ANALISIS POLA ASUH ORANGTUA REMAJA
KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA BINAAN
AL - KAMAL SIBOLANGIT CENTRE
Diajukan Oleh :
LISTA HARIYANTI SIREGAR 060902059
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
Abstrak
LISTA HARIYANTI SIREGAR 060902059
ANALISIS POLA ASUH ORANGTUA REMAJA KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA BINAAN AL-KAMAL SIBOLANGIT CENTRE
(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 82 halaman, 2 bagan, 5 tabel, 2 lampiran, 22 pustaka)
Penelitian mengenai Analisis Pola Asuh Orangtua Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba Binaan Al-Kamal Sibolangit Centre ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana bentuk pola asuh yang dilakukan oleh orangtua remaja korban penyalahgunaan narkoba yang menjadi pasien di Al-Kamal Sibolangit Centre.
Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif yang dilaksanakan di Al-Kamal Sibolangit Centre yang beralamat di Jalan Medan Berastagi Km. 12,5 Desa Suka Makmur Kecamatan Sibolangit Deli Serdang Sumatera Utara. Adapun yang menjadi subjek penelitian ini berupa informan yang ditetapkan secara purposive cluster sampling (sampel kelompok). Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik analisis dan deskriptif, yaitu dengan mengumpulkan, mengelola, menyajikan dan menjabarkan hasil penelitian yang didapatkan peneliti dari lapangan dan akan disimpulkan dalam bentuk Life Story dan dianalisis kemudian.
Hasil dari penelitian didapat bahwa dalam mendidik anak, orangtua ketiga informan memiliki tipe pola asuh yang berbeda. Secara berturut dari informan I, II dan III tipe pola asuh yang diterapkan adalah pola asuh tipe penyabar, otoriter, penelantar. Walaupun dalam hasil data di lapangan, pola asuh orangtua korban lebih kepada perpaduan dari tipe pola asuh yang telah ditetapkan oleh peneliti sendiri. Namun peneliti mencoba untuk mengkerucutkan tipe pola asuh orangtua korban berdasarkan kecenderungan indikator-indikator tipe pola asuh yang telah peneliti tetapkan.
UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA
FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE SOCIAL WELFARE DEPARTEMENT
Abstract
LISTA HARIYANTI SIREGAR 060902059
ANALISIS POLA ASUH ORANGTUA REMAJA KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA BINAAN AL-KAMAL SIBOLANGIT CENTRE
(This thesis is composed of 6 chapters, 82 pages, 2 charts, 5 tables, 2 appendix, 22 references)
Analysis of Research on Parents Parenting Teens Drug Abusers By Al-Kamal Sibolangit Centre aims to describe how the shape of parenting teenagers conducted by the parents who become victims of drug abuse patients in Al-Kamal Sibolangit Centre. This form of descriptive qualitative research conducted in Al-Kamal Sibolangit Centre which is located at Jalan Medan Berastagi Km. Like Makmur Subdistrict 12.5 Sibolangit Village Deli Serdang, North Sumatra. As for who becomes the subject of this research is a set of informants in a purposive cluster sampling (sample group). Data collection techniques used in this research is descriptive analysis technique and, by collecting, managing, presenting and describing the research results obtained from the field and researchers will be concluded in the form of Life Story and analyzed later. Results of the study found that in educating children, parents three informants have different types of parenting. Respectively of the informants I, II and III types of parenting that is applied is the type of patient care pattern, authoritarian, penelantar. Although the results of the data in the field, the ways to teach parents of victims rather the combination of this type of parenting that have been set by the researchers themselves. But the researchers tried to conical type based on the victim's parents parenting trend indicators have been types of parenting that the researchers set.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat kasih dan rahmat-Nya, penulis masih diberikan kesempatan untuk
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul Analisis Pola Asuh
Orangtua Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba Binaan Al-Kamal Sibolangit
Centre. Penulis berharap dengan adanya skripsi ini, dapat menjadi manfaat dalam
memberikan kontribusi keilmuan tentang pola asuh orangtua terhadap remaja
korban penyalahgunaan narkoba.
Penulis sadar, bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu
penulis sangat menghargai setiap saran dan kritik dalam penyempurnaan skripsi
ini.
Tidak lupa juga pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus yang telah setia memberikan berkat dan rahmatnya buat
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis
bersyukur masih bisa diberi kesempatan di dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si selaku ketua Departemen Ilmu
Kesejahteraan Sosial Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Husni Thamrin, S.Sos, MSP selaku dosen pembimbing penulis. Terima
kasih penulis sampaikan karena telah membimbing penulis sampai skripsi ini
5. Seluruh dosen dan staff pegawai di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial.
6. Orang tua penulis, Gr. J. Siregar dan T. Hutapea (†). Terima kasih karena
telah mendidik dan membesarkan penulis sampai saat ini. Penulis tahu begitu
besar pengorbanan dan kasih sayang yang kalian berikan kepada saya
terutama di saat masa-masa sulit. Penulis persembahkan skripsi ini buat
“mama”, pastinya mama bahagia melihat putri bungsumu ini akhirnya dapat
menyelesaikan studiku (miss u mom).Buat ayahku, penulis tidak bisa
membalas sedikitpun apa yang telah ayah berikan. Biarlah Tuhan Yesus
Kristus yang selalu setia menjaga dan memberkati mu ayah. Saya berharap itu.
7. Abangku dan kakak ipar (Iwan Siregar / Elvikartina Sinaga) juga buat kakaku
dan abang ipar (Timoria Siregar / Dompak Hutabarat) dan buat abangku Jhon
Faisal Siregar (dimana pun kau berada……???????). Dan juga buat ponaanku
teersayang Ester Rachel Garcia Siregar(walaupun masih kecil). Terima kasih
penulis sampaikan kepada abang dan kakak semua atas dukungan dan
semangat yang tidak pernah henti-hentinya kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Medan, Nopember 2010
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK……….….i
KATA PENGANTAR………...ii
DAFTAR ISI………..vi
DAFTAR TABEL………...x
DAFTAR BAGAN………...xi
DAFTAR LAMPIRAN………..xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang……….1
1.2Perumusan Masalah……….6
1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian………...6
1.3.2. Manfaat Penelitian……….6
1.4Sistematika Penulisan………..7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Asuh Orangtua...………8
2.1.1 Keluarga...……….………..8
2.1.1.1 Peranan dan Fungsi Keluarga... .………...8
2.2 Narkoba....………...19
2.3 Penyalahgunaan Narkoba………....………23
2.4 Remaja...………25
2.5 Kesejahteraan Sosial………...……….32
2.6 Kerangka Pemikiran………..………..33
2.7 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional……..………...35
2.7.1 Defenisi Konsep ...………...35
BAB III TIPE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian………39
3.2 Lokasi Penelitian………39
3.3 Subjek Penelitian...40
3.4 Studi Lapangan...………....40
3.5 Teknik Analisis Data……….41
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Berdirinya Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre....42
4.2 Visi dan Misi...43
4.3 Struktur Organisasi Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre ..44
4.4 Fasilitas Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre...49
4.5 Metode Pengobatan Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre...58
BAB V ANALISIS DATA 5.1 Identitas Informan...……….…….….61
5.2 Keluarga dan Pola Asuh Orangtua……….….…...65
5.2.1 Pemenuhan Kebutuhan Jasmani Anak...67
5.2.2 Keluarga Sebagai Tempat Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Anak...71
5.2.3 Sifat Diri Menurut Informan...74
5.3 Pola Asuh Orangtua...………….………77
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan………82
6.2 Saran………..83
DAFTAR BAGAN
Bagan 1 Kerangka Pemikiran……… 33
Bagan 2 Bagan Struktur Organisasi Panti Rehabilitasi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Rekap Usia Pelaku Tindak Kejahatan Narkotika
Di Sumatera Utara... 29
Tabel 5.1 Identitas Informan... 61
Tabel 5.2 Jenis Narkoba yang Pertama Sekali Dipakai... 63
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
Abstrak
LISTA HARIYANTI SIREGAR 060902059
ANALISIS POLA ASUH ORANGTUA REMAJA KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA BINAAN AL-KAMAL SIBOLANGIT CENTRE
(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 82 halaman, 2 bagan, 5 tabel, 2 lampiran, 22 pustaka)
Penelitian mengenai Analisis Pola Asuh Orangtua Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba Binaan Al-Kamal Sibolangit Centre ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana bentuk pola asuh yang dilakukan oleh orangtua remaja korban penyalahgunaan narkoba yang menjadi pasien di Al-Kamal Sibolangit Centre.
Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif yang dilaksanakan di Al-Kamal Sibolangit Centre yang beralamat di Jalan Medan Berastagi Km. 12,5 Desa Suka Makmur Kecamatan Sibolangit Deli Serdang Sumatera Utara. Adapun yang menjadi subjek penelitian ini berupa informan yang ditetapkan secara purposive cluster sampling (sampel kelompok). Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik analisis dan deskriptif, yaitu dengan mengumpulkan, mengelola, menyajikan dan menjabarkan hasil penelitian yang didapatkan peneliti dari lapangan dan akan disimpulkan dalam bentuk Life Story dan dianalisis kemudian.
Hasil dari penelitian didapat bahwa dalam mendidik anak, orangtua ketiga informan memiliki tipe pola asuh yang berbeda. Secara berturut dari informan I, II dan III tipe pola asuh yang diterapkan adalah pola asuh tipe penyabar, otoriter, penelantar. Walaupun dalam hasil data di lapangan, pola asuh orangtua korban lebih kepada perpaduan dari tipe pola asuh yang telah ditetapkan oleh peneliti sendiri. Namun peneliti mencoba untuk mengkerucutkan tipe pola asuh orangtua korban berdasarkan kecenderungan indikator-indikator tipe pola asuh yang telah peneliti tetapkan.
UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA
FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE SOCIAL WELFARE DEPARTEMENT
Abstract
LISTA HARIYANTI SIREGAR 060902059
ANALISIS POLA ASUH ORANGTUA REMAJA KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA BINAAN AL-KAMAL SIBOLANGIT CENTRE
(This thesis is composed of 6 chapters, 82 pages, 2 charts, 5 tables, 2 appendix, 22 references)
Analysis of Research on Parents Parenting Teens Drug Abusers By Al-Kamal Sibolangit Centre aims to describe how the shape of parenting teenagers conducted by the parents who become victims of drug abuse patients in Al-Kamal Sibolangit Centre. This form of descriptive qualitative research conducted in Al-Kamal Sibolangit Centre which is located at Jalan Medan Berastagi Km. Like Makmur Subdistrict 12.5 Sibolangit Village Deli Serdang, North Sumatra. As for who becomes the subject of this research is a set of informants in a purposive cluster sampling (sample group). Data collection techniques used in this research is descriptive analysis technique and, by collecting, managing, presenting and describing the research results obtained from the field and researchers will be concluded in the form of Life Story and analyzed later. Results of the study found that in educating children, parents three informants have different types of parenting. Respectively of the informants I, II and III types of parenting that is applied is the type of patient care pattern, authoritarian, penelantar. Although the results of the data in the field, the ways to teach parents of victims rather the combination of this type of parenting that have been set by the researchers themselves. But the researchers tried to conical type based on the victim's parents parenting trend indicators have been types of parenting that the researchers set.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masalah penyalahgunaan narkoba di Indonesia saat ini sangat
memprihatinkan berbagai kalangan dan telah menjadi ancaman nasional yang
perlu mendapatkan perhatian yang serius dari segenap elemen Bangsa. Ancaman
nasional tersebut berpotensi besar mengganggu kelangsungan hidup bangsa dan
negara serta menggangu ketahanan diri, keluarga dan masyarakat baik secara
fisik, mental, dan secara sosial ekonomi. Permasalahan penyalahgunaan narkoba
di Indonesia menunjukkan adanya kecenderungan yang terus meningkat, hal
tersebut terlihat dari peningkatan angka kejahatan narkoba yang ada di tengah
masyarakat.
Masalah penggunaan narkoba di Indonesia merupakan masalah serius
yang harus dicarikan jalan penyelesaiannya dengan segera. Banyak kasus yang
menunjukkan akibat dari masalah di atas telah menyebabkan banyak kerugian,
baik materi maupun non materi, banyak kejadian seperti perceraian, atau kesulitan
lain bahkan kematian yang disebabkan oleh ketergantungan terhadap narkoba.
Indonesia yang semula menjadi negara transit atau tempat pemasaran
sekarang sudah meningkat menjadi salah satu negara tujuan bahkan merupakan
negara eksportir atau negara produsen. Dalam hal seorang anak LN (15) warga P.
Siantar menggunakan narkotika di hukum 8 bulan. (Waspada, 22 Mei 2009).
Ketika terjadi perubahan dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan
untuk ikut terbawa arus adalah para remaja, hal ini disebabkan karena mereka
identitas, mengalami masa transisi dari remaja menuju dewasa dan sebagainya.
Masa remaja ini dirasakan sebagai suatu krisis karena belum adanya pegangan,
sedangkan kepribadiannya sedang mengalami pembentukan.
Dalam perspektif psikologi perkembangan masa remaja memang masa
yang berbahaya, karena pada masa ini seorang mengalami masa transisi atau
peralihan dari masa kehidupan anak-anak menuju kedewasaan yang sering
ditandai dengan krisis kepribadian. Dimana remaja sedang mencari jati dirinya.
Pencarian identitas diri pada perkembangan masa remaja inilah sebenarnya
sangat diperlukan perhatian dari keluarga. Bentuk kepemimpinan keluarga yang
ada dalam sebuah keluarga dapat membantu pembentukan kepribadian seorang
remaja untuk menemukan jati dirinya. Sehingga terhindar dari hal-hal yang
bersifat negatif, yang antara lain adalah penyalahgunaan narkoba.
Oleh karena itu, kondisi keluarga mempunyai pengaruh pada terjadinya
penyalahgunaan narkoba pada remaja. Dalam hal ini kondisi keluarga ditandai
dengan keutuhan keluarga, kesibukan orang tua, hubungan interpersonal
antarkeluarga, dapat merupakan faktor yang berperan serta pada penyalahgunaan
narkoba.
Jumlah pelaku penyalahgunaan narkoba tahun 2009 ini, sebagian besar
sudah melibatkan kalangan remaja. Di PN Ternate sampai akhir Mei 2009 tercatat
20 kasus yang disidangkan, dan jumlah tersebut sudah melampaui kasus
penyalahgunaan narkoba yang disidangkan di PN Ternate tahun 2008 yakni 19
kasus. Sebagian besar latar belakang kasus penyalahgunaan narkoba tersebut
Sebagai peralihan dari masa anak menuju ke masa dewasa, masa remaja
merupakan masa yang penuh dengan kesulitan dan gejola, baik bagi remaja
sendiri maupun bagi orang tuanya. Seringkali karena ketidaktahuan dari orang tua
mengenai keadaan masa remaja tersebut ternyata mampu menimbulkan bentrokan
dan kesalahpahaman antara remaja dengan orang tua yakni dalam keluarga atau
remaja dengan lingkungannya.
Hal tersebut di atas tentunya tidak membantu si remaja untuk melewati
masa ini dengan wajar, sehingga berakibat terjadinya berbagai macam gangguan
tingkah laku seperti penyalahgunaan zat, atau kenakalan remaja atau gangguan
mental lainnya. Orang tua seringkali dibuat bingung atau tidak berdaya dalam
menghadapi perkembangan anak remajanya dan ini menambah parahnya
gangguan yang diderita oleh anak remajanya.
Fakta tersebut harus mendapat perhatian serius dari berbagai pihak terkait,
baik masyarakat maupun aparat berwajib, karena penyalahgunaan narkoba itu
selain melanggar hukum juga dapat merusak moral generasi bangsa. Dalam
mengatasi penyalahgunaan narkoba tersebut, tidak cukup hanya dengan
menggunakan pendekatan penegakan hukum, tapi juga harus disertai dengan
upaya penyuluhan dan sosialisasi mengenai bahaya narkoba kepada masyarakat,
terutama kalangan remaja.
Data kasus penyalahgunaan narkoba yang dijelaskan oleh Kabag Bina
Mitra Polwitabes Surabaya yang menyatakan bahwa, dari tahun 2007-2008
meningkat 100%. Kebanyakan dari mereka mengkonsumsi narkoba atau turut
mengedarkan narkoba.
Jumlah pelajar atau remaja yang terlibat narkoba diperkirakan lebih besar
dari jumlah yang diungkap polisi. Ibaratnya, narkoba yang diungkap polisi hanya
bagian permukaan saja atau biasa disebut fenomena Gunung Es. Mereka rata-rata
sembunyi-sembunyi saat mengonsumsi barang haram tersebut.
Melalui data dari lapangan yaitu hasil wawancara peneliti dengan
koordinator pekerja sosial dip anti tersebut menyatakan bahwa korban narkoba di
Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre tersebut kebanyakan adalah anak
yang kurang mendapat perhatian karena orang tua sibuk mencari rejeki, terlalu
dimanjakan, mendapat perlakuan kasar dan keras serta memiliki masalah keluarga
seperti keluarga tidak harmonis dan perceraian orang tua. Mereka mulai
terjerumus dalam penggunaan narkoba karena tidak mendapat kasih saying dan
perhatian dari orang tua sedangkan ada juga yang mendapat kasih sayang yang
berlebihan sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan pada anak untuk menuntut
segala keinginannnya harus dipenuhi. Inilah yang mendasari keinginan peneliti
untuk melakukan penelitian dip anti rehabilitasi tersebut.
Korban narkoba sudah sepantasnya mendapatkan pengobatan, perawatan
dan pembinaan karena memang benar-benar sakit : sakit fisik dan psikisnya.
Untuk itu, dalam upaya terapi dan rehabilitasi harus dilibatkan pakar medis,
psikolog, konselor dan juga ahli keagamaan. Dukungan keluarga juga sangat
membantu korban untuk pulih, selain tekad dan niat pribadi itu sendiri. Banyak
Diantaranya melaksanakan kampanye, menyebarkan informasi kepada lingkungan
masyarakat, sekolah dan sebagainya.
Selain itu, panti-panti rehabilitasi milik pemerintah maupun swasta juga
didirikan khusus untuk korban narkoba yang memiliki inisiatif dan keinginan
untuk pulih sekaligus bersih dari narkoba. Dewasa ini banyak terdapat panti
rehabilitasi yang didirikan sebagai upaya untuk melakukan pengobatan pada
korban narkoba dengan menggunakan berbagai metode pengobatan. Diantaranya
adalah Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti berminat untuk mengetahui,
membahas dan melakukan suatu penelitian dalam sebuah karya ilmiah berbentuk
skripsi dengan judul penelitian “Analisis Kepemimpinan Keluarga Remaja
1.2. Perumusan Masalah
Adapun masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
“Bagaimana Pola Asuh Orangtua Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba
Binaan Al-Kamal Sibolangit Centre”.
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah untuk “ Mendeskripsikan Pola Asuh
Orangtua Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba Binaan Al-Kamal
Sibolangit Centre”.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Temuan yang dihasilkan oleh penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan
sebagai berikut :
1. Secara Akademis, dapat memberikan sumbangan positif terhadap
khasanah keilmuan di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial
mengenai konsep pelayanan sosial.
2. Secara Teoritis, dapat mempertajam kemampuan di dalam bidang
penulisan karya ilmiah dan menambah khasanah penulis tentang
1.4. Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini disajikan dalam enam bab dengan sistematika
sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan uraian dan teori-teori yang berkaitan dengan
masalah dan objek yang akan diteliti, kerangka pemikiran dan
defenisi operasional.
BAB III : METODE PENELITIAN
Berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, sumber
informasi data (informan), teknik pengumpulan data serta teknik
menganalisis data.
BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang gambaran umum mengenai lokasi
penelitian.
BAB V : ANALISIS DATA
Bab ini berisi tentang uraian data yang diperoleh dalam
penelitian serta analisisnya.
BAB VI : PENUTUP
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pola Asuh Orang Tua
2.1.1. Keluarga
Keluarga adalah ikatan yang sedikit banyak berlangsung lama antara
suami istri, dengan atau tanpa anak. Sedangkan menurut Sumner dan Keller
marumuskan keluarga sebagai miniatur dari organisasi sosial, meliputi sedikitnya
dua generasi dan terbentuk secara khusus melalui ikatan darah (Gunarsa, 1993 :
230).
Keluarga merupakan kelompok primer yang paling penting di dalam
masyarakat. Keluarga merupakan sebuah grup yang terbentuk dari perhubungan
laki-laki dan perempuan, perhubungan mana sedikit banyak berlangsung lama
untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Jadi keluarga dalam bentuk
yang murni merupakan satu kesatuan sosial yang terdiri dari suami, istri dan
anak-anak. Satuan ini mempunyai sifat-sifat tertentu yang sama, dimana saja dalam
satuan masyarakat manusia.
2.1.1.1. Peranan dan Fungsi keluarga
Peranan dan fungsi keluarga sangat luas dan uraian mengenai ini sangat
bergantung dari sudut orientasi mana akan dilakukan. Peranan dan fungsi keluarga
1. Dari sudut biologi, keluarga berfungsi untuk melanjutkan garis keturunan.
2. Dari sudut psikologi perkembangan, keluarga berfungsi untuk
mengembangkan seluruh aspek kepribadian sehingga bayi yang kecil
menjadi anak yang besar yang berkembang dan diperkembangkan seluruh
kepribadiannya, sehingga tercapai gambaran kepribadian yang matang,
dewasa dan harmonis.
3. Dari sudut pendidikan, keluarga berfungsi sebagai tempat pendidikan
informal, tempat dimana anak memperkembangkan dan diperkembangkan
kemampuan-kemampuan dasar yang dimiliki, sehingga mencapai prestasi
yang sesuai dengan kemampuan dasarnya dan memperlihatkan perubahan
perilaku dalam berbagai aspeknya seperti yang diharapkan dan
direncanakan.
4. Dari sudut sosiologi, kelurga berfungsi sebagai tempat untuk menanamkan
aspek sosial agar bias menjadi anggota masyarakat yang mampu
berinteraksi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial.
Menurut Prof. Dr. J. Verkuyl ada tiga fungsi dan peranan keluarga
(orangtua) yaitu :
1. Mengurus keperluan materil anak-anak.
Ini merupakan tugas pertama dimana orangtua harus memberi makan,
tempat perlindunangan dan pakaian kepada anak-anak. Anak-anak
sepenuhnya tergantung kepada orangtuanya karena anak belum mampu
2. Menciptakan suatu “home” begi anak-anak.
Home disini berarti bahwa di dalam keluarga itu anak-anak dapat
berkembang dengan subur, merasakan kemesraan, kasih sayang,
keramah-tamahan, merasa aman, terlindungi dan lain-lain. Di rumahlah anak merasa
tentram, tidak merasa kesepian dan selalu gembira.
3. Tugas Pendidikan.
Tugas mendidik, merupakan tugas terpenting dari orangtua terhadap
anak-anaknya (Ahmadi, 1999 : 246)
Dari beberapa penyajian tentang fungsi dan peranan keluarga, nyatalah
betapa pentingnya keluarga terutama bagi perkembangan kepribadian seseorang.
Keluarga menjadi faktor penting dalam menanamkan dasar kepribadian yang ikut
menentukan corak dan gambaran kepribadian seseorang setelah dewasa. Jadi
gambaran kepribadian yang terlihat dan diperlihatkan seorang remaja, banyak
ditentukan oleh keadaan dan proses-proses yang ada dan terjadi sebelumnya,
jelasnya apa yang dialami dalam lingkungan keluarganya.
Lingkungan rumah, khususnya orangtua menjadi teramat penting sebagai
tempat penting sebagai temapat persemaian dari benih-benih yang akan tumbuh
dan berkembang lebih lanjut. Buruk dialami keluarga akan buruk pula
diperlihatkan dalam lingkungannnya. Perilaku negatif dengan berbagai coraknya
adalah akibat dari suasana dan perlakuan negatif yang diperoleh dari keluarga
(Gunarsa, 1999 : 186).
Keluarga dengan kata lain yaitu orang tua pada hakekatnya, di dunia ini
tidak ada orang tua yang menginginkan anaknya menjadi orang jahat, bermasalah
secara tidak sengaja, terkadang orang tua lupa bahwa pola asuh yang diretapkan
pada anak juga sangat berpengaruh untuk membentuk perkembangan kepribadian
anak tersebut.
Pola pengasuhan dapat diklasifikasikan dalam empat kategori yaitu: pola
pengasuhan autoritatif, pola pengasuhan otoriter, pola pengasuhan
penyabar/pemanja dan pola pengasuhan penelantar (Prasetya, 2003:27).
a. Pola pengasuhan autoritatif/demokratis
Kebanyakan orang tua yang menerapkan pola asuh jenis autoritatif ini
lebih memilih untuk bertindak rasional dan demokratis terhadap anak-anaknya.
Dalam penerapan pola asuh autoritatif (demokratis) orang tua lebih banyak
memberikan kebebasan kepada anak-anaknya untuk beraktivitas, bergaul dan
berkreasi mengikuti keinginan dan kemampuannya. Anak-anak bebas
bersosialisasi dengan orang-orang di sekelilingnya namun masih tetap berada di
bawah pengawasan.
Di sisi yang lain orang tua menunjukkan sikap tegas dan konsisten dalam
menerapkan disiplin, nilai-nilai dan aturan-aturan yang jelas serta tidak bisa
dilanggar namun orang tua tetap mendengarkan keinginan dan pandangan
anaknya sendiri. Orang tua juga mendidik anaknya untuk tidak meminta sesuatu
secara berlebihan namun tetap memikirkan kondisi dan kesanggupan orang tua
untuk memenuhi permintaan serta keinginannya. Orang tua bernegosiasi dan
menghargai hak serta pendapat anak sehingga ikatan kekeluargaan bagaikan
hubungan antar teman yang lebih erat dan akrab. Secara keseluruhan, pendekatan
b. Pola pengasuhan otoriter
Orang tua otoriter menganggap bahwa anak adalah hak mutlak dan karena
itu mereka cenderung menetapkan standar mutlak pada anak-anaknya. Mereka
memperlakukan anak-anak mereka dengan sesuka hati dan selain itu mengancam,
membentak atau memperlakukan anak dengan keras dengan tujuan untuk
menakut-nakuti anak ataupun agar anak patuh dan tidak berani melawan. Padahal
tanpa di sadari orang tua yang menerapkan pola asuh ini, anaknya tersebut
sebenarnya membantah segala aturan dan perintah yang ditetapkan tersebut,
sehingga di masa yang akan datang anak ini akan berani menentang aturan dan
perintah dengan cara kekerasan juga.
Anak-anak yang dididik dengan pola asuh ini kebenyakan menuruti
kehendak orang tuanya bukan karena rasa hormat tapi karena takut akan hukuman
yang akan diberikan seandainya tidak menurut atau melawan, maka anak memilih
untuk berdiam diri dan tidak berani untuk berinisiatif dalam melakuakan sesuatu.
Komunikasi yang tercipta diantara orang tua dan anak lebih bersifat satu
arah di mana segalanya ditentukan oleh orang tua tanpa mempertimbangkan
pikiran dan perasaan anak. Orang tua jenis otoriter ini cenderung menjaga jarak
dengan anaknya dan jarang untuk mengajak anak berdiskusi tentang hal apa pun.
Biasanya orang tua berbicara kasar walaupun ingin minta bantuan dari anak.
Tidak ada keramahan atau kelemah-lembutan dalam berkomunikasi dengan anak.
Anak juga berusaha menghindar untuk duduk satu ruangan ataupun makan
bersama-sama dengan orang tuanya karena rasa tidak enak dan tidak tenang
Kebanyakan anak yang di asuh dnegan pola pengasuhan otoriter ini
cenderung menarik diri secara sosial, kurang spontan, dan tampak kurang percaya
diri. Pola pengasuhan ini sering kali menjadi pola warisan yang berulang-ulang
pada generasi keluarga yang berikutnya di mana anak yang diasuh dengan cara
kekerasan, malah cenderung untuk mendidik anaknya dengan cara yang sama
pada masa yang akan datang.
c. Pola pengasuhan penyabar (pemanja)
Pola asuh jenis ini bertolak belakang atau kebalikan dari pola pengasuhan
otoriter. Orang tua yang mendidik anak dengan cara ini justru memprioritaskan
kebutuhan dan kepentingan anak di tempat yang paling utama. Semua harapan
dan kemauan anak dituruti tanpa bertanya apa alasan dan tujuan anak tersebut
menginginkan harapan dan kemuannya tersebut dipenuhi. Selain itu orang tua
juga tidak memikirkan apakah dengan memenuhi harapan dan kemauan anak
tersebut akan memberi manfaat yang baik untuk anak. Orang tua lebih suka
anaknya memperoleh sesuatu dengan cara yang mudah tanpa perlu mempersulit
diri si anak.
Kasih sayang dan perhatian yang diberikan orang tua kepada anak terlalu
berlebihan sehingga sampai ke satu tahap orang tua tidak akan berani atau malah
tidak pernah untuk menegur segala kesalahan yang dilakukan anaknya karena
takut anaknya sakit hati, kecewa, sedih sehingga menangis dan sebagainya.
Di dalam pola pengasuhan ini, orang tua cenderung untuk bersikap
melindungi anak dalam apa pun situasi dan kondisi walaupun anaknya tersebut
sebenarnya berada pada posisi yang salah. Bagi orang tua, anak mereka selalu
tersebut tahu yang dia melakukan kesalahan namun ragu karena orang tuanya
tidak menegur atau menyatakan bahwa apa yang dilakukannya itu salah.
Orang tua tidak pernah berpikir bahwa anak yang diperlakukan seperti itu
suatu masa nanti akan cenderung menjadi impulsive (memerlukan dorongan dari
orang lain), manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, egois, kurang percaya
diri, sombong dan lain-lain. Dari segi hubungan dengan orang luar selain
lingkungan keluarga, kebanyak orang yang datang dari latar belakang pola
pengasuhan penyabar (pemanja) kurang matang secara sosial. Mereka tidak mau
memikirkan hati dan perasaan orang lain serta hanya menuntut pemahaman dan
pengertian dari orang lain terhadap diri mereka. Hal yang paling utama, mereka
harus menjadi yang pertama dalam segala-galanya dan dengan kata lain prioritas
mereka hendaklah yang paling utama.
Walaupon anak yang dididik dengan pola asuh ini kebanyakan akan
cenderung menjadi impulsive (memerlukan dorongan dari orang lain), manja,
kurang mandiri, mau menang sendiri, egois, kurang percaya diri, sombong dan
banyak lagi sifat lain yang timbul seiring dengan berkembangnya pribadi anak,
namun pada kenyataannya banyak juga anak yang malah menjadi agresif, tidak
patut dan menentang orang tuanya lantaran tidak pernah ditegur atau dilarang
ketika mereka melakukan sesuatu hal yang salah, contohnya memukul atau
menganiaya orang-orang disekitarnya. Biasanya hal seperti ini mulai kelihatan
apabila orang tua mulai membatasi keperluan atau kebutuhan anak sehingga anak
merasakan orang tua mereka sudah tidak menyayangi mereka, tidak peduli dengan
d. Pola pengasuhan penelantar
Anak yang diasuh dengan pola ini adalah anak yang kurang mendapatkan
kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya. Orang tua sibuk bekerja sehingga
lupa tanggung jawabnya sebagai ibu atau bapak yang merupakan sosok yang
penting dalam mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan mental, fisik dan
psikologis anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi
mereka, seperti bekerja, dan juga kadang kala biayapun dihemat-hemat untuk
anak mereka.
Anak dibiarkan berkembang dengan kemampuannya sendiri serta
pengalaman-pengalaman yang terjadi di lingkungan sekitarnya tanpa mendapat
tuntutan dan pedoman dari orang tuanya. Selain itu, tidak jarang juga ditemukan
anak yang diterlantarkan oleh orang tuanya ini tidak mendapat pendidikan
akademik ataupun agama yang memadai untuk menunjang kehidupanya di masa
yang akan datang.
Terdapat berbagai macam alasan yang menyebabakan orang tua
menerapkan pola pengasuhan penelantar dan salah satunya adalah anak yang
ditolak kehadirannya di dalam keluarga. Banyak kasus yang terjadi dalam
kehidupan nyata di mana orang tua yang menolak kehadiran anaknya tersebut
karena anak adopsi, anak tiri, anak dari hasil selingkuhan maupun anak yang
kurang sempurna (cacat dari mental, fisik, maupun psikis) dan lain-lain. Anak
yang tidak mampu untuk hidup sendiri dibiarkan terlantar tanpa diperhatikan.
Orang tua menganggap bahwa memiliki anak dalam kondisi seperti itu malah
Selain itu, kemiskinan juga mengakibatkan banyak anak-anak yang
terpaksa hidup dalam keadaan terlantar tanpa mendapat perhatian dari orang
tuanya. Mereka masih belum mampu untuk melakuakan pekerjaan lain atau tidak
bisa mencari pekerjaan yang lebih baik karena tidak memiliki pendidikan. Pola
pengasuhan penelantar merupakan pengasuhan yang beresiko paling tinggi
menyebabkan penyimpangan kepribadian dan perilaku anti sosial.
2.2. Remaja
WHO mendefinisikan remaja lebih bersifat konseptual, ada tiga krieria
yaitu biologis, psikologik, dan sosial ekonomi, dengan batasan usia antara 10-20
tahun, yang secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut:
a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda
seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
b. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari
kanak-kanak menjadi dewasa.
c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada
keadaan yang relatif lebih mandiri (Sarwono, 2002).
Remaja juga sedang mengalami perkembangan pesat dalam aspek
intelektual. Transpormasi intelektual dari cara berpikir remaja ini memungkinkan
mereka tidak hanya mampu mengintegrasikan dirinya ke dalam masyarakat
dewasa, tetapi juga merupakan karakteristik yang paling menonjol dari semua
periode perkembangan (Ali, 2004 : 9)
Remaja sebetulnya tidak mempunyai tepat yang jelas. Mereka sudah tidak
golongan orang dewasa. Remaja ada di antara anak dan orang dewasa. Remaja
masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksiamal fungsi fisik
maupun psikisnya.
Pembagian masa perkembangan anak ini dimaksudkan untuk
mempermudah dalam mempelajari masa remaja. Perlulah dikemukakan beberapa
pendapat dan pembagian masa perkembangan anak dari beberapa ahli.
a. Aristoteles
Menurut Aristoteles, masa perkembangan anak sampai umur 21 tahun
dibagi ke dalam tiga tahap :
1.Umur 0 – 7 tahun adalah tahap bermain (fase egosentris)
2.Umur 7 – 12 tahun adalah tahap sekolah dasar (fase realistis)
3.Umur 12 – 21 tahun adalah tahap pubertas (fase idealistis)
b. Prof. Dr. Kohnstam
Prof. Dr. Kohnstam membagi tiga masa perkembangan :
1.Umur 0 – 7 tahun : masa bayi dan kanak-kanak
2.Umur 7 – 13 tahun : masa sekolah atau masa intelektual
3.Umur 12 – 21 tahun : masa social
Masa sosial dibagi lagi ke dalam empat masa yaitu :
1.Masa pueral : umur 12 – 14 tahun
2.Masa prapubertas (awal remaja) : umur 14 – 15 tahun
3.Masa pubertas (remaja) : umur 15 – 18 tahun
4.Masa adolesensi : umur 18 – 21 tahun
Dr. Zakiah Daradjat dalam bukunya, Kesehatan Mental, membagi
perkembangan anak ke dalam empat masa yaitu :
1.Masa bayi : umur 0 – 2 tahun
2.Masa kanak-kanak : umur 2 – 5 tahun
3.Masa sekolah : umur 5 – 12 tahun
4.Masa remaja : umur 12 – 21 tahun
Setelah meneliti perkembangan anak seperti di atas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa masa remaja dalam usia perkembangan anak berada dalam
usia 12 sampai 21 tahun.
a. Perubahan fisik
Perubahan fisik berhubungan dengan aspek anotomi dan aspek fisiologis,
di masa remaja kelenjar hipofesa menjadi masak dan mengeluarkan beberapa
hormone, seperti hormone gonotrop yang berfungsi untuk mempercepat
kemasakan sel telur dan sperma, serta mempengaruhi produksi hormone
kortikortop berfungsi mempengaruhi kelenjar suprenalis, testosterone, oestrogen,
dan suprenalis yang mempengaruhi pertumbuhan anak sehingga terjadi percepatan
pertumbuhan. Dampak dari produksi hormone adalah:
1. Ukuran otot bertambah dan semakin kuat.
2. Menghasilkan sperma dan oestrogen memproduksi sel telur sebagai
tanda kemasakan.
3. Munculnya tanda-tanda kelamin sekunder seperti membesarnya
payudara, berubahnya suara, ejakulasi pertama, tumbuhnya
b. Perubahan Emosional.
Pola emosi pada masa remaja sama dengan pola emosi pada masa
kanakkanak. Pola-pola emosi itu berupa marah, takut, cemburu, ingin tahu, iri
hati, gembira, sedih dan kasih sayang. Perbedaan terletak pada rangsangan yang
membangkitkan emosi dan pengendalian dalam mengekspresikan emosi. Remaja
umumnya memiliki kondisi emosi yang labil pengalaman emosi yangekstrem dan
selalu merasa mendapatkan tekanan. Bila pada akhir masa remaja mampu
menahan diri untuk tidak mengeksperesikan emosi secara ekstrem dan mampu
memgekspresikan emosi secara tepat sesuai dengan situasi dan kondisi
lingkungan dan dengan cara yang dapat diterima masyarakat, dengan kata lain
remaja yang mencapai kematangan emosi akan memberikan reaksi emosi yang
stabil. Ciri-ciri kematangan emosi pada masa remaja yang ditandai dengan sikap
sebagai berikut (Hurlock, 1999):
1. Tidak bersikap kekanak-kanakan.
2. Bersikap rasional.
3. Bersikap objektif
4. Dapat menerima kritikan orang lain sebagai pedoman untuk bertindak
lebih lanjut.
5. Bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan.
6. Mampu menghadapi masalah dan tantangan yang dihadapi.
c. Perubahaan sosial
Perubahan fisik dan emosi pada masa remaja juga mengakibatkan
perubahan dan perkembangan remaja, menyebutkan dua bentuk perkembangan
Remaja berusaha melepaskan diri dari otoritas orangtua dengan maksud
menemukan jati diri. Remaja lebih banyak berada di luar rumah dan berkumpul
bersama teman sebayanya dengan membentuk kelompok dan mengeksperesikan
segala potensi yang dimiliki. Kondisi ini membuat remaja sangat rentan terhadap
pengaruh teman dalam hal minat, sikap penampilan dan perilaku.
Perubahan yang paling menonjol adalah hubungan heteroseksual. Remaja
akan memperlihatkan perubahan radikal dari tidak menyukai lawan jenis menjadi
lebih menyukai. Remaja ingin diterima, diperhatikan dan dicintai oleh lawan jenis
Tabel 2.1
Rekap Usia Pelaku Tindak Kejahatan Narkotika di Sumatera Utara
U S I A
Sumber : Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU) tahun 2009.
Menurut Hurlock, sebab-sebab umum pertentangan keluarga selama masa
remaja adalah sebagai berikut :
1. Standar perilaku
Remaja sering manganggap standar perilaku orang tua yang kuno dan
moderen berbeda dan standar perilaku orang tua yang kuno harus menyesuaikan
2. Metode disiplin
Kalau metode disiplin yang digunakan orang tua dianggap “tidak adil”
atau “kekanak-kanakan”, maka remaja akan memberontak. Pemberontakan yang
terbesar terjadi dalam keluarga dimana salah satu orang tua lebih berkuasa dari
yang lainnya, terutama bila ibu yang mempunyai kekuasaan terbesar.
3. Hubungan dengan saudara kandung
Remaja mungkin menghina adik-adiknya dan membenci kakak-kakaknya
sehingga menimbulkan pertentangan dengan mereka dan juga dengan orang tua
yang dianggap bersikap “pilih kasih”.
4. Merasa menjadi korban
Remaja sering merasa benci kalau status sosial-ekonomi keluarga tidak
memungkinkannya mempunyai simbol-simbol status yang mana dengan yang
dimiliki teman-teman, seperti pakaian, mobil dan sebagainya. Remaja tidak
menyukai bila harus memikul tanggung jawab rumah tangga seperti merawat
adik-adik, atau bila orang tua tiri masuk ke rumah dan mencoba “memerintah”.
Hai ini tidak disukai orang tua dan menambah ketegangan hubungan antara orang
tua-remaja.
5. Sikap yang sangat kritis
Anggota keluarga tidak menyukai sikap remaja yang terlampau kritis
terhadap diri mereka dan terhadap pola kehidupan keluarga pada umumnya.
6. Besarnya keluarga
Dalam keluarga sedang, yang terdiri dari tiga atau empat anak, lebih sering
terjadi pertentangan dibandingkan dengan dalam keluarga kecil atau keluarga
sedangkan dalam keluarga kecil remaja bersikap lebih lunak dan tidak merasa
perlu untuk memberontak.
7. Perilaku yang kurang matang
Orang tua yang sering mengembangkan sikap menghukum bila para
remaja mengabaikan tugas-tugas sekolah, melalaikan tanggung jawab atau
membelanjakan uang semaunya. Remaja membenci sikap kritis dan sikap
menghukum ini.
8. Memberontak terhadap sanak saudara
Orang tua dan sanak keluarga menjadi marah bila remaja mengungkapkan
perasaannya secara terang-terangan bahwa pertemuan-pertemuan keluarga
“membosankan” atau bila remaja menolak usul dan nasihat-nasihat mereka.
9. “Masalah palung pintu”
Kehidupan sosial remaja yang baru dan yang lebih akitf dapat
mengakibatkannya melanggar peraturan keluarga mengenai waktu pulang dan
mengenai teman-teman dengan siapa ia berhubungan, terutama teman-teman
lawan jenis.
2.3. Narkoba
Narkoba merupalan akronim dari narkotika, psikotropika dan bahan-bahan
adiktif lainnya. Istilah narkoba tergolong belum lama, istilah ini muncul sekitar
tahun 1998 karena banyak terjadi peristiwa penggunaan atau pemakaian
barang-barang yang termasuk narkotika dan obat-obat adiktif yang terlarang. Oleh karena
itu untuk memudahkan orang berkomunikasi dan tidak menyebut istilah yang
bahan-bahan adiktif lainnya” ini disingkat menjadi “narkoba”. (NO.
SE/03/IV/2002/BNN tentang Penggunaan Istilah Narkoba )
Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN) Narkoba adalah zat-zat
kimiawi yang jika dimasukkan ke dalam tubuh manusia (baik secara oral, dihirup
maupun intravena, suntik) dapat mengubah dan bahkan merusak pikiran, suasana
hati, ataupun perasaan, perilaku seseorang dan organ tubuh.
Pada dasarnya obat-obatan yang tergolong narkoba itu digunakan untuk
kepentingan medis atau pengobatan. adapun kegunaannya adalah untuk
menghilangkan rasa sakit. Tetapi apabila pengguna narkoba diluar dari hal-hal
media dan tanpa mengikuti dosis yang seharusnya akan dapat menimbulkan
kerusakan fisik, mental dan sikap hidup masyarakat. Narkoba yang popular
didalam masyarakat terdiri dari tiga golongan yaitu : Narkotika, psikotropika dan
bahan-bahan adiktif lainnya.
1. Narkotika
“Narkotika adalah zat-zat obat yang dapat mengakibatkan ketidaksadaran
atau pembiusan dikarenakan zat-zat tersebut bekerja mempengaruhi susunan saraf
sentral. (Prakoso ; 1982 : 15).”
Berdasarkan UU No. 35 tahun 2009 tentang narkotika, Narkotika adalah
zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun
semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa ngerio dan dapat
Menurut UU No. 35 tahun 2009, narkotika terbagi dalam 3 golongan,
yaitu:
A. Golongan I
Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan dan tidak didunakan dalam terapi serta mempunyai potensi sangat
tinggi mengakibatkan ketergantungan. Dan jenis narkotika yang paling sering
disalahgunakan adalah sebagai berikut :
a. Ganja/cimeng/rumput/mariyuana
b. Heroin/Putau
c. Shabu-shabu
d. Ekstasi
B. Golongan II
Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir
dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk ujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai tinggi mengakibatkan ketergantungan. Dan jenis
narkotika yang paling sering disalahgunakan adalah sebagai berikut :
a. Morfin
b. Metadon
C. Golongan III
Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi
dan/atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan. Dan jenis narkotika yang paling sering
disalahgunakan adalah sebagai berikut :
2. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat-obat baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku (UU RI Nomor 5 tahun 1997 tentang psikotropika).
Menurut UU No. 5 tahun 1997, narkotika terbagi dalam 2 golongan, yaitu:
A. Golongan III
Banyak digunakan dalam pengobatan, memiliki potensi sedang dan
mengakibatkan ketergantungan. Contoh : flunitrazepam.
B. Golongan IV
Sangat luas digunakan dalam terapi, memiliki potensi ringan dan
mengakibatkan ketergantungan. Contoh : diazepam, nitrazepam.
3. Zat adiktif lainnya.
Zat adiktif adalah bahan-bahan aktif atau obat yang dalam organisme
hidup menimbulkan kerja biologi yang apabila disalahgunakan yang dapat
menimbulkan ketergantungan (adiksi), yakni keinginan untuk menggunakan
kembali secara terus-menerus. Dan jenis zat adiktif yang paling sering
disalahgunakan adalah sebagai berikut :
A. Alkohol (ethanyl atau ethyl alcohol)
Hasil fermentasi/ peragian karbohidrat dari bulir padi-padian, cassava, sari
buah anggur, nira.
Zat-zat yang disedot melalui hidung:
- Hidrokarbon alifatis (yang terdapat di lem, pelumas bensin, aerosol,
semir sepatu)
- Halogen hidrokarbon (yang terdapat dalam minyak pelumas, freon,
pendingin AC, Lemari es)
- Nitrat alifatis (yang terdapat dalam pengharum ruangan)
- Keton
- Ester
- Glytol
C. Rokok
Benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa lebih jantan.
Di dalam rokok terdapat racun berbahaya seperti :
- Nikotin
- Karbon monoksida
- Karbondioksida
- Asam biru
- Arsenic
- Zat ari belerang
2.4. Penyalahgunaan Narkoba
Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba di luar keperluan
medis, tanpa pengawasan dokter dan merupakan perbuatan melanggar hukum
(Pasal 59, Undang-undang Nomor 5, tahun 1997, tentang Psikotropika dan Pasal
84, 85 dn 86, Undang-undang Nomor 35, tahun 2009, tentang Narkotika).
Penyalahgunaan narkoba adalah pemakaian narkoba secara terus-menerus
atau sekali-kali atau kadang-kadang dan berlebihan serta tidak menunjuk petunjuk
dokter dan praktek kedokteran. Penyalahgunaan narkoba dapat menimbulkan
gangguan-gangguan tertentu pada badan dan jiwa seseorang dengan akibat sosial
yang tidak diinginkan dan merugikan. (Widjono, 1981:1).
Penyalahgunaan narkoba merupakan suatu proses yang makin meningkat
dari taraf coba-coba ke taraf penggunaan untuk hiburan, penggunaan situasional,
penggunaan teratur sampai kepada ketergantungan. Meskipun taraf coba-coba
bisa langsung terseret kepada taraf ketergantungan oleh karena sifat narkoba yang
mempunyai daya yang menimbulkan ketergantungan yang tinggi.
Penyalahgunaan narkoba dapat dilakukan dengan cara ditelan, dirokok,
disedot dengan hidung, disuntikkan kedalam pembuluh darah balik (intravena),
disuntikkan kedalam otot atau disuntikkan kedalam lapisan lemak di bawah kulit.
Penggunaan narkoba secara suntik dan menggunakan jarum suntik secara
bergilir dapat menimbulkan ketularan penyakit HIV/AIDS, Hepatitis B, Hepatitis
C, dan penyakit infeksi lainnya yang ditularkan melalui darah atau cairan tubuh.
Penggunaan narkoba secara berulang kali akan menimbulkan
ketergantungan yang makin lama memerlukan jumlah narkoba yang makin tinggi
Bila pemakaian narkoba dihentikan atau dikurangi secara mendadak akan
menimbulkan gejala putus narkoba, yaitu perasaan nyeri seluruh badan yang tidak
terperikan.
Sekali mencoba narkoba berisiko timbul keinginan untuk mencoba dan
mencoba lagi sehingga akhirnya timbul ketagihan dan ketergantungan. Pada
umumnya, baru timbul keinginan untuk menghentikannya dalam keadaan sudah
terlambat, yaitu sudah berada dalam cengkraman ketergantungan yang tidak bisa
ditinggalkan.
2.5. Kesejahteraan Sosial
Secara yuridis konsepsional, pengertian kesejahteraan sosial termuat
dalam UU No. 6 Tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan
sosial sosial, pasal 2 ayat 1 adalah sebagai berikut :
“Kesejahteraan Sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial,
materil maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan
keturunan lahir batin, yang memungkinkan bagi setiap warganegara untuk
mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan
sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat serta menjunjung
tinggi hak-hak azasi serta kewajiban manusia sesuai dengan falsafah Negara kita,
yaitu pascasila”.
Untuk mewujudkan kesejahteraan sosial tersebut dilaksanakan berbagai
upaya, program dan kegiatan yang disebut “Usaha Kesejahteraan Sosial” baik
pasal 3 ayat 1, juga menjelaskan secara tegas tugas serta tanggung jawab
pemerintah di bidang kesejahteraan sosial, yang meliputi :
1. Menetapkan garis kebijaksanaan di bidang kesejahteraan sosial.
2. Mengembangkan kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial masyarakat.
3. Mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan usaha-usaha kesejahteraan
sosial (Muhidin, 1984: 9-10).
Untuk melaksanakan ketiga tugas pokok tersebut maka pemerintah
meyelenggarakan usaha-usaha di bidang kesejahteraan sosial sebagai berikut :
1. Bantuan sosial kepada warga masyarakat yang kehilangan peranan sosial
karena berbagai macam bencana (sosial maupun alamiah) atau
akibat-akibat lain.
2. Meyelenggarakan sistem jaminan sosial.
3. Bimbingan, pembinaan dan rehabilitasi sosial.
4. Pengembangan dan penyuluhan sosial dan
5. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan khusus untuk membentuk
tenaga-tenaga ahli dan keahlian di bidang kesejahteraan sosial
Menurut UU Kesejahteraan Sosial Pasal 8 menegaskan bahwa, masyarakat
mempunyai peranan untuk membantu pemerintah. Masyarakat diberi kesempatan
yang seluas-luasnya untuk mengadakan usaha kesejahteraan sosial selaras dengan
2.6. Kerangka Pemikiran
Kepemimpinan keluarga atau pola asuh orang tua adalah model atau
bentuk didikan dan bimbingan orang tua yang termasuk di dalamnya sikap dan
cara orang tua tersebut memperlakukan anaknya sehari-hari meliputi segala
perlakuan-perlakuan yang disadari maupun tidak disadari olehnya.
Perlakuan-perlakuan yang tampak itu juga bersifat sama dan terus-menerus dari waktu ke
waktu.
Dari pola asuh yang diberikan oleh orang tua, tentu ada diantaranya yang
cenderung untuk menjadikan anak hilang pertimbangan sehingga
menjerumuskannya pada penyalahgunaan narkoba. Seperti anak yang ditolak oleh
orang tua sehingga sering diperlakukan keras dan kasar, anak yang terlalu
diperhatikan dan dilindungi secara berlebihan sehingga pergaulannya sangat
terbatas sehingga tidak bisa berinteraksi dengan orang-orang yang ada
disekitarnya, kemudian anak yang dimanjakan sehingga segala keinginan anak
dipenuhi orang tuanya termasuk memberi anaknya uang yang berlebihan dan
sikap ini mendorong anak untuk membelanjakan uang tersebut pada hal-hal yang
tidak sepantasnya, bersikap menelantarkan anak sehingga melakukan sesuatu hal
sesuka hatinya, berteman dengan siapapun yang disenanginya dan pergi ke
tempat-tempat yang tidak pantas untuk dikunjungi, tunduk pada anak sehingga
sanggup menuruti segala kemauan anak, memberi perhatian hanya pada anak
yang disukai dan memberi tuntutan yang sangat tinggi sehingga tidak bisa
direalisasikan pada anak. Anak dalam hal ini lebih kepada remaja yang sangat
Penyalahgunaan narkoba merupakan pengguna Narkotika, Psikotropika,
dan Zat-zat Adiktif yang digunakan bukan untuk tujuan pengobatan dan diluar
dari resep dan pengawasan serta tanpa mendapat izin dari dokter. Penggunaannya
adalah untuk menghilangkan rasa sakit fisik dan psikis, memperoleh
kenikmatan/hiburan, penggunaan situasional, penggunaan teratur sampai kepada
ketergantungan.
Korban narkoba sudah sepantasnya mendapatkan pengobatan, perawatan
dan pembinaan karena mereka benar-benar sakit, bukan dipenjara. Untuk itu,
yang diperlukan oleh korban narkoba adalah panti rehabilitasi. Diantaranya adalah
Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre yang akan menjadi tempat
penelitian.
Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut :
Remaja Penyalahgunaan Narkoba
Binaan Al-Kamal Sibolangit Centre
Pola Asuh Orangtua: - Autoritatif/Demokratis - Otoriter
- Penyabar/Pemanja - Penelantar
2.7. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional
2.7.1. Defenisi Konsep
Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan
secara abstrak mengenai suatu kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang
menjadipusat perhatian. Defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan istilah
yang digunakan secara mendasar dan menyamakan persepsi tentang apa yang
akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan
penelitian (Singarimbun, 1989: 33).
Untuk lebih mengetahui pengertian mengenai konsep-konsep yang akan
diteliti, maka penulis membatasi konsep yang akan digunakan sebagai berikut :
1. Keluarga adalah ikatan yang sedikit banyak berlangsung lama antara suami
istri, dengan atau tanpa anak.
2. Kepemimpinan menghasilkan teladan, dalam hal positif atau juga negatif.
3. Narkoba adalah zat-zat kimiawi yang jika dimasukkan ke dalam tubuh
manusia (baik secara oral, dihirup maupun intravena, suntik) dapat mengubah
dan bahkan merusak pikiran, suasana hati, ataupun perasaan, perilaku
seseorang dan organ tubuh.
4. Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba di luar keperluan medis,
tanpa pengawasan dokter dan merupakan perbuatan melanggar hukum.
5. Remaja lebih bersifat konseptual, ada tiga krieria yaitu biologis, psikologik,
2.7.2. Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan
bagaimana cara untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain defenisi
operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain
yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 2006 : 46).
Adapun indicator yang dioperasionalkan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Identitas informan, yang diukur dengan indikator :
a. Nama
b. Jenis Kelamin
c. Tempat / tanggal lahir
d. Usia
e. Pendidikan terakhir
f. Alamat rumah
g. Suku dan Agama
2. Penyalahgunaan narkoba, yang diukur dengan indikator :
a. Lamanya mengggunakan narkoba
b. Jenis narkoba yang digunakan
c. Faktor penyalahgunaan narkoba
d. Dampak penyalahgunaan narkoba
e. Sumber narkoba dari mana
3. Pola Asuh Orangtua, yang dapat diukur dengan indicator :
a. Autoritatif / demokratis :
2. Tegas dan konsisten
3. Mendengar keinginan dan pandangan anak
4. Tidak selalu menuruti kemauan anak
5. Menghargai hak anak
b. Otoriter :
1. Menetapkan stndar mutlak pada anak
2. Memperlakukan anak sesuka hati
3. Mengancam
4. Membentak dengan semaunya
5. Keras dalam mendidik anak
6. Komunikasi yang bersifat searah
7. Menjaga jarak dengan anak
8. Tidak ada keramahan dalam berkomunikasi
c. Penyabar (pemanja) :
1. Memprioritaskan kebutuhan dan kepentingan anak
2. Menuruti semua keinginan anak
3. Kasih sayang dan perhatian yang berlebihan
4. Tidak berani menegur kesalahan anak
5. Melindungi anak dalam situasi apapun
d. Penelantar
1. Kurang memberi kasih sayang dan perhatian
2. Sibuk dengan kepentingannya sendiri
3. Menelantarkan anaknya
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tipe Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif yaitu suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki
dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang,
lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta
yang tampak atau sebagaimana adanya. (Nawawi, 1998:53).
Dengan demikian tipe penelitian deskriptif penulis ingin membuat
gambaran sejauh mana pengaruh kepemimpinan keluarga terhadap
penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja binaan Al-Kamal Sibolangit Centre.
3.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre
yang berada di Jalan. Medan Berastagi Km. 12,5 Desa Suka Makmur Kecamatan
Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penulis memilih lokasi ini
karena merupakan salah satu panti rehabilitasi terbesar di Sumatera Utara yang
dikelola oleh pihak swasta yang memeberikan pelayanan sosial bagi korban
penyalahguna narkoba terutama di kalangan remaja.
3.3. Subjek Penelitian
Pada penelitian ini yang perlu di jelaskan bukan “Populasi dan Sampel”
melainkan “Subjek Penelitiannya”, istilah subjek penelitian menunjuk pada orang,
individu atau kelompok yang disajikan unit atau satuan (kasus) yang diselidiki
yang menjadi informan utama adalah informan itu sendiri yang merupakan
sumber keterangan yang penting.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam menentukan informan
adalah dilakukan secara purposive cluster sampling (sample kelompok) yaitu
individu-individu dimasukkan dalam satuan-satuan tertentu sehingga menjadi
kelompok-kelempok individu atau cluster dan porposif sampling yaitu sample
ditetapkan secara sengaja oleh peneliti, dalam hubungan ini didasarkan atas
kriteria tertentu yaitu berdasarkan usia (age).
Sumber data tidak dipersoalkan dari sudut populasi dan sample yang
berarti juga tidak mempersoalkan sifat repesentatif. Bahkan tidak perlu
menghiraukan berapa ukuran/jumlah yang diperlukan, untuk itu semua pihak yang
dinilai dapat memberikan informasi dapat disajikan sebagai sumber data.
Bardasarkan uraian di atas dalam penelitian ini peneliti menggunakan 3 pasien
yang masih remaja sebagai informan, dengan tambahan sumber data dari Panti
Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre.
3.4. Studi Lapangan
Yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui penelitian dengan turun
langsung ke lokasi penelitian untuk mencari fakta yang berkaitan dengan masalah
1. Observasi (Direct observation) yaitu pengamatan langsung terhadap
pasien rehabilitasi narkoba.
2. Wawancara . Wawancara secara umum adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang
diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman.
3.5. Teknik Analisa Data
Dalam penelitian ini teknik analisa data yang dipakai adalah teknik analisa
dan deskriptif, yaitu dengan mengumpulkan, mengelola, menyajikan dan
menjabarkan hasil penelitian yang didapatkan peneliti dari lapangan dan akan
BAB IV
DESKRIPSI PENELITIAN
4.1. Sejarah Berdirinya Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre
Menyadari bahwa penyalahguna narkoba bukanlah penjahat melainkan
korban. Tidaklah tepat kalau kita memberlakukan mereka seperti penjahat.
Mereka adalah orang-orang yang perlu diselamatkan dan diberi pendidikan
khusus.
Perawatan terhadap pecandu narkoba dapat dilakukan di lembaga
rehabilitasi, dimana pada lembaga ini dapat dilakukan pengobatan baik fisik
maupun mental. Salah satu panti rehabilitasi yang ada di Sumatera Utara adalah
Panti Rehabilatasi Al-Kamal Sibolangit Centre yang didirikan pada tanggal 5
Februari 2001 oleh H. M. Kamaluddin Lubis, SH.
Ada beberapa dasar pemikiran yang melatar belakangi dibangunnya Panti
Rehabilatasi Al-Kamal Sibolangit Centre ini, yaitu :
1.Adanya keprihatinan terhadap jumlah penyalahguna narkoba dimana
diperlukan suatu sistem perawatan yang mencakup seluruh aspek baik
fisik maupun mental.
2.Diperlukan upaya untuk mencegah bertambahnya jumlah penyalahguna
narkoba dan upaya untuk merawat orang-orang yang terlibat
penyalahgunaan narkoba.
3.Keprihatinan terhadap bangsa Indonesia yang begitu besar jumlah
penderita narkoba yang sebagian besar adalah remaja. Apabila hal ini
4.Diperlukan upaya untuk mengubah pandangan masyarakat terhadap
korban narkoba, bahwa mereka bukanlah sampah masyarakat, tetapi
mereka juga manusia yang masih punya harapan dan masa depan.
Agar pasien merasa betah, tempat ini di desain mirip tempat wisata
sekaligus rumah besar tempat keluarga tinggal. Ada penginapan, rumah ibadah,
kolam tempat memancing, kantin khusus, lapangan olah raga dan pertanian. Tentu
saja, fasilitas yang disediakan agar mereka merasa tenang, berobat tidaklah
lengkap tanpa didukung oleh suasana alamnya. Panti rehabilitasi ini didirikan di
Sibolangit karena memberikan udara sejuk dengan alam pegunungan.
Hal ini juga untuk merubah pandangan masyarakat selama ini bahwa
rehabilitasi merupakan suatu penjara atau suatu tempat yang menakutkan, tetapi di
Panti Rehabilatasi Al-Kamal Sibolangit Centre ini digambarkan bahwa
rehabilitasi merupakan suatu wadah yang menyenangkan yang dapat membantu
penyalahguna narkoba lepas dari kecanduannya terhadap narkoba.
4.2. Visi dan Misi Panti Rehabilatasi Al-Kamal Sibolangit Centre
4.2.1. Visi Panti Rehabilatasi Al-Kamal Sibolangit Centre
Menyelamatkan anak bangsa dari ketergantungan narkoba.
4.2.2. Misi Panti Rehabilatasi Al-Kamal Sibolangit Centre
1. Membantu pasien untuk sembuh dari ketergantungan terhadap narkoba
dengan metode berobat dan bertobat.
2. Meningkatkan iman dan taqwa sebagai banteng untuk mencegah
3. Menumbuhkan rasa percaya diri pasien, menuju masa depan yang lebih
cerah.
4. Membantu pasien untuk bisa kembali bersosialisasi di tengah-tengah
masyarakat.
4.3. Struktur Organisasi
Struktur organisasi di Panti Rehabilatasi Al-Kamal Sibolangit Centre
digambarkan sebagai berikut :
Bagan Struktur Organisasi Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre
DIREKTUR
MANAGER
Site Manager
Ass. Site Manager
DOKTER Psikolog Tradisional Rohani Foreman Logistik Maintenanc
Perawat
Pasien
Keamanan Kebersihan Perawat
Tradisonal
Berikut adalah paparan tentang struktur organisasi sosial Panti
Rehabilatasi Al-Kamal Sibolangit Centre :
1. Direktur
Direktur berperan sebagai penanggung jawab utama Panti Rehabilatasi
Al-Kamal Sibolangit Centre ini. Jabatan ini adalah jabatan tertinggi di
lembaga ini.
2. Manager
Jabatan ini berperan untuk menjalankan proses kegiatan rehabilitasi
sehari-hari di Panti Rehabilatasi Al-Kamal Sibolangit Centre. Mulai dari
konsumsi, administrasi, aktifitas terapi dan lain-lain. Manager bertanggung
jawab penuh terhadap direktur. Manager juga dibantu oleh Site Manager
dan Ass. Site Manager.
3. Dokter
Dokter di Panti Rehabilatasi Al-Kamal Sibolangit Centre ini berfungsi
untuk memberikan perawatan dan pengobatan medis kepada pasien.
Dokter bertanggung jawab penuh kepada manager panti. Dokter ini tidak
bertugas penuh di Sibolangit centre. Kunjungan dokter bersifat rutinitas
artinya dalam dua hari sekali dokter berkunjung di Sibolangit centre untuk
memeriksa kondisi pasien. Dokter membawahi seorang kepala perawat.
Kepala perawat berfungsi untuk memimpin 5 orang assisten perawat yang
membantu tugas dokter dalam memberikan perawatan medis kepada
4. Kepala Pengobatan Tradisional
Jabatan ini bertugas memberikan pengobatan tradisional kepada para
pasien. Pengobatan tradisional yang diberikan di Sibolangit centre ini
adalah dengan memberikan jamu dari ramu-ramuan tradisional tanah karo.
Pengobatan tradisional juga termasuk dengan mengoperasionalkan okup
kepada pasien.
5. Spiritual
Tenaga spiritual di Panti Rehabilatasi Al-Kamal Sibolangit Centre terdiri
atas :
a. Tenaga pengajar mengaji bagi pasien yang beragama Islam.
b. Tenaga penceramah baik yang bersifat harian atau mingguan. Tugas
tenaga ini adalah memberikan materi-materi ajaran keislaman kepada
pasien sehingga pengetahuan dan penghayatan pasien akan islam dapat
ditingkatkan.
c. Pendeta Kristiani. Pendeta ini berkunjung sekali seminggu yakni pasa
hari minggu sore untuk memberikan materi-materi kristiani bagi apsien
yang beragama Kristen.
d. Pendeta Budha. Pendeta dari agama Budha ini berkunjung juga sekali
dalam seminggu pada hari minggu sore untuk memberikan
materi-materi agama Budha.
e. Pelatih tenaga dalam pernapasan. Pelatih ini bertugas memberikan
6. Kepala keamanan
Kepala keamanan berperan untuk menjaga keamanan di Panti Rehabilitasi
Al-Kamal Sibolangit Centre. Disamping itu juga , tugas kepala keamanan
adalah untuk menjaga agar para pasien tidak melarikan diri dari Sibolangit
Centre. Kepala keamanan membawahi 6 anggota keamanan. Mereka
bertugas secara bergiliran dan terbagi dalam dua pembagian tugas, yakni
siang dimulai dari pukul 07.00 sampai pukul 18.00 dan tugas malam
dimulai dari pukul 18.00 sampai pukul 07.00. Dengan demikian Sibolangit
Centre ini dijaga 24 jam penuh selama 7 hari kerja.
7. Logistik
Tugas kepala logistik adalah bertanggungjawab dalam memenuhi
kebutuhan makan sehari-hari warga Sibolangit Centre, mulai dari pasien
hingga pengelola Sibolangit Centre.
8. Maintenance
Bagian ini berfungsi untuk merawat segala fasilitas yang digunakan di
Sibolangit Centre. Diantaranya fasilitas listrik, air, telepon dan lain-lain.
9. Counsellor
Consellor merupakan petugas yang banyak berinteraksi langsung dengan
pasien. Counsellor inilah petugas yang membina langsung proses
rehabilitasi dan aktifitas sehari-hari pasien. Conselor di bantu oleh :
a. Intern staff merupakan petugas dalam administrasi yang mencatat
lansung perkembangan-perkenbangan dan administrasi
pasien.Misalnya pencatatan masa hukuman bagi pasien yang