• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PEMBERDAYAAN DALAM MENINGKATKAN KINERJA USAHA KECIL PENGRAJIN KERUPUK DI KECAMATAN TULANGAN (SIDOARJO).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN PEMBERDAYAAN DALAM MENINGKATKAN KINERJA USAHA KECIL PENGRAJIN KERUPUK DI KECAMATAN TULANGAN (SIDOARJO)."

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

Aryo Bismo Kristianto 0712015005 / FE / EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

2011

(2)

Yang diajukan

Aryo Bismo Kristianto 0712015005 / FE / EM

disetujui untuk ujian skripsi oleh

Pembimbing Utama

Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS Tanggal : …….………..

Mengetahui

Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Jawa Timur

Drs. Ec. Ra. Suwaidi, MS NIP. 1960003301986031003

PERAN PEMBERDAYAAN DALAM MENINGKATKAN KINERJA USAHA KECIL PENGRAJIN KERUPUK DI KECAMATAN

(3)

Disusun Oleh :

Aryo Bismo Kristianto 0712015005 / FE / EM

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran ” Jawa Timur Pada Tanggal 30 September 2011

Pembimbing : Tim Penguji :

Pembimbing Utama Ketua

Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS Sekretaris

Sugeng Purwanto, SE, MM Anggota

Dra. Ec. Nuruni Ika KW, MM

Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

(4)

sehingga saya berkesempatan menimba ilmu hingga jenjang Perguruan Tinggi. Berkat rahmatNya pula memungkinkan saya untuk menyelesaikan skripsi dengan judul “PERAN PEMBERDAYAAN DALAM MENINGKTAKAN KINERJA USAHA KECIL PENGRAJIN KERUPUK DI KECAMATAN TULANGAN (SIDOARJO)”.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan karya tulis ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini saya menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Ir. Teguh Soedarto, MP Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin N, MM., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr Muhadjir Anwar, SE, MM., Ketua Jurusan Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin N, MM., selaku Dosen Wali di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5. Bapak Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS., Dosen Pembimbing yang telah mengarahkan dan meluangkan waktu guna membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(5)

ini dengan baik.

8. Wuri Kunanda Yani, yang selalu ada disampingku memberikan doa dan dukungannya kepada penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman satu jurusan yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam penulisan skripsi ini, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran bagi perbaikan dimasa mendatang. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca.

Surabaya, September 2011

(6)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAKSI ... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 11

1.3. Tujuan Penelitian ... 11

1.4. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1. Penelitian Terdahulu... 13

2.2. Landasan Teori ... 15

2.2.1. Manajemen SDM ... 15

2.3. Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah ... 20

2.4. Pengembangan Organisasi ... 27

2.5. Kemitraan Usaha ... 28

2.6. Pembinaan Usaha ... 33

(7)

Usaha Kecil ... 44

2.9. Pengaruh Kemitraan Usaha Terhadap Pemberdayaan Usaha Kecil ... 45

2.10. Pengaruh Pembinaan Usaha Terhadap Pemberdayaan Usaha Kecil ... 47

2.11. Pengaruh Pembinaan Usaha Terhadap Pemberdayaan Usaha Kecil ... 49

2.12. Model Konseptual... 51

2.13. Hipotes BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 53

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 53

3.1.1. Definisi Operasional Variabel ... 53

3.1.2. Pengukuran Variabel Bebas ... 60

3.1.3. Teknik Penentuan Populasi ... 61

3.1.4. Jenis Data ... 62

3.1.5. Teknik Pengumpulan Data ... 62

3.2. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 63

3.2.1. Teknik Analisis ... 63

3.2.2. Pengujian Hipotesis ... 69

3.2.2.1. Aumsi Model (SEM) ... 69

3.2.2.2. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal ... 71

3.2.2.3. Pengujian Hipotesis dan One Step Approach.... 72

(8)

4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 76

4.1.1. Gambaran Umum Usaha Kecil pengrajin Kerupuk Di Kecamatan Tulangan (Sidoarjo) ... 76

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 81

4.2.1. Penyebaran Kuisioner ... 81

4.2.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 81

4.3. Deskripsi Hasil Penelitian ... 83

4.3.1. Deskripsi Pengembangan Organisasi ... 83

4.3.2. Deskripsi Kemitraan Usaha ... 85

4.3.3. Deskripsi Pembinaan Usaha ... 87

4.3.4. Deskripsi Pemberdayaan UKM ... 90

4.3.5. Deskripsi Kinerja Usaha Kecil ... 92

4.4. Deskripsi Hasil Penelitian Dan Uji Hipotesis ... 95

4.4.1. Asumsi Model... 95

4.4.1.1. Uji Outliers Multivariate ... 95

4.4.2. Uji Reliabilitas ... 97

4.4.3. Uji Validitas... 98

4.4.4. Uji Consturct reliability dan Variance Extracted ... 99

4.4.5. Uji Normalitas ... 100

4.4.6. Evaluasi Model One - Step Approach to SEM... 102

4.4.7. Uji Hipotesis Kausalitas ... 106

4.5. Pembahasan ... 107

(9)

Usaha Kecil ... 108

4.5.3. Pengaruh Pembinaan Usaha Terhadap Pemberdayaan Usaha Kecil ... 110

4.5.4. Pengaruh Pemberrdayaan UKM terhadap Kinerja Usaha Kecil ... 111

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 113

5.1. Kesimpulan ... 113

5.2. Saran .... ... 113

(10)

Tabel 1.1 Jumlah Produksi IKM Kerupuk Periode 2007 - 2010 ... 9

Tabel 3.1 Kriteria Goodness of Fot Indices ... 75

Tabel 4.1 Komposisi Kerupuk Ikan dan Udang (Per 100 gram) ... 78

Tabel 4.2 Sentral IKM di Kecamatan Tulangan (Sidoarjo) ... 80

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelampn ... 82

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Usia ... 82

Tabel 4.5 Hasil Jawaban Responden Untuk Pertanyaan Pengembangan Organisasi (X1) ... 83

Tabel 4.6 Hasil Jawaban Responden Untuk Pertanyaan Kemitraan Usaha (X2) ... 85

Tabel 4.7 Hasil Jawaban Responden Untuk Pertanyaan Pembinaan Usaha Organisasi (X3) ... 87

Tabel 4.8 Hasil Jawaban Responden Untuk Pertanyaan Pemberdayaan UKM (Y) ... 90

Tabel 4.9 Hasil Jawaban Responden Untuk Pertanyaan Kinerja Usaha Kecil (Z) ... 92

Tabel 4.10 Hasil Uji Oulier Multivariate Residuals (a) ... 96

Tabel 4.11 Reliabilitas Data Pengujian Relibility Consistency Internal ... 97

Tabel 4.12 Validitas Data Standardize Faktor Loading dan Construct dengan Confirmatory Factor Analysis ... 98

(11)

Tabel 4.15 Evaluasi Kriteria Goodnes of Fit Indices ... 103

Tabel 4.16 Evaluasi Kriteria Goodnes of Fit Indices ... 104

Tabel 4.17 Evaluasi Kriteria Goodnes of Fit Indices ... 105

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Contoh Model Pengukuran Pengembangan Organisasi ... 64

Gambar 3.2 Contoh Model Pengukuran Kemitraan Usaha ... 65

Gambar 3.3 Contoh Model Pengukuran Pembinaan Usaha ... 66

Gambar 3.4 Contoh Model Pengukuran Pemberdayaan UKM ... 67

Gambar 3.5 Contoh Model Pengukuran Kinerja Usaha Kecil ... 68

Gambar 4.1 Model Pengukuran dan Struktur Organizational Development, Business Partnership, Business, Development, Business Empowerment, & Small Business Perfomance Modeln Specification: One Step Approach - Base Model ... 103

Gambar 4.2 Model Pengukuran dan Struktur Organizational Development, Business Partnership, Business, Development, Business Empowerment, & Small Business Perfomance Modeln Specification: One Step Approach - Elimination Model ... 104

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Tabulasi Jawaban Responden

Lampiran 2 Data Uji Oulier Multivariate Residuals (a) Lampiran 3 Data Uji Reliabilitas

Lampiran 4 Data Uji Validitas

Lampiran 5 Data Contruct Reliability dan Variance Extracted Lampiran 6 Data Uji Normalitas

(14)

Oleh :

Aryo Bismo Kristianto

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan menganalisis model konseptual dari Pengrajin Kerupuk di Kecamatan Tulangan (Sidoarjo) dengan menggunakan tinjauan pada analisis Pengembangan Organisasi, Kemitraan, dan Pembinaan Kinerja Pengrajin melalui pemberdayaan usaha kecil pengrajin kerupuk di Kecamatan Tulangan (Sidoarjo), diharapkan dapat membantu pimpinan daerah dalam mengambil keputusan dalam meningkatkan dan menjahga eksistensi Pengrajin Kerupuk. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 105 Pengrajin Kerupuk di Kecamatan Tulangan (Sidoarjo).

Beberapa uji perlu dilakukan sebelum data agar sesuai dengan asumsi-asumsi yang diisyaratkan oleh analisis data multivariate (validitas dan reliabilitas, kenormalan, multicolonierity atau singularity). Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modeling [SEM],

Dengan menggunakan AMOS 4.01 hasil pengujian menunjukan bahwa Pengembangan Organisasi pengrajin kerupuk mempunyai pengaruh positif terhadap Pemberdayaan usaha kecil tidak dapat diterima, serta Kemitraan usaha kecil pengrajin kerupuk mempunyai pengaruh positif terhadap Pemberdayaan usaha kecil tidak dapat diterima, serta Pembinaan usaha kecil pengrajin kerupuk mempunyai pengaruh positif terhadap Pemberdayaan usaha kecil dapat diterima, dan Pemberdayaan usaha kecil pengrajin kerupuk mempunyai pengaruh positif terhadap Kinerja usaha kecil dapat diterima.

Kata Kunci : Pengembangan Organisasi, Kemitraan Usaha, Pembinaan Usaha,

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi suatu negara memerlukan prencanaan sumber daya yang memadai, agar sasaran yang di tetapkan dapat tercapai. Unsur utama yang diperlukan dalam pembangunan ekonomi adalah modal atau dana pembangunan yang jumlahnya relative besar. Peningkatan pembangunan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi perlu ditunjang dengan peningkatan dana pembangunan. Pada umumnya suatu nrgara mengalami keterbatasan kemampuan dalam penyediaan dana pembangunan, sehingga diperlukan mobilisasi dana masyarakat.

Ciri-ciri ekonomi kerakyatan menurut Lincolin (1998) adalah suatu system ekonomi yang berpijak kepada pengutamaan kegiatan-kegiatan usaha ekonomi rakyat. Istilah ekonomi yang rakyat muncul pertama kali pada tahun 1931, dengan istilah perekonomian rakyat sebagai lawan dikotomis dari perekonomian capital. Ekonomi rakyat merupakan bentuk keberpihakan dan melibatkan rakyat dalam pembangunan ekonomi yaitu dengan meningkatkan produktivitas rakyat, menumbuhkan sector-sektor ekonomi yang digeluti, meningkatkan daya beli rakyat dan membuka lapangan kerja bagi rakyat.

(16)

masing-masing, yang terkadang juga identik dengan nama daerah tempat asalnya itu. Ada Kerupuk Palembang dari Sumatera Selatan, ada Kerupuk Padang Pasir ala Kediri, Jawa Timur (Jatim), dan jika berbicara soal kerupuk udang, Kabupaten Sidoarjo tentunya merupakan tempatnya.

Menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Sidoarjo, selain dikenal sebagai sentra produksi kerupuk, beberapa kawasan di Sidoarjo juga menjadi tempat pelatihan membuat kerupuk. Salah satu lokasi yang sering dikunjungi berada di Desa Telasih, Kecamatan Tulangan, sekitar ± 17 kilometer arah selatan pusat kota.

(17)

mendasar, maka dari itu UKM kerupuk tidak berdaya dalam arti tidak berkembang sebagaimana usaha besar yang sangat mondominasi sebagai pelaku-pelaku ekonomi nasional.

(18)

untuk mengembangkan kemampuan berorganisasi sehingga dapat meningkatkan kinerja di UKM kerupuk Tulangan.

Melalui pola pemberdayaan usaha kecil pengrajin kerupuk, pemerintah daerah sidoarjo melakukan trobosan untuk melakukan kemitraan antara UKM dengan usaha besar maupun dengan pihak perbankan. Merupakan langkah yang tepat untuk menekan atau mengurangi resiko, meningkatkan daya saing dan meningkatkan efisiensi di tingkat usaha kecil kerupuk. Oleh karena itu pemerintah berusaha untuk meyakinkan bahwa kemitraan usaha menjamin kemandirian usaha terhadap UKM kerupuk di Tulangan, di karenakan kemitraan itu bukan marger sehingga pemerintah sidoarjo tetap eksis menjalankan usahanya, yang untuk berupaya terhadap UKM kerupuk di Tulangan dapat di bantu oleh pihak swasta sehingga dari sector kinerjanya dapat meningkat.

(19)

Dengan demikian pembinaan terhadap UKM yang perlu dilakukan perbaikan, menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Sidoarjo para UKM seharusnya diberi pembinaan usaha ekonomi kreatif sehingga mereka harus bisa meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dan daya saing, sehingga produk yang dihasilkannya lebih baek dan juga dapat meningkatkan kinerjanya.

Maka dari itu usaha kerupuk dapat dilakukan oleh industri besar-menengah bahkan industri kecil rumah tangga karena proses pembuatannya yang sangat mudah. Jenis usaha kerupuk dapat dibedakan menjadi dua yaitu usaha kerupuk dengan bahan baku tepung tapioka dan ikan/udang dan usaha kerupuk dengan bahan baku utama tepung saja (baik tepung tapioka, tepung gaplek atau tepung lain tanpa campuran ikan/udang). Jenis kerupuk dengan bahan baku tepung diantaranya adalah kerupuk Kasandra dengan bahan baku hanya tepung tapioka, kerupuk puli dengan bahan baku tepung tapioka yang dicampur dengan tepung terigu dan kerupuk impala dengan bahan baku tepung tapioka yang dicampur dengan tepung gaplek.

(20)

dari satu juga akan membantu produsen dalam variasi produksi sehingga kerugian bisa diminimalisir. Salah satu sampel pengusaha misalnya, memproduksi kerupuk ikan setiap harinya. Selain itu dia juga memproduksi kerupuk jenis lain yaitu kerupuk puli. Jumlah produksi kerupuk puli ini disesuaikan dengan pesanan yang ada dan juga dipengaruhi oleh pasar kerupuk ikan.

Di wilayah Tulangan (Sidoarjo), usaha pembuatan kerupuk terdiri atas usaha perorangan dan usaha kelompok. Usaha perorangan banyak tersebar di seluruh wilayah desa Jianti, desa Medalem, desa Sudimoro, sedangkan usaha kelompok banyak terdapat di wilayah-wilayah sentra industri yaitu di desa telasih. Jumlah produksi usaha perorangan relatif lebih rendah dengan wilayah pemasaran di dalam negeri, sementara, usaha kelompok mempunyai skala usaha yang lebih besar karena merupakan gabungan dari beberapa usaha individu dengan jumlah produksi lebih banyak.

(21)

menyerap tenaga kerja dan mampu berkembang menjadi usaha tangguh atau memiliki prospek menjadi usaha menengah yang lebih potensial.

Tentang pengertian atau definisi UKM sangat bervariasi. Diantara Lembaga Pemerintahan memberikan definisi atau batasan dimana sedikitnya mencakup dua aspek yaitu aspek modal dan aspek penyerapan tenaga kerja. Departemen Perindustrian pada tahun 1983 membagi sector industry menjadi tiga kelompok. Pertama, adalah kelompok industry dasar ( basic industry ) seperti metal dan kimia. Kedua, adalah aneka industry yang menyerap bnayak tenaga kerja dan mengutamakan teknologi yang sifatnya tradisional atau yang sederhana. Ketiga, adalah industry yang mempunyai investasi berupa asset tetap ( fided asset ).

Pemberdayaan merupakan serangkaian proses yang dilakukan secara bertahap dalam organisasi agar dapat dicapai secara optimal dan membangun kesadaran, sehingga perlu adanya komitmen terhadap organisasi (Sukarno dan Prasetyohadi, 2004)

Menurut Sukarno (2007) dalam Syarif (2001:110) baik buruknya pemberdayaan Usaha Kecil sangat ditentukan oleh berhasilnya Pengembangan Organisasi tersebut Akan semakin lebih berdaya usaha kecil tersebut jika proses pengembangan organisasi lebih sempurna.

(22)

bagaimana usaha kecil tersebut dapat menjalin mitra bisnis, sehingga usaha kecil tersebut semakin lama semakin tumbuh dan berkembang.

Menurur Sukarno (2007) dalam Kuncoro (1997:110) tidak bnyak berarti Pemberdayaan Usaha Kecil tersebut tanpa disertai Pembinaan yang intend dan terpadu dan synergitas factor lain dari usaha tersebut. Artinya pemberdayaan terhadap UKM harus melalui pembinaan, dengan pembinaan diharapkan kinerja dapat meningkat.

Kinerja dapat digunakan untuk mengadministrasi honor dan gaji, memberikan umpan balik dari hasil upaya, dan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan karyawan. Perusahaan perlu mengetaui kinerja karyawannya agar dapat mengambil tindakan yang diperlukan apabila terjadi penurunan kinerja (Sukarno, 2005)

(23)

Tabel 1.1

Jumlah Produksi IKM Kerupuk Periode 2007 - 2010

Sumber : BAPPEDA Sidoarjo

Berdasarkan dengan jumlah tingkat produksi total yang dihasilkan oleh IKM kerupuk tulangan sidoarjo guna memenuhi permintaan pasar maka permasalahan yang terjadi dalam industry ini timbul melalui naik turunya jumlah produksi total dalam memenuhi permintaan pasar. Ini terjadi disebabkan dengan adanya berbagai factor yaitu adanya fluktuasi jumlah unit usaha yang terdapat pada periode tersebut, yang diindikasikan terjadi adanya credit macet terhadap pemilik usaha yang dimana tidak lancar dalam pengembalian kredit yang diberikan oleh mitra binaan bank BRI, kondisi ini pengrajin kerupuk sangat sulit dengan harga bahan baku untuk pembuatan kerupuk yang mengalami kenaikan, sedangkan untuk pembinaannya mengalami kegagalan yang di sebabkan kebanyakan UKM saat ini tidak mampu memanfaatkan dari hasil keuntungan produksinya yang untuk sebagai dana modal penghidupan usaha kerupuk. Sehingga adanya ini akan dapat mempengaruhi kinerja usaha kecil dalam jumlah produksi total yang terjadi pada periode 2009 – 2010 yaitu dari

(24)

10.298.427Ton pada tahun 2008 menjadi 6.729.031 Ton pada tahun 2009 dan 8.845.583 Ton pada tahun 2010.

Hasil wawancara awal dengan humas BAPPEDA ( Badan Perencanaan Pembangunan Daerah ) di Sidoarjo dan ketua asossiasi kerupuk di kecematan Tulangan untuk meningkatkan pemberdayaan pihaknya selama ini telah melakukan berbagai upaya untuk peningkatan pemberdayaan dengan mengikuti sertakan pelatihan pada badan Dinas Perindustrian dan Perdagangan yang di adakan departemen dalam negeri yang pertujuan agar kinerja usaha kecil meningkat.

Sebagaimana dikemukakan oleh Sukarno (2007), masalah kelasik yang menjadi penyebabnya adalah kurang adanya pembinaan, kemitraan, dan pengembangan organisasi. Maka dari itu sentuhan dari pihak pemerintah namun juga dari pabrik atau industry yang ada disekitar sidoarjo sangat diperlukan sekali dalam menjaga eksistensi UKM tersebut sehingga dapat mempengaruhi sala satu kinerja dan hasil produksi IKM kerupuk.

(25)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah Pengembangan Organisasi memiliki pengaruh terhadap

peningkatan Pemberdayaan Usaha Kecil pada IKM Krupuk di tulangan

sidoarjo ?

2. Apakah Kemitraan Usaha memiliki pengaruh terhadap peningkatan

Pemberdayaan Usaha Kecil pada IKM Krupuk di tulangan sidoarjo ?

3. Apakah Pembinaan Usaha memiliki pengaruh terhadap peningkatan

Pemberdayaan Usaha Kecil pada IKM Krupuk di tulangan sidoarjo ?

4. Apakah Pemberdayaan Usaha Kecil memiliki pengaruh terhadap

peningkatan Kinerja pada IKM Krupuk di tulangan sidoarjo ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian pada latar belakang dan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Pengembangan Organisasi terhadap Pemberdayaan Usaha pada IKM di tulangan sidoarjo.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Kemitraan Usaha terhadap Pemberdayaan Usaha pada IKM di tulangan sidoarjo.

(26)

4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Pemberdayaan Usaha terhadap Kinerja pada IKM di tulangan sidoarjo.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Bagi peneliti

Sebagai sarana untuk menerapkan dan mengaplikasikan teori-teori yang telah diperoleh selama masa studi, maupun yang diperoleh daru sumber-sumber lain sehingga dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukan.

2. Bagi perguruan tinggi

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pembendaharaan perpustakaan untuk kepentingan umum sehingga dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih lanjut.

3. Bagi ilmu pengetahuan

(27)
(28)

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang telah dilakukan oleh pihak terdahulu yang berhubungan dengan permasalahan dalam peneltian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan antara lain sebagai berikut:

A. Sukarno (2005)

MENINGKATKAN KINERJA MELALUI PEMBERDAYAAN USAHA KECIL KERAJINAN REOG PONOROGO

(Arthavidya Jurnal Ekonomi Vol 6 No 2 Tahun 2005)

(29)

positif terhadap pemberdayaan usaha kecil. Pembinaan usaha kecil pengrajin reog berpengaruh positif terhadap pemberdayaan usaha kecil. Pemberdayaan usaha kecil pengrajin reog ponorogo berpengaruh positif terhadap kinerja usaha kecil.

B. Hubeis (2010)

KAJIAN PEMBINAAN, PENGEMBANGAN DAN PENGAWASAN UKM BINAAN PT. SUCOFINDO (Manajemen IKM Vol 5 No 1 Tahun 2010)

(30)

usaha pendukung dan usaha terkaitan yang saling berhubungan intensif dalam ruang lingkup UKM.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia

A. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan salah satu cabang dari ilmu ekonomi, bidang manajemen sumber daya manusia menyangkut bidang psikologi, ekonomi dan administrasi. Manajemen merupakan proses bekerja dengan melalui orang lain secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi dengan menggunakan sumber daya yang terbatas di dalam lingkungan yang terbatas pula.

Manajemen sumber daya manusia diperlukan untuk meningkatkan efektifitas manusia dalam organisasi, tujuannya adalah untuk memberikan kepada organisasi satuan kerja yang efektif untuk mencapai tujuan ini. Studi tentang manajemen sumber daya manusia akan menunjukkan bagaimana seharusnya perusahaan mendapatkan, mengembangkan, menggunakan, mengevaluasi dan memelihara karyawan akan jumlah dan tipe yang tepat.

(31)

Mendefinisikan manajemen sumber daya manusia sebagai seni dan ilmu perencanaan, pelaksanaan dan pengontrolan tenaga kerja untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan terlebihdahulu dengan adanya kepuasan hati pada diri para karyawan. Dengan kata lain manajemen sumber daya manusia adalah suatu ilmu yang mempelajari cara bagaimana memberikan facilitiet untuk perkembangan pekerja dengan kedisiplinan dan rasa partisipasi pekerja dalam satu unit activitiet. (Manullang, 2000) Sumber daya manusia adalah segala potensi yang ada pada

manusia baik akal pikiran tenang, keterampilan, emosi, dan sebagainya yang dapat digunaakan untuk dirinya sendiri maupun untuk organisasi atau perusahaan. (Tohardi, 2002)

(32)

Secara definsi manajemen personalia adalah pembagian semua kegiatan yang harus dilakukan secara motis serat sistematis dimana orang-orang dikerjakan dalam jumlah besar meliputi seleksi dan hubungan kerjanya, pendidikan dan latihan, pelayanan medis, caafetaria, keselamatan kerja, administrasi, upah atau gaji, tunjangan dan lain-lain. (Drucker, 2004)

B. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

Setelah mengetahui pengertian dari manajemen personalia, kita dapat mengetahui fungsi dari manajemen personalia yang terdiri dari dua kelompok fungsi, yaitu :

a. Fungsi Manajerial

Fungsi manajerial adalah fungsi yang wewenang dan kepemimpinan terhadap personalia lainnya. Dalam fungsi manajerial ini terdapat unsure-unsur sebagai berikut :

1. Perencanaan

Menentukan dahulu program personalia yang akan membantu mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.

2. Pengorganisasian

(33)

dengan merancang susunan dari berbagai hubungan antara jabatan, personalia dan factor-faktor fisik

1. Pengarahan

Mengusahakan atau membuat agar karyawan dengan rela bekerja secara efektif dan efisien melalui perintah dan pemberian motivasi dalam pelaksanaannya.

2. Pengawasan

Membandingkan pelaksanaan dengan rencana serta mengamati dan mengoreksi apabila terjadi penyimpangan atau kalau perlu menyesuaikan kembali rencana yang telah dibuat.

b. Fungsi Operasional

Fungsi operasional adalah fungsi yang tidak mempunyai wewenang terhadap orang lain, tetapi hanya menerima suatu tugas dan menjalankan di bawah pengawasan manajerial. Adapun unsure-unsur yang terdapat dalam fungsi ini adalah :

1. Pengadaan tenaga kerja

Merupakan usaha untuk memperoleh jenis dan jumlah yang tepat dari tenaga kerja yang diperlukan.

2. Pengembangan

(34)

3. Kompensasi

Merupakan fungsi yang dirumuskan sebagai balas jasa yang layak diperlukan.

4. Integrasi

Yaitu usaha untuk mengadakan keselarasan antara kepentingan individu karyawan dengan kepentingan perusahaan, sehingga karyawan dapat bekerja dengan baik.

5. Pemeliharaan

Merupakan usaha untuk menjaga dan memperbaiki berbagai macam kegiatan untuk menciptakan kondisi kerja yang baik.

C. Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia

(35)

2.3. Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah

Pemberdayaan merupakan serangkaian proses yang dilakukan secara bertahap dalam organisasi agar dapat dicapai secara optimal dan membangun kesadaran, sehingga perlu adanya komitmen terhadap organisasi (Sukarno dan Prasetyohadi, 2004 dalam Sukarno, 2005)

Pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai – nilai sosial. Keadaan ini mencerminkan paradigma baru pembangunan yakni bersifat people centre, participatory, empowering dan sustanable. (Syarif, 2001 dalam Sukarno 2005)

1. (People Centre)

Suatu pola pemikiran dari orang pusat untuk menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Di sini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya, tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya, karena, kalau demikian akan sudah punah. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan mendorong memotivasikan dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.

2. (Participatory)

(36)
(37)

pengintegrasiannya ke dalam kegiatan pembangunan serta peranan masyarakat di dalamnya.

3. ( Empowering and Sustanable)

Memberdayakan yang berkesinambungan sebagai mengandung pola arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah kuat, oleh karena kekurangan pemberdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi tidak berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi, karena hal itu justru akan mengerdilkan yang kecil dan melunglaikan yang lemah. Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah. Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi makin tergantung pada berbagai program pemberian (charity). Karena, pada dasarnya setiap apa yang dinikmati, harus dihasilkan atas usaha sendiri (yang hasilnya dapat dipertukarkan dengan pihak lain). Dengan demikian, tujuan akhirnya adalah memandirikan masyarakat, memampukan, dan membangun kemampuan untuk memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik secara berkesinambungan.

(38)

terdapat beberapa pengertian dan indikator pemeberdayaan yang dikemukakan oleh para alih, yaitu

1. Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang -orang yang lemah atau tidak beruntung (Ife, 1995)

2. Pemberdayaan menunjukan pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial (Swift dan Levin, 1987)

Menurut (Musa Hubeis, 2010 jurnal ekonomi manajemen IKM, Vol 5 No 1) pengukuran pemberdayaan UKM terdiri dari:

1. Peningkatan SDM

Yang pertama dengan memperbaiki sistem dan lingkungan kerja sedang yang kedua melalui pendididkan dan pelatihan untuk meningkatkan kompetensinya

2. Mutu produk UKM

Salah satu jalan untuk meningkatkan daya saing usaha kecil dan menengah dengan serta meningkatkan kualitas dan mutu produknya agar dapat bersaing baik di pasar domestik maupun pasar global. 3. Pengembangan dan pengawasan UKM

(39)

pembinaan, pengembangan dan pengawasan UK melalui pendekatan klaster

Sedangkan menurut (Suarja, 2008) indikator dari pemberdayaan UKM adalah:

1. Pemberdayaan institusional

Pendekatan dalam pemberdayaan yang berbasis institusi (pranata) sosial budaya yang tumbuh, hidup, dan berkembang dalam usaha kecil yang bersengkutan. Institusi - institusi ini merupakan media yang memperantarai perwujutan kebudayaan manusia dalam kegiatan usaha kecil, dengan adanya keragaman pranata ini terbentuk sesuai dengan kehidupan masyarakat itu sendiri.

2. Peningkatan akses UMKM

a. Pengembangan berbagai aspek untuk UKM

- Program pembiayaan produktifitas usaha kecil

- Program pembiyaan usaha kecil yang mandiri dalam rangkat pemberdayaan usaha dengan ruang lingkup masyarakat, keluarga sehat, dan sejahtera

- Program skim pendanaan komoditas UKM melalui resi gudang

b. Pemberdayaan usaha kecil melalui program pemeritah

(40)

3. Pemberdayaan di budang produksi

- Program pengembangan pengadaan usaha kecil dengan pemberdayaan lainnya

- Program pengembangan usaha UKM melalui pengadaan bahan baku

- Program pengembangan usaha kemasyrakatan

- Program pengembangan usaha sarana penunjang UKM - Program pengembangan usaha budidaya UKM

- Program bantuan perkuatan alat teknologi bagi UKM - Program bantuan untuk perkuatan pengolahan UKM 4. Pengembangan jaringan pemasaran

- mempromosikan proyek UKM - Modernisasi usaha kecil

- Pengembangan saran pemasaran UKM 5. pemberdayaan sumber daya UKM

- Menumbuhkan wirausaha baru

- Peningkatan kemampuan teknis dan manajerial UKM - Pengembangan hasil kualitas usaha kecil

- Memberikan pendidikan dan pelatihan UKM bagi kelompok usaha yang masi produktif

(41)

6. Pengkajian pengembangan UKM

- Pengkajian, penelitian dan pengembangan potensi kendala dan permasalah di UKM

- Diskusi permasalahan dan Isu-isu strategis dalam proses pemberdayaan UKM;

- Sosialisasi hasil-hasil kajian, penelitian, pengembangan dan diskusi pemberdayaan UKM, melalui penerbitan buku, jurnal dan majalah Ilmiah;

- Pengkaderan dan pengawasan kinerja aparat dan sumberdaya UKM.

PemberPdayaan merupakan kegiatan yang dilakukan pihak lain terhadap UKM dalam upaya lebih berdaya guna dan lebih dapat bersaing dengan usaha lain yang memiliki beberapa indicator (Sukarno, 2008)

a. Pengembangan Organisasi b. Kemitraan usaha

c. Pembinaan usaha

(42)

2.4. Pengembangan Organisasi

Pengembangan Organisasi adalah suatu proses normatife untuk memperhatikan pertanyaan: Dimana kita berada? Dimana seharusnya kita berada? Bagaimana dari tempat nyatanya berada dapat mencapai tempat dimana seharusnya?. (Sukarno, 2004 dalam Sukarno,2005)

Definisi pengembangan organisasi adalah suatu proses sadar dan terencana untuk mengembnagkan kemampuan suatu organisasi , sehingga mencapai dan mempertahankan suatu tingkat optimum prestasi yang diukur dengan indicator: berdasarkan efisiensi, efektifitas, dan, kesehatan organisasi. (Gomes, 2000 dalam Sukarno, 2005)

a.) Efesiensi Organisasi

perbandingan terbaik atau rasionalitas antara hasil yang di peroleh dari output dengan kegiatan organisasi yang akan dilakukan serta sumber dan waktu yang di gunakan. Diharapkan dengan mengefesiensikan sesuatu pendapatan penghasilan yang sebesar mungkin dengan usaha yang seminimal mungkin.

b.) Efektifan Organisasi

(43)

c.) Kesehatan Organisasi

Dalam setiap suatu organisasi harus mengacu pada manajemen yang sehat; Misalnya, ada tiga tahapan dalam menjalankan roda organisasi, yaitu planning (perencanaan), action (pelaksanaan), dan evaluation (penilaian). Ketiga tahapan itu selalu dimusyawarahkan dan melibatkan sebanyak mungkin anggotanya, terutama saat melewati tahap action.

Oleh karena itu proses ini diadakan oleh para anggota organisasi dengan mempergunakan beraneka ragam teknik, seiring dengan kerja sama seorang konsultan ilmu perilaku yang untuk pengembangan organisasi diukur dengan indicator: Efesiensi Organisasi, Efektifan Organisasi, Kesehatan Organisasi.

2.5. Kemitraan Usaha

Kemitraan Usaha adalah bimbingan kerja sama usaha diantara berbagai pihak yang sinergis, bersifat sukarela, dan berdasarakan prinsip saling membutuhkan, saling mendukung, dan saling menguntungkan dengan disertai pembinaan dan pengembangan UKM oleh usaha besar. (Mudrajad, 1997 dalam Sukarno, 2005)

a.) Bersifat sinergis

(44)

yang terutama dalam mendorong inovasi yang berupayakan untuk menciptakan kegiatan yang menguntungkan dengan mengoptimalkan dampak positif dari karakteristik organisasi mulai dari sumber daya manusianya yang untuk melakukan kemitraan.

b.) Bersifat sukarela

Suatu konsep yang melakukan hubungan kerja sama usaha yang dapat berlangsung secara efektif dan saling berkesinambungan jika kemitraan di jalankan dalam kerangka berfikir pembangunan ekonomi, dan b u k a n semata - semata konsep social yang dilandasi motif belas kasih.

c.) Berdasarkan prinsip saling membutuhkan

Kemitraan ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan usaha kecil, usaha besar dan, organisasi mitra, tetapi kelompok bisa beruba sesuai kesepakatan, jika perusahaan membutuhkan kembali kelompok mitra pertama dan tidal perlu dibuat kesepakatan baru, tinggal melanjutkan kerjasamanya.

d.) Saling mendukung

(45)

e.) Saling menguntungkan

manfaat yang terdapat pada kerjasama memiliki masing-masing pihak terkait dengan hubungan kemitraan yang akan dibangun. Proses bermitra harus dilandasi oleh keinginan masing-masing untuk membentuk sebuah hubungan kemitraan jangka panjang yang setara dan seimbang, saling membutuhkan dan menguntungkan, bukan hubungan atasan dan bawahan.

Kemitraan ini telah menjadi sesuatu komitmen nasional. Karena itu semua pihak yang terkait dengan program ini semua pihak yang terkait dengan program ini harus merasa terpanggil untuk berperanserta di dalam pelaksanaanya, pemerintah dan dunia usaha mau tidak mau mempunyai kewajiban moral untuk melaksanakan program kemitraan, pemerintah sesuai dengan fungsi dan tugasny mendorong terciptanya suatu kemitraan nasional. Sedangkan dunia usaha dituntut untuk melaksanakan kemitraan itu sesuai dengan yang dikendaki oleh Undang -undang maka dengan adanya ini terdapat enam kemungkinan pola kemitraan yang dilaksanakan (Salim, 1996 dalam Inggawati, 2007)

a) Pola Inti Plasma

(46)

b) Pola Subkontrak

Sesuai dengan pola ini suatu unit produk yang diproduksikan oleh usaha menengah atau besar sebagai suatu barang jadi akan terdiri atas komponen - komponen tertentu.

c) Pola Dagang Umum

Sesuai dengan pola ini terdapat dua kemungkinan, yaitu

- Usaha menengah dan usaha besar memasarkan barang yang dihasilkan oleh usaha besar, konsep ini untuk beberapa hal sama dengan pola inti plasma dimana usaha mengah dan besar memasarkan hasil produksi usaha kecil.

- Usaha kecil memasok kebutuhan usaha menengah atau usaha besar, aplikasinya dapat terbentuk bahwa usaha kecil dapat memasokan hasil usahanya atau produk dari perusahaan lainnya.

d) Pola Waralaba

Sesuai dengan pola usaha kecil diberikan hal oleh usaha menengah atu besar untuk menggunakan lisensi merk dagang dan saluran distribusi perusahaannya kepada usaha kecil dengan disertai bantuan manajemen.

e) Pola Keagenan

(47)

f) Pola Bentuk - bentuk lain

Pola yang keenam ini pada dasar prinsipnya Undang - undang memberikan kebebasan bagi usahawan untuk mengadakan hubungan kemitraan di luar pola sebagaimana diutarakannya maka dengan secara konseptual undang - undang memperoleh bentuk -bentuk lain yang mungkin lebih efisien dan lebih efektif.

Dalam rangka meningkatkan kemampuan usaha yang bersekala kecil harus dibarengi dengan kebijakan berupa beberapa upaya secara sistematis maka dari itu kemitraan melakukan kerjasama usaha antara uasaha kecil dengah usaha menengah atau besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah usaha besar dengan melibatkan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan. (Sri Redjeki Hartono, 1995 dalam Rita Friyanti dkk, 2008)

a. Saling memerlukan

(48)

b. Saling memperkuat

Pola hubungan kemitraan yang untuk mempelancarkan dan mengoptimalkan segenap kerjasama yang saling memperkuat antara sesama usaha yang dalam rangka penyelenggara program yang berskala lebih luas antara hubungan pihak usaha sehingga tujuan program tercapai sesuai dengan rencana awal perjanjian.

c. Saling menguntungkan

Suatu kerja sama yang lebih mengutamakan pada keuntungan bersama dan ekonomi yang terdapat pada kesepakatan yang dibangun bersama yang hanya pada keuntungan belaka dengan standar ditetapkan masing - masing, baik standar harga, standar pemasaran.

Oleh karena itu dalam melakukan langkah kemitraan merupakan langka yang tepat untuk menekan atau mengurangi resiko, meningkatkan daya saing dan meningkatkan efisiensi sehingga kemitraan itu dapat saling menguntungka, saling memberikan bantuan antar usaha kecil dengan usaha besar, saling memerlukan dan saling memperkuat.

2.6. Pembinaan Usaha

(49)

industry, Kelima: Pembinaan untuk bidang usaha. (Mudrajad, 1997 dalam Sukarno, 2005)

a) Aspek Manajerial

Aspek yang diperlukan sumber daya manusia yang mampu menjalankan manajemen agro industri secara efisien maka aspek managerial, yang meliputi: peningkatan produktivitas / omset / tingkat. Aspek manajerial terdiri dari pembinaan yang realisasi sebagai penyerapan dana, pencapaian target pengeluaran, dan kendala serta tindak lanjut dari hasil evaluasi, dan aspek yang terkandung dalam manajerial yaitu pencerahan program, evaluasi dan survei. Pada hakekatnya bimbingan matematika sama halnya dengan bimbingan pada pembinaan.

b) Aspek Permodalan

Aspek yang didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal untuk melakukan peran dalam pembinaan industri kecil yang hendaknya diarahkan langsung pada penanganan permasalahan yang sering dihadapi oleh pengusaha industri kecil, seperti pembinaan permodalan dan manajemen teknis laennya yang dapat dilakukan secara terpadu dengan aspek pembinaan lainnya seperti bantuan teknologi dan pengembangan kewirausahaannya

c) Mengembangkan program kemitraan

(50)

menjadi usaha yang tangguh dan mandiri, serta dapat menjadi usaha menengah yang memilik daya saing. Yang untuk itu program kemitraan harus terus di kembangkan, termasuk dalam penyaluran dana pinjaman program kemitraan tersebut kepada IKM atau UKM. d) Pengembangan sentral industry kecil

Pengembangan pembinaan sentra industri kecil yang bertujuan untuk ditekankan pada peningkatan kesejahteraan pengrajin industry kecil Dengan pola bentuk-bentuk pembinaan yang mehekankan pada pelatihan kemampuan managemen usahanya dan serta Pembinaan yang diberikan secara menyeluruh terhadap semua aspek yang terdapat pada industry kecil sehingga dapat menetukan keberhasilan usahanya dengan membuat rekomendasi strategi pengembangan sentra industri kecil.

e) Pembinaan untuk bidang usaha

(51)

peranan yang penting dan strategis dalam mewujudkan membangunan perekonomi daerah usaha kecil tersebut.

Disamping itu pola pembinaan terhadap usaha kecil diupayakan sejalan dengan upaya pengembangan usaha sesuai dengan daya dukung lingkungannya. Oleh karena itu pembinaan dilaksanakan melalui pendekatan - pendekatan kelompok dan berkoordinasi dengan lembaga - lembaga terkait. Pola pembinaan meliputi di antara lain: Pembinaan manajerial, Pembinaan teknik produksi, Pembinaa pemasaran.

(Sylviani, 2000)

a.) Pembinaan manajerial

Pembinaan dalam bentuk pemberian wawasan dan pandangan yang lebih luas bagi para usaha kecil untuk meningkatkan usahanya. Aspek pembinaan yang diberikan antara lain : manajemen keuangan, administrasi serta pemasaran.

b.) Pembinaan teknik produksi

Pembinaan yang ditujukan untuk peningkatan produksi. c.) Pembinaan pemasaran

Pembinaan dalam bentuk pengetahuan tentang pasar.

(52)

individual sehingga Pembina memiliki peran dalam menyampaikan informasi dan teknologi kepada masyarakat dan mempengaruhi sasaran pembinaan melalui metoda dan teknik-teknik tertentu. Akan tetapi, pembina juga harus mampu menjadi jembatan penghubung antara pemerintah atau lembaga pembinaan yang diwakilinya dengan masyarakat sasarannya, baik dalam menyampaikan kebijakan-kebijakan yang harus diterima dan dilaksanakan oleh masyarakat sasaran, maupun untuk menyampaikan respons masyarakat kepada pemerintah atau lembaga pembinaan yang diwakilinya b u k a n semata - semata konsep social yang dilandasi motif belas kasih.

2.7. Kinerja Usaha Kecil

Istilah manajemen kinerja sering dipakai saat ini, namun tidak ada definisi uang disepakati secara umum. Dalam beberapa organisasi istilah manajemen kinerja tersebut dianggap sebagai nama lain untuk manajemen berdasarkan sasaran. Dalam organisasi lain manajemen kinerja hanya menyangkut penilaian perseorangan. Organisasi – organisasi lainnya mengaitkan dengan peristiwa tahunan yang berhubungan dengan pelatihan dan pengembangan, atau suatu proses yang berkaitan dengan pembayaran / sistem imbalan atau suatu balas jasa berdasarkan kinerja.

(53)

karyawannya agar dapat mengambil tindakan yang diperlukan apabila terjadi penurunan kinerja. (Sukarno, 2005)

Kinerja merupakan salah satu ukuran dari perilaku yang aktual d tempat kerja yang bersifat dimensional, dimana dimensi kerja meliputi kulitas output, kuantitas output, waktu kerja, kerjasama dengan rekan kerja. (Johnson, 1991 dalam Mulyanto, 2007)

1. Bersifat dimensional

Merupakan suatu sifat metode pemecehan soal kerja dalam untuk menerapkan faktor kesetaraan dan faktor konversi satuan yang diperlukan untuk meyakinkan bahwa faktor -faktor kesemaan dalam berkerja yang sesuai persamaan memiliki dimensi yang sama.

2. Kulitas output

Kualitas yang akan dicapai untuk mengandung makna bahwa dalam menerapkan standar berarti menetapkan kriteria mutu yang berdasarkan syarat - syarat perilaku kerja yang kesesuaian dan kesiapan untuk sebagai meningkatkan hasil kinerja dalam dimensi ukuran kerja.

3. Kuantitas output

(54)

4. Waktu kerja

Tempoh masa di mana pekerjaan yang dikehendaki bekerja dalam melakukan kegiatan yang ditentukan dalam jangka waktu tertentu saja. 5. Kerjasama dengan rekan kerja

Kerjasama dengan rekan kerja pada umumnya mencakup paradigma yang saling berkesinambungan yang dapat mendukung kerja sama sebagai bentuk yang ideal untuk pengelolaan urusan peningkatan mutu kinerja yang dimana dapat merujuk pada praktik seseorang atau kelompok yang lebih besar yang bekerja di dengan tujuan atau kemungkinan metode yang disetujui bersama secara umum.

Kinerja merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan keefektifan organisasional. Menurut (Mahoney dan Nazaruddin, 1998) yang dimaksud dengan kinerja adalah persepsi kinerja individual anggota organisasi dalam kegiatan manajerial yaitu antara lain :

1. Perencanaan

Menentukan tujuan atau serangkaian tujuan, merumuskan keadaan perusahaan saat ini, mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan baik dari lingkungan intern maupun ekstern perusahaan dan mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan.

2. Investigasi

(55)

3. Koordinasi

Proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah untuk mengaitkan dan menyesuaikan program sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.

4. Supervisi

Mengarahkan, memimpin dan mengembangkan bawahan, membimbing melatih dan menjelaskan peraturan kerja pada bawahan dan memberikan tugas kepada bawahan.

5. Pengaturan Staff

Mempertahankan angkatan kerja, merekrut, mewawancarai dan memilih pegawai baru, menempatkan dan mempromosikan dan mutasi pegawai.

6. Negosiasi

Pembelian, melakukan kontrak atau tawar menawar dengan penjual.

7. Perwakilan

Mewakili atasan bila tidak bisa hadir, dan dapat memberikan keputusan asalkan sudah disetujui atasan.

(56)

menunjang terciptanya integrasi kegiatan pada sektor-sektor ekonomi yang lain. Ketiga, potensinya terhadap penciptaan dan perluasan kesempatan kerja bagi pengangguran. Dan keempat, peranannya dalam jangka panjang sebagai basis bagi mencapai kemandirian pembagunan ekonomi, karena usaha kecil umumnya diusahakan oleh pengusaha mikro sehingga dapat terlihat dari mutu kinerja.

Sedangkan menurut (Gomes, 2000:142 dalam Sukarno, 2005) ada beberapa tipe criteria kinerja yang di dasarkan atas deskripsi perilaku yang spesifik, di antaranya adalah :

1. Kuantitas Pekerjaan (Quantity of work)

Jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode waktu yang telah ditentukan.

2. Kualitas Pekerjaan (Quality of work)

Kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat - syarat kesesuaian dan kesiapan.

3. Kreativitas (Creativeness)

Keaslian gagasan - gagasan yang di munculkan dan tindakan - tindakan untuk menyelesaikan persoalan - persoalan yang timbul. 4. Kerjasama (Cooperation)

(57)

5. Keteguhan (Dependability)

Kesadaran dan dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan penyelesaian pekerjaan.

6. Prakarsa (Initiative)

Semangat untk melaksanakantugas - tugas baru dan dalam memperbesar tanggung jawabnya.

7. Kualitas Pribadi (Personal qualities)

Menyangkut kepribadian, kepemimpinana, keramah tamahan, dan integritas pribadi.

Menurut (Roger G. Schroeder, 1995) terdapat tujuh dari tujuan dari pengukuran kinerja, antara lain:

1. Mengevaluasi prestasi kerja

Untuk membandingkan keluaran actual dalam suatu periode waktu dengan keluaran standar yang ditentukan dari pengukuran kinerja. 2. Merencanakan kebutuhan tenaga kerja

Untuk menentukan berapa banyak masukan tenaga kerja yang diperlukan dalam tingkat keluaran tertentu di masa yang akan dating. 3. Menentukan kapasitas yang tersedia

(58)

4. Menentukan harga atau biaya suatu produk

Keberhasilan dari penetapan harga atas produk adalah sebagai hal yang sangat menentukan bagi kelangsungan hidup bisnis.

5. Membandingkan metode kerja

Adanya suatu metode yang dipakai dan berbeda untuk suatu pekerjaan dengan pungukuran kinerja sebagai dasar untuk melakukan perbandingan ekonomis atas metode tersebut.

6. Mempermudah penjadwalan operasi

Salah satu masukan data bagi sistem penjadwalan adalah taksiran waktu bafgi kegiatan kerja yang diturunkan dari pengukuran kinerja. 7. Dengan inseftif upah

(59)

2.8. Pengaruh Pengembangan Organisasi Terhadap Pemberdayaan Usaha Kecil

Dari kebijakan pengembangan organisasi UKM harus disejalankan dengan kebijakan pemberdayaan usaha kecil yang untuk menumbuhkan kembali kegiatan produksi yang berbasis ekonomi rakyat dan yang terdapat pada di ruang lingkup UKM, pola penegembangan organisasi harus memperaktikkan dasar-dasar keorganisasian dalam mengelola usaha kecil tersebut. Hal ini sangat penting sebagai awal mengelola suatu usaha secara manajerial menuju perkembangan usaha kecil di masa datang, dengan sejalan kemajuan usaha kecil di daerah - daerah yang cenderung dinamis dan cepat maka organisasi juga perlu adanya pengembangan untuk menjawab tantangan perubahan social yang agregat dengan suatu proses terencana untuk mengembangkan kemampuan berorganisasi terhadapa usaha kecik maka dari itu pengembangan organisasi dapat mempengaruhi pemberdayaan UKM.

(60)

Sedangkan menurut Sukarno (2007) dalam Syarif (2001:110) baik buruknya pemberdayaan Usaha Kecil sangat ditentukan oleh berhasilnya Pengembangan Organisasi tersebut Akan semakin lebih berdaya usaha kecil tersebut jika proses pengembangan organisasi lebih sempurna.

Pengembangan organisasi dilakukan oleh dunia usaha dan masyrakat, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama dengan dilakukan secara terarah dan terpadu serta berkesinambungan yang untuk mewujudkan pemberdayaan usaha kecil yang tangguh dan mandiri serta dapat berkembang menjadi usaha menengah, maka pengembangan oraganisasi dilaksanakan dengan memperhatikan klasifikasi dari pemberdayaan usaha kecil. Sehingga dari tingkat klasifikasi pengembangan organisasi dapat mempengaruhi signifikan terhadap pemberdayaan usaha kecil (Sentot Harman, 2001)

(61)

menjamin kemandirian usaha terhadap UKM, di karenakan kemitraan itu harus berkomitmen dengan perjanjian awal yang di lakukan bersama akan tetapi tetap eksis menjalankan usahanya yang terdapat pada di ruang lingkup UKM sehingga kemitraan usaha dapat mempengaruhi pola pemeberdayaa usaha kecil.

Sebagaimana dikemukakan Sondang P. Siagian (2004), Jaringan kemitraan kini semakin disadari bahwa dalam mengelola organisasi apa pun di masa depan, informasi akan merupakan suatu komoditi yang sangat penting untuk dimiliki. Oleh karena itu usaha lecil aka ditantang untuk mengembangkan suatu sistem infrmasi yang efisien, handal dan mampu mendukung seluruh proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. Untuk itulah setiap pemberdayaan dituntut untuk menciptakan dan memelihara kemitraan informasional dengan berbagai organisasi, terutama ysng bergerak dalam produksib yang serupa dan melakukan berbagai kegiatan yang sejenis.

Sedangkan menurut Sukarno (2007) dalam Syarif (2001:110) suatu usaha kecil akan lebih berdaya atau pemberdayaan akan semakin berhasil apabila usaha tersebut menjalin kerjasama kemitraan dengan pihak lain atas dasar saling menguntungkan. Peran pemberdayaaan sebaiknya bagaimana usaha kecil tersebut dapat menjalin mitra bisnis, sehingga usaha kecil tersebut semakin lama semakin tumbuh dan berkembang.

(62)

kemitraan secara optimal dengan menekan atau mengurangi resiko, meningkatkan daya saing dan meningkatkan efisiensi yang terkait dengan tercapainya indikator pemberdayaan usaha kecil dari program kemitraan yang sesuai dengan peraturan yang ada. Sehingga membuktikan bahwa implementasi program kemitraan yang terdiri dari struktur birokrasi, sumber daya, disposisi dan komunikasi berpengaruh signifikan pemberdayaan usaha (Tahyu. 2010)

(63)

Sebagaimana dikemukakan Thomson (2005), Pembinaan mengkombinasikan obsevasi dengan pemberian nasihat, sperti modeling ini merupakan cara yang paling alamiah untuk belajar. Dalam konteks pengembangan manajemen pembinaan dapat dicapai dengan lebih baik jika melibatkan hubungan yang sehat antara dua pihak selama periode melakukan kerjasama. Pembinaan mempunyai beberapa implikasi yang telah ditemukan beberapa keberhasilan dalam memecahkan persoalan beberapa intrument di pemberdayaan.

Pola pembinaa usaha kecil di lakukan untuk meningkatkan usaha, perluasan kesempatan kerja serta pemerataan pendapatan usaha kecil dan pembinaan usaha melakukan dalam bentuk pelatihan manajemen dari program pemberdayaan maka dari pengamatan menunjukan bahwa pembinaan usaha dampak postif terhadap pemberdayaan usaha kecil sehingga pola pembinaan usaha dapat mempengaruhi terhadap pemberdayaan (Sylviani, 2000)

(64)

2.11.Pengaruh Pemberdayaan Terhadap Kinerja Usaha Kecil

Pemberdayaan usaha kecil menengah tidak semudah membalik telapak tangan, namun harus disertai langkah-langkah operasional dan mudah diterapkan serta praktis dalam pelaksanaanya, oleh sebab itu penerapan pola pemberdayaan terhadap usaha kecil akan menciptakan iklim yang saling percaya antara sesama usaha yang di dimana akan adanya terciptanya pengembangan organisasi, kemitraan usaha, pembinan usaha pada ruang lingkup UKM. Sehingga dengan adanya ini akan terdapat meningkatkan peluang pasar dan kompetitif terhadap UKM, oleh karena itu dalam pemberdayaan usaha untuk berupaya meningkatkan kinerja yang sedini mungkin yang untuk memberikan kontribusi terhadap usaha kecil yang selalu berperan aktif dalam semua kegiatan pembangunan perekonomian masyarakat setempat. Dengan segala kelebihan itu, pemberdayaan mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi yang terdapat pada masyarakat dalam untuk melakukan usahanya dan selain itu pemberdayaan usaha dapat mempengaruhi peningkatakan kinerja yang lebih baek serta keuntungan dan meningkatkan citra UKM

(65)

diantaranya peningkatan kerja masyarakat/kelompok masyarakat lewat usaha kecil/kecil menengah. Kelompok orang masyarakat yang berdaya sudah dilengkapi beberapa instrument baik perihal Pengembangan Organisasi, kemitraan, maupun Pembinaan terhadap usaha kecil tersebut.

(66)

Kinerja Usaha Kecil

(Z) Pemberdayaan

Usaha Kecil

(Y)

Pengembangan Organisasi (X1)

Kemitraan Usaha (X2)

(67)

2.13.Hipotesis

Berdasarkan permasalahan dan teori diatas maka hipotesis pada penelitian ini adalah :

a) Diduga pengembangan organisasi berpengaruh positif terhadap pemberdayaan usaha kecil.

b) Diduga kemitraan usaha berpengaruh positif terhadap pemberdayaan usaha kecil.

c) Diduga pembinaan usaha berpengaruh positif terhadap pemberdayaan usaha kecil.

(68)

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Definisi Operasional Variabel

Variabel beserta definisi operasional yang digunakan dalam pembahasan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan Organisasi (X1)

Pengembangan organisasi merupakan kegiatan yang dilakukan PT. Bank

BRI (Persero), Tbk. Cabang Sidoarjo terhadap usaha kecil kerupuk di Telasih

(Tulangan) dalam upaya lebih berdaya guna dan lebih dapat bersaing dengan

usaha lainnya, yang memiliki beberapa indicator menurut (Sukarno, 2005):

a. Efisiens Organisasi (X . )

Adalah kegiatan yang dilakukan oleh PT. Bank BRI (Persero), Tbk.

Cabang Sidoarjo untuk mengefesiensikan sesuatu pendapatan penghasilan

yang sebesar mungkin dengan usaha yang seminimal mungkin terhadap

UKM.

b. Efektifitas Organisasi (X1.2)

(69)

kualitas, efisiensi, fleksibilitas, kepuasan, sifat keunggulan dan

pengembangan.

c. Kesehatan Organisasi (X1.3)

Merupakan suatu kegiatan organisasi harus mengacu pada manajemen

yang sehat dengan menjalankan roda organisasi yaitu perencanaan,

pelaksanaan, dan penilaian terhadap usaha kecil.

2. Kemitraan Usaha (X2)

Kemitraan usaha yaitu merupakan suatu hubungan program kegiatan yang

di lakukan oleh PT. Bank BRI (Persero), Tbk. Cabang Sidoarjo terhadap usaha

kecil kerupuk di Telasih (Tulangan) yang dalam upaya lebih berdaya guna dan

lebih dapat bersaing dengan mitra binaan usaha jenis lainnya.

Adapun beberapa indicator yang terdapat dalam variabel Kemitraan Usaha

antara lain menurut (Sukarno,2005 dan Friyanti dkk,2008) :

a. Bersifat Sinergis (X . )

Suatu kegiatan yang ada pada dasar strategi- strategi yang terdapat dalam

hubungan kemitraan yang memiliki kemampuan untuk meningkatkan

(70)

Dalam melakukan kerjasama dilandasi oleh visi yang sama yang dimiliki

oleh PT. Bank BRI (Persero), Tbk. Cabang Sidoarjo dengan UKM

kerupuk di Telasih (Tulangan) yang dengan saling mendukung maka

hubungan kemitraan ini akan diselesaikan secara bersama-sama tanpa

merugikan salah satu pihak.

c. Saling Memperkuat (X2.3)

Merupakan suatu hubungan kemitraan yang untuk mempelancarkan dan

mengoptimalkan segenap kerjasama yang saling memperkuat antara PT.

Bank BRI (Persero), Tbk. Cabang Sidoarjo dengan UKM kerupuk di

Telasih (Tulangan) dalam rangka penyelenggara program yang berskala

lebih luas, sehingga tujuan program tercapai sesuai dengan rencana awal

perjanjian.

d. Saling Menguntungkan (X2.4)

Merupakan suatu kegiatan kerja sama yang lebih mengutamakan pada

keuntungan bersama dan ekonomi yang terdapat pada kesepakatan yang

dibangun bersama yang hanya pada keuntungan belaka dengan standar

ditetapkan masing - masing, baik standar harga, standar pemasaran.

3. Pembinaan Usaha (X3)

(71)

masyarakat dan lingkungannya serta di rancang untuk dapat meningkatkan mutu

pengrajin UKM kerupuk di Telasih (Tulangan) kerupuk.

Adapun beberapa indicator yang terdapat dalam variabel Pembinaan

Usaha antara lain menurut (Sukarno,2005 dan Sylviani,2000) :

a. Aspek Manajerial (X . )

Merupakan aspek kegiatan yang diperlukan sumber daya manusia yang

mampu menjalankan manajemen agro industri secara efisien maka aspek

managerial, yang meliputi peningkatan produktivitas / omset / tingkat.

b. Aspek Permodalan (X3.2)

Merupakan aspek yang didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal

atau pinjaman modal yang dilakukan oleh PT. Bank BRI (Persero), Tbk.

Cabang Sidoarjo untuk melakukan peran dalam pembinaan industri kecil

yang hendaknya diarahkan langsung pada penanganan permasalahan yang

sering dihadapi oleh UKM kerupuk di Telasih (Tulangan) kerupuk.

(72)

produksi.

d. Pembinaan Pemasaran (X3.4)

Merupakan kegiatan Pembinaan dalam bentuk pengetahuan tentang pasar.

4. Pemberdayaan UKM (Y)

Pemberdayaan UKM merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh PT.

Bank BRI (Persero), Tbk. Cabang Sidoarjo terhadap usaha kecil kerupuk di

Telasih (Tulangan) dalam upaya lebih berdaya guna dan lebih dapat bersaing

dengan usaha lain.

Adapun beberapa indicator yang tedapat dalam variabel Pemberdayaan

UKM antara lain menurut (Sukarno, 2005 Hubeis, 2010 dan Suarja, 2008) :

a. Participatory (Y . )

Peran dalam berpartisipasi untuk memperkuat potensi atau daya yang

dimiliki oleh masyarakat, dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah

lebih positif selain dari hanya menciptakan iklim dan suasana. Perkuatan

ini meliputi langkah-langkah nyata dan menyangkut penyediaan berbagai

masukan, serta pembukaan akses ke dalam berbagai peluang yang akan

(73)

Adalah jumlah sumber daya manusia (karyawan) yang bekerja pada usaha

kecil mitra binaan PT. Bank BRI (Persero), Tbk. Cabang Sidoarjo.

c. Mutu Produk IKM (Y1.3)

Adalah kualitas hasil produksi yang dihasilkan oleh industry itu baik atau

yidak, sehingga dapat dipasarkan ke pasaran yang lebih luas.

d. Pemberdayaan Institusional (Y1.4)

Merupakan kegiatan Pendekatan dalam pemberdayaan yang berbasis

institusi (pranata) sosial budaya yang tumbuh, hidup, dan berkembang

dalam usaha kecil yang bersengkutan.

e. Pengembangan Jaringan Pemasaran (Y1.5)

Merupakan suatu kegiatan yang dimana untuk mempromosikan proyek

UKM, modernisasi usaha kecil, dan Pengembangan saran pemasaran

UKM.

5. Kinerja Usaha Kecil (Z)

Merupakan seperangkat hasil yang dicapai industry kecil kerupuk di

Telasih kecamatan Tulangan dan merujuk pada pencapaian pemberdayaan yang di

(74)

UKM antara lain menurut (Mulyanto, 2007 Nazaruddin, 1998 Sukarno,2005 dan

Schroeder, 1995) :

a. Kualitas Output (Z . )

Kualitas yang akan dicapai untuk mengandung makna bahwa dalam

menerapkan standar berarti menetapkan kriteria mutu yang berdasarkan

syarat-syarat perilaku kerja yang kesesuaian dan kesiapan untuk sebagai

meningkatkan hasil kinerja dalam dimensi ukuran kerja.

b. Kuantitas Output (Z1.2)

Suatu tolok ukur yang berkaitan dengan jumlah perkerjaan yang akan

menjadi aspek utama dalam merefleksikan keberhasilan dalam

perkembangan penilaian kinerja yang menjadi bahan actual di tempat

kerja.

c. Waktu Kerja (Z1.3)

Tempoh masa di mana pekerjaan yang dikehendaki bekerja dalam

melakukan kegiatan yang ditentukan dalam jangka waktu tertentu saja.

d. Negosiasi (Z1.4)

(75)

Kesediaan Untuk bekerjasama dengan orang lain (sesama organisasi).

f. Mengevaluasi Prestasi Kerja (Z1.7)

Untuk membandingkan keluaran actual dalam suatu periode waktu dengan

keluaran standar yang ditentukan dari pengukuran kinerja.

g. Dengan Inseftif Upah (Z1.8)

Dengan inseftif upah, para pekerja dapat menerima lebih besar upah yang

telah ditetapkan didasari oleh program standar waktu yang mendefinisikan

(76)

data satu dengan data yang lain sama tetapi tidak merupakan nilai nol absolute

(Indrianto dan Supomo, 2002:105). Analisis dilakukan dengan meminta responden

untuk menyatakan pendapatan tentang serangkaian yang berkaitan obyek yang diteliti

dalam bentuk nilai yang berada 2 sisi.

Skala pengukuran yang digunakan adalah interval dan skala data yang

digunakan adalah Semantic Differential Scale. Skala ini disusun dalam suatu garis

kontinu dengan jawaban positifnya yang terletak di sebelah kanan dan jawaban

negative di sebelah kiri, atau sebaliknya skala data yang digunakan adalah interval 1

sampai 7, di gambarkan sebagai berikut :

1 7

Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju

Tanggapan atau pendapatan tersebut dinyatakan dengan member skor yang

berada dalam rentang 1 sampai dengan 7 pada masing-masing skala, dimana nilai 1

menunjukan nilai terendah dan nilai 7 nilai tertinggi.

Dengan criteria 1= sangat tidak setuju, 2= tidak setuju, 3= agak tidak setuju,

(77)

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tetentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2004:72). Populasi

dalam penelitian ini adalah 105 pemilik usaha kecil menengah dalam

pemberdayaan UKM di Kecamatan Tulangan Sidoarjo, namun dalam unit usaha

yang sebenarnya pada UKM di Kecamatan Tulangan ada 107 UKM, dan akan

tetapi dari sisa 2 unit usaha di UKM tersebut mengalami kerugian operasionalnya

sehingga mitra binaannya meragukan memberi bantuan dana terhadap unit usaha

yang bermasalah.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari keseluruhan populasi yang menjadi obyek dari suatu

penelitian. Sampel dipilih berdasarkan teknik purposive sampling, yaitu teknik

penentuan sampel dengan pertimbangan atau criteria tertentu (Sugiono, 2003:61).

Sampel dalam penelitian ini adalah pemilik usaha kecil menengah dalam

pemberdayaan UKM di Kecamatan Tulangan Sidoarjo.

Untuk jumlah sampel menggunakan pedoman sebagai berikut

(Ferdinand, 2002:48) :

a) 100-200 sampel untuk teknik Maksimum Likelihood Estimation.

b) Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi, dengan pedoman 5-10 kali

(78)

Jumlah sampel adalah jumlah indicator dikali 5-10. Bila terdapat 20 indikator,

besarnya sampel 100-200.

d) Bila sampelnya sangat besar, maka dapat memilih teknik estimasi, misalnya bila

jumlah sampel di atas 2500, teknik estimasi ADF dapat digunakan.

Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 105 pemilik usaha kecil.

3.1.4. Jenis Data Data Primer

Data primer yang diolah dalam penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan

kuesioner kepada pemilik usaha kecil binaan yang menerima bantuan modal dan

social dari PT. Bank BRI (Persero), Tbk. Cabang Sidoarjo.

3.1.5. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi

Yaitu pengamatan langsung pada pengusaha kecil dan beberapa mitra usaha untuk

mendapatkan bukti-bukti yang berkaitan dengan usaha kecil.

b. Wawancara

Yaitu melakukan wawancara dengan asosiasi usaha kecil kerupuk di Telasih

(Tulangan) dan mitra usaha binaan untuk memperoleh informasi atau data-data

yang diperlukan untuk kebutuhan penilitian.

c. Kuesioner

(79)

3.2.1. Teknik Analisis

Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah

Structural Equation Modeling [SEM]. Model pengukuran factor sikap, perilaku konsumen, keputusan pembelian, factor intern, factor ekstern, menggunakan

Confirmatory Factor Analysis. Penaksiran pengaruh masing-masing variable bebas terhadap variable terikatnya menggunakan koefisien jalur. Langkah-langkah dalam

analisis SEM model pungukuran dengan contoh factor Pengembangan Organisasi,

Kemitraan usaha, dan Pembinaan Usaha sebagai berikut. Persamaan dimensi factor Pengembangan Organisasi :

X1 = λ 1 Efisiens Organisasi + er_1

X2 = λ 2 Efektifitas Organisasi + er_2

X3 = λ 3 Kesehatan Organisasi + er_3

Persamaan dimensi factor Kemitraan usaha :

X1 = λ 1 Bersifat Sinergis + er_1

X2 = λ 2 Saling Mendukung + er_2

X3 = λ 3 Saling Memperkuat + er_3

X4 = λ 4 Saling Menguntungkan + er_4

Persamaan dimensi factor Pembinaan Usaha :

X1 = λ 1 Aspek Manajerial + er_1

X1 = λ 2 Aspek Permodalan + er_2

X1 = λ 3 Pembinaan Teknik Produksi + er_3

(80)

Pengembangan Organisasi

(X1)

Gambar 3.1

Contoh Model Pengukuran Pengembangan Organisasi

Keterangan:

X1.1 = Pertanyaan tentang Efisiens Organisasi

X1.2 = Pertanyaan tentang Efektifitas Organisasi

X1.3 = Pertanyaan tentang Kesehatan Organisasi

Er j = error term X₁ j

X1.1

X1.2

X1.3

er_1

er_2

(81)

Kemitraan Usaha

(X2)

Gambar 3.2

Contoh Model Pengukuran Kemitraan Usaha

Keterangan:

X2.1 = Pertanyaan tentang Bersifat Sinergis

X2.2 = Pertanyaan tentang Saling Mendukung

X2.3 = Pertanyaan tentang Saling Memperkuat

X2.4 = Pertanyaan tentang Menguntungkan

Er j = error term X₁ j

X2.1 X2.1

X2.4 X2.3

er_2

(82)

Pembinaan Usaha

(X3)

Gambar 3.3

Contoh Model Pengukuran Pembinaan Usaha

Keterangan:

X3.1 = Pertanyaan tentang Aspek Manajerial

X3.2 = Pertanyaan tentang Aspek Permodalan

X3.3 = Pertanyaan tentang Pembinaan Teknik Produksi

X3.4 = Pertanyaan tentang Pembinaan Pemasaran

Er j = error term X₁ j

X3.1

X3.2

X3.3

X3.4

er_1

er_2

er_3

(83)

Pemberdayaan Usaha Kecil

(Y)

Gambar 3.4

Contoh Model Pengukuran Pemberdayaan Usaha Kecil

Keterangan:

Y1.1 = Pertanyaan tentang Participatory

Y1.2 = Pertanyaan tentang Peningkatan SDM

Y1.3 = Pertanyaan tentang Mutu Produk IKM

Y1.4 = Pertanyaan tentang Pemberdayaan Institusional

Y1.5 = Pertanyaan tentang Pengembangan Jaringan Pemasaran

Er j = error term Y₁ j

Y1.1

Y1.5

Y1.3

Y1.4

Y1.2

Gambar

Tabel 1.1 Jumlah Produksi IKM Kerupuk
Gambar 3.1 Contoh Model Pengukuran Pengembangan Organisasi
Gambar 3.2 Contoh Model Pengukuran Kemitraan Usaha
Gambar 3.3 Contoh Model Pengukuran Pembinaan Usaha
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan masalah yang dipaparkan diatas dan berdasarkan uraian dari penelitian sebelumnya yang memiliki hasil yang berbeda, peneliti tertarik untuk

Penelitian ini bertujuan mengetahui interaksi antara NAA dan BAP dalam beberapa konsentrasi yang berbeda terhadap jumlah daun, tinggi plantlet, dan jumlah akar dari

Dengan demikian memperhatikan contoh di atas, maka akan dapat diketahal lafadz م ررق bisa berubah-ubah sesuai dengan bentuk yang dimaksud serta dengan makna yang

Secara Hukum Ekonomi Syariah terhadap Pemanfaatan Marhun oleh Murtahin dalam Pelaksanaan Gadai kebun di Desa Air Buluh, Kecamatan Kuantan Mudik Kabupaten Kuantan

Mengkaji fungsi peran penyelenggaraan ujian negara untuk meningkatkan mutu lulusan dan proses pengelolaan PTS, maka ruang lingkup Administrasi Pendidikan dalam penyelengga raan

Televisi adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu yang monokrom (hitam- putih) maupun berwarna.

 perhitun itungan gan tekn teknik, ik, khus khususny usnya a yang yang melib melibatkan atkan matr matriks iks dan dan vekt vektor or deng dengan an wakt waktu u

Pola yang sama didapatkan pada penelitian yang dilakukan oleh Durratul Fakhiroh (2107) dalam pengujian generasi pada penelitiannya menggunakan algoritma genetika untuk