• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akibat Hukum Atas Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Produsen PT. Pupuk Sriwidjaja Dengan Distributor Pupuk (Cabang Daerah Sumatera Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Akibat Hukum Atas Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Produsen PT. Pupuk Sriwidjaja Dengan Distributor Pupuk (Cabang Daerah Sumatera Utara)"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

AKIBAT HUKUM ATAS PELAKSANAAN PERJANJIAN

KERJASAMA PRODUSEN PT. PUPUK SRIWIDJAJA

DENGAN DISTRIBUTOR PUPUK

(CABANG DAERAH SUMATERA UTARA)

TESIS

OLEH

KARTIKA PURI MANDASARI

097011073 / M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(2)

AKIBAT HUKUM ATAS PELAKSANAAN PERJANJIAN

KERJASAMA PRODUSEN PT. PUPUK SRIWIDJAJA

DENGAN DISTRIBUTOR PUPUK

(CABANG DAERAH SUMATERA UTARA)

T E S I S

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

KARTIKA PURI MANDASARI

097011073 / M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(3)

Judul Tesis : AKIBAT HUKUM ATAS PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJASAMA PRODUSEN PT.

PUPUK SRIWIDJAJA DENGAN DISTRIBUTOR

PUPUK (CABANG DAERAH SUMATERA UTARA) Nama Mahasiswa : Kartika Puri Mandasari

Nomor Pokok : 097011073

Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN)

Pembimbing Pembimbing

(Prof. Dr. Syafruddin Kalo, SH, MHum) (Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum)

Ketua Program Studi, Dekan,

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 12 Juli 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN

Anggota : 1. Prof. Dr. Syafruddin Kalo, SH, MHum

2. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum

3. Dr. Hasyim Purba, SH, MHum

(5)

ABSTRAK

Pada dasarnya perjanjian kerjasama umumnya berawal dari adanya perbedaan kepentingan para pihak bersangkutan. Perumusan hubungan perjanjian kerjasama senantiasa diawali proses negosiasi yang dicoba dipertemukan melalui adanya kesepakatan para pihak. Maka melalui perjanjian ini perbedaan dapat diakomodir dan selanjutnya dibingkai dengan perangkat hukum, sehingga mengikat para pihak yang bertujuan agar mekanisme hubungan perikatan dapat bekerja secara seimbang dan terarah. Penelitian ini bersifat deskriptif analitis maksudnya penelitian yang menggambarkan, menjelaskan serta menganalisa pelaksanaan perjanjian kerjasama PT. Pupuk Sriwidjaja dengan Distributor. Metode penelitian dilakukan yaitu Pendekatan yuridis normatif. Data penelitian digunakan yaitu data primer adalah data diperoleh secara langsung berdasarkan wawancara. Sedangkan data skunder berupa studi kepustakaan (library research). Analisis data dilakukan setelah diadakan pemeriksaan, pengelompokan, pengolahan dan evaluasi kemudian dianalisis secara kualitatif dengan mempelajari seluruh jawaban untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.

Bentuk kerjasama Produsen PT. Pupuk Sriwidjaja dengan Distributor adalah berbentuk jual beli, dibuat dalam Surat Perjanjian Jual Beli (SPJB) berdasarkan kesepakatan para pihak, dengan jangka waktu selama 1 tahun, berdasarkan perjanjian tertulis dibawah tangan tanpa dibuat dihadapan pejabat yang berwenang (Notaris). Khususnya pelaksanaan kontrak kerjasama PT. Pupuk Sriwidjaja dengan Distributor menempatkan posisi tidak seimbang. Akibat Hukum Distributor yang tidak memenuhi kewajiban klausul dalam perjanjian, akan dikenakan sanksi pemutusan secara sepihak dari PT. Pupuk Sriwidjaja dan sanksi administrasi dari Instansi terkait dengan mencabut izin usaha produksinya. Jika arah pelanggaran akibat perbuatan pidana dikenakan sanksi hukum tindak pidana ekonomi. Penyelesaian sengketa para pihak akibat tidak memenuhi kewajiban klausul dalam perjanjian ditempuh melalui luar Pengadilan dan Pengadilan.

Disarankan kontrak kerjasama dibuat dalam akta otentik dihadapan pejabat berwenang yaitu Notaris, untuk menyelesaikan perselisihan di Pengadilan dan dijadikan sebagai alat bukti yang kuat dan sempurna. Sebaiknya kedudukan para pihak mengadakan kerja sama berada dalam posisi yang seimbang yaitu pada saat proses negosiasi dalam kontrak harus adanya keterbukaan dalam menyampaikan kehendaknya, dan pencantuman klausul baku dikesampingkan agar tidak ada pihak yang merasa diberatkan. Penyelesaian sengketa diupayakan terlebih dahulu melalui jalan musyawarah mufakat (non litigasi) sebelum melalui jalan Pengadilan (litigasi).

(6)

ABSTRACT

Basically, the cooperation agreement is, in general, initiated from the existence of different interest of the parties involved. The formulation of cooperation agreement relationship always begins with the process of negotiation which is tried to be met through multi-parties agreement. So, through this agreement, any difference can be accommodated and framed with legal system that it binds the parties intending to have a balanced and directed mechanism of binding relationship. This is an analytical descriptive study to describe, explain and analyze the implementation of cooperation agreement between PT. Pupuk Sriwidjaja and the Distributor. The research h method employed in this study was normative juridical method. The data for this study were primary data directly obtained through interview and secondary data obtained through library research. After being checked, grouped, processed and evaluated, the data were qualitatively analyzed by studying all of the answers to settle the existing problems.

The form of cooperation between the Producer, PT. Pupuk Sriwidjaja, and the Distributor is in the form trading contract made in the form of Trading Agreement (SPJB) based on underhanded multi-parties agreement for 1 (one) year period which is not made before the authorized official (Notary/Land Certificate Issuing Official). Especially the implementation of cooperation contract between PT. Pupuk Sriwidjaja and Distributor, there is an imbalanced position between the two. Legally, distributor which does not meet his obligation as stated in the clause in the agreement will be given a sanction in the form of unilateral termination of cooperation from PT. Pupuk Sriwidjaja and administrative sanction from the related agency by revoking the license of his business production. If the violation resulted from a criminal act, the distributor will be given a legal sanction for economic criminal act. The dispute between the parties involved due to the unmet clause of obligation in the agreement is settled in or outside of the court.

It is suggested that the contract of cooperation be made before the authorized official, namely notary, to be a strong and perfect evidence to settle a dispute in the court. The position of the parties involving in the cooperation should be balanced especially in the process of negotiation and in the contract, there must be a transparency in expressing their intention, and the inclusion of standard clause should be put aside that no party will object to it. The settlement of dispute should be first done through deliberation (non-litigation) before the case is brought to the court (litigation).

(7)

KATA PENGANTAR

Assalamuallaikum Wr.Wb.

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT, sehingga berkat rahmatNYA penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul AKIBAT HUKUM ATAS PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA PRODUSEN PT. PUPUK SRIWIDJAJA DENGAN DISTRIBUTOR PUPUK, dalam rangka menyelesaikan pada Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penulisan tesis ini mulai dari penyusunan proposal penelitian, pengumpulan data penelitian di lapangan serta pengolahan hasil penelitian sampai tersajikannya karya ilmiah ini, penulis telah banyak mendapat sumbangan pemikiran maupun tenaga yang tidak ternilai harganya bagi penulis. Untuk itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis dengan segala kerendahan hati dan penuh keikhlasan untuk menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H, MSc (CTM), SpA(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Studi Magister Kenotariatan pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH. M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH. MS, CN. selaku Ketua Program Studi Magister Kenotariatan dan Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan tesis ini.

4. Bapak Prof. Dr. Syafruddin Kalo, SH. M.Hum, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan tesis ini.

(8)

6. Bapak Dr. Hasyim Purba, SH, M.Hum, selaku Dosen Penguji yang telah menguji, memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan tesis ini.

7. Bapak Syahril Sofyan, SH, MKn, selaku Dosen Penguji yang telah menguji, memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan tesis ini.

8. Seluruh Staf Pengajar dan Staf Karyawan Tata Usaha pada Program Studi Magister Kenotariatan yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara.

9. Seluruh teman-teman penulis di Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara Angkatan 2009 dan berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis dalam penyusunan tesis ini.

Secara khusus penulis menghaturkan sembah sujud dan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda tercinta Dokter H. Muhammad Nasir, MM, MBA, dan Ibunda tercinta Hj. Ellizawaty, selaku kedua orangtua penulis yang telah merawat, mengasihi, membesarkan, mendidik, memberikan dukungan, memberikan contoh teladan yang baik kepada penulis tentang arti kejujuran, kerja keras, semangat dalam meraih keberhasilan, dan selalu senantiasa mendoakan penulis sampai pada akhirnya penulis menyelesaikan Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara.

Secara khusus penulis menghaturkan rasa terima kasih tak terhingga kepada Ibunda Hj. Nursorayanti, Bapak H. Agung T. Adityawarman, Bapak Heriadi, selaku Ibunda Mertua penulis dan Om yang telah memberikan dukungan serta doa, sampai pada akhirnya penulis menyelesaikan Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara.

(9)

tesis ini hingga selesai, sampai pada akhirnya penulis menyelesaikan Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara.

Secara khusus penulis menghaturkan rasa terima kasih tak terhingga kepada saudara-saudara penulis yaitu Abangda Kompol Pria Premos, SIK dan Kakanda Dokter Meity Elvina, SpOG, Abangda Ridho Fahlevi Lubis, M.Si dan Kakanda Dokter Dewi Larasati, Abangda Dokter Faisal Lutfi dan Kakanda Dokter Yanti Imelda, serta Adinda Fachru Roji, yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis dalam rangka penyusunan tesis ini, sampai pada akhirnya penulis menyelesaikan Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara.

Tak lupa kepada seluruh keponakan-keponakan yang penulis sayangi yaitu Diva Syahfira, Athirah Faiza, Muhammad Ardiansyah, Zakaha Fauzan, Nayla jihan, Rizhkal Fauzi, Kayla Livia, dan Nadira Azahrah, yang senantiasa memberikan semangat dan keceriaan dalam kehidupan penulis, hingga pada akhirnya penulis menyelesaikan Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara.

Penulis berharap semoga segala jasa-jasa baik diatas, dan segala dukungan yang diberikan diatas, mendapat balasan dari ALLAH SWT, Akhirnya penulis sadari bahwa penulisan tesis ini tidak luput dari segala kekurangan, sehingga pada kesempatan ini penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun serta berharap semoga tesis ini dapat berguna bagi pihak yang membutuhkannya.

Wassalammualaikum Wr.Wb.

Medan, Juli 2011 Penulis,

(10)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

Nama : Kartika Puri Mandasari. Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 05 Oktober 1985.

Alamat : Komplek Bumi Seroja Permai Blok I No. 25

Medan Sunggal.

II. NAMA ORANGTUA

Bapak : Dokter H. Muhammad Nasir, MM, MBA. Ibu : Hj. Ellizawaty.

III. PENDIDIKAN

SD Negeri No. 016402 PTP VII P. Mandoge : Tahun 1991 s/d 1997. SLTP Negeri I Medan : Tahun 1997 s/d 2000. SMU Harapan Medan : Tahun 2000 s/d 2003. S 1 Fakultas Hukum USU : Tahun 2003 s/d 2007.

S 2 MKn FH USU : Tahun 2009 s/d 2011.

(11)

DAFTAR ISI

F. Kerangka Teori dan Konsepsional ... 11

1. Kerangka Teori... 11

BAB II. BENTUK KERJASAMA ANTARA PRODUSEN PT. PUSRI DENGAN DISTRIBUTOR PUPUK DALAM MENYALURKAN PUPUK (Cabang PPD Sumatera Utara).... 29

(12)

B. Gambaran Umum Tentang Distributor ... 32

C. Pengertian Perjanjian Pada Umumnya... 38

D. Bentuk Kerjasama antara Produsen PT. Pupuk Sriwidjaja (PUSRI) dengan Distributor Pupuk (Cabang PPD Sumatera Utara)... 51

BAB III. AKIBAT HUKUM YANG DITIMBULKAN DALAM PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA PRODUSEN PT. PUSRI DENGAN DISTRIBUTOR PUPUK TIDAK MEMENUHI KLAUSULA DALAM PERJANJIAN (Cabang PPD Sumatera Utara)... 77

A. Pemutusan Kerjasama PT. Pupuk Sriwidjaja dengan Distributor Pupuk ... 81

B. Pembatalan Kerjasama PT. Pupuk Sriwidjaja dengan Distributor Pupuk ... 97

BAB IV. UPAYA PENYELESAIAN SENGKETA AKIBAT TIDAK MEMENUHI KLASULA DALAM PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA PRODUSEN PT.PUPUK SRIWIDJAJA DENGAN DISTRIBUTOR PUPUK (Cabang PPD Sumatera Utara) ... 100

A. Metode Penyelesaian Sengketa ... 100

B. Upaya Penyelesaian Sengketa Perjanjian Kerjasama Akibat Tidak Memenuhi Klausula dalam Perjanjian Kerjasama antara PT. PUSRI dengan Distributor Pupuk... 106

C. Analisis penerapan Asas Keseimbangan Dalam Kontrak Terhadap Bentuk Perjanjian Kerjasama PT. Pupuk Sriwidjaja Dengan Distributor (Lihat Pada Lampiran) ... 119

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 123

A. Kesimpulan... 123

B. Saran... 124

(13)

DAFTAR TABEL

Judul Halaman Tabel I Nama Distributor Pada PT. PUSRI Daerah PPD

Sumatera Utara... 52 Tabel II Kasus Pelanggaran-Pelanggaran Hukum Akibat Tidak

(14)

DAFTAR SKEMA

Judul Halaman

Skema I Proses Terjadinya Pembuatan Kontrak (Flow Chart)... 75 Skema II Kewajiban Tidak Dilakukan Terhadap Klausul Dalam

Kontrak... 79 Skema III Penyelesaian terhadap Distributor PT Pupuk Sriwidjaja

(PUSRI) yang tidak melakukan kewajiban terhadap

(15)

ABSTRAK

Pada dasarnya perjanjian kerjasama umumnya berawal dari adanya perbedaan kepentingan para pihak bersangkutan. Perumusan hubungan perjanjian kerjasama senantiasa diawali proses negosiasi yang dicoba dipertemukan melalui adanya kesepakatan para pihak. Maka melalui perjanjian ini perbedaan dapat diakomodir dan selanjutnya dibingkai dengan perangkat hukum, sehingga mengikat para pihak yang bertujuan agar mekanisme hubungan perikatan dapat bekerja secara seimbang dan terarah. Penelitian ini bersifat deskriptif analitis maksudnya penelitian yang menggambarkan, menjelaskan serta menganalisa pelaksanaan perjanjian kerjasama PT. Pupuk Sriwidjaja dengan Distributor. Metode penelitian dilakukan yaitu Pendekatan yuridis normatif. Data penelitian digunakan yaitu data primer adalah data diperoleh secara langsung berdasarkan wawancara. Sedangkan data skunder berupa studi kepustakaan (library research). Analisis data dilakukan setelah diadakan pemeriksaan, pengelompokan, pengolahan dan evaluasi kemudian dianalisis secara kualitatif dengan mempelajari seluruh jawaban untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.

Bentuk kerjasama Produsen PT. Pupuk Sriwidjaja dengan Distributor adalah berbentuk jual beli, dibuat dalam Surat Perjanjian Jual Beli (SPJB) berdasarkan kesepakatan para pihak, dengan jangka waktu selama 1 tahun, berdasarkan perjanjian tertulis dibawah tangan tanpa dibuat dihadapan pejabat yang berwenang (Notaris). Khususnya pelaksanaan kontrak kerjasama PT. Pupuk Sriwidjaja dengan Distributor menempatkan posisi tidak seimbang. Akibat Hukum Distributor yang tidak memenuhi kewajiban klausul dalam perjanjian, akan dikenakan sanksi pemutusan secara sepihak dari PT. Pupuk Sriwidjaja dan sanksi administrasi dari Instansi terkait dengan mencabut izin usaha produksinya. Jika arah pelanggaran akibat perbuatan pidana dikenakan sanksi hukum tindak pidana ekonomi. Penyelesaian sengketa para pihak akibat tidak memenuhi kewajiban klausul dalam perjanjian ditempuh melalui luar Pengadilan dan Pengadilan.

Disarankan kontrak kerjasama dibuat dalam akta otentik dihadapan pejabat berwenang yaitu Notaris, untuk menyelesaikan perselisihan di Pengadilan dan dijadikan sebagai alat bukti yang kuat dan sempurna. Sebaiknya kedudukan para pihak mengadakan kerja sama berada dalam posisi yang seimbang yaitu pada saat proses negosiasi dalam kontrak harus adanya keterbukaan dalam menyampaikan kehendaknya, dan pencantuman klausul baku dikesampingkan agar tidak ada pihak yang merasa diberatkan. Penyelesaian sengketa diupayakan terlebih dahulu melalui jalan musyawarah mufakat (non litigasi) sebelum melalui jalan Pengadilan (litigasi).

(16)

ABSTRACT

Basically, the cooperation agreement is, in general, initiated from the existence of different interest of the parties involved. The formulation of cooperation agreement relationship always begins with the process of negotiation which is tried to be met through multi-parties agreement. So, through this agreement, any difference can be accommodated and framed with legal system that it binds the parties intending to have a balanced and directed mechanism of binding relationship. This is an analytical descriptive study to describe, explain and analyze the implementation of cooperation agreement between PT. Pupuk Sriwidjaja and the Distributor. The research h method employed in this study was normative juridical method. The data for this study were primary data directly obtained through interview and secondary data obtained through library research. After being checked, grouped, processed and evaluated, the data were qualitatively analyzed by studying all of the answers to settle the existing problems.

The form of cooperation between the Producer, PT. Pupuk Sriwidjaja, and the Distributor is in the form trading contract made in the form of Trading Agreement (SPJB) based on underhanded multi-parties agreement for 1 (one) year period which is not made before the authorized official (Notary/Land Certificate Issuing Official). Especially the implementation of cooperation contract between PT. Pupuk Sriwidjaja and Distributor, there is an imbalanced position between the two. Legally, distributor which does not meet his obligation as stated in the clause in the agreement will be given a sanction in the form of unilateral termination of cooperation from PT. Pupuk Sriwidjaja and administrative sanction from the related agency by revoking the license of his business production. If the violation resulted from a criminal act, the distributor will be given a legal sanction for economic criminal act. The dispute between the parties involved due to the unmet clause of obligation in the agreement is settled in or outside of the court.

It is suggested that the contract of cooperation be made before the authorized official, namely notary, to be a strong and perfect evidence to settle a dispute in the court. The position of the parties involving in the cooperation should be balanced especially in the process of negotiation and in the contract, there must be a transparency in expressing their intention, and the inclusion of standard clause should be put aside that no party will object to it. The settlement of dispute should be first done through deliberation (non-litigation) before the case is brought to the court (litigation).

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya suatu perjanjian kerjasama ini berawal dari suatu perbedaan atau ketidaksamaan kepentingan diantara para pihak yang bersangkutan. Perumusan hubungan perjanjian senantiasa diawali dengan proses negosiasi diantara para pihak. Melalui proses negosiasi para pihak berupaya menciptakan bentuk-bentuk adanya kesepakatan untuk saling mempertemukan sesuatu yang diinginkan (kepentingan) melalui proses tawar menawar tersebut.1

Pada umumnya berawal terjadinya perbedaan kepentingan para pihak akan dicoba dipertemukan melalui adanya kesepakatan para pihak. Oleh karena itu melalui hubungan perjanjian, perbedaan tersebut dapat diakomodir dan selanjutnya dapat dibingkai dengan sebuah perangkat hukum sehingga dapat mengikat para pihak. Mengenai sisi kepastian hukum dan keadilan, justru akan tercapai apabila perbedaan yang ada diantara para pihak dapat terakomodir melalui sebuah mekanisme hubungan perikatan yang bekerja secara seimbang dan terarah.2

Hubungan kontrak kerjasama PT. Pupuk Sriwidjaja dengan Distributor melaksanakan Program Pemerintah bertujuan untuk proses pendistribusian pupuk

1

Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Azas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial, Laksbang Mediatama, Yogyakarta, 2008. Hal.1

2

(18)

urea bersubsidi kepada petani berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Salah satunya dibentuk Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia mengatur permasalahan dibidang perdagangan. Untuk itu proses pendistribusian yang dilakukan PT. Pupuk Sriwidjaja (perseroan) berbentuk Badan Hukum dengan Distributor tidak terlepas adanya campur tangan Pemerintah Republik Indonesia itu sendiri.

Pada umumnya Negara Republik Indonesia berlandaskan Pancasila dan UUD 1945, terdapat pada Pembukaan Alinea ke 4 (empat) berbunyi : “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia”. Landasan hukum yang lain termuat dalam Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 yaitu “tiap-tiap warga negara berhak atas penghidupan yang layak bagi kehidupan kemanusiaan”.

(19)

tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk bersubsidi dibidang sektor pertanian juga harus dipatuhi oleh setiap pihak yang mengadakan barang dan jasa.

Dengan tujuan diharapkan akan memunculkan perjanjian secara adil dan seimbang bagi para pihak dalam hubungan kerjasama, tetapi jika para pihak tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana mestinya karena adanya perbuatan atas wanprestasi berarti prestasinya tidak dilakukan pihak, dengan sendirinya hak dari pihak lain menjadi tidak terwujud, dan menimbulkan adanya kerugian. Pihak yang dirugikan diberi kesempatan untuk mengajukan gugatan atau tuntutan ke pengadilan untuk meminta kerugian sebagai upaya pihak yang bersangkutan agar mendapatkan pemulihan atas haknya tersebut3.

Asas kebebasan berkontrak merupakan inti daripada perjanjian kerjasama ini yang mengandung pengertian bahwa para pihak bebas memperjanjikan apa saja asalkan tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan. Lebih jauh lagi para pihak yang membuat perjanjian harus mempunyai posisi yang setara dalam memperjuangkan hak dan kewajibannya, sehingga kedudukan hak dan kewajiban para pihak menjadi seimbang.

PT. Pupuk Sriwidjaja merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara berbentuk perseroan yang bergerak di bidang pertanian.4 Pada tahun 1970 tepatnya Pada bulan Januari bertempat di Jakarta, PT. Pupuk Sriwidjaja disahkan pendiriannya yang berkedudukan pusat di Palembang Sumatera Selatan. Salah satu misi pokok

3

Handri Raharjo, Hukum Perjanjian di Indonesia, Pustaka Yustisi, Yogyakarta, 2000,hal 42.

4

(20)

pendirian PT. Pupuk Sriwidjaja merupakan untuk mendukung dan menciptakan stabilitas penyediaan pupuk secara nasional yang berkualitas yaitu dengan memberikan pelayanan baik berupa pengadaan dan penyaluran pupuk sebaik mungkin berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia.

Perjanjian Kerjasama antara produsen PT. Pupuk Sriwidjaja (PUSRI) dengan distributor bergerak dibidang industri agraris bertujuan untuk memproduksi dan menyalurkan pupuk bersubsidi berjenis urea dan berbagai jenis bahan kimia yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil pertanian dan perkebunan bagi masyarakat Indonesia, khususnya rakyat kecil seperti petani guna meningkatkan kebutuhan pangan dan kesejahteraan hidup manusia pada umumnya.

Pengertian “Pupuk Bersubsidi” dalam Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 50/Permentan/SR.130/11/2009, adalah pupuk yang pengadaan dan penyalurannya ditataniagakan dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan di penyalur resmi di Lini IV, atau dengan kata lain Pupuk bersubsidi adalah pupuk yang pengadaan dan penyaluranna mendapat subsidi dari pemerintah untuk kebutuhan petani yang dilaksanakan atas dasar program Pemerintah di sektor pertanian5.

PT. Pupuk sriwidjaja melakukan kegiatan kerjasama dengan distributor menetapkan ketentuan syarat penunjukan sebagai distributor berdasarkan perjanjian

5

(21)

yang disepakati sebelumnya antara kedua belah pihak yang melakukan perjanjian tersebut, agar kepentingan dan tujuan antara produsen dengan distributor terwadahi dalam kontrak atau perjanjian yang sempurna.

Perjanjian kerjasama antara produsen dengan distributor dalam menyalurkan pupuk berjenis urea ini telah disepakati oleh kedua belah pihak karena pihak distributor telah menyetujui dengan menandatangani kontrak, sehingga kesepakatan bersama sudah tercapai satu sama lainnya sebagaimana Pasal 1320 KUH Perdata. Meskipun terkadang kesepakatan bersama para pihak tidak selamanya membawa keuntungan bagi pihak lain (pihak yang lemah). Karena adanya kedudukan para pihak yang tidak seimbang, yaitu mengingat kedudukan produsen lebih kuat dibandingkan kedudukan distributor tersebut.

Mengenai sebab dari suatu perjanjian itu haruslah halal, hal ini diatur dalam Pasal 1337 KUH Perdata berbunyi : “suatu sebab adalah terlarang, apabila dilarang oleh peraturan perundang-undangan atau berlawanan dengan kesusilaan baik dan ketertiban umum”.6 Mengenai bentuk dan isi dari perjanjian diserahkan kepada kesepakatan pihak yang melakukan perjanjian kerjasama. Ini sesuai dengan ketentuan mengenai perikatan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, khususnya dalam Buku III KUH Perdata yang mempunyai sifat terbuka dan adanya asas kebebasan berkontrak.7

6

Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu,

Bandung: Sumur, 1985.

7

(22)

Perjanjian menurut namanya terbagi atas 2(dua) macam yaitu perjanjian bernama (Nominaat) adalah perjanjian yang diatur dalam KUH perdata, misalnya perjanjian jual beli. Sedangkan perjanjian kerjasama ini tergolong kedalam perjanjian tidak bernama (Innominaat) yang tergolong diluar peraturan KUH perdata karena merupakan perjanjian yang timbul, tumbuh dan berkembang dalam masyarakat pada umumnya.8 Seperti perjanjian kerjasama antara produsen pupuk dengan distributor pupuk yang akan dibahas berikutnya.

Pelaksanaan perjanjian kerjasama antara produsen pupuk dengan distributor berjenis kontrak timbal balik yaitu kontrak yang menimbulkan kewajiban pokok bagi kedua belah pihak. Kontrak kerjasama ini ditetapkan dengan memberikan segala bentuk jaminan (facta integritas) dan surat pernyataan jaminan pelepasan tanggung jawab jawab serta pemberian ganti rugi (letter of idemnity) yang diberikan produsen kepada distributor, dengan konsekuensi distributor bertanggung jawab atas segala kewajiban yang dilakukannya, bertujuan untuk mendistribusikan pupuk bersubsidi kepada pelanggan.

Pihak Disitributor itu sendiri dalam proses pendistribusian pupuk memerlukan bantuan pihak pengecer resmi yang ditunjuknya berdasarkan syarat penunjukan pengecer resmi yang ditetapkan Distributor, bertujuan mendistribusikan pupuk secara langsung kepada konsumen terakhir (kelompok petani), berdasarkan kontrak kerja yang ditetapkan Distributor terhadap Pengecer resminya.

Dengan tanggung jawab Distributor dan Pengecer dalam memenuhi kewajibannya bertujuan menyalurkan pupuk dari Produsen kepada Kelompok Petani dan memperhatikan segala akibat hukumnya, maka dapat dilihat dan terjadinya hubungan kontraktual (hubungan hak dan kewajiban), dengan sendirinya mengikat

8

(23)

konsumen terakhir (kelompok petani) secara langsung akibat terlaksananya hubungan kerjasama para pihak tersebut.

Perjanjian kerjasama PT. Pupuk Sriwidjaja dengan Distributor dilakukan dalam perjanjian tertulis, agar mempunyai bukti sah dan kuat bagi para pihak yang bersangkutan. Perjanjian kerjasama ini dibuat berdasarkan akta dibawah tangan yaitu perjanjian tertulis tidak dibuat dihadapan pejabat yang berwenang (Notaris) melainkan dibuat berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak yang mengadakan perjanjian kerjasama.

Dalam praktik kehidupan masyarakat pada umumnya, norma-norma yang berlaku dan larangan sering sekali dilanggar. Pelanggaran yang terjadi dikemudian hari dipengaruhi oleh faktor lingkungan, perekonomian yang sangat lemah maupun karakter manusia yang mempunyai itikad buruk. Dengan kemajuan teknologi dewasa ini, pola kehidupan masyarakat akan terpengaruh dan berkembang secara pesat, sehingga dampak negatif yang muncul sangat mempengaruhi kondisi dan tatanan kehidupan setiap individu. Termasuk kegiatan bisnis dalam pembuatan kontrak kerjasama ini, jika terjadi adanya pihak yang merasa dirugikan maka timbul sengketa atau perselisihan para pihak mengadakan kontrak karena tidak terpenuhi prestasi, maka menimbulkan dampak negatif yang sangat merugikan bagi masing-masing pihak tersebut.

(24)

jalur musyawarah mufakat dan bilamana tidak membawakan hasil dari penyelesaian musyawarah mufakat, maka dapat ditempuh melalui jalur hukum di pengadilan9.

Perjanjian kerjasama ini harus dilaksanakan dengan dasar itikad baik dan rasa kepercayaan satu sama lain yang saling mengikatkan diri, merupakan salah satu asas dalam hukum perjanjian ini untuk mencapai satu sisi tujuan hukum, yaitu sisi keadilan mencapai sisi kepastian hukum10. Oleh karena itu sisi kepastian hukum dapat dicapai, apabila isi perjanjian dilaksanakan secara tegas dan adil.

Sebaliknya apabila dalam pelaksanaan perjanjian tersebut tidak melakukan kewajiban yang disepakati sebelumnya disebabkan adanya perbuatan wanprestasi atau perbuatan melawan hukum, maka timbulnya pelanggaran dalam hukum perjanjian. Misalnya pelanggaran itu terjadi disebabkan salah satu pihak melakukan perbuatan penyelewengan pupuk baik pihak pengecer atau distributor dan ketidaksesuaian dalam pembayaran dari pihak produsen. Maka akan ditimbulkan adanya konflik kepentingan para pihak karena tidak terpenuhi prestasinya dan mengakibatkan timbulnya akibat hukum dalam perjanjian yang melahirkan sanksi hukum dalam perjanjian kerjasama tersebut.

Dengan demikian jelaslah dikemukakan bahwa apa sebenarnya yang dimaksud dengan perjanjian kerjasama dan mengetahui berbagai masalah yang melingkupinya, maka perlu diadakannya penelitian dan analisis lebih lanjut tentang

9

Salim, Perkembangan Hukum Kontrak Diluar KUH Perdata Buku I, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hal. 72.

10

(25)

berbagai hal yang berkaitan dengan perjanjian khususnya perjanjian kerjasama antara produsen pupuk dengan distributor pupuk, selanjutnya dalam hal ini saya tertarik melakukan penelitian dengan judul tesis, yaitu “Akibat Hukum atas Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama antara Produsen PT. PUSRI (Pupuk Sriwidjaja) dengan Pemegang Distributor Pupuk”.

B. Permasalahan

Berdasarkan uraian-uraian latar belakang diatas, maka terdapat beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yang dapat dikemukakan adalah :

1. Bagaimana Bentuk Kerjasama antara Produsen PT. Pupuk Sriwidjaja dengan Distributor pupuk dalam menyalurkan pupuk?

2. Bagaimana Akibat Hukum yang ditimbulkan dalam perjanjian kerjasama yang dilakukan Produsen PT. Pupuk Sriwidjaja dengan Distributor pupuk apabila telah melanggar ketentuan klausula dalam perjanjian?

3. Bagaimana Upaya Penyelesaian sengketa PT. Pupuk Sriwidjaja dengan Distributor pupuk yang mengadakan hubungan kerjasama akibat tidak memenuhi kewajiban klausula dalam hukum perjanjian?

C. Tujuan Penelitian

(26)

1. Untuk mengetahui bentuk daripada kerjasama antara Produsen PT. PUSRI dengan Pihak Distributor Pupuk.

2. Untuk mengetahui akibat hukum yang ditimbulkan akibat perjanjian kerjasama tersebut apabila telah melanggar ketentuan klausula dalam perjanjian.

3. Untuk mengetahui upaya hukum penyelesaian apabila Distributor pupuk tidak memenuhi kewajiban klausula dalam perjanjian.

D. Manfaat Penelitian

Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis, yaitu sebagai berikut :

1. Secara Teoritis.

Hasil penelitian yang dilakukan ini, diharapkan dapat memberikan kegunaan dalam penambahan ilmu pengetahuan hukum yang digunakan oleh pihak yang membutuhkan sebagai bahan kajian pada umumnya, khususnya pengetahuan didalam perjanjian kerjasama yang dilakukan antara produsen dengan distributor. 2. Secara Praktis.

(27)

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian dan penelusuran yang telah dilakukan, baik berdasarkan penelitian yang sudah ada sebelumnya, khususnya pada Sekolah Pasca Sarjana Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dan sejauh yang telah diketahui penulis bahwa belum ditemui adanya penelitian yang berkaitan dengan judul tesis ini, yaitu Akibat Hukum atas Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama antara Produsen PT. PUSRI (Pupuk Sriwidjaja) dengan Distributor Pupuk.

Berdasarkan kenyataan diperoleh keyakinan bahwa keaslian penelitian ini cukup diyakini keberadaannya, maka judul yang diajukan belum pernah diteliti dan dibahas sehingga dapat dikatakan bahwa penelitian ini adalah asli, dan dapat dipertanggungjawabkan keasliannya.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Seiring dengan perkembangan masyarakat pada umumnya, peraturan hukum juga mengalami perkembangan. Kontinuitas perkembangan ilmu hukum selain bergantung pada metodelogi, aktivitas penelitian dan imajinasi sosial sangat ditentukan oleh teori.11

11

(28)

“Teori” adalah untuk menerangkan dan menjelaskan suatu gejala spesifik untuk proses tertentu terjadi.12 Suatu teori harus harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya.13 Kerangka teori ini adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan dan pegangan teoritis.14

Sedangkan teori ini sendiri adalah serangkaian preposisi atau keterangan yang saling berhubungan dengan dan tersusun dalam sistem deduksi yang mengemukakan suatu penjelasan atas segala gejala.

Menurut Maria S.W. Sumardjono menyebutkan rumusan teori sebagai berikut:

Seperangkat preposisi yang berisi konsep abstrak atau konsep yang sudah didefenisikan dan saling berhubungan antara variable sehingga menghasilkan pandangan sistematis dari fenomena yang digambarkan oleh suatu variable

dengan variable lainnya dan menjelaskan bagaimana hubungan antara variable

tersebut.15

Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk memberikan arahan dan meramalkan serta menjelaskan gejala yang terjadi, karena penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif, kerangka teori diarahkan secara khas ilmu hukum.

12

J.J.J M. Wuisman, dengan penyunting M. Hisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Pada Jilid 1, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 1996, hal. 203.

13Ibid.

14

Soejono soekanto,Op.Cit, hal.10

15

(29)

Penelitian ini berusaha untuk memahami perjanjian kerjasama antara produsen dengan distributor secara yuridis, artinya adalah memahami objek penelitian sebagai hukum yakni sebagai kaidah hukum atau sebagai isi kaidah hukum sebagaimana yang ditentukan dalam yurisprudensi dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan masalah hukum perjanjian.

Teori dipakai dalam penulisan tesis ini adalah teori keadilan berbasis hukum perjanjian dan teori keseimbangan. Hal ini menyebutkan bahwa keadilan yang memadai harus dibentuk dengan pendekatan perjanjian. Dimana asas keadilan dipilih bersama itu merupakan harus adanya kesepakatan bersama atau penyesuaian kehendak para pihak, secara bebas, rasional dan sederajat16.

Melalui pendekatan perjanjian dari sebuah teori keadilan mampu untuk menjamin pelaksanaan hak dan sekaligus mendistribusikan kewajiban secara adil bagi semua orang. Oleh karenanya suatu konsep keadilan yang baik haruslah bersifat kontraktual agar sisi kepastian hukum dapat tercapai. Konsekuensinya setiap konsep keadilan yang tidak berbasis kontraktual haruslah dikesampingkan demi kepentingan keadilan itu sendiri.

Sedangkan pendekatan perjanjian dari sebuah teori keseimbangan dipakai untuk mendukung prinsip dari keadilan itu sendiri, bertujuan untuk memperoleh adanya kepastian hukum para pihak yang berkedudukan setara atau seimbang dalam melakukan perjanjian kerjasama agar dapat memenuhi prestasi yang menghendaki kedua belah pihak. Dalam hal ini pihak yang lebih kuat menuntut prestasi sedangkan

(30)

pihak yang lemah diwajibkan untuk memenuhi prestasi dengan adanya itikad baik, sehingga asas keseimbangan dapat terwujud dan adil terhadap orang-orang yang mencari keadilan, agar kedudukan para pihak menjadi sama dan dapat diperlakukan secara seimbang dan adil dihadapan hukum.17

Sebelum membahas pengertian perjanjian pada umumnya, terlebih dahulu akan dibahas pengertian perikatan yang diatur dalam Buku III KUH Perdata. Penggunaan kata perikatan sebagai terjemahan dari kata verbintenis belum terdapat kesepakatan diantara para ahli hukum.

Sebahagian pakar hukum ada yang menerjemahkan menjadi perutangan,18 ada juga yang menerjemahkannya sebagai perjanjian.19 Makna dari kata verbintenis

berasal dari kata kerja verbinden yang artinya mengikat. Jadi verbintenis menunjuk kepada adanya ikatan atau hubungan hukum. Istilah verbintenis lebih tepat digunakan perikatan dalam kamus hukum overeenkomst berasal dari kata kerja overeenkomen

yang artinya setuju atau sepakat.

Jadi overeenkomst mengandung arti kata sepakat sesuai dengan asas konsensualisme yang dianut oleh KUH Perdata dalam bidang hukum perjanjian. Oleh karena pengertian overeenkomst sesuai dengan asas kata sepakat, lebih tepat diterjemahkan atau digunakan istilah persetujuan, adalah suatu perjanjian.

Menurut Subekti, mengemukakan bahwa :

17

Satjipto Raharjdo, Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung, 1985, hal 87.

18

Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Perdata ‘Hukum Perutangan’ (Bagian A &B) Seksi Hukum Perdata, (Yogyakarta : F.H. UGM, 1980) hal. 10.

(31)

“Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal, dikatakannya bahwa dua perkataan (perjanjian dan persetujuan itu adalah sama artinya)”20

Pada umumnya perjanjian tidak terikat kepada satu bentuk tertentu saja tetapi perjanjian dapat dibuat secara lisan maupun tulisan, andaikata perjanjian itu dibuat secara tulisan maka ia bersifat sebagai alat pembuktian apabila terjadi perselisihan.21

Selanjutnya menurut teori yang dikemukakan oleh Van Dunne, mengartikan tentang perjanjian yaitu suatu hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kesepakatan untuk menimbulkan akibat hukum.22 Teori tersebut tidak hanya melihat perjanjian semata-mata, tetapi juga harus dilihat perbuatan sebelumnya atau yang mendahuluinya. Ada tiga tahap membuat perjanjian perlu diperhatikan yaitu :

1. Tahap pra contractual, yaitu adanya penawaran dan penerimaan.

2. Tahap contractual, yaitu adanya persesuaian pernyataan kehendak antara para pihak yang mengadakan perjanjian.

3. Tahap post contractual, yaitu pelaksanaan perjanjian.23

Setelah subjek hukum dalam perjanjian telah jelas, termasuk mengenai kewenangan hukum masing-masing pihak, maka pembuat perjanjian harus menguasai materi asas dalam perjanjian yang akan dibuat oleh para pihak. Dua hal yang penting

20

R. Subekti , Aneka Hukum Perjanjian, PT. Citra Aditya Bakti, Cetakan Kesepuluh, 1995

21

Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, (Bandung : Alumni, 1994) hal. 8

22

Lely Nirwan, Hukum Perjanjian, Dewan Kerjasama Ilmu Hukum Belanda dengan Indonesia Proyek Hukum Perdata, Yogyakarta 1987, hal 86.

23

(32)

dalam perjanjian adalah masalah objek perjanjian dan hakikat daripada perjanjian serta syarat-syarat atau ketentuan yang telah disepakati.

Dalam membuat perjanjian antara para pihak pasti akan menimbulkan hubungan hukum yang kemudian disertai adanya akibat-akibat hukum, dan akibat hukum tersebut akan memikul hak dan kewajiban serta tanggung jawab diantara keduanya. Pengertian dari tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan)24.

Berdasarakan rumusan perjanjian diatas, menurut R. Subekti dapat dijumpai beberapa unsur dalam suatu perjanjian yaitu :

1. Hubungan hukum (perikatan). 2. Subyek hukum.

3. Isi (hak dan kewajiban).

4. Ruang lingkup (lingkup hukum harta kekayaan).25

Dengan demikian kontrak merupakan suatu peristiwa yang konkrit dan dapat dinikmati, baik itu kontrak yang dilakukan secara tertulis maupun tidak tertulis. Hal ini berbeda dari kegiatan yang tidak konkret, tetapi abstrak atau tidak dapat dinikmati karena perikatan itu hanya merupakan akibat dari adanya kontrak kerjasama tersebut yang menyebabkan orang atau para pihak terikat untuk memenuhi apa yang diperjanjikan.

24Kamus Besar Bahasa Indonesia

, Balai Pustaka, Jakarta, 1999, hal. 1006.

25

(33)

Pada dasarnya kontrak kerjasama harus dibuat berdasarkan kesepakatan bersama sesuai dengan syara-syarat sah perjanjian didalam Pasal 1320 KUH Perdata yaitu pemenuhan syarat subjektif dan syarat objektif, bertujuan untuk melaksanakan prestasi tidak bertentangan dengan peraturan hukum yang berlaku sebagaimana ketentuan dalam Pasal 1337 KUH Perdata.

Namun adakalanya “kedudukan” dari kedua belah pihak dalam bernegosiasi tidak seimbang, yang pada akhirnya melahirkan suatu perjanjian yang tidak terlalu menguntungkan bagi salah satu pihak yaitu pihak yang tergolong lemah. Hal ini terjadi dalam perjanjian kerjasama antara produsen pupuk dengan distributor yang didalamnya mengatur tugas dan tanggung jawab dalam penyaluran pupuk bersubsidi daerah sumatera utara pada khususnya.

Bentuk kerjasama ini terdapat adanya klausula dalam Pasal perihal tugas dan tanggung jawab para pihak, menunjukkan adanya ketidakseimbangan artinya salah satu pihak yaitu distributor itu sendiri merasa diberatkan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perjanjian yang dibuat Produsen PT. Pupuk Sriwidjaja dengan distributor dapat digolongkan dalam jenis perjanjian baku.

(34)

Salim HS mengatakan bahwa : “Istilah perjanjian baku berasal dari terjemahan dari bahasa inggris, yaitu standard contract”. Standar kontrak merupakan perjanjian yang telah ditentukan dan telah dituangkan dalam bentuk formulir kontrak. Kontrak inilah telah ditentukan secara sepihak oleh salah satu pihak, terutama pihak ekonomi kuat terhadap pihak ekonomi lemah26.

Mariam Darus Badrulzaman juga mengemukakan ciri-ciri perjanjian baku adalah sebagai berikut :

1. Isinya ditetapkan secara sepihak oleh pihak yang posisinya (ekonominya) kuat. 2. Masyarakat (debitur) sama sekali tidak ikut bersama-sama menentukan isi dalam

perjanjian tersebut.

3. Terdorong oleh kebutuhannya debitur terpaksa menerima perjanjian itu. 4. Bentuk tertentu (tertulis).

5. Dipersiapkan secara massal dan kolektif.27

Dari uraian di atas jelaslah bahwa hakikat perjanjian baku merupakan perjanjian yang telah distandarisasi isinya oleh pihak ekonominya yang lebih kuat, sedangkan pihak lainnya hanya diminta untuk menerima atau menolak isi perjanjiannya. Apabila pihak distributor menerima isi perjanjian maka ia menandatangani perjanjian kerjasama dengan produsen tersebut, tetapi apabila ia menolak maka perjanjian itu dianggap tidak pernah ada, karena distributor tidak menandatangani perjanjian tersebut. Pada kenyataan yang sering terjadi pihak

26 Salim, Op.Cit, hal 40

(35)

distributor menerim isi perjanjian karena adanya dorongan atau paksaan untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga pihak distributor menerima adanya tawaran dari pihak yang lebih kuat yaitu pihak produsen.

Berdasarkan uraian diatas jelaslah unsur-unsur dalam perjanjian baku itu yaitu: (1) diatur oleh kreditur atau ekomoni kuat, (2) dalam bentuk formulir (tertulis), dan (3) adanya klausul-klausul eksonerasi atau pengecualian. Oleh karena itu agar para pihak yang mengadakan perjanjian menjadi seimbang, perlu adanya penyesuaian kehendak para pihak, kepercayaan para satu sama lain, pernyataan para pihak karena hal sangat mempunyai keterkaitan yang sangat penting untuk hubungan kontraktual.

Perbuatan hukum yang mengikat antara pihak produsen dengan distributor memakai dasar hukumnya terdapat dalam Buku III KUH Perdata yaitu pengaturan perikatan pada umumnya. Kontrak kerjasama yang dilakukan ini adalah berjenis kontrak tidak bernama (innominaat) yang diatur diluar KUH Perdata, tetapi dapat dicari dasar hukumnya dari perbuatan perjanjian kerjasama ini dengan menafsirkan asas kebebasan berkontrak. Hal mana hukum kontrak innominaat merupakan bagian dari hukum kontrak pada umumnya yang diatur dalam Buku III KUH Perdata.

(36)

kontrak-kontrak yang sering timbul dan berkembang dikalangan masyarakat, salah satunya karena adanya perjanjian kerjasama itu.

Sistem pengaturan kontrak innominaat juga sama dengan sistem pengaturan hukum kontrak yaitu open system, artinya bahwa setiap orang bebas untuk mengadakan perjanjian, baik yang sudah diatur maupun yang belum diatur dalam undang-undang. Hal ini dapat ditegaskan dan disimpulkan dari ketentuan Pasal 1338 Ayat (1) KUH Perdata yang menyatakan : “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.28

Ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata memberikan kebebasan kepada para pihak untuk :

1. Membuat atau tidak membuat perjanjian. 2. Mengadakan perjanjian dengan siapapun.

3. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan dan persyaratannya. 4. Menentukan bentuk perjanjian, yaitu tertulis maupun lisan.

Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali kecuali dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena selain adanya alasan-alasan oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu. Adapun yang menjadi objek hukum perjanjian kerjasama ini berupa pupuk berjenis urea milik produksi PT. Pupuk Sriwidjaja bersubsidi dari pemerintah bertujuan untuk menyalurkan pupuk program pemerintah kepada kelompok petani untuk kepentingan lahan pertanian, dimana proses penyalurannya

28

(37)

melalui bantuan distributor berdasarkan syarat-syarat penunjukkan distributor yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia, dengan syarat-syarat memenuhi sebagai distributor resmi atau pelanggan tetap PT.Pupuk Sriwidjaja.

Dalam kehidupan masyarakat sering terjadinya hubungan kontrak kerjasama, sebagaimana dalam penelitian ini membahas kontrak kerjasama antara produsen pupuk dengan distributor, harus memperhatikan segala ketentuan yang berlaku dan perlu dijaga segala prinsip umum dalam hukum kontrak tersebut. Dengan demikian hak dan kewajiban para pihak akan terlindungi.29 Jika antara kepentingan hak dan kewajiban para pihak tidak dijalankan dengan ketidakseimbangan, maka akan terjadinya suatu konflik atau perselisihan kepentingan para pihak tersebut, sehingga menimbulkan perbuatan wanprestasi atau perbuatan melanggar hukum.

Perbuatan wanprestasi atau ingkar janji, dapat diketahui menurut R. Setiawan mengemukakan 3 (tiga) macam bentuk wanprestasi sebagai berikut30:

a. Tidak memenuhi prestasi sama sekali. b. Terlambat memenuhi prestasi.

c. Memenuhi prestasi secara tidak baik.

2. Konsepsi

Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori, peranan konsepsi dalam penelitian (karya ilmiah) ini untuk menghubungkan teori dan observasi, antara

29

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perjanjian, Penerbit Alumni, Bandung, 1986.

30

(38)

abstraksi dan kenyataan. Konsep diartikan sebagai kata yang menyatukan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus yang disebut defenisi operasional31.

Pentingnya defenisi profesional adalah untuk menghindari perbedaan pengertian atau penafsiran mendua (dubius) dari suatu istilah yang dipakai.32 Kegunaan dari adanya konsepsi agar supaya ada pegangan dalam melakukan penelitian atau penguraian, sehingga dengan demikian memudahkan bagi orang lain untuk memahami batasan-batasan atau pengertian-pengertian yang dikemukakan.

Konsep merupakan alat yang dipakai oleh hukum disamping yang lain-lain, seperti asas dan standar. Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini harus didefenisikan beberapa konsep dasar, agar secara operasional diperoleh hasil dalam penelitian ini yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan33.

a. PT. Pupuk Sriwidjaja (PUSRI).

PT. Pusri (Pupuk Sriwidjaja) merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berbentuk perseroan dalam memproduksi dan memasarkan pupuk bersubsidi dalam operasinya tetap memperhatikan aspek mutu kepada pelanggan dan masyarakat melalui produk dan pelayanan yang berkulitas yang dilaksanakan atas dasar program Pemerintah Republik Indonesia disektor pertanian. 34

b. Distributor.

31 Samadi Suryabrata, Metodelogi Penelitian, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998, hal.3 32Ibid.

33

Bambang Waluyo, Penelitian Hukum, Ghalian Indonesia, Jakarta, 1998, hal 30.

34

(39)

Pengertian distributor, dalam kamus hukum tidak ada ditemukan defenisi distributor. Defenisi distributor dalam Keputusan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 07/M-DAG/PER/2/2009 bahwa : “Distributor adalah perusahaan perorangan atau badan usaha, baik berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang ditunjuk oleh Produsen untuk melakukan pembelian, penyimpanan, penyaluran, dan penjualan pupuk bersubsidi dalam partai besar di wilayah tanggung jawabnya untuk dijual kepada kelompok tani melalui bantuan pengecer yang ditunjuknya.35 c. Produsen.

Selain adanya pengertian distributor, hendak juga perlu mengetahui apa yang dimaksud dengan produsen itu sendiri. Pengertian “Produsen” menurut Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 50/Permentan/SR.130/11/2009, adalah : suatu perusahaan yang memproduksi dan/atau mengadakan pupuk an-organik (Urea, NPK, ZA, SP-36) dan pupuk organik di dalam negeri, yang terdiri dari PT. Pupuk Sriwidjaja (Pusri), PT. Pupuk kujang, PT. Pupuk Kalimantan Timur, PT. Pupuk Iskandar Muda (PIM) dan PT. Pupuk Gresik.

d. Perjanjian Kerjasama

adalah “persetujuan” yaitu suatu permufakatan atau kesepakatan para pihak untuk mengadakan prestasi, dan menimbulkan adanya suatu hubungan kontraktual (hak dan kewajiban) para pihak dalam mencapai tujuan bersama.

e. Akibat Hukum

35

(40)

Akibat hukum adalah suatu resiko yang ditimbulkan akibat terjadinya suatu pelanggaran dari peraturan hukum yang berlaku, mengakibatkan lahirnya sanksi hukum terhadap si pelanggar.

G. Metode Penelitian

1. Sifat dan Jenis Penelitian

Penelitian adalah pencarian atas sesuatu (inqury) secara sistematis dengan penekanan bahwa pencarian ini dilakukan terhadap masalah-masalah yang dapat dipecahkan”36. Penelitian Hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk menempel gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya37.

Sifat penelitian dalam penulisan ini bersifat deskriptif analitis, artinya penelitian ini merupakan penelitian yang menggambarkan secara terperinci dan sistematis, serta menganalisa mengenai pelaksanaan perjanjian kerjasama kemudian melakukan penyusunan, pengolahan dan penilaian terhadap data-data yang ditemukan secara cermat bagaimana menjawab permasalahan yang diteliti38.

Sedangkan jenis atau metode penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif, yaitu penelitian dilakukan dengan cara meneliti bahan kepustakaan (library research) atau data sekunder yang meliputi buku-buku serta norma-norma hukum yang terdapat pada peraturan perundang-undangan, asas hukum dan kaedah

36

Moh. Nazir, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1998, hal. 13

37

Soemitro Ronny Hanitijo, Metode Penelitian Hukum Ghalian Indonesia, Jakarta,1982,hal 1.

38

(41)

hukum serta mengkaji peraturan perundang-undangan, putusan pengadilan dan bahan hukum lainnya untuk mencari jawaban dari permasalahan yang diteliti.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Medan tepatnya pada kantor cabang pemasaran PT. Pusri Medan (Sumatera Utara). Peneliti memilih lokasi tersebut karena kantor pemasaran PT. PUSRI Cabang Medan melakukan kegiatan kerjasama dengan distributor pupuk bertujuan menyalurkan pupuk bersubsidi kepada kelompok petani.

3. Sumber Data

Data penelitian ini dapat diperoleh dengan mengumpulkan bahan-bahan hukum dijadikan sebagai bahan penelitian untuk memperoleh data, terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu sebagai berikut :

a. Bahan Hukum Primer.

Untuk memperoleh data primer dilakukan dengan cara mengadakan wawancara secara langsung terhadap staf atau karyawan Pada PT. Pusri dan pihak distributor pupuk untuk melengkapi dan mendukung data-data ini, agar penelitian menjadi lebih sempurna.

b. Bahan Hukum Sekunder.

(42)

c. Bahan Hukum Tersier.

Data tertier yaitu data yang memberikan petunjuk dan juga penjelasan terhadap data primer dan data sekunder yang berupa kamus, ensiklopedia, majalah, surat kabar dan jurnal-jurnal, laporan-laporan ilmiah yang akan dianalisis dengan tujuan untuk memahami lebih dalam penelitian ini.

4. Metode dan Alat Pengumpulan Data.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research). Dalam penelitian kepustakaan bertujuan untuk menghimpun data-data yang berasal dari buku-buku, peraturan perundang-undangan, jurnal ilmiah maupun majalah-majalah yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. Dalam hal studi dokumentasi juga diperlukan dengan cara memperoleh data melalui pengkajian dan menelaah dokumen-dokumen yang berkaitan dengan perjanjian kerjasama.

Penelitian studi lapangan bertujuan untuk mengumpulkan data-data akurat yang dilakukan dikantor PT. Pupuk sriwidjaja PPD Sumatera Utara, kota Medan. Dalam memperoleh data penelitian ini dilakukan dengan cara berdasarkan wawancara langsung melalui narasumber terakit dan melakukan pengamatan diberbagai aspek guna memperoleh data yang lebih akurat dan sempurna.

Alat pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara yaitu : 39

39

(43)

a. Studi dokumen atau kepustakaan, yaitu dengan cara mempelajari peraturan perundang-undangan, teori-teori, buku-buku, hasil penelitian, dan dokumen lain yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti.

b. Wawancara

Wawancara dilakukan secara langsung dan mendalam, terarah dan sistematis ditujukan kepada narasumber, untuk mengumpulkan bahan penelitian berupa data kebenaran atau objektif secara konkrit dan jelas melalui narasumber didalam penelitian ini adalah beberapa staf atau karyawan PT. Pupuk Sriwidjaja dengan distributor yang bersangkutan. Narasumber tersebut diambil dari beberapa responden yang terkait terdiri dari :

1). Supervisor Pengadaan dan Penjualan : Bapak Mulya Putra Nanda,SE. 2). Staf Asisten Supervisor Pemasaran Pupuk : Bapak Hermansyah Aziz. 3). Staf Pengadaan dan Penjualan pupuk : Edy Maradona,H, S.Kom. 4). Distributor Pupuk : Bapak Agung T.Adityawarman. 5. Analisis Data

(44)

6. Jadwal Rencana Penelitian

Agar penelitian ini dapat dilaksanakan dengan maksimal, maka diperlukan adanya perencanaan dan penggunaan waktu yang efisian. Penelitian ini direncanakan berlangsung selama 4 (empat) bulan dan diharapkan dapat selesai tepat pada waktunya. Adapun jadwal penelitian ini direncanakan dengan tahap sebagai berikut :

a. Tahap persiapan selama 1 (satu) bulan b. Penelitian selama 1 (satu) bulan c. Analisis data selama 1 (satu) bulan d. Penulisan tesis selama 1 (satu) bulan

Bulan

Februari Maret April Mei

No Keterangan

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Tahap persiapan

(45)

BAB II

BENTUK KERJASAMA ANTARA PRODUSEN PT. PUSRI DENGAN DISTRIBUTOR PUPUK DALAM MENYALURKAN PUPUK

(Cabang PPD Sumatera Utara)

A.Gambaran Umum Produsen PT. Pupuk Sriwidjaja (PUSRI) Cabang PPD Sumatera Utara

Pupuk Urea merupakan salah satu produk strategis yang sangat penting peranannya dalam menunjang produksi pertanian.

Kebijaksanaan pemerintah Republik Indonesia membangun pabrik urea dalam jumlah yang cukup dirasakan sangat tepat yang dibuktikan dengan berhasilnya Indonesia mencapai serta mempertahankan swasembada pangan, dan bahkan untuk beberapa tahun belakangan ini jumlah produksi urea Indonesia selain sudah dapat memenuhi kebutuhan pupuk urea dalam negeri juga telah mempunyai kelebihan untuk dapat diekspor ke berbagai negara.

Membicarakan keberadaan PT. Pupuk Sriwidjaja Kantor Pemasaran Pupuk Daerah Sumatera Utara, yang didirikan pada tanggal 24 desember 1959 dikantor Notaris Eliza Pondag dengan nomor 177, diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia pada tanggal 7 juni 1960, penggunaan nama Sriwidjaja dimaksudkan untuk kejayaan pertama di Indonesia.

(46)

membagi perusahaan jawatan Pupuk Sriwidjaja dialihkan dalam bentuk usahanya menjadi perusahaan perseroan (Persero) dengan Akta Notaris bernama “Soeleman Ardjasasmita” di Jakarta No.4 Pada bulan Januari 1970, disahkan pendiriannya yang berkedudukan di Palembang.

Dalam Rangka penyaluran dan penjualan pupuk untuk mencapai tingkat pemasaran yang diharapkan dilakukan usaha melalui kegiatan promosi, penyuluhan dan popularisasi. Untuk meningkatkan kelancaran usaha penyaluran pupuk ke daerah dan mengerahkan kegiatan untuk persiapan program pemasaran dimasa mendatang, maka Direksi PT.Pusri dengan surat keputusan No. KPTS/Dir/001/1970 pada tanggal 3 Januari 1970 telah membentuk kantor-kantor pemasaran wilayah yang berjumlah 25 kantor.

Sedangkan PT. Pupuk Sriwidjaja Kantor Pemasaran Daerah Sumatera Utara yang berkedudukan di Medan merupakan salah satu cabang pemasaran yang bertugas untuk menyalurkan pupuk ke seluruh daerah Sumatera Utara sesuai dengan daerah pendistribusian pupuk yang merupakan tanggung jawab masing-masing sesuai dengan peraturan pelaksanaannya.

(47)

seorang area manager pemasaran pupuk yang bertanggung jawab kepemimpinan pusat di Palembang.

Dengan demikian terdapat adanya tugas dan tanggung jawab dari seorang Produsen PT. Pupuk Sriwidjaja adalah :

1. Produsen wajib mengutamakan pengadaan pupuk bersubsidi untuk memenuhi kebutuhan sektor pertanian.

2. Produsen wajib melaksanakan pengadaan dan penyaluran pupuk di wilayah tanggung jawabnya.

3. Produsen wajib melayani permintaan pupuk bersubsidi sesuai dengan permintaan dari pihak kedua dari gudang pelayanan yang ditetapkan oleh produsen.

4. Melaksanakan program penyuluhan atau promosi bersama dinas terkait dengan pihak kedua guna menunjang program ketahanan pangan di daerah.

5. Produsen setiap bulan wajib menyampaikan rencana pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi untuk periode 3 (tiga) bulan ke depan disetiap wilayah tanggung jawabnya kepada Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Departemen Perdagangan, Direktur Jenderal Industri Agro dan Kimia, Departemen Perindustrian serta Direktur Jenderal Tanaman Pangan dan Departemen pertanian. 6. Produsen wajib menjamin kelancaran arus bidang melalui penyederhanaan

prosedur penebusan pupuk, dalam rangka mendukung kelancaran pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi.

(48)

8. Produsen yang belum memiliki gudang di Lini III pada kabupaten atau kota tertentu, dapat melayani distributornya dari gudang di Lini III kabupaten atau kota terdekat, sepanjang memenuhi kapasitas dan mempunyai kemampuan pendistribusiannya.

9. Produsen yang lokasi pabriknya di Lini II berada di wilayah kebupaten atau kota menjadi tanggung jawabnya dapat menetapkan sebahagian gudang di Lini II sebagai gudang di Lini III.

10.Penyaluran pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dilakukan dengan mempertimbangkan HET (Harga Eceran Tertinggi).

11.Produsen dapat memberikan sanksi kepada pihak kedua apabila pihak kedua terlambat dalam pembayaran, maka produsen berhak memberikan sanksi administratif atau pemberhentian kerja sama kepada pihak kedua.

12.Produsen wajib melakukan pemantauan dan pengawasan pelaksanaan pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi dari Lini I sampai dengan Lini IV sesuai dengan prinsip 6 (enam) yaitu jenis, jumlah, harga, tampat, waktu, dan mutu di masing-masing wilayah tanggung jawabnya.

B.Gambaran Umum Tentang Distributor

(49)

melakukan pembelian, penyimpanan, penjualan serta pemasaran pupuk urea dalam partai besar untuk dijual kepada konsumen terakhir melalui pengecernya.”

Berdasarkan hal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa distributor itu merupakan :

1. Badan usaha yang bertindak untuk dan atas namanya sendiri. 2. Membeli dari produsen dan menjual kembali kepada konsumen.

Distributor berbeda dengan keagenan, meskipun didalam teori hukum maupun praktek ditujukan untuk pengertian agen atau distributor. Meskipun banyak istilah digunakan untuk pengertian agen ini, tetapi istilah “agen” (dalam bahasa inggris disebut “agent”) lebih sering digunakan dalam literatur dan lebih mempunyai karakteristik yang umum.40

Dalam kegiatan bisnis seseorang atau pihak agen diberi kuasa bertindak untuk dan atas nama orang atau pihak principal untuk melaksanakan transaksi bisnis dengan pihak lain.41 Sedangkan seorang distributor tidak bertindak untuk dan atas nama pihak yang menunjuknya sebagai distributor (biasanya supplier, atau manufacture).

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa antara agen dengan distributor memilih adanya perbedaan-perbedaan prinsipil adalah sebagai berikut :

a. Hubungan dengan principal.

40

Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Global, (Bandung : Citra Adyta bakti, 2002), hal 243.

41

(50)

Hubungan principal berbeda antara agen dengan distributor. Seorang agen akan menjual barang atau jasa untuk dan atas nama pihak principalnya, sementara seorang distributor bertindak untuk dan atas namanya sendiri (Independent Tender).42

b. Pendapatan perantara.

Pendapatan seorang agen adalah berupa komisi dari hasil penjualan barang atau jasa kepada konsumen, sementara bagi distributor, pendapatannya adalah berupa laba dari selisih harga beli (dari principal) dengan harga jual kepada konsumen.43 c. Pengiriman barang.

Dalam hal keagenan barang dikirim langsung dari principal kepada konsumen, sedangkan dalam hal distribusi, barang dikirim kepada distributor dan baru dari distributor dikirim kepada konsumen. Jadi dalam hal distribusi, pihak principal bahkan tidak mengetahui siapa konsumen itu.44

d. Pembayaran harga barang.

Pihak principal akan langsung menerima pembayaran harga dari pihak konsumen tanpa melalui agen, sedangkan dalam hal distribusi, pihak distributorlah yang menerima harga bayaran dari konsumen.45

Dengan kata lain, distributor merupakan badan usaha yang sah ditunjuk oleh produsen untuk melakukan pembelian, penyimpanan, penjualan serta pemasaran

42

Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Global, (Bandung Citra Adyta bakti, 2002) hal 244.

43Ibid

.

44Ibid. 45

(51)

pupuk bersubsidi dalam partai besar untuk dijual kepada petani melalui bantuan pengecernya.46

Dari defenisi diatas dapat diketahui bahwa untuk melakukan pembelian, penyimpanan, penjualan serta pemasaran, produsen menunjuk distributor. Untuk dapat ditunjuk sebagai seorang distributor harus memenuhi persyaratan penunjukan sebagai distributor.

Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia dengan Nomor 21/M-DAG/PER/6/2008 menyebutkan persyaratan penunjukan sebagai seorang Distributor. Adapun Persyaratan Penunjukan Distributor adalah sebagai berikut :

1. Distributor dapat berbentuk usaha perorangan atau badan usaha baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum.

2. Bergerak dalam bidang usaha perdagangan umum.

3. Memiliki pengalaman sebagai pedagang pupuk minimal 2(dua) musim tanam dan telah menunjukkan kinerja distribusi yang baik sesuai dengan penilaian dari produsen.

4. Memiliki kantor dan pengurus yang aktif menjalankan kegiatan usaha perdagangan di tempat kedudukannya.

46

Menteri Pedagangan Republik Indonesia Nomor 21/M-DAG/PER/6/2008, Tentang

Gambar

TABEL  II Kasus Pelanggaran-Pelanggaran Hukum Akibat Tidak Memenuhi Kewajiban

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penulisan ini adalah untuk menggambarkan potensi tumbuhan obat pada beberapa kawasan hutan di Kalimantan, pemanfaatannya oleh masyarakat secara tradisional dan upaya

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan persepsi siswa terhadap kemampuan guru menggunakan metode dan media pembelajaran dengan hasil belajar

Pelaksanaan koordinasi kegiatan dan kerjasama teknis dengan pihak lain yang berhubungan dengan bidang pendidikan, kebudayaan, kepemudaan dan olah raga yang

Menurut Daniel, sekarang nilai tukar tampaknya menjadi alat moneter tunggal yang dapat digunakan secara bersamaan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan melindungi

Meningkatnya peran LIPI dalam pergaulan dunia internasional melalui peningkatan kerjasama Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi dengan lembaga litbang dan

Coaxcial Cable, UTP Cable, STP Cable, Fiber Optic Cable merupakan media pentrasferan yang menggunakan kabel, sedangkan Bluetooth dan infra merah merupakan media pentrasferan data

Faktor personal adalah faktor yang berada pada diri sendiri. Faktor personal antara lain sifat dan bakat. Selain itu harga diri, efikasi diri, dan kemampuan

Narasi tidak menulis dimana mereka berada, tetapi dengan CG ini, jelas mereka berada di suatu tempat yang gelap setelah ditangkap dan keadaan keduanya tidak baik-baik saja,