• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN SIKLUS BELAJAR 5E DAN INKUIRI BEBAS DIMODIFIKASI DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR ANALISIS DAN KREATIVITAS SISWA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN SIKLUS BELAJAR 5E DAN INKUIRI BEBAS DIMODIFIKASI DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR ANALISIS DAN KREATIVITAS SISWA."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN SIKLUS BELAJAR 5E

DAN INKUIRI BEBAS DIMODIFIKASI DITINJAU DARI

KEMAMPUAN BERPIKIR ANALISIS DAN KREATIVITAS SISWA.

Rini Susanti1), Widha Sunarno2), Haryono2),

1

Pendidikan Sains, Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia

rsusanti85@yahoo.co.id

 

2

Pendidikan Sains, Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia

Widha sunarno@gmail.com

3

Pendidikan Sains, Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia

Haryono_uns@yahoo.co.id

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan siklus belajar 5E, inkuiri bebas dimodifikasi, kemampuan berpikir analisis, kreativitas, dan interaksinya terhadap prestasi belajar ranah kognitif siswa. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dan dilaksanakan dari bulan November 2011- Mei 2012. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XII IPA SMA N 3 Madiun tahun pelajaran 2011/2012. Sampel diperoleh dengan teknik cluster random sampling yang terdiri dari empat kelas. Kelas XII IPA1 dan XII IPA 4 diberi pembelajaran siklus belajar 5E dan kelas XII IPA 2 dan XII IPA 3 diberi pembelajaran inkuri bebas dimodifikasi. Data dikumpulkan dengan metode tes untuk prestasi belajar kognitif, kemampuan berpikir analisis, dan kreativitas, angket untuk prestasi afektif, dan lembar observasi untuk psikomotor siswa. Hipotesis diuji menggunakan Anava. Dari hasil analisis data disimpulkan: 1) tidak ada pengaruh pembelajaran siklus belajar 5E dan inkuiri bebas dimodifikasi terhadap prestasi belajar kognitif siswa, 2) ada pengaruh kemampuan berpikir analisis terhadap prestasi belajar kognitif siswa, 3) ada pengaruh kreativitas terhadap prestasi belajar kognitif siswa, 4) tidak ada interaksi antara pembelajaran siklus belajar 5E dan inkuiri bebas dimodifikasi dengan kemampuan berpikir analisis terhadap prestasi belajar kognitif siswa, 5) ada interaksi antara pembelajaran siklus belajar 5E dan inkuiri bebas dimodifikasi dengan kreativitas terhadap prestasi belajar kognitif siswa, 6) ada interaksi antara kemampuan berpikir analisis dengan kreativitas terhadap prestasi belajar kognitif siswa, 7) tidak ada interaksi antara pembelajaran siklus belajar 5E dan inkuiri bebas dimodifikasi, kemampuan berpikir analisis, dengan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa.

Kata kunci : prestasi belajar, metode eksperimen, elektrolisis.

Pendahuluan

Kualitas kehidupan bangsa ditentukan oleh faktor pendidikan sebagaimana yang diamanatkan UUD 1945 bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun pada kenyataannya kualitas pendidikan Indonesia sangat memprihatinkan. Berdasarkan hasil data PISA (2006), pelajar Indonesia di bidang sains, bacaan, dan matematika menempati peringkat 50, 48, dan 50 dari 57 negara (Seto Mulyadi, 2011: 67). Berdasarkan kondisi ini harus dilakukan suatu pembaharuan dalam bidang pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Pembaharuan

dalam pendidikan inilah yang melatarbelakangi berlakunya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

KTSP dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah, karakteristik sekolah, sosial budaya masyarakat, dan karakteristik peserta didik. Guru sebagai salah satu bagian dari proses pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan mutu pendidikan dengan cara mengubah proses pembelajaran dari teacher-centered menjadi student-centered. Pembelajaran ini diharapkan mendorong terwujudnya pembelajaran aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan bermakna bagi siswa. Siswa diberi kesempatan mengeksplorasi kemampuan yang dimilikinya, membuktikan konsep-konsep melalui percobaan yang

PASCASARJANA

(2)

dilakukan sendiri sehingga akan memperoleh pengalaman belajar yang akan meningkatkan pemahamannya Selain itu guru juga harus merancang dan mengimplementasikan model-model pembelajaran yang disesuaikan dengan karakter materi yang akan disampaikan serta karakter siswa yang diajarnya, sehingga tujuan pembelajaran yang ditetapkan akan tercapai setelah akhir pembelajaran.

Pembelajaran ilmu kimia masih merupakan tantangan bagi guru, kimia masih dipandang siswa sebagai materi pelajaran yang sulit, hal ini karena siswa masih sering mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep, istilah-istilah dalam kimia, kesulitan dalam bekerja dengan angka-angka, bahkan menggunakan alat-alat kimia. Elektrolisis adalah salah satu materi yang dianggap sulit oleh siswa, materi tersebut bersifat kompleks, meliputi konsep-konsep yang memerlukan kemampuan analisis tinggi, bersifat faktual dan empiris, serta memiliki beberapa kegunaan dalam industri antara lain pada proses penyepuhan, pengisian aki, dan pemurnian logam.

Selama ini proses pembelajaran di SMAN 3 Madiun masih sering berpusat pada guru dan metode yang sering digunakan adalah metode ceramah. Metode ini digunakan karena guru menganggap metode ini paling efisien terutama waktu yang diperlukan tidak terlalu lama dan materi segera terselesaikan, namun dengan metode ini siswa menjadi pasif dan jarang bertanya, bahkan mengalami kesulitan memahami konsep-konsep, sehingga prestasi belajar yang dicapai siswa kurang maksimal. Sementara disisi lain penilaian prestasi belajar hanya terbatas pengukurannya pada ranah kognitif saja, tidak dilakukan pada ranah psikomotor dan afektif.

Untuk mengatasi masalah tersebut maka dalam pembelajaran kimia banyak model atau metode pembelajaran yang dapat diaplikasikan. Penerapan model atau metode ini harus disesuaikan dengan karakter materi, sarana pendukung, dan kondisi siswa. Menurut pandangan konstruktivisme dalam proses pembelajaran, manusia membangun pengetahuan dengan cara memberi arti pengetahuan sesuai dengan pengalamannya. Pengetahuan bukan seperangkat fakta yang siap diambil dan diingat tetapi manusia harus membangun pengetahuan dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Ratna Wilis Dahar (1988) menyatakan bahwa pengetahuan yang diperoleh siswa adalah akibat

konstruksi aktif melalui asimilasi, akomodasi, dan organisasi yang berlangsung terus menerus sehingga struktur kognitif akan berkembang. Oleh karena itu siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, menumbuhkan sikap ilmiah, dan bergelut dengan ide-ide.

Inkuiri adalah pembelajaran yang berparadigma konstruktivistik. Menurut Trowbridge dan Bybee (1986: 183) menyatakan bahwa inkuiri diartikan sebagai proses mendefinisikan dan menyelidiki masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, menemukan data, dan mengambarkan kesimpulan dari masalah-masalah tersebut. Dengan inkuiri akan mengaktifkan siswa dalam proses pengkonstruksian pemahamannya melalui pengalaman yang dialaminya sendiri. Inkuiri terdiri dari tingkat tingkatan yaitu: inkuiri terbimbing, inkuiri bebas, dan inkuiri bebas dimodifikasi, perbedaanya terletak pada proses yang dilakukan siswa dan keterlibatan guru dalam pembelajaran.

Salah satu pembelajaran konstruktivistik lain adalah siklus belajar atau learning cycle 5E (LC 5E). LC 5E terdiri dari dari 5 tahap (Lorsbach, 2001) yaitu: engagement, exploration, explanation, elaboration, and evaluation. Penekanan LC 5E adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa melakukan investigasi dan bukti-bukti untuk mendukung kesimpulan yang dibuatnya, serta mengaplikasikan konsep yang didapatnya pada situasi yang baru, sehingga konsep yang didapat akan lebih dipahami dengan baik. Selain ketepatan pemilihan model atau metode yang digunakan, untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan guru harus memperhatikan aspek internal siswa seperti kemampuan berpikir analisis, kreativitas, gaya belajar, dll.

Berdasarkan karakter materi elektrolisis maka dalam mempelajarinya diperlukan kemampuan berpikir analisis, yaitu kemampuan mengidentifikasi maksud dan hubungan-hubungan kesimpulan yang benar diantara pernyataan, pertanyaan, konsep, gambaran, atau bentuk lain yang mewakili untuk mengungkapkan keyakinan, alasan, informasi, dan opini (Facione, 2011: 5). Dalam mempelajari elektrolisis siswa-siswa akan mengidentifikasi spesi-spesi yang mengalami reduksi dan oksidasi di katoda dan anoda, mengidentifikasi data-data hasil eksperimen,

PASCASARJANA

(3)

maupun data-data yang tersedia ketika menyelesaikan soal-soal hukum Faraday. Kreativitas juga salah satu aspek internal yang diperlukan. Kreativitas menurut Utami Munandar (2009: 25) adalah kemampuan memberikan gagasan-gagasan baru untuk memecahkan masalah. Dalam mempelajari meteri elektrolit misalkan dalam penyepuhan diperlukan kreativitas siswa merancang percobaan dan melakukan percobaan.

Siswa SMAN 3 Madiun memiliki karakter aktif, dinamis, senang melakukan percobaan di laboratorium, dan memiliki rasa keingintahuan yang tinggi, sarana laboratorium sekolah juga lengkap, sehingga menunjang untuk pembelajaran eksperimen, akan tetapi prestasi belajar yang dicapai untuk materi elektrolisis masih kurang maksimal. Berdasarkan uraian diatas perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui: (1) pengaruh pembelajaran siklus belajar 5E dan inkuiri bebas dimodifikasi terhadap prestasi belajar siswa, (2) pengaruh kemampuan berpikir analisis siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa, (3) pengaruh kreativitas siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa, (4) interaksi antara pembelajaran siklus belajar 5E dan inkuiri bebas dimodifikasi dengan kemampuan berpikir analisis siswa terhadap prestasi belajar siswa, (5) interaksi antara pembelajaran siklus belajar 5E dan inkuiri bebas dimodifikasi dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa, (6) interaksi antara kemampuan berpikir analisis dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa, (7) interaksi antara pembelajaran siklus belajar 5E dan inkuiri bebas dimodifikasi, kemampuan berpikir analisis dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa.

Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan secara bertahap. Metode penelitian adalah metode eksperimen dengan dua kelompok eksperimen. Kelompok pertama diberi perlakuan dikenai pembelajaran LC 5E dan kelompok kedua dengan pembelajaran inkuiri bebas dimodifikasi. Sebelum diberi perlakuan masing-masing kelas eksperimen diberi tes kemampuan berpikir analisis dan kreativitas siswa. Data hasil yang diperoleh dikategorikan menjadi siswa dengan kemampuan berpikir analisis tinggi dan rendah, begitu juga untuk kreativitas dikategorikan kreativitas tinggi dan rendah. Selama proses

pelaksanaan pembelajaran praktikum dilakukan penilaian aspek psikomotor melalui pengamatan dan setelah pembelajaran selesai dilakukan penilaian aspek kognitif dan afektif. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XII IPA SMAN 3 Madiun tahun pelajaran 2011-2012. Teknik pengambilan sampel adalah cluster random sampling. Diperoleh kelas XII IPA 1 dan 4 kelas eksperimen pertama, kelas XII IPA 2 dan 3 kelas eksperimen kedua, kelas-kelas eksperimen yang digunakan dilakukan uji kesamaan rata-rata untuk mengetahui bahwa kelas yang digunakan memiliki keadaan awal yang sama. Desain faktorial penelitian adalah 2x2x2.Variabel terikat adalah model pembelajaran yaitu model pembelajaran LC 5E dan inkuiri bebas dimodifikasi, dan berskala nominal. Kemampuan berpikir analisis dan kreativitas sebagai variabel moderator, dan berskala ordinal. Sedangkan variabel terikat adalah prestasi belajar aspek kognitif dan berskala interval.

Teknik tes digunakan untuk mengumpulkan data prestasi aspek kognitif, kemampuan berpikir analisis, dan kreativitas siswa. Sedangkan untuk mengukur prestasi aspek afektif digunakan teknik angket, dan prestasi aspek psikomotor diukur dengan lembar observasi yang dilengkapi dengan rubrik penilaian.Sebelum digunakan untuk mengambil data, instrumen-instrumen tersebut dilakukan ujicoba untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya. Untuk instrumen tes prestasi aspek kognitif dilakukan uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda. Sedangkan untuk instrumen aspek afektif dilakukan uji validitas dan reliabilitasnya. Untuk instrumen pada variabel moderator disusun kisi-kisinya dan dikonsultasikan pada ahli untuk mengetahui kesesuaian teori dengan komponen dan indikator dan juga dilakukan uji validitas dan reliabilitasnya.

Teknik analisis data dengan melakukan uji prasyarat analisis terlebih dahulu yaitu uji normalitas dan homogenitas. Taraf signifikansi yang digunakan (α = 0,05). Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan ANAVA dengan statistik uji general linear model dengan taraf signifikansi (α = 0,05).

PASCASARJANA

(4)

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Data prestasi belajar kimia aspek kognitif diperoleh dari hasil tes prestasi belajar pada materi pokok elektrolisis disajikan pada Table 1.

Tabel 1. Data Prestasi Belajar Kognitif Siswa

Kelas Jumlah

Data prestasi belajar kognitif siswa dengan kemampuan analisis tinggi dan rendah serta kreativitas tinggi dan rendah disajikan pada Tabel 2 dan 3

Tabel 2. Data Prestasi Kognitif Siswa dengan Kemampuan Berpikir Analisis Tinggi dan Rendah

LC 5E

Tabel 3. Data Prestasi Kognitif Siswa dengan Kreativitas Tinggi dan Rendah

Siklus Belajar 5E

Inkuiri Bebas

.Hasil uji Anava terhadap prestasi belajar dalam penelitian ini dianalisis dengan SPSS 18 yang hasil analisisnya disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Rangkuman Uji Hipotesis Penelitian

Hipotesis Sig. Taraf sig. Keputusan Uji Hipotesis pertama 0,161 0,05 H0 diterima

Berdasarkan uji dengan GLM diperoleh sig>0,05, hal ini menunjukkan tidak ada pengaruh pembelajaran siklus belajar 5E dan inkuiri bebas dimodifikasi terhadap prestasi belajar siswa. Nilai rerata kelas siklus belajar 5E dan inkuiri bebas dimodifikasi berturut-turut 78,1 dan 75,5. Menurut Tzu-Chien Liu, Hsinyi Peng, Wen-Hsuan Wu dan Ming-Sheng Lin (2009: 355) bahwa pembelajaran berbasis siklus belajar 5E efektif meningkatkan pemahaman siswa, dan juga Stephen J. Wolf dan Barry J Fraser (2008) menyatakan bahwa siswa dengan pembelajaran inkuiri mendapatkan nilai pencapaian yang lebih baik daripada siswa dengan pembelajaran non inkuiri. Berdasarkan kedua pendapat diatas bahwa kedua pembelajaran memiliki kelebihan meningkatkan prestasi belajar siswa, dan juga sintaks kedua model tidak memiliki perbedaan yang signifikan, hanya saja pada siklus belajar intensitas bimbingan guru lebih besar daripada inkuiri. Berdasarkan hasil pengamatan bahwa siswa yang dikenai pembelajaran inkuiri bebas dimodifikasi lebih siap menerima pembelajaran karena pada pembelajaran berbasis ekasperimen mereka telah merancang prosedur eksperimennya sendiri, hal ini membuat siswa lebih paham apa yang harus dilakukan dan dibuktikan sehingga proses praktikum berjalan lebih lancar, sedangkan pada siklus belajar 5E guru telah menyediakan prosedur praktikum ternyata menyebabkan siswa cenderung menunggu instruksi dari guru untuk melaksanakan percobaan dan kurang memahami apa yang harus dilakukan. Kedua model pembelajaran tidak berpengaruh didukung oleh data nilai rerata prestasi belajar ranah afektif pada model siklus belajar dan inkuiri bebas dimodifikasi berturut-turut 121,0 dan 123,3;

pada ranah psikomotor adalah 78,2 dan 78,0

hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan.

2. Hipotesis Kedua

Signifikansi 0,000 < 0,05, ini menunjukkan kemampuan berpikir analisis tinggi rendah berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Nilai rata-rata prestasi kognitif siswa yang memiliki kemampuan berpikir analisis tinggi dan rendah berturut-turut adalah 80,7 dan 72,9. Siswa dengan kemampuan analisis tinggi dalam menyelesaikan masalah akan mempergunakan kemampuannya untuk

PASCASARJANA

(5)

mengidentifikasi dan mencari hubungan dari fakta-fakta yang ada, mengetahui alasan atau penyebab mengapa terjadi demikian sehingga setelah yakin akan akan hasil analisisnya maka siswa tersebut akan membuat keputusan (decision making). Semakin tinggi kemampuan yang dimiliki semakin baik keputusan yang dibuat. Siswa dengan kemampuan analisis tinggi akan lebih mudah melakukan asimilasi dan akomodasi dalam proses membangun pengetahuannya, dengan demikian hasil belajar yang dicapainyapun akan lebih baik daripada siswa dengan kemampuan analisis rendah, hal ini sesuai dengan hasil penelitian Oscarson and Osberg (2010: 4) menyatakan bahwa keterampilan berpikir (thinking skills) berkorelasi signifikan terhadap prestasi kognitif siswa materi kimia

3. Hipotesis Ketiga

Berdasarkan hasil uji hipotesis diperoleh sig. 0,000 < 0,05, menunjukkan ada pengaruh kreativitas tinggi rendah terhadap prestasi belajar siswa. Nilai rerata prestasi kognitif siswa yang memiliki kemampuan kreativitas tinggi dan rendah berturut-turut adalah 81,4 dan 72,4. Siswa yang memiliki kreativitas tinggi dapat diamati dari sikapnya dimana siswa yang memiliki kreativitas tinggi akan memiliki ciri-ciri imajinatif, inisiatif, mandiri dalam berpikir, memiliki rasa keingintahuan yang tinggi, percaya diri, berani mengambil resiko dalam menyelesaikan masalah. Sementara ciri-ciri aptitute dari kreativitas adalah kelancaran, kelenturan, dan orisinalitas dalam berpikir hal ini berhubungan dengan berpikir divergen atau memiliki kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah. Karnes et al (1961) dalam Daniel Fasco, Jr (2001: 320) menyatakan bahwa kreativitas berhubungan secara signifikan pada pencapaian pendidikan. Materi elektrolisis memerlukan kreativitas dalam memahaminya, dengan kelenturan dan kelancaran berpikir siswa-siswa dapat mengemukan ide-ide maupun cara dalam membangun pengetahuannya, semakin tinggi kreativitasnya semakin baik proses pemkonstruksian pengetahuan sehingga prestasi belajar semakin baik.

4. Hipotesis Keempat

Hasil analisis diperoleh sig. 0,410>0,05 menunjukkan tidak ada interaksi antara interaksi antara pembelajaran siklus belajar 5E dan

inkuiri bebas dimodifikasi kemampuan berpikir analisis siswa terhadap prestasi belajar siswa. Materi elektrolisis memerlukan kemampuan berpikir analisis untuk memahaminya. Kedua model pembelajaran menuntut siswa berpikir aktif untuk mengintegrasikan kemampuannya mengindentifikasi, mencari hubungan antar konsep, hingga mengambil keputusan. Siswa dengan kemampuan berpikir analisis tinggi dikenai model Pada pembelajaran siklus belajar 5E intensitas bimbingan lebih besar, siswa dengan kemampuan berpikir analisis tinggi maupun rendah memiliki prestasi lebih tinggi pada pembelajaran ini. Siswa dengan kemampuan rendah dengan bimbingan guru maka akan memberi kesempatan pada siswa untuk mengidentifikasi, menganalisis data-data yang tersedia hingga proses penyimpulan konsep dengan lebih baik. Selain itu pembelajaran yang dilakukan secara kelompok, hal ini akan terbentuk kerjasama antar siswa, sehingga tidak hanya faktor kemampuan berpikir analisis dan model pembelajaran saja yang mempengaruhi prestasi belajar tetapi juga faktor-faktor dari dalam maupun dari luar diri siswa yang lainnya.

5. Hipotesis Kelima

  Berdasarkan uji hipotesis dapat disimpulkan ada interaksi antara pembelajaran siklus belajar 5E dan inkuiri bebas dimodifikasi dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa. rata-rata prestasi belajar aspek kognitif kelompok siswa yang memiliki kreativitas tinggi menggunakan pembelajaran siklus belajar 5E dan inkuiri bebas dimodifikasi berturut-turut 81,0 dan 81,9; sedangkan siswa dengan kreativitas rendah menggunakan berturut-turut 75,6 dan 68,9.

Pada siklus belajar 5E siswa telah diberi petunjuk praktikum dengan jelas sehingga tuntutan untuk berkreasi tidak begitu tinggi, tetapi pada tahap-tahap berikutnya kreativitas tetap diperlukan untuk mendapatkan pengetahuan, sedangkan inkuiri bebas dimodifikasi kreativitas tinggi sangat diperlukan karena pada pembelajaran ini siswa dituntut untuk mendesain percobaannya sendiri, disini imajinasi dan kreasi siswa diuji, walaupun hasil desain tidak harus baru tetapi mungkin diperlukan suatu modifikasi tergantung alat yang tersedia. Apabila kreativitas rendah siswa akan mengalami kesulitan untuk melakukan proses tersebut, sehingga siswa dengan kreativitas rendah akan lebih optimal pada pembelajaran

PASCASARJANA

(6)

siklus belajar 5E dan kreativitas tinggi akan lebih baik pada inkuiri bebas dimodifikasi karena diberi kebebasan mengeksplorasi kreativitas yang dimiliki.

6. Hipotesis Keenam

Kesimpulan penelitian menunjukkan ada interaksi antara kemampuan berpikir analisis siswa dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa. Rata-rata kelompok siswa dengan kemampuan berpikir analisis tinggi kreativitas tinggi, kemampuan berpikir analisis tinggi kreativitas rendah, kemampuan berpikir analisis rendah kreativitas tinggi, dan kemampuan berpikir analisis rendah kreativitas rendah berturut-turut adalah 83,0; 78,4; 79,8; dan 66,8. Berdasarkan rerata diatas siswa dengan kemampuan berpikir analisis tinggi kreativitas tinggi, tentu akan memiliki pretasi yang tinggi, siswa dengan kemampuan berpikir analisis tinggi kreativitas rendah juga memiliki nilai rata-rata yang baik karena kreativitas rendah yang dimiliki masih dapat diimbangi dengan kemampuan berpikir analisisnya yang tinggi. Untuk siswa dengan kemampuan berpikir analisis rendah tinggi masih memiliki rata-rata yang baik atau tidak berbeda secara signifikan dari rerata kedua kelompok, hal ini karena kreativitas dapat menutupi kekurangan kemampuan analisisnya, sedangkan siswa dengan kemampuan berpikir analisis rendah dan kreativitas yang rendah tentu akan memiliki prestasi yang rendah, tetapi kedua kemampuan internal tersebut dapat diperbaiki dengan cara melatih mereka untuk aktif berpikir yaitu melalui metode-metode pembelajaran yang mengaktifkan kemampuan tersebut maupun dari lingkungan.

7. Hipotesis Ketujuh

Berdasarkan hasil analisis diperoleh sig. 0,432 > 0,05 ini menunjukkan tidak ada interaksi antara pembelajaran siklus belajar 5E dan inkuiri bebas dimodifikasi, kemampuan berpikir analisis siswa dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa. Siswa-siswa dengan kemampuan berpikir analisis rendah kreativitas tinggi akan memiliki prestasi belajar yang lebih baik pada pembelajaran inkuiri bebas dimodifikasi, begitu juga yang memiliki kemampuan berpikir analisis tinggi kreativitas tinggi. Nilai rata-rata siswa dengan pembelajaran siklus belajar 5E yang memiliki kreativitas tinggi kemampuan berpikir analisis tinggi ( 82,4) dan rendah (79,3) dan kreativitas rendah kemampuan berpikir analisis

tinggi (79,9) dan rendah (71,4) sedangkan pada pembelajaran inkuiri bebas dimodifikasi siswa dengan kreativitas tinggi kemampuan berpikir analisis tinggi ( 83,5) dan rendah (80,3) dan kreativitas rendah kemampuan berpikir analisis tinggi (76,9) dan rendah (62,2), hal ini menunjukkan kreativitas memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar aspek kognitif, meskipun kemampuan berpikir analisis seorang siswa rendah asalkan siswa tersebut memiliki kreativitas tinggi dengan model pembelajaran apapun maka prestasi belajarnya tetap baik.

Kesimpulan dan Rekondasi

A. Kesimpulan

Dari analisis data dan pembahasan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain:

1. Pembelajaran siklus belajar atau learning cycle 5E (LC 5E) dan inkuiri bebas dimodifikasi, keduanya dapat diterapkan pada materi elektrolisis. Hal ini didukung oleh prestasi belajar pada ranah afektif dengan dan psikomotor.

2. Kemampuan berpikir analisis memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar aspek kognitif. Siswa dengan kemampuan analisis tinggi akan memiliki kemampuan untuk menguraikan dan menghubungkan antara bagian dengan cermat sehingga kesimpulan yang diambil semakin tepat, dengan demikian akan membantu siswa mencapai prestasi belajar kognitif yang maksimal.

3. Pada pembelajaran kimia materi elektrolisis kreativitas memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar aspek kognitif. Siswa dengan kreativitas tinggi akan memiliki kemampuan kelancaran dalam berpikir, kelenturan, berpikir orisinal, dan dapat berpikir rinci (elaborasi) dalam mengemukakan gagasan-gagasan atau ide-idenya untuk menyelesaikan masalah. Dengan kemampuan tersebut akan membantu siswa mencapai prestasi belajar kognitif yang maksimal.

4. Nilai rata-rata prestasi belajar aspek kognitif siswa dengan kemampuan berpikir analisis tinggi dan rendah yang dikenai pembelajaran siklus belajar 5E dan inkuiri bebas dimodifikasi tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.

PASCASARJANA

(7)

5. Nilai rata-rata prestasi belajar aspek kognitif siswa dengan kreativitas tinggi dan rendah yang dikenai siklus belajar 5E dan inkuiri bebas dimodifikasi menunjukkan perbedaan yang signifikan. Dengan demikian menunjukkan ada interaksi antara model pembelajaran dan kreativitas terhadap prestasi belajar aspek kognitif siswa.

6. Siswa dengan kemampuan berpikir analisis tinggi kreativitas tinggi memiliki perbedaan rerata yang signifikan dengan kemampuan berpikir analisis rendah kreativitas rendah. Siswa dengan kemampuan berpikir analisis rendah kreativitas tinggi memiliki rerata prestasi kognitif lebih baik daripada siswa dengan kemampuan berpikir analisis tinggi kreativitas rendah. Dengan demikian disimpulkan terdapat interaksi antara kemampuan berpikir analisis dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar aspek kognitif.

7. Prestasi kognitif siswa dengan kemampuan berpikir analisis tinggi dan rendah serta kreativitas tinggi dan rendah yang diberi pembelajaran LC 5E tidak berbeda secara signifikan dengan siswa yang diberi pembelajaran inkuiri bebas dimodifikasi.

B. Rekomendasi

Rekomendasi dari hasil penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran siklus belajar 5E dan inkuiri bebas dimodifikasi dapat diterapkan pada materi elektrolisis karena dapat mempermudah siswa dalam mempelajari dan memahami materi elektrolisis. Kedua model ini berkarakteristik membangun pengetahuan siswa sehingga siswa mendapat pengalaman kognitif dan sosial dalam belajar.

2. Dalam mempelajari materi elektrolisis, faktor internal kemampuan berpikir analisis menentukan prestasi belajar. Oleh karena itu kemampuan berpikir analisis harus diperhatikan.

3. Kreativitas sebagai salah satu faktor internal yang lain juga menentukan prestasi belajar, sehingga kreativitas juga perlu diperhatikan. 4. Untuk meningkatkan pemahaman siswa

perlu diperhatikan hubungan antara model pembelajaran dengan kreativitas, pada pembelajaran LC 5E dan inkuiri bebas dimodifikasi siswa dengan kreativitas tinggi

memiliki rerata nilai kognitif lebih baik daripada siswa dengan kreativitas rendah. 5. Untuk meningkatkan pemahaman siswa

perlu diperhatikan hubungan antara kemampuan berpikir analisis dan kreativitas siswa, siswa dengan kemampuan berpikir analisis tinggi kreativitas tinggi memiliki rerata prestasi belajar kognitif lebih baik daripada siswa dengan kemampuan berpikir analisis rendah dan kreativitas rendah.

Daftar Pustaka

Fascoine, P.A. 2011. Critical Thinking : What It Is

And Why It Counts. California: Measured

Reasons And The California Academic Press, Millbrae, CA.

Fasco, D. Jr. 2000-2001. Education And Creativity. Creativity Research J. 13 (3 & 4): 317-327.

Lorsbach, A.W. 2001. The Learning Cycle as a Tool

for Planning Science Instruction.

Online.(http://www.Coe.ilstu.edu/scienceed/L orsbach).

Oscarson and Oseberg. 2010. The Invention Effect of Using WebQuest on Logical Thinking Ability in Science Education. Turkey. Procedia Social

and Behavioral Science. www.

sciencedirect.com

Ratna Wilis Dahar. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga.

Seto Mulyadi. 2011. Intellectual Giftedness and Creative Personality Development through Learning with Process Approach in E-Learning Programme. International J. of Busines and Sosial Science. 2 (3): 67-76.

Trowbridge, L.W. & Bybee, R.W. Becoming a

Secondary School Science Teacher 4thEd.

Ohio : A Bell & Howell Company.

Tzu-Chien Liu, Hsinyl Peng, Wen-Hsuan Wu, and Ming-Sheng Lin. 2009. The Effect of Mobile Natural-science Learning Based on the 5E Learning Cycle: A case Study. Educational Technologi & Society, 12(4): 344-358.

Utami Munandar. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : Rineka Cipta.

PASCASARJANA

(8)

Wolf, S. J. dan Fraser, B. J. 2008. Learning Environment, Attitutes and Achievement among Middle-school Science Students Using Inquiry-Based Laboratory. Res Sci Educ. 38 : 321-341.

PASCASARJANA

(9)

PASCASARJANA

Referensi

Dokumen terkait

Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik , (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm.1.. diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif

Menurut Enggar Mawarni Dkk, dalam jurnal Penerapan Peer Tutoring Dilengkapai Animasi Makro Media Flas Dan Handout Untuk Meningkatkan Motivasi Berprestasi Dan Prestasi

Pasien baru adalah pasien yang belum pernah mendapatkan pengobatan TB sebelumnya atau sudah pernah mendapatkan obat anti TB (OAT) kurang dari satu bulan,

“Analisis Pengaruh Intellectual Capital terhadap Market Value dan Financial Performance Perusahaan dengan Metode Value Added Intellectual Coificient”. “Analisis

der Rechtswissenschaftlichen Fakultät der Universität zu Köln innerhalb von sechs Monaten eine rechtsvergleichende Abschlussarbeit mit einem Höchstumfang von 10.000

Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa (1) penilaian multimedia yang dilakukan oleh ahli media terhadap multimedia pembelajaran berbasis model inkuiri

Penelitian ini merupakan tugas akhir pada Program Studi Magister Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dengan judul: “Pengaruh

Faktor penting yang turut l11empengaruhi penjualan produk selain distribusi dan promosi yang baik adalah desain prod uk. Produk yang dihasilkan barus didesain