• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan Jati Unggul Nusantara (JUN) UBH-KPWN di Kecamatan Rancabungur Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aplikasi Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan Jati Unggul Nusantara (JUN) UBH-KPWN di Kecamatan Rancabungur Kabupaten Bogor"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

APLIKASI PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN

JATI UNGGUL NUSANTARA (JUN) UBH-KPWN

DI KECAMATAN RANCABUNGUR KABUPATEN BOGOR

GARRY GINANDJAR

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aplikasi Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan Jati Unggul Nusantara (JUN) UBH-KPWN di Kecamatan Rancabungur Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013

(4)

ABSTRAK

GARRY GINANDJAR. Aplikasi Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan Jati Unggul Nusantara (JUN) UBH-KPWN di Kecamatan Rancabungur Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh Dr Ir Omo Rusdiana, M.Sc dan Dr Ir Basuki Wasis, MS.

Jati Unggul Nusantara (JUN) merupakan jenis pohon jati yang diproduksi dengan bioteknologi melalui pembiakan (propagasi) vegetatif dengan stek pucuk dan dilakukan modifikasi sistem perakaran sehingga menghasilkan akar tunjang majemuk. Jenis jati ini cepat tumbuh, kokoh, dan dapat dipanen mulai umur 5 tahun serta memiliki kualitas fenotip yang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pertumbuhan Jati Unggul Nusantara (JUN) dengan berbagai dosis perlakuan pupuk organik. Variabel yang diamati dalam penelitian ini antara lain diameter, tinggi total, tinggi bebas cabang, jumlah daun dan proyeksi tajuk serta dilakukan pengamatan pada laju pertumbuhan relatif dari variabel – variabel tersebut. Pemberian pupuk organik memberikan pengaruh yang nyata pada selang kepercayaan 95% untuk diameter pada dosis 150 gram dan proyeksi tajuk JUN pada dosis 200 gram. Serta dosis pupuk 150 gram memberikan pengaruh yang nyata terhadap laju pertumbuhan diameter, tinggi dan proyeksi tajuk tanaman. Kata kunci: Bioteknologi, fenotip, Jati Unggul Nusantara, vegetative.

ABSTRACT

GARRY GINANDJAR. Application of organic fertilizer on the growth of Jati Unggul Nusantara (JUN) UBH-KPWN Rancabungur Bogor Regency. Supervised by Dr Ir Omo Rusdiana, M.Sc and Dr Ir Basuki Wasis, MS.

Jati Unggul Nusantara (JUN) is the type of teak tree produced by biotechnology through vegetative propagation with cuttings and rooting system modifications done to produce good root compound. The type of this fast-growing teak, sturdy and can be harvested from the age of 5 years and has a good phenotype quality. The purpose of this research is to know the growth rate of JUN with different doses of organic fertilizer treatment. Variable measured of tree are diameter, total height, clear bole height and canopy projection, and made observations on the relative growth rate of them. Organic fertilizer gives a significant influence on the confidence interval of 95% for the diameter at doses of 150 grams and canopy projection JUN at doses of 200 grams. As well as fertilizers dose 150 grams provide a tangible influence on the growth rate of diameter, plant height and canopy projection.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Silvikultur

APLIKASI PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN

JATI UNGGUL NUSANTARA (JUN) UBH-KPWN

DI KECAMATAN RANCABUNGUR KABUPATEN BOGOR

GARRY GINANDJAR

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Aplikasi Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan Jati Unggul Nusantara (JUN) UBH-KPWN di Kecamatan Rancabungur Kabupaten Bogor

Nama : Garry Ginandjar NIM : E44090077

Disetujui oleh

Dr Ir Omo Rusdiana, M.Sc Pembimbing I

Dr Ir Basuki Wasis, MS Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2012 ini ialah laju pertumbuhan, dengan judul Aplikasi Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan Jati Unggul Nusantara (JUN) UBH-KPWN di Kecamatan Rancabungur Kabupaten Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Omo Rusdiana M.Sc dan Bapak Dr Ir Basuki Wasis MS selaku dosen pembimbing, serta Bapak/Ibu Pegawai Unit UBH-KPWN Bogor atas kerjasama, fasilitas dan sarannya. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Dayat dan Bapak Mamat selaku petani Desa Bantarjaya dan Desa Cimulang, keluarga besar ekologi, teman-teman satu bimbingan Nizza, Baiquni, Nuri, Atri dan desi, terima kasih atas kebersamaan dan bantuannya kepada penulis selama melakukan penelitian maupun dalam penyusunan skripsi, serta teman-teman silvikultur 46 yang telah membantu selama pembuatan skripsi. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, kakak, adik dan keluarga besar gunung batu, atas segala bantuan dan kasih sayangnya. Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menghargai segala bentuk saran dan kritik yang membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak – pihak yang memerlukannya.

Bogor, September 2013

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Lokasi Penelitian 2

Bahan 2

Alat 3

Prosedur 3

Analisis Data 6

KONDISI UMUM 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Sifat Fisik dan Kimia Tanah 8

Pertumbuhan Tanaman 11

Pertumbuhan Diameter Tanaman 11

Pertumbuhan Tinggi Tanaman 13

Pertumbuhan Tinggi Bebas Cabang Tanaman 14

Pertumbuhan Jumlah Daun Tanaman 15

Pertumbuhan Proyeksi Tajuk Tanaman 16

Laju Pertumbuhan Relatif Tanaman/Relative Growth Rate (RGR) 18

SIMPULAN DAN SARAN 19

Simpulan 19

Saran 19

DAFTAR PUSTAKA 19

LAMPIRAN 21

(10)

DAFTAR TABEL

1 Kegiatan pemeliharaan pada tahun pertama 5

2 Pengambilan parameter pertumbuhan 5

3 Parameter sifat fisik dan sifat kimia tanah 6

4 Analisa sifat fisik tanah Desa Bantarjaya dan Desa Cimulang 8 5 Analisa sifat kimia tanah Desa Bantarjaya dan Desa Cimulang 9 6 Parameter pertumbuhan hasil sidik ragam pengaruh berbagai perlakuan

dosis terhadap parameter pertumbuhan Jati Unggul Nusantara (JUN) 11 7 Hasil uji Duncan pengaruh dosis dan blok terhadap pertumbuhan

diameter Jati Unggul Nusantara 12

8 Hasil uji Duncan pengaruh dosis pada blok pengamatan terhadap

pertumbuhan tinggi Jati Unggul Nusantara 14

9 Hasil uji Duncan pengaruh dosis pada blok pengamatan terhadap pertumbuhan tinggi bebas cabang Jati Unggul Nusantara 15 10 Hasil uji Duncan pengaruh dosis pada blok pengamatan terhadap

pertumbuhan jumlah daun Jati Unggul Nusantara 16

11 Hasil uji Duncan pengaruh dosis pada blok pengamatan terhadap pertumbuhan proyeksi tajuk tanaman Jati Unggul Nusantara 17

12 Hasil analisis laju pertumbuhan tanaman 18

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram tahapan kegiatan 3

2 Pertumbuhan diameter jati unggul nusantara (JUN) pada Desa

Bantarjaya (a) dan Desa Cimulang (b) 12

3 Pertumbuhan tinggi jati unggul nusantara pada Desa Bantarjaya (a) dan

Desa Cimulang (b) 13

4 Pertumbuhan tinggi bebas cabang jati unggul nusantara pada Desa

Bantarjaya (a) dan Desa Cimulang (b) 14

5 Pertumbuhan jumlah daun tanaman jati unggul nusantara pada Desa

Bantarjaya (a) dan Desa Cimulang (b) 15

6 Pertumbuhan proyeksi tajuk tanaman jati unggul nusantara pada Desa

Bantarjaya (a) dan Desa Cimulang (b) 17

DAFTAR LAMPIRAN

7 Data analisa sifat fisik tanah 21

8 Data analisa sifat kimia tanah 21

9 Data analisis parameter petumbuhan tanaman 22

(11)

PENDAHULUAN

bertahan sampai 500 tahun (Suryana 2001). Sampai sekarang jati masih menjadi komoditas mewah yang banyak diminati oleh masyarakat walaupun nilai jualnya mahal.

Kayu jati mempunyai sifat-sifat yang baik yaitu daya kembang susut yang kecil, dan mudah dikerjakan baik dengan alat mesin maupun dengan alat tangan dan dapat dipelitur dan divernis dengan baik. Karena sifat-sifatnya yang baik, kayu jati banyak digunakan untuk berbagai keperluan. sebagai bahan baku untuk industri kreatif seperti industri furniture dan cindera mata. Kayu jati juga sangat cocok untuk segala macam konstruksi misalnya tiang, balok, plafon pada bangunan rumah, jembatan, rangka atap, kusen pintu dan jendela, bantalan kereta api, mebel, dek kapal, tong kayu, lantai rumah, venir serta kayu lapis (Martawijaya et.al 1981).

Pada saat ini para ahli telah melakukan pendekatan–pendekatan yang tujuannya adalah untuk mendapatkan tanaman jati unggul dan dapat dipanen dengan umur yang relatif lebih pendek. Sejak dekade 90-an telah mulai dipelajari pola pengembangan tanaman secara vegetatif melalui teknik kultur jaringan dan kultur tunas. Pohon jati yang dihasilkan diharapkan memiliki keunggulan kompratif dan berdaur pendek (kurang dari 15 tahun).

(12)

2

tanah, memperbaiki kondisi fisik, kimia serta biologi tanah, dosis pupuk dan akibat pencemaran lingkungan yang disebabkan penggunaan pupuk kimia bisa dikurangi sehingga kualitas lahan dapat dijaga untuk jangka waktu yang panjang dan pada akhirnya lahan dapat menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Kemajuan pengembangan budidaya tanaman jati ini selain menghasilkan daur jati yang lebih pendek dan diharapkan dapat menutupi defisit kebutuhan kayu saat ini serta memiliki kualitas tanaman maupun lingkungan yang baik dengan penerapan pemeliharaan teknik silvikultur yang tepat.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat pertumbuhan Jati Unggul Nusantara (JUN) dengan berbagai dosis perlakuan pupuk organik di Desa Bantarjaya dan Desa Cimulang Bogor.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh pemberian pupuk organik terhadap pertumbuhan tanaman JUN sehingga dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam salah satu teknik dalam budidaya tanaman jati guna mempertahankan dan meningkatkan kualitas lahan untuk keberlanjutan.

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama dua belas bulan, dimulai pada bulan Februari 2012 sampai dengan Februari 2013. Lokasi penelitian di areal lahan petani peserta Jati Unggul Nusantara (JUN) di Desa Bantarjaya dan Desa Cimulang Kecamatan Bogor dan pengambilan sampel tanah dilakukan pada bulan Februari 2012. Analisis sampel tanah dilakukan di Laboratorium Pengaruh Hutan Fakultas Kehutanan dan Laboratorium Tanah Departemen Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Bahan

(13)

3

pembuatan tanaman JUN seperti pupuk kandang, pupuk anorganik Phonska serta insektisida dan fungisida.

Alat

Alat yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian yaitu: Timbangan, Plastik ukuran 500 gram, Cangkul, Kalkulator, Caliper, Meteran, haga, Label, Tally Sheet, Mistar, Kamera dan Perlengkapan alat tulis serta peralatan pengambilan dan analisis laboratorium sampel tanah untuk analisis sifat tanah (fisik tanah dan kimia tanah di lokasi penelitian).

Prosedur Penelitian

Secara ringkas, alur tahapan kegiatan dari penelitian yang akan dilaksanakan dapat dilihat pada Gambar 1 berikut :

Gambar 1 Diagram tahapan kegiatan penelitian Persiapan Media

Persiapan Bibit

Pengamatan dan Pengambilan Data Penanaman

Pemupukan lanjutan, Perlakuan pupuk organic granul (Phodoganik)

Analisis Pertumbuhan Diameter

Batang

Tinggi Total

Tinggi Bebas Cabang

Jumlah Daun

(14)

4

Pengambilan Sampel Tanah

Pengambilan sampel tanah, dilakukan di areal lahan petani peserta JUN yang termasuk dalam plot penelitian secara acak. Sampel tanah yang diambil berupa tanah tidak terusik untuk analisis sifa,po6bihrpj 002Et fisik tanah yang diambil 1 ring sampel tanah pada setiap lokasi dan tanah terusik untuk analisis kimia tanah sebanyak 500 gram tanah komposit dari 5 titik pengambilan contoh tanah pada setiap lokasi. Waktu pengambilan sampel tanah ialah pada saat sebelum dilakukan kegiatan penelitian pada bulan Februari 2012.

Persiapan Media

Media yang digunakan adalah media lapang yang berada di areal lahan petani peserta JUN di Desa Bantarjaya dan Desa Cimulang Bogor dengan perlakuan pemberian pupuk dasar berupa pupuk kandang dengan dosisi sebesar 6 kg/lubang tanam.

Persiapan Bibit

Bibit yang dipergunakan adalah jenis Jati (Tectona grandis) yaitu bibit Jati dengan proses stek pucuk dari indukan klon Jati Plus Perhutani (JPP) yang telah diproses dengan rekayasa teknologi dan diberi zat F2 sehingga perakarannya menjadi akar tunggang majemuk, selanjutnya oleh PT. Setyamitra Bhakti Persada dijual dengan nama dagang yang disebut Jati Unggul Nusantara (JUN). Bibit harus sesuai dengan spesifikasi yang dianjurkan, berumur 4-5 bulan, tinggi bibit 30 cm, diameter batang 0.4-0.5 cm, jumlah daun minimal 2 dan akar belum menembus polibag.

Penanaman

Penanaman dilakukan dengan pembuatan lubang tanam dengan ukuran 40cm x 40cm x 40cm yang kemudian diberi perlakuan pemberian pupuk kandang dengan dosis 6 kg/lubang tanam. Sebelum ditanam bibit terlebih dahulu dilakukan pengguntingan sebagian daun dan memotong akar yang keluar dari polybag serta dicelupkan kedalam larutan probiotik (0,05 cc/liter air) sampai jenuh. Kemudian Tanamkan bibit secara tegak lurus, batas permukaan media bibit diusahakan rata dengan permukaan tanah awal. Lubang tanaman ditimbun sehingga membentuk gundukan untuk menghindari terjadinya genangan air.

Pemeliharaan

(15)

5

Tabel 1 Kegiatan pemeliharaan pada tahun pertama

No Kegiatan Waktu Keterangan

1 Penyiraman 2 kali sehari Pagi dan Sore

3 Penyiangan Pada musim hujan 4 Pendangiran Pada musim hujan

Perlakuan Pupuk

Pemberian pupuk organik pada awal penanaman berupa pupuk kandang dan pemberian pupuk yang dilakukan dengan lima perlakuan pupuk organik dengan dosis pada masing – masing perlakuan yaitu; 0 gram ; 50 gram ; 100 gram ; 150 gram dan 200 gram yang diberikan secara berkala setiap dua bulan sekali setelah penanaman selama dua belas bulan. Untuk pupuk anorganik yang digunakan adalah pupuk phonska dengan dosis 100 gram sesuai dengan SOP dan pemberian pupuk anorganik dilakukan pada bulan ke empat dan bulan ke delapan setelah penanaman, sedangkan pupuk organik yang digunakan sama berupa pupuk kandang pada awal penanaman.

Pengamatan dan Pengambilan Data

Pertumbuhan tanaman

Pada penelitian ini beberapa parameter yang diamati beserta cara pengukuran indikator pertumbuhan tanaman Jati Unggul Nusantara dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2 Pengambilan data parameter pertumbuhan

No Parameter Metode dan Waktu Pengukuran

1 Tinggi Perhitungan dari pangkal pohon sampai tajuk tertinggi menggunakan tongkat ukur dan Haga hypsometer, pengukuran dilakukan setiap 1 bulan sekali

2 Diameter Menggunakan jangka sorong (caliper) dan pengukuran dilakukan setiap 1 bulan sekali

(16)

6

No Parameter Metode dan Waktu Pengukuran

4 Jumlah Daun Menghitung manual jumlah daun pada tajuk yang memiliki penampakan baik yang diukur setiap 1 bulan sekali

5 Proyeksi Tajuk Menggunakan meteran dengan mengukur 2 kali secara tegak lurus dan dihitung rataannya, pengukuran dilakukan setiap 1 bulan sekali

Analisis Data

Laju pertumbuhan relatif tanaman / Relative Growth Rates (RGR)

Kecepatan pertumbuhan diketahui dengan menghitung pertambahan tinggi, diameter dan luas tajuk tanaman dimana pengukuran dilakukan setiap bulan selama 12 bulan. Pertumbuhan relatif tanaman didapatkan dengan formula (Alvarez-Aquino et al. 2004):

=

Keterangan:

RGR = nilai Pertumbuhan relatif yang diinginkan (cm/bln) X1 = tinggi/diameter/luas tajuk pada akhir pengamatan X0 = tinggi/diameter/luas tajuk pada awal pengamatan Interval pengamatan = 12 bulan waktu pengamatan

Sifat-Sifat Tanah

Pengukuran dilakukan terhadap sifat fisik dan kimia tanah. Pengukuran sifat fisik tanah dilakukan menggunakan metode tanah tidak terusik dengan menggunakan ring tanah. Sedangkan untuk sifat kimia tanah menggunakan metode tanah terusik. Pengambilan contoh tanah untuk sifat fisik dan kimia ini dilakukan di plot pengamatan pada kelerengan datar. Parameter sifat-sifat tanah beserta metode analisisnya disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Parameter sifat fisik dan sifat kimia tanah

No Parameter Metode Sumber

Sifat Fisik

1 Bulkdensity Gravimetrik

Balai Penelitian Tanah 2 Porositas Volumeter

(17)

7

Rancangan penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pada lokasi yang diamati adalah lokasi Desa Bantarjaya dan Desa Cimulang dengan perlakuan perbedaan dosis pupuk organik pada tanaman. Dalam penelitian ini dosis pupuk yang diberikan terdiri dari 5 dosis, yaitu:

P0 = Tanpa pupuk organik (kontrol)

P1 = Pemberian pupuk organik dengan dosis 50 gram/ tanaman P2 = Pemberian pupuk organik dengan dosis 100 gram/ tanaman P3 = Pemberian pupuk organik dengan dosis 150 gram/ tanaman P4 = Pemberian pupuk organik dengan dosis 200 gram/ tanaman Jumlah blok terdiri atas 2 lokasi. Model linier RAK tersebut sebagai berikut:

Yij= μ + τi+ βj+ εij

Keterangan :

Yij = Pengamatan pada perlakuan pemupukan organic ke-I dan kelompok ke-j μ = Rataan umum

τi = Pengaruh perlakuan pemupukan organic ke-i

βj = Pengaruh kelompok ke-j

εij = Pengaruh acak pada perlakuan pemupukan organic ke-I dan kelompok ke-j Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan tanaman Jati, hipotesis yang digunakan dalam pengujian tersebut adalah:

H0 : Perlakuan pemberian pupuk organik dengan dosis yang berbeda tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman Jati.

H1 : Perlakuan pemberian pupuk organik dengan dosis yang berbeda berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman Jati

Kriteria pengambilan keputusan dan hipotesis yang diuji adalah : F hitung < F tabel, terima H0

F hitung > F tabel, terima H1

Analisis laju pertumbuhan merupakan hasil dari pengurangan data pengamatan akhir dan pengamatan awal. Data tersebut merupakan respon pertumbuhan (riap) dari tanaman Jati selama 12 bulan pengamatan di lapangan. Parameter yang diamati meliputi pertumbuhan tinggi, diameter, tinggi bebas cabang, jumlah daun dan luas tajuk tanaman. Serta dilakukan perhitungan anaisis Relaive Growth Rate (RGR) atau laju pertumbuhan relative per bulan dari 12 bulan pengukuran.

(18)

8

KONDISI UMUM

Desa Bantarjaya dan Desa Cimulang terletak di Kecamatan Rancabungur Kabupaten Bogor. Lokasi Desa Bantarjaya merupakan lokasi yang didominasi oleh hasil pertanian seperti padi, jagung, singkong, pisang, pepaya dan yang lainnya. Sedangkan Desa Cimulang pada saat ini lebih didominasi oleh perkebunan kelapa sawit.

Topografi pada kedua lokasi didominasi oleh kemiringan lereng kurang dari 25% yang menyebar. Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) semakin curam lereng, maka lahan semakin tidak sesuai untuk pertanaman dan semakin tinggi biaya pengelolaannya. Untuk macam tanah yang mendominasi adalah tanah Ultisol yang memiliki ciri fisik utama: solum dalam (>100cm), warna coklat kemerahan, tekstur liat serta struktur tanah remah, memiliki drainase agak lambat, dan reaksi tanah tergolong agak masam dengan nilai pH sekitar 4,5-6,1 (Dudal dan Soepraptohardjo 1960).

Iklim dan curah hujan di Kecamatan Rancabungur hanya terdapat satu stasiun pengamatan curah hujan. Hal ini mengakibatkan curah hujan di lokasi penelitian tidak bervariasi dan juga diakibatkan oleh luasan daerah yang tidak terlalu luas. Kecamatan Rancabungur termasuk beriklim basah (bulan kering 2-3 bulan sekitar bulan Maret sampai Mei dan bulan basah 9-10 bulan sekitar bulan Juni sampai Februari) dengan curah hujan rata-rata pertahun diatas 3000 mm, jumlah hari hujan rata-rata 158 hari, bersuhu 27-32°C dengan suhu rata-rata 29,5°C, intensitas penyinaran matahari rata-rata sekitar 5-7 jam per hari. Curah hujan tahunan dan hari hujan tergolong tinggi, tetapi penyebaran hujannya kurang merata dan sedikitnya jumlah hari pada bulan-bulan tertentu, menurut klasifikasi iklim Schmidt & Ferguson Kecamatan Rancabungur berada pada tipe A.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Sifat Fisik dan Kimia Tanah

Hasil analisis sifat fisik tanah pada lokasi Desa Bantarjaya dan Desa Cimulang yang dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Analisa sifat fisik tanah Desa Bantarjaya dan Desa Cimulang

Lokasi

Bulkdencity Porositas PoriDrainase (% volume) Permeabilitas (g/cm3) (%) Sangat

Cepat Cepat Lambat (cm/jam)

Bantarjaya 0.95 64.11 12.96 9.08 5.82 3.06

Cimulang 1.06 59.88 9.36 5.98 10.61 11.80

(19)

9

(Hardjowigeno 2003). Bulkdensity yang tinggi jelas mempengaruhi daya tembus akar tanaman dalam tanah, dan laju difusi O2 di dalam pori-pori tanah sehingga

respirasi akar terganggu (Leywakabessy 2003). Pada kedua lokasi penelitian menurut Sutanto (2005) memiliki nilai bulkdensity yang rendah sehingga memiliki aerasi yang baik dan memberikan ruang untuk pertumbuhan akar serta membantu mengoptimalkan proses pertumbuhan.

Porositas adalah total pori dalam tanah yaitu ruang dalam tanah yang ditempati oleh air dan udara. Pada keadaan basah seluruh pori baik makro, meso, maupun mikro terisi oleh air, pada keadaan kering pori makro dan sebagian pori meso terisi oleh udara (Foth 1982). Porositas tanah erat kaitanya dengan tingkat kepadatan tanah (Bulk Density). Semakin padat tanah berarti semakin sulit untuk menyerap air, maka porositas tanah semakin kecil. Sebaliknya semakin mudah tanah menyerap air maka tanah tersebut memiliki porositas yang besar. Porositas pada kedua lokasi berada pada karakteristik baik dengan nilai antara 50-60%, sehingga total pori yang ada sudah mampu dalam menahan air dengan baik untuk dimanfaatkan oleh tanaman.

Pori drainase menunjukan kematangan tanah dalam beraerasi dengan baik. Bila pori aerasi diatas 10 % volume, tanaman akan mendapat aerasi yang cukup, kecuali pada tanah dengan permukaan air dangkal (Kohnke 1968 dalam Musthofa 2007). Pada kedua lokasi memiliki pori drainase yang baik bagi tanaman terutama pada Desa Bantarjaya dengan nilai 12,96 % volume. Sedangkan pada desa Cimulang memiliki nilai pori drainase 9.36 % volume atau tidak berbeda jauh dengan syarat tanah yang memiliki aerasi yang cukup.

Permeabilitas adalah tanah yang dapat menunjukkan kemampuan tanah meloloskan air. Tanah dengan permeabilitas tinggi dapat menaikkan laju infiltrasi sehingga menurunkan laju air larian. Menurut Sutanto (2005) pada lokasi Desa Bantarjaya permeabilitasnya berada pada kelas sedang antara 2 sampai dengan 6,5, sedangkan Desa Cimulang berada pada kelas agak cepat dengan nilain antara 6,5 sampai dengan 12,5. Hal ini terkait dengan besaran pori drainase pada kedua lokasi tersebut yang berada tidak jauh dari nilai dasar untuk kecukupan air untuk tanaman.

Hasil analisis sifat kimia tanah pada lokasi Desa Bantarjaya dan Desa Cimulang yang dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5 Analisa sifat kimia tanah Desa Bantarjaya dan Desa Cimulang

Lokasi pH C-org N-Total P Ca Mg

(%) (%) (ppm) (me/100g)

Bantarjaya 5.20 1.26 0.12 4.80 3.87 0.71

Cimulang 5.00 1.29 0.13 3.90 4.17 1.50

(20)

10

kondisi solum tanah yang dalam dan kemasaman tanah (pH) optimum sekitar 6.0. Namun beberapa contoh kasus tertentu, dapat dijumpai tanaman jati yang dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki pH rendah (4-5). Kondisi kesuburan tanah dapat berdampak terhadap perilaku fisiologis tanaman dan ditunjukkan oleh perkembangan riap tumbuh (seperti diameter dan tinggi). Unsur hara mikro yang penting dalam mendukung pertumbuhan tanaman jati adalah kalsium (Ca), fosfor (P), dan nitrogen (N) (Purwowidodo 1991).

Hasil analisis laboratorium untuk kandungan nitrogen dalam tanah berada pada kisaran rendah. Unsur nitrogen (N) merupakan unsur hara yang berperan penting bagi pertumbuhan vegetatif tanaman. Zubachtirodin dan Subandi (2008) menyatakan, tanaman tidak dapat melakukan metabolisme jika kekurangan unsur hara N. Kandungan nitrogen dalam tanah pada kedua lokasi mempunyai nilai yang hampir sama, dan lokasi Cimulang memiliki kandungan N paling tinggi. Unsur nitrogen merupakan salah satu unsur hara paling penting di dalam pertumbuhan tanaman. Unsur nitrogen berfungsi sebagai bahan penyusun asam amino, amida, basa nitrogen, protein dan nukleprotein sehingga apabila terjadi kekurangan unsur nitrogen pada tanaman dapat berakibat pada terhambatnya pertumbuhan tanaman. Unsur nitrogen hanya dapat diserap oleh tanaman dalam bentuk N-tersedia (NH4+ dan NO3 -) (Hanafiah 2010).

Serasah daun dan ranting tanaman serta sisa panen yang masuk ke dalam tanah diduga bisa meningkatkan jumlah C dalam tanah. Hairiah et al. (2002) menyatakan, ada 3 pool utama pemasok C ke dalam tanah yaitu tajuk tanaman yang masuk ke dalam tanah sebagi serasah, akar tanaman, melalui akar tanaman yang mati, ujung-ujung akar, eksudasi akar dan respirasi akar, dan biota tanah. Pada kedua lokasi menurut Sutanto (2005) memiliki nilai C-organik pada kelas rendah dengan nilai berkisar antara 1.00 – 2.00. Unsur N dan C yang ditemukan pada tanah bisa digunakan untuk memperkirakan besarnya kandungan bahan organik dalam tanah (BOT). Untuk kedua lokasi ini memiliki nilai C/N rendah, nisbah C/N rendah menunjukkan kandungan bahan organik tanah yang tinggi, karena bahan organik merupakan sumber N yang utama dalam tanah.

Unsur fosfor (P) merupakan salah satu unsur hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman berperan dalam proses pembelahan sel, pembentukan bunga, buah, biji, memperkuat batang agar tidak roboh, perkembangan akar, membentuk RNA (Ribonucleic acid) dan DNA (Deoxyribonucleic acid) serta menyimpan dan memindahkan energy dalam bentuk ATP (Adenosin trifosfat) dan ADP (Adenosin difosfat). Unsur P hanya dapat digunakan oleh tumbuhan dalam bentuk P-tersedia. Unsur fosfor (P) yang tersedia pada kedua lokasi memiliki nilai yang tidak berbeda jauh. Desa Bantarjaya memiliki nilai yang paling besar sehingga dapat memaksimalkan pertumbuhan diameter pohon.

(21)

11

menyebabkan daun menguning kemudian rontok karena pembentukan klorofil pada daun terganggu (Hardjowigeno 2003).

2. Pertumbuhan Tanaman

Pertumbuhan pada tanaman berlangsung terbatas pada beberapa bagian tertentu yang terdiri dari sejumlah sel yang baru saja dihasilkan melalui proses pembelahan sel di meristem. Suatu tanaman akan tumbuh dengan suburnya, apabila segala elemen yang dibutuhkan tersedia cukup dan dalam bentuk yang sesuai untuk diserap tanaman. Jika suatu unsur kurang, maka penambahannya akan memberikan manfaat, tetapi apabila unsur itu sudah berlebih, maka penambahannya akan terbuang percuma dan akan mengakibatkan kerusakan pada tanaman. Berikut merupakan data rekapitulasi parameter pertumbuhan tanaman Jati Unggul Nusantara (JUN) pegaruh penambahan pupuk organik pada lokasi Desa Bantarjaya dan Desa Cimulang Kecamatan Rancabungur Kabupaten Bogor. Tabel 6 Parameter pertumbuhan hasil sidik ragam pengaruh berbagai perlakuan

dosis terhadap pertumbuhan Jati Unggul Nusantara (JUN).

Faktor Parameter yang diamati

Diameter Tinggi Tinggi Bebas Cabang Jumlah daun Proyeksi tajuk

Dosis Blok Dosis Blok Dosis Blok Dosis Blok Dosis Blok

Pupuk

Organik * * tn * tn * tn * * tn

Keterangan : * = perlakuan berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% dengan nilai signifikan (Pr>F) 0,05 (α) ; tn= perlakuan tidak berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% dengan nilai signifikan (Pr>F)< 0,05 (α)

Pada Tabel 6 parameter pertumbuhan hasil sidik ragam pengaruh berbagai perlakuan dosis terhadap pertumbuhan Jati Unggul Nusantara (JUN) dapat dilihat bahwa pemberian pupuk organik memberikan pengaruh yang nyata pada selang kepercayaan 95% untuk variabel diameter pada dosis dan blok JUN, sedangkan untuk pertumbuhan variabel tinggi, tinggi bebas cabang dan jumlah daun, pemberian pupuk organik memberikan pengaruh yang tidak nyata pada dosis, serta berpengaruh nyata pada blok. Untuk proyeksi tajuk, pemberian pupuk organik memberikan pengaruh yang nyata pada dosis tapi tidak berpengaruh nyata pada blok.

2.1Pertumbuhan Diameter Tanaman

Diameter adalah garis lurus yang melewati pusat sebuah lingkaran atau bola dan bertemu pada tiap ujung permukaannya. Pengukuran diameter penting karena merupakan salah satu dimensi pohon yang secara langsung dapat diukur untuk mengukur luas penampang, luas permukaan, dan volume pohon (Husch et a. 2003).

(22)

12

Gambar 2 Pertumbuhan diameter jati unggul nusantara (JUN) pada Desa Bantarjaya (a) dan Desa Cimulang (b).

Pengukuran diameter JUN pada awal pengamatan (0 bulan) memiliki rata-rata diameter yang tidak terlalu berbeda jauh. Sedangkan pada pengamatan 6 bulan pada kedua lokasi untuk dosis 150 gram dan 200 gram memiliki rata-rata diameter yang lebih besar namun berdasarkan analisis statistik pada pengamatan ini, pemberian berbagai dosis tidak memberikan pengaruh yang nyata tetapi berpengaruh nyata pada blok pengamatan, Desa Bantarjaya memiliki rata-rata pertumbuhan diameter yang lebih baik dengan rata-rata pertumbuhan diameter sebesar 2.29806 cm/tahun pada pengamatan 6 bulan. Untuk di akhir pengamatan (12 bulan), dosis 150 gram dan 200 gram tetap memperlihatkan rata – rata pertumbuhan diameter yang lebih besar, secara statistik pemberian pupuk organik terlihat memberikan pengaruh yang nyata pada diameter baik dosis maupun blok, sehingga dilakukan uji lanjut Duncan untuk mengetahui dosis dan blok yang terbaik. Berdasarkan analisis ragam, perlakuan dosis pupuk memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan diameter tanaman JUN, maka dilakukan uji Duncan yang dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Hasil uji Duncan pengaruh dosis dan blok terhadap pertumbuhan diameter Jati Unggul Nusantara.

Dosis diameter (dosis) Lokasi diameter (blok)

6 bulan 12 bulan 6 bulan 12 bulan

SOP JUN 2.0553a 4.535c Bantarjaya 2.29806a 5.0077a 0 gram 2.1427a 4.5884bc Cimulang 2.0945b 4.6089b

50 gram 2.1118a 4.6531abc

100 gram 2.3365a 4.9566abc

150 gram 2.296a 5.0929a

200 gram 2.2353a 5.0236ab

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 berdasarkan uji DMRT

(23)

13

Hasil uji Duncan pada akhir pengamatan (12 bulan) dapat diketahui pada dosis 150 gram memiliki pengaruh terbaik terhadap diameter tanaman dengan rata-rata pertumbuhan 5.0929 cm/tahun. Pada lokasi Desa Bantarjaya memiliki pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan lokasi Desa Cimulang dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 2.29806 cm/tahun pada pengamatan 6 bulan dan 5.0077 cm/tahun pada pengamatan 12 bulan.

2.2 Pertumbuhan Tinggi Tanaman

Tinggi pohon adalah jarak vertikal utama yang diukur dalam pengukuran hutan. Simon (1996) menyatakan bahwa tinggi total adalah tinggi dari pangkal pohon di permukaan tanah sampai puncak pohon. Tinggi pohon umumnya mengikuti kurva sigmoid jika pohon tersebut tumbuh dengan sinar matahari yang penuh. Pertumbuhan tinggi pohon lambat pada saat pohon masih muda dan terlalu kecil untuk mengumpulkan energi untuk pertumbuhan terus menerus yang cepat. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman JUN di Desa Bantarjaya dan Desa Cimulang yang dapat dilihat gambar berikut.

Gambar 3 Pertumbuhan tinggi jati unggul nusantara pada Desa Bantarjaya (a) dan Desa Cimulang (b).

Pada Gambar 3 dapat dilihat pertumbuhan tinggi Jati Unggul Nusantara (JUN) pada pengamatan 6 bulan dan 12 bulan, Dosis pupuk 150 gram serta 200 gram memiliki rata-rata pertumbuhan tinggi yang lebih baik dari dosis lain serta pada lokasi Desa Bantarjaya memiliki rata-rata pertumbuhan tinggi yang lebih baik dari lokasi Desa Cimulang.

Berdasarkan analisis ragam, perlakuan dosis pupuk memberikan pengaruh terhadap blok pengamatan pertumbuhan tinggi tanaman JUN, maka dilakukan uji Duncan yang dapat dilihat pada Tabel 8.

(24)

14

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 berdasarkan uji DMRT

Pada hasil statistik, berbagai dosis pupuk pada pengamatan 6 bulan dan 12 bulan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, tapi pada blok pengamatan memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi sehingga dilakukan uji lanjut Duncan. Berdasarkan uji lanjut Duncan, Desa Bantarjaya memiliki pertumbuhan tinggi lebih baik dibandingkan dengan blok pengamatan Desa Cimulang pada pengamatan 6 bulan dan 12 bulan dengan rata-rata pertumbuhan tinggi masing-masing sebesar 153.287 cm/tahun dan 474.54 cm/tahun.

2.3 Pertumbuhan Tinggi Bebas Cabang Tanaman

Simon (1996) menyatakan bahwa tinggi bebas cabang adalah tinggi pohon dari pangkal batang dipermukaan tanah sampai cabang pertama. Grafik pertumbuhan tinggi bebas cabang tanaman JUN di Desa Bantarjaya dan Desa Cimulang yang dapat dilihat gambar berikut.

Gambar 4 Pertumbuhan tinggi bebas cabang jati unggul nusantara pada Desa

(25)

15

Pada gambar 4 dapat dilihat pertumbuhan pada tinggi bebas cabang JUN yang dilakukan pengamatan pada 6 bulan terakhir menunjukan Desa Bantarjaya memiliki pertumbuhan tinggi bebas cabang yang lebih baik dari Desa Cimulang dengan dosis 150 gram dan 200 gram yang lebih unggul mencapai ketinggian kurang lebih 4 meter.

Tabel 9 Hasil uji Duncan pengaruh dosis pada blok pengamatan terhadap pertumbuhan tinggi bebas cabang Jati Unggul Nusantara.

Dosis tinggi bebas cabang (dosis) Lokasi Tinggi bebas cabang (blok)

6 bulan 6 bulan

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 berdasarkan uji DMRT

Pada hasil statistik, berbagai dosis pupuk pada pengamatan 6 bulan terakhir tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi bebas cabang tanaman, tapi pada blok pengamatan memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi bebas cabang sehingga dilakukan uji lanjut Duncan. Berdasarkan uji lanjut Duncan, Desa Bantarjaya memiliki pertumbuhan tinggi bebas cabang lebih baik dibandingkan dengan blok pengamatan Desa Cimulang dengan rata-rata pertumbuhan tinggi bebas cabang sebesar 303.09 cm/tahun. 2.4 Pertumbuhan Jumlah Daun Tanaman

Grafik pertumbuhan jumlah daun tanaman JUN di Desa Bantarjaya dan Desa Cimulang yang dapat dilihat gambar berikut.

Gambar 5 Pertumbuhan jumlah daun tanaman jati unggul nusantara pada Desa Bantarjaya (a) dan Desa Cimulang (b).

(26)

16

Pada Gambar 5 dapat dilihat hasil pengamatan terhadap jumlah daun yang dihitung setiap bulan. Pada hasil pengamatan menunjukan penambahan jumlah daun terjadi sampai dengan bulan keenam dan bulan ketujuh, setelah itu jumlah daun menjadi tetap bahkan mengalami penurunan jumlah daun. Berdasarkan perkembangan ukuran dan peningkatan jumlah daun mempengaruhi dalam proses fotosintesis dan respirasi yang mengakibatkan banyak energi yang diserap untuk pertumbuhan secara terus menerus, sehingga terjadi pertumbuhan tinggi dan diameter yang pesat hingga mencapai pertumbuhan maksimum. Untuk jumlah daun pada kedua lokasi pengamatan memiliki nilai yang tidak berbeda jauh berkisar 15 sampai dengan 25 helai daun. Berdasarkan analisis ragam, perlakuan dosis pupuk memberikan pengaruh terhadap blok pengamatan pertumbuhan jumlah daun tanaman JUN, maka dilakukan uji Duncan yang dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Hasil uji Duncan pengaruh dosis pada blok pengamatan terhadap

pertumbuhan jumlah daun Jati Unggul Nusantara.

Dosis Jumlah daun (dosis) Lokasi Jumlah daun (blok)

6 bulan 12 bulan 6 bulan 12 bulan

SOP JUN 10.3833a 21.0143a Bantarjaya 10.8944a 22.2571a 0 gram 10.2833a 21.8571a Cimulang 10.1b 20.9048b

50 gram 10.3333a 21.4857a

100 gram 10.65a 21.8429a

150 gram 10.5333a 21.2286a

200 gram 10.8a 22.0571a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 berdasarkan uji DMRT

Pada hasil statistik, berbagai dosis pupuk pada pengamatan 6 dan 12 bulan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun tanaman, tapi pada blok pengamatan memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun sehingga dilakukan uji lanjut Duncan. Berdasarkan uji lanjut Duncan, Desa Bantarjaya memiliki pertumbuhan jumlah daun lebih baik dibandingkan dengan blok pengamatan Desa Cimulang pada pengamatan 6 bulan dan 12 bulan dengan rata-rata pertumbuhan jumlah daun masing-masing sebesar 10.8944 dan 22.2571. 2.5 Pertumbuhan Proyeksi Tajuk Tanaman

(27)

17

Gambar 6 Pertumbuhan proyeksi tajuk tanaman jati unggul nusantara pada Desa Bantarjaya (a) dan Desa Cimulang (b).

Pada gambar 6 dapat dilihat proyeksi tajuk tanaman JUN yang diamati pada 6 bulan terakhir pengamatan. Dosis 200 gram menunjukan nilai terbesar dibandingkan dengan dosis yang lainnya dan pada lokasi Desa Bantarjaya memiliki nilai proyeksi tajuk yang lebih baik dari lokasi Desa Cimulang.

Berdasarkan analisis ragam, perlakuan dosis pupuk memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan proyeksi tajuk tanaman JUN, maka dilakukan uji Duncan yang dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Hasil uji Duncan pengaruh dosis pada blok pengamatan terhadap pertumbuhan proyeksi tajuk tanaman Jati Unggul Nusantara.

Dosis Proyeksi tajuk (dosis) Lokasi Proyeksi tajuk (blok)

6 bulan 6 bulan

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 berdasarkan uji DMRT

(28)

18

2.6 Laju pertumbuhan relatif tanaman / Relative Growth Rates (RGR)

Berikut merupakan hasil analisis laju pertumbuhan relatif tanaman Jati Unggul Nusantara (JUN) diperoleh dari pengukuran selama 12 bulan yang dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Hasil analisis laju pertumbuhan relatif tanaman

Dosis RGR Diameter RGR Tinggi RGR Luas Tajuk

Pupuk (cm. bln-1) (cm. bln-1) (cm. bln-1)

SOP JUN 0.12214b 0.476968ab 0.28335a

0 gram 0.124964ab 0.480146ab 0.25502b

50 gram 0.122547b 0.474887b 0.26661ab

100 gram 0.129106ab 0.485079a 0.25142b

150 gram 0.13181a 0.485467a 0.28414a

200 gram 0.131222a 0.485446a 0.28196a

Lokasi RGR Diameter RGR Tinggi RGR Proyeksi Tajuk (cm. bln-1) (cm. bln-1) (cm. bln-1)

Bantarjaya 0.130753a 0.488533a 0.272869a

Cimulang 0.123177b 0.474131b 0.267963a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 berdasarkan uji DMRT

Laju pertumbuhan relatif pada tanaman JUN dengan berbagai perlakuan pupuk tampak saling bersaing untuk mendapatkan laju pertumbuhan yang lebih tinggi. Pada dosis 100, 150 dan 200 gram memiliki laju pertumbuhan relatif pada tinggi tanaman yang lebih besar dari pada dosis yang lain. Pada laju pertumbuhan relatif diameter batang dan luas tajuk tanaman, tanaman dengan dosis 150 dan 200 gram memiliki laju pertumbuhan terbesar.

Pada Tabel 12 telihat interval pengamatan selama 12 bulan setelah tanam, tanaman dengan dosis 150 gram memiliki laju pertumbuhan tinggi, diameter dan luas tajuk relatif lebih tinggi dibanding dengan dosis untuk tanaman yang lain yaitu 0,485467 cm bln-1, 0.13181 cm bln-1 dan 0.28414 cm bln-1. Pada lokasi Bantarjaya memiliki penambahan tinggi, diameter dan proyeksi tajuk yang lebih baik daripada dosis pada lokasi Desa Cimulang, meskipun sejak awal penanaman semua tanaman memiliki rataan tinggi dan diameter tanaman yang hampir sama. Kecepatan pertumbuhan tinggi tanaman merupakan akibat pertumbuhan tunas muda, umumnya dipusatkan pada bagian apeks (ujung) yang terdapat tunas terminal (terminal bud). Pertumbuhan yang lebih tinggi pada dominansi apikal merupakan suatu adaptasi evolusioner untuk meningkatkan pemaparan terhadap cahaya matahari utamanya pada habitat yang sesuai atau lokasi yang padat (Campbell et al 2003). Pada pertumbuhan diameter batang tanaman dosis 150 gram pada lokasi Bantarjaya memiliki nilai laju pertumbuhan 0.13181 cm bln-1.

(29)

19

Pada laju pertumbuhan proyeksi tajuk, setiap dosis memiiliki nilai yang tidak terlalu berbeda, dan pada dosis 150 gram tetap memiliki laju pertumbuhan terbaik dengan nilai 0.28414 cm bln-1. Dengan memiliki luas tajuk besar berarti

tanaman memiliki jumlah daun lebih banyak sehingga proses fotosintesis dapat menghasilkan unsur yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang lebih besar pula (Lambers et al 1998), sehingga memiliki laju pertumbuhan tinggi lebih besar dari pada tanaman lainnya (terutama laju pertumbuhan tinggi tanaman). Untuk proyeksi tajuk pada kedua lokasi tidak menunjukan perbedaan yang nyata.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Pemberian pupuk organik di lokasi Desa Bantarjaya dan Desa Cimulang berpengaruh nyata pada parameter pertumbuhan diameter dan proyeksi tajuk 2. Dosis pupuk 150 gram memberikan pengaruh terbaik dalam waktu 1 tahun

untuk diameter tanaman JUN dengan laju pertumbuhan 5.0929 cm/tahun dan dosis 200 gram memberikan pengaruh terbaik pada proyeksi tajuk dengan tingkat pertumbuhan 149.656 cm/tahun.

3. Perbedaan dosis pupuk organik berpengaruh nyata pada laju pertumbuhan tanaman. Dosis pupuk 150 gram memberikan pengaruh terbaik pada parameter laju pertumbuhan diameter, tinggi dan proyeksi tajuk tanaman dengan nilai masing – masing 0.13181 cm. bln-1, 0.485467 cm. bln-1dan 0.28414 cm. bln-1

Saran

Berdasarkan dari hasil penelitian, pengembangan budi daya tanaman JUN sebaiknya menggunakan pupuk organik dalam proses pemupukan lanjutan dengan dosis 150 gram yang diberikan dua bulan sekali pada setiap pohonnya, karena dosis pupuk tersebut sudah memberikan pengaruh nyata terhadap variabel pertumbuhan dan penggunaan pupuk organik juga mampu mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

Alvarez A,Williams C, Linera G, Newton AC. 2004. Experimental native tree seedling establishment for the restoration of Mexican cloud forest. Restoration Ecology 12:412-418.

[BPT] Balai Penelitian Tanah Bogor. 2008. Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Bogor (ID):

(30)

20

Dudal R, Soepraptohardjo M. 1960. Some consideration on The Genetic Relationship between Latosol and Andosols in Java (Indonesia). Madison. Trans. 7th Intern. Congr. Soil Sci.

Foth HD. 1982. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Purbayanti ED, Lukiwati DR, Trimulatsih R, penerjemah; Hudoyo SAB, editor. Yogyakarta (ID): UGM Press. Terjemahan dari: Fundamentals of Soil Science.

Hairiah K, van Noorwijk M, Suprayogo D. 2002. Intetraksi antara pohon-tanah tanaman semusim: Kunci keberhasilan kegagalan dalam sistem sistem agroforestri. Di dalam: Hairiah K, Widianto, Utami SR, Lusiana B, editor. Wanulcas : Model Simulasi untuk Sistem Agroforestri. Bogor: International Centre for Research in Agroforestry. hlm 19-42.

Hanafiah KA. 2010. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta (ID): PT RajaGrafindo Persada.

Hardjowigeno S. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Akademika.

Hardjowigeno S, Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan & Perencanaan Tataguna Lahan. Bogor (ID): Gadjah Mada University.

Husch B, Beer TW, Kershaw JA. 2003. Forest Mensuration 4th. John Wiley & Sons, Inc. New Jersey.Hoboken.

Ispandi A, Munip A. 2005. Efektifitas pengapuran terhadap serapan hara dan produksi beberapa klon ubikayu di lahan kering masam. J Ilmu Pertanian 12 (2):125-139

Kementerian Kehutanan. 2012. Statistik Kehutanan Indonesia. 2011. Jakarta (ID): Kementerian Kehutanan.

Lambers H, Stuart CF, Thijs LP. 1998. Plant Physiologycal Ecology, Springer. Verlag New York Inc.

Leywakabessy FM, Wahyudin UM, Suwarno. 2003. Kesuburan Tanah. Bogor (ID):Jurusan Tanah Fakultas Pertanian IPB.

Martawijaya A, Kartasujana I, Prawira SA, Kadir K. 1981. Atlas Kayu Indonesia Jilid I. Bogor (ID): Badan Penelitian Hasil Hutan.

Musthofa A. 2007. Perubahan Sifat Fisik, Kimia, dan Biologi Tanah pada Hutan Alam yang diubah Menjadi Lahan Pertanian di kawasan Taman Nasional Gunung Lauser [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Purwowidodo. 1991. Gatra Tanah dalam Pembangunan Hutan Tanaman. Bogor (ID): IPB.

Simon H. 1996. Metode Inventore Hutan. Yogyakarta (ID): Aditya Media.

Subandi, Zubachtirodin. 2008. Peningkatan efisiensi pupuk N, P, K, dan produktivitas jagung pada lahan kering ultisol Kalimantan Selatan. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 27: 32-36.

Suryana Y. 2001. Budidaya Jati. Bogor (ID): Swadaya.

(31)

21

LAMPIRAN

Hasil Analisis Sifat Fisik Tanah

NO Lokasi

Bulkdencity Porositas Kadar Air (% volume) Pada PF PoriDrainase (% volume) Air Tersedia Permeabilitas

(g/cm3) (%) PF 1 PF 2 PF 2.54 PF 4.2 Sangat

Cepat Cepat Lambat (%) (cm/jam)

1 Bantarjaya 0.95 64.11 51.15 42.07 36.25 17.39 12.96 9.08 5.82 18.86 3.06

2 Cimulang 1.06 59.88 50.52 44.54 33.93 19.05 9.36 5.98 10.61 14.88 11.80

Hasil Analisis Sifat Kimia

No Lokasi

pH 1:1 Walkley & Black Kjeldhal Bray HCl 25% N NH4OAc pH 7.0

H2O KCl

C-org N-Total P Ca Mg K Na KTK

(%) (%) (ppm) (me/100g)

1 Bantarjaya 5.20 4.40 1.26 0.12 4.80 48.5 3.87 0.71 0.10 0.16 11.76

2 Cimulang 5.00 4.10 1.29 0.13 3.90 37.6 4.17 1.50 0.20 0.22 13.72

No Lokasi

KB N KCl 0.05 N HCl Tekstur

(%) Al H Fe Cu Zn Mn Pasir Debu Liat

(me/100g) (ppm) (%)

1 Bantarjaya 41.10 1.28 0.24 8.16 3.31 8.29 63.76 26.57 39.22 34.21

(32)

22

DIAMETER The ANOVA Procedure

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F

Dosis 5 2.96409037 0.59281807 2.49 0.0422

Blok 1 2.38573554 2.38573554 10.04 0.0025

Error 53 12.59935405 0.23772366

Corrected Total 59 17.94917997

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N dosis

A 5.0929 10 150

B A 5.0236 10 200

B A C 4.9566 10 100

B A C 4.6531 10 50

B C 4.5884 10 0

C 4.5350 10 SOPJUN

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N blok

A 5.0077 30 BJ

B 4.6089 30 Cimulang

TINGGI

The ANOVA Procedure

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F

dosis 5 16150.2190 3230.0438 1.38 0.2450

blok 1 117977.3388 117977.3388 50.57 <.0001

Error 53 123651.4612 2333.0464

Corrected Total 59 257779.0190

Duncan Grouping Mean N dosis

A 448.27 10 150

A 445.49 10 100

A 443.36 10 200

A 422.87 10 0

A 416.03 10 SOPJUN

(33)

23 Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N blok

A 474.54 30 BJ

B 385.85 30 Cimulang

TINGGI BEBAS CABANG The ANOVA Procedure

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F

Dosis 5 11068.8721 2213.7744 1.38 0.2462

Blok 1 168873.3075 168873.3075 105.36 <.0001

Error 53 84948.7129 1602.8059

Corrected Total 59 264890.8925

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N dosis

A 265.89 10 150

A 261.80 10 100

A 259.66 10 200

A 244.07 10 0

A 241.50 10 SOPJUN

A 227.31 10 50

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N blok

A 303.09 30 BJ

B 196.99 30 Cimulang

JUMLAH DAUN The ANOVA Procedure

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F

dosis 5 8.25986395 1.65197279 1.27 0.2910

blok 1 27.43401362 27.43401362 21.07 <.0001

Error 53 68.9945577 1.3017841

Corrected Total 59 104.6884353

Duncan Grouping Mean N dosis

A 22.0571 10 200

(34)

24

Duncan Grouping Mean N dosis

A 21.8429 10 100

A 21.4857 10 50

A 21.2286 10 150

A 21.0143 10 SOPJUN

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N blok

A 22.2571 30 BJ

B 20.9048 30 Cimulang

PROYEKSI TAJUK The ANOVA Procedure Duncan's Multiple Range Test for respon

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N dosis

A 149.656 10 200

B 140.556 10 150

B 140.075 10 0

B 139.963 10 SOPJUN

B 138.625 10 50

B 138.256 10 100

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N blok

A 142.125 30 BJ

A 140.252 30 Cimulang

RGR Diameter The ANOVA Procedure

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 6 0.00179062 0.00029844 5.48 0.0002

Error 53 0.00288379 0.00005441

Corrected Total 59 0.00467441

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F

dosis 5 0.00092978 0.00018596 3.42 0.0095

blok 1 0.00086084 0.00086084 15.82 0.0002

Duncan Grouping Mean N Dosis

A 0.131810 10 150

A 0.131222 10 200

(35)

25

B A 0.124964 10 0

B 0.122547 10 50

B 0.122140 10 SOP JUN

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Blok

A 0.130753 30 1

B 0.123177 30 2

RGR Tinggi

The ANOVA Procedure

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 6 0.00421171 0.00070195 8.04 <.0001

Error 53 0.00462873 0.00008733

Corrected Total 59 0.00884044

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F

dosis 5 0.00110047 0.00022009 2.52 0.0405

blok 1 0.00311124 0.00311124 35.62 <.0001

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N dosis

A 0.485467 10 150

A 0.485446 10 200

A 0.485079 10 100

B A 0.480146 10 0

B A 0.476968 10 SOPJUN

B 0.474887 10 50

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N blok

A 0.488533 30 1

(36)

26

RGR Proyeksi Tajuk The ANOVA Procedure

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 6 0.01137526 0.00189588 3.40 0.0065

Error 53 0.02954540 0.00055746

Corrected Total 59 0.04092065

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F

dosis 5 0.01101417 0.00220283 3.95 0.0040

blok 1 0.00036109 0.00036109 0.65 0.4245

Means with the same letter are

not significantly different.

Duncan Grouping Mean N dosis

A 0.28414 10 150

A 0.28335 10 SOPJUN

A 0.28196 10 200

B A 0.26661 10 50

B 0.25502 10 0

B 0.25142 10 100

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N blok

A 0.272869 30 1

(37)

27

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 19 Juni 1991 dari ayah Agus Sulaeman dan ibu Imas Khalisoh. Penulis adalah putra ketiga dari empat bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 8 Bogor dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Talenta Mandiri IPB (UTM-IPB) dan diterima di Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif berorganisai , yakni Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kehutanan IPB sebagai staff Departemen kemahasiswaan BEM E pada tahun 2010/2011, Tree Grower Community (TGC) pada tahun 2010/2011 dan 2011/2012 sebagai staff Scientific Improvement. Kepanitiaan yang diikuti yaitu Save Mangrove for Our Earth tahun 2010, TGC in action tahun 2011, Seminar Jabon tahun 2011 dan TGC in Action pada tahun 2012. Selain penulis aktif dalam organisasi penulis pernah menjadi asisten praktikum pengaruh hutan pada tahun ajaran 2012/2013, asisten praktek cibodas ekologi hutan pada tahun ajaran 2010/2011 dan 2012/2013 dan asisten praktikum pengaruh nutrisi hutan pada tahun 2013. Pada bulan Juli tahun 2011 penulis melaksanakan Praktik Pengelolaan Ekosistem Hutan (PPEH) di lokasi Pangandaran – Gunung Sawal, pada bulan juni – juli tahun 2012 penulis melaksanakan Praktik Pengelolaan Hutan (PPH) di lokasi Hutan Pendidikan Gunung walat (HPGW) Sukabumi, Bandung dan Cianjur serta pada bulan januari

– maret tahun 2013 penulis melaksanakan Praktik Kerja Profesi (PKP) di PT. Adaro Indonesia Kalimantan Selatan.

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan

Gambar

Gambar 1 Diagram tahapan kegiatan penelitian
Tabel 1 Kegiatan pemeliharaan pada tahun pertama
Gambar 2 Pertumbuhan diameter jati unggul nusantara (JUN) pada Desa
Grafik pertumbuhan tinggi tanaman JUN di Desa Bantarjaya dan Desa Cimulang
+6

Referensi

Dokumen terkait

mencapai budaya perubahan, maka akan lebih baik mengaitkan evaluasi kinerja dengan imbalan kerja (rewards) dalam pelaksanaan pengembangan SDM (Adie E. Tujuan pengembangan

Praktik pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Rembang 2, sebagian besar informan memberikan ASI eksklusif karena menganggap bahwa ASI penting untuk

Tidak berpengaruhnya Net Profit Margin terhadap manajemen laba dikarenakan nilai laba bersih perusahaan yang tinggi menunjukkan kinerja yang baik, sehingga para

Kepengurusan HMI Komisariat Kampus C Airlangga yang telah dilantik pada tanggal 19 April 2015 di aula Rumah Sakit Penyakit Tropis Infeksi Universitas

Bahwa terhadap jaminan hutang Pelawan kepada Terlawan-I berdasarkan Perjanjian Kredit No.0314/AKS/BMD/2010 tanggal 12 Maret 2010, yang telah dikenai Hak Tanggungan

Regresi merupakan salah satu analisis yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain .Dalam analisis regresi ,variabel yang mempengaruhi