• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Sensitifitas Respon Konsumen Pada Perluasan Merek (brand extension) Sabun Mandi Merek Lifebuoy (Studi Kasus Mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Sensitifitas Respon Konsumen Pada Perluasan Merek (brand extension) Sabun Mandi Merek Lifebuoy (Studi Kasus Mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara)."

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-1 EKSTENSI MEDAN

ANALISIS SENSITIFITAS RESPON KONSUMEN PADA

PERLUASAN MEREK (BRAND EXTENSION)

SABUN MANDI MEREK LIFEBOY

(Studi Kasus Mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara)

DRAFT SKRIPSI

OLEH

RIKA INDAH SARI YANTI 060521034

MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan

(2)

ABSTRAK

Rika Indah Sari Yanti, 2009. Analisis Sensitifitas Respon Konsumen Pada Perluasan Merek (brand extension) Sabun Mandi Merek Lifebuoy (Studi Kasus Mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara), dibawah Bimbingan Dr. Endang S. Rini M.Si, Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe SE. M.Si (Ketua Departemen Manajemen), Dr. Yeni Absah SE, M.Si (Penguji I), dan Dr. Beby Kaerina SE, MM (Penguji II).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis besarnya tingkat sensitifitas dan arah respon konsumen pada perluasan merek (brand

extension) sabun mandi merek Lifebuoy pada Mahasiswa Fakultas Ilmu

Komputer Universitas Sumatera Utara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif, metode analisis sensitivitas respon dan metode statistik yaitu, uji validitas dan reliabilitas dengan bantuan

SPSS 16,00 for windows.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 37,74% dari responden adalah umur 19 tahun dan 75,47% dari konsumen stambuk 2008. Tingkat sensitivitas respon konsumen terhadap perluasan merek (brand extenson) dari sabun mandi padat Lifebuoy ke sabun mandi cair adalah 6,28. Sensitivitas ini lebih besar dari 1 maka termasuk dalam ukuran sensitif. Dapat diketahui bahwa kekuatan respon pada sabun mandi cair Lifebuoy lebih besar dari pada kekuatan respon pada sabun mandi padat Lifebuoy. Hal ini dapat dilihat dari selisih pengurangan nilai yaitu sebesar 101. Ini menunjukkan bahwa arah respon konsumen terhadap perluasan merek (brand extension) dari sabun mandi padat Lifebuoy ke sabun mandi cair Lifebuoy adalah positif. Adanya perluasan merek dari sabun mandi padat Lifebuoy ke sabun mandi cair

Lifebuoy mampu membuat respon sensitif dan responden juga memberikan

sikap positif untuk menggunakan sabun mandi cair Lifebuoy.

(3)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan berkah, rahmat, hidayah serta petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya dan semua sahabat-sahabatnya yang telah berjuang dan membawa kita kepada jalan yang benar. Penulis juga menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang tulus kepada Ayahanda H. Rohim dan Ibunda Hj. Ngatiyem atas cinta kasih, pengorbanan, dukungan, serta do’anya yang selalu diberikan kepada penulis.

Skripsi ini merupakan tugas akhir penulis sebagai salah satu syarat guna menyelesaikan pendidikan program studi S-1 pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dengan judul : “Analisis Sensitifitas Respon Konsumen Pada Perluasan Merek (brand

Extension) Sabun Mandi Merek Lifebuoy” (studi kasus Mahasiswa Fakultas

Ilmu Komputer Univerrsitas Sumatera Utara).

Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan yang diberikan dalam bentuk sumbangan pikiran, tenaga, waktu dan materi yang tidak dapat diukur. Dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada:

(4)

2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah meluangkan waktu dan memberikan banyak masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA selaku Sekertaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Endang S. Rini, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan memberikan pengarahan seta memberikan banyak masukan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Dr. Yeni Absah SE, M.Si, selaku Dosen Penguji I yang telah meluangkan banyak waktu, pemikiran, saran serta banyak masukan demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Ibu Dr. Beby Kaerina SE, MM, selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan banyak waktu, pemikiran, saran serta banyak masukan demi kesempurnaan skripsi ini.

7. Bapak Bongsu Hutagalung M.Si selaku Dosen Wali yang telah membantu dan memotivasi penulis untuk meningkatkan prestasi belajar pada setiap semester selama penulis aktif dalam perkuliahan.

8. Seluruh dosen tercinta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

(5)

10.Terima kasih pada PT. Unilever,Tbk Medan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

11.Saudaraku tercinta: Kakanda Sri Dewi Hartini AMkeb dan Adinda Rikwan Yusuf yang selama ini selalu menjadi bagian yang terpenting dalam hidup penulis dan selalu ada dalam suka dan duka.

12.For someone who always support me everytime, thank you.

13.Kepada sahabat-sahabatku Kiki, K’ Imel, Fina, Oksi, Asri, Irma dan semua anak-anak M’06 Ekstension tanpa terkecuali yang telah mendoakan, membantu, memberikan semangat yang tiada henti bagi penulis selama perkuliahan hingga selesai mengerjakan skripsi ini.

14.Kepada temen-temen seperjuangan Genk Ronggenk Ndah, Lisa, O’oy, Adq, Lili, Dd’, Desi juga B’ Denny serta Roemah Chocolate terima kasih atas bantuan dukungannya.

15.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam penyelesian skripsi ini.

Penulis menyadari kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh sebab itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan kekurangan dari skripsi ini. Kiranya skripsi ini dapat menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kita dan menjadi masukan bagi dunia pendidikan.

Medan, Oktober 2009 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

1. Variabel Dan Defenisi Operasional Variabel ... 8

2. Skala Pengukuran ... 9

D. Hubungan Perilaku Konsumen Dengan Respon Konsumen ... 17

E. Dimensi-Dimensi Konsumen ... ... 17

K. Hubungan Antara Konsep : Sensitivitas Respon Konsumen ... 29

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 32

A.Sejarah Perusahaan ... 32

B. Perkembangan Perusahaan ... 32

1. Misi Unilever ... 32

2. Produk-Produk Unilever ... 33

C. Prestasi dan Penghargaan Unilever ... 35

(7)

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 39

A. Uji Validitas dan Reabilitas ... 39

1. Uji Validitas 1 ... 39

2. Uji Validitas 2 ... 41

3. Uji Reliabilitas ... 42

B. Analisis Deskriptif ... 42

1. Identitas Responden ... 43

2. Deskriptif Variabel ... 44

C. Analisis Sensitivitas ... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

A.Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 80

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Top Brand Index

Tabel 1.2 : Brand Value Sabun Mandi Padat Tabel 1.3 : Brand Value Sabun Mandi Cair Tabel 1.4 : Jumlah Penjualan

Tabel 1.5 : Instrumen Skala Likert

Tabel 2.1 : Tingkatan-Tingkatan Respon Positif Tabel 2.2 : Tingkatan-Tingkatan Respon Negatif Tabel 4.1 : Item-Total Statistik

Tabel 4.2 : Item-Total Statistik Tabel 4.3 : Reliability Statistics Tabel 4.4 : Umur Responden

Tabel 4.5 : Jenis Kelamin Responden Tabel 4.6 : Stambuk Responden

Tabel 4.7 : Distribusi Pendapat Responen Terhadap Sabun Mandi Padat Lifebuoy Tabel 4.8 : Distribusi Pendapat Responen Terhadap Sabun Mandi Cair Lifebuoy Tabel 4.9 : Distribusi Pendapat Responen Terhadap Kesadaran (Brand Awarness) Tabel 4.10 : Distribusi Pendapat Responen Terhadap Pengetahuan (Knowledge) Tabel 4.11 : Distribusi Pendapat Responen Terhadap Kesukaan (Liking)

Tabel 4.12 : Distribusi Pendapat Responen Terhadap Kecenderungan (Preference) Tabel 4.13 : Distribusi Pendapat Responen Terhadap Keyakinan (Conviction) Tabel 4.14 : Distribusi Pendapat Responen Terhadap Pembelian (Purchase)

Tabel 4.15 : Distribusi Pendapat Responen Terhadap Kesadaran (Brand Awarness) Tabel 4.16 : Distribusi Pendapat Responen Terhadap Pengetahuan (Knowledge) Tabel 4.17 : Distribusi Pendapat Responen Terhadap Kesukaan (Liking)

Tabel 4.18 : Distribusi Pendapat Responen Terhadap Kecenderungan (Preference) Tabel 4.19 : Distribusi Pendapat Responen Terhadap Keyakinan (Conviction) Tabel 4.20 : Distribusi Pendapat Responen Terhadap Pembelian (Purchase) Tabel 4.21 : Kekuatan Respon Pada Sabun Mandi Padat Lifebuoy

Tabel 4.22 : Kekuatan Respon Pada Sabun Mandi Cair Lifebuoy

Tabel 4.23 : Kekuatan Respon Perluasan Merek Sebelum Perubahan (R0) dan Sesudah Perubahan (R1)

Tabel 4.24 : Kekuatan Stimulus Pada Sabun Mandi Padat Lifebuoy Tabel 4.25 : Kekuatan Stimulus Pada Sabun Mandi Cair Lifebuoy

(9)

DAFTAR GAMBAR

(10)

ABSTRAK

Rika Indah Sari Yanti, 2009. Analisis Sensitifitas Respon Konsumen Pada Perluasan Merek (brand extension) Sabun Mandi Merek Lifebuoy (Studi Kasus Mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara), dibawah Bimbingan Dr. Endang S. Rini M.Si, Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe SE. M.Si (Ketua Departemen Manajemen), Dr. Yeni Absah SE, M.Si (Penguji I), dan Dr. Beby Kaerina SE, MM (Penguji II).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis besarnya tingkat sensitifitas dan arah respon konsumen pada perluasan merek (brand

extension) sabun mandi merek Lifebuoy pada Mahasiswa Fakultas Ilmu

Komputer Universitas Sumatera Utara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif, metode analisis sensitivitas respon dan metode statistik yaitu, uji validitas dan reliabilitas dengan bantuan

SPSS 16,00 for windows.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 37,74% dari responden adalah umur 19 tahun dan 75,47% dari konsumen stambuk 2008. Tingkat sensitivitas respon konsumen terhadap perluasan merek (brand extenson) dari sabun mandi padat Lifebuoy ke sabun mandi cair adalah 6,28. Sensitivitas ini lebih besar dari 1 maka termasuk dalam ukuran sensitif. Dapat diketahui bahwa kekuatan respon pada sabun mandi cair Lifebuoy lebih besar dari pada kekuatan respon pada sabun mandi padat Lifebuoy. Hal ini dapat dilihat dari selisih pengurangan nilai yaitu sebesar 101. Ini menunjukkan bahwa arah respon konsumen terhadap perluasan merek (brand extension) dari sabun mandi padat Lifebuoy ke sabun mandi cair Lifebuoy adalah positif. Adanya perluasan merek dari sabun mandi padat Lifebuoy ke sabun mandi cair

Lifebuoy mampu membuat respon sensitif dan responden juga memberikan

sikap positif untuk menggunakan sabun mandi cair Lifebuoy.

(11)

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan jurnal penelitian yang dilakukan oleh Diah Darmayanti pada tahun 2007 dengan judul ”Analisa Sensitivitas Respon Konsumen Terhadap Ekstensifikasi Merek (brand extension) Pada Margarine Merek Filma di Surabaya”, dimana pada penelitian tersebut diperoleh dua kesimpulan. Kesimpulan pertama adalah respon konsumen atas brand extension dari minyak goreng ke margarine Filma adalah 5,86. Oleh karena sensitivitas ini lebih besar dari satu maka termasuk dalam ukuran sensitif, berdasarkan hukum elastisitas (sensitivitas) semakin mendekati angka nol (0). Dengan demikian responden yang telah memakai minyak goreng Filma, dengan adanya margarine menjadi sensitif atau merespon dengan pengenalan, pengetahuan, kesukaan, pilihan, keyakinan dan keputusan pembelian terhadap margarine filma. Kesimpulan yang kedua adalah oleh karena nilai kekuatan respon dan atribut lebih tinggi pada margarine Filma maka arah perubahan adalah positif.

(12)

B. Pengertian Perilaku Konsumen

Menurut American Marketing Association ”Perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara afeksi dan kognisi, perilaku dan lingkungannya dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup mereka...” Sedangkan menurut Nugroho (2003:3) : ”Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa, temasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini.”

Berdasarkan kedua defenisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen dalam memilih maupun membeli suatu produk pasti melalui proses yang cukup rumit. Dikatakan rumit karena banyak variasi produk yang memungkinkan konsumen sulit dalam pembuatan keputusan. Maka dari itu, salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mempengaruhi keputusan konsumen adalah dengan melakukan bauran pemasaran (marketing

mix), bisa berupa perubahan produk beserta elemen-elemennya atau melalui

penyampaian kata-kata, gambar, atau simbol yang berkaitan dengan produk yang ditawarkan pada konsumen. Kegiatan bauran pemasaran tersebut pada akhirnya dapat mempengaruhi persepsi konsumen.

C. Pengertian Respon

(13)

konsumen dalam melakukan pembelian terhadap suatu produk. Menurut Simamora (2003:126) : ”Respon adalah reaksi konsumen terhadap stimuli tertentu.” Sedangkan menurut Loudon dan Bitta (dalam Anwar,2000:4) : ”Respon merupakan hasil aktivitas individu sebagai reaksi dari adanya stimulus”. ”Stimuli atau stimulus adalah setiap bentuk fisik, visual atau komunikasi verbal yang dapat mempengaruhi tanggapan individu (Nugroho,2005:160).”

Berdasarkan defenisi diatas, dapat dilihat bahwa respon itu timbul bila ada stimuli yang kemudian ditanggapi sehingga timbul keinginan untuk bertindak. Respon hanya akan ada bila digambarkan dalam bentuk perilaku lisan dan perilaku perbuatan. Lalu timbul proses evaluasi yang menentukan apakah menerima atau tidak menolak terhadap obyek atau produk yang dihadapi.

D. Hubungan Respon Konsumen dan Perilaku Konsumen

Respon hanya salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang, tetapi dalam keputusan tertentu faktor-faktor lain mungkin lebih berpengaruh dibanding respon. Implikasi pemasaran dari hubungan respon dan perilaku berkaitan dengan pengukuran komponen-komponen kognitif (berpikir) dan afektif (perasaan) dari respon pembeli, hasil pengukuran dapat didayagunakan untuk meramalkan perilaku.

E. Dimensi-dimensi Respon

(14)

a. Tahap

Respon konsumen terhadap suatu produk melewati beberapa tahap, menurut model AIDA. Tahap respon meliputi perhatian (attention), ketertarikan (interest), keinginan (desire), dan tindakan (action). Perhatian dapat diartikan sebagai perhatian konsumen terhadap produk atau jasa dari beberapa pilihan yang tersedia di pasar. Setelah konsumen melewati tahap perhatian, maka akan timbul minat atau ketertarikan terhadap produk atau jasa yang mempunyai kelebihan bibanding produk atau jasa yang lain. Ketertarikan terhadap produk atau jasa itu, membuat mempunyai keinginan atau hasrat yang kuat untuk melakukan pembelian. Hasrat yang timbul dalam diri konsumen dipengaruhi oleh stimuli-stimuli baik internal maupun eksternal (Simamora 2003:126). Tahap yang terakhir adalah tindakan , yaitu dimana konsumen akan melakukan tindakan pembelian dari produk atau jasa yang sudah dipilih, akan tetapi tidak menutup kemungkinan konsumen dapat membatalkan pembeliannya karena faktor tertentu.

b. Panjang

Panjang maksimal stimulus tergatung model apa yang digunakan. Dengn model Hierarchy-of-effect, panjang responnya adalah enam. Namun, tidak berarti bahwa respon yang menggunakan AIDA lebih pendek dari pada model Hierarchy-of-effect. Justru, panajang maksimal respon pada setiap model adalah sama. Begitu pula panjang minimal. Sebuah respon yang maksimal (action) dalam model AIDA adalah empat. Ini sama panjangnya dengan respon maksimal dalam model

(15)

c. Arah

Ada dua arah respon, yaitu positif dan negatif. Respon positif terjadi apabila respon mengarah pada perilaku yang diinginkan. Jika menggunakan model AIDA, respon positifnya adalah perhatian, berminat ingin dan bertindak. Sedangkan respon negatifnya adalah menjadi bingung, tidak berminat, tidak ingin, dan tidak bertindak.

d. Lebar

Lebar menyatakan seberapa besar respon yang terjadi ditiap tahap. Lebar maksimal tergantung pada skala yang digunakan. Banyaknya kelas tergantung kemapuan untuk membentuk kategori lebar respon. Yang perlu diperhatikan adalah perbedaan nyata, perbedaan ini harus bersifat bertingkat dan perbedaan tingkatan terjadi secara merata. Tingkatan-tingkatan responnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.1

Familiar brand Top-of mind

Knowledge Tahu sedikit Tahu banyak Tahu semuanya

Liking Cukup suka Suka Sangat suka

Preference Second brand alternatives

Together with other brand (divided brand preference)

The only once (top of hearth) alternative

Conviction Cukup yakin Yakin Sangat yakin

Purchase Sekedar mencoba

Pembeli teratur Pembeli teratur sekaligus mempromosikan produk kepada orang lain

(16)

Tabel 2.2

Tingkatan-Tingkatan Respon Negatif Tahap

Respon

Lebar = 1 Lebar = 2 Lebar = 3

Awareness Samar-samar (antara ingat dan lupa)

Lupa tetapi masih bisa diingat

Lupa sama sekali

Knowledge Cukup bingung Bingung Sangat bingung

Liking Cukup tidak suka Tidak suka Sangat tidak suka

Preference Merek yang tidak dipilih

Menghindari merek Memusuhi merek

Conviction Cukup tidak yakin Tidak yakin Sangat tidak yakin

Purchase Mengurangi Sumber : Simamora (2003:137)

Contoh Model Hierarchy Respon Model Hierarchy of Effect

Area Cognitive

Area Effective

Area Behavior

Sumber : Kotler (2003:568)

Gambar 2.1 Model Hierarchy of Effect

(17)

Menurut gambar 2.1 tahapan dalam model Hierarchy of Effect terdiri dari tiga area yaitu : (Kotler,2003:568)

1. Area Kognitif (Cognitive Area)

Area ini adalah area dimana konsumen menyadari akan kebenaran suatu produk atau jasa kemudian konsumen mulai mengerti dan mengetahui fungsi produk atau jasa tersebut. Area kognitif meliputi: a. Kesadaran (Brand Awarness)

Jika pasar sasaran belum mengenal produk, maka perusahaan perlu membuat promosi agar mereka mulai mengenal produk, maka perusahaan perlu membuat promosi agar mereka mulai mengenal produk. Dengan kata lain, pasar sasaran sadar bahwa produk itu ada. Kegiatan promosi seperti ini perlu untuk produk-produk baru. b. Pengetahuan (Knowledge)

Bisa saja pasar sasaran kenal, sadar atau ingat nama produk, tetapi tidak tahu banyak mengenai produk. Pengetahuan merupakan respon kedua setelah kesadaran. Jika mencapai tahap ini, tentu perusahaan harus membuat promosi yang informatif.

2. Area Efektif (Effective Area)

Area ini mencakup tahap dimana konsumen mulai timbul perasaan suka dan yakin akan produk atau jasa yang disukainya. Setelah produk atau jasa tersebut menjadi pilihannya untuk dikonsumsi. Area efektif meliputi:

a. Kesukaan (Liking)

(18)

model yang digunakan. Bisa saja pasar sasaran menyukai produk tetapi tidak menempatkannya lebih penting dibanding produk-produk lain yang sama.

b. Pilihan (Preference)

Jika target pasar sasaran sudah menempatkan produk sebagai pilihan pertama, maka pasar sasaran sudah sampai pada tahap preferensi dalam model.

c. Keyakinan (Conviction)

Bisa saja pasar sasaran sudah menjadikan produk sebagai pilihan, akan tetapi tidak memiliki keyakinan yang pasti mengenai produk, biasanya orang-orang akan lebih mempromosikan juga kepada orang lain. Sehingga perusahaan dapat memperoleh promosi gratis melalui komunikasi dari mulut ke mulut (word-of

mouth communication)

3. Area Tindakan (Behavior Area)

Area ini merupakan tahap akhir konsumen yaitu konsumen akan mulai melakukan pembelian, area ini adalah Pembelian (purchase). Inilah tahap terakhir dalam proses. Pada akhirnya, pasar sasaran yang sudah dikenal, tahu menjadikan produk sabagai pilihan dan yakin akan pilihannya akan membeli produk pada saat yang tepat.

e. Kekuatan

(19)

memperhatikan dua dimensi, yaitu panjang dan lebar. Dengan mengalikan kedua dimensi ini, maka akan diperoleh kekuatan respon.

f. Kecepatan

Kecepatan dalam memberikan respon berbeda-beda pada tiap konsumen. Ada yang sampai pada tahap pembelian begiru mendapat stimuli, adapula yang setelah waktu yang sangat lama baru melakukan pembelian. Bahkan, ada yang tidak sampai pada tahap pembelian sama sekali.

g. Lama bertahan

Ada respon sesaat, ada pula respon yang berlangsung dalam jangka waktu panjang. Dalam persepsi respon yang berlangsung sesaat dinamakan sensasi.

F. Persepsi konsumen

(20)

G. Sensitivitas Respon

Menurut Simamora (2003:201): ”Sensitivitas respon adalah tingkat perubahan respon sebagai damapak perubahan dihitung dengan persentase. Jadi, sensitivitas respon adalah persentase perubahan stimuli.”

H. Merek

Menurut American Marketing Assosiation dalam Rangkuti (2002:1), defenisi merek adalah sebagai berikut:

“Merek adalah nama, tanda, symbol, atau rancangan atau kombinasi dari hal-hal tersebut. Tujuan pembelian merek adalah untuk mengidentifikasi produk atau jasa yang dihasilkan sehingga berbeda dari produk atau jasa yang dihasilkan oleh pesaing”

Menurut Kotler (2003:575): “Merek adalah nama, istilah, tanda, symbol atau rancangan, atau kombinasi dari hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing.”

Menurut Rangkuti (2002:2): merek dapat juga dibagi dalam pengertian lainnya seperti:

1. Brand Name (nama merek) yang merupkan bagian dari yang dapat

diucapkan.

2. Brand Mark (tanda merek) yang merupakan sebagian dari merek yang

dapat dikenali namun tidak dapat diucapkan. Seperti lambang, desain huruf atau warna khusus.

3. Trade Mark (tanda merek dagang) yang merupakn merek atau sebagian

(21)

sesuatu yang istimewa. Tanda dagang ini melindungi penjual dengan hak istimewanya untuk menggunakan nama merek (tanda merek).

4. Copyright (hak cipta) yang merupakan hak istimewa yang dilindungi oleh

undang-undang untuk memproduksi, menerbitkan dan menjual karya tulis, karya musik atau karya seni.

I. Strategi Merek

Exiting Product New Product Category

Exiting Brand Line Extension Brand Extension

New Brand Multi Brand New Brand

Sumber : Kotler (2003:555) Gambar 2.2 Brand Strategy

Menurut Kotler (2003:556) perusahaan memiliki empat pilihan dalam hal strategi merek yang ditunjukkan pada gambar 2.2 yaitu:

1. Perluasan Lini (Line Extension)

Perluasan lini terjadi bila perusahaan memperkenalkan unit tambahan dalam kategori produk yang sama, biasanya dengan tampilan baru seperti rasa, bentuk, warna baru, tambahan, ukuran kemasan dan lainnya.

2. Perluasan Merek (Brand Extenson)

Perluasan merek dapat terjasi bila perusahaan memutuskan untuk menggunakan merek yang sudah ada pada produknya dalam satu kategori baru.

3. Mullti Merek (Multi Brand)

(22)

4. Merek Baru (New Brand)

Merek baru dapat dilakukan apabila perusahaan tidak memiliki satupun merek yang sesuai dengan produk yang dihasilkan atau apabila citra dari merek tersebut tidak membantu untuk produk baru tersebut.

J. Perluasan Merek

Menurut Rangkuti (2002:11): ”Perluasan merek dapat terjadi apabila perusahaan memutuskan untuk menggunakan merek yang sudah ada pada produknya dalam satu kategori produk baru.” Dalam situasi persaingan bisnis yang kian lama makin ketat ini, perluasan merek merupakan salah satu strategi untuk memperkenalkan merek yang sudah ada pada produknya dalam satu kategori baru. Tujuan dari adanya penerapan perluasan merek ini adalah perusahaan mengharapkan merek yang sudah terkenal bisa mendorong dan meningkatkan penjualan serta supaya konsumen tidak merasa asing lagi terhadap produk baru yang ditawarkan tersebut sehingga kehadirannya dengan cepat diterima konsumen.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rangkuti (2002:127), penerapan perluasan merek memberikan pengaruh yang sangat positif terhadap merek yang sudah ada. Dengan demikian penelitian mengenai merek merupakan faktor yang sangat penting karena hal ini sangat mempengaruhi merek yang sudah ada, khususnya apabila konsumen sangat mengetahui tentang merek tersebut.

(23)

1. Perluasan lini (line extension)

Artinya perusahaan membuat produk baru dengan menggunakan merek lama yang terdapat pada merek induk. Meskipun target market produk yang baru tersebut berbeda, tetapi kategori produknya sudah dilayani oleh merek induk (merek yang lama).

2. Perluasan kategori (category extension)

Artinya perluasan tetap menggunakan merek induk yang lama untuk memasuki kategori produk yang sama sekali berbeda dari yang dilayani oleh merek induk sekarang.

a. Strategi Perluasan Merek

Menurut Tauber dalam Rangkuti (2002:116) strategi yang digunakan untuk perluasan merek antara lain:

1. Memperkenalkan produk yang sama dengan bentuk yang berbeda. 2. Memperkenalkan produk yang mengandung rasa, campuran bahan

kimia, atau komponen yang berbeda.

3. Memperkenalkan produk-produk ikutan sebagai pelengkap produk dan merek utama.

4. Memperkenalkan produk baru yang sesuai dengan teknologi yang dikuasai perusahaan.

5. Memperkenalkan produk yang relevan dengan merek yang

di-franchise-kan.

6. Memperkenalkan produk baru yang merefleksikan keunggulan, atribut, fitur dari produk lama.

(24)

b. Keunggulan dan Kelemahan Perluasan Merek

Keunggulan dari perluasan merek menurut Rangkuti (2002:121) adalah sebagai berikut:

1. Mengurangi persepsi resiko ditolaknya produk tersebut oleh pelanggan.

2. Memanfaatkan kemudahan saluran distribusi yang sudah ada. 3. Meningkatkan efesiensi biaya promosi.

4. Mengurangi biaya perkenalan produk baru serta program tindak lanjut pemasaran.

5. Mengurangi biaya pengembangan produk baru.

6. Menyediakan variasi pilihan produk kepada pelanggan. 7. Meningkatkan efesiensi desain logo dan kemasan.

Sedangkan kelemahan perluasan merek menurut Rangkuti (2002:121) adalah sebagai berikut:

1. Dapat membingungkan pelanggan dalam memilih produk mana yang paling baik.

2. Retail cenderung beranggapan bahwa perluasan lini semata-mata merupakan me-too product, yaitu semata-mata merupakan photo

copy dari merek yang sudah ada, sehingga mereka tidak perlu

menyimpan stok produk tersebut.

3. Dapat merusak merek induk yang sudah ada.

(25)

5. Merek tersebut menurun kekuatannya. Merek yang sebelumnya hanya fokus kesalah satu kategori saja, akibat dari adanya perluasan merek, menjadi memiliki bermacam-macam kategori sehingga tidak memiliki identitas yang jelas.

6. Seandainya perluasan merek tersebut dilakukan tidak secara konsisten. Artinya, atribut atau manfaat ysng melekat pada merek tersebut saling bertentangan dengan merek induk, sehingga konsumen merubah persepsinya.

7. Seandainya perluasan merek tersebut dilakukan secara besar-besaran, hal ini menyebabkan menurunnya persepsi terhadap merek tersebut.

K. Hubungan Antara Konsep : Sensitivitas Respon Konsumen

Menurut Peter dan Olson (2002:22) ”menjelaskan bahwa perilaku yang timbul dari diri seseorang didorong oleh adanya kebutuhan. Kebutuhan yang ada pada diri seseorang mendorong seseorang untuk berperilaku.” Respon perilaku seseorang selalu berorientasi pada tujuan yaitu terpenuhinya kebutuhan yang diinginkannya atau berbuat sesuatu sehingga setiap perilaku yang ditampilkan seseorang dalam kehidupan sehari-hari adalah semuanya itu untuk mewujudkan sebuah kepuasan. Manusia mempunyai tingkat kebutuhan yang berbeda antara satu dengan yang lain, demikian juga nilai intensitas kebutuhannya pun juga berbeda-beda.

(26)

akan mempengaruhi seorang konsumen dalam melakukan pembelian terhadap suatu produk dengan waktu tertentu. Respon yang positif terhadap merek tertentu memungkinkan konsumen melakukan pembelian, sedangkan respon negative akan menjadi salah satu penghambat bagi konsumen dalam melakukan pembelian. Konsumen yang loyal terhadap suatu merek produk tertentu akan besar kemungkinannya untuk cenderung mengamati sekecil apapun perubahan yang dilakukan oleh perusahaan atas merek tersebut. Tujuan dari perubahan ini adalah untuk menstimulasi dengan harapan dapat meningkatkan penjualan, oleh karena itu perubahan yang akan dilakukan harus disesuaikan dengan respond an sensasi konsumen yang bisa mendorong timbulnya sensitivitas melalui perubahan stimuli.

(27)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasar global telah mengakibatkan kondisi persaingan yang sangat tinggi, para pelaku pasar dan produsen dituntut agar dapat bersaing dalam kompetisi ini. Seiring dengan globalisasi dan perkembangan jaman, teknologi dan perubahan gaya hidup manusia modern, tingkat kebutuhan dan keinginan konsumen turut berkembang secara dinamis dari waktu ke waktu. Proses pemasaran tidak hanya melibatkan pertempuran produk, akan tetapi juga melibatkan pertempuran mengenai persepsi konsumen. Untuk membangun sebuah persepsi dapat dilakukan dengan mengenal identitas merek dan memahami perilaku merek. Merek saat ini telah menjadi asset perusahaan yang paling bernilai. Selain sangat membantu dalam penetrasi pasar, merek yang kuat dapat menciptakan loyalitas, selain itu merek juga lebih bermakna daripada sekedar produk. Produk hanya menjelaskan atribut fisik berikut dimensinya sehingga tidak lebih dari komoditi yang dapat dipertukarkan. Sedangkan merek dapat menjelaskan emosi serta hubungan secara spesifik dengan pelanggannya (Rangkuti, 2004:93).

(28)

menyediakan manfaat yang dicari konsumen ketika membeli produk atau merek tertentu (Suyanto, 2007:77).

Perluasan merek (brand extension) inilah yang dilakukan oleh perusahaan PT. Unilever Indonesia dalam rangka memperkenalkan produk-produk baru dengan varian yang berbeda dengan menggunakan merek yang telah ada. Hal ini dilakukan untuk menghadapi banyaknya perusahaan pesaing, termasuk perusahaan besar seperti P&G, Wings dan Indofood. PT. Unilever Indonesia melakukan brand extention pada beberapa produk yang dikembangkan ke dalam beberapa kategori produk baru, salah satunya yaitu Sabun Mandi Lifebuoy. Di Indonesia, salah satu produk Unilever yang menjadi pemimpin pasar adalah Lifebuoy. Strategi perluasan merek (brand extension)

Lifebuoy pada penelitian ini dimulai dari Sabun Mandi Padat Lifeboy ke Sabun Mandi

Cair Lifebuoy. Lifebuoy yang sudah kuat dipasar sabun telah menjadi Top Brand

Index sabun mandi dan mengantongi peringkat pertama dengan persentase 43,0% di

Indonesia (Majalah Marketing Vol 1, 2008). Tabel 1.1

Top Brand Index Kategori Sabun Mandi 2008

Merek Top Brand Index

Lifeboy 43,0%

Lux 23,2%

Nuvo 8,2%

Giv 8,0%

Shinzu'i 2,9%

Sumber : Majalah Marketing Vol 1,2008

Lifebuoy adalah salah satu merek tertua, suatu merek yang benar-benar

(29)

Indonesia memanfaatkan kekuatan merek Sabun Mandi Padat Lifebuoy dengan mengekstensifikasi ke Sabun Mandi Cair Lifebuoy.

Menurut survei yang dilakukan SWA bersama MarkPlus dan MARS, Lifebuoy adalah salah satu produk yang memiliki brand value tertinggi pada tahun 2003 sampai dengan 2008 untuk kategori sabun mandi padat dan peringkat ke dua untuk kateori sabun mandi cair.

Tabel 1.2

Brand Value Sabun Mandi Padat 2006-2008 (dalam persen)

Merek Brand Value 2006 Brand Value 2007 Brand Value 2008

Lifebuoy 39,4 48,4 285,5

Lux 29,0 31,8 159,5

Nuvo 8,4 15,4 51,8

Giv 7,6 14,7 40,8

Shinzui 3,7 11,7 -

Sumber : Majalah SWA No.18/XXIV/September 2008

Tabel 1.3

Brand Value Sabun Mandi Cair 2006-2008 (dalam persen)

Merek Brand Value 2006 Brand Value 2007 Brand Value 2008

Lux 36,1 39,0 238,3

Lifebuoy 28,0 37,4 190,5

Biore 10,1 18,8 53,2

Dove 2,6 11,2 15,1

Nuvo 1,7 - 18,6

Sumber : Majalah SWA No.18/XXIV/September 2008

(30)

sosial untuk memberikan pengertian dan pemahaman kepada masyarakat tentang arti penting menjaga kebersihan. Program-program yang telah dilakukan Lifebuoy antara lain kampanye membudayakan menuci tangan dengan sabun, kampanye kebersihan lingkungan, menyumbang sarana Masyarakat Cinta Kebersihan (MCK) untuk masyarakat miskin, menyumbang sarana kebersihan untuk sekolah-sekolah dalam program “berbagi sehat” yang pada intinya mengajak masyarakat untuk saling mengingatkan untuk menjaga kebersihan.

Pada Tabel 1.2 menunjukkan bahwa Lifebuoy selalu meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2008 Lifebuoy berada pada peringkat pertama degan persentase sebesar 285,5% untuk kategori sabun padat. Dalam perkembangannya Lifebuoy mulai melirik untuk memasuki kategori produk yang baru. Setelah melakukan variasi produk dengan melakukan perluasan merek ke sabun cair, perluasan merek yang paling baru yang dilakukan Lifebuoy adalah dengan mengeluarkan produk baru berupa shampo pada tahun 2006 lalu. Perluasan merek (brand extension) dari Sabun Mandi Padat Lifebuoy ke Sabun Mandi Cair Lifebuoy tentu saja memberikan pengaruh terhadap respon konsumen. Konsumen atau bahkan pasar secara keseluruhan akan memberikan perhatian, minat, keinginan, keyakinan bahkan mungkin pembelian terhadap Sabun Mandi Cair Lifebuoy.

Sensitivitas respon yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui tingkat perubahan respon yang terjadi karena perubahan stimuli akibat adanya perluasan merek (brand extension). Generalisasi stimulus terjadi pada saat respon terhadap suatu stimulus dibangkitkan oleh stimulus lain yang serupa tetapi berbeda.(Simamora, 2003:154). Stimuli yang terbentuk dari Sabun Mandi Cair

Lifebuoy yang sudah dikenal oleh banyak konsumen seperti membunuh kuman

(31)

yang khas, membantu melembabkan kulit, memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap kuman dan menimbulkan busa yang kaya pada kulit.

Berdasarkan prasurvei yang dilakukan penulis, dimana survei yang dilakukan pada mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara angkatan 2008 sampai dengan 2009 diketahui bahwa sebagian besar mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara angkatan 2008-2009 lebih dominan menggunakan Sabun Mandi Cair Lifebuoy untuk perawatan tubuh. Hal ini juga dapat dilihat dari penelitian yang telah dilakukan oleh penulis pada Pasar Padang Bulan melalui divisi pemasaran sabun mandi PT.Unilever Indonesia. Dimana terdapat banyak konsumen yang menggunakan Sabun Mandi Cair Lifebuoy.

Tabel 1.4

Jumlah Penjualan Lifebuoy 2008 Pasar Padang Bulan Medan

Nama Produk

Jumlah

Penjualan Persentase

Lifebuoy Bar Soap 33.002.970 Kotak 39%

Lifebuoy Body Wash 25.386.900 Botol 30%

Lifebuoy Clear Skin 15.232.140 Botol 18%

Lifebuoy Shampo 11.000.990 Botol 13%

Sumber : Divisi Pemasaran PT. Unilever Indonesia (data diolah)

Tabel 1.4 menunjukkan data penjualan Sabun Mandi Lifebuoy pada tahun 2008. Untuk peringkat tertinggi diduduki oleh Lifebuoy Bar Soap yang mampu menjual 33.002.970 kotak atau dengan persentase 39%, peringkat ke dua yaitu

Lifebuoy Body Wash menjual sekitar 25.386.900 botol dengan persentase 30%,

peringkat ke tiga yaitu Lifebuoy Clear Skin dengan penjualan 15.232.140 botol atau 18%, dan untuk peringkat terakhir diduduki oleh Lifebuoy Shampo dengan penjualan 11.000.990 botol atau 13%.

(32)

Perluasan Merek (brand extension) Sabun Mandi Merek Lifebuoy (Studi Kasus Mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka dapat diambil suatu rumusan masalah adalah sebagai berikut:

1. Apakah konsumen sensitive terhadap perluasan merek (brand extension) Sabun Mandi Padat Lifebuoy ke Sabun Mandi Cair Lifebuoy pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara?

2. Kemana arah konsumen terhadap perluasan merek (brand extension) Sabun Mandi Padat Lifebuoy ke Sabun Mandi Cair Lifebuoy pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara?

C. Kerangka Konseptual

Sensitifitas respon merupakan tingkat kepekaan atau perubahan kesadaran konsumen terhadap kehadiran suatu produk yaitu merek baru yang mempengaruhi perilakunya dalam memenuhi kebutuhannya sebagai dampak adanya perluasan merek sabun mandi merek Lifebuoy.

Tingkat sensitifitas dan arah respon konsumen terhadap fenomena perluasan merek (brand extension) dianalisis dengan menggunakan model Hierarchy-of-effect yang meliputi enam tahap yaitu: kesadaran (brand awareness), pengetahuan

(knowledge), kesukaan (liking), kecenderungan (preference), keyakian (conviction),

(33)

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Penelitian Sumber: (Simamora 2003:128) data diolah

D. Hipotesis

”Hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara atas rumusan masalah yang kebenarannya akan diuji dalam pengujian hipotesis (Sugiono:2003:51).”

Berdasarkan perumusan masalah, maka hipotesis penelitian ini adalah:

1. Konsumen sensitive terhadap perluasan merek (brand extension) Sabun Mandi Padat Lifebuoy ke Sabun Mandi Cair Lifebuoy.

2. Konsumen memiliki arah positif pada perluasan merek (brand extension) Sabun Mandi Padat Lifebuoy ke Sabun Mandi Cair Lifebuoy.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Mengetahui dan menganalisis besarnya tingkat sensitifitas dan arah respon konsumen pada perluasan merek (brand extension) sabun mandi merek

Lifebuoy pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sumatera

Utara.

2. Manfaat Penelitian a. Bagi Perusahaan

Sebagai sumbangan informasi dan masukan agar dapat melakukan strategi perluasan merek yang tepat dan mengetahui secara jelas respon konsumen Sensitivitas

Respon Konsumen: 1. Kesadaran 2. Pengetahuan 3. Kesukaan 4. Kecenderungan 5. Keyakinan 6. Pembelian

(34)

terhadap perluasan merek sehingga bisa meraih kesuksesan yang diharapkan.

b. Bagi Penulis

Untuk memperdalam pengetahuan dibidang manajemen pemasaran mengenai sensitivitas dan arah respon konsumen terhadap perluasan suatu merek (brand extension)

c. Bagi Pihak lain

Sebagai bahan referensi yang dapat dijadikan bahan perbandingan dalam melakukan penelitian di masa yang akan datang

F. Metode Penelitian

1. Variabel dan Defenisi Operasional Variabel

a. Sensitifitas respon adalah tingkat perubahan respon sebagai dampak perluasan merek sabun mandi merek Lifebuoy. Tingkat perubahan dihitung dengan persentase. Dinyatakan sensitive apabila memiliki nilai sensitivitas lebih dari satu dan sebaliknya apabila tidak sensitive maka nilai sensitivitas kurang dari satu. Hal ini ditunjukkan dengan indikator:

(35)

2) Pengetahuan (knowledge). Perusahaan perlu membuat pelanggan mengetahui produk yang ditawarkan, mulai dari functional benefit sampai dengan emotional benefit yang akan diterimanya. Dengan mengetahui semua informasi atau knowledge

3) Tingkat kesukaan (liking). Setelah adanya perluasan merek konsumen akan mulai menyukai produk tersebut. Indikatronya adalah merek tersebut menjadi lebih disukai, diminati juga menjadi merek favorit.

mengenai produk, maka pelanggan akan merasa dihargai dan akan lebih menghargai produk tersebut maupun perusahaannya. Indikatornya adalah sebagai merek yang mudah dimengerti tujuannya, informasi yang tersedia mudah diserap dan deskripsi tentang produk jelas.

4) Kecenderungan (preference). Kecenderungan konsumen terhadap tingkat pemilihan produk. Indikotornya adalah memiliki beragam pilihan keharuman dan mudah didapat.

5) Keyakinan (conviction.). Keyakinan membentuk citra produk dan merek, dan orang akan bertindak berdasarkan citra dan jaminan merek terserbut. Indikatornya adalah aman bagi semua jenis kulit dan mempumyai kualitas.

6) Pembelian (purchase), ini adalah tahapan akhir dalam proses. Pada akhirnya, pasar sasaran sudah dikenal, tahu, suka, dan menjadikan sabun mandi Lifebuoy sebagai pilihan serta yakin akan pilihannya dan akan membeli dan memakai merek Lifebuoy.

(36)

yaitu tetap menggunakan merek Lifebuoy untuk kategori produk yang berbeda yaitu produk sabun mandi.

2. Skala Pengukuran

Menurut Sugiono (2006:84): ”Skala Likert yaitu digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial”. Penelitian ini menggunakan lima alternatif jawaban kepada responden dengan menggunakan skala 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) untuk keperluan analisis kuantitatif penelitian. Skala yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1.5

Instrumen Skala Likert

No Alternatif Jawaban Skor

1 Setuju Sekali (SS) 5

2 Setuju (S) 4

3 Netral (N) 3

4 Kurang Setuju (KS) 2

5

Tidak Setuju Sekali (TSS) 1

Sumber: Sugiono (2006:105), data diolah. 3. Lokasi Penelitian dan Waktu

Lokasi penelitian adalah di Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara jalan Universitas No.28 Kampus USU Padang Bulan. Penelitian ini direncanakan mulai dari bulan Mei sampai dengan bulan September 2009. 4. Populasi dan Sampel

a. Populasi

(37)

2004:72). Populasi penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara angkatan 2008 sampai dengan 2009. Jumlah yang diperoleh adalah 53 dari 95 orang mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 53 orang, yang diperoleh berdasarkan kriteria sebagai berikut:

1. Mengenal adanya sabun mandi Lifebuoy.

2. Pernah menggunakan Sabun Mandi Padat Lifebuoy dan Sabun Mandi Cair Lifebuoy

b. Sampel

Penentuan jumlah sampel menggunakan teknik sampling sensus.

Sampling sensus adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota

populasi digunakan sebagai sampel (Sugiono, 2005:78), sehingga jumlah sampel penelitian ini adalah 53 orang.

5. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data yaitu: a. Data primer

”Data primer adalah data yang dikumpulkan dari sumber-sumber asli (Kuncoro,2003:136).” Dalam penelitian ini, data primer diperoleh dari hasil kuesioner yang dibagikan kepada mahasiswa yang menggunakan Sabun Mandi Padat Lifebuoy dan Sabun Mandi Cair Lifebuoy di Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara.

b. Data Sekunder

(38)

mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara, studi pustaka baik dari buku maupun jurnal, internet, majalah, informasi dari perusahaan bersangkutan dan tabloid yang dapat mendukung penelitian ini. 6. Tehnik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, tehnik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:

a. Kuesioner

Menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden terpilih tentang bagaimana pengaruh faktor kesadaran, pengetahuan, kesukaan, kecenderungan, keyakinan dan pembelian terhadap pembentukan sensitivitas respon konsumen terhadap perluasan merek (brand extension) dari Sabun Mandi Padat Lifebuoy ke Sabun Mandi Cair Lifebuoy pada mahasiswa Fakultas Ilmu komputer Universitas Sumater Utara.

b. Studi Dokumentasi

Studi kepustakaan dibuat untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam buku yang memberikan landasan bagi perumusan hipotesis, penyusunan kuesioner, dan pembahasan teoritis. Penelitian ini juga menyertai informasi yang dapat melalui artikel yang relevan dan jurnal-jurnal ilmiah dan buku-buku lain yang berkaitan dengan penelitian.

7. Uji Validitas dan Reliabilitas a. Uji Validitas

Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 16,00 dengan kriteria sebagai berikut:

(39)

b. Jika r hitung < r tabel b. Uji Reliabilitas

, maka pertanyaan dinyatakan tidak valid.

Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 16,00 butir pertanyaan yang sudah dinyatakan valid dalam uji validitas ditentukan reliabilitasnya dengan kriteria sebagai berikut:

a. Jika r alpha positif atau > r tabel maka pertanyaan reliabel. b. Jika r alpha negatif atau < r tabel maka pertanyaan tidak reliabel. 8. Metode Analisis Data

a. Metode Analisis Deskriptif

Metode ini merupakan suatu metode analisis dimana data yang dikumpulkan mula-mula disusun, diklasifikasikan dan dianalisis sehingga akan memberikan gambaran yang jelas mengenai perusahaan dan masalah yang sedang diteliti.

b. Metode Analisis Sensitivitas Respon

Metode ini menganalisis tingkat perubahan respon sebagai dampak perubahan stimuli. Tingkat perubahan dihitung dengan persentase. Sensitivitas respon adalah tingkat perubahan respon dibagi persentase perubahan stimuli. Tingkat perubahan dihitung dengan persentase.”Dikatakan sensitive apabila memiliki nilai sensitivitas lebih dari satu, dan sebaliknya dikatakan tidak sensitive jika nilai sensitivitas kurang dari satu (Simamora, 2003:216)

Secara sistematis, kalimat ini dapat ditulis menjadi (Simamora, 2003:201): Sr =

%∆S

%∆R

Dimana :

(40)

∆R : perubahan respon ∆S : perubahan stimuli

Perubahan respon dapat ditulis dengan rumus berikut (Simamora, 2003:201):

= respon setelah perubahan

0

Persentase perubahan respon dihitung dengan rumus: = respon sebelumnya

%∆R = R1 – R0

R0

x 100%

Alat-alat (formula) diatas hanya mampu menunjukkan persentase perubahan kekuatan respon dari Lifebuoy sabun mandi padat (R0) dengan kekuatan respon dari Lifebuoy sabun mandi cair (R1

Sementara itu perubahan stimuli dihitung denga rumus berikut :

) secara keseluruhan.

: stimuli setelah perubahan

0

Persentase perubahan stimuli dihitung dengan rumus : : stimuli sebelumnya

%∆S = S1 – S0

S0

(41)

Dengan demikian, sensitivitas respon dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut Simamora (2003:202)

R1 – R0

Sr = R0

x 100%

S1 – S0

S0

x 100%

Sr = R1 – R0 x S0

S0 S

1 – S Sr =

0

∆R x ∆S R

S0

Sr =

0

∂R x ∂S S

R

Sensitif atau tidak sensitif dapat dilihat dengan kriteria sebagai berikut : a. Jika Sr < 1, maka dinyatakan tidak sensitif

(42)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Perusahaan

PT Unilever Indonesia Tbk (perusahaan) didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai Zeepfabrieken N.V. Lever dengan akta No. 33 yang dibuat oleh Tn.A.H. van Ophuijsen, notaris di Batavia. Akta ini disetujui oleh Gubernur Jenderal van Negerlandsch-Indie dengan surat No. 14 pada tanggal 16 Desember 1933, terdaftar di Raad van Justitie di Batavia dengan No. 302 pada tanggal 22 Desember 1933 dan diumumkan dalam Javasche Courant pada tanggal 9 Januari 1934 Tambahan No.34.

Nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia dengan akta No. 171 yang dibuat oleh notaris Ny. Kartini Mulyadi tertanggal 22 Juli 1980. Nama perusahaan diubah lagi menjadi PT Unilever Indonesia Tbk dengan akta no. 92 yang dibuat oleh notaris Tn. Mudofir Hadi, S.H. tertanggal 30 Juni 1997, akta ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan keputusan No. C2-1.049HT.01.04TH.98 tertanggal 23 Februari 1998 dan diumumkan di Berita Negara No. 2620 tanggal 15 Mei 1998 Tambahan No. 39.

PT Unilever Tbk bergerak dalam bidang produksi sabun, deterjen, margarin, minyak sayur dan makanan yang terbuat dari susu, es krim, makanan dan minuman dari teh dan produk-produk kosmetik.

B. Perkembangan Perusahaan 1. Misi Unilever

(43)

Axe memberi

produk-produk yang membuat para pemakainya merasa nyaman, berpenampilan baik dan lebih menikmati kehidupan.

Prinsip bisnis Unilever menjabarkan standar operasional yang harus dilaksanakan oleh semua karyawan Unilever di seluruh dunia, yang mendukung pendekatan Unilever terhadap tata kelola dan tanggung jawab perusahaan.

Keinginan untuk mendapatkan vitalitas, kesehatan dan gizi merupakan prioritas Unilever dan Unilever akan terus bekerja keras untuk mengembangkan produk baru yang memungkinkan pengkonsumsian makanan sehat menjadi nikmat, menyegarkan dan terjangkau untuk setiap orang di manapun juga.

2. Produk-Produk Unilever a. Kategori Perawatan Pribadi

(44)
(45)

c. Kategori Perawatan Rumah

Semua data mengenai produk-produk diperoleh melalui situs

C. Prestasi Dan Penghargaan

Posisi Unilever yang kuat sebagai pemimpin pasar telah diakui melalui berbagai penghargaan nasional dan regional yang diterimanya. Berikut penghargaan yang diterima Unilever dalam empat tahun terakhir:

1) Pada tahun 2004, PT. Unilever Indonesia menerima 47 penghargaan lokal dan regional baik dari berbagai media massa papan atas maupun instansi pemerintah.

2) Pada tahun 2005, 71 penghargaan diterima Unilever, antara lain: The

Indonesian Costumer Loyalty Awards (SWA and MARS), peringkat teratas

untuk Coorporate Government in Indonesian (The Asset Magazine). Dalam

Indonesian Best Brand Awards dan Golden Indonesian Best Brand Awards

(SWA and MARS) Unilever mendapatkan 17 penghargaan. Most Admired

Knowledge Enterprise (Dunamis Organization Services). Indonesia’s Most

Admires Company 2005 (Business Week and Frontier). International Energy

(46)

Glopbe Award untuk program lingkungsn hidup kategori air. Padma Award

dari departemen social dan masih banyak lagi.

3) Pada tahun 2006 PT. Unilever Indonesia melalui brand-brand yang dimilikinya kembali membuktikan keunggulannya dengan meraih 10 penghargaan dalam “Indonesian Best Brand Awards 2006” (IBBA) yang diselenggarakan oleh majalah SWA dan MARS. Ajang ini merupakan program regular pemberian penghargaan terhadap The Most Valuable Brand untuk setiap kategori produk dengan berpijak pada survey nasional terhadap beragam merek. Ada eanam variable yang digunakan dalam pengukuran survey ini, yaitu popularitas merek, popularitas iklan. Nilai merek, persepsi atas kualitas merek tingkat kepuasan dan loyalitas, pangsa pasar serta potensi merek untuk mengakuisisi konsumen dimasa depan.

D. Tinjauan Mengenai Lifebuoy

Lifebuoy adalah salah satu merek tertua, suatu merek yang benar-benar

mendunia sebelum istilah merek global diciptakan. Sabun Disinfektan Royal Lifebuoy diluncurkan pada tahun 1894 sebagai suatu produk baru yang terjangkau di Inggris, untuk mendukung orang mendapatkan kebersihan diri yang lebih baik. Segera setelah diluncurkan, sabun Lifebuoy berkelana ke seluruh dunia, menjangkau negara-negara seperti India, suatu negara tempat sabun ini masih merupakan merek terkemuka di pasar.

Lifebuoy selalu merajai bidang kesehatan melalui kebersihan selama 110

(47)

Sebagai contoh, kampanye yang dilakukan pada tahun 1930-an di AS diberi judul “Mencuci tangan membantu menjaga kesehatan”, mendorong penggunaan sabun

Lifebuoy untuk membunuh kuman di tangan yang dapat menyebabkan timbulnya

masalah kesehatan. Kampanye yang sama terus berlanjut hingga saat ini, dengan program pendidikan kebersihan Lifebuoy yang terus berlangsung di negara-negara termasuk India, Bangladesh, Pakistan, Sri Lanka, Indonesia dan Vietnam.

Lifebuoy selalu memainkan peran di masa-masa krisis, membantu mencegah

penyebaran kuman dan penyakit:

1. Selama Serangan kilat ke London pada tahun 1940, sabun Lifebuoy memberikan fasilitas mencuci darurat gratis bagi penduduk kota London. Mobil gerbong Lifebuoy dilengkapi dengan alat pancuran air hangat, sabun dan handuk.

2. Setelah terjadinya tsunami di Asia pada tahun 2004, sabun batangan Lifebuoy merupakan elemen kunci dalam paket lepas yang dibagi-bagikan di wilayah India Selatan, Sri Lanka dan Indonesia untuk membantu mencegah penyebaran penyakit infeksi yang mewabah setelah terjadinya bencana tersebut.

3. Pada tahun 2005 lebih dari 200.000 sabun batangan Lifebuoy disumbangkan kepada UNICEF dan Komite Palang Merah Internasional untuk membantu operasi penanggulangan akibat gempa bumi di India Utara dan Pakistan.

(48)

Sabun batangan klasik Lifebuoy sejak tahun 2000 telah mengalami perubahan besar untuk menjamin agar sabun tersebut memberikan perlindungan kebersihan yang lebih jauh lagi dan pengalaman mencuci yang menyehatkan dan semakin menyenangkan bagi miliaran konsumennya:

1. Bentuk batu bata merah keras klasik sabun Lifebuoy telah digantikan dengan bentuk Lifebuoy signature yang baru. Bentuk yang baru membuat sabun itu mudah digenggam dan digunakan.

2. Tim Lifebuoy telah mengembangkan suatu formula baru yang memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap kuman dan menimbulkan busa yang kaya pada kulit.

3. Aroma Lifebuoy yang khas seperti obat dan karbol telah digantikan dengan wewangian kesehatan yang lebih menyenangkan dan modern.

4. Lifebuoy telah menjadi lebih dari sekedar sabun batangan berwarna merah –

saat ini merek ini memberikan solusi kebersihan dan kesehatan bagi keluarga, termasuk rangkaian sabun batangan, cairan pencuci tangan dan gel pencuci cair. Inovasi Lifebuoy yang paling baru diarahkan kepada keprihatinan utama pada kebersihan dan kesehatan kulit di kalangan remaja ABG dan para pemuda: kulit berminyak dan berjerawat. Lifebuoy Clear Skin adalah sabun batangan yang diformulasikan dengan menggunakan teknologi baru radikal yang sudah terbukti secara klinis mengurangi jerawat yang parah hingga 70% dalam waktu 6 minggu. Dengan pemakaian teratur, dua kali sehari terbukti dapat mencegah dan mengurangi timbulnya kembali jerawat.

Berikut adalah produk-produk dari Lifebuoy: 1. Lifebuoy Bar Soap

(49)
(50)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Uji Validitas dan Reliabilitas

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid (Sugiyono, 2005:109). Pengujian validitas menggunakan pendekatan koefisien korelasi yaitu cara mengkoreksi antara skor butir pertanyaan dengan skor totalnya, dan bila nilai korelasinya positif dan r ≥ 0,3 maka butir pertanyaan tersebut dinyatakan valid.

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama, dan bila koefisien korelasi (r) positif dan signifikan, maka instrumen tersebut sudah dinyatakan variabel.

(51)

17 Burir17 0,361 0,802 Valid

Sumber: Hasil Pengolahan Data (2009)

Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa koefisien korelasi dari 48 butir pertanyaan yang ada, ternyata ada 3 butir pertanyaan ditemukan yang tidak valid dengan r hitung (Corrected item-Total Correlation) lebih di bawah dari 0,361 yaitu butir pertanyaan nomor 2, 3 dan 6 dan perlu dilakukan uji validitas kedua.

2. Uji Validitas 2

(52)

Item-Total Statistik

No Butir

Pertanyaan

Nilai r tabel Corrected Item-Total Correlation

(53)

Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa koefisien korelasi dari 45 butir pertanyaan yang ada, ternyata tidak ditemukan pertanyaan yang tidak valid atau semuanya dinyatakan valid dengan r hitung (Corrected item-Total Correlation) lebih besar dari 0,361. Butir pertanyaan tertinggi yaitu butir pertanyaan nomor 46 sebesar 0,833 dan butir pertanyaan terendah yaitu butir pertanyaan nomor 26 sebesar 0,362.

3. Uji Reliabilitas

Tabel 4.3 Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.947 45

Sumber: Pengolahan Data (2009)

Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa Cronbach’s Alpha sebesar 0,947. Apabila nilai reliabilitas instrumen (cronbach alpha) di atas 0,8 atau sama dengan 0,8 maka instrumen dinyatakan reliabel. Maka cronbach alpha sebesar 0,947 lebih besar dari 0,8 yang berarti bahwa instrumen tersebut reliabel.

B. Analisis Deskriptif

(54)

1. Identitas Responden a. Umur Responden

Tabel 4.4 Umur Responden

Umur Jumlah Responden %

17 tahun 2 3,77

18 tahun 10 18,87

19 tahun 20 37,74

20 tahun 8 15,09

21 tahun 4 7,55

22 tahun 3 5,66

23 tahun 2 3,77

> 23 tahun 4 7,55

Total 53 100

Sumber: Hasil Penelitian, 2009 (dioleh)

Tabel 4.4 menunjukkan 2 orang atau sebesar 3,77% dari mahasiswa berumur 17 tahun, 10 orang atau sebesar 18,87% dari mahasiswa berumur 18 tahun, 20 orang atau sebesar 37,74% dari mahasiswa berumur 19 tahun, 8 orang atau sebesar 15,09% dari mahasiswa berumur 20 tahun, 4 orang atau sebesar 7,55% dari mahasiswa berumur 21 tahun, 3 orang atau sebesar 5,66% dari mahasiswa berumur 22 tahun, 2 orang atau sebesar 3,77% dari mahasiswa berumur 23 tahun dan 4 orang atau sebesar 7,55% dari mahasiswa berumur > 23 tahun. Dapat dilihat bahwa mahasiswa berumur 19 tahun yang menjadi responden lebih banyak pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer USU.

b. Jenis Kelamin Responden

Tabel 4.5

Jenis Kelamin Responden Jenis Kelamin Jumlah Responden %

Pria 26 49,06

Wanita 27 50,94

Total 53 100

(55)

Tabel 4.5 menunjukkan 26 orang atau sebesar 49,06% dari mahasiswa berjenis kelamin pria dan 27 orang atau sebesar 50,94% dari mahasiswa berjenis kelamin wanita. Dapat dilihat bahwa mahasiswa berjanis kelamin wanita yang menjadi responden lebih banyak pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer USU.

c. Stambuk Responden

Tabel 4.6 Stambuk Responden

Stambuk Responden Frekuensi %

2008 40 75,47

2009 13 24,53

Jumlah 53 100

Sumber: Hasil Penelitian, 2009 (diolah)

Tabel 4.6 menunjukkan 40 orang atau sebesar 75,47% dari mahasiswa stambuk 2008, dan 13 orang atau sebesar 24,53% dari mahasiswa stambuk 2009. Dapat dilihat bahwa mahasiswa yang stambuk 2008 menjadi responden lebih banyak pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer USU.

2. Deskriptif Variabel

Penelitian ini akan menjelaskan secara deskriptif hasil dari penelitian Analisis Sensitivitas Responden Konsumen Terhadap Ekstensifikasi Merek (Brand Extension) Pada Vaseline hand & Body Lation studi kasus mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer USU. Deskriptif persentase hasil penelitian setiap variabel dengan tanggapan responden sebagai berikut:

(56)

Tabel 4.7

Distribusi Pendapat Responden Terhadap Sabun Mandi Padat Lifebuoy Item SS (5) S (4) N (3) TS (2) STS (1) Total

Pertayaan F % F % F % F % F % F %

1 7 13,21 30 56,60 15 28,30 1 1,89 - - 53 100 2 1 1,89 22 41,51 21 39,62 7 13,21 2 3,77 53 100 3 10 18,87 30 56,60 10 18,87 2 3,77 1 1,89 53 100 4 7 13,21 31 58,49 10 18,87 4 7,55 1 1,89 53 100 5 7 13,21 28 52,83 15 28,30 2 3,77 1 1,89 53 100 6 2 3,77 39 73,58 7 13,21 4 7,55 1 1,89 53 100

Sumber :Pengolahaan Data, 2009 (diolah)

Tabel 4.7 menunjukkan hasil jawaban kuesioner yang diperoleh dari 53 orang mahasiswa untuk sabun mandi padat Lifebuoy yaitu:

1) Pada item pertanyaan 1 (sabun mandi padat Lifebuoy sebagai sabun mandi yang memiliki ciri khas) dari kuesioner yang diisi responden dan dianalisis ternyata 7 orang atau sebesar 13,21% dari mahasiswa yang menjawab sangat setuju, 30 orang atau sebesar 56,60% dari mahasiswa yang menjawab setuju, 15 orang atau sebesar 28,30% dari mahasiswa yang menjawab netral, 1 orang atau sebesar 1,89% dari mahasiswa yang menjawab tidak setuju dan tidak ada atau sebesar 0% dari mahasiswa yang menjawab sangat tidak setuju.

2) Pada item pertanyaan 2 (saya memiliki pengetahuan yang cukup tentang sabun mandi padat Lifebuoy) dari kuesioner yang diisi responden dan dianalisis ternyata 1 orang atau sebesar 1,89% dari mahasiswa yang menjawab sangat setuju, 22 orang atau sebesar 41,51% dari mahasiswa yang menjawab setuju, 21 orang atau sebesar 39,62% dari mahasiswa yang menjawab netral, 7 orang atau sebesar 13,21% dari mahasiswa yang menjawab tidak setuju dan 2 orang atau sebesar 3,77% dari mahasiswa yang menjawab sangat tidak setuju.

(57)

56,60% dari mahasiswa yang menjawab setuju, 10 orang atau sebesar 18,87% dari mahasiswa yang menjawab netral, 2 orang atau sebesar 2,77% dari mahasiswa yang menjawab tidak setuju dan 1 orang atau sebesar 1,89% dari mahasiswa yang menjawab sangat tidak setuju.

4) Pada item pertanyaan 4 (saya menjadikan sabun mandi padat Lifebuoy sebagai sabun mandi pilihan) dari kuesioner yang diisi responden dan dianalisis ternyata 7 orang atau sebesar 13,21% dari mahasiswa yang menjawab sangat setuju, 31 orang atau sebesar 58,49% dari mahasiswa yang menjawab setuju, 10 orang atau sebesar 18,87% dari mahasiswa yang menjawab netral, 4 orang atau sebesar 7,55% dari mahasiswa yang menjawab tidak setuju dan 1 orang atau sebesar 1,89% dari mahasiswa yang menjawab sangat tidak setuju.

5) Pada item pertanyaan 5 (saya memiliki kenyakinan akan sabun mandi padat

Lifebuoy sebagai sabun mandi pilihan) dari kuesioner yang diisi responden dan

dianalisis ternyata 7 orang atau sebesar 13,21% dari mahasiswa yang menjawab sangat setuju, 28 orang atau sebesar 52,83% dari mahasiswa yang menjawab setuju, 15 orang atau sebesar 28,30% dari mahasiswa yang menjawab netral, 2 orang atau sebesar 3,77% dari mahasiswa yang menjawab tidak setuju dan 1 orang atau sebesar 1,89% dari mahasiswa yang menjawab sangat tidak setuju.

(58)

sebesar 7,55% dari mahasiswa yang menjawab tidak setuju dan 1 orang atau sebesar 1,89% dari mahasiswa yang menjawab sangat tidak setuju.

b. Sabun Mandi Cair Lifebuoy

Tabel 4.8

Distribusi Pendapat Responden Terhadap Sabun Mandi Cair Lifebuoy Item SS (5) S (4) N (3) TS (2) STS (1) Total

Pertayaan F % F % F % F % F % F %

1 9 16,98 24 45,28 18 33,96 2 3,77 - - 53 100 2 3 5,66 17 32,08 24 45,28 6 11,32 3 5,66 53 100 3 2 3,77 24 45,28 25 47,17 2 3,77 - - 53 100 4 4 7,55 17 32,08 26 49,06 5 9,43 1 1,89 53 100 5 4 7,55 17 32,08 28 52,83 4 7,55 - - 53 100 6 2 3,77 24 45,28 22 41,51 3 5,66 2 3,77 53 100

Sumber :Pengolahaan Data, 2009 (diolah)

Tabel 4.8 menunjukkan hasil jawaban kuesioner yang diperoleh dari 53 orang mahasiswa untuk sabun mandi cair Lifebuoy yaitu:

1) Pada item pertanyaan 1 (sabun mandi cair Lifebuoy sebagai sabun mandi yang memiliki ciri khas) dari kuesioner yang diisi responden dan dianalisis ternyata 9 orang atau sebesar 16,98% dari mahasiswa yang menjawab sangat setuju, 24 orang atau sebesar 45,28% dari mahasiswa yang menjawab setuju, 18 orang atau sebesar 33,96% dari mahasiswa yang menjawab netral, 2 orang atau sebesar 3,77% dari mahasiswa yang menjawab tidak setuju dan tidak ada atau sebesar 0% dari mahasiswa yang menjawab sangat tidak setuju.

(59)

3) Pada item pertanyaan 3 (saya menyukai sabun mandi cair Lifebuoy) dari kuesioner yang diisi responden dan dianalisis ternyata 2 orang atau sebesar 3,77% dari mahasiswa yang menjawab sangat setuju, 24 orang atau sebesar 45,28% dari mahasiswa yang menjawab setuju, 25 orang atau sebesar 47,17% dari mahasiswa yang menjawab netral, 2 orang atau sebesar 3,77% dari mahasiswa yang menjawab tidak setuju dan tidak ada atau sebesar 0% dari mahasiswa yang menjawab sangat tidak setuju.

4) Pada item pertanyaan 4 (saya menjadikan sabun mandi cair Lifebuoy sebagai sabun mandi pilihan) dari kuesioner yang diisi responden dan dianalisis ternyata 4 orang atau sebesar 7,55% dari mahasiswa yang menjawab sangat setuju, 17 orang atau sebesar 32,08% dari mahasiswa yang menjawab setuju, 26 orang atau sebesar 49,06% dari mahasiswa yang menjawab netral, 5 orang atau sebesar 9,43% dari mahasiswa yang menjawab tidak setuju dan 1 orang atau sebesar 1,89% dari mahasiswa yang menjawab sangat tidak setuju.

5) Pada item pertanyaan 5 (saya memiliki kenyakinan akan sabun mandi cair

Lifebuoy sebagai sabun mandi pilihan) dari kuesioner yang diisi responden dan

dianalisis ternyata 4 orang atau sebesar 7,55% dari mahasiswa yang menjawab sangat setuju, 17 orang atau sebesar 32,08% dari mahasiswa yang menjawab setuju, 28 orang atau sebesar 52,83% dari mahasiswa yang menjawab netral, 4 orang atau sebesar 7,55% dari mahasiswa yang menjawab tidak setuju dan tidak ada atau sebesar 0% dari mahasiswa yang menjawab sangat tidak setuju. 6) Pada item pertanyaan 6 (saya akan membeli sabun mandi cair Lifebuoy) dari

(60)

dari mahasiswa yang menjawab netral, 3 orang atau sebesar 5,66% dari mahasiswa yang menjawab tidak setuju dan 2 orang atau sebesar 3,77% dari mahasiswa yang menjawab sangat tidak setuju.

c. Atribut Sabun mandi Padat Lifebuoy 1) Kesadaran (Brand Awareness)

Tabel 4.9

Distribusi Pendapat Responden Terhadap Kesadaran (Brand Awareness) Item SS (5) S (4) N (3) TS (2) STS (1) Total

Pertayaan F % F % F % F % F % F %

1 12 22,64 37 69,81 3 5,66 1 1,89 - - 53 100 2 15 28,30 32 60,38 5 9,43 4 1,89 - - 53 100 3 15 28,30 23 43,40 13 24,53 2 3,77 - - 53 100

Sumber :Pengolahaan Data, 2009 (diolah)

Tabel 4.9 menunjukkan hasil jawaban kuesioner yang diperoleh dari 53 orang mahasiswa untuk kesadaran (awareness) yaitu:

a) Pada item pertanyaan 1 (berapa dibawah naungan perusahaan yang sama dengan sabun mandi cair Lifebuoy) dari kuesioner yang diisi responden dan dianalisis ternyata 12 orang atau sebesar 22,64% dari mahasiswa yang menjawab sangat setuju, 37 orang atau sebesar 69,81% dari mahasiswa yang menjawab setuju, 3 orang atau sebesar 5,66% dari mahasiswa yang menjawab netral, 1 orang besar 1,89% dari mahasiswa yang menjawab tidak setuju dan 2 orang atau sebesar 3,77% dari mahasiswa yang menjawab sangat tidak setuju. b) Pada item pertanyaan 2 (mudah diingat dan dikenal) dari kuesioner yang diisi

(61)

mahasiswa yang menjawab setuju, 5 orang atau sebesar 9,43% dari mahasiswa yang menjawab netral, 1 orang atau sebesar 1,89% dari mahasiswa yang menjawab tidak setuju dan tidak ada atau sebesar 0 dari mahasiswa yang menjawab sangat tidak setuju.

c) Pada item pertanyaan 3 (memiliki kelebihan aroma yang khas) dari kuesioner yang diisi responden dan dianalisis ternyata 15 orang atau sebesar 28,30% dari mahasiswa yang menjawab sangat setuju, 23 orang atau sebesar 43,40% dari mahasiswa yang menjawab setuju, 13 orang atau sebesar 24,53% dari mahasiswa yang menjawab netral, 2 orang atau sebesar 3,77% dari mahasiswa yang menjawab tidak setuju dan tidak ada atau sebesar 0 dari mahasiswa yang menjawab sangat tidak setuju.

2) Pengetahuan (Knowledge)

Tabel 4.10

Distribusi Pendapat Responden Terhadap Pengetahuan (Knowledge) Item SS (5) S (4) N (3) TS (2) STS (1) Total

Pertayaan F % F % F % F % F % F %

1 6 11,32 27 50,94 18 33,96 - - 2 3,77 53 100 2 11 20,75 25 47,17 16 30,19 1 1,89 - - 53 100 3 13 24,53 33 62,26 7 13,21 - - - - 53 100

Sumber :Pengolahaan Data, 2009 (diolah)

Tabel 4.10 menunjukkan hasil jawaban kuesioner yang diperoleh dari 53 orang mahasiswa untuk pengetahuan (knowledge) yaitu:

Gambar

Tabel 2.2 Tingkatan-Tingkatan Respon Negatif
Tabel 1.1         Top Brand Index  Kategori Sabun Mandi
Tabel 1.2 Brand Value Sabun Mandi Padat 2006-2008
Tabel 1.4 menunjukkan data penjualan Sabun Mandi Lifebuoy pada tahun
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kekuatan respon dan kekuatan stimulus pada Gatsby Hair Gel sebagai merek induk lebih besar daripada kekuatan respon dan kekuatan stimulus pada Gatsby Splash Cologne sebagai produk

1) Pada item pertanyaan 1 (DNA Gamestation mampu memenuhi kebutuhan saya akan bermain game ) dari kuesioner yang diisi responden dan dianalisis ternyata 49 orang atau sebesar

a). Skor ini diperoleh melalui hasil perkalian dari jawaban dengan masing-masing lebar mulai dari Lb=1 sampai Lb=5. Dari hasil perkalian ini diperoleh hasil jawaban responden yang

Mandom sebagai salah satu perusahaan terbesar di Indonesia memiliki merek yang sudah sangat populer di masyarakat Indonesia yaitu Minyak Rambut Gatsby, memutuskan

Universitas Kristen Maranatha... Universitas

1 Anda memilih Gatsby Splash Cologne sebagai produk yang tersedia dalam berbagai pilihan varian produk yang memberikan sensasi yang berbeda. 2 Anda memilih Gatsby

Menurut Rangkuti (2004:11) “Perluasan merek dapat terjadi apabila perusahaan memutuskan untuk menggunakan merek yang sudah ada pada produknya dalam satu kategori produk baru.”

Segala puji, hormat, dan syukur penulis kepada Allah Bapa Yang Maha Kuasa, Tuhan Kita Yesus Kristus, karena atas berkat dan kasih karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis