• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prevalensi Anemia Pada Penderita Mioma Uteri di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Prevalensi Anemia Pada Penderita Mioma Uteri di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

PREVALENSI ANEMIA PADA PENDERITA MIOMA UTERI DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010

Oleh :

MUHAMMAD NUR IKBAL 080100380

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PREVALENSI ANEMIA PADA PENDERITA MIOMA UTERI DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

MUHAMMAD NUR IKBAL 080100380

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Prevalensi Anemia Pada Penderita Mioma Uteri di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010

Nama : Muhammad Nur Ikbal NIM : 080100380

Pembimbing Penguji I

(dr. Edy Ardiansyah, Sp.OG) (dr. Juliandi Harahap, MA) NIP: 19650801 199603 1 001 NIP: 19700702 199802 1 001

Penguji II

(dr. Maya Savira, M.Kes) NIP: 197611192 00312 2 001

Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

ABSTRAK

Latar Belakang : Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39%-11,70% pada semua penderita ginekologi yang dirawat. Gejala mioma uteri secara medis dan sosial cukup meningkatkan morbiditas. Kejadiannya lebih tinggi pada usia diatas 35 tahun. Etiologi bagi mioma uteri adalah belum diketahui pasti tetapi diduga mempunyai kaitan dengan hormon estrogen dan siklus menstruasi.

Objektif : Untuk mengetahui Prevalensi Anemia Pada Penderita Mioma Uteri di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2010 berdasarkan jumlah paritas, keluhan utama, dan jenis mioma uteri yang diderita.

Metode : Penelititan ini bersifat deskriptif dengan pendekatan

cross-sectional. Data rekam medis diambil dari ruangan simpanan rekam medis RSUP

H. Adam Malik dari bulan Januari hingga Desember 2010. Data kemudiannya dianalisa secara manual dan kemudian dipresentasikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Hasil : Adapun hasil penelitian ini diambil dari 56 sampel yang menderita mioma uteri yang tidak anemia adalah sebesar 28,6% dan yang anemia adalah sebesar 71,4% dengan rata-rata kadar hemoglobin sebesar 10,44 gr/dl . Kasus Anemia pada multipara adalah sebesar 44,6,%. Anemia pada mioma uteri jenis submukosa ditemukan sebesar 32,5% dan anemia pada keluhan utama yang tersering yaitu benjolan perut adalah sebesar 28,6%.

Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa Prevalensi Anemia pada Penderita Mioma Uteri di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010 adalah cukup tinggi. Diharapkan kepada wanita yang mempunyai resiko untuk terjadinya mioma uteri melakukan deteksi dini untuk menghindari morbiditas dan komplikasi lebih lanjut seperti perdarahan dan anemia.

(5)

ABSTRACT

Background: In Indonesia uterine fibroids was found 2.39% -11.70% in

all all of the gynecologies cases. The simptoms of uterine fibroids causes high morbidity to the patients. Incidence was higher in the age above 35 years. The etiology of uterine fibroids is not known for sure but it is suspected to have links with the hormone estrogen and the menstrual cycle.

Objective: To determine The Prevalence of Anemia in Patients with

Uterine Fibroids in Dr H. Adam Malik Medan Hospital in 2010 based on parity number, chief complaint, and the type of uterine fibroids suffered.

Methods: The Study is descriptive cross-sectional approach. Data

retrieved from medical records storage room medical records department of H. Adam Malik from January to December 2010. The data was then analyzed manually and then presented in the form of a frequency distribution table.

Results: The results of this study were taken from 56 samples obtained

suffer from uterine fibroids were not anemia found in the amount of 28.6% and patients with anemia in the amounts to 71,4% with an average hemoglobin of 10,44 gr/dl. Cases of Anemia in multiparas were as many as 44,6%. Anemia in type submucosal uterine fibroids was 32.5% and anemia in a common chief complaint was abdominal lump amounted to 28.6%.

Conclusion: Based on this study, it can be concluded The Prevalence of

Anemia in Patients with Uterine Fibroids in Dr H. Adam Malik Medan Hospital in 2010 was quite high. Expected to women who are at risk for the occurrence of uterine fibroids to get early detection to avoid the morbidity and further complications such as bleeding and anemia.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Prevalensi Anemia Pada Penderita Mioma Uteri di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2010”.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menyadari banyak mengalami kesulitan, akan tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, untuk itu perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD-KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Edy Ardiansyah Sp.OG selaku Dosen Pembimbing dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. dr. Juliandi Harahap, MA dan dr. Maya Savira, M.Kes selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan-masukan yang membantu penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Ayahanda dan Ibunda tercinta Ibnu Khaldun S.Sos dan Nurbaini serta adik-adik tersayang Muhammad Nur Irsyad, Khalidazia, dan Nadika Azzahra yang telah memberikan dukungan dan doa yang tiada henti selama menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi Program Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

6. Sahabat luar biasa Arie Aditya Paramitha yang telah mendukung dan menemani penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

(7)

8. Semua pihak yang mendukung, membantu dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan baik isi maupun susunannya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata penulis mengucapkan jutaan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu penulis selama menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Medan, Desember 2011 Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ……… i

ABSTRAK ……… ii

ABSTRACT ………. iii

KATA PENGANTAR ……….... iv

DAFTAR ISI ……… vi

DAFTAR SINGKATAN ………. vii

DAFTAR TABEL ……… viii

DAFTAR GAMBAR ……… ix

DAFTAR LAMPIRAN ……… xii

BAB 1 PENDAHULUAN ……… 1

1.1. Latar Belakang ………... 1

1.2. Rumusan Masalah ……….. 2

1.3. Tujuan Penelitian ……….... 3

1.4. Manfaat Penelitian ……….. 3

BAB 2 TINJUAN PUSTAKA ……… 4

2.1. Mioma Uteri ………... 4

2.1.1. Definisi Mioma Uteri ……… 4

2.1.2. Klasifikasi Mioma Uteri ………... 4

2.1.3. Epidemiologi ………..…..…..….. 6

2.1.4. Etiologi dan Patogenesis ……….…..…..…. 7

2.1.5. Faktor Risiko ………..…..…..….. 8

(9)

2.1.7. Diagnosa ……….…..…..….. 13

2.2. Anemia ……… 14

2.2.1. Definisi Anemia ……… 14

2.2.2. Kriteria Anemia ……….…..……. 14

2.2.3. Derajat Anemia ……….…... 14

2.2.4. Prevalensi Anemia ………..……….. 15

2.2.5. Klasifikasi Anemia ……….……….. 16

2.2.6. Diagnosa ……….……….. 17

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL 20

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ………..….... 20

3.2. Definisi Operasional ………..…… 20

BAB 4 METODE PENELITIAN ………..….. 22

4.1. Rancangan Penelitian ………..…… 22

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ………..…... 22

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ………. 22

4.4. Teknik Pengumpulan Data ……….... 23

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ………..………. 23

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 24

5.1. Hasil Penelitian ……….………. 24

5.1.1. Deskripsi Hasil Penelitian ………...………. 24

5.1.2. Karakteristik Umum Penderita Mioma Uteri ………….…….. 24

5.1.3. Hasil Analisis Data ………...……… 26

5.2. Pembahasan ………...………. 33

5.2.1. Mioma Uteri Menurut Paritas …..…..…..……... 33

(10)

5.2.3. Mioma Uteri Berdasarkan Jenis Mioma ……... 34

5.2.4. Mioma Uteri Berdasarkan Keluhan Utama ... 34

5.2.5. Anemia Pada Mioma Uteri Berdasarkan Jumlah Paritas …..…..…..…..…..…..…..…..………..…..….. 34

5.2.6. Anemia Pada Mioma Uteri Berdasarkan Jenis Mioma …..…..…..…..…..…..…..…..…..…..…..……... 35

5.2.7. Anemia Pada Mioma Uteri Berdasarkan Keluhan Utama …..…..…..…..…..…..…..…..…..…..…..….. 35

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ……… 37

6.1. Kesimpulan ……… 37

6.2. Saran ……….…..…... 38

(11)

DAFTAR SINGKATAN

Hb : Hemoglobin

MCV : Mean Corpuscular Volume

MCH : Mean Corpuscular Hemoglobin

MCHC : Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat

SPSS : Statistical Product and Service Solution

TIBC : Total Iron Binding Capacity

USG : Ultra Sonografi

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman Tabel 2.1 : Prevalensi Anemia di Indonesia ……….. 15 Tabel 5.1 : Karakteristik Penderita Mioma Uteri ... 25 Tabel 5.2 : Distribusi Frekuensi Kasus Mioma Uteri Menurut Jumlah

Melahirkan (Paritas) ... 26 Tabel 5.3 : Distribusi Frekuensi Kasus Mioma Uteri Berdasarkan

Derajat Anemia ... 27 Tabel 5.4 : Distribusi Frekuensi Kasus Mioma Uteri Berdasarkan

Jenis Mioma Uteri ... 28 Tabel 5.5 : Distribusi Frekuensi Kasus Mioma Uteri Berdasarkan

Keluhan Utama ... 29 Tabel 5.6 : Distribusi Frekuensi Kasus Mioma Uteri Berdasarkan

Jumlah Paritas dan Status Anemia ... 30 Tabel 5.7 : Distribusi Frekuensi Kasus Mioma Uteri Berdasarkan

Jenis Mioma dan Status Anemia ... 31 Tabel 5.8 : Distribusi Frekuensi Kasus Mioma Uteri Berdasarkan

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 : Jenis Mioma Uteri dan Lokasinya ... 6 Gambar 2.2 : Representasi gambar uterus normal dan struktur

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

- Lampiran I : Daftar Riwayat Hidup - Lampiran II : Surat Ijin Penelitian

- Lampiran III : Surat Ethical Clearance

- Lampiran IV : Data Induk

(15)

ABSTRAK

Latar Belakang : Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39%-11,70% pada semua penderita ginekologi yang dirawat. Gejala mioma uteri secara medis dan sosial cukup meningkatkan morbiditas. Kejadiannya lebih tinggi pada usia diatas 35 tahun. Etiologi bagi mioma uteri adalah belum diketahui pasti tetapi diduga mempunyai kaitan dengan hormon estrogen dan siklus menstruasi.

Objektif : Untuk mengetahui Prevalensi Anemia Pada Penderita Mioma Uteri di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2010 berdasarkan jumlah paritas, keluhan utama, dan jenis mioma uteri yang diderita.

Metode : Penelititan ini bersifat deskriptif dengan pendekatan

cross-sectional. Data rekam medis diambil dari ruangan simpanan rekam medis RSUP

H. Adam Malik dari bulan Januari hingga Desember 2010. Data kemudiannya dianalisa secara manual dan kemudian dipresentasikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Hasil : Adapun hasil penelitian ini diambil dari 56 sampel yang menderita mioma uteri yang tidak anemia adalah sebesar 28,6% dan yang anemia adalah sebesar 71,4% dengan rata-rata kadar hemoglobin sebesar 10,44 gr/dl . Kasus Anemia pada multipara adalah sebesar 44,6,%. Anemia pada mioma uteri jenis submukosa ditemukan sebesar 32,5% dan anemia pada keluhan utama yang tersering yaitu benjolan perut adalah sebesar 28,6%.

Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa Prevalensi Anemia pada Penderita Mioma Uteri di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010 adalah cukup tinggi. Diharapkan kepada wanita yang mempunyai resiko untuk terjadinya mioma uteri melakukan deteksi dini untuk menghindari morbiditas dan komplikasi lebih lanjut seperti perdarahan dan anemia.

(16)

ABSTRACT

Background: In Indonesia uterine fibroids was found 2.39% -11.70% in

all all of the gynecologies cases. The simptoms of uterine fibroids causes high morbidity to the patients. Incidence was higher in the age above 35 years. The etiology of uterine fibroids is not known for sure but it is suspected to have links with the hormone estrogen and the menstrual cycle.

Objective: To determine The Prevalence of Anemia in Patients with

Uterine Fibroids in Dr H. Adam Malik Medan Hospital in 2010 based on parity number, chief complaint, and the type of uterine fibroids suffered.

Methods: The Study is descriptive cross-sectional approach. Data

retrieved from medical records storage room medical records department of H. Adam Malik from January to December 2010. The data was then analyzed manually and then presented in the form of a frequency distribution table.

Results: The results of this study were taken from 56 samples obtained

suffer from uterine fibroids were not anemia found in the amount of 28.6% and patients with anemia in the amounts to 71,4% with an average hemoglobin of 10,44 gr/dl. Cases of Anemia in multiparas were as many as 44,6%. Anemia in type submucosal uterine fibroids was 32.5% and anemia in a common chief complaint was abdominal lump amounted to 28.6%.

Conclusion: Based on this study, it can be concluded The Prevalence of

Anemia in Patients with Uterine Fibroids in Dr H. Adam Malik Medan Hospital in 2010 was quite high. Expected to women who are at risk for the occurrence of uterine fibroids to get early detection to avoid the morbidity and further complications such as bleeding and anemia.

(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mioma uteri adalah tumor jinak pada daerah rahim atau lebih tepatnya otot rahim dan jaringan ikat di sekitarnya. Mioma belum pernah ditemukan sebelum terjadinya menarche, sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih tumbuh (Guyton, 2002). Mioma uteri sering ditemukan pada wanita usia reproduksi (20-25%), dimana prevalensi mioma uteri meningkat lebih dari 70 % dengan pemeriksaan patologi anatomi uterus, membuktikan banyak wanita yang menderita mioma uteri asimptomatik. Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20%-30% dari seluruh wanita (Baziad, 2003).

Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma, pada wanita berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39-11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat. Jarang sekali mioma ditemukan pada wanita berumur 20 tahun, paling banyak pada umur 35-45 tahun . Mioma uteri ini lebih sering didapati pada wanita nulipara atau yang kurang subur. Faktor keturunan juga memegang peran (Prawirohardjo, 2008).

(18)

setiap tahun dilakukan di Amerika. Tumor ini bisa berubah menjadi besar dengan gejala yang minimal. Tetapi apabila tumor ini menimbulkan gejala, ia bisa menyebabkan perdarahan uterin yang massif, distensi abdominal dan nyeri pelvis (James R et al, 2003).

Perdarahan uterus yang abnormal merupakan gejala klinis yang paling sering terjadi dan paling penting. Gejala ini terjadi pada 30% pasien dengan mioma uteri. Wanita dengan mioma uteri mungkin akan mengalami siklus perdarahan haid yang teratur dan tidak teratur. Menorrhagia dan atau metorrhagia sering terjadi pada penderita mioma uteri. Perdarahan abnormal ini dapat menyebabkan anemia defesiensi besi (Hadibroto, 2005). Dari penelitian yang dilakukan oleh Ran Ok et-al di Pusan St. Benedict Hospital Korea yang dilakukan terhadap 815 kasus mioma uteri diketahui bahwa kasus mioma uteri tebanyak terjadi pada kelompok usia 40-49 tahun dengan usia rata-rata 42,97 tahun. Keluhan utama terbanyak pada penderita mioma uteri adalah perdarahan pervaginam abnormal (44,1%). Menurut Shukri (2009) Penderita Mioma Uteri di RSUP H.Adam Malik Medan pada tahun 2009 dengan keluhan perdarahan sebanyak 41.1% dan yang mengalami anemia mencapai 61.6%. sedangkan berdasarkan Muzakir (2008) penderita mioma uteri di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau yang mengalami anemia mencapai 48.64% yang rata-rata disebabkan oleh perdarahan yang banyak (43.24%).

1.2.1. Rumusan Masalah

(19)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui prevalensi anemia pada penderita mioma uteri di RSUP H.Adam Malik Medan.

1.3.2 Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui tingkat kejadian derajat anemia pada penderita mioma uteri.

2. Untuk mengetahui prevalensi anemia pada tiap jenis mioma uteri. 3. Untuk mengetahui prevalensi anemia pada mioma uteri berdasarkan

paritas.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai bahan informasi kepada petugas kesehatan dan rumah sakit khususnya RSUP H.Adam Malik Medan tentang angka kejadian anemia pada mioma uteri.

(20)

BAB 2

TINJUAN PUSTAKA 3.1. Mioma Uteri

3.1.1. Definisi Mioma Uteri

Mioma uteri adalah tumor jinak pada daerah rahim atau lebih tepatnya otot rahim dan jaringan ikat di sekitarnya. Mioma belum pernah ditemukan sebelum terjadinya menarkhe, sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih tumbuh. Neoplasma jinak ini berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah fibromioma, leiomioma, atapun fibroid(Prawirohardjo, 2008).

3.1.2. Klasifikasi

Mioma Uteri dapat terletak di bawah permukaan endometrium atau desidua rongga uterus (submukosa), tepat di bawah serosa uterus (subserosa), atau terbatas di miometrium (intramural). Mioma Intramural, seiring dengan pertumbuhannya, dapat membentuk komponen subserosa atau submukosa, atau keduanya. Mioma subserosa atau submukosa kadang-kadang melekat ke uterus hanya melalui sebuah tangkai (pedunkulata) . Tumor ini dapat mengalami torsio disertai nekrosis yang mungkin menyebabkan tersebut terlepas dari uterus. Kadang-kadang mioma subserosa menjadi parasitik, dan sebagian atau semua aliran darahnya berasal dari omentum yang banyak mengandung pembuluh darah.

(21)

Menurut letaknya, mioma dapat kita dapati sebagai :

a. Mioma Submukosa : berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Mioma submukosa dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui saluran serviks (myomgeburt)

b. Mioma Intramural : mioma terdapat di dinding uterus diantara serabut miometrium

c. Mioma Subserosum : apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa.

(22)

Gambar 2.1 : Jenis Mioma Uteri dan Lokasinya (Sumber: Martin L.Pernoll, 2001)

3.1.3. Epidemiologi

(23)

Dari penelitian yang dilakukan oleh Ran Ok et-al di Pusan St. Benedict Hospital Korea yang dilakukan terhadap 815 kasus mioma uteri diketahui bahwa kasus mioma uteri tebanyak terjadi pada kelompok usia 40-49 tahun dengan usia rata-rata 42,97 tahun. Keluhan utama terbanyak pada penderita mioma uteri adalah perdarahan pervaginam abnormal (44,1%). Mioma uteri tipe intramural adalah yang terbanyak dari tipe mioma uteri secara patologi anatomi (51,3%). Kadar haemoglobin (Hb) rata-rata penderita mioma uteri adalah 10,92 g/dl dan 37,6% diantaranya dilakukan transfusi darah. Histerektomi total ditemukan sebagai tindakan penatalaksanaan terbanyak pada kasus-kasus mioma uteri (91,5%) (Ran Ok et-al, 2007 yang dikutip Muzakir, 2008).

3.1.4. Etiologi dan Patogenesis

Penyebab utama mioma uteri belum diketahui secara pasti sampai saat ini, tetapi penyelidikan telah dijalankan untuk memahami keterlibatan faktor hormonal, faktor genetik, growth factor, dan biologi molekular untuk tumor jinak ini. Faktor yang diduga berperan untuk inisiasi pada perubahan genetik pada mioma uteri adalah abnormalitas intrinsik pada miometrium, peningkatan reseptor estrogen secara kongenital pada miometrium, perubahan hormonal, atau respon kepada kecederaan iskemik ketika haid. Setelah terjadinya mioma uteri, perubahan-perubahan genetik ini akan dipengaruhi oleh promoter (hormon) dan efektor (growth factors) (Parker, 2007).

Mioma uteri yang berasal dari sel otot polos miometrium, menurut teori onkogenik maka patogenesa mioma uteri dibagi menjadi 2 faktor yaitu inisiator dan promotor. Faktor-faktor yang menginisiasi pertumbuhan mioma masih belum diketahui pasti. Dari penelitian menggunakan

glucose-6-phosphatase dihydrogenase diketahui bahwa mioma berasal dari

(24)

kompleks dari hormon steroid seks dan growth factor lokal. Mutasi somatik ini merupakan peristiwa awal dalam proses pertumbuhan tumor (Hadibroto, 2005).

Tidak dapat dibuktikan bahwa hormon estrogen berperan sebagai penyebab mioma, namun diketahui estrogen berpengaruh dalam pertumbuhan mioma. Mioma terdiri dari reseptor estrogen dengan konsentrasi yang lebih tinggi dibanding dari miometrium sekitarnya namun konsentrasinya lebih rendah dibanding endometrium. Hormon progesteron meningkatkan aktifitas mitotik dari mioma pada wanita muda namun mekanisme dan faktor pertumbuhan yang terlibat tidak diketahui secara pasti. Progesteron memungkinkan pembesaran tumor dengan cara

down-regulation apoptosis dari tumor. Estrogen berperan dalam

pembesaran tumor dengan meningkatkan produksi matriks ekstraseluler (Hadibroto, 2005).

3.1.5. Faktor Risiko

a. Usia penderita

Wanita kebanyakannya didiagnosa dengan mioma uteri dalam usia 40-an; tetapi, ianya masih tidak diketahui pasti apakah mioma uteri yang terjadi adalah disebabkan peningkatan formasi atau peningkatan pembesaran secara sekunder terhadap perubahan hormon pada waktu usia begini. Faktor lain yang bisa mengganggu insidensi sebenar kasus mioma uteri adalah karena dokter merekomendasi dan pasien menerima rekomendasi tersebut untuk menjalani histerektomi hanya setelah mereka sudah melepasi usia melahirkan anak (Parker, 2007).

(25)

sebelum menarche dan setelah menopause hanya 10% mioma yang masih bertumbuh (Prawirohardjo, 2008)

b. Hormon endogen (Endogenous Hormonal)

Mioma uteri sangat sedikit ditemukan pada spesimen yang diambil dari hasil histerektomi wanita yang telah menopause, diterangkan bahwa hormon esterogen endogen pada wanita-wanita menopause pada kadar yang rendah atau sedikit (Parker, 2007).

c. Riwayat keluarga

Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri mempunyai peningkatan 2,5 kali kemungkinan risiko untuk menderita mioma uteri dibanding dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri. Penderita mioma yang mempunyai riwayat keluarga penderita mioma uteri mempunyai 2 kali lipat kekuatan ekspresi dari VEGF-α (a myoma-related growth factor)

dibandingkan dengan penderita mioma yang tidak mempunyai riwayat keluarga penderita mioma uteri (Parker, 2007).

d. Berat badan

(26)

e. Makanan

Beberapa studi telah meneliti hubungan antara diet dan kehadiran atau pertumbuhan mioma. Satu studi menemukan bahwa daging sapi, daging merah lainnya, dan daging babi meningkatkan kejadian mioma uteri, tapi sayuran hijau biasa menurunkan kejadian mioma uteri. Tidak diketahui dengan pasti apakah vitamin, serat atau phytoestrogen berhubungan dengan mioma uteri (Parker, 2007).

f. Kehamilan dan Paritas

Angka kejadian mioma uteri bervariasi dari hasil penelitian yang pernah dilakukan ditemukan sebesar 0,3 % – 7,2 % selama kehamilan. Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar estrogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Kedua keadaan ini kemungkinan dapat mempercepat pembesaran mioma uteri (Manuaba, 2003 dikutip dalam Muzakir, 2008)

g. Kebiasaan Merokok

Merokok dapat mengurangi insidensi mioma uteri. Banyak faktor yang dapat menurunkan bioavailabilitas hormon estrogen pada jaringan, seperti penurunan konversi androgen kepada estrogen dengan penghambatan enzim aromatase oleh nikotin (Parker, 2007).

3.1.6. Gejala dan Tanda

(27)

Gejala tersebut dapat digolongkan.

a. Perdarahan abnormal

Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya hiperminore, menoragia dan dapat juga terjadi metroragia, Perdarahan abnormal ini yang dapat menyebabkan anemia defesiensi besi.

Patofisiologi perdarahan uterus abnormal yang berhubungan dengan mioma uteri masih belum diketahui dengan pasti. Beberapa penelitian menerangkan bahwa adanya disregulasi dari beberapa faktor pertumbuhan dan reseptor-reseptor yang mempunyai efek langsung pada fungsi vaskuler dan angiogenesis. Perubahan-perubahan ini menyebabkan kelainan vaskularisasi akibat disregulasi struktur vaskuler didalam uterus yang menyebabkan terjadinya venule ectasia.

(28)

A. Pelebaran pembuluh darah pada endometrium dan miometrium pada uterus normal

B. Pelebaran pembuluh darah obstruksi fisik pada pembuluh darah uterus miomatosus

(Sumber : Gross Karen L, BA)

Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini, antara lain adalah :

- Permukaan endometrium yang lebih luas dari pada biasa

- Peningkatan vaskularisasi aliran vaskuler ke uterus

- Ulserasi endometrium pada mioma submukosa

- Kompresi pada pleksus venosus didalam miometrium

- Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma di antara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang dilaluinya dengan baik (Prawirohardjo, 2008).

b. Rasa Nyeri

Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada pengeluaran mioma submukosa yang akan dilahirkan, pada pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan dismenore.

c. Gejala dan tanda penekanan

(29)

menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rectum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.

3.1.7. Diagnosa

Dapat ditegakkan dengan : a. Anamnesis:

Dari proses tanya jawab dokter dan pasien dapat ditemukan penderita seringkali mengeluh rasa berat dan adanya benjolan pada perut bagian bawah, kadang mempunyai gangguan haid dan ada nyeri.

b. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan bimanual akan mengungkap tumor pada uterus, yang umumnya terletak di garis tengah atau pun agak ke samping,seringkali teraba terbenjol-benjol. Mioma subserosum dapat mempunyai tangkai yang berhubung dengan uterus (Prawirohardjo, 2008).

c. Pemeriksaan Penunjang

- Ultra Sonografi (USG) : USG abdominal dan transvaginal dapat membantu dan menegakkan dugaan klinis

(30)

3.2. Anemia

3.2.1. Definisi Anemia

Anemia ialah keadaan dimana massa eritrosit dan/atau massa hemoglobin yang beredar tidak dapat memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh. Secara laboratorik dijabarkan sebagai penurunan dibawah normal kadar haemoglobin, hitung eritrosit dan hematokrit (packed red cell)(Bakta, 2006).

3.2.2. Kriteria Anemia

Untuk menjabarkan defenisi anemia maka perlu diterapkan batas haemoglobin atau hematokrit yang dianggap sudah terjadi anemia. Batas ini disebut sebagai cut off point (titik pemilah), yang sangat dipengaruhi oleh : umur, jenis kelamin, ketinggian tempat tinggal dari permukaan laut dan lain-lain.

Cut off point yang umum dipakai ialah criteria WHO tahun 1968. Dinyatakan anemia bila :

Laki-laki dewasa : hemoglobin < 13 g%

Perempuan dewasa tak hamil : hemoglobin < 12 g%

Perempuan hamil : hemoglobin < 11 g%

Anak umur 6 – 14 tahun : hemoglobin < 12 g%

Anak umur 6 bulan – 6 tahun : hemoglobin < 11 g%

3.2.3. Derajat Anemia

(31)

- Tidak Anemia : Hb ≥ 12 g/dl

- Anemia Ringan : Hb 8 g/dl – Hb 11,9 g/dl

- Anemia Sedang : Hb 6 g/dl – Hb 7,9 g/dl

- Anemia Berat : Hb < 6 g/dl

3.2.4. Prevalensi Anemia

Menurut Organisasi Kesehatan dunia (WHO), tahun 2005 didapati 1.62 milyar penderita anemia di seluruh dunia.

Angka prevalensi anemia di Indonesia menurut Husaini dkk dapat dilihat pada tabel dibawah

Perkiraaan Prevalensi Anemia di Indonesia

Tabel 2.1

Prevalensi Anemia di Indonesia

Kelompok Populasi Angka Prevalensi

1. Anak Prasekolah (balita)

2. Anak Usia Sekolah

3. Dewasa tidak hamil

4. Hamil

5. Laki-laki dewasa

6. Pekerja berpenghasilan rendah

30-40%

23-35%

30-40%

50-70%

20-30%

(32)

Angka prevalensi anemia di dunia sangat bervariasi tergantung pada geografi. Salah satu faktor determinan utama adalah taraf sosial ekonomi masyarakat.

3.2.5. Klasifikasi Anemia

Anemia dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara, tergantung dari sudut mana kita melihat dan tujuan kita melakukan klasifikasi tersebut.

Klasifikasi yang sering dipakai :

1. Klasifikasi morfologik : yang berdasarkan morfologi eritrosit pada pemeriksaan apusan darah tepi atau dengan melihat indeks eritrosit.

Klasifikasi Anemia berdasarkan Morfologi Eritrosit

A. Anemia hipokromik mikrositer

- Anemia defisiensi besi

- Thalasemia

- Anemia akibat penyakit kronik

- Anemia sideroblastik

B. Anemia normokromik normositer

- Anemia pascaperdarahan akut

- Anemia aplastik – hipoplastik

- Anemia hemolitik – terutama bentuk yang didapat

(33)

C. Anemia makrositer

- Megaloblastik

- Nonmegaloblastik

2. Klasifikasi etiopatogenesis : yang berdasarkan etiologi dan pathogenesis terjadinya anemia.

Klasifikasi Anemia berdasarkan Etiopatogenesis

A. Produksi Eritrosit menurun

B. Kehilangan Eritrosit dari tubuh

- Anemia pascaperdarahan akut

- Anemia pascaperdarahan kronik

C. Peningkatan penghancuran eritrosit dalam tubuh (hemolisis)

D. Bentuk campuran

E. Bentuk yang patogenesisnya belum jelas

3.2.6. Diagnosa

a. Anamnesis

b. Pemeriksaan Fisik

Harus dilakukan secara sistematik dan menyeluruh

- Warna kulit : pucat, plethora, sianosis, ikterus, kulit telapak tangan kuning seperti jerami

- Purpura : petechie dan echymosis

(34)

- Mata : Ikterus, konjungtiva pucat, perubahan fundus

- Mulut : Ulserasi, hipertrofi gusi, perdarahan gusi, atrofi pada lidah, glossits dan stomatitis angularis

- Limfadenopati

- Hepatomegali

c. Pemeriksaan Laboratorium Hematologik

- Tes penyaring : tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus anemia. Pemeriksaan ini meliputi :

a. Kadar Hemoglobin

b. Indeks eritrosit (MCV. MCH dan MCHC)

c. Apusan darah tepi

- Pemeriksaan rutin : pemeriksaan ini juga dilakukan pada semua kasus anemia untuk mengetahui kelainan pada sistem leukosit dan trombosit. Pemeriksaan ini meliputi :

a. Laju endap darah

b. Hitung diferensial

c. Hitung retikulosit

- Pemeriksaan sumsum tulang : pemeriksaan ini harus dikerjakan pada sebagian besar kasus anemia untuk mendapatkan diagnosis defenitif meskipun ada beberapa kasus yang diagnosisnya tidak memerlukan pemeriksaan sumsum tulang

- Pemeriksaan atas indikasi khusus :

(35)

b. Anemia megaloblastik : asam folat darah/eritrosit, vitamin B12

c. Anemia hemolitik : hitung retikulosit, tes coombs, elektroforesis, Hb

(36)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Gambar 3.1 : Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional

1. Rekam medis adalah keterangan baik yang tertulis maupun terekam tentang identitas, anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium, diagnosis, segala pelayanan dan tindakan medik yang diberikan kepada pasien dan pengobatan baik yang dirawat inap, rawat jalan maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat.

2. Mioma Uteri adalah tumor jinak pada daerah rahim yang dapat didiagnosa dengan melakukan pemeriksaan USG. Jenis mioma uteri dikelompokkan atas :

- mioma submukosa

- mioma intramural

- mioma subserosum Mioma Uteri :

- Gejala & Tanda/Keluhan utama

- Jenis Mioma - Paritas

(37)

- mioma intraligementer

3. Anemia bila pada saat dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin di bawah nilai normal. Hasil ukur adalah dikelompokkan sebagai berikut berdasarkan WHO :

- Tidak Anemia : Hb ≥ 12 g/dl

- Anemia Ringan : Hb 8 g/dl – Hb 11,9 g/dl

- Anemia Sedang : Hb 6 g/dl – Hb 7,9 g/dl

- Anemia Berat : Hb < 6 g/dl

3. Kadar Hemoglobin adalah kadar Hb dari pasien mioma uteri yang diambil sampel darahnya. Cara ukur adalah dengan observasi dan alat ukur dengan menggunakan rekam medis.

4. Keluhan utama adalah keluhan yang menyebabkan pasien datang berjumpa dengan dokter di RSUP Haji Adam Malik, Medan.

5. Hiperminore adalah perdarahan haid yang lebih banyak dari normal, atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari).

6. Metroragia adalah perdarahan pervaginam antara dua siklus haid.

7. Paritas adalah frekuensi proses persalinan yang telah dilakukan penderita mioma uteri yang tercatat di rekam medis, dan dikelompokkan sebagai berikut :

- Po (Nullipara)

- P1 (Primipara)

- P2-5 (Multipara)

(38)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan retrospektif, dimana akan dilakukan pengumpulan data dengan menggunakan rekam medis.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi

Penelitian ini dilakukan di RSUP H.Adam Malik Medan bagian Obstetri dan Ginekologi dengan alasan rumah sakit tersebut merupakan pusat pelayanan kesehatan yang besar di Medan, mudah dijangkau oleh masyarakat, dengan jumlah pasien relatif banyak. Rumah sakit tersebut memiliki ahli-ahli kebidanan, fasilitas memadai dan data-data rekam medis yang lengkap. Selain itu, rumah sakit ini juga merupakan rumah sakit rujukan pusat untuk kota medan umumnya.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan selama 4 bulan dimulai dari bulan Juni 2011 sampai dengan bulan September 2011.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi yang diteliti adalah semua kasus Mioma Uteri di bagian Obgin RSUP H.Adam Malik Medan pada tahun 2010. Penelitian ini akan menggunakan total sampling sebagai teknik pengambilan sampel dari seluruh jumlah populasi.

(39)

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dirumuskan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Melakukan survei awal dahulu berkaitan sampel populasi penderita mioma uteri di RSUP H.Adam Malik Medan

2. Meminta rekam medis yang berisi data penderita mioma uteri yang dilakukan di RSUP H.Adam Malik Medan

3. Mencatat data yang diperlukan seperti terlampir dalam formula data dan diambil hanya data-data yang diteliti.

4. Hasilnya yang dikaji akan dihitung persentasenya dan disajikan dalam bentuk diagram dan tabel.

4.5. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan secara manual kemudian disajikan dalam bentuk tabel-tabel distribusi frekuensi dan diagram dengan menggunakan aplikasi

(40)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

RSUP H. Adam Malik, Medan terletak di kecamatan Medan Sunggal di Jalan Bunga Lau Nomor 17, Medan. Rumah sakit ini adalah rumah sakit rujukan pusat untuk kota medan. Berdasarkan hasil observasi awal sebelum dilakukan penelitian, RSUP H. Adam Malik, Medan merupakan rumah sakit rumah sakit Tipe A karena mempunyai fasilitas yang lengkap serta memiliki ahli-ahli kebidanan dan data rekam medis yang lengkap. Pasien juga relatif banyak pada tahun yang diteliti dan ini memudahkan analisa data karena lebih signifikan. Data rekam medis di rumah sakit ini juga masih dalam keadaan baik dan teratur.

5.1.2. Karakteristik Umum Penderita Mioma Uteri

(41)

Tabel 5.1

Karakteristik Penderita Mioma Uteri di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010

Karakteristik N Persentase (%)

1. Usia (tahun) a. 20 – 29 b. 30 – 39 c. 40 – 49 d. > 50

2. Tingkat Pendidikan a. Tidak/belum sekolah b. SD

c. SMP d. SMA

e. Perguruan Tinggi 3. Usia Menarche

Dari tabel 5.1 dapat diketahui bahwa jumlah penderita mioma uteri paling banyak berusia antara 40 – 49 tahun yaitu 28 orang (50%) sedangkan yang paling sedikit adalah penderita mioma uteri yang berusia 20 – 29 tahun yaitu 2 orang (3,6%).

(42)

SMP yaitu 14 orang (25%). Sedangkan sebagian kecil dengan tingkat pendidikan terakhir adalah Perguruan Tinggi yaitu 9 orang(16,1%). Hanya 2 orang (3,6%) yang tidak/belum sekolah.

Dari tabel 5.1 juga dapat dilihat berdasarkan usia terjadinya menarche pada penderita mioma uteri diketahui usia 13 – 15 tahun yang terbanyak yaitu 28 orang (50%) dan sebagian lagi pada usia 11 – 12 tahun yaitu 20 orang (35,7%) dan pada usia 16 – 18 tahun yaitu 6 orang (10,7%) dan juga tidak diketahui usia terjadinya menarche yaitu 2 orang (3,6%).

5.1.3. Hasil Analisis Data

a. Mioma Uteri Menurut Jumlah Melahirkan (Paritas) di RSUP H. Adam Malik, Medan pada Tahun 2010

Berdasarkan pengolahan data sekunder terhadap 56 sampel penelitian, diperoleh jumlah kasus mioma uteri menurut jumlah melahirkan (Paritas) yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Kasus Mioma Uteri Menurut Jumlah Melahirkan (Paritas) di RSUP H. Adam Malik, Medan pada Tahun 2010

(43)

Dari tabel 5.2 didapat bahwa jumlah paritas yang paling banyak menderita mioma uteri adalah Multipara yaitu sebesar 62,5 %, sedangkan jumlah paritas yang paling sedikit mendeita mioma uteri adalah Grande multipara sebesar 5,4 %.

b. Mioma Uteri Berdasarkan Derajat Anemia di RSUP H. Adam Malik, Medan pada Tahun 2010

Dari 56 sampel penelitian diperoleh jumlah kasus mioma uteri berdasarkan derajat anemia yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Kasus Mioma Uteri Berdasarkan Derajat Anemia Penderita di RSUP H. Adam Malik, Medan pada Tahun 2010

Derajat Anemia N Persentase (%)

Tidak Anemia Anemia Ringan Anemia Sedang Anemia Berat

16 31 5 4

28,6 55,4 8,9 7,1

Total 56 100

(44)

c. Mioma Uteri Berdasarkan Jenis Mioma dan di RSUP H. Adam Malik, Medan pada Tahun 2010

Berdasarkan rekapitulasi data sekunder terhadap 56 sampel penelitian, diperoleh jumlah kasus mioma uteri berdasarkan jenis mioma uteri yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Kasus Mioma Uteri Berdasarkan Jenis Mioma Uteri di RSUP H. Adam Malik, Medan pada Tahun 2010

Jenis Mioma Uteri N Persentase (%)

Dari tabel 5.4 didapat bahwa letak mioma yang paling banyak diderita oleh pasien mioma uteri adalah submukosa yaitu sebesar 32,1 %, sedangkan letak mioma yang paling sedikit diderita pasien mioma uteri adalah subserosa sebesar 12,5 %.

d. Mioma Uteri Berdasarkan Keluhan Utama di RSUP H. Adam Malik, Medan pada Tahun 2010

(45)

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Kasus Mioma Uteri Berdasarkan Keluhan Utama di RSUP H. Adam Malik, Medan pada Tahun 2010

Keluhan Utama N Presentase (%)

Perdarahan Nyeri

Benjolan Perut Perut Besar

17 11

21 7

30,4 19,6

37,5 12,5

Total 56 100

Dari tabel 5.5 didapat bahwa keluhan utama yang paling banyak dialami oleh pasien mioma uteri adalah benjolan perut yaitu sebesar 37,5 %, sedangkan keluhan utama yang paling sedikit dialami oleh pasien mioma uteri adalah perut besar yaitu sebesar 12,5%.

e. Mioma Uteri Berdasarkan Jumlah Paritas dan Status Anemia di RSUP H. Adam Malik, Medan pada Tahun 2010

Berdasarkan jumlah paritas dan status anemia terhadap 56 sampel penelitian diperoleh jumlah kasus mioma uteri yang dapat dilihat pada tabel berikut:

(46)

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Kasus Mioma Uteri Berdasarkan Jumlah Paritas dan Status Anemia di RSUP H. Adam Malik, Medan pada Tahun 2010

Paritas

Dari tabel 5.6 didapat bahwa jumlah paritas yang paling banyak menderita anemia adalah multipara dengan derajat anemia ringan yaitu sebesar 37,5 %, sedangkan jumlah paritas yang paling sedikit mengalami anemia adalah Grande Multipara dengan derajat anemia sedang sebesar 1,8 %.

f. Mioma Uteri Berdasarkan Jenis Mioma dan Status Anemia di RSUP H. Adam Malik, Medan pada Tahun 2010

(47)

Tabel 5.7

Distribusi Frekuensi Kasus Mioma Uteri Berdasarkan Jenis Mioma dan Status Anemia di RSUP H. Adam Malik, Medan pada Tahun 2010

Jenis Mioma

Dari tabel 5.7 didapat bahwa letak mioma yang paling banyak menderita anemia adalah submukosa dengan derajat anemia ringan yaitu sebesar 27,5 %, sedangkan letak mioma yang paling sedikit mengalami anemia adalah pada subserosum dengan derajat anemia sedang sebesar 2,5 %.

g. Mioma Uteri Berdasarkan Keluhan Utama dan Status Anemia di RSUP H. Adam Malik, Medan pada Tahun 2010

(48)

Tabel 5.8

Distribusi Frekuensi Kasus Mioma Uteri Berdasarkan Keluhan Utama dan Status Anemia di RSUP H. Adam Malik, Medan pada Tahun 2010

Keluhan

(49)

5.2. Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada status rekam medis pasien di RSUP H. Adam Malik, Medan untuk periode Januari hingga Desember 2010 didapatkan sebanyak 56 sampel yang memenuhi kriteria inklusi.

5.2.1. Mioma Uteri Menurut Jumlah Melahirkan (Paritas)

Pada penelitian ini jumlah kasus mioma uteri pada wanita dengan kelompok paritas nullipara ditemukan sebesar 25% dan jumlah kasus mioma uteri yang terbanyak terdapat pada wanita dengan kelompok yang melahirkan yaitu sekitar 75 %. Hasil ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan Bhat dan Kumar di Katsurba Hospital (India) yaitu mioma uteri lebih banyak ditemukan pada kelompok yang sering melahirkan yaitu sebesar 95% dibanding wanita nullipara yaitu 5% (Bath et-al, 2004 yang dikutip Muzakir, 2008). Walaupun bertentangan dengan teori faktor resiko yang mengatakan peningkatan paritas menyebabkan penurunan insidensi mioma uteri disebabkan pembuluh darah di uterus kembali kepada keadaan atau ukuran asal pada postpartum dan ini menyebabkan mioma uteri kekurangan suplai darah dan kurangnya nutrisi untuk terus membesar (Parker, 2007).

5.2.2. Mioma Uteri Berdasarkan Derajat Anemia

(50)

5.2.3. Mioma Uteri Berdasarkan Jenis Mioma Uteri.

Pada penelitian ini jumlah kasus mioma uteri berdasarkan jenis mioma uteri diketahui bahwa yang terbanyak adalah submukosa sebanyak 18 kasus (32,1%), multiple mioma sebanyak 9 kasus(16,1%), subserosa sebanyak 7 kasus (12,5%), intramural sebanyak 6 kasus (10,7%) dan tidak tercatat sebanyak 16 kasus (28,6%). Hal ini bertentangan dengan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya yang mendapatkan intramural adalah yang terbanyak dari jenis mioma uteri secara patologi anatomi (Ran Ok et-al,2007).

5.2.4. Mioma Uteri Berdasarkan Keluhan Utama.

Pada penelitian ini jumlah kasus mioma uteri berdasarkan keluhan utama penderita didapatkan bahwa keluhan terbanyak adalah benjolan di perut yaitu sebanyak 21 kasus (37,5%), diikuti perdarahan pervaginam sebanyak 17 kasus (30,4%) yang kemudian nyeri perut yaitu sebanyak 11 kasus (19,6%) dan perut besar sebanyak 7 kasus (12,5%). Hal ini bertepatan dengan penelitian yang dijalankan yang menemukan keluhan utama bagi penderita mioma uteri adalah

perdarahan pervaginam abnormal dan pembesaran perut terjadi (Pitkin et-al,2003). Hasil ini juga tidak jauh berbeda dengan penelitian yang

dilakukan oleh Ran Ok et-al di Pusan St. Benedict Hospital (Korea) yang mengemukakan bahwa 44,1% keluhan utama penderita mioma uteri adalah perdarahan pervaginam (Ran Ok et-al,2007).

5.2.5. Anemia Pada Mioma Uteri Berdasarkan Jumlah Paritas

(51)

25 kasus (44,6%) yang terdiri dari anemia ringan 21 kasus (37,5%), anemia sedang 2 kasus (3,6%) dan anemia berat 2 kasus (3,6%), sedangkan jumlah paritas yang paling sedikit mengalami anemia adalah pada Grande multipara sebanyak 1 kasus (1,8%) yang terdiri dari anemia berat. Tidak dijumpai hubungan paritas dengan angka kejadian anemia, tetapi pada penelitian-penelitian lain dilaporkan angka kejadian anemia makin tinggi dengan bertambahnya paritas (T.U. Hutabarat, 2002).

5.2.6. Anemia Pada Mioma Uteri Berdasarkan Jenis Mioma

Pada penelitian ini jumlah kasus anemia pada mioma uteri berdasarkan Jenis mioma didapat sebanyak 11 kasus (27,5%) yang tidak mengalami anemia dan 29 kasus (72,5%) mengalami anemia yang berdasarkan derajatnya yaitu anemia ringan sebanyak 24 kasus (60%), anemia sedang sebanyak 3 kasus (7,5%) dan anemia berat sebanyak 2 kasus (5%). Didapat juga bahwa jenis mioma yang paling banyak mengalami anemia adalah submukosa yaitu sebanyak 13 kasus (32,5%) yang terdiri dari anemia ringan 11 kasus (27,5%), dan anemia sedang 2 kasus (5%),sedangkan jenis mioma yang paling sedikit mengalami anemia adalah subserosum yaitu sebanyak 4 kasus (10%) yang terdiri dari anemia ringan 3 kasus (7,5%) dan anemia sedang 1 kasus (2,5%). Banyaknya kasus anemia pada submukosa karena jenis mioma ini secara patologi anatomi mioma ini terletak di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus yang memiliki banyak pembuluh darah dan akibat pertumbuhan mioma uteri menyebabkan perluasan dinding endometrium sehingga pada saat menstruasi sering memberikan keluhan perdarahan yang dapat menyebabkan anemia (Prawirohardjo, 2008).

5.2.7. Anemia Pada Mioma Uteri Berdasarkan Keluhan Utama

(52)
(53)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dijalankan terhadap penderita mioma uteri di RSUP H. Adam Malik, Medan pada tahun 2010 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Jumlah kasus mioma uteri di RSUP H. Adam Malik, Medan pada tahun 2010 adalah sebanyak 56 kasus. Mioma uteri terbanyak ditemukan pada kelompok usia 40-49 tahun yaitu sebesar 50% dan kelompok usia 20-29 tahun merupakan kelompok usia yang paling sedikit ditemukan yaitu sebesar 3,6%. Tingkat pendidikan terakhir paling banyak adalah SMA dan paling sedikit yang tidak/belum sekolah. Kelompok usia menarche (awal mulainya haid) yang paling banyak menderita mioma uteri adalah pada kelompok usia 13-15 yaitu sebesar 50% dan paling sedikit pada kelompok usia menarche 16 tahun yaitu sebanyak 3,6%.

2. Kasus mioma uteri ditemukan sebesar 62,5% pada multipara.

3. Mioma uteri jenis submukosa adalah yang paling banyak ditemukan yaitu sebesar 32,1%.

4. Benjolan Perut adalah keluhan utama yang paling banyak ditemukan pada penderita mioma uteri yaitu sebesar 37,5%

5. Penderita mioma uteri di RSUP H. Adam Malik, Medan pada tahun 2010 dengan kadar Hb ≥12g/dl (tidak anemia) adalah sebesar 28,6% dan kadar Hb <12g/dl (anemia) adalah sebesar 71,4% dengan rata-rata kadar hemoglobin sebesar 10,44 gr/dl.

(54)

7. Berdasarkan jenis mioma uteri yang paling banyak mengalami anemia adalah Submukosa sebesar 32,5%.

8. Berdasarkan keluhan utama pada penderita mioma uteri ditemukan yang paling banyak mengalami anemia adalah benjolan perut sebesar 28,6%.

6.2.Saran

1. Adanya sikap untuk memperhatikan diri terhadap kelainan yang timbul pada bagian reproduksi wanita yang mempunyai faktor-faktor risiko untuk terjadinya mioma uteri terutama wanita yang sering melahirkan (multiparitas). 2. Wanita dengan keluhan perdarahan pervaginam abnormal dan adanya

pembesaran atau benjolan pada perut perlu menjadi perhatian pada dokter kemungkinan penderita mioma uteri.

3. Kepada wanita yang telah mengalami haid untuk memeriksakan alat reproduksinya apabila ada keluhan-keluhan haid atau menstruasi untuk dapat melihat adanya faktor resiko mioma uteri.

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Bailliere. 2006. The epidemiology of uterin leiomyomas. 12: 169-176

Bath .RA , Kumar. P. Experience with Uterine Leiomyoma at a Teaching Referral

Hospital in India. Journal of Gynecologic Surgery. Vol 22/No.4. 2006.

Bakta, I Made. 2006. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC

Baziad A. 2003. Endokrinologi Ginekologi. Jakarta: Media Aesculapius, pp: 151- 157.

Cunningham, FG et al.,. 2001. Obstetri William Vol 2 Edisi 21. Jakarta : EGC, pp: 1031-1035.

Derek LJ. 2001. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi 6. Jakarta: Hipokrates, pp: 263-266.

Fradhan. P, Acharya. N, Kharel. B.et-al. Uterine Myoma : A Profile of Nepalese

Women. N.J.Obstet.Gynaecol.Vol.1/No.2.2006.47-50. Dalam: Muzakir,

2008. Profil Penderita Mioma Uteri di RSUD Arifin Achmad Propinsi Riau Periode 1 Januari-31 Desember 2006.

Gross K, Morton C, Genetic and development of fibroid. Clin Obstet and Gynecology 2001; 44: 335-349

Hadibroto. Budi R. 2005. Mioma Uteri. Dalam: Majalah Kedokteran Nusantara Volume 38. No.3 : 254 – 259.

Hart D.M, Norman J, 2000. Gynecology Illustrated.5th Edition. UK: Churchill Livingstone: 213-215

(56)

Direktorat Bina Gizi Masyarakat & Puslitbang Gizi. Dalam : Hutabarat, Samuel T.U.2002.Evaluasi Hasil Persalinan Berdasarkan Kadar Hemoglobin.

James R., Md. Scott, Ronald S., Md. Gibbs, Beth Y., Md. Karlan, Arthur F., Md. Haney, David N, 2003.Danforth By Lippincott Williams & Wilkins Publishers; 9th edition:475

Kovacs, Peter. 2010. Medical Treatment of Uterine Fibroids.

Manuaba, IBG. 2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Ginekologi. Edisi 2. Jakarta: EGC.pp: 309 – 312. Dalam: Muzakir, 2008.Profil Penderita Mioma Uteri di RSUD Arifin Achmad Propinsi Riau Periode 1 Januari-31 Desember 2006.

Martin L. Pernoll, 2001.Benson & Pernoll’s handbook of Obstetrics & Gynecology. USA: McGraw-Hill:619-625

Marquard, Kerri L.2008.Gynecology Myomectomy. [Diakses 6 Agustus 2008]

Muzakir, 2008. Profil Penderita Mioma Uteri di RSUD Arifin Achmad Propinsi Riau Periode 1 Januari-31 Desember 2006. Available from: http://yayanakhyar.wordpress.com/2008/04/25/profil-mioma-uteri-rsud-aa/. Last updated: 25 April 2008 [ di akses 3 Mei 2008].

Nabili,Siamak.2008. Anemia.http://www.medicinenet.com/anemia/article.htm [Diakses 25 Juni 2008]

(57)

Pitkin J, Peattie AB, Magowan BA. Obstetrics and Gynaecology.churchill livingstone. 2003. 118-119.

Prawirohardjo S, Wiknjosastro H.2008. Ilmu Kandungan Edisi Kedua. Jakarta: PT Bina Pustaka, Sarwono Prawirohardjo.pp: 338-345.

Ran Ok L, Gyung Il P, Jong Chul K, et-al. Clinico Statistical Observation of

Uterine. Korean Medical Database. Http://www.Medric.or.kr . Last Update :

Jul, 2007. [Diakses tanggal : 20 November 2007]. Dalam: Muzakir, 2008.Profil Penderita Mioma Uteri di RSUD Arifin Achmad Propinsi Riau Periode 1 Januari-31 Desember 2006.

Shukri, Muhammad bin Johar.2009. Karakteristik Penderita Mioma Uteri di RSUP H. Adam Malik Medan Pada Tahun 2009.

Sudoyo, Aru W et al.,. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi

4.Jakarta: FK UI.

Thomason, Philip.2008.Uterin Leiomyoma(Fibroid) Imaging. 2008]

T.U. Hutabarat, Samuel.2002. Evaluasi Hasil Persalinan Berdasarkan Kadar Hemoglobin.

(58)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Muhammad Nur Ikbal

Tempar / Tanggal Lahir : P.Brandan/ 24 Agustus 1989

Agama : Islam

Alamat : Jl. Pasar V Timur Blok 10 no 21/23 Medan Estate

Riwayat Pendidikan:

1. Sekolah Dasar Tamansiswa, Aceh Tenggara 2. Sekolah Menengah Pertama Pertiwi Medan 3. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan

Riwayat Pelatihan :

1. Workshop Sirkumsisi pada tanggal 9 November 2008 yang diadakan oleh HMI Komisariat FK USU

2. Seminar & Workshop Vital Sign pada tanggal 8 November 2009 yang diadakan oleh SCOPH PEMA FK USU

Riwayat Organisasi :

(59)

Lampiran V

Output Data Frekuensi

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 20 - 29 2 3.6 3.6 3.6

30 - 39 12 21.4 21.4 25.0

40 - 49 28 50.0 50.0 75.0

>50 14 25.0 25.0 100.0

Total 56 100.0 100.0

TingkatPKel

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak Sekolah 2 3.6 3.6 3.6

SD 14 25.0 25.0 28.6

SMP 14 25.0 25.0 53.6

SMA 17 30.4 30.4 83.9

Perguruan Tinggi 9 16.1 16.1 100.0

Total 56 100.0 100.0

(60)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid < 12 20 35.7 37.0 37.0

13 – 15 28 50.0 51.9 88.9

> 16 6 10.7 11.1 100.0

Total 54 96.4 100.0

Missing System 2 3.6

Total 56 100.0

Paritas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Nullipara 14 25.0 25.0 25.0

Primipara 4 7.1 7.1 32.1

Multipara 35 62.5 62.5 94.6

Grande Multipara 3 5.4 5.4 100.0

Total 56 100.0 100.0

(61)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak Anemia 16 28.6 28.6 28.6

Anemia Ringan 31 55.4 55.4 83.9

Anemia Sedang 5 8.9 8.9 92.9

Anemia Berat 4 7.1 7.1 100.0

Total 56 100.0 100.0

Hemoglobin

N Valid 56

Missing 0

Mean 10.4427

Letak Mioma

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid subserosum 7 12.5 17.5 17.5

submukosum 18 32.1 45.0 62.5

Intramural 6 10.7 15.0 77.5

Multiple 9 16.1 22.5 100.0

Total 40 71.4 100.0

Missing System 16 28.6

Total 56 100.0

(62)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Perdarahan 17 30.4 30.4 30.4

Nyeri 11 19.6 19.6 50.0

Benjolan Perut 21 37.5 37.5 87.5

Perut Besar 7 12.5 12.5 100.0

Total 56 100.0 100.0

Paritas * Hb

HbKel

Total Tidak Anemia

Anemia

Ringan

Anemia

Sedang Anemia Berat

ParitasKel Nullipara Count 3 7 2 2 14

% of Total 5.4% 12.5% 3.6% 3.6% 25.0%

Primipara Count 1 3 0 0 4

% of Total 1.8% 5.4% .0% .0% 7.1%

Multipara Count 10 21 2 2 35

% of Total 17.9% 37.5% 3.6% 3.6% 62.5%

Grande Multipara Count 2 0 1 0 3

% of Total 3.6% .0% 1.8% .0% 5.4%

Total Count 16 31 5 4 56

% of Total 28.6% 55.4% 8.9% 7.1% 100.0%

(63)

HbKel

Total Tidak Anemia Anemia Ringan

Anemia

Sedang Anemia Berat

Letak Mioma subserosum Count 3 3 1 0 7 Tidak Anemia Anemia Ringan

Anemia

Sedang Anemia Berat

Gambar

Gambar 2.1 : Jenis Mioma Uteri dan Lokasinya
Tabel 2.1
Gambar 3.1 : Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 5.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sekarang ini banyak sekali lembaga pendidikan baik swasta maupun negeri yang menggunakan teknologi komputer utnuk mempercepat dan memepermudah suatu kasus dalam ilmu

Tahaptahap dari pembuatan aplikasi ini adalah pengumpulan data, yaitu data tentang berbagai informasi dari majalah aura, yang didalamnya terdapat berbagai macam kue-kue basah

Besides introducing the classical Root-mean-square height method and Morphological Surface Roughness (MSR) algorithm, this paper takes the area of the Jurassic mountain uplift in

Jl. Registrasi/daftar ulang di bagia! Akademik a}&lt;an dilaksanakan pada t -nggal 07 s/d 16 JuDi 2OI7 pada jam keia, dengan terlebih dahulu melaPor ke bagian

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XLII-3/W1, 2017 2017 International Symposium on Planetary Remote Sensing

Teknik Listrik (lenianc D3) - Kelas xeriasama PLN. POLITEKNIK NE6tRI

was not used due to the assumption of Hapke model (particles are larger than wavelengths of light). The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing

POLITEKNIK NEGERI KUPANG.