• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancang Bangun Dan Pengujian Kondensor Siklus Kompresi Uap Hybrid Dengan Daya Kompressor 0,746KW

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Rancang Bangun Dan Pengujian Kondensor Siklus Kompresi Uap Hybrid Dengan Daya Kompressor 0,746KW"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN KONDENSOR

SIKLUS KOMPRESI UAP HYBRID DENGAN

DAYA KOMPRESOR 0,746 KW

SKRIPSI

Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

JEFFRY OMS NIM. 070401034

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul

“RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN KONDENSOR SIKLUS KOMPRESI UAP HYBRID DENGAN DAYA KOMPRESSOR 0,746KW”

Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat menyelesaikan Pendidikan

Strata-1 (S1) pada Departemen Teknik Mesin Sub bidang Konversi Energi,

Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan skripsi ini tidak sedikit kesulitan yang dihadapi

penulis, namun berkat dorongan, semangat, do’a dan bantuan baik materiil, moril,

maupun spirituil dari berbagai pihak akhirnya kesulitan itu dapat teratasi. Untuk

itu sebagai manusia yang harus tahu terimakasih, dengan penuh ketulusan hati

penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada :

1. Bapak Dr. Eng. Himsar Ambarita ST., MT. selaku Dosen pembimbing, yang

dengan penuh kesabaran telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada

penulis.

2. Bapak Dr. Ing. Ikhwansyah Isranuri selaku Ketua Departemen Teknik Mesin

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ir. M. Syahril Gultom, MT. selaku Sekretaris Departemen Teknik

Mesin Universitas Sumatera.

4. Kedua orang tua penulis, St. Ir. J. Simanjuntak dan Dra. M. Silitonga yang

tidak pernah putus-putusnya memberikan dukungan, do’a serta kasih

(3)

5. Kepada saudara-saudara penulis, Joy Octavery M. Simanjuntak SST, Yessy

Octlyn M. Simanjuntak S.Farm, Apt., dan Joseph Owyth M.Simanjuntak yang

selalu saling membantu demi mencapai cita-cita.

6. Seluruh staf pengajar dan staf tata usaha Departemen Teknik Mesin, yang

telah membimbing serta membantu segala keperluan penulis selama penulis

kuliah.

7. Rekan-rekan satu tim kerja, Chandra TS, Lambok Manik, dan Jeffri RGS,

rekan-rekan sejawat, Hotdi Siahaan, Juliarto Siahaan ST, Januardi

Simanjuntak, yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan saran dan

kritik serta makian.

8. Rekan mahasiswa stambuk 2007 yang tidak mungkin disebutkan namanya

satu persatu yang selalu mendukung penulis.

9. Terkhusus kepada Anna Ria Silaban, S.Kep. Ns. Yang selalu setia menemani

dan mendukung penulis dengan kesabaran dan kasih sayang.

10.Kepada PT Seltech Utama yang telah membimbing serta mengarahkan dalam

pembuatan alat tim penulis

Penulis meyakini bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu penulis akan sangat berterimakasih dan dengan senang hati menerima saran,

usul, dan kritik yang membangun demi tercapainya tulisan yang lebih baik. Akhir

kata penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberi manfaat kepada pembaca.

Terima kasih

Medan, 25 Oktober 2011

(4)

ABSTRAK

Mesin pendingin Siklus Kompresi Uap dengan pemanas air sudah

dirancang, dibuat, dan diuji. Pembuatan dan pengujian mesin pendingin diatas

untuk meningkatkan efisiensi dari mesin pendingin Siklus Kompresi Uap Biasa.

Meningkatkan efisiensi merupakan salah satu cara untuk membantu rencana

pemerintah Indonesia untuk mengurangi pemakaian energi fosil yang sumber

dayanya semakin menurun. Memanfaatkan panas buangan kondensor merupakan

salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi. Panas buangan kondensor dapat

memanaskan air serta mengurangi kerja kondensor dalam mendinginkan

refrigeran. Metode perhitungan analitik seperti perhitungan dimensi utama

kondensor dan pengujian kondensor dalam mendinginkan refrigeran tanpa dan

dengan pemanas air dapat membuktikan kerja kondensor lebih ringan dengan

adanya pemanas air dalam siklus kompresi uap tersebut. Hasil yang diperoleh dari

pembuatan dan pengujian mesin pendingin siklus kompresi uap dengan pemanas

air adalah temperatur panas buang kondensor 35oC, sedangkan siklus kompresi

uap tanpa pemanas air temperatur panas buang kondensor adalah 36oC.

Kesimpulan dari tulisan ini adalah kerja kondensor dengan pemanas air lebih

ringan daripada kerja kondensor tanpa pemanas air.

(5)

ABSTRACT

Vapor compression refrigeration cycle integrated with the water heater has been designed, fabricated and tested. The main objective of the fabrication and testing of the evaporator is to improve the efficiency of ordinary vapor compression refrigeration cycle. Improving efficiency is one of the solutions to help the Indonesian government in reducing the uses of fossil. Utilizing waste heat from condenser is proposed to improve the efficiency.The waste heat drawn from the condenser is not affecting the work of evaporator to condition the room. Analytical calculations such as cooling load calculation and the main dimensions of the evaporator have been performed. In addition the evaporator work in the testing room with and without cool water heaters proves that the cooling workis not disrupted by the evaporator heating water in the vapor compression cycle. The results obtained from this research are as follows. The average room temperature before the vapor compression refrigeration cycle installed is about 28oC, after the installation the average room temperature is 22oC. The main conclusion of this project is that the water heater does not affect the evaporator in conditioning the room temperature.

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ...iii

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ...vii

DAFTAR GAMBAR ... .viii

DAFTAR SIMBOL ...x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Tujuan Penelitian ...6

1.2.1 Tujuan Umum ...6

1.2.2 Tujuan Khusus ...6

1.3 Batasan Masalah ...6

1.4 Manfaat Penelitian ...7

1.5 Sistematika Penulisan ...7

1.6 Metode Penelitian ...9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...10

2.1 Sistem Refrigerasi...10

2.1.1 Pendahuluuan ...10

2.1.2 Siklus Kompresi Uap ...12

2.2 Kondensor ...16

2.2.1 Pendahuluan ...16

2.2.2 Analisis Kondensor...19

2.3 Siklus Kompresi Uap dengan water heater ...22

2.3.1 Tabung Kapiler dan model Kompressor ...29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...35

3.1 Alat dan Bahan yang Digunakan ...35

3.1.1 Alat ...35

3.1.2 Bahan ...37

3.2 Variabel Riset ...37

3.3 Set-up Pengujian ...37

BAB IV ANALISA DATA ...41

(7)

4.2 Data Hasil Pengujian ...48

4.2.1 Pengujian Hari Pertama ... ..48

4.2.2 Pengujian Hari Kedua ... ..49

4.2.3 Pengujian Hari Ketiga ...50

4.2.4 Pengujian Hari Keempat ...51

4.2.4 Pengaruh water heater terhadap kondensor ...52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...65

5.1 Kesimpulan ...65

5.2 Saran ...65

DAFTAR PUSTAKA ...67

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Temperatur netral/nyaman dari berbagai etnis di Indonesia ...12

Tabel 2.2 Nilai COP dari beberapa jenis refrigeran ...16

Tabel 2.3 Perbandingan kondensor berpendingin udara dan air ...18

Tabel 4.1 Persamaan bilangan Nu untuk pipa ...43

Tabel 4.2 Faktor dan koefisien lapisan kerak ...46

Tabel 4.3 Data pengujian pipa keluar kompresor ...52

Tabel 4.4 Data pengujian di tengah pipa kondensor ...55

Tabel 4.5 Data pengujian pipa katub ekspansi ...57

Tabel 4.6 Data pengujian hembusan kipas kondensor ...59

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Siklus kompresi uap ... 12

Gambar 2.2 Diagram T-s dan p-H siklus kompresi uap ... 13

Gambar 2.3 a) shell and tube heat exchanger sebagai kondensor (b) Profil temperatur kedua Fluida yang di idealkan. ... 19

Gambar 2.4 Mesin pendingin siklus kompresi uap hybrid ... 25

Gambar 2.5 Aplikasi Mesin pendingin SKU hybrid pada ruangan ... 26

Gambar 2.6 Diagram pH siklus kompresi uap hybrid ... 26

Gambar 3.1 Hobo Micro Station Data Logger ... 35

Gambar 3.2 Agilent dengan termokopel tipe T dan K ... 36

Gambar 3.3 Pengambilan data temperatur kondensor ... 39

Gambar 3.4 Diagram Alir Proses Pengerjaan Tugas Akhir ... 40

Gambar 4.1 Grafik udara lingkungan tanggal 04 Oktober 2011 ... 48

Gambar 4.2 Grafik temperatur kondensor tanggal 04 Oktober 2011 ... 49

Gambar 4.3 Grafik udara lingkungan tanggal 05 Oktober ... 49

Gambar 4.4 Grafik temperatur kondensor tanggal 05 Oktober 2011 ... 50

Gambar 4.5 Grafik udara lingkungan tanggal 07 Oktober 2011 ... 50

Gambar 4.6 Grafik temperatur kondensor tanggal 07 Oktober 2011 ... 51

Gambar 4.7 Grafik udara lingkungan tanggal 08 Oktober 2011 ... 51

Gambar 4.8 Grafik temperatur kondensor tanggal 08 Oktober 2011 ... 52

(10)

Gambar 4.10 Grafik pipa di tengah kondensor ... 56

Gambar 4.11 Grafik pipa katub ekspansi ... 59

Gambar 4.12 Grafik hembusan kipas kondensor ... 61

(11)

DAFTAR SIMBOL

A Luas total (m2)

C Kapasitas kecepatan (Kw / K), perbandingan Kapasitas kecepatan

Cmin/Cmax

Cp Panas spesifik (Kj/kg/K)

COP Koefisien Performansi

DP Penurunan tekanan total (kPa)

DPH Penurunan tekanan sisi tinggi (kPa)

DPL Penurunan tekanan sisi rendah (kPa)

DSH Derajat Superheat (0C)

f fraksi

Grd Bilangan grashof

g gravitasi (m/s2)

h Enthalpy (Kj/Kg), koefisien perpindahan panas (Kw/m2/K)

hasr enthalpy udara saturasi dievaluasi pada temperature refrigerant (Kj /Kg)

ħaswm enthalpy udara saturasi dievaluasi pada temperature fil air rata-rata (Kj

/Kg)

(12)

Le Bilangan Lewis

laju aliran massa (kg/s)

mw massa air didalam tangki air panas (kg)

N jumlah unit transfer

Nud Bilangan Nusselt

P tekanan refrigerant (kPa), daya (kW)

PCD Tekanan keluar kompresor (MPa)

PCS Tekanan masuk kompresor (MPa)

Pr Bilangan Prandtl

∆P Penurunan Tekanan (kPa)

q laju perpindahan panas (kW)

qhhtp laju penolakan panas dari koil pemanas dihitung dari perbedaan antara enthalpy masuk dankeluar bagian dua fasa (kW)

quhtp laju penolakan panas dari koil dalam permukaan dua fasa dievaluasi dari keseluruhan persamaan koefisien perpindahan panas (kW)

Ra Bilangan Rayleigh

t temperature (0C)

tatm temperature udara lingkungan (0C)

(13)

tws temperature air pada awal interval dalam satu menit (0C)

twb temperature udara bola basah (0C)

U koefisien perpindahan panas keseluruhan (Kw/m2/K)

Uww koefisien perpindahan panas keseluruhan untuk permukaan basah berdasarkan perbedaan enthalpy (kg/m2/s)

w rasio kelembaban udara (kg air / udara kering)

w45 kerja masuk kompresor (Kj /Kg)

wswm rasio kelembaban udara dari udara jenuh yang dievaluasi pada rata-rata temperature film air (kg air / udara kering)

x kualitas refrigerant

Huruf Yunani

ß koefisien ekspansi thermal (K-1)

Ø Efisiensi sirip

Ɛ Efektivitas penukar panas

ηf Efisiensi motor listrik dari kompresor rotary

ηm Efisiensi mekanis dari kompresor rotary

μf Viskositas dynamis dari refrigerant jenuh (Pa.s)

v Viskositas air (m2/s)

(14)

Subskrip

a udara, percepatan

as sisi udara

c kondensor, kondensasi

cap Tabung kapiler

comp kompresor

d Kelembaban, titik embun, kering

dsh Bagian desuperheating

e evaporator,penguapan

f Cair jenuh, gesekan

fin Sirip

g Uap jenuh

h Koil Pemanas

i sisimasuk, didalam

ll garis cair

m rata-rata

max maksimum

(15)

o sisi keluar, diluar

r refrigerant

rb belokan kembali

rc penerima

rs sisi refrigerant

sc bagian subcooled

sh bagian superheated

st Tabung lurus

t Tabung

tp Bagian dua fasa

w basah, air

(16)

ABSTRAK

Mesin pendingin Siklus Kompresi Uap dengan pemanas air sudah

dirancang, dibuat, dan diuji. Pembuatan dan pengujian mesin pendingin diatas

untuk meningkatkan efisiensi dari mesin pendingin Siklus Kompresi Uap Biasa.

Meningkatkan efisiensi merupakan salah satu cara untuk membantu rencana

pemerintah Indonesia untuk mengurangi pemakaian energi fosil yang sumber

dayanya semakin menurun. Memanfaatkan panas buangan kondensor merupakan

salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi. Panas buangan kondensor dapat

memanaskan air serta mengurangi kerja kondensor dalam mendinginkan

refrigeran. Metode perhitungan analitik seperti perhitungan dimensi utama

kondensor dan pengujian kondensor dalam mendinginkan refrigeran tanpa dan

dengan pemanas air dapat membuktikan kerja kondensor lebih ringan dengan

adanya pemanas air dalam siklus kompresi uap tersebut. Hasil yang diperoleh dari

pembuatan dan pengujian mesin pendingin siklus kompresi uap dengan pemanas

air adalah temperatur panas buang kondensor 35oC, sedangkan siklus kompresi

uap tanpa pemanas air temperatur panas buang kondensor adalah 36oC.

Kesimpulan dari tulisan ini adalah kerja kondensor dengan pemanas air lebih

ringan daripada kerja kondensor tanpa pemanas air.

(17)

ABSTRACT

Vapor compression refrigeration cycle integrated with the water heater has been designed, fabricated and tested. The main objective of the fabrication and testing of the evaporator is to improve the efficiency of ordinary vapor compression refrigeration cycle. Improving efficiency is one of the solutions to help the Indonesian government in reducing the uses of fossil. Utilizing waste heat from condenser is proposed to improve the efficiency.The waste heat drawn from the condenser is not affecting the work of evaporator to condition the room. Analytical calculations such as cooling load calculation and the main dimensions of the evaporator have been performed. In addition the evaporator work in the testing room with and without cool water heaters proves that the cooling workis not disrupted by the evaporator heating water in the vapor compression cycle. The results obtained from this research are as follows. The average room temperature before the vapor compression refrigeration cycle installed is about 28oC, after the installation the average room temperature is 22oC. The main conclusion of this project is that the water heater does not affect the evaporator in conditioning the room temperature.

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Dewasa ini, penggunaan mesin pengkondisian udara semakin marak sejak

pertama kali ditemukan oleh Carrier pada tahun 1902. Teknologi mesin

pengkondisian udara telah berkembang pesat sejak saat itu, dan mengalami

perbaikan dari waktu ke waktu. Berbagai system pengkondisian udara telah

dikembangkan mulai dari direct ekspansion sampai water chiller dan telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia saat

ini(Ambarita,2010).

Manusia dapat diibaratkan seperti motor bakar, manusia harus

mengeluarkan panas yang dihasilkannya sebagai akibat dari kerja yang

dilakukannya. Jika panas tersebut tidak dapat keluar dari badan manusia, misalnya

karena temperatur dan kondisi udara di sekelilingnya tidak memungkinkan hal

tersebut untuk terjadi dengan baik, maka ia akan merasakan suatu keadaan yang

tidak menyenangkan. Dan hasil penelitian tentang linkungan kerja menunjukan

bahwa didalam ruang kerja yang berudara segar, karyawan dapat bekerja lebih

baik dan jumlah kesalahan dapat dikurangi, sehingga effisiensi kerja dapat

ditingkatkan.

New York 22 September 2009, Perdana Menteri Jepang saat itu, Yokio

(19)

emisi yang dikeluarkannya tahun 1990, sejalan dengan yang diminta dunia sains

untuk menghentikan pemanasan global. Kalimat ini mendapat sambutan hangat

dari para kepala negara yang berada di ruangan tersebut. Pada kesempatan

berikutnya masih di momen yang sama, Presiden Perancis, Nicolas Sarkozy

berkata: “We are the last generation that can take action, We have a choice of catastrophe or a solution. Rarely has a choice been so crucial for the future of mankind…For the first time, we have to decide, not for our countries, not for our regions, not even for our continents, we have to decide for the planet”.

Kedua kutipan pidato ini menggambarkan bahwa masalah pemanasan

global, yang awalnya hanya topik riset di kalangan ilmuwan, telah memasuki

domain utama para kepala negara di dunia, atau telah setara dengan isu perang, ekonomi, dan issu-issu politik yang rumit. Seperti kata Presiden Sarkozy, untuk

pertama kali, para pemimpin dunia harus memutuskan tidak untuk negaranya

masing-masing, tidak untuk daerah, bahkan tidak untuk benua, tetapi untuk planet

sebagai satu kesatuan. Pemanasan global adalah musuh bersama dan kita adalah

generasi terakhir yang dapat melakukan aksi apakah memilih tragedi atau solusi.

Pemanasan global (global warming) adalah kenaikan suhu rata-rata permukaan bumi yang diakibatkan oleh tinginya kandungan gas-gas rumah kaca

hasil dari pembakaran sumber energi berbasis fosil dan pembabatan hutan. Sejak

dimulainya revolusi industri, umat manusia telah sangat tergantung kepada

penggunaan sumber energi yang berasal dari fosil, selanjutnya di tulisan ini akan

diistilahkan dengan energi fosil. Energi fosil termasuk minyak bumi, gas alam,

dan batubara. Sebagai gambaran besarnya ketergantungan umat manusia terhadap

(20)

selama tahun 2007, konsumsi energi global bersumber dari minyak bumi sebesar

36%, batubara 27.4%, dan gas alam 23.0%. Total penggunaan energi fosil ini

adalah 86.4% dan sisanya dipasok oleh sumber energi lain seperti nuklir,

hydropower, geothermal, angin, surya dan lain-lain.

Sebagai gambaran, sejak Hatoyama mengucapkan pidato yang dikutip di

awal tulisan ini, masyarakat Jepang bangga karena adanya keberanian

pemerintahnya menetapkan batasan terukur, tetapi juga khawatir. Bagaimana

tidak, mereka harus mengurangi konsumsi bahan bakar energi fosil yang akan

membebani gerakan laju ekonominya dan dikhawatirkan akan berdampak pada

jumlah exportnya. Sejak pidato itu diluncurkan, banyak program televisi yang

mulai membahas langkah-langkah apa yang dilakukan untuk mencapai target

pengurangan emisi 25% itu. Di dunia bisnis atau kerja, perusahaan-perusahaan

mulai mengaudit penggunaan energinya supaya lebih efisien, salah satu contohnya

para pekerja lebih disarankan untuk tidak memakai dasi di musim panas, demi

mengurangi beban pendinginan. Para ibu rumah tangga juga turut menjadi sasaran

tembak program ini. Para ibu diminta untuk menggunakan energi di rumah

dengan lebih efisien, bahkan jam menonton televisi pun disarankan untuk

dikurangi beberapa jam per hari. Di dunia riset dan perguruan tinggi, pencarian

sumber-sumber energi alternatif mendapat dukungan penuh. Di industri otomotif,

pabrikan penguasa pasar dunia seperti Toyota dan Honda bertarung habis-habisan

untuk menghasilkan mobil yang paling hemat energi dan mobil hybrid. Dengan

kata lain semua sektor-sektor tempat-tempat penggunaan energi ditata ulang dan

(21)

Kondisi Indonesia, tidak jauh berbeda dengan kondisi global saat ini.

Sumber utama energinya masih disuplai oleh energi fosil. Sementara, efisiensi

konversi dan penggunaan energi fosil masih rendah. Menurut laporan statistik

yang dikeluarkan oleh BP, total konsumsi energi Indonesia selama tahun 2007

adalah sebesar 5,18 EJ. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)

menyebutkan konsumsi energi ini berasal dari energi fosil sebesar 95%,

hidropower 3,4%, panas bumi 1,4%, lainnya 0,2% (data tahun 2003). Komposisi ini dengan jelas menunjukkan ketergantungan yang sangat tinggi pada energi

fosil. Perbedaan utama permasalahan enegi yang dihadapi pemerintah Indonesia

adalah ketergantungan yang besar kepada minyak bumi. Pemerintah, pada saat ini

fokus pada usaha untuk mengurangi ketergantungan ini. Efisiensi energi di

Indonesia juga sangat buruk. Menurut data, nilai elastisitas energi yang diolah

oleh ESDM dari BP, Indonesia berada pada angka 1,84, idealnya angka ini

dibawah 1. Elastisitas energi adalah perbandingan antara pertumbuhan konsumsi

energi dengan pertumbuhan ekonomi. Jika nilai elastisitas energi suatu negara

semakin tinggi, berarti pemakaian energi semakin tidak efisien. Sebagai

perbandingan elastisitas energi beberapa negara adalah sebagai berikut: Malaysia

1,69, Thailand 1,16, Singapura 0,73, Jepang 0,1. Kesimpulannya perlu usaha yang

serius untuk mengurangi nilai elastisitas energi ini.

Pemerintah Indonesia mempunyai komitmen yang jelas untuk mengelola

konsumsi energinya agar lebih bersahabat dengan lingkungan. Komitmen ini

dapat dilihat dari pidato Presiden Yudhoyono pada suatu pertemuan internasional

tentang lingkungan di Nusa Dua Bali, pada Februari 2010. Bahwa Indonesia

(22)

banyak kebijakan yang dibuat oleh pemerintah Indonesia yang tujuannya

meningkatkan penggunaan sumber energi terbarukan dan menggunakan energi

dari fosil dengan lebih efisien. Departemen Teknik Mesin USU, merasa terpanggil

untuk ikut berpartisipasi dalam mensukseskan kebijakan pemerintah ini. Sebagai

bentuk tanggung jawab, di DTM telah ada satu group riset yang disebut dengan

Sustainable Energy Research group. Tujuan dari group ini didirikan adalah untuk membuat arah riset lebih fokus, sehingga tujuan lebih mudah untuk dicapai.

Salah satu titik penggunan energi yang cukup besar di Indonesia adalah

penggunaan energi listrik untuk penggerak sistem pengkondisian udara atau AC.

Di masa yang akan datang diyakini akan terus meningkat seiring dengan

meningkatnya taraf hidup masyarakat dan pemanasan global yang telah

berlangsung. Untuk menggambarkan berapa besar penggunaan energi listrik untuk

AC di Indonesia, belum ditemukan laporan yang cukup lengkap. Tetapi sebagai

pembanding, dapat digunakan data-data yang didapat dari beberapa tulisan

berikut.

Ikatan Ahli Fisika Bangunan Indonesia melakukan survey pada 500

bangunan komesial dan hanya 10% bangunan yang mengkonsumsi energi listrik

sesuai standard nasional untuk bangunan komersial yaitu 246 kWh/m2/tahun. Dari

angka ini diperkirakan 72% digunakan untuk AC sistem sentral. Menurut

Soegijanto (1993), konsumsi energi listrik terbesar dalam suatu bangunan adalah

operasional untuk AC yang dapat mencapai 42,5% kebutuhan listrik. Dan dalam

suatu tulisan di majalah konstruksi, disebutkan untuk tata udara ruang suatu

gedung (termasuk AC) dibutuhkan energi listrik sebesar 55 % – 65 %. Meskipun

(23)

untuk AC sangatlah besar. Oleh karena itu tindakan penghematan energi pada

penggunaan AC sangatlah penting untuk penghematan energi dan mengurangi

emisi karbon.

1.2Tujuan Penelitian 1.2.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk merancang sebuah mesin

pendingin yang bekerja berdasarkan siklus kompresi uap hybrid dimana panas

buangan kondensor digunakan sebagai sumber tenaga untuk memanaskan air

(water heater). Komponen-komponen utama siklus kompresi uap hybrid ini terdiri dari evaporator, kompresor, kondensor, dan water heater. Semua komponen ini akan dirancang, dipabrikasi, dan dirakit menjadi satu unit mesin pendingin,

kemudian melakukan penelitian terhadap masing-masing komponen mesin

pendingin.

1.2.2 Tujuan Khusus

Penelitian ini dikerjakan oleh satu tim yang terdiri dari empat orang, termasuk penulis. Secara khusus penulis bertanggung jawab pada perancangan,

pabrikasi dan pengujian kondensor pada mesin Siklus Kompresi Uap Hybrid.

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan

pemanas air terhadap kinerja kondensor untuk mengkondensasikan refrigeran.

1.3 Manfaat Penelitian

(24)

1. Pengembangan teknologi alternatif mesin pendingin yang dapat mendinginkan

ruangan sekaligus dapat memanaskan air.

2. Mengurangi pemakaian bahan bakar minyak bumi dan gas untuk memanaskan

air untuk kebutuhan sehari-hari.

3. Menambah variasi siklus kompresi uap di Laboratorium Pendingin Departemen

Teknik Mesin, Universitas Sumatera Utara.

1.4Batasan Masalah

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai masalah yang

dikaji dalam penulisan skripsi, maka perlu kiranya diberikan batasan masalah

sebagai berikut :

1. Perhitungan beban kondensor setelah penambahan pemanas air pada daya

kompresor 0,746 kW

2. Perancangan dimensi utama kondensor

3. Setelah pemasangan di ruangan, akan dilakukan pengujian dengan

beberapa variasi yaitu tangki water heater tidak diisi air, diisi air setengah, diisi penuh, dan diisi penuh dan bersirkulasi

1.5 Sistematika Penulisan

Agar penyusunan skripsi ini dapat tersusun secara sistematis dan

mempermudah pembaca memahai tulisan ini, maka skripsi ini dibagi dalam

beberapa bagian yaitu:

(25)

ABSTRAK

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dari judul skripsi yang

telah ditetapkan, tujuan, manfaat, batasan masalah, sistematika penulisan, dan

metodologi penulisan skripsi.

BAB II : DASAR TEORI

Pada bab ini akan dibahas mengenai teori siklus kompresi uap,

perancangan dimensi kondensor, serta perhitungan beban kondensor pada siklus

kompresi uap hybrid. Dasar teori didapatkan dari berbagai sumber, diantaranya

berasal dari : buku - buku pedoman, jurnal, paper, skripsi, e-mail, e-book, dan

enews.

BAB III: METODOLOGI

Pada bab ini akan dibahas mengenai metode yang akan digunakan untuk

menyelesaikan penulisan skripsi. Pada bab ini juga akan dibahas mengenai

langkah-langkah simulasi, pengolahan dan analisa data yang akan digunakan

untuk menyelesaikan permasalahan dari topik yang diangkat.

BAB IV: ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dianalisa dan dibahas mengenai data-data yang telah

(26)

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini berisi kesimpulan dari penulisan skripsi dan saran-saran.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

1.6Metodologi penulisan

Metodologi merupakan tahapan-tahapan pengerjaan dalam pengerjaan

(27)

BAB II

STUDI LITERATUR 2.1 Sistem Refrigerasi

2.1.1 Pendahuluan

Refrigerasi merupakan suatu proses penarikan kalor dari suatu

benda/ruangan ke lingkungan sehingga temperatur benda/ruangan tersebut lebih

rendah dari temperatur lingkungannya. Sesuai dengan konsep kekekalan energi,

panas tidak dapat dimusnahkan tetapi dapat dipindahkan.Sehingga refrigerasi

selalu berhubungan dengan proses-proses aliran panas dan perpindahan panas.

Pada dasarnya sistem refrigerasi dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Sistem refrigerasi mekanik

Sistem refrigerasi ini menggunakan mesin-mesin penggerak atau dan alat mekanik

lain dalam menjalankan siklusnya. Yang termasuk dalam sistem refrigerasi

mekanik di antaranya adalah:

a. Siklus Kompresi Uap (SKU)

b. Refrigerasi siklus udara

c. Kriogenik/refrigerasi temperatur ultra rendah

d. Siklus sterling

2. Sistem refrigerasi non mekanik

Berbeda dengan sistem refrigerasi mekanik, sistem ini tidak memerlukan

mesin-mesin penggerak seperti kompresor dalam menjalankan siklusnya. Yang termasuk

(28)

a. Refrigerasi termoelektrik

b. Refrigerasi siklus absorbsi

c. Refrigerasi steam jet

d. Refrigerasi magnetic

e. Heat pipe

Dewasa ini, penerapan siklus-siklus refrigerasi hampir meliputi seluruh

aspek kehidupan kita sehari-hari.Industri refrigerasi dan tata udara telah

berkembang sangat pesat dan sangat variatif, demi memenuhi kebutuhan pasar

yang sangat bervariasi.

Pada daerah tropis seperti Indonesia, yang mempunyai temperatur dan

kelembaban udara yang relatif tinggi, sistem pengkondisian udara didominasi

dengan menurunkan temperatur dan kelembaban udara. Untuk melakukan tugas

ini, digunakan siklus kompresi uap yang digerakkan oleh kompresor dan

menggunakan listrik sebagai sumber utamanya. Pada dasarnya sistem ini

mengkonsumsi energi relatif besar untuk menghasilkan udara dingin. Konsumsi

ini akan terus meningkat dan jika dibiarkan terus akan ikut memberi andil yang

cukup signfikan pada pemanasan global. Oleh karena itu perlu dicari cara

mengurangi konsumsi listrik untuk pengkondisian udara di Indonesia.

Temperatur yang nyaman bagi manusia ini cukup relatif, seperti riset yang

diadakan oleh Tri Harso Karyono (1998) di Indonesia dikatehui bahwa suku

bangsa juga menyumbang perbedaan pada tingkat temperatur nyaman seseorang.

(29)

Tabel 2.1 Temperatur netral/nyaman dari berbagai etnis di Indonesia [Tri Harso

Karyono (1998)

Etnik Natural Temperatur

Ta To Teq

Aceh (n=6) 24.3 24.3 23.4

Tapanuli (n=23) 25.9 26.2 24.6

Minang (n=27) 26.9 27.4 25.7

Other Sumateran (n=16)

26.6 27.0 25.7

Betawi (n=23) 27.0 27.3 25.9

Sundanese(n=86) 26.4 26.6 25.0

Javanene (n=232) 26.4 26.4 25.2

Other Indonesian (n= 62)

26.9 27.4 26.2

2.1.2 Siklus Kompresi Uap

Dari sekian banyak jenis-jenis sistem refigerasi, namun yang paling

umum digunakan adalah refrigerasi dengan sistem kompresi uap.Komponen

utama dari sebuah siklus kompresi uap adalah kompresor, evaporator, kondensor

dan katup expansi.

Kondensor

Kompresor

Evaporator

Katup expansi

1 2 3

4

(30)

Pada siklus kompresi uap, di evaporator refrigeran akan ‘menghisap’

panas dari lingkungan sehingga panas tersebut akan menguapkan refrigeran.

Kemudian uap refrigeran akan dikompres oleh kompresor hingga mencapai

tekanan kondensor, dalam kondensor uap refrigeran dikondensasikan dengan cara

membuang panas dari uap refrigeran ke lingkungannya. Kemudian refrigeran akan

kembali di teruskan ke dalam evaporator. Dalam diagram P-h siklus kompresi uap

[image:30.595.169.493.289.729.2]

ideal dapat dilihat dalam gambar berikut ini.

(31)

Proses-proses yang terjadi pada siklus kompresi uap seperti pada gambar

2.2 diatas adalah sebagai berikut:

a. Proses kompresi (1-2)

Proses ini dilakukan oleh kompresor dan berlangsung secara isentropik adiabatik.

Kondisi awal refrigeranpada saat masuk ke dalam kompresor adalah uap jenuh

bertekanan rendah, setelah mengalami kompresi refrigeran akan menjadi uap

bertekanan tinggi. Karena proses ini berlangsung secara isentropik, maka

temperatur ke luar kompresor pun meningkat. Besarnya kerja kompresi per satuan

massa refrigeran dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:

qw= h1– h2 (1)

dimana : qw = besarnya kerja kompresor (kJ/kg)

h1 = entalpi refrigeran saat masuk kompresor (kJ/kg)

h2= entalpi refrigeran saat keluar kompresor (kJ/kg)

b. Proses kondensasi (2-3)

Proses ini berlangsung didalam kondensor. Refrigeran yang bertekanan tinggi dan

bertemperatur tinggi yang berasal dari kompresor akan membuang kalor sehingga

fasanya berubah menjadi cair. Hal ini berarti bahwa di dalam kondensor terjadi

pertukaran kalor antara refrigeran dengan lingkungannya (udara), sehingga panas

berpindah dari refrigeran ke udara pendingin yang menyebabkan uap refrigeran

mengembun menjadi cair. Besar panas per satuan massa refrigeran yang

(32)

qc = h2 – h3 (2)

dimana : qc = besarnya panas dilepas di kondensor (kJ/kg)

h2 = entalpi refrigeran saat masuk kondensor (kJ/kg)

h3= entalpi refrigeran saat keluar kondensor (kJ/kg)

c. Proses expansi (3-4)

Proses expansi ini berlangsung secara isoentalpi. Hal ini berarti tidak terjadi

perubahan entalpi tetapi terjadi drop tekanan dan penurunan temperatur, atau dapat dituliskan dengan:

h3 = h4 (3)

Proses penurunan tekanan terjadi pada katup expansi yang berbentuk pipa kapiler

atau orifice yang berfungsi untuk mengatur laju aliran refrigeran dan menurunkan tekanan.

d. Proses evaporasi (4-1)

Proses ini berlangsung secara isobar isothermal (tekanan konstan, temperatur

konstan) di dalam evaporator. Panas dari lingkungan akan diserap oleh cairan

refrigeran yang bertekanan rendah sehingga refrigeran berubah fasa menjadi uap

bertekanan rendah. Kondisi refrigeran saat masuk evaporator sebenarnya adalah

campuran cair dan uap, seperti pada titik 4 dari gambar 2.2 diatas.

(33)

Qe = h1 – h4 (4)

dimana : qe= besarnya panas yang diserap di evaporator (kJ/kg)

h1 = entalpi refrigeran saat keluar evaporator (kJ/kg)

h4= entalpi refrigeran saat masuk evaporator (kJ/kg)

Selanjutnya, refrigeran kembali masuk ke dalam kompresor dan

bersirkulasi lagi.Begitu seterusnya sampai kondisi yang diinginkan tercapai.Untuk

menentukan harga entalpi pada masing-masing titik dapat dilihat dari tabel

sifat-sifat refrigeran. Setelah melakukan perhitungan untuk beberapa jenis refrigerant

yang sering dipakai di Indonesia, didapat nilai COP(Coefficient of Performance)

[image:33.595.120.474.446.618.2]

sebagai fungsi temperatur kondensasi ditampilkan pada Tabel 2.1

Tabel 2.2 Nilai COP dari beberapa jenis refrigerant

T(oC)

Refrigerant

40 45 50 55 60 65 70

R12 5,58 4,75 4,21 3,65 3,22 2,84 2,48

R600 5,08 4,34 3,69 3,18 2,77 2,44 2,14

R134a 4,92 5,05 3,92 3,34 2,90 2,54 2,18

R22 5,47 4,75 4,98 3,97 3,26 2,78 2,44

2.2 Kondensor 2.2.1 Pendahuluan

Kondensor adalah APK (Alat Penukar Kalor) yang berfungsi mengubah

(34)

subcooled. Untuk mengingatkan kembali, ingat lagi diagram Ph, tugas dari kondensor adalah mengantar refrigeran dari titik 2 (setelah melalui kompressor)

sampai ke titik 3 (sebelum masuk ke katup expansi). Proses ini adalah proses

membuang panas pada tempertur kondensasi, Tc yang diasumsikan konstan. Medium pendingin yang biasa digunakan untuk melakukan tugas ini adalah udara

lingkungan, air, atau gabungan keduanya. Masing-masing medium ini mempunyai

kelebihan dan kekurangan. Pembagian kondensor berdasarkan medium yang

digunakan dapat dibagi atas 3 bagian, yaitu:

1. Kondensor berpendingin udara,

2. Kondensor berpendingin air, dan

3. Kondensor berpendingin gabungan (Evaporative Condenser).

Jika medium yang digunakan adalah udara, kelebihannya adalah tidak

diperlukan pipa untuk mengalirkannya dan tidak perlu repot untuk membuangnya

karena setelah menyerap panas bisa langsung dilepas ke udara lingkungan.

Kelemahannya, udara tidak mempunyai sifat membawa dan menghantar panas

yang baik. Oleh karena itu diperlukan usaha yang lebih untuk mengalirkan lebih

banyak udara. Bisa dipastikan kondensor dengan medium pendingin udara

umumnya digunakan pada siklus refrigerasi dengan kapasitas pendinginan yang

kecil. Sementara jika medium pendigin yang digunakan adalah air, kelebihannya

adalah air mempunyai sifat membawa dan memindahkan panas yang jauh lebih

baik daripada air. Oleh karena itu tidak dibutuhkan peralatan yang besar untuk

proses perpindahan panas. Tetapi air tidak boleh dibuang begitu saja ke

lingkungan. Misalnya setelah digunakan sebagai pendingin kondensor air akan

(35)

terapung semua nanti ikan yang ada di situ. Untuk menghindari efek lingkungan

ini, biasanya kondensor berpendingin air dilengkapi dengan cooling tower yang fungsinya mendinginkan air panas yang berasal dari kondensor dengan

menjatuhkannya dari suatu ketinggian agar dapat didinginkan oleh udara. Oleh

karena itu biaya awal kondensor berpendingin air ini biasanya lebih besar tetapi

biaya operasionalnya lebih kecil, oleh karena itu sistem ini biasanya digunakan

pada SKU dengan kapasitas besar. Pada evaporative kondensor air dan udara

digunakan untuk mendinginkan kondensor. Air disiramkan ke pipa-pipa

kondensor dan udara juga ditiupkan. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya

penguapan di permukaan kondensor. Karena panas penguapan air sangat tinggi,

dan ini diambil dari refigeran melalui dinding pipa maka jenis ini akan

mempunyai koefisien perpindahan panas yang sangat baik. Hal-hal yang

disebutkan di atas adalah salah satu perbedaan utama dari kondensor berpendingin

[image:35.595.121.506.537.734.2]

air dan berpendingin udara. Perbedaan lain dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.3 perbandingan kondensor berpendingin udara dan air (Himsar

Ambarita,2011)

Parameter Pendingin Udara Pendingin Air

Temperatur,Tc-Tpendingin 6 s/d 220C 6 s/d 120C

Laju aliran pendingin per TR 12 s/d 20 m3/menit 0,007 s/d 0,02m3/menit

Luas perpindahan panas per

TR

10 s/d 15 m2 0,5 s/d 1 m2

Kwecepata fluida pendingin 2,5 s/d 6 m/s 2 s/d 3 m/s

(36)

TR = ton of refrigerasi (beban di evaporator) 1 TR = 3,5 kW

2.2.2 Analisis kondensor

Pada kondensorlah sebenarnya diaplikasikan semua ilmu perpindahan

panas. Pada dasarnya sangat banyak variasi kondensor yang mungkin jika dilihat

berdasarkan jenis fluida pendinginnya, metode perpindahan panasnya, dan

konfigurasi bidang perpindahan panasnya. Untuk memberikan gambaran

bagaimana merancang sebuah kondensor pada sebuah siklus pendingin, maka

dilakukan pembahasan pada kondensor yang berpendingin air dan jenisnya adalah

APK shell-and-tube heat exchanger (biasanya diterjemahkan sebagai APK pipa-cangkang). Pada APK ini, air pendingin mengalir di dalam tabung dan uap

refrigeran mengalir di luar tabung dan masih di dalam shell. Konfigurasi aliran fluida pada APK ini ditunjukkan pada Gambar 2.3 berikut ini. Pada gambar juga

ditampilkan profil temperatur kedua fluida yang diidealkan.

(37)

x

[image:37.595.230.418.80.305.2]

(b)

Gambar 2.3. (a) shell and tube heat exchanger sebagai kondensor (b) Profil

temperatur kedua Fluida yang di idealkan.(Ambarita,2011)

Laju perpindahan panas pada refrigeran dan air pendingin dapat dihitung dengang

persamaan berikut:

( 3) .

2 h

h m

QT = r − (5)

)

( ,

.

,o wi

w P W

W m c T T

Q = − (6)

Dimana h adalah entalpi refrigeran (dari diagram Ph) dan cp adalah kapasitas panas air. Laju perpindahan panas dari refrigeran ke air jika dihitung berdasarkan

luas bidang perpindahan panas di sisi luar pipa Ao, adalah:

LMTD A

U

(38)

Dimana LMTD adalah perbedaan temperatur rata-rata logaritmik (Log Mean Temperature Difference). Untuk kasus kondensor yang profil temperaturnya diidealkan seperti pada Gambar (2.4) dapat dihitung dengan persamaan:

0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 ln 1 1 h R k r r r R r r h r r u f i o

fi + +

      + + = (8)

Dimana r0 dan riadalah jari-jari permukaan dalam dan luar pipa yang digunakan,

Rfi dan Rf0 tahanan termal akibat kerak pada permukaan dalam dan luar pipa, hi dan h0 koefisien konveksi di permukaan dalam dan luar pipa, dan k adalah koefisien konduksi bahan pipa. Dari semua parameter di persamaan (8) hidan h0 adalah besaran yang harus dicari dan mempunyai banyak sekali syarat untuk

menghitungnya. Misalnya jenis fluida, regime aliran (apakah laminar atau

turbulent, ditentukan dengan menggunakan bilangan Reynolds). Karena pada bab

ini yang dibahas secara spesifik adalah air yang mengalir di dalam pipa, maka

koefisien konveksi di dalam pipa dapat dihitung dengan menggunakan persamaan

Dittus-Boelter: i w i d k x h 0,8 0,4

Pr Re 023 , 0 = (9)

Simbol f (kecil) pada semua persamaan ini menyatakan sifat refrigeran pada saat cair. N jumlah pipa kondensor tiap baris, fg h entalpi perubahan fasa (entalpi uap – entalpi cair jenuh) refrigeran. ∆T = TcTx adalah perbedaan temperatur kondensasi dan temperatur permukaan luar pipa. Semua sifat pada fluida ini

(39)

2.3 Siklus Kompresi Uap dengan Water Heater

Di negara-negara tropis seperti Indonesia, AC type split ukuran kecil

umumnya digunakan pada perumahan dan bangunan komersial. Dalam

perusahaan, pemanas air listrik sering digunakan untuk menghasilkan air panas.

Keduanya AC dan pemanas air listrik pada umumnya mengkonsumsi banyak

energi pada suatu bangunan. Jumlah dari AC dan pemanas air listrik telah

meningkat selama bertahun-tahun, dan ini menimbulkan masalah serius pada

negara yang sangat tergantung pada energi yang dihasilkan. Panas buang dari AC

dapat digunakan untuk menghasilkan air panas. Manfaat dari melakukan hal ini

adalah dua kali lipat. salah satunya adalah pemanfaatan untuk sebuah pemanas air

listrik, dan yang lainnya adalah penghematan energi listrik jika tidak digunakan

dalam pemanas air listrik. Hal Ini dapat dicapai dan fungsi dari AC untuk

pendinginan tetap dipertahankan.

Saat ini, pemanas air menggunakan panas buang dari pendingin udara tipe

split kecil yang banyak tersedia di Indonesia dan umumnya dibuat khusus untuk

kebutuhan pengguna. Meskipun AC Split dengan pemanas air berhasil digunakan,

kinerja mereka dan desain sistem untuk aplikasi di Indonesia belum sepenuhnya

diselidiki, terutama ketika pendinginan dan efek pemanasan diperlukan. Studi

pompa panas pemanas air yang beroperasi di negara-negara subtropis dan dingin

telah muncul dalam literatur. Beberapa karya tersebut termasuk orang-orang Ji et

al. (2003) dan Baek dkk.(2005).

Pompa panas dan model AC telah banyak dipelajari. Pompa panas model

komputer pertama dikembangkan oleh Hiller dan Glicksman (1976). Sejumlah

(40)

juga model kepemilikan yang tidak tersedia untuk diperiksa di literatur. Beberapa

pompa panas model yang tersedia melalui literatur terbuka adalah model

MARKIII yang dikembangkan di laboratorium nasional oleh Fischer dkk (1988),

model HPSIM dikembangkan di NBS oleh Domanski dan Didion (1983) dan

Model pompa panas pengeringan gabah lainnya oleh Theerakulpisut (1990).

Semua model ini adalah dari udara ke udara panas pompa. System pemodelan

(RACMOD) pada ruangan ber AC yang dikembangkan oleh Mullen (1994) juga

tersedia. Model ini didasarkan pada persamaan yang Diatur model pompa panas

ORNL yang dikembangkan oleh Fisher dan Rice (1983) dan dimodifikasi oleh

O'Neal dan Penson(1988).

Semua model pompa panas dan AC digunakan untuk mempelajari fenomena

perpindahan panas antar udara. Tidak ada model percobaan diatas dibuat untuk

mempelajari kasus di mana panas buang harus di recover dari sistem AC. Ini

adalah keuntungan besar untuk memahami pengaruh dari penambahan pemanas

air ke dalam sistem yang melakukan tugas ganda yaitu pendinginan dan

pemanasan.

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk membangun sebuah model

matematika pada sebuah AC sekaligus sebagai pemanas air untuk tujuan studi

sistem. Hal ini diharapkan bahwa model ini akan cukup akurat untuk mempelajari

kinerja sistem saat ini dan dirancang untuk melakukan tugas tambahan pemanas

air di samping sebagai alat pendinginaan. Studi parametrik dari sistem juga dapat

dilakukan untuk memahami parameter utama yang akan mempengaruhi kinerja

sistem. Model ini akan divalidasi dengan melakukan eksperimen untuk

(41)

Model ini dikembangkan dari Model Theerakulpisut (1990). Perbedaan

antara model dan ini Theerakulpisut Model terletak pada fakta bahwa Model

Theerakulpisut itu berisi kompresor reciprocating dan submodels katup ekspansi

termostatik, sedangkan penelitian ini mengusulkan untuk pemodelan sistem yang

menggunakan kompresor rotary dan tabung kapiler. Sebagai hasil dari

dimasukkannya tangki air panas antara kompresor dan kondensor, program

komputer penelitian ini juga lebih rumit karena kondisi refrigeran pada kondensor

inlet dapat superheated, dua fase atau subcooled. Pemodelan sistem berikutnya diuraikan.

Water heater di letakan di antara setelah bagian kompresor dan sebelum kondensor karena proses pemanasan air pada water heater tersebut menggunakan

panas buangan dari kondensor dimana pada umumnya suhu Freon yang keluar

dari kompresor AC dibuang pada kondensor.

Dengan adanya water heater, aliran panas itu dibelokkan dulu kedalam

tangki air dingin sebelum masuk ke kondensor terjadi kontak perpindahan panas

dari pipa AC dan air di dalam tangki. Pipa AC yang keluar dari kompresor

langsung di alirkan dahulu ke dalam heat exchanger berupa pipa spiral dalam tangki dan air yang semula dingin pun memanas, begitupula sebaliknya suhu

Freon yang panas menurun, setelah melewati pipa spiral dalam tangki barulah

kemudian pipa AC kembali diarahkan ke kondensor. Untuk memperoleh air panas

AC harus menyala dulu, bila ingin mendapat air panas pagi hari, AC dinyalakan

(42)

Adapun manfaat dari water heater adalah:

 Hemat Uang

 Daya Tahan lebih lama  Aman

[image:42.595.181.443.235.468.2]

 Air panas yang diperoleh stabil.

(43)
[image:43.595.138.506.80.328.2]

Gambar 2.5 Aplikasi mesin pendingin SKU hibrid pada ruangan

[image:43.595.131.493.393.677.2]
(44)

Proses-proses yang terjadi pada siklus kompresi uap hybrid seperti pada

gambar 2.5 diatas adalah sebagai berikut:

1-1’= proses berlangsung secara isobar isothermal (tekanan konstan, temperatur

konstan) di dalam evaporator. Panas dari lingkungan akan diserap oleh

cairan refrigerant yang bertekanan rendah sehingga refrigerant berubah

fasa menjadi uap bertekanan rendah. Kondisi refrigerant saat masuk

evaporator sebenarnya adalah campuran cair dan uap.

1’-2= proses berlangsung di antara evaporator dan compressor, dimana tekanan

konstan (isobar).

2-3= proses berlangsung dilakukan oleh compressor dan berlangsung secara

isentropik adibatik. Kondisi awal refrigerant pada saat masuk ke dalam

compressor adalah uap jenuh bertekanan rendah, setelah mengalami

kompresi refrigerant akan menjadi uap bertekanan tinggi. Karena proses

ini berlangsung secara isentropic, maka temperature ke luar kompresor pun

meningkat.

3-4= proses ini berlangsung di dalam water heater dalam kondisi superheat. Dimana uap refrigerant dari kompressor akan di kompres hingga mencapai

tekanan kondensor.

4-.5= proses ini berlangsung di dalam water heater dalam kondisi superheat. dimana panas refrigerant yang telah di kompres oleh compressor

dibelokkan ke dalam koil pemanas di dalam tangki sebelum masuk ke

(45)

5-6= proses berlangsung di antara water heater dan kondensor dengan tekanan konstan (isobar). Dimana panas refrigerant sudah menurun, karena sudah

diserap oleh air di dalam tangki water heater.

6-.7=Proses ini berlangsung didalam kondensor. Refrigeran yang bertekanan

tinggi dalam kondisi superheat yang berasal dari water heater akan membuang kalor sehingga fasanya berubah menjadi cair. Hal ini berarti

bahwa di dalam kondensor terjadi pertukaran kalor antara refrigeran

dengan lingkungannya (udara), sehingga panas berpindah dari refrigeran

ke udara pendingin yang menyebabkan uap refrigeran mengembun

menjadi cair.

7-8= proses berlangsung di antara kondensor ke katup expansi, dimana tekanan

dan temperature sudah menurun.

8-9= proses expansi ini berlangsung secara isoentalpi. Hal ini tidak terjadi

perubahan entalpi tetapi tejadi drop tekanan dan penurunan temperatur.

9-1= proses ini berlangsung secara isobar isothermal (tekanan konstan,

temperature konstan) di dalam evaporator. Dimana panas dari lingkungan

akan di serap oleh cairan refrigerant yang bertekanan rendah sehingga

refrigerant berubah fasa menjadi uap bertekan rendah. Kondisi refrigerant

saat masuk evaporator sebenarnya adalah campuran cair dan uap.

Skema dari sistem pendingin udara sekaligus pemanas air yang diuraikan

dalam penelitian ini ditunjukkan pada Gambar.2.4, dan siklus operasi ditunjukkan

pada Gambar. 2.6 Sistem terdiri dari komponen utama dari AC, yaitu kompresor,

(46)

yang juga berfungsi sebagai tangki penyimpanan air. Perlu dicatat bahwa selama

operasi normal, air panas diharapkan akan ditarik dari tangki, dan tangki disuplai

dengan air. Pada tahap penelitian, diasumsikan bahwa air tidak ditarik dari tangki.

Namun, model ini akan diperpanjang untuk menutupi daerah di mana air panas

ditarik dari tangki. Model matematika dari setiap komponen dapat dijelaskan

sebagai berikut.

2.3.1. Tabung kapiler dan model kompresor

Model tabung kapiler dikutip dari persamaan ASHRAE (1997). Dalam

metode ini, teorema pi Buckingham diaplikasikan pada faktor fisik dan sifat

cairan yang mempengaruhi aliran pada pipa kapiler. Hasil dari analisis ini adalah

sebuah kelompok terminology pi dengan dimensi delapan.

Proses dalam tabung kapiler dianggap adiabatik. Kondisi pada saat

refrigerant masuk dapat subcooled atau campuran cairan dan uap. Efek melingkar tabung kapiler akan dihitung. Koil dari tabung kapiler akan mengurangi laju aliran

massa refrigeran sebesar 5% bila dibandingkan dengan tabung lurus (1996). Oleh

karena itu, persamaan terminology pi dengan dimensi delapan dikalikan dengan

0,95 seperti yang ditunjukkan pada Persamaan. (10). Prosedur untuk menentukan

π8 dapat ditemukan di ASHRAE (1997).

f cap cap

r d

m , = 0,95

π

8

µ

(10)

Model kompresor diperoleh dengan kurva data fitting produsen (Siam

Compressor Industry Co.,2002) untuk memberikan Persamaan. (11) untuk laju

(47)

[

t

t

m

rcop tc c e

2 , . 0069 . 0 31674 . 1 12950 . 130 3600

1 +

=

(

t

c

t

c

)

t

e

2 00194 . 0 23284 . 0 90989 .

9 − −

+

(

t

c

t

c2

)

]

015 00 . 0 01524 . 0 43826 .

0 − −

+

(11)

[

c

t

c

comp t

P 389.81950 9.84761 0.06207 2

1000

1 + +

=

(

t

c

t

c

)

t

e

2 332 00 . 0 63628 . 0 09224 .

18 + −

− +

(

t

c

t

c2

)

]

068 00 . 0 06466 . 0 37331 .

1 − −

+

(12)

Persamaan (11) digunakan untuk menghitung laju aliran massa refrigeran untuk

membandingkan dengan nilai yang diperoleh dari Persamaan. (12) sampai

kesepakatan dalam toleransi yang ditentukan tercapai. Daya Input refrigeran

selama proses kompresi (w45) dapat dihitung dari Persamaan. (13). Efisiensi

kompresor rotari diberikan oleh Ozu dan Itami (1981), efisiensi mekanik (ɳm)

dan efisiensi motor listrik (ɳf) keduanya direkomendasikan menjadi 0,85.

τ

η

η

. 45

m

p

W

=

m f comp

(13)

Kemudian, entalpi refrigeran pada pintu keluar kompresor (h5) dapat dihitung dari

s

s h h

h = 4 + 4

(14)

dimana entalpi refrigeran pada saluran masuk kompresor (h4) ditentukan dari

(48)

2.3.2 Model kondensor

Model kondensor terdiri dari banyak persamaan. Sejauh ini cukup rumit,

persamaan itu tidak semua akan disajikan di sini dan hanya persamaan utama

yang akan dijelaskan. Perpindahan panas pada kondensor dimodelkan

menggunakan metode NTU-e. Daerah Perpindahan panas pada kondensor dibagi

menjadi tiga zona, yaitu desuperheating, dua fase dan zona subcooled. Setelah melalui pemanas air,kondisi refrigeran masuk kondenser superheated, dua fase

atau subcooled. Strategi Pemodelan kondensor adalah sebagai berikut. a. Zona Desuperheating

Jika kondisi refrigeran pada sisi masuk kondensor adalah superheated, bagian dari daerah kondensor berada dalam zona desuperheating. Metode Newton-Raphson digunakan untuk memecahkan persamaan. (10) untuk jumlah

unit transfer (Ndsh), dan desuperheating (fdsh) dihitung dari Persamaan. (16).

Keseluruhan koefisien perpindahan panas di zona desuperheating (Udsh) dihitung

dengan Persamaan. (17), sedangkan efisiensi sirip (θ) dievaluasi dari persamaan

yang digunakan oleh Charters dan Theerakulpisut (1989). koefisien perpindahan

Panas refrigeran (hrs) dihitung dari terkenal Dittus-Boelter persamaan, dan sisi

udara koefisien perpindahan panas (telah) persamaan dihitung dari persamaan

Webb (1990),

(

)

(

)

[

(

)

]

      − − − = − − 1 exp exp

1 0.78

22 . 0 8 min 8 dsh dsh aci c rdsh CN C t t C t t C

N

(15) c dsh dsh dsh A U C N

f = min

(49)

(

)

as fin to as rs ti C dsh h A A h h A A u 1 1 1 +       +       − + = φ φ (17)

Laju perpindahan panas pada bagian desuperheating (qdsh) dan suhu udara keluar

di zona desuperheating, yang sama dengan suhu udara inlet pada dua fasa (tatpi)

dihitung dari Pers. (18) dan (19), yaitu :

) (8 c r dsh C t t

q = −

(18) a dsh aci atpi

C

q

t

t

=

+

(19)

b. Zona Dua fase

Metode perhitungannya sama dengan yang ada di zona The

desuperheating, tetapi koefisien perpindahan panas pada refrigerant di wilayah dua fasa dievaluasi dari persamaan yang diusulkan oleh Traviss dkk.(1973).

Prosedur untuk menghitung fraksi dua tahap adalah sebagai berikut:

tp N tp

e

=

1

ε

(20)

(

)

(

)

(

(

c atpi

)

)

atpi atpo atpi c atpi atpo a tp t t t t t t C t t C − − = − − = min ε (21) c tp tp

A

A

f

=

(22) a c tp tp tp tp tp C A f U C A U

N = =

min (23)

(50)

        − − = atpo c atpi c c tp a tp t t t t A u c f ln (24)

Perhitungan (ftp) oleh Pers. (24) membutuhkan (tatpo), yang dapat dihitung dari

pers. a fg r atpi atpo C h t t

m

. + = (25)

Perhatikan bahwa persamaan (25) ini hanya berlaku jika refrigeran masuk ke

dalam tahap dua fase sebagai uap jenuh dan keluar sebagai cair jenuh. Laju

perpindahan panas untuk bagian dua fasa dapat dihitung dengan pers.

fg r tp

m

h

q

.

=

(26)

Zona subcooled mungkin tetap berada di kondensor, dan fraksi subcooled (fsc)

dapat dihitung dari

(

)

, 1

1− + + ≤

= tp dsh tp dsh

sc f f f f

f

(27)

Atau fsc = ftp + fdsh >1

(28)

Jika zona subcooled tidak ada,maka i.e Fsc = 0, fraksi dua fase harus ditentukan

dari

dsh sc

f

f

=

1

(29)

dan laju perpindahan panas dari pers ,

(

c atpi

)

tp

tp

c

t

t

q

=

ε

min

(30)

Suhu udara keluar pada dua fasa (tatpo), ,dihitung dari pers.

a tp atpi atpo

c

q

t

t

=

+

(51)

c. Subcooled zona

Jika fraksi subcooled lebih besar dari nol, perpindahan panas untuk wilayah subcooled dalam kondensor dievaluasi dari persamaan berikut. Prosedur perhitungan hampir mirip dengan bagian desuperheating.

min

c A f U

N sc sc c

sc = (32)

(

)

[

]

      − − −

=1 exp exp 0.78 1

22 . 0 scv sc sc CN C N ε (33)

(

)

rsc atpo c sc c c t t c t

t9 = −ε min −

(34)

Catatan Bahwa keseluruhan koefisien perpindahan panas dalam zona

subcooled (Usc) sama dengan Persamaan. (18) Digunakan untuk mengevaluasi

Udsh. Laju perpindahan panas untuk zona subcooled dapat dihitung dari pers.

(

t t9

)

c

qsc = rsc c

(35)

dan suhu udara keluar kondensor,

a sc atpo aco c q t

t = +

(36)

Total laju perpindahan panas pada kondensor diperoleh dari jumlah laju

perpindahan panas dari tiga zona.

sc tp dsh

c q q q

q = + +

(52)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat penelitian

Tempat penelitian dilakukan di beberapa tempat, yaitu Hotel Sapadia

Siantar, Hotel Danau Toba Internasional, RS Columbia Asia dan Laboratorium

Pendingin Departemen Teknik Mesin, FT-USU.

3.1.2 Waktu Penelitian

Waktu Penelitian dimulai tanggal 01 Juli – 08 Oktober 2011

3.2 Alat dan Bahan yang Digunakan

Penelitian ini akan menggunakan bahan-bahan untuk pengukuran dan

beberapa alat seperti alat produksi dan alat ukur.

3.2.1 Alat

Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

1. Alat ukur temperatur udara, kecepatan angin, intensitas cahaya dan

kelembaban (Station data logger HOBO Micro Station)

(53)

Dengan spesifikasi :

a. Skala Pengoperasian : 200 – 500C dengan baterai alkalin

400 – 700C dengan baterai litium

b. Input Sensor : 3 buah sensor pintar multi channel monitoring

c. Ukuran : 8,9 cm x 11,4 cm x 5,4 cm

d. Berat : 0,36 kg

e. Memori : 512Kb Penyimpanan data nonvolatile flash.

f. Interval Pengukuran : 1 detik – 18 jam (tergantung pengguna)

g. Akurasi waktu : 0 - 2 detik

2. Alat ukur temperatur / termokopel (AGILENT)

Gambar 3.2 Agilent dengan termokopel tipe T dan K

Spesifikasi :

a. Daya 35 Watt

b. Jumlah saluran termokopel 20 buah

c. Tegangan 250 volt

(54)

e. Dapat memindai data hingga 250 saluran per detik

f. Mempunyai 8 tombol panel dan sistem kontrol

g. Fungsional antara lain pembacaan suhu termokopel, RTD dan termistor,

arus listrik AC

3.2.2 Bahan

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

a. Kabel termokopel

b. Pipa pembungkus (PVC 1,5 inch)

c. Perekat

d. Dll

3.3 Variabel Riset

Adapun variabel input dari pengujian yang akan dianalisa antara lain adalah

sebagai berikut :

a. Temperatur evaporator dan kondensor

b. Temperatur ruangan

Di mana akan dihasilkan data simulasi berupa variabel output yang

diharapkan, yaitu :

a. Kerja kompresor

b. Beban pendingin

c. COP

d. Dimensi kondensor

3.4 Set-up Pengujian

Pengujian yang dilakukan pada penelitian ini sesuai dengan tanggung jawab

(55)

kondensor dengan media udara dan air yang dikombinasikan dengan siklus

kompresi uap. Penulis menghitung secara analitik pengaruh perubahan temperatur

kondensor terhadap kerja kompresor, beban pendingin maksimum yang dapat

dilayani, COP siklus, dan dimensi kondensor minimum yang dapat diperoleh.

Penulis memulai skripsi ini dengan mencari referensi yang sesuai. Lalu

dilakukan proses pengumpulan data yang berkaitan seperti temperatur udara

harian, intensitas cahaya, kecepatan angin, dan kelembaban udara menggunakan

alat Station data logger HOBO Micro Station selama 3 bulan. Setelah itu diambil juga data temperatur kondensor dari tidak menggunakan air, setengah pengisian

air, serta pengisian air penuh dengan menggunakan alat ukur temperatur dan

termokopel Agilent. Proses dilanjutkan dengan perhitungan analitik dan membuat

perbandingan temperatur kondnsor tiap titik termokopel saat water heater bekerja maupun tidak bekerja

Salah satu gambar pengambilan data temperatur kondensor dan diagram

(56)
[image:56.595.211.444.85.257.2]
(57)
[image:57.595.137.477.81.713.2]

Gambar 3.4 Diagram Alir Proses Pengerjaan Skripsi Ya

Tidak

Mulai LiteraturStudi Buku referensi, jurnal, paper,

internet,dll

Perhitungan beban kondensor Pengambilan data temperatur kondensor

Analisa Data

Kesimpulan

Selesai Perhitungan analitik pengaruh perubahan temperatur kondensor

Perhitungan temperatur kondensor dengan air tangki setengah penuh

Pengambilan data temperatur udara harian, intensitas cahaya, kecepatan

angin, dan kelembaban udara

Pennghitungan dimensi kondensor

Perlu modifikasi?

Perhitungan temperatur kondensor dimana water heater tidak bekerja

Perhitungan temperatur kondensor dengan air tangki penuh

(58)

BAB IV

ANALISA DATA

4.1 Perhitungan dimensi utama kondensor

Dari data yang diperoleh dalam perancangan kapasitas pendingin di

ruangan yang terdapat di Gedung Pascasarjana Departemen Teknik Mesin,

FT-USU lantai 2 sebesar 5,12 kW dan daya kompresor yang digunakan sebesar 0,746

kW, maka dirancang dimensi utama dari kondensor yang akan digunakan sebagai

pendingin refrigeran. Dimensi utama dari kondensor adalah perhitungan panjang

pipa tembaga. Untuk mencari panjang pipa tembaga, terlebih dahulu dicari luas

dari pipa tembaga dengan menggunakan persamaan (7).

Kondensor yang akan dirancang menggunakan refrigeran R22 dengan

berpendingin udara. Udara yang digunakan sebagai media pendingin adalah udara

lingkungan dengan suhu 30oC dan direncanakan keluar dari APK adalah 35oC.

Pipa yang digunakan adalah pipa tembaga dengan diameter 6,4 mm dan

diasumsikan pipa tembaga sangat tipis. Dari suhu rata-rata sebesar 32,5oC, maka

didapat sifat termofisika R22 (lampiran A) sebagai berikut :

• µf = 1,8 x 10-4 kg/ms

• kf = 0,779 W/mK

• ρf = 1118,9 kg/m3

• hfg = 160,9 kJ/kg

Sifat-sifat udara pada temperatur 32,5 oC

• ρu = 1,140 kg/m3

(59)

• µu = 1,331E-05 Ns/m2

• ku = 2,670E-02 W/mK

• Pru = 0,705

Langkah pertama dalam perancangan kondensor adalah menentukan nilai

ho dan nilai hi sesuai dari data termofisika dari R22 dan udara.

Pada umumnya, bentuk penampang pipa adalah lingkaran. Ada kalanya

penampang pipa bukan lingkaran, tetapi berbentuk lain seperti ellips, persegi 4,

dll. Untuk pipa dengan penampang seperti ini, persamaan umum berikut dapat

digunakan.

n m

CRe Pr

Nu= (38)

Syarat menggunakan persamaan ini adalah sifat fisik fluida dianalisa pada

temperatur film. Konstanta C, m, dan n pada persamaan tersebut telah disusun oleh Zukauskas (1972) dan Jakob (1949), untuk masing-masing kasus ditampilkan

(60)
[image:60.595.118.468.114.672.2]

Tabel 4.1. Persamaan bilangan Nu untuk pipa (Himsar Ambarita, 2011)

Penampang Syarat Re Nu

Fluida: Gas dan Cair

0,4 – 4 0,330 13

Pr Re 989 , 0 Nu=

4 – 40 0,335 13

Pr Re 911 , 0 Nu=

40 – 4000 0,466 13

Pr Re 683 , 0 Nu=

4000 – 40000 0,618 13

Pr Re 193 , 0 Nu= 40000 – 400000 3 1 805 , 0 Pr Re 027 , 0 Nu= Fluida: Gas

5000-100.000 0,675 13 Pr Re 102 , 0 Nu= D Fluida: Gas 5000 –

100.000 0,588 13

Pr Re 246 , 0 Nu= D Fluida: Gas 5000 –

100.000 0,638 13

Pr Re 153 , 0 Nu= D Fluida: Gas

5000 – 19.500

3 1 638 , 0 Pr Re 160 , 0 Nu= 19.500-100.000 3 1 782 , 0 Pr Re 0385 , 0 Nu= D Fluida: Gas

4000 – 15.000 0,731 13 Pr Re 228 , 0 Nu= D Fluida: Gas

(61)

Bilangan Reynold dan bilangan Nu akan didefenisikan dengan diagonal (D) sebagai pengganti panjang karakteristik. Maka defenisi bilangan Reynolds dan

bilangan Nusselt menjadi:

µ ρUD

=

Re (39)

L hD

Nu= (40)

Dari sifat-sifat refrigeran dan udara yang telah didapat, maka dihitung ho dengan

menggunakan persamaan (40), dengan terlebih dahulu menghitung bilangan

Reynold dengan menggunakan persamaan (39). Diasumsikan kecepatan desain U

sebesar 1,5 m/s

Re = 835,566

Pada Tabel 4.1, persamaan bilangan Nu pada gambar penampang pertama yang

digunakan dalam perhitungan, maka dengan bilangan Reynold pada rentang

40-4000 didapat bilangan Nussel,

Nu = 13,897

Dengan persamaan (40), didapat nilai ho sebagai berikut

ho = 57,979 W/m2K

Setelah nilai ho diperoleh, dihitung nilai koefisien perpindahan panas konveksi di

(62)

kondensor. Dalam menghitung laju perpindahan panas kondensor, dapat dicari

dengan menggunakan bantuan COP,

,

Maka, Qc = Qe + Wk = 5,12 kW + 0,746 kW = 5,866 kW

Kemudian, dihitung laju aliran massa udara dengan menggunakan persamaan (6),

5,866 kW = ṁu x 1,005046 kJ/kg.K ( 35 – 30) oC ṁu = 1,1673 kg/s

Setelah didapat laju aliran massa udara, maka dapat dihitung bilangan Reynold

dari persamaan (41) berikut,

(41)

Gambar

Tabel 2.1 Temperatur netral/nyaman dari berbagai etnis di Indonesia [Tri Harso
Gambar 2.2 Diagram T-S dan P – h siklus kompresi uap (Himsar Ambarita,2010)
Tabel 2.2 Nilai COP dari beberapa jenis refrigerant
Tabel 2.3 perbandingan kondensor berpendingin udara dan air (Himsar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian terhadap mesin penyejuk udara dengan menggunakan siklus kompresi uap ini adalah (a) merancang dan merakit mesin penyejuk udara dengan daya

Tidak berbeda jauh dengan sistem kompresi uap pada umumnya, pada dalam sistem refrigerasi cascade seperti pada gambar 2.10 terdapat lima komponen utama, yaitu kompresor, kondensor,

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian penelitian dan penyusunan skripsi berjudul “Unjuk Kerja Mesin Penyejuk Udara dengan Siklus Kompresi Uap Menggunakan Daya

4.1 Data Hasil Penelitian Data yang dicatat dari hasil penelitian mesin penghasil air aki menggunakan siklus kompresi uap dan kain basah dengan variasi ada kipas dan tanpa

Data Hasil Penelitian Data yang dicatat dari hasil penelitian mesin penghasil air aki dengan sistem kompresi uap dengan variasi kondisi awal tanpa pancuran air dan tanpa kain basah

(Kapasitas kondensat).. yang dibutuhkan pompa akan semakin besar sehingga perlu dilakukan pengoptimalisasian dari suatu alat penukar kalor. Dari gambar 33, terlihat bahwa ada dua

Pada Gambar 11, pengujian mesin pengkondisian udara hibrida dengan penambahan kondensor dummy dan beban pendingin 3000 Watt, temperatur refrigeran maksimum yang

Kondisi awal refrigeran pada saat masuk di kompresor adalah uap jenuh bertekanan rendah, setelah di kompresi refrigeran menjadi uap bertekanan tinggi seperti yang