EVALUASI PERANAN RUMAH KOMPOS TERHADAP
KEBUTUHAN USAHATANI PADI SAWAH
(Rumah Kompos UP3HP Bersatu Kita Maju Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat)
SKRIPSI
OLEH :
FIRRA OKTA FELLA
040309027
SEP / PKP
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
EVALUASI PERANAN RUMAH KOMPOS TERHADAP
KEBUTUHAN USAHATANI PADI SAWAH
(Rumah Kompos UP3HP Bersatu Kita Maju Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat)
SKRIPSI
OLEH :
FIRRA OKTA FELLA 040309027 SEP / PKP
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
Disetujui oleh :
Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing
(Ir. H. Hasman Hasyim, MSi) (Emalisa, SP, MSi)
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
FIRRA OKTA FELLA (040309027) dengan judul “ EVALUASI PERANAN RUMAH KOMPOS TERHADAP KEBUTUHAN USAHATANI PADI SAWAH (Rumah Kompos UP3HP Bersatu Kita Maju Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat)”. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, MSi dan Ibu Emalisa, SP, MSi.
Kegunaan budidaya organik pada dasarnya ialah meniadakan atau membatasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh budidaya kimiawi. Sumber pupuk organik dapat berasal dari kotoran hewan, bahan tanaman dan limbah, misalkan pupuk kandang (ternak besar dan kecil), hijauan tanaman rerumputan, semak, perdu dan pohon, limbah pertanaman (jerami padi, batang, jagung, sekam padi, dll), dan limbah agroindustri.
Metode Penentuan Sampel yang digunakan adalah secara sensus. Jumlah populasi petani padi sawah di daerah penelitian sebanak 2603 petani dan hanya 20 petani padi sawah yang menggunakan pupuk kompos, dan seluruh petani tersebut menjadi subjek penelitian. Metode analisis data yang digunakan hádala dengan menggunakan metode deskriptif, uji beda rata rata dan rank spearman (dengan menggunakan SPSS 15).
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah rumah kompos sangat berkembang dala 3 tahun terakhir ini dengan dilihat dari perkembangan jumlah lumbung, jumlah produksi dan pendapatannya yang setiap tahun mengalami peningkatan. Rumah kompos juga memberikan peranan kepada petani padi sawah dengan mengadakan pembinaan berupa pelatihan pembuatan pupuk kompos lepada petani padi sawah sehingga akhirnya dapat mengusahakan sendiri pupuk kompos yang akan digunakan untuk usahatani mereka. Rumah kompos tidak memberikan peranan terhadap peningkatan pendapatan. Pendapatan petani sebelum menggunakan pupuk kompos lebih besar dari pada pendapatan petani sesudah menggunakan pupuk kompos namun tidak ada perbedaan yang nyata. Tidak ada satu pun faktor sosial ekonomi yang berhubungan dengan jumlah penggunaan pupuk kompos. Adapun faktor sosial ekonomi yang berhubungan dengan pendapatan petani padi sawah estela menggunakan pupuk kompos adalah umur, lama bertani, luas lahan, produksi.
ABSTRACT
FIRRA OKTA FELLA (040309027) with the title "The Role EVALUATION OF THE HOUSING NEEDS compost USAHATANI PADI SAWAH (Rumah compost UP3HP Bersatu Kita Maju District Stabat Langkat District)." This research is led by Mr. Ir. H. Hasyim Hasman, MSi and Mrs.
Emalisa, SP, MSi. Use of organic cultivation is basically negate or limit the possible negative
impact caused by chemical farming. Source of organic fertilizer can be derived from animal feces, plant material and waste, eg manure (cattle large and small), hijauan plant rerumputan, bushes, trees and perdu, pertanaman waste (rice straw, stem, maize, rice bran, etc.), and agro-industry waste.
Method of sample used is the census. A population of rice farmers in the rice field area of research 2603 only 20 farmers and paddy rice farmers who use compost, and all farmers will be the subject of research. Data analysis methods are used by using descriptive method, test, and different average spearman rank (using the SPSS 15).
Results obtained in this research is very home grown compost in last 3 years with the views of this development the number of barns, the number of production and the incomes have increased each year. Compost is also home to give the role of rice paddy farmers with a form of training on compost lepada rice so that rice farmers can finally organize your own compost that will be used to usahatani them. Home compost does not give the role of the income increase. Farmers' income before using the compost more than the income of farmers in the compost after use but there is no real difference. No one is socio-economic factors related to the amount of compost. The socio-economic factors related to the income of farmers paddy field estela use compost is aged, old farm, area, production.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tanjung Morawa, pada tanggal 19 April 1987. Penulis merupakan anak pertama dari Bapak H. Suratman, SP dan Ibu Hj. Faridah, SPd. Pendidikan yang ditempuh penulis adalah sebagai berikut:
1. Tahun 1992 masuk Sekolah Dasar di SDN 050669 Ulu Brayun, tamat tahun 1998
2. Tahun 1998 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Binjai, tamat tahun 2001
3. Tahun 2001 masuk Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Binjai, tamat tahun 2004
4. Tahun 2004 diterima di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Pertanian, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian melalui jalur SPMB
5. Bulan Januari s/d Februari 2009 melakukan penelitian di Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat serta kemudahann yang diberikanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Salawat beserta salam selalu tercurah kepada Rasulullah SAW, para sahabat dan keluarga beliau.
Ungkapan terimakasih penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, MSi, selaku ketua komisi pembimbing sekaligus ketua Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara yang telah mencurahkan ilmunya kepada penulis.
2. Ibu Emalisa, SP, MSi, selaku anggota komisi pembimbing yang juga telah berkenan memberikan ilmunya kepada Penulis.
3. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP, selaku ketua Departemen Sosial Ekonomi Pertanian beserta seluruh Dosen, Staf dan Pegawai di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian yang telah mencurahkan ilmunya dan bersedia membantu Penulis dalam segala urusan akademis
4. Bapak H. Rusmin, selaku Ketua Kelompok Tani UP3HP Bersatu Kita Maju, yang telah bersedia memberikan keterangan keterangan yang dibutuhkan oleh Penulis
Segala hormat dan terima kasih Penulis ucapkan kepada kedua orang tua saya,
H. Suratman, SP dan Hj. Faridah, SPd. Kepada adik adik saya H. Robby Anangga, Hj. Ecia Meilonna Koka dan H. Okky Alparessi atas motivasi, kasih sayang dan dukungan baik secara materi maupun do’a yang diberikan kepada Penulis
Terima kasih juga Penulis ucapkan untuk yang tersayang
Letda CPM H. Adrian Syapri Putra Nasution atas segala rasa sayang, perhatian dan semangat yang diberikan kepada Penulis. Kepada Uncu dan Om mo’ d cornet,
Tante Hana, Papa Syahrial dan sahabat sahabat terbaik “SEPLERMUN” (Bebet, Een dan Batz) serta teman teman SEP ’04 yang selalu memberikan saran dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pihak pihak yang membutuhkan
Medan, Mei 2009
ABSTRAK
FIRRA OKTA FELLA (040309027) dengan judul “ EVALUASI PERANAN RUMAH KOMPOS TERHADAP KEBUTUHAN USAHATANI PADI SAWAH (Rumah Kompos UP3HP Bersatu Kita Maju Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat)”. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, MSi dan Ibu Emalisa, SP, MSi.
Kegunaan budidaya organik pada dasarnya ialah meniadakan atau membatasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh budidaya kimiawi. Sumber pupuk organik dapat berasal dari kotoran hewan, bahan tanaman dan limbah, misalkan pupuk kandang (ternak besar dan kecil), hijauan tanaman rerumputan, semak, perdu dan pohon, limbah pertanaman (jerami padi, batang, jagung, sekam padi, dll), dan limbah agroindustri.
Metode Penentuan Sampel yang digunakan adalah secara sensus. Jumlah populasi petani padi sawah di daerah penelitian sebanak 2603 petani dan hanya 20 petani padi sawah yang menggunakan pupuk kompos, dan seluruh petani tersebut menjadi subjek penelitian. Metode analisis data yang digunakan hádala dengan menggunakan metode deskriptif, uji beda rata rata dan rank spearman (dengan menggunakan SPSS 15).
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah rumah kompos sangat berkembang dala 3 tahun terakhir ini dengan dilihat dari perkembangan jumlah lumbung, jumlah produksi dan pendapatannya yang setiap tahun mengalami peningkatan. Rumah kompos juga memberikan peranan kepada petani padi sawah dengan mengadakan pembinaan berupa pelatihan pembuatan pupuk kompos lepada petani padi sawah sehingga akhirnya dapat mengusahakan sendiri pupuk kompos yang akan digunakan untuk usahatani mereka. Rumah kompos tidak memberikan peranan terhadap peningkatan pendapatan. Pendapatan petani sebelum menggunakan pupuk kompos lebih besar dari pada pendapatan petani sesudah menggunakan pupuk kompos namun tidak ada perbedaan yang nyata. Tidak ada satu pun faktor sosial ekonomi yang berhubungan dengan jumlah penggunaan pupuk kompos. Adapun faktor sosial ekonomi yang berhubungan dengan pendapatan petani padi sawah estela menggunakan pupuk kompos adalah umur, lama bertani, luas lahan, produksi.
ABSTRACT
FIRRA OKTA FELLA (040309027) with the title "The Role EVALUATION OF THE HOUSING NEEDS compost USAHATANI PADI SAWAH (Rumah compost UP3HP Bersatu Kita Maju District Stabat Langkat District)." This research is led by Mr. Ir. H. Hasyim Hasman, MSi and Mrs.
Emalisa, SP, MSi. Use of organic cultivation is basically negate or limit the possible negative
impact caused by chemical farming. Source of organic fertilizer can be derived from animal feces, plant material and waste, eg manure (cattle large and small), hijauan plant rerumputan, bushes, trees and perdu, pertanaman waste (rice straw, stem, maize, rice bran, etc.), and agro-industry waste.
Method of sample used is the census. A population of rice farmers in the rice field area of research 2603 only 20 farmers and paddy rice farmers who use compost, and all farmers will be the subject of research. Data analysis methods are used by using descriptive method, test, and different average spearman rank (using the SPSS 15).
Results obtained in this research is very home grown compost in last 3 years with the views of this development the number of barns, the number of production and the incomes have increased each year. Compost is also home to give the role of rice paddy farmers with a form of training on compost lepada rice so that rice farmers can finally organize your own compost that will be used to usahatani them. Home compost does not give the role of the income increase. Farmers' income before using the compost more than the income of farmers in the compost after use but there is no real difference. No one is socio-economic factors related to the amount of compost. The socio-economic factors related to the income of farmers paddy field estela use compost is aged, old farm, area, production.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan
penting karena selain bertujuan menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, juga
merupakan sektor andalan penyumbang devisa Negara dari sektor non migas.
Besarnya kesempatan kerja yang dapat diserap dan besarnya jumlah penduduk masih
bergantung pada sektor pertanian memberikan arti bahwa dimasa mendatang sektor
pertanian masih perlu ditumbuh kembangkan (Noor,1996).
Negara negara sedang berkembang seperti Indonesia yang secara tradisional
kehidupan ekonomi, sosial dan budaya bertumpu pada pertanian, atau
inspirasi dari pertanian, maka pembangunan ekonomi untuk tinggal landas memang
harus bertumpu pada pertanian. Industrialisasi tidak mungkin berhasil kalau pertanian
tidak lebih dulu dimajukan dan didinamiskan (Notohadiprawiro, 1993).
Pertanian adalah suatu sistem ekologi, sistem lingkungan yang rumit dan
kompleks yang berkaitan langsung dengan tumbuhan, hewan, alam, serta manusia.
Pertanian modern dihadapkan pada dua kepentingan yang berbeda yaitu produktivitas
sekaligus harus menjaga kelestarian alam. Dalam meningkatkan produktivitas petani
berhadapan langsung dengan penyakit, hama, dan gulma yang menyerang tanaman
pertanian yang berpotensi menurunkan hasil. Yang menjadi tantangan terberat adalah
bagaimana usaha untuk dapat memenangkan persaingan dengan hama dan penyakit
serta gulma itu, tetapi tanpa harus mencederai dan merusak ekosistem alam. Seakan
menjadi dua pilihan sulit ibarat buah simalakama, tidak panen dan hancur tanpa
pestisida atau panen berlimpah tetapi penuh racun yang mematikan (Isnaini, 2006).
Kegunaan budidaya organik pada dasarnya ialah meniadakan atau membatasi
organik dan pupuk hayati mempunyai berbagai keunggulan nyata dibanding dengan
pupuk kimia. Pupuk organik dengan sendirinya merupakan keluaran setiap budidaya
pertanian, sehingga merupakan sumber hara makro dan mikro yang dapat dikatakan
cuma-cuma. Pupuk organik dan pupuk hayati berdaya ameliorasi ganda dengan
bermacam macam proses yang saling mendukung, bekerja menyuburkan tanah dan
sekaligus mengkonservasikan dan menyehatkan ekosistem tanah serta menghindarkan
kemungkinan terjadinya pencemaran lingkungan.
Di Kecamatan Stabat, rata rata penduduknya adalah sebagai peternak, baik itu
sebagai peternak sapi maupun kambing. Selama ini ternak ternak tersebut digembala
bebas berkeliaran di padang rumput atau di daerah yang banyak rerumputannya
sehingga kotoran ternak tersebut berserakan dimana mana dan menimbulkan bau yang
tidak sedap. Walaupun pada saat ini juga banyak peternak yang tidak mengembalakan
ternak mereka ke padang rumput melainkan si peternak sendiri yang mencarikan
rumput untuk ternaknya. Namun para peternak banyak yang tidak mengetahui
manfaat dari kotoran ternak tersebut, sehingga kotoran tadi menumpuk dan
menimbulkan bau yang menyebabkan pencemaran udara.
Sumber pupuk organik dapat berasal dari kotoran hewan, bahan tanaman dan
limbah, misalkan pupuk kandang (ternak besar dan kecil), hijauan tanaman
rerumputan, semak, perdu dan pohon, limbah pertanaman (jerami padi, batang,
jagung, sekam padi dll.), dan limbah agroindustri. Tanah yang dibenahi dengan pupuk
organik mempunyai struktur yang baik dan tanah yang kecukupan bahan organik
mempunyai kemampuan mengikat air lebih besar daripada tanah yang kandungan
bahan organiknya rendah (Sutanto, 2002).
Pemerintah sangat memperhatikan kehidupan para petani agar dapat
pertanian karena umumnya rata rata tanah yang dimiliki para petani sekitar 0,5 hektar
dan meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan hidupnya. Pemerintah dalam hal ini
tidak hanya terbatas pada menganjurkan agar usaha bercocok tanam dikaitkan pula
dengan usaha peternakan, melainkan juga membantu para petani dengan bantuan
bantuan berbagai ternak dan lain lain agar dapat dikembangkan oleh para petani.
Maksud dari bantuan bantuan itu tidak hanya terbatas pada:
a. peningkatan pendapatan dan kesejahteraan para petani dengan keluarganya
b. mencukupi kebutuhan pangan hasil usaha tani dan peternakan bagi para
petani dan masyarakat umumnya.
Melainkan juga agar para petani dapat memanfaatkan pupuk kandang untuk
memperbaiki sifat fisik dan kimiawi sehingga tingkat kesuburan tanahnya dapat
dipertahankan guna keberlangsungan usaha usaha pertaniannya.
Pemberian bahan organik lebih banyak ditujukan untuk perbaikan struktur
tanah terutama di lahan kering, karena tanah menjadi gembur, mudah diolah, infiltrasi
air lebih cepat dan daya pegang air dari tanah lebih besar ( Fagi, 2005).
Dalam usaha untuk mengembalikan pada kesehatan tanah yang normal
diperlukan tidak kurang dari 2 (dua) kali lipat tambahan bahan organik dari kondisi
sebelumnya. Hal ini berarti diperlukan pupuk organik yang cukup banyak untuk
mengembalikan keadaan kesehatan tanah normal tersebut. Dilain pihak usaha
peternakan memberikan peluang yang besar untuk menghasilkan kotoran yang dapat
diproses menjadi pupuk organik (Pramudyati, 1997).
Petani nasional harus siap mengikuti kompetisi sistem pertanian organik
seiring dengan permintaan konsumen di pasar internasional menginginkan produksi
pertanian bebas pestisida. Pertanian organik bukan merupakan salah satu tantangan
menghendaki bahan pangan bebas zat kimia. Sedangkan untuk membantu petani
mengikuti sistem pertanian organik. Dinas Pertanian memfasilitasi pembangunan
rumah kompos di tiga kabupaten, masing masing di kabupaten Simalungun, Tanah
Karo, dan Langkat ( Anonimous, 2005)
Pada tahun 2005 melalui Dana Pemerintah (APBN) juga telah dialokasikan
kegiatan pengembangan pupuk organik. Kegiatan ini memfasilitasi pengadaan RP3O
(Rumah Percontohan Pembuatan Pupuk Organik) atau yang biasa disebut rumah
kompos yang akan diberikan pada kelompok tani yang aktif. Salah satunya yaitu
kelompok tani UP3HP (Unit Pengolahan Pengembangan Pemasaran Hasil Pertanian)
Bersatu Kita Maju di Kelurahan Sei Dendang Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat
yang diketuai oleh H. Rusmin.
Adapun alasan utama didirikan rumah kompos di kelurahan Perdamaian
adalah melihat bahwa sebagian besar penduduk di kelurahan Perdamaian ini adalah
sebagai peternak. Menurut Pramudyati (1997) usaha peternakan memberikan peluang
besar untuk menghasilkan kotoran yang dapat diproses menjadi pupuk organik
Teknologi dalam pembuatan pupuk kompos banyak membutuhkan bahan baku dari
limbah ternak, dimana di Kelurahan Perdamaian banyak terdapat limbah ternak yang
dapat dimanfaatkan untuk pembuatan kompos. Dahulu sebelum adanya program
pembuatan rumah kompos ini limbah kotoran ternak tadi terbuang sia sia tidak
termanfaatkan sehingga terkadang berserakan dan menimbulkan polusi atau
pencemaran udara.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa
terakhir di daerah penelitian, peranan rumah kompos dengan adanya pembinaan
terhadap petani padi sawah di daerah penelitian, peranan rumah kompos terhadap
pendapatan petani padi sawah sebelum dan sesudah menggunakan pupuk kompos di
daerah penelitian, hubungan faktor sosial ekonomi (umur, lama bertani, tingkat
pendidikan, produktivitas, luas lahan, jumlah tanggungan, jumlah ternak, dan
produksi) petani padi sawah terhadap penggunaan pupuk kompos serta hubungan
faktor sosial ekonomi (umur, lama bertani, tingkat pendidikan, produktivitas, luas
lahan, jumlah tanggungan, jumlah ternak, dan produksi) petani padi sawah terhadap
pendapatan petani padi sawah di daerah penelitian.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan maka penelitian bertujuan
untuk mengidentifikasi gambaran umum keadaan rumah kompos selama 3 tahun
terakhir di daerah penelitian, mengetahui peranan rumah kompos dengan adanya
pembinaan terhadap petani padi sawah di daerah penelitian, menganalisis peranan
rumah kompos terhadap pendapatan petani padi sawah sebelum dan sesudah
menggunakan pupuk kompos di daerah penelitian, menganalisis hubungan faktor
sosial ekonomi (umur, lama bertani, tingkat pendidikan, produktivitas, luas lahan,
jumlah tanggungan, jumlah ternak, dan produksi) petani padi sawah terhadap
penggunaan pupuk kompos serta menganalisis hubungan faktor sosial ekonomi
(umur, lama bertani, tingkat pendidikan, produktivitas, luas lahan, jumlah
tanggungan, jumlah ternak, dan produksi) petani padi sawah terhadap pendapatan
Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat peranan rumah kompos
terhadap peningkatan pendapatan yaitu pendapatan rata rata petani padi sawah
sesudah menggunakan pupuk kompos lebih besar pendapatannya daripada sebelum
menggunakan pupuk kompos di daerah penelitian, terdapat hubungan hubungan
faktor sosial ekonomi (umur, lama bertani, tingkat pendidikan, produktivitas, luas
lahan, jumlah tanggungan, jumlah ternak, dan produksi) petani padi sawah terhadap
penggunaan pupuk kompos serta terdapat hubungan faktor sosial ekonomi (umur,
lama bertani, tingkat pendidikan, produktivitas, luas lahan, jumlah tanggungan,
jumlah ternak, dan produksi) petani padi sawah terhadap pendapatan petani padi
sawah di daerah penelitian
Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi bagi
petani untuk mengetahui kegunaan dari kompos untuk kebutuhan usahataninya,
sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah dan lembaga lainnya
dalam mengembangkan rumah kompos, sebagai bahan informasi dan referensi bagi
TINJAUAN PUSTAKA
Pupuk Organik
Dewasa ini pemerintah menggalakknan penggunaan bahan bahan yang ramah
lingkungan. Untuk meningkatkan pertumbuhan maka perlu dilakukan pemberian pupk
hayati yang bersifat ramah lingkungan yaitu pupuk organik. Pupuk organik bila
digunakan dalam tanah akan merangsang mikrobia, meningkatkan aktivitas biologis,
memperbaiki struktur tanah, memperbaiki struktur penyimpanan air tanah dengan
begitu meningkatkan kesuburan (Rosmarkam dan Yuwono, 2003).
Bahan organik merupakan bahan yang berasal dari tumbuhan yang dapat
digunakan sebagai pupuk. Bahan organik yang berasal dari hewan merupakan kotoran
hewan yang memiliki kandungan unsur hara sehingga dapat menyuburkan tanah.
Hasilnya dapat mengembalikan kesuburan tanah (Musnamar, 2002)
Bahan Organik yang berasal dari hewan mengandung unsur hara yang
bervariasi tergantung pada makanan hewan tersebut. Menurut Sutedjo (1966) hewan
yang banyak diberi makan biji bijian menyebabkan kotorannya mengandung unsur
hara yang lebih tinggi.
Rumah Kompos
Rumah kompos berguna dalam pengembangan unit unit pengolahan kompos,
sehingga dapat memberikan manfaat tambahan terhadap sampah sampah yang selama
ini hanya dibuang begitu saja.
Pada dasarnya rumah kompos adalah sebagai tempat pembuatan kompos.
Namun dalam peranannya rumah kompos melakukan pembinaan terhadap petani padi
sawah dengan mengadakan pelatihan pembuatan pupuk kompos. Bangunannya
terbuat dari daun rumbia. Namun perlu diperhatikan bahwa lantai dari rumah kompos
ini harus beralaskan tanah. Karena dalam proses pembuatannya, kotoran ternak ini
sifatnya panas jadi harus menggunakan lantai tanah agar mendapatkan rongga udara
dari pori pori tanah.
Adapun pembuatan pupuk kompos dari kotoran sapi dan kambing yang
dipelihara dengan sistem kereman atau lumbung fermentasi
a. Bahan dan Alat
1. Lumbung fermentasi ukuran 1 x 1 m untuk kapasitas 1 ton per periode
pembuatan. Dasar atu alas bangunan dari tanah dengan tujuan agar kotoran
sapi dan kambing agar dapat menyerap panas karea kotoran sapi dan kambing
sifatnya yang panas. Dinding setinggi satu meter yang terbuat dari bambu
dengan tujuan agar memberikan rongga udara melalui celah celah anyaman
bambu. Atap terbuat dari daun rumbia atau bahan lainnya yang tersedia.
2. Alat alat yang diperlukan seperti cangkul, angkong dan sekop
3. Bahan bahan yang digunakan adalah bahan aktivator yaitu Com A sebanyak 1
ltr, Urea 2 kg, Gula Merah 1 kg.
b. Cara Pembuatan
- Kotoran ternak dikumpulkan dan ditebarkan atau diserak di lapangan yang
beralaskan semen, kemudian diratakan.
- Setelah terkumpul kemudian kotoran ternak tadi dimasukkan ke dalam
lumbung fermentasi dan dicampur dengan air + gula merah + urea + Com A.
Pencampuran antara kotoran ternak dengan bahan aktivator dilakukan sedikit
demi sedikit agar merata. Kemudian diadakan pembalikan secara terus
- Kotoran ternak yang telah dicampur dengan bahan aktivator kemudian
didiamkan selama kurang lebih 4 minggu.
- Setelah empat minggu pupuk kompos telah matang. Untuk mendapatkan
partikel pupuk organik yang reatif sama maka perlu dikeringkan dibawah sinar
matahari secukupnya kemudian digiling dan dilakukan pengayakan dengan
mesin Coper. Pupuk kompos yang sudah siap in selanjutnya disimpan dan siap
didistribusikan.
Evaluasi Peranan Rumah Kompos
Sistem perencanaan mengharuskan adanya evaluasi atau penilaian hasil
pelaksanaannya, yang kemudian dapat dipergunakan sebagai masukan balik (
feed-back) guna memperbaiki atau merencanakan kembali. Untuk keperluan ini diadakan
pemantauan atau monitoring dan selanjutnya dilaporkan perkembangannya. Kegiatan
ini dibuat pada waktu rencana dilaksanakan. Masukan kembali dapat dibentuk
laporan-laporan resmi yaitu melalui daftar daftar isian atau formulir yang telah
disusun sebelumnya, berita acara, memorandum dan sebagainya atau dapat berbentuk
cara cara yang lebih santai (informal) melalui rapat-rapat staf berkala dimana
dibicarakan dan diadakan pertukaran fikiran mengenai apa yang gagal atau tidak
berhasil dicapai. Dalam evaluasi atau penilaian dicoba untuk mendapatkan informasi
dan mencapai hasil suatu program atau dampak dari suatu kegiatan, bagaimana
keadaan sebelum dan sesudah dilaksanakan suatu program/proyek. Disamping
mencari informasi mengenai apa, juga dicari jawaban dari mengapa atau sebabnya
hal-hal positif maupun negatif telah terjadi.evaluasi dapat dihubungkan dengan
harus dicapai, sekaligus pelaksana pelaksana diawasi melalui norma norma tersebut
(Reksopoetranto,1992).
Evaluasi adalah kegiatan untuk menilai relevansi, efisiensi, efektifitas dan
dampak dari kegiatan dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan. Dengan demikian,
kegiatan ini merupakan proses untuk memperbaiki dan menyempurnakan aktivitas
yang sedang berjalan. Evaluasi juga dimaksud untuk membantu manajemen dalam
merumuskan program dan pengambilan keputusan (Suryana,2007).
Landasan Teori
Pupuk kompos organik merupakan pupuk tanaman hasil dekomposisi
bahan-bahan organik dengan proses penguraian dan perombakan struktur organik dengan
memanfaatkan mikroorganisme pengurai secara alami (
Pramudyati, 2002).
Secara alami bahan bahan organik akan mengalami penguraian di alam dengan
bantuan mikroba maupun biota tanah lainnya. Namun proses pengomposan yang
terjadi secara alami berlangsung lama dan lambat. Untuk mempercepat proses
pengomposan ini telah banyak dikembangkan teknologi teknologi pengomposan. Baik
pengomposan dengan teknologi sederhana, sedang, maupun teknologi tinggi.
Pada prinsipnya pengembangan teknologi pengomposan didasarkan pada
proses penguraian bahan organic yang terjadi secara alami. Proses penguraian
dioptimalkan sedemikian rupa sehingga pengomposan dapat berjalan dengan lebih
cepat dan efisien. Teknologi pengomposan saat ini menjadi sangat penting artinya
terutama untuk mengatasi permasalahan limbah organik, seperti untuk mengatasi
masalah sampah di kota kota besar, limbah organik industry, serta limbah pertanian
Teknologi pengomposan sampah sangat beragam, baik secara aerobik maupun
anaerobik, dengan atau tanpa aktivator pengomposan. Aktivator pengomposan yang
sudah banyak beredar antara lain PROMI (Promoting Microbes), OrgaDec,
SuperDec, ActiComp, BioPos, EM4, Green Phoskko Organic Decomposer dan
SUPERFARM (Effective Microorganism) atau menggunakan cacing guna
mendapatkan kompos (vermicompost). Setiap aktivator memiliki keunggulan sendiri
sendiri.
Gabungan dari mikroorganisme tersebut secara fisiologis mempunyai
kecocokan untuk dapat hidup bersama dalam kultur campuran. Sewaktu kultur
campuran tersebut dikembalikan ke dalam lingkungan alaminya, terdapat pengaruh
yang paling menguntungkan pada setiap individu mikroorganisme itu secara cepat
bertambah dalam aksi yang saling menunjang. Kultur campuran dari mikroorganisme
yang saling menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman, meningkatkan produksi
tanaman, kesehatan tanaman, lebih tahan terhadap hama dan penyakit memperbaiki
dan menguraikan bahan organik dan residu tanaman serta mempercepat daur ulang
hara tersebut (Tamba, 1999).
Pupuk organik (pupuk kandang merupakan bahan pembenah tanan yang
paling baik dibanding bahan pembenah lainnya. Pada umumnya nilai pupuk yang
dikandung pupuk organik terutama unsur makro nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium
(K) rendah, tetapi pupuk organik juga mengandung unsur mikro esensial yang lain.
Sebagai bahan pembenah tanah, pupuk organik membantu dalam mencergah
terjadinya erosi dan mengurangi etrjadinya retakan tanah. Pemberian bahan organik
mampu meningkatkan kelembapan tanah (Sutanto, 2002)
a. Pada Sifat Fisik Tanah
- Meningkatkan kemampuan tanah menahan air. Air tanah mempengaruhi
mikroorganisme tanah dan tanaman diatasnya.
- Warna tanah menjadi coklat hingga hitam. Hal ini meningkatkan penyerapan
energi radiasi matahari yang kemudian mempengaruhi struktur tanah.
- Merangsang granulasi agregat (perbaikan struktur tanah) dan
memantapkannya.
- Menurunkan plastisitas, ohesi dan sifat sifat buruk lainnya dari liat
b. Pada Sifat Kimia Tanah
Kelebihan pupuk organik pada sifat kimia tanah adalah meningkatkan daya
serap dan Kapasitas Tukar Kation (KTK). Bahan organik dapat meningkatkan
Kapasitas Tukar Kation (KTK) dua sampai tiga puluh kali lebih besar daripada kolodi
mineral yang meliputi 30 – 90% dari tenaga serap suatu tanah mineral. Peningkatan
KTK dapat menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur unsur hara.
c. Pada Sifat Biologi Tanah
Secara umum, pemberian pupuk organik dapat meningkatkan pertumbuhan
aktivitas mikroorganisme karena bahan organik merupakan sumber energi dan bahan
makanan bagi mikroorganisme yang hidup di dalam tanah. Kegiatan jasad mikro ni
dengan sendirinya membantu peningkatan dekomposisi adalah bentuk senyawa yang
lebih stabil yang disebut humus.
d. Pada Tanah
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa zat tumbuh dan
vitamin dapat diserap langsung dari pupuk organik dan dapat merangsang
pertumbuhan tanaman. Penambahan bahan organik kedalam tanah akan menambah
pemupukan dengan pupuk organik yang biasa dilakukan oleh para petani dapat
dikurangi jumlahnya karena unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman sudah
diperoleh dari pupuk organik (Dinas Pertanian, 2008).
Faktor Sosial-Ekonomi
Petani berkepentingan untuk meningkatkan penghasilan usahatani dan
keluarga sehingga tidak mengherankan apabila ada teknologi baru, petani akan
mempertimbangkan untung ruginya. Setelah secara teknis dan ekonomi dianggap
menguntungkan barulah petani memutuskan untuk menerima dan mempraktekkan
ide-ide baru tersebut.
Umur
Petani yang berumur 50 tahun ke atas biasanya fanatik terhadap tradisi dan
sulit untuk diberikan pengertian-pengertian yang mengubah cara berpikir, cara kerja
dan cara hidupnya. Mereka bersikap apatis terhadap inovasi. Semakin muda umur
petani maka makin semangat untuk mengetahui hal baru, sehingga dengan demikian
mereka berusaha untuk cepat melakukan adopsi walaupun sebenarnya mereka masih
belum berpengalaman soal adopsi tersebut (Kartasapoetra, 1994).
Tingkat Pendidikan
Pendidikan rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan dalam memanfatkn
sumber sumber daya alam yang tersedia. Usaha-usah petani berakibat hanya mampu
menghasilkan pendapatan yang rendah (Kartasapoetra, 1994).
Petani yang sudah lama bertania akan lebih mudah menerapkan inovasi baru
daripada petani pemula, karena pengalaman yang lebih banyak sehingga sudah dapat
membuat perbandingan dalam mengambil keputusan.
Luas Lahan
Semakin besar luas lahan yang dimiliki petani, maka diharapkan dapat
meningkatkan produktivitas dari usahataninya.
Produktivitas
Produktivitas merupakan nilai perbandingan antara produksi padi dengan luas
lahan petani. Jadi semakin besar produksi yang diperoleh maka semakin besar
produktivitasnya.
Jumlah Tanggungan
Semakin banyak anggota keluarga maka biaya hidup juga semakin bertambah,
namun semakinbanyak anggota keluarga yang aktif berusahatani maka akan
berpeluang memperoleh pendapatan yang lebih tinggi.
Jumlah Ternak
Semakinbanyak jumlah ternak yang dimiliki petani maka semakin banyak pula
bahan baku pupuk dalam membuat pupuk kompos.
Produksi
Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai
Jadi semakin banyak produksi yang diperoleh, maka semakin besar pula pendapatan
yang kita terima (Wikipedia, 2008).
Kerangka Berfikir
Pada tahun 2005 Dinas Pertanian Langkat mengadakan program pembuatan
rumah kompos untuk setiap daerah sebagai usaha dam mempertahankan dan
meningkatkan produktivitas tanah melalui penggunaan hara yang berasal dari pupuk
organik. Salah satunya didirikan rumah kompos di Kelurahan Perdamaian Kecamatan
Stabat Kabupaten Langkat dengan bimbingan dari BBP Perdamaian yang dikelola
oleh kelompok tani UP3HP Bersatu Kita Maju degan di ketuai oleh H. Rusmin.
Rumah kompos adalah merupakan sebuah program tekhnik pembuatan
kompos yang diberikan oleh Dinas Pertanian yang disosialisasikan melalui penyuluh
penyuluh lapangan yang kemudian diberikan pelatihan kepada kelompok kelompok
tani untuk mengembangkan pembuatan kompos ini. Rumah kompos merupakan
tempat pembuatan kompos. Tidak hanya sebagai tempat pembuatan kompos, rumah
kompos juga bisa digunakan sebagai tempat pelatihan pembuatan kompos, tempat
pertemuan antar petani serta sebagai tempat sumber informasi yang berguna bagi
petani.
Rumah kompos juga berperan dalam membina masyarakat sekitar dengan
memberikan pelatihan pelatihan berupa pelatihan pembuatan kompos. Dimana dengan
adanya pelatihan ini memberikan peranan terhadap peningkatan pendapatan petani di
sekitar daerah penelitian. Karena petani yang mengikuti pelatihan ini kemudian
nantinya akan bisa membuat kompos untuk memenuhi kebutuhan untuk usahatani
mereka sendiri. Sebagian besar petani yang mengikuti pelatihan ini adalah petani yang
sekaligus sebagai peternak. Jadi mereka dapat memanfaatkan kotoran ternak mereka
Rumah kompos juga banyak memberikan peranan terhadap petani padi sawah.
Sejak mereka menggunakan kompos untuk lahan pertaniannya maka produktivitasnya
juga turut mengalami peningkatan sehingga memberi dampak ikutan terhadap
peningkatan pendapatan petani. Beberapa faktor sosial petani meliputi umur, tingkat
pendidikan, dan pengalaman bertani maupun faktor ekonomi petani meliputi luas
lahan, jumlah tanggungan, dan total pendapatan akan mempengaruhi petani padi
sawah terhadap penggunaan pupuk kompos.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat dilihat dalam skema kerangka
pemikiran sebagai berikut:
Rumah kompos
Pelatihan
Petani Padi Sawah
Faktor Sosial Ekonomi Petani: - Umur
- Tingkat Pendidikan - Lamanya Bertani
- Produktivitas Luas Lahan - Jumlah Tanggungan - Total Pendapatan
Gambar 2.1. Skema Kerangka Berfikir Evaluasi Peranan Rumah Kompos Bagi Kebutuhan Usahatani Padi Sawah
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ini ditentukan secara purposive (sengaja) di Kelurahan
Perdamaian Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. Adapun alasan peneliti memilih
daerah tersebut adalah karena daerah ini merupakan daerah pertama yang
mengembangkan dan membuat kompos di Kabupaten Langkat (dapat dilihat pada
tabel 1).
Tabel 1. Data Pembuat Pupuk Organik/ Kompos di Kabupaten Langkat Tahun 2008
No Kecamatan Desa/Kelurahan Tahun Berdiri Produksi/Bulan
1. Satabat Desa Perdamaian 2005 15 Ton
2. Stabat Kel. Sidomulyo 2006 10 Ton
3. Hinai Desa Suka Jadi 2007 6 Ton
4. Wampu Desa Stabat Lama 2007 6 Ton
5. Besitang Desa Halaban 2006 10 Ton
6. Pematang Jaya Desa Pematang
Tengah 2006 12 Ton
7. Kuala Desa Aman Damai 2006 10 Ton
8. Serapit Desa Sidorejo 2007 9 Ton
9. Secanggang Desa Tanjung Ibus 2006 10 Ton
Sumber: Kantor Dinas Pertanian Kabupaten Langkat, 2008
Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang melakukan usahatani padi
sawah sebelum dan sesudah menggunakan kompos di Kecamatan Stabat. Metode
yang digunakan dalam penentuan sampel adalah dengan menggunakan metode
sensus. Dimana dari 2603 petani padi sawah di Kecamatan Stabat hanya ada 20 petani
yang menggunakan pupuk kompos dan seluruh petani tersebut menjadi subjek
Tabel 2. Populasi dan Sampel Petani Padi Sawah yang Menggunakan Kompos di Kecamatan Stabat.
No Desa/Kelurahan Sampel
1. Sei Dendang 4
2. Ara Condong 2
3. Kwala Bingai 2
4. Mangga 4
5. Banyumas 2
6. Sidomulyo 2
7. Karang Rejo 4
Total 20
Sumber : PPL Kecamatan Stabat Tahun 2008
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung kepada responden melalui
survei dan daftar kuisioner yang telah disiapkan terlebih dahulu. Data sekunder
diperoleh dari lembaga instansi yang terkait serta literatur yang berhubungan dengan
penelitian.
Metode Analisis Data
Dianalisis dengan menghitung pendapatan petani padi sawah di daerah
penelitian.
- Pendapatan dianalisis dengan metode perhitungan :
Pd = TR – TC
Keterangan :
Pd = Pendapatan usahatani padi sawah
R = Total Penerimaan usahatani padi sawah
TC = Total Biaya usahatani padi sawah, (Soekartawi, 1995).
dianalisis dengan menggunakan analisis uji beda rata-rata atau dengan uji 2 arah
petani padi sawah sebelum menggunakan kompos dan petani padi sawah setelah
menggunakan kompos dengan alat bantu SPSS 15.
Jika :
H0 : µ1 = µ2 atau µ1 - µ2 = 0
H1 : µ1 > µ2 atau µ1 - µ2 > 0
Keterangan:
µ1 = Rata-rata variable I (petani padi sawah sebelum menggunakan kompos)
µ2 = Rata-rata variable I (petani padi sawah setelah menggunakan kompos)
Rumus:
Kriteria Uji dengan 2 pihak:
t-hitung < t-tabel Hipotesis H1 diterima
t-hitung = t-tabel Hipotesis H0 diterima
Dimana:
Ho = Total pendapatan rata-rata petani padi sawah sesudah menggunakan kompos
sama dengan total pendapatan rata-rata petani padi sawah sebelum menggunakan
H1 = Total pendapatan rata-rata petani padi sawah sesudah menggunakan kompos
lebih besar dari pada total pendapatan rata-rata petani padi sawah sebelum
menggunakan kompos.
Keterangan:
−
1
X = Rata-rata (mean) jumlah total pendapatan petani padi sawah sebelum
menggunakan kompos
−
2
X = Rata-rata (mean) jumlah total pendapatan petani padi sawah sebelum
menggunakan kompos
n1 = Banyaknya sampel petani padi sawah sebelum menggunakan kompos
n2 = Banyaknya sampel petani padi sawah setelah menggunakan kompos
S1 = Standar deviasi petani padi sawah sebelum menggunakan kompos
S2 = Standar deviasi petani padi sawah setelah menggunakan kompos
Xi1 = Nilai individu petani padi sawah setelah menggunakan kompos
Xi2 = Nilai individu petani padi sawah setelah menggunakan kompos
(Djarwanto, 1996).
Dianalisis dengan menggunakan metode korelasi range spearman dengan alat
bantu SPSS 15:
Dengan kriteria sebagai berikut:
tα = α ; db (n – 2)
dimana range rs = -1≤ 0 ≥ 1
- rs = koefisien korelasi
-di = selisih antara rangking nilai faktor petani dengan penggunaan pupuk kompos
-N = jumlah pasangan rangking -db= derajat bebas
Dengan kriteria sebagai berikut:
t-hitung ≤ tα(0,05)………. Ho diterima, atau tidak terima H1 t-hitung > tα(0,05)………. Ho ditolak, atau terima H1
H0: Tidak terdapat hubungan faktor sosial ekonomi petani terhadap penggunaan
pupuk kompos
H1: Terdapat hubungan faktor sosial ekonomi petani terhadap penggunaan pupuk
kompos
(Siegel, 1997).
Defenisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalah pahaman dan kekeliruan atas pengertian dalam
penelitian ini, maka diberikan beberapa defenisi dan batasan operasional.
Defenisi
1. Evaluasi adalah kegiatan untuk menilai relevansi, efisiensi, efektifitas dan
dampak dari kegiatan dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan.
2. Usahatani adalah himpunan dari sumber sumber alam yang terdapat di tempat
itu yang diperlukan untuk produksi pertanian yang dapat berupa usaha
3. Rumah kompos adalah tempat pembuatan kompos, namun selain itu juga
sebagai tempat pelatihan pembuatan kompos, tempat berkumpul dan berdiskusi
serta sumber informasi bagi petani.
4. Pelatihan adalah segala aktivitas pengajaran tekhnik pembuatan kompos bagi
petani di daerah penelitian.
5. Petani pemakai kompos adalah petani yang memakai dan membuat sendiri
komposnya untuk usahatani mereka.
6. Sistem usaha tani mengandung pengertian pola pelaksanaan usaha tani
masyarakat yang berkaitan dengan tujuannya. Secara umum, tujuan utama
pertanian atau usaha tani yang diterapkan sebagian besar petani adalah
memenuhi kebutuhan keluarga (subsistence).
7. Umur adalah usia petani pada saat penelitian yang diukur berdasarkan usia
kerja produktif yaitu 14-64 tahun.
8. Tingkat pendidikan petani adalah pendidikan formal terakhir yang pernah
ditempuh oleh petani.
9. Lamanya bertani adalah pengalaman bertani dalam usahatani dinyatakan dalam
tahun.
10.Luas lahan adalah luas area yang diusahakan petani yang dinyatakan dalam
satuan Ha.
11.Pendapatan petani adalah hasil yang diperoleh petani dalam usahanya sebagai
petani.
12.Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah seluruh anggota keluarga yang
belum berpenghasilan dan menjadi tanggung jawab.
13.Jumlah Ternak adalah jumlah seluruh ternak sapi dan kambing yang dimiliki
14.Produktivitas adalah nilai perbandingan antara produksi padi dengan luas lahan
petani
15.Produksi adalah seluruh hasil yang didapat dari sebuah usahatani
Batasan Operasional
1. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2009 pada Rumah Kompos UP3HP
Bersatu Kita Maju Kelurahan Perdamaian Kecamatan Stabat Kabupaten
Langkat.
2. Sampel adalah petani yang menggunakan dan membuat sendiri kompos dalam
usaha taninya di Kelurahan Perdamaian Kecamatan Stabat Kabupaten
Langkat.
3. Evaluasi dilakukan pada petani padi sawah yang menggunakan kompos untuk
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Daerah Penelitian
Keadan Fisik dan Geografi
Penelitian dilakukan di Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat. Luas
Kecamatan Stabat adalah 12.887,5 Ha yang terdiri dari 10 Desa /Kelurahan, yaitu:
Desa Karang Rejo, Desa Kuala Begumit, Desa Mangga, Kelurahan Perdamaian,
Kelurahan Kuala Bingai, Kelurahan Sidomulyo, Desa Banyumas, Desa Pantai Gemi,
Desa Ara Condong dan Kelurahan Stabat Baru.Adapun batas-batas wilayah
Kecamatan Stabat adalah sebagai berikut :
• Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Wampu dan Kecamatan
Secanggang
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Binjai dan Kecamatan Wampu
• Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten
Deli Serdang
• Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Wampu
Kondisi Wilayah Kecamatan Stabat berada pada ketinggian 4-20 m di atas
permukaan laut, dengan suhu maksimum berkisar 350C dan suhu minimum 210C,
curah hujan per tahun 15 mm,
Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk Kecamatan Stabat sebanyak 73.025 jiwa, terdiri dari 36.015
orang laki-laki dan 37.010 orang perempuan dengan total kepala keluarga 15.520 KK.
Tabel 3. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 Laki-laki 36015 49,32
2 Perempuan 37010 50,68
Total 73025 100
Sumber : Kantor Camat Kecamatan Stabat, Tahun 2009
Dari Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah penduduk terbanyak adalah dengan
jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 37010 jiwa dengan persentase 50,68%.
Mayoritas penduduk di Kecamatan Stabat merupakan suku Jawa. Namun
masih banyak suku-suku lain yang ada di Kecamatan Stabat ini seperti Melayu, Karo,
Batak, Mandailing, Minang, Kalimantan, dll.
Sebagai gambaran tentang keadaan penduduk menurut kesukuan dapat dilihat
pada Tabel 4:
Tabel 4. Keadaan Penduduk Menurut Kesukuan
No Suku Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 Jawa 49634 67,97
2 Melayu 9804 13,43
3 Karo 1768 2,42
4 Batak 1586 2,17
5 Mandailing 598 0,82
6 Minang 1788 2,45
7 Banjar 4676 6,40
8 dll 3171 4,34
Total 73025 100
Sumber : Kantor Camat Kecamatan Stabat, Tahun 2009
Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk di Kecamatan Stabat
adalah suku jawa yaitu sebanyak 49.634 jiwa. Namun Kecamatan Stabat lebih di
identikkan dengan suku Melayu. Hal ini karena pada zaman dahulu penduduk asli
Kabupaten Langkat adalah suku Melayu namun seiring waktu berjalan masyarakat
asli kini terpinggirkan karena banyaknya pendatang
Mata pencaharian utama penduduk Kecamatan Stabat ini adalah bertani.
Selain bertani, ada juga penduduk yang bekerja sebagai pegawai, pedagang dan
Keadaan penduduk manurut mata pencahariannya dapat dilihan pada Tabel 5:
Tabel 5. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian
No Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%)
1 Petani 10216 56,35
Sumber : Kantor Camat Kecamatan Stabat, Tahun 2009
Pada Tabel 5 menunjukkan mata pencaharian penduduk Kecamatan Stabat
sebagian besar bersumber dari sektor pertanian yaitu sebagai petani sebanyak 10216
orang dengan persentase 56,35% yang pada umumnya mengusahakan tanaman
pangan berupa tanaman padi, kacang-kacangan, jagung dan sayur-sayuran.
Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang tersedia dengan baik akan memperlancar jalannya
pembangunan sehingga mempengaruhi perkembangan masyarakat untuk meraih
kehidupan yang lebih baik.
Sarana dan prasarana yang ada di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 6:
Tabel 6. Sarana dan Prasarana di Kecamatan Stabat
No Sarana dan Prasarana Jumlah (unit) 1 Rumah Ibadah 2 Sarana Kesehatan
- Rumah Sakit - Puskesmas
5 2 3 Sarana Pendidikan
- SMK - MAN
1 1 4 Kantor Desa/Kelurahan 10
5 Pasar 1
Sumber : Kantor Camat Kecamatan Stabat, Tahun 2009
Dari Tabel 6 menunjukkan bahwa sarana dan prasarana di Kecamatan Stabat
sangat lengkap,baik dalam bidang pendidikan, kesehatan maupun sosial budaya.
Sehingga masyarakat tidak sulit lagi dalam memperoleh segala jenis pelayanan.
Karakteristik Petani Sampel
Karakteristik petani sample dalam penelitian ini terdiri dari umur, tingkat
pendidikan, lama bertani, produktivitas luas lahan, jumlah tanggungan dan total
pendapatan berdasarkan petani padi sawah sebelum menggunakan pupuk kompos dan
petani padi sawah setelah menggunakan pupuk kompos.
Karakteristik dari petani sebelum menggunakan kompos dan petani setelah
memakai kompos tersebut dapat dilihat pada Tabel 7:
Tabel 7. Karakteristik Petani Sampel Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat Tahun 2008
No Karakteristik Rentang Rata-rata
1 Umur 32-65 thn 50 thn
2 Tingkat Pendidikan 6-16 thn 10 thn
3 Lama Bertani 12-40 thn 30 thn
4 Luas Lahan 0,23-0,6 ha 0,39 ha
Produktivitas:
- Sebelum menggunakan pupuk kompos
8.036-22.571 kg 15.928,8 kg
5
- Setelah menggunakan pupuk kompos 7.143-20833 kg 14.533,31 kg
6 Jumlah Tanggungan 3-6 jiwa 4 jiwa
7 Jumlah Ternak 6-15 ekor 11 ekor
8 Produksi 4000-8200 kg 5487,5 kg
Sumber Data : Diolah dari Lampiran 15a dan 15b
Umur
Dilihat dari umur, rata-rata umur petani sample adalah 50 tahun dengan
berada dalam kategori usia produktif sehingga masih besar potensi tenaga kerja yang
dimiliki petani sample dalam mengelola usahataninya untuk beberapa waktu yang
akan dating.
Tingkat Pendidikan
Pendidikan yang minim mengakibatkan kurangnya pengetahuan dalam
memanfaatkan sumber-sumber daya alam yang tersedia. Dari Tabel 7 dapat diketahui
bahwa rentang tingkat pendidikan formal petani sampel adalah 6-16 tahun dengan
rata-rata 10 tahun.
Lama Bertani
Faktor yang sangat mempengaruhi kemampuan pengelolaan dalam usahatani
adalah lama bertani. Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa rata-rata lama bertani petani
sampel adalah 30 tahun dengan rentang 12-40 tahun. Semakin besar pengalaman
bertani petani dalam mengelola usahataninya maka semakin besar atau tinggi pula
pengetahuan dan wawasan terhadap pengelolaan usahataninya.
Luas Lahan
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa rata rata luas lahan untuk petani sample
adalah 0,24-0,6 hektar dengan rentang 0,39 hekar. Dilihat dari rata rata luas lahan
tersebut dapat diketahui bahwa luas lahan yang diusahakan petani masih tergolong
Produktivitas
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa rata-rata produktivitas untuk petani padi
sawah sebelum menggunakan pupuk kompos adalah 15.928,8 kg per hektar dengan
rentang 8.036-22.571 kg per hektar dan rata-rata produktivitas luas lahan untu petani
padi sawah setelah menggunakan pupuk kompos adalah 14.533,31 kg per hetar
dengan rentang 7.143-20833 kg per hektar.
Jumlah Tanggungan Keluarga
Rata-rata jumlah tanggungan untuk petani sample adalah 4 jiwa dengan
rentang 3-6 jiwa. Dimana jumlah tanggunagn keluarga ini akan berpengaruh pada
pengeluaran petani. Dengan rata rata tersebut dapat diketahui bahwa jumlah
tanggungan keluarga tergolong sedang.
Jumlah Ternak
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa rata rata jumlah ternak untuk petani sampel
adalah 10 ekor dengan rentang 6-15 ekor ternak baik ternak sapi maupun ternak
kambing. Dilihat dari rata rata jumlah ternak yang dimiliki petani dapat diketahui
bahwa mata pencaharian utama petani sampel adalah sebagai peternak.
Produksi
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa rata rata produksi untuk petani sampel adalah
5487,5 kg dengan rentang 4000-8200 kg. dilihat dari produksi tersebut dapat
Pembahasan
Penelitian dilakukan pada petani yang menggunakan pupuk kompos, yang
diteliti adalah bagaimana peranan rumah kompos terhadap kebutuhan usahatani padi
sawah terhadap penggunaan pupuk kompos dimana dilihat dari perbandingan antara
petani padi sawah sebelum menggunakan pupuk kompos dengan petani padi sawah
setelah menggunakan pupuk kompos di Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2009.
Perkembangan Rumah Kompos Selama 3 (tiga) Tahun Terakhir
Rumah Kompos UP3HP (Unit Pengolahan Pengembangan Pemasaran Hasil
Pertanian) Bersatu Kita Maju didirikan pada tahun 2005 melalui dana APBN yang
memfasilitasi pembuatan RP3O (Rumah Percontohan Pembuatan Pupuk Organik).
Kemudian dibentuk sebuah kelompok yang terdiri dari 18 orang dengan membayar
iuran masing-masing Rp. 20.000. Uang tersebut untuk membeli bahan bahan
membuat pupuk kompos seperti urea, gula merah dan bahan aktivator.
Gambar 1. Keadaan Rumah Kompos UP3HP Bersatu Kita Maju Kecamatan Stabat
Pada tahap awal yaitu pada tahun 2005 rumah kompos ini hanya memiliki 1
didapat dari limbah kotoran ternak dari masing-masin anggota yang memiliki ternak.
Dari kapasitas 1 ton ini akan menghasilkan kurang lebih 600 kg pupuk kompos.
Setiap tahun jumlah lumbung ini pun terus bertambah. Hingga tahun 2008 Rumah
kompos ini telah memiliki 4 buah lumbung fermentasi dengan kapasitas 4 ton
permasing-masing lumbung yang akan menghasilkan kurang lebih 2400 kg pupuk
kompos siap pakai.
Untuk melihat perkembangan rumah kompos UP3HP Bersatu Kita Maju
dilihat dari perkembangan jumlah lumbung dari tahun ketahun dapat dilihat pada
Tabel 8:
Tabel 8. Perkembangan Rumah Kompos UP3HP Bersatu Kita Maju Tahun 2005-2008 Dilihat Dari Perkembangan Jumlah Lumbung
Lumbung
Tahun Jumlah Lumbung
(unit)
Kapasitas Bahan Baku
(kg)
Produksi (kg)
2005 1 1000 600
2006 2 2000 1200
2007 3 3000 1800
2008 4 4000 2400
(Sumber: Rumah Kompos UP3HP Bersatu Kita Maju)
Pada Tabel 8 menunjukkan bahwa pada tahun 2005 Rumah Kompos UP3HP
Bersatu Kita Maju hanya memiliki 1 buah lumbung fermentasi dengan kapasitas
bahan baku sebanyak 1000 kg dan produksi sebanyak 600 kg dalam satu kali
produksi. Dalam 1 bulan rumah kompos ini membuat pupuk kompos sebanyak 4 kali.
Berarti rumah kompos ini memproduksi pupuk kompos 4 kali dalam sebulan, yaitu
yang dilaksanakan setiap hari Jum'at. Hal ini dikarenakan hari Jum'at adalah hari yang
pendek karena para petani mayoritas beraga muslim sehingga mereka mengerjakan
pada tahun 2008 kini Rumah Kompos UP3HP Bersatu Kita Maju telah memiliki 4
lumbung fermentasi dengan kapasitas 4000 kg bahan baku dan produksi sebanyak
2400 kg dalam satu kali produksi yaitu satu minggu sekali. Berarti dalam 1 minggu
mereka memproduksi kurang lebih 2400 kg pupuk kompos dan dalam sebulan mereka
dapat memproduksi kurang lebih 10 ton pupuk kompos perbulannya.
Untuk melihat perkembangan rumah kompos yang dilihat dari perkembangan
produksi dan pendapatan per tahunnya dapat dilihat pada Tabel 9:
Tabel 9. Perkembangan Rumah Kompos UP3HP Bersatu Kita Maju Tahun 2005-2008 Dilihat Dari Perkembangan Produksi, Penerimaan dan Pendapatan per Tahun.
Tahun Produksi (kg)
Harga Jual/Kg
(Rp)
Penerimaan (Rp)
Pendapatan (Rp)
2005 31,200 1500 46,800,000 38,485,200
2006 62,400 1500 93,600,000 74,110,400
2007 93,600 1500 140,400,000 112,049,600
2008 124,800 1500 187,200,000 148,948,800
(Sumber: Rumah Kompos UP3HP Bersatu Kita Maju)
Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa dalam setahun rumah kompos mampu
memproduksi sekitar 124,800 kg pupuk kompos yaitu sebanyak 52 kali produksi
selama 1 tahun. Jumlah lumbung setiap tahun bertambah sebanyak 1 unit.
Perkembangan rumah kompos yang dilihat dari jumlah produksi dan pendapatan terus
meningkat. Harga jual pupuk kompos ini pun tidak berubah dari tahun ketahun. Ini
dikarenakan rumah kompos ini ingin agar pupuk kompos dapat dibeli dengan harga
yang terjangkau. Sampai tahun 2008 rumah kompos ini dapat memproduksi sekitar
124,800 kg pupuk kompos pertahunnya dengan penerimaan Rp. 187.200.000 dan
pendapatan sebanyak Rp. 148,948,800,- dari hasil ini akan dimasukkan ke kas rumah
Produksinya bisa saja bertambah apabila terdapat kelebihan pemesanan.
Karena rumah kompos ini banyak menerima pesanan pupuk dari luar daerah seperti
Serdang Bedagai, Brastagi, Tanah Karo, Pekan Baru, dan aceh. Belum lagi rumah
kompos ini menjadi langganan para pemilik perkebunan swasta serta para pedagang
bunga. Dari penjelasan tersebut dapat kita ketahui bahwa rumah kompos sangat
berkembang dalam 3 tahun terakhir yang dilihat dari perkembangan jumlah lumbung,
jumlah produksi dan pendapatannya yang setiap tahun mengalami peningkatan.
Peranan Rumah Kompos Dengan Adanya Pembinaan Terhadap Petani Padi Sawah Berupa Pelatihan Pembuatan Pupuk Kompos di Daerah Penelitian.
Untuk melihat peranan rumah kompos dengan adanya pembinaan terhadap
petani padi sawah berupa pelatihan pembuatan pupuk kompos dilakukan dengan
tabulasi sederhana seperti yang ditunjukkan pada Tabel 10:
Tabel 10. Peranan Rumah Kompos Terhadap Petani Padi Sawah Jumlah Sampel Uraian
Orang %
Mengetahui Pelatihan 20 100
Mengikuti Pelatihan 9 45
Membuat Sendiri Pupuk Kompos 20 100
Menggunakan Pupuk Kompos 20 100
(Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 3)
Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa rumah kompos memberikan
peranan kepada petani padi sawah dengan mengadakan pembinaan terhadap petani
padi sawah berupa pelatihan pembuatan pupuk kompos yakni dengan tujuan agar
petani dapat mengusahakan sendiri komposnya. Terdapat 20 orang petani yang
mengetahui adanya pelatihan pembuatan kompos atau sebanyak 100%, namun hanya
pupuk kompos. Hal ini dikarenakan kesibukan para petani terhadap aktivitas lain
sehingga sebagian dari mereka tidak dapat mengikuti pelatihan pembuatan pupuk
kompos. Namun walaupun hanya 9 orang petani yang mengikuti pelatihan pembuatan
pupuk kompos ternyata terdapat 20 orang petani atau sebanyak 100% yang membuat
dan menggunakan sendiri pupuk komposnya. Hal ini disebabkan karena ternyata
sebagian petani yang tidak mengikuti pelatihan pembuatan pupuk kompos tadi belajar
membuat pupuk kompos dari petani yang mengikuti pelatihan pembuatan pupuk
kompos. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di lapangan, yang menyebabkan
petani mengikuti pelatihan pembuatan pupuk kompos adalah disebabkan oleh
berkurangnya subsidi pupuk kimia yang diberikan pemerintah dan diberlakukannya
pasar bebas bagi penggunaan pupuk non pertanian, maka pupuk anorganik atau pupuk
kimia sulit diperoleh dan harganya terus meningkat. Inilah yang menimbulkan sikap
antusiasme dari petani yang menyambut baik pemanfaatan
Peranan rumah kompos terhadap pendapatan petani padi sawah sebelum menggunakan pupuk kompos dan sesudah menggunakan pupuk kompos.
Tabel 11. Perbedaan Pendapatan Rata rata Petani Padi Sawah Sebelum Menggunakan Pupuk Kompos dan Sesudah Menggunakan Pupuk Kompos Per Hektar/Tahun Tahun 2008
No Perbedaan Satuan n
(Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 13a dan 13b)
Sebelum
1 Produks K 236 221
2 Pen R 16.298.3 15.025
3 Biaya Rp 6.48
Dari Tabel 11 memperlihatkan bahwa produksi rata rata tertinggi diperoleh
dari usahatani sebelum menggunakan pupuk kompos sebesar 2.366 kg/ha
dengan tingkat pendapatan rata rata Rp. 9.818.159,85, sedangkan produksi rata rata
usahatani setelah menggunakan pupuk kompos adalah sebesar 2.214 kg/ha dengan
tingkat pendapatan rata rata Rp. 9.043.587,65. Hal ini dikarenakan diperlukan waktu
yang cukup lama untuk mengembalikan pada keadaan tanah yang normal sehingga
k kompos yang diberikan untuk setiap 1 rante. Namun dosis ini dapat
dengan tanpa pupuk kompos. Hal ini tentunya apabila didukung oleh
ondisi tanah yang telah kembali normal serta terdapat kepastian harga untuk jenis
padi organik.
produksi yang didapat pun hampir sama atau tidak bebeda jauh dengan produksi
sebelum menggunakan pupuk kompos.
Menurut Haryanto (2003), bahwa untuk mengembalikan pada keadaan
kesehatan tanah yang normal diperlukan tidak kurang dari 2 kali lipat tambahan bahan
organic dari kondisi sebelumnya. Perbedaan produksi dan pendapatan dari kedua
perlakuan ini tidak jauh berbeda, namun dari segi manfaat menunjukkan perbedaan
yang sangat menonjol yakni dengan mempertimbangkan prospek pemabangunan
pertanian ke depan yang berorientasi dengan pertanian organic yang berwawasan
lingkungan, maka berusahatani dengan menggunakan pupuk dari sumber bahan
organic dapat dianggap lebih baik, karena bahan bakunya cukup tersedia di sekitar
usahataninya. Dalam pengaplikasian di lapangan, dalam tahap awal diperlukan sekitar
150 kg pupu
berkurang dengan pemakaian pupuk kompos secara teratur dan terus menerus hingga
80 kg/rante.
Menurut Diwyanto (2001) ternyata terdapat peningkatan pendapatan tunai
sebesar 47% lebih tinggi pada padi sawah yang diberi dengan pupuk kompos
dibandingkan
Analisis uji beda rata-rata (Paired t-test Sample) digunakan untuk mengetahui
perbedaan total pendapatan rata-rata petani padi sawah sebelum memakai pupuk
kompos dan petani padi sawah sesudah memakai kompos
Tabel 12.
kompos dan petani padi sawah sesudah mema ai pupuk k
Paired Differences
enc
Difference M
Analisis Perbedaan total pendapatan rata-rata petani padi sawah sebelum memakai pupuk
(Sumber : Analisis Data Primer lampiran 16)
Berdasarkan hasil analisis uji beda rata perbedaan total pendapatan
rata-rata petani padi sawah sebelum menggunakan pupuk kompos dan petani padi sawah
setelah menggunakan pupuk kompos diketahui t-hitung = 0,988 lebih kecil dari pada
t-tabel = 1,734 yang berarti menerima H1 dan menolak H0. Secara uji statistik tidak
ada perbedaan yang nyata antara pendapatan petani padi sawah sebelum
menggunakan pupuk kompos dengan pendapatan petani padi sawah setelah
menggnakan pupuk kompos.
Sehingga Hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat peranan rumah kompos
terhadap peningkatan pendapatan adah ditolak. Ternyata pendapatan rata rata petani
padi sawah sebelum menggunakan pupuk kompos lebih besar daripada pendapatan
petani padi sawah setelah menggunakan pupuk kompos di daerah penelitian.
Alasan mengapa tidak ada perbedaan yang nyata antara pendapatan petani
tidak jauh berbeda. Hanya saja petani padi sawah setelah menggunakan pupuk
kompos biaya produksinya lebih kecil dibandingkan biaya produksi petani padi sawah
sebelum menggunakan pupuk kompos. Namun bila dilihat dari produksinya memang
lebih besar produksi petani padi sawah sebelum menggunakan pupuk kompos tetapi
tidak jauh berbeda. Hal ini sesuai dengan Doberman, (2007) yang menyatakan bahwa
ternyata hasil panen dari perlakuan yang mendapat pupuk organic maupun pupuk
kimia mencapai kestabilan pada tingkat yang serupa yakni ini membuktikan tidak
terdapat perbedaan keberlanjutan produksi padi antara perlakuan yang diberi pupuk
organik dan pupuk kimia.
Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Petani Padi Sawah dengan Jumlah Penggunaan Pupuk Kompos
Dalam penelitian ini akan dilihat apakah terdapat hubungan antara Faktor
Sosial Ekonomi dengan jumlah penggunaan pupuk kompos. Gambaran hubungan
Faktor Sosial Ekonomidengan jumlah penggunaan pupuk kompos, dapat dilihat pada
Tabel 13:
-(Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 17b)
Dari Tabel 13 dapat dilihat jumlah terendah untuk pupuk kompos yang
digunakan adalah 900 Kg dan jumlah tertinggi pupuk kompos yang digunakan adalah
2.400 Kg dengan rata-rata jumlah penggunaan pupuk kompos yaitu 1.667,5 kg.
Sedangkan range umur petani adalah 32-65 tahun, umur terendah 32 tahun dan yang
tertinggi 65 tahun dengan rat-rata 49,5 tahun.
Untuk melihat apakah terdapat hubungan umur dengan jumlah penggunaan
pupuk kompos maka diuji dengan uji korelasi Range Spearman. Berdasarkan hasil
analisis statistik diperoleh nilai rs = 0,071 menunjukkan bahwa umur tersebut tidak
ada hubungannya dengan jumlah penggunaan pupuk kompos sebesar 7,1% dan secara
statistik nilai thitung = 0,301 serta t tabel = 2,101. Data ini menunjukkan bahwa thitung
< ttabel. Hal ini berarti H0 diterima dan H1 ditolak, artinya tidak ada hubungan umur
dengan jumlah penggunaan pupuk kompos. Maka Hipotesis yang menyatakan bahwa
Tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani akan menunjukkan tingkat
pengetahuan serta wawasan yang luas untuk petani menerapkan apa yang
diperolehnya untuk peningkatan usahataninya.
Untuk melihat apakah terdapat hubungan tingkat pendidikan dengan jumlah
penggunaan pupuk kompos maka diuji dengan uji korelasi Range Spearman.
Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh nilai rs = - 0,077 menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan tersebut tidak ada hubungannya dengan jumlah penggunaan pupuk
kompos sebesar -7,7% dan secara statistik nilai t hitung = 0,327 serta t
tabel = 2,101. Data ini menunjukkan bahwa thitung < ttabel. Hal ini berarti H0 diterima
dan H1 ditolak, artinya tidak ada hubungan tingkat pendidikan dengan jumlah
penggunaan pupuk kompos. Maka Hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan
antara tingkat pendidikan dengan jumlah penggunaan pupuk kompos adalah ditolak.
berarti H0 diterima dan H1 Hal ini dikarenakan bahwa bukanlah dari pendidikan formal para petani mengetahui
guna dan manfaat dari pupuk kompos melainkan dari pendidikan non formal seperti
kegiatan pelatihan dalam pemuatan pupuk kompos.
Untuk melihat apakah terdapat hubungan lama bertani dengan jumlah
penggunaan pupuk kompos maka diuji dengan uji korelasi Range Spearman.
Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh nilai rs = 0,080 menunjukkan bahwa
lamanya bertani tersebut tidak ada hubungannya dengan jumlah penggunaan pupuk
kompos sebesar 8% dan secara statistik nilai t hitung = 0,340 serta t tabel =
2,101. Data ini menunjukkan bahwa thitung < ttabel. Hal ini
ditolak, artinya tidak ada hubungan lama bertani dengan jumlah penggunaan pupuk
kompos. Maka Hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan antara lama bertani
Untuk melihat apakah terdapat hubungan luas lahan padi sawah dengan
jumlah penggunaan pupuk kompos maka dianalisis dengan menggunakan Korelasi
Range Spearman. Dari hasil analisis diperoleh rs = -0,268 menunjukkan bahwa luas
lahan tersebut tidak ada hubungannya dengan jumlah penggunaan pupuk kompos
sebesar -26,8% dan secara statistik thitung = 1,180 serta ttabel = 2,101 . Data ini
menunjukkan bahwa thitung < ttabel. Hal ini berarti H0 diterima dan H1 ditolak, artinya
tidak ada hubungan luas lahan dengan jumlah penggunaan pupuk kompos. Maka
Hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan antara luas lahan padi sawah
dengan jumlah penggunaan pupuk kompos adalah ditolak.
enggunaan pupuk kompos adalah ditolak. Hal ini dikarenakan pada tahap Produktivitas adalah merupakan perbandingan antara produksi dengan luas
lahan. Untuk melihat apakah terdapat hubungan produktivitas luas lahan padi sawah
dengan jumlah penggunaan pupuk kompos maka dianalisis dengan menggunakan
Korelasi Range Spearman. Dari hasil analisis diperoleh rs = 0,178 menunjukkan
bahwa produktivitas tersebut tidak ada hubungannya dengan jumlah penggunaan
pupuk kompos sebesar 17,8% dan secara statistik thitung = 0,767 serta ttabel = 2,101 .
Data ini menunjukkan bahwa thitung < ttabel. Hal ini berarti H0 diterima dan H1 ditolak,
artinya tidak ada hubungan produktivitas dengan jumlah penggunaan pupuk kompos.
Maka Hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan antara produktivitas dengan
jumlah p
awal diperlukan sekitar 150 kg/rante pupuk kompos yang diberikan pada tanah
dengan tujuan untuk menetralkan keasaman tanah sehingga tanah dapat kembali pada
keadaan ormal dan dapat berproduksi dengan baik.
Untuk melihat ada tidaknya hubungan jumlah tanggungan keluarga dengan
jumlah penggunaan pupuk kompos maka dianalisis dengan menggunakan Korelasi