• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Lama Penyinaran Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Sepat Siam Trichopodus Pectoralis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan Lama Penyinaran Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Sepat Siam Trichopodus Pectoralis"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN LAMA PENYINARAN TERHADAP

PERTUMBUHAN BENIH IKAN SEPAT SIAM

Trichopodus

pectoralis

NYOMAN ALIT PUTRA WIRAWAN

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perbedaan Lama Penyinaran terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Sepat Siam Trichopodus pectoralis

adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2015

Nyoman Alit Putra Wirawan

(4)

ABSTRAK

NYOMAN ALIT PUTRA WIRAWAN. Perbedaan Lama Penyinaran terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Sepat Siam Trichopodus pectoralis. Dibimbing oleh EDDY SUPRIYONO dan LIES SETIJANINGSIH.

Ikan sepat siam (Trichopodus pectoralis) merupakan ikan yang diintroduksikan ke Indonesia pada tahun 1934. Produksi ikan sepat siam menurun akibat menurunnya produksi dari kegiatan penangkapan, sehingga diperlukan peningkatan produksi dari kegiatan budidaya. Teknik manipulasi lingkungan dengan lama penyinaran dibutuhkan untuk meningkatkan pertumbuhan ikan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan lama penyinaran optimum untuk pertumbuhan ikan pada kegiatan pendederan benih ikan sepat siam (Trichopodus

pectoralis). Ikan uji adalah benih ikan sepat siam dengan rata-rata panjang awal

6,38±0,09 cm dan bobot awal 5,48±0,83 gr. Penelitian ini terdiri dari perlakuan lama penyinaran: 6 jam (A), 12 jam (B), 18 jam (C) dan kontrol (K). Lama penyinaran 18 jam merupakan lama penyinaran optimum untuk kegiatan pendederan benih ikan sepat siam ditunjukkan oleh laju pertumbuhan spesifik tertinggi yaitu 2,6%, pertumbuhan bobot mutlak tertinggi 4,0 gr dan pertumbuhan panjang total tertinggi 1,1 cm.

Kata kunci: ikan sepat siam, produksi, lama penyinaran, pertumbuhan

ABSTRACT

NYOMAN ALIT PUTRA WIRAWAN. Different Photoperiod on Growth of Juvenile Snakeskin Gourami Trichopodus pectoralis. Supervised by EDDY SUPRIYONO and LIES SETIJANINGSIH.

Snakeskin gourami (Trichopodus pectoralis) is a fish that is introduced to Indonesia in 1934. Production of Snakeskin gouramiis declining due to decreased production of fishing activities, necessitating an increase in the production of aquaculture. Environmental manipulation techniques by photoperiod are required to increase growth of fishes. The purpose of this research was to determine the optimum photoperiod for growth of fish in nursery activities of Snakeskin gourami

(Trichopodus pectoralis). Snakeskin gourami with the initial average of length and

body weight of 6.38±0.09 cm and 5.48±0.83 gr were used. This research consisted of photoperiod treatment: 6 hours (A), 12 hours (B), 18 hours (C) and control (K). The optimum photoperiod for juvenile Snakeskin gourami was 18 hours showed by the highest specific growth rate is 2.6%, the highest growth in absolute weight 4.0 grams, and the highest growth in total length 1.1 cm.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Budidaya Perairan

PERBEDAAN LAMA PENYINARAN TERHADAP

PERTUMBUHAN BENIH IKAN SEPAT SIAM

Trichopodus

pectoralis

NYOMAN ALIT PUTRA WIRAWAN

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

--!0(')0 (%0$0%/%(%0+('0 (+-$-%0 %0 %0

$0 0

',0 $0

0 /&$%0 !+0 -+(0(.%0

*+--0 &"0

%#-!-*0

(0*0 0

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2015 di Kelompok Tani Ikan Sejahtera, Kampung Binong, Desa Iwul, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor ini adalah lama

penyinaran, dengan judul “Perbedaan Lama Penyinaran terhadap Pertumbuhan

Benih Ikan Sepat Siam Trichopodus pectoralis”.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada,

1. Bapak Dr Ir Eddy Supriyono, MSc dan Ibu Ir Lies Setijaningsih, MSi selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.

2. Ibu Dr Sri Nuryati, SPi MSi selaku dosen penguji tamu dan perwakilan dari Komisi Pendidikan yang telah memberikan masukan yang membangun untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Kelompok Tani Ikan Sejahtera, Kampung Binong, Desa Iwul, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian.

4. Ibu Dr Ir Mia Setiawati, MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan bimbingan selama masa perkuliahan.

5. Keluarga tercinta, kedua orang tua saya, Bapak Gde Sardana dan Ibu Ni Luh Nyoman Sunarti, dan kakak-kakak saya Luh Santi Udayani dan Made Suhandana atas cinta, kasih sayang, dukungan, serta doa yang diberikan. 6. Teman-teman Laboratorium Lingkungan 48 Bianingrum, Iyen, Vero, Nurul,

Dessy, Rini, Torong, Sukri, Angga, Heri, Idris, Bang kahfi, Heru, Zul atas bantuan, dukungan, serta doa yang diberikan.

7. Teman-teman BDP 48, BDP 49, BDP 50 serta kakak-kakak BDP 47 atas dukungan dan doa yang diberikan selama ini.

8. Teman-teman Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma (KMHD) 48 Santya, Surya, Putri, Widya, Carlita, Arini, Kadek, Oka, Vivi, Jeje, Sari, Rama, Arpan, Wawan, Aga, Baskara, Yuko, atas bantuan, kebersamaan, perhatian, dukungan, semangat dan doa yang telah diberikan.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Tempat 2

Rancangan Penelitian 2

Hewan Uji 2

Prosedur Penelitian 2

Parameter Uji dan Analisis Data 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Hasil 5

Pembahasan 9

KESIMPULAN 12

Kesimpulan 12

DAFTAR PUSTAKA 12

LAMPIRAN 14

(10)

DAFTAR TABEL

1 Metode dan alat pengukuran parameter kualitas air 4 2 Nilai kualitas air pada media pemeliharaan benih ikan sepat siam 8 3 Perhitungan analisis ekonomi benih ikan sepat siam 11

DAFTAR GAMBAR

1 Penurunan kelangsungan hidup benih ikan sepat siam 5

2 Kelangsungan hidup benih ikan sepat siam 6

3 Laju pertumbuhan spesifik benih ikan sepat siam 6 4 Pertumbuhan bobot mutlak benih ikan sepat siam 7 5 Pertumbuhan panjang total benih ikan sepat siam 7

DAFTAR LAMPIRAN

1 Desain wadah pemeliharaan benih ikan sepat siam 14 2 Rincian biaya analisis ekonomi benih ikan sepat siam 14

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan sepat siam (Trichopodus pectoralis) merupakan ikan yang berasal dari lembah sungai Mekong di Laos, Thailand, Kamboja dan Vietnam dan mulai diintroduksikan ke Indonesia pada tahun 1934 (Simatupang 2012). Ikan sepat siam merupakan ikan yang memiliki potensi cukup tinggi untuk dikembangkan menjadi komoditas budidaya. Menurut Sukadi et al. 2008, salah satu ikan yang potensial untuk dibudidayakan adalah ikan sepat siam. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan penting suatu komoditas dianggap potensial untuk dibudidayakan adalah memiliki pasar yang prospektif, bernilai ekonomis serta produksi dan tingkat konsumsi masyarakat lokal yang tinggi. Ikan sepat siam memiliki harga jual di pasaran mencapai Rp. 25.000-35.000/kg (Diniya et al. 2013).

Jumlah produksi ikan sepat siam relatif lebih tinggi dibandingkan ikan-ikan lokal lainnya. Pada periode 2007-2010 tingkat produksi ikan sepat siam meningkat dari 17.919 ton menjadi 22.306 ton. Tingginya produksi ikan sepat siam sebagian besar berasal dari tangkapan alam, dan hanya 2.82 – 12.36% yang berasal dari kegiatan budidaya (Pusdatin KKP 2013). Ikan sepat siam merupakan ikan hasil tangkapan dan digemari masyarakat sebagai ikan asin di Sumatera maupun Kalimantan (Kusdiarti et al. 2013). Tingginya penangkapan akan menyebabkan semakin menurunnya keberadaan ikan sepat siam di perairan alami. Bahkan, kegiatan penangkapan ikan sepat siam yang dilakukan secara berlebihan dapat mengancam kepunahan ikan. Hal tersebut juga berakibat pada menurunnya jumlah produksi ikan sepat siam yang lebih mengandalkan hasil tangkapan dari alam. Hal ini dibuktikan dengan semakin menurunnya volume produksi ikan sepat siam antara tahun 2011-2012 dari 21.888 menjadi 21.705 ton (DJPT KKP 2013). Maka, untuk menjamin produksi ikan sepat siam agar tidak terus menurun dibutuhkan peningkatan produksi ikan sepat siam dari kegiatan budidaya.

Salah satu faktor yang perlu diperhatikan pada kegiatan budidaya ikan sepat siam adalah faktor lingkungan. Faktor lingkungan seperti suhu, salinitas, pH, alkalinitas, dll, dapat direkayasa untuk meningkatkan pertumbuhan ikan. Selain itu menurut Boeuf and Le Bail (1999), manipulasi cahaya merupakan salah satu teknik rekayasa lingkungan yang dapat dilakukan pada media pemeliharaan ikan, meliputi panjang gelombang yang berbeda, intensitas yang berbeda dan lama penyinaran yang berbeda. Hasil penelitian Safitri (2014), menunjukkan bahwa intensitas cahaya 500 lux merupakan intensitas cahaya optimum untuk kegiatan pendederan benih ikan gabus (Channa striata), dan benih ikan sepat siam (Trichopodus

pectoralis) (Bianingrum 2015). Brett (1979) mengemukakan bahwa untuk ikan air

tawar, pengaruh lama penyinaran yang relatif lama (lebih dari 12 jam per hari) dapat meningkatkan pertumbuhan, sedangkan penurunan lama penyinaran dapat menghambat pertumbuhan. Ikan sepat siam adalah ikan yang aktif mencari pakan sepanjang hari (Animal-World 2015).

(12)

2

manipulasi lama penyinaran pada media pemeliharaan ikan telah dapat meningkatkan pertumbuhannya, maka perlu ditentukan pula lama penyinaran optimum untuk pendederan benih ikan sepat siam guna mendukung peningkatan produksinya.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan lama penyinaran optimum untuk pertumbuhan ikan pada kegiatan pendederan benih ikan sepat siam (Trichopodus

pectoralis).

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Maret 2015 di Kelompok Tani Ikan Sejahtera, Kampung Binong, Desa Iwul, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor.

Rancangan Penelitian

Penelitian ini dirancang menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 3 perlakuan dan 1 kontrol, masing-masing 3 ulangan. Perlakuan terdiri atas:

Perlakuan A: ikan sepat siam dipelihara pada intensitas cahaya 500 lux dan lama penyinaran (LP) 6 jam

Perlakuan B: ikan sepat siam dipelihara pada intensitas cahaya 500 lux dan LP 12 jam

Perlakuan C: ikan sepat siam dipelihara pada intensitas cahaya 500 lux dan LP 18 jam

Perlakuan K: ikan sepat siam dipelihara tanpa adanya pemberian perlakuan. Perbandingan antara waktu terang dan gelap sesuai dengan kondisi alam.

Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan adalah benih ikan sepat siam (Trichopodus

pectoralis) yang berasal dari Pasar Ikan Parung, Bogor dengan panjang awal

(13)

3 Prosedur Penelitian

Persiapan Wadah

Wadah yang digunakan adalah akuarium berdimensi 39 x 25 x 27 cm sebanyak 12 unit. Sebelum digunakan, akuarium dicuci dengan air bersih dan dikeringkan. Akuarium ditutupi dengan plastik hitam untuk mencegah keluarnya cahaya yang diberi perlakuan. Akuarium perlakuan dan kontrol masing-masing diisi air dengan volume 19,5 liter serta dilengkapi aerasi dan heater untuk menstabilkan oksigen terlarut dan suhu media pemeliharaan. Kemudian lampu yang ditutupi karton berbentuk corong dan memiliki daya 3 watt dipasang menggantung pada akuarium perlakuan dengan intensitas cahaya 500 lux. Aplikasi lama penyinaran 6 jam, 12 jam dan 18 jam diatur menggunakan automatic timer yang dinyalakan serentak pada pukul 06.00 WIB. Sedangkan akuarium kontrol tidak diberi lampu. Desain wadah pemeliharaan benih ikan sepat siam dapat dilihat pada Lampiran 1.

Pemeliharaan Ikan Uji

Benih ikan sepat siam dipelihara selama 21 hari pada akuarium yang telah disiapkan. Selama pemeliharaan, ikan diberi pakan pelet dengan metode restricted

yaitu pemberian pakan dengan jumlah pakan yang diberikan sebanyak 6% dari biomassa per sampling mingguan. Pemberian pakan dilakukan dengan frekuensi tiga kali sehari pada pukul 08.00, 12.00, 16.00 WIB. Sebelum diberi pakan, kualitas air akuarium dijaga dengan dilakukan penyifonan dan pergantian air sebanyak 25-75% agar sisa pakan dan feses ikan terbuang. Pengukuran intensitas cahaya dilakukan satu kali sebelum pemeliharaan, pengukuran pH, suhu, DO, alkalinitas, kesadahan dan amonia dilakukan setiap 7 hari sekali. Sampling ikan dilakukan setiap 7 hari sekali dengan cara menimbang bobot dan mengukur panjang ikan sepat siam, masing-masing dilakukan sampling 10 ekor/ulangan.

Parameter Uji dan Analisis Data

Kelangsungan Hidup (KH)

Kelangsungan hidup merupakan persentase jumlah ikan yang hidup pada akhir perlakuan dibandingkan dengan jumlah ikan pada awal perlakuan. KH dapat dihitung dengan rumus (Effendie 1997):

KH = Nt/No x 100% Keterangan:

KH = Kelangsungan hidup (%)

Nt = Jumlah populasi ikan akhir perlakuan (ekor) No = Jumlah populasi ikan awal perlakuan (ekor)

Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS)

(14)

4

LPS = √��

��

- 1 x 100%

Keterangan:

LPS = Laju pertumbuhan spesifik (%)

Wt = Bobot rata-rata pada akhir perlakuan (gram) Wo = Bobot rata-rata pada awal perlakuan (gram) t = Periode pemeliharaan (hari)

Pertumbuhan Bobot Mutlak

Pertumbuhan bobot mutlak merupakan pertambahan bobot (selisih bobot akhir dan bobot awal) selama waktu pemeliharaan. Pertumbuhan bobot mutlak dapat dihitung dengan rumus (Zonneveld et al. 1991):

W = Wt - Wo Keterangan:

W = Pertumbuhan bobot mutlak (gram)

Wt = Bobot rata-rata ikan pada akhir perlakuan (gram) Wo = Bobot rata-rata ikan pada awal perlakuan (gram Pertumbuhan Panjang Total

Pertumbuhan panjang total merupakan pertambahan panjang (selisih panjang akhir dan panjang awal) selama waktu pemeliharaan. Pertumbuhan panjang total dapat dihitung dengan rumus (Zonneveld et al. 1991):

L = Lt-Lo Keterangan:

L = Pertumbuhan panjang total (cm)

Lt = Panjang rata-rata ikan pada akhir perlakuan (cm) Lo = Panjang rata-rata ikan pada awal perlakuan (cm) Parameter Kualitas Air

Pengukuran parameter intensitas cahaya dilakukan satu kali sebelum pemeliharaan, pengukuran pH, suhu dan DO, alkalinitas, kesadahan dan amonia dilakukan setiap 7 hari sekali. Metode dan alat untuk pengukuran parameter kualitas air terdapat pada Tabel 1.

Tabel 1 Metode dan alat pengukuran parameter kualitas air No. Parameter Metode Alat

1. Intensitas cahaya Insitu Luxmeter 2. Suhu (0C) Insitu Termometer

3. pH Insitu pH-meter

4. DO (mg/l) Insitu DO-meter 5. Amonia (mg/l) Spektrofotometri Spektrofotometer 630 nm 6. Alkalinitas (mg/l CaCO3) Titrasi Alat Titrasi

(15)

5 Analisis Ekonomi

Perhitungan biaya keuntungan benih ikan sepat siam yang dipelihara pada lama penyinaran 6 jam, 12 jam, dan 18 jam dapat dihitung berdasarkan rumus biaya keuntungan Lipsey RG et al. (1995), yaitu sebagai berikut:

π = TR - TC

Data yang diperoleh diolah dan dianalisis menggunakan Microsoft Excel 2013 dan SPSS 22 yang meliputi Analisis Ragam (ANOVA) pada selang kepercayaan 95%, untuk menentukan ada atau tidaknya pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap kelangsungan hidup, laju pertumbuhan spesifik, pertumbuhan bobot mutlak, dan pertumbuhan panjang total. Apabila berpengaruh nyata, dilakukan uji lanjut Duncan (Lampiran 3). Sedangkan untuk data kualitas air dianalisis secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kelangsungan Hidup

Kelangsungan hidup benih ikan sepat siam setelah dipelihara selama 21 hari terus menurun selama pemeliharaan. Benih ikan sepat siam yang paling banyak mengalami kematian yaitu pada minggu ke-1 pada perlakuan A dan K (gambar 1).

(16)

6

Kelangsungan hidup benih ikan sepat siam setelah dipelihara selama 21 hari dapat dilihat pada Gambar 2. Berdasarkan uji statistik, nilai kelangsungan hidup pada semua perlakuan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (p>0,05).

Gambar 2 Kelangsungan hidup benih ikan sepat siam Laju Pertumbuhan Spesifik

Laju pertumbuhan spesifik benih ikan sepat siam setelah dipelihara selama 21 hari dapat dilihat pada Gambar 3. Berdasarkan uji statistik, nilai laju pertumbuhan spesifik pada semua perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda nyata (p<0,05).

Gambar 3 Laju pertumbuhan spesifik benih ikan sepat siam

(17)

7 Pertumbuhan Bobot Mutlak

Pertumbuhan bobot mutlak benih ikan sepat siam setelah dipelihara selama 21 hari dapat dilihat pada Gambar 4. Berdasarkan uji statistik, nilai pertumbuhan bobot mutlak pada semua perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda nyata (p<0,05).

Gambar 4 Pertumbuhan bobot mutlak benih ikan sepat siam Pertumbuhan Panjang Total

Pertumbuhan panjang total benih ikan sepat siam setelah dipelihara selama 21 hari dapat dilihat pada Gambar 5. Berdasarkan uji statistik, nilai pertumbuhan panjang total pada semua perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda nyata (p<0,05).

Gambar 5 Pertumbuhan panjang total benih ikan sepat siam

(18)

8

Parameter Kualitas Air

Hasil pengukuran kualitas air pada media pemeliharaan benih ikan sepat siam selama pemeliharaan 21 hari dapat dilihat pada Tabel 2.

Berdasarkan pengukuran parameter kualitas air pada media pemeliharaan benihikan sepat siam dengan lama penyinaran yang berbeda selama pemeliharaan 21 hari, Tabel 2 menunjukkan bahwa kisaran nilai kualitas air yang terukur masih layak untuk mendukung kehidupan ikan sepat siam tersebut.

Analisis Ekonomi

Perhitungan analisis ekonomi benih ikan sepat siam dapat dilihat pada Tabel 3, sedangkan rincian biayanya tercantum pada Lampiran 2. Analisis ekonomi dilakukan berdasarkan hasil produksi benih ikan sepat siam dengan asumsi:

 3 siklus/tahun

 Bangunan hatchery sudah disediakan, luas lahan yang digunakan 4 m2

 Blower dengan asumsi untuk kebutuhan keseluruhan satu hatchery tetapi hanya dihitung biaya untuk kebutuhan 12 akuarium saja.

Tabel 2 Nilai kualitas air pada media pemeliharaan benih ikan sepat siam

Parameter Perlakuan Lama Penyinaran Standar Baku A (LP 6 jam) B (LP 12 jam) C (LP 18 jam) D (kontrol)

104,0-140,0 112,0-136,0 108,0-128,0 112,0-144,0 50,0-200,0 (Azrita 2010)

Kesadahan (mg/l CaCO3)

58,3-70,79 66,63-83,28 62,46-87,45 70,79-79,12 >15 (Azrita 2010)

Tabel 3 Perhitungan analisis ekonomi benih ikan sepat siam

Komponen A (LP 6 jam) B (LP 12 jam) C (LP 18 jam) D (kontrol)

(19)

9 Pembahasan

Lama penyinaran adalah perbandingan antara waktu terang dan gelap (Spotte 1979). Lama penyinaran (fotoperiode) adalah lama waktu pemberian cahaya per hari (Brett 1979). Barahona dan Fernandes (1979) menyatakan bahwa intensitas cahaya dan lama penyinaran tidak dapat dipisahkan. Cahaya dapat mempengaruhi tingkah laku, sintasan dan metabolisme ikan. Pada umumnya ikan membutuhkan intensitas cahaya yang cukup untuk perkembangan secara normal dan pertumbuhannya. Sedangkan menurut Boeuf and Le Bail (1999), cahaya mempengaruhi pertumbuhan ikan dan juga merangsang laju konsumsi pakan. Intensitas cahaya, spectrum cahaya dan lama penyinaran memiliki pengaruh yang signifikan pada semua tahap kehidupan ikan.

Hasil pengamatan kelangsungan hidup benih ikan sepat siam (Trichopodus

pectoralis) selama pemeliharaan 21 hari dapat dilihat pada (Gambar 1 dan Gambar

2).Kelangsungan hidup benih ikan pada semua perlakuan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05). Kelangsungan hidup tertinggi diperoleh pada perlakuan B (LP 12 jam) yaitu 72,22% dan terendah pada perlakuan K (kontrol) yaitu 67,78%. Kelangsungan hidup benih ikan sepat siam pada perlakuan A (LP 6 jam) adalah 70% dan perlakuan C 71,11%. Benih ikan sepat siam yang paling banyak mengalami kematian adalah pada minggu ke-1 yaitu pada perlakuan A dan K. Hal ini diduga karena pada awal pemeliharaan ikan belum dapat beradaptasi secara optimal dan menurut Murjani (2009), ikan sepat siam adalah ikan yang mudah mati setelah ditangkap.

Perbedaan lama penyinaran pada media pemeliharaan memberikan dampak terhadap laju pertumbuhan spesifik (LPS) benih ikan sepat siam (Trichopodus

pectoralis). Berdasarkan Gambar 3, Hasil uji statistik menunjukkan bahwa setiap

perlakuan memiliki laju pertumbuhan spesifik yang berbeda nyata (p<0,05). LPS tertinggi diperoleh pada perlakuan C (LP 18 jam) yaitu 2,60% dan terendah pada perlakuan A (LP 6 jam) yaitu 1,37%. Sedangkan laju pertumbuhan spesifik lain yaitu 1,66% untuk perlakuan B (LP 12 jam) dan 1,69% untuk perlakuan D (kontrol). LPS yang tinggi pada perlakuan C (LP 18 jam), menunjukkan bahwa lama penyinaran 18 jam memberikan laju pertumbuhan terbaik pada benih ikan sepat siam. Hal ini diduga karena lama penyinaran 18 jam lebih memudahkan ikan dalam melihat dan mencari pakan. Waktu mencari pakan oleh benih ikan sepat siam menjadi lebih lama (18 jam) dan pakan yang dikonsumsi menjadi lebih banyak. Semakin banyak pakan yang dikonsumsi maka pertumbuhan ikan akan semakin meningkat. Sebagian besar ikan mengikuti ritme alami (diurnal atau musiman) periode cahaya untuk aktifitasnya termasuk ritme pola makan (Boeuf and Le Bail 1999). Menurut Suprihatin (1998) peningkatan lama penyinaran yaitu 21 jam menyebabkan laju pertumbuhan paling cepat pada ikan nila (Oreochromis sp).

Selanjutnya Gambar 4 menunjukkan hasil pertumbuhan bobot mutlak (PBM). Hasil dari uji statistik menunjukkan bahwa setiap perlakuan memiliki nilai PBM yang berbeda nyata yaitu (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan lama penyinaran berpengaruh terhadap PBM benih ikan sepat siam (Trichopodus

pectoralis). Hasil pengolahan data PBM menunjukkan bahwa perlakuan C (LP 18

(20)

10

ditunjukkan pada Gambar 5. Hasil dari uji statistik menunjukkan bahwa setiap perlakuan memiliki nilai PPT yang berbeda nyata yaitu (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan lama penyinaran berpengaruh terhadap PPM benih ikan sepat siam. Hasil pengolahan data PPT menunjukkan bahwa perlakuan C (LP 18 jam) memiliki PPT tertinggi yaitu 1,1 cm dan terendah pada perlakuan A (LP 6 jam) yaitu 0,5 cm. PPM benih ikan sepat siam pada perlakuan B (LP 12 jam) adalah 0,7 cm dan K (kontrol) adalah 0,6 cm. Nilai PBM dan PPT sejalan dengan nilai LPS yang diperoleh yaitu terbaik pada perlakuan C (LP 18 jam). Hal ini diduga karena lama penyinaran 18 jam merupakan lama penyinaran optimal untuk pertumbuhan benih ikan sepat siam. Lama penyinaran cahaya pada iklim tropis rata-rata 12 jam ditingkatkan menjadi 18 jam. Ini mengakibatkan waktu ikan mencari pakan menjadi lebih lama, ikan lebih mudah melihat dan mencari pakan dengan adanya bantuan cahaya. Ini sesuai dengan pendapat Nurdin (2014) yang menyatakan bahwa perilaku makan untuk mendeteksi dan menangkap pakan dipengaruhi oleh intensitas cahaya dan lama penyinaran melalui penglihatan oleh mata. Semakin lamanya ikan mencari pakan, maka konsumsi pakan akan semakin bertambah serta semakin mudahnya ikan mencari pakan, maka energi yang dikeluarkan untuk mencari pakan akan semakin berkurang. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprihatin (1998) yang menyatakan peningkatan lama penyinaran juga mengakibatkan waktu operasional ikan dalam memperoleh pakan menjadi lebih panjang, sehingga pakan yang masuk ke dalam tubuh ikan secara total meningkat. Peningkatan pemasukan pakan ini selain sebagai bahan baku proses pertumbuhan juga merangsang peningkatan produksi hormon metabolik yang salah satunya adalah hormon pertumbuhan. Dengan selalu tersedianya hormon pertumbuhan yang bertanggung jawab terhadap semua proses pertumbuhan organ tubuh dan ditunjang dengan ketersediaan pakan yang cukup maka proses pertumbuhan akan berlangsung lebih panjang sehingga laju pertumbuhan secara keseluruhan juga akan meningkat (Suprihatin 1998). Pada keadaan cukup pakan, ikan akan mengkonsumsi pakan hingga memenuhi kebutuhan energinya, penggunaan energi untuk metabolisme dan pertumbuhan sesuai dengan ukuran ikan (Fujaya 2004). Proses pencernaan dan penyerapan zat makanan membutuhkan energi yang besarnya tergantung pada kualitas pakan dan kuantitas pakan yang dikonsumsi oleh ikan (Affandi et al. 2004) Kualitas air selama pemeliharaan mengalami fluktuasi namun masih dalam kisaran yang baik untuk mendukung budidaya ikan sepat siam (Trichopodus

pectoralis). Kualitas air merupakan salah satu pendukung pertumbuhan dan

kelangsungan hidup ikan. Kualitas air selama 21 hari pemeliharaan benih ikan sepat siam dapat dilihat pada Tabel 1. Suhu merupakan salah satu faktor fisika perairan yang sangat penting. Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang

(latitude), ketinggian dari permukaan laut (altitude), waktu dalam hari, sirkulasi

(21)

11 Besarnya pH suatu perairan adalah besarnya konsentrasi ion hidrogen yang terdapat di dalam perairan. Di alam, nilai pH berkisar antara 4-9 yang dipengaruhi oleh konsentrasi karbon dioksida dan senyawa-senyawa bersifat asam. Perairan yang mempunyai nilai pH di bawah 4 dan di atas 11 akan mengakibatkan kematian bagi ikan. Nilai pH pada media pemeliharaan ikan sepat siam (Trichopodus

pectoralis) berkisar antara 6,12-7,80. Kisaran pH tersebut masih baik untuk

budidaya ikan sepat siam karena masih dalam kisaran ideal seperti di perairan asalnya yaitu 6,0-8,3 (Froese 2014). Oksigen terlarut (DO) dalam air merupakan parameter kualitas air yang paling menentukan pada budidaya ikan. Konsentrasi oksigen terlarut selalu mengalami perubahan dalam sehari semalam. Sumber utama oksigen terlarut dalam air adalah difusi dari udara dan hasil fotosintesis biota berklorofil yang hidup di dalam perairan. Konsentrasi minimal oksigen terlarut yang diperlukan untuk kelangsungan hidup ikan sangat beragam. Pada konsentrasi DO terlarut kurang dari 4-5 ppm, nafsu makan ikan berkurang dan pertumbuhan tidak berkembang baik. Apabila konsentrasi oksigen terlarut 3-4 ppm untuk jangka waktu yang lama maka ikan akan berhenti makan dan pertumbuhan relatif terhenti. DO pada media pemeliharaan benih ikan sepat siam berkisar antara 3,9-7,2 ppm. Ikan sepat siam termasuk dalam kelas Anabantoidei yang memiliki alat pernapasan tambahan berupa labirin pada ruang insangnya. Labirin memudahkan ikan sepat siam hidup di perairan yang memiliki sedikit oksigen yang dapat langsung diambil dari udara. Batas minimal DO untuk budidaya ikan sepat siam adalah 2-3 ppm (Froese 2014), berarti kisaran DO media pemeliharaan sangat baik untuk budidaya ikan sepat siam.

(22)

12

KESIMPULAN

Kesimpulan

Lama penyinaran 18 jam merupakan lama penyinaran optimum untuk kegiatan pendederan benih ikan sepat siam (Trichopodus pectoralis), ditunjukkan oleh laju pertumbuhan spesifik tertinggi yaitu 2,6%, pertumbuhan bobot mutlak tertinggi 4,0 gr dan pertumbuhan panjang total tertinggi 1,1 cm.

DAFTAR PUSTAKA

Affandi R, Sjafei DS, Rahardjo MF, Sulistiono. 2004. Fisiologi Ikan Pencernaan dan Penyerapan Pakan. Bogor (ID): Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Animal-World, Pet and Animal Information. 2015. Snakeskin Gourami [internet].

[diacu 2015 Nopember 30]. Tersedia dari: http://animal-world.com/encyclo/fresh/anabantoids/snakegour.php

Azrita. 2010. Parameter Fisika, Kima dan Biologi Penciri Habitat Ikan Bujuk

(Channa lucius, Channidae) [skripsi]. Padang (ID) : Universitas Bung Hatta.

Barahona MH, Fernandes A. Some Effet of Light Intensity and Photoperiod on The Seabass Larvae (Dicentrarctus labrax (L)). Reared at The Centre Oceanologique de Bretagne. Aqucultur. Portugal. 17: 311-321.

Brett JR. 1979. Environmental factor and growth in fish physiology. VIII: 599-675. Ed Hoar and Randall. London (GB). Academic Press.

Boyd CE. 1988. Water Quality in Warmwater Fish Pond. Alabama (US): Agricultural Experiment Station, Aubum University. Forth Printing.

Boeuf G, Le-Bail PY. 1999. Does light have an influence on fish growth?. Aquaculture, 177:129-152.

Diniya, Atira. Putra, R M. Efizon, Deni. 2013. Stomach Analyse of Trichogaster

pectoralis. Jurnal Universitas Riau.

[DJPT] Direktorat Jendral Perikanan Tangkap. 2013. Statistik perikanan tangkap Indonesia 2012. Kementerian Kelautan Perikanan.

(23)

13 Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka

Nusantara. 163 hlm.

Froese R, Pauly D. Editors. 2014. FishBase. World Wide Web electronic publication. www.fishbase.org.

Fujaya Y. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknologi Perikanan. Jakarta (ID): PT. Rineka Cipta.

Huisman EA. 1987. The Principles of Fish Culture Production. Netherland (NL): Departemen of Aquaculture. Wageningen University.

Kusdiarti, Samsudin R, Widiyati A. 2013. Pengaruh rasio polikultur ikan sepat dan tambakan yang berbeda terhadap peningkatan produksi budidaya. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Bogor.

Lipsey RG, Courant PN, Purvis DD, dan Steiner PO. 1995. Pengantar Mikroekonomi. Edisi Kesepuluh, Diterjemahkan oleh A. Jaka Wasana & Kirbrandoko. Jakarta: Binarupa Aksara.

Murjani A. 2009. Budidaya Beberapa Variets Ikan Sepat Rawa (Trichopodus

trichopterus Pall) Dengan Pemberian Pakan Komersial [jurnal]. Banjar (ID):

Universitas Lambung Mangkurat Kalimantas Selatan.

Nurdin M. 2013. Perbedaan lama penyinaran dan intensitas cahaya terhadap pertumbuhan serta sintasan benih ikan tengadak (Barbonymus

schwanenfeldii) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[Pusdatin KKP] Pusat Data dan Informasi Kementerian Kelautan Perikanan. 2013. Statistik kelautan dan perikanan 2011. Kementerian Kelautan Perikanan. Paepke HJ. 2009. The Nomenclature of Trichopodus pectoralis Regan, 1910;

Trichopus cantoris Sauvage, 1884 and Osphronemus saigonensis Borodin,

1930 (Teleostei: Peciformes: Osphronemidae). Vertebrate Zoologi, 59(1): 53-60.

Safitri, Nita. 2014. Pengaruh Tingkat Intensitas Cahaya Terhadap Performa Pertumbuhan Larva Ikan Gabus Chana striata [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Simatupang NF. 2012. Karakterisasi ragam genetik ikan sepat (Trichogaster

pectoralis) berdasarkan analisis RAPD (Random Amplified Polymorphic

DNA) danmorfometrik [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Spotte S. 1979. Sea Water Aquariums: The Captive Environment. New York (US).

(24)

14

Sukadi MF, Nugroho E, Kristanto AH, Widiati A, Winarlin, Djajasewaka H. 2008. Pengembangan komoditas perikanan budidaya air tawar di propinsi Kalimantan Barat. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Jakarta. Suprihatin T. 1998. Pengaruh peningkatan periode waktu pencahayaan terhadap

laju pertumbuhan ikan nila merah Orechromis sp. [skripsi]. Semarang (ID). Universitas Diponegoro.

Yagci DD, Yigit M. 2009. Influence of increased photoperiods on growth, feed consumption and survival of juvenile Mirror Carp (Cyprinus carpio Linnaeus, 1758). Journal of Fisheries Sciences.com, 3(2): 146-152. doi: 10.3153/jfscom. 2009018

Zonneveld N, Huisman EA, Boon JH. 1991. Prinsip-Prinsip Budidaya Ikan. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. 318 hlm.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Desain wadah pemeliharaan benih ikan sepat siam

Lampiran 2. Rincian biaya analisis ekonomi benih ikan sepat siam

1 Lahan m² 4 250.000 1.000.000 - 0 -2 Akuarium unit 12 100.000 1.200.000 240.000 10 96.000 3 Tandon unit 2 200.000 400.000 80.000 15 21.333 4 Ember unit 2 10.000 20.000 2.000 3 6.000 5 Lampu unit 12 10.000 120.000 1.000 2 59.500 6 Instalasi listrik unit 1 200.000 200.000 5.000 5 39.000 7 Selang + batu m 15 2.000 30.000 2.000 5 5.600 8 Blower unit 1 100.000 100.000 10.000 5 18.000

3.070.000

245.433

BIAYA INVESTASI

No Fasilitas Spesifikasi Harga Total

(Rp) Nilai Sisa (Rp)

Umur Teknis

Penyusutan (Rp)

Total

(25)

15

No Uraian Satuan Jumlah Unit Jumlah

orang

No Uraian Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp)

No Uraian Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp)

No Uraian Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp)

No Uraian Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp)

R INC IAN P E NE R IMAAN (R p )

R inc ian pe ne rimaan (R p) A (L P 6 jam) B (L P 12 jam) C (L P 18 jam) K (kontrol)

Awal tebar (ekor) 360 360 360 360

S iklus /tahun 4 4 4 4

(26)

16

(27)

17

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig. Between

Groups ,700 3 ,233 21,538 ,000

Within Groups ,087 8 ,011

Total ,787 11

KH Duncana

perlakua

n N

Subset for alpha = 0.05

1

K 3 67,6667

A 3 70,0000

C 3 71,0000

B 3 72,0000

Sig. ,642

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

LPS Duncana

perlakua

n N

Subset for alpha = 0.05

1 2

A 3 1,3700

B 3 1,6633

K 3 1,6900

C 3 2,6000

Sig. ,390 1,000

(28)

18

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

PBM Duncana

perlakua

n N

Subset for alpha = 0.05

1 2

A 3 1,8333

K 3 1,9000

B 3 2,6000

C 3 4,0000

Sig. ,119 1,000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

PPM Duncana

perlakua

n N

Subset for alpha = 0.05

1 2

A 3 ,5000

K 3 ,6000

B 3 ,7000

C 3 1,1333

Sig. ,054 1,000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

(29)

19

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Sawan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, Bali, pada tanggal 16 Oktober 1992 dari Bapak Gde Sardana dan Ibu Ni Luh Nyoman Sunarti. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan formal di SDN 3 Sawan (2005), SMPN 1 Sawan (2008), SMAN 1 Singaraja (2011), dan pada tahun yang sama (2011) diterima di IPB melalui jalur SNMPTN Undangan pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah aktif dalam UKM Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma (KMHD) dan Himpunan Mahasiswa Akuakultur (HIMAKUA). Bulan Juni-Agustus 2014 penulis melaksanakan Praktik Lapangan Akuakultur di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut Gondol, Bali dengan judul “Budidaya Ikan Klon Hitam Amphiprion percula di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut (BBPPBL) Gondol, Buleleng, Bali”. Selain itu penulis juga pernah menjadi asisten Manajemen Kualitas Air dan Asisten Fisika Kimia Perairan.

Tugas akhir penulis dalam menyelesaikan pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor untuk mendapatkan gelar Sarjana Perikanan ini berjudul

“Perbedaan Lama Penyinaran terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Sepat Siam

Gambar

Gambar 1 Penurunan kelangsungan hidup benih ikan sepat siam
Gambar 3 Laju pertumbuhan spesifik benih ikan sepat siam
Gambar 5 Pertumbuhan panjang total benih ikan sepat siam
Tabel 3 Perhitungan analisis ekonomi benih ikan sepat siam

Referensi

Dokumen terkait

Maka para ahli menentukan syarat minimal usia perkawinan sebagaimana tercantum dalam undang-undang perkawinan pasal 7 ayat (1)yaitu, batas minimal bagi laki-laki umur19

Efektifitas Pembatasan Umur dalam pelaksanaan Perkawinan yang diatur dalam UU No.1 tahun 1974 dengan kondisi masyarakat Indonesia khususnya di Kabupaten Indramayu.. 6

Fasilitas yang tersedia untuk mendukung operasional peternak madu di Desa Kuapan Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar sebagian besar telah terpenuhi yang terdiri

Hasil menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan, kebiasaan merokok, jumlah penghuni rumah dan status gizi dengan kejadian ISPA pada pasien di Rumah Sakit Umum

1. Keadilan ada dalam beberapa bentuk ; distributif, prosedural, retributif dan kompensasi. Keadilan distributif berarti keadilan yang mencakup pembagian keuntungan

Dengan mengikuti tataran aksara, khususnya aksara SA pada awal teks Kakawin Aji Palayon, dalam hubungannya dengan tataran kata atau kelompok kata, seperti metafora-metafora

Pemberdayaan masyarakat yang memiliki pribadi yang luhur membutuhkan proses pembelajaran tertentu dan porses ini tidak akan berjalan tanpa komunikasi (interpersonal)

Berdasarkan durabilitasnya gradasi batas tengah yang terbaik dikarenakan memiliki nilai IKS tertinggi jika dibandingkkan dengan variasi gradasi lainnya, meskipun pada