan iklan silahkan mereka bayar sesuai aturan. (26 April 2008, hal
16)
Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan
verba yang menyatakan tindakan dan pemilikan (benefaktif) yakni memberikan
uang untuk menggantikan harga barang yang sudah diterima. Pelaku verba ini
adalah sebuah wujud nomina yang bernyawa.
d. Tipe IV adalah verba yang menyatakan tindakan dan lokasi (tempat).
Contoh:
11) Mereka datang ke tempat-tempat kampanye tersebut bukan berarti
mereka akan memilih orang yang kampanye itu. (3 April 2008, hal 16)
Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan
pemarkah datang. Kata datang termasuk kategori verba tipe IV. Kata datang
adalah verba yang menyatakan tindakan dan lokasi (tempat) yakni suatu proses
tiba di tempat yang dituju. Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina yang
bernyawa.
12) Rakyat lebih memilih pindah dan memilih membeli barang-barang yang
murah tapi kualitasnya sama bagusnya. (9 April 2008, hal 28)
Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan
pemarkah pindah. Kata pindah termasuk kategori verba tipe IV. Kata pindah
adalah verba yang menyatakan tindakan dan lokasi (tempat) yakni suatu proses
beralih atau bertukar tempat ke tempat lain agar mendapatkan hal yang baru.
Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina yang bernyawa.
13) Stok minyak mingguan terakhir di AS jatuh tajam dari perkiraan, selain
faktor asumsi kenaikan permintaan minyak dari China, India dan pasar
Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan
pemarkah jatuh. Kata jatuh termasuk kategori verba tipe IV. Kata jatuh adalah
verba yang menyatakan tindakan dan lokasi (tempat) yakni perpindahan dari suatu
tempat ke tempat lain dalam hal ini dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang
lebih rendah tanpa disengaja. Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina yang
bernyawa.
14) Pekan lalu Carter memang telah membuat kejutan terhadap pemerintah
AS, Ia masuk ke Timur Tengah mengadakan pertemuan dengan kelompok
Hamas. (28 April 2008, hal 16)
Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan
pemarkah masuk. Kata masuk termasuk kategori verba tipe IV. Kata masuk
adalah verba yang menyatakan tindakan dan lokasi (tempat) yakni suatu proses
perjalanan menuju wilayah atau menuju ruangan yang dituju. Pelaku verba ini
adalah sebuah wujud nomina yang bernyawa.
15) Presiden diharapkan merangsang kembali agar investor bergairah untuk
berivestasi terutama terkait dalam pembangunan insfrastruktur. (29 April
2008, hal 28)
Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan
pemarkah kembali. Kata kembali termasuk kategori verba tipe IV. Kata kembali
adalah verba yang menyatakan tindakan dan lokasi (tempat) yakni suatu proses
yang diharapkan bisa mengembalikan seperti keadaan semula atau balik ketempat
e. Tipe V adalah verba yang menyatakan proses.
Contoh:
16) Dukungan demi dukungan pasti akan muncul tetapi jangan sampai
dukungan itu menciptakan kelompok-kelompok yang saling bersaing
untuk menjatuhkan. (3 April 2008, hal 16)
Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan
pemarkah muncul. Kata muncul termasuk kategori verba tipe V. Kata muncul
adalah verba yang menyatakan proses yakni proses untuk menampakan diri agar
dapat diketahui oleh orang. Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina yang
bernyawa.
17) Pilkada khususnya yang akan dilangsungkan mulai pertengahan tahun
2008 ini memasuki era baru. (4 April 2008, hal 28)
Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan
pemarkah mulai. Kata mulai termasuk kategori verba tipe V. Kata mulai adalah
verba yang menyatakan proses yakni suatu proses mengawali tindakan yang akan
dilakukan untuk mencapai suatu yang diharapkan. Pelaku verba ini adalah sebuah
wujud nomina yang bernyawa.
18) Yang selalu jadi masalah kemudian adalah, siap tidaknya pihak yang
kalah menerima kekalahan itu dengan jiwa besar dan lapang dada. (18
April 2008, hal 16)
Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan
verba yang menyatakan proses yakni suatu tindakan yang dikerjakan. Pelaku
verba ini adalah sebuah wujud nomina yang bernyawa.
19) Di masa kepemimpinannya pecah revolusi Islam Iran pimpinan Ayatollah
Khomeini, yang dihiasi dengan pendudukan kedubes AS di Taheran. (28
April 2008, hal 28)
Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan
pemarkah pecah. Kata pecah termasuk kategori verba tipe V. Kata pecah adalah
verba yang menyatakan proses yakni suatu tindakan yang tidak bersatu lagi,atau
tidak kompak lagi yang kemudian menjadi beberapa bagian. Pelaku verba ini
adalah sebuah wujud nomina yang bernyawa.
f. Tipe VI adalah verba yang menyatakan proses-pengalaman.
Contoh:
20) Kita harap kampanye yang sedang berlangsung di beberapa tempat ini
berjalan dengan aman dan kondusif. (13 April 2008, hal 16)
Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan
pemarkah harap. Kata harap termasuk kategori verba tipe VI. Kata harap
adalah verba yang menyatakan proses-pengalaman yakni memohon atau meminta
agar keinginan yang diinginkan dapat terkabul. Pelaku verba ini adalah sebuah
wujud nomina yang bernyawa.
21) Investor terutama asing maklum dengan keadaan daerah tersebut. (18
Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan
pemarkah maklum. Kata maklum termasuk kategori verba tipe VI. Kata maklum
adalah verba yang menyatakan proses-pengalaman yakni suatu keadaan yang
mengerti dengan kondisi yang sedang terjadi. Pelaku verba ini adalah sebuah
wujud nomina yang bernyawa.
g. Tipe VII adalah verba yang menyatakan proses pemilikan.
Contoh:
22) Pemerintah yang sudah memiliki komitmen yang jelas terhadap UKM
seharusnya tidak menutup mata. (1 April 2008, hal 16)
Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan
pemarkah memiliki. Kata memiliki termasuk kategori verba tipe VII. Kata
memiliki adalah verba yang menyatakan proses pemilikan yakni suatu keadaan
bahwasanya telah mempunyai sesuatu. Pelaku verba ini adalah sebuah wujud
nomina yang bernyawa.
23) Partai pimpinan Mugabe, ZANU PE, telah dipastikan kehilangan suara
mayoritasnya diparlemen dan bahkan kursi mereka yang diperoleh kalah
dibanding partai PSVangerai. (7 April 2008, hal 28)
Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan
pemarkah kehilangan. Kata kehilangan termasuk kategori verba tipe VII. Kata
kehilangan adalah verba yang menyatakan proses pemilikan yakni proses
hilangannya sesuatu yang mengakibatkan tidak memiliki lagi. Pelaku verba ini
24) Langkah Carter berbicara secara resmi dengan Hamas memperoleh
kecaman luas, terutama dari petinggi-petinggi AS. (28 April 2008, hal 28)
Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan
pemarkah meperoleh. Kata memperoleh termasuk kategori verba tipe VII. Kata
memperoleh adalah verba yang menyatakan proses pemilikan yakni kegiatan
yang dilakukan untuk nmendapatkan sesuatu yang diharapkan dengan usaha dan
kerja keras . Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina yang bernyawa.
h. Tipe VIII adalah verba yang menyatakan proses-lokasi.
Contoh:
25) Satu lagi diktator dunia turun panggung. (7 April 2008, hal 28)
Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan
pemarkah turun. Kata turun termasuk kategori verba tipe VIII. Kata turun
adalah verba yang menyatakan proses lokasi yakni proses tindakan bergerak ke
bawah atau bergerak ke tempat yang lebih rendah dari tempat yang semula .
Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina yang bernyawa.
26) Tindakan yang dilakukan pemerintah untuk menangani kasus korupsi baru
sampai pada tingkat hukuman penjara dan denda berupa uang. (13 April
2008, hal 16)
Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan
pemarkah sampai. Kata sampai termasuk kategori verba tipe VIII. Kata sampai
adalah verba yang menyatakan proses lokasi yakni suatu keadaan yang dapat
terlaksana atau suatu cita-cita yang diharapkan. Pelaku verba ini adalah sebuah
27) Naiknya harga BBM menyebabkan timbul masalah baru dalam kalangan
masyarakat miskin. (22 April 2008, hal 16)
Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan
pemarkah timbul. Kata timbul termasuk kategori verba tipe VIII. Kata timbul
adalah verba yang menyatakan proses lokasi yakni muncul, naik atau keluar hal
yang baru. Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina yang bernyawa.
28) Jimmy Carter berangkat ke Timur Tengah mendapat kecaman luas,
terutama dari petinggi-petinggi AS maulai dari Menlu hingga sejumlah
anggota Kongres. (28 April 2008, hal 16).
Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan
pemarkah berangkat. Kata berangkat termasuk kategori verba tipe VIII. Kata
berangkat adalah verba yang menyatakan proses lokasi yakni suatu proses untuk
memulai perjalanan yang akan dituju. Pelaku verba ini adalah sebuah wujud
nomina yang bernyawa.
i. Tipe IX adalah verba yang menyatakan keadaan.
Contoh:
29) Krisis global menyebabkan masyarakat kecil gemetar menghadapi
kehidupan ini karena pendapatan tidak sesuai dengan pengeluaran. (22
April 2008, hal 16)
Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan
pemarkah gemetar. Kata gemetar termasuk kategori verba tipe IX. Kata gemetar
karena kedinginan atau ketakutan. Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina
yang bernyawa.
30) Pemimpin yang terpilih seharusnya jangan diam dan menutup mata,
mereka harus berpihak kepada masyarakat. (18 April 2008, hal 16)
Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan
pemarkah diam. Kata diam termasuk kategori verba tipe XII. Kata diam adalah
verba yang menyatakan keadaan-lokasi yakni tidak bersuara, tidak berbuat
apa-apa sehingga kegiatan yang direncanakan tidak membuahkan hasil. Pelaku verba
ini adalah sebuah wujud nomina yang bernyawa.
j. Tipe X adalah verba yang menyatakan keadaan pengalaman.
Contoh:
31) Kami tidak tahu apa yang kami hadapi di Irak. (14 April 2008, hal 28)
Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan
pemarkah tahu. Kata tahu termasuk kategori verba tipe X. Kata tahu adalah
verba yang menyatakan proses lokasi yakni mengerti ketika sudah melihat,
menyaksikan dan mengalami. Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina yang
bernyawa.
32) Jika kita masih ingat akan gebrakan yang dilakukan oleh sekelompok guru
yang menamakan dirinya komunitas Air Mata Guru maka peristiwa
SMAN2 Lubuk Pakam sebenarnya tidak mengejutkan kita. (25 April
2008, hal 26)
Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan
pemarkah ingat. Kata ingat termasuk kategori verba tipe VI. Kata ingat adalah
verba yang menyatakan proses-pengalaman yakni berada dalam pikiran yang di
mana kita tidak lupa akan masa lalu. Pelaku verba ini adalah sebuah wujud
nomina yang bernyawa.
k. Tipe XI adalah verba yang menyatakan keadaan-pemilikan.
Contoh:
33) Dalam keadaan seperti ini seandainya lagi masih ada pembedaan diri, kita
tidak bisa berbuat apa-apa.( 11 April 2008, hal 28)
Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan
pemarkah ada. Kata ada termasuk kategori verba tipe XI. Kata ada adalah
verba yang menyatakan keadaan-pemilikan yakni telah tersedia sesuatu yang
dimaksud. Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina yang bernyawa.
34) Jika pihak yang kalah, atau kita sebut belum beruntung seluruhnya mau
menerima kekalahan yang diperolehnya dengan iklas, maka tidak akan
menimbulkan masalah.( 18 April 2008, hal 16)
Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan
pemarkah beruntung. Kata beruntung termasuk kategori verba tipe XI. Kata
beruntung adalah verba yang menyatakan keadaan-pemilikan yakni bernasib baik
35) Misi perdamaian mantan Presiden AS Jimy Carter pekan ini ke Timur
Tengah punya keistimewaan tersendiri dibanding misi-misi perdamaian
sejenis yang banyak dilakukan tokoh maupun organisasi internasional.(28
April 2008, hal 28)
Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan
pemarkah punya. Kata punya termasuk kategori verba tipe XI. Kata punya
adalah verba yang menyatakan keadaan-pemilikan yakni telah memiliki sesuatu.
Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina yang bernyawa.
36) Ia dianggap sebagai mantan Presiden AS yang paling aktif dan berhasil
dalam misi perdamaian dunia.(28 April 2008, hal 28)
Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan
pemarkah berhasil. Kata berhasil termasuk kategori verba tipe XI. Kata berhasil
adalah verba yang menyatakan keadaan-pemilikan yakni mendatangkan hasil
dengan segala usaha yang dilakukan. Pelaku verba ini adalah sebuah wujud
nomina yang bernyawa.
l. . Tipe XII adalah verba yang menyatakan keadaan-lokasi.
Contoh:
37) Dalam pemilu kali ini diharapkan hadir pemimpin yang benar-benar
mengerti akan hati rakyat kecil.(18 April 2008, hal 16)
Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan
verba yang menyatakan keadaan-lokasi yakni ada, datang sesuatu yang
diharapkan itu ada. Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina yang bernyawa.
38) Masalah pendidikan khususnya pelaksanbaan UN tidak pernah berhenti
dari kontroversi di republik ini.(25 April 2008, hal 26)
Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan
pemarkah berhenti. Kata berhenti termasuk kategori verba tipe XII. Kata
berhenti adalah verba yang menyatakan keadaan-lokasi yakni tidak bergerak,
tidak berjalan dan tidak bekerja atau sama sekali tidak melakukan kegiatan
apapun. Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina yang bernyawa.
2.2 Penggunaan Kategori Verba dalam Harian Analisa
Berdasarkan konsep yang dikemukakan oleh Sudjana (2002:50)
menggunakan rumus sebagai berikut:
Jadi data yang dikumpulkan dalam penggunaan kategori verba adalah
sebagai berikut:
a.Tipe I adalah verba yang secara semantik menyatakan tindakan, perbuatan, atau
aksi.
Dari data yang diperoleh, penggunaan kategori verba tipe 1 yang terdapat pada
makan : 3 kata
mundur :1 kata
keterangan
jumlah data yang ada = 4
jumlah keseluruhan data = 186
b Tipe II adalah verba yang menyatakan tindakan dan pengalaman.
Dari data yang diperoleh, penggunaan kategori verba tipe 2 yang terdapat pada
harian Analisa atara lain:
membentuk : 2 kata
membujuk :1 kata
berbicara : 5 kata
keterangan
jumlah data yang ada = 8
jumlah keseluruhan data = 186
c . Tipe III adalah verba yang menyatakan tindakan dan pemilikan (benafaktif).
dapat : 36 kata
bayar :1 kata
beli : 1 kata
minta : 2 kata
beri : 1 kata
keterangan
jumlah data yang ada = 41
jumlah keseluruhan data = 186
d. Tipe IV adalah verba yang menyatakan tindakan dan lokasi (tempat).
Dari data yang diperoleh, penggunaan kategori verba tipe 4 yang terdapat pada
harian Analisa atara lain:
jatuh : 1 kata
kembali : 2 kata
datang : 3 kata
masuk : 1 kata
pindah : 1 kata
keterangan
jumlah keseluruhan data = 186
e. Tipe V adalah verba yang menyatakan proses.
Dari data yang diperoleh, penggunaan kategori verba tipe 5 yang terdapat pada
harian Analisa atara lain:
muncul : 12 kata
jadi : 6 kata
pecah : 1 kata
mulai : 2 kata
keterangan
jumlah data yang ada = 21
jumlah keseluruhan data = 186
f. Tipe VI adalah verba yang menyatakan proses-pengalaman.
Dari data yang diperoleh, penggunaan kategori verba tipe 6 yang terdapat pada
harian Analisa atara lain:
harap : 8 kata
maklum : 2 kata
jumlah data yang ada = 10
jumlah keseluruhan data = 186
g. Tipe VII adalah verba yang menyatakan proses pemilikan.
Dari data yang diperoleh, penggunaan kategori verba tipe 7 yang terdapat pada
harian Analisa atara lain:
memiliki : 7 kata
kehilangan : 3 kata
memperoleh : 4 kata
keterangan
jumlah data yang ada = 14
jumlah keseluruhan data = 186
h. Tipe VIII adalah verba yang menyatakan proses-lokasi.
Dari data yang diperoleh, penggunaan kategori verba tipe 8 yang terdapat pada
harian Analisa atara lain:
turun : 3 kata
timbul : 1 kata
sampai : 1 kata
keterangan
jumlah data yang ada = 6
jumlah keseluruhan data = 186
i. Tipe IX adalah verba yang menyatakan keadaan.
Dari data yang diperoleh, penggunaan kategori verba tipe 9 yang terdapat pada
harian Analisa atara lain:
gemetar : 3 kata
diam : 8 kata
keterangan
jumlah data yang ada = 11
jumlah keseluruhan data = 186
j. Tipe X adalah verba yang menyatakan keadaan pengalaman.
Dari data yang diperoleh, penggunaan kategori verba tipe 10 yang terdapat pada
harian Analisa atara lain:
tahu : 4 kata
keterangan
jumlah data yang ada = 9
jumlah keseluruhan data = 186
k. Tipe XI adalah verba yang menyatakan keadaan-pemilikan.
Dari data yang diperoleh, penggunaan kategori verba tipe 11 yang terdapat pada
harian Analisa atara lain:
ada : 42 kata
punya : 2 kata
berhasil : 1 kata
beruntung : 1 kata
keterangan
jumlah data yang ada = 46
jumlah keseluruhan data = 186
l. Tipe XII adalah verba yang menyatakan keadaan-lokasi.
Dari data yang diperoleh, penggunaan kategori verba tipe 12 yang terdapat pada
harian Analisa atara lain:
hadir : 6 kata
keterangan
jumlah data yang ada = 8
jumlah keseluruhan data = 186
Tabel.1 Kategori Verba dan Jumlah Verba
No Kategori Verba Jumlah Verba Jumlah Verba (Persen)
1 Tipe I 4 2.15
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa tipe yang paling banyak
digunakan atau yang paling banyak muncul adalah tipe XI sedangkan yang paling
BAB III
Simpulan dan Saran
3.1 Simpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan mengenai kategori verba pada harian
Analisa dapat disimpulkan bahwa:
1. Kategori verba pada harian Analisa ada dua belas kategori yaitu:
a. tipe I terdiri dari kata makan dan mundur.
b. tipe II terdiri dari kata membentuk,membujuk dan berbicara.
c. tipe III terdiri dari kata dapat, bayar, minta, beli dan beri.
d. tipe IV terdiri dari kata jatuh, kembali, datang, masuk dan pindah.
e. tipe V terdiri dari kata muncul, jadi, pecah,dan mulai.
f. tipe VI terdiri dari kata harap dan maklum.
g. tipe VII terdiri dari kata memiliki, kehilangan dan memperoleh.
h. tipe VIII terdiri dari kata turun, timbul sampai dan berangkat.
i. tipe IX terdiri dari kata gemetar dan diam.
j. tipe X terdiri dari kata tahu dan ingat.
k. tipe XI terdiri dari kata ada, punya, berhasil dan beruntung.
l. tipe XII terdiri dari kata berhenti dan hadir.
2. Penggunaan kategori verba pada harian Analisa terbitan April 2008 cukup
banyak digunakan atau yang paling banyak muncul adalah tipe XI sedangkan
tipe yang paling sedikit muncul adalah tipe I.
3.2 Saran
Penulis berharap pihak yang terlibat langsung termasuk pers dalam
menyampaikan suatu informasi kepada masyarakat itu harus memperhatikan
dengan baik bahasa yang digunakan. Secara tidak langsung surat kabar menjadi
sarana pembinaan bahasa. Oleh karena itu, bahasa yang digunakan pers haruslah
bahasa yang baik dan terpelihara agar memberikan pengaruh yang baik terhadap
masyarakat. Pers diharapkan dapat memperhatikan penggunaan kata-kata dengan
DAFTAR PUSTAKA
Badudu, J.S. 1995. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: PT. Gramedia.
Cahyono, Bambang Yudi. 1995. Kristal-kristal Ilmu Bahasa. Surabaya: Airlangga
University Press.
Chaer, Abdul. 1994. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka
Cipta.
Hadi, Suterisno. 2000. Metodologi Researct. Yogyakarta: Andi.
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Kaelan. 2005. Metode Penelitian Kualitatif: Paradigma Bagi pengembangan
peneklitian Interdisipliner Bidang Filsafat, sosial, budaya, semiotika,
sastra, hukum dan seni. Yogyakarta: Paradigma.
Muclich, M. 1993. Metode Kuantitatif. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI.
Nainggolan, Tetty Hariani. 2006 “Verba Tindak Tutur dalam Bahasa
Simalungun.” Medan: Fakultas Sastra USU.
Parera, J.D. 1990. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga.
... 1994. Morfologi Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Ritonga, Parlaungan dkk. 2005. Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa. Medan:
Bartong Jaya.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta
Wacana University Press.
Sujana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.