PENGARUH PENDIDIKAN GIZI TERHADAP PERUBAHAN
PENGETAHUAN GIZI DAN PRILAKU KONSUMSI PADA
SISWA SEKOLAH DASAR
NUGRAHANING SABATINA
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Pendidikan Gizi Terhadap Perubahan Pengetahuan Gizi dan Prilaku Konsumsi Pada Siswa Sekolah Dasar adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2014
Nugrahaning Sabatina
ABSTRAK
NUGRAHANING SABATINA. Pengaruh Pendidikan Gizi Terhadap Perubahan Pengetahuan Gizi dan Prilaku Konsumsi Pada Siswa Sekolah Dasar. Dibimbing oleh IKEU TANZIHA.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pendidikan gizi terhadap pengetahuan gizi dan prilaku konsumsi pada siswa sekolah dasar. Desain studi yang digunakan pada penelitian ini adalah experimental study. Contoh dalam penelitian ini adalah 128 anak dari 4 Sekolah Dasar Negeri. Pengolahan dan analisis data menggunakan program Microsoft Excell 2010 dan
Scientical Program for Social Science (SPSS) version 16.0 for windows. Hasil uji
paired t-test menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata antara konsumsi energi sebelum dan setelah intervensi (p=0.228; p>0.05). Begitu pula untuk asupan protein (p=0.720; p>0.05), kalsium (p=0.080; p>0.05), besi (p=0.080; p>0.05), vitamin A (p=0.424; p>0.05), vitamin B (p=0.342; p>0.05), dan vitamin C (p=0.248; p>0.05) tidak menunjukan perbedaan yang signifikan. Zat gizi yang terlihat berbeda signifikan setelah intervensi adalah fosfor (p=0.039; p<0.05). Meskipun terlihat ada peningkatan konsumsi setelah intervensi, namun peningkatan skor pengetahuan dan sikap gizi belum mampu mengubah prilaku konsumsi contoh.
Kata kunci: Pengetahuan gizi, sikap gizi, perilaku gizi.
ABSTRACT
NUGRAHANING SABATINA. The Effect of Nutrition Education on Nutritional Knowledge and Behavioral Changes Consumption In Elementary School Students. Supervised by IKEU TANZIHA.
The objectives of this study were to analyze the effect of nutritional education to nutritional knowledge and consumption behavior in elementary school students. This study used experimental study. Examples in this study were 128 children from four elementary schools. Processing and analyzing data used Microsoft Excell 2010 and the Scientical Program for Social Science (SPSS) version 16.0 for windows. Paired T-test results showed were not significant difference between energy intake before and after intervention (p=0.228; p>0.05). Similarly, for protein (p=0.720; p>0.05), calcium (p=0.080; p>0.05), iron (p=0.080; p>0.05), vitamin A (p=0.424; p>0.05), vitamin B (p=0.342; p>0.05), and vitamin C (p=0.248; p>0.05) showed no significant difference. Nutrients significantly different after the intervention is phosphor (p=0.039; p<0.05). There is an increase in consumption after the intervention, but the nutritional education cannot change the behavioural yet.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi
dari program studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat
PENGARUH PENDIDIKAN GIZI TERHADAP PERUBAHAN
PENGETAHUAN GIZI DAN PRILAKU KONSUMSI PADA
SISWA SEKOLAH DASAR
NUGRAHANING SABATINA
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Judul Skripsi : Pengaruh Pendidikan Gizi Terhadap Perubahan Pengetahuan Gizi dan Prilaku Konsumsi Pada Siswa Sekolah Dasar
Nama : Nugrahaning Sabatina NIM : I14114025
Disetujui oleh
Dr Ir Ikeu Tanziha, MS Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Rimbawan Ketua Departemen
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia yang telah diberikan oleh-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Gizi Terhadap Perubahan Pengetahuan Gizi dan Prilaku Konsumsi Pada Siswa Sekolah Dasar”. Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Ir. Ikeu Tanziha, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan kesempatan, motivasi, bimbingan, dan arahan sejak awal penyusunan hingga terselesaikannya
2. dr. Noufal Muharam Nurdin selaku pemandu seminar dan sebagai dosen penguji skripsi yang telah memberikan memberuikan banyak saran dan masukkan.
3. Kepala Sekolah dan guru-guru SDN Bantarjati 06, SDN Pengadilan 05, SDN Pajajaran, dan SDN Batutulis 02 yang telah memberikan izin, sarana, dan waktu untuk terlaksananya penelitian ini.
4. Adik-adik kelas 5 SDN Bantarjati 06, SDN Pengadilan 05, SDN Pajajaran, dan SDN Batutulis 02 yang telah bersedia menjadi subjek penelitian. 5. Kedua orangtua (ayah dan ibu) dan keluarga yang telah memberikan
dukungan moril dan materil.
6. Sahabat dan teman-teman alih jenis gizi angkatan 5 serta teman-teman GM 47 yang selalu memberikan doa, perhatian, dan motivasi kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu, namun tidak sempat disebutkan satu persatu. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Bogor, Maret 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Kerangka Pemikiran 3
METODE 5
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 5
Teknik Pemilihan dan penarikan Contoh 5
Jenis dan Cara Pengumpulan Data 6
Pengolahan Data 7
Definisi Oprasional 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 9
Gambaran Umum Sekolah 9
Karakteristik Keluarga 9
Karakteristik Contoh 11
Pengetahuan Gizi Contoh 12
Sikap Gizi Contoh 15
Perilaku Konsumsi 18
SIMPULAN DAN SARAN 21
Simpulan 22
Saran 23
DAFTAR PUSTAKA 23
LAMPIRAN 27
DAFTAR TABEL
1. Jenis dan cara pengambilan data 7
2. sebaran contoh berdasarkan pekerjaan ayah 9
3. sebaran contoh berdasarkan pekerjaan ibu 10
4. Sebaran contoh berdasarkan pendapatan ayah 10
5. Sebaran contoh berdasarkan pendapatan ibu 11
6. Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga 11
7. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin 12
8. Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi sebelum intervensi 12 9. Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi setelah intervensi 13 10. Rata-rata skor pengetahuan sebelum dan setelah intervensi 13 11. Sebaran contoh berdasarkan sikap gizi sebelum intervensi 15 12. Sebaran contoh berdasarkan sikap gizi sebelum intervensi (lanjutan) 16 13. Sebaran contoh berdasarkan sikap gizi setelah intervensi 16 14. Rata-rata skor sikap gizi sebelum dan setelah intervensi 17
15. Berat yang dikonsumsi (g/kapita/hari) 18
16. Berat yang dikonsumsi (g/kapita/hari) (lanjutan) 19 17. Asupan energi dan zat gizi sebelum intervensi 21 18. Asupan energi dan zat gizi setelah intervensi 21 19. TKE dan TKP contoh sebelum dan setelah intervensi 21
DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka pemikiran 4
2. Cara penarikan contoh 6
3. Grafik perbandingan rata-rata skor pengetahuan gizi sebelum & setelah
intervensi 14
4. Grafik perbandingan rata-rata skor sikap gizi sebelum & setelah
intervensi 17
DAFTAR LAMPIRAN
1. Analisis uji Paired T-Test pengetahuan gizi. 27
2. Analisis uji Paired T-Test sikap gizi. 27
3. Analisis uji Paired T-Test asupan gizi. 27
4. Analisis uji ANOVA pengetahuan dan sikap gizi 28 5. Analisis uji ANOVA pengetahuan dan sikap gizi. 28 6. Analisis uji lanjut ANOVA pengetahuan dan sikap gizi. 29
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia menghadapi dua masalah gizi utama, yaitu gizi kurang dan gizi lebih. Saat ini diperkirakan sekitar 50 persen penduduk Indonesia atau lebih dari 100 juta penduduk mengalami beraneka ragam masalah gizi, baik gizi kurang maupun gizi lebih (Bapenas 2006). Masalah gizi ini tentunya akan berdampak pada semakin menurunnya kualitas Sumberdaya Manusia (SDM) Indonesia masa sekarang dan masa yang akan datang. Oleh karena itu kebiasaan pola konsumsi dengan memperhatikan gizi merupakan suatu aspek penting dan harus ditumbuhkan sejak masih kecil. Salah satu pola konsumsi sehat dapat dilihat dari kebiasaan sarapan pagi.
Khomsan (2004) menyatakan bahwa dengan melakukan sarapan dapat menyumbang 25% dari kebutuhan total energi harian. Sarapan dapat dilakukan antara pukul 06.00-08.00 namun waktu ini bukan acuan keharusan. Sebagai bagian dari pola makan, sarapan dapat disesuaikan dengan ritme dimulainya aktivitas pagi hari. Sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang dewasa, sarapan dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan saat bekerja dan meningkatkan produktivitas kerja. Sarapan juga dapat meningkatkan konsentrasi belajar serta menyerap pelajaran sehingga prestasi belajarnya pun menjadi lebih baik (Depkes 1996).
Terdapat dua manfaat dari sarapan. Pertama, sarapan dapat menyediakan karbohidrat untuk meningkatkan kadar gula darah, sehingga tenaga dan konsentrasi menjadi lebih baik. Kedua, sarapan memberikan kontribusi zat gizi, seperti protein, lemak, vitamin, dan mineral dari beragam pangan yang dikonsumsi saat sarapan. Ketersediaan zat gizi ini bermanfaat untuk berfungsinya berbagai proses fisiologis dalam tubuh (Khomsan 2004).
Hasil penelitian Hermina et al. (2000) di desa Ciheuleut, menyebutkan ada sebagian murid (35.0%) membeli sendiri makanan jajanan disekolah dan dikonsumsi sebelum masuk kelas (pukul 06.00-07.00), jenis makanan yang dikonsumsi untuk sarapan biasanya berupa bubur nasi, nasi uduk, bihun goreng, buras/lontong, atau gorengan. Namun bagi murid yang tidak tahu memilih makanan jajanan yang baik untuk sarapannya, makanan yang mereka pilih pada pagi hari adalah cilok, es atau chiki dan sejenisnya yang kandungan energinya sangat rendah dan kurang baik bagi kesehatan anak. Salah satu hal yang menyebabkan terjadinya masalah gizi tersebut adalah kurangnya informasi mengenai gizi dan kesehatan.
Upaya pertama untuk meningkatkan konsumsi pangan adalah dengan memberikan pendidikan atau penyuluhan gizi kepada masyarakat. Pendidikan atau penyuluhan gizi adalah pendekatan edukatif untuk menghasilkan perilaku individu atau masyarakat yang diperlukan dalam meningkatkan perbaikan pangan dan status gizi (Suharjo 1989; Madanijah 2004). Harapan dari upaya ini adalah orang bisa memahami pentingnya makanan dan gizi, sehingga mau bersikap dan bertindak mengikuti norma-norma gizi (Suharjo 1996).
2
Adanya pendidikan dan perbaikan gizi pada anak-anak dapat membawa keuntungan ekonomi negara. Masa anak-anak bermain merupakan sarana edukasi yang penting dalam mengeksplorasi otak. Oleh karena itu konsep pendidikan yang paling sesuai pada masa ini adalah konsep pendidikan yang dipadukan dengan bermain.
Media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat penerima pesan (Sadiman et al 2006). Media terbagi menjadi tiga yaitu media audio, media visual, dan media audiovisual. Selama ini, media penyuluhan kesehatan pada umumnya masih menggunakan media visual (leaflet dan poster) belum banyak penyuluhan yang memanfaatkan media teknologi informasi berbasis e-learning. Oleh karena itu dalam penelitian ini ditambahkan media berupa Learning Content Management System (LCMS) B-Nutrition mobile dimana media tersebut berupa permainan edukasi gizi yang diaplikasikan pada smartphone, selain itu media ini merupakan salah satu media audiovisual.
Dengan sistem ini diharapkan dapat menambah pengetahuan siswa mengenai pentingnya makanan bergizi. Untuk mengetahui perubahan pengetahuan gizi dan perilaku gizi maka akan dilakukan evaluasi sebelum dan sesudah pembelajaran. Evaluasi juga dilakukan untuk melihat media mana yang paling efektif berpengaruh pada pengetahuan dan perilaku siswa.
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pendidikan gizii terhadap pengetahuan gizi dan prilaku konsumsi pada siswa sekolah dasar.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi karakteristik contoh dan keluarga, meliputi jenis kelamin, urutan kelahiran, serta pekerjaan orang tua.
2. Menganalisis pengetahuan gizi contoh sebelum dan setelah intervensi. 3. Menganalisis sikap gizi contoh sebelum dan setelah intervensi.
4. Menganalisis prilaku gizi contoh sebelum dan setelah intervensi.
Manfaat Penelitian
3
Kerangka Pemikiran
Media visual merupakan media pendidikan gizi yang melibatkan indera penglihatan orang atau sekelompok orang yang menjadi sasaran pendidikan. Penelitian-penelitian telah menunjukkan bahwa penggunaan alat peraga (media) dapat meningkatkan daya serap penerimanya (Khomsan 2000). Media visual terdiri atas buku text book, leaflet, dan poster. Perbedaan mendasar antara beberapa media diatas dengan media audio visual (B-Nutrition mobile) terletak pada tampilan serta fiturnya yang dapat bergerak, dimana media ini dapat dimainkan oleh contoh. Pesan-pesan yang ingin disampaikan dalam ketiga media tersebut divisualisasikan dalam bentuk gambar-gambar dan warna yang menarik Hal ini berbeda dengan text book yang hanya berisi tulisan dan memberi kesan monoton.
Pendidikan merupakan suatu proses komunikasi dari pendidik kepada peserta didik. Unsur-unsur yang terlibat didalam proses tersebut adalah pendidik sebagai sumber informasi, media sebagai sarana penyajian ide dan gagasan, serta peserta didik sebagai sasaran atau target pembelajaran. Unsur-unsur tersebut saling berinteraksi di dalamnya dan tidak dapat dilepaskan satu sama lain. Media pendidikan merupakan daya yang bisa dimanfaatkan guna kepentingan belajar mengajar, baik secara langsung maupun secara tidak langsung, sebagian atau secara keseluruhan. Media yang digunakan adalah media visual (leaflet dan poster) serta media audio visual berupa B-Nutritionmobile.
4
Gambar 1 Kerangka pemikiran
Keterangan:
Variabel yang diteliti Variabel yang tidak diteliti Pengaruh yang diteliti Pengaruh yang tidak diteliti
Pemberi pesan/ pendidik/ guru
Pesan/ informasi
gizi Text book
Media pendidikan gizi
Poster Leaflet
Mobile app
Visual
Sasaran(Anak Sekolah) Dasar) Karakteristik
contoh & keluarga (usia, jenis
kelamin, pendapatan orang
tua, pererjaan orang tua, dan besar keluarga)
Tingkat penerimaan terhadap media
Pengetahuan gizi
Sikap dan perilaku gizi
5
METODE
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
experimental study dengan pretest-posttest control group design. Penelitian dilakukan pada empat sekolah dasar di kota Bogor yang dipilih secara sengaja atau purposive, yaitu SDN Bantarjati 06, SDN Pengadilan 05, SDN Pajajaran 01, dan SDN Batutulis 02. Penelitian dilakukan dari bulan Juni sampai Desember 2013. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian Rachmaniah, et al (2013) yang berjudul Peningkatan Kesehatan Masyarakat Melalui Interactive Breakfast Nutrition Learning Content Management System Berbasis Mobile untuk Siswa Sekolah Dasar.
Teknik Pemilihan dan penarikan Contoh
Populasi penelitian adalah siswa kelas 5 dari keempat sekolah dasar. Kriteria contoh adalah anak laki-laki dan perempuan yang berada pada periode emas membaca yaitu 8-12 tahun (Baackes 2007), bersedia menjadi responden penelitian, dan mengikuti setiap tahapan penelitian. Penarikan contoh dilakukan dengan cara cluster sampling, yakni dipilih masing-masing satu kelas dari keempat sekolah dasar. Media pendidikan gizi yang digunakan adalah media visual (leaflet dan poster) serta media audiovisual (B-Nutrition mobile) oleh karena itu dari keempat sekolah tersebut dilakukan pengocokan secara acak sehingga diperoleh hasil SDN Bantarjati 06 mendapat media B-Nutrition mobile,
SDN Pengadilan 05 mendapat media poster, dan SDN Batutulis 02 mendapat media leaflet, sedangkan SDN Pajajaran 01 sebagai kontrol (tidak mendapat perlakuan apapun). Jumlah siswa pada masing-masing sekolah berbeda. Siswa pada SDN Bantarjati 06 sebanyak 26 orang, SDN Pengadilan 05 sejumlah 39 orang, dan SDN Batutulis 02 sejumlah 40 orang. Sehingga total keseluruhan sampel sebanyak 105 orang. Sedangkan SDN Pajajaran 01 bertindak sebagai kontrol dengan jumlah siswa 37 orang.
6
Drop out Drop out
Gambar 2 Cara penarikan contoh
Awalnya, jumlah contoh yang dapat berpartisipasi dalam penelitian sebanyak 105 orang. Jumlah ini merupakan total siswa dari ketiga sekolah yang menjadi sampel, dimana ketiga sekolah tersebut mendapatkan perlakuan. Ternyata setelah melalui pretest pasca satu jumlah sampel berkurang dari ketiga sekolah menjadi 92 orang, sedangkan untuk kelompok kontrol tidak berkurang.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang diambil meliputi data primer dan data sekunder. Data primer terdidri dari karakteristik contoh (umur, jenis kelamin, tinggi badan, dan berat badan) dan karakteristik keluarga meliputi pendidikan dan pekerjaan orang tua. Data sekunder terdiri dari karakteristik sekolah. Keseluruhan data primer dan sekunder diperoleh melalui wawancara dan dengan menggunakan kuesioner. Berat badan contoh diambil dengan menggunakan bathroom scale dan untuk tinggi badan contoh diambil dengan menggunakan staturemeter. Pengambilan tinggi dan berat badan dilakukan pada saat hari pertama pengamatan dan setelah intervensi pasca kedua.
Jenis dan cara pengumpulan data secara umum dapat dilihat pada tabel berikut ini
Siswa kelas 5 SDN Bantarjati 06, SDN Pengadilan 05, SDN Pajajaran 01, dan SDN Batutulis 02 Bogor
Memenuhi kriteria dan bersedia mengikuti peneltian
Kelompok kontrol Kelompok intervensi
SDN Bantarjati 06 SDN Pengadilan 05 SDN Batutulis 02
SDN Pajajaran 01
36 orang
39 orang
26 orang 40 orang
37 orang
7 Tabel 1 Jenis dan cara pengambilan data
Data Jenis Data Cara Pengambilan
1. Karakteristik contoh
3. Pengetahuan gizi contoh Primer Kuesioner
4. Sikap gizi contoh Primer Wawancara dan kuesioner
5. Riwayat penyakit Primer Kuesioner
6. Konsumsi contoh Primer Wawancara dan kuesioner 7. Kesukaan terhadap media Primer Kuesioner
8. Karakteristik sekolah Sekunder Wawancara dan arsip sekolah
Pengolahan Data
Tahap pengolahan data dimulai dari editing, coding, entry, cleaning, dan analisis. Data yang diperoleh ditabulasi dan diolah secara statistik deskriptif. Data tersebut meliputi data hasil kuesioner dan pengamatan. Pengolah data tersebut menggunakan software Microsoft Excel 2010 dan Scientical Program for Social Science (SPSS) version 16.0 for windows.
Data karakteristik individu meliputi jenis kelamin, usia, dan urutan kelahiran. Jenis kelamin dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu laki-laki dan perempuan. Usia dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu 9 tahun, 10 tahun tahun, 11 tahun, dan 12 tahun berdasarkan sebaran contoh.
Data karakteristik keluarga meliputi besar keluarga, pendapatan keluarga dan jenis pekerjaan orangtua. Besar keluarga dikelompokkan menjadi tiga kategori, keluarga kecil (≤ 4 orang), sedang (5-7 orang), dan besar (≥ 8 orang) (Hurlock 1993). Jenis pekerjaan orangtua dikelompokkan menjadi enam kategori, yaitu wiraswasta, pegawai swasta, pegawai negeri sipil (PNS), ABRI/Polisi, buruh, dan ibu rumah tangga (hanya pada ibu). Data dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun untuk mengetahui perbedaan karakteristik individu dan keluarga antara kelompok kontrol dan intervensi maka dilakukan uji beda Chi-Square, dikarenakan kesemua jenis skala data adalah non parametrik.
8
Data yang terkumpul dari kuesioner diolah melalui proses editing, coding, scoring, entry data ke komputer, cleaning data, dan analisis data. Data diolah menggunakan program komputer Microsoft Excell dan SPSS versi 16 for Windows untuk penarikan kesimpulan. Selanjutnya data dianalisis dengan metode deskriptif dan inferensia.
Tujuan yang bersifat menganalisis perbedaan skor pengetahuan gizi antara kelompok kontrol dan intervensi, dijawab dengan menggunakan analisis ANOVA pada taraf signifikansi p=0.05. Sementara untuk mengetahui pengaruh intervensi media terhadap skor pengetahuan gizi contoh sebelum dan setelah dilakukan intervensi, maka uji statistik yang digunakan adalah Paired Samples T-Test pada taraf signifikansi p=0.05.
Definisi Oprasional
Contoh adalah siswa kelas lima di keempat sekolah yang berusia 10-12 tahun, dan mengikuti setiap tahapan penelitian.
B-Nutrition Mobile adalah media komunikasi yang memadukan aspek visual
(gambar) dan teks (verbal) yang dapat dimainkan dan dioprasikan melalui
smart phone dan ipad
Karakteristik individu adalah keadaaan contoh yang meliputi usia, jenis kelamin, urutan kelahiran, tinggi badan, dan berat badan.
Karakteristik keluarga adalah keadaan keluarga contoh yang meliputi besar keluarga, pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, dan pendapatan orangtua.
Jenis pekerjaan orang tua adalah pekerjaan orang tua yang dikelompokan menjadi wiraswasta, pegawai swasta, pegawai negeri sipil (PNS), ABRI/Polisi (hanya pada ayah), dan ibu rumah tangga (hanya pada ibu).
Pengetahuan gizi adalah tingkat pemahaman contoh terhadap gizi yang dilihat dari kemampuan menjawab sepuluh pertanyaan yang berhubungan dengan gizi.
Konsumsi pangan adalah frekunsi, jenis, dan jumlah makanan yang dikonsusmi oleh contoh.
9
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Sekolah
Sekolah yang menjadi tempat penelitian adalah empat Sekolah Dasar Negeri dikota Bogor, yaitu Sekolah Dasar Negeri (SDN) Bantarjati 06 yang belokasi di jalan Taweuran Raya nomor 06, Sekolah Dasar Negeri (SDN) Pengadilan 05 yang berlokasi di jalan Pengadilan nomor 10, Sekolah Dasar Negeri (SDN) Pajajaran 01 yang berlokasi di jalan Raya Pajajaran nomor 26, dan Sekolah Dasar Negeri (SDN) Batutulis 02 yang berlokasi di jalan Batutulis nomor 137 kota Bogor.
Keempat sekolah yang dipilih berada pada daerah yang berbeda dikota Bogor, seperti SDN Bantarjati 06 berada didaerah Bogor Utara, SDN Pengadilan 05 berada didaerah Bogor Tengah, SDN Pajajaran 01 berada didaerah Bogor Timur, dan SDN Batutulis 02 berada didaerah Bogor Selatan. Keempat daerah yang berebeda dipilih untuk mewakili keadaan anak sekolah diwilayah kota Bogor.
Karakteristik Keluarga
Pekerjaan Orang tua
Pekerjaan orang tua contoh dibagi menjadi pekerjaan ayah dan pekerjaan ibu. Pekerjaan ayah contoh bervariasi dari wiraswasta, pegawai swasta, pegawai negeri sipil (PNS), buruh, supir, dan ABRI/Polisi. Hasil menunjukkan bahwa proporsi terbesar pekerjaan ayah contoh (42.9%) adalah pegawai swasta. Dominasi ini ditunjukkan pula pada masing-masing kelompok, baik kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan anatara pekerjaan ayah kelompok kontrol dan pekerjaan ayah kelompok intervensi (p= 0.716; p>0.05). Kelompok kontrol didominasi oleh pegawai swasta dengan persentase sebesar 47.2%, dan kelompok intervensi didominasi juga dengan pekerjaan sebagai pegawai swasta sebesar 41.3%. Berikut merupakan sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orang tua (Ayah)
Tabel 2 sebaran contoh berdasarkan pekerjaan ayah
Pekerjaan ayah Kontrol Intervensi Total p
n % n % N %
Tidak bekerja 0 0 5 5.4 5 3.9
0.716
PNS/ABRI/POLRI 5 13.8 20 21.7 25 19.5
Pegawai swasta 17 47.2 38 41.3 55 42.9
Wirausaha 10 27.7 16 17.3 26 20.3
Buruh/petani 3 8.3 8 8.6 11 8.5
IRT 0 0 0 0 0 0
Lainnya 1 2.7 5 5.4 6 4.6
Total 36 100 92 100 128 100
10
pekerjaan ibu kelompok intervensi (p=0.709; p>0.05). Kelompok intervensi sebagian besar ibu berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Begitu pula dengan kelompok kontrol sebanyak 75% ibu berprofesi sebagai ibu rumah tangga.
Tabel 3 sebaran contoh berdasarkan pekerjaan ibu
Pekerjaan ibu Kontrol Intervensi Total p
n % n % N %
Tidak bekerja 0 0 2 2.1 2 1.5
0.709
PNS/ABRI/POLRI 2 5.5 6 6.5 8 6.2
Pegawai swasta 3 8.3 6 6.5 9 7.0
Wirausaha 3 8.3 6 6.5 9 7.0
Buruh/petani 0 0 0 0 0 0
IRT 27 75 69 75 96 75
Lainnya 1 2.7 3 3.2 4 3.1
Total 36 100 92 100 128 100
Pendapatan Orangtua
Pendapatan per kapita merupakan jumlah pendapatan dalam satu rumah tangga yang dibagi dengan jumlah anggota keluarga yang tinggal. Hasil penelitian menunjukan proporsi terbesar pendapatan orangtua (ayah) contoh (33.75%) dan orangtua (ayah) kontrol (47.2%) berkisar antara Rp 1.000.000 hingga Rp 2.500.000. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan intervensi untuk pendapatan orangtua (Ayah) (p=0.520; p>0.05). Tingkat pendapatan akan mencerminkan kemampuan untuk membeli bahan pangan. Jika anak hidup dalam keluarga yang memiliki tingkat ekonomi rendah maka kebutuhan anak akan konsumsi menjadi kurang terpenuhi, akibatnya kesehatan anak terganggu sehingga belajarnya juga akan terganggu. Berikut merupakan sebaran contoh berdasarkan pendapatan ayah.
Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan ayah
Pendapatan Ayah Kontrol Intervensi Total p
n % n % N %
Tidak ada 0 0.0 4 4.3 4 3.1
0.520
< Rp 1.000.000 4 11.1 17 18.5 21 16.4
Rp 1.000.000 - Rp 2.500.000 17 47.2 31 33.7 48 37.5
Rp 2.500.000 - Rp 5.000.000 13 36.1 26 28.3 39 30.5
> Rp 5.000.000 2 5.6 14 15.2 16 12.5
Total 36 100 92 100 128 100
11 Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan ibu
Pendapatan Ibu Kontrol Intervensi Total p
n % n % N %
Tidak ada 16 44.4 35 38.0 51 39.8
0.933
< Rp 1.000.000 11 30.6 28 30.4 39 30.5
Rp 1.000.000 - Rp 2.500.000 6 16.7 9 9.8 15 11.7
Rp 2.500.000 - Rp 5.000.000 3 8.3 17 18.5 20 15.6
> Rp 5.000.000 0 0.0 3 3.3 3 2.3
Total 36 100 92 100 128 100
Besar keluarga
Besar keluarga contoh tersebar menjadi keluarga kecil (terdiri dari ≤4 orang),
keluarga sedang (terdiri dari 5-7 orang), dan keluarga besar (terdiri dari ≥8 orang). Sebagian besar contoh dalam penelitian ini tergolong ke dalam keluarga sedang dan kecil, dengan persentase masing-masing adalah 41.9% dan 52.6%. Masing-masing kelompok menunjukkan dominasi besar keluarga yang hampir sama. Kelompok kontrol sebagian besar contohnya merupakan keluarga sedang (58.3%) dan kecil (36.1%). Begitu pula halnya dengan kelompok intervensi sebagian besar contohnya merupakan keluarga kecil (45.6%) dan keluarga sedang (50%). Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan intervensi untuk besar keluarga kontrol dan intervensi (p=0.159; p>0.05). Berikut adalah sebaran contoh berdasarkan besar keluarga.
Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga
Besar Keluarga Kontrol Intervensi p
n % n %
Keluarga Kecil (≤ 4 orang) 13 36.1 42 45.6
0.159
Keluarga Sedang (5-7 orang) 21 58.3 46 50
Keluarga Besar (≥ 8 orang) 2 5.5 4 4.3
Total 36 100 92 100
Karakteristik Contoh
12
Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin
Jenis kelamin Kontrol Intervensi Total p
Tingkat pengetahuan gizi seseorang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan sehingga mempengaruhi keadaan gizi individu tersebut. Semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang, maka diharapkan semakin baik keadaan gizinya (Saloso 2010). Berdasarkan Khomsan (2000), seseorang yang memiliki pengetahuan gizi yang baik dapat menghindarkan individu tersebut dari konsumsi pangan yang salah. Tingkat pengetahuan gizi dapat diperoleh melalui skor dari beberapa pertanyaan yang berbentuk pilihan ganda, kemudian dikategorikan sesuai dengan cut off dari skor yang telah dijadikan persen. Kategori tingkat pengetahuan gizi terbagi ke dalam tiga kategori, yaitu kategori tinggi atau baik (>80%), sedang (60% - 80%), dan rendah atau kurang (<60%). Pengukuran tingkat pengetahuan gizi diberikan melalui pertanyaan pre test, yaitu pertanyaan yang diberikan sebelum materi pendidikan gizi diberikan dan post test,
yaitu pertanyaan yang diberikan setelah materi pendidikan gizi diberikan.
Penilaian pengetahuan dilihat dengan memberikan kuesioner sebelum dan setelah intervensi kepada contoh. Apabila pertanyaan dijawab benar maka diberi nilai satu dan apabila salah diberi nilai nol. Berikut sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi sebelum intervensi.
Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi sebelum intervensi
No Pertanyaan Audiovisual Visual Kontrol
n % n % n %
1 Sarapan adalah kegiatan makan & minum pada pagi hari
17 100 74 99 36 100
2 Sarapan sebaiknya dilakukan sejak bangun tidur hingga 09.00 pagi adalah menu yang baik untuk sarapan
15 88 72 96 33 92
9 Roti saja belum cukup untuk memeuhi gizi sarapan
14 82 68 91 32 89
10 Nasi uduk, tempe goreng dan papaya merupakan jajaan yang baik sebagai pengganti sarapan
13 Sebaran contoh pengetahuan sebelum intervensi menyatakan bahwa rata-rata contoh baik pada kelompok kontrol dan intervensi dapat menjawab pertanyaan pada nomor satu dan nomor sepuluh. Setelah pre test maka contoh mendapat paparan media intervensi kecuali kelompok kontrol, kemudian dilakukan pengujian post test. Berikut merupakan sebaran contoh pengetahuan gizi setelah intervensi.
Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi setelah intervensi
No Pertanyaan Audiovisual Visual Kontrol
n % n % n %
1 Sarapan adalah kegiatan makan & minum pada pagi hari
17 100 74 99 36 100
2 Sarapan sebaiknya dilakukan sejak bangun tidur hingga 09.00 pagi adalah menu yang baik untuk sarapan
10 59 67 89 33 92
9 Roti saja belum cukup untuk memeuhi gizi sarapan
5 29 54 72 21 58
10 Nasi uduk, tempe goreng dan papaya merupakan jajaan yang baik sebagai pengganti sarapan
5 29 37 49 16 44
Sebaran contoh pengetahuan gizi setelah intervensi menyatakan bahwa rata-rata anak menjawab salah pada pertanyaan nomor sepuluh. Sedangkan seluruh anak pada kelompok kontrol maupun intervensi menjawab benar pada pertanyaan nomor satu. Terlihat juga adanya peningkatan pada kelompok kontrol antara hasil pre test pada nomor dua yang sebelumya presentase menjawab benar 58% meningkat menjadi 72%.
Tabel 10 Rata-rata skor pengetahuan sebelum dan setelah intervensi Rata-rata ± sd
Audiovisual Visual Kontrol Total
Sebelum 74.51 ± 14.51 80.62 ± 11.62 82.41 ± 11.62 80.31 ± 12.52
Setelah 71.76 ± 15.90 85.20± 12.23 81.11 ± 10.36 82.27 ± 12.99
Selisih skor (2.75) 4.58 (1.3) 1.96
14
signifikan antara pengetahuan gizi sebelum dengan pengetahuan gizi setelah intervensi (p=0.556; p 0.05). Namun pada kelompok dengan intervensi media visual terdapat perbedaan yang signifikan antara pengetahuan gizi sebelum dan pengetahuan setelah intervensi (p=0.013; p<0.05).
Hasil uji ANOVA setelah intervensi menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara media yang digunakan sebelum dan setelah intervensi (p=0.000; p<0.05). Hasil uji lanjut ANOVA setelah intervensi menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok intervensi dengan media audiovisual terhadap kelompok intervensi dengan media visual (p=0.000; p<0.05) dan kelompok intervensi media audiovisual berbeda secara signifikan dengan kelompok kontrol (p=0.029; p<0.05). Namun kelompok kontrol tidak berbeda signifikan terhadap kelompok media visual (p=0.232; p 0.05).
Penelitian Maulana et al (2012) mengatakan bahwa Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan dan selanjutnya akan berpengaruh pada keadaan gizi individu yang bersangkutan. Efek pendidikan kesehatan pada media visual dalam merubah perilaku gizi khususnya pengetahuan pada siswa sekolah dasar, menunjukan bahwa pengetahuan anak sebelum diberikan pendidikan sebesar 22.79 ± 5.4 dan meningkat menjadi 51.46 ± 4.75 setelah dilakukan pelatihan pendidikan (Motamedrezaei 2013).
Menurut penelitian Saloso (2011) terhadap 109 anak sekolah dasar tentang pengaruh penggunaan media lagu anak-anak dan kartu bergambar serta tingkat penerimaannya dalam pendidikan gizi terkait PUGS dan PHBS terhadap pengetahuan gizi anak usia Sekolah Dasar Negeri di Kota Bogor, didapatkan hasil rata-rata skor pengetahuan gizi sebelum perlakuan sebesar 74.9 ± 9.4 dengan kategori sedang, kemudian meningkat menjadi 85.0 ± 11.7 dengan kategori baik setelah pemberian kartu bergambar (p<0.05).
Menurut Notoadmodjo (2005) Media dapat menghindari kesalahan persepsi, memperjelas informasi, dan mempermudah pengertian. Media promosi kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu promosi kesehatan. Dengan demikian, sasaran dapat mempelajari pesan-pesan kesehatan dan mampu memutuskan mengadopsi perilaku sesuai dengan pesan yang disampaikan. Peningkatan pengetahuan tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimiliki baik formal maupun non-formal, tetapi juga dipengaruhi oleh sumber informasi, pengalaman, dan kegiatan penyuluhan. Dengan demikian dapat dikatakan kegiatan intervensi pendidikan gizi merupakan salah satu sarana bagi anak-anak untuk memperoleh pengetahuan baru, sehingga ada kecenderungan peningkatan pengetahuan setelah intervensi pendidikan gizi (Notoadmodjo 2007).
15
Pre test diberikan di tahap awal penelitian. Berdasarkan Khomsan (2000), kelompok kontrol, maupun kelompok intervensi media visual (poster dan leaflet), serta media audiovisual interaktif (B-Nutritional Mobile) berada pada kategori tingkat pengetahuan gizi yang berbeda. Skor terendah didapatkan pada kelompok dengan intervensi media audiovisual baik sebelum dan setelah intervensi, sedangkan skor tertinggi didapatkan pada kelompok dengan media visual baik sebelum ataupun setelah intervensi. Kelompok kontrol dan kelompok intervensi baik media audiovisual dan media visual pada saat pre test berada pada kategori baik (skor >80) namun pada saat post test terjadi penurunan nilai dimana kelompok dengan media audiovisual berada pada kategori sedang (skor 60-80), namun dari ketiganya tidak ada yang memperoleh kategori kurang.
Sikap Gizi Contoh
Sikap dapat diartikan sikap terhadap objek tertentu yang merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai dengan kecendrungan untuk bertindak sesuai dengan objek atau sikap dan kesediaan beraksi terhadap suatu hal (Gerungan 1996). Sikap belum merupakan suatu tindakan akan tetapi masih merupakan suatu pre-disposisi tingkah laku. Sikap dalam hal ini adalah suatu kecendrungan untuk bereaksi terhadap stimulus yang menghendaki adanya respon yang didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu.
Penilaian sikap gizi dilihat dengan memberikan kuesioner sebelum dan setelah intervensi kepada contoh. Apabila pertanyaan dijawab benar maka diberi nilai satu dan apabila salah diberi nilai nol. Berikut sebaran contoh berdasarkan sikap gizi sebelum intervensi.
Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan sikap gizi sebelum intervensi
No Pertanyaan Audiovisual Visual Kontrol
n % n % n %
1 Sarapan dilakukan pada pagi hari. 17 100 74 99 36 100
2 Dengan sarapan akan mempunyai energi untuk beraktivitas dan konsentrasi (daya ingat) dalam belajar.
17 100 75 100 35 97
3 Anak yang tidak sarapan akan membuat tubuhnya lemah, kurang konsentrasi, dan mudah mengantuk. membuat tubuh akan merasa lebih kenyang.
16 94 68 91 35 97
16
Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan sikap gizi sebelum intervensi (lanjutan)
No Pertanyaan Audiovisual Visual Kontrol
n % n % n %
11 Makanan seimbang mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh terdiri dari makanan pokok (nasi), lauk pauk (telur,
tempe), sayur/buah, dan minuman
(susu/teh).
17 100 74 99 36 100
Berdasarkan sebaran pre test sikap gizi dapat dilihat bahwa seluruh kelompok baik kontrol maupun intervensi menjawab salah pada pertanyaan nomor delapan. namun pada kelompok intervensi audiovisual juga terdapat banyak menjawab salah pada nomor empat. Setelah pre test maka contoh mendapat paparan media intervensi kecuali kelompok kontrol, kemudian dilakukan pengujian post test.
Seluruh contoh menjawab setuju pada pertanyaan nomor satu bahwa sarapan dilakukan pada pagi hari, namun pada pertanyaan nomor delapan rata-rata siswa menjawab tidak setuju sehingga mendapat nilai yang rendah. Berikut merupakan sebaran contoh berdasarkan sikap gizi setelah intervensi.
Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan sikap gizi setelah intervensi
No Pertanyaan Audiovisual Visual Kontrol
n % n % n %
1 Sarapan dilakukan pada pagi hari. 17 100 75 100 36 100
2 Dengan sarapan akan mempunyai energi untuk beraktivitas dan konsentrasi (daya ingat) dalam belajar.
17 100 72 96 36 100
3 Anak yang tidak sarapan akan membuat tubuhnya lemah, kurang konsentrasi, dan mudah mengantuk.
14 70 66 88 34 94
4 Dengan sarapan akan membuat tubuh menjadi lebih gemuk membuat tubuh akan merasa lebih kenyang.
16 95 74 99 36 100
7 Sarapan akan menyumbang ¼ dari kebutuhan gizi sehari
15 90 71 95 35 97
17 sikap gizi yang baik pula. Sikap mencerminkan kesenangan atau ketidaksenangan seseorang terhadap sesuatu (WHO 1992).
Tabel 14 Rata-rata skor sikap gizi sebelum dan setelah intervensi
Rata-rata ± sd
Audiovisual Visual Kontrol Total
Sebelum 74.51 ± 14.76 80.62 ± 12.16 82.41 ± 12.52 80.31 ± 12.52
Setelah 82.34 ± 9.36 89.08 ± 10.64 88.88 ± 7.88 88.13 ± 9.59
Selisih skor 7.83 8.46 6.47 7.82
Secara umum, rata-rata skor sikap setelah intervensi media meningkat. Peningkatan rata-rata skor tertinggi terdapat pada intervensi dengan menggunakan media visual sebesar 8.46 (sebelum intervensi dengan media 80.62 ± 12.16 dan setelah intervensi menjadi 89.08 ± 10.64). Hasil uji paired t-test menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok dengan intervensi media audiovisual (p=0.095; p>0.05). Namun pada kelompok dengan intervensi media visual terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan setelah intervensi (p=0.000; p<0.05). Hal yang sama juga terjadi pada kelompok kontrol. Meskipun tidak mendapat intervensi namun peningkatan sikap gizi terlihat signifikan (p=0.014; p<0.05).
Hasil uji lanjut ANOVA setelah intervensi menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok intervensi media audiovisual terhadap kelompok intervensi media visual (p= 0.023; p<0.05). Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok intervensi media audiovisual terhadap kelompok kontrol (p=0.051; p>0.05) dan kelompok intervensi media visual terhadap kelompok kontrol (p= 0.994; p>0.05).
Penelitian Dunts (2012) mengenai efek dari media puppet terhadap pengetahuan dan sikap anak sekolah dasar penyandang cacat dengan jumlah responden sebanyak 966 dalam 40 kelas di enam sekolah dasar di daerah utara selatan Amerika Serikat menunjukan bahwa terdapat peningkatan sikap yang lebih positif pada kelompok intervensi 7.21 ± 1.55, sedangkan menurut kelompok kontrol 6.53 ± 1.85 (p<0.0001). Hal ini sejalan dengan penelitian Koerniawati (2013) menyatakan terjadi peningkatan skor sikap sebelum dan setelah intervensi kampanye sarapan sehat. Peningkatan terbesar diperoleh media kartu bergambar sebesar 10.86 (sebelum intervensi 80.98 ± 1.16 menjadi 91.84 ± 1.09) terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata total skor sikap sebelum dan setelah intervensi (p<0.05).
Menurut Notoatmodjo (2005), faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama serta faktor emosi dalam diri individu.
18
Rata-rata peningkatan sikap gizi contoh sebesar 91% pada seluruh kelompok intervensi. Hasil pengamatan menunjukan bahwa skor terkecil diperoleh pada kelompok intervensi media audiovisual, namun setelah diberikan intervensi terjadi penigkatan sikap sebesar 91% (skor sebelum intervensi 75 menjadi 82). Diantara kedua media yang diintervensikan, peningkatan sikap gizi yang terbesar diperoleh dari kelompok dengan intervensi media visual (berupa poster dan leaflet). Hal ini dapat dikarenakan pada kelompok intervensi dengan media visual, media yang digunakan berupa poster ditempel dikelas dan mudah terlihat dan dibaca oleh contoh. Begitu pula dengan media leaflet, karena leaflet
dibagikan dan dapat dibawa pulang oleh seluruh contoh sehingga contoh dapat memahami isi media dengan lebih baik.
Perilaku Konsumsi
Menurut Hardinsyah dan Briawan (1994), kebutuhan zat gizi menggambarkan banyaknya zat gizi minimal yang diperlukan seseorang agar dapat hidup sehat. Kebutuhan zat gizi antar individu sangat bervariasi dipengaruhi oleh jenis kelamin, usia, ukuran tubuh (berat badan dan tinggi badan), keadaan psikologis, aktivitas fisik dan metabolisme tubuh.
Konsumsi pangan adalah informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang dimakan atau dikonsumsi seseorang maupun kelompok orang pada waktu tertentu. Definisi ini menunjukan bahwa konsumsi pangan dapat diketahui dari aspek jenis pangan yang dikonsumsi seseorang dan jumlah pangan yang dikonsumsi, kedua informasi ini sangat penting dalam menghitung jumlah zat gizi yang dikonsumsi
oleh seseorang (Kusharto dan Sa’adiyah 2012).
Konsumsi pangan yang sehat harus mencakup bergizi, beragam dan berimbang. Dalam kasus ini ketiga sekolah yang telah mendapat intervensi media gizi ditinjau kembali konsumsinya apakah terdapat perubahan kosumsi sebelum dan setelah intervensi berdasarkan klasifikasi jenis pangan).
Tabel 15 Berat pangan yang dikonsumsi (g/kapita/hari) kelompok
Pangan Jenis Pangan
Audiovisual Visual Kontrol Total
19 Tabel 16 Berat pangan yang dikonsumsi (g/kapita/hari) (lanjutan)
kelompok
Pangan Jenis Pangan
Audiovisual Visual Kontrol Total
Pre
Tabel 15 dan 16 menerangkan tentang berat pangan yang dikonsumsi sehari per kapita contoh. Rata-rata konsumsi beras contoh berasal dari nasi dan bubur yang masing-masing beratnya setelah intervensi adalah 153 gram dan 29.7 gram Berdasarkan Roadmap Diversifikasi Pangan 2010-2015 sasaran konsumsi beras untuk tahun 2015 adalah 259.4 g/kapita/hari. Selain beras, sumber karbohidrat lain adalah tepung terigu, singkong, ubi, dan gula pasir. Konsumsi terbesar contoh setelah beras adalah tepung terigu yaitu sebesar 40.8 g/kapita/hari, dimana nilai tersebut lebih besar dibandingkan dengan sasaran kosumsi pangan yang akan dicapai untuk tahun 2015 yaitu 27.2 g/kap/hari (Roadmap Diversifikasi Pangan 2010-2015). Konsumsi terigu dapat diturunkan dan digantikan dengan konsumsi pangan tradisional lain seperti kentang, ubi dan singkong dimana berdasarkan Roadmap Diversifikasi Pangan 2010-2015 capaian konsumsi kentang , ubi, dan singkong untuk tahun 2015 secara berturut-turut adalah 6.4 g/kap/hari, 8.6 g/kap/hari, dan 32.5 g/kap/hari.
Rata-rata konsumsi hewani terbesar contoh adalah telur yaitu sebesar 28.4 g/kap/hari. Nilai ini mendekati nilai standar yang ditetapkan oleh Kementrian Pertanian (2013) yaitu sebesar 28.8 g/kap/hari, konsumsi ini perlu dijaga agar stabil dan mencapai nilai capaian untuk tahun 2015 berdasarkan Roadmap Diversifikasi Pangan 2010-2015 yaitu sebesar 32.5 g/kap/hari. Sedangkan hewani lain yang masih belum mencapai nilai standar adalah ikan. Konsumsi rata-rata ikan contoh setelah intervensi adalah 15.8 g/kap/hari namun nilai ini belum mencapai standar yaitu sebesar 87.3 g/kap/hari, oleh karena itu perlu adanya peningkatan konsumsi ikan. Rata-rata konsumsi hewani lain seperti ayam, daging, dan susu pada contoh sudah mendekati standar yang ditetapkan oleh Kementrian Pertanian (2013).
20
protein nabati sangat rendah oleh karena itu perlu adanya variasi pangan nabati, bukan hanya tahu dan tempe saja tetapi juga kacang tanah dan kancang hijau.
Konsumsi lemak terbesar pada contoh adalah konsumsi minyak kelapa sawit yaitu sebesar 4 g/kap/hari. Angka ini masih dibawah nilai capaian konsumsi minyak kelapa sawit untuk tahun 2015 yaitu sebesar 18.6 g/kap/hari (Roadmap Diversifikasi Pangan 2010-2015). Lemak merupakan komponen struktural dari semua sel-sel tubuh, yang dibutuhkan oleh ratusan bahkan ribuan fungsi fisiologis tubuh (McGuire dan Beerman 2011; Hardinsyah 2012). Selain itu lemak juga berfungsi penting dalam metabolisme zat gizi, terutama penyerapan karatenoid, vitamin A, D, E, dan K (Boyle & Roth, 2010, Brown, 2011, Hamazaki & Okuyama 2000; Hardinsyah 2012). Oleh karena itu konsumsi lemak pada contoh perlu ditingkatkan sesuai dengan anjuran.
Konsumsi makanan dan minuman manis cenderung lebih disukai oleh anak-anak. Rata-rata konsumsi gula contoh setelah intervensi sebesar 16.2 g/kap/hari. Berdasarkan rekomendasi WHO konsumsi gula adalah tidak lebih dari 10% dari energi tambahan. Jadi, apabila dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG), maka anak usia 10-12 tahun adalah 2050 maka 10 persennya adalah 205 kalori atau setara dengan 51.25 gram gula dan setara dengan 10.25 sendok teh gula pasir. Kelebihan konsumsi gula dapat mengakibatkan terjadinya karies gigi, diabetes, dan jantung coroner. karies gigi adalah penyakit yang berasal dari mikroba dimana karbohidrat pangan difermentasi oleh bakteri pembentuk asam yang menyebabkan demineralisasi gigi (Devi 2012).
Rata-rata konsumsi sayur pada contoh setelah intervensi adalah 25.3 g/kap/hari. Berdasarkan RoadmapDiversifikasi Pangan 2010-2015 nilai konsumsi sayur contoh masih kurang dibandingkan dengan nilai capaian untuk tahun 2015 yaitu sebesar 191.9 g/kap/hari. Kurang mengkonsumsi sayur dapat berdampak buruk pada kesehatan seperti kekurangan mineral yang berpengaruh pada pertumbuhan, kekurangan vitamin A, C, dan E yang berguna untuk memproduksi sel darah merah, terjadi konstipasi dan juga obesitas.
Buah merupakan sumber vitamin terutama karoten, vitamin B1, B6, C dan sumber mineral.Rata-rata konsumsi buah contoh sebesar 18 g/kap/hari. Sebagian besar contoh mengkonsumsi buah pisang, dengan alasan buah pisang mudah didapat dan harga yang terjangkau. Berdasarkan Roadmap Diversifikasi Pangan 2010-2015 nilai konsumsi buah contoh masih rendah dibandingkan dengan nilai capaian untuk tahun 2015 yaitu 98.9 g/kap/hari.
Rata-rata konsumsi terbesar jajanan contoh terdapat pada konsumsi biscuit yaitu sebesar 55.7 g/kap/hari. Konsumsi biscuit pada contoh menyumbang 284 kkal dan 43.7 gram karbohidrat. Terdapat perubahan perilaku jajan pada contoh sebelum dan setelah dilakukan intervensi. Sebelum dilakukan intervensi sebagian besar contoh mengkonsumsi jajanan berupa snack ringan seperti chiki dan keripik. Namun setelah dilakukan intervensi terdapat perubahan perilaku jajan. Jajanan yang dipilih contoh berupa biscuit, roti, serta makanan berat lainnya (siomay dan batagor).
21 dibanding dengan nilai AKG, yaitu sebesar 1683 kkal. Begitu pula dengan konsumsi zat gizi lainnya seperti protein, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, vitamin B dan vitamin C kelompok intervensi audiovisual memperoleh nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan konsumsi dua kelompok lainnya.
Tabel 17 Asupan energi dan zat gizi sebelum intervensi
Intervensi Energi
Berdasarkan Tabel 18 terlihat ada peningkatan konsumsi pada kelompok dengan intervensi media audiovisual, namun pada kelompok intervensi media visual dan kontrol terlihat penurunan konsumsi kearah yang lebih baik, karena nilai mendekati AKG yang dianjurkan.
Tabel 18 Asupan energi dan zat gizi setelah intervensi
Intervensi Energi antara konsumsi energi sebelum dan setelah intervensi (p=0.228; p>0.05). Begitu pula untuk asupan protein (p=0.720; p>0.05), kalsium (p=0.080; p>0.05), besi (p=0.080; p>0.05), vitamin A (p=0.424; p>0.05), vitamin B (p=0.342; p>0.05), dan vitamin C (p=0.248; p>0.05) tidak menunjukan perbedaan yang signifikan. Zat gizi yang terlihat berbeda signifikan setelah intervensi adalah fosfor (p=0.039; p<0.05). Terjadi penurunan konsumsi fosfor sebesar 73%.
Tabel 19 TKE dan TKP contoh sebelum dan setelah intervensi
Intervensi Sebelum Intervensi Setelah Intervensi p
TKE (%) TKP (%) TKE (%) TKP (%)
22
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Contoh dalam penelitian ini adalah siswa kelas lima dari empat Sekolah Dasar Negeri di Kota Bogor. Penelitian ini terbagi dalam dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Jumlah contoh yang berjenis kelamin laki–laki pada kelompok kontrol sebesar 41.7% dan yang berjenis kelamin perempuan pada kelompok kontrol sebesar 58.3%. Sedangkan untuk kelompok intervensi, jumlah contoh dengan jenis kelamin laki-laki sebesar 37% dan contoh intervensi yang berjenis kelamin perempuan sebesar 63%. Rata-rata contoh merupakan anak pertama dengan besar keluarga sedang (5-7orang). Proporsi terbesar pekerjaan orang tua (ayah) pada kelompok kontrol (47.2%) dan kelompok intervensi (41.3%) bekerja sebagai pegawai swasta dengan pendapatan berkisar antara Rp 1.000.000 – Rp 2.500.000, sedangkan sebagian besar ibu (75%) pada kelompok intervensi dan kontrol adalah ibu rumah tangga. Tidak terdapat perbedaan nyata antara karakteristik kelompok kontrol dan kelompok intervensi
(p 0.05).
Hasil uji paired t-test terhadap skor rata-rata pengetahuan menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pengetahuan sebelum dan setelah intervensi pada media visual (p=0.013; p 0.05), namun untuk media audiovisual dan kontrol tidak terdapat perbedaan yang signifikan.. Peningkatan skor terbesar terlihat pada kelompok media intervensi visual yaitu sebelum intervensi sebesar 80.62 ± 11.62 menjadi 85.20± 12.23 (selisih 4.58). Hasil uji ANOVA menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok intervensi media audiovisual terhadap kelompok kontrol dan kelompok intervensi media visual. Media yang paling besar pengaruhnya terhadap pengetahuan gizi contoh adalah media visual.
Hasil uji pired t-test terhadap skor rata-rata sikap menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata total skor sikap sebelum dan setelah intervensi. Skor sikap terbesar terlihat pada kelompok intervensi media visual yaitu sebelum intervensi sebesar 80.62 ± 12.16 dan setelah intervensi menjadi 89.08 ± 10.64 (selisih 8.46). Hasil uji lanjut ANOVA setelah intervensi menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok intervensi media audiovisual terhadap kelompok intervensi media visual (p=0.023; p<0.05). Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok intervensi media audiovisual terhadap kelompok kontrol (p=0.051; p>0.05) dan tidak terdapat juga perbedaan yang signifikan antara kelompok intervensi media visual terhadap kelompok kontrol (p= 0.994; p>0.05).
23 konsumsi setelah intervensi, namun peningkatan skor pengetahuan dan sikap gizi belum mampu mengubah perilaku konsumsi contoh.
Saran
Masa anak-anak merupakan masa dimana dapat menyerap banyak paparan dari berbagai media. Media yang dikemas dengan tepat dan atraktif serta mudah dipahami merupakan salah satu pendidikan yang baik bagi anak, khususnya pada pendidikan gizi. Namun pendidikan gizi dan sikap gizi yang baik saja belum cukup untuk dapat mengubah perilaku konsumsi anak. Sehingga perlu adanya dukungan dari pihak luar yang perduli dengan kesehatan dan masa depan anak-anak. Ada baiknya apabila pihak sekolah mampu memfasilitasi kantin yang bersih dan dapat menyediakan makanan sehat yang terhindar dari bahan tambahan makanan yang berbahaya.
Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan alat bantu yang lebih mudah diterima dan dipahami dengan memperhatikan isi materi yang akan disampaikan kepada anak sekolah dasar, sehingga anak-anak dapat menerapkan kebiasaan baik tersebut secara kontinu.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier S. 1994. Penuntun Diet Anak. Jakarta: PT Gramedia Utama.
_________. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Umum. Jakarta.
Anderson AS et al. 2003. The Impact of a School-Based Nutrition Education Intervention on Dietary Intake and Cognitive and Attitudinal Education Relating to Fruits and Vegetables. Public Health Nutrition: 8(6),650-656. Arysad A. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers
Baliwati Y, Prathivi. 2013. Prinsip Penyusunan Menu Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman. Bogor: MWA Consulting.
Bastian I. 2006. Akuntansi Pendidikan. Jakarta: Erlangga.
[Bapenas] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2006. Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2006-2010.
[BPOM] Badan Pengawa Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2007. Jajanan Anak Sekolah. Sistem Keamanan Pangan Terpadu.
Boyle MA, Roth SL. 2010. Personal Nutrition, Seventh Edition. Wadsworth Cengage Learning, Belmont.
Brown JE. 2011. Nutrition Through the Life Cycle, Fourth Edition. Wadsworth Cengage Learning, Belmont.
[Depkes] Departemen Kesehatan. 1996. Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta: Depkes RI.
___________. 2008. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Jakarta: Depkes RI Departemen Pertanian. 2012. Buletin Konsumsi Pangan. Jakarta: Depkes RI Departemen Pertanian. 2012. Roadmap Diversifikasi Pangan 2011-2015. Jakarta:
Depkes RI
24
Direktorat Perlindungan Konsumen. 2006. Bagaimana Memilih Jajanan Sehat dan Aman. Jakarta. http://pkditjenpdn.depdag.go.id [diakses pada 3 Desember 2013].
Djamarah, Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Dunts CJ. 2012. Effects of Puppetry on Elementary Students’ Knowledge of and
Attitudes Toward Individuals with Disabilities. Orlena Hawks Puckett Institute, United States. International Electronic Journal Of Elementary Education, 2012, 4(3),451-457
Gibson RS. 2005. Principles of Nutritional Assesment Second Edition. New York: Oxford University Press
Gibney MJ, Margetts BM, Kearney JM, Arab L. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Penerbit Kedokteran EGC.
Hamalik. 1994. Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti
Haryoko S. 2009. Efektivitas Pemanfaatan Media Audio-Visual sebagai Alternatif Optimalisasi Model Pembelajaran. Jurnal Edukasi Elektro, 5(1):1-10. http://journal.uny.ac.id/ [diakses pada 5 Januari 2014].
Hermina et al. 2000. Perilaku Makan Murid Sekolah Dasar Penerima PMT-AS di Desa Ciheleut dan Pasir Gaok Kabupaten Bogor. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi.
Hurlock EB. 1998. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi kelima. Istiwidayati, Soejarwo penerjemah. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Iswantari, Wijajarta M & Februhartanty J. 2007. Jajanan Di Indonesia Berkualitas Buruk. http://www.republika.co.id [diakses pada 3 Desember 2013]. Judarwanto W. 2007. Perilaku Makan Anak Sekolah.
http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/perilaku-makan-anak-sekolah.pdf [diakses pada 3 Desember 2013].
Kementrian Pertanian. 2012. Roadmap Diversivikasi Pangan tahun 2010-2015. Jakarta: Badan Ketahanan Pangan Kemntrian Pertanian RI
Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi [diktat]. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor.
___________. 2002. Pangan dan Gizi dalam Dimensi Kesejahteraan. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
___________. 2005. Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan 2. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Istitut Pertanian Bogor.
Koerniawati RD. 2013. Pengaruh Kampanye Sarapan Sehat Terhadap Perubahan Pengetahuan, Sikap, dan Kebiasaan Sarapan Anak Sekolah Dasar di Kabupaten Bogor. Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. [Skripsi].
Kusharto C, Sa’addiyah. 2012. Diktat Penilaian Konsumsi Pangan. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Istitut Pertanian Bogor.
Lucas PL. 2004. Nutrition in Childhood. Didalam Mahan LK, Escott Strump E.
25 Mahan K., Escott-Stump. 2008. Food, Nutrition, and Diet Therapy. USA: W.B
Saunders Company.
Maulana, et al. 2012. Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Terhadap Status Gizi Siswa SD Inpres 2 Pannampu. http://repository.unhas.ac.id [diakses pada 9 Januari 2014].
Moehji, S. 2003. Ilmu Gizi 2. Jakara: Papas Sinar Sinanti.
Motamedrezaei O, Mitra M, Mohammad RM, Maryam K. 2013. The effect of nutrition and food hygiene education on the knowledge of female elementary school teachers in city of ferdows. Journal of Education And Health Promotion vol 2 Februari 2013: 16-19.
Notoatmodjo. 2005. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
___________. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT. Rineka Cipta : Jakarta. ___________. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Cetakan Pertama.
PT. Rineka Cipta : Jakarta.
Nuryati S. 2010. Pentingnya Pendidikan Gizi Bagi Anak. http://www.pentingnya pendidikan gizi bagi anak.htm [Diakses pada 3 Desember 2013].
Pasanea S. 2011. Analis Hubungan Persepsi Kegemukan Dengan Pola Konsumsi Pangan dan Aktivitas Fisik Mahasiswi Tingkat persiapan bersama Institut Pertanian Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, Istitut Pertanian Bogor
Perez-Rodrigo C, Aranceta J. School-based nutrition education: lessons learned and new prespective. Public Health Nutrition, 2001: 131-139.
Pickett G, Hanlon JJ. 2009. Kesehatan Masyarakat: Administrasi dan Praktik (Edisi 9). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Rachmaniah M, Tanziha I et al. 2013. Peningkatan Kesehatan Masyarakat melalui
Breakfast-Nutrition Learning Content Management Berbasis Mobile untuk Siswa Sekolah Dasar [penelitian]. Bogor: Fakultas Matematika dan IPA, Institut Pertanian Bogor.
Riduwan. 2013. Cara Mudah Belajar SPSS 17.0 dan Aplikasi Statistik Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Riyadi H. 2003. Metode Penelitian Status Gizi Secara Antropometri [Diktat].
Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Rodiah D. 2010. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Gizi Seimbang Anak Sekolah di SDN Gunung Gede Kota Bogor [skripsi]. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Saloso I. 2011. Pengaruh Penggunaan Media Lagu Anak-Anak dan Kartu Bergambar Serta Tingkat Penerimaannya Dalam Pendidkan Gizi Terkait PUGS dan PHBS Terhadap Pengetahuan Gizi Anak Usia Sekolah Dasr Negri di Kota Bogor. Departemen Gizi Masyarakat,Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. [Skripsi]
Serrano El, Anderson JE. The evaluation of food pyramid games: a bilingual computer nutritional education program for Latino youth. J Family Consumer Sci Educ, 2004; 22(1): 1-16.
26
Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.
Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
________. 1996. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta : Bumi Aksara ________. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara.
Sukandar D. 2008. Studi Sosial Ekonomi Aspek Pangan dan Sanitasi Petani Transmigran di Pekan Hulu Provinsi Riau. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Istitut Pertanian Bogor.
27 Lampiran 1 Analisis uji Paired T-Test pengetahuan gizi.
Paired Samples Test audiovisual Pair 1 pengetahua
n gizi pre -
Visual Pair 1 pengetahua n gizi pre - pengetahua n gizi post
-4.577 15.642 1.806 -8.176 -.979 -2.534 74 .013
kontrol Pair 1 pengetahua n gizi pre - pengetahua n gizi post
1.297 13.099 2.183 -3.135 5.729 .594 35 .556
Lampiran 2 Analisis uji Paired T-Test sikap gizi.
Paired Samples Test
28
Lampiran 4 Analisis uji ANOVA pengetahuan dan sikap gizi Descriptives
Lampiran 5 Analisis uji ANOVA pengetahuan dan sikap gizi.
ANOVA
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
pengetahuan gizi pre Between Groups 737.787 2 368.893 2.407 .094 Within Groups 19160.178 125 153.281
Total 19897.965 127
pengetahuan gizi post Between Groups 2568.354 2 1284.177 8.505 .000 Within Groups 18874.614 125 150.997
Total 21442.969 127
sikap pre Between Groups 737.787 2 368.893 2.407 .094
Within Groups 19160.178 125 153.281
Total 19897.965 127
sikap post Between Groups 658.653 2 329.327 3.733 .027
Within Groups 11027.261 125 88.218
29 Lampiran 6 Analisis uji lanjut ANOVA pengetahuan dan sikap gizi.
Multiple Comparisons Lower Bound Upper Bound pengetahuan gizi
audiovisual visual -13.435*
3.301 .000 -21.26 -5.61
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Lampiran 7 Hasil uji Paired t-test TKG
Paired Samples Test
2.7118E2 500.8171 250.4086
-30
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Mei 1990. Penulis merupakan anak tunggal dari pasangan Bapak Kristiyanto Suryo Nugroho ST dan ibu Yustina Sugiyati.