• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinamika Populasi Ulat Jengkal (Hypiosidra talaca) pada Tanaman Teh di PTP .Nusantara VIII Gunung Mas Bogor, Jawa Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dinamika Populasi Ulat Jengkal (Hypiosidra talaca) pada Tanaman Teh di PTP .Nusantara VIII Gunung Mas Bogor, Jawa Barat."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

DINAMIKA POPULASI HAMA ULAT JENGKAL (

Hyposidra

talaca

) PADA TANAMAN TEH DI PTP NUSANTARA VIII

GUNUNG MAS BOGOR, JAWA BARAT

RIZKI ISRAHAYU

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dinamika Populasi Ulat Jengkal (Hypiosidra talaca) pada Tanaman Teh di PTP .Nusantara VIII Gunung Mas Bogor, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

Rizki israhayu

(4)
(5)

ABSTRAK

RIZKI ISRAHAYU. Dinamika Populasi Ulat Jengkal (Hyposidra talaca) pada Tanaman Teh di PTP Nusantara VIII Gunung Mas Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh R. YAYI MUNARA KUSUMAH.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan populasi Hyposidra talaca

di perkebunan PTP Nusantara VIII Gunung Mas. Hyposidra talaca merupakan hama penting pada perkebunan teh, karena dapat menurunkan produksi teh.

Hyposidra talaca pada umumnya menyerang daun yang masih muda, serangan

berat hama ini dapat mengakibatkan daun berlubang dan pucuk. Metode yang digunakan adalah pengamatan langsung di lapangan dengan mengamati jumlah populasi Hyposidra talaca. Sebelum dilakukan penelitian, dilakukan survey lokasi terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara lokasi satu dan yang lainnya. Penghitungan populasi Hyposidra talaca dilakukan selama 8 kali pada masing-masing sampel tanaman . Hyposidra talaca yang mati terinfeksi NPV dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam gelas plastik. Larva yang mati terinfeksi NPV memiliki ciri larva menjadi lembek, dan sesaat sebelum mati larva naik ke atas pucuk mengantung membentuk huruf V terbalik. Larva yang mati selain disebabkan oleh NPV sebagian besar mengering dan menggantung di daun teh. Selain Hyposidra talaca ada juga serangga lain yang ditemukan di lapangan. Pengamatan serangga lain ini dilakukan dengan menggunakan jaring dan menghitung jumlah serangga yang terperangkap di dalam jaring.

Kata kunci: teh, Hyposidra talaca, Nucleopolyhedrosis virus (NPV),

ABSTRACT

RIZKI ISRAHAYU. Population Dynamics (Hyposidra talaca) on Tea Plants in PTP Nusantara VIII Gunung Mas Bogor, West Java. Guided by R. YAYI MUNARA KUSUMAH.

This study was conducted to determine the abundance of the population of

Hyposidra talaca at PTP Nusantara VIII Gunung Mas. Hyposidra talaca is an

important pest in tea plantations, because it could decrease the production of tea.

Hyposidra talaca generally attacks young leaves and shoots, severe investation of

this pest can cause heavy defoliation of leaves and shoots of the plant. The method used was direct observation in the field by observing the population Hyposidra

talaca. Prior to this study a survey was conducted to ditermine the sites. The

difference in Hyposidra talaca populutaion dynamics between two sites was studied. The population dynamics of these pests were recorded 8 times on each site. Nucleopolyhedrosis virus infected Hyposidra talaca were collected in the plastic cup. Infected larvae usually become soft and prior to death they climb to the top and hang on the tea leaves in an inverted V shape position. Dead larvae caused by other factors usually found in dry condition. The presence of other insects were observed and recorded and was collected using insect nets.

(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Proteksi tanaman

DINAMIKA POPULASI ULAT JENGKAL (

Hyposidra

talaca)

PADA TANAMAN TEH DI PTP NUSANTARA VIII

GUNUNG MAS BOGOR, JAWA BARAT

RIZKI ISRAHAYU

DEPARTEMAN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(7)

Judul Skripsi : Dinamika Populasi Ulat Jengkal (Hypiosidra talaca) pada Tanaman Teh di PTP .Nusantara VIII Gunung Mas

Bogor, Jawa Barat. Nama Mahasiswa : Rizki Israhayu

NIM : A34070077

Disetujui oleh,

Dr. Ir. R. Yayi Munara Kusumah, M.Si

Diketahui oleh,

Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, M.Si

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Dinamika Populasi Ulat Jengkal (Hypiosidra talaca) pada Tanaman Teh di PTP .Nusantara VIII Gunung Mas Bogor, Jawa Barat.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Yayi Munara Kusumah, Msi selaku dosen pembimbing, serta Bapak Dr. Ir. Widodo, Ms selaku dosen penguji yang telah banyak memberi saran. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2014

(11)
(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1 

Latar Belakang 1 

Tujuan Penelitian 2 

Manfaat Penelitian 2 

METODE 3 

Tempat dan Waktu 3 

Alat dan Bahan 3 

Metode Penelitian 3 

HASIL DAN PEMBAHASAN 5 

Populasi Hidup Hyposidra talaca

Kematian Hyposidra talaca akibat NPV 10 

Kematian Hyposidra talaca bukan karena NPV 15 

SIMPULAN DAN SARAN 18 

Simpulan 18 

Saran 18 

DAFTAR PUSTAKA 19 

LAMPIRAN 20

(13)

DAFTAR GAMBAR

1 Kondisi lahan blok 5 5 

2 Kondisi lahan blok 7 6 

3 Rata-rata populasi instar setiap minggu pada blok 5 6  4 Rata-rata populasi intsar setiap minggu pada blok 7 7 

5 Uji normal Blok 7 9 

6 Uji normal blok 5 9 

7 Macam-macam Perangkap 10 

8 Larva mati karena NPV 10 

9 Rata-rata kematian karena NPV pada blok 5 11 

10 Rata-rata kematian karena NPV pada blok 7 12 

11 Uji normal blok 7  14 

12 Uji normal blok 5  14 

13 Grafik kematian bukan karena NPV pada blok 5  15 

14 Grafik kematian bukan karena NPV pada blok 7  15 

15 Uji normal blok 7  17 

16 Uji normal blok 5  17 

DAFTAR LAMPIRAN

(14)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman teh (Camelia sinensis) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang telah lama berada di Indonesia dan memiliki peranan penting sebagai sumber devisa negara. Perkebunan teh juga merupakan sumber lapangan pekerjaan bagi masyarakat di sekitar perkebunan. Pengembangan pengolahan teh terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang terus meningkat. Teh merupakan salah satu komuditas unggulan di Provinsi Jawa Barat. Pada umumnya teh tumbuh di daerah tropis dengan ketinggian antara 200 – 2000 meter di atas permukaan laut (Suwarto & Yuke 2012).

Produksi teh di Indonesia berfluktuasi setiap tahunnya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain faktor lingkungan, teknik budidaya, serta hama dan penyakit tanaman. Meskipun demikian tidak semua hama dan penyakit dapat menurunkan produktivitas teh, hanya beberapa saja yang dianggap penting karena dapat menurunkan produksi tanaman teh.

Penyakit – penyakit penting pada tanaman teh di indonesia antara lain cacar daun teh (Exobasidium vexans), akar merah (Ganoderma philippii), akar hitam, akar merah bata, leher akar, akar diplodia, rhizoctonia, dan penyakit pada masa persemaian (Semangun 1991). Sedangkan hama-hama penting pada tanaman teh antara lain, kepik penghisap daun (Helopeltis spp.), ulat penggulung daun (Homona coffearia), ulat penggulung pucuk (Cydia leucostoma) dan ulat jengkal (Hyposidra talaca) (Simanjuntak 2002).

Hama pada tanaman teh merupakan salah satu faktor penurun produksi yang cukup penting. Biaya yang harus dikeluarkan untuk pengendalian hama di perkebunan teh berkisar antara 10 % – 15 % dari harga pokok. Serangan

Hyposidra talaca (ulat jengkal) pernah dilaporkan menghabiskan beberapa hektar

tanaman teh rakyat di Cikalong Wetan pada tahun 1971, dan pada tahun 1977 menyerang beberapa ribu hektar di Jawa Barat. Serangan berat hama ini menyebabkan penurunan produksi yang sangat drastis dan selama beberapa waktu tidak menghasilkan pucuk sama sekali (Subiakto & Sutaryanto 1977 dalam

Widayat et al 1996).

Hyposidra talaca pada umumnya menyerang daun yang masih muda atau

pucuk daun. Serangan berat mengakibatkan daun berlubang dan pucuk tanaman gundul. Hyposidra talaca dapat menyerang tanaman kopi, kakao, kina, jambu klutuk, rami dan beberapa jenis kacang-kacangan. Jenis-jenis tanaman yang merupakan tanaman inang untuk ulat jengkal ini sebaiknya tidak ditanam di kebun teh, karena keberadaannya akan membantu hama ini berkembangbiak (Simanjuntak 2002).

(15)

2

Pemerintah semakin memperketat penggunaan pestisida sintetik. Dalam Undang –undang RI No. 12 tahun 1992 dicanangkan pelaksanaan pengendalian hama terpadu (PHT) yang melarang penggunaan sarana dan cara yang dapat mengganggu kesehatan manusia dan mencemari lingkungan (Widayat et al 1996). Pengendalian hayati merupakan salah satu tindakan alternatif yang ramah lingkungan. Penggunaan agens hayati seperti predator, parasitoid dan patogen serangga lainnya (bakteri, virus, cendawan) dapat menjadi alternatif pengendalian hama. (salah satunya H.talaca NPV).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kejadian penyakit pada

Hyposidra talaca yang disebabkan oleh Ht-NPV di PT Perkebunan Nusantara

VIII kebun Gunung Mas.

Manfaat Penelitian

(16)

3

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VIII kebun Gunung Mas, Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini dimulai pada tanggal 10 Juli 2012 sampai 20 September 2012.

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penilitian ini, antara lain: buku catatan lapang, gelas plastik, jaring serangga, label, kamera digital, alat tulis, dan tali plastik.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati secara langsung populasi

H. talaca pada dua blok tanaman yang berbeda di lapangan. Dalam setiap blok

tanaman terdapat tiga patok tanaman sebagai contoh dan masing-masing patok memiliki lima sampel tanaman berukuran 1m x 1m yang ditentukan secara diagonal.

Penentuan Lokasi

Survey dilakukan untuk menentukan lokasi penelitian juga untuk mengetahui 2 blok yang akan dijadikan lokasi penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara lokasi satu dan yang lainnya. Keadaan lokasi dapat menentukan dinamika populasi Hyposidra talaca yang terdapat pada lahan tersebut.

Lahan uji yang digunakan adalah blok 5 dan blok 7. Kedua blok ini dipilih karena blok 5 mengalami kerusakan lebih parah dibandingkan dengan blok 7.

Setelah penentuan blok, dalam masing-masing blok ditentukan 3 patok tanaman. Dalam setiap patok ditentukan masing-masing 5 tanaman sampel dan ditandai dengan tali rafia.

Pengamatan Populasi Hyposidra talaca

Pengamatan larva Hyposidra talaca dilakukan 1 kali seminggu selama 8 minggu pada masing-masing sampel tanaman. Larva Hyposidra talaca yang ditemukan dicatat berdasarkan fase instar yang ada.

Pengamatan Mortalitas Hyposidra talaca

(17)

4

(18)

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hama tanaman merupakan salah satu faktor yang menyebabkan penurunan produksi, begitu juga pada tanaman teh. Di PTP Nusantara VIII kebun Gunung Mas hampir sebagian besar kerusakan diakibatkan oleh Hyposidra talaca. Tingginya Populasi H. talaca dapat menyebabkan tanaman menjadi gundul karena hama tersebut tidak hanya memakan pucuk daun teh tetapi juga daun teh tua sehingga hanya tinggal ranting-ranting saja yang tampak. H. talaca lebih menyukai puucuk sehingga tanaman yang baru dipangkas yang sering diserangnya (Tim penulis PS 1993)

Kebun Gunung Mas

Kebun Gunung Mas memiliki luas area 1.173,11 ha yang dibagi ke dalam beberapa blok untuk memudahkan pengawasan dalam kegiatan penyemprotan, pemetikan, pemupukan, pemangkasan, pembersihan gulma, pengambilan hama dan lain-lain. Blok merupakan bagian kebun yang lebih kecil. Blok-blok tersebut memiliki luas yang berbeda. Setiap blok dibagi ke dalam beberapa patok yang ditandai dengan pohon pelindung . Setiap patok berukuran kurang lebih 400 m2. Pohon pelindung tersebut berfungsi sebagai pembatas kebun.

Lokasi Pengamatan

Dalam pengamatan ini ditentukan 2 blok, yaitu blok 5 dan blok 7 sebagai blok contoh, dengan pertimbangan kedua blok tersebut memiliki perbedaan yang signifikan dalam hal kondisi tanaman dan lahannya (Gambar 1 dan 2). Di bawah ini diperlihatkan keadaan blok 5 dan blok 7.

Gambar 1. Kondisi lahan blok 5

(19)

6

Gambar 2. Kondisi lahan blok 7

Blok 7 memiliki luas 6,36 ha. Blok ini memiliki kondisi lahan yang lebih baik, hanya beberapa tanaman yang berlokasi di pinggir jalan yang mengalami sedikit kerusakan. Pada blok ini hanya sedikit ditemukan gulma karena dilakukan perawatan yang lebih baik.

Populasi H. talaca

Hasil pengamatan terhadap populasi H. talaca pada blok 5 (Gambar 3) dan blok 7 (Gambar 4) serta jumlah rata-rata populasi instar dalam pengamatan setiap minggu pada blok 5 dan blok 7 disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2.

Gambar 3. Rata-rata populasi instar dalam setiap minggu

Pada pangamatan tanggal 25 Juli ditemukan populasi instar 4 sebesar 7,733 larva per m2 sedangkan instar 1 tidak ditemukan. Pada pengamatan tanggal 31 Juli populasi instar 4 mengalami penurunan menjadi 1,667 larva per m2 karena dilakukan pemetikan pada tanggal 27 Juli yang mengakibatkan terbawanya larva. Pada minggu ini tidak ditemukan larva instar 3. Kemungkinan larva instar 3 sudah menjadi instar 4, bahkan ada yang sudah menjadi instar 5 dan larva instar 4 yang sudah berubah menjadi instar 5 kemungkinan sudah turun ke tanah untuk berpupa. Menurut Kalshoven (1981) larva H. talaca berpupa di dalam tanah.

Pada tanggal 8 Agustus jumlah larva H. talaca semua instar mengalami penurunan setelah dilakukan penyemprotan insektisida. Pada minggu ini

(20)

7

ditemukan beberapa kelompok telur H. talaca yang siap menetas pada pohon pelindung. Pada saat menjelang menetas telur menjadi kehitaman (Simanjuntak 2002). Setelah telur menetas populasi larva instar 1 mulai terlihat yaitu 2,8 larva per m2. Populasi larva instar 2 sudah ada sebanyak 1,8 larva per m2 pada pengamatan tanggal 15 Agustus kemungkinan karena ada larva instar 1 yang menetas tetapi tidak terlihat pada minggu sebelumnya yang sudah berubah menjadi instar 2.

Semua larva mengalami kenaikan populasi pada pengamatan tanggal 28 Agustus kecuali larva instar 1. Pada minggu ini larva instar 1 mengalami penurunan, karena larva instar 1 telah berubah menjadi instar 2 dari 2.8 larva per m2 menjadi 0.6 larva per m2. Pada minggu ini sudah banyak ditemukan imago disekitar tanaman teh dan imago-imago yang menempel pada perangkap.

Penurunan populasi larva pada setiap instar terjadi saat pengamatan tanggal 4 September. Karena pada tanggal 29 Agustus dilakukan penyemprotan insektisida, kemungkinan sebagian besar larva mati akibat insektisida. Pada minggu ini juga ditemukan imago dan beberapa kelompok telur H. talaca pada pohon pelindung. Telur dikendalikan dengan cara mekanik menggunakan tangan. Untuk mencegah imago-imago meletakkan telurnya, dilakukan pengendalian dengan cara berburu imago secara manual dengan menggunakan jaring dan perekat yang ditempelkan pada pohon pelindung.

Pada pengamatan tanggal 11 September populasi H. talaca tidak mengalami perbedaan yang jauh dengan minggu sebelumnya. Hanya instar 5 yang mengalami penurunan, karena banyak instar 5 yang sudah turun ke tanah untuk berpupa. Penurunan populasi ini dapat disebabkan juga karena sehari sebelumnya dilakukan pemetikan yang dapat menyebabkan terbawanya larva H. talaca

bersama pucuk yang di petik. Pada tanggal 18 September larva instar 1 mengalami kenaikan populasi dari 0,53 larva per m2 menjadi 2,53 larva per m2. Pada minggu ini telur-telur Hyposidra talaca telah menetas, menyebabkan populasi larva instar 1 mengalami kenaikan. Larva instar 2 mengalami kenaikan jumlah populasi karena larva instar 1 yang ditemukan pada minggu sebelumnya telah berubah menjadi instar 2. Semua populasi larva mengalami peningkatan karena perubahan fase instar.

(21)

8

Pada pengamatan tanggal 24 Juli ditemukan populasi larva pada berbagai instar. Populasi larva tertinggi terjadi pada instar 5 yang ditemukan sebanyak 8,4 larva per m2. Larva instar 4 sebanyak 6,53 per m2 serta larva instar 3 sebanyak 7,67 per m2. Larva instar 2 sebanyak 1 per m2 sedangkan larva instar 1 tidak ditemukan. Pada pengamatan tanggal 30 Juli semua instar mengalami penurunan jumlah populasi karena pada tanggal 27 Juli dilakukan penyemprotan insektisida kemungkinan larva yang mati akibat insektisida tinggi, selain itu sudah banyak larva instar akhir yang turun ke tanah untuk berpupa. Pada minggu tersebut ditemukan imago yang berterbangan.

Berdasarkan pengamatan pada tanggal 7 Agustus terjadi penurunan populasi pada semua tingakatan instar kecuali pada instar 3. Larva instar 3 mengalami kenaikan populasi menjadi 0,13 larva per m2. Pemetikan yang dilakukan pada tanggal 31 Juli menyebabkan terbawanya larva H. talaca bersama pucuk yang di petik, ini berpengaruh pada penurunan populasi. Pada minggu ini ditemukan kelompok telur yang siap menetas pada pohon pelindung. Peningkatan populasi larva instar 1 dari yang semula tidak ada menjadi 6,2 larva per m2 pada pengamatan tanggal 14 Agustus terjadi karena banyaknya telur yang menetas.

Populasi larva instar 1 pada pengamatan tanggal 27 Agustus mengalami penurunan dari 6,2 larva per m2 menjadi 0,93 larva per m2 karena larva instar 1 sudah menjadi instar 2, begitu juga dengan larva yang lainnya sudah mengalami perubahan fase instar. Pada minggu ini ditemukan imago-imago yang menempel pada perekat yang dipasang pada pohon pelindung. Penurunan populasi larva pada setiap instar terjadi pada pengamatan tanggal 3 September, kecuali larva instar 5, yang mengalami kenaikan dari 0,4 larva per m2 menjadi 1.6 larva per m2 karena adanya fase perubahan larva instar 4 menjadi instar 5. Pada minggu ini ditemukan kelompok telur dari H. talaca.

Pada pengamatan tanggal 10 September populasi larva instar 1 mengalami peningkatan dari 0,06 larva per m2 menjadi 0,8 larva per m2,sedangkan larva instar lainnya mengalami penurunan. Peletakan telur yang tidak serempak menyebabkan penetasan yang tidak serempak. Pada pengamatan 17 September, Larva instar 1 mengalami peningkatan populasi dari 0,80 menjadi 3,73 larva per m2, larva instar 2 dari 0,06 larva per m2 menjadi 2.2 larva per m2 karena larva instar 1 telah berubah menjadi instar 2.

Laju populasi H. talaca pada blok 5 dan blok 7 hampir sama, tetapi jumlah populasi blok 7 pada berbagai instar lebih banyak karena tanaman pada blok 7 lebih subur dan lebih banyak pucuk segar untuk dimakan oleh H. talaca. Imago H.

talaca berterbangan di kebun teh mencari pohon pelindung yang memiliki pucuk

banyak untuk meletakkan telur, karena pucuk segar merupakan pakan utama bagi telur H. talaca yang baru menetas. Larva instar awal hidup berkelompok dan menetas pada bagian atas tanaman pelindung tersebar dengan bantuan angin ketika mereka menggantung dengan benang sutera (Simanjuntak 2002).

(22)

9

- Hipotesis:

H0: ragam populasi hidup pada blok 7 = ragam populasi hidup pada blok 5 H1: ragam populasi hidup pada blok 7 ragam populasi hidup pada blok 5 - alpha yang digunakan = 0.05 (5%)

Uji F (untuk sebaran normal)

- p-value pada uji F = 0.006

- Keputusan: Tolak H0 karena p-value (0.006) < alpha (0.05), artinya ragam populasi hidup pada blok 7 ragam populasi hidup pada blok 5.

Uji Levene (selain sebaran normal)

- p-value: 0.176

- Keputusan: Terima H0 karena p-value (0.176) > alpha (0.05), artinya ragam populasi hidup pada blok 7 ragam populasi hidup pada blok 5.

Uji Normal (uji kolmogorov smirnov)

8 populasi Hyposidra talaca pada blok 7 tidak menyebar normal.

10.0 populasi Hyposidra talaca pada blok 5 tidak menyebar normal.

(23)

10

Terima H0 karena p-value (0.149) > alpha (0.05), artinya rata-rata populasi hidup pada blok 7 sama dengan rata-rata populasi hidup pada blok 5.

Perkebunan Gunung Mas menggunakan berbagai macam cara pengendalian, antara lain: dengan cara fisik mekanik yaitu dengan mengumpulkan secara manual pupa-pupa hama H. talaca dari dalam tanah, menangkap imago H. talaca dengan jaring dan perangkap lampu pada malam hari, membungkus pohon-pohon pelindung dengan plastik berperekat, dan memasang perangkap berperekat di setiap blok (Gambar 5). Serangan tertinggi hama ulat jengkal di perkebunan teh Gunung Mas biasa terjadi pada musim kemarau, atau berkisar antara bulan Juni hingga November. Pada saat musim penghujan serangan hama H. talaca menurun hingga musim peralihan selanjutnya (Pradana 2013).

Gambar 7. Macam-macam perangkap berperekat. A. Pada plastik berperekat. B. Pada botol plastik berperekat

Kematian Hyposidra talaca

Untuk mengetahui jumlah H. Talaca yang mati (Gambar 6) dilakukan pengamatan 1 kali seminggu selama 8 kali. Kematian H. talaca disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya karena infeksi NPV.

.

Gambar 8. Larva mati terkena NPV. A. Larva menggantung menggunakan tungkai belakang. B. Larva menggantung membentuk huruf V

A

B

(24)

11

NPV adalah virus yang menyerang inti sel serangga dan menginfeksi melalui saluran pencernaan. NPV merupakan salah satu parasit obligat yang hanya dapat hidup dan berkembang biak dalam sel-sel hidup. NPV menginfeksi lebih dari 400 spesies serangga. Proses infeksi NPV dimulai dari tertelannya polihedra (berisi virus) bersama pakan dan dalam saluran pencernaan yang alkalis, polihedra larut, sehingga membebaskan virus (virion). Virion akan masuk ke dalam sel mesenteron dan menginfeksinya, selanjutnya melakukan replikasi. Serangga yang terinfeksi memperlihatkan gejala morfologi, fisiologi dan perilaku. Umumnya larva Lepidoptera yang terinfeksi NPV menunjukkan gejala 2-5 hari setelah larva makan bagian tanaman yang telah mengandung polihedra (Tanada & Kaya, 1993).

Menurut Parasian (2007) gejala awal larva yang terserang NPV ditandai dengan perubahan perilaku seperti berkurangnya nafsu makan, dan serangga bergerak lebih lambat. Larva yang mati menunjukkan gejala yaitu tubuh larva berwarna cokelat tua, tubuh larva mengkerut, dan tubuh larva menggantung (Gambar 6). Hal ini sesuai dengan penjelasan Tanada dan Kaya (1993) yang menyatakan bahwa gejala NPV antara lain terjadinya perubahan warna, tubuh menjadi lembek, mengkilap dan hancur karena terjadinya lisis pada serangga.

Hasil pengamatan terhadap mortalitas H. talaca akibat Ht-NPV pada blok 5 (Gambar 7) dan blok 7 (Gambar 8) serta jumlah rata-rata populasi instar dalam pengamatan setiap minggu pada blok 5 dan blok 7 disajikan pada Tabel 3 dan Tabel 4.

Gambar 9. Rata-rata kematian H. talaca karena NPV pada blok 5

(25)

12

7,11%. Mortalitas tertinggi ditemukan pada pengamatan tanggal 31 Juli dan terendah pada pengamatan tanggal 15 Agustus. Naik turunnya mortalitas H.talaca

yang disebabkan oleh NPV dipengaruhi oleh jumlah NPV dan larva di lapangan. Semakin banyak larva dan NPV di lapangan semakin banyak mortalitas H.talaca. Semakin sedikit larva dan NPV di lapangan semakin berkurang mortalitasnya.

Gambar 10 . Grafik kematian H.talaca karena NPV pada blok 7

Berdasarkan pengamatan tanggal 24 Juli larva yang mati terinfeksi NPV sebanyak 11,20 %. Dari jumlah tersebut mengalami peningkatan pada tanggal 30 Juli menjadi 15,63% dan pada tanggal 7 Agustus menjadi 25,50%. Pada tanggal 14 Agustus mengalami penurunan menjadi 0,38%. Penyebabnya adalah banyaknya larva mati terinfeksi yang ditemukan sebelumnya sehingga hanya tersisa sedikit. dan lebih banyak ditemukan larva instar awal yang baru menetas.

Pada pengamatan tanggal 27 Agustus ditemukan larva terinveksi NPV sebanyak 0,93%. Jumlah tersebut mengalami kenaikan menjadi 23,90% pada tanggal 3 September, disebabkan oleh banyaknya larva instar akhir yang terinfeksi NPV sebelumya. Larva terinfeksi NPV mengalami penurunan pada tanggal 10 September, dari 23,90% menjadi 20,25% dan terus mengalami penurunan menjadi 5,73%. pada tanggal 17 September.

Pada masa pengamatan di lapangan, setiap minggu ditemukan larva yang terinveksi oleh NPV, baik di blok 5 maupun blok 7. Menurut Lestari (2008) larva

H. talaca instar 4 dan instar 5 lebih mudah ditemukan dengan gejala yang lebih

mudah diamati. Virion atau partikel virus ini umumnya berbentuk batang dengan ukuran sekitar (200-700) x (20-70) nm. Polihedra berbentuk kubus, dodekahedra, tetrahedra atau berbentuk tidak beraturan, tergantung dari partikel virusnya. Diameter polihedra adalah sekitar 0,5-15 urn (Tanada & Kaya, 1993).

Larva yang mati karena NPV pada blok 5 dan 7 berbeda-beda. Hal ini dapat disebabkan kerena jumlah NPV di lapangan tidak dapat diprediksi dan juga larva dengan bebas bisa berpindah dari tanaman teh yang satu ke tanaman teh yang lainnya. Ini menjadi penyebab adanya perbedaan mortalitas yang disebabkan NPV setiap minggunya. Menurut Paridah (1996) adanya infeksi larva oleh NPV kemungkinan terjadi karena butiran-butiran partikel virus yang terbawa oleh

(26)

13

angin. Sejauh ini keberadaan NPV belum dapat di manfaatkan. NPV dapat dijadikan pestisida untuk menanggulangi hama, ramah lingkungan serta tidak membuat hama menjadi resisten.

Menurut Pradana (2013) Jumlah populasi ulat yang tinggi pada blok-blok kebun dengan populasi gulma tinggi juga berbanding lurus dengan jumlah ulat yang terinfeksi oleh penyakit, dalam hal ini penyakit yang disebabkan oleh patogen Nucleopolyhedrosisvius (NPV). Pada penelitian ini blok 5 memiliki populasi gulma lebih tinggi dibandingkan dengan blok 7. Hal ini yang menyebabkan tingkat mortalitas akibat NPV pada blok 5 lebih tinggi di bandingkan dengan blok 7.

Selain larva mati karena NPV ditemukan juga larva mati bukan karena NPV. Larva mati yang terkena pestisida akan basah, tetapi jika disentuh larva tersebut tidak akan hancur. Semakin lama larva tersebut akan mengering jika terkena panas matahari. Hasil pengamatan terhadap mortalitas H. talaca bukan karena NPV pada blok 5 (Gambar 9) dan blok 7 (Gambar 10) serta jumlah rata-rata populasi instar dalam pengamatan setiap minggu pada blok 5 dan blok 7 disajikan pada Tabel 5 dan Tabel 6.

- Hipotesis:

H0: ragam populasi mati karena NPV pada blok 7 = ragam populasi mati karena NPV pada blok 5

H1: ragam populasi mati karena NPV pada blok 7 ragam populasi mati karena NPV pada blok 5

- alpha yang digunakan = 0.05 (5%)

Uji F (untuk sebaran normal)

- p-value pada uji F = 0.262

- Keputusan: Tolak H0 karena p-value (0.262) > alpha (0.05), artinya ragam populasi mati pada blok 7 ragam populasi mati pada blok 5.

Uji Levene (selain sebaran normal)

- p-value: 0.158

(27)

14

Uji Normal (uji kolmogorov smirnov)

0.6

Gambar 11. Blok 7: p-value (>0.150) > alpha (0.05) sehingga Terima H0, artinya kematian Hyposidra talaca pada blok 7 menyebar normal.

0.4

Gambar 12. Blok 5: p-value (>0.150) > alpha (0.05) sehingga Terima H0, artinya kematian Hyposidra talaca pada blok 5 menyebar normal.

Karena blok 7 dan blok 5 menyebar normal sehingga uji keragaman yang diperhatikan adalah uji F sehingga kesimpulannya adalah ragam populasi mati karena NPV pada kedua lahan sama. Untuk rata-rata populasi karena NPV Keputusannya adalah Terima H0 karena p-value (0.314) > alpha (0.05), artinya rata-rata populasi mati karena NPV pada blok 7 = rata-rata populasi mati karena NPV pada blok 5.

(28)

15

Gambar 13 . Grafik kematian bukan karena NPV pada blok 5

Pengamatan jumlah larva yang mati bukan karena NPV pada tanggal 25 Juli sebanyak 21,8%, lebih rendah dibandingkan dengan yang terinfeksi NPV. Pada minggu berikutnya kematian bukan karena NPV meningkat pada tanggal 31 Juli menjadi 8,90% dan pada 8 Agustus menjadi 14,27%. Hal ini disebabkan dilakukannya penyemprotan menggunakan insektisida pada minggu sebelumnya yang memungkinkan larva mati. Pada pengamatan tanggal 15 Agustus larva mengalami penurunan kembali menjadi 9,58%.

Pada pengamatan tanggal 28 Agustus jumlah larva yang mati bukan karena NPV menjadi 4,16%. Pada minggu berikutnya tanggal 4 September meningkat kembali menjadi 6,16%, hal ini kemungkinan diakibatkan oleh penyemprotan insektisida pada tanggal 29 Agustus, dan terus meningkat pada tanggal 11 September menjadi 12,70%. Pada pengamatan tanggal 18 September kembali menurun menjadi 6,05%. Pada setiap pengamatan larva tidak selalu ditemui disetiap sampel tanaman.

(29)

16

Pada pengamatan tanggal 24 Juli larva mati bukan karena NPV sebanyak 3,84%. Pada minggu berikutnya yaitu pada pengamatan tanggal 30 Juli mengalami peningkatan menjadi 21,26%. Hal ini mungkin disebabkan oleh penyemprotan insektisida pada tanggal 27 Juli. Kematian bukan karena NPV mengalami penurunan kembali pada tanggal 7 Agustus menjadi 8,60% dan tanggal 14 Agustus menjadi 2,62%, disebabkan oleh matinya larva instar akhir sebelum menjadi pupa.

Saat pengamatan tanggal 27 Agustus larva mati bukan karena NPV mengalami peningkatan menjadi 7,34%, mungkin diakibatkan oleh penyemprotan insektisida yang dilakukan pada tanggal 24 Agustus. Kematian larva bukan karena NPV mengalami peningkatan kembali pada tanggal 3 September menjadi 10,04%. Pada pengamatan tanggal 10 September mengalami penurunan menjadi 5,45% dan pada tanggal 17 September menjadi 5,73%. Larva yang mati bukan karena NPV menunjukan tubuh larva terlihat kering dan tidak menunjukan gejala infeksi NPV (Parasian 2007).

Kematian larva bukan karena NPV pada blok pengamatan 5 dan 7 dapat disebabkan oleh penyemprotan insektisida. Larva membutuhkan waktu beberapa lama untuk mati setelah dilakukan penyemprotan., ini menyebabkan kematian larva berbeda-beda pada setiap minggu pengamatan.

- Hipotesis:

H0: ragam populasi mati bukan karena NPV pada blok 7 ragam populasi mati bukan karena NPV pada blok 5

H1: ragam populasi mati bukan karena NPV pada blok 7 ragam populasi mati bukan karena NPV pada nlok 5

- alpha yang digunakan = 0.05 (5%)

Uji F (untuk sebaran normal)

- p-value pada uji F = 0.358

- Keputusan: Tolak H0 karena p-value (0.358) > alpha (0.05), artinya ragam populasi mati bukan karena NPV pada blok 7 = ragam populasi mati bukan karena NPV pada blok 5.

Uji Levene (selain sebaran normal)

- p-value: 0.761

(30)

17

Uji Normal (uji kolmogorov smirnov)

0.20

Gambar 15. Blok 7: p-value (>0.150) > alpha (0.05) sehingga Terima H0, artinya kematian Hyposidra talaca bukan karena NPV pada blok 7

Gambar 16. Blok 5: p-value (>0.150) > alpha (0.05) sehingga Terima H0, artinya kematian Hyposidra talaca bukan karena NPV pada blok 5 menyebar normal.

Karena blok 7 dan blok 5 menyebar normal sehingga uji keragaman yang diperhatikan adalah uji F sehingga kesimpulannya adalah ragam populasi mati bukan karena NPV pada kedua lahan sama. Untuk rata-rata populasi kematian bukan karena NPV Keputusannya adalah Terima H0 karena p-value (0.314) > alpha (0.05), artinya rata-rata populasi mati karena NPV pada blok 7 = rata-rata populasi mati karena NPV pada blok 5.

(31)

18

pembersihan gulma serta penyemprotan insektisida. Mortalitas bukan karena NPV lebih banyak terjadi akibat penyemprotan insektisida.

KESIMPULAN

Populasi Hyposidra talaca lebih banyak ditemukan pada tanaman teh yang berpucuk subur, karena pucuk teh merupakan makanan utama bagi Hyposidra

talaca. Imago Hyposidra talaca berterbangan mencari pohon pelindung yang

terdapat di perkebunan teh untuk meletakkan telurnya. Penetasan telur yang tidak serempak menyebabkan perbedaan populasi larva setiap minggunya.

Pada blok 7 populasi larva instar 1 tertinggi ditemukan pada pengamatan tanggal 14 Agustus yaitu 6,2 larva per m2, karena imago H. talaca meletakkan telurnya pada sela-sela pohon pelindung yang memiliki kondisi pertanaman teh yang subur. Pada lahan yang ditumbuhi oleh gulma, lebih banyak ditemukan larva Hyposidra talaca yang mati akibat NPV, karena jumlah tanaman yang sedikit dan banyaknya larva lebih memudahkan NPV untuk tersebar secara langsung di alam. Ciri-ciri larva yang mati akibat NPV adalah tubuh larva akan hancur jika ditekan dan mengeluarkan cairan berwarna cokelat, serta larva menggantung pada pucuk teh. Kematian larva bukan karena NPV lebih banyak ditemukan setelah penyemprotan insektisida, kemungkinan larva mati terkena insektisida lebih besar. Ciri-ciri larva yang mati bukan karena NPV adalah tubuh larva mengering berada di pucuk daun.

SARAN

(32)

19

DAFTAR PUSTAKA

.

Kalshoven LGE. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Laan PA van der, penerjemah. Jakarta (ID): Icthiar Baru – van Hoeve. Terjemahan dari: De

Plagen van de Cultuurgewassen in Indonesie.

Lestari MP. 2008. Karakterisasi Morfologi dan Molekuler Nucleopolyhedrovirus

(NPV) pada Hyposidra talaka wlk. (lepidoptera : geometridae) [skripsi]. Bogor (ID): Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman, Institut Pertanian Bogor. Parasian F. 2007. Pengaruh Konsentrasi Nuclear polyhedrosis virus terhadap

Mortalitas Beberapa Instar Larva Hyposidra talaca Wlk. (Lepidoptera: Geometridae) [skripsi]. Bogor (ID): Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman, Institut Pertanian Bogor.

Paridah I. 1996. Pengaruh NPV Heliothis armigera terhadap Populasi dan Tingkat Serangan Larva Heliothis armigera (Lep: Noctuidae) pada Tanaman Tomat [skripsi]. Bogor (ID): Jurusan Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor.

Pradana R. 2013. Pengelolaan Kebun dan Upaya Pengendalian Hama Ulat Jengkal

(Hyposidra talaca) dengaan Aplikasi Hyposidra talaca

nucleopolyhedrovirus pada Tanaman Teh di PT. Perkebunan Nusantara VIII

Gunung Mas Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman, Institut Pertanian Bogor.

Semangun H. 1987. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebuan Indonesia. Yogjakarta (ID): Yayasan Pembina Fakultas Pertanian, Universitas Gajah Mada.

Simanjuntak. 2002. Musuh Alami, Hama dan Penyakit Tanaman Teh. Jakarta (ID): Direktorat Perlindungan Perkebunan, Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, Departemen Pertanian.

Suwarto dan Yuke O. 2012 . Budi Daya Tanaman perkebunan Unggul . Ed ke-2 . Jakarta : Penebar Swadaya.

Tanada Y, dan Harry KK. 1993. Insect Patholoy. San Diego (US): Academic Press, Inc.

(33)
(34)

19

(35)
(36)

21

Lampiran 1. Rata-rata Hyposidra talaca pada blok 7 dan blok 5

Two-sample T for Blok_7 vs Blok_5

N Mean StDev SE Mean Blok_7 40 0.95 1.39 0.22 Blok_5 40 1.55 2.18 0.34

Difference = mu (Blok_7) - mu (Blok_5) Estimate for difference: -0.595

95% CI for difference: (-1.407, 0.217)

T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -1.46 P-Value = 0.149 DF = 78

Both use Pooled StDev = 1.8239

Penjelasan:

- alpha yang digunakan sebesar 5% - p-value yang dihasilkan sebesar 0.149. - Hipotesis:

H0: rata-rata Hyposidra talaca pada lahan 1= rata-rata Hyposidra talaca

pada lahan 2

H1: rata-rata Hyposidra talaca pada lahan 1 rata-rata Hyposidra talaca

(37)

22

Lampiran 2. Ragam Hyposidra talaca pada blok 7 dan blok 5

Method

Null hypothesis Sigma(Blok_7) / Sigma(Blok 5) = 1 Alternative hypothesis Sigma(Blok_7) / Sigma(Blok_5) not = 1

Significance level Alpha = 0.05

Statistics

Variable N StDev Variance Lahan_1 40 1.385 1.919 Lahan_2 40 2.176 4.734

Ratio of standard deviations = 0.637 Ratio of variances = 0.405

95% Confidence Intervals

CI for Distribution CI for StDev Variance of Data Ratio Ratio Normal (0.463, 0.875) (0.214, 0.766) Continuous (0.280, 1.313) (0.078, 1.725)

Tests

Test

(38)

23

Lampiran 3. Rata-rata kematian Hyposidra talaca karena NPV Results for: kematian Hyposidra talaca karena NPV

Two-Sample T-Test and CI: Blok_7, Blok_5

Two-sample T for Blok_7 vs Blok_5

N Mean StDev SE Mean Lahan_1 8 0.198 0.156 0.055 Lahan_2 8 0.1294 0.0997 0.035

Difference = mu (Blok_7) - mu (Blok_5) Estimate for difference: 0.0682

95% CI for difference: (-0.0720, 0.2085)

T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 1.04 P-Value = 0.314 DF = 14

Both use Pooled StDev = 0.1308

Penjelasan:

- alpha yang digunakan sebesar 5% - p-value yang dihasilkan sebesar 0.314. - Hipotesis:

H0: rata-rata kematian Hyposidra talaca karena NPV pada blok 7 = rata-rata kematian Hyposidra talaca karena NPV pada blok 5

(39)

24

Lampiran 4. Ragam kematian Hyposidra talaca akibat NPV Test and CI for Two Variances: Blok_7, Blok_5

Method

Null hypothesis Sigma(Blok_7) / Sigma(Blok_5) = 1 Alternative hypothesis Sigma(Blok_7) / Sigma(Blok_5) not = 1 Significance level Alpha = 0.05

Statistics

Variable N StDev Variance Lahan_1 8 0.156 0.024 Lahan_2 8 0.100 0.010

Ratio of standard deviations = 1.563 Ratio of variances = 2.441

95% Confidence Intervals

CI for Distribution CI for StDev Variance of Data Ratio Ratio Normal (0.699, 3.492) (0.489, 12.195) Continuous (0.802, 2.849) (0.644, 8.114)

Tests

Test

(40)

25

Lampiran 5. Rata-rata kematian Hyposidra talaca bukan karena NPV

Results for: kematian Hyposidra talaca bukan karena NPV

Two-Sample T-Test and CI: Blok_7, Blok_5

Two-sample T for Blok_7 vs Blok_5

N Mean StDev SE Mean Lahan_1 8 0.0800 0.0415 0.015 Lahan_2 8 0.0790 0.0597 0.021

Difference = mu (Blok_7) - mu (Blok_5) Estimate for difference: 0.0010

95% CI for difference: (-0.0541, 0.0562)

T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 0.04 P-Value = 0.968 DF = 14

Both use Pooled StDev = 0.0514

Penjelasan:

- alpha yang digunakan sebesar 5% - p-value yang dihasilkan sebesar 0.968. - Hipotesis:

H0: rata-rata kematian Hyposidra talaca bukan karena NPV pada lahan 1= rata-rata kematian Hyposidra talaca bukan karena NPV pada lahan 2 H1: rata-rata kematian Hyposidra talaca bukan karena NPV pada lahan 1

(41)

26

Lampiran 6. Ragam kematian Hyposidra talaca karena NPV Test and CI for Two Variances: Blok_7, Blok_5

Method

Null hypothesis Sigma(Blok_7) / Sigma(Blok_5) = 1 Alternative hypothesis Sigma(Blok_7) / Sigma(Blok_5) not = 1

Significance level Alpha = 0.05

Statistics

Variable N StDev Variance Lahan_1 8 0.041 0.002 Lahan_2 8 0.060 0.004

Ratio of standard deviations = 0.695 Ratio of variances = 0.483

95% Confidence Intervals

CI for Distribution CI for StDev Variance of Data Ratio Ratio Normal (0.311, 1.554) (0.097, 2.415) Continuous (0.346, 7.340) (0.120, 53.881)

Tests

Test

(42)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 21 Februari 1990. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Saiful Firdaus dan Ibu Eisyah Setia Patra.

Penulis memulai pendidikan di Sekolah Dasar Rimba Putera dan lulus pada tahun 2001. Penulis kemudian melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Ciomas dan lulus pada tahun 2004. Penulis kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Al-Ghazali dan lulus pada tahun 2007.

Gambar

Gambar 2. Kondisi lahan blok 7
Gambar 4. Rata-rata populasi instar setiap minggu
Gambar 5. Blok 7: p-value (<0.010) < alpha (0.05) sehingga Tolak H0, artinya
Gambar 8. Larva mati terkena NPV. A. Larva menggantung menggunakan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Selama proses penyusunan skripsi ini, banyak pihak yang telah memberikan bantuan, informasi, inspirasi, serta dukungan kepada saya sehingga saya dapat menyusun dan

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Luffi Sidrotul M, menghasilkan hasil yang positif signifikan antara kualitas produk, iklan dan brand image terhadap keputusan

Sedangkan dal am pel aksanaannya mul ai dar i pengumpul an dat a, pengol ahan dat a, anal i si s hasi l / masal ah sampai dengan penyusunan l apor an ber pedoman pada

Berat Asma Medikasi pengontrol harian Alternatif / Pilihan lain Alternatif lain Asma Intermiten  Tidak perlu ---- ---- Asma Persisten Ringan Glukokortikoster oid inhalasi (200- 400

Hasil uji aktivitas anti inflamasi ekstrak daun Binahong dan ekstrak bawang Putih dengan metode induksi udem pada telapak kaki tikus putih jantan oleh karagenin

Kondisi Desa Wisata Giyanti saat ini di Kabupaten Wonosobo yang dapat dilihat dari beberapa faktor salah satunya adalah dari segi fisik masih perlu perhatian , hal ini

• Latihan memantulkan bola sambil bermain Materi Ajar • Kosa kata tentang kegiatan malam hari • Menyusun kalimat • Cerita tentang kegiatan malam hari • Penjumlahan

Dari sekian banyak pengkajian yang telah dilakukan ditemukan beberapa fakta yaitu : Jepang disamping ketekunan kerjanya, telah memanfaatkan jasa komputer dan robot dalam