• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Status Gizi dengan Gangguan Tidur pada Anak di SDN 10 Samosir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Status Gizi dengan Gangguan Tidur pada Anak di SDN 10 Samosir"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Romasi Maya Simarmata

Tempat / Tanggal Lahir : Samosir/ 26 Maret 1994

Agama : Katolik

Alamat : Jalan jamin ginting gang juhar No.11B kamar no.4, 20155

Riwayat Pendidikan :

1. Sekolah Dasar Negeri 173747 Lumban Suhi Toruan (1999-2005)

2. Sekolah Menengah Pertama Swasta Budi Mulia Pangururan (2005-2008) 3. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pangururan (2008-2011)

Riwayat Organisasi :

1. SCORA PEMA FK USU 2014-2015

Riwayat Kepanitiaan :

1. Panitia Medical Humanity Day (MHD) FK USU 2014 2. Panitia Paskah FK USU 2014

3. Panitia Natal FK USU 2014

(2)

5. Panitia Baksos FK USU 2015

(3)
(4)

Lampiran 1 Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian

Salam Sejahtera Dengan hormat,

Saya yang bernama Romasi Maya S Simarmata / 120100406 adalah mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “ Hubungan Status Gizi dengan Gangguan Tidur pada Anak di SD N 10 Samosir” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran status gizi, gambaran gangguan tidur dan mengetahui hubungan status gizi dengan gangguan tidur pada siswa/ siswi SD N 10 Samosir.

Dalam penelitian ini, saya akan membagikan kuesioner kepada Bapak/Ibu untuk diisi dan saya akan melakukan pengambilan data berupa pengukuran berat badan dan tinggi badan terhadap anak Bapak/Ibu.

Sehubung dengan penjelasan ini, saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu berpartisipasi dalam penelitian ini. Bapak/Ibu diharapkan bersedia mengisi kuesioner yang saya sertakan dan mengizinkan anak Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dalam pengukuran dengan cara menandatangani Lembar Pernyataan Persetujuan Setelah Penjelasan. Setelah pengukuran selesai, saya akan memberikan souvenir kepada anak Bapak/Ibu berupa Susu Cair kemasan kotak dan Pulpen sebagai tanda terimakasih.

Penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Setiap data yang ada dalam penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya dan digunakan untuk kepentingan penelitian. Untuk penelitian ini Bapak/Ibu tidak akan dikenakan biaya apapun. Bila BApak/Ibu membutuhkan penjelasan lebih lanjut, maka dapat menghubungi saya

Nama :Romasi Maya Simarmata Alamat :Desa Hutabaru, Lumban suhi. No. Hp : 082118394505

Demikian Penjelasan ini saya sampaikan. Atas bantuan, Partisipasi, dan kesediaan waktu Bapak/Ibu, saya ucapkan terimakasih.

Peneliti

(5)

Lampiran 2. Informed Consent

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama :

Orang Tua dari :

Kelas :

Usia :

Setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti tentang penelitian yang berjudul : HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN GANGGUAN TIDUR PADA ANAK DI SDN 10 SAMOSIR,

maka dengan ini Saya secara suka rela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia mengisi kuesioner dan mengizinkan anak Saya menjadi partisipan dalam

penelitian ini untuk dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan. Namun, bila suatu waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun, berhak membatalkan persetujuan ini serta berhak untuk mengundurkan diri.

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya

Medan, ... 2015 Orang Tua Siswa/siswi,

(6)

Lampiran 3 Kuesioner Penelitian

Skala Gangguan Tidur pada Anak (Sleeping Disturbance Scale for Children) Petunjuk:

Kuesioner ini dapat membantu mengetahui pola tidur anak Bapak/Ibu dengan lebih baik. Selain itu, juga dapat mengetahui adanya gangguan tidur pada anak Bapak/Ibu. Jawablah semua pertanyaan yang diajukan dengan mempertimbangkan kebiasaan tidur anak Bapak/Ibu dalam 6 bulan terakhir, saat anak Bapak/Ibu dalam keadaan sehat. Perubahan kebiasaan tidur karena anak sakit tidak termasuk. Jawablah dengan melingkari atau memberi tanda silang pada salah satu dari nomor 1 – 5 yang dianggap mewakili kebiasaan tidur anak Bapak/Ibu. Terima kasih atas partisipasi Bapak/Ibu.

(7)

Pilihlah pernyataan berikut yang paling sesuai dengan kebiasaan tidur anak dengan memberi tanda silang pada salah satu dari nomor 1 – 5 yang dianggap mewakili kebiasaan tidur anak.

3. Anak Bapak/ Ibutidak mauatau menolak untuk tidur.

1. Tidak pernah 2. Jarang ( 1-2 kali per bulan atau kurang)

3. Kadang-kadang (1-2 kali per minggu) 4. Sering (3-5kali perminggu) 5. Selalu ( tiap hari)

4. Anak Bapak/ Ibu susahuntuk tidur pada malam hari. 1. Tidak pernah 2. Jarang ( 1-2 kali per bulan atau kurang)

3. Kadang-kadang (1-2 kali per minggu) 4. Sering (3-5kali perminggu)

5. Selalu ( tiap hari)

5. Ada rasa takut pada anak anda ketika mau tidur

1. Tidak pernah 2. Jarang ( 1-2 kali per bulan atau kurang)

3. Kadang-kadang (1-2 kali per minggu) 4. Sering (3-5 kali perminggu) 5. Selalu ( tiap hari)

6.Bagian tubuh anak tampak tersentak(seperti terkejut) ketikatertidur

1. Tidak pernah 2. Jarang ( 1-2 kali per bulan atau kurang)

3. Kadang-kadang (1-2 kali per minggu) 4. Sering (3-5kali perminggu) 5. Selalu ( tiap hari)

7. Anak melakukan gerakan berulang-ulang ketika jatuh tertidur (seperti

menggerakkan atau menggelengkan kepala)

1. Tidak pernah 2. Jarang ( 1-2 kali per bulan atau kurang)

3. Kadang-kadang (1-2 kali per minggu) 4. Sering (3-5kali perminggu) 5. Selalu ( tiap hari)

8. Anak merasa mimpi seperti nyata ketika tidur

1. Tidak pernah 2. Jarang ( 1-2 kali per bulan atau kurang)

(8)

5. Selalu ( tiap hari)

9. Anak banyak berkeringat ketika tidur.

1. Tidak pernah 2. Jarang ( 1-2 kali per bulan atau kurang)

3. Kadang-kadang (1-2 kali per minggu) 4. Sering (3-5kali perminggu) 5. Selalu ( tiap hari)

10. Anak terbangun pada malam hari lebih dari 2 kali tiap malam

1. Tidak pernah 2. Jarang ( 1-2 kali per bulan atau kurang)

3. Kadang-kadang (1-2 kali per minggu) 4. Sering (3-5kali perminggu) 5. Selalu ( tiap hari)

11. Setelah terbangun pada malam hari, anak susahuntuk tidur kembali

1. Tidak pernah 2. Jarang ( 1-2 kali per bulan atau kurang)

3. Kadang-kadang (1-2 kali per minggu) 4. Sering (3-5kali perminggu)

5. Selalu ( tiap hari)

12. Kaki anak sering tersentak ketika tertidur atau sering berubah posisi ketika malam atau sering menendang seprei tempat tidur.

1. Tidak pernah 2. Jarang ( 1-2 kali per bulan atau kurang)

3. Kadang-kadang (1-2 kali per minggu) 4. Sering (3-5kali perminggu) 5. Selalu ( tiap hari)

13. Anak mengalami kesulitan bernapas pada malam hari(sesak ) 1. Tidak pernah 2. Jarang ( 1-2 kali per bulan atau kurang)

3. Kadang-kadang (1-2 kali per minggu) 4. Sering (3-5kali perminggu) 5. Selalu ( tiap hari)

14. Anak sering terengah-engah saat bernapas atau tidak bisabernapas

ketika tidur.

1. Tidak pernah 2. Jarang ( 1-2 kali per bulan atau kurang)

(9)

15. Anak mendengkur/ mengorok ketika tidur

1. Tidak pernah 2. Jarang ( 1-2 kali per bulan atau kurang)

3. Kadang-kadang (1-2 kali per minggu) 4. Sering (3-5kali perminggu) 5. Selalu ( tiap hari)

16. Anak berkeringat banyak pada malam hari

1. Tidak pernah 2. Jarang ( 1-2 kali per bulan atau kurang)

3. Kadang-kadang (1-2 kali per minggu) 4. Sering (3-5kali perminggu) 5. Selalu ( tiap hari)

17. Bapak/ Ibu pernah melihat anak berjalan dalam tidur

1. Tidak pernah 2. Jarang ( 1-2 kali per bulan atau kurang)

3. Kadang-kadang (1-2 kali per minggu) 4. Sering (3-5kali perminggu) 5. Selalu ( tiap hari)

18. Bapak/ Ibu pernah menyaksikan anak mengigau ketika sedang tidur

1. Tidak pernah 2. Jarang ( 1-2 kali per bulan atau kurang)

3. Kadang-kadang (1-2 kali per minggu) 4. Sering (3-5kali perminggu) 5. Selalu ( tiap hari)

19. Bapak/Ibu pernah mendengar gigi anak gemeretak/ berbunyi ketika

tidur

1. Tidak pernah 2. Jarang ( 1-2 kali per bulan atau kurang)

3. Kadang-kadang (1-2 kali per minggu) 4. Sering (3-5kali perminggu) 5. Selalu ( tiap hari)

20. Anak terbangun dari tidur dengan berteriak-teriak atau bingung, dan

susah untuk disadarkan, akan tetapi tidak ingat ketika pagiharinya

1. Tidak pernah 2. Jarang ( 1-2 kali per bulan atau kurang)

3. Kadang-kadang (1-2 kali per minggu) 4. Sering (3-5kali perminggu) 5. Selalu ( tiap hari)

(10)

harinya

1. Tidak pernah 2. Jarang ( 1-2 kali per bulan atau kurang)

3. Kadang-kadang (1-2 kali per minggu) 4. Sering (3-5kali perminggu) 5. Selalu ( tiap hari)

22. Anak sangat susahuntuk bangun tidur

1. Tidak pernah 2. Jarang ( 1-2 kali per bulan atau kurang)

3. Kadang-kadang (1-2 kali per minggu) 4. Sering (3-5kali perminggu) 5. Selalu ( tiap hari)

23. Anak bangun pada pagi hari dan merasa lelah

1. Tidak pernah 2. Jarang ( 1-2 kali per bulan atau kurang)

3. Kadang-kadang (1-2 kali per minggu) 4. Sering (3-5kali perminggu) 5. Selalu ( tiap hari)

24. Anak merasa tidak bisa untuk bergerak ketika bangun tidur pada pagi

hari (seperti ditimpa benda berat)

1. Tidak pernah 2. Jarang ( 1-2 kali per bulan atau kurang)

3. Kadang-kadang (1-2 kali per minggu) 4. Sering (3-5kali perminggu) 5. Selalu ( tiap hari)

25.Anak merasa mengantuk pada siang hari

1. Tidak pernah 2. Jarang ( 1-2 kali per bulan atau kurang)

3. Kadang-kadang (1-2 kali per minggu) 4. Sering (3-5kali perminggu) 5. Selalu ( tiap hari)

26. Anak tiba-tiba jatuh tertidur pada situasi yang tidak seharusnya

(misalnya : ketika makan, berada dalam toilet, dll )

(11)

Lampiran 4 data hasil spss

Status Gizi Siswa/siswi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Umur siswa/ siswi * Status Gizi Siswa/siswi Crosstabulation

Status Gizi Siswa/siswi Total gizi kurang gizi baik gizi lebih

Umur siswa/ siswi

jeniskelamin * Status Gizi Siswa/siswi Crosstabulation

(12)

Umur siswa/ siswi * SDSCkategori Crosstabulation

(13)

Status Gizi Siswa/siswi * SDSCkategori Crosstabulation

(14)

Lampiran 5

Data Induk hasil pengukuran TB, BB dan skor kuesioner

Nama 

Jenis 

Kelamin  TB  BB  umur  S. Gizi  Skor SDSC 

AA01  Perempuan  104.5  17  6  gizi baik  40 

AB02  Perempuan  118  21  6  gizi baik  41 

AC03  Laki‐laki  120  22  8  gizi baik  58 

AD04  Perempuan  111  18  7  gizi baik  60 

AE05  Perempuan  122  27  9  gizi lebih  65 

AF06  Perempuan  120  20  6  gizi kurang  46 

AG07  Laki‐laki  124  23  7  gizi baik  69 

AH08  Perempuan  112  18  7  gizi baik  44 

AI09  Perempuan  117  18  7  gizi baik  42 

AJ10  Perempuan  116  24  8  gizi baik  56 

AK11  Perempuan  115  20  7  gizi baik  42 

AL12  Laki‐laki  120  20  8  gizi kurang  52 

AM13  Laki‐laki  122  22  11  gizi baik  42 

AN14  Laki‐laki  119  21  8  gizi baik  40 

AO15  Laki‐laki  120  19  8  gizi kurang  44 

AP16  Laki‐laki  119  20  7  gizi baik  48 

AQ17  Laki‐laki  114  19  7  gizi baik  50 

AR18  Laki‐laki  123  22  10  gizi baik  39 

AS19  Perempuan  126  24  9  gizi baik  44 

AT20  Perempuan  125  21  9  gizi baik  53 

AU21  Perempuan  118  21  8  gizi baik  39 

AV22  Perempuan  120  22  8  gizi baik  48 

AW23  Perempuan  123  23  8  gizi baik  39 

AX24  Perempuan  119  22  7  gizi baik  40 

AY25  Perempuan  118  24  8  gizi baik  46 

AZ26  Laki‐laki  135  30  11  gizi baik  57 

BA01  Laki‐laki  128  27  10  gizi baik  50 

BB02  Perempuan  132  32  11  gizi baik  44 

BC03  Laki‐laki  131  31  10  gizi baik  48 

BD04  Laki‐laki  132  26  10  gizi baik  45 

BE05  Laki‐laki  144  44  11  gizi lebih  44 

BF06  Perempuan  137  28  10  gizi baik  47 

(15)

BH08  Laki‐laki  123  23  11  gizi baik  43 

BI09  Laki‐laki  134  33  13  gizi baik  53 

BJ10  Laki‐laki  123  23  10  gizi baik  41 

BK11  Laki‐laki  125  33  9  gizi lebih  49 

BL12  Perempuan  122  33  9  gizi baik  50 

BM13  Perempuan  124  22  9  gizi baik  52 

BN14  Perempuan  128  24  9  gizi baik  45 

BO15  Laki‐laki  129  26  9  gizi baik  47 

BP16  Laki‐laki  132  28  12  gizi baik  63 

BQ17  Perempuan  145  40  12  gizi baik  49 

BR18  Laki‐laki  128  31  12  gizi baik  39 

BS19  Perempuan  127  26  10  gizi baik  39 

BT20  Laki‐laki  128  29  11  gizi baik  39 

BU21  Laki‐laki  114.5  20  6  gizi baik  36 

BV22  Laki‐laki  109.5  18  5  gizi baik  38 

BW23  Perempuan  107  17  5  gizi baik  38 

BX24  Perempuan  105  14  5  gizi kurang  30 

BY25  Laki‐laki  114  18  7  gizi baik  32 

BZ26  Laki‐laki  122  23  7  gizi baik  38 

CA01  Perempuan  113  19  8  gizi baik  29 

CBO2  Laki‐laki  119  24  7  gizi baik  37 

CC03  Perempuan  121  20  8  gizi baik  37 

CD04  Laki‐laki  129  27  9  gizi baik  36 

CE05  Perempuan  125  23  8  gizi baik  30 

CF06  Perempuan  126  24  9  gizi baik  37 

DG07  Perempuan  119  22  9  gizi baik  34 

DH08  Laki‐laki  116  22  9  gizi baik  32 

DI09  Perempuan  121  20  8  gizi baik  34 

DJ10  Laki‐laki  133  25  9  gizi baik  33 

DK11  Perempuan  126  25  9  gizi baik  38 

DL12  Perempuan  124  22  8  gizi baik  38 

DM13  Laki‐laki  129  29  9  gizi baik  37 

DN14  Perempuan  127  27  10  gizi baik  34 

DO15  Perempuan  124  24  10  gizi baik  33 

DP16  Laki‐laki  126  25  9  gizi baik  33 

DQ17  Laki‐laki  133  28  11  gizi baik  32 

DR18  Laki‐laki  126  24  9  gizi baik  36 

DS19  Perempuan  132  24  9  gizi kurang  35 

DT20  Perempuan  117  23  9  gizi baik  33 

DU21  Perempuan  125  24  10  gizi baik  33 

(16)

DW23  Perempuan  138  39  12  gizi baik  33 

DX24  Perempuan  133  30  11  gizi baik  38 

DY25  Laki‐laki  150  45  11  gizi lebih  31 

DZ26  Laki‐laki  138  42  11  gizi lebih  36 

(17)

Daftar Pustaka

Almatsier S, 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama.

Arisman, 2010. Gizi Dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi, Ed. 2. Jakarta:

Kedokteran EGC, 206-233.

Choi, KM., Lee, JS., Park, HS., Choi, DS., & Kim, SM., 2008. Relationship

between sleep duration and the metabolic syndrome: Korean National

Health and Nutrition Survey 2001. International Journal of Obesity

(2008) 32, 1091–1097

Devi, Mazarina. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Status

Gizi Balita Di Pedesaan. Teknologi Dan Kejuruan, Vol. 33, No. 2,

September 2010: 183-192.

Departemen Kesehatan, 2013 Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), Laporan

Nasional 2013. Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan,

Depkes RI. Available from: http://litbang.depkes.go.id [Accessed 16

April 2015].

Fasyah, RC., Hidayah nurul. Hubungan pemenuhan nutrisi pada bayi dengan

kualitas tidur di BPS Ny. Siti Naimah Amd.Keb di desa Padangasri

kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto. Hospital Majapahit, Vol. 5

no. 1, Februari 2013 :15-31

Japardi, Iskandar. 2002. Gangguan Tidur. Available from:

http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi12.pdf [

Accessed 21 April 2015]

MENKES RI. 2010. Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak. Available

from

http://www.gizikia.depkes.go.id/category/direktorat-bina-kesehatan-anak/ [ Accessed 28 Mei 2015]

Natalita C, Sekartini R, Poesponegoro H. Skala Gangguan Tidur untuk Anak

(SDSC) sebagai Instrumen Skrining Gangguan Tidur pada Anak Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama. Sari Pediatri. 2011;12:365-72.

Nelson, Waldo E. et al. 2013. Ilmu Kesehatan Anak. edisi 15 vol. 1 Jakarta :

(18)

Notoatmodjo S. 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Rumende, Martin C. 2006. Tatalaksana Nutrisi pada Pasien PPOK. Jakarta:

FKUI.

Sadock, Benjamin J. dan Virginia A. Sadock. 2010. Tidur Normal dan Gangguan

Tidur. Dalam Buku Ajar Psikiatri Klinis. Jilid 2. Jakarta : Kedokteran

EGC.

Saputra, AM,. Yuniarti, AF. Studi komparasi kulaitas tidur anak obesitas dan

tidak obesitas pada anak di SD Negeri Serang Sedangsari Pengasih

Kulom Progo. Available from

http://opac.say.ac.id/390/1/NASKAH%20PUBLIKASI%20PDF.pdf [

Accesed November 2015 ]

Sarrafi-Zadeh S, Dhawadkar S, Singh RB, Meester FD,Wilczynska A, Wilson

DW, et al. Nutritional Modulators of Sleep Disorders. The Open

Nutraceuticals Journal 2012; 5 : 1-14.

Sherwood, L. 2012. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Ed 6. Jakarta : EGC

Siagian, Darmawan., Siagian, Albiner., dan Lubis Zubaidah. 2012. Gambaran

Status Gizi Anak Sekolah Dasar Daerah Eks-Transmigrasi Dan

Penduduk Lokal Di Kecamatan Pelawan Kabupaten Sarolangun Provinsi

Jambi Tahun 2012. Available from

http://jurnal.usu.ac.id/index.php/gkre/article/viewFile/3649/1733 [

Accesed 20 April 2015]

Sibarani, Bobi. 2014. Gambaran Pola Tidur Anak yang dirawat Inap di RS Sari

Mutiara medan. Available from http://repository.usu.ac.id

Supariasa, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Tanjung MFC, Sekartini R. Masalah Tidur pada Anak. Sari Pediatri 2004; 6:138-

42.

WHO. 2007. Grafik IMT/U Available from

http://www.who.int/growthref/who2007_bmi_for_age/en/ [ Accessed 30

Mei 2015]

Young, T., Peppard, P.E., Taheri, S., 2005. Excess Weight and Sleep Disordered

(19)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Ket : Yang diamati dalam penelitian ini adalah kotak bergaris tebal.

(20)

3.2 Definisi Operasional

3.2.1 Status Gizi

Status gizi di definisikan sebagai tanda - tanda penampilan

seseorang akibat keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang

berasal dari pangan yang dikonsumsi pada suatu saat berdasarkan pada kategori

dan indikator yang digunakan (Depkes, 2002). Cara pengukuran status gizi

dengan menggunakan pengukuran Antropometri IMT/ U. IMT = BB/TB (dalam

mm).Pengukuran Berat Badan dengan cara diukur dengan keadaan pakaian semua

saku kosong, tanpa ikat pinggang, tanpa sepatu dan kaos kaki, posisi anak berdiri

tegak menghadap ke depan, dilakukan 3x penimbangan diambil reratanya.

Pengukuran Tinggi Badan dengan cara diukur dalam keadaan tanpa sepatu dan

kaos kaki, posisi anak berdiri tegak menghadap ke depan dengan pandangan mata

sejajar telinga, kepala, punggung, pantat dan tumit menempel pada satu bidang

tegak, dilakukan 3x pengukuran diambil reratanya. Alat ukur menggunakan

timbangan berat badan merek Smic ZT 120 dengan ketelitian 0,5 kg dan alat ukur

tinggi badan merek Smic ZT 120 dengan ketelitian 0,5 cm , dan tabel Z-skor IMT

terhadap umur. Hasil ukur yang diperoleh adalah status gizi kurang ( <-2SD ),

status gizi baik ( -2SD sampai dengan 1SD ), dan status gizi lebih ( > 1SD). Skala

pengukuran yang digunakan adalah Ordinal .

3.2.2. Gangguan Tidur

Gangguan tidur di definisikan sebagai suatu kumpulan kondisi yang

dicirikan dengan adanya gangguan dalam jumlah, kualitas, atau waktu tidur. Cara

pengukuran menggunakan kuisioner yang diisi oleh orangtua siswa. Alat ukur

yang digunakan adalah kuesioner Sleep Disturbance and Scale for Children yang

telah dimodifikasi. Hasil pengukuran berdasarkan skor, jika skor yang diperoleh

>39 artinya terdapat gangguan tidur sedangkan jika skor ≤39 artinya tidak

terdapat gangguan tidur pada anak tersebut. Skala pengukuran yang digunakan

(21)

3.3 Hipotesis

(22)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross

sectional. Alasan digunakan pendekatan ini, setiap sampel penelitian dilakukan

pengukuran Berat Badan dan Tinggi Badan kemudian diberikan kuesioner yaitu

kuesioner Sleep Disturbance Scale for Children secara simultan (dalam waktu

yang bersamaan) ( Notoatmodjo, 2010).

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

4.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus – Desember 2015.

4.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri No. 10 Samosir.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah siswa dan siswi SDN 10 Samosir.

4.3.2 Sampel Penelitian

Dalam mengambil sampel penelitian digunakan metode total sampling,

yaitu seluruh populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dijadikan

(23)

Sampel penelitian harus memenuhi kriteria inklusi serta tidak memiliki kriteria

eksklusi.

Kriteria Inklusi :

1. Orang tua yang bersedia melakukan dan menyelesaikan pengisian

kuisioner.

2. Siswa dan Siswi yang hadir pada saat dilakukan penelitian.

Kriteria Eksklusi :

1. Anak yang memiliki kelainan anatomis.

2. Anak yang mengalami gangguan tidur karena faktor lain seperti faktor

psikis dan anak yang mengalami sakit berat.

4.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpul merupakan data primer dengan parameter pengukuran

berupa berat badan dan tinggi badan. Responden pada penelitian ini adalah

seluruh siswa – siswi di SDN 10 Samosir.

Pengukuran berat badan dilakukan dengan menggunakan alat timbangan

injak sesuai dengan prosedur pengukuran timbangan injak dan dinilai dalam

satuan kilogram (kg). Pengukuran tinggi badan dilakukan dengan menggunakan

alat ukur tinggi bada sesuai dengan prosedur pengukuran tinggi badan dan dinilai

dalam satuan centimeter (cm). Sementara data usia dan jenis kelamin anak

diperoleh melalui pengamatan dan wawancara langsung terhadap siswa-siswi

yang dicocokkan dengan data yang sudah diterima pada lembar persetujuan. Hasil

pengukuran berat badan dan tinggi badan dikumpulkan untuk kemudian dicari

status gizi yang disesuaikan dengan usia dan jenis kelamin masing-masing anak

(24)

Kuesioner yang digunakan adalah Sleep Disturbance Scale for Children

yang sudah divalidasi dan digunakan pada penelitian sebelumnya yang bertujuan

mengetahui gangguan tidur pada anak. Kuesioner diberikan kepada orangtua

siswa melalui siswa dan dikembalikan 4 hari kemudian.

4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data diolah dan dianalisis secara komputerisasi menggunakan program

Statistical Product and Service Solution (SPSS) yang meliputi langkah- langkah

sebagai berikut :

1. Editing

Memeriksa kembali kelengkapan setiap lembar kuesioner yang mencakup

kelengkapan jawaban, kerelevanan jawaban, dan kejelasan penulisan identitas

serta kelengkapan data pengukuran antropometri mencakup identitas, tinggi

badan, dan berat badan.

2. Coding

Setelah data terkumpul dan dikoreksi, selanjutnya diberi kode oleh

peneliti.

3. Entry

Data yang telah melewati proses coding lalu dimasukkan ke dalam

program komputer.

4. Data Cleaning

Semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer diperiksa kembali

apakah sudah sesuai dengan data penelitian. Perlu dicek kembali untuk melihat

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode dan ketidaklengkapan, kemudian

(25)

5. Saving

Data dalam komputer lalu disimpan untuk dianalisis.

6. Analisis data

Data yang telah dikumpulkan dari setiap pengukuran diolah dan

dimasukkan dalam bentuk tabel-tabel distribusi untuk mempermudah pengolahan

dan pembahasan data serta pengambilan kesimpulan dengan menggunakan

bantuan SPSS (Statistical Package for the Social Science) dan kemudian seluruh

data dimasukkan ke dalam komputer (data entry) untuk dianalisa. Data dianalisis

secara bivariat untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan dari variabel yang

(26)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Proses pengumpulan data untuk hasil penelitian dilakukan dengan

menggunakan instrumen kuesioner yang telah diisi oleh orang tua siswa dan data

hasil pengukuran antropometri siswa. Hasil tersebut kemudian dianalisis lalu

dipaparkan di bawah ini.

5.1.1 Karakteristik Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 10 Samosir yang

terletak di desa Lumban suhi-suhi toruan, Kecamatan Pangururan, Kabupaten

Samosir Sumatera Utara. Sekolah ini memiliki 6 ruangan kelas dan 1 ruangan

untuk kantor guru. Fasilitas yang dimiliki sekolah ini berupa sebuah perpustakaan

yang terletak dibelakang gedung, kamar mandi dan sebuah lapangan untuk baris

berbaris dan sekaligus digunakan sebagai lapangan basket dan olahraga lainnya.

Gedung Sekolah Dasar Negeri 10 sebelah timur berbatasan dengan

perpustakaan dan gedung kepala desa yang sudah tidak berfungsi lagi, sebelah

selatan berbatasan dengan perumahan warga setempat, sebelah barat berbatasan

dengan jalan raya besar Simanindo dan sebelah Utara berbatasan dengan

Perkebunan milik kelompok tani warga setempat. Sekolah Dasar ini dikepalai

oleh Ibu Resdi Sinaga SPd. Saat dilaksanakannya penelitian ini terdaftar 10 guru

dan 102 siswa.

5.1.2 Karakteristik Responden Penelitian

Jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 79 siswa dan siswi

SDN 10 Samosir yang telah memenuhi kriteria inklusi dan tidak memiliki kriteria

(27)

5.1.2.1 Karakteristik Responden berdasarkan Tinggi Badan dan Berat Badan

Data hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan responden disajikan

dalam tabel dibawah ini

Tabel 5.1 Hasil pengukuran Berat badan dan Tinggi badan responden

Usia Berat badan Tinggi Badan n

5 tahun 14-18 kg 105-109,5 cm 3

6 tahun 17-21 kg 104,5-120 cm 4

7 tahun 18-24 kg 111-124 cm 11

8 tahun 19-24 kg 113-125 cm 14

9 tahun 21-33 kg 116-133 cm 20

10 tahun 22-31 kg 123-137 cm 11

11 tahun 22-45 kg 122-150 cm 10

12 tahun 28-40 kg 128-145 cm 4

13 tahun 33-36 kg 134-135 cm 2

Data hasil pengukuran Tinggi Badan dan Berat Badan responden telah disajikan

dalam tabel diatas. Data tersebut akan digunakan untuk melengkapi data

(28)

5.1.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Gizi

Status gizi dikategorikan menjadi status gizi kurang ( <-2SD ), Status gizi

baik ( -2SD sampai dengan 1SD ), dan status gizi lebih ( > 1SD ). Sebaran subjek

penelitian berdasarkan IMT/U dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi subjek penelitian berdasarkan Status gizi

Berdasarkan Tabel diatas, diketahui bahwa dari 79 subjek penelitian (100%),

5 orang (6,3% ) masuk kedalam kategori gizi kurang, 69 orang (87,3 %) masuk

dalam kategori gizi baik, dan 5 orang (6,3%) masuk dalam kategori gizi lebih.

Status Gizi n %

Gizi Kurang 5 6,3

Gizi Baik 69 87,3

Gizi Lebih 5 6,3

(29)

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi subjek penelitian berdasarkan Status gizi dan

jenis kelamin

Jenis Kelamin Gizi kurang Gizi baik Gizi lebih Total

Laki-laki 2 32 4 38

Perempuan 3 37 1 41

Total 5 69 5 79

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa dari 79 subjek penelitian, terdapat 38

orang responden laki-laki dan 41 orang responden perempuan. Adapun reponden

laki-laki, 2 orang masuk kategori status gizi kurang , 32 orang masuk dalam

kategori gizi baik dan 4 orang masuk dalam kategori gizi lebih. Responden

perempuan, 3 orang masuk kategori gizi kurang, 37 orang kategori gizi baik dan 1

(30)

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi subjek penelitian berdasarkan status gizi dan

umur

Status Gizi

Usia Gizi kurang Gizi baik Gizi Lebih Total

5 1 2 0 3

6 1 3 0 4

7 0 11 0 11

8 2 12 0 14

9 1 17 2 20

10 0 11 0 11

11 0 7 3 10

12 0 4 0 4

13 0 2 0 2

Total 5 69 5 79

Berdasarkan tabel diatas, umur responden berkisar 5-13 tahun. Terdapat 3

orang responden yang berumur 5 tahun, 1 orang masuk kategori gizi kurang, 2

orang masuk kategori gizi baik. 4 orang responden yang berumur 6 tahun, 1 orang

masuk kategori gizi kurang dan 3 orang masuk kategori gizi baik. 11 orang

responden yang berumur 7 tahun, 11 orang masuk kategori gizi baik. 14 orang

responden berumur 8 tahun, 2 orang masuk kategori gizi kurang dan 12 orang

masuk kategori gizi baik. 20 orang responden berumur 9 tahun, 1 orang masuk

kategori gizi kurang, 17 orang masuk kategori gizi baik dan 2 orang masuk

kategori gizi lebih. 11 orang responden berumur 10 tahun dan 11 orang masuk

kategori gizi baik. 10 orang responden berumur 11 tahun, 7 orang masuk kategori

gizi baik dan 3 orang masuk kategori gizi lebih. 4 orang responden berusia 12

tahun dan 4 orang masuk kategori gizi baik. 2 orang responden berumur 13 tahun

(31)

5.1.2.3 Karakterisitik Responden Berdasarkan Status Gangguan Tidur

Status Gangguan tidur dikategorikan menjadi Terdapat gangguan tidur

(skor > 39) dan Tidak terdapat gangguan tidur (skor ≤39).

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi subjek penelitian berdasarkan status

gangguan tidur

Gangguan Tidur n %

Ya 46 58,2

Tidak 33 41,8

Total 79 100

Berdasarkan Tabel diatas diketahui bahwa dari 79 subjek penelitian (100%), 46

orang (58,2 %) masuk kedalam kategori Terdapat gangguan tidur dan 33 orang

(41,8 %) masuk dalam kategori Tidak terdapat gangguan tidur.

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi subjek penelitian berdasarkan Status

Gangguan tidur dan Jenis kelamin

Jenis Kelamin

Gangguan Tidur Laki-laki Perempuan Total

Ya 22 24 46

Tidak 16 17 33

Total 38 41 79

Berdasarkan tabel diatas, diketahui dari 79 subjek penelitian terdapat 38 orang

laki-laki dan 41 orang perempuan. Adapun responden laki-laki, 22 orang masuk

dalam kategori terdapat gangguan tidur dan 16 orang masuk kategori tidak

terdapat gangguan tidur. Responden perempuan, 24 masuk kategori terdapat

(32)

Tabel 5.7 Distribusi frekuensi penelitian berdasarkan status gangguan tidur

Berdasarkan tabel diatas diketahui, terdapat 3 orang responden yang berumur 5

tahun, 3 orang masuk kategori Tidak terdapat gangguan tidur. 4 orang responden

berusia 6 tahun, 1 orang masuk kategori Tidak terdapat gangguan tidur dan 3

orang masuk kategori Terdapat gangguan tidur. 11 orang responden berumur 7

tahu, 3 orang masuk kategori Tidak terdapat gangguan tidur dan 8 orang masuk

kategori Terdapat gangguan tidur. 14 orang responden berumur 8 tahun, 5 orang

masuk kategori Tidak terdapat gangguan tidur dan 9 orang masuk kategori

Terdapat gangguan tidur. 20 orang responden berumur 9 tahun, 11 orang masuk

kategori Tidak terdapat gangguan tidur dan 9 orang masuk kategori Terdapat

gangguan tidur. 11 responden berumur 10 tahun, 4 orang masuk kategori Tidak

terdapat gangguan tidur dan 7 orang masuk kategori Terdapat gangguan tidur.

10 responden berumur 11 tahun, 4 masuk kategori Tidak terdapat gangguan tidur

dan 6 orang masuk kategori Terdapat gangguan tidur. 4 responden beumur 12

(33)

kategori Terdapat gangguan tidur. 2 responden berumur 13 tahun, 1 orang masuk

kategori Tidak terdapat gangguan tidur dan 1 orang masuk kategori Terdapat

gangguan tidur.

5.1.3 Hubungan Status Gizi dengan Gangguan Tidur pada Anak di SD N 10

Samosir

Peneliti ingin mengetahui apakah terdapat hubungan antara status gizi

dengan gangguan tidur. Status gizi pada penelitian ini dibagi menjadi gizi kurang,

gizi baik dan gizi lebih. Gangguan tidur pada penelitian ini dibagi menjadi

Terdapat gangguan tidur pada anak dan Tidak terdapat gangguan tidur pada anak.

Tabel penelitian ini diuji menggunakan tabel 3x2, hipotesis diuji

menggunakan Fisher’s Exact Test.

Tabel 5.8 Hubungan status gizi dengan gangguan tidur pada anak

Status Gizi Gangguan tidur Total

Tidak Ya

Dari penelitian , berdasarkan status gizi diketahui bahwa dari 79 subjek penelitian,

5 orang (6,3%) termasuk kedalam kelompok status gizi kurang, 69 orang (87,3%)

kelompok gizi baik dan 5 orang (6,3%) masuk kedalam kelompok gizi lebih.

Sedangkan berdasarkan status gangguan tidur, total jumlah subjek yang tidak

mengalami gangguan tidur adalah sebanyak 33 orang (41,8%), dan subjek

(34)

Pada uji Fisher’s Exact Test didapatkan nilai p = 0,2 (p > 0,05), sehingga

dapat dinyatakan tidak adanya hubungan yang bermakna antara status gizi dengan

gangguan tidur pada anak.

5.2 Pembahasan

Melalui hasil penelitian yang telah disebutkan sebelumnya yang dilakukan

pada siswa/siswi SDN 10 Samosir, diperoleh data yang diperlukan. Untuk itu,

selanjutnya dilakukan pembahasan dengan rincian sebagai berikut.

5.2.1 Status gizi pada siswa/siswi SDN 10 Samosir

Dari data tabel 5.1 diketahui dari 79 subjek penelitian (100%), 5 orang

(6,3%) masuk kedalam kategori gizi kurang yakni anak yang mempunyai status

gizi yang berada di ambang batas -2 SD kebawah pada kuva IMT/U. 69 orang

(87,3%) masuk kedalam kategori gizi baik yakni anak yang mempunyai status

gizi yang berada diantara 1 SD sampai < -2SD pada kurva IMT/U, dan 5 orang

(6,3%) masuk kategori gizi lebih yakni anak yang mempunyai status gizi yang

berada diatas 1SD pada kurva IMT/U.

Hasil penelitian juga diperoleh berdasarkan jenis kelamin, responden

laki-laki yang masuk kategori gizi kurang sebanyak 2 orang, gizi baik sebanyak 32

orang dan gizi lebih sebanyak 4 orang, sedangkan responden perempuan yang

masuk kategori gizi kurang sebanyak 3 orang, gizi baik 37 orang dan gizi lebih 1

orang.

Berdasarkan umur responden mulai dari umur 5 – 13 tahun, diambil

jumlah paling mendominasi setiap kategori. Anak yang termasuk kedalam gizi

kurang sebanyak 2 orang terdapat pada umur 8 tahun, anak yang termasuk

kedalam gizi baik sebanyak 17 orang terdapat pada umur 9 tahun dan anak yang

termasuk kategori gizi lebih sebanyak 2 orang terdapat pada umur 11 tahun.

Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi status gizi pada anak adalah

(35)

pendidikan yang rendah dan jumlah anggota keluarga. Pada penelitian ini tidak

ada dilakukan tanya jawab lebih lanjut mengenai faktor yang mempengaruhi

status gizi pada responden tersebut.

5.2.2 Gangguan tidur pada siswa/siswi SDN 10 Samosir

Dari hasil kuesioner SDSC yang sudah diolah, diperoleh hasil jumlah

respoden yang mengalami gangguan tidur sebanyak 46 orang (58,2%) dan

reponden yang tidak mengalami gangguan tidur sebanyak 33 orang (41,8%). Hasil

penggolongan ini diperoleh menggunakan skor kuesioner yang dijadikan sebagai

instrument untuk menilai gangguan tidur pada anak, dimana jika jumlah skor > 39

disebut anak tersebut mengalami gangguan tidur dan jika skor ≤39 disebut anak

tersebut tidak mengalami gangguan tidur.

Dari penelitian juga diperoleh berdasarkan jenis kelamin, responden

laki-laki yang mengalami gangguan tidur sebanyak 22 orang dan yang tidak

mengalami gangguan tidur sebanyak 16 orang, sedangkan responden perempuan

yang mengalami gangguan tidur sebanyak 24 orang dan yang tidak mengalami

gangguan tidur sebanyak 17 orang.

Berdasarkan umur responden diperoleh data yang mempunyai frekuensi

lebih banyak, responden yang berumur 8 dan 9 tahun terdapat masing-masing

sebanyak 9 anak yang mengalami gangguan tidur dan pada umur 9 tahun terdapat

11 anak yang tidak mengalami gangguan tidur.

Faktor yang dapat mempengaruhi tidur pada anak adalah keadaan anak

yang ketakutan, suara bising, kecemasan karena merasa terpisah dengan orangtua,

dan jika anak dalam keadaan sakit dapat menjadi faktor yang mengganggu tidur

anak. Prevalensi anak laki-laki yang mengalami gangguan tidur 2-5% lebih sering

dibandingkan pada anak perempuan (Nelson,2013) tetapi berdasarkan hasil

penelitian diperoleh subjek penelitian perempuan lebih banyak yang mengalami

gangguan tidur dibandingkan subjek penelitian laki-laki. Namun untuk lebih

(36)

sehingga subjek penelitian memiliki gambaran gangguan tidur demikian,

diperlukan penelitian lebih lanjut.

5.2.3 Hubungan status gizi dengan gangguan tidur pada siswa/siswi SDN 10

Samosir

Berdasarkan tabel 5.7 tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna

dari status gizi dengan gangguan tidur. Pada penelitian sebelumnya menyebutkan

bahwa vitamin dan mineral seperti defisiensi vitamin B6 dapat menyebabkan

distress psikologis dan gangguan tidur, vitamin B12 dapat memperbaiki gejala

gangguan siklus tidur-bangun, defisiensi zat besi diduga penyebab restlegs

syndrome yaitu gangguan yang ditandai dengan sensasi yang tidak normal pada

kaki sehingga dapat menyebabkan kesulitan memulai tidur. Pada penelitian ini

tidak dilakukan pengukuran terhadap kadar zat tersebut, melainkan hanya

dilakukan pengukuran terhadap status gizi pada subjek penelitian.

Hasil penelitian yang sama juga diperoleh dengan penelitian yang

dilakukan oleh William cheng dan Rini Sekartini pada tahun 2012, dimana tidak

ditemukan hubungan yang bermakna antara status gizi dengan gangguan tidur

pada anak usia 5-7 tahun di Kampung Melayu, Jakarta Timur.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh M.Ardiasyah Saputra pada

siswa/siswi SD Negeri Serang Sendangsari Pengasih Kulon Proyo menunjukkan

pada anak yang termasuk kategori gizi lebih yaitu anak yang obesitas 30 anak

(100%) mengalami gangguan tidur sedangkan pada anak yang tidak obesitas 23

anak (76,7%) anak mengalami gangguan tidur. Pada hasil penelitian yang

dilakukan oleh Cairis dan Nurul di desa Padangasri kecamatan Jatirejo,

Kabupaten Mojokerto menyebutkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara

pemenuhan nutrisi dan gangguan tidur yang terjadi pada bayi usia 6-9 bulan, bayi

yang pemenuhan nutrisi nya kurang mengalami gangguan tdur yang lebih banyak

(37)

Subjek penelitian telah dipilih sedemikian rupa sehingga variabel faktor

resiko yang dapat menyebabkan gangguan tidur dapat diminimalisir. Meskipun

karakteristik subjek penelitian telah dipilih sedemikian rupa, pada kenyataannya

penelitian ini belum mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat

mempengaruhi tidur seperti infeksi, faktor biologis, posisi tidur, faktor emosional

dan faktor kebiasaan tidur.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, mata pencaharian masyarakat

Samosir mayoritas adalah petani, nelayan dan pengrajin, dimana tidak hanya

orangtua saja yang bekerja, anak-anak mulai dari Sekolah Dasar (SD) hingga

Sekolah Menengah Atas (SMA) sudah bekerja membantu orangtua. Ketika pulang

sekolah anak-anak langsung bekerja membantu orangtua ke ladang ataupun pergi

ke danau. Hal ini dapat berdampak terhadap berkurangnya waktu istirahat anak

dan dapat menyebabkan anak kelelahan yang dapat berdampak terhadap tidur si

anak. Oleh karena itu, untuk memastikan apakah ada hubungan antara status gizi

dengan gangguan tidur pada anak perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan

(38)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Gambaran status gizi pada subjek penelitian diperoleh dari 79 subjek

penelitian 5 orang masuk kedalam kategori gizi kurang, 69 orang

masuk dalam kategori gizi baik, dan 5 orang masuk dalam kategori

gizi lebih.

2. Gambaran gangguan tidur pada subjek penelitian diperoleh dari 79

subjek penelitian 46 orang masuk kedalam kategori Terdapat

gangguan tidur dan 33 orang masuk dalam kategori Tidak terdapat

gangguan tidur.

3. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan

gangguan tidur pada anak.

6.2 Saran

Dari seluruh proses penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam menyelesaikan

penelitian ini maka dapat diajukan beberapa saran yang mungkin dapat

bermanfaat. Adapun saran tersebut, yaitu :

1. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya untuk mengetahui faktor

penyebab gangguan tidur karena dari hasil penelitian ditemukan

jumlah responden yang lebih banyak mengalami gangguan tidur

dibandingkan yang tidak mengalami gangguan tidur.

2. Walaupun tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara status gizi

dengan gangguan tidur pada anak, tetap perlu memperhatikan status

(39)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Status Gizi

2.1.1 Pengenalan Gizi

Secara klasik kata gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh, yaitu

untuk menyediakan energi, membangun, dan memelihara jarigan tubuh, serta

mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh. Tetapi, sekarang kata gizi

mempunyai pengertian lebih luas, disamping untuk kesehatan, gizi dikaitkan

dengan potensi ekonomi seseorang, karena gizi berkaitan dengan perkembangan

otak, kemampuan belajar, dan produktivitas kerja. Oleh karena itu, di Indonesia

yang sekarang sedang membangun, faktor gizi di samping faktor-faktor lain

dianggap penting untuk memacu pembangunan, khususnya yang berkaitan dengan

pengembangan sumber daya manusia berkualitas ( Almatsier, 2010).

2.1.2 Pengertian Status Gizi

Menurut Depkes (2002), status gizi merupakan tanda-tanda penampilan

seseorang akibat keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang

berasal dari pangan yang dikonsumsi pada suatu saat berdasarkan pada kategori

dan indikator yang digunakan.

2.1.3 Status Gizi Anak di Indonesia

Secara nasional prevalensi kurus (menurut IMT/U) pada anak umur 5-12

tahun adalah 11.2 persen, terdiri dari 4,0 persen sangat kurus dan 7,2 persen

kurus. Prevalensi sangat kurus paling rendah di Bali (2,3%) dan paling tinggi di

Nusa Tenggara Timur (7,8%). Sebanyak 16 provinsi dengan prevalensi sangat

kurus diatas nasional, yaitu Sumatera Barat, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan

Tengah, Kalimantan Timur, Papua, Papua Barat, Sulawesi Tengah, Banten, Jawa

(40)

Gorontalo, dan Nusa Tenggara Timur. Masalah gemuk pada anak umur 5-12

tahun masih tinggi yaitu 18,8 persen, terdiri dari gemuk 10,8 persen dan sangat

gemuk (obesitas) 8,8 persen. Prevalensi gemuk terendah di Nusa Tenggara Timur

(8,7%) dan tertinggi di DKI Jakarta (30,1%). Sebanyak 15 provinsi dengan

prevalensi sangat gemuk diatas nasional, yaitu Kalimantan Tengah, Jawa Timur,

Banten, Kalimantan Timur, Bali, Kalimantan Barat, Sumatera Utara, Kepulauan

Riau, Jambi, Papua, Bengkulu, Bangka Belitung, Lampung dan DKI Jakarta.

Prevalensi kurus pada remaja umur 13-15 tahun adalah 11,1 persen terdiri

dari 3,3 persen sangat kurus dan 7,8 persen kurus. Prevalensi sangat kurus terlihat

paling rendah di Bangka Belitung (1,4 %) dan paling tinggi di Nusa Tenggara

Timur (9,2%). Sebanyak 17 provinsi dengan prevalensi anak sangat kurus

(IMT/U) diatas prevalensi nasional yaitu Riau, Aceh, Jawa Tengah, Lampung,

Jambi, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, Kalimantan Barat,

Banten, Papua, Sumatera Selatan, Gorontalo, Papua Barat, Nusa Tenggara Barat,

dan Nusa Tenggara Timur. Prevalensi gemuk pada remaja umur 13-15 tahun di

Indonesia sebesar 10.8 persen, terdiri dari 8,3 persen gemuk dan 2,5 persen sangat

gemuk (obesitas). Sebanyak 13 provinsi dengan prevalensi gemuk diatas nasional,

yaitu Jawa Timur, Kepulauan Riau, DKI, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat,

Bangka Belitung, Bali, Kalimantan Timur, Lampung, Sulawesi Utara dan Papua

Prevalensi kurus pada remaja umur 16-18 tahun secara nasional sebesar

9,4 persen (1,9% sangat kurus dan 7,5% kurus). Sebanyak 11 provinsi dengan

prevalensi kurus diatas nasional, yaitu Aceh, Riau, Kalimantan Selatan, Maluku

Utara, DKI Jakarta, Kalimantan Tengah, Banten, Sumatera Selatan, Nusa

Tenggara Barat, Maluku, Papua dan Nusa Tenggara Timur. Prevalensi gemuk

pada remaja umur 16 – 18 tahun sebanyak 7,3 persen yang terdiri dari 5,7 persen

gemuk dan 1,6 persen obesitas. Provinsi dengan prevalensi gemuk tertinggi

adalah DKI Jakarta (4,2%) dan terendah adalah Sulawesi Barat (0,6%). Lima

belas provinsi dengan prevalensi sangat gemuk diatas prevalensi nasional, yaitu

Bangka Belitung, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Banten, Kalimantan Tengah,

(41)

Timur, Sulawesi Utara dan DKI Jakarta (Riskesdas, 2013).

2.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

Anak yang dilahirkan dengan berat badan rendah berpotensi menjadi anak

dengan gizi kurang, bahkan menjadi buruk. Faktor lain yang mempengaruhi status

gizi anak diantaranya adalah faktor ekonomi keluarga yang berdampak pola

makan dan kecukupan gizi anak; faktor sosial-budaya yang mendudukkan

kepentingan ibu hamil dan ibu menyusui setelah kepentingan bapak selaku kepala

keluarga, dan anak; faktor pendidikan yang umumnya rendah sehingga berdampak

pada pengetahuan ibu yang sangat terbatas mengenai pola hidup sehat dan

pentingnya zat gizi bagi kesehatan dan status gizi anak. Semakin besar jumlah

anggota keluarga, semakin besar persentase status gizi kurang ( Devi, 2010).

2.3 Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi pada dasarnya merupakan proses pemeriksaan gizi

seseorang dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang bersifat objektif

maupun subjektif, untuk kemudian dibandingkan dengan baku yang tersedia. Data

objektif diperoleh dari data pemeriksaan laboratorium perorangan, serta sumber

lain yang dapat diukur oleh anggota tim penilai. Komponen penilaian status gizi

meliputi : asupan pangan, pemeriksaan biokimia, pemeriksaan klinis dan riwayat

mengenai kesehatan, pemeriksaan antropometris, serta data psikososial

(Arisman, 2010).

1) Asupan Pangan

Fase ini merupakan satu tahap penilaian status gizi yang paling sulit dan

tidak jarang membuat penilai frustasi karena berbagai sebab. Pertama, manusia

memiliki sifat lupa sehingga orang sering tidak mampu mengingat dengan pasti

jenis (apalgi jumlah) makanan yang telah disantap. Kedua, manusia sering

mengedepankan gengsi jika diberi tahu bahwa makanan mereka akan dinilai, pola

(42)

tercantum di menu keluarga, susunan menu seperti itu tidak jarang tersaji pada

saat penilaian dilaksanakan. Ketiga, sejauh ini belumlah mungkin penghitungan

komposisi makanan secara akurat, kecuali kegiatan pangan dapat terawasi dengan

ketat. Di samping itu masih terdapat kendala lain yang berpotensi menyendatkan

langkah penilaian ini. Kendala tersebut antara lain (a) daftar komposisi makanan

yang tersedia masih jauh dari sempurna bahkan lengkap saja belum, (b)

penghitungan zat gizi masih belum akurat, (c) masih banyak pangan atau makanan

yang baru/telah beredar belum tercantum dalam komposisi makanan atau

makanan siap santap,(d) cara memasak sangat bervariasi,baik secara kedaerahan

maupun perorangan dan ini sangat memengaruhi nilai gizi pangan dan (e)

perbedaan tempat tumbuh satu jenis buah dan sayur akan berpengaruh pada nilai

zat gizi yang terkandung (Arisman, 2010).

Metode yang dapat digunakan adalah :

a) Ingatan pangan 24 jam (24-hour food recall )

Mengingat kembali dan mencatat jumlah, serta jenis pangan dan minuman

yang telah dikonsumsi selama 24 jam merupakan metode pengumpulan data yang

paling banyak dan paling mudah digunakan. Kelebihan cara ini adalah

pewawancara yang menyiapkan model makanan dan mencatatnya, responden

tidak dituntut harus melek huruf. Hal yang mungkin menjadi sumber kesalahan,

antara lain (1) orang tidak dapat mengingat dengan tepat, (2) makanan yang

disantap kemarin mungkin bukan makanan yang biasa disantap, (3) orang sering

tidak melaporkan makanan yang dapat memalukan, misalnya petai, atau alkohol,

dan (4) wawasan pangan pewawancara tidak luas

b) Kuisioner frekuensi pangan (Food Frequency Questionnaire / FFQ)

Tujuan mengisi FFQ adalah melengkapi data yang tidak dapat diperoleh

melalui ingatan 24 jam. Responden di beri tugas untuk melaporkan frekuensi

makanan yang lazim dikonsumsi berdasarkan daftar makanan dalam periode

(43)

berdasarkan besaran asupan zat gizi, tetapi tidak dirancang untuk memperkirakan

asupan secara absolut. Meskipun demikian, cara ini lebih akurat untuk

menentukan rata-rata asupan zat gizi jika menu makanan dari hari ke hari sangat

bervariasi.

Kelemahan cara ini antara lain (1) tidak dapat menghasilkan data

kuantitatif tentang asupan pangan karena pangan yang disantap tidak diukur , (2)

pengisian kuisioner hanya bermodalkan ingatan, (3) responden sering malas

mengisi formulir dengan lengkap, terutama jika proses pengisian dipercayakan

sepenuhnya pada mereka dan (4) tanpa bantuan komputer, proses analisis menjadi

sulit dan melelahkan. Kelebihan cara ini adalah relative murah, cocok jika

diterapkanpada penelitian kelompok besar yang asupan pangan setiap harinya

sangat variatif, pengisian formulir dapat diserahkan pada responden dan mudah

didistribusikan.

c) Riwayat Pangan (Dietary history)

Keterangan yang dapat dijaring melalui riwayat pangan adalah (1) keadaan

ekonomi, (2) kegiatan fisik, (3) latar belakang etnis dan budaya, (4) pola makan

dan kehidupan rumah tangga, (5) nafsu makan, (6) kesehatan gigi dan mulut, (7)

alergi makanan, (8) keadaan saluran pencernaan, (9) penyakit menahun, (10) obat

yang digunakan, (11) peubahan berat badan, serta (12) masalah pangan dan gizi.

Cara ini sesungguhnya menerapkan tiga komponen anamnesis asupan

pangan, yaitu ingatan pangan 24 jam, kuisioner frekuensi pangan, dan catatan

pangan. Dengan ingatan pangan 24 jam diperoleh data tentang pola makan

responden secara umum. Informasi ini selanjutnya dibandingkan dengan kuisioner

frekuensi pangan. Akhirnya, dilakukan pencatatan makanan selama tiga hari

dengan menggunakan ukuran rumah tangga. Kelebihan cara ini, antara lain,

responden tidak harus melek huruf, tidak menyebabkan perubahan pola makan.

Sementara kelemahannya berakar pada kebergantungannya pada daya ingat, sulit

(44)

d) Catatan Pangan

Pasien diminta mencatat semua makanan dan minuman yang dikonsumsi

paling sedikit tiga hari dalam seminggu, yakni 2 hari biasa dan 1 hari libur.

Catatan harus rinci, termasuk bagaimana cara makanan dipersiapkan dan dimasak.

Jika makanan terbuat dari berbagai bahan pangan, misalnya, gado-gado, jenis

serta jumlah bahan mentahnya itu perlu ditulis, disamping resep pembuatannya.

Ukuran porsi makanan sebainya dicatat dengan mengacu pada ukran rumah

tangga (URT). Makanan yang telah terukur ini kemudian disalin kedalam ‘gram’.

Zat gizi yang terkandung dicari pada buku “daftar komposisi makanan” yang

sebelumnya harus tersedia. Jika santapan berupa makanan pabrik, carilah

kandungan zat gizinya pada label (Arisman, 2010)

2. Pemeriksaan Biokimia

Ada dua jenis protein, viseral dan somatic, yang layak dijadikan parameter

penentu status gizi. Parameter protein viseral ialah serum albumin, prealbumin,

transferrin, hitung jumlah limfosit, dan uji antigen pada kulit.

Sementara cadangan protein somatik bukan hanya dinilai secara biokimia, tetapi

juga dengan mengukur besarnya lingkaran pertengahan lengan atas (mid-arm

circumference) (Arisman, 2010)

3.Pemeriksaan Klinis

Pemeriksaan klinis meliputi pemeriksaan fisik secara menyeluruh,

termasuk riwayat kesehatan. Bagian tubuh yang harus terlebih dahulu

diperhatikan dalam pemeriksaan klinis adalah kulit, gigi, bibir, lidah, mata, dan

alat kelamin. Riwayat kesehatan yang perlu ditanyakan adalah kemampuan

mengunyah dan menelan: Adakah gigi yang sakit? Adakah gigi yang ompong?

Apakah pasien menggunakan gigi palsu (jika ya, apakah letaknya tidak

(45)

bahwa sekresi air ludah berkurang)? Perlu ditanyakan keadaan nafsu makan,

makanan yang digemari dan dihindari, serta masalah saluran pencernaan. Masalah

tersebut dapat mengganggu asupan pangan yang pada gilirannya akan

memengaruhi pula status gizi (Arisman, 2010)

4. Pemeriksaan Antropometri

Tujuan yang hendak dicapai dalam pemeriksaan antropometris adalah

besaran komposisi tubuh yang dapat dijadikan isyarat dini perubahan status gizi.

Tujuan ini dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu : (1) penapisan status gizi, (2)

survei status gizi, dan (3) pemantauan status gizi. Penapisan diarahkan pada orang

per orang untuk kepentingan khusus. Survei ditujukan untuk memperoleh

gambaran status gizi masyarakat pada saat tertentu, serta faktor-faktor yang

berkaitan dengan itu. Pemantauan bermanfaat sebagai pemberi gambaran

perubahan status gizi dari waktu ke waktu.

Tabel 2.1 Parameter yang dianjurkan WHO untuk diukur pada survei gizi

Usia Pengamatan di lapangan Pengamatan Lebih Rinci

0-1 thn Berat dan panjang badan Panjang batang badan; lingkar

kepala & dada ; diameter

tahun), tinggi duduk (di atas 3

tahun), lingkar kepala & dada

(inspirasi setengah), diameter

bikristal, lipat kulit dada &

sub-skapula, lingkar betis

(46)

tangan dan kaki

5–20 thn Berat dan tinggi badan, lipat kulit

triseps

Tinggi duduk, diameter

bikristal,diameter

biakrominal, lipat kulit di

tempat lain, lingkar lengan &

betis, rontgen postero anterior

tangan dan kaki

Tinggi atau panjang badan merupakan indikator umum ukuran tubuh dan

panjang tulang. Namun, tinggi saja belum dapat dijadikan indikator untuk

menilai status gizi, kecuali jika digabungkan dengan indikator lain, seperti

usia dan berat badan. Tinggi badan diukur dalam keadaan berdiri tegak lurus,

tanpa alas kaki, kedua tangan merapat ke badan, punggung dan bokong

menempel pada dinding, dan pandangan diarahkan ke depan. Kedua lengan

tergantung relaks di samping badan.

b) Berat Badan

Berat badan merupakan ukuran antropometris yang paling banyak

digunakan karena parameter ini mudah dimengerti. Alat penimbang yang

dipilih haruslah kuat, tidak mahal, mudah dijinjing, dan akurat hingga 100 gr.

(47)

digunakan. Penimbangan selayaknya diselenggarakan pagi hari, setelah

bangun tidur, mengenakan pakaian yang sama, sebelum makan dan setelah

buang air, serta ditimbang oleh petugas yang sama pula. Jika keadaaan

memungkinkan, subjek ditimbang bertelanjang atau berpakaian seminimal

mungkin.

c) Umur

Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan

penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil

pegukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila

tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat (Supariasa, dkk, 2001).

Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi.

Kombinasi antara beberapa parameter disebut Indeks Antropometri. Beberapa

indeks antropometri yang sering digunakan yaitu Berat Badan Menurut Umur

(BB/U), Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U), dan Indeks Massa Tubuh menurut

Umur (IMT/U). Berikut diterangkan beberapa indeks antropometri tersebut :

1) Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Berat badan adalah salah satu paramaeter yang memberikan gambaran

massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang

mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan

atau menurunna jumlah makanan yang dikonsumsi. Dalam keadaan normal,

dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan

kebutuhan gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan

umur. Mengingat karakterisktik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih

menggambarkan status gizi seseorang saaat ini (current nutritional status).

2) Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan

(48)

pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif

kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek.

Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu

relatif lama. Berdasarkan karakteristik tersebut di atas, maka indeks TB/U

menggambarkan status gizi masa lalu.

3) Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U)

IMT merupakan rumus matematis yang berkaitan dengan lemak tubuh

seseorang. IMT pada anak dan remaja berbeda dengan orang dewasa. Letak

cut-off point yang digunakan berbeda antara anak remaja dan orang dewasa. Pada

anak dan remaja status gizi diperoleh dari perbandingaan IMT dan umur.

Indikator IMT/U merupakan indikator yang paling baik untuk mengukur keadaan

status gizi yang menggambarkan keadaan status gizi masa lalu dan masa kini

karena berat badan memiliki hubungan linear dengan tinggi badan. Dalam

keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan

tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks ini tidak menimbulkan kesan

underestimate pada anak yang overweight dan obese serta kesan berlebihan pada

anak gizi kurang (WHO, 2007).

Karena belum memiliki baku acuan sendiri, di samping belum mampu

menyelenggarakan pengukuran dalam skala besar, Indonesia mengadopsi baku

acuan Harvard dan WHO-NHCS, yang sebelumnya telah dimodifikasi. Pada

prinsipnya, ada tiga cara pemaparan indikator antropometris yaitu persentase,

persentil, dan z-skor. Z-skor atau simpangan baku / standar deviasi (SD),

diterapkan pertamakali oleh WHO. Penilaian status gizi berdasarkan z-skor

dilakukan dengan cara melihat distribusi normal nilai pertumbuhan orang yang

diperiksa. Angka ini melukiskan jarak nilai baku median dalam urutan simpangan

baku. Nilai z-skor diperoleh dari hasil pembagian antara antropometris orang yang

(49)

Dengan rumus ditulis :

�−���� =  

����� ���������� ( ����� ������ �����)

��������� ���� ��������

Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak berdasarkan Indeks Masa Tubuh

menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :

1995/MENKES/SK/XII/2010.

Tabel 2.2 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks

Indeks Kategori Status

Gizi

Gizi kurang -3 SD sampai dengan <-2SD

Gizi baik - 2 SD sampai dengan 2 SD

Gizi lebih > 2 SD

Panjang badan menurut

umur (PB/U) atau Tinggi

Badan menurut umur

(TB/U) Anak umur 0-60

Bulan

Sangat pendek <-3 SD

Pendek -3 SD sampai dengan <-2SD

Normal - 2 SD sampai dengan 2 SD

Tinggi > 2 SD

Berat badan menurut

panjang badan (BB/PB)

Atau Berat badan

menurut tinggi badan

(BB/TB) Anak umur 0-60

bulan

Sangat Kurus <-3 SD

Kurus -3 SD sampai dengan <-2SD

Normal - 2 SD sampai dengan 2 SD

(50)

> 2 SD

Indeks Masa tubuh

menurut Umur (IMT/U)

Anak umur 0-60 bulan

Sangat Kurus <-3 SD

Kurus -3 SD sampai dengan <-2SD

Normal -3 SD sampai dengan <-2SD

Gemuk -3 SD sampai dengan <-2SD

Indeks Masa Tubuh

menurut Umur ( IMT/U)

Anak umur 5-18 Tahun

Gizi Buruk <-3SD

Gizi Kurang -3SD sampai dengan <-2SD

Gizi Baik -2SD sampai dengan 1SD

Gizi Lebih >1SD sampai dengan 2SD

(51)
(52)
(53)

2.4 Tidur

2.4.1 Pengertian Tidur

Tidur adalah suatu keadaan berulang, teratur, mudah reversible yang

ditandai dengan relatif tidak bergerak dan tingginya peningkatan ambang respon

terhadap stimulus eksternal dibandingkan dengan keadaan terjaga

( Kaplan & saddock, 2010).

2.4.2 Elektrofisiologi Tidur

Tidur terdiri atas dua keadaan fisiologis, nonrapid eye movement (NREM)

dan rapid eye movement (REM). Pada tidur NREM, yang terdiri atas tahap 1

sampai 4, sebagian besar fungsi fisiologis sangat berkurang dibandingkan dengan

keadaan terjaga. Tingkat awal (tingkat 1 dan 2) adalah mudah terbangun dan

bahkan tidak menyadari bila sedang tertidur dan bagian tidur NREM yang paling

dalam tahap 3 dan 4 kadang-kadang disertai ciri bangkitan yang tidak biasa. Jika

orang dibangunkan 30 menit hingga 1 jam setelah awitan tidur biasanya pada

tidur gelombang pendek mereka akan mengalami disorientasi dan pikiran menjadi

kacau.

Tidur REM merupakan jenis tidur yang secara kualitatif berbeda, ditandai

dengan tingginya aktivitas otak dan tingkat aktifitas fisiologis yang menyerupai

aktivitas saat terjaga. Pada orang normal, tidur REM merupakan keadaan tentram

dibandingkan saat terjaga. Denyut jantung secara khas melambat lima hingga

sepuluh denyut per menit dibawah tingkat saat terjaga sedang istirahat dan sangat

teratur denyutnya. Pernafasan juga dipengaruhi dan tekanan darah cenderung

rendah, dengan beberapa variasi dari menit ke menit. Potensial otot istirahat pada

otot-otot tubuh lebih rendah pada tidur REM daripada keadaan terjaga. Gerakan

tubuh episodik dan involuntary terdapat pada tidur REM. Aliran darah melalui

Gambar

Tabel 5.1 Hasil pengukuran Berat badan dan Tinggi badan responden
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi subjek penelitian berdasarkan Status gizi
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi subjek penelitian berdasarkan Status gizi dan
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi subjek penelitian berdasarkan status gizi dan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kajian yang dilakukan dengan menggunakan parameter BOD, DO dan fosforos telah membuktikan Sungai Bharalu, India telah mengalami penurunan kualiti air tahap tercemar. Ini disebabkan

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember.. I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

Penulisan ilmiah ini menjelaskan pembuatan aplikasi informasi Rumah Sakit Ananda Bekasi dengan menggunakan PHP sebagai skrip yang akan mengolah dan memproses data secara interaktif

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menganalisis alur distribusi supply chain bawang merah di Kota Medan (2) Menganalisis peranan, aktor/pelaku dan alternatif skenario

Antibiotika digunakan dalam terapi penyakit infeksi yang disebabkan oleh. bakteri dengan tujuan sbb: • Terapi empirik infeksi • Terapi definitif infeksi • Profilaksis non-Bedah

5) Perusahaan, dimana suatu kepentingan substansial dalam hak suara dimiliki baik secara langsung maupun tidak langsung oleh setiap orang yang diuraikan dalam (3) atau (4), atau

CATATAN ATAS LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN Untuk periode yang berakhir pada tanggal 30 September 2010 dan 2009 Dalam Rupiah.. Pendirian Dan

Dengan rahmat dan ridho-Nya akhirnya penulisan laporan tugas akhir yang berjudul “ANALISA PENGARUH PANJANG DAN DIAMETER PIPA KAPILER TERHADAP.. PERFORMA