• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) Terhadap Berbagai Media Serbuk Kayu Dan Pemberian Pupuk NPK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) Terhadap Berbagai Media Serbuk Kayu Dan Pemberian Pupuk NPK"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

TERHADAP BERBAGAI MEDIA SERBUK KAYU DAN PEMBERIAN PUPUK NPK

SKRIPSI

OLEH: M. FADHIL AFIEF

090301229

AGROEKOTEKONOLOGI

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

RESPON PETUMBUHAN DAN PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

TERHADAP BERBAGAI MEDIA SERBUK KAYU DAN PEMBERIAN PUPUK NPK

SKRIPSI

OLEH: M FADHIL AFIEF

090301229

AGROEKOTEKONOLOGI

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di

Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanaian Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Penelitian : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) Terhadap Berbagai Media Serbuk Kayu Dan Pemberian Pupuk NPK

Nama : M. Fadhil Afief

Nim : 090301229

Program Studi : Agroekoteknologi

Disetujui Oleh :

(Ir.Ratna Rosanty Lahay, MP.) ( Ketua Pembimbing

(4)

ABSTRAK

M. FADHIL AFIEF :Respon Pertumbuhan dan Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Terhadap Berbagai Media Serbuk Kayu dan Pemberian Pupuk NPK, dibimbing olehIr.Ratna Rosanty Lahay, MP dan Ir. Balonggu Siagian, MS.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis media tanam serbuk kayu yang paling baik dan dosis pupuk NPK yang paling tepat bagi produksi jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus). Penelitian ini dilakukan di kumbung jamur tiram Jl. STM No.1, Kecamatan Medan Johor, Medan dengan ketinggian tempat 25 meter di atas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2014 menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor, yaitu jenis media tanam serbuk kayu : M1 (kayu karet), M2 (Kayu kemiri), M3 (Kayu kelapa) dan pupuk NPK: P0 (Tanpa pupuk), P1 (5,6 g NPK/baglog), P2 (11,2 g NPK/baglog), P3 (16,8 g NPK/baglog). Parameter yang diamati adalah umur mulai panen jamur, panjang tangkai jamur, diameter tudung jamur, tebal tudung jamur, jumlah tudung/rumpun, bobot segar jamur/panen, bobot segar jamur/baglog dan rasio efisiensi biologis (REB). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis media tanam serbuk kayu berpengaruh nyata di semua parameter. Pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap parameter panjang tangkai jamur, diameter tudung jamur, jumlah tudung/rumpun, bobot segar jamur/panen, bobot segar jamur/baglog, dan rasio efisiensi biologis (REB). Hasil penelitian menunjukkan media tanam serbuk kayu karet dan tanpa pemberian pupuk NPK merupakan perlakuan yang paling baik dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi jamur tiram.

Kata kunci : Jamur Tiram Putih, Media Tanam Serbuk Kayu, Pupuk NPK

(5)

ABSTRACT

M. FADHIL AFIEF : Response to Growth and Production of White Oyster Mushroom (Pleurotus ostreatus) To Various Media sawdust and Giving NPK Fertilizer, preceptor by Ir.Ratna Rosanty Lahay, MP and Ir. Balonggu Siagian, MS.

This research aim toknow kinds of media sawdust most excellent and NPK fertilizer dosage most appropriate for the production of white oyster mushroom (Pleurotus ostreatus). This research was conducted in mushroom oyster mushroom STM 1 Street, District of Johor Medan, Medan with altitude of 25 meters above sea level. The research was conducted from May to September 2014 using A Factorial Complete Randomized Design (CRD) with two factors, namely kinds of media sawdust: M1 (rubber wood), M2 (sawdust kemiri), M3 (sawdust coconut) and NPK: P0 (without fertilizer), P1 (5,6 g NPK/baglog), P2 (11,2 g NPK/bagloog), P3 (16,8 g NPK/baglog). Parameters observed were age began to harvest mushrooms, mushroom stalk length, diameter mushroom hood, thick mushroom hood, the amount of hood / cluster, fresh weight mushroom / harvest, fresh weight mushroom / baglog and biological efficiency ratio (BER). Research results show that the kinds of media sawdust significant effect on all parameters. NPK fertilizer significant effect on stalk length parameter mushroom, mushroom hood diameter, the amount of hood / cluster, fresh weight mushroom / harvest, fresh weight mushroom / baglog, and biological efficiency ratio (BER). Research results show of media rubber wood and without NPK fertilizer is the most excellent treatment in increasing the growth and production of oyster mushrooms.

Keywords: White Oyster Mushroom, Media sawdust, NPK Fertilizer

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan, pada tanggal 14 September 1991 dari ayah Ir.Afifuddin dan ibu Marnila.Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.

Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 3 Medan dan pada tahun yang sama terdaftar sebagai mahasiswa program studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Pertanian dan pernah menjabat sebagai Departemen Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan dan Pemuda pada periode kepengurusan 2011-2012, sebagai Wakil Sekertaris Umum Bidang Penelitian Pengembangan dan Pembinaan Anggota (P3A) periode 2012-2013, dan sebagai Majelis Pengawas Kinerja Pengurus Komisariat (MPKPK) periode 2013-2014. Penulis juga pernah menjadi anggota Himadita Nursery bidang Perlengkapan periode 2009-2010. Selain itu penulis juga pernah menjadi Asisten Laboratorium Agroklimatologi dan Asisten Ekologi Tanamann di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan di PT. Perkebunan Nusantara IV, Kebun Unit Bah Butong pada bulan Juli-Agustus 2012.

(7)

KATA

PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

Judul dari penelitian ini adalah “Respon Pertumbuhan dan Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Terhadap Berbagai Media Serbuk Kayu dan Pemberian Pupuk NPK”,sebagai bahan penulisan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Ratna Rosanty Lahay, MP selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Ir.

Balonggu Siagian, MS selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan masukan dan saran dalam penyelesaian hasil penelitian ini.

Akhir kata penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi kesempurnaan hasil penelitian ini di masa mendatang. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan,April 2015

Penulis

(8)

DAFTAR ISI Sanitasi Rumah Jamur (Kumbung) ... 16

(9)

Pemisahan ... 18

Penumbuhan (Growing)... 18

Pemeliharaan... 19

Penyiraman ... 19

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 19

Pemanenan ... 19

Pengamatan Parameter... 20

Umur Mulai Panen Jamur (HST) ... 20

Panjang Tangkai Jamur (cm) ... 20

Diameter Tudung Jamur (cm) ... 20

Tebal Tudung Jamur (mm) ... 20

Jumlah Tudung/Rumpun (Tudung) ... 21

Bobot Segar Jamur/Panen (g) ... 21

Bobot Segar Jamur/Baglog (g) ... 21

Rasio Efesiensi Biologis (REB) ... 21

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rasio Efesiensi Biologis ... 57

(10)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Umur mulai panen jamur dengan berbagai media serbuk kayu berbeda dan pemberian pupuk NPK ... 22 2. Panjang tangkai jamur panen 1 sampai 4 dengan perlakuan berbagai media

serbuk kayu berbeda dan pemberian pupuk NPK ... 24 3. Rataan panjang tangkai jamur pada berbagai media serbukkayu dan

pemberian pupuk NPK ... 31

4. Diameter tudung jamur panen 1 sampai 4 dengan perlakuan berbagai media serbuk kayu berbeda dan pemberian pupuk NPK ... 33

5. Rataan diameter tudung jamur pada berbagai media serbuk kayu dan

pemberian pupuk NPK ... 39 6. 8Tebal tudung jamur panen 1 sampai 4 dengan perlakuan berbagai media

serbuk kayu berbeda dan pemberian pupuk NPK ... 41 7. Tebal tudung jamur pada berbagai media serbuk kayu dan pemberian pupuk

NPK ... 43

8. Jumlah tudung/rumpun panen 1 sampai 4 dengan perlakuan berbagai media serbuk kayu berbeda dan pemberian pupuk NPK ... 45

9. Rataan jumlah tudung/rumpun jamur pada berbagai media serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK ... 47 10.Bobot segar jamur/panen panen 1 sampai 4 dengan perlakuan berbagai

media serbuk kayu berbeda dan pemberian pupuk NPK ... 50

11.Bobot segar jamur/baglog dengan perlakuan berbagai media serbuk kayu berbeda dan pemberian pupuk NPK ... 55

12.Rasio Efisiensi Biologis dengan perlakuan berbagai media serbuk kayu berbeda dan pemberian pupuk NPK ... 57

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Hubungan media serbuk kayu dengan umur mulai panen jamur ... 23

2. Hubungan pupuk NPK dengan panjang tangkai jamur panen 1 pada berbagai

6. Hubungan pupuk NPK dengan panjang tangkai jamur pada berbagai media serbuk kayu ... 32

7. Hubungan pupuk NPK dengan diameter tudung jamur panen 1 pada berbagai media serbuk kayu ... 36

8. Hubungan pupuk NPK dengan diameter tudung jamur panen 2 ... 37

9. Hubungan pupuk NPK dengan diameter tudung jamur panen 3 pada berbagai media serbuk kayu ... 37

10.Hubungan pupuk NPK dengan diameter tudung jamur panen 4 pada berbagai media serbuk kayu ... 38

11.Hubungan pupuk NPK dengan diameter tudung jamur pada berbagai media serbuk kayu ... 40

12.Hubungan media serbuk kayu dengan tebal tudung jamur ... 44

13. Hubungan pupuk NPK dengan jumlah tudung jamur panen 4 ... 47

14. Hubungan media serbuk kayu dengan jumlah tudung/rumpun jamur ... 49

15. Hubungan pupuk NPK dengan bobot segar jamur/panen pada panen 2 .... 53

16. Hubungan pupuk NPK dengan bobot segar jamur/panen pada panen 3 .... 53

17. Hubungan pupuk NPK dengan bobot segar jamur/panen pada panen 4 .... 54

18. Hubungan media serbuk kayu dengan bobot segar jamur/baglog ... 55

(12)

19. Hubungan pupuk NPK dengan bobot segar jamur/baglog ... 56 20. Hubungan media serbuk kayu dengan Rasio Efisiensi Biologis (REB) ... 58 21. Hubungan rasio efisiensi biologis (REB) dengan pupuk NPK ... 59

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Deskripsi jamur tiram putih ... 71

2. Bagan penelitian di kumbung... 72

3. Gambar baglog ... 73

4. Jadwal kegiatan penelitian ... 74

5. Perhitungan kebutuhan bahan ... 75

6. Pengamatan umur mulai panen jamur (HST) pada berbagai media tanam serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK ... 77

7. Sidik ragam umur mulai panen jamur pada berbagai media tanam serbuk kayu dan pemberian pupuk ... 77

8. Pengamatan panjang tangkai jamur (cm) panen 1 pada berbagai media tanam serbuk kayu dan pemberian pupuk ... 78

9. Sidik ragam panjang tangkai jamur panen 1 pada berbagai media tanam serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK ... 78

10. Pengamatan panjang tangkai jamur (cm) panen 2 pada berbagai media tanam serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK ... 79

11. Sidik ragam panjang tangkai jamur panen 2 pada berbagai media tanam serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK ... 79

12. Pengamatan panjang tangkai jamur (cm) panen 3 pada berbagai media tanam serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK ... 80

13. Sidik ragam panjang tangkai jamur panen 3 pada berbagai media tanam serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK ... 80

14. Pengamatan panjang tangkai jamur (cm) panen 4 pada berbagai media tanam serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK ... 81

15. Sidik ragam panjang tangkai jamur panen 4 pada berbagai media serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK ... 81

16. Pengamatan rataan panjang tangkai jamur (cm) pada berbagai media serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK ... 82

(14)

17. Sidik ragam rataan panjang tangkai jamur pada berbagai media serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK ... 82 18. Pengamatan diameter tudung jamur (cm) panen 1 pada berbagai

media tanam serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK ... 83 19. Sidik ragam diameter tudung jamur panen 1 pada media berbagai

tanam serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK ... 83 20. Pengamatan diameter tudung jamur (cm) panen 2 pada berbagai

media tanam serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK ... 84 21. Sidik ragam diameter tudung jamur panen 2 pada berbagai media

tanam serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK ... 84 22. Pengamatan diameter tudung jamur (cm) panen 3 pada berbagai

media tanam serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK ... 85 23. Sidik ragam diameter tudung jamur panen 3 pada berbagai media

tanam serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK ... 85 24. Pengamatan diameter tudung jamur (cm) panen 4 pada berbagai

media tanam serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK ... 86 25. Sidik ragam diameter tudung jamur panen 4 pada media berbagai

tanam serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK ... 86 26. Pengamatan rataan diameter tudung jamur (cm) pada berbagai media

serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK ... 87 27. Sidik ragam diameter tudung jamur pada berbagai media serbuk kayu dan

pemberian pupuk NPK ... 87 28. Pengamatan tebal tudung jamur (mm) panen 1 pada berbagai media

tanam serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK ... 88

29. Sidik ragam tebal tudung jamur panen 1 pada berbagai media tanam serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK ... 88

30. Pengamatan tebal tudung jamur (mm) panen 2 pada berbagai media tanam serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK ... 89

31. Sidik ragam tebal tudung jamur panen 2 pada berbagai media tanam serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK ... 89

(15)

33. Sidik ragam tebal tudung jamur panen 3 pada berbagai media tanam serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK ... 90

34. Pengamatan tebal tudung jamur (mm) panen 4 pada berbagai media tanam serbuk kayu dan pemberian pupuk ... 91

35. Sidik ragam tebal tudung jamur panen 4 pada berbagai media tanam serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK ... 91

36. Pengamatan rataan tebal tudung (mm) pada berbagai media serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK ... 92 37. Sidik ragam rataan tebal tudung jamur pada berbagai media serbuk kayu

dan pemberian pupuk NPK ... 92 38. Pengamatan jumlah tudung/rumpun (tudung) panen 1 pada berbagai

media tanam serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK ... 93

39. Sidik ragam jumlah tudung/rumpun panen 1 pada berbagai media tanam serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK ... 93

40. Pengamatan jumlah tudung/rumpun (tudung) panen 2 pada berbagai media tanam serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK ... 94

41. Sidik ragam jumlah tudung/rumpun panen 2 pada berbagai media tanam serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK ... 94

42. Pengamatan jumlah tudung/rumpun (tudung) panen 3 pada berbagai media tanam serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK ... 95 43. Sidik ragam jumlah tudung/rumpun panen 3 pada berbagai media

tanam serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK ... 95 44. Pengamatn jumlah tudung/rumpun (tudung) panen 4 pada berbagai

media tanam serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK ... 96 45. Sidik ragam jumlah tudung/rumpun panen 4 pada berbagai media

tanam serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK ... 96 46. Pengamatan rataan jumlah tudung/rumpun pada berbagai media serbuk

kayu dan pemberian pupuk NPK ... 97 47. Sidik ragam rataan jumlah tudung/rumpun pada berbagai media serbuk

kayu dan pemberian pupuk NPK ... 97 48. Pengamatan bobot segar jamur/panen (g) panen 1 pada berbagai

media tanam serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK ... 98

(16)

49. Sidik ragam bobot segar jamur/panen panen 1 pada berbagai media tanam serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK ... 98 50. Pengamatan bobot segar jamur/panen (g) panen 2 pada berbagai

media tanam serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK ... 99 51. Sidik ragam bobot segar jamur/panen panen 2 pada berbagai media

tanam serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK ... 99 52. Pengamatan bobot segar jamur/panen (g) panen 3 pada berbagai

media tanam serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK ... 100 53. Sidik ragam bobot segar jamur/panen panen 3 pada berbagai media

tanam serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK ... 100 54. Pengamatan bobot segar jamur/panen (g) panen 4 pada berbagai

media tanam serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK ... 101 55. Sidik ragam bobot segar jamur/panen panen 4 pada berbagai media

tanam serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK ... 101 56. Pengamatan bobot segar jamur/baglog (g) pada berbagai media

tanam serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK ... 102 57. Sidik ragam bobot segar jamur/baglog pada berbagai media tanam

serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK ... 102 58. Pengamatan Rasio Efisiensi Biologis pada berbagai media tanam

serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK ... 103 59. Sidik ragam Rasio Efisiensi Biologis pada berbagai media tanam

serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK ... 103

(17)

ABSTRAK

M. FADHIL AFIEF :Respon Pertumbuhan dan Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Terhadap Berbagai Media Serbuk Kayu dan Pemberian Pupuk NPK, dibimbing olehIr.Ratna Rosanty Lahay, MP dan Ir. Balonggu Siagian, MS.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis media tanam serbuk kayu yang paling baik dan dosis pupuk NPK yang paling tepat bagi produksi jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus). Penelitian ini dilakukan di kumbung jamur tiram Jl. STM No.1, Kecamatan Medan Johor, Medan dengan ketinggian tempat 25 meter di atas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2014 menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor, yaitu jenis media tanam serbuk kayu : M1 (kayu karet), M2 (Kayu kemiri), M3 (Kayu kelapa) dan pupuk NPK: P0 (Tanpa pupuk), P1 (5,6 g NPK/baglog), P2 (11,2 g NPK/baglog), P3 (16,8 g NPK/baglog). Parameter yang diamati adalah umur mulai panen jamur, panjang tangkai jamur, diameter tudung jamur, tebal tudung jamur, jumlah tudung/rumpun, bobot segar jamur/panen, bobot segar jamur/baglog dan rasio efisiensi biologis (REB). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis media tanam serbuk kayu berpengaruh nyata di semua parameter. Pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap parameter panjang tangkai jamur, diameter tudung jamur, jumlah tudung/rumpun, bobot segar jamur/panen, bobot segar jamur/baglog, dan rasio efisiensi biologis (REB). Hasil penelitian menunjukkan media tanam serbuk kayu karet dan tanpa pemberian pupuk NPK merupakan perlakuan yang paling baik dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi jamur tiram.

Kata kunci : Jamur Tiram Putih, Media Tanam Serbuk Kayu, Pupuk NPK

(18)

ABSTRACT

M. FADHIL AFIEF : Response to Growth and Production of White Oyster Mushroom (Pleurotus ostreatus) To Various Media sawdust and Giving NPK Fertilizer, preceptor by Ir.Ratna Rosanty Lahay, MP and Ir. Balonggu Siagian, MS.

This research aim toknow kinds of media sawdust most excellent and NPK fertilizer dosage most appropriate for the production of white oyster mushroom (Pleurotus ostreatus). This research was conducted in mushroom oyster mushroom STM 1 Street, District of Johor Medan, Medan with altitude of 25 meters above sea level. The research was conducted from May to September 2014 using A Factorial Complete Randomized Design (CRD) with two factors, namely kinds of media sawdust: M1 (rubber wood), M2 (sawdust kemiri), M3 (sawdust coconut) and NPK: P0 (without fertilizer), P1 (5,6 g NPK/baglog), P2 (11,2 g NPK/bagloog), P3 (16,8 g NPK/baglog). Parameters observed were age began to harvest mushrooms, mushroom stalk length, diameter mushroom hood, thick mushroom hood, the amount of hood / cluster, fresh weight mushroom / harvest, fresh weight mushroom / baglog and biological efficiency ratio (BER). Research results show that the kinds of media sawdust significant effect on all parameters. NPK fertilizer significant effect on stalk length parameter mushroom, mushroom hood diameter, the amount of hood / cluster, fresh weight mushroom / harvest, fresh weight mushroom / baglog, and biological efficiency ratio (BER). Research results show of media rubber wood and without NPK fertilizer is the most excellent treatment in increasing the growth and production of oyster mushrooms.

Keywords: White Oyster Mushroom, Media sawdust, NPK Fertilizer

(19)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sebagai salah satu sumber hayati, jamur (mushroom) diketahui hidup liar di alam. Selama ini, jamur banyak dimanfaatkan sebagai bahan pangan, selain juga ada yang memanfaatkannya untuk obat. Penggunaan jamur hanya dengan mengandalkan produksi alami melalui perburuan tidak mungkin dapat memenuhi permintaan pasar. Oleh karena itu, budidaya jamur merupakan salah satu cara untuk memenuhi permintaan akan jamur konsumsi. Spesies jamur pangan yang telah berhasil dibudidayakan jumlahnya cukup banyak dan lima spesies diantaranya telah dibudidayakan dalam skala industri di Indonesia. Kelima jamur tersebut yaitu Agaricus bisporus (jamur putih atau jamur kancing), Auricularis auricula (jamur kuping), Lentinula edodes (jamur shiitake), Pleurotus ostreatus

(jamur tiram), Volvariella volvacea (jamur merang) (Gunawan, 2000).

Secara ekonomis, jamur tiram dapat dimanfaatkan menjadi makanan olahan

dalam upaya peningkatan gizi masyarakat. Produksi jamur tiram mengalami

peningkatan yang cukup signifikan, yakni sekitar 418,3% atau sebesar 875.600 kg

(20)

jamur belum mengetahui secaramendalam mengenai teknik budidaya jamur tiram (Soenanto, 2000 )

Sebutan jamur kayu diberikan berdasarkan media tumbuhnya. Disebut jamur kayu karena media tumbuhnya berupa bahan-bahan yanng berkaitan dengan kayu, seperti kayu gelondongan, serpihan kayu, atau serbuk gergajian. Di alam, jamur-jamur ini banyak dijumpai menempel pada pokok-pokok kayu yang telah lapuk atau pada pangkal-pangkal pohon. Sebenarnya istilah jamur kayu untuk sekarang ini kurang tepat, karena limbah-limbah yang mengandung selulosa (mengandung karbohidrat) dan lignin, seperti jerami, kapas, dedak, daun pisang, dan tongkol jagung pun sudah dapat digunakan sebagai media tumbuh jamur kayu. Karena itu, untuk praktiknya, sekarang disebut nama jamurnya saja,

misanya jamur shiitake, jamur kuping, dan jamur tiram (Tim Redaksi Agromedia Pustaka, 2007)

Jamur tiram (Pleurotus) merupakan contoh jenis jamur kayu yang sudah sejak lama dikenal. Budidaya jamur ini tidak terbatas kepada satu atau dua jenis kayu tertentu, tetapi dapat ditumbuhkan pada banyak jenis kayu. Bahkan pada substrat yang terdiri dari serbuk gergaji, jerami, sekam, sisa kertas serta bahan-bahan lainnnya seperti bagas (ampas tebu), ampas aren dan kelapa, jamur dapat tumbuh secara baik. Menurut Fauzi (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa serbuk kayu karet merupakan media tanam paling baik dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi jamur tiram putih.

(21)

sehinggakebutuhan unsur -unsur hara dapat terpenuhi. Hal ini menyebabkan produksiyang lebih tinggi sehingga diperoleh hasil yang optimal.

Untuk kehidupan dan perkembangan, jamur memerlukan sumber nutrien atau makanan dalam bentuk unsur-unsur seperti nitrogen, fosfor, belerang, kalium, karbon, serta beberapa unsur lainnya. Di dalam jaringan kayu, unsur-unsur ini sudah tersedia walaupun tidak sebanyak yang dibutuhkan. Oleh karena itu, perlu penambahan dari luar, misalnya dalam bentuk pupuk yang digunakan sebagai bahan campuran selama pembuatan substrat tanam (Suriawiria,2003).

Penambahan pupuk dalam media tanam dapat meningkatkan hasil produksi jamur tiram putih juga telah dibuktikan oleh Parlindungan (2003) melalui penelitiannya dimana perendaman media alang ke dalam larutan pupuk dapat meningkatkan hasil produksi jamur tiram putih.

Menurut hasil penelitian Semiatun (2007) bahwa penambahan pupuk NPK dapat memberi pengaruh terhadap pertumbuhan jumlah badan buah dan berat basah jamur tiram putih. Hasil penelitian menunjukkan jumlah rata-rata tertinggi jumlah badan buah 8,333 g dan berat basah 86,666 g yaitu dengan penambahan pupuk NPK 1% dari berat media.

(22)

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis media tanam serbuk kayu yang paling baik dan dosis pupuk NPK yang paling tepat bagi produksi jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus).

Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh yang nyata dari jenis media tanam dan dosis pupuk NPK serta interaksi antara keduanya pada produksi jamur tiram putih(Pleurotus ostreatus).

Kegunaan Penelitian

(23)

TINJAUAN PUSTAKA

Biologi Jamur Tiram

Menurut Rahmat dan Nurhidayat (2011), jamur tiram putih dapat

digolongkan kedalam Kingdom Myceteae (fungi) dengan divisio Amastigomycota, subdivisio Basidiomycota, kelas Basidiomycetes,

ordo Agaricales, family Agariceae, genus Pleurotus,danspesiesnya adalah (Pleurotus ostreatus).

Sel jamur tidak mengandung klorofil sehingga tidak dapat berfotosintesis seperti tumbuhan. Jamur memperoleh makanan secara heterotrof dengan mengambil makanan dari bahan organik. Bahan-bahan organik yang ada di sekitar tempat tumbuhnyadiubah menjadi molekul-molekul sederhana dengan bantuan enzim yang dihasilkan oleh hifa. Untuk selanjutnya molekul-molekul sederhana tersebut dapat diserap langsung oleh hifa. Jadi, jamur tidak seperti organisme heterotrof lainnya yang menelan makanannya kemudian mencernakannya sebelum diserap (Gunawan, 2000).

(24)

Tangkai tidak ada atau jika ada biasanya pendek, kokoh, dan tidak di pusat atau lateral (tetapi kadang-kadang di pusat), panjang 0,5-4,0 cm, gemuk, padat, kuat, kering, umumnya berambut atau berbulu kapas paling sedikit di dasar (Gunawan, 2000).

Jamur tiram memiliki spora berbentuk elip berukuran 8-11 x 3-4 mikron, serta miselia berwarna putih yang bisa tumbuh dengan cepat (Wijoyo, 2011). Bentuk lonjong sampai jorong, licin, nonamiloid (Gunawan, 2000).

Siklus Hidup JamurTiram

Tahap-tahap pertumbuhan jamur tiram adalah sebagai berikut:

1. Spora (basidiospora) yang sudah masak atau dewasa jika berada di tempat yang lembab akan tumbuh dan berkecambah membentuk serat-serat halus menyerupai serat kapas, yang disebut miselium atau miselia. Pertumbuhan miselia ini meliputi dua tahap, yaitu (a) miselia primer sebagai miselia awal; dan (b) miselia sekunder sebagai miselia lanjutan.

2. Jika keadaan lingkungan tempat tumbuh miselia tersebut baik, dalam arti temperatur, kelembapan, kandungan C/N/P-Rasio substrat tempat tumbuh memungkinkan, maka kumpulan miselia tersebut akan membentuk primordia atau bakal tubuh buah jamur.

3. Bakal buah jamur tersebut kemudian akan membesar, dan pada akhirnya akan membentuk tubuh buah atau bentuk jamur yang kemudian dipanen. 4. Tubuh buah jamur dewasa akan membentuk spora. Spora ini tumbuh di

bagian ujung basidium, sehingga disebut basidiospora. Jika sudah matang atau dewasa, spora akan jatuh dari tubuh buah jamur.

(25)

Syarat Tumbuh Jamur Tiram Lingkungan

Budidaya jamur tiram dipilih lokasi atau daerah yang memiliki ketinggian antar 400–800 m dari permukaan laut (dpl). Namun tidak tertutup kemungkinan jamur tiram dapat tumbuh pada lokasi dataran rendah yang memiliki lingkungan dengan iklim dingin (sejuk) jauh dari polusi dan hangat menunjang pada lokasi

yang memiliki tingkat kelembaban cukup atau dekat pepohonan besar ( Dinas Pertanian Jawa Timur, 2007 )

Pada budidaya jamur tiram suhu udara memegang peranan penting untuk mendapatkan pertumbuhan badan buah yang optimal. Pada umumnya suhu yang optimal untuk pertumbuhan jamur tiram, dibedakan dalam dua fase yaitu fase inkubasi yang memerlukan suhu udara berkisar antara 24-290C dengan kelembaban 90-100% dan fase pembentukan tubuh buah memerlukan suhu udara antara 21-280C (Wijoyo, 2011)

(26)

Derajat kemasaman atau pH media jamur tiram yang paling ideal adalah 5,5-7. Pada pH kurang dari 5, pertumbuhan jamur akan kurang baik, demikian juga jika pH-nya lebih dari 7 pertumbuhan jamur akan kurang baik. Pada pH antara 5,5-7 nutrisi pada media tanam akan mudah diserap, oleh sebab itu perlu

dijaga agar derajat kemasaman (pH) tetap dalam keadaan optimal (Warisno dan Dahana, 2010).

Secara umum jamur memerlukan kelembaban relatif yang cukup tinggi. Kelembaban relatif sebesar 95-100% menunjang pertumbuhan yang maksimum pada kebanyakan jamur (Gunawan, 2000).

Media Tumbuh

Jika ditinjau dari cara hidupnya, sebagian besar jamur hidup sebagai saprofit.Jamur yang hidup sebagai saprofit memperoleh nutrien atau makanannya dari bahan organik yang tidak hidup, yaitu bahan organik yang telah mengalami pelapukan atau penguraian.Jamur saprofit dapat digolongkan dalam beberapa kelompok berdasarkan pada substrat bahan organik yang digunakan untuk kehidupannya. Jamur penghuni kayu tumbuh pada batang kayu dan tunggul pohon, misal Auricularia, Pleurotus, Lentinula, dan Tremella. Jamur ini memerlukan substrat yang mengandung lignin. Sementara jamur Volvariella

memerlukan substrat merang atau jerami yang mengandung selulosa. Kelompok lain yaitu penghuni humus, misal Lepiota dan Moechella. Jamur tertentu seperti

Agaricus dan Coprinus suka hidup pada kotoran hewan (Gunawan, 2000).

(27)

kompleks menjadi molekul sederhana sehingga mudah diserap oleh hifa (Sumarsih, 2003).

Jamur tiram tumbuh soliter tetapi umumnya membentuk massa menyerupai susunan papan pada batang kayu. Secara alami jamur tiram putih banyak ditemukan tumbuh di batang-batang kayu lunak yang telah lapuk seperti pohon karet, damar, kapuk atau sengon yang tergeletak di lokasi yang sangat lembab dan terlindung dari cahaya matahari (Parjimo dan Andoko, 2007).

Bahan baku pembuatan media tanam dalam budidaya jamur kayu antara lain adalah serbuk kayu, bekatul dan kapur. Kegunaan dari masing-masing bahan baku tersebut yaitu serbuk kayu berfungsi sebgai media tumbuh jamur yang dapat mengurai dan memanfaatkan komponen kayu sebagai sumber nutrisinya. Bekatul merupakan bagian untuk pertumbuhan dan perkembangan miselium jamur serta sebagai pemicu pertumbuhan tubuh buah jamur; kaya vitamin terutama vitamin B kompleks, sedangkan kapur tohor (gamping) berguna untuk mengatur pH media agar mendekati netral atau basa (Suriawiria, 2003).

Serbuk kayu digunakan sebagai tempat tumbuh jamur karena mengandung serat organik (selulosa, serat dan lignin). Kandungan tersebut dapat mempercepat pertumbuhan jamur. Kayu yang sering digunakan adalah kayu sengon (Albasia falcata), kayu akasia (acacia confusa) dan kayu kelapa (Cocos nucifera) juga baik untuk dijadikan bahan media tumbuh jamur tiram (Stevanie, 2011).

(28)

umumnya ditemui pada jaringan tumbuh-tumbuhan; dan bahan organik yang mudah didekomposisikan karena disusun oleh senyawa sederhana yang terdiri dari C, O, dan H, termasuk di dalamnya adalah senyawa dari selulosa, pati, gula dan senyawa protein (Suryani, 2007). Menurut Brady (1990) gula, protein sederhana adalah bahan yang mudah terdekomposisi, sedangkan lignin yang akan lambat terdekomposisi

. Persyaratan serbuk kayu yang baik digunakan untuk membudidayakan jamur tiram antara lain serbuk kayu berasal dari tanaman kayu yang keras dan tidak boleh mengandung minyak atau resin, tidak boleh menggunakan kayu-kayu yang bergetah, serbuk kayu tidak busuk dan tidak berjamur serta bebas dari kotoran seperti kerikil, tanah dan daun (Warisno dan Dahana, 2010).

Jenis kayu untuk tumbuhnya jamur tergantung dari keras lunaknya kayu tersebut. Proses pelapukan kayu sangat erat hubungannya dengan penanaman atau pertumbuhan jamur kayu, sebab jamur kayu akan tumbuh baik pada kayu yang telah melapuk atau yang mengalami proses pelapukan (Suhardiman, 1990).

Substrat atau media adalah faktor utama bagi kehidupan jamur. Jamur akan hidup subur pada bahan-bahan yang melapuk atau terdekomposisi. Bahan organik yang mengandung selulosa dan lignin dalam jumlah besar akan mendukung pertumbuhan miselium dan perkembangan tubuh buah (Stevanie, 2011).

(29)

Kayu karet memiliki komponen kimia berupa kadar selulosa sebesar 43,98% dan kadar lignin sebesar 26,39% (Safitri, 2003). Sedangkan sifat kimia dan keawetan kayu kemiri yakni kayu kemiri (Aleurites moluccana Willd) mengandung 44,4 % selulosa; 24,9% lignin; 16,1% pentosa; dan 1,4% abu (Paimin, 1997). Kemiri merupakanbahan dasar cat, pernis, tinta, sabun,pengawet kayu, minyak rambut danbahan pembatik, sedang isi biji sebagai bumbu masak (Hayne, 1987).kadar lignin dari batang kayu kelapa (Cocos nucifera) adalah 26,65% dan kadar selulosa sebesar 36,77% (Yusnaini dan Rodianawati, 2014). Karena kandungan selulosa dan lignin yang cukup tinggi maka kayu kemiri, kayu karet, dan kayu kelapa berpotensi digunakan sebagai bahan baku media tumbuh jamur tiram

Pupuk NPK

Pupuk NPK adalah suatu jenis pupuk majemuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara yang digunakan untuk menambah kesuburan tanah. Pupuk majemuk yang sering digunakan adalah pupuk NPK karena mengandung senyawa ammonium nitrat (NH4NO3), ammonium dihidrogen fosfat (NH4H2PO4), dan

kalium klorida (KCl) (Chandra, 2011)

(30)

Penggunaan pupuk majemuk dinilai lebih praktis, karena hanya dengan satu kali penebaran (Novizan, 2005). Penggunaan pupuk majemuk harus disesuaikan dengan kebutuhan dari jenis tanaman yang akan dipupuk karena setiap jenis tanaman memerlukan perbandingan N, P, dan K tertentu. Di Indonesia beredar beberapa jenis pupuk majemuk dengan komposisi N, P, dan K yang beragam (Chandra, 2011).

Hampir semua pupuk majemuk kecuali bila memperoleh perlakuan tertentu, bertendensi menciptakan residu yang bereaksi masam.Hal ini karena disebabkan oleh pembawa N bersifat ammonia (Hasibuan, 2006).

Pada jamur tiram unsur fosfor diperlukan jamur tiram untuk membentuk

(31)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kumbung jamur milik petani jamur yang terletak di Jl. STM No.1, Kecamatan Medan Johor, Medan dengan ketinggian tempat±25 meter diatas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei sampai bulan September 2014.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah bibit jamur tiram putih (Pleorotus ostreatus), pupuk NPK (15:15:15), serbuk gergaji kayu karet, kayu kemiri dan kayu kelapa, dedak, dolomit CaMg(CO3)2, gypsum

(CaSO4), plastik PP (Polypropilen) ukuran 30 cm x 18 cm dengan ketebalan 0,6

cm sebagai wadah media tanam jamur tiram,karet gelang, lembaran kertas ukuran 10 cm x 10 cm untuk menutup baglog, alkohol, air dan bahan-bahan lain yang mendukung penelitian ini.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sekop, ayakan pasir, potongan kayu untuk memadatkan media, alat sterilisasi, bunsen, cincin penutup baglog ukuran diameter 4 cm dan panjang 3 cm, spatula, cutter, beko, lembaran plastik hitam lebar, knapsack sprayer, handsprayer, jangka sorong, timbangan analitik, kalkulator dan alat-alat lain yang mendukung dalam penelitian ini.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok(RAK) faktorial dengan 2 faktor,yaitu

(32)

M1 : Serbuk Kayu Karet(1000g) +dedak(100g) +dolomit(10g) +

gypsum(10g)

M2 : Serbuk Kayu Kemiri(1000g)+dedak(100g)+dolomit (10g) +

gypsum(10g)

M3 : Serbuk Kayu Kelapa (1000g)+ dedak(100g) + dolomit(10g) +

gypsum(10g)

Jadi, berat media tiap baglog = 1120 g

Faktor II: Pupuk NPK dengan taraf 4 perlakuan,yaitu: P0 :Tanpa pupuk

P1 :5,6 g NPK/baglog

P2 :11,2 g NPK/baglog

P3 :16,8 g NPK/baglog

Sehingga diperoleh 12 kombinasi perlakuan, yaitu : M1P0 M2P0 M3P0

M1P1 M2P1 M3P1

M1P2 M2P2 M3P2

M1P3 M2P3 M3P3

Jumlah ulangan : 3 ulangan

Jumlah plot seluruhnya : 36 plot Jumlah baglog /plot : 6 baglog Jumlah sampel/plot : 4 baglog Jumlah sampel seluruhnya : 144 sampel Jumlah baglog seluruhnya : 216 baglog

(33)

Data hasil penelitian dianalisis sidik ragam berdasarkan model linier sebagai berikut :

Yij : µ + αi + βj+ (αβ)ij + єij

Dimana :

Yij : Hasil pengamatan dari jenis Media Tanam ke-i danPupuk NPK taraf ke-j.

µ : Nilai tengah

αi : Efek jenis Media Tanamtaraf ke-i

βj : Efek Pupuk NPK taraf ke-j

(αβ)ij : Efek interaksi jenis Media Tanamtaraf ke-i dan perlakuan

Pupuk NPK taraf ke-j

єij : Efek galat interaksi perlakuan Media Tanamtaraf ke-i dan perlakuan

Pupuk NPK taraf ke-j

Terhadap sidik ragam yang nyata dan sangat nyata, maka dilanjutkan analisis lanjutan dengan menggunakan Uji Duncan dengan taraf 5%.

(34)

16

PELAKSANAAN PENELITIAN

Sanitasi Rumah Jamur (Kumbung)

Sanitasi rumah jamur(kumbung) dilakukan dengan membersihkan seluruh bagian rumah jamur, mulai dari dalam sampai keluar rumah jamur. Bagian dalam rumah jamur dibersihkan dengan menggunakan sapu ijuk. Bagian luar rumah jamur dibersihkan dengan menggunakan sapu lidi. Sampah-sampah yang berada disekitar rumah jamur dibersihkan dan dibakaragar tidak menjadi sumber kontaminasi bagi pertumbuhan jamur.

Persiapan Media Tanam

Serbuk kayu terlebih dahulu diayak dengan menggunakan ayakan pasir, tujuannya untuk memperoleh serbuk kayu yang halus agar tidak merobek plastik. Media tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah serbuk kayu yang didapat dari penggergajian yang berasal dari 3 jenis kayu yaitu kayu karet, kayu kemiri, dan kayu kelapa. Masing-masing bahan media tanam (serbuk kayu, dedak, dolomit, dan gipsum) ditimbang sesuai dengan kebutuhan begitu juga dengan pupuk NPK sebagai perlakuan pemberian pupuk (Lampiran 5). Kemudian ditambahkan air secukupnya sampai campuran tersebut bisa dikepal tetapi tidak meneteskan air.

Fermentasi

(35)

Fermentasi dilakukan dengan cara membumbun campuran kemudian menutupnya secara rapat dengan menggunakan plastik hitam selama 24 jam.

Pengisian Media

Media yang telah dikomposkan dimasukkan dalam kantongan plastik PP (Polipropilen) sebanyak ± 1120 g, kemudian dipadatkan dengan menggunakan potongan kayu yang sudah dibentuk ujungnya. Kemudian ujung plastik disatukan dan dipasang cincin yang terbuat dari pipa paralon pada bagian leher plastik sehingga bungkusan akan menyerupai botol. Bungkusan diketatkan dan diikat dengan karet, dan ditutup dengan lembaran plastik (10 cm x 10 cm) dan diikat kembali dengan karet gelang.

Sterilisasi

Sterilisasi dilakukan pada suhu 90-1050C selama ± 6-8 jam. Alat yang digunakan untuk sterilisasi adalah sterilisator yang telah dimodifikasi berupa drum besar dengan menambahkan saringan sebagai pembatas antara air dan tempat media.

Pendinginan

Media yang telah disterilisasi, didinginkan selama ± 24 jam sebelum diinokulasi dengan bibit. Pendinginan dilakukan hingga temperatur media turun (35-400C).

Inokulasi

(36)

dahulu tutup plastik, dan pipa paralon dibuka dan bibit jamur ditaburkan dipermukaan media secara merata.Kemudian baglog diutup kembali dengan menggunakan plastik.

Inkubasi (Spawning)

Media yang telah diisi dengan bibit diletakkan di rak sesuai dengan bagan penelitian.Suhu yang diperlukan untuk menumbuhkan miselia jamur adalah antara 22-30 0C.Inkubasi dilakukan hingga media berwarna putih. Media akan tampak putih merata antara 40-60 hari sejak dilakukan inokulasi.

Pemisahan

Pemisahan dilakukan jika terdapat media atau bibit yang terkontaminasi jamur lain yang ditandai dengan tumbuhnya kapang jamur lain 2-3 hari setelah inokulasi, maka dipindahkan ke tempat lain.

Penumbuhan (Growing)

(37)

Pemeliharaan

Penyiraman

Penyiraman dilakukan pada media dan kumbung jamur. Penyiraman dilakukan dua kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari. Penyiraman pada media jamur dilakukan setelah baglog dipindahkan ke dalam rak (setelah plastik penutup baglog dibuka).Penyiraman baglog dilakukan dengan menggunakan handsprayer.Penyiraman kumbung dilakukan dengan menggunakan knapsack sprayer yang diisi oleh air bersih, bagian yang disiram adalah lantai dan dinding kumbung agar kumbung tetap pada kondisi suhu yang diinginkan oleh pertumbuhan jamur tiram putih.

Pengendalian hama dan penyakit

Hama yang sering menyerang jamur adalah ulat, kecoa dan tikus. Untuk pengendalian ulat umumnya dilakukan secara manual setelah panen, yaitu dengan cara memungut ulat dari tubuh buah yang terserang. Untuk hama tikus, dilakukan dengan menggunakan perangkap tikus, sedangkan untuk kecoa dilakukan dengan menggunakan pestisida berbentuk kapur. Penyakit yang sering muncul pada baglog adalah tumbuhnya kapang jamur lain yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur tiram. Pengendalianya adalah dengan cara dimusnahkan atau dibakar.

Pemanenan

(38)

diameter tudung berukuran 3-14 cm. Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut seluruh rumpun jamur yang ada.Pemanenan dilakukan sampai baglog tidak mampu memproduksi jamur secara optimal sesuai dengan kriteria panen.

Pengamatan Parameter

Umur Mulai Panen (HST)

Umur panen ditentukan sejak awal penanaman atau inokulasi sampai dengan panen jamur pertama. Pemanenan dilakukan setelah jamur tumbuh optimal dengan diameter tudung antara 3-14 cm seperti yang terdapat pada deskripsi jamur tiram dapat dilihat pada Lampiran1. Pemanenan dilakukan sebanyak 4 kali untuk setiap baglognya.

Panjang Tangkai (cm)

Panjang tangkai diukur dengan menggunakan penggaris yang diukur mulai dari pangkal tangkai hingga ujung tangkai.

Diameter Tudung (cm)

Diameter tudung diukur dengan menggunakan penggaris atau jangka sorong. Diameter tudung diukur dengan cara mengukur dari 3 sisi yang berbeda, kemudian hasilnya dirata-ratakan. Karena jamur tiram tumbuhnya merumpun maka tudung jamur yang diukur diameternya adalah tudung jamur yang paling besar dan siap panen.

Tebal Tudung (mm)

(39)

pengukuran tebal tudung dilakukan dua kali yaitu dari bagian pinggir dan bagian tengah kemudian dirata-ratakan. Tebal tudung yang diukur adalah tudung jamur yang paling tebal.

Jumlah Tudung/Rumpun (tudung)

Jumlah tudung/rumpun dihitung pada saat panen. Semua tubuh buah yang sudah dalam keadaan kriteria panen dihitung.

Bobot Segar/Panen (g)

Pengukuran bobot segar/jamur dilakukan dengan menggunakan timbangan digital. Sampel jamur yang diambil adalah jamur yang memiliki ukuran paling besar dari satu rumpun jamur. Pengamatan dilakukan setiap kali panen.

Bobot Segar Jamur/Baglog (g)

Pengukuran bobot segar jamur/baglog dilakukan dengan menggunakan timbangan digital.Karena panen jamur tiram dilakukan lebih dari satu kali maka bobot segar jamur/baglog dihitung setiap kali panen, kemudian dijumlahkan dari mulai penen pertama sampai dengan panen terakhir.

Ratio Efisiensi Biologis (REB)

Nilai REB = Bobot Hasil Bobot Baglog

(40)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Umur Mulai Panen Jamur (HST)

Hasil pengamatan dan sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 6 dan 7.Perlakuan berbagai serbuk kayu berpengaruh nyata sedangkan perlakuan pupuk NPK dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap umur mulai panen jamur.

Tabel 1.Umur mulai panen jamur pada berbagai media serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK.

Keterangan : Angka-angka yang diikuti notasi yang berbeda pada baris dan kolom menunjukkan berbeda nyata menurut uji jarak berganda duncan pada taraf 5 %.

Dari Tabel 1 perlakuan M3 (kelapa) menunjukkan rataan umur mulai panen tercepat sebesar 55,17 HST sedangkan perlakuan M1 (karet) menunjukkan umur mulai panen terlama sebesar 62,71 HST. Perlakuan M1 (karet) dan M2 (kemiri) berbeda nyata dengan M3 (kelapa).

(41)

Gambar 1. Hubungan media serbuk kayu dengan umur mulai panen jamur Gambar 1 menunjukkan histogram umur mulai panen jamur tercepat pada perlakuan M3 (kelapa) sebesar 55,17 HST dan terlama pada perlakuan M1 (karet) sebesar 62,71 HST

Tabel 1 juga menunjukkan rataan umur mulai panen tercepat pada perlakuan P3 (16,8g NPK/baglog) sebesar 59,14HST dan terlama pada perlakuan P0 (tanpa pupuk) sebesar 62,94 HST.

Pada pengamatan umur mulai panen tercepat pada perlakuan M3P2 (Serbuk kayu kelapa dengan pemberian pupuk NPK 11,2g NPK/Baglog) sebesar 52,00 HST sedangkan umur mulai panen jamur terlama pada perlakuan M1P0 (Serbuk kayu karet dengan tanpa pemberian pupuk NPK) sebesar 65,50 HST. Panjang Tangkai Jamur (cm)

Hasil pengamatan dan sidik ragam dari parameter panjang tangkai jamur(cm) panen 1 sampai 4 dapat dilihat pada Lampiran 8 sampai 15.Data panjang tangkai jamur pada berbagai media serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK mulai panen 1 sampai 4 disajikan pada Tabel 2.

62,71 62,50

M1 (karet) M2 (kemiri) M3 (kelapa)

(42)

Tabel 2.Panjang tangkai jamur panen 1 sampai 4 pada perlakuan berbagai media serbukkayu dan pemberian pupuk NPK.

Panen Serbuk Kayu NPK (g/baglog) Rataan

Keterangan : Angka- angka yang diikuti notasi yang berbeda pada kelompok baris dan kelompok kolom menunjukkan berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5 %.

Dari Tabel 2. diketahui bahwa pada panen 1 pada perlakuan berbagai media serbuk kayu dan interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap panjang tangkai jamur sedangkan perlakuan pupuk NPK tidak berpengaruh nyata. Pada panen 2 sampai 4 media serbuk kayu dan perlakuan NPK berpengaruh nyata terhadap panjang tangkai jamur sedangkan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata.

(43)

perlakuan M3(kelapa) sebesar 4,13 cm. Perlakuan M2 berbeda nyata dengan M3 (kelapa), namun tidak berbeda nyata dengan M1 (karet). Pada panen 3 M2 (kemiri) menunjukkan rataan panjang tangkai jamur tertinggi sebesar 5,25 cm sedangkan terendah pada perlakuan M3 (kelapa) sebesar 4,18 cm. Perlakuan M2 (kemiri) berbeda nyata dengan M3 (kelapa), namun tidak berbeda nyata dengan M1 (karet). Pada panen 4 M1 (karet) menunjukkan rataan panjang tangkai tertinggi sebesar 5,18 cm sedangkan terendah pada perlakuan M3 (kelapa) sebesar 4,06 cm. Perlakuan M1 (karet) berbeda nyata dengan M3 (kelapa), namun tidak berbeda nyata pada M2 (kemiri).

(44)

P2 (11,2g NPK/baglog) berbeda nyata dengan P3 (16,8g NPK/baglog) namun tidak berbeda nyata pada P0 (tanpa pupuk) dan P1 (5,6g NPK/baglog).

(45)

kombinasi perlakuan M2P2 berbeda nyata dengan M1P1, M1P2, M1P3, M2P1, M2P3,M3P0, M3P1, M3P2 dan M3P3 namun tidak berbeda nyata pada M1P0 dan M2P0. Pada panen 4 kombinasi perlakuan M2P2 berbeda nyata pada M1P2, M1P3, M2P2, M3P0, M3P1, M3P2 dan M3P3 namun tidak berbeda nyata dengan M1P0, M1P1, M2P0 dan M2P1.

Hubungan pupuk NPK dengan panjang tangkai jamur panen 1 pada berbagai media serbuk kayu dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2.Hubungan pupuk NPK dengan panjang tangkai jamur panen 1 pada berbagai media serbuk kayu.

Gambar 2 menunjukkan bahwa pada panen 1 perlakuan M1 (karet) menghasilkan panjang tangkai jamur yang mengikuti kurva kuadratik negatif.Peningkatan dosis pupuk NPK hingga 9,7 g/baglog cenderung menurunkan panjang tangkai jamur hingga 4,2 cm kemudian panjang tangkai jamur cenderung meningkat dengan meningkatnya dosis pupuk NPK. Perlakuan M2 (kemiri) menghasilkan panjang tangkai jamur yang mengikuti kurva kuadratik positif. Penigkatan dosis pupuk NPK hingga 7,7 g/baglog menigkatkan panjang tangkai jamur hingga 5,9 cm kemudian panjang tangkai jamur cenderung

(46)

menurun dengan meningkatnya dosis pupuk NPK. Perlakuan M3 (kelapa) menghasilkan panjang tangkai jamur yang mengikuti kurva kuadratik positif. Peningkatan dosis pupuk NPK hingga 9,9 g/baglog menigkatkan panjang tangkai jamur hingga 5,3 cm kemudian panjang tangkai jamur cenderung menurun dengan meningkatnya dosis pupuk NPK.

Hubungan pupuk NPK dengan panjang tangkai jamur panen 2 pada berbagai media serbuk kayu dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3.Hubungan pupuk NPK dengan panjang tangkai jamur panen 2 pada berbagai media serbuk kayu.

Gambar 3menunjukkan bahwa interaksi antara pemberian pupuk NPK terhadap panjang tangkai jamur panen 2 pada perlakuan M1 (karet) tidak berbeda nyata terhadap panjang tangkai jamur.Perlakuan M2 (kemiri) menghasilkan panjang tangkai jamur yang mengikuti kurva kuadratik positif.Peningkatan dosis pupuk NPK hingga 6,27 g/baglog meningkatkan panjang tangkai jamur hingga 5,80 cm kemudian panjang tangkai jamur cenderung menurun jika dosisnya ditingkatkan.Perlakuan M3 (kelapa) menghasilkan panjang tangkai jamur yang mengikuti kurva kuadratik positif. Peningkatan dosis pupuk NPK hingga

(47)

10,15g/baglog meningkatkan panjang tangkai jamur hingga 4,54 cm kemudian panjang tangkai jamur cenderung menurun jika dosisnya ditingkatkan.

Hubungan pupuk NPK dengan panjang tangkai jamur panen 3 pada berbagai media serbuk kayu dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4.Hubungan pupuk NPK dengan panjang tangkai jamur panen 3 pada berbagai media serbuk kayu.

Gambar 4menunjukkan bahwa interaksi antara pemberian pupuk NPK terhadap panjang tangkai jamur panen 3 pada perlakuan M1 (karet) tidak berbeda nyata terhadap panjang tangkai jamur.Perlakuan M2 (kemiri) menghasilkan panjang tangkai jamur yang mengikuti kurva kuadratik positif.Peningkatan dosis pupuk NPK hingga 6,76 g/baglog meningkatkan panjang tangkai jamur hingga 5,75 cm kemudian panjang tangkai jamur cenderung menurun jika dosisnya ditingkatkan. Perlakuan M3 (kelapa) menghasilkan panjang tangkai jamur yang mengikuti kurva kuadratik positif. Peningkatan dosis pupuk NPK hingga 10,21 g/baglog meningkatkan panjang tangkai jamur hingga 4,5 cm kemudian panjang tangkai jamur cenderung menurun jika dosisnya ditingkatkan.

(48)

Hubungan pupuk NPK dengan panjang tangkai jamur panen 4 pada berbagai media serbuk kayu dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5.Hubungan pupuk NPK dengan panjang tangkai jamur panen 4 pada berbagai media serbuk kayu.

Gambar 5 menunjukkan bahwa pada perlakuan M1 (karet) menghasilkan panjang tangkai jamur yang mengikuti kurva linear negatif.Panjang tangkai jamur cenderung menunjukkan penurunan seiring dengan meningkatnya dosis pupuk NPK.Perlakuan M2 (kemiri) menghasilkan panjang tangkai jamur yang mengikuti kurva kuadratik positif.Peningkatan dosis pupuk NPK hingga 6,41 g/baglog meningkatkan panjang tangkai jamur hingga 5,56 cm kemudian panjang tangkai jamur cenderung menurun jika dosisnya ditingkatkan. Perlakuan M3 (kelapa) menghasilkan panjang tangkai jamur yang mengikuti kurva linear positif.Peningkatan dosis pupuk NPK cenderung meningkat dengan meningkatnya dosis pupuk NPK.

Hasil pengamatan dan sidik ragam dari rataan parameter panjang tangkai jamur (cm) dapat dilihat pada Lampiran 16 dan 17.Perlakuan berbagai serbuk kayu dan perlakuan pupuk NPK berpengaruh nyata serta interaksi keduanya juga

(49)

berpengaruh nyata terhadap panjang tangkai jamur.Rataan panjang tangkai jamur pada berbagai media serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3.Rataan panjang tangkai jamur pada berbagai media serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK.

Keterangan : Angka-angka yang diikuti notasi yang berbeda pada baris dan kolom menunjukkan berbeda nyata menurut uji jarak berganda duncan pada taraf 5 %.

Dari Tabel 3 perlakuan M2 (kemiri) menunjukkan rataan panjang tangkai jamur tertinggi sebesar 5,22 cm sedangkan perlakuan M3 (kelapa) menunjukkan panjang tangkai jamur terendah sebesar 4,22 cm. Perlakuan M1 (karet) dan M2 (kemiri) berbeda nyata dengan M3 (kelapa). Tabel 3 juga menunjukkan perlakuan P1 (5,6g NPK/baglog) dan P2 (11,2g NPK/baglog) berbeda nyata dengan perlakuan P0 (tanpa pupuk) dan P3 (16,8g NPK/baglog). Rataan panjang tangkai jamur tertinggi pada perlakuan P2 (11,2g NPK/baglog) sebesar 5,10 cm dan terendah pada perlakuan P3 (16,8g NPK/baglog) sebesar 4,53 cm.

(50)

Hubungan pupuk NPK dengan panjang tangkai jamur pada berbagai media serbuk kayu dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6.Hubungan pupuk NPK dengan panjang tangkai jamur pada berbagai media serbuk kayu.

Gambar 6 menunjukkan bahwa pada perlakuan M1 (karet) menghasilkan panjang tangkai jamur yang mengikuti kurva linear negatif.Panjang tangkai jamur cenderung menunjukkan penurunan seiring dengan meningkatnya dosis pupuk NPK.Perlakuan M2 (kemiri) menghasilkan panjang tangkai jamur yang mengikuti kurva kuadratik positif.Peningkatan dosis pupuk NPK hingga 6,41 g/baglog meningkatkan panjang tangkai jamur hingga 5,56 cm kemudian panjang tangkai jamur cenderung menurun jika dosisnya ditingkatkan. Perlakuan M3 (kelapa) menghasilkan panjang tangkai jamur yang mengikuti kurva linear positif.Peningkatan dosis pupuk NPK cenderung meningkat dengan meningkatnya dosis pupuk NPK.

Diameter Tudung Jamur (cm)

Hasil pengamatan dan sidik ragam dari parameter diameter tudung jamur(cm) panen 1 sampai 4 dapat dilihat pada Lampiran 18 sampai 25.Data

(51)

diameter tudung jamur (cm) pada berbagai media serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK mulai panen 1 sampai 4 disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4.Diameter tudung jamur panen 1 sampai 4 padaberbagai media tanam serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK.

Panen Serbuk Kayu NPK (g/baglog) Rataan

M2(Kemiri) 10,99bc 11,11bc 13,67a 11,50bc 11,82b M3(Kelapa) 10,30c 10,43c 10,20c 10,70bc 10,41c

M2(Kemiri) 11,17bcd 10,68cd 13,87a 12,45ab 12,04a M3(Kelapa) 10,49d 10,42d 10,29d 10,84cd 10,51b Rataan 11,29bc 10,88c 12,14a 11,86ab 4 M1(Karet) 11,56bcd 11,68bcd 11,53bcd 12,28abc 11,76a

M2(Kemiri) 11,21cde 10,75de 13,45a 12,63bc 12,01a M3(Kelapa) 10,18e 10,18e 10,20e 10,71de 10,32b

Rataan 10,98b 10,87b 11,73a 11,88a

Keterangan :Angka- angka yang diikuti notasi yang berbeda pada kelompok baris dan kelompok kolom menunjukkan berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5 %.

(52)

(karet) berbeda nyata dengan M2 (kemiri) dan M3 (kelapa). Pada panen 2 M2 (kemiri) menunjukkan rataan diameter tudung jamur tertinggi sebesar 12,59 cm sedangkan terendah pada perlakuan M3 (kelapa) sebesar 10,45 cm. Perlakuan M2 berbeda nyata dengan M3 (kelapa), namun tidak berbeda nyata dengan M1 (karet). Pada panen 3 M1 (karet) menunjukkan rataan diameter tudung jamur tertinggi sebesar 12,07 cm sedangkan terendah pada perlakuan M3 (kelapa) sebesar 10,51 cm. Perlakuan M1 (karet) berbeda nyata dengan M3 (kelapa), namun tidak berbeda nyata dengan M2 (kemiri). Pada panen 4 M2 (kemiri) menunjukkan rataan diameter tudung tertinggi sebesar 12,01 cm sedangkan terendah pada perlakuan M3 (kelapa) sebesar 10,32 cm. Perlakuan M2 (kemiri) berbeda nyata dengan M3 (kelapa), namun tidak berbeda nyata pada M1 (karet).

(53)

sebesar 10,87 cm. Perlakuan P3 (16,8g NPK/baglog) berbeda nyata dengan P0 (tanpa pupuk) dan P1 (5,6g NPK/baglog) namun tidak berbeda nyata pada P2 (11,2g NPK/baglog).

Pada panen 1 pengamatan diameter tudung jamur tertinggi terdapat pada perlakuan M2P2 (Serbuk kayu kemiri dengan pemberian pupuk NPK 11,2g NPK/Baglog) sebesar 13,67 cm. Dan diameter tudung jamur terendah terdapat pada perlakuan M3P2 (Serbuk kayu kelapa dengan pemberian pupuk NPK 11,2g NPK/baglog) sebesar 10,20 cm. Pada panen 2 pengamatan diameter tudung jamur tertinggi terdapat pada perlakuan M2P2 (Serbuk kayu kemiri dengan pemberian pupuk NPK 11,2g NPK/Baglog) sebesar 14,59 cm. Dan diameter tudung jamur terendah terdapat pada perlakuan M3P2 (Serbuk kayu kelapa dengan pemberian pupuk NPK 11,2g NPK/Baglog) sebesar 10,19 cm. Pada panen 3 pengamatan diameter tudung jamur tertinggi terdapat pada perlakuan M2P2 (Serbuk kayu kemiri dengan pemberian pupuk NPK 11,2g NPK/Baglog) sebesar 13,87 cm. Dan diameter tudung jamur terendah terdapat pada perlakuan M3P2 (Serbuk kayu kelapa dengan pemberian pupuk 11,2g NPK/Baglog) sebesar 10,29 cm. Pada panen 4 pengamatan diameter tudung jamur tertinggi terdapat pada perlakuan M2P2 (Serbuk kayu kemiri dengan pemberian pupuk NPK 11,2g NPK/Baglog) sebesar 13,45 cm. Diameter tudung jamur terendah terdapat pada perlakuan M3P0 dan M3P1 (Serbuk kayu kelapa tanpa pemberian pupuk dan Serbuk kayu kelapa dengan pemberian pupuk NPK 5,6g NPK/Baglog) sebesar 10,18 cm.

(54)

berbeda nyata dengan M1P0, M1P1, M1P2, M1P3, M2P0, M2P1, M3P0, M3P1, M3P2 dan M3P3 namun tidak berbeda nyata pada M2P3. Pada panen 4 kombinasi perlakuan M2P2 berbeda nyata pada M1P0, M1P1, M1P2, M2P0, M2P1,M2P3, M3P0, M3P1, M3P2 dan M3P3 namun tidak berbeda nyata dengan M1P3.

Hubungan pupuk NPK dengan diameter tudung jamur panen 1 pada berbagai media serbuk kayu dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7.Hubungan pupuk NPK dengan diameter tudung jamur panen 1 pada berbagai media serbuk kayu.

Gambar 7menunjukkan bahwa pada perlakuan M1 (karet) menghasilkan diameter tudung jamur yang mengikuti kurva linear positif.Diameter tudung jamur cenderung meningkat dengan meningkatnya dosis pupuk NPK.Perlakuan M2 (kemiri) menghasilkan diameter tudung jamur yang mengikuti kurva kuadratik positif.Peningkatan dosis pupuk NPK hingga 10,37 g/baglog meningkatkan panjang tangkai jamur hingga 12,60 cm kemudian diameter tudung jamur cenderung menurun jika dosisnya ditingkatkan. Interaksi antara pemberian pupuk NPK terhadap diameter tudung jamur panen 1 pada perlakuan M3 (kelapa) tidak berbeda nyata terhadap diameter tudung jamur.

(55)

Hubungan pupuk NPK dengan diameter tudung jamur panen 2 dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8.Hubungan pupuk NPK dengan diameter tudung jamur panen 2. Gambar 8 menunjukkan bahwa pemberian pupuk NPK menghasilkan diameter tudung jamur yang mengikuti kurva linear positif.Diameter tudung cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya dosis pupuk NPK.

Hubungan pupuk NPK dengan diameter tudung jamur panen 3 pada berbagai media serbuk kayu dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9.Hubungan pupuk NPK dengan diameter tudung jamur panen 3 pada berbagai media serbuk kayu.

(56)

Gambar 9menunjukkan bahwa pada perlakuan M1 (karet) interaksi antara pemberian pupuk NPK terhadap diameter tudung jamur panen 3 tidak berbeda nyata.Perlakuan M2 (kemiri) menghasilkan diameter tudung jamur yang mengikuti kurva linear positif.Diameter tudung jamur cenderung meningkat dengan meningkatnya dosis pupuk NPK.Interaksi antara pemberian pupuk NPK terhadap diameter tudung jamur panen 3 pada perlakuan M3 (kelapa) tidak berbeda nyata.

Hubungan pupuk NPK dengan diameter tudung jamur panen 4 pada berbagai media serbuk kayu dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10.Hubungan pupuk NPK dengan diameter tudung jamur panen 4 padaberbagai media serbuk kayu.

Gambar 10 menunjukkan bahwa pada perlakuan M1 (karet) interaksi antara pemberian pupuk NPK terhadap diameter tudung jamur panen 4 tidak berbeda nyata.Perlakuan M2 (kemiri) menghasilkan diameter tudung jamur yang mengikuti kurva linear positif.Diameter tudung jamur cenderung meningkat dengan meningkatnya dosis pupuk NPK.Interaksi antara pemberian pupuk NPK

(57)

terhadap diameter tudung jamur panen 4 pada perlakuan M3 (kelapa) tidak berbeda nyata.

Hasil pengamatan dan sidik ragam dari rataan parameter diameter tudung jamur (cm) dapat dilihat pada Lampiran 26 dan 27.Perlakuan berbagai serbuk kayu dan perlakuan pupuk NPK berpengaruh nyata serta interaksi keduanya juga berpengaruh nyata terhadap diameter tudung jamur.

Tabel 5.Rataan diameter tudung jamur pada berbagai media serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK.

M1(karet) 11.92bcde 11.69bcde 12.58abc 12.80ab 12.25a M2 (kemiri) 11.32cdef 10.97def 13.89a 12.27bcd 12.11a M3(kelapa) 10.29f 10.38ef 10.22f 10.79ef 10.42b

Rataan 11.18b 11.01b 12.23a 11.95a 11.59

Keterangan : Angka-angka yang diikuti notasi yang berbeda pada baris dan kolom menunjukkan berbeda nyata menurut uji jarak berganda duncan pada taraf 5 %.

Dari Tabel 5 perlakuan M1 (karet) menunjukkan rataan diameter tudung jamur tertinggi sebesar 12,25 cm sedangkan perlakuan M3 (kelapa) menunjukkan diameter tudung jamur terendah sebesar 10,42 cm. Perlakuan M1 (karet) dan M2 (kemiri) berbeda nyata dengan M3 (kelapa). Tabel 5 juga menunjukkan rataan diameter tudung jamur tertinggi pada perlakuan P2 (11,2g NPK/baglog) sebesar 12,23 cm dan terendah pada perlakuan P1 (5,6g NPK/baglog) sebesar 11,01 cm.

(58)

M2P0, M2P1, M3P3, M3P1, M3P0, M3P2. Namun tidak berbeda nyata dengan M1P3 dan M1P2.

Hubungan pupuk NPK dengan diameter tudung jamur pada berbagai media serbuk kayu dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11.Hubungan pupuk NPK dengan diameter tudung jamur pada berbagai media serbuk kayu.

Gambar 11 menunjukkan bahwa pada perlakuan M1 (karet) interaksi antara pemberian pupuk NPK terhadap diameter tudung jamur tidak berbeda nyata.Perlakuan M2 (kemiri) menghasilkan diameter tudung jamur yang mengikuti kurva linear positif.Diameter tudung jamur cenderung meningkat dengan meningkatnya dosis pupuk NPK.Interaksi antara pemberian pupuk NPK terhadap diameter tudung jamur pada perlakuan M3 (kelapa) tidak berbeda nyata. Tebal Tudung Jamur (mm)

(59)

Tabel 6.Tebal tudung jamur panen 1 sampai 4 pada perlakuan berbagai media serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK.

Panen Serbuk Kayu NPK (g/baglog) Rataan

Keterangan :Angka- angka yang diikuti notasi yang berbeda pada kelompok baris dan kelompok kolom menunjukkan berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5 %.

(60)

(karet) berbeda nyata dengan M2 (kemiri) dan M3 (kelapa). Pada panen 4 M1 (karet) menunjukkan rataan tebal tudung jamur tertinggi sebesar 8,5 mm sedangkan terendah pada perlakuan M3 (kelapa) sebesar 6,2 mm. Perlakuan M1 (karet) berbeda nyata dengan M2 (kemiri dan M3 (kelapa).

Pada panen 1 perlakuan P1 (5,6g NPK/baglog) menunjukkan rataan tebal tudung jamur tertinggi sebesar 7,5 mm sedangkan terendah pada P0 (tanpa pupuk) sebesar 7,0 mm. Pada panen 2 perlakuan P1 (5,6g NPK/baglog) menunjukkan rataan tebal tudung jamur tertinggi sebesar 7,6 mm sedangkan terendah pada P2 (11,2g NPK/baglog) sebesar 7,2 mm. Pada panen 3 perlakuan P1 (5,6g NPK/baglog) menunjukkan rataan tebal tudung jamur tertinggi sebesar 7,5 mm sedangkan terendah pada P2 (11,2g NPK/baglog) dan P3 (16,8g NPK/baglog) sebesar 7,2 mm. Pada panen 4 perlakuan P0 (tanpa pupuk) dan P1 (5,6g NPK/baglog) menunjukkan rataan tebal tudung jamur tertinggi sebesar 7,4 mm sedangkan terendah pada P3 (16,8g NPK/baglog) sebesar 7,1 mm.

(61)

pemberian pupuk NPK 5,6g NPK/Baglog) sebesar 9,4 mm. Dan tebal tudung jamur terendah terdapat pada perlakuan M3P2 (Serbuk kayu kelapa dengan pemberian pupuk NPK 11,2g NPK/Baglog) sebesar 5,5 mm. Pada panen 4 pengamatan tebal tudung jamur tertinggi terdapat pada perlakuan M1P1 (Serbuk kayu karet dengan pemberian pupuk NPK 5,6g NPK/Baglog) sebesar 9,0 mm. Dan tebal tudung jamur terendah terdapat pada perlakuan M3P2 (Serbuk kayu kelapa dengan pemberian pupuk NPK 11,2g NPK/Baglog) sebesar 6,0 mm.

Hasil pengamatan dan sidik ragam dari rataan parameter tebal tudung jamur (cm) dapat dilihat pada Lampiran 36 dan 37.Perlakuan berbagai serbuk kayu berpengaruh nyata terhadap tebal tudung jamur.Namun pemberian pupuk NPK dan interaksinya tidak berpengaruh nyata.Rataan tebal tudung jamur pada berbagai media serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7.Rataan tebal tudung jamur pada berbagai media serbuk kayu dan

pemberian pupuk NPK.

Keterangan : Angka-angka yang diikuti notasi yang berbeda pada baris dan kolom menunjukkan berbeda nyata menurut uji jarak berganda duncan pada taraf 5 %.

(62)

Gambar 12. Hubungan media serbuk kayu dengan tebal tudung jamur Gambar 12 menunjukkan histogram tebal tudung jamur tertinggi pada perlakuan M1 (karet) sebesar 0,8 mm dan terendah pada perlakuan M3 (kelapa sebesar 0,59 mm.

Tabel 7 juga menunjukkan rataan tebal tudung jamur tertinggi pada perlakuan P1 (5,6g NPK/baglog) sebesar 0,75 mm dan terendah pada perlakuan P3 (16,8g NPK/baglog) sebesar 0,72 mm.

Pada pengamatan tebal tudung jamur tertinggi pada perlakuan M1P1 (Serbuk kayu karet dengan pemberian pupuk NPK 5,6g NPK/Baglog) sebesar 0,95 mm sedangkan tebal tudung jamur terrendah pada perlakuan M1P2 (Serbuk kayu karet dengan pemberian pupuk NPK 11,2g NPK/baglog) sebesar 0,56 mm. Jumlah Tudung/Rumpun (Tudung)

Hasil pengamatan dan sidik ragam dari parameter jumlah tudung/rumpun panen 1 sampai 4 dapat dilihat pada Lampiran 38 sampai 45. Data jumlah tudung/rumpun pada berbagai media serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK mulai panen 1 sampai 4 disajikan pada Tabel 8.

0.89

M1 (karet) M2 (kemiri) M3 (kelapa)

(63)

Tabel 8.Jumlah tudung/rumpun panen 1 sampai 4 pada perlakuan berbagai media serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK.

Panen Serbuk Kayu NPK (g/baglog) Rataan

Keterangan : Angka- angka yang diikuti notasi yang berbeda pada kelompok baris dan kelompok kolom menunjukkan berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5 %

.

(64)

(kemiri dan M3 (kelapa). Pada panen 3 M1 (karet) menunjukkan rataan jumlah tudung/rumpun tertinggi sebesar 5,15 tudung sedangkan terendah pada perlakuan M3 (kelapa) sebesar 3,73 tudung. Perlakuan M1 (karet) berbeda nyata dengan M2 (kemiri) dan M3 (kelapa). Pada panen 4 M1 (karet) menunjukkan rataan jumlah tudung/rumpun tertinggi sebesar 5,04 tudung sedangkan terendah pada perlakuan M3 (kelapa) sebesar 3,73 tudung. Perlakuan M1 (karet) berbeda nyata dengan M2 (kemiri dan M3 (kelapa).

Pada panen 1 perlakuan P0 (tanpa pupuk) menunjukkan rataan jumlah tudung/rumpun tertinggi sebesar 5,25 tudung sedangkan terendah pada P1 (5,6g NPK/baglog) sebesar 4,67 tudung. Pada panen 2 perlakuan P1 (5,6g NPK/baglog) menunjukkan rataan jumlah tudung/rumpun tertinggi sebesar 4,53 tudung sedangkan terendah pada P0 (tanpa pupuk) sebesar 4,22 tudung. Pada panen 3 perlakuan P0 (tanpa pupuk) menunjukkan rataan jumlah tudung/rumpun tertinggi sebesar 4,81 tudung sedangkan terendah pada P1 (5,6g NPK/baglog)sebesar 3,92 tudung. Pada panen 4 perlakuan P0 (tanpa pupuk) menunjukkan rataan jumlah tudung/rumpun tertinggi sebesar 4,64 tudung sedangkan terendah pada P1 (5,6g NPK/baglog) sebesar 3,92 tudung.

(65)

tudung/rumpun terendah terdapat pada perlakuan M2P1 (Serbuk kemiri dengan pemberian pupuk NPK 5,6g NPK/Baglog), M3P2 (Serbuk kayu kelapa dengan pemberian pupuk 11,2g NPK/Baglog), dan M3P3 (Serbuk kayu kelapa dengan pemberian pupuk 16,8g NPK/Baglog) sebesar 3,42 buah. Pada panen 3 pengamatan jumlah tudung/rumpun tertinggi terdapat pada perlakuan M1P2 (Serbuk karet dengan pemberian pupuk NPK 11,2g NPK/Baglog) sebesar 5,58 buah. Dan jumlah tudung/rumpun terendah terdapat pada perlakuan M3P3 (Serbuk kayu kelapa dengan pemberian pupuk 16,8g NPK/Baglog) sebesar 3,33 buah. Pada panen 4 pengamatan jumlah tudung/rumpun tertinggi terdapat pada perlakuan M1P2 (Serbuk karet dengan pemberian pupuk NPK 11,2g NPK/Baglog) sebesar 5,42 buah. Dan jumlah tudung/rumpun terendah terdapat pada perlakuan M3P3 (Serbuk kelapa dengan pemberian pupuk NPK 16,8g NPK/Baglog) sebesar 3,42 buah.

Hubungan pupuk NPK dengan jumlah tudung jamur panen 4 dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Hubungan pupuk NPK dengan jumlah tudung jamur panen 4

(66)

Gambar 13menunjukkan bahwa pemberian pupuk NPK berbagai dosis menghasilkan jumlah tudung jamur yang mengikuti kurva kuadratik negatif. Peningkatan dosis pupuk NPK hingga 10,13 g/baglog cenderung menurunkan jumlah tudung jamur hingga 4,01 tudung kemudian jumlah tudung jamur cenderung meningkat dengan meningkatnya dosis pupuk NPK.

Hasil pengamatan dan sidik ragam dari rataan parameter jumlah tudung/rumpun jamur dapat dilihat pada Lampiran 46 dan 47.Perlakuan berbagai serbuk kayu dan perlakuan pupuk NPK berpengaruh nyata serta interaksi keduanya juga berpengaruh nyata terhadap jumlah tudung/rumpun jamur.Rataan jumlah tudung/rumpun jamur dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9.Rataan jumlah tudung/rumpun jamur pada berbagai media serbuk kayu dan pemberian pupuk NPK.

Serbuk kayu

Keterangan : Angka-angka yang diikuti notasi yang berbeda pada baris dan kolom menunjukkan berbeda nyata menurut uji jarak berganda duncan pada taraf 5 %.

(67)

Gambar 14.Hubungan media serbuk kayu dengan jumlah tudung/rumpun jamur.

Gambar 14 menunjukkan histogram jumlah tudung/rumpun jamur tertinggi pada perlakuan M1 (karet) sebesar 5,39 tudung dan terendah pada perlakuan M3 (kelapa) sebesar 3,77 tudung.

Tabel 9 juga menunjukkan rataan jumlah tudung/rumpun tertinggi pada perlakuan P0 (tanpa pupuk) sebesar 4,73 tudung dan terendah pada perlakuan P1 (5,6g NPK/baglog) sebesar 4,26 tudung.

Pada jumlah tudung/rumpun jamur tertinggi pada perlakuan M1P2 (Serbuk kayu karet dengan pemberian pupuk NPK 11,2g NPK/Baglog) sebesar 5,96 tudung sedangkan jumlah tudung/rumpun jamur terendah pada perlakuan M3P2 (Serbuk kayu kelapa dengan pemberian pupuk NPK 11,2g NPK/baglog) sebesar 3,58 tudung.

Bobot Segar Jamur/Panen (g)

Hasil pengamatan dan sidik ragam dari parameter bobot segar jamur /panen (g) panen 1 sampai 4 dapat dilihat pada Lampiran 48 sampai

5.39

M1 (karet) M2 (kemiri) M3 (kelapa)

Gambar

Tabel 1.Umur mulai panen jamur pada  berbagai media serbuk kayu dan  pemberian pupuk NPK
Gambar 1. Hubungan media serbuk kayu dengan umur mulai panen jamur   Gambar 1 menunjukkan histogram umur mulai panen jamur tercepat pada  perlakuan M3 (kelapa) sebesar 55,17 HST dan terlama pada perlakuan M1 (karet)  sebesar 62,71 HST
Tabel 2.Panjang tangkai jamur panen 1 sampai 4 pada perlakuan berbagai media  serbukkayu dan pemberian pupuk NPK
Gambar 2.Hubungan pupuk NPK dengan  panjang tangkai jamur panen 1  pada berbagai media serbuk kayu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa penelitian yang mengatakan jika perusahaan memiliki kinerja sosial dan lingkungan yang baik, otomatis dapat menimbulkan kepercayaan dari investor sehingga

untuk mengetahui Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance yang terdiri dari Ukuran Dewan Direksi, Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial,

Produk hasil penelitian dan pengembangan model diharapkan mampu menjadi alternatif model yang dapat digunakan guru untuk melaksanakan pembelajaran sekaligus mampu

It is the fourth time that Indonesia hosts the conference and Department of Mathematics and Department of Statistics, Institut Teknologi Sepuluh Nopember collaborate

Kemudian dari populasi tersebut dipilih responden yang sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditentukan oleh peneliti yaitu usia lanjut yang berusia 60 tahun ke

Tujuan selanjutnya yaitu melakukan re-design pada mesin eksiting dengan melihat aspek kemudahan dalam perakitan atau pembongkaran , menggunakan metode Boothroyd

Setelah dilakukan kajian secara mendalam, hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi pendidik menurut al-Qur’an surat Ar-Rahman ayat 1-10 dalam tafsir al-Misbah dan

Pada penelitian yang menggunakan piridoksin dan niasin masih jarang ditemukan, oleh karena itulah penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui pengaruh jenis dan