SKRIPSI
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA INDUSTRI PERBANKAN
DAN INDUSTRI MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
Oleh:
ARINI 090521060
PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN EKSTENSI
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRACT
Arini (2011) : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Industri Perbankan dan Industri Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dibimbing oleh Syafrizal Helmi Situmorang, SE, MSi; Ketua Program Studi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Dr. Endang Sulistya Rini SE MSi; Penguji I Dr. Khaira Amalia Fachrudin, SE, MSi; Penguji II Drs. Nakman Harahap MSi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh Cash Position, Debt to Equity Ratio, Return on Assets, Firm Size dan Shareholder Dispersion secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio pada Industri Perbankan dan Industri Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan industri perbankan dan industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan analisis regresi linear berganda dengan tingkat signifikan α = 5%. Pengerjaan analisis regresi linear berganda menggunakan program SPSS 17.0 for windows.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada Industri Perbankan, Cash Position, Debt to Equity Ratio, Return on Assets, Firm Size dan Shareholder Dispersion tidak dapat mengestimasi model sehingga tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan pada Industri Manufaktur, Cash Position dan Firm Size memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio, tetapi Return on Assets dan Shareholder Dispersion tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.
ABSTRACT
Arini (2011): Analysis of Factors That Influence Dividend Payout Ratio on Banking Industry and Manufacturing Industry in Indonesia Stock Exchange. Guided by Syafrizal Helmi Situmorang, SE, MSi; Head of Study Program Faculty of Economics, University of North Sumatra Dr. Endang Rini Sulistya SE MSi; Examiner I Dr. Khaira Amalia Fachrudin SE, MSi; Examiner II Drs. Nakman Harahap MSi.
The purpose of this study is to analyze and determine the effect of Cash Position, Debt to Equity Ratio, Return on Assets, Firm Size and Shareholder Dispersion significantly to the Dividend Payout Ratio on the Banking Industry and Manufacturing Industry is listed on Indonesia Stock Exchange.
This study uses secondary data from financial statements of the Banking Industry and Manufacturing Industry listed in Indonesia Stock Exchange period 2007-2009. The method used in this research is descriptive analysis method and multiple linear regression analysis with significant level α = 5%. The execution of multiple linear regression analysis using SPSS 17.0 for windows.
The results of this study indicate that the Banking Industry, Cash Position, Debt to Equity Ratio, Return on Assets, Firm Size and Shareholder Dispersion can not estimate a model that does not have a significant effect on Dividend Payout Ratio. While in the Manufacturing Industry, Cash Position and Firm Size has a significant effect on the Dividend Payout Ratio, but the Return on Assets and Shareholder Dispersion does not have a significant effect on the Dividend Payout Ratio.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beriring salam keharibaan Rasulullah SAW, semoga kita mendapatkan syafa’atnya di akhirat kelak. Amin.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan pendidikan pada Fakultas Ekonomi Program Strata-1 Jurusan Manajemen Ekstensi Universitas Sumatera Utara. Oleh sebab itu penulis mengambil judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Industri Perbankan dan Industri Manufaktur
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.”.
Selama penyusunan Skripsi ini, penulis banyak memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak terutama dari kedua orang tua tercinta, Ayahanda Mastriono dan Ibunda Sudarmi, atas kasih sayang, doa, motivasi dan dukungan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan dan skripsi ini dengan baik. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, MSi selaku Ketua Program Studi Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi USU, yang telah banyak memberikan petunjuk mengenai skripsi penulis.
3. Ibu Dr Isfenti Sadalia, SE, ME selaku ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi USU.
4. Bapak Syafrizal Helmi Situmorang, SE, MSi selaku Dosen pembimbing penulis yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan bimbingan dan saran untuk membantu penulis di dalam penulisan skripsi.
6. Bapak Drs. Nakman Harahap, MSi selaku Dosen penguji II penulis, yang telah memberikan arahan dan saran untuk membantu penulis di dalam penulisan skripsi.
7. Adik-adikku tercinta Ary Rahayu, Fajri Jauhari, dan Novia Hasanah yang selalu memotivasi penulis dalam pengerjaan skripsi ini. Beserta seluruh keluarga besar penulis yang selalu mendukung setiap tindakan penulis untuk memperlancar skripsi ini.
8. Teman-teman seperjuangan MK’09: Leli, Hotma, Liza, Falen, Rina, Elvi dan Mona, terima kasih atas dukungannya. Semangat!!!
Dan semua pihak yang telah membantu dan memberikan saran kepada penulis yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih banyak. Dan penulis pun menyadari bahwa skripsi ini terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak yang membutuhkan.
Medan, Juli 2011 Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis ... 10
2.1.1 Dividen ... 10
2.1.2 Jenis-Jenis Kebijakan Dividen ... 11
2.1.3 Teori Preferensi Investor ... 12
2.1.4 Teori Keagenan (Agency Theory) ... 13
2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen .. 15
2.1.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividen Payout Ratio... 16
2.1.6.1 Cash Position ... 16
2.1.6.2 Debt to Equity Ratio ... 17
2.1.6.3 Return on Asset ... 18
2.1.6.4 Fime Size ... 18
2.1.6.5 Shareholder Dispersion ... 19
2.2 Penelitian Terdahulu ... 21
2.3 Kerangka Konseptual ... 22
2.4 Hipotesis Penelitian ... 24
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil Perusahaan ... 40
4.2 Deskripsi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividen Payout Ratio ... 59
4.3 Evaluasi Model Statistik ... 83
4.4 Analisis Data ... 87
4.4.1 Uji Asumsi Klasik ... 87
4.4.2 Regresi Linear Berganda ... 102
4.4.2.1 Koefisien Determinasi ... 102
4.4.2.2 Pengujian Hipotesis ... 103
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 111
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 117
5.2 Saran ... 119
DAFTAR PUSTAKA ... 120
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
1.1 10 Bank Terbesar di Indonesia ... 5 3.1 Sampel Penelitian Industri Perbankan ... 26 3.2 Jumlah Sampel Berdasarkan Karateristik Penarikan Sampel
pada Industri Manufaktur ... 31 3.3 Sampel penelitian Industri Manufaktur ... 32 3.4 Kriteria Pengambilan Keputusan Durbin Watson ... 35 4.1 Rata-rata Cash Position, Debt to Equity Ratio, Return on Assets,
Firm Size, Shareholder Dispersion, dan Dividend Payout Ratio
pada Industri Perbankan yang Terdaftardi Bursa Efek Indonesia
Periode 2007-2009 ... 60 4.2 Rata-rata Cash Position, Debt to Equity Ratio, Return on Assets,
Firm Size, Shareholder Dispersion, dan Dividend Payout Ratio
pada Industri Manufaktur yang Terdaftardi Bursa Efek Indonesia
Periode 2007-2009 ... 62 4.3 Cash Position Industri Perbankan yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia ... 64 4.4 Cash Position Industri Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia ... 66 4.5 Debt to Equity Ratio Industri Perbankan yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia ... 68 4.6 Debt to Equity Ratio Industri Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia ... 69 4.7 Return on Assets Industri Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia ... 71 4.8 Return on Assets Industri Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia ... 74
4.10 Firm Size Industri Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ... 75
4.11 Shareholder Dispersion Industri Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ... 77
4.12 Shareholder Dispersion Industri Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ... 79
4.13 Dividend Payout Ratio Industri Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ... 80
4.14 Dividend Payout Ratio Industri Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ... 82
4.15 Casewise Diagnostik (Outlier Pertama)... 84
4.16 One Sample Kolmogorov-Smirnov Test (setelah Outlier Pertama dikeluarkan) ... 85
4.17 Casewise Diagnostik (Outlier Pertama setelah LN) ... 86
4.18 Casewise Diagnostik (Outlier Kedua setelah LN) ... 86
4.19 Casewise Diagnostik (Outlier Ketiga setelah LN) ... 86
4.20 Casewise Diagnostik (Outlier Keempat setelah LN) ... 87
4.21 Uji Normalitas pada Industri Perbankan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 93
4.22 Uji Normalitas pada Industri Manufaktur One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 94
4.23 Uji Glejser pada Industri Perbankan ... 97
4.24 Uji Glejser pada Industri Manufaktur ... 98
4.25 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi ... 99
4.26 Uji Autokorelasi Durbin Watson pada Industri Perbankan ... 99
4.27 Uji Autokorelasi Durbin Watson pada Industri Manufaktur... 100
4.28 Uji Multikolinearitas pada Industri Perbankan ... 101
4.29 Uji Multikolinearitas pada Industri Manufaktur ... 101
4.30 Koefisien Determinasi pada Industri Perbankan ... 102
4.32 Uji Statistik F pada Industri Perbankan ... 104
4.33 Uji Statistik F pada Industri Manufaktur ... 105
4.34 Uji Statistik t pada Industri Perbankan ... 107
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual ... 24 4.1 Histogram Dependent Variable (LN Dividen Payout Ratio)
pada Industri Perbankan ... 89 4.2 Histogram Dependent Variable (LN Dividen Payout Ratio)
pada Industri Manufaktur ... 90 4.3 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent
Variable (LN Dividen Payout Ratio) pada Industri Perbankan ... 91 4.4 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent
Variable (LN Dividen Payout Ratio) pada Industri Manufaktur ... 92 4.5 Scatterplot Dependent Variabel (LN Dividen Payout Ratio) pada
Industri Perbankan ... 95 4.6 Scatterplot Dependent Variabel (LN Dividen Payout Ratio) pada
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
I Sampel Penelitian Industri Perbankan ... 123 II Sampel Penelitian Industri Manufaktur ... 125 III Hasil Pengolahan Data dengan Pengolahan SPSS 17.0 for
Windows pada Industri Perbankan ... 127
IV Hasil Pengolahan Data dengan Pengolahan SPSS 17.0 for
DAFTAR SINGKATAN
CP = Cash Position
DER = Debt to Equity ratio
DPR = Dividend Payout Ratio
FS = Firm Size
LN = Logaritma Natural
ROA = Return on Asset
ABSTRACT
Arini (2011) : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Industri Perbankan dan Industri Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dibimbing oleh Syafrizal Helmi Situmorang, SE, MSi; Ketua Program Studi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Dr. Endang Sulistya Rini SE MSi; Penguji I Dr. Khaira Amalia Fachrudin, SE, MSi; Penguji II Drs. Nakman Harahap MSi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh Cash Position, Debt to Equity Ratio, Return on Assets, Firm Size dan Shareholder Dispersion secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio pada Industri Perbankan dan Industri Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan industri perbankan dan industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan analisis regresi linear berganda dengan tingkat signifikan α = 5%. Pengerjaan analisis regresi linear berganda menggunakan program SPSS 17.0 for windows.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada Industri Perbankan, Cash Position, Debt to Equity Ratio, Return on Assets, Firm Size dan Shareholder Dispersion tidak dapat mengestimasi model sehingga tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan pada Industri Manufaktur, Cash Position dan Firm Size memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio, tetapi Return on Assets dan Shareholder Dispersion tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.
ABSTRACT
Arini (2011): Analysis of Factors That Influence Dividend Payout Ratio on Banking Industry and Manufacturing Industry in Indonesia Stock Exchange. Guided by Syafrizal Helmi Situmorang, SE, MSi; Head of Study Program Faculty of Economics, University of North Sumatra Dr. Endang Rini Sulistya SE MSi; Examiner I Dr. Khaira Amalia Fachrudin SE, MSi; Examiner II Drs. Nakman Harahap MSi.
The purpose of this study is to analyze and determine the effect of Cash Position, Debt to Equity Ratio, Return on Assets, Firm Size and Shareholder Dispersion significantly to the Dividend Payout Ratio on the Banking Industry and Manufacturing Industry is listed on Indonesia Stock Exchange.
This study uses secondary data from financial statements of the Banking Industry and Manufacturing Industry listed in Indonesia Stock Exchange period 2007-2009. The method used in this research is descriptive analysis method and multiple linear regression analysis with significant level α = 5%. The execution of multiple linear regression analysis using SPSS 17.0 for windows.
The results of this study indicate that the Banking Industry, Cash Position, Debt to Equity Ratio, Return on Assets, Firm Size and Shareholder Dispersion can not estimate a model that does not have a significant effect on Dividend Payout Ratio. While in the Manufacturing Industry, Cash Position and Firm Size has a significant effect on the Dividend Payout Ratio, but the Return on Assets and Shareholder Dispersion does not have a significant effect on the Dividend Payout Ratio.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perusahaan dalam mengelola keuangannya dihadapkan pada tiga
keputusan keuangan yang saling berkaitan yaitu keputusan investasi,
keputusan pendanaan, dan kebijakan untuk menentukan berapa banyak
dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Kebijakan dividen
mempunyai dampak yang sangat penting bagi investor maupun bagi
perusahaan yang membayarkan dividen. Pada umumnya para investor
mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraannya yaitu dengan
mengharapkan return dalam bentuk dividen maupun capital gain. Di lain
pihak, perusahaan/perbankan juga mengharapkan adanya pertumbuhan yang
baik bagi keberlangsungan hidup usahanya, yang sekaligus juga dapat
membayar dividen kepada pemegang saham.
Besar kecilnya dividen yang dibagikan perusahaan berbeda-beda
tergantung pada kebijakan dividen dari masing-masing perusahaan, sehingga
pertimbangan manajemen sangat diperlukan. Besarnya persentase dari
pendapatan yang akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai cash
dividend disebut Dividend payout ratio (Abdullah, 2005:4). Dengan demikian,
kebijakan dividen yang optimal (optimal dividend policy) merupakan
kebijakan yang menciptakan keseimbangan diantara dividen saat ini dan
Beberapa faktor harus dipertimbangkan agar kebijakan dividen yang
optimal dapat dicapai dengan tetap memperhatikan kepentingan perusahaan
dan pemegang saham. Kebijakan dividen setiap perusahaan berbeda-beda
karena faktor prioritas yang dipertimbangkan setiap perusahaan berbeda.
Beberapa faktor tersebut diantaranya cash position, debt to equity ratio, return
on asset, firm size, shareholder dispersion yang merupakan faktor-faktor yang
dipertimbangkan dalam optimalisasi kebijakan dividen dalam penelitian ini.
Likuiditas merupakan pertimbangan utama bagi perusahaan sebelum
mengambil keputusan untuk menentukan besarnya dividen yang akan
dibagikan kepada pemegang saham. Perusahaan dikatakan likuid apabila
perusahaan tersebut dapat memenuhi kewajiban utang-utangnya, dapat
membayar kembali semua depositonya, serta dapat memenuhi permintaan
kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan. Karena dividen merupakan
arus kas keluar, semakin besar posisi kas (cash position), maka semakin besar
kemampuan perusahaan untuk membayar dividen (Van Horne dan M.
Machowicz, 2007:282).
Kebutuhan dana bagi perusahaan merupakan faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan terhadap dividen yang akan
diambil. Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk
menilai hutang dengan ekuitas (Kasmir, 2008:158). Rasio ini berfungsi untuk
mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan sebagai jaminan
bagi perbankan, hal ini berarti perusahaan akan lebih mengutamakan untuk
membayar pinjamannya dari pada membiayai dividen bagi pemegang saham.
Pembuatan keputusan yang tepat dalam kebijakan pembayaran dividen
dapat memaksimumkan nilai perusahaan dan nilai para pemegang sahamnya.
Nilai perusahaan ditentukan oleh nilai modal sendiri dan nilai hutang. Return
on Assets (ROA) mengukur keseluruhan keefektifan manajemen dalam
menghasilkan laba dengan aktiva yang tersedia. Perusahaan yang memiliki
keuntungan yang relatif stabil dapat memperkirakan bagaimana keuntungan di
kemudian hari. Maka keadaan seperti itu memungkinkan perusahaan untuk
membagikan dividen dengan persentase yang lebih besar dibandingkan
dengan perusahaan dengan keuntungan yang berfluktuasi. Ini berarti semakin
tinggi Return on Assets (ROA) maka kemungkinan pembagian dividen juga
semakin banyak.
Perusahaan yang besar dan memiliki profitabilitas yang tinggi akan
dengan mudah masuk ke pasar modal atau memperoleh dana-dana yang
diperlukan untuk perluasan usahanya dibandingkan dengan perusahaan yang
masih baru dan kecil (Sundjaja dan Barlian, 2003:389). Ini berarti ukuran
perusahaan (firm size) berpengaruh terhadap kebijakan dividen karena
semakin besar ukuran perusahaan, maka kemungkinan dividen yang dibagikan
lebih tinggi jika dibandingkan dengan perusahaan yang masih baru dan kecil
karena mereka lebih banyak menggunakan laba yang diperolehnya untuk
Penyebaran kepemilikan saham (shareholder dispersion) berkaitan
dengan masalah keagenan. Masalah keagenan merupakan salah satu faktor
yang dipertimbangkan dalam menetapkan kebijakan dividen, karena kebijakan
dividen perusahaan dapat dianggap sebagai alat untuk meminimisasi biaya
agensi (Keown, 2000:617). Masalah keagenan antara pemegang saham
(pemilik perusahaan) dengan manajer potensial terjadi bila manajemen tidak
memiliki saham mayoritas perusahaan. Pemegang saham tentu menginginkan
manajer bekerja dengan tujuan untuk memaksimumkan kemakmuran
pemegang saham. Namun di sisi lain manajer juga menginginkan
kemakmuran untuk diri mereka sendiri. Perbedaan kepentingan inilah yang
menyebabkan timbulnya masalah keagenan.
Bank merupakan lembaga keuangan yang berfungsi sebagai
penghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana dan menyalurkannya
kepada masyarakat yang kekurangan dana. Dalam 1 bulan pertama di 2011,
bank-bank di Indonesia meraup untung senilai Rp 5,65 triliun. Naik 11,7%
dibandingkan laba di Januari 2010 yang mencapai Rp 5,06 triliun
(http://vibiznews.com). Besarnya keuntungan yang diperoleh bank-bank
tersebut diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Berdasarkan data statistik perbankan dari Bank Indonesia (BI) Kamis
(24/3/2011), posisi bank yang menempati 10 besar tak banyak perubahan
Tabel 1.1
10 Bank Terbesar di Indonesia
No. Bank Firm Size
(Tahun 2009)
% DPR (Tahun 2009)
1 PT Bank Mandiri Tbk 33.61 29.35
2 PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) 33.39 30.04
3 PT Bank Central Asia Tbk (BCA) 33.27 80.21
4 PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) 33.06 34.92
5 PT Bank CIMB Niaga Tbk 32.30 -
6 PT Bank Danamon Indonesia Tbk 32.22 50.00
7 PT Bank Pan Indonesia Bank Tbk
(Panin)
31.99 -
8 PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BII)
31.74 -
9 PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) 31.70 26.86
10 PT Bank Permata Tbk 31.66 -
Sumber :
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa besarnya ukuran
perusahaan (firm size) tidak selalu menjamin perusahaan akan membagikan
dividen dalam jumlah yang besar pula. PT Bank Central Asia Tbk dengan
firm size sebesar 33,27 (diukur dari logaritma natural total asset), persentase
pembagian dividennya sebesar 80,21% lebih besar jika dibandingkan dengan
PT Bank Mandiri Tbk yang mempunyai firm size lebih besar yaitu 33,61,
dividen yang dibagikan sebesar 29,35%. Bahkan PT Bank CIMB Niaga Tbk
dengan firm size sebesar 32,30 lebih besar dari pada PT Bank Danamon
Tbk (BII) yang mempunyai firm size lebih besar dari PT Bank Tabungan
Negara Tbk (dengan dividen sebesar 26,86%), bank-bank tersebut tidak
membagikan dividen pada tahun yang sama.
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia dipengaruhi oleh pertumbuhan
sektor industri manufaktur. Industri manufaktur memberikan kontribusi
terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Pertumbuhan industri
manufaktur besar dan sedang triwulan I tahun 2011 naik sebesar 5,15% dari
triwulan I tahun 2010. Selama tiga tahun terakhir, terjadi kenaikan
pertumbuhan industri manufaktur besar dan sedang triwulan I. pada triwulan I
tahun 2010 pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang naik
4,26% dari triwulan I tahun 2009, dan pertumbuhan triwulan I tahun 2009
naik 0,19% dari triwulan I 2008 (http://bps.go.id). Kenaikan pertumbuhan ini
dapat menjadi pertimbangan bagi investor untuk menanamkan modalnya pada
industri manufaktur dan juga dapat mempengaruhi besar kecinya dividen yang
akan dibagikan perusahaan kepada pemegang saham.
Penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen
telah banyak dilakukan. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Zulkifli
(2008) menunjukkan bahwa variabel Cash Position (CP), Debt to Equity Ratio
(DER), Return on Asset (ROA) dan Firm Size (FS) mempunyai pengaruh
signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan variabel bebas lainnya,
yaitu Growth Potential (GP) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap Dividend Payout Ratio. Efendi (2007) menunjukkan bahwa variabel
Position mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.
Sedangkan variabel bebas lainnya, yaitu Insider Ownership, Profitability, dan
Growth tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout
Ratio. Sedangkan Sudarsi (2002) menunjukkan bahwa variabel Cash Position
(CP), Profitabilitas, dan Growth Potential (GP) tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap Dividend Payout Ratio, sedangkan variabel lainnya yaitu
Debt to Equity Ratio (DER) dan Firm Size tidak diikutsertakan dalam regresi
karena tidak memenuhi syarat uji asumsi klasik.
Berdasarkan uraian tersebut dan melihat adanya ketidakkonsistenan
hasil dari peneliti sebelumnya maka peneliti tertarik untuk melanjutkan
penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio
(DPR), dan variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cash
Position (CP), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Assets (ROA), Firm
Size (FS) dan Shareholder Dispersion (SHD) terhadap Dividend Payout Ratio
(DPR) pada Industri Perbankan dan Industri Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2009.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
“Apakah Cash Position (CP), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Assets
secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada Industri Perbankan
dan Industri Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)?”.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh
Cash Position (CP), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Assets (ROA), Firm
Size (FS) dan Shareholder Dispersion (SHD) secara signifikan terhadap Dividend
Payout Ratio (DPR) pada Industri Perbankan dan Industri Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
a. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan peneliti dalam memahami faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap dividend payout ratio khususnya pada perusahaan yang
terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia.
b. Bagi Perusahaan (Emiten)
Penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan bagi perusahaan dalam
penentuan kebijakan dividen. Faktor-faktor yang diteliti tersebut
diharapkan dapat membantu manajemen perusahaan dalam
pengambilan keputusan untuk menentukan besarnya dividen yang
c. Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi investor sebagai bahan
pertimbangan untuk pengambilan keputusan investasi di pasar modal
sehubungan dengan harapan pemegang saham untuk memperoleh
dividen atas sejumlah saham yang diinvestasikan.
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan referensi
atau perbandingan bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Dividen
Dividen merupakan aliran tunai bersih bebas yang didistribusikan
perusahaan kepada pemilik saham. Dividen tunai yang diharapkan merupakan
variabel pengembalian yang akan menentukan nilai saham bagi pemilik dan
investor. Dividen tunai adalah sumber dari aliran kas untuk pemegang saham yang
memberikan informasi tentang kinerja perusahaan pada saat ini dan akan datang.
Kebijakan dividen adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam keputusan
pendanaan perusahaan. Ketika memutuskan berapa banyak uang kas yang harus
dibagikan kepada pemegang saham, manajer keuangan harus mengingat bahwa
tujuan perusahaan adalah memaksimalkan nilai pemegang saham.
Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) adalah dividen tahunan
yang dibagi dengan laba tahunan; atau dividen per lembar saham dibagi dengan
laba per lembar saham. Rasio tersebut menunjukkan persentase laba yang
dibayarkan kepada pemegang saham secara tunai dan juga menentukan jumlah
laba yang dapat ditahan dalam perusahaan sebagai sumber pendanaan (Van Horne
2.1.2. Jenis-Jenis Kebijakan Dividen
Ada beberapa bentuk pemberian dividen secara tunai atau cash
dividend yang diberikan oleh perusahaan kepada pemegang saham. Jenis-jenis
kebijakan dividen tersebut adalah (Sartono, 2000: 255) :
a. Pemberian dividen yang stabil
Perusahaan yang menganut kebijakan untuk membayarkan dividen per lembar
saham dalam jumlah yang stabil cenderung untuk memiliki payout ratio yang
rendah pada saat profit tinggi dan memiliki payout ratio yang tinggi pada saat
profit mengalami penurunan. Alasan untuk memberikan dividen yang stabil
dengan cara membiarkan payout ratio berfluktuasi adalah agar harga saham
pasar lebih tinggi, hal ini karena:
1) Dividen yang berfluktuasi lebih beresiko dari pada dividen yang stabil,
oleh karena itu tingkat discount rate yang lebih rendah akan diterapkan
pada dividen yang stabil sehingga nilai saham lebih tinggi.
2) Pemegang saham yang mengharapkan pendapatan dari penerimaan
dividen akan lebih suka untuk menerima dividen dalam jumlah yang stabil
(dividen minimum).
3) Persyaratan listing surat berharga mensyaratkan dividen yang stabil dan
tidak terputus.
b. Payout ratio yang konstan
Beberapa perusahaan memilih untuk mempertahankan persentase payout laba
maka dividen yang dibayarkan juga berfluktuasi. Kebijakan ini cenderung
tidak akan memaksimumkan nilai perusahaan.
c. Pembayaran dividen reguler yang rendah disertai pembayaran ekstra.
Dengan dividen rendah tetapi teratur dibayar setiap periode, perushaan
memberi investor pendapatan stabil yang dibutuhkan untuk membangun
kepercayaan pada perusahaan dan jika pendapatan lebih tinggi dari biasanya
pada periode tertentu perusahaan boleh membayar tambahan dividen, yang
disebut dividen ekstra.
2.1.3. Teori Preferensi Investor
Ada beberapa teori dari preferensi investor tentang pembayaran
dividen antara lain (Brigham dan Houston, 2001: 66):
a. Teori Ketidakrelevanan Dividen
Teori Ketidakrelevanan Dividen merupakan teori yang menyatakan bahwa
kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai
perusahaan maupun biaya modalnya. Pendukung teori ini adalah Merton
Miller dan Franco Modigliani (MM). Mereka berpendapat bahwa nilai suatu
perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk menghasilkan
laba dan resiko bisnisnya. Dengan kata lain, MM berpendapat bahwa
pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan bagaimana pendapatan
b. Teori Bird in the Hand
Teori ini dikemukakan oleh Myron Gordon dan John Lintner. Mereka
berpendapat bahwa tingkat pengembalian atas ekuitas akan turun apabila rasio
pembagian dividen dinaikkan karena para investor kurang yakin terhadap
penerimaan keuntungan modal (capital gains) yang akan dihasilkan dari laba
yang ditahan dibandingkan dengan seandainya mereka menerima dividen.
Gordon dan Lintner berpendapat bahwa sesungguhnya investor jauh lebih
menghargai pendapatan yang diharapkan dari dividen daripada pendapatan
dari keuntungan modal (capital gain).
c. Teori Preferensi Pajak
Teori yang menyatakan bahwa investor lebih menyukai pembagian dividen
yang rendah daripada tinggi. Hal ini karena adanya pajak yang dikenakan pada
dividen. Investor menganggap bahwa pertumbuhan laba mungkin dianggap
menghasilkan kenaikan harga saham, dan keuntungan modal (capital gain)
yang pajaknya rendah akan menggantikan dividen yang pajaknya lebih tinggi.
Oleh karena itu, para investor mungkin lebih suka perusahaan menahan
sebagian besar laba perusahaan.
2.1.4. Teori Keagenan (Agency Theory)
Dalam mengimplementasikan tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan
kekayaan para pemegang saham, masalah keagenan dapat saja terjadi.
pemegang saham karena adanya pemisahan tugas manajemen perusahaan
dengan para pemegang saham (Keown at al, 2008:18). Agen adalah orang
yang diberi kekuasaan untuk bertindak atas nama yang lain, yang dikenal
sebagai prinsipal. Dalam mengatur perusahaan, pemegang saham adalah
prinsipal, karena mereka adalah pemilik nyata dari perusahaan. Sedangkan
dewan direksi, CEO, para eksekutif perusahaan maupun manajer profesional
dengan kekuasaaan pengambilan keputusan adalah agen (perantara) dari
pemegang saham.
Sebuah perusahaan bisa saja dijalankan oleh para manajer profesional
yang sedikit mempunyai kepemilikan saham dalam perusahaan itu atau tidak
sama sekali. Karena adanya pemisahan antara pembuat keputusan dan pemilik
perusahaan, para manajer bisa saja membuat keputusan yang sama sekali tidak
sesuai dengan tujuan memaksimalkan kekayaan para pemegang saham.
Mereka dapat bertindak untuk kepentingan mereka sendiri, dengan
penghasilan tambahan dan gaji, tetapi mereka mungkin juga menghindari
proyek manapun yang mempunyai resiko yang dihubungkan dengan mereka,
walaupun jika proyek besar mereka memberikan pengembalian yang
berpotensi dan kemungkinan kegagalannya sangat kecil. Hal ini disebabkan
jika proyek tidak menghasilkan, agen-agen dari pemegang saham ini akan
kehilangan pekerjaan mereka.
Konflik antara manajemen dan para pemegang saham dalam
perusahaan di mana manajer dan pemegang saham memiliki insentif yang
kecuali untuk kepentingan mereka sendiri, maka kebijakan dividen perusahaan
dapat dianggap oleh pemegang saham sebagai alat untuk meminimalisasi
biaya agensi. Biaya agensi adalah biaya, seperti mengurangi harga saham,
asosiasi dengan potensial konflik antara manajer dan investor ketika kedua
kelompok saling berbeda (Keown et al, 2000:617). Dengan mengasumsikan
bahwa pembayaran dividen mensyaratkan manajemen untuk mendanai
investasi baru, investor baru mungkin tertarik pada perusahaan hanya jika
manajemen memberikan informasi yang meyakinkan bahwa modal akan
digunakan agar menguntungkan. Maka pembayaran dividen secara tidak
langsung menghasilkan monitor yang lebih ketat pada kegiatan investasi
manajemen. Dividen bisa menjadi kontribusi yang berarti pada nilai
perusahaan.
2.1.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Menurut Sjahrial (2007:260), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kebijakan dividen suatu perusahaan antara lain:
a. Posisi likuiditas perusahaan; makin kuat posisi likuiditas perusahaan makin
besar dividen yang dibayarkan.
b. Kebutuhan dana untuk membayar hutang; apabila sebagian besar laba
digunakan untuk membayar hutang maka sisanya yang digunakan untuk
membayar dividen makin kecil.
d. Pengawasan terhadap perusahaan.
Menurut Van Horne dan M. Machowicz (2007:278), ada beberapa faktor
yang mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan antara lain:
a. Aturan-aturan hukum; berkaitan dengan penurunan nilai modal, insolvensi
(kebangkrutan), dan penahanan laba yang tidak dibenarkan.
b. Kebutuhan pendanaan perusahaan.
c. Likuiditas
d. Kemampuan untuk meminjam
e. Batasan-batasan dalam kontrak utang
f. Pengendalian
2.1.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio 2.1.6.1.Cash Position
Kas merupakan aktiva yang paling likuid dan merupakan salah satu unsur
modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Kas adalah seluruh uang
tunai yang ada di tangan (cash on hand) dan dana yang disimpan di bank dalam
berbagai bentuk, seperti deposito dan rekening koran (Syahyunan, 2004:49). Cash
position atau posisi kas merupakan rasio kas akhir tahun dengan laba bersih
setelah pajak (earning after tax) (dalam Sudarsi, 2002:4). Cash position
merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan sebelum membuat
keputusan untuk menentukan besarnya dividen yang akan dibayar kepada para
saham akan tergambar pada free cash flow yang dimiliki oleh perusahaan. Oleh
karena dividen merupakan cash outflow, maka makin kuatnya posisi kas (cash
position) atau likuiditas bank berarti makin besar kemampuannya membayar
dividen (Van Horne dan M. Machrowicz, 2007:282).
2.1.6.2.Debt to Equity Ratio
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk
menilai hutang dengan ekuitas (Kasmir, 2008:158). Rasio ini berfungsi untuk
mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan sebagai jaminan hutang,
atau dengan kata lain rasio ini menggambarkan sampai sejauh mana modal sendiri
perusahaan dapat menutupi hutang-hutangnya kepada pihak luar. Semakin besar
rasio ini menunjukkan semakin besar kewajibannya dan rasio yang semakin
rendah akan menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan memenuhi
kewajibannya.
Peningkatan hutang akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang
tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima. Apabila
perusahaan menentukan bahwa pelunasan hutangnya akan diambil dari laba
ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar pendapatannya untuk
keperluan tersebut, ini berarti hanya sebagian kecil saja pendapatan yang dapat
dibayarkan sebagai dividen. Peningkatan hutang akan mempengaruhi tingkat
pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham, artinya semakin tinggi
akan semakin rendah, sehingga DER mempunyai hubungan negatif dengan
dividend payout ratio.
2.1.6.3.Return on Asset
Return on Assets (ROA) adalah rasio antara laba setelah pajak dengan total
aktiva (Sartono, 2000:65). Rasio ini mengukur keseluruhan keefektifan
manajemen dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang tersedia. Rasio yang
lebih rendah dapat disebabkan karena net profit margin yang rendah atau karena
perputaran total aktiva yang rendah. ROA menunjukkan tingkat keuntungan
bersih yang diperoleh perusahaan dalam menjalankan operasionalnya. Semakin
besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik karena tingkat
pengembalian investasi (return) yang semakin besar.
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
pada masa mendatang dan merupakan indikator dari keberhasilan operasi
perusahaan. Perusahaan yang mempunyai profitabilitas yang tinggi akan menarik
minat investor untuk menanamkan modalnya dengan harapan akan mendapatkan
keuntungan yang tinggi pula. Oleh karena dividen diambil dari keuntungan bersih
yang diperoleh perusahaan, maka keuntungan tersebut akan mempengaruhi
besarnya dividend payout ratio. Perusahaan yang memperoleh keuntungan
cenderung akan membayar porsi keuntungan yang lebih besar sebagai dividen.
Semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka akan semakin besar pula
2.1.6.4.Firm Size
Ukuran perusahaan (firm size) mencerminkan bahwa perusahaan yang
mapan dan besar akan memiliki akses yang lebih mudah ke pasar modal,
dibandingkan dengan perusahaan yang masih baru ataupun perusahaan yang kecil.
Perusahaan yang masih baru ataupun perusahaan yang kecil karena keterbatasan
aksesnya ke pasar modal sehinnga kemampuannya untuk mendapatkan modal dan
memperoleh pinjaman dari pasar modal juga terbatas. Oleh karena itu maka
mereka cenderung untuk menahan labanya guna membiayai operasinya, dan ini
berarti dividen yang akan diterima oleh pemegang saham akan semakin kecil.
Semakin besar ukuran perusahaan (firm size) maka dividen yang dibagikan juga
akan semakin besar, begitu juga sebaliknya. Dengan demikian ukuran perusahaan
berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio. Ukuran perusahaan diwakili
oleh logaritma natural dari total assets (dalam Zulkifli, 2008:33).
2.1.6.5.Shareholder Dispersion
Masalah keagenan antara pemegang saham (pemilik perusahaan) dengan
manajer potensial terjadi bila manajemen tidak memiliki saham mayoritas
perusahaan. Untuk meyakinkan bahwa manajer bekerja sungguh-sungguh untuk
kepentingan pemegang saham, pemegang saham harus mengeluarkan biaya yang
disebut agency cost yang meliputi pengeluaran untuk memonitor kegiatan
manajer, pengeluaran untuk membuat struktur organisasi yang meminimalkan
dibutuhkan biaya yang mahal dan kurang efisien. Solusi yang baik adalah
memberi paket kompensasi berupa gaji tetap ditambah bonus kepemilikan
perusahaan (saham perusahaan) jika kinerja mereka bagus (Sukardi, 2009:15).
Karena adanya masalah financial internal (modal) dan eksternal (hutang)
serta adanya tarik menarik kepentingan antar kelompok investor, maka muncul
masalah penyebaran kepemilikan saham (shareholder dispersion) perusahaan.
Shareholder dispersion yang besar akan menimbulkan biaya keagenan yang besar
karena ketika kepemilikan saham ini menyebar, maka pemegang saham akan sulit
dalam mengawasi perusahaan. Akibatnya suatu aktivitas pengawasan oleh
pemegang saham memerlukan biaya yang cukup besar. Kepemilikan saham yang
menyebar menimbulkan biaya keagenan yang besar sehingga membutuhkan
mekanisme untuk menurunkan biaya keagenan tersebut dengan cara
meningkatkan rasio pembayaran dividen.
Shareholder dispersion diartikan sebagai variance kepemilikan saham
oleh kelompok pemegang saham (dalam Efendi, 2007:45). Nilai variance yang
besar menunjukkan bahwa kepemilikan saham lebih terkonsentrasi pada satu atau
beberapa pemegang saham saja. Sebaliknya, nilai variance yang kecil
menunjukkan bahwa kepemilikan saham semakin menyebar atau tidak
terkonsentrasi pada satu atau beberapa pemegang saham saja. Dengan demikian,
Shareholder dispersion yang kecil menunjukkan bahwa kepemilikan saham di
suatu perusahaan semakin menyebar. Hal ini akan menimbulkan masalah
keagenan karena sulitnya para pemegang saham untuk melakukan kontrol
tinggi. Dengan kata lain, Shareholder dispersion berpengaruh negatif terhadap
dividend payout ratio.
2.2. Penelitian Terdahulu
Zulkifli (2008) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Makanan dan
Minuman yang Terdaftar pada Bursa Efek Jakarta selama periode 2004-2006”.
Pada penelitian tersebut, variabel yang digunakan antara lain Cash Position (CP),
Debt to Equity Ratio (DER), Return on Asset (ROA), Growth Potential (GP) dan
Firm Size (FS). Hasil Uji Serempak (Uji F) menunjukkan bahwa semua variabel,
yaitu Cash Position, Debt to Equity Ratio, Return on Asset, Growth Potential dan
Firm Size mempunyai pengaruh bersama-sama secara signifikan terhadap
Dividend Payout Ratio. Sedangkan Uji Secara Parsial (Uji t) menunjukkan bahwa
variabel Cash Position, Debt to Equity Ratio, Return on Asset dan Firm Size
mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan
variabel bebas lainnya, yaitu Growth Potential tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.
Efendi (2007) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Industri Manufaktur di Bursa
Efek Jakarta (Periode 2002-2004)”. Pada penelitian tersebut, variabel yang
digunakan antara lain Insider Ownership, Shareholder dispersion, Profitability,
dispersion, Profitability, Growth, Size, Market Risk, Debt to Equity Ratio dan
Cash Position mempunyai pengaruh bersama-sama secara signifikan terhadap
Dividend Payout Ratio. Sedangkan Uji Parsial (Uji t) menunjukkan bahwa
Shareholder dispersion, Size, Debt to Equity Ratio, Market Risk, dan Cash
Position mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.
Sedangkan variabel bebas lainnya, yaitu Insider Ownership, Profitability, dan
Growth tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.
Sudarsi (2002) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Industri Perbankan yang Listed
di Bursa Efek Jakarta (BEJ)”. Pada penelitian tersebut, variabel yang digunakan
antara lain Cash Position (CP), Profitability (PR), Growth Potential (GP), Firm
Size (Size) dan Debt to Equity Ratio (DER). Hasil Uji Serempak (Uji F)
menunjukkan bahwa Cash Position (CP), Profitability (PR), Growth Potential
(GP), Firm Size (Size) dan Debt to Equity Ratio (DER) tidak mempunyai
pengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan Uji
Parsial (Uji t) menunjukkan bahwa Cash Position (CP), Profitability (PR),
Growth Potential (GP) tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend
Payout Ratio. Sedangkan variabel bebas lainnya, yaitu Debt to Equity Ratio
(DER) dan Firm Size tidak diikutsertakan dalam regresi karena tidak memenuhi
2.3. Kerangka Konseptual
Dividen merupakan aliran tunai bersih bebas yang didistribusikan
perusahaan kepada pemilik saham. Dividen payout ratio menunjukkan persentase
laba yang dibayarkan kepada pemegang saham secara tunai dan juga menentukan
jumlah laba yang dapat ditahan dalam perusahaan sebagai sumber pendanaan
(Van Horne dan Machowicz, 2007:270). Faktor-faktor yang mempengaruhi
dividend payout ratio (DPR) antara lain: Cash position (CP), Debt to Equity
Ratio (DER) dan Return on Assets (ROA), Firm Size (FS) dan Shareholder
Dispersion (SHD).
Cash position merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan
sebelum membuat keputusan untuk menentukan besarnya dividen yang akan
dibayar kepada para pemegang saham. Semakin kuat cash position berarti
semakin besar kemampuan untuk membayar dividen (Van Horne dan M.
Machrowicz, 2007:282). Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang
digunakan untuk menilai hutang dengan ekuitas (Kasmir, 2008:158). Semakin
tinggi nilai rasio ini menggambarkan gejala yang kurang baik bagi perbankan,
berarti kemungkinan persentase pembagian dividen juga semakin kecil.
Return on Assets (ROA) adalah rasio antara laba setelah pajak dengan total
aktiva (Sartono, 2000:65). Rasio ini mengukur keseluruhan keefektifan
manajemen dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang tersedia. Semakin tinggi
Return on Assets (ROA) maka kemungkinan pembagian dividen juga semakin
dan Barlian, 2003:389). Semakin besar ukuran perusahaan (firm size) maka
dividen yang dibagikan juga akan semakin besar, begitu juga sebaliknya.
Shareholder dispersion diartikan sebagai variance kepemilikan saham oleh
kelompok pemegang saham (dalam Efendi, 2007:45). Shareholder dispersion
yang kecil menunjukkan bahwa kepemilikan saham di suatu perusahaan semakin
menyebar, ini mengakibatkan pembayaran dividen yang lebih tinggi. Dengan
demikian, Shareholder dispersion berpengaruh negatif terhadap dividend payout
ratio.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka kerangka konseptual dalam
penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Sumber: Van Horne dan M. Machowicz (2007:270), Kasmir (2008:158), Sartono (2000:65),
Sundjaja dan Barlian ( 2003:389), Efendi (2007:45), diolah
Return on Assets (X3)
Dividend Payout Ratio (Y)
2.4. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah.
Karena sifatnya masih sementara, maka perlu dibuktikan kebenarannya melalui
data empiris yang terkumpul (Sugiyono, 2003: 306).
Berdasarkan kerangka konseptual tersebut maka hipotesisnya adalah
sebagai berikut: “Cash Position (CP), Debt to Equity Ratio (DER), Return on
Assets (ROA), Firm Size (FS) dan Shareholder Dispersion (SHD) mempunyai
pengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada Industri
Perbankan dan Industri Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian asosiatif, di mana penelitian
asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
dua variable atau lebih. Dalam penelitian ini, diteliti sejauh mana pengaruh antara
Cash Position (CP), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Assets (ROA), Firm
Size (FS) dan Shareholder Dispersion (SHD) terhadap Dividend Payout Ratio
(DPR) pada Industri Perbankan dan Industri Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui media internet
dengan situs
2011 sampai dengan bulan Juli 2011.
3.3. Batasan Operasional
Adapun yang menjadi batasan operasional dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :
1) Variabel bebas (independent variable) yaitu Cash position (CP), Debt to
Equity Ratio (DER), Return on Assets (ROA), Firm Size (FS) dan
Shareholder Dispersion (SHD).
b. Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini, yaitu Industri
Perbankan dan Industri Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2007 sampai 2009.
c. Data laporan keuangan pada Industri Perbankan dan Industri Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2007 sampai 2009.
3.4. Defenisi Operasional
Pada penelitian ini terdapat dua variabel yang digunakan yaitu variabel
terikat (dependen) dan variabel bebas (independen). Variabel terikat (Y) adalah
Dividend Payout Ratio (DPR), sedangkan variabel bebas (X) terdiri dari Cash
position (CP), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Assets (ROA), Firm Size
(FS) dan Shareholder Dispersion (SHD).
a. Variabel Independen (X)
1) Cash Position (X1)
Posisi likuiditas merupakan pertimbangan utama bagi
perbankan/perusahaan sebelum mengambil keputusan untuk menentukan
besarnya dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham
Pembayaran dividen merupakan arus kas keluar sehingga semakin kuat
cash position berarti semakin besar kemampuan untuk membayar dividen.
2) Debt to Equity Ratio (X2)
Rasio ini mengukur seberapa jauh perbankan/perusahaan dibiayai oleh
hutang, dimana semakin tinggi nilai rasio ini menggambarkan gejala yang
kurang baik bagi perbankan/perusahaan.
Rumus:
3) Return on Assets (X3)
Rasio ini menunjukkan kemampuan modal yang diinvestasikan dalam total
aktiva untuk menghasilkan laba perusahaan.
Rumus:
4) Firm Size (X4)
Firm Size mencerminkan bahwa perbankan/perusahaan yang besar
memiliki akses yang lebih mudah ke pasar modal, sedangkan
perbankan/perusahaan yang kecil sebaliknya. Ukuran perusahaan diwakili
oleh logaritma natural dari total assets.
5) Shareholder Dispersion (X5)
Shareholder dispersion dihitung dengan rumus variance, nilai variance
yang besar menunjukkan bahwa kepemilikan saham lebih terkonsentrasi
Rumus:
Dimana : Xi = Persentase kepemilikan saham tiap kelompok
X = Rata-rata persentase kepemilikan saham
n = Jumlah data
b. Variabel Dependen (Y)
Dividend Payout Ratio (Y)
Rasio ini menunjukkan persentase pendapatan yang dibagikan kepada
pemegang saham. Rasio ini dapat diukur dengan membandingkan dividen kas
per lembar saham dengan laba yang diperoleh per lembar saham.
Rumus:
3.5. Skala Pengukuran
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan
untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur,
sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan
data kuantitatif (Sugiyono, 2003:84). Penelitian ini menggunakan skala
pengukuran rasio, dimana skala rasio merupakan skala pengukuran yang dapat
digunakan untuk menyatakan peringkat antar tingkatan, dan jarak atau interval
3.6. Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah industri perbankan
dan industri manufaktur yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI)
pada periode Januari 2007 sampai dengan Desember 2010, yaitu masing-masing
sebanyak 31 perbankan dan 104 perusahaan manufaktur. Target sampel untuk
Industri Perbankan dalam penelitian ini adalah emiten yang terdaftar pada Industri
Perbankan di Bursa Efek Indonesia yang memiliki laporan keuangan lengkap dan
membagikan dividen selama periode penelitian yaitu Januari 2007 sampai dengan
Desember 2009. Berdasarkan target tersebut, maka yang menjadi sampel
penelitian untuk Industri Perbankan adalah sebagai berikut:
Sedangkan untuk Industri Manufaktur, penarikan sampel dilakukan
berdasarkan kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.2
Jumlah Sampel Berdasarkan Karateristik Penarikan Sampel pada Industri Manufaktur
No Karakteristik Sampel Jumlah
1 Emiten yang selalu listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode penelitian, yaitu 2004-2007
104
2 Emiten yang tidak memiliki data laporan
keuangan yang lengkap selama periode penelitian, yaitu 2004-2007
(5)
3 Emiten yang tidak membagikan dividen berturut-turut selama periode 2004-2007 dalam satuan rupiah
(67)
Jumlah Sampel 32
Sumber: http://idx.co.id (3 Juli 2011, diolah)
Berdasarkan kriteria sampel di atas, maka yang menjadi sampel penelitian
Tabel 3.2
Sampel Penelitian Industri Manufaktur No Kode
Emiten Nama Emiten Tanggal Listing
1 AMFG PT Asahimas Flat Glass Tbk 08 November 1995
9 GDYR PT Goodyear Indonesia Tbk 01 Desember 1980
10 GGRM PT Gudang Garam Tbk 27 Agustus 1990 11 HMSP PT HM Sampoerna Tbk 15 Agustus 1990 12 IGAR PT Kageo Igar Jaya Tbk 5 November 1990 13 IKBI PT Sumi Indo Kabel Tbk 21 Januari 1991 14 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk 14 Juli 1994 15 INTP PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 05 Desember 1989 16 KAEF PT Kimia Farma Tbk 4 Juli 2001
17 KLBF PT Kalbe Farma Tbk 30 Juli 1991 18 LION PT 20 Agustus 1993 19 LMSH PT 4 Juni 1990 20 MERC PT 23 Juli 1981 21 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk 15 Desember 1981 22 MRAT PT Mustika Ratu Tbk 27 Juli 1995 23 MYOR PT Mayora Indah Tbk 4 Juli 1990 24 SMGR PT Semen Gresik (Persero) Tbk 08 Juli 1991
25 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk 09 September 1996 26 SQBI PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk 03 Agustus 1992 27 TCID PT Mandom Indonesia Tbk 30 September 1993 28 TOTO PT Surya Toto Indonesia Tbk 30 Oktober 1990 29 TRST PT Trias Sentosa Tbk 12 Juli 1993 30 TSPC PT Tempo Scan Pacific Tbk 17 Juni 1994 31 UNIC PT Unggul Indah Cahaya Tbk 06 November 1989 32 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk 11 Januari 1990
3.7. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi
dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan data-data pendukung berupa literatur,
jurnal, penelitian terdahulu dan buku-buku referensi untuk mendapat gambaran
dari masalah yang akan diteliti, serta mengumpulkan data sekunder yang
diperlukan berupa laporan-laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia
(BEI).
3.8. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh melalui laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia,
berbagai hasil penelitian dan buku-buku referensi.
3.9. Teknik Analisis Data 3.9.1. Metode Analisis Deskriptif
Pada tahap ini dilakukan dengan menghitung masing-masing variabel
bebas dan variabel terikat dengan menggunakan rumus yang telah dikemukakan
sebelumnya.
3.9.2. Pengujian Asumsi Klasik
Sebelum melakukan analisis regresi, agar didapat perkiraan yang tidak
berganda dapat digunakan dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
dividend payout ratio. Kriteria persyaratan tersebut antara lain:
3.9.2.1.Uji Normalitas
Menurut Situmorang et al, (2010:91) menyatakan bahwa uji normalitas
bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau
mendekati distribusi normal. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola
distribusi normal, yakni distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau ke
kanan. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau
tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik.
Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada
sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Cara
lain untuk mengetahui normalitas adalah dengan menggunakan pendekatan
kolmogorov smirnov. Dengan menggunakan tingkat signifikan 5% maka jika nilai
Asymp. Sig. (2-tailed) diatas nilai signifikan 5% artinya variabel residual
berdistribusi normal (Situmorang et al, 2010:97).
3.9.2.2.Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lainnya. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lain tetap, maka terjadi homokedastisitas dan jika berbeda maka disebut
dilakukan dengan dua cara yaitu melalui pendekatan grafik dan pendekatan
statistik (Uji Glejser). Model regresi yang baik adalah tidak terjadi
heterokedastisitas (Situmorang et al, 2010: 100).
3.9.2.3.Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode sebelumnya (Situmorang et al, 2010: 113). Metode
yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi salah
satunya adalah dengan menggunakan percobaan d dari Durbin Watson, dengan
kriteria pengambilan keputusan antara lain:
Tabel 3.4
Kriteria Pengambilan Keputusan Durbin Watson
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0<d<dl
Tidak ada autokorelasi positif No decision dl≤d≤du
Tidak ada korelasi negatif Tolak 4-dl<d<4
Tidak ada korelasi negatif No decision 4-du≤d≤4-dl
Tidak ada autokorelasi positif atau negatif
Tidak ditolak du<d<4-du
Sumber: Situmorang et al (2010: 120)
3.9.2.4.Uji Multikolinearitas
Digunakan untuk menunjukkan ada tidaknya hubungan linear yang
multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor
(VIF) dengan ketentuan bila tolerance < 0,1 sedangkan VIF > 5 maka diduga
mempunyai persoalan multikolinearitas (Situmorang et al, 2010:136).
3.9.3. Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat. Model persamaan regresi ini adalah:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e
Dimana :
Y = Dividend Payout Ratio (DPR)
a = Konstanta
X1 = Cash Position (CP)
X2 = Debt to Equity Ratio (DER)
X3 = Return on Assets (ROA)
X4 = Firm Size (FS)
X5 = Shareholder Dispersion (SHD)
b1,2,3,4,5 = Koefisien regresi variabel X1,2,3,4,5
e = error
Data diolah dengan menggunakan aplikasi komputer SPSS for Windows versi
3.9.3.1.Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel independen atau prediktornya (Situmorang et
al, 2010: 144). Range nilai dari koefisien determinasi adalah 0 ≤ R2 ≤ 1.
Kelemahan penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah
variabel independen. Semakin banyak variabel independen ditambahkan ke dalam
model, maka R2 akan meningkat walaupun variabel tersebut tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap model. Fungsi dari Adjusted R Square adalah
mengurangi keraguan tersebut. Nilai Adjusted R Square menunjukkan proporsi
variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel independen. Semakin tinggi nilai
Adjusted R Square maka akan semakin baik bagi model regresi karena
menandakan bahwa kemampuan variabel bebas menjelaskan variabel terikat juga
semakin besar.
3.9.3.2. Pengujian Hipotesis 3.9.3.2.1.Uji F atau Uji Simultan
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas (X) berpengaruh
secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel terikat (Y).
Bentuk pengujian :
H0 : b1=b2=b3=b4=b5=0, artinya variabel Cash Position (CP), Debt to Equity Ratio
(DER), Return on Assets (ROA), Firm Size (FS), dan Shareholder Dispersion
(SHD) tidak mempunyai pengaruh signifikan secara simultan terhadap variabel
H1 : b1≠b2≠b3≠b4≠b5≠0, artinya variabel Cash Position (CP), Debt to Equity
Ratio (DER), Return on Assets (ROA), Firm Size (FS)dan Shareholder Dispersion
(SHD) mempunyai pengaruh signifikan secara simultan terhadap variabel
Dividend Payout Ratio (DPR).
Pada penelitian ini nilai Fhitung akan dibandingkan dengan Ftabel pada
tingkat signifikan (α) = 5%. Kriteria penilaian hipotesis pada uji-F ini adalah:
Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima atau H1 ditolak
Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak dan H1 diterima
Jika tingkat signifikansi di bawah 5% maka H0 ditolak dan H1 diterima
3.9.3.2.1. Uji t (secara parsial)
Dilakukan untuk menguji apakah setiap variabel bebas (X) mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (Y) secara parsial. Pengujian
ini dilakukan berdasarkan perbandingan nilai thitung masing-masing koefisien
regresi dengan ttabel (nilai kritis) sesuai dengan tingkat signifikansi yang
digunakan. Bentuk pengujian :
H0 : b1,b2,b3,b4,b5=0, artinya variabel Cash Position (CP), Debt to Equity Ratio
(DER), Return on Assets (ROA), Firm Size (FS) dan Shareholder Dispersion
(SHD) secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
Dividend Payout Ratio (DPR).
H1 : b1,b2,b3,b4,b5≠0, artinya variabel Cash Position (CP), Debt to Equity Ratio
(SHD) secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividend
Payout Ratio (DPR).
Pada penelitian ini nilai thitung akan dibandingkan dengan ttabel pada
tingkat signifikan (α) = 5%. Kriteria pengambilan keputusan pada uji-t ini
adalah:
Jika thitung < ttabel maka H0 diterima atau H1 ditolak
Jika thitung > ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Profil Perusahaan 4.1.1. Industri Perbankan
4.1.1.1. PT Bank ICB Bumiputera Tbk
PT Bank ICB Bumiputera Tbk didirikan dengan nama PT Bank
Bumiputera Indonesia pada tanggal 31 Juli 1989. Ruang lingkup kegiatan usaha
Bank adalah melakukan usaha di bidang perbankan sesuai dengan undang-undang
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bank ini mulai beroperasi
secara komersial pada tanggal 12 Januari 1990 sebagai perusahaan yang dimiliki
oleh AJB Bumiputera 1912, perusahaan asuransi jiwa tertua di Indonesia. Bank
ini terdaftar (listing) sebagai perbankan yang go public pada tanggal 15 Juli 2002.
Bank Bumiputera berkantor pusat di Menara ICB Bumiputera, Jalan Probolinggo
No.18, Menteng - Jakarta 10350.
4.1.1.2. PT Bank Ekonomi Raharja Tbk
PT Bank Ekonomi Raharja Tbk (dahulu PT Bank Mitra Raharja)
didirikan dengan akta notaris Kartini Muljadi, S.H., No. 31 pada tanggal 15 Mei
1989. Bank ini mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 8 Maret 1990.
Bank Ekonomi dinyatakan oleh Bank Indonesia sebagai bank yang sehat selama
24 bulan berturut-turut sejak pembukaan dan tetap bertahan hingga saat ini. Bank
Kav 7-8 Jakarta 12920. Bank ini terdaftar (listing) sebagai perbankan yang go
public pada tanggal 08 Januari 2008.
4.1.1.3. PT Bank Central Asia Tbk
PT Bank Central Asia Tbk didirikan dengan akta Notaris Raden Mas
Soeprapto pada tanggal 10 Agustus 1955 No. 38 dengan nama N.V. Perseroan
Dagang dan Industrie Semarang Knitting Factory. Bank ini mulai beroperasi di
bidang perbankan sejak tangal 12 Oktober 1956. Bank ini terdaftar (listing)
sebagai perbankan yang go public pada tanggal 31 Mei 2000. Bank Central Asia
berkantor pusat diWisma BCA Jl. Jenderal Sudirman Kav. 22-23 Jakarta 12920.
4.1.1.4. PT Bank Bukopin Tbk
PT Bank Bukopin Tbk didirikan pada tanggal 10 Juli 1970 dengan nama
Bank Umum Koperasi Indonesia (Bukopin). Usaha bank mencakup segala
kegiatan bank umum dengan tujuan utama memperhatikan dan melayani
kepentingan gerakan koperasi di Indonesia. Bank Ekonomi Raharja Tbk berkantor
pusat diGedung Bank Bukopin Jl. M.T. Haryono Kav.50-51 Jakarta 12770. Bank
ini terdaftar (listing) sebagai perbankan yang go public pada tanggal 10 Juli2006.
4.1.1.5. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk pada awalnya didirikan dengan