• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Entrepreneurial Marketing Untuk Pengembangan Dan Keberlanjutan Usaha Industri Rumahan Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Entrepreneurial Marketing Untuk Pengembangan Dan Keberlanjutan Usaha Industri Rumahan Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN

ENTREPRENEURIAL MARKETING

UNTUK

PENGEMBANGAN DAN KEBERLANJUTAN USAHA INDUSTRI

RUMAHAN KECAMATAN KALIWUNGU, KABUPATEN KENDAL

BIBI ARFANLY

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Entrepreneurial Marketing Untuk Pengembangan dan Keberlanjutan Usaha Industri Rumahan Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

BIBI ARFANLY. Kajian Entrepreneurial Marketing Untuk Pengembangan dan Keberlanjutan Usaha Industri Rumahan Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal

di bawah bimbingan MA’MUN SARMA.

Industri rumahan merupakan industri padat karya yang berhasil menghasilkan berbagai produk serta menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar. Pengembangan entrepreneurial marketing dirasa sesuai dengan industri rumahan. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi karakteristik pelaku usaha dan profil usaha industri rumahan, (2) menganalisis pencapaian entrepreneurial marketing, pengembangan usaha, dan keberlanjutan usaha, serta (3) menganalisis pengaruh entrepreneurial marketing terhadap pengembangan dan keberlanjutan usaha industri rumahan di Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, transformasi indeks, dan Structural Equation Modeling (SEM) melalui pendekatan Partial Least Squares (PLS). Hasil penelitian menunjukan bahwa karakteristik pelaku usaha memiliki tingkat pendidikan yang rendah namun berada pada usia produktif, kemampuan entrepreneurial marketing, pengembangan usaha, dan keberlanjutan usaha termasuk pada tingkat yang cukup tinggi, entrepreneurial marketing berpengaruh secara signifikan terhadap pengembangan usaha sebesar 53,7%.

Kata kunci : Industri rumahan, entrepreneurial marketing, Partial Least Square (PLS)

ABSTRACT

BIBI ARFANLY. Study of Entrepreneurial Marketing Towards Development and Sustainability on home industries at Kaliwungu subdistrict, Kendal district. Supervised by MA’MUN SARMA.

Home industries are the industries that involved several workers which succesfully produce products and give job opportunities in big scale. The development of entrepreneurial marketing is considered in accordance with the home industries. This study aims to (1) identify characteristics of entrepreneurs and business characteristics of home industries, (2) analyze the ability of entrepreneurial marketing, business development, and business sustainability, (3)analyze the effect of entrepreneurial marketing for development and sustainability on home industries at Kaliwungu subdistrict, Kendal district. The analytic tools for this study were descriptive analyze, index transformation analysis, and structural equation modeling (SEM) with partial least squares (PLS). The result showed the characteristics of entrepreneurs included the low level education but are in the productive age, the ablility of entrepreneurial marketing, business development and business sustainability level is high enough, entrepreneurial marketing affects significantly the business development around 53,7%.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Manajemen

KAJIAN

ENTREPRENEURIAL MARKETING

UNTUK

PENGEMBANGAN DAN KEBERLANJUTAN USAHA INDUSTRI

RUMAHAN KECAMATAN KALIWUNGU, KABUPATEN KENDAL

BIBI ARFANLY

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul Kajian Entrepreneurial Marketing Untuk Pengembangan dan Keberlanjutan Usaha Industri Rumahan Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal ini berhasil diselesaikan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Ma’mun Sarma, MS. M.Ec selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, terima kasih penulis juga sampaikan kepada Bapak Hendra Sukma Arianto yang telah menemani dan membantu proses turun lapang di Kabupaten Kendal. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 4

Ruang Lingkup Penelitian 4

TINJAUAN PUSTAKA 4

Entrepreneurial marketing 4

Klasifikasi Usaha 5

Industri Rumahan 6

Pengembangan Usaha 6

Keberlanjutan Usaha 7

Penelitian Terdahulu 8

METODE 9

Kerangka Penelitian 9

Lokasi dan waktu Penelitian 10

Pengumpulan Data 10

Pengambilan Sampel 10

Hipotesis 11

Pengolahan dan Analisis Data 11

HASIL DAN PEMBAHASAN 14

Karakteristik Pelaku Usaha Industri Rumahan 14

Karakteristik Usaha Industri Rumahan 15

Analisis Transformasi Indeks 17

Analisis SEM PLS 19

Implikasi Manajerial 24

(10)

Simpulan 25

Saran 25

DAFTAR PUSTAKA 25

LAMPIRAN 28

RIWAYAT HIDUP 36

DAFTAR TABEL

1. Data perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, dan Usaha Besar di

Indonesia tahun 2011-2012 1

2. Data UMKM Binaan Provinsi Jawa Tengah 1

3. Kecamatan dengan jumlah industri rumahan terbanyak 2

4. Perbandingan prinsip pemasaran tradisional dan entrepreneurial marketing 5

5. Tipologi industri rumahan menurut hasil survey IPB (2012) 6

6. Penelitian terdahulu 8

7. Operasionalisasi variabel 12

8. Karakteristik pelaku usaha industri rumahan 14

9. Karakteristik usaha industri rumahan 15

10. Hasil penilaian kriteria dan standar nilai mode reflektif 20

11. Hasil penilaian kriteria Inner Model dan standar nilai Inner Model 22

12. Implikasi manajerial pada prinsip entrepreneurial marketing. 24

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka pemikiran penelitian 9

2. Model penelitian 11

3. Indeks entrepreneurial marketing (%) 17

4. Indeks Pengembangan Usaha (%) 18

5. Indeks Keberlanjutan Usaha (%) 19

6. Model akhir penelitian pada analisis SEM PLS 21

7. Hasil pengolahan bootstrapping model entrepreneurial marketing terhadap

pengembangan dan keberlanjutan usaha 23

DAFTAR LAMPIRAN

1. Indepth Interview 28

2. Kuesioner penelitian 29

3. Model awal SEM PLS 33

4. Hasil kriteria Outer Model 34

5. Hasil kriteria Inner Model 35

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menjadi sangat penting karena potensinya yang sangat besar dalam menggerakan kegiatan ekonomi masyarakat dan sekaligus menjadi sumber pendapatan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. UMKM di Indonesia terus mengalami perkembangan dilihat dari jumlah unit usaha dan penyerapan tenaga kerja. Perkembangan UMKM di Indonesia pada tahun 2011 sampai 2012 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Data perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, dan Usaha Besar di Indonesia tahun 2011-2012

Indikator Tahun 2011 Tahun 2012 Perkembangan Jumlah Pangsa

A. Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM)

A. Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM)

Sumber: Kementerian Koperasi dan UMKM (2014)

Tabel 1 menunjukan eksistensi dan peran UMKM pada tahun 2012 hingga mencapai 56.53 juta unit usaha, dan merupakan 99.99% dari pelaku usaha nasional. Jumlah unit usaha tersebut merupakan peningkatan dari tahun sebelumnya dimana hanya terdapat 55.20 juta unit usaha. Selain dari total unit usaha, eksistensi dan peran UMKM dapat dilihat dari kemampuannya dalam menyerap tenaga kerja. Pada tahun 2012, total tenaga kerja yang mampu diserap UMKM sebanyak 107.65 juta orang. Jumlah tersebut merupakan peningkatan sebesar 5.83% dari tahun sebelumnya di mana total tenaga kerja yang diserap hanya berjumlah 101.72 juta orang.

UMKM di Provinsi Jawa Tengah terus mengalami peningkatan yang pesat setiap tahunnya. UMKM binaan Provinsi Jawa Tengah sejak tahun 2012 hingga tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Data UMKM Binaan Provinsi Jawa Tengah

Deskripsi Data Tahun

(12)

2

Data tersebut menunjukan bahwa terdapat 80 583 unit usaha pada tahun 2012 dan mengalami peningkatan sebesar 12.11% atau menjadi 90 339 unit usaha pada tahun 2013. Jumlah tersebut masih mengalami perkembangan hingga mencapai 99 681 unit usaha pada tahun 2014, atau meningkat sebesar 10.34%. Dari sisi penyerapan tenaga kerja, UMKM di Jawa Tengah juga mengalami perkembangan yang pesat setiap tahunnya. Tenaga kerja pada UMKM meningkat sebesar 39.03% atau menjadi 480 508 orang pada tahun 2013 dan terus mengalami peningkatan hingga berjumlah 608 893 orang pada tahun 2014, atau meningkat sebesar 26.72%.

Pertumbuhan UMKM di Jawa Tengah merupakan perpaduan dari kekuatan dan potensi UMKM lokal di berbagai daerah di Jawa Tengah. Salah satu daerah yang memiliki potensi UMKM yang besar adalah Kabupaten Kendal. Menurut Bappeda (2014), Kabupaten Kendal memiliki sekitar 16 700 UMKM yang efektif menyerap tenaga kerja regional hingga mencapai 80% di tahun 2011. Kabupaten Kendal memiliki lokasi yang strategis untuk kegiatan bisnis karena letaknya tidak jauh dari pusat ibukota Jawa Tengah maupun akses bandara dan pelabuhan. Selain itu Kabupaten Kendal berada di jalur utama lintas perdagangan Pulau Jawa. Namun, kurangnya lapangan pekerjaan menyebabkan tingginya angka pengangguran di Kabupaten Kendal. Berdasarkan data BPS Jawa Tengah (2014), Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kabupaten Kendal sebesar 6.34 pada tahun 2012 dan meningkat menjadi 6.42 pada tahun 2013. Kurangnya lapangan pekerjaan juga menyebabkan sejumlah penduduk memutuskan untuk menjadi pekerja di luar negeri, dimana Kabupaten Kendal merupakan kabupaten kedua yang berkontribusi terbesar pada jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Jawa Tengah pada tahun 2013, yaitu sejumlah 5 296 orang.

Kabupaten Kendal banyak memiliki potensi daerah seperti hasil pertanian, perikanan, kerajinan, dan industri rumahan yang menghasilkan produk-produk unggulan. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi banyaknya pengangguran dan jumlah TKI adalah melalui pengembangan industri rumahan. Industri rumahan memiliki peran penting bagi perkembangan perekonomian masyarakat maupun nasional. Bappeda (2014) mencatat bahwa industri rumahan Kabupaten Kendal memiliki jumlah unit usaha sebanyak 1 988 unit usaha yang mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 9 940 orang. Pada tahun 2012, Kabupaten Kendal dipilih sebagai lokasi percontohan pengembangan industri rumahan nasional oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI. Lokasi percontohan industri rumahan nasional dilakukan di dua kecamatan di Kabupaten Kendal, salah satunya adalah Kecamatan Kaliwungu. Kecamatan Kaliwungu memiliki jumlah industri rumahan terbanyak dibandingkan dengan jumlah industri rumahan di kecamatan lain. Lima kecamatan dengan jumlah industri rumahan terbanyak dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Kecamatan dengan jumlah industri rumahan terbanyak

No Kecamatan Jumlah industri rumahan

1 Kaliwungu 332

2 Rowosari 252

3 Limbangan 220

4 Kendal 216

5 Weleri 119

(13)

3 Pengembangan industri rumahan perlu dilakukan di Kabupaten Kendal. Selain dapat menjadi icon daerah, pengembangan industri rumahan dapat memberikan berbagai manfaat diantaranya; mendorong pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kendal, menyerap tenaga kerja karena terciptanya lapangan pekerjaan baru sehingga dapat mengurangi tingkat pengangguran daerah, juga sebagai cikal bakal berkembangnya kegiatan usaha berskala besar. Namun pengembangan industri rumahan mengalami berbagai kendala salah satunya aspek pemasaran. Bappeda (2014) memaparkan bahwa pemasaran merupakan aspek penting yang dibutuhkan untuk pengembangan industri rumahan selain dari aspek teknologi, standarisasi, dan pembukuan keuangan. Agar pengembangan Industri rumahan dapat terlaksana dengan baik, dibutuhkan metode dan strategi pemasaran yang tepat.

Salah satu pendekatan yang saat ini muncul dalam penerapan pemasaran produk oleh pelaku usaha kecil menengah adalah entrepreneurial marketing (Sarma 2013). Pendekatan entrepreneurial marketing (pemasaran kewirausahaan) merupakan pendekatan yang lebih sesuai jika ditinjau dari keterbatasan sumber daya dan permasalahan yang ada pada UKM (Stokes 2000). Hal tersebut sesuai dengan pandangan Kotler dalam Bjerke dan Hultman (2002) yang mendefinisikan entrepreneurial marketing sebagai pemasaran dalam tahap perkembangan awal sebuah bisnis. Sehingga entrepreneurial marketing merupakan pendekatan yang sesuai bila diterapkan pada UMKM termasuk industri rumahan. Oleh karena itu diperlukan kajian mengenai entrepreneurial marketing untuk pengembangan dan keberlanjutan usaha industri rumahan di Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal.

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan. entrepreneurial marketing untuk pengembangan dan keberlanjutan usaha industri rumahan. Adapun perumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana karakteristik pelaku usaha dan profil usaha industri rumahan di Kecamatan Kaliwungu?

2. Sejauh mana pencapaian dari entrepreneurial marketing, pengembangan usaha, dan keberlanjutan usaha industri rumahan Kecamatan Kaliwungu? 3. Bagaimana penerapan entrepreneurial marketing pada pengembangan

usaha dan keberlanjutan usaha Industri rumahan di Kecamaatan Kaliwungu?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi karakteristik pelaku usaha dan profil usaha industri rumahan di Kecamatan Kaliwungu.

(14)

4

3. Menyusun model penerapan entrepreneurial marketing pada pengembangan usaha dan keberlanjutan usaha Industri rumahan di Kecamatan Kaliwungu.

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya:

1. Pelaku usaha Industri Rumahan

Pelaku industri rumahan dapat memperoleh gambaran mengenai potensi untuk berkembang melalui pendekatan entrepreneurial marketing. 2. Pemerintah Daerah Kendal

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam perencanaan dan implementasi kebijakan dalam memajukan industri rumahan Kendal.

3. Kalangan Akademisi dan Masyarakat luas

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan, bahan referensi atau sebagai data dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan penambahan wawasan di bidang entrepreneurial marketing.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini berfokus pada penerapan entrepreneurial marketing di industri rumahan Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal. Pada penelitian ini industri rumahan dibahas secara general, dalam arti penelitian ini tidak memilah milah sentra produksi yang dilakukan oleh industri rumahan (pangan, kerajinan atau konveksi). Hal tersebut bertujuan untuk melihat potensi industri rumahan secara umum dan menyeluruh. Variabel – variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah entrepreneurial marketing, pengembangan usaha, dan keberlanjutan usaha.

TINJAUAN PUSTAKA

Entrepreneurial marketing

(15)

5 Tabel 4 Perbandingan prinsip pemasaran tradisional dan entrepreneurial marketing

Prinsip Pemasaran

Pemasaran Tradisional Pemasaran Kewirausahaan Konsep Berorientasi konsumen;

dorongan pasar,

pengembangan produk

Berorientasi inovasi;dorongan ide,taksiran intuitif tentang kebutuhan pasar

Strategi Strategi top- down, segmentasi targeting dan positioning

Target bottom-up dari konsumen dan kelompok pengaruh lainnya. Metode Bauran pemasaran, 4p/7p Metode pemasaran interaktif, pemasaran berita dari mulut ke mulut

Intelegensi pasar

Penelitian formal dan sistem inteligensi

Jaringan informal dan pengumpulan informasi

Sumber : Stokes 2000

Pada Tabel 4 tersebut, dijelaskan bahwa konsep entrepreneurial marketing berfokus pada inovasi dan pengembangan ide yang sesuai dengan pemahaman kebutuhan pasar. Pada tingkat strategis, entrepreneurial marketing mentargetkan konsumen melalui pendekatan bottom-up ke pasar, tidak menggunakan pendekatan proses segmentasi, targeting dan positioning top-down seperti yang biasa digunakan pada praktik pemasaran tradisional. Pemasaran kewirausahaan lebih suka metode pemasaran interaktif, dimana mereka lebih berkontak langsung dengan pelanggan dan menyebarkan informasi dari mulut ke mulut (word of mouth marketing). Pada prinsip yang terakhir yaitu intelegensi pasar, hal tersebut berkaitan dengan pemantauan lingkungan pemasaran, pengusaha melakukan pengumpulan informasi melalui jaringan kontak personal.

Klasifikasi Usaha

Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, kriteria UMKM adalah sebagai berikut:

1. Kriteria Usaha Mikro:

a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50 000 000.00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300 000 000.00 (tiga ratus juta rupiah).

2. Kriteria Usaha Kecil:

a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50 000 000.00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500 000 000.00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300 000 000.00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2 500 000 000.00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

3. Kriteria Usaha Menengah:

(16)

6

b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2 500 000 000.00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 50 000 000 000.00 (lima puluh milyar rupiah).

Berbeda dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 yang mendefinisikan UMKM berdasarkan asset dan pendapatan, Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan UMKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Menurut BPS, usaha mikro merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 1 sampai 4 orang. Sedangkan usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 sampai dengan 19 orang dan usaha menengah memiliki tenaga kerja 20 sampai dengan 99 orang.

Industri Rumahan

Industri rumahan diartikan sebagai suatu sistem produksi dari bahan baku tertentu untuk menghasilkan suatu produk yang memiliki nilai tambah dimana proses produksinya dikerjakan di lokasi rumah dan bukan pabrik (Bappeda 2014). Siahaan (1996) mendefinisikan industri rumahan sebagai industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari empat orang dengan ciri ciri memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya.

Industri rumahan menghasilkan produk yang unik, memiliki ciri khas dan tidak diproduksi secara massal. Bappeda (2014) menyebutkan ciri dari industri rumahan memiliki modal yang sangat terbatas dengan jumlah tenaga kerja berkisar antara 1-19 orang. Berdasarkan ciri tersebut, industri rumahan tergolong kedalam usaha mikro dan usaha kecil bila dilihat berdasarkan kriteria BPS, dimana usaha mikro merupakan entitas usaha yang miliki jumlah tenaga kerja 1 sampai 4 orang dan usaha kecil memiliki jumlah tenaga kerja 5 sampai dengan 19 orang. Tipologi industri rumahan terbagi berdasarkan karakteristik berikut:

Tabel 5 Tipologi industri rumahan menurut hasil survey IPB (2012)

Pemula Berkembang Maju

Produksi tidak kontinu Produksi semi kontinu Produksi kontinu Jual Lepas Jual lepas dan pesanan

tak tentu

Pesanan khusus Produksi manual Teknologi sederhana Teknologi maju Modal sendiri (1-5juta) Modal sendiri dan

pinjaman (5-50juta)

Modal sendiri atau pinjaman (50-100 juta) Tenaga kerja 1-2 orang Tenaga kerja 2-5 orang Tenaga kerja 5-10 orang Sumber: Bappeda Kabupaten Kendal (2014)

Pengembangan Usaha

(17)

7 menciptakan peluang usaha yang efektif dan prospektif melalui suatu perencanan bisnis (business plan) komprehensif dan terpadu, (3) menciptakan keunggulan dalam persaingan dengan cara menekan biaya produksi, membuat diferensiasi produk dan menemukan peluang pasar yang kurang dimanfaatkan pesaing serta penguasaan informasi pasar (market intelligence),(4) memilih dan menjalin kerjasama usaha melalui berbagai jalur kemitraan, baik bersifat sementara maupun permanen, bersifat backward (pemasok) atau forward linkage (penjual) secara serentak, dan (5) peningkatan kualitas SDM melalui pemberdayaan (empowerment) profesionalisme (keterampilan, pengetahuan dan etika bisnis), learning organization, komunikasi timbal balik dan berpikir reaktif-proaktif, dan pembinaan kelembagaan (pelatihan, magang, dan inkubasi bisnis)

Partomo dan Soejoedono (2002) merumuskan strategi pengembangan UKM yang diantaranya adalah kemitraan, bantuan keuangan, dan modal ventura.

1. Kemitraan usaha adalah hubungan kerja sama usaha di antara berbagai pihak yang sinergis, bersifat sukarela, dan berdasarkan prinsip saling membutuhkan, saling mendukung, dan saling menguntungkan dengan diserta pembinaan dan pengembangan UKM oleh usaha besar. Kemitraan usaha merupakan suatu cara untuk mengurangi risiko usaha, meningkatkan efisiensi, dan daya saing usaha. Keuntungan kemitraan usaha dengan usaha besar bagi UKM adalah dapat turut mengambil manfaat dari pasar, modal, teknologi, manajemen, dan kewirausahaan.

2. Permodalan UKM, pada umumnya permodalan UKM masih lemah. Hal ini turut menentukan keberhasilan strategi pengembangan dibidang permodalan termasuk bagaimana pemerintah dan masyarakat melaksanakan konsep permodalan untuk membantu UKM yang dimaksud.

3. Modal Ventura, pada umumnya UKM kurang paham dan tidak menyukai prosedur atau persyaratan yang diwajibkan perbankan. UKM berusaha untuk memperoleh modal atau dana dari individu-individu atau badan-badan yang bersedia memberikan modal dengan cara yang sangat mudah dan sangat cepat. Modal ventura merupakan alternatif dalam permasalahan pembiayaan UKM. Menurut Keppres No.61 Tahun 1998, perusahaan modal ventura adalah badan usaha yang melakukan usaha pengembangan dalam bentuk penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan untuk jangka waktu tertentu.

Keberlanjutan Usaha

(18)

8

ditekankan bahwa pentingnya pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya manusia secara baik dan berkelanjutan.

Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan acuan oleh penulis disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Penelitian terdahulu

Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian Kara Nisa 6 Kecamatan di Kota Depok. Teknik pengambilan sampel dengan non probability sampling dan dengan metode convenience pelaku usaha dalam membaca peluang pasar, keberanian sampel dengan non probability sampling dan metode

convenience sampling. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari hasil wawancara lalu diolah menggunakan alat analisis SEM PLS

(19)

9

METODE

Kerangka Penelitian

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian

Industri rumahan merupakan sektor yang sangat penting dalam penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Kendal. Pengembangan industri rumahan perlu dilakukan untuk mendorong kemajuan perekonomian masyarakat dan daerah. Pemasaran merupakan salah satu permasalahan penting dalam pengembangan industri rumahan. Sehingga agar industri rumahan dapat berkembang dan berkelanjutan dibutuhkan strategi dan metode pemasaran yang sesuai dan tepat. Entrepreneurial marketing muncul sebagai konsep yang digunakan untuk

Studi entrepreneurial marketing Karakteristik pengusaha

dan Profil Industri rumahan

Analisis Deskriptif Entrepreneuri

al marketing

Pengembanga n usaha

Keberlanjutan usaha Mengukur kemampuan

Transformasi indeks

Pentingnya Industri Rumahan di Kabupaten Kendal

Pengembangan Industri Rumahan di Kabupaten Kendal

Dibutuhkan pemasaran yang tepat agar Industri rumahan dapat berkembang

dengan baik

Entrepreneurial Marketing

Pengembangan Usaha

Keberlanjutan Usaha

SEM PLS

Mengukur Pengaruh

Implikasi Manajerial dari kajian penerapan entrepreneurial marketing untuk pengembangan dan keberlanjutan usaha industri

(20)

10

mengembangkan usaha pada tingkat awal. Hal ini menimbulkan ketertarikan untuk mengkaji apakah penerapan entrepreunerial marketing dapat mempengaruhi pengembangan dan keberlanjutan usaha industri rumahan di Kabupaten Kendal khususnya di Kecamatan Kaliwungu sebagai kecamatan yang memiliki jumlah industri rumahan terbanyak. Analisis deskriptif digunakan untuk melihat karakteristik pengusaha dan profil dari industri rumahan itu sendiri. Sedangkan untuk melihat pengaruh entrepreneurial marketing terhadap pengembangan dan keberlanjutan usaha digunakan analisis Structural Equation Modeling (SEM) dengan pendekatan Partial Least Squeres (PLS), dimana pencapaian pada masing-masing variabel tersebut telah diketahui sebelumnya melalui analisis transformasi indeks. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran terhadap pengambil kebijakan pada pengembangan industri rumahan serta memberikan gambaran kepada pemilik industri rumahan mengenai potensi pengembangan usaha yang dijalaninya.

Lokasi dan waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kawasan model percontohan industri rumahan di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal Jawa Tengah. Data sekunder pada penelitian ini dilaksanakan pada bulan April dan Mei 2014. Sedangkan indepth interview dilaksanakan pada bulan Februari 2015

Pengumpulan Data

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer umumnya bersifat kualitatif yang diperoleh melalui informasi yang diberikan pelaku usaha yang dilakukan dengan metode wawancara (indepth interview) dan pengamatan lapang secara langsung, kuisioner wawancara dapat dilihat pada Lampiran 1. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui data penelitian Kementerian Pemberdayaaan Perempuan dan Pengembangan Anak (KPPPA) yang bekerja sama Pusat Kajian Gender dan Anak (PKGA), Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Pertanian Bogor pada tahun 2014,

dengan judul penelitian “Penanggulangan Kemiskinan Melalui Industri Rumahan Dalam Mewujudkan Ketahanan Keluarga”, yang umumnya bersifat kuantitatif. Kuisioner pada data sekunder dapat dilihat pada Lampiran 2. Selain itu data sekunder juga diperoleh dari buku, jurnal, surat kabar, serta penelitian terdahulu yang berhubungan dengan industri rumahan dan entrepreneurial marketing guna melengkapi data atau informasi yang diperlukan.

Pengambilan Sampel

(21)

11 sampel pada anggota populasi berdasarkan kebetulan dimana anggota populasi yang ditemui bersedia untuk menjadi responden.

Industri rumahan di Kecamatan Kaliwungu berjumlah 332 (Bappeda, 2014). Penentuan jumlah sampel mengikuti pendapat Gay dimana jumlah sampel yang diambil sebanyak 30 yang sesuai dengan batas minimal metode deskriptif-korelasional (Suharso 2009). Untuk mengurangi adanya data yang tidak sesuai, sampel yang diambil adalah sebanyak 33 responden.

Hipotesis

Berdasarkan kerangka konseptual dan tujuan pada penelitian ini, maka hipotesis penelitian yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

�01: Entrepreneurial marketing tidak berpengaruh positif terhadap pengembangan usaha industri rumahan di Kecamatan Kaliwungu.

��1: Entrepreneurial marketing berpengaruh positif terhadap pengembangan usaha industri rumahan di Kecamatan Kaliwungu.

�02 : Pengembangan usaha tidak berpengaruh positif terhadap keberlanjutan usaha industri rumahan di Kecamatan Kaliwungu.

��2: Pengembangan usaha berpengaruh positif terhadap keberlanjutan usaha industri rumahan di Kecamatan Kaliwungu.

�03: Entrepreneurial marketing tidak berpengaruh positif terhadap keberlanjutan usaha industri rumahan di Kecamatan Kaliwungu.

��3: Entrepreneurial marketing berpengaruh positif terhadap keberlanjutan usaha industri rumahan di Kecamatan Kaliwungu.

�03, ��3

01, �1 �02, �2

Gambar 2 Model penelitian

Pengolahan dan Analisis Data

Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiyono 2008). Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis karakteristik pelaku usaha dan profil usaha industri rumahan.

Entrepreneurial Marketing

Keberlanjutan Usaha

(22)

12

Analisis Transformasi Indeks

Sumardjo (1999) mendefinisikan transformasi indeks sebagai suatu teknik kuantitatif yang mampu mengidentifikasi nilai keragaman yang terjadi pada setiap variabel penelitian yang berskala ordinal. Pengukuran parameter atau indikator-indikator dari setiap variabel dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai tingkat pencapaian dalam kontinum nilai total terendah (sama dengan jumlah indikator) dan tertinggi (sama dengan jumlah skor maksimum), dimana skor setiap indikator merupakan skala ordinalnya itu sendiri.

Structural Equation Modeling (SEM)

Menurut Ghozali et al. (2005), Structural Equation Modelling (SEM) merupakan suatu teknik analisis statistik multivariat, yang dapat menguji hubungan antara variabel yang kompleks baik recursive maupun non-recursive untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai suatu model. Secara teknis SEM dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu SEM berbasis covariance yang diwakili dengan software LISREL dan SEM berbasis variance atau sering disebut Component Based SEM, yang mempergunakan software SmartPLS atau PLS Graph. Covariance Based SEM lebih bertujuan memberikan pernyataan tentang hubungan kausalitas atau memberikan deskripsi mekanisme hubungan kausalitas (sebab-akibat). Sedangkan Component Based SEM dengan PLS bertujuan mencari hubungan linear prediktif antar variabel (Ghozali 2008). Tabel 7 menunjukan operasionalisasi variabel yang digunakan sebagai kerangka pemikiran penyusunan model.

Tabel 7 Operasionalisasi variabel Variabel Sub

variabel

Definisi Indikator Kode

Entrepreneu rial Marketing

Konsep Pemasaran kewirausahaan berfokus pada orientasi inovasi dan keberadaan ide serta intuisi sebagai alat untuk menilai kebutuhan pasar (Stokes,2000)

1 Tingkat kemampuan diversifikasi produk 2 Tingkat keyakinan akan

keberhasilan usaha 3 Tingkat keragaman jenis

produk

Strategi Pemasaran Kewirausahaan mempraktikan proses bottom-up atau menyediakan produk sesuai permintaan klien (Stokes 2000)

1 Tingkat ekspansi ke daerah pemasaran baru

(23)

13 Variabel Sub

variabel

Definisi Indikator Kode

Intelegen

mencari informasi dari luar lingkungan memperoleh bahan baku 2 Tingkat kemampuan

menjual di berbagai pasar PU1 yang dimiliki secara lokal maupun global dan terus meningkatkan kemampuan dirinya dengan bekerja sama dengan orang lain, berinovasi, berkompetisi agar dapat bertahan dalam kondisi berbagai

3 Tingkat pemasaran di berbagai daerah 4 Tingkat pendapatan

secara kuantitas

5 Tingkat kepuasan pekerja KU1

KU2

KU3

KU4

(24)

14

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Pelaku Usaha Industri Rumahan

Responden pada penelitian ini adalah perempuan pelaku industri rumahan yang tergabung dalam kelompok usaha industri rumahan. Jumlah responden terdiri atas 33 perempuan dari Kecamatan Kaliwungu yang juga berstatus sebagai istri dan ibu rumahtangga. Karakteristik pelaku usaha industri rumahan pada Kecamatan Kaliwungu dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Karakteristik pelaku usaha industri rumahan

No Karakteristik Pelaku Usaha Industri Rumahan Jumlah (n=33)

N % 2 Pendidikan Formal

1)Tidak Bersekolah

1) Mengikuti jejak orang tua 2) Diajak teman/tetangga 3) Tidak punya pilihan lain

4) Usaha ini ada harapan (menguntungkan)

5

4 Pekerjaan sebelumnya 1) Petani

5 Apa pekerjaan tersebut masih berlangsung? 1) Ya 6 Awal mula menjalankan usaha

1) Dari awal sampai sekarang ikut keluarga; 2) Awalnya ikut keluarga, setelah usahanya jalan, lalu mengelola sendiri;

3) Ikut keluarga kurang dari enam bulan; 4) Memulai usaha sendiri.

4

Sumber: Penelitian KPPPA dan PKGA IPB (data diolah 2015)

(25)

15 Sebagian besar pelaku usaha industri rumahan di Kecamatan Kaliwungu merupakan lulusan SMP/MTs, yaitu sebesar 33.3%. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata lama bersekolah pelaku usaha industri rumahan yang mencapai 9 tahun. Selain itu, lulusan SD/MI dan lulusan SMA/SMK/MA memiliki jumlah persentase yang berimbang yaitu masing-masing sebesar 30.3%. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa pendidikan formal yang dimiliki pelaku usaha industri rumahan di Kecamatan Kaliwungu masih rendah.

Mayoritas pelaku usaha industri rumahan memiliki alasan bahwa usaha yang dijalani memiliki harapan yang bagus (63.6%). Hal tersebut menggambarkan bahwa ada kesadaran yang tinggi dari pelaku usaha bahwa berbisnis dapat menciptakan berbagai peluang untuk sukses dan memberikan keuntungan. Dalam arti lain bahwa pelaku usaha industri rumahan menjalankan bisnis atas kemauan dan kesadaran sendiri bukan dari paksaan keluarga ataupun teman. Pernyataan tersebut didukung oleh data penelitian yang menyatakan bahwa 69.7% pelaku usaha menjalankan usahanya sendiri dan tidak mengikuti orang tua ataupun keluarga lainnya.

Karakteristik Usaha Industri Rumahan

Berdasarkan karakteristik lama usaha yang dijalankan, data yang diperoleh menunjukan bahwa usaha industri rumahan memiliki lama usaha yang cukup beragam. Mayoritas lamanya usaha yang dijalankan berada pada rentang 1-3 tahun, yaitu 30.3%. Hal tersebut menunjukan bahwa mayoritas usaha industri rumahan yang ada saat ini merupakan pelaku baru yang belum lama ini merintis usahanya. Mayoritas pelaku usaha mendapatkan omset rata-rata kurang dari 2 juta perbulan (33.3%). Meskipun mayoritas tergolong pada omset yang cukup kecil, mayoritas pelaku usaha mengaku bahwa usaha yang dijalankan dapat memenuhi kebutuhan keluarganya hingga 50% dari keseluruhan (45.5%). Karakteristik usaha industri rumahan di Kecamatan Kaliwungu dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Karakteristik usaha industri rumahan

No Karakteristik Usaha Industri Rumahan Saat Ini

Kec. Kaliwungu 2 Omset rata-rata perbulan (Rp)

(26)

16

No Karakteristik Usaha Industri Rumahan Saat Ini

Kec. Kaliwungu (n=33)

N %

2) 1-5 kali/per bulan 3) 6-10 kali/per bulan 4) Diatas 11 kali/per bulan

3 4 Apakah usaha ini menjadi sumber pendapatan utama keluarga ?

1) Tidak menjadi sumber utama 2) Sebagai tambahan pendapatan keluaga 3) Menjadi sumber utama 4) Sangat menjadi sumber utama

0 5 Dengan usaha ini kebutuhan keluarga terpenuhi berapa persen ?

1) 0 -25 % 6 Selain usaha ini apakah Ibu punya usaha lain?

1) Tidak punya Sumber: Penelitian KPPPA dan PKGA IPB (data diolah 2015)

Berdasarkan tipologi industri rumahan pada Tabel 4, industri rumahan di Kecamatan Kaliwungu dapat dikategorikan secara mayoritas berada pada tahap pemula. Hal tersebut dapat tergambarkan melalui modal awal, modal yang dimiliki saat ini, produksi yang tidak kontinu, jual lepas, serta jumlah tenaga kerja. Dari sisi modal awal, 78.8% pelaku usaha industri rumahan menggunakan modal kurang dari Rp1 000 000, sedangkan modal saat ini yang dikelola mayoritas (65.5% dari pelaku usaha) masih berada dibawah Rp 2 000 000. Kedua hal tersebut menggambarkan bahwa rendahnya tingkat perputaran uang yang berada pada usaha yang dijalankan. Produksi yang tidak kontinu sering terjadi akibat tidak stabilnya permintaan serta keterbatasan sumber daya produksi, baik itu bahan baku maupun tenaga kerja.

Pelaku usaha 5 : “Salah satu kendala yaitu karyawan lambat, nanti ada kebutuhan

lain atau anaknya lagi sakit, sehingga kerjaan ketunda dan gak lancar”

(27)

17

Analisis Transformasi Indeks

Kemampuan Entrepreneurial Marketing

Berdasarkan analisis transformasi indeks yang telah dilakukan, kemampuan entrepreneurial marketing pelaku usaha industri rumahan secara keseluruhan mencapai angka 62 %. Hal tersebut mengindikasikan para pelaku usaha memiliki kemampuan entrepreneurial marketing yang cukup baik sehingga terdapat peluang yang besar agar usaha yang dijalankan dapat berkembang secara mandiri dan berkelanjutan. Kemampuan entrepreneurial marketing pada masing-masing indikator ditunjukan pada Gambar 3.

Gambar 3 Indeks entrepreneurial marketing (%) Sumber: Penelitian KPPPA dan PKGA IPB (data diolah 2015)

Kemampuan entrepreneurial marketing yang terbesar ditunjukan oleh kemampuan methods, yaitu sebesar 73%. Hal tersebut menunjukan bahwa pelaku industri rumahan mampu melakukan pendekatan pemasaran secara interaktif atau dengan kata lain mampu untuk berkontak langsung dengan pelanggan dan menjalin hubungan baik dengan pelanggan. Pendekatan pada kemampuan methods ini tidak hanya terletak pada kemampuan berkontak langsung dengan pelanggan, namun juga bagaimana pelaku usaha mampu menjaga hubungan baik dengan pelanggan, baik itu pelanggan baru maupun pelanggan lama.

Pelaku usaha 5 : “Permasalahan utama adalah pemasaran. Sudah bikin batik, belum tentu kita bisa pasarkan. Kalau bukan sistem kerja sama pasti sulit terjual,

karna harga dipasar lebih murah”

Selanjutnya, kemampuan yang juga cukup besar diperlihatkan oleh kemampuan concept dan strategy yang masing-masing memperoleh nilai indeks sebesar 65%. Hal tersebut menunjukan para pelaku usaha cukup baik dalam melakukan inovasi produk, menciptakan produk yang beragam, serta intuitif terhadap kebutuhan pasar. Selain itu pelaku usaha juga cukup baik dalam menciptakan produk yang sesuai dengan permintaan pelanggan sesuai dengan strategi bottom up.

Kemampuan pelaku usaha pada tingkat market intelligence adalah sebesar 55%. Meskipun dapat dikatakan kemampuan pada level tersebut sudah cukup baik, namun pelaku usaha masih mengalami kendala pada pengumpulan informasi dan

65 65

73

55

0 10 20 30 40 50 60 70 80

(28)

18

menjalin hubungan yang baik dengan pihak luar. Kendala terbesar pada kemampuan ini adalah kemampuan untuk mencari modal usaha dari kebijakan pemerintah. Hal tersebut mengindikasikan perlunya sosialisasi yang menyeluruh mengenai berbagai kebijakan terkait modal usaha kepada pelaku usaha industri rumahan.

Kemampuan Pengembangan Usaha

Secara keseluruhan, kemampuan pengembangan usaha para pelaku industri rumahan sudah cukup baik. Analisis indeks menunjukan bahwa pengembangan usaha sudah mencapai 62%. Nilai indeks pada masing-masing indikator variabel pengembangan usaha dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Indeks Pengembangan Usaha (%)

Sumber: Penelitian KPPPA dan PKGA IPB (data diolah 2015)

Gambar 4 menunjukan bahwa kemampuan bersaing dengan usaha sejenis merupakan kemampuan terbesar dengan tingkat implementasi sebesar 68%. Indikator keberagaman pasar dan kemampuan penambahan modal dari keuntungan usaha juga diimplementasikan dengan cukup baik, dengan masing masing nilai indeks sebesar 66% dan 64%. Hal tersebut menggambarkan bahwa pelaku usaha mampu menjual produknya diberbagai pasar yang berbeda dan juga mampu menyisihkan keuntungannya untuk penambahan pada modal usaha.

Nilai terendah dari kemampuan pengembangan usaha terlihat pada kemampuan memperoleh dana (44%). Hal tersebut menggambarkan pelaku usaha industri rumahan mengalami kendala pada perolehan dana baik dari pihak bank maupun pemerintah. Beberapa pelaku usaha merasa pihak dinas masih lambat dalam merespon kendala yang dihadapi pelaku usaha.

Pelaku usaha 1 : “pak, tolong difasilitasi penyempurnaan tempat kami. Bila ada lampu hijau, akan dibuat proposal.” “Setelah dilaporkan tidak ada respon.”

Kemampuan Keberlanjutan Usaha

Transformasi indeks juga dilakukan terhadap indikator-indikator variabel keberlanjutan usaha. Secara keseluruhan kemampuan keberlanjutan usaha industri rumahan mencapai 62%. Nilai indeks pada masing-masing indikator keberlanjutan usaha dapat dilihat pada Gambar 5.

65 64 66 68

44

0 20 40 60 80

Kemampuan Memperoleh Bahan Baku Penambahan Modal Usaha

Keberagaman Pasar Kemampuan Bersaing

(29)

19

Gambar 5 Indeks Keberlanjutan Usaha (%)

Sumber: Penelitian KPPPA dan PKGA IPB (data diolah 2015)

Kemampuan terbesar ditunjukan oleh indikator pemasaran di berbagai daerah, yaitu sebesar 71%. Hal tersebut menunjukan bahwa pelaku usaha memiliki wilayah pemasaran yang cukup luas untuk menempatkan produk-produknya.

Pelaku usaha 2: “Dulu saya bingung jualnya, kalau sekarang sudah masuk ke tiga

kios oleh-oleh. Udah dikirim juga ke semarang”

Dari indikator kepuasan pekerja memiliki pencapaian yang cukup baik dengan nilai indeks 66%. Hal tersebut berarti karyawan yang bekerja untuk industri rumahan merasa puas dalam bekerja sehingga keberlanjutan usaha diharapkan dapat berkembang dari loyalitas dan motivasi kerja yang tinggi dari karyawan. Di sisi lain, pencapaian yang cukup rendah dicapai oleh kemampuan meningkatkan jumlah pelanggan dan kemampuan meningkatkan pendapatan secara kuantitas yang masing-masing memperoleh nilai indeks 56% dan 57%. Dari data tersebut terlihat bahwa jumlah pelanggan dan pendapatan industri rumahan tidak melonjak secara signifikan setiap tahunnya. Meskipun pelanggan dan pendapatan bertambah namun pertambahan tersebut dirasa tidak terlalu besar.

Analisis SEM PLS

Analisis Structural Equation Modelling dengan pendekatan Partial Least Square (SEM with PLS) digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel laten dan juga hubungan antara variabel laten dengan indikator konstruknya. Terdapat tiga buah variabel laten pada penelitian kali ini, yaitu entrepreneurial marketing (EM), pengembangan usaha (PU), dan keberlanjutan usaha (KU). Masing-masing variabel laten memiliki beberapa variabel manifest (indikator) yang diperoleh melalui kajian pustaka. Model awal SEM PLS pada penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 3. Model evaluasi PLS dilakukan dengan menilai outer model atau biasa disebut model pengukuran dan inner model atau sering disebut model struktural.

56 58

71

57

66

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Jumlah Pelanggan Perpindahan Pelanggan

Pemasaran di Berbagai Daerah Pendapatan Secara Kuantitas

(30)

20

Model pengukuran (outer model) adalah model yang mendefinisikan bagaimana setiap blok indikator berhubungan dengan variabel latennya. Evaluasi model pengukuran atau outer model dilakukan untuk menilai validitas dan reliabilitas model. Outer model dengan indikator reflektif dievaluasi melalui validitas convergent dan discriminant dari indikator pembentuk konstruk laten dan composite reliability untuk blok indikatornya (Ghozali 2015). Sedangkan evaluasi model struktural (inner model) bertujuan untuk memprediksi hubungan antar variabel laten. Analisis inner model akan menjawab hipotesis-hipotesis yang diajukan dalam penelitian. Proses dalam inner model menggunakan teknik bootstrapping yang bertujuan untuk menghasilkan T-statistik. Dari T-statistik yang diperoleh dapat diketahui hubungan antar variabel yang diukur.

Analisis Outer Model

Pada evaluasi model pengukuran (outer model) terlebih dahulu dilakukan evaluasi convergent validity yang meliputi pengukuran loading faktor dan nilai Average Variance Extracted (AVE). Ghozali (2015) menyatakan bahwa Konstruk dapat memiliki nilai validity yang baik ketika nilai loading faktor lebih dari 0.7 dan nilai AVE lebih dari 0.5. Tahap selanjutnya adalah evaluasi diskriminan validity yang dapat dilakukan dalam dua cara yaitu melihat nilai cross loading atau dengan membandingkan korelasi antar konstruk dengan akar AVE. Selain uji validitas, pengukuran model juga dilakukan untuk menguji reliabilitas suatu konstruk. Uji reliabilitas dilakukan untuk membuktikan akurasi, konsistensi, dan ketepatan instrumen dalam mengukur konstruk. Pada uji ini, Reliabilitas dikatakan baik apabila nilai composite reliability lebih besar dari 0.7.

Hasil penilaian kriteria dan standar nilai mode reflektif pada penelitian kali ini terangkum dalam Tabel 10. Dari Tabel 10 diketahui bahwa model ini telah memenuhi nilai standar pada kriteria outer model. Hal tersebut mengindikasikan bahwa model ini memiliki validitas dan reliabilitas yang baik. Hasil kriteria outer model secara lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 4.

Tabel 10 Hasil penilaian kriteria dan standar nilai mode reflektif

No Kriteria Standar Hasil Penilaiana Kesimpulan

(31)

21

No Kriteria Standar Hasil Penilaiana Kesimpulan

peubah laten lainnya.

5 Cross Loading Setiap indikator

memilliki loading factor lebih tinggi untuk setiap laten yang diukur dibandingkan dengan indikator untuk laten lainnya

Semua indikator EM,PU,KU memiliki korelasi yang lebih besar pada latem sendiri daripada korelasi ke laten lainnya

Memenuhi

Sumber : Penelitian KPPPA dan PKGA IPB (data diolah 2015)

aVariabel dan indikator; EM: entrepreneurial marketing, PU: pengembangan usaha, KU:

keberlanjutan usaha; K1: kemampuan melakukan diversifikasi produk, I2: kemampuan menjalin hubungan dengan instansi pemerintah, PU3: kemampuan penjualan di berbagai wilayah pasar, PU4: kemampuan bersaing dengan usaha sejenis,KU1: peningkatan jumlah pelanggan setiap tahun,KU3:wilayah pemasaran di berbagai daerah,KU4 :pendapatan meningkat secara kuantitas.

Berdasarkan model akhir pada Gambar 6, variabel laten EM dicerminkan oleh dua indikator utama, yaitu EM K1 (Kemampuan melakukan diversifikasi produk) dan EM I2 (kemampuan menjalin hubungan dengan instansi pemerintah). Hal ini berarti bahwa, berdasarkan persepsi pelaku usaha, kemampuan entrepreneurial marketing yang baik adalah ketika setidaknya dua indikator utama reflektif tersebut dapat terlaksana dengan optimal.

Gambar 6 Model akhir penelitian pada analisis SEM PLS

(32)

22

dengan menghadiri berbagai kegiatan yang dilaksanakan seperti pelatihan, pameran ataupun pembentukan kelompok usaha.

Di sisi lain, kemampuan melakukan diversifikasi produk merupakan indikator penting yang mencerminkan kemampuan EM. Pada industri rumahan, pembuatan model baru dilakukan berdasarkan permintaan konsumen dan trend yang sedang berkembang dipasaran. Dapat dikatakan bahwa tidak ada waktu yang pasti untuk melakukan diversifikasi produk. Kemampuan menyesuaikan produk dengan permintaan pelanggan merupakan hal terpenting untuk memuaskan pelanggan dan menjaga hubungan yang berkelanjutan.

Selanjutnya, variabel laten PU dicerminkan oleh dua indikator utama, yaitu: PU 3 (kemampuan penjualan di berbagai wilayah pasar) dan PU 4 (kemampuan bersaing dengan usaha sejenis). Dilihat dari indikator kemampuan penjualan di berbagai wilayah pasar, pelaku usaha merasa produknya cukup mampu terjual dengan baik. Hal tersebut berhubungan dengan karakteristik produk industri rumahan yang unik dan padat karya sehingga pelanggan mudah tertarik dengan produk yang memiliki karakteristik yang unik Sedangkan pada indikator kemampuan bersaing, terimpilikasi bahwa usaha akan berkembang jika usaha mampu untuk bersaing dengan usaha sejenis lainnya. Munculnya persaingan yang ketat, akan meningkatkan kinerja industri rumahan kearah efisiensi dan tingkat produktivitas yang tinggi. Sehingga kemampuan bersaing akan mengarah kepada pengembangan usaha yang baik.

Variabel terakhir adalah keberlanjutan usaha. Variabel laten KU dicerminkan oleh tiga indikator utama yaitu KU 1 (peningkatan jumlah pelanggan setiap tahun), KU 3 (wilayah pemasaran di berbagai daerah), KU 4 (pendapatan meningkat secara kuantitas). Pelanggan merupakan ukuran yang berkontribusi besar dalam mengukur keberlanjutan usaha. Pada indikator peningkatan jumlah pelanggan setiap tahun sangat berkaitan erat dengan kemampuan pelaku usaha memperoleh pelanggan baru serta tingkat penerimaan konsumen baru terhadap produk yang ditawarkan. Peningkatan jumlah pelanggan akan meningkatkan jumlah pendapatan secara kuantitas yang akhirnya dapat mendorong keberlanjutan usaha.

Analisis Inner Model

Evaluasi model struktural (inner model) merupakan analisis yang menggambarkan hubungan antara variabel, apakah terdapat pengaruh positif atau negatif. Pada inner model, pengujian dilakukan terhadap 2 kriteria yaitu: R² dari peubah laten endogen dan estimasi koefisien jalur (Ghozali 2008). Pengamatan R² dari peubah laten endogen dilakukan untuk melihat seberapa besar variabilitas konstruk endogen dapat dijelaskan oleh variabilitas konstruk eksogen sedangkan estimasi koefisien jalur meliputi pengaruh positif langsung suatu konstruk laten dengan konstruk laten lainnya. Hasil penilaian kriteria dan standar nilai inner model penelitian kali ini dapat dilihat pada Tabel 11. Secara lebih lengkap hasil penilaian inner model dapat dilihat pada Lampiran 5.

Tabel 11 Hasil penilaian kriteria Inner Model dan standar nilai Inner Model

No Kriteria Standar Hasil Penilaiana Kesimpulan

1 �2 dari peubah laten endogen

Chin (1998)

mengelompokan nilai

�2 sebesar 0.67

sebagai substansial;

�2 untuk PU = 0.289

�2 untuk KU =

0.146

�2 moderat

(33)

23

No Kriteria Standar Hasil Penilaiana Kesimpulan

0.33 sebagai moderat; dan 0.19 sebagai lemah

2 Estimasi koefisien jalur

Pengaruh nyata jika T-statistik > T-tabel. Pada alpha 5%, nilai T-tabel adalah 1.96

Nilai T-statistik

EM → PU = 4.068 EM → KU = 0.973 PU → KU = 0.127

Nilai Koefisien

EM → PU = 0.537 EM → KU = 0.352 PU → KU = 0.051

EM berpengaruh terhadap PU

Sumber: Penelitian KPPPA dan PKGA IPB (data diolah 2015)

aVariabel laten; EM: entrepreneurial marketing, PU: pengembangan usaha, KU: keberlanjutan usaha

Berdasarkan kriteria R² pada Tabel 11, hasil dari R² untuk variabel PU adalah sebesar 0.289 sedangkan R² untuk variabel KU adalah sebesar 0.146. Hal tersebut mengindikasikan variabilitas laten PU dapat dijelaskan oleh variabilitas laten EM sebesar 28.9% sedangkan variabilitas laten KU dapat dijelaskan oleh variabilitas laten EM dan PU sebesar 14.6%.

Selanjutnya dilakukan uji estimasi koefisien jalur yang melihat Nilai T-statistik sebagai dasar dalam menilai pengaruh signifikan suatu konstruk dan melihat nilai Original Sample sebagai dasar dalam menilai seberapa besar pengaruhnya. Inner model dapat dilihat berdasarkan hasil bootstraping seperti pada Gambar 7.

Gambar 7 Hasil pengolahan bootstrapping model entrepreneurial marketing terhadap pengembangan dan keberlanjutan usaha

(34)

24

dari T-tabel). Berdasarkan nilai koefisien, EM mempunyai pengaruh positif terhadap PU dengan nilai sebesar 0.537. Hal tersebut dapat diintrepretasikan bahwa ketika terjadi peningkatan dalam kemampuan entrepreneurial marketing maka akan meningkatkan pengembangan usaha sebesar 53.7%. Sehingga dapat dikatakan bahwa hipotesis 1 diterima (tolak �01).

Di sisi lain, tidak terdapat pengaruh signifikan pada 2 path lainnya. Pada penelitian kali ini ditemukan bahwa variabel PU tidak mempunyai pengaruh signifikan terdapat variabel KU, dengan nilai T-statistik sebesar 0.127 (lebih kecil dari T-tabel), hal ini berarti hipotesis 2 tidak dapat diterima (terima �02). Begitu juga dengan variabel EM tidak berpengaruh secara signifikan terhadap KU, dengan nilai T-statistik sebesar 0.973. Sehingga dapat dikatakan juga hipotesis 3 tidak dapat diterima (terima �03).

Implikasi Manajerial

Serangkaian tindakan manajerial perlu dilakukan untuk pengembangan dan keberlanjutan usaha industri rumahan Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal. Sesuai dengan karakteristik dan keterbatasan industri rumahan yang ada, tindakan manajerial tersebut dapat diimplementasikan melalui entrepreneurial marketing dengan berfokus kepada empat prinsip utama yaitu konsep, strategi, metode, dan intelegensi pasar. Implikasi manajerial pada prinsip entrepreneurial marketing terangkum pada Tabel 12.

Tabel 12 Implikasi manajerial pada prinsip entrepreneurial marketing.

Konsep Strategi Metode Intelegensi pasar

1. Berorientasi kepada

(35)

25

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Karakteristik pelaku usaha industri rumahan secara umum memiliki tingkat pendidikan yang masih rendah. Meski demikian, mayoritas dari mereka masih berada pada usia produktif yang memiliki semangat kerja serta pengembangan usaha ke arah yang jelas. Selanjutnya, karakteristik usaha industri rumahan Kecamatan kaliwungu dapat dikatakan berada pada tahap pemula.

2. Kemampuan entrepreneurial marketing, pengembangan usaha, serta keberlanjutan usaha yang dimiliki pelaku usaha industri rumahan termasuk pada tingkat yang cukup tinggi. Namun terdapat beberapa indikator-indikator utama dari variabel tersebut yang masih belum optimal.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi entrepreneurial marketing dalam pengembangan dan keberlanjutan usaha industri rumahan di Kecamatan Kaliwungu adalah kemampuan melakukan diversifikasi produk dan kemampuan menjalin hubungan dengan instansi pemerintah. Berdasarkan analisis SEM dengan pendekatan PLS, diketahui bahwa variabel laten entrepreneurial marketing berpengaruh positif secara langsung terhadap pengembangan usaha industri rumahan di Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal.

Saran

Pelaku usaha industri rumahan dapat meningkatkan kemampuan pengembangan usaha melalui peningkatan kemampuan entrepreneurial marketing. Pelaku usaha perlu memahami empat kunci utama entrepreneurial marketing yaitu konsep, strategi, metode, dan inteligensi pasar dengan setidaknya melakukan realisasi optimal pada 2 indikator utama yaitu melakukan diversifikasi produk dan kemampuan menjalin hubungan dengan instansi pemerintah. Dari sisi pemerintah daerah, perhatian dan pengembangan industri rumahan masih perlu ditingkatkan lagi. Diharapkan dinas terkait lebih gencar memberikan informasi dan bantuan kepada pelaku usaha dengan merata pada pelaku usaha yang potensial.

DAFTAR PUSTAKA

[Bappeda] Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Kabupaten Kendal. 2014. Masterplan Percepatan Pengembangan Industri Rumahan 2015-2030. Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2007. Statistika Indonesia. Jakarta (ID) :Badan Pusat Statistik

(36)

26

Bjerke, Hutlman. 2002. Entrepreneurial Marketing: The Growth of Small Firms in the New Economic Era. Gloucestershier (UK): Edward Elgar

Chambers R. & Conway GR. (1992). Sustainable Livelihood: Practical Concept for the 21 St Century. Institute of Development Studies (Discussion Paper, 296 At The University of Sussex). England.

Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah. 2015. Time Series Data UMKM Binaan Provinsi Jawa Tengah Posisi Per: Triwulan I 2015. Dapat diunduh pada: http://dinkop-umkm.jatengprov.go.id/

Ghozali I. 2005. Structural Equation Modelling Teori, Konsep, dan Aplikasi dengan Program Lisrel 8.45. Semarang (ID): Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali I. 2008. Structural Equation Modelling Metode Alternatif dengan Partial Least Square. Edisi 2. Semarang (ID): Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali I. 2015. Partial Least Squaeres Konsep Teknik dan Aplikasi Menggunakan Program SmartPLS 3.0. Semarang (ID): Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hadiyati E. 2009. Kajian Pendekatan Pemasaran Kewirausahaan dan Kinerja Penjualan Usaha Kecil. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. 11(2): 183-192

Hubeis M. 1997. Menuju Industri Kecil Profesional di Era Globalisasi Melalui Pemberdayaan Manajemen Industri. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Manajemen Industri. Bogor (ID): IPB

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. (2014). Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dan Usaha Besar (UB) tahun 2011-2012. Dapat diunduh di http://www.depkop.go.id

Nisa KS. 2014. Pengembangan Entrepreneurial Marketing Terhadap Pengembangan dan keberlanjutan Usaha pada UMKM Kuliner di Depok [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Nurlina L. 2009. Hubungan Antara Tingkat Pelayanan sarana produksi dan Kegiatan Penyuluhan dengan Keberlanjutan Usaha Anggota Koperasi. Jurnal Ekonomi Koperasi, 2009. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Partomo TS, Soejoedono AR. 2002. Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan Koperasi.

Jakarta (ID): Ghalia Indonesia.

Sarma M. 2013. Entrepreneurial Marketing untuk Keberhasilan Pemasaran bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Indonesia. Bogor (ID): IPB Press.

Sarma M, Herien P, Hendra SA. 2014. Analisis Penanggulangan Kemiskinan Melalui Industri Rumahan Dalam Mewujudkan Ketahanan Keluarga. Kerjasama Pusat Kajian Gender dan Anak LPPM IPB dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak- Republik Indonesia. Sarma M, Stevia S, Farida R, Edward HS. 2013. The Impact of Entrepreneurial

Marketing and Business Development on Business Sustainability. Small and Household Footwear Industries in Indonesia. International Journal of Marketing Studies. 5(4).

(37)

27 Program Studi Ilmu Manajemen, Sekolah PascaSarjana Institut Pertanian Bogor

Septiani S, Ma’mun S, Wilson HL. 2013. Pengaruh Entrepreneurial Marketing dan Kebijakan Pemerintah terhadap Daya Saing Industri Alas Kaki di Bogor. Jurnal Manajemen dan Organisasi. IV (2)

Siahaan. 1996. Pola Pengembangan Industri. Jakarta [ID]: Departemen Perindustrian.

Stokes D. 2000. Putting Entrepreneurship into Marketing. Journal of Researh in Marketing & Entrepreneurship. 2(1).

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung (ID): Alfabeta

Sumardjo. 1999. Transformasi Model Penyuluhan Pertanian Menuju Pengembangan Kemandirian Petani. Bogor (ID): Disertasi Sekolah Pascasarjana IPB.

(38)

28

Lampiran 1 Indepth Interview

No. Responden :

PERTANYAAN WAWANCARA

1. Bagaimana awal mula usaha ini didirikan?

2. Bagaimana pengelolaannya? Berapa jumlah karyawan yang dimiliki? 3. Bagaimana cara ibu menjual produk? Kemana produk dijual?

4. Apakah ada produksi/barang ibu yang disesuaikan dengan keinginan pelanggan?

5. Bagaimana upaya menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan? 6. Bagaimana kondisi perkumpulan usaha?

7. Permasalahan apa yang paling sering dihadapi?

8. Bagaimana kemampuan memperoleh dana dari bank/pemerintah? Apa kendalanya?

9. Bantuan apa yang dirasakan UKM atas bantuan dari pemerintah? 10.Pengembangan seperti apa yang ingin dilakukan kedepannya? Apa

harapan harapan ibu terkait usaha ini?

(39)

29 Lampiran 2 Kuesioner penelitian

No. Responden :

KUESIONER PENELITIAN

(Kuesioner ini merupakan sebagian dari kuesioner penelitian yang berjudul

“Penanggulangan Kemiskinan Melalui Industri Rumahan Dalam Mewujudkan Ketahanan Keluarga”)

Identitas Responden

Nama Responden (Ibu) : ... Umur : ... Alamat : RT/RW : ... Desa/Kelurahan :... Kecamatan : ... Nomor HandPhone (HP) : ... Hari/Tanggal Pengisian Angket : ...

Jenis Usaha : ...

Omset Rata-rata per bulan : ...

Lama berusaha (tahun) : ...

Tahun mulai usaha industri rumahan : ... Karakteristik Pelaku Usaha

No Karakteristik Pelaku Usaha 1 Umur pelaku usaha

1) <30 tahun 2) 30-40 tahun 3) >40- 50 tahun 4) >50 tahun 2 Pendidikan Formal

1)Tidak Bersekolah 2) SD/MI

3) SMP/MTs 4) SMA/SMK/MA 5) Perguruan Tinggi

3 Sudah berapa lama Bapak/Ibu menekuni usaha ini ?

(40)

30

No Karakteristik Pelaku Usaha

4 Alasan Bapak/Ibu berusaha dibidang ini (dapat lebih dari satu): 1) Mengikuti jejak orang tua

2) Diajak teman/tetangga 3) Tidak punya pilihan lain

4) Usaha ini ada harapan (menguntungkan)

5 Apa pekerjaan Bapak/Ibu sebelum berusaha di bidang ini?

1) Petani 2) peternak 3) Karyawan swasta 4) Guru/PNS 5)TNI 6)Tdk Ada

6 Apa pekerjaan tersebut masih berlangsung sampai sekarang ? 1) Ya 2) Tidak

7 Apakah Ibu menjalankan usaha ini mengikuti orang tua atau Saudara (keluarga) ?

1) Dari awal sampai sekarang ikut keluarga;

2) Awalnya ikut keluarga, setelah usahanya jalan, lalu mengelola sendiri; 3) Ikut keluarga kurang dari enam bulan;

4) Tidak mengikuti dari keluarga dalam mengelola usaha ini.

Karakeristik Usaha Industri Rumahan No Karakteristik Usaha

1 Lama Usaha

1) <1 tahun 2) 1-3 tahun 3) 3-6 tahun 4) 6-9 tahun 5) 9-12 tahun 6) >12 tahun

2 Omset rata-rata perbulan (Rp) 1)<2.000.000

2) 2.000.001-4.000.000 3) 4.000.001-6.000.000 4) 6.000.001-8.000.000 5) 8.000.001-10.000.000 6) >10.000.000

3 Berapa kali Ibu bepergian ke luar desa/daerah untuk menjalankan usaha ini ?

1) Tidak pernah 2) 1-5 kali/per bulan 3) 6-10 kali/per bulan 4) Diatas 11 kali/per bulan

4 Apakah usaha ini menjadi sumber pendapatan utama keluarga ? 1) Tidak menjadi sumber utama

(41)

31 No Karakteristik Usaha

5 Dengan usaha ini kebutuhan keluarga terpenuhi berapa persen ? 1) 0 -25 %

2) 26 – 50 % 3) 51 – 75 % 4) 76 – 100 %

6 Selain usaha ini apakah Ibu punya usaha lain? 1) Tidak punya

1 Apakah Bapak/Ibu melakukan diversifikasi (keragaman produk)?

1) Tidak pernah 3) Sering 2) Sekali-kali 4) Selalu

2 Keyakinan akan keberhasilan usahanya

1) Sangat tidak yakin 3) Yakin 2) Tidak yakin 4) Sangat yakin 3 Jenis produk/barang yang

diproduksi oleh Ibu

1) Kurang beragam 3) beragam 2) Cukup beragam 4) Sangat beragam 4 Produk/barang yang dihasilkan

oleh Ibu

1) Kurang berkualitas 3) Berkualitas 2) Cukup berkualitas 4) Sangat berkualitas

5 Tampilan produk/barang Ibu 1) Kurang menarik 3) Menarik 2) Cukup menarik 4) Sangat menarik

Strategi

6 Selalu mencari daerah pemasaran baru

1) Tidak pernah 3) Sering 2) Sekali-kali 4) Selalu

7 Pelanggan merasa sesuai/cocok atas produk/barang yang dibeli dari usaha Ibu

1) Tidak pernah 3) Sering 2) Sekali-kali 4) Selalu

Metode

8 Mampu menjalin hubungan baik dengan pelanggan

1) Kurang mampu 3) Mampu 2) Cukup mampu 4) Sangat mampu

Intelegensi Pasar

9 Mampu menciptakan hubungan baik dengan pemasok bahan baku/penjual bahan jadi.

1) Kurang mampu 3) Mampu 2) Cukup mampu 4) Sangat mampu

10 Mampu menjalin hubungan baik dengan petugas

Dinas/Instansi Pemerintah

(42)

32

11 Aktif/rajin mencari peluang modal dari kebijakan pemerintah

1) Tidak rajin 3) Rajin 2) Cukup rajin 4) Sangat rajin 12 Apakah Ibu sering mencari

informasi bisnis/usaha dari luar lingkungannya/ kelompoknya ?

1) Tidak pernah 3) Sering 2) Jarang 4) Selalu

Pengembangan Usaha

1 Mampu memperoleh bahan baku/barang jadi dengan mudah

1) Kurang mampu 3) Mampu 2) Cukup mampu 4) Sangat mampu

2 Keuntungan yang diperoleh digunakan untuk tambahan modal usaha

1) Tidak pernah 3) Sering 2) Sekali-kali 4) Selalu 3 Produk/barang Bapak/Ibu

dijual di berbagai wilayah pasar (pasar desa, pasar kecamatan & kabupaten)

1) Kurang laku 3) Laku

2) Cukup laku 4) Sangat laku

4 Usaha Bapak/Ibu mampu bersaing dengan usaha lain yang sejenis

1) Kurang mampu 3) Mampu 2) Cukup mampu 4) Sangat mampu

5 Mudah memperoleh dana dari Bank (atau bantuan

pemerintah)

1) Tidak mudah 3) Mudah

2) Cukup mudah 4) Sangat mudah

Keberlanjutan Usaha

1 Jumlah pelanggan Ibu setiap tahun

1) Tidak pernah meningkat

2) Meningkat relatif kecil (1-5 %) 3) Cukup meningkat (6-25%)

4) Sangat meningkat (>25%) 2 Pelanggan Ibu pernah pindah

membeli ke produk yang sama dari pengusaha yang lain

1) Sering pindah 3) Jarang pindah 2) Tidak tahu 4) Tidak pindah

3 Wilayah pemasaran

produk/barang Ibu di berbagai daerah

1) Sangat menurun 3) Meningkat 2) Menurun 4) Sangat meningkat

4 Pendapatan (keuntungan) usaha Ibu secara kuantitas

1) Kurang meningkat 3) Meningkat 2) Cukup meningkat 4) Sangat

meningkat 5 Para pekerja yang membantu

kegiatan usaha Ibu merasa

1) Kurang puas 3) Puas 2) Cukup puas 4) Sangat puas

(43)
(44)

34

Lampiran 4 Hasil kriteria Outer Model Loading Factor

EM KU PU

I2 0,889

K1 0,811

KU1 0,761

KU3 0,796

KU4 0,718

PU3 0,872

PU4 0,871

Composite Reliability

Composite Reliability

EM 0,840

KU 0,803

PU 0,863

AVE

AVE

EM 0,724

KU 0,576

PU 0,760

Cross Loadings

EM KU PU

I2 0,889 0,368 0,502

K1 0,811 0,269 0,405

KU1 0,276 0,761 0,388

KU3 0,329 0,796 0,051

KU4 0,256 0,718 0,095

PU3 0,478 0,191 0,872

PU4 0,459 0,228 0,871

Akar kuadrat AVE

EM KU PU

EM 0,851

KU 0,380 0,759

(45)

35 Lampiran 5 Hasil kriteria Inner Model

Tabel R square Original Sample (O)

Sample Mean (M)

Standard Error (STERR)

T Statistics P Values

KU 0,146 0,291 0,109 1,340 0,181

PU 0,289 0,316 0,134 2,157 0,031

Tabel Path Coefficient Original Sample (O)

Sample Mean (M)

Standard Error (STERR)

T

Statistics P Values

EM -> KU 0,352 0,332 0,362 0,973 0,331

EM -> PU 0,537 0,547 0,132 4,068 0,000

PU -> KU 0,051 0,083 0,403 0,127 0,899

Lampiran 6 Dokumentasi

Outlet penjualan Bandeng Rozal Produk olahan bandeng Bandeng Rozal

(46)

36

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Bibi Arfanly, dilahirkan di Bogor pada tanggal 28 Maret 1993. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara, pasangan Bapak Thomin Jamin dan Ibu Sunalia. Bertempat tinggal di Jl Pedati no 17 RT 05/01 Depok II Tengah.

Riwayat pendidikan penulis bermula dari SDN Mekarjaya I Depok hingga lulus pada tahun 2005. Penulis melanjutkan jenjang pendidikan ke SMPN 4 Depok hingga lulus dan melanjutkan lagi ke SMAN 3 Depok lulus pada tahun 2011. Penulis kemudian mengambil kuliah di program sarjana Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor hingga lulus pada tahun 2015.

Gambar

Tabel 1 Data perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, dan Usaha Besar di Indonesia tahun 2011-2012
Tabel 6 Penelitian terdahulu
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
Tabel 7 Operasionalisasi variabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

rumusan organisasi, maka kita juga tidak dapat merumuskan strategi untuk. mencapai tujuan yang masih samar –

Pewarisan adalah suatu bagian yang sangat penting, proses pewarisan atau beralihnya barang-barang warisan dari pewaris kepada ahli waris, baik berlangsung semenjak pewaris masih

Waktu makan utama dan juga jenis lauk/sayuran pendamping nasi yang dikonsumsi terbukti mempengaruhi nafsu makan sehingga berkecenderungan menjadi penyebab terjadinya

Kriteria keberhasilan yang digunakan pada penelitian ini adalah (1) lebih dari 75% siswa mendapat nilai tes lebih dari 75; (2) presentase skor perolehan pengamatan kegiatan guru

Katalog Tugas Akhir Program D3 Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Imam Bonjol Padang ini, dapat membantu Mahasiswa, Dosen maupun Pustakawan dalam

Pernyataan dari X dan Y yang memutuskan untuk menjalin hubungan dengan perempuan Adanya pernyataan-pernyataan yang bertolak belakang antara mereka-mereka yang memiliki

Bentuk massa pada perancangan Stasiun Kereta Api Kota Dumai ini dibentuk berdasarkan konsep desain yang akan dipadukan dengan Arsitektur Postmodern Kontekstual

Qur'an: Sebuah Kerangka Konseptual (Bandung: Mizan, 1990), 34 (cetakan pertama: September 1989). Taufik Adnan Amal dan Syamsu Rizal Panggabean menyimpulkan setidaknya