• Tidak ada hasil yang ditemukan

Budaya Komunikasi Di Organisasi Dan Motivasi Kerja Karyawan (Studi Korelasional Budaya Komunikasi Di Organisasi Dalam Meningkatkan Motivasi Kerja Karyawan di PT Indosat Tbk Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Budaya Komunikasi Di Organisasi Dan Motivasi Kerja Karyawan (Studi Korelasional Budaya Komunikasi Di Organisasi Dalam Meningkatkan Motivasi Kerja Karyawan di PT Indosat Tbk Kota Medan)"

Copied!
209
0
0

Teks penuh

(1)

BUDAYA KOMUNIKASI DI ORGANISASI DAN MOTIVASI

KERJA KARYAWAN

(Studi Korelasional Budaya Komunikasi Di Organisasi Dalam Meningkatkan

Motivasi Kerja Karyawan di PT Indosat Tbk Kota Medan)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Sarjana (S-1)

pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi

DISUSUN OLEH:

GRACE MELYDWINA PAKPAHAN

070904075

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama : GRACE MELYDWINA PAKPAHAN NIM : 070904075

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : BUDAYA KOMUNIKASI DI ORGANISASI DAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN (Studi Korelasional Budaya Komunikasi di Organisasi Dalam Meningktakan Motivasi Kerja Karyawan di PT Indosat Tbk Kota Medan)

Medan, Desember 2010

Dosen Pembimbing Ketua Departemen Ilmu

Komunikasi,

Drs. Hendra Harahap, M.Si Drs. Amir Purba, MA NIP : 196710021994031002 NIP : 195102191987011001

Dekan

(3)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Budaya Komunikasi di Organisasi Dan Motivasi Kerja Karyawan (Studi Korelasional Budaya Komunikasi di Organisasi Dalam Meningkatkan Motivasi Kerja Karyawan di PT Indosat Tbk Kota Medan) yang bertujuan untuk menganalisis bagaimanakah pengaruh budaya komunikasi di organisasi dalam meningkatkan motivasi kerja karyawan di PT Indosat Tbk Kota Medan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2010.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori S-O-R (Stimulus-Organism-Response), dimana Stimulusnya adalah pesan atau informasi yang ada dalam proses komunikasi di organisasi, Organismnya adalah karyawan PT Indosat Tbk Kota Medan, dan Responsenya adalah motivasi kerja karyawan PT Indosat Tbk Kota Medan.

Penelitian ini menggunakan metode korelasional yang mencari hubungan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis table tunggal dan uji hipotesis dengan melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order) oleh Spearman. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling, dimana sampel diambil dari populasi yang ada berdasarkan kriteria yang ditetapkan, yaitu karyawan frontliner yang telah bekerja minimal tiga tahun.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan kasih karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, dan berkat semangat dan bimbingan dari Tuhan Yesus yang telah membuat saya dapat menjadi mahasiswa yang lebih baik lagi dalam iman dan pendidikan saya.

Penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Budaya Komunikasi di Organisasi Terhadap Motivasi Kerja Karyawan di PT Indosat Tbk Medan” ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan yang harus dilengkapi dalam memperoleh gelas sarjana sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis tidak mengerjakannya dengan begitu saja, melainkan merupakan hasil pelajaran yang penulis terima selama mengikuti perkuliahan di Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara.

Terimakasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu penulis sejak awal hingga akhir penyusunan skripsi ini. Secara khusus, terimakasih kepada kedua orangtua dan keluarga penulis, Ayahanda Yan B. Pakpahan, Ibunda Asnah K. Purba serta abang Yabestin A. Pakpahan yang telah banyak memberikan dukungan kepada penulis, baik moril maupun materil yang tak terhingga nilainya, sehingga penulis dapat menjalani dan menyelesaikan pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri dengan hasil yang baik dan memuaskan.

(5)

1. Bapak Prof. Drs. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs. Amir Purba, MA selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi serta Ibu Dra. Dewi Kurniawati, M.Si selaku Sekretaris Departemen, atas segala bantuan dan dukungannya yang sangat bergunaa dan bermanfaat bagi penulis. 3. Bapak Drs. Hendra Harahap, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah

banyak memberikan masukan, arahan, dan bimbingan dalam pengerjaan skripsi ini dan sekaligus selaku Dosen Wali selama mengikuti perkuliahan dari awal hingga akhir perkuliahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Buat staf laboratorium dan Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU, Kak Hanim, Kak Puan, Kak Maya, Kak Icut, dan Kak Ros yang telah membantu segala sesuatu yang berkaitan dengan jalannya pendidikan penulis.

5. Seluruh dosen dan staf pengajar Departemen Ilmu Komunikasi pada khususnya dan FISIP USU pada umumnya, yang telah mendidik, membimbing, dan membantu penulis selama masa perkuliahan.

6. Bapak Wasis Sulaiman selaku Head of Region Northen PT Indosat dan seluruh jajaran direksi dan karyawan PT Indosat Medan, Ibu Berliana, Ibu Meri, Mbak Dewi, Ibu DK, Bapak Soim, yang telah memberikan izin penelitian dan dukungan yang meluangkan waktu untuk menyebarkan dan mengisi kuesioner sebagai bentuk kerjasama dan dukungan kepada penulis. 7. Kepada semua sahabat-sahabat penulis, Imanuel (yang selalu memberi

(6)

buku), Natasia, Tabita, Romi, Harold, Rio, Rocky, Kiki, Ayu dan semua teman-teman Ilmu Komunikasi stambuk 2007 yang telah membantu dan mendukung dengan kasih sayang kepada penulis. Kepada kakak senior, Kak Febrina dan Bang Efron yang telah menyemangati saya dan memberi gambaran skripsi.

8. Sahabat penulis yang jauh, Denal, Jefry, Andro, Wina, Hilda, Ririn, Rori, Roy yang selalu memberi semangat dalam menempuh pendidikan kepada penulis. 9. Dan kepada semuanya yang telah mendukung penulis dalam penyelesaian

pendidikan dan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan disini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum mencapai titik kesempurnaannya karena adanya kekurangan atau apapun. Penulis mengaharapkan kepada para pembaca untuk dapat memberikan kritikan dan saran yang dapat mendukung kesempurnaan skripsi ini sehingga penulis dan para pembaca dapat menjadikan skripsi ini sebuah pengetahuan yang dapat dipahami oleh banyak pihak.

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI... i

KATA PENGANTAR……… ii

DAFTAR ISI……….. v

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... xii

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah... 1

I.2. Perumusan Masalah... 5

I.3. Pembatasan Masalah... 5

I.4. Tujuan Dan Manfaat Penelitian... 5

I.5. Kerangka Teori... 6

I.5.1. Budaya Komunikasi... 7

I.5.2. Komunikasi Horizontal... 8

I.5.3. Motivasi Kerja... 10

I.5.4. Teori S-O-R... 11

I.6. Kerangka Konsep... 14

I.7. Model Teoritis... 15

I.8. Operasional Variabel... 16

I.9. Defenisi Operasional... 17

I.10. Hipotesis... 19

(8)

II.1.1. Budaya Komunikasi di Organisasi... 21

II.1.2. Aspek Budaya Komunikasi di Organisasi... 25

II.2. Komunikasi Horizontal... 39

II.2.1. Pengertian Komunikasi Horizontal... 39

II.2.2. Tujuan Komunikasi Horizontal... 42

II.2.3. Alur Informasi Komunikasi Horizontal... 43

II.2.4. Konflik Dalam Komunikasi Horizontal... 44

II.2.5. Cara Mengatasi Konflik Komunikasi Horizontal... 47

II.3. Motivasi Kerja... 48

II.3.1. Pengertian Motivasi... 49

II.3.2. Teori Motivasi... 54

II.4. Teori Stimulus – Organism – Response (Teori S-O-R)... 57

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 61

III.1.1. Sejarah PT Indosat Tbk... 61

III.1.2. Loga PT Indosat Tbk... 66

III.1.3. Visi Dan Misi PT Indosat Tbk... 67

III.1.4. Nilai-Nilai PT Indosat Tbk... 67

III.1.5. Motto PT Indosat Tbk... 68

III.1.6. Produk Dan Pelayanan PT Indosat Tbk... 69

III.1.7. Fasilitas PT Indosat Tbk... 76

III.1.8. Struktur PT Indosat Tbk... 78

III.2. Metodologi Penelitian... 79

(9)

III.2.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian... 80

III.2.3. Populasi... 80

III.2.4. Sampel... 82

III.2.5. Metode Pengukuran... 83

III.2.6. Metode Penarikan Sampel... 84

III.2.7. Metode Pengumpulan Data... 85

III.2.8. Teknik Analisis Data... 86

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Teknik Pengumpulan Data... 89

IV.2. Teknik Pengolahan Data... 90

IV.3. Analisa Deskriptif... 90

IV.3.1. Karateristik Responden... 91

IV.3.2. Intensitas Komunikasi di Organisasi... 97

IV.3.3. Media Komunikasi di Organisasi... 101

IV.3.4. Motif Melakukan Komunikasi di Organisasi... 121

IV.3.5. Motivasi Kerja Karyawan... 135

IV.3.6. Hubungan Antara Budaya Komunikasi Dengan Motivasi Kerja Karyawan... 163

IV.4. Tabel Dan Uraian Analisis Korelasional... 168

IV.5. Uji Hipotesis... 175

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan... 178

(10)

DAFTAR PUSTAKA... 183 LAMPIRAN... 185

1. Lembar Catatan Bimbingan Skripsi 2. Lembar Nilai Seminar

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel I.1. Operasional Variabel Penelitian... 17

Tabel III.1. Populasi... 81

Tabel 4.1. Jenis Kelamin... 91

Tabel 4.2. Usia... 92

Tabel 4.3. Pendidikan... 94

Tabel 4.4. Lama Bekerja... 95

Tabel 4.5. Intensitas Komunikasi 1... 97

Tabel 4.6. Intensitas Komunikasi 2... 98

Tabel 4.7. Intensitas Komunikasi 3... 99

Tabel 4.8. Media Komunikasi 1... 101

Tabel 4.9. Media Komunikasi 2... 102

Tabel 4.10. Media Komunikasi 3... 103

Tabel 4.11. Media Komunikasi 4... 105

Tabel 4.12. Media Komunikasi 5... 106

Tabel 4.13. Media Komunikasi 6... 108

Tabel 4.14. Media Komunikasi 7... 109

Tabel 4.15. Media Komunikasi 8... 111

Tabel 4.16. Media Komunikasi 9... 112

Tabel 4.17. Media Komunikasi 10... 113

Tabel 4.18. Media Komunikasi 11... 115

Tabel 4.19. Media Komunikasi 12... 117

Tabel 4.20. Media Komunikasi 13... 118

(12)

Tabel 4.22. Motif Komunikasi 1... 121

Tabel 4.23. Motif Komunikasi 2... 123

Tabel 4.24. Motif Komunikasi 3... 124

Tabel 4.25. Motif Komunikasi 4... 126

Tabel 4.26. Motif Komunikasi 5... 127

Tabel 4.27. Motif Komunikasi 6... 129

Tabel 4.28. Motif Komunikasi 7... 130

Tabel 4.29. Motif Komunikasi 8... 132

Tabel 4.30. Motif Komunikasi 9... 133

Tabel 4.31. Motivasi 1... 135

Tabel 4.32. Motivasi 2... 136

Tabel 4.33. Motivasi 3... 138

Tabel 4.34. Motivasi 4... 139

Tabel 4.35. Motivasi 5... 140

Tabel 4.36. Motivasi 6... 142

Tabel 4.37. Motivasi 7... 143

Tabel 4.38. Motivasi 8... 145

Tabel 4.39. Motivasi 9... 146

Tabel 4.40. Motivasi 10... 148

Tabel 4.41. Motivasi 11... 149

Tabel 4.42. Motivasi 12... 151

Tabel 4.43. Motivasi 13... 152

Tabel 4.44. Motivasi 14... 154

Tabel 4.45. Motivasi 15... 155

(13)

Tabel 4.47. Motivasi 17... 158

Tabel 4.48. Motivasi 18... 160

Tabel 4.49. Motivasi 19... 161

Tabel 4.50. Hubungan Budaya Dan Motivasi 1... 163

Tabel 4.51. Hubungan Budaya Dan Motivasi 2... 165

Tabel 4.52. Hubungan Budaya Dan Motivasi 3... 166

Tabel 4.53. Korelasional 1... 168

Tabel 4.54. Korelasional 2... 170

Tabel 4.55. Korelasional 3... 171

Tabel 4.56. Korelasional 4... 173

Tabel 4.57. Korelasional 5... 174

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar I.1. Model S-O-R Penelitian... 13

Gambar I.2. Model Teoritis... 15

Gambar II.1. Model S-O-R Penelitian... 60

Gambar III.1. Logo PT Indosat Tbk... 66

Gambar III.2. Format Penomoran Indosat SLI 001... 69

Gambar III.3. Format Penomoran Indosat SLI 008... 69

Gambar III.4. Format Penomoran Indosat Flat Call 016... 70

Gambar III.5. Logo Matrix... 70

Gambar III.6. Logo Mentari... 71

Gambar III.7. Logo IM3... 72

Gambar III.8. Logo StarOne... 73

Gambar III.9. Struktur PT Indosat Tbk... 78

Gambar 4.1. Jenis Kelamin... 92

Gambar 4.2. Usia... 93

Gambar 4.3. Pendidikan... 95

Gambar 4.4. Lama Bekerja... 96

Gambar 4.5. Intensitas Komunikasi 1... 98

Gambar 4.6. Intensitas Komunikasi 2... 99

Gambar 4.7. Intensitas Komunikasi 3... 100

Gambar 4.8. Media Komunikasi 1... 102

Gambar 4.9. Media Komunikasi 2... 103

Gambar 4.10. Media Komunikasi 3... 104

(15)

Gambar 4.12. Media Komunikasi 5... 107

Gambar 4.13. Media Komunikasi 6... 109

Gambar 4.14. Media Komunikasi 7... 110

Gambar 4.15. Media Komunikasi 8... 112

Gambar 4.16. Media Komunikasi 9... 113

Gambar 4.17. Media Komunikasi 10... 115

Gambar 4.18. Media Komunikasi 11... 116

Gambar 4.19. Media Komunikasi 12... 118

Gambarl 4.20. Media Komunikasi 13... 119

Gambar 4.21. Media Komunikasi 14... 121

Gambar 4.22. Motif Komunikasi 1... 122

Gambar 4.23. Motif Komunikasi 2... 124

Gambar 4.24. Motif Komunikasi 3... 125

Gambar 4.25. Motif Komunikasi 4... 127

Gambar 4.26. Motif Komunikasi 5... 128

Gambar 4.27. Motif Komunikasi 6... 130

Gambar 4.28. Motif Komunikasi 7... 131

Gambar 4.29. Motif Komunikasi 8... 133

Gambar 4.30. Motif Komunikasi 9... 134

Gambar 4.31. Motivasi 1... 136

Gambar 4.32. Motivasi 2... 137

Gambar 4.33. Motivasi 3... 139

Gambar 4.34. Motivasi 4... 140

Gambar 4.35. Motivasi 5... 141

(16)

Gambar 4.37. Motivasi 7... 144

Gambar 4.38. Motivasi 8... 146

Gambar 4.39. Motivasi 9... 147

Gambar 4.40. Motivasi 10...149

Gambar 4.41. Motivasi 11...150

Gambar 4.42. Motivasi 12...152

Gambarl 4.43. Motivasi 13...153

Gambar 4.44. Motivasi 14...155

Gambar 4.45. Motivasi 15...156

Gambar 4.46. Motivasi 16...158

Gambar 4.47. Motivasi 17... 159

Gambar 4.48. Motivasi 18... 161

Gambar 4.49. Motivasi 19... 162

Gambar 4.50. Hubungan Budaya Dan Motivasi 1... 164

Gambar 4.51. Hubungan Budaya Dan Motivasi 2... 166

(17)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Budaya Komunikasi di Organisasi Dan Motivasi Kerja Karyawan (Studi Korelasional Budaya Komunikasi di Organisasi Dalam Meningkatkan Motivasi Kerja Karyawan di PT Indosat Tbk Kota Medan) yang bertujuan untuk menganalisis bagaimanakah pengaruh budaya komunikasi di organisasi dalam meningkatkan motivasi kerja karyawan di PT Indosat Tbk Kota Medan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2010.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori S-O-R (Stimulus-Organism-Response), dimana Stimulusnya adalah pesan atau informasi yang ada dalam proses komunikasi di organisasi, Organismnya adalah karyawan PT Indosat Tbk Kota Medan, dan Responsenya adalah motivasi kerja karyawan PT Indosat Tbk Kota Medan.

Penelitian ini menggunakan metode korelasional yang mencari hubungan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis table tunggal dan uji hipotesis dengan melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order) oleh Spearman. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling, dimana sampel diambil dari populasi yang ada berdasarkan kriteria yang ditetapkan, yaitu karyawan frontliner yang telah bekerja minimal tiga tahun.

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Peneliti ingin mengambil tema tentang budaya komunikasi di organisasi. Ada beberapa faktor yang menyebabkan peneliti ingin menelitinya dan menarik untuk dikaji lebih dalam lagi. Dalam sebuah organisasi, komunikasi sangat diperlukan oleh setiap orang dalam organisasi itu saat menjalankan tugas dan fungsi mereka. Individu yang ada di dalam organisasi pasti melakukan kegiatan komunikasi dan melalui aktivitas itu juga setiap orang menjalin interaksi yang baik untuk membentuk sebuah hubungan yang harmonis sehingga mereka dapat bekerja sama dengan baik. Komunikasi dalam sebuah organisasi biasanya terjadi dalam menyampaikan sebuah informasi, gagasan, opini, ataupun simbol dari atasan kepada bawahan (komunikasi vertikal), dari bawahan kepada atasan (komunikasi vertikal), sesama pimpinan (komunikasi horizontal), ataupun sesama karyawan ( komunikasi horizontal). Dan pernyataan yang diperoleh setiap orang itu akan disebarluaskan satu sama lain, bagaimana cara menerimanya, bagaimana diproses dan apa respon yang ada. Itu semua merupakan aktivitas komunikasi dalam organisasi.

(19)
(20)

Dalam komunikasi di organisasi, yaitu sesama karyawan ataupun atasan ke bawahan dan sebaliknya, atau sesama atasan yang menjalin komunikasi dalam organisasi dengan interaksi yang baik dalam mendiskusikan sebuah masalah ataupun dalam penyebaran informasi akan menciptakan suatu keuntungan tersendiri bagi setiap individu. Dalam hal ini, peneliti ingin lebih melihat bagaimana itu semua terjadi pada karyawan di organisasi tersebut, yaitu karyawan yang berada pada kesejajaran jabatan (frontliner). Karena jika dilihat pada sebuah organisasi, yang paling banyak melakukan kegiatan komunikasi adalah karyawan yang berada di jabatan yang sama dan memiliki kerjasama dalam menjalankan pekerjaan mereka. Ingin dilihat bagaimana teknologi komunikasi pada diri karyawan dan bagaimana pandangan mereka terhadap komunikasi.

(21)

mempunyai kesadaran bervariasi, tujuan yang kompleks dan perasaan bersaing, sebagian besar perilaku individu dilakukan dengan sadar mengarah pada tujuan dan individu memberikan reaksi, penilaian, serta perasaan terhadap hasil kerjanya.

Peneliti akan meneliti hubungan budaya komunikasi organisasi dalam meningkatkan motivasi kerja karyawannya. Dan penelitian ini akan dilakukan pada karyawan PT Indosat Tbk Kota Medan. PT Indosat Tbk adalah sebuah perusahaan yang menyediakan jasa telekomunikasi yang telah berdiri kurang lebih 40 tahun dan memiliki sebuah tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dalam dunika telekomunikasi. PT Indosat Tbk adalah sebuah perusahaan provider yang terkemuka dan memiliki produk-produk yang baik dan citra yang baik pula di mata masyarakat. PT Indosat Tbk yang terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan No. 39, Medan.

Terpilihnya PT Indosat Tbk didukung karena kesuksesan dari perusahaan ini yang juga tidak terlepas dari kinerja yang baik dari orang-orang yang berkualitas di dalamnya dan dengan segala kemampuan dan usaha mereka sehingga mereka dapat menciptakan produk yang unggul sehingga mendapat citra positif dari masyarakat. Itu semua juga didukung dari kerja sama yang baik dari sesama anggota perusahaan dan motivasi yang ada di dalam diri mereka demi tercapainya tujuan mereka dan tujuan organisasi mereka.

(22)

I.2. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: ”Bagaimanakah budaya komunikasi di organisasi dalam meningkatkan motivasi kerja karyawan di PT Indosat Tbk Kota Medan?”

I.3. PEMBATASAN MASALAH

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun masalah tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Penelitian bersifat korelasional, yaitu menganalisis hubungan budaya komunikasi di organisasi dalam meningkatkan motivasi kerja karyawan

2. Objek penelitian ini adalah karyawan (frontliner) PT Indosat Tbk Kota Medan yang telah bekerja minimal tiga tahun

3. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Desember 2010

I.4. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk menganalisis budaya komunikasi di organisasi di PT Indosat Tbk Kota Medan

b. Untuk menganalisis bagaimana pandangan karyawan tentang komunikasi di PT Indosat Tbk Kota Medan

(23)

d. Untuk menganalisis hubungan budaya komunikasi di organisasi dalam meningkatkan motivasi kerja karyawan di PT Indosat Tbk Kota Medan

2. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah:

a. Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai budaya komunikasi di organisasi dan pengaruhnya terhadap motivasi kerja karyawan

b. Secara akademis, diharapkan dapat memperkaya wacana penelitian di bidang ilmu komunikasi, khususnya budaya komunikasi di organisasi dan psikologi komunikasi serta memberikan sumbangan pemikiran bagi para pembacanya

c. Secara praktis, data yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi PT Indosat Tbk Kota Medan dalam meningkatkatkan motivasi kerja karyawannya

I.5. KERANGKA TEORI

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti permasalahannya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana akan disoroti (Nawawi, 2001: 39-40).

(24)

6). Teori berfungsi untuk mejelaskan, meramalkan, dan memberikan pandangan terhadap sebuah permasalahan

Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan antara lain:

I.5.1. Budaya Komunikasi

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta buddha yah yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti budi atau akal. Jadi, budaya adalah hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal. Edward T.Hall mengatakan, budaya adalah alat kehidupan bagi manusia, sehingga tak ada satupun kehidupan yang tak tersentuh budaya. Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti sama, communico, communication, atau communicare yang berarti membuat sama. Istilah communis adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal-usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Pengertian komunikasi secara umum adalah suatu proses penyampaian pesan dari komunikator (pembicara) kepada komunikan (pendengar) melalui suatu channel (saluran) serta menghasilkan feedback (umpan balik). Sama halnya dengan budaya, komunikasi akhirnya dapat memperlihatkan kepribadian dari komunikatornya atau dapat digunakan sebagai ajang mengekspresikan diri serta menyampaikan hasil pemikiran manusia. Ringkasnya dapat disimpulkan bahwa budaya adalah komunikasi dan komunikasi adalah budaya. Budaya komunikasi akhirnya mengarah kepada pola atau bentuk gaya hidup. Bagaimana komunikasi menjadi suatu budaya yang melahirkan suatu pola atau gaya

hidup tersendiri dalam masyarakat (file:///D:/BasaBasi%20%E2%80%9CTrademark%E2%80%9D%20Buday%20Komu

(25)

Pola atau gaya hidup ini pun akhirnya menjadi suatu identitas tersendiri bagi suatu masyarakat tertentu termasuk masyarakat Indonesia.

Jadi, dapat dikatakan budaya komunikasi adalah berdasarkan definisi budaya Edward T.Hall (1959) yang menyebutkan bahwa budaya adalah alat kehidupan bagi manusia. Budaya juga dikatakannya sebagai kepribadian, cara seseorang memecahkan masalah, mengekspresikan diri, cara berfikir, bahkan termasuk juga sistem transportasi, perencanaan kota. Komunikasi dilakukan untuk menyampaikan maksud hati atau keinginan kepada orang lain. Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicara atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat. Secara umum, bahasa berfungsi sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial. Dalam budaya komunikasi di organisasi terdapat aspek yang dibahas, yaitu aspek tentang teknologi komunikasi di organisasi dan aspek tentang pandangan karyawan terhadap komunikasi, baik pengetahuan, kepercayaan, bahasa, dan praktik mereka.

I.5.2. Komunikasi Horizontal

(26)

tiga bentuk utama dari arus pesan dalam jaringan komunikasi formal yang mengikuti garis komunikasi seperti yang digambarkan dalam struktur organisasi, yaitu komunikasi kepada bawahan, komunikasi kepada atasan, dan komunikasi horizontal.

Komunikasi horizontal adalah pertukaran pesan di antara orang-orang yang sama tingkatan otoritasnya di dalam organisasi (Muhammad, 2007: 121). Pesan yang mengalir menurut fungsi dalam organisasi diarahkan secara horizontal. Pesan ini biasanya berhubungan dengan tugas-tugas atau tujuan kemanusiaan, seperti koordinasi, pemecahan masalah, penyelesaian konflik dan saling memberikan informasi. Adapun yang menjadi tujuan komunikasi horizontal adalah untuk mengkoordinasi tugas-tugas, saling memberi informasi untuk perencanaan dan aktivitas-aktivitas, untuk memecahkan masalah dan konflik yang timbul diantara orang-orang yang ada di tingkatan yang sama, untuk menjamin pemahaman yang sama, dan untuk mengembakan sokongan interpersonal. Dalam komunikasi horizontal, bagaimana informasi disampaikan, efek yang terjadi, dan pemahaman karyawan terhadap informasi yang disampaikan.

Bentuk yang paling umum dari komunikasi horizontal adalah komunikasi interpersonal yang mungkin terjadi dalam berbagai tipe. Bentuk-bentuk komunikasi yang sering terjadi dalam komunikasi horizontal, seperti rapat komite, interaksi informal, percakapan telepon, memo dan nota, aktivitas sosial, dan kelompok mutu.

(27)

I.5.3. Motivasi Kerja

Motivasi kerja adalah dorongan, upaya, dan keinginan yang ada di dalam diri manusia yang mengakitfkan, memberi daya, serta mengarahkan perilaku pada pelaksanaan tugas-tugas dalam lingkup pekerjaannya. Hakikat dari motivasi adalah dorongan untuk melakukan segala sesuatu yang lebih baik daripada lainnya di dalam melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan.

Motivasi adalah dorongan yang memiliki ciri-ciri berasal dari dalam maupun luar individu, dapat menimbulkan perilaku bekerja, dan dapat menentukan bentuk, tujuan, intensitas dan lamanya perilaku bekerja tadi kerja seorang karyawan didasari oleh adanya kepuasan mereka terhadap posisi mereka di organisasi, gaji dan tunjangan mereka, kelayakan mereka di dalam, dan bagaimana lingkungan pekerjaan mereka.

Kombinasi dari dua arah gejala harapan dan kebutuhan sebagai usaha memotivasi. Berbasis pendekatan demikian, maka dikenal tiga hal tentang motivasi kerja. Pertama, kebutuhan individu yang terpenting adalah pencapaian, kekuasaan, afiliasi, perhitungan, ketergantungan, perluasan. Kedua, motivasi kerja berkembang pada kekuatan yang diubah dalam pola kebutuhan dan kepercayaan untuk bekerja dalam organisasi. Ketiga, hasil akhir psikologis orang bekerja tidak lain kepuasan yang diperoleh dari kerja dan peranannya. Pendek kata memotivasi dilakukan dengan cara memenuhi kebutuhan dan kepuasan tenaga kerja dimana organisasi dapat menetukan sendiri pola kebutuhan dan kepuasannya tanpa mengabaikan tenaga kerja (http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/12/motivasi-kerja-9/).

(28)

tersebut, menjadi tumpuan sinergi dengan para ahli teori motivasi yang berusaha berfikir dan mencari cara agar manusia dapat didorong berkontribusi memenuhi kebutuhan dan keinginan organisasi. Tenaga kerja penting dimotivasi untuk mencapai tujuan organisasi. Teori hierarkhi kebutuhan Maslow menyiratkan manusia bekerja dimotivasi oleh kebutuhan yang sesuai dengan waktu, keadaan serta pengalamannya

Tenaga kerja

termotivasi oleh kebutuhan yang belum terpenuhi dimana tingkat kebutuhan yang lebih tinggi muncul setelah tingkatan sebelumnya. Masing-masing tingkatan kebutuhan tersebut, tidak lain : kebutuhan fisiologis, rasa aman, sosial, penghargaan, perwujudan diri. Dari fisiologis bergerak ke tingkat kebutuhan tertinggi, yaitu, perwujudan diri secara bertahap.

I.5.4. Teori S-O-R

Penelitian ini menggunakan Model S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Response semula berasal dari psikologi. Kalau kemudian menjadi juga teori komunikasi, tidak mengherankan, karena objek material dan psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen: sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi.

Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi, unsur-unsur dalam model ini adalah pesan (stimulus), komunikan (organism), efek (response).

Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah aspek ’how’ bukan ’what’ dan ’why’. Jelasnya how to communicate, dalam hal ini how to

(29)

Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula.

Prof. Dr. Mar’at dalam bukunya “Sikap Manusia, Perubahan serta Pengukurannya”, mengutip pendapat Hovland, Janis, dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam masalah menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting, yaitu perhatian, pengertian, dan penerimaan.

Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari :

• Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.

• Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.

• Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).

(30)

Gambar I.1.

Model S-O-R Penelitian

Stimulus disini adalah pesan yang disampaikan. Dalam penelitian ini stimulusnya adalah informasi yang ada di komunikasi pada organisasi terkait. Organismnya adalah para karyawan yang ada di PT Indosat Tbk Medan. Sedangkan responnya adalah motivasi kerja dan karir karyawan PT Indosat Tbk Medan (Efendy, 2005:p225).

Gambar diatas menunjukkan menunjukkan bahwa perubahan motivasi kerja karyawan berpengaruh dengan bagaimana interaksi yang dilakukan karyawan melalui budaya dan komunikasi organisasi di PT Indosat Tbk Medan. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin ditolak ataupun mungkin diterima. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan, proses berikutnya komunikan mengerti maka kemampuan komunikan inilah yang melanjtukan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan mengolahnya maka terjadilah sebuah proses peningkatan motivasi kerja dan karir karyawan di PT Indosat Tbk Medan.

Stimulus

(Pesan atau Informasi yang ada dalam proses komunikasi dalam organisasi)

Organism

(Karyawan PT Indosat Tbk Medan)

* Perhatian * Pengertian * Penerimaan

Respon

(31)

I.6. KERANGKA KONSEP

Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti yakni istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu social (Singarimbun, 1995: 33).

Kerangka konsep sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan penelitian pada rumusan hipotesa (Nawawi, 1995: 40).

Jadi, kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya.

Adapun yang menjadi kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor atau unsur yang lain (Nawawi, 1995: 56). Variabel yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu dari variabel yang lain (Rakhmat, 2007: 12). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah budaya komunikasi di organisasi

2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

(32)

3. Variabel Antara (Interviening Varible)

Variabel antara berada di antara variabel bebas dan variabel terikat, yang berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan antara variabel bebas dengan karakteristik responden. Karakteristik responden adalah nilai-nilai yang dimiliki oleh seorang yang membedakannya dengan orang lain (Umar, 2002: 61).

Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, pendidikan, dan lama bekerja.

I.7. MODEL TEORITIS

Model teoritis merupakan paradigma yang mentransformasikan permasalahan-permasalahan terkait antara satu dengan yang lainnya. Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep, dibentuk menjadi model teoritis sebagai berikut:

GAMBAR I.2.

Model Teoritis Penelitia

Variabel Bebas (X)

Budaya Komunikasi di Organisasi

Variabel Terikat (Y)

Motivasi Kerja Karyawan

Variabel Antara (Z)

(33)

I.8. OPERASIONAL VARIABEL

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas, maka untuk lebih memudahkan penelitian diperlukan suatu operasional variabel terkait, yaitu sebagai berikut:

No. Variabel Teoritis Variabel Operasional

1. Variabel Bebas (X)

Budaya Komunikasi di Organisasi

1. Budaya Komunikasi a. Teknologi komunikasi b. Pengetahuan karyawan c. Kepercayaan karyawan d. Bahasa karyawan

e. Frekuensi komunikasi karyawan f. Tujuan komunikasi karyawan g. Efek komunikasi

2. Budaya Organisasi a. Relasi

b. Nilai c. Lingkungan

Variabel Terikat (Y)

Motivasi Kerja Karyawan

1. Kepuasan karyawan terhadap: a. Pekerjaan

b. Paritisipasi pengambilan keputusan c. Gaji dan Tunjangan

d. Promosi Karyawan

e. Hubungan dengan teman sekerja

(34)

Karakteristik Responden 2. Jenis Kelamin 3. Pendidikan 4. Lama Bekerja

Tabel I.1.

Operasional Variabel Penelitian

I.9. DEFINISI OPERASIONAL

Definisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Definisi operasional adalah suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995: 46).

Definisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas

a. Teknologi komunikasi, yaitu apa saja perlengkapan yang bersifat teknologi yang berada pada sebuah organisasi untuk dijadikan alat komunikasi antarkaryawan, seperti komputer, telepon.

b. Pengetahuan karyawan, yaitu bagaimana pengetahuan karyawan tentang komunikasi yang harus terjadi dalam organisasi

c. Kepercayaan karyawan, yaitu karyawan melakukan komunikasi untuk meningkatkan kepercayaan diantara mereka dan percaya bahwa komunikasi itu penting di organisasi.

(35)

e. Frekuensi melakukan komunikasi horizontal, yaitu seberapa sering karyawan yang ada dalam PT Indosat Tbk Medan melakukan komunikasi dengan sesama karyawan lainnya dalam membicarakan segala hal, baik yang berhubungan dengan organisasi maupun pribadi.

f. Tujuan melakukan komunikasi horizontal, yaitu apakah yang menjadi tujuan karyawan PT Indosat Tbk Medan yang melakukan komunikasi horizontal, apakah untuk kepentingan organisasi, apakah untuk pribadi masing-masing, atau untuk kepentingan sesama karyawan, dan ataukah untuk kepentingan pimpinan.

g. Efek komunikasi, yaitu mengenai efek yang muncul saat sesama karyawan melakukan aktivitas komunikasi.

h. Relasi, yaitu karyawan PT Indosat Tbk Medan antara yang satu dengan yang lainnya saling mengerti, saling perhatian, saling mendengar, saling komunikasi, saling membantu, dan saling mendorong.

i. Nilai, yaitu karyawan PT Indosat Tbk Medan memiliki kualitas yang baik, berkepribadian baik, dan tumbuh sebagai karyawan dengan sikap dan mental yang positif.

j. Lingkungan, PT Indosat Tbk Medan sebagai lingkungan karyawannya dalam bekerja haruslah bersih, rapi, teratur dan aman.

2. Variabel Terikat

a. Kepuasan Karyawan, yaitu apakah karyawan tersebut puas dengan apa yang dia dapat dari PT Indosat Tbk Medan, seperti:

(36)

• Paritisipasi pengambilan keputusan, yaitu kehadiran karyawan dengan segala ide dan opininya terhadap suatu keputusan dianggap atau tidak untuk kepentingan PT Indosat Tbk Medan

• Gaji dan Tunjangan, yaitu segala sesuatu yang dikerjakan oleh karyawan tersebut berdasarkan kemampuannya seimbang dengan gaji dan tunjangan yang diterimanya dari PT Indosat Tbk Medan.

• Promosi Karyawan, yaitu karyawan yang telah memiliki banyak prestasi atau pekerjaan yang baik dalam PT Indosat Tbk Medan memiliki kesempatan untuk meningkatkan karirnya atau lebih dikenal dengan naik jabatan.

• Hubungan dengan teman sekerja, yaitu hubungan karyawan yang satu dengan yang lainnya cukup baik sehingga para karyawan PT Indosat Tbk Medan dapat bekerjasama dengan baik untuk mencapai tujuan yang sama.

3. Variabel Antara (Karakteristik Responden)

a. Usia, yaitu tingkat umur responden pada saat mengisi kuesioner.

b. Jenis Kelamin, yaitu jenis kelamin dari responden laki-laki atau perempuan. c. Pendidikan, yaitu tingkat pendidikan terakhir responden

d. Lama Bekerja, rentang waktu yang dimiliki responden dalam menekuni dunia pekerjaannya.

I.10. HIPOTESIS

(37)

jawaban sementara yang masih harus dibuktikan kebenarannya dalam kenyataan (empirical verification), percobaan (experimentation), atau praktek (implementation). Kegagalan merumuskan hipotesis akan mengaburkan hasil penelitian. Hipotesis yang abstrak bukan saja membingungkan prosedur penelitian, tetapi juga sukar diuji secara empiris. Hipotesis yang abstrak biasanya dibuktikan kebenarannya, bukan dengan data empiris, tetapi dengan interpretasi subjektif.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ho: Tidak terdapat hubungan budaya komunikasi di organisasi dalam meningkatkan motivasi kerja karyawan di PT Indosat Tbk Kota Medan.

(38)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1. BUDAYA KOMUNIKASI

II.1.1. Budaya Komunikasi di Organisasi

Komunikasi adalah sebuah tindakan untuk berbagi informasi, gagasan atau pun pendapat dari setiap partisipan komunikasi yang terlibat didalamnya guna mencapai kesamaan makna. Tindak komunikasi tersebut dapat dilakukan dalam berbagai konteks. Tindak komunikasi dalam suatu organisasi berkaitan dengan pemahaman mengenai peristiwa komunikasi yang terjadi didalamnya, seperti apakah instruksi pimpinan sudah dilaksanakan dengan benar oleh karyawan atau pun bagaimana karyawan/bawahan mencoba menyampaikan keluhan kepada atasan, memungkinkan tujuan organisasi yang telah ditetapkan dapat tercapai sesuai dengan hasil yang diharapkan. Ini hanya satu contoh sederhana untuk memperlihatkan bahwa komunikasi merupakan aspek penting dalam suatu organisasi, baik organisasi yang mencari keuntungan ekonomi maupun organisasi yang bersifat sosial kemasyarakatan.

Miscommunication senantiasa menghantui proses dialogis antara individu

dalam sebuah organisasi. Perselisihan dan perbedaan paham di kalangan karyawan dalam kelompok-kelompok heterogen di organisasi. Perbedaan persepsi sering mengganjal ekspresi komunikasi antara atasan dan bawahan atau sesama karyawan. Perang dingin pun menjadi kabel penghantar konflik individu dalam organisasi. Permusuhan dan sentimen pribadi mewarnai interaksi kerjasama karyawan, atasan dengan bawahan.

(39)

komunikasi dan menunjukkan integritasnya secara positif dan proaktif? Para pemimpin perusahaan pasti mengaplikasikan konsep kekuasaan adiguna dengan tata struktur yang rapi. Pengejawantahannya, lebih mengedepankan sikap arogan karena merasa paling baik. Kemudian muncullah sikap egoisme, egosentris, egoelitisme, dan egogolongan. Ketika sikap hidup sebagai makhluk individual lebih ditonjolkan, maka tidak pernah ada jalan tengah untuk mengakhiri konflik egoisme prinsip yang tidak berprinsip dan akhirnya berpengaruh kepada perkembangan organisasi.

Padahal semua karyawan mengharapkan pemikiran dan pola tindak para pemimpin organisasi menjadi teladan, semangat, inspirasi, dan payung yang melindungi setiap individu.

Atas dasar itulah budaya komunikasi sangat diperlukan keberadaannya untuk menghindari konflik. Dengan mengedepankan budaya komunikasi, para pemimpin organisasi, coordinator divisi, dan karyawannya leluasa mengetahui dan mengatasi berbagai kasus yang menggejala di dalam lingkungan kerja mereka.

Lewat strategi dan budaya komunikasi yang baik, setiap individu dalam organisais dapat mencari solusi atas permasalahan yang ada didalamnya secara cerdas, dan cepat, dengan mengutamakan rasa keadilan antarpihak. Para pemimpin organsiasi harus melakukan dialog terus menerus dengan yang lainnya untuk mendapatkan hasil positif berdasarkan kebenaran hakiki. Mereka diharapkan mendengarkan penuh perhatian, mau menjawab pertanyaan dan keluhan, bersedia menjelaskan situasi dan kondisi yang ada secara kontekstual.

(40)

membudayakan budaya komunikasi secara efektif dan komunikatif kepada sesama di dalamnya. Sebab kehandalan melakukan proses komunikasi merupakan inti dari segala macam pekerjaan yang ada di setiap kemajuan organisasi.

Sukses tidaknya sebuah manajemen organisasi dapat dilihat indikatornya melalui kemampuan berkomunikasi antara pimpinan yang dipercaya memimpin dengan bawahan yang diayominya. Artinya, pemimpin yang memiliki kewibawaan dan kemampuan yang mampu menengahi beragam konflik antarkepentingan, memiliki kepiawaian menghadapi bermacam masalah sosial, budaya, ekonomi, politik, pendidikan, kesehatan, serta menciptakan suasana yang aman dan nyaman demi meningkatkan produktivitas kinerja kreatif karyawan pendukungnya. Untuk itu, dengan kerjasama dan komunikasi dialogis yang baik antar karyawan dan pimpinan, diharapkan mampu memunculkan dan memelihara kehidupan dan perkembangan organisasi dengan baik, nyaman, aman, dan maju. Sebab usaha menyelaraskan kehidupan organisasi lewat budaya komunikasi yang berdimensi fisik dan sosial tidak sekadar menjadi upaya pragmatik yang serba duniawi melainkan menjadi gerakan moral yang berdimensi surgawi.

Komunikasi sangat penting untuk organisasi. Informasi juga sangat penting untuk komunikasi yang efektif. Sebuah komputer memungkinkan kita untuk membaca buku apapun dengan cepat dan dapat disimpan dalam file yang kita inginkan. Informasi telah menjadi aset vital untuk sebuah organisasi.

(41)

pengungkapan publik, pola industri modal kelompok investasi, merger, akuisisi dan konsolidasi data, standar dan peraturan akuntansi dan prakiraan ekonomi, pemasaran eksekutif membutuhkan informasi tentang produk baru, persaingan, profil demografis dan kekuatan sosial, dan pola belanja konsumen, penasihat umum membutuhkan informasi tentang status litigasi yang terkait dengan perusahaan, produk, tren dalam merek dagang, hak cipta, dan undang-undang hak paten, kewajiban klaim dan kerusakan, kegiatan komisi peraturan, dan undang-undang privasi.

James Robinson, CEO American Express Company mengatakan "kita telah menjadi bangsa pecandu cepat menyatakan fakta" (Gerald. 1990, 4). Pada tahun 1974, pemerintah Amerika Serikat ”The Employee Retirement Income Security Act (ERISA),” menyatakan membutuhkan informasi dan program lengkap dan mudah dibaca serta bermanfaat bagi karyawan. Akibatnya, pergeseran radikal dalam keseimbangan kekuasaan perusahaan terjadi, yang mendukung fungsi komunikasi.

Sebagai bukti pentingnya komunikasi di organisasi telah disebut bahwa komunikasi sebagai ”darah kehidupan organisasi, lem yang mengikat organisasi, minyak yang menghaluskan fungsi organisasi, benang yang mengikat sistem bersama, menjadi kekuatan yang meliputi organisasi, , dan agen mengikat yang semua hubungan.” Sebuah hasil penelitian menilai bahwa komunikasi di organisasi memiliki hubungan antara sistem komunikasi yang efektif dan kinerja organisasi yang tinggi secara keseluruhan.

(42)

pertanyaan-pertanyaan sulit dari setiap karyawan. Menurut Pitney Bowes, produktivitas pekerja yang tinggi, pendapatan kerja cukup rendah, dan karyawan memilih untuk tidak terikat oleh perusahaan (Gerald. 1990, 5).

II.1.2. Aspek Budaya Komunikasi di Organisasi

Pada tahun 1981, Pace dan Ross merilis hasil survei nasional tentang komunikasi organisasi, diantaranya sebagai berikut:

a. Komunikasi dan departemen komunikasi adalah yang paling mungkin untuk menawarkan kursus dasar tentang komunikasi organisasi

b. Program ini diperlukan oleh sepertiga dari departemen untuk dewasa dan anak sekolah.

c. Buku-buku primer dan sekunder yang digunakan dalam kursus ini yang paling sering diterbitkan setelah 1976.

d. Isi tentu saja yang paling mencakup jaringan komunikasi, komunikasi informal, iklim komunikasi, teori komunikasi, teori organisasi, kepemimpinan, gaya manajemen, teori komunikasi organisasi, teori motivasi, dan manajemen konflik.

Dalam budaya komunikasi, ada dua aspek yang perlu diketahui, yaitu:

a. Aspek teknologi komunikasi di organisasi

(43)

untuk melihat sejarah sosial dari gagasan teknologi dan gagasan yang lebih mendasar dari teknik.

Menurut sosiolog Prancis, Cornelius Castoriadis, isitlah teknik berasal dari bahasa Yunani. Kemudian tulisan-tulisan Homer, teknik dimaksudkan untuk memalsukan, untuk menghasilkan, atau untuk membangun. Sebaliknya, filsafat Barat telah melihat teknik sebagai imitasi atau, dalam kata-kata Castoriadis, kekuatan untuk mengatur ulang atau menyatukan elemen yang ada dengan cara yang tidak alami (George. 2004, 349). Teknik, dengan kata lain, berarti aktualisasi non-alami dan kemungkinan melekat dalam dunia fisik.

Salah satu teknologi saat ini adalah komputer. Para ahli teknik mengatakan komputer berguna untuk memfasilitasi perluasan dan pertukaran informasi. Industri komputer sangat menarik dalam hal orientasi. Banyak profesional berbicara seolah-olah mereka hanya berurusan dengan elektronik, informasi, dan bahan pengetahuan sistem. Sikap ini mendukung etos umum dari segala abad bahwa informasi sebagai suatu periode yang mendunia.

Alat komunikasi seperti telepon, mesin faks, atau pager dapat mengubah organisasi menjadi hidup modern ketika mereka diperkenalkan dengan teknologi tersebut. Hari ini, alat ini jarang dianggap sebagai teknologi komunikasi. Jadi apa yang biasanya kita ketahui ketika kita berbicara tentang teknologi komunikasi dalam kerangka organisasi? Biasanya istilah untuk media elektronik, seperti email, voice

mail, intranet, internet, sistem konferensi audio dan video. Jika kita lebih luas, sistem

(44)

Meskipun teknologi komunikasi belum mempersoalkan mengenai kendala waktu dan perbedaan waktu dalam penyampaian informasi, teknologi ini muncul untuk dapat digunakan dalam banyak hal penting. Sedangkan media komunikasi, seperti telepon ataupun percakapan langsung (tatap muka) memerlukan kehadiran simultan dari pengirim dan penerima, teknologi seperti email dan voice mail membebaskan kita dari kendala tersebut. Dalam aktivitas komunikasi terdapat perbedaan penting antara komunikasi langsung dan tidak langsung. Walaupun kita sering mungkin lebih suka komunikasi langsung karena memungkinkan kita untuk mendapatkan umpan balik langsung, namun tetap saja memiliki keterbatasan. Teknologi, bagaimanapun, jarang digunakan sesuai seperti yang dibayangkan oleh para ahli, desainer, atau para pengambil keputusan dalam organisasi atau seperti yang ditakuti oleh para teknisi. Masih sebagian besar teknologi telah sesuai dalam hal keuntungan dan kerugian. Saat ini, jarang dilakukan implementasi dan penggunaan teknologi dalam kehidupan organisasi sesuai dengan ramalan atau kritik yang memprediksi tentang perkembangan teknologi komunikasi di organisasi.

b. Aspek mengenai worldview tentang komunikasi di organisasi, mengenai

pengetahuannya, kepercayaannya, dan bahasa serta praktiknya.

(45)

menciptakan dan pertukaran pesan dalam jaringan hubungan dan saling ketergantungan untuk mengatasi ketidakpastian lingkungan.

Bernstein (1976), meringkas temuan dari survei Komunikasi Industri Council, mengidentifikasi bahwa perhatian yang paling penting dari komunikator organisasi adalah komunikasi agar menjadi interaksi antara manajemen dan organisasi, karyawan, dan publik eksternal. Falcione dan Greenbaum (1976) mengembangkan taksonomi untuk seri berikut komunikasi organisasi abstrak: interpersonal, intragroup, dan antargolongan komunikasi dalam organisasi, faktor komunikasi dan tujuan organisasi, peningkatan keterampilan dan pelatihan, media komunikasi, analisis sistem komunikasi dan metodologi penelitian, dan tinjauan umum lapangan (Gerald. 1994, 16). Akhirnya, pada tahun 1981, Foltz mengatakan komunikasi organisasi didefinisikan sebagai menukar informasi, gagasan, perasaan bawah, atas dan lintas organisasi.

Sebagian besar dari persepsi di atas, tampaknya saling berbagi pandangan tentang komunikasi organisasi dan paradigma yang sering disebut sebagai fungsionalis. Perspektif fungsionalis bahwa hidup organisasi sebagai mekanistik, dengan menggunakan teori dan sistem untuk menempatkan bahwa organisasi mengendalikan dan mengkoordinasikan orang dan sumber daya melalui komunikasi.

Menurut Putman dan Cheney (1983), asumsi paradigma fungsionalis meliputi sebagai berikut:

a. Bekerja sebagai tindakan rasional mendominasi eksistensi sosial untuk mencapai suatu tujuan

(46)

c. Tujuan penelitian adalah pemahaman dan prediksi untuk tujuan mengerahkan pengawasan teknis.

Paradigma yang disebut interpretasi ini, menganggap bahwa realitas sosial diciptakan bersifat subjektif dan mengatur (Sotirin, 1984) dan berkomunikasi adalah proses saling ketergantungan dalam hidup organisasi (Putman, 1982).

Berikut adalah pandangan mengenai komunikasi di organisasi berdasarkan:

Pengetahuan tentang komunikasi di organisasi

Komunikasi adalah sumber kekuasaan karena apa yang dianggap sebagai pengetahuan yang penting harus diputuskan oleh setiap orang yang melakukan aktivitas tersebut. Pengetahuan dan kebijaksanaan tidak datang kepada setiap individu, tetapi dikemas dan dibangun dalam diri kita dan mencoba mengetahui dunia dan menentukan apa tujuan yang menarik sehingga kita mengejar pengetahuan itu lebih jauh lagi. Hal ini terlihat dalam sebuah organisai ketika karyawan melihat apa yang menjadi ide manajemen dalam perkembangan perusahaan. Topik yang menempatkan sorotan pengetahuan manajemen sebagai hal penting pada berbagai jenis informasi, dimana organisasi telah di bangun,bagaimana cara mengambilnya, menciptakannya, mengevaluasi, dan akhirnya menggunakannya.

(47)

Bak dan Hain (1979) menggabungkan hasil dari delapan studi yang menemukan bahwa dukungan yang konsisten dan kuat untuk asumsi bahwa manajemen perilaku komunikasi memang memainkan bagian penting dalam memberikan kontribusi atau masukan dari keefektifan total organisasi (Gerhald. 1990, 9).

Bak dan Widgery (1978) membuat program pelatihan komunikasi untuk rencana manufaktur yang disimpan dan biaya produktivitas serta ketidakhadiran yang menurun. Kelompok studi lain dilakukan di militer oleh O'Reilly dan Roberts (1977) dan menemukan hasil sebagai berikut:

• Individu yang lulus dengan informasi yang baik dinilai sebagai orang yang lebih tinggi.

• Individu yang dinilai memiliki tingkat kinerja yang lebih rendah cenderung dilihat dari hal informasi yang berlebihan, redundansi, dan fungsi pengumpulan dan penyimpanan data

• Individu yang aktif dalam jaringan komunikasi dilihat sebagai orang yanglebih produktif

(48)

• Karyawan menerima informasi yang cukup tentang pekerjaan mereka dan tentang organisasi

• Manajemen tidak menindaklanjuti pesan dari karyawan

• Pesan dikirim terlalu dini atau terlalu lambat untuk digunakan

• Waktu luang diisi oleh kurangnya keterbukaan, keterusterangan, dan visibilitas dari manajemen puncak

• Terdapat saluran telepon yang menghubungkan karyawan sebagai penggan komunikasi tatap muka

• Kurangnya masukan dari karyawan dalam mengambil keputusan yang mempengaruhi mereka

Wiio menyatakan bahwa komunikasi memiliki empat kemungkinan, seperti:

• Jika komunikasi bisa gagal. Ini berarti bahwa jika Anda dalam berkomunikasi memberi kesempatan untuk gagal, maka akan gagal.

• Jika komunikasi tidak bisa gagal, meskipun demikian biasanya tidak gagal. Bahkan dengan niat baik, komunikasi Anda pasti akan gagal karena alam dan jika menggunakan kelicikan yang tersembunyi, kekurangan, dan kesalahpahaman untuk mengalahkan Anda

• Jika komunikasi tampaknya berhasil dengan cara yang dimaksudkan, itu harus dengan cara yang tidak dimaksudkan. Jika semuanya tampaknya berjalan baik, berhati-hatilah, mungkin keberhasilan menjadi ilusi

• Jika Anda puas bahwa komunikasi Anda terikat untuk sukses, itu akan gagal. Desain proses komunikasi sesuai dengan selera Anda sendiri dan tidak mempertimbangkan keinginan komunikan.

(49)

lembaga-lembaga sipil dan sosial, agama dan pendidikan, rumah sakit, dan bank, hal ini relatif sederhana untuk menyimpulkan bahwa dalam organisasi dapat ditemui banyak laki-laki dan perempuan.

Sejak tahun 1938, Chester Barnard menyatakan tugas utama seorang eksekutif adalah komunikasi. Telah dibuktikan bahwa anggota organisasi, baik itu laki-laki atau perempuan yang terus berkomunikasi. Ini akan menjadi acuan organisasi sebagai sebuah perusahaan yang hidup, memiliki sistem terbuka, yang terhubung oleh aliran informasi di antara orang-orang yang menduduki berbagai peran dan posisi.

Kepercayaan tentang komunikasi di organisasi

(50)

Untuk meningktkan komunikasi dalam organisasi setiap komunikator harus menilai kelemahan dan kelebihan diri dengan memperhatikan pengalaman dan lainnya. Komunikator sebaiknya sering melakukan latihan dan praktik. Ketrampilan yang dibutuhkan untuk komunikasi yang baik adalah membaca., mendengar, membuat percakapan yang menarik, wawacara, diskusi, presentasi, dan menulis surat ata memo. Pada kegiatan rutin banyak digunakan kertas untuk berkomunikasi. Oleh karena itu ada beberapa cara yang bisa digunakan agar lebih efisien yaitu dengan memberikan pelatihan pada petugas tentang komunikasi, mendelegasikan tanggungjawab, memberikan kepercayaan kepada karyawan agar manajer tidak kerepotan, melalui instruksi memberikan kejelasan tentang tugas, mengevaluai prioritas pesan.

Awalnya ada 2 cara yang bisa dilakukan untuk mengangani krisis yaitu dengan diam atau merespon apa yang terjadi dengan cepat. Selanjutnya perusahaan menciptakan tim yang cekatan, dengan segera manajemen puncak mengambil tindakan, membangun pusat informasi sebagai representasi perusahaan dengan alat bantu elektronik, menceritakan kejadian secara terbuka, dan menunjukkan keseriusan melalui tindakan.

(51)

mereka sendiri. Dengan adanya faktor-faktor tersebut maka tingkat komitmen karyawan pada organisasi akan semakin meningkat.

Dalam sebuah organisasi dapat dilihat bagaiama (1) gambaran deskripsi komunikasi organisasi, pemberdayaan psikologis karyawan, kepercayaan karyawan terhadap manajemen dan tentang komunikasi di dalam organisasi. (2) Pengaruh secara langsung komunikasi organisasi terhadap kepercayaan karyawan pada organisasi, (3) pengaruh secara langsung pemberdayaan psikologis karyawan terhadap kepercayaan karyawan akan komunikasi pada organisasi, (4) pengaruh secara langsung kepercayaan karyawan tentang komunikasi dan terhadap komitmen organisasi, (5) pengaruh secara langsung komunikasi di organisasi terhadap komitmen organisasi, (6) pengaruh secara langsung pemberdayaan psikologis karyawan tentang komunikasi terhadap komitmen organisasi, (7) pengaruh secara tidak langsung komunikasi di organisasi terhadap komitmen organisasi melalui kepercayaan karyawan, (8) pengaruh secara tidak langsung pemberdayaan psikologis karyawan terhadap komitmen organisasi melalui kepercayaan karyawan akan komunikasi.

Bahasa yang digunakan dalam komunikasi di organisasi

(52)

Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi, fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan mengeksploitas

Hirsch & Andrews (1983) mengatakan jika "bahasa adalah budaya yang paling sentral di organisasi. Ini termasuk simbol, jargon, atau kosa kata khusus yang digunakan oleh anggota organisasi "(Gerard. 1995, 107). Artinya hanya dapat dikaitkan dengan kata atau tanda dalam konteks organisasi dan sejarahnya. Shared mengatakan bahwa melalui sistem simbol organisasi mengkomunikasikan nilai, perilaku, harapan, pengalaman umum, dan citra diri di antara karyawannya. Termasuk dalam kategori ini bagaimana pertumbuhan dan perkembangan organisasi. Ini adalah indikasi bagaimana pengalaman sebuah struktur organisasi anggotanya.

Perbedaan budaya merefleksikan dirinya dalam cara yang beragam. Misalnya saja, satu dari norma budaya mungkin memiliki sebuah konsepsi berbeda terhadap waktu daripada hal lain secara signifikan, atau sebuah ide yang berbeda dari apa yang mengkonstitusikan body language, dan jarak personal ketika melakukan percakapan. Tetapi kebanyakan peneliti, karyawan, dan pemilik bisnis sependapat bahwa elemen yang paling penting dalam intercultural communication yang efektif menitikberatkan pada bahasa (language). Kata John P. Fernandez, dalam Managing a Diverse Work Force: Regaining the Competitive Edge, "A great deal of ethnocentrism is centered around language."

(53)

addition, these attitudes could be carried over into their interactions with customers who speak English as a second language, resulting in disastrous effects on customer relations and, thus, the corporate bottom line" (dalam Gerard, 1995, 109).

Pemilik bisnis kecil patut pencoba dan menghindari membuat asumsi tentang kemampuan orang lain, walaupun itu seorang vendor, karyawan, atau rekan kerja, berdasarkan asumsi-asumsi etnosentris dari superioritas kebudayaan mereka dalam komunikasi yang sesungguhnya. Herta A. Murphy dan Herbert W. hildebrandt, dalam

Effective Business Communications, menyatakan bahwa "Withhold evaluative

statements on foreign communication styles until you recognize that different cultures

use different communication methods."

Praktik komunikasi di organisasi

(54)

Wanger dan Snyder berpendapat bahwa orang-orang dalam organisasi membentuk komunitas praktek karena berbagai alasan, seperti untuk menjaga hubungan dengan rekan-rekan, untuk merespon perubahan eksternal seperti

e-commerce, atau untuk memenuhi tantangan baru ketika ada kesempatan membuat

strategi perusahaan. Apapun dasar untuk membentuk karyawan dalam organisasi, anggota harus saling berbagi pengetahuan kreatif. Antara lain dengan mendukung pertukaran pendapat dengan bebas dan melakukan pendekatan terhadap masalah. Wenger dan Snyder menekankan bahwa praktek organisasi yang muncul, tidak diciptakan. Namun, organisasi yang memiliki nilai, inovasim dan saling berbagi pengetahuan harus menciptakan kondisi yang baik bagi mereka agar berkembang pesat dan memelihara pertumbuhan individu didalamnya.

(55)

mengancam pada seseorang yang menghargai ruang pribadi," dikatakan oleh Oregon Business's Megan Monson. "Dan orang itu bisa dianggap sebagai bermusuhan dan tidak ramah, hanya karena kurangnya kontak mata." Kuncinya, mengatakan analis, adalah untuk memastikan bahwa organisasi Anda mengakui bahwa perbedaan budaya berlimpah dalam mendengarkan serta berbicara praktik, dan untuk membangun komunikasi antar praktek yang sesuai.

Istilah "intercultural communication" sering digunakan untuk menjelaskan isu-isu komunikasi dalam arti yang luas yang akan selalu meningkat dalam organisasi yang tersusun atas individu dari bermacam-macam kepercayaan, sosial, etnik dan latar belakang pendidikan. Masing-masing dari individu tersebut membawa pengalaman dan nilai-nilai yang unik ke lingkungan tempat dia bekerja. Bisnis-bisnis yang mampu memfasilitasi komunikasi yang efektif, baik tertulis maupun lisan, antara anggota dari berbagai macam kelompok kebudayaan akan jauh lebih baik untuk berhasil dibanding dengan organisasi lain yang membiarkan konflik-konflik meningkat dari perbedaan budaya kalangan internal menjadi lebih tajam. Kegagalan dalam menempatkan dan menyelesaikan konflik berbasis budaya dan tekanan, akan memunculkan dampak berupa penampilan yang menurun dan produktivitas berkurang baik diinginkan maupun tidak.

Pentingnya intercultural communication yang efektif bisa jadi susah didefinisikan. Seperti yang digarisbawahi oleh Trudy Milburn dalam Management Review, komunikasi tidak hanya sebagai ekspresi latar belakang budaya, tetapi juga sebagai ‘pembentuk’ identitas budaya. Dia menuliskan, "Cultural identities, like

meaning, are socially negotiated."

(56)

than just how one labels oneself, but how one acts in the presence of like and different others, that constructs a sense of identity and membership" (dalam Gerard, 1995, 113)

II.2. KOMUNIKASI HORIZONTAL

II.2.1. Pengertian Komunikasi Horizontal

Arus komunikasi pada tingkat ini dari banyak riset yang telah dilaksanakan baik dalam frekuensi maupun intensitas menunjukkan kuantitas dan kualitas yang jauh lebih baik daripada komunikasi tingkat manapun. Karena individu yang terlibat dalam komunikasi berada relatif dapa posisi yang sama dan dalam kerangka menjalankan peran dan fungsi tugas yang berada pada tingkat menuntut tanggung jawab yang sama pula. Biasanya pada arus ini berisikan informasi penilaian karyawan terhadap para pimpinan mereka, seperti kompetensi tugas dan keahlihan sikap dan perilaku, nilai-nilai yang dianutnya, dan lain-lain. Agar memperhatikan komunikasi horizontal ini, maka harus dipertimbangkan beberapa hal, seperti:

a. Membentuk badan organisasi yang lebih realistis dan sesederhana mungkin sehingga lebih memudahkan berjalannya penyampaian dan pertukaran arus informasi relevan diantara kepala bagian dan seluruh karyawan.

b. Penjabaran tugas individual harus lebih tegas dan jelas sehingga setiap karyawan mengerti dan memahami secara tepat apa yang harus dikerjakan dan bagaimana menyelesaikannya.

c. Mengatur dan memanfaatkan proyek indepartemen agar setiap individu yang bergabung saling mnegkomunikasikan rencana kerja mereka.

d. Memperkuat pertemuan dan komunikasi yang lebih teratur, jika para anggota departemen dan divisi membangun waktu pertemuan yang teratur.

(57)

dalam organisasi diarahkan secara horizontal. Pesan ini biasanya berhubungan dengan tugas-tugas atau tujuan kemanusiaan, seperti koordinasi, pemecahan masalah, penyelesaian konflik, dan saling memberikan informasi.

Bentuk yang paling umum dari komunikasi horizontal adalah kontak interpersonal yang mungkin terjadi dalam berbagai tipe. Di antaranya bentuk yang seringkali terjadi adalah rapat-rapat komite, interaksi informal pada waktu jam istirahat, percakapan telepon, memo dan nota, aktivitas sosial, dan kelompok mutu.

Setiap anggota organisasi, termasuk karyawan harus dapat memiliki kepribadian yang dewasa mental, sehat, orientasi dirinya tertuju dan terarah untuk kepentingan organisasi dan orang banyak, memiliki sikap objektif dan mawas diri, memiliki falsafah dan pedoman hidup yang jelas berdasarkan kitab suci agama yang diyakininya, sehingga individu tersebut mampu mengendalikan dirinya dalam menghadapi situasi apapun dalam organisasinya. Individu karyawan tersebut tidak hanya menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja organisasinya, tetapi ia berusaha keras menciptakan situasi lingkungan yang kondusif agar ia mampu berinovasi dan berkreatifitas agar menjadi karyawan yang sangat bermanfaat bagi kepentingan organisasinya. Oleh karena itu, setiap pimpinan organisasi perlu melakukan program pembinaan mental agar setiap karyawan dalam organisasinya memiliki kepribadian dewasa mental, sehingga hubungan interpersonal dalam organisasi dapat dilakukan secara efektif.

(58)

berkomunikasi yang baik dan efektif fan produktif dapat menciptakan hubungan yang baik pula dan akan mudah dalam mencapai tujuan organisasi.

Agar tercipta hubungan yang baik dan harmonis dalam organisasi, maka dapat dilakukan hal-hal, seperti menciptakan lingkungan kerja yang mendukung sinergi dan partisipasi karyawan, menyusun kebijaksanaan yang layak dan adil yang tidak menimbulkan pertentangan antarkaryawan, menghilangkan bias prasangka terhadap karyawan satu sama lain, meluangkan waktu untuk mempelajari aspirasi-aspirasi emosional karyawan dan bagaimana mereka berhubungan dalam kerjasama perkerjaan, memilih orang yang sesuai untuk peran dalam tim yang memiliki kemampuan profesional dan kecerdasan emosional baik, memberikan penghargaan kepada karyawan yang berprestasi, membersihkan perusahaan dari pengaruh negatif, menyusun nilai inti dan standar perilaku yang bisa diterima oleh karyawan satu sama lain, menciptakan suasana saling memperhatikan dan memotivasi kreativitas, dan pengembangan mentalitas dan pelayanan sepenuh hati dalam hubungan karyawan satu sama lain dan dengan konsumen.

(59)

II.2.2. Tujuan Komunikasi Horizontal

Perlu disadari bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan dalam hidupnya. Orang lain menjalin hubungan dengan diri kita karena dia membutuhkannya. Demikian halnya dengan karyawan yang ada di dalam sebuah organisasi, dimana setiap karyawan dalam organisasi saling berhubungan satu sama lain karena adanya kebutuhan. Kunci utama dari keberhasilan suatu hubungan yang produktif diantara karyawan organisasi adalah unsur timbal balik. Artinya masing-masing pihak harus merasakan manfaatnya atau terpenuhinya kebutuhan dari kedua pihak, baik kebutuhan untuk organisasi maupun kebutuhan pribadi karyawan demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan oleh kedua belah pihak dan tujuan organisasi itu pula.

Tujuan komunikasi horizontal antara lain untuk melakukan persuasi, mempengaruhi, dan memberikan informasi kepada bagian dan departemen yang memiliki kedudukan sejajar. Tujuan tertentu lainnya dari komunikasi horizontal diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Mengkoordinasikan tugas-tugas dalam mencapai tujuan organisasi

b. Saling membagi informasi untuk perencanaan dan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan

c. Memecahkan masalah yang timbul di antara orang-orang yang berada dalam tingkat yang sama

d. Menyelesaikan konflik di antara anggota-anggota yang ada dalam bagian organisasi dan juga antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya

(60)

f. Mengembangkan sokongan interpersonal untuk memperkuat hubungan di antara sesama karyawan dan akan membantu kekompakan dalam kerja kelompok. Interaksi ini akan mengembangkan rasa sosial dan emosional karyawan.

II.2.3. Alur Informasi Pada Komunikasi Horizontal

Komunikasi keatas, kebawah, dan menyamping merupakan ciri-ciri arah dan alur komunikasi organisasional, dan mereka menggambarkan saluran komunikasi formal dan informal. Alur komunikasi diatur di dalam organisasi. Ada secara eksplisit dan implisit pembatas pada siapa dapat berkomunikasi, dengan cara bagaimana, tentang apa, dan untuk tujuan apa.

Jaringan komunikasi organisasi merupakan suatu struktur saluran dimana informasi melewatinya dari individu satu ke individu lainnya. Jaringan tersebut mengandung alur informasi, dan ia mencerminkan interaksi formal antar anggota organisasi. Beberapa jaringan yang berbeda beroperasi di dalam organisasi kerja. Jaringan rantai merupakan suatu pola komunikasi yang ada pada birokrasi dan organisasi lain dimana terdapat suatu rantai formal komando. Informasi melintasi hirarki organisasi baik ke atas maupun ke bawah dengan pertukaran antara satu orang dan dua orang lainnya atau satu diatas dan satu dibawah posisi seseorang itu sendiri. Bergantung pada ukurannya, organisasi mungkin memiliki beberapa rantai komunikasi yang menghubungkan tingkatan-tingkatan organisasi yang lebih tinggi dan lebih bawah.

(61)

jadi digunakan untuk feedback yang bersifat motivasional pada karyawan. Dalam komunikasi horizontal, informasi yang bergerak di antara orang-orang dan jabatan-jabatan yang sama tingkat otoritasnya. Komunikasi horizontal terjadi antar rekan kerja. Anggota tim dan departemen harus berkomunikasi untuk memperluas hubungan kerja mereka. Karena jalur otoritas tidak berseberangan, maka komunikasi horizontal ini lebih cepat daripada komunikasi vertikal secara hirarkis.

Wayne Pace dan Don Faules, menyatakan, pada dasamya secara harfiah, informasi itu tidak mengalir, tidak bergerak, yang sesungguhnya terjadi adalah penyampaian suatu pesan, interpretasi pesan tersebut dan didistribusikan ke seluruh organisasi. Informasi mengalir melalui suatu proses. Mengapa hal ini dipermasalahkan? Karena proses aliran infor¬masi adalah proses yang rumit, sebab apa yang dikemukakan dalam struktur dapat saja bukan yang sebenarnya terjadi dalam organisasi (http://permenkared.multiply.com/journal/item/2).

II.2.4. Konflik Dalam Komunikasi Horizontal

Gambar

Gambar I.1.
Gambar II.1.
Gambar III.9.
Tabel III.1.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adakah terdapat hubungan yang signifikan antara ciri-ciri usahawan, tahap kemahiran sains keusahawanan dengan kesediaan mengintegrasi pemikiran keusahawanan dalam

The aim of this research is to find out whether active knowledge sharing is effective to teach reading in recount text at junior high school especially of eight grade students

Hasil penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa pemberian temulawak (Curcuma xanthorrhiza) menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan terhadap penurunan

Exposure to the discussion section contain substantially giving meaning to the results of the analysis and comparison with previous findings based on the study of literature that

Pada Tabel 6 parameter pertumbuhan hasil sidik ragam pengaruh berbagai perlakuan dosis terhadap pertumbuhan Jati Unggul Nusantara (JUN) dapat dilihat bahwa pemberian pupuk

Jika daftar pertanyaan dapat dilaksanakan semua, tetapi data tidak tercatat dengan rapi dan lengkap. Jika pertanyaan tidak terlaksana semua dan data tidak tercatat

Dengan menggunakan hybrid resistive SFCL maka arus gangguan yang terjadi akan dengan cepat direduksi dengan memanfaatkan reaktansi dari Current Limiting Reactor (CLR)

Rasa masakan Aqiqah lebih terjaga kualitasnya, karena kami memiliki beberapa menu spesial berupa masakan khas kambing ( Tengkleng Asli), sehingga anda tidak perlu khawatir