• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pola Asuh Orangtua Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba Binaan Al-Kamal Sibolangit Centre

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pola Asuh Orangtua Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba Binaan Al-Kamal Sibolangit Centre"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS POLA ASUH ORANGTUA REMAJA

KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA BINAAN

AL - KAMAL SIBOLANGIT CENTRE

Diajukan Oleh :

LISTA HARIYANTI SIREGAR 060902059

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Abstrak

LISTA HARIYANTI SIREGAR 060902059

ANALISIS POLA ASUH ORANGTUA REMAJA KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA BINAAN AL-KAMAL SIBOLANGIT CENTRE

(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 82 halaman, 2 bagan, 5 tabel, 2 lampiran, 22 pustaka)

Penelitian mengenai Analisis Pola Asuh Orangtua Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba Binaan Al-Kamal Sibolangit Centre ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana bentuk pola asuh yang dilakukan oleh orangtua remaja korban penyalahgunaan narkoba yang menjadi pasien di Al-Kamal Sibolangit Centre.

Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif yang dilaksanakan di Al-Kamal Sibolangit Centre yang beralamat di Jalan Medan Berastagi Km. 12,5 Desa Suka Makmur Kecamatan Sibolangit Deli Serdang Sumatera Utara. Adapun yang menjadi subjek penelitian ini berupa informan yang ditetapkan secara purposive cluster sampling (sampel kelompok). Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik analisis dan deskriptif, yaitu dengan mengumpulkan, mengelola, menyajikan dan menjabarkan hasil penelitian yang didapatkan peneliti dari lapangan dan akan disimpulkan dalam bentuk Life Story dan dianalisis kemudian.

Hasil dari penelitian didapat bahwa dalam mendidik anak, orangtua ketiga informan memiliki tipe pola asuh yang berbeda. Secara berturut dari informan I, II dan III tipe pola asuh yang diterapkan adalah pola asuh tipe penyabar, otoriter, penelantar. Walaupun dalam hasil data di lapangan, pola asuh orangtua korban lebih kepada perpaduan dari tipe pola asuh yang telah ditetapkan oleh peneliti sendiri. Namun peneliti mencoba untuk mengkerucutkan tipe pola asuh orangtua korban berdasarkan kecenderungan indikator-indikator tipe pola asuh yang telah peneliti tetapkan.

(3)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE SOCIAL WELFARE DEPARTEMENT

Abstract

LISTA HARIYANTI SIREGAR 060902059

ANALISIS POLA ASUH ORANGTUA REMAJA KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA BINAAN AL-KAMAL SIBOLANGIT CENTRE

(This thesis is composed of 6 chapters, 82 pages, 2 charts, 5 tables, 2 appendix, 22 references)

Analysis of Research on Parents Parenting Teens Drug Abusers By Al-Kamal Sibolangit Centre aims to describe how the shape of parenting teenagers conducted by the parents who become victims of drug abuse patients in Al-Kamal Sibolangit Centre. This form of descriptive qualitative research conducted in Al-Kamal Sibolangit Centre which is located at Jalan Medan Berastagi Km. Like Makmur Subdistrict 12.5 Sibolangit Village Deli Serdang, North Sumatra. As for who becomes the subject of this research is a set of informants in a purposive cluster sampling (sample group). Data collection techniques used in this research is descriptive analysis technique and, by collecting, managing, presenting and describing the research results obtained from the field and researchers will be concluded in the form of Life Story and analyzed later. Results of the study found that in educating children, parents three informants have different types of parenting. Respectively of the informants I, II and III types of parenting that is applied is the type of patient care pattern, authoritarian, penelantar. Although the results of the data in the field, the ways to teach parents of victims rather the combination of this type of parenting that have been set by the researchers themselves. But the researchers tried to conical type based on the victim's parents parenting trend indicators have been types of parenting that the researchers set.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat kasih dan rahmat-Nya, penulis masih diberikan kesempatan untuk

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul Analisis Pola Asuh

Orangtua Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba Binaan Al-Kamal Sibolangit

Centre. Penulis berharap dengan adanya skripsi ini, dapat menjadi manfaat dalam

memberikan kontribusi keilmuan tentang pola asuh orangtua terhadap remaja

korban penyalahgunaan narkoba.

Penulis sadar, bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu

penulis sangat menghargai setiap saran dan kritik dalam penyempurnaan skripsi

ini.

Tidak lupa juga pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus yang telah setia memberikan berkat dan rahmatnya buat

penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis

bersyukur masih bisa diberi kesempatan di dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si selaku ketua Departemen Ilmu

Kesejahteraan Sosial Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Husni Thamrin, S.Sos, MSP selaku dosen pembimbing penulis. Terima

kasih penulis sampaikan karena telah membimbing penulis sampai skripsi ini

(5)

5. Seluruh dosen dan staff pegawai di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial.

6. Orang tua penulis, Gr. J. Siregar dan T. Hutapea (†). Terima kasih karena

telah mendidik dan membesarkan penulis sampai saat ini. Penulis tahu begitu

besar pengorbanan dan kasih sayang yang kalian berikan kepada saya

terutama di saat masa-masa sulit. Penulis persembahkan skripsi ini buat

“mama”, pastinya mama bahagia melihat putri bungsumu ini akhirnya dapat

menyelesaikan studiku (miss u mom).Buat ayahku, penulis tidak bisa

membalas sedikitpun apa yang telah ayah berikan. Biarlah Tuhan Yesus

Kristus yang selalu setia menjaga dan memberkati mu ayah. Saya berharap itu.

7. Abangku dan kakak ipar (Iwan Siregar / Elvikartina Sinaga) juga buat kakaku

dan abang ipar (Timoria Siregar / Dompak Hutabarat) dan buat abangku Jhon

Faisal Siregar (dimana pun kau berada……???????). Dan juga buat ponaanku

teersayang Ester Rachel Garcia Siregar(walaupun masih kecil). Terima kasih

penulis sampaikan kepada abang dan kakak semua atas dukungan dan

semangat yang tidak pernah henti-hentinya kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Medan, Nopember 2010

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK……….….i

KATA PENGANTAR………...ii

DAFTAR ISI………..vi

DAFTAR TABEL………...x

DAFTAR BAGAN………...xi

DAFTAR LAMPIRAN………..xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang……….1

1.2Perumusan Masalah……….6

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian………...6

1.3.2. Manfaat Penelitian……….6

1.4Sistematika Penulisan………..7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Asuh Orangtua...………8

2.1.1 Keluarga...……….………..8

2.1.1.1 Peranan dan Fungsi Keluarga... .………...8

2.2 Narkoba....………...19

2.3 Penyalahgunaan Narkoba………....………23

2.4 Remaja...………25

2.5 Kesejahteraan Sosial………...……….32

2.6 Kerangka Pemikiran………..………..33

2.7 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional……..………...35

2.7.1 Defenisi Konsep ...………...35

(7)

BAB III TIPE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian………39

3.2 Lokasi Penelitian………39

3.3 Subjek Penelitian...40

3.4 Studi Lapangan...………....40

3.5 Teknik Analisis Data……….41

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Berdirinya Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre....42

4.2 Visi dan Misi...43

4.3 Struktur Organisasi Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre ..44

4.4 Fasilitas Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre...49

4.5 Metode Pengobatan Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre...58

BAB V ANALISIS DATA 5.1 Identitas Informan...……….…….….61

5.2 Keluarga dan Pola Asuh Orangtua……….….…...65

5.2.1 Pemenuhan Kebutuhan Jasmani Anak...67

5.2.2 Keluarga Sebagai Tempat Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Anak...71

5.2.3 Sifat Diri Menurut Informan...74

5.3 Pola Asuh Orangtua...………….………77

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan………82

6.2 Saran………..83

(8)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Kerangka Pemikiran……… 33

Bagan 2 Bagan Struktur Organisasi Panti Rehabilitasi

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rekap Usia Pelaku Tindak Kejahatan Narkotika

Di Sumatera Utara... 29

Tabel 5.1 Identitas Informan... 61

Tabel 5.2 Jenis Narkoba yang Pertama Sekali Dipakai... 63

(10)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Abstrak

LISTA HARIYANTI SIREGAR 060902059

ANALISIS POLA ASUH ORANGTUA REMAJA KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA BINAAN AL-KAMAL SIBOLANGIT CENTRE

(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 82 halaman, 2 bagan, 5 tabel, 2 lampiran, 22 pustaka)

Penelitian mengenai Analisis Pola Asuh Orangtua Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba Binaan Al-Kamal Sibolangit Centre ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana bentuk pola asuh yang dilakukan oleh orangtua remaja korban penyalahgunaan narkoba yang menjadi pasien di Al-Kamal Sibolangit Centre.

Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif yang dilaksanakan di Al-Kamal Sibolangit Centre yang beralamat di Jalan Medan Berastagi Km. 12,5 Desa Suka Makmur Kecamatan Sibolangit Deli Serdang Sumatera Utara. Adapun yang menjadi subjek penelitian ini berupa informan yang ditetapkan secara purposive cluster sampling (sampel kelompok). Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik analisis dan deskriptif, yaitu dengan mengumpulkan, mengelola, menyajikan dan menjabarkan hasil penelitian yang didapatkan peneliti dari lapangan dan akan disimpulkan dalam bentuk Life Story dan dianalisis kemudian.

Hasil dari penelitian didapat bahwa dalam mendidik anak, orangtua ketiga informan memiliki tipe pola asuh yang berbeda. Secara berturut dari informan I, II dan III tipe pola asuh yang diterapkan adalah pola asuh tipe penyabar, otoriter, penelantar. Walaupun dalam hasil data di lapangan, pola asuh orangtua korban lebih kepada perpaduan dari tipe pola asuh yang telah ditetapkan oleh peneliti sendiri. Namun peneliti mencoba untuk mengkerucutkan tipe pola asuh orangtua korban berdasarkan kecenderungan indikator-indikator tipe pola asuh yang telah peneliti tetapkan.

(11)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE SOCIAL WELFARE DEPARTEMENT

Abstract

LISTA HARIYANTI SIREGAR 060902059

ANALISIS POLA ASUH ORANGTUA REMAJA KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA BINAAN AL-KAMAL SIBOLANGIT CENTRE

(This thesis is composed of 6 chapters, 82 pages, 2 charts, 5 tables, 2 appendix, 22 references)

Analysis of Research on Parents Parenting Teens Drug Abusers By Al-Kamal Sibolangit Centre aims to describe how the shape of parenting teenagers conducted by the parents who become victims of drug abuse patients in Al-Kamal Sibolangit Centre. This form of descriptive qualitative research conducted in Al-Kamal Sibolangit Centre which is located at Jalan Medan Berastagi Km. Like Makmur Subdistrict 12.5 Sibolangit Village Deli Serdang, North Sumatra. As for who becomes the subject of this research is a set of informants in a purposive cluster sampling (sample group). Data collection techniques used in this research is descriptive analysis technique and, by collecting, managing, presenting and describing the research results obtained from the field and researchers will be concluded in the form of Life Story and analyzed later. Results of the study found that in educating children, parents three informants have different types of parenting. Respectively of the informants I, II and III types of parenting that is applied is the type of patient care pattern, authoritarian, penelantar. Although the results of the data in the field, the ways to teach parents of victims rather the combination of this type of parenting that have been set by the researchers themselves. But the researchers tried to conical type based on the victim's parents parenting trend indicators have been types of parenting that the researchers set.

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masalah penyalahgunaan narkoba di Indonesia saat ini sangat

memprihatinkan berbagai kalangan dan telah menjadi ancaman nasional yang

perlu mendapatkan perhatian yang serius dari segenap elemen Bangsa. Ancaman

nasional tersebut berpotensi besar mengganggu kelangsungan hidup bangsa dan

negara serta menggangu ketahanan diri, keluarga dan masyarakat baik secara

fisik, mental, dan secara sosial ekonomi. Permasalahan penyalahgunaan narkoba

di Indonesia menunjukkan adanya kecenderungan yang terus meningkat, hal

tersebut terlihat dari peningkatan angka kejahatan narkoba yang ada di tengah

masyarakat.

Masalah penggunaan narkoba di Indonesia merupakan masalah serius

yang harus dicarikan jalan penyelesaiannya dengan segera. Banyak kasus yang

menunjukkan akibat dari masalah di atas telah menyebabkan banyak kerugian,

baik materi maupun non materi, banyak kejadian seperti perceraian, atau kesulitan

lain bahkan kematian yang disebabkan oleh ketergantungan terhadap narkoba.

Indonesia yang semula menjadi negara transit atau tempat pemasaran

sekarang sudah meningkat menjadi salah satu negara tujuan bahkan merupakan

negara eksportir atau negara produsen. Dalam hal seorang anak LN (15) warga P.

Siantar menggunakan narkotika di hukum 8 bulan. (Waspada, 22 Mei 2009).

Ketika terjadi perubahan dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan

untuk ikut terbawa arus adalah para remaja, hal ini disebabkan karena mereka

(13)

identitas, mengalami masa transisi dari remaja menuju dewasa dan sebagainya.

Masa remaja ini dirasakan sebagai suatu krisis karena belum adanya pegangan,

sedangkan kepribadiannya sedang mengalami pembentukan.

Dalam perspektif psikologi perkembangan masa remaja memang masa

yang berbahaya, karena pada masa ini seorang mengalami masa transisi atau

peralihan dari masa kehidupan anak-anak menuju kedewasaan yang sering

ditandai dengan krisis kepribadian. Dimana remaja sedang mencari jati dirinya.

Pencarian identitas diri pada perkembangan masa remaja inilah sebenarnya

sangat diperlukan perhatian dari keluarga. Bentuk kepemimpinan keluarga yang

ada dalam sebuah keluarga dapat membantu pembentukan kepribadian seorang

remaja untuk menemukan jati dirinya. Sehingga terhindar dari hal-hal yang

bersifat negatif, yang antara lain adalah penyalahgunaan narkoba.

Oleh karena itu, kondisi keluarga mempunyai pengaruh pada terjadinya

penyalahgunaan narkoba pada remaja. Dalam hal ini kondisi keluarga ditandai

dengan keutuhan keluarga, kesibukan orang tua, hubungan interpersonal

antarkeluarga, dapat merupakan faktor yang berperan serta pada penyalahgunaan

narkoba.

Jumlah pelaku penyalahgunaan narkoba tahun 2009 ini, sebagian besar

sudah melibatkan kalangan remaja. Di PN Ternate sampai akhir Mei 2009 tercatat

20 kasus yang disidangkan, dan jumlah tersebut sudah melampaui kasus

penyalahgunaan narkoba yang disidangkan di PN Ternate tahun 2008 yakni 19

kasus. Sebagian besar latar belakang kasus penyalahgunaan narkoba tersebut

(14)

Sebagai peralihan dari masa anak menuju ke masa dewasa, masa remaja

merupakan masa yang penuh dengan kesulitan dan gejola, baik bagi remaja

sendiri maupun bagi orang tuanya. Seringkali karena ketidaktahuan dari orang tua

mengenai keadaan masa remaja tersebut ternyata mampu menimbulkan bentrokan

dan kesalahpahaman antara remaja dengan orang tua yakni dalam keluarga atau

remaja dengan lingkungannya.

Hal tersebut di atas tentunya tidak membantu si remaja untuk melewati

masa ini dengan wajar, sehingga berakibat terjadinya berbagai macam gangguan

tingkah laku seperti penyalahgunaan zat, atau kenakalan remaja atau gangguan

mental lainnya. Orang tua seringkali dibuat bingung atau tidak berdaya dalam

menghadapi perkembangan anak remajanya dan ini menambah parahnya

gangguan yang diderita oleh anak remajanya.

Fakta tersebut harus mendapat perhatian serius dari berbagai pihak terkait,

baik masyarakat maupun aparat berwajib, karena penyalahgunaan narkoba itu

selain melanggar hukum juga dapat merusak moral generasi bangsa. Dalam

mengatasi penyalahgunaan narkoba tersebut, tidak cukup hanya dengan

menggunakan pendekatan penegakan hukum, tapi juga harus disertai dengan

upaya penyuluhan dan sosialisasi mengenai bahaya narkoba kepada masyarakat,

terutama kalangan remaja.

Data kasus penyalahgunaan narkoba yang dijelaskan oleh Kabag Bina

Mitra Polwitabes Surabaya yang menyatakan bahwa, dari tahun 2007-2008

(15)

meningkat 100%. Kebanyakan dari mereka mengkonsumsi narkoba atau turut

mengedarkan narkoba.

Jumlah pelajar atau remaja yang terlibat narkoba diperkirakan lebih besar

dari jumlah yang diungkap polisi. Ibaratnya, narkoba yang diungkap polisi hanya

bagian permukaan saja atau biasa disebut fenomena Gunung Es. Mereka rata-rata

sembunyi-sembunyi saat mengonsumsi barang haram tersebut.

Melalui data dari lapangan yaitu hasil wawancara peneliti dengan

koordinator pekerja sosial dip anti tersebut menyatakan bahwa korban narkoba di

Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre tersebut kebanyakan adalah anak

yang kurang mendapat perhatian karena orang tua sibuk mencari rejeki, terlalu

dimanjakan, mendapat perlakuan kasar dan keras serta memiliki masalah keluarga

seperti keluarga tidak harmonis dan perceraian orang tua. Mereka mulai

terjerumus dalam penggunaan narkoba karena tidak mendapat kasih saying dan

perhatian dari orang tua sedangkan ada juga yang mendapat kasih sayang yang

berlebihan sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan pada anak untuk menuntut

segala keinginannnya harus dipenuhi. Inilah yang mendasari keinginan peneliti

untuk melakukan penelitian dip anti rehabilitasi tersebut.

Korban narkoba sudah sepantasnya mendapatkan pengobatan, perawatan

dan pembinaan karena memang benar-benar sakit : sakit fisik dan psikisnya.

Untuk itu, dalam upaya terapi dan rehabilitasi harus dilibatkan pakar medis,

psikolog, konselor dan juga ahli keagamaan. Dukungan keluarga juga sangat

membantu korban untuk pulih, selain tekad dan niat pribadi itu sendiri. Banyak

(16)

Diantaranya melaksanakan kampanye, menyebarkan informasi kepada lingkungan

masyarakat, sekolah dan sebagainya.

Selain itu, panti-panti rehabilitasi milik pemerintah maupun swasta juga

didirikan khusus untuk korban narkoba yang memiliki inisiatif dan keinginan

untuk pulih sekaligus bersih dari narkoba. Dewasa ini banyak terdapat panti

rehabilitasi yang didirikan sebagai upaya untuk melakukan pengobatan pada

korban narkoba dengan menggunakan berbagai metode pengobatan. Diantaranya

adalah Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti berminat untuk mengetahui,

membahas dan melakukan suatu penelitian dalam sebuah karya ilmiah berbentuk

skripsi dengan judul penelitian “Analisis Kepemimpinan Keluarga Remaja

(17)

1.2. Perumusan Masalah

Adapun masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

“Bagaimana Pola Asuh Orangtua Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba

Binaan Al-Kamal Sibolangit Centre”.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah untuk “ Mendeskripsikan Pola Asuh

Orangtua Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba Binaan Al-Kamal

Sibolangit Centre”.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Temuan yang dihasilkan oleh penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan

sebagai berikut :

1. Secara Akademis, dapat memberikan sumbangan positif terhadap

khasanah keilmuan di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

mengenai konsep pelayanan sosial.

2. Secara Teoritis, dapat mempertajam kemampuan di dalam bidang

penulisan karya ilmiah dan menambah khasanah penulis tentang

(18)

1.4. Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini disajikan dalam enam bab dengan sistematika

sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian dan teori-teori yang berkaitan dengan

masalah dan objek yang akan diteliti, kerangka pemikiran dan

defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, sumber

informasi data (informan), teknik pengumpulan data serta teknik

menganalisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang gambaran umum mengenai lokasi

penelitian.

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisi tentang uraian data yang diperoleh dalam

penelitian serta analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pola Asuh Orang Tua

2.1.1. Keluarga

Keluarga adalah ikatan yang sedikit banyak berlangsung lama antara

suami istri, dengan atau tanpa anak. Sedangkan menurut Sumner dan Keller

marumuskan keluarga sebagai miniatur dari organisasi sosial, meliputi sedikitnya

dua generasi dan terbentuk secara khusus melalui ikatan darah (Gunarsa, 1993 :

230).

Keluarga merupakan kelompok primer yang paling penting di dalam

masyarakat. Keluarga merupakan sebuah grup yang terbentuk dari perhubungan

laki-laki dan perempuan, perhubungan mana sedikit banyak berlangsung lama

untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Jadi keluarga dalam bentuk

yang murni merupakan satu kesatuan sosial yang terdiri dari suami, istri dan

anak-anak. Satuan ini mempunyai sifat-sifat tertentu yang sama, dimana saja dalam

satuan masyarakat manusia.

2.1.1.1. Peranan dan Fungsi keluarga

Peranan dan fungsi keluarga sangat luas dan uraian mengenai ini sangat

bergantung dari sudut orientasi mana akan dilakukan. Peranan dan fungsi keluarga

(20)

1. Dari sudut biologi, keluarga berfungsi untuk melanjutkan garis keturunan.

2. Dari sudut psikologi perkembangan, keluarga berfungsi untuk

mengembangkan seluruh aspek kepribadian sehingga bayi yang kecil

menjadi anak yang besar yang berkembang dan diperkembangkan seluruh

kepribadiannya, sehingga tercapai gambaran kepribadian yang matang,

dewasa dan harmonis.

3. Dari sudut pendidikan, keluarga berfungsi sebagai tempat pendidikan

informal, tempat dimana anak memperkembangkan dan diperkembangkan

kemampuan-kemampuan dasar yang dimiliki, sehingga mencapai prestasi

yang sesuai dengan kemampuan dasarnya dan memperlihatkan perubahan

perilaku dalam berbagai aspeknya seperti yang diharapkan dan

direncanakan.

4. Dari sudut sosiologi, kelurga berfungsi sebagai tempat untuk menanamkan

aspek sosial agar bias menjadi anggota masyarakat yang mampu

berinteraksi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial.

Menurut Prof. Dr. J. Verkuyl ada tiga fungsi dan peranan keluarga

(orangtua) yaitu :

1. Mengurus keperluan materil anak-anak.

Ini merupakan tugas pertama dimana orangtua harus memberi makan,

tempat perlindunangan dan pakaian kepada anak-anak. Anak-anak

sepenuhnya tergantung kepada orangtuanya karena anak belum mampu

(21)

2. Menciptakan suatu “home” begi anak-anak.

Home disini berarti bahwa di dalam keluarga itu anak-anak dapat

berkembang dengan subur, merasakan kemesraan, kasih sayang,

keramah-tamahan, merasa aman, terlindungi dan lain-lain. Di rumahlah anak merasa

tentram, tidak merasa kesepian dan selalu gembira.

3. Tugas Pendidikan.

Tugas mendidik, merupakan tugas terpenting dari orangtua terhadap

anak-anaknya (Ahmadi, 1999 : 246)

Dari beberapa penyajian tentang fungsi dan peranan keluarga, nyatalah

betapa pentingnya keluarga terutama bagi perkembangan kepribadian seseorang.

Keluarga menjadi faktor penting dalam menanamkan dasar kepribadian yang ikut

menentukan corak dan gambaran kepribadian seseorang setelah dewasa. Jadi

gambaran kepribadian yang terlihat dan diperlihatkan seorang remaja, banyak

ditentukan oleh keadaan dan proses-proses yang ada dan terjadi sebelumnya,

jelasnya apa yang dialami dalam lingkungan keluarganya.

Lingkungan rumah, khususnya orangtua menjadi teramat penting sebagai

tempat penting sebagai temapat persemaian dari benih-benih yang akan tumbuh

dan berkembang lebih lanjut. Buruk dialami keluarga akan buruk pula

diperlihatkan dalam lingkungannnya. Perilaku negatif dengan berbagai coraknya

adalah akibat dari suasana dan perlakuan negatif yang diperoleh dari keluarga

(Gunarsa, 1999 : 186).

Keluarga dengan kata lain yaitu orang tua pada hakekatnya, di dunia ini

tidak ada orang tua yang menginginkan anaknya menjadi orang jahat, bermasalah

(22)

secara tidak sengaja, terkadang orang tua lupa bahwa pola asuh yang diretapkan

pada anak juga sangat berpengaruh untuk membentuk perkembangan kepribadian

anak tersebut.

Pola pengasuhan dapat diklasifikasikan dalam empat kategori yaitu: pola

pengasuhan autoritatif, pola pengasuhan otoriter, pola pengasuhan

penyabar/pemanja dan pola pengasuhan penelantar (Prasetya, 2003:27).

a. Pola pengasuhan autoritatif/demokratis

Kebanyakan orang tua yang menerapkan pola asuh jenis autoritatif ini

lebih memilih untuk bertindak rasional dan demokratis terhadap anak-anaknya.

Dalam penerapan pola asuh autoritatif (demokratis) orang tua lebih banyak

memberikan kebebasan kepada anak-anaknya untuk beraktivitas, bergaul dan

berkreasi mengikuti keinginan dan kemampuannya. Anak-anak bebas

bersosialisasi dengan orang-orang di sekelilingnya namun masih tetap berada di

bawah pengawasan.

Di sisi yang lain orang tua menunjukkan sikap tegas dan konsisten dalam

menerapkan disiplin, nilai-nilai dan aturan-aturan yang jelas serta tidak bisa

dilanggar namun orang tua tetap mendengarkan keinginan dan pandangan

anaknya sendiri. Orang tua juga mendidik anaknya untuk tidak meminta sesuatu

secara berlebihan namun tetap memikirkan kondisi dan kesanggupan orang tua

untuk memenuhi permintaan serta keinginannya. Orang tua bernegosiasi dan

menghargai hak serta pendapat anak sehingga ikatan kekeluargaan bagaikan

hubungan antar teman yang lebih erat dan akrab. Secara keseluruhan, pendekatan

(23)

b. Pola pengasuhan otoriter

Orang tua otoriter menganggap bahwa anak adalah hak mutlak dan karena

itu mereka cenderung menetapkan standar mutlak pada anak-anaknya. Mereka

memperlakukan anak-anak mereka dengan sesuka hati dan selain itu mengancam,

membentak atau memperlakukan anak dengan keras dengan tujuan untuk

menakut-nakuti anak ataupun agar anak patuh dan tidak berani melawan. Padahal

tanpa di sadari orang tua yang menerapkan pola asuh ini, anaknya tersebut

sebenarnya membantah segala aturan dan perintah yang ditetapkan tersebut,

sehingga di masa yang akan datang anak ini akan berani menentang aturan dan

perintah dengan cara kekerasan juga.

Anak-anak yang dididik dengan pola asuh ini kebenyakan menuruti

kehendak orang tuanya bukan karena rasa hormat tapi karena takut akan hukuman

yang akan diberikan seandainya tidak menurut atau melawan, maka anak memilih

untuk berdiam diri dan tidak berani untuk berinisiatif dalam melakuakan sesuatu.

Komunikasi yang tercipta diantara orang tua dan anak lebih bersifat satu

arah di mana segalanya ditentukan oleh orang tua tanpa mempertimbangkan

pikiran dan perasaan anak. Orang tua jenis otoriter ini cenderung menjaga jarak

dengan anaknya dan jarang untuk mengajak anak berdiskusi tentang hal apa pun.

Biasanya orang tua berbicara kasar walaupun ingin minta bantuan dari anak.

Tidak ada keramahan atau kelemah-lembutan dalam berkomunikasi dengan anak.

Anak juga berusaha menghindar untuk duduk satu ruangan ataupun makan

bersama-sama dengan orang tuanya karena rasa tidak enak dan tidak tenang

(24)

Kebanyakan anak yang di asuh dnegan pola pengasuhan otoriter ini

cenderung menarik diri secara sosial, kurang spontan, dan tampak kurang percaya

diri. Pola pengasuhan ini sering kali menjadi pola warisan yang berulang-ulang

pada generasi keluarga yang berikutnya di mana anak yang diasuh dengan cara

kekerasan, malah cenderung untuk mendidik anaknya dengan cara yang sama

pada masa yang akan datang.

c. Pola pengasuhan penyabar (pemanja)

Pola asuh jenis ini bertolak belakang atau kebalikan dari pola pengasuhan

otoriter. Orang tua yang mendidik anak dengan cara ini justru memprioritaskan

kebutuhan dan kepentingan anak di tempat yang paling utama. Semua harapan

dan kemauan anak dituruti tanpa bertanya apa alasan dan tujuan anak tersebut

menginginkan harapan dan kemuannya tersebut dipenuhi. Selain itu orang tua

juga tidak memikirkan apakah dengan memenuhi harapan dan kemauan anak

tersebut akan memberi manfaat yang baik untuk anak. Orang tua lebih suka

anaknya memperoleh sesuatu dengan cara yang mudah tanpa perlu mempersulit

diri si anak.

Kasih sayang dan perhatian yang diberikan orang tua kepada anak terlalu

berlebihan sehingga sampai ke satu tahap orang tua tidak akan berani atau malah

tidak pernah untuk menegur segala kesalahan yang dilakukan anaknya karena

takut anaknya sakit hati, kecewa, sedih sehingga menangis dan sebagainya.

Di dalam pola pengasuhan ini, orang tua cenderung untuk bersikap

melindungi anak dalam apa pun situasi dan kondisi walaupun anaknya tersebut

sebenarnya berada pada posisi yang salah. Bagi orang tua, anak mereka selalu

(25)

tersebut tahu yang dia melakukan kesalahan namun ragu karena orang tuanya

tidak menegur atau menyatakan bahwa apa yang dilakukannya itu salah.

Orang tua tidak pernah berpikir bahwa anak yang diperlakukan seperti itu

suatu masa nanti akan cenderung menjadi impulsive (memerlukan dorongan dari

orang lain), manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, egois, kurang percaya

diri, sombong dan lain-lain. Dari segi hubungan dengan orang luar selain

lingkungan keluarga, kebanyak orang yang datang dari latar belakang pola

pengasuhan penyabar (pemanja) kurang matang secara sosial. Mereka tidak mau

memikirkan hati dan perasaan orang lain serta hanya menuntut pemahaman dan

pengertian dari orang lain terhadap diri mereka. Hal yang paling utama, mereka

harus menjadi yang pertama dalam segala-galanya dan dengan kata lain prioritas

mereka hendaklah yang paling utama.

Walaupon anak yang dididik dengan pola asuh ini kebanyakan akan

cenderung menjadi impulsive (memerlukan dorongan dari orang lain), manja,

kurang mandiri, mau menang sendiri, egois, kurang percaya diri, sombong dan

banyak lagi sifat lain yang timbul seiring dengan berkembangnya pribadi anak,

namun pada kenyataannya banyak juga anak yang malah menjadi agresif, tidak

patut dan menentang orang tuanya lantaran tidak pernah ditegur atau dilarang

ketika mereka melakukan sesuatu hal yang salah, contohnya memukul atau

menganiaya orang-orang disekitarnya. Biasanya hal seperti ini mulai kelihatan

apabila orang tua mulai membatasi keperluan atau kebutuhan anak sehingga anak

merasakan orang tua mereka sudah tidak menyayangi mereka, tidak peduli dengan

(26)

d. Pola pengasuhan penelantar

Anak yang diasuh dengan pola ini adalah anak yang kurang mendapatkan

kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya. Orang tua sibuk bekerja sehingga

lupa tanggung jawabnya sebagai ibu atau bapak yang merupakan sosok yang

penting dalam mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan mental, fisik dan

psikologis anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi

mereka, seperti bekerja, dan juga kadang kala biayapun dihemat-hemat untuk

anak mereka.

Anak dibiarkan berkembang dengan kemampuannya sendiri serta

pengalaman-pengalaman yang terjadi di lingkungan sekitarnya tanpa mendapat

tuntutan dan pedoman dari orang tuanya. Selain itu, tidak jarang juga ditemukan

anak yang diterlantarkan oleh orang tuanya ini tidak mendapat pendidikan

akademik ataupun agama yang memadai untuk menunjang kehidupanya di masa

yang akan datang.

Terdapat berbagai macam alasan yang menyebabakan orang tua

menerapkan pola pengasuhan penelantar dan salah satunya adalah anak yang

ditolak kehadirannya di dalam keluarga. Banyak kasus yang terjadi dalam

kehidupan nyata di mana orang tua yang menolak kehadiran anaknya tersebut

karena anak adopsi, anak tiri, anak dari hasil selingkuhan maupun anak yang

kurang sempurna (cacat dari mental, fisik, maupun psikis) dan lain-lain. Anak

yang tidak mampu untuk hidup sendiri dibiarkan terlantar tanpa diperhatikan.

Orang tua menganggap bahwa memiliki anak dalam kondisi seperti itu malah

(27)

Selain itu, kemiskinan juga mengakibatkan banyak anak-anak yang

terpaksa hidup dalam keadaan terlantar tanpa mendapat perhatian dari orang

tuanya. Mereka masih belum mampu untuk melakuakan pekerjaan lain atau tidak

bisa mencari pekerjaan yang lebih baik karena tidak memiliki pendidikan. Pola

pengasuhan penelantar merupakan pengasuhan yang beresiko paling tinggi

menyebabkan penyimpangan kepribadian dan perilaku anti sosial.

2.2. Remaja

WHO mendefinisikan remaja lebih bersifat konseptual, ada tiga krieria

yaitu biologis, psikologik, dan sosial ekonomi, dengan batasan usia antara 10-20

tahun, yang secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut:

a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda

seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

b. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari

kanak-kanak menjadi dewasa.

c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada

keadaan yang relatif lebih mandiri (Sarwono, 2002).

Remaja juga sedang mengalami perkembangan pesat dalam aspek

intelektual. Transpormasi intelektual dari cara berpikir remaja ini memungkinkan

mereka tidak hanya mampu mengintegrasikan dirinya ke dalam masyarakat

dewasa, tetapi juga merupakan karakteristik yang paling menonjol dari semua

periode perkembangan (Ali, 2004 : 9)

Remaja sebetulnya tidak mempunyai tepat yang jelas. Mereka sudah tidak

(28)

golongan orang dewasa. Remaja ada di antara anak dan orang dewasa. Remaja

masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksiamal fungsi fisik

maupun psikisnya.

Pembagian masa perkembangan anak ini dimaksudkan untuk

mempermudah dalam mempelajari masa remaja. Perlulah dikemukakan beberapa

pendapat dan pembagian masa perkembangan anak dari beberapa ahli.

a. Aristoteles

Menurut Aristoteles, masa perkembangan anak sampai umur 21 tahun

dibagi ke dalam tiga tahap :

1.Umur 0 – 7 tahun adalah tahap bermain (fase egosentris)

2.Umur 7 – 12 tahun adalah tahap sekolah dasar (fase realistis)

3.Umur 12 – 21 tahun adalah tahap pubertas (fase idealistis)

b. Prof. Dr. Kohnstam

Prof. Dr. Kohnstam membagi tiga masa perkembangan :

1.Umur 0 – 7 tahun : masa bayi dan kanak-kanak

2.Umur 7 – 13 tahun : masa sekolah atau masa intelektual

3.Umur 12 – 21 tahun : masa social

Masa sosial dibagi lagi ke dalam empat masa yaitu :

1.Masa pueral : umur 12 – 14 tahun

2.Masa prapubertas (awal remaja) : umur 14 – 15 tahun

3.Masa pubertas (remaja) : umur 15 – 18 tahun

4.Masa adolesensi : umur 18 – 21 tahun

(29)

Dr. Zakiah Daradjat dalam bukunya, Kesehatan Mental, membagi

perkembangan anak ke dalam empat masa yaitu :

1.Masa bayi : umur 0 – 2 tahun

2.Masa kanak-kanak : umur 2 – 5 tahun

3.Masa sekolah : umur 5 – 12 tahun

4.Masa remaja : umur 12 – 21 tahun

Setelah meneliti perkembangan anak seperti di atas, penulis dapat

menyimpulkan bahwa masa remaja dalam usia perkembangan anak berada dalam

usia 12 sampai 21 tahun.

a. Perubahan fisik

Perubahan fisik berhubungan dengan aspek anotomi dan aspek fisiologis,

di masa remaja kelenjar hipofesa menjadi masak dan mengeluarkan beberapa

hormone, seperti hormone gonotrop yang berfungsi untuk mempercepat

kemasakan sel telur dan sperma, serta mempengaruhi produksi hormone

kortikortop berfungsi mempengaruhi kelenjar suprenalis, testosterone, oestrogen,

dan suprenalis yang mempengaruhi pertumbuhan anak sehingga terjadi percepatan

pertumbuhan. Dampak dari produksi hormone adalah:

1. Ukuran otot bertambah dan semakin kuat.

2. Menghasilkan sperma dan oestrogen memproduksi sel telur sebagai

tanda kemasakan.

3. Munculnya tanda-tanda kelamin sekunder seperti membesarnya

payudara, berubahnya suara, ejakulasi pertama, tumbuhnya

(30)

b. Perubahan Emosional.

Pola emosi pada masa remaja sama dengan pola emosi pada masa

kanakkanak. Pola-pola emosi itu berupa marah, takut, cemburu, ingin tahu, iri

hati, gembira, sedih dan kasih sayang. Perbedaan terletak pada rangsangan yang

membangkitkan emosi dan pengendalian dalam mengekspresikan emosi. Remaja

umumnya memiliki kondisi emosi yang labil pengalaman emosi yangekstrem dan

selalu merasa mendapatkan tekanan. Bila pada akhir masa remaja mampu

menahan diri untuk tidak mengeksperesikan emosi secara ekstrem dan mampu

memgekspresikan emosi secara tepat sesuai dengan situasi dan kondisi

lingkungan dan dengan cara yang dapat diterima masyarakat, dengan kata lain

remaja yang mencapai kematangan emosi akan memberikan reaksi emosi yang

stabil. Ciri-ciri kematangan emosi pada masa remaja yang ditandai dengan sikap

sebagai berikut (Hurlock, 1999):

1. Tidak bersikap kekanak-kanakan.

2. Bersikap rasional.

3. Bersikap objektif

4. Dapat menerima kritikan orang lain sebagai pedoman untuk bertindak

lebih lanjut.

5. Bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan.

6. Mampu menghadapi masalah dan tantangan yang dihadapi.

c. Perubahaan sosial

Perubahan fisik dan emosi pada masa remaja juga mengakibatkan

perubahan dan perkembangan remaja, menyebutkan dua bentuk perkembangan

(31)

Remaja berusaha melepaskan diri dari otoritas orangtua dengan maksud

menemukan jati diri. Remaja lebih banyak berada di luar rumah dan berkumpul

bersama teman sebayanya dengan membentuk kelompok dan mengeksperesikan

segala potensi yang dimiliki. Kondisi ini membuat remaja sangat rentan terhadap

pengaruh teman dalam hal minat, sikap penampilan dan perilaku.

Perubahan yang paling menonjol adalah hubungan heteroseksual. Remaja

akan memperlihatkan perubahan radikal dari tidak menyukai lawan jenis menjadi

lebih menyukai. Remaja ingin diterima, diperhatikan dan dicintai oleh lawan jenis

(32)

Tabel 2.1

Rekap Usia Pelaku Tindak Kejahatan Narkotika di Sumatera Utara

U S I A

Sumber : Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU) tahun 2009.

Menurut Hurlock, sebab-sebab umum pertentangan keluarga selama masa

remaja adalah sebagai berikut :

1. Standar perilaku

Remaja sering manganggap standar perilaku orang tua yang kuno dan

moderen berbeda dan standar perilaku orang tua yang kuno harus menyesuaikan

(33)

2. Metode disiplin

Kalau metode disiplin yang digunakan orang tua dianggap “tidak adil”

atau “kekanak-kanakan”, maka remaja akan memberontak. Pemberontakan yang

terbesar terjadi dalam keluarga dimana salah satu orang tua lebih berkuasa dari

yang lainnya, terutama bila ibu yang mempunyai kekuasaan terbesar.

3. Hubungan dengan saudara kandung

Remaja mungkin menghina adik-adiknya dan membenci kakak-kakaknya

sehingga menimbulkan pertentangan dengan mereka dan juga dengan orang tua

yang dianggap bersikap “pilih kasih”.

4. Merasa menjadi korban

Remaja sering merasa benci kalau status sosial-ekonomi keluarga tidak

memungkinkannya mempunyai simbol-simbol status yang mana dengan yang

dimiliki teman-teman, seperti pakaian, mobil dan sebagainya. Remaja tidak

menyukai bila harus memikul tanggung jawab rumah tangga seperti merawat

adik-adik, atau bila orang tua tiri masuk ke rumah dan mencoba “memerintah”.

Hai ini tidak disukai orang tua dan menambah ketegangan hubungan antara orang

tua-remaja.

5. Sikap yang sangat kritis

Anggota keluarga tidak menyukai sikap remaja yang terlampau kritis

terhadap diri mereka dan terhadap pola kehidupan keluarga pada umumnya.

6. Besarnya keluarga

Dalam keluarga sedang, yang terdiri dari tiga atau empat anak, lebih sering

terjadi pertentangan dibandingkan dengan dalam keluarga kecil atau keluarga

(34)

sedangkan dalam keluarga kecil remaja bersikap lebih lunak dan tidak merasa

perlu untuk memberontak.

7. Perilaku yang kurang matang

Orang tua yang sering mengembangkan sikap menghukum bila para

remaja mengabaikan tugas-tugas sekolah, melalaikan tanggung jawab atau

membelanjakan uang semaunya. Remaja membenci sikap kritis dan sikap

menghukum ini.

8. Memberontak terhadap sanak saudara

Orang tua dan sanak keluarga menjadi marah bila remaja mengungkapkan

perasaannya secara terang-terangan bahwa pertemuan-pertemuan keluarga

“membosankan” atau bila remaja menolak usul dan nasihat-nasihat mereka.

9. “Masalah palung pintu”

Kehidupan sosial remaja yang baru dan yang lebih akitf dapat

mengakibatkannya melanggar peraturan keluarga mengenai waktu pulang dan

mengenai teman-teman dengan siapa ia berhubungan, terutama teman-teman

lawan jenis.

2.3. Narkoba

Narkoba merupalan akronim dari narkotika, psikotropika dan bahan-bahan

adiktif lainnya. Istilah narkoba tergolong belum lama, istilah ini muncul sekitar

tahun 1998 karena banyak terjadi peristiwa penggunaan atau pemakaian

barang-barang yang termasuk narkotika dan obat-obat adiktif yang terlarang. Oleh karena

itu untuk memudahkan orang berkomunikasi dan tidak menyebut istilah yang

(35)

bahan-bahan adiktif lainnya” ini disingkat menjadi “narkoba”. (NO.

SE/03/IV/2002/BNN tentang Penggunaan Istilah Narkoba )

Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN) Narkoba adalah zat-zat

kimiawi yang jika dimasukkan ke dalam tubuh manusia (baik secara oral, dihirup

maupun intravena, suntik) dapat mengubah dan bahkan merusak pikiran, suasana

hati, ataupun perasaan, perilaku seseorang dan organ tubuh.

Pada dasarnya obat-obatan yang tergolong narkoba itu digunakan untuk

kepentingan medis atau pengobatan. adapun kegunaannya adalah untuk

menghilangkan rasa sakit. Tetapi apabila pengguna narkoba diluar dari hal-hal

media dan tanpa mengikuti dosis yang seharusnya akan dapat menimbulkan

kerusakan fisik, mental dan sikap hidup masyarakat. Narkoba yang popular

didalam masyarakat terdiri dari tiga golongan yaitu : Narkotika, psikotropika dan

bahan-bahan adiktif lainnya.

1. Narkotika

“Narkotika adalah zat-zat obat yang dapat mengakibatkan ketidaksadaran

atau pembiusan dikarenakan zat-zat tersebut bekerja mempengaruhi susunan saraf

sentral. (Prakoso ; 1982 : 15).”

Berdasarkan UU No. 35 tahun 2009 tentang narkotika, Narkotika adalah

zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun

semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,

hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa ngerio dan dapat

(36)

Menurut UU No. 35 tahun 2009, narkotika terbagi dalam 3 golongan,

yaitu:

A. Golongan I

Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu

pengetahuan dan tidak didunakan dalam terapi serta mempunyai potensi sangat

tinggi mengakibatkan ketergantungan. Dan jenis narkotika yang paling sering

disalahgunakan adalah sebagai berikut :

a. Ganja/cimeng/rumput/mariyuana

b. Heroin/Putau

c. Shabu-shabu

d. Ekstasi

B. Golongan II

Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir

dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk ujuan pengembangan ilmu

pengetahuan serta mempunyai tinggi mengakibatkan ketergantungan. Dan jenis

narkotika yang paling sering disalahgunakan adalah sebagai berikut :

a. Morfin

b. Metadon

C. Golongan III

Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi

dan/atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan ketergantungan. Dan jenis narkotika yang paling sering

disalahgunakan adalah sebagai berikut :

(37)

2. Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat-obat baik alamiah maupun sintetis bukan

narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan

syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan

perilaku (UU RI Nomor 5 tahun 1997 tentang psikotropika).

Menurut UU No. 5 tahun 1997, narkotika terbagi dalam 2 golongan, yaitu:

A. Golongan III

Banyak digunakan dalam pengobatan, memiliki potensi sedang dan

mengakibatkan ketergantungan. Contoh : flunitrazepam.

B. Golongan IV

Sangat luas digunakan dalam terapi, memiliki potensi ringan dan

mengakibatkan ketergantungan. Contoh : diazepam, nitrazepam.

3. Zat adiktif lainnya.

Zat adiktif adalah bahan-bahan aktif atau obat yang dalam organisme

hidup menimbulkan kerja biologi yang apabila disalahgunakan yang dapat

menimbulkan ketergantungan (adiksi), yakni keinginan untuk menggunakan

kembali secara terus-menerus. Dan jenis zat adiktif yang paling sering

disalahgunakan adalah sebagai berikut :

A. Alkohol (ethanyl atau ethyl alcohol)

Hasil fermentasi/ peragian karbohidrat dari bulir padi-padian, cassava, sari

buah anggur, nira.

(38)

Zat-zat yang disedot melalui hidung:

- Hidrokarbon alifatis (yang terdapat di lem, pelumas bensin, aerosol,

semir sepatu)

- Halogen hidrokarbon (yang terdapat dalam minyak pelumas, freon,

pendingin AC, Lemari es)

- Nitrat alifatis (yang terdapat dalam pengharum ruangan)

- Keton

- Ester

- Glytol

C. Rokok

Benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa lebih jantan.

Di dalam rokok terdapat racun berbahaya seperti :

- Nikotin

- Karbon monoksida

- Karbondioksida

- Asam biru

- Arsenic

- Zat ari belerang

(39)

2.4. Penyalahgunaan Narkoba

Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba di luar keperluan

medis, tanpa pengawasan dokter dan merupakan perbuatan melanggar hukum

(Pasal 59, Undang-undang Nomor 5, tahun 1997, tentang Psikotropika dan Pasal

84, 85 dn 86, Undang-undang Nomor 35, tahun 2009, tentang Narkotika).

Penyalahgunaan narkoba adalah pemakaian narkoba secara terus-menerus

atau sekali-kali atau kadang-kadang dan berlebihan serta tidak menunjuk petunjuk

dokter dan praktek kedokteran. Penyalahgunaan narkoba dapat menimbulkan

gangguan-gangguan tertentu pada badan dan jiwa seseorang dengan akibat sosial

yang tidak diinginkan dan merugikan. (Widjono, 1981:1).

Penyalahgunaan narkoba merupakan suatu proses yang makin meningkat

dari taraf coba-coba ke taraf penggunaan untuk hiburan, penggunaan situasional,

penggunaan teratur sampai kepada ketergantungan. Meskipun taraf coba-coba

bisa langsung terseret kepada taraf ketergantungan oleh karena sifat narkoba yang

mempunyai daya yang menimbulkan ketergantungan yang tinggi.

Penyalahgunaan narkoba dapat dilakukan dengan cara ditelan, dirokok,

disedot dengan hidung, disuntikkan kedalam pembuluh darah balik (intravena),

disuntikkan kedalam otot atau disuntikkan kedalam lapisan lemak di bawah kulit.

Penggunaan narkoba secara suntik dan menggunakan jarum suntik secara

bergilir dapat menimbulkan ketularan penyakit HIV/AIDS, Hepatitis B, Hepatitis

C, dan penyakit infeksi lainnya yang ditularkan melalui darah atau cairan tubuh.

Penggunaan narkoba secara berulang kali akan menimbulkan

ketergantungan yang makin lama memerlukan jumlah narkoba yang makin tinggi

(40)

Bila pemakaian narkoba dihentikan atau dikurangi secara mendadak akan

menimbulkan gejala putus narkoba, yaitu perasaan nyeri seluruh badan yang tidak

terperikan.

Sekali mencoba narkoba berisiko timbul keinginan untuk mencoba dan

mencoba lagi sehingga akhirnya timbul ketagihan dan ketergantungan. Pada

umumnya, baru timbul keinginan untuk menghentikannya dalam keadaan sudah

terlambat, yaitu sudah berada dalam cengkraman ketergantungan yang tidak bisa

ditinggalkan.

2.5. Kesejahteraan Sosial

Secara yuridis konsepsional, pengertian kesejahteraan sosial termuat

dalam UU No. 6 Tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan

sosial sosial, pasal 2 ayat 1 adalah sebagai berikut :

“Kesejahteraan Sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial,

materil maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan

keturunan lahir batin, yang memungkinkan bagi setiap warganegara untuk

mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan

sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat serta menjunjung

tinggi hak-hak azasi serta kewajiban manusia sesuai dengan falsafah Negara kita,

yaitu pascasila”.

Untuk mewujudkan kesejahteraan sosial tersebut dilaksanakan berbagai

upaya, program dan kegiatan yang disebut “Usaha Kesejahteraan Sosial” baik

(41)

pasal 3 ayat 1, juga menjelaskan secara tegas tugas serta tanggung jawab

pemerintah di bidang kesejahteraan sosial, yang meliputi :

1. Menetapkan garis kebijaksanaan di bidang kesejahteraan sosial.

2. Mengembangkan kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial masyarakat.

3. Mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan usaha-usaha kesejahteraan

sosial (Muhidin, 1984: 9-10).

Untuk melaksanakan ketiga tugas pokok tersebut maka pemerintah

meyelenggarakan usaha-usaha di bidang kesejahteraan sosial sebagai berikut :

1. Bantuan sosial kepada warga masyarakat yang kehilangan peranan sosial

karena berbagai macam bencana (sosial maupun alamiah) atau

akibat-akibat lain.

2. Meyelenggarakan sistem jaminan sosial.

3. Bimbingan, pembinaan dan rehabilitasi sosial.

4. Pengembangan dan penyuluhan sosial dan

5. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan khusus untuk membentuk

tenaga-tenaga ahli dan keahlian di bidang kesejahteraan sosial

Menurut UU Kesejahteraan Sosial Pasal 8 menegaskan bahwa, masyarakat

mempunyai peranan untuk membantu pemerintah. Masyarakat diberi kesempatan

yang seluas-luasnya untuk mengadakan usaha kesejahteraan sosial selaras dengan

(42)

2.6. Kerangka Pemikiran

Kepemimpinan keluarga atau pola asuh orang tua adalah model atau

bentuk didikan dan bimbingan orang tua yang termasuk di dalamnya sikap dan

cara orang tua tersebut memperlakukan anaknya sehari-hari meliputi segala

perlakuan-perlakuan yang disadari maupun tidak disadari olehnya.

Perlakuan-perlakuan yang tampak itu juga bersifat sama dan terus-menerus dari waktu ke

waktu.

Dari pola asuh yang diberikan oleh orang tua, tentu ada diantaranya yang

cenderung untuk menjadikan anak hilang pertimbangan sehingga

menjerumuskannya pada penyalahgunaan narkoba. Seperti anak yang ditolak oleh

orang tua sehingga sering diperlakukan keras dan kasar, anak yang terlalu

diperhatikan dan dilindungi secara berlebihan sehingga pergaulannya sangat

terbatas sehingga tidak bisa berinteraksi dengan orang-orang yang ada

disekitarnya, kemudian anak yang dimanjakan sehingga segala keinginan anak

dipenuhi orang tuanya termasuk memberi anaknya uang yang berlebihan dan

sikap ini mendorong anak untuk membelanjakan uang tersebut pada hal-hal yang

tidak sepantasnya, bersikap menelantarkan anak sehingga melakukan sesuatu hal

sesuka hatinya, berteman dengan siapapun yang disenanginya dan pergi ke

tempat-tempat yang tidak pantas untuk dikunjungi, tunduk pada anak sehingga

sanggup menuruti segala kemauan anak, memberi perhatian hanya pada anak

yang disukai dan memberi tuntutan yang sangat tinggi sehingga tidak bisa

direalisasikan pada anak. Anak dalam hal ini lebih kepada remaja yang sangat

(43)

Penyalahgunaan narkoba merupakan pengguna Narkotika, Psikotropika,

dan Zat-zat Adiktif yang digunakan bukan untuk tujuan pengobatan dan diluar

dari resep dan pengawasan serta tanpa mendapat izin dari dokter. Penggunaannya

adalah untuk menghilangkan rasa sakit fisik dan psikis, memperoleh

kenikmatan/hiburan, penggunaan situasional, penggunaan teratur sampai kepada

ketergantungan.

Korban narkoba sudah sepantasnya mendapatkan pengobatan, perawatan

dan pembinaan karena mereka benar-benar sakit, bukan dipenjara. Untuk itu,

yang diperlukan oleh korban narkoba adalah panti rehabilitasi. Diantaranya adalah

Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre yang akan menjadi tempat

penelitian.

Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan

sebagai berikut :

Remaja Penyalahgunaan Narkoba

Binaan Al-Kamal Sibolangit Centre

Pola Asuh Orangtua: - Autoritatif/Demokratis - Otoriter

- Penyabar/Pemanja - Penelantar

(44)

2.7. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional

2.7.1. Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan

secara abstrak mengenai suatu kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang

menjadipusat perhatian. Defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan istilah

yang digunakan secara mendasar dan menyamakan persepsi tentang apa yang

akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan

penelitian (Singarimbun, 1989: 33).

Untuk lebih mengetahui pengertian mengenai konsep-konsep yang akan

diteliti, maka penulis membatasi konsep yang akan digunakan sebagai berikut :

1. Keluarga adalah ikatan yang sedikit banyak berlangsung lama antara suami

istri, dengan atau tanpa anak.

2. Kepemimpinan menghasilkan teladan, dalam hal positif atau juga negatif.

3. Narkoba adalah zat-zat kimiawi yang jika dimasukkan ke dalam tubuh

manusia (baik secara oral, dihirup maupun intravena, suntik) dapat mengubah

dan bahkan merusak pikiran, suasana hati, ataupun perasaan, perilaku

seseorang dan organ tubuh.

4. Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba di luar keperluan medis,

tanpa pengawasan dokter dan merupakan perbuatan melanggar hukum.

5. Remaja lebih bersifat konseptual, ada tiga krieria yaitu biologis, psikologik,

(45)

2.7.2. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan

bagaimana cara untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain defenisi

operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain

yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 2006 : 46).

Adapun indicator yang dioperasionalkan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Identitas informan, yang diukur dengan indikator :

a. Nama

b. Jenis Kelamin

c. Tempat / tanggal lahir

d. Usia

e. Pendidikan terakhir

f. Alamat rumah

g. Suku dan Agama

2. Penyalahgunaan narkoba, yang diukur dengan indikator :

a. Lamanya mengggunakan narkoba

b. Jenis narkoba yang digunakan

c. Faktor penyalahgunaan narkoba

d. Dampak penyalahgunaan narkoba

e. Sumber narkoba dari mana

3. Pola Asuh Orangtua, yang dapat diukur dengan indicator :

a. Autoritatif / demokratis :

(46)

2. Tegas dan konsisten

3. Mendengar keinginan dan pandangan anak

4. Tidak selalu menuruti kemauan anak

5. Menghargai hak anak

b. Otoriter :

1. Menetapkan stndar mutlak pada anak

2. Memperlakukan anak sesuka hati

3. Mengancam

4. Membentak dengan semaunya

5. Keras dalam mendidik anak

6. Komunikasi yang bersifat searah

7. Menjaga jarak dengan anak

8. Tidak ada keramahan dalam berkomunikasi

c. Penyabar (pemanja) :

1. Memprioritaskan kebutuhan dan kepentingan anak

2. Menuruti semua keinginan anak

3. Kasih sayang dan perhatian yang berlebihan

4. Tidak berani menegur kesalahan anak

5. Melindungi anak dalam situasi apapun

d. Penelantar

1. Kurang memberi kasih sayang dan perhatian

2. Sibuk dengan kepentingannya sendiri

3. Menelantarkan anaknya

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tipe Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif yaitu suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki

dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang,

lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta

yang tampak atau sebagaimana adanya. (Nawawi, 1998:53).

Dengan demikian tipe penelitian deskriptif penulis ingin membuat

gambaran sejauh mana pengaruh kepemimpinan keluarga terhadap

penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja binaan Al-Kamal Sibolangit Centre.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre

yang berada di Jalan. Medan Berastagi Km. 12,5 Desa Suka Makmur Kecamatan

Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penulis memilih lokasi ini

karena merupakan salah satu panti rehabilitasi terbesar di Sumatera Utara yang

dikelola oleh pihak swasta yang memeberikan pelayanan sosial bagi korban

penyalahguna narkoba terutama di kalangan remaja.

(48)

3.3. Subjek Penelitian

Pada penelitian ini yang perlu di jelaskan bukan “Populasi dan Sampel”

melainkan “Subjek Penelitiannya”, istilah subjek penelitian menunjuk pada orang,

individu atau kelompok yang disajikan unit atau satuan (kasus) yang diselidiki

yang menjadi informan utama adalah informan itu sendiri yang merupakan

sumber keterangan yang penting.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam menentukan informan

adalah dilakukan secara purposive cluster sampling (sample kelompok) yaitu

individu-individu dimasukkan dalam satuan-satuan tertentu sehingga menjadi

kelompok-kelempok individu atau cluster dan porposif sampling yaitu sample

ditetapkan secara sengaja oleh peneliti, dalam hubungan ini didasarkan atas

kriteria tertentu yaitu berdasarkan usia (age).

Sumber data tidak dipersoalkan dari sudut populasi dan sample yang

berarti juga tidak mempersoalkan sifat repesentatif. Bahkan tidak perlu

menghiraukan berapa ukuran/jumlah yang diperlukan, untuk itu semua pihak yang

dinilai dapat memberikan informasi dapat disajikan sebagai sumber data.

Bardasarkan uraian di atas dalam penelitian ini peneliti menggunakan 3 pasien

yang masih remaja sebagai informan, dengan tambahan sumber data dari Panti

Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre.

3.4. Studi Lapangan

Yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui penelitian dengan turun

langsung ke lokasi penelitian untuk mencari fakta yang berkaitan dengan masalah

(49)

1. Observasi (Direct observation) yaitu pengamatan langsung terhadap

pasien rehabilitasi narkoba.

2. Wawancara . Wawancara secara umum adalah proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil

bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang

diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman.

3.5. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini teknik analisa data yang dipakai adalah teknik analisa

dan deskriptif, yaitu dengan mengumpulkan, mengelola, menyajikan dan

menjabarkan hasil penelitian yang didapatkan peneliti dari lapangan dan akan

(50)

BAB IV

DESKRIPSI PENELITIAN

4.1. Sejarah Berdirinya Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre

Menyadari bahwa penyalahguna narkoba bukanlah penjahat melainkan

korban. Tidaklah tepat kalau kita memberlakukan mereka seperti penjahat.

Mereka adalah orang-orang yang perlu diselamatkan dan diberi pendidikan

khusus.

Perawatan terhadap pecandu narkoba dapat dilakukan di lembaga

rehabilitasi, dimana pada lembaga ini dapat dilakukan pengobatan baik fisik

maupun mental. Salah satu panti rehabilitasi yang ada di Sumatera Utara adalah

Panti Rehabilatasi Al-Kamal Sibolangit Centre yang didirikan pada tanggal 5

Februari 2001 oleh H. M. Kamaluddin Lubis, SH.

Ada beberapa dasar pemikiran yang melatar belakangi dibangunnya Panti

Rehabilatasi Al-Kamal Sibolangit Centre ini, yaitu :

1.Adanya keprihatinan terhadap jumlah penyalahguna narkoba dimana

diperlukan suatu sistem perawatan yang mencakup seluruh aspek baik

fisik maupun mental.

2.Diperlukan upaya untuk mencegah bertambahnya jumlah penyalahguna

narkoba dan upaya untuk merawat orang-orang yang terlibat

penyalahgunaan narkoba.

3.Keprihatinan terhadap bangsa Indonesia yang begitu besar jumlah

penderita narkoba yang sebagian besar adalah remaja. Apabila hal ini

(51)

4.Diperlukan upaya untuk mengubah pandangan masyarakat terhadap

korban narkoba, bahwa mereka bukanlah sampah masyarakat, tetapi

mereka juga manusia yang masih punya harapan dan masa depan.

Agar pasien merasa betah, tempat ini di desain mirip tempat wisata

sekaligus rumah besar tempat keluarga tinggal. Ada penginapan, rumah ibadah,

kolam tempat memancing, kantin khusus, lapangan olah raga dan pertanian. Tentu

saja, fasilitas yang disediakan agar mereka merasa tenang, berobat tidaklah

lengkap tanpa didukung oleh suasana alamnya. Panti rehabilitasi ini didirikan di

Sibolangit karena memberikan udara sejuk dengan alam pegunungan.

Hal ini juga untuk merubah pandangan masyarakat selama ini bahwa

rehabilitasi merupakan suatu penjara atau suatu tempat yang menakutkan, tetapi di

Panti Rehabilatasi Al-Kamal Sibolangit Centre ini digambarkan bahwa

rehabilitasi merupakan suatu wadah yang menyenangkan yang dapat membantu

penyalahguna narkoba lepas dari kecanduannya terhadap narkoba.

4.2. Visi dan Misi Panti Rehabilatasi Al-Kamal Sibolangit Centre

4.2.1. Visi Panti Rehabilatasi Al-Kamal Sibolangit Centre

Menyelamatkan anak bangsa dari ketergantungan narkoba.

4.2.2. Misi Panti Rehabilatasi Al-Kamal Sibolangit Centre

1. Membantu pasien untuk sembuh dari ketergantungan terhadap narkoba

dengan metode berobat dan bertobat.

2. Meningkatkan iman dan taqwa sebagai banteng untuk mencegah

(52)

3. Menumbuhkan rasa percaya diri pasien, menuju masa depan yang lebih

cerah.

4. Membantu pasien untuk bisa kembali bersosialisasi di tengah-tengah

masyarakat.

4.3. Struktur Organisasi

Struktur organisasi di Panti Rehabilatasi Al-Kamal Sibolangit Centre

digambarkan sebagai berikut :

Bagan Struktur Organisasi Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre

DIREKTUR

MANAGER

Site Manager

Ass. Site Manager

DOKTER Psikolog Tradisional Rohani Foreman Logistik Maintenanc

Perawat

Pasien

Keamanan Kebersihan Perawat

Tradisonal

(53)

Berikut adalah paparan tentang struktur organisasi sosial Panti

Rehabilatasi Al-Kamal Sibolangit Centre :

1. Direktur

Direktur berperan sebagai penanggung jawab utama Panti Rehabilatasi

Al-Kamal Sibolangit Centre ini. Jabatan ini adalah jabatan tertinggi di

lembaga ini.

2. Manager

Jabatan ini berperan untuk menjalankan proses kegiatan rehabilitasi

sehari-hari di Panti Rehabilatasi Al-Kamal Sibolangit Centre. Mulai dari

konsumsi, administrasi, aktifitas terapi dan lain-lain. Manager bertanggung

jawab penuh terhadap direktur. Manager juga dibantu oleh Site Manager

dan Ass. Site Manager.

3. Dokter

Dokter di Panti Rehabilatasi Al-Kamal Sibolangit Centre ini berfungsi

untuk memberikan perawatan dan pengobatan medis kepada pasien.

Dokter bertanggung jawab penuh kepada manager panti. Dokter ini tidak

bertugas penuh di Sibolangit centre. Kunjungan dokter bersifat rutinitas

artinya dalam dua hari sekali dokter berkunjung di Sibolangit centre untuk

memeriksa kondisi pasien. Dokter membawahi seorang kepala perawat.

Kepala perawat berfungsi untuk memimpin 5 orang assisten perawat yang

membantu tugas dokter dalam memberikan perawatan medis kepada

(54)

4. Kepala Pengobatan Tradisional

Jabatan ini bertugas memberikan pengobatan tradisional kepada para

pasien. Pengobatan tradisional yang diberikan di Sibolangit centre ini

adalah dengan memberikan jamu dari ramu-ramuan tradisional tanah karo.

Pengobatan tradisional juga termasuk dengan mengoperasionalkan okup

kepada pasien.

5. Spiritual

Tenaga spiritual di Panti Rehabilatasi Al-Kamal Sibolangit Centre terdiri

atas :

a. Tenaga pengajar mengaji bagi pasien yang beragama Islam.

b. Tenaga penceramah baik yang bersifat harian atau mingguan. Tugas

tenaga ini adalah memberikan materi-materi ajaran keislaman kepada

pasien sehingga pengetahuan dan penghayatan pasien akan islam dapat

ditingkatkan.

c. Pendeta Kristiani. Pendeta ini berkunjung sekali seminggu yakni pasa

hari minggu sore untuk memberikan materi-materi kristiani bagi apsien

yang beragama Kristen.

d. Pendeta Budha. Pendeta dari agama Budha ini berkunjung juga sekali

dalam seminggu pada hari minggu sore untuk memberikan

materi-materi agama Budha.

e. Pelatih tenaga dalam pernapasan. Pelatih ini bertugas memberikan

(55)

6. Kepala keamanan

Kepala keamanan berperan untuk menjaga keamanan di Panti Rehabilitasi

Al-Kamal Sibolangit Centre. Disamping itu juga , tugas kepala keamanan

adalah untuk menjaga agar para pasien tidak melarikan diri dari Sibolangit

Centre. Kepala keamanan membawahi 6 anggota keamanan. Mereka

bertugas secara bergiliran dan terbagi dalam dua pembagian tugas, yakni

siang dimulai dari pukul 07.00 sampai pukul 18.00 dan tugas malam

dimulai dari pukul 18.00 sampai pukul 07.00. Dengan demikian Sibolangit

Centre ini dijaga 24 jam penuh selama 7 hari kerja.

7. Logistik

Tugas kepala logistik adalah bertanggungjawab dalam memenuhi

kebutuhan makan sehari-hari warga Sibolangit Centre, mulai dari pasien

hingga pengelola Sibolangit Centre.

8. Maintenance

Bagian ini berfungsi untuk merawat segala fasilitas yang digunakan di

Sibolangit Centre. Diantaranya fasilitas listrik, air, telepon dan lain-lain.

9. Counsellor

Consellor merupakan petugas yang banyak berinteraksi langsung dengan

pasien. Counsellor inilah petugas yang membina langsung proses

rehabilitasi dan aktifitas sehari-hari pasien. Conselor di bantu oleh :

a. Intern staff merupakan petugas dalam administrasi yang mencatat

lansung perkembangan-perkenbangan dan administrasi

pasien.Misalnya pencatatan masa hukuman bagi pasien yang

Gambar

Tabel 2.1 Rekap Usia Pelaku Tindak Kejahatan Narkotika di Sumatera Utara
Tabel 5.1 Identitas Informan
Tabel 5.2 Jenis Narkoba Yang Pertama Sekali dipakai
Tabel 5.3 Pola Asuh Orangtua

Referensi

Dokumen terkait

Menteri Kehakiman   Mr. Susanto Tirtoprojo  PNI . Menteri Penerangan  

DAFTAR PERGURUAN TINGGI NEGERI DAN KOPERTIS PESERTA PELATIHAN PENINGKATAN APLIKASI SIMLITABMAS. Yogyakarta, 13 - 14

Anda diminta mengidentifikasi dan menyebutkan jenis ritel yang dilihat dari sudut pandang lokasi ritel1.

[r]

KESATU : Mengubah atas Keputusan Bupati Bantul Nomor 311 Tahun 2016 tentang Lokasi dan Alokasi Penerima Bantuan Keuangan Khusus Kepada Desa Tahun Anggaran 2016,

[r]

Sementara yang sesungguhnya dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia saat ini adalah strategi pengembangan kebudayaan sebagai modal agar dapat bersaing di dunia

[r]