• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan pada Tn. D dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Istirahat dan Tidur Di Jalan Bajak IV Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Asuhan Keperawatan pada Tn. D dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Istirahat dan Tidur Di Jalan Bajak IV Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

Asuhan Keperawatan pada Tn. D dengan Prioritas

Masalah Kebutuhan Dasar Istirahat dan Tidur Di Jalan

Bajak IV Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan

Amplas

Karya Tulis Ilmiah

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan

Program Studi DIII Keperawatan

Oleh

SARTIKA SIAHAAN

122500084

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh

manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupuan psikologis,

yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan.

Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dalam teori Hirarki.

Menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar yaitu

kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri (Potter dan

Patricia, 1997). Manusia memiliki delapan macam kebutuhan oksigen, cairan,

nutrisi, temperatur, eliminasi, tempat tinggal, istirahat, dan seks. Kebutuhan dasar

manusia (KDM) yang dapat digunakan untuk memahami hubungan antara

kebutuhan dasar manusia pada saat memberikan perawatan. Beberapa kebutuhan

manusia tertentu lebih mendasar daripada kebutuhan lainnya. Oleh karana itu

beberapa kebutuhan harus dipenuhi sebelum kebutuhan lainnya (Potter & Perry,

2005).

Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang bersifat fisiologis, atau

kebutuhan paling dasar atau paling bawah dari piramida kebutuhan dasar.

Kesempatan untuk istirahat dan tidur sama pentingnya dengan kebutuhan makan,

aktivitas maupun kebutuhan dasar lainnya. Setiap individu membutuhkan istirahat

dan tidur untuk memulihkan kembali kesehatannya (Kozier, 2010). Tidur sebagai

satu kebutuhan dasar, juga hal yang Universal. Apabila tidak terpenuhinya

kebutuhan tidur antara lain individu sering kali menjadi iritabel, depresi, letih,

atau lelah dan mempunyai kemampuan pengendalian buruk terhadap emosinya

(Kozier, 2010). Pernyataan yang sama juga dikemukakan oleh Potter & Perry

(2005), bahwa dengan tidak terpenuhinya istirahat dan tidur, maka dapat

menimbulkan penurunan kemampuan konsentrasi, membuat keputusan serta

berpartisipasi dalam melakukan aktivitas sehari-hari, menyebabkan terjadinya

peningkatan kepekaan (irritability).

Menurut Virginia Henderson dalam Potter & Perry, 2005. Kebutuhan dasar

(8)

komponen kebutuhan dasar manusia. Sedangkan menurut Abdellah

mem-pertahankan aktivitas, latihan fisik, istirahat dan tidur yang optimal merupakan

urutan kedua dari dua puluh satu masalah keperawatan Abdellah. Sedangkan

menurut NANDA internasional (2007-2008), aktivitas/istirahat berada pada

urutan domain keempat dari tiga belas domain.

Keteraturan dan lamanya tidur dari masing-masing orang seperti juga halnya

dengan masa sakit, maka tidur merupakan persoalan yang bersifat pribadi. Ada

orang yang memerlukan lebih banyak tidur dibandingkan yang lain. Ada orang

yang mudah tidur dan yang sulit tidur, ada tidur yang tidak tenang dengan tidur

yang dengan tenang. Kebiasaan-kebiasaan agaknya memegang peranan dalam

pola-pola tidur dan tidur akan lebih mudah jika kebiasaan-kebiasaan itu tetap

diikuti (Dian, 2006).

Keadaan sakit sering memerlukan waktu tidur lebih banyak dari orang normal

karena kondisi saat sakit memerlukan pemulihan sistem tubuh untuk

mengembalikan kondisi seperti semula saat sebelum sakit. Namun demikian,

keadaan sakit dapat menjadikan pasien kurang tidur atau tidak dapat tidur oleh

karena banyak faktor diantaranya adalah rasa sakit yang dideritanya, pengunjung

pasien lain secara berkelompok, lingkunagan yang kurang nyaman dan sebagainya

(Kozier, 2010). Tugas perawat untuk memberikan asuhan keperawatan kepada

pasien yang mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan tidurnya. Usaha

pasien dalam memenuhi kebutuhan pola tidur pasien kurang menjadi fokus

perhatian perawat, selama ini perhatian perawat masih terfokus pada respon fisik

yang muncul akibat penyakit yang diderita pasien. Terpenuhi atau tidaknya

kebutuhan tidur pasien merupakan suatu yang bersifat subyektif, sulit dinilai dari

penampilan dan tanda-tanda fisik, sehingga pendekatan yang baik perlu dilakukan

untuk mengetahui persepsi, sikap dan harapan pasien tentang kebutuhan tidurnya.

Setiap pasien yang dirawat di rumah sakit memiliki pengalaman pribadi yang unik

serta memiliki persepsi, sikap dan harapan berbeda-beda. Tentang kebutuhan

tidur. Pasien sebagai individu, memiliki keunikan dalam usaha untuk memenuhi

kebutuhan tidurnya.

Untuk itu kebutuhan dasar gangguan pola tidur dan istirahat perlu

(9)

Karya Tulis Ilmiah terkait kebutuhan istirahat dan tidur pada Tn.D di Jalan.Bajak

IV Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan

kepada Tn.D dengan gangguan pola istirahat dan tidur di Jalan.Bajak IV

Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada Tn. D dengan gangguan

istirahat dan tidur.

b. Perawat mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. D dengan

gangguan istirahat dan tidur.

c. Perawat mampu melakukan perencanaan tindakan keperawatan pada Tn. D

dengan gangguan istirahat dan tidur.

d. Perawat mampu melakukan intervensi keperawatan pada Tn. D dengan

gangguan istirahat dan tidur.

e. Perawat mampu melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada Tn. D dengan

gangguan istirahat dan tidur.

C. Manfaat

1. Pendidikan

Menjadi bahan bacaan bagi mahasiswa keperawatan serta menambah

wawasan dalam memahami penerapan langkah-langkah asuhan keperawatan

dalam upaya peningkatan mutu pelayanan keperawatan khususnya bagi pasien

dengan masalah gangguan kebutuhan dasar istirahat dan tidur.

2. Praktik keperawatan

Menjadi bahan bacaan dalam menentukan asuhan keperawatan pada pasien

dengan masalah kebutuhan dasar istirahat dan tidur.

3. Pasien

Untuk memperoleh pengetahuan tentang cara merawat dan memenuhi

(10)

4. Bagi penulis

Memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan asuhan

(11)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Kebutuhan Istirahat dan Tidur.

Kebutuhan dasar manusia adalah hal-hal seperti makanan, air, keamanan dan

cinta merupakan hal yang penting untuk bertahan hidup dan kesehatan. Walaupun

setiap orang mempunyai sifat tambahan, kebutuhan yang unik, setiap orang

mempunyai kebutuhan dasar manusia yang sama. Besarnya kebutuhan dasar yang

terpenuhi menentukan tingkat kesehatan dan posisi pada rentang sehat-sakit.

Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut maslow adalah sebuah teori yang dapat

digunakan perawat untuk memahami hubungan antara kebutuhan dasar manusia

pada saat memberikan perawatan. Beberapa kebutuhan manusia tertentu lebih dari

pada kebutuhan lainnya, oleh karena itu, beberapa kebutuhan harus dipenuhi

sebelum kebutuhan yang lain. Misalnya, orang yang lapar akan lebih mencari

makanan daripada melakukan aktivitas untuk meningkatkan harga diri (Potter &

Perry, 2005).

Kesempatan untuk istirahat dan tidur sama pentingnya dengan kebutuhan

makan, aktivitas, maupun kebutuhan dasar lainnya. Setiap individu membutuhkan

istirahat dan tidur untuk memulihkan kembali kesehatannya. Istirahat adalah suatu

keadaan dimana kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat badan menjadi lebih

segar, sedangkan tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh

ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan

masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda

(Tarwoto, 2006).

Setiap Manusia mempunyai kebutuhan dasar fisiologis untuk istirahat teratur.

Jumlah kebutuhan istirahat bervariasi, bergantung pada kualitas tidur, status

kesehatan, pola aktivitas, gaya hidup, dan umur seseorang. Klien sakit kronis

membutuhkan istirahat lebih banyak disbanding orang yang sehat dengan umur

yang sama. Kehamilan, menyusui, dan perubahan status kesehatan seperti

pembedahan juga meningkatkan kebutuhan istirahat. Tekanan fisik dan emosi bisa

(12)

memberikan perasaan terlepas sementara dari tekanan. Bagaimana pun, istirahat

dapat juga menjadi metode yang tidak produktif untuk menyelesaikan tekanan;

klien mungkin bergantung pada tidur sebagai cara untuk melarikan diri dari

tekanan. (Potter & Perry, 2005)

Menurut Guyton (1986), tidur merupakan suatu kondisi tidak sadar dimana

individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensori yang sesuai, atau juga

dapat dikatakan sebagai suatu keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan

hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan tetapi lebih merupakan suatu

urutan siklus yang berulang, dengan ciri adanya aktivitas yang minim, memiliki

kesadaran yang bervariasi, terdapat perubahan proses fisiologis, dan terjadi

penurunan respons terhadap rangsangan dari luar. Tidur bermanfaat untuk

menjaga keseimbangan mental, emosional dan kesehatan. Secara umum terdapat

dua efek fisiologis tidur, pertama efek terhadap sistem saraf yang diperkirakan

dapat memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan di antara berbagai susunan

saraf; kedua, efek pada struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran dan fungsi

organ dalam tubuh, mengingat terjadinya penurunan aktivitas organ-organ tubuh

tersebut selama tidur.

Tidur adalah suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status kesadaran

yang terjadi selama periode tertentu. Jika seseorang memperoleh periode tidur

yang cukup, mereka merasa tenaganya telah pulih, hal ini diyakini bahwa tidur

memberikan waktu untuk perbaikan dan penyembuhan system tubuh untuk

periode keterjagaan yang berikutnya. Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar

di mana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau hilang,

dan dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup (Potter

& Perry, 2005).

Banyak sekali yang mempengaruhi kualitas maupun kuantitas tidur seseorang,

atara lain kepulasan atau mutu tidur dan lama waktu tidur seseorang. Pasien yang

dirawat di rumah sakit mempunyai kecenderungan terganggu tidurnya yang

mungkin disebabkan oleh aktifitas yang menimbulkan kegaduhan, lampu yang

menyala terang, terganggu oleh dengkuran pasien lain ataupun yang terpaksa

(13)

tidur seeorang berbeda-beda, salah satu pengaruhnya adalah lingkungan saat tidur.

Pengaruh tersebut menyebabkan gangguan pola tidur seperti gejala primer kurang

tidur atau sulit tidur pada tiap malamnya. Keadaan ini banyak terjadi pada usia

lanjut atau lansia, dan tidak kemungkinan untuk orang dewasa (Kozier, 2010).

1. DEFINISI ISTIRAHAT TIDUR

a) Kesempatan untuk istirahat dan tidur sama pentingnya dengan kebutuhan

makan, aktivitas, maupun kebutuhan dasar lainnya. Setiap individu

membutuhkan istirahat dan tidur untuk memulihkan kembali kesehatannya

(Tarwoto, 2006).

b) Istirahat adalah suatu keadaan dimana kegiatan jasmaniah menurun yang

berakibat badan menjadi lebih segar. Sedangkan tidur adalah suatu keadaan

relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan

urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase

kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Tarwoto, 2006).

A. ISTIRAHAT

Istirahat bisa didefinisikan sebagai keadaan yang relaks tanpa adanya tekanan

emosional dan bukan hanya dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga berhenti

sejenak untuk mendapatkan ketenangan.

Menurut Asmadi (2008), Kata istirahat mempunyai arti yang sangat luas

meliputi bersantai menyegarkan diri, diam menganggur setelah melakukan

aktivitas, serta melepaskan diri dari apapun yang membosankan, menyulitkan,

atau menjengkelkan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa istirahat

merupakan keadaan yang tenang, rileks, tanpa tekanan emosional dan bebas dari

kecemasan (ansietas). Menurut Wong (2008), tidur merupakan fungsi protektif

yang dimiliki semua organisme memungkinkan terjadinya perbaikan dan

pemulihan jaringan setelah aktivitas. Seseorang dapat benar-benar istirahat bila:

a. Merasa segala sesuatu dapat diatasi dan di bawah kontrolnya;

b. Merasa diterima eksistensinya baik di tempat tinggal, kantor, atau di manapun

juga termasuk ide-idenya diterima oleh orang lain;

(14)

d. Bebas dari gangguan dan ketidaknyamanan;

e. Memiliki kepuasan terhadap aktivitas yang dilakukannya;

f. Mengetahui adanya bantuan sewaktu-tvaktu bila memerlukannya.

2. Karakteristik

Menurut Perry & Potter (2005), ada 6 karakteristik istirahat yaitu merasakan

bahwa segala sesuatu bisa diatasi, merasa diterima, mengetahui apa yang sedang

terjadi, bebas dari gangguan ketidaknyamanan, mempunyai sejumlah kepuasan

terhadap aktivitas yang mempunyai tujuan, mengetahui adanya bantuan sewaktu

memerlukan.

B. TIDUR

Menurut Guyton (1986), tidur merupakan suatu kondisi tidak sadar dimana

individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensori yang sesuai, atau juga

dapat dikatakan sebagai suatu keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan

hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan tetapi lebih merupakan suatu

urutan siklus yang berulang, dengan ciri adanya aktivitas yang minim, memiliki

kesadaran yang bervariasi, terdapat perubahan proses fisiologis, dan terjadi

penurunan respons terhadap rangsangan dari luar. Tidur bermanfaat untuk

menjaga keseimbangan mental, emosional dan kesehatan. Secara umum terdapat

dua efek fisiologis tidur, pertama efek terhadap sistem saraf yang diperkirakan

dapat memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan di antara berbagai susunan

saraf; kedua, efek pada struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran dan fungsi

organ dalam tubuh, mengingat terjadinya penurunan aktivitas organ-organ tubuh

tersebut selama tidur.

Tidur adalah suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status kesadaran

yang terjadi selama periode tertentu. Jika seseorang memperoleh periode tidur

yang cukup, mereka merasa tenaganya telah pulih, hal ini diyakini bahwa tidur

memberikan waktu untuk perbaikan dan penyembuhan system tubuh untuk

periode keterjagaan yang berikutnya (Potter & Perry, 2005). Tidur merupakan

suatu keadaan tidak sadar di mana persepsi dan reaksi individu terhadap

lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan kembali dengan indra

(15)

Tujuan seseorang tidur tidak jelas diketahui, namun diyakini tidur diperlukan

untuk menjaga keseimbangan mental emosional, fisiologis, dan kesehatan.

Seseorang dapat dikategorikan sedang tidur apabila terdapat tanda tanda sebagai

berikut:

a. Aktivitas fisik minimal

b. Tingkat kesadaran yang bervariasi

c. Terjadi perubaban-perubaban proses fisiologis tubuh

d. Penurunan respons terhadap rangsangan dari luar.

Selama tidur, dalam tubuh seseorang terjadi perubaban proses fisiologis.

Perubahan tersebut, antara lain:

a. Penurunan tekanan darah, denyut nadi;

b. Dilatasi pembuluh darab perifer;

b. kadang-kadang teriadi peningkatan aktivitas traktus gastrointestinal;

c. Relaksasi otot-otot rangka;

d. Basal metabolisme rate (BMR) menurun 10-30%.

Fungsi istirahat tidur

1. Regenerasi sel-sel tubuh yang rusak menjadi baru.

2. Menambah konsentrasi dan kemampuan fisik.

3. Memperlancar produksi hormon pertumbuhan tubuh.

4. Memelihara fungsi jantung.

5. Mengistirahatkan tubuh yang letih akibat aktivitas seharian.

6. Menyimpan energi.

7. Meningkatkan kekebalan tubuh kita dari serangan penyakit.

(16)

2. POLA TIDUR NORMAL

Pola tidur normal menurut Tarwoto dan Wartonah (2010) adalah sebagai

berikut:

1). Neonatus sampai dengan 3 bulan

a. Kira-kira membutuhkan 16 jam/hari.

b. Mudah berespons terhadap stimulus

c. Pada minggu pertama kelahiran 50% adalah tahap REM

2). Bayi

a. Pada malam hari kira-kira tidur 8-10 jam.

b. Usia 1 bulan sampai dengan 1 tahun kira-kira tidur 14 jam/hari.

c. Tahap REM 20-30 %.

3). Toddler

a. Tidur 10-12 jam/hari

b. Tahap REM 25%

4). Preschooler

a. Tidur 11 jam pada malam hari

b. Tahap REM 20%

5). Usia sekolah

a. Tidur 10 jam pada malam hari

b. Tahap REM 18,5%

6). Adolensia

a. Tidur 8,5 jam pada malam hari

b. Tahap REM 20%

7). Dewasa muda

a. Tidur 7-9 jam/hari

b. Tahap REM 20-25 %

8). Usia dewasa pertengahan

a. Tidur ± 7 jam/hari

b. Tahap REM 20%

9). Usia tua

a. Tidur ± 6 jam/hari

(17)

c. Tahap IV NREM menurun dan kadang-kadang absen

d. Sering terbangun pada malam hari

3. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIDUR

Faktor yang mempengaruhi Tidur menurut Tarwoto & Wartonah (2010)

adalah sebagai berikut:

1). Penyakit

Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari

normal. Namun demikian, keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur atau

tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien dengan gangguan pernafasan seperti asma,

bronkitis, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit persarafan.

2). Lingkungan

Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman, kemudian

terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan menghambat tidurnya

3). Motivasi

Motivasi dapat memengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan untuk

tetap bangun dan waspada menahan kantuk.

4). Kelelahan

Apabila mengalami kelelahan dapat memperpedek periode pertama dari tahap

REM.

5). Kecemasan

Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis

sehingga mengganggu tidurnya.

6). Alkohol

Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alcohol

dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah.

7). Obat-obatan

Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain :

1. Diuretik : menyebabkan insomnia

2. Anti depresan : supresi REM

3. Kafein : meningkatkan saraf simpatis

4. Beta bloker : menimbulkan insomnia

(18)

4. GANGGUAN POLA TIDUR SECARA UMUM

Gangguan pola tidur secara umum merupakan suatu keadaan dimana individu

mengalami atau mempunyai resiko perubahan dalam jumlah dan kualitas pola

istirahat yang menyebabkan ketidak nyamanan atau mengganggu gaya hidup yang

diinginkan. Gangguan ini terlihat pada pasien dengan kondisi yang

memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis,

kehitaman didaerah sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata

perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk.

Penyebab dari gangguan pola tidur ini antara lain kerusakan transpor oksigen,

gangguan metabolisme, kerusakan eliminasi, pengaruh obat, imobilitas, nyeri

pada kaki, takut operasi, faktor lingkungan yang mengganggu (Alimul, 2006).

GANGGUAN TIDUR

Beberapa gangguan tidur menurut Asmadi (2008) adalah sebagai berikut:

1. Insomnia

Insomnia dapat berupa kesulitan untuk tidur atau kesulitan untuk tetap

tertidur. Bahkan seseorang yang terbangun dari tidur, tetapi merasa belum cukup

tidur dapat disebut mengalami insomnia. Dengan demikian, insomnia merupakan

ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik secara kualitas maupun

kuantitas. Kenyataannya, insomnia bukan berarti sama sekali seseorang tidak

dapat tidur atau kurang tidur karena orang yang menderita insomnia sering dapat

tidur lama dari yang mereka perkirakan, tetapi kualitasnya kurang.

Ada tiga jenis insomnia yaitu:

a. Insomnia inisial, adalah ketidakmampuan seseorang untuk memulai tidur

b. Insomnia intermiten adalah ketidakmampuan untuk mempertahankan tidur atau

keadaan sering terjaga dari tidur

c. Insomnia terminal adalah bangun secara dini dan tidak dapat tidur lagi.

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami insomnia

di antaranya adalah rasa nyeri, kecemasan, ketakutan, tekanan dan kondisi vang

(19)

melalui pendidikan kesehatan, menciptakan lingkungan yang nyaman, melatih

klien relaksasi, dan tindakan lainnya.

Ada beberapa tindakan atau upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk

mengatasi insomnia yaitu:

a. Memakan makanan berprotein tinggi sebelum tidur, seperti keju atau susu.

Diperkirakan bahwa triptofan, yang merupakan suatu asam amino dari protein

yang dicerna, dapat membantu agar mudah tidur

b. Usahakan agar selalu beranjak tidur pada waktu yang sama.

c. Hindari tidur di waktu siang atau sore hari.

d. Berusaha untuk tidur hanya apabila merasa benar-benar kuntuk dan tidak pada

waktu kesadaran penuh.

e. Hindari kegiatan kegiatan yang membangkitkan minat sebelum tidur.

f. Lakukan latihan-latihan gerak badan setiap hari, tetapi tidak menjelang tidur.

g. Gunakan teknik-teknik pelepasan otot-otot serta meditasi sebelum berusaha

untuk tidur.

2. Somnambulisme

Somnambulisme merupakan gangguan tingkah laku yang sangat kompleks

mencakup adanya otomatis dan semipurposeful aksi motorik, seperti membuka

pintu, menutup pintu, duduk di tempat tidur, menabrak kursi, berjalan kaki, dan

berbicara. Termasuk tingkah laku berjalan dalam beberapa menit dan kembali

tidur (Japardi 2002). Somnambulisme ini lebih banyak terjadi pada anak-anak

dibandingkan orang dewasa. Seseorang vang mengalami somnambulisme

mempunyai risiko teriadinya cedera. Upaya yang dapat dilakukan untuk

mengantisipasi somnambulisme yaitu dengan membimbing anak untuk

mengantisipasi risiko teriadinya cedera pada anak, maka anak harus dibimbing

untuk kembali ke tempat tidur. Selain itu membuat lingkungan yang nyaman dan

aman, serta dapat pula dengan menggunakan obat seperti Diazepam dan Valium.

3. Enuresis

Enuresis adalah kencing yang tidak disengaia (mengompol). Tejadi pada

(20)

belum jelas, tetapi ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan enuresis seperti

gangguan pada bladder, stres, dan toilet training yang kaku. Upaya vang dapat

dilakukan untuk mencegah enuresis antara hindari stres, hindari minum yang

banyak sebelum tidur, dan kosongkan kandung kemih (berkemih dulu) sebelum

tidur.

Menurut Wong (2008), usia anak dalam mencapai kontinensia urine sangat

bervariasi. Misalnya anak kulit putih di amerika serikat cenderung mencapai

kontinensia lebih awal dari pada anak-anak afrika amerika. Selain itu, anak-anak

di inggris dan swedia lebih awal dari amerika serikat. Anak-anak di afrika

mencapai control kandung kemihnya usia 12 bulan.

Berdasarkan penelitian, beberapa faktor yang mempengaruhi enuresis yaitu

riwayat enuresis pada keluarga merupakan faktor genetik terjadinya enuresis,

umur diajarkan toilet training pada anak, lama pemberian ASI 57%. Anak yang

mendapatkan ASI selama 6 bulan atau lebih tidak mengalami enuresis. Enuresis

sering dihubungkan dengan adanya keterlambatan perkembangan anak. Stabilitas

dan kontrol sphingter urinarius akan tercapai melalui maturasi dan perkembangan

saraf. Pada anak yang mendapatkan ASI dapat meningkatkan perkembangan saraf

dan anak akan mempunyai kemampuan perkembangan yang lebih baik.

4. Narkolepsi

Narkolepsi merupakan suatu kondisi yang dicirikan oleh keinginan yang tak

terkendali untuk tidur. Dapat dikatakan pula bahwa narkolepsi adalah serangan

mengantuk yang mendadak, sehingga ia dapat tertidur pada setiap saat di mana

serangan tidur (kantuk) tersebut datang. Serangan narkolepsi ini dapat

menimbulkam bahaya apabila terjadi pada waktu mengendarai kendaraan, pekerja

yang bekerja pada alat-alat yang berputar-putar, atau berada di tepi jurang.

Obat-obat agripnotik dapat digunakan untuk mengendaljkan narkolepsi yaitu sejenis

(21)

5. Night terrors

Night terrors adalah mimpi buruk. Umumnva terjadi pada anak usia 6 tahun

atau lebih. Setelah tidur beberapa jam, anak tersebut langsung terjaga dan

berteriak, pucat dan ketakutan.

6. Mendengkur

Mendengkur disebabkan oleh adanya rintangan terhadap pengaliran udara di

hidung dan mulut. Amandel yang membengkak dan adenoid dapat meniadi faktor

yang turut menyebabkan mendengkur.

B. ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR

1. Pengkajian

Aspek yang perlu dikaji pada klien untuk mengidentifikasi mengenai

gangguan kebutuhan istirahat dan tidur meliputi pengkajian mengenal:

A. Riwayat tidur

1. Pola tidur, seperti jam berapa klien masuk kamar untuk tidur, jam berapa

biasa bangun tidur, dan keteraturan pota tidur klien;

2. Kebiasaan yang dilakukan klien menjelang tidur, seperti membaca buku,

buang air kecil, dan lain-lain;

3. Gangguan tidur yang sering dialami klien dan cara mengatasinya;

4. Kebiasaan tidur siang;

5. Lingkungan tidur klien. Bagaimana kondisi lingkungan tidur apakah

kondisinva bising, gelap, atau suhunya dingin dan lain lain;

6. Peristiwa yang baru dialami klien dalam hidup. Perawat mempelajari apakah

peristiwa, yang dialami klien, yang menyebabkan klien mengalami gangguan

tidur.

7. Status emosi dan mental klien. Status emosi dan mental memengaruhi

terhadap kemampuan klien untuk istirahat dan tidur. Perawat perlu mengkaji

mengenai status emosional dan mental klien, misalnya apakah klien

mengalami stres emosional atau ansietas?, juga dikaji sumber stres yang

(22)

8. Perilaku deprivasi tidur yaitu manifestasi fisik dan perilaku yang timbul

sebagai akibat gangguan istirahat tidur, seperti:

a) Penampilan wajah, misalnya adakah area gelap di sekitar mata, bengkak di

kelopak mata, konjungtiva kemerahan, atau mata yang terlihat cekung;

b) Perilaku yang terkait dengan gangguan istirabat tidur, misalnya apakah klien

mudah tersinggung, selalu menguap, kurang konsentrasi, atau terlihat bingung.

c) Kelelahan, misalnya apakah klien tampak lelah, letih, atau lesu.

B. Gejala Klinis

Gejala klinis yang mungkin muncul: perasaan lelah, gelisah, emosi, apetis,

adanya kehitaman di daerah sekitar mata bengkak, konjungtiva merah dan mata

perih, perhatian tidak fokus, sakit kepala.

C. Penyimpangan Tidur

Kaji penyimpangan tidur seperti insomnia, somnambulisme, enuresis,

narkolepsi, night terrors, mendengkur, dll

D. Pemeriksaan fisik :

a. Rambut

Pada pemeriksaan rambut yang diperiksa yaitu: Keadaan kesuburan rambut,

keadaan rambut yang mudah rontok, keadaan rambut yang kusam, keadaan tekstur

rambut.

b. Kepala

Pada pemeriksaan kepala yaitu: Botak/alopesia, ketombe, berkutu, adakah

eritema,kebersihan.

c. Mata

Pada pemeriksaan mata yaitu: Apakah sclera ikterik, apakah konjungtiva

pucat, kebersihan mata, apakah gatal/ada bagian yang memerah, apakah

menggunakan lensa kontak.

d. Hidung

Pada pemeriksaan hidung yaitu: Adakah pilek, adakah alergi, adakah

(23)

e. Mulut

Pada pemeriksaan mulut yaitu: Keadaan mukosa mulut, kelembabannya,

adakah lesi ,kebersihan.

f. Gigi

Pada pemeriksaan gigi yaitu: Adakah karang gigi, adakah karies,

kelengkapan gigi, pertumbuhan, kebersihan.

g. Telinga

Pada pemeriksaan telinga yaitu: Adakah kotoran, adakah lesi, bagaimana

bentuk telinga, adakah infeksi.

h. Kulit

Pada pemeriksaan kulit yaitu: Kebersihan, adakah lesi/kerusakan pada kulit

(peradangan), keadaan turgor, warna kulit, Suhu, tekstur, pertumbuhannya.

i. Kuku tangan dan kaki

Pada pemeriksaan kuku tangan dan kaki yaitu: Bentuknya bagaimana,

warnanya, adakah lesi, pertumbuhannya.

j. Genetalia

Pada pemeriksaan genitalia yaitu: Kebersihan, pertumbuhan rambut pubis,

keadaan, kulit, keadaan lubang uretra, keadaan skrotum, testis pada pria, cairan

yang dikeluarkan, cairan yang dikeluarkan.

k. Tubuh secara umum

Pada pemeriksaan tubuh secara umum yaitu: Kebersihan, normal, keadaan

postur.

Tanda- tanda pasien mengalami gangguan tidur dan istirahat

1. Tingkat energy, seperti terlihat kelelahan, kelemahan fisik, terlihat lesu

2. Ciri-ciri diwajah, seperti mata sipit, kelopak mata sembab, mata merah,

semangat

3. Ciri-ciri tingkah laku, seperti oleng/ sempoyongan, menggosok-gosok mata,

bicara lambat, sikap loyo

4. Data penunjang yang menyebabkan adanya masalah potensial, seperti

(24)

2. Analisa Data

Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan

klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri, dan

hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya. Data Fokus adalah data

tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah

kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap

klien (Potter & Perry, 2005).

Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang pasien yang

dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta

kebutuhan-kebutuhan keperawatan dan kesehatan pasien. Pengumpulan informasi merupakan

tahap awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang terkumpul, didapatkan

data dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi pasien. Selanjutnya data dasar

tersebut digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan, merencanakan

asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah

pasien. Pengumpulan data dimulai sejak pasien masuk ke rumah sakit (initial

assessment), selama pasien dirawat secara terus-menerus (ongoing assessment),

serta pengkajian ulang untuk menambah / melengkapi data (re-assessment) (Potter

& Perry, 2005).

Tujuan Pengumpulan Data :

1.Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan pasien.

2.Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan pasien.

3. Untuk menilai keadaan kesehatan pasien.

4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langah-langkah

berikutnya.

Tipe Data :

1. Data Subjektif

Data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu

situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat,

mencakup persepsi, perasaan, ide pasien tentang status kesehatannya. Misalnya

tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan, kecemasan, frustrasi, mual, perasaan

(25)

2. Data Objektif

Data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan panca

indera (lihat, dengar, cium, raba) selama pemeriksaan fisik. Misalnya frekuensi

nadi, pernafasan, tekanan darah, edema, berat badan, tingkat kesadaran (Potter &

Perry, 2005). Dan terdiri dari tiga karakteristik data sebagai berikut:

A. Lengkap

Data yang terkumpul harus lengkap guna membantu mengatasi masalah klien

yang adekuat. Misalnya klien tidak mau makan selama 3 hari. Perawat harus

mengkaji lebih dalam mengenai masalah klien tersebut dengan menanyakan

hal-hal sebagai berikut: Apakah tidak mau makan karena tidak ada nafsu makan atau

disengaja? Apakah karena adanya perubahan pola makan atau hal-hal yang

patologis? Bagaimana respon pasien mengapa tidak mau makan (Potter & Perry,

2005).

B. Akurat dan Nyata

Perawat harus berpikir secara akurat dan nyata untuk membuktikan benar

tidaknya apa yang didengar, dilihat, diamati dan diukur melalui pemeriksaan ada

tidaknya validasi terhadap semua data yang mungkin meragukan. Apabila perawat

merasa kurang jelas atau kurang mengerti terhadap data yang telah dikumpulkan,

maka perawat harus berkonsultasi dengan perawat yang lebih mengerti. Misalnya,

pada observasi : “pasien selalu diam dan sering menutup mukanya dengan kedua

tangannya. Perawat berusaha mengajak pasien berkomunikasi, tetapi pasien selalu

diam dan tidak menjawab pertanyaan perawat. Jika keadaan pasien tersebut ditulis

oleh perawat bahwa pasien depresi berat, maka hal itu merupakan perkiraan dari

perilaku pasien dan bukan data yang aktual. Diperlukan penyelidikan lebih lanjut

untuk menetapkan kondisi pasien. Dokumentasikan apa adanya sesuai yang

ditemukan pada saat pengkajian (Potter & Perry, 2005).

C. Relevan

Pencatatan data yang komprehensif biasanya menyebabkan banyak sekali data

yang harus dikumpulkan. Kondisi seperti ini bisa diantisipasi dengan membuat

data komprehensif tetapi singkat dan jelas (Potter & Perry, 2005). Dengan

(26)

terhadap masalah pasien dan sesuai dengan situasi khusus berdasar sumber data

terdiri dari:

1. Sumber data primer

Pasien adalah sumber utama data (primer) dan perawat dapat menggali

informasi yang sebenarnya mengenai masalah kesehatan pasien (Potter & Perry,

2005).

2. Sumber data sekunder

Informasi dapat diperoleh melalui orang terdekat pada pasien seperti, orang

tua, suami atau istri, anak, dan teman pasie. Jika pasien mengalami gangguan

keterbatasan dalam berkomunikasi atau kesadaran yang menurun, misalnya pasien

dalam kondisi tidak sadar (Potter & Perry, 2005).

3. Sumber data lainnya

(a). Catatan medis dan anggota tim kesehatan lainnya.

Catatan kesehatan terdahulu dapat digunakan sebagai sumber informasi yang

dapat mendukung rencana tindakan perawatan (Potter & Perry, 2005).

(b). Riwayat penyakit

Pemeriksaan fisik dan catatan perkembangan merupakan riwayat penyakit

yang diperoleh dari terapis. Informasi yang diperoleh adalah hal-hal yang

difokuskan pada identifikasi patologis dan untuk menentukan rencana

tindakan keperawatan (Potter & Perry, 2005).

(c). Konsultasi

Terapis memerlukan konsultasi dengan anggota tim kesehatan spesialis,

khususnya dalam menentukan diagnosa medis atau dalam merencanakan dan

melakukan tindakan medis. Informasi tersebut dapat diambil guna membantu

menegakkan diagnosa (Potter & Perry, 2005).

(d). Hasil pemeriksaan diagnostik

Seperti hasil pemeriksaan laboratorium dan tes diagnostik, dapat digunakan

(27)

kesehatan pasien. Hasil pemeriksaan diagnostik dapat digunakan membantu

mengevaluasi keberhasilan dari tindakan keperawatan (Potter & Perry, 2005).

(e). Perawat lain

Jika pasien adalah rujukan dari pelayanan kesehatan lainnya, maka perawat

harus meminta informasi kepada perawat yang telah merawat pasien

sebelumnya (Potter & Perry, 2005).

(f). Kepustakaan

Data dasar pasien yang komprehensif, perawat dapat membaca literatur yang

berhubungan dengan masalah pasien (Potter & Perry, 2005).

I. Rumusan Masalah

Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status

kesehatan atau masalah aktual atau resiko dalam rangka mengidentifikasi dan

menentukan intervensi keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan, atau

mencegah masalah kesehatan klien yang ada pada tanggung jawabnya (Tarwoto &

Wartonah, 2009).

3. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin ditemukan pada klien dengan gangguan

pemenuhan istirahat tidur menurut Asmadi (2008), antara lain:

a. Gangguan pola tidur

disebabkan karena ansietas klien, lingkungan yang tidak kondusif untuk tidur

(misalnya, lingkungan yang bising), ketidakmampuan mengatasi stres yang

dialami, dan nyeri akibat penyakit yang diderita, Insomnia, hiperinsomnia,

kehilangan tidur REM, ketakutan

b. Perubaban proses berpikir

Perubahan proses berpikir ini disebabkan oleh terjadinya deprivasi tidur.

c. Gangguan harga diri

Gangguan harga diri terutama diatami pada klien yang mengalami enuresis.

(28)

Resiko cedera terutama pada klien yang menderita somnambulisme. Klien

melakukan aktivitas tanpa disadari sehingga berisiko terjadinya kecelakaan,

(29)

4. Perencanaan

Berdasarkan diagnosa keperawatan yang diperoleh, menurut Tarwoto dan

Hartonah (2006) perlu dilkukan intervensi yang rasional yang terdapat dalam

tabel dibawah ini:

No

Diagnosa Tujuan dan kriteria

hasil Intervensi

1. Gangguan pola tidur

b/d perubahan siklus,

ketidakmampuan

mengatasi stres yang

berlebihan

tidur, misalnya dengan mendengarkan

musik, membaca, dan berdoa. Pada klien

anak anak, dapat dilakukan dengan

membacakan dongeng, memegang

boneka atau benda yang disukainya.

c. Diet

1. Anjurkan klien untuk memakan

makanan yang mengandung tinggi

protein, seperti susu dan keju.

2. Hindari banyak minum sebelum

tidur.

d. Hindari latihan fisik yang berlebihan

sebelum tidur

e. Hindari rangsangan mental yang

tidak menyenangkan sebelum tidur.

Maksudnya, usahakan psikologis klien

(30)

setiap hari

f. klien mengatakan

butuh waktu 2-4 jam

untuk tertidur namun

1-3 kemudian

merasa kelelahan dan

keletihan

analgesik menit sebelum tidur

g. Hindari kegiatan yang

membangkitkan minat sebelum tidur

(31)

5. Implementasi Hari/

tanggal Diagnosa Jam Tindakan Rabu,

1. Dilakukan modifikasi lingkungan yang nyaman,

dengan:

a. Pintu kamar klien ditutup.

b. Mengurangi stimulus, misalnya percakapan.

c. Tempatkan klien dengan teman yang cocok, dan

lain-lain

2. Membantu kebiasaan klien sebelum tidur, misalnya

dengan mendengarkan musik, membaca, dan berdoa.

Pada klien anak anak, dilakukan dengan membacakan

dongeng, memegang boneka atau benda yang disukainya.

3. Diet

a. Menganjurkan klien untuk makanan yang mengandung

tinggi protein, seperti susu dan keju.

b. Menganjurkan klien untuk menghindari banyak

minum sebelum tidur.

4. Menganjurkan klien menghindari latihan fisik

berlebihan sebelum tidur

5. Menganjurkan klien menghindari rangsangan mental

yang tidak menyenangkan sebelum tidur. Maksudnya,

usahakan psikologis klien tenang, tidak cemas, ataupun

stres sebelum tidur.

6. Memberikan rasa nyaman dan rileks, dengan:

a. Mengatur posisi yang nyaman untuk tidur

b. Anjurkan klien berkemih sebelum tidur

c. Tempat tidur yang bersih dan tidak boleh basah

d. Pada klien nyeri, berikan obat analgesik menit

sebelum tidur

7. Menganjurkan klien menghindari kegiatan yang

(32)

8. Menganjurkan klien menghindari berdoa sesuai

dengan agamanya

6. Evaluasi Hari/ tanggal

Diagnosa Jam Evaluasi

Jumat, 22 mei 2015

Gangguan pola

tidur b/d

perubahan

siklus,

ketidakmampuan

mengatasi stres

yng berlebihan

14.00 S: Pasien mengatakan dapat tidur dalam jangka

waktu 20-30 menit, pada waktu tidur tidak sering

terbangun, jika terbangun akan mudah tidur kembali,

meningkatnya waktu tidur sesuai yang diharapkan,

mengingat kembali mimpi yang dialaminya,

menyatakan perasaannya tenang sesudah tidur,

bebas dari kecemasan dan depresi, dapat bekerja

dengan baik dan penuh konsentrasi, Klien dan

keluarga mampu menjelaskan faktor2 yang dapat

meningkatkan tidur

O: klien tampak tenang saat di wawancarai setelah

bangun tidur

A: masalah teratasi

(33)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Karya tulis ilmiah ini membahas kasus pada seorang klien yaitu Tn. D berusia

67 tahun, mengeluh seringkali terbangun di tengah malam dan sulit untuk bisa

tidur kembali hingga pagi. Kejadian ini sudah berlangsung selama 3 bulan. Tn.D

sudah mencoba pengobatan herbal untuk mengatasi masalah tidur yang

dialaminya tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda berhasil. Dalam 24 jam, Tn.D

hanya bisa tidur 3-4 jam dan itu seringkali membuatnya mudah lelah, sakit

kepala, sakit flu dan mengurangi produktivitas kerjanya, dengan hasil TTV:

Tekanan darah 160/100 mmhg, Heart Rate 80 x/i , Respiraroty Rate 24x/I, Temp

37 C.

Pada tahap diagnosa keperawatan, penulis mengacu pada pengkajian yang

dilakukan sehingga masalah keperawatan yang ada pada asuhan keperawatan

kasus yaitu:

1. Gangguan tidur berhubungan dengan stres ditandai dengan Tn. D tampak

lelah, terlihat pucat, mata merah, wajah terlihat kusam, cepat marah,

Produktifitas menurun, kantung mata terlihat bengkak dengan lingkaran hitam

di bawah mata, dengan hasil Tanda-tanda vital : Tekanan darah 160/100

mmHg, Heart Rate 80 x/i , Respiraroty Rate 24x/i, Temp 37 0C.

2. Perawatan diri/ personal hygine, berhubungan dengan Kurang motivasi

ditandai dengan Klien terlihat kurang bersih, mulut berbau, gigi kuning, kuku

kaki dan kuku tangan panjang.

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan pasien mengatasi

gangguan tidurnya ditandai dengan pasien bertanya faktor-faktor apa yang

dapat meningkatkan tidur.

Melalui pengkajian observasi penulis mengambil prioritas masalahnya adalah

gangguan pola tidur serta pemenuhan kebutuhan dasar yang lain pasien yang

(34)

Pada tahap perencanaan penulis mampu merencanakan seluruh rencana

tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah tersebut sesuai dengan tinjauan

teoritis keperawatan, walaupun terdapat hambatan yaitu keterbatasan waktu dan

tenaga penulis. Tahap pelaksanaan semua intervensi keperawatan yang telah

direncanakan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dengan adanya

kerjasama yang baik antara penulis dengan pasien dan keluarganya.

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 4 hari, penulis mengevaluasi

catatan perkembangan pasien (di lampiran), dimana pasien mengalami

peningkatan istirahat dan tidur terkait masalah yang dialami pasien dengan

gangguan pola tidur.

A. Saran

Diharapkan kepada perawat untuk lebih memperhatikan gangguan pola tidur

yang dialami oleh klien dalam memberikan asuhan keperawatan. Dimulai dari

pengkajian yang tepat untuk mendapatkan data yang akurat sehingga kriteria hasil

tercapai dan kebutuhan dasal klien terpenuhi. Dengan asuhan keperawatan yang

tepat penatalaksanaan pola tidur dapat berlangsung maksimal demi terpenuhinya

(35)

Lampiran

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS

I. BIODATA

Identitas Pasien

Nama : Tn.D

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 67 Tahun

Status Perkawinan : Sudah kawin

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Tukang becak

Alamat : Jalan Bajak IV, Kelurahan Harjosari II,

Kecamatan Medan Amplas

Golongan darah : O

Tanggal Pengkajian : 19 Mei 2015

II. KELUHAN UTAMA

Terbangun tengah malam dan sulit untuk bisa tidur kembali hingga pagi hari,

merasa mual, lelah, dan pusing.

III.RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG A. Provocative /palliative

1. Apa penyebabnya : Menurut pasien gangguan tidur yang

dialaminya sudah sering dan menjadi

kebiasaan bangun tengah malam

(36)

B. Quantity/quality

1. Bagaimana dirasakan : Pasien merasa kurang enak badan.

2. Bagaimana dilihat : Pasien tampak lelah dan wajah tampak pucat,

ketika berbicara sering menguap.

C. Severity

Pasien mengatakan gangguan tidur yang dialami mengganggu aktifitas

bekerjanya.

D. Time

Pasien mengatakan gangguan tidur yang dialami sejak 3 bulan yang lalu.

IV.RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU A. Penyakit yang pernah dialami:

Pasien mengatakan hanya mengalami sakit biasa sebelumnya seperti demam.

B. Pengobatan /tindakan yang dilakukan:

Pasien mendapat pengobatan dari obat yang dibeli di warung saja dan di

kompres oleh istri di rumah.

C. Pernah di rawat/dioperasi:

Pasien mengatakan tidak pernah di rawat sebelumnya.

D. Lama dirawat :- E. Alergi:

Pasien mengatakan tidak ada riwayat alergi makanan dan obat-obatan.

F. Imunisasi:

Pasien mengatakan imunisasi lengkap.

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

A. Orang tua : Orang tua (ayah dan ibu) memiliki riwayat penyakit hipertensi

B. Saudara kandung : Pasien mengatakan memiliki 4 saudara kandung.

C. Penyakit keturunan yang ada : Ayah dan ibu pasien memiliki penyakit

hipertensi

D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa : Tidak ada anggota

(37)

E. Anggota keluarga yang meninggal : Pasien mengatakan orangtuanya sudah

lama meninggal.

F. Penyebab meninggal : Penyakit hipertensi

VI.RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL A. Persepsi pasien tentang penyakitnya:

Pasien mengatakan penyakitnya ini mudah-mudahan bisa cepat sembuh.

B. Konsep diri

1. Gambaran diri: Pasien mengatakan ia merasa percaya diri.

2. Ideal diri: Pasien mengatakan ingin memiliki keadaan kesehatan yg baik

agartidak mengganggu aktivitas bekerjanya.

3. Harga diri : Pasien mengatakania menerima keadaannya.

4. Peran diri: Pasien mengatakan terganggu karena tidak bisa bekerja seperti

biasa lagi karna kurang tidur.

5. Identitas : Pasien sebagai kakek di rumahnya.

C. Keadaan emosi

Keadaan emosi Pasien mudah cepat marah.

D. Hubungan sosial

1. Hubungan dengan keluarga

Pasien mengatakan ia memiliki hubungan baik dengan keluarganya.

2. Hubungan dengan orang lain

Pasien mengatakan ia memiliki hubungan baik dengan orang lain.

3. Hambatan dengan berhubungan dengan orang lain

Pasien tidak mengalami hambatan dalam berkomunikasi.

E. Spiritual

1. Nilai dan keyakinan : Pasien menganut agama islam dan nilai-nilai yang

terkandung didalamnya.

2. Kegiatan ibada h : Melakukan sholat 5 waktu dan mengikuti perwiritan di

lingkungannya pada malam jumat.

VII. STATUS MENTAL

(38)

VIII. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan umum: Pasien sadar namun tampak gelisah, mata cekung

dikarenakan kurang tidur, efek datar, kontak mata kurang dan wajah tampak

lesu.

B. Tanda-tanda vital

Suhu tubuh: 37 ºC

Tekanan darah : 160/100 mmHg

Nadi : 80x/menit

Pernafasan : 24x/menit

TB: 165 cm

BB: 50 kg

C. Pemeriksaan Fisik ( Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi ) meliputi fungsi bila merupakan panca indra:

1. Kepala : Kulit kepala agak kotor, rambut hitam, dengan

beberaparambut putih, distribusi rambut merata, tidak ada

nyeri tekan dan luka.

2. Mata : Simetris, konjungtiva anemis/ pucat, sclera putih, tidak ada

odema, kelopak mata terdapat lingkaran hitam dibawah mata,

reflek pupil baik.

3. Hidung : Hidung bersih, simetris, tidak ada secret dan darah, tidak

ada nyeri tekan, penciuman baik,

4. Telinga : Bentuk simetris, fungsi pendengaran baik.

5. Mulut : Tidak ada nyeri gigi, tidak ada peradangan gusi, lidah bibir

pecah-pecah dan kering.

6. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, JVP normal.

7. Dada : Bentuk simetris, bunyi jantung normal terdapat kontraksi

inspirasi, tidak ada nyeri tekan.

8. Paru : Suara nafas agak cepat.

9. Jantung : Denyut jantung teraba, irama denyut teratur, tidak ada

pembengkakan jantung.

(39)

11. Integument : Tidak terdapat lesi, tidak ada perdarahan, turgor kulit

elastis.

12. Genetalia : Tidak ada kelainan

IX.POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI 1. Pola makan dan minum

Frekuensi makan/hari : 3 kali / hari

Nafsu/selera makan : Pasien mengatakan ada nafsu makan.

Nyeri ulu hati : Pasien tidak ada mengalami nyeri uluh hati

Alergi : Tidak ada alergi

Mual dan muntah : Pasien mengalami mual dan muntah

Waktu pemberian makan : Pagi 08.00 WIB

Siang 12.30 WIB

Malam 19.00 WIB

Jumlah dan jenis makan : Satu porsi nasi putih

Waktu pemberian cairan/minum : Sesuai dengan kebutuhan Pasien

Masalah makan dan minum : Tidak ada

Kesulitan menelan : Pasien tidak ada kesulitan menelan

Kesulitan mengunyah : Pasien tidak ada kesulitan mengunyah

2. Perawatan diri/personal hygine

Kebersihan tubuh : Pasien terlihat kurang bersih

Kebersihan gigi dan mulut : Pasien terlihat kurang bersih di gigi

dan mulut

Kebersihan kuku kaki dan tangan : Pasien terlihat kurang bersih dalam

merawat kuku, dan kukunya terlihat

panjang

3. Pola kegiatan/aktivitas

Uraian aktifitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian

dilakukan secara mandiri, kadang dibantu oleh keluarga.

Uraian aktifitas ibadah pasien selama dirawat/sakit

Pasien mengatakan kegiatan ibadahnya baik.

(40)

X. POLA ELIMINASI 1. BAB

Pola BAB : Satu kali sehari

Karakteristik feses : Feses Pasien lembek

Riwayat perdarahan :Tidak ada riwayat perdarahan

BAB terakhir : BAB terakhir pasien 20 mei 2014 pada pagi hari

Diare : Pasien tidak mengalami diare

Penggunaan laktasif : Pasien tidak ada menggunakan laktasif

2. BAK

Pola BAK : 6-9 kali sehari

Karakteristik urine :Warna urine pasien kuning keruh

Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : Tidak ada kesulitan BAK

Riwayat penyakit ginjal/ kandung kemih : Tidak ada riwayat ginjal

Penggunaan diuretic :Pasien tidak ada penggunaan

diuretik

(41)

ANALISA DATA

No Data Etiologi

Masalah Keperawatan

1. DS: Pasien mengatakan

seringkali terbangun di

tengah malam dan sulit

untuk bisa tidur

kembali. Tn.D hanya

bisa tidur 3-4 jam.

DO: Pasien tampak

lelah, wajah terlihat

pucat, mata merah,

wajah tampak kusam,

cepat marah,

Produktifitas menurun,

kantung mata terlihat

bengkak dengan

lingkaran hitam di

bawah mata.

Hasil TTV:

TD=160/100 mmHg

HR=80x/I, RR=24x/i

T=37 0 C

Stres Gangguan pola tidur

2. DS: Pasien mengatakan

kurang memperhatikan

kebersihan tubuhnya.

DO: Pasien terlihat

kurang bersih, mulut

berbau, gigi kuning,

kuku kaki dan tangan

Kurang motivasi Perawatan diri/

(42)

panjang.

3. DS: Pasien mengatakan

tidak mengetahui cara

meningkatkan tidur.

DO: Pasien bertanya

faktor-faktor yang

dapat meningkatkan

tidur

Koping masalah Kurang pengetahuan

MASALAH KEPERAWATAN

1. Gangguan tidur

2. Perawatan diri/personal hygine

3. Kurang pengetahuan

DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIOTITAS)

4. Gangguan tidur berhubungan dengan stres ditandai dengan Tn. D tampak

lelah, terlihat pucat, mata merah, wajah terlihat kusam, cepat marah,

Produktifitas menurun, kantung mata terlihat bengkak dengan lingkaran hitam

di bawah mata, dengan hasil Tanda-tanda vital : Tekanan darah 160/100

mmHg, Heart Rate 80 x/i , Respiraroty Rate 24x/i, Temp 37 0C.

5. Perawatan diri/ personal hygine, berhubungan dengan Kurang motivasi

ditandai dengan Klien terlihat kurang bersih, mulut berbau, gigi kuning, kuku

kaki dan kuku tangan panjang.

6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan pasien mengatasi

cara meningkatkan tidurnya ditandai dengan pasien bertanya faktor-faktor apa

(43)

PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien menampakan

ekspresi wajah yang ceria sehingga dapat tidur dengan nyaman

dan pola tidur kembali meningkat.

Kriteria hasil:

1. Jam tidur bertambah.

2. Kualitas tidur meningkat.

3. Tidak sulit untuk tidur lagi.

4. Ekspresi wajah tampak ceria (tidak ada kekwatiran).

Rencana Tindakan Rasional

1. Ciptakan lingkungan yang

memfasilitasi rasa saling

percaya.

2. Pahami perspektif pasien

mengenai situasi yang

menimbulkan tekanan

3. Dorong pengungkapan

perasaan, persepsi dan

rasa takut.

1. Rasa saling percaya adalah

langkah pertama yang

penting dalam hubungan

teraupetik.

2. Mengidentifikasi perspektif

pasien akan mempermudah

perencanaan untuk

mendapatkan pendekatan

yang baik dalam

mengurangi ansietas.

3. Ekspresi terbuka mengenai

perasaan dapat

memfasilitasi identifikasi

emosi tertentu seperti rasa

marah atau tidak berdaya,

(44)

4. Bantu pasien

mengidentifikasi situasi

yang mencetuskan

ansietas.

5. Tentukan kemampuan

pasien dalam membuat

keputusan.

takut yang tidak realistis.

4. Mengidentifikasi peristiwa

yang terkait dapat

memungkinkan pasien

mencegah atau mengenali

ansietasnya guna mulai

menyelesaikan masalah

5. Mengidentifikasi

mekanisme koping adaptif.

Hari/Tanggal No.

Kemampuan untuk mempertahankan hygiene diriya.

Kriteria hasil:

1. Melakukan perawatan mulut, perawatan kuku, kebersihan

diri.

2. Mengungkapkan secara verbal kepuasan tentang kebersihan

tubuh dan higiene mulut.

Rencana Tindakan Rasional

1. Monitor

kemampuan pasien

untuk perawatan

diri yang mandiri.

2. Bantu pasien dalam

1. Mengetahui kemampuan pasien

dalam merawat dirinya secara

mandiri tanpa bantuan orang lain

2. Mempertahankan rasa nyaman

(45)

kebersihan badan,

4. Pantau tanda-tanda

vital

3. Meningkatkan pengetahuan dan

membuat pasien lebih kooperatif.

4. Memantau tingkat kelelahan

pasien pada saat melakukan

aktivitas seperti personal higiene

Hari/Tanggal No.

Tujuan dan kriteria hasil:

1. Mengungkapkan secara verbal kepuasan tentang

kesegaran dirinya

2. Meningkatkan pengetahuan dan membuat pasien lebih

kooperatif

3. Mengetahui kepuasan secara verbal pendidikan

kesehatan tentang pentingnya menjaga pola hidup yang

sehat dan bersih

Rencana Tindakan Rasional

(46)

pengetahuan

pasien

2. Membantu pasien

dalam

2. Memperhatikan rasa aman.

3. Meningkatkan pengetahuan dan

pasien lebih kooperatif.

2. Mengkaji masalah

gangguan tidur pasien,

karakteristik, dan

hitam di bawah mata,

TD: 160/100 mmHg,

HR: 80x/i,

RR: 24x/i,

(47)

kesempatan pasien

mengungkapkan

perasaannya.

4. Meningkatkan aktifitas

sehari-hari dengan

A: Masalah belum teratasi.

P: Intervensi dilanjutkan.

Hari/ Tanggal

No.

Dx Implementasi keperawatan

Evaluasi (SOAP)

2. Membantu pasien dalam

kebersihan badan, mulut,

rambut dan kuku.

3. Melakukan pendidikan

kesehatan tentang

pentingnya kebersihan

S: Pasien mengatakan kurang

memperhatikan kebersihan

tubuhnya

O:

- Pasien tampak kurang

bersih.

- Rambut tampak kurang

(48)

diri,pola kebersihan diri

dan cara kebersihan diri,

seperti: memelihara

kebersihan kulit, gigi,

telinga, tangan, kaki, dan

kuku. Dan menjelaskan

faktor yang

mempengaruhi personal

hygiene.

4. Memantau tanda-tanda

vital pasien

- Kemampuan pasien untuk

perawatan dirinya dilakukan

secara mandiri dan sebagian

dibantu oleh keluarganya.

TD: 150/100 mmHg,

HR: 80x/i,

RR: 22x/i,

T : 37ºC.

A: Masalah belum teratasi

(karena implementasi baru diberi

kepada pasien)

P: Intervensi dilanjutkan oleh

keluarga

Hari/ Tanggal

No.

Dx Implementasi keperawatan

Evaluasi (SOAP)

tentang pola hidup sehat.

3. Melakukan pendidikan

(49)

kesehatan tentang pola

hidup sehat dan bersih

dan menjelaskan cara

meningkatkan waktu

tidurnya

A: Masalah belum teratasi.

P: Intervensi dilanjutkan oleh

keluarga.

CATATAN PERKEMBANGAN

No. Dx

Hari/

Tanggal Waktu Tindakan Keperawatan

Evaluasi (SOAP)

gangguan tidur pasien,

karakteristik, dan

penyebab kurang tidur.

Memberitahu cara

pengatasi gangguan tidur

tempat tidur harus yang

nyaman, bersih, dan

bantal yang nyaman.

Mengurangi aktivitas

sebelum tidur.

Memberikan pendidikan

kesehatan tentang pola

S: Pasien mengatakan sulit

untuk tidur dan sering

terbangun pada malam

(50)

tidur yang baik untuk

kesehatan tubuh.

No. Dx

Hari/

Tanggal Waktu Tindakan Keperawatan

Evaluasi (SOAP)

membuat jadwal tidur

dan menganjurkan

tidurnya dipercepat dari

biasanya

pentingnya pola tidur

yang baik untuk

sering terbangun pada

(51)

mengandung tinggi

Tanggal Waktu Tindakan Keperawatan

Evaluasi (SOAP)

badan, mulut, rambut dan

kuku agar tidurnya terasa

nyaman dan menjaga

kesehatan tubuhnya.

Melakukan pendidikan

kesehatan tentang

pentingnya kebersihan

diri, pola kebersihan diri

dan cara kebersihan diri,

(52)

14.00

seperti: memelihara

kebersihan kulit, gigi,

telinga, tangan, kaki, dan

kuku. Dan menjelaskan

Tanggal Waktu Tindakan Keperawatan

Evaluasi (SOAP)

Mengkaji kembali pola

pengetahuan tentang pola

tidur yang baik dan

benar.

Mengingatkan kembali

tentang pentingnya pola

hidup sehat dan bersih.

S: Pasien mengatakan tidak

(53)

EVALUASI

Hari/

tanggal Diagnosa Jam Evaluasi Jumat,

terbangun, jika terbangun akan

mudah tidur kembali, meningkatnya

waktu tidur sesuai yang diharapkan,

mengingat kembali mimpi yang

dialaminya, menyatakan perasaannya

tenang sesudah tidur, bebas dari

kecemasan dan depresi, dapat bekerja

dengan baik dan penuh konsentrasi,

Pasien dan keluarga mampu

menjelaskan faktor2 yang dapat

meningkatkan tidur

O: Pasien tampak tenang saat di

wawancarai setelah bangun tidur

A: masalah teratasi

(54)
(55)

Gambar

tabel dibawah ini:

Referensi

Dokumen terkait

[r]

In method OS (Osendorfer et al., 2013), a descriptor learning architecture based on a Siamese CNN similar to our work was used, but the authors concentrated more on

mendapatkan keuntungan lebih dengan suku bunga yang sangat kompetitif serta kemudahan dalam bertransaksi. Keunggulan

We have shown that camera calibration with distortion parameters can be incorporated to structureless bundle adjustment and results with precision in object space

SBDK belum memperhitungkan komponen estimasi premi risiko yang besarnya tergantung dari penilaian Bank terhadap risiko masing-masing debitur atau kelompok debitur. Dengan

These methods are based on a segmentation process that combines spatial and spectral information to group pixels into homogeneous regions before their classification using new

[r]

(A shadow mask can not be computed accurately and used directly since the correlation DSM calculated from the satellite images is quite noisy, as shown in part 3.4 and figure 3.)