PEMANFAATAN TEKNOLOGI HIDROAKUSTIK
DALAM PENGKAJIAN TINGKAB LAKU IKAN
DI
BAWAH
CAHAYA LAMPU BAGAN APUNG DI PELABUHAN RATU
Oleh:
SULTAN ALAM
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTRAK
SULTAN ALAM : Pemanfaatan Teknologi Hidroakustik Dalam Pengkajian Tingkah Laku Ikan di Bawah Cahaya Lampa Bagan Apang di Pehbuhan Ratu (di bawah bimbingan : Indrsl Jaya, Mulyono S. Baskoro dan Bambang Sadhotomo).
Dewasa ini perkembangan metode akustik term mengalami kemajuan yang pesat, baik d a b penyempumaan peralatan maupun dalarn bidang pengolahan sinyal lanjutan (postprocessing). Dalam bidang perilcanan metode ini dapat dipakar untuk mendeteksi stok ikan, studi fish behaviour (migrasi ikan secara vertikal dan horizontal), kecepatan renang h n , respon terhadap stimuli dan lain-lain.
Penelitian ini menggunakan instrumen split beam acoustic system (sistem akustik bim terbagi) yang merupakan salah satu generasi instrumen akustik terbaru untuk menentukan lokasi individu ikan dengan akurat, kecepatan dan pola gerak ikan pada kondisi tertentu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis: 1) sebaran target strength (ukuran panjang ikan) dan densitas kelompok ikan pada siang hari di fishing ground bagan, 2) sebaran target strength (ukuran panjang ikan) dan densitas kelompok ikan secara periodik di bawah ilurninasi cahaya lampu, 3) tinghah laku ikan yang dikhususkan pada kecepatan renang ikan di bawah ilurninasi cahaya lampu.
Lokasi dan waktu penelitian ini adalah di perairan Teluk Pelabuhan Ratu yang dilaksadcan pada bulan Juli 2001 dengan men- satu unit bagan apung dan kapal penelitian Stella Maris, milik Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautm IPB yang dilengkapi dengan peralatan penunjang: GPS (Global Position System) untuk penentuan posisi
kapal dan titik pengambilan sampel, Andera Buoy untuk mengukur suhu dan salinitas perairan, Marine Under Water Lux Meter untuk mengukur intensitas cahaya, sedangkan peralattln akustik yang digunakan adalah Portable Scient$c Echosounder SIMRAD EY 500 milik Balai Penelitian Perikanan Laut Jakarta dengan transduser split oeam system yang dilengkapi dengan satu unit komputer untuk merekam data yang diperoleh dari echosounder.
Dalaii penelitian ini data yang dikumpulkan terdiri dari: data akustik, data intensitas cahsya, d a ~ a aseanografi dan data hasil tangkapan bagan apung. Pengambilan data
tersebut dilakukan pada dua tahap pengamatan, yaitu pada siang hari di alur pelayaran akustik dan pada malam hari di atas bagan apung.
Perekarnan data akustik dilakukan di sepanjang alur pelayaran akustik di perairan Teluk Pelabuhan Ratu. Integrasi gema melip& keseluruk kolom air dari permukaan 3 (tiga) meter sampai kedalaman 93 meter yang dibagi dalam 9 lapisan (strata) dengan kedalaman tiap lapisan 10 meter pada pengamatan siang hari, sedangkan pengintegrasian gema pada pengamatan malam hari dilakukan di atas bagan apung dari kedalainan 3 (tiga) meter sampai pada kedalaman 50 meter. Pengamatan akustik secara periodik dibagi dalam 3 (tiga) @ode pengamatan, yaitu periode permulaan rnalam, periode setelah tengah malam dan periode menjelang pagi.
dari pemukaan air. P e a g u h m iluminasi cahaya dilakukan h g g a kedalaman perairan 12 meter dengan interval pengukuran tiap 1 meter pada 5 (lima) posisi penguhran.
Pengambilan data osemo@ meliputi suhu dan dinitas perairan yang dilakukan
pada 10 (sepuluh) stasiun pengamatan pada jalur pelayaran akustik yang dimulai dari stasiun 1 mpai stasiun 10.
Data hasil tmglcapan diperoleh dari hasil pengoperasian bagan
apung
yang dilakukan sebanyak 4 (empat) kali hauhg. Selanjutnya diukur panjang ikan yang tertangkap untukdijadikan se4xp.i W a n verifikasi dalam pementuan target strength ikan
tunggal.
Sebaran target strength ikan tunggal di fishing ground bagan apung pada sianghan terdeteksi paling banyak pada selang nilai (-60-57 dB) atau h npanjang ikan sekitar (1.5-2.2 cm) dengan jumlah ikan tunggal37135 ekor atau sekitar 47.48 %
dari
total ikan yang terdeteksi dan terkonsentrasi pada leg 6 (9763 ekor).
Sedangkan sebaran densitasikan ditemukan paling banyak di strata kedalaman (34-44 m) dengan nilai total kepdatan 0.37 ekor/m3 dan tetendah pada strata 3-13 meter dengan nilai total kepadatan kbesar 0.16 ekor/m3.
Sebaran target strength ikan tunggal di bagan apung pada malam hari secara periodik ditemukan paling banyak pada selang nilai (-54-5 1dE3) atau ukuran panjang ikan sekitat
(4.5-3.1 em) dengan jumlah ikan tunggal 14823 ekor atau sekitar 40.41 % dari total ikan yang terdeteksi. Sedangkan densitas kelompok ikan paling banyak ditemukan pada
periode permulaan malam di strata kedalaman 9-12 meter atau pada intensitas cahaya 0.1 lux dengan nilai densitas 1.33 ekor/m3.
Kecepatan renang ikan berdasarkan selang nilai target strength ditemukan paling besar 0.93 meterldetik pada selang (-55-52 dB) dan 1.13 meterldetik pada kedalaman
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul "Pemanfaatan Teknologi Hidroakustik Dalam Pengksjian Tingksh Laku Ikan di Bawah Cahaya Lampu Bagan Apung di Teluk Pelabuhan Ratu" A l a h benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua sumber data dan infonnasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan &pat diperiksa kebenarannya
Bogor, Agustus 2002
Sultan Alam
PEMANFAATAN TEKNOUKJI HIDROAKUSTIK DALAM PENGKAJIAN TINGKAH
LAKU
IKAN DI BAWAH CA%AYA LAMPU BAGAN APUNG DI PELABUHANRATU
SULTAN ALAM
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar W s t e r Sains pada
Program Studi Teknologi Kelautan
PROGRAM
PASCA SARJANAJudul Tesis
Nama NRP
Program Studi
: Pemanfaatan Teknologi Hidroakustik Dalm Pengkajian Tingkah Laku Ikan Di Bawah Cahaya Larnpu Bagan Apung Di Pelabuhan Ratu.
: Sultan Alam : 99596
: Teknologi Kelautan
Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Indra Java, MSG Ketua
/
Dr. Ir. Mulvono S. Baskoro. MSc Dr. Ir. Barnbang Sadhatorno. MSAnggota Anggota
Mengetahui,
2. Ketua Program S
Prof. Dr. Daniel R. Monintia
Penulis dilahirkan di Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan pada tanggal
22 Agustus 1961. Anak pertama dari enam orang
bersaudara
dari pasangan Bakkamgdan Sitti Radiah.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri No. 2, Pmgkajene pada tahun 1974. Pendidikan Lanjutan Tingkat Pertama diselesaikan di SMP Kartika Chandra Kirana Ujung Pandang pada tahun 1977, sedangkan Pendidikan Lanjutan Tingkat Atas di
selesaikan di SMA Negeri 3 Ujung Pandang pada tahun 1981. Selanjutnya pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Proyek
Perintis
II
dan meraih gelar Sarjana Perilcanan pada bulan Maret tahun 1987.Penulis beke rja sebagai tenaga pengajar di Politeknik Pertanian Universitas Hasanuddin (sekarang Politeknik Pertanian Negeri Pangkep) dari tahun 1989 sampai sekarang.
Pada tahun 1999 penulis melanjutkan pendidikan pada program studi Teknologi
Kelautan Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dengan beasiswa BPPS
PRAKATA
Syukur alhamdulilah penulis panjatkan kepada Alah SWT atas segala petunjuk dan karunia-Nya, sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam w l i t i a n yang dilaksanakan pada bulan Juli 2001 ini ialah Pemanfaatan Teknologi Hidroahstik Dalam Pengkajian Tingkah Laku Ikan di Bawah Cahaya di Perairan Teluk
Pelabuhan Ratu.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Indra Jaya, MSc selaku ketua komisis pembimbing, Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, MSc dan Dr. Ir. Barnbang
Sadhatomo, MS masing-masing selaku mggota komisi pembimbing yang telah banyak
memberikan arahan dan saran dalam penulisan tesis ini. Juga terima kasih kami
sampaikan kepada Dr. Ir. Totok Hestirianoto selaku penguji luar komisi. Ungkapan
terima kasih pula kami sampaikan kepada istri, anak-anak dan seluruh keluarga atas do'a dan dorongan moril yang diberikan. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa pascasajana
program studi Tekonolgi Kelautan yang telah memberikan bantuannya.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini belum sempurna, namun demikian kami berharap semoga tulisan ini dapat b e ebagi yang meinerlukannya.
Bogor, Agustus 2002
DAFTAR
IS1Halaman
...
DAFTAR TABEL vi
...
DAFTAR GAMBAR vii
... DAFTAR LAMPIRAN ... v111
1 . PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Perumusan Masalah ... 2 1.3 Tujuan Penelitian ... 4
...
1.4 Manfaat Penelitian
2
.
TINJAUAN PUSTAKA ...2.1 Letak G e o w s , Keadaan Musim dan Kondisi Oseanografi
Daerah Penelitian ...
2.1.1 Letak Geografis dan Keadaan Musim ... ...
2.1.2 Kondisi Oseanografi Daerah Penelitian
2.2 Sifat-Sifat dan Kekuatan Cahaya ...
2.3 Reaksi
Ikan
Terhadap Cahaya...
2.4 Prinsip Kerja Echosounder Split Beam Sistem
...
3.
METODOLOGI PENELITIAN...
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
...
3.2 Kapal dan Peralatan Penelitian
...
3.3 Trayek Survei Akustik ...3.4 Perolehan Data ...
3.5 Analisis Data ...
4 . HASIL DAN PEMBAHASAN ...
4.1 Pengamatan Siang Hari Pada Fishing Ground Bagan Apung ... 4.1.1 Trayek Pelayaran
...
...
4.1.2 Sebaran Vertikal Intensitas Cahaya
4.1.4 Set#lranTarget StrengthIkanTunggal
...
4.1.5 Sebaran Densitas KelompokIkan
...
4.2 Pengamatan Malam Hari Pada Bagan Apung
...
4.2.1 Sebaran Vertikal Intensitas Cahaya Lampu ... 4.2.2 Sebaran Vertikal suhu clan Salinitas...
4.2.3 Sebaran Target strengthIkan
Tunggal...
4.2.4 Sebaran Densitas Kelompok Ikan...
4.2.5 Hasil Tangkapan ...4.2.6 Kecepatan Renang Ikan ... 5
.
KESIMPULAN DAN SARAN ...5.1 Kesimpulan ...
...
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA ... ...
DAFTAR
TABEL
1. Spesifikasi Singkat SIMRAD EY 500 ... 6 1 2. Sebaran Target Ikan Tutlggal Secara Periodik Di Bawah Cahaya Lampu
...
Pada Kedalaman 3-5 meter 62
3. Sebaran Target
Ikan
Tunggal Secara Periodik Di Bawah Cahaya Lampu...
Pada Kedalaman 5-9 meter 63
4. Sebaran Target Ikan Tunggal Secara Periodik Di Bawah Cahaya Lampu
Pada Kedalaman 9- 12 meter ... 64 5. Sebaran Target
Ikan
Tunggal Secara Periodik Di Bawah Cahaya Larnpu...
PadaKedalaman12-50meter 65
6. Densitas Kelompok Ikan Secara Periodik Pada Strata Kedalaman
BertKda
DAFTAR
GAMBAR
Halaman 1 . Spilt Beam Transducer ... 13
...
2
.
Prinsip SplitBeam
Echosounder 14...
3 . Alu. Peiayaran Akustik 17
...
4 . Alur Penerimaan Data Akustik 19
...
. 5 . Posisi Pengukuran Iluminasi Cahaya Lampu Petromak 20
...
.
6 Diagram Alir Proses Analisis Data 22
7 . Profil Vertikal Sebaran Iluminasi Cahaya
...
28...
8
.
Profil Tegak Salinitas Pada Stasion 4, 5 dan 6 29...
9
.
Profil Tegak Suhu Pada Stasion 4. 5 dan 6 30...
1.1 Latar Belabng
Dalam kabinet Pembangunan Nasional, bidang perikanan merupakan salah satu
bidang yang banyak mendapat perhatian oleh pemerintah. Hal ini dapat dilihat dengan
danya kebijakan baru yang dilakukan oleh pemerintah untuk mendukung majunya perikanan antara lain melalui pembentukan Departemen Kelautan dan Perikanan.
Keberadaan ikan di laut secara terus menerus mengalami perubahan warn ruang
dan waktu, karena adanya perubahan tingkah laku, ruaya atau migrasi ikan sebagai akibat pengaruh faktor lingkungan perairan. Keberhasilan eksploitasi sumberdaya ikan di laut
membutuhkan infonnasi yang cukup dan lengkap tentang keberadaan dan tingkah laku
ikan tersebut.
Tertariknya ikan terhadap cahaya merupakan suatu fenomena yang menarik untuk
dikaji. Beberapa pandangan secara teoritis tentang ha1 ini mengatakan bahwa ikan mempunyai sifat fototaksis positif, mencari intensitas cahaya yang optimum,
investzgatory reflex atau disebut instinct behaviour, mencari makan, untuk bergerombol
serta disorientasi sebagai akibat kondisi dari @en intensitas cahaya di bawah air (Ben Yami, 1976). Fenomena tersebut dapat pula dijadikan sebagai suatu pendekatan yang berguna untuk mengkaji tingkah laku ikan.
Penggunaan cahaya pada operasi pexmgkapan ikan sudah lama digunakan oleh nelayan, tetapi sampai saat ini belum dapat dioptimalkan karena keterbatasan
pengetahuan. Salah satu pengetahuan yang diharapkan dapat mengoptimalkan
pengoperasian alat penangkapan ikan dengan menggunakan alat bantu cahaya adalah
tunggal
dan
besarnya densitas kelompok ikan menurut periode waktu di bawah cahaya lampu. Oleh karena itu dalam penelitian ini dicoba dilakukan melalui pendekatan akustikyang diharapkan dapat diperoleh informasi-infomasi yang berhubungan dengan tingkah laku ikan
di
bawah cahaya lampuDewasa ini perkembangan metode akustik tern mengalami kemajuan yang pesat, baik dalam penyempurnaan peralatan maupun dalam bidang pengolahan sinyal lanjutan
(post processing). Dalam bidang perikanan metode ini dapat dipaka untuk mendeteksi stok ikan, dimana penggunaan dan perkembangannya semakin pesat, seperti untuk studi fish behaviour (rnigrasi ikan secara vertikal dan horizontal), kecepatan renang ikan,
respon terhadap stimuli dan lain-lain.
Penelitian ini menggunakan instrumen split beam acoustzc system (sistem akustik bim terbagi) yang merupakan salah satu generasi instrumen akustik terbaru untuk
menentukan lokasi individu ikan dengan akurat, kecepatan dan pola gerak ikan pada kondisi tertentu.
1.2 Perurnusan Masalah
Salah satu upaya untuk meningkatkan pemanhtan sumberdaya hayati perairan
adalah penggunaan alat bantu. Alat bantu yang umum digmakan dalam mengumpulkan ikan pada alat tangkap bagan adalah dengan menggunakan cahaya lampu. Cahaya dapat digunakan sebagai alat bantu &lam kegiatan operasi penangkapan ikan di laut karena
mempunyai kemampuan untuk merangsang, menarik dan mengumpulkan kelompok ikan pada catchable area dengan memanfaatkan sifat ikan yang fototaksis positif.
mendqdcan data atau informasi baik secara kualitatif
maupun
secara
kuaatitatif tentang keadaan perairan dan sumberdaya yang terkandung di dalamnya.Informasi yang diperlukan dalam pengelolaan tersebut mencakup pendugaan dan
distribusi stok ikan, termasuk tingkah laku dan jenis alat penangkapan yang dioperasikan.
Hasil pendugaan ini dapat memberikan informasi secara kuantitatif potensi suatu perairan yang disurvei. Pendugaan populasi dan distribusi kelompok ikan d q t dilakukan dengan berbagai metode antara lain : dinamika populasi, penandaan (tagging), analisa statistik, penentuan CPUE dan lain-lain. Namun dengan metode ini memerlukan waktu yang
cukup lama, sedangkan metode akustik &pat memberikan hasil dugam secara langsung
terhadap target yang disurvei, akuisisi dan proses data secara real time sehingga sangat
membantu dalam proses pengambilan keputusan, memiliki akurasi
dan
ketepatan yangbaik, tidak berbahaya atau merusak.
Penelitian tentang tingkah laku ikan dan hubungannya dengan cahaya di Indonesia
belum banyak dilakukan orang. Pengamatan bawah air untuk mengetahui swimming
behaviour (kedalaman renang pada tingkat intensitas teretentu), schooling behaviour (jumlah individu, ukuran &in densitas) dalam suatu rentetan waktu tertentu setelah lampu
dinyalakan &pat dilakukan dengan pengamatan akustik. Penelitian tingkah laku i h
cii
bawah cahaya lampu bagan di Pelabuhan Ratu dengan menggunakanfish finder pernah
dilakukan oleh Baskoro (1999). lnfomasi yang diperoleh masih bersifat kualitatif yang
d a p t dilakukan h g a n menggunakan portable scientific echosounder SIMRAD EY 500 dengan transduser split beam acoustic.
13 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan
untuk
mengkajidan
menganalisis:(1) sebamn target strength (ukuran panjang ikan) dan densitas kelompok ikan pada siang
hari difishing ground bagan
(2) sebaran target strength (ukuran panjang ikan) dan densitas kelompok ikan secara periodik
di
bawah iiuminasi cahaya lampu(3) tingkah laku ikan yang dikhususkan pada kecepatan renang ikan di bawah iluminasi
cahaya lampu
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan &pat memberikan manfmt sebagai berikut :
(2) memberikan informasi tentang sebaran target sterngth
(ukuran
panjang ikan) dan densitas kelompok ikan pa& siang hari difishing ground bagan(3) memberikan informasi tentang sebaran target strength (ukuran panjang ikan) dan densitas kelompok ikan secara periodik di bawah ilm-inasi cahaya lampu.
(4) memberikan informasi tentang tingkah laku ikan khususnya kecepatan renang ikan
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Letak Geografi, Keadaan Musim dan Kondisi Oseanografis Daerah Penelitian 2.1.1 Letak Geografis dan Keadaan Musim
Perairan Teluk Pelabuhan
Ratu
terletdc pada posisi geografis 6 57'-
P
07 Lintang Selatan dan 106" 22'-
106" 23' Bujur Timur dengan panjang pantai lebih kurang 105 km.Perairan tersebut yang merupakan perairan pantai selatan J a w Barat, memiliki hubmgan
bebas dengan Sarnudera Hindia. Sistem sungai yang bermuara di perairan teluk diketahui
ada
7 buah, yaitu 2 buah tergolong sungai besar : Sungai Cimandiri dan Sungai Cibarenodan 5 buah lainnya tergolong sungai yang benrkuran lebih kecil : Sungai Cimaja, Cipelabuhan, Cidadap, Cibutun dan Ciletuh (LON-LIPI, 1975).
Musim sangat berpengaruh terhadap kondisi hidrodinamika perairan teluk.
Pada
periode Musim Timur (Mei-Agustus) gelombang dan arus relatif lebih tenang dibandingkan pada periode Musim Barat (November-Februari), diantara Musim Timur
dan Musim Barat terjadi periode peralihan (Wyrtlu, 1961) yang disebut Musim Peralihan Timur (Maret-April) dan Musim Peralihan Barat (September-Oktober).
2.1.2 Kondisi Oseanografm Daerah Penelitian
Kondisi oseanopfi perairan Teluk Pelabuhan
Ratu
banyak dipengad! oleh kondisioseanografi Samudera Hindia seperti adanya pengaruh angin yang besar. Wyrtki (1 96 1)
mengemukakan bahwa keadaan angin di Pelabuhan
Ratu
sesuai dengan sifat laut dantercatat kecepatannya sebesar 1 sampai 7.5 meter per detik pada bulan September sampai Desember yang bergerak ke arah barat. Selanjutnya dikatakan bahwa perairan Teluk Pelabuhan
Ratu
mempunyai suhu pennukaan laut pada musim barat berkisar 29 - 30°CPariwono et al(1988) mengemukakan bahwa pada bulan September dan Oktober suhu permukaan laut relatif rendah, yaitu rata-rata 26.57"C, sedan- pada musim hujan suhu permukaan laut rata-rata naik menjadi 27.78OC pada ha1 saat tersebut iaut k u w menerima pernanasan dari matahari, karena tertutup awan. Hal ini diduga sebagai pertanda bahwa proses upwelling terjadi pada bulan Agustus, September dan Oktober di perairan Teluk Pelabuhan Ratu.
Dari hasil penelitian Purba (1995) diketahui bahwa di lepas pantai Pelabuhan Ratu diduga mulai bulan Juli terjadi upwelling, terbukti dengan terlihatnya kelompok massa air yang lebih dingin di sekitar lepas pantai, diapit oleh massa air yang lebih hangat ke arah pantai clan ke arah laut Iepas. Kelompok massa air dingin ini berasal dari proses upwelling yang ditimbulkan oleh Ekman Pump yang dibangkitkan oleh angin Musson Tenggara
Terdapat perbedaan suhu permukaan laut antara m u s h timur dan m u s h barat, baik di perairan lepas pantai selatan Jawa (Samudera Hindia) maupun di perairan Pelabuhan
Ratu.
Levitus (1982) mendapatkan adanya perbedaan suhu permukaan laut di perairan lepas pantai selatan Jawa, yaitu antara 28OC (Agustus-Oktober) dan 29°C (Pebruari-April). Demikian pula hasil penelitian LON-LIPI(1975) di perairan pantai selatan Jawa
diketahui adanya perbedaan suhu pada musim kemarau (28'C) dan musim hujan (29
-
30°C).
Hasil penelitian Pariwono
dkk
(1988) menunjang pemyataan diatas setelah melakukan pengukuran suhu di perairan PelabuhanRatu
pada bulan September-
Oktoberfemmena pehahm suhu yang relatif lebih rendab pada musim timur dibandingkan dengan musim barat menunjukkan adanya proses upwelling
di
perairan yangbersangkutan.
Penyebaran suhu vertikal di perairan Teluk Pelabuhan Ratu pada kedalaman 25
meter, terdapat perbedaan suhu sebesar 0.1
-
0.7"C. Suhu air laut pada kedalaman 25meter antara 29.75
-
28.55OC (rerata 28.43"C). Perbedaan tersebutdisebabkan
terutamaadanya pengaruh penyinaran matahari terhadzp peningkatan suhu permukaan perairan teluk (Sanusi dan Atrnadipoera, 1993).
Salinitas di perairan Teluk Pelabuhan Ratu di pen- oleh keadaan musim dengan faktor utama adanya masukan massa air sungai yang bermuara
.
Transpor massa airsungai yang terutarna pada musim barat mengakibatkan tmmnya salinitas perairan pantai
Teluk Pelabuhan Ratu. Namun demikian di perairan teluk bagian tengah nilai perbedaan salinitas permukaan laut pada musim timur dan musim barat relatif kecil. Hasil pengukuran memperiihatkan nilai salinitas rerata pada periode Agustus
-
Oktober danMei
-
Juli masing-masing sebesar 32.96 "1, dan 32.33 OI, (Pariwono dkk, 1988).Pengukuran pada bulan Desember 1993 menunjukkan bahwa salinitas pemiran yang
terpengaruh oleh masukan nwsa air Sungai Cimandiri memiliki salinitas 5 "I,. Penyebarm salinitas permukaan hingga kedalaman 25 meter antara 32
-
33 "Im(permukaan)
dan
34-
35 "I, (pada kedalaman 25 meter), yaitu sebesar 1.7 "I, lebih besar dibandingkan salinitas permukaan perairan teluk (Sanusi dan Atmadipoera, 1993).2.2 Sifat-Sifat dan Kekuatan Cahaya
Newton,
cahaya terdiri dari patikel-partikel kecil yang keluar dari sumbemya dengankecepatan tinggi (Gluck, 1964). Selanjutnya dijelaskan, bahwa panjang gelombang cahaya berkisar antara 3600
-
7800 Angstrom dengan fiekuensi cahaya tampak bervariasidari 7.9 x loi4 Hz
-
4.3 x 1 0 ' ~ Hz.Aspek-aspek teknis cahaya yang harus diperhitungkan dan Satuan Internasional yang dipakai adalah : (1) intensitas cahaya (candela;cd), (2) iluminasi cahaya (lux;lx), (3) kuat penyinaran (1umen;lm) (Nikorov, 1975). Menurut Isacs (1991), intensitas cahaya adalah
ukuran kemampuan suatu sumber cahaya untuk memancarkan cahaya baik secara m u m maupun pada suatu arah tertentu Intensitas cahaya ini diukur dengan satuan candela.
Iluminasi cahaya atau kecemerlangan cahaya (E) didefenisikan sebaga~ jumlah
cahaya yang masuk ke kolom air yang tergantung pada intensitas cahaya dan jarak dari
permukaan (Ben-Yami, 1987). Pengukuran iluminasi cahaya dari suatu sumber dapat
d i l d d a n dengan menggunakan nunus E = CI?, dimana :
E = iluminasi cahaya (lux)
C = kuat surnber cahaya (candela)
R = jarak dari sumber cahaya (m)
Iluminasi cahaya akan berkurang dengan semakin meningkatnya jarak dari sumber
cahaya dan nilainya akan berkurang apabila cahaya memasuki media air. Nikorov (1975) menyatakan pemudaran intensitas cahaya di dalam kolom air terjadi secara eksponensial b e r k k a n hukum Buger sebagai berikut :
Be&&
&man intensitas cahaya l a m p di bawah air tergantung dari tipe lampu yang dqydcan sebagai sumber cahaya Pengamatan sebamn intensitas di dalam airmenunjukkan bahwa pa& garis luar iso-lux dari 4
lampu
petromak pada bagan apung di Pelabuhan Ratu bentuknya seperti oval, intensitas cahaya maksimum 250 lux di pusat cahaya lampu di atas pennukaan air dan 0.1 lux di kedalaman 14 meter (Baskoro, 1999).Sedangkan Choi et a1 (1997) melaporkan bahwa lampu listrik jenis metal halide mempunyai bentuk sebaran intensitas cahaya seperti angka deiapan yang diputar 90" ke kiri dan ke kanan.
Perbedaan media rambat yang dilalui cahaya akan berpengamh terhadap
karakteristik-kamkteristik cahaya. Di dalarn air laut, kedalaman penetrasi cahaya tergantung pada beberapa faktor, antara absorpsi cahaya oleh partikel-partikel terlarut &lam air, panjang gelombang cahaya, kecerahan air, pemantulan cahaya oleh permukaan laut, serta musim dan lintang geografis (Nybakken, 1988)
2 3 Reaksi Ikan Terhadap Cahaya
Perancangan alat dan metode penangkapan ikan diawali dengan mengetahui tingkah laku ikan. Tingkah laku ikan menurut He (1989) adalah adaptasi badan ikan terhadap
lingkungan eksternal dan lingkungan internal, sedangkan reaksi ikan mem- respon yang berhubungan dengan tingkah lalru karena adanya rangsangan eksternal.
Selanjutnya taxis merupakan salah satu tingkah laku ikan yaitu yang berhubungan dengan
arah gerakan terhadap rangsangan
secara
eksternal. Ada berbagw tipe dari axis tersebut, diantaranya phototaxis (arah pergerakan ikan terhadap rangsangan cahaya) danBen-Ymi (1976) rnengemukakan bahwa ada dua pola reaksi ikan terhadap cahaya,
yaitu phototaksis dan photokinesis. Phototaksis merup&an gerakan spontan dari ikan
untuk
mendekati cahaya atau menjauhinya. Gerakan spontan mendekati cahaya disebutphototaksis positif dan yang menjauhi cahaya disebut phototaksis negatif. Photokinesis
merupakan respon yang ditimbulkan oleh hewan dalam kebiasaan hidup. Aktivitas ikan
akan meningkat dengan meningkatnya intensitas cahaya. Sedangkan Ayodhyoa (1981) mengatakan bahwa peristiwa berkumpulnya ikan di bawah cahaya lampu dapat
dibedakan, yaitu peristiwa secara langsung tertarik oleh cahaya lalu berkumpul dan secara tidak langsung, karena ada cahaya maka plankton dan ilcan-ikan kecil dan lain sebagainya berkumpul, lalu ikan yang lebih besar datang dengan tujuan mencari makan.
Penelitian tentang tingkah laku ikan melalui pendekatan akustik dengan menggunakan parameter arah dan kecepatan renang ikan secara temporal, yakni pada bulan Januari dan Juli di perairan Selat Sunda pernah dilakukan oleh Jaya dan Pasaribu
(2000). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pada bulan Janlrafi kecepatan fenang ikan lebih bervariasi di banding bularr Juli Kecepatan rata-rata renang ikan tertinggi diperoleh pada bulan Januari di selang TS -45 sampai -40 dB, sebaliknya pada bulan
Juli rata-rata kercepatan renang ikan yang terdeteksi dengan selang TS tersebut diatas
adalah paling rendah. Kemudian variasi kecepatan re- ikan secara temporal pada bulan Januari cenderung meningkat sebagai fungsi dari waktu, yaitu meningkat dari pagi hari sampai Ice sore hari, sedangkan pada bulan Juli kecepatan renang ikan bervariasi.
Pengamatan tingkah laku ikan karang (kepe-kepe) terhadap iluminasi cahaya dalam
. 350 lux, setem l a m p dinyalakan 8 menit, ikan &tang ke sumber cahaya dengan gerakan yang sangat aktif clan tidak terkonsentrasi. Sebagian besat ikan-ikan tersebut masih terkonsentrasi pada area di luar iluminasi 350 lux. Setelah intensitas cahaya
dikurangi sampai dengan iluminasi di bawah sumber cahaya 38 lux ikan-ikan
terkonsentrasi di bawah sumber cahaya dengan pergerakan yang lambat. ikan-ikan ini
selama pengamatan berada di bawah sumber cahaya (zona iluminasi 38 lux) sampai dengan 1 jam belum memperlihatkan perubahan pola reaksinya. Dengan pola reaksi seperti ini ikan kepe-kepe diperkirakan mengadakan pergerakan yang aktif pada iluminasi yang cukup tinggi untuk melihat makanan atau berinteraksi sesamanya Akan tetapi bila iluminasi cahaya berkurang ikan ini mengadakan gerakan yang lamban dan berkumpul. Tingkah laku yang demikian ini mengindikasikan ikan-ikan terkonsentrasi dan
berkumpul pada iluminasi yang rendah untuk menghindar dari predator.
Kuat cahaya yang diperlukan &lam suatu usaha penangkapan ikan sangat bervariasi,
namun demikian Hela dan Lavestu (1962), mengemukakan bahwa ikan memberikan
reaksi terhadap rangsangan cahaya antara 0.1
-
0.001 lux, tergantung pada adaptasi sebelumnya terhadap cahaya atau kegelapan. Curnicumi misalnya, mudah tertarik olehcahaya, seperti dikernukakan oleh Nomura dan Yamazaki (1975) bahwa cumicumi lebih tertarik pada suatu intensitas cahaya tertentu, suatu pembaan di b a w h lampu pada perilcanan pancing di Jepang menunjukkan bahwa hasil tangkapan terbaik diperoleh pada area bayangan (shadow area) daripada daerah terang (brightness area) dari kapal. Cumi- cumi dari s p i e s Loligo indicha yang tertangkap dengan bagan apung di Pelabuhan Ratu, berdasarkan pengamatan bawah air dengan fish
finder
oleh Baskoro (1999), terlihatkedalmm 3 (tiga) sampai 7 (tujuh) meter dari permukaan air dengan intensitas cahaya
10 lux sampai 0.1 lux. Selanjutnya Baskom
dkk
(2000) mengemukakan bahwa kompsisispesies ikan yang tertangkap ditemukan paling banyak pada saat hauling permulaan
malam dan menjelang subuh hari dengan menggunakan cahaya lampu bagan apung
di
Teluk Pelabuhan Ratu. Hal ini menampkkan bahwa hasil tangkapan terbesar bergantung pada spesies ikan, tipe migrasi ikan dan pola tmgkah laku ikan disekitar cahaya lampu Migrasi ikan ke pantai paling banyak pada permulaan malam malam dan menjelang subuh hari dengan ukuran school besar tapi sedikit spesiesnya.
Kehadiran predator merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhl
kehadiran ikan di bawah cahaya lampu Jika predator masuk kedalam zone iluminasi
cahaya, tingkah laku ikan di surnber cahaya akan berubah. Menurut Baskoro (1999), ikan
layur (Trichiurus sp) merupakan ikan predator yang tertangkap bersarna-sama jenis ikan
lainnya dengan bagan, ha1 ini dapat terlihat dari analisis isi lambung yang penuh dengan jenis ikan yang tertangkap. Jika ikan ini tertangkap dalam jumlah banyak, h a i l
tangkapan jenis ikan lainnya akan berkurang.
Dalam ha1 hubungan antara cahaya dengan kegiatan makan ikan, disebutkan oleh Bardach et a1 (1980), dimana efisiensi makan cfeeding eficiency) tergantung pada intensitas cahaya yang mempen- penampakan mata clan tergantung pada faktor- faktor lain yang pada hakekatnya terhadap predator, mangsa dan interaksi keduanya.
Selanjutnya dijelaskan oleh Blaxter (1980), bahwa ambang cahaya yang diperlukan ikan-
ikan telestoi untuk makan adalah 0.1 lux
dan
ambang ini berbeda sesuai dengan lintangKeberadaan ikan pada siang dan malam hari mempunyai sebaran densitas berbeda yang dapat disebabkan oleh migrasi v e W harian dari ikan ymg berhubungan kepada
tingkah laku ikan terutama dalam mencari makan, me&ndari predator dan adaptasi
terhadap faktor lingkungan. Penelitian tentang sebaran densitas ikan pada siang dan
malam hari di Teluk Jakarta dengan meqgumkan metode hidroakwtik pernah dilakukan
oleh Budiarto dkk (2001). I-Iasil penelitian menunjukkan bahwa pada siang
hari
densitasikan rnenyebar merata, sedangkan pada malam hari dcnsitas terkonsentrasi pada kedalaman 8-12 meter yang merupakan kedalaman d e b t pemukaan laut. Hal ini
menandakan bahwa ikan pada mdam hari cenderung melairukan migrasi vertikal ke arah permukaan.
2.4 Prinsip Kerja Echosounder Split Beam System
Jenis echosounder ini merupakan penyempurnaan dari metode akustik yang telah ada sebelumnya, seperti single beam dan dual beam. Peddaannya terletak pada konstruksi transduser yang digunakannya. Transduser split beam system terbagi dalam empat kuadran yang dari : fore (bagian depan), aft (buritan kapal), port (sisi kiri kapal) dan starboard (sisi kanan kapal). Alat ini mempunyai sudut bim yang sangat sempit dan
mampu menentukan posisi target dalam bim (Gambar 1).
FORE
AFT
Pada saat trammisi, transmitter
memancarkan
pulake
semua ixsg~an traasduser pada waktu yang bersamaan Sinyal dipC8fkm kembali setelah mengenai target yangkemudian akan diterima oleh masing-masing kuadran dimana target yang terdeteksi oleh tranduser terletak pada pusat dari bim suara clan kemudian digabung kembali untuk membentdc kembali suatu bim penuh dan dua set bim terbagi pada waktu yang bersamaan, tetapi jika target yang terdeteksi tidak terletak pada surnbu pusat dari
bim
suara, maka echo yang kernbali akan diterirna terlebih dahulu oleh bag~an transduser yang paling dekat dengan target dihitung dari kedua set split beam yaitu dengan mengukur fase dari echo yang diterima oleh kedua belahan transduser.Transducer '
ship
c +
Gambar 2. Prinsip Split Beam Echosounder+
**
Pada prinsipnya, posisi sudut
dari
suatu target tunggal ditentukan melalui beda fase (A@=) dari sinyai yang diterima oleh kedua belah transduser, yaitu port- starboard, phase pulse alongship, dan fore-aft phase pulse tranmerse/phase athwartship. Hubungan antara lokasi sudut €IL dan beda fase list& A 8, (Foote, et al, 1987) adalah sebagai berikut :...
8 ~ . = sin -'(c A 8$0, d) (1)
dimana :
c = kecepatan suara ddam air laut (mldt) o, = 2nf = fiekuensi sudut (radldt)
d = jarak antara sumbu akustik dari kedua belah transduser (m)
Karena &lam kenyataannya nilai
&
sangat kecil rnaka persamaan (1) menjadi :Dengan demikian, maka koordinat sudut (€I,$) dari posisi target dapat dihitung dari :
8 = sin-'vsin2 8' + sin2 8 2 ... (3)
$ = tan-'(sin 8' 1 sin e2) ... (4)
Dengan diperolehnya nilai sudut 0 dan $, maka faktor beam pattern b(8,$) untuk
3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini berlokasi di peraim Teluk Pelabuhan Ratu yang dilakukan dalam dua tahap survei pengamatan. Survei pengamatan tahap pertama dilakukan mulai dari pagi hari sampai sore, tanggal 27 Juli 2001 yang bertepatan dengan titik koordinat 06054'36"~~, 106"36'26"BT sampai 07%1'18"LS, 106?24'18" BT dengan menggunakan kapal penelitian Stella Maris, rnilik Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB disepanjang lintasan pelayaran akustik. Survei pengamatan tahap kedua dilakukan pada malam hari tanggal 28 clan 29 Juli 2001 diatas Bagan apung milik nelayan &empat. 3.2 Kapal dan Peralatan Penelitian
Kapal yang digunakan dalam penelitian ini adalah kapal Stella Maris, berukuran 50 GT, milik Fakultas Perikanan clan Ilmu Kelautan IPB. Perlengkapan penunjang penelitian yang a& di kapal tersebut adalah Radar, GPS (Global Position System), untuk penentuan posisi kapal dan titik pengambilan sarnpel, Andera Buoy milik Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, alat untuk mengukur suhu dan salinitas perairan, Marine
Under Water Lux Meter untuk mengukur intensitas cahaya, penggaris untuk mengukur panjang ikan yang tertangkap dm peralatan lainnya
Peralatan hidr&k yang digunakan terdiri dari Portable Scientijic Echosounder SIMRAD EY 500 dengan tramxiuser split beam system yang berfrekuensi 38 kHz dan dilengkapi dengan satu unit komputer untuk merekarn data yang diperoleh dari
u dilakukan setting @atan yang meliputi : Target Strength @,I threshold -70 dB,
umlah stasiun sehanyak 10 titik pengarnatan (Oambat 3). Alur pel
buat b e r b k a n bentuk dan lokasi perairan telyk Pelabuhan Ratu yang diatasn
[image:119.588.19.570.32.736.2]a=. Peraim ini bentuknya seperti
3.4 Peroleban Data
Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan terdiri dari : data
akustik,
data intensitas cahaya, data oseanografi dan data hasil tangkapan bagan apung. Pengambilandata tersebut dilakukan pa& dua lokasi, yaitu pa& titik-titik stasiun peqpm&m di alur pelayaran di siang hari dan di atas bagan apung pada malam hari. Proses pengurnpulan
data tersebut adalah : (1) Data Akustik
Pengurnpulan data akustik dilakukan dengan menggunakan portable scientific echosounder SIMRQD EY 500 dengan transduser split beam acoustic system. Transduser dipasang pada kedalaman 1.5 meter dari permukaan laut dengan bantuan towed body pada sisi kiri kapal.
Data
siang hari adalah data yang diambil dari pukul 06.00 WIB-
18.00 WIB, dan data malam hari adalah 20.18 WIB - 04.27 WIB.Lokasi pengambilan data akustik mengacu pada desain survei akustik, yaitu dimulai
dari stasiun 1 sampai stasiun 10 (Gambar 3). Data akustik direkam secara terus menerus
selama pelayaran dan disimpan dalam hard disk komputer. Data ymg diperoleh di lapangan masih berupa datagram (dg), kemudian sehjutnya dikompres menjadi data threshold dan disimpan dalam hard disk untuk pengolaban lebih lanjut.
Data akustik yang diperoleh terbagi menjadi dua kelompok data, yaitu kelompok data
akustik yang diambil
pada
siang hari pada 10 buah stasiun pengamatan, dan kelompokdata malam hari di bagan apung. Data ini diolah lebih lanjut untuk mendapatkan
informasi mengenai target strength ikan
tunggal,
densitas dan kecepatan renang ikanPerolehan data
aIrustik
dilakukan dengan mengintegrasi echo secara tens menerus s e p j a n g jalur transek. Integrasi gema meliputi keseluruhan kolom air dari perrnukaan 3(tiga) meter sampai kedalarnan 93 meter yang dibagi dalam 9 strata (lapisan) dengan kedalaman tiap lapisan 10 meter pada pengamatan siang hari, sedangkan pengintegrasian echo pada pengamatan malam
hari
di bawah lampu bagan apung dilakukan mulai dari kedalaman 3 meter sampai 50 meter yang dibagi dalam 4 strata kedalaman. Pengamatan akustik secara periodik dibagi dalam 3 (tiga) periode pengamatan, yaitu periodepermulaan malam, periode setelah tengah malam dan periode menjelang pagi hari. Nilai integrasi dikelompokkan secara teratur dalam tiap ESDU untuk mendapatkan nilai target ikan tunggal dan pendugaan rata-rata densitas tiap m3. Alur penerimaan data akustik dapat dilihat pada Gambar 4.
Akustik
["*
I-
t
Penyimpanant
[image:121.588.73.515.334.745.2]mulai dari pa@ hari pada pukul06.00 WIB hari pukul18.00
WIB.
berada, kemudian pengukuran selanjutnya pada 4 (empat) titik pengukuran
ke
sisi kiri1 meter. Posisi titik pengukuran ilumineici cahaya di ihat pada Gambar 5.
Data intensitas yang diperoleh baik data siang hari maupun malam hari di bawah
iluminasi cahaya lampu ditabulasi
dalam
program mcel dan selanjutnya dibuat profil iluminasi cahaya dengan menggunakan program surfer versi 6.04.(3) Data Oseanografi
Pengambilan data oseanografi dilakukan pada 10 (sepuluh) stasiun pengamatan pada alur pelayaran akustik (Garnbar 3), Data oseanografi yang diperoleh melalui Andera Buoy (Juli, 2000) berupa suhu, salinitas dan kedalaman peraim. Data ini selanjutnya diplot baik secara horizontal maupun secara vertikal dengan softwere surfer versi 6.04.
Data suhu, salinitas dan posisi (lintang dan bujur) di overlay dengan peta dasar perairan Teluk Pelabuhan Ratu, sehingga diperoleh sebuah peta kontur suhu dan salinitas daerah penelitian secara horizontal.
(4) Data Hasil Tangkapan
Data hasil tangkapan diperoleh dari hasil pengoperasian bagan apung yang dilakukan
sebanyak 4 (empat) kali hauling. Ikan-ikan yang tertangkap dimasukkan ke dalam
keranjang, kemudian disortir berdasarh jenis ikan yang tertangkap. Selanjutnya diukur
panjang ikan yang tertangkap untuk dijadikan sebagai bahan verifikasi &lam penentuan target strength ikan tunggal.
3.5 Analisis Data
Lintang GPS
Buiur
9sk Asdam
Sabibr
lwblvr BUOY
Lux Meter
Garnbar 6. Diagram Alir Proses Analisis Data (1) Analisis Akustik
Analisis data akustik dilakukan dengin metode echo integrator. Integrator
melakukan proses integrasi echo &lam arah vertikal menembus setiap lapisan perairan dalam melakukan perata-rataan dalam arah horisontal sepanjang jalur yang dilalui kapal dimana dilakukan pendeteksian kebemiaan ikan dengan peralatan hidroLdk. Proses
perhitungan dilakukan dengan bantuan Echo Processor 500
(EP
500) yang secara matematis diilustrikan dalam persamam sebagai berikut (SIMRAD 1995).Sa = 4 x rO(snr2 S, d, ) (1852 rn~nrn)~
... ... ... ... ... ... ...
...
.
(1)Sa
sv
=...
... (2)4 A rO2 (1852 m/nm)2 (rl-r2)
Koefesien back scattering area (Sa) dihitung untuk setiap area terpilih. Satuan
untuk Sa d l a h m 2 / n d Dengan mengetahui k f i s i e n back scattering dari setiap individu ikan koefisien ini memberikan kontribusi pada nilai koefesien back scattering
area maka densitas ikan &pat dihitung dengan rumus sebagai berikut
pA = Sa / ... (3)
dimana oh adalah back scattering cros-section. Selanjutnya, karena densitas ikan yang
terdeteksi terdiri dari berbagai macam jenis dan ukuran, maka untuk menghitung jurnlah ikan per unit area dari berbagai jenis dan ukuran tersebd harus ditentukan nilai back scattering atau sebaran target strength yang terdeteksi. Target strength adalah bentuk
logaritmik dari back scatterrng cross section yang secara matematis dinyatakan sebagai TS= 10 log oh.
Dengan mengetahui nilai TS dan kepadatan relatif
dari
berbagai ukuran kelompokdapat dihitung densitas ikan untuk tiap ukuran kelompok. Logaritmik nilai TS
ditransformasikan kedalarn bentuk linier dari back scattering cross section (oh) yakni
TsiIlO
o h = 10 dan akan diperoleh nilai oh, yaitu ~ 1 , ~
...
2 ,o h menurut kelas ikan1,2,3 ...., n ukuran kelompok
.
yang terjadi dengan fiekuensi 1,2,3,....
fn.
Distibusi fi dinormalisasi sehinggaCfi
= 1. Dengan demikian defenisi selanjutnya adalah :Ai = Area density ikan dengan koefisien bask scattering oh
Sai = Koefisien back scattering urea yang di bentuk dari hasil pendeteksian dengan koefisien back scattering oh
Sa =
C
Sai = Total koefisien back scattering areaSelanjutnya dapat dijabarkan persamaan berikut :
Sal = p A l o h l = f l p A o h 1 ... ... (43)
...
Sai = p Ai obi =
fi
p A obi (k)...
San = p An ohn = f i ~ p A ohn ... .;. (4d) Sa = p A C f i o b s ... (4e)
Dengan demikian dapat diperoleh persamaan untuk total area densitas ikan sebagai berikut :
...
p~ = Sa/C fi oh ( 5 )
Densitas area dari setiap ukuran kelompok dihitung dengan :
...
= fi PA (6)
Volume densitas ikan dihitung dengan :
...
pv = pA(rI
-
r2) (7)(2) Analisis Oseanogdi
Analisis parameter
oseanografi
dengan sebaran densitas ikan secara horizontaldan
vertikal dilakukan secara deskriptif
.
Untuk keperluan tersebut data dari hasil pengukuran Andera Buoy ditabulasi kemltdian diolah lebih lanjut dengan menggunakan program surfer for window 95 v m i 6.04 untuk memperoleh gambmm kerrapatan perubahan vertikal suhu dan salinitas. Dengan program surfer nilai-nil& suhu ataupunsalinitas pada setiap leg dihubungkan untuk memperoleh gambaran secara vertikal parameter tersebut pada setiap leg, sehingga diperoleh sebaran lapisan suhu clan salinitas
yang dibentuk dengan garis-garis isoterm (suhu) atau isohaline (salinitas). Kemudian
berdasarkan keberadaan lapisan tersebut dilakukan stratifikasi secara vertikal untuk
kemudian diamati lebih lanjut sesuai dengan keperluan analisisnya.
Kedua data tersebut kemudian dipetakan menurut skala yang sarna dan selanjuhya dengan program surfer dilakukan plotting sehingga dapat dianalisis hubungan nilai-nilai densitas ikan dengan keadaan oseanografis.
(3) Analisis Iluminasi Cahaya
Untuk mengetahui hubungan antara iluminasi cahaya dalam air dan sebaran ikan di bawah cabaya lampu bagan
apung
dilakukan aaalisis sxara deskriptif berdasarkan infomasi dari analisis data akustik dengan hasil pngukuran iluminasi cahaya bawah air.Dalarn mencapai ha1 ini maka data dari hasil pengukuran ilumhasi cahaya dengan
under water Iwc meter pada setiap titik pengukuran ditabulasi dan selanjutnya diolah
dengan program sut$er, sehingga diperoleh profil iluminasi cahaya lampu secara vertikal.
. kedalamn. Selanjutnya dianalisis secara deskriptif hubungan antara sebaran densitas ikan dengan iluminasi cahaya
(4) Analisis Hasil Tangkapan
Pengambilan data hasil tangkapan bagan apung d i m a k d k a n untuk melakukan verifikasi dengan hasil yang diperoleh scientijic echosounder SIMRAD EY 500. Sampel ikan yang ditangkap diukur panjangnya, kemudian dilakukan sortasi untuk masing-
masing s p i e s .
Langkah selanjutnya mengkonversi nilai target strength ikan tun& ke dalam ukuran panjang ikan. Pada penelitian ini rumus umum yang digunakan adalah seperti yang dikemukakan oleh Love (1977 ), yaitu :
TS = 19.1 Log L
-
0.9 Logf-
62 (dB) ... ... ......
...
... ...
......
... ... (8) Dimana : L = panjang ikan (cm) TS = target strength ikan tunggal (dB)f = frekuensi (kHz)
4, BASIL
DAN
PEME.i&4S.W4.1 Ptwgsmatan Sang Hari
Psda
Fibing Ground Bagan Apnng 4.1.1 Trayek PelayaranTrayek pelayaran survei akustik mengikuti pola paralel sistimatis dengan pertimbangan bahwa perairan Teluk Pelabuhan
Ratu
adalah perairan yang sempit. Selama dilakukan pelayaran akustik di daerah penelitian ini diperoleh 10 titik stasiun pengamatan dan 9 leg dengan posisi seperti terlihat pada Gaiibar 3.Pelayaran akustik ini dimulai dari stasiun 1 sampai ke stasiun 10 di daerah penangkapan bagan apung Teluk Pelabuhan Ratu Pelayaran ini bertujuan untuk
mendapahn data target strength, densitas ikan, intensitas cahaya
di
siang hari pslda berbagai lapisan kedalaman perairan di lokasi penelitian.4.1.2 Sebaran Vertikal Intensit- Cahaya
Sebaran vertikal intensitas cahaya pada siang hari di lokasi penangkapan bagan
apung perairan Teluk Pelabuhan Ratu diukur pada 10 stasiun pengamatan dengan selang pengamatan 2 jam. Hasil pengukuran sebaran vertikal iluminasi cahaya dalam perairan pada masing-masing posisi menunjukkan penunman iluminasi cahaya sejalan dengan menunranya kedalarnan. Profil sebaran v a l iluminasi cahaya pada siang hari di lokasi penangkapan bagan apung diperlihatkana pada Gambar 7. Dari profil tersebut menunjukkan bahwa iluminasi cahaya menunm secara drastis dari laoisan permukaan sampai pada kedalaman 20 meter. Hal ini berarti bahwa kolom perairan ba@an atas terjadi absorbsi iluminasi cahaya yang paling besar oleh partikel-mkel air, a k a n
Gambar 8 menunjukkan bahwa dari kedalaman perairan 3 m p a i 13 meter mengalami
pen-
dinitas yang cukup bekedalaman lebih be berta&hya kedal
diseb&kan oleh adanya beberapa sungai yang bermuara ke laut. M a s h air sungai ke laut akan rjadinya penuntnan nilai salinitas air laut. Menurut Sanusi
dan
Atmadipoera (1993) mengatakan bahwa salinitas di perairan Teluk Pelabuhan Ratu dipengmhi oleh masukanair Sun*
Cimandiri. Hasil penguhran rnenunjukkanS ~ ~ ) ; B M U ~ I * hmgga keda' 3an 25 meter antara 32
-
33 "I,dan
pada
-
k
lebih dari 25 meter 34-
35 "I,, sedangkan adanya peningkatan salinitaspala kedal-
l&ib
7besar
13 metetd i m @
oleh adanyamwdaw
glrtssa air yangDari masing-masing kedalaman menunjukkan adanya variasi suhu yang berbeda
pada setiap stasiun pengamtan secara horizontal. Pada kedalaman 3 meter suhu perairan berkisar 29.25
- 30.42 OC, dimana terlihat bagian dalam Teluk Pelabuhan Ratu yang lebih
dekat ke
daratan
mempunyai suhu relatif lebih dingin, bila dibandutgkan dengan bagianluar teluk. Kondisi yang harnpir sama te jadi di kedalaman 13 meter yang mempunyai kisaran suhu perairan 28.21
-
28.87 OC. Pada kedalaman 23 meter, suhu horizontallebih hangat di m a n selatan teluk yang berdekatan dengan daratan, bila dibandingkan bagian utara yang berdekatan dengan daratan. Kisaran suhu secara horizontal di kedalaman ini berkisar 27.29
-
27.40 OC4.1.4 !Mmrm Target Strag& Ikan
Tun@
Berdasarkan koleksi data target strength ikan tunggal yang diperoleh melalui
portable SIMRQD EY 500 dengan e c h o s o ~ e r model split beam system @a pelayaran bulan Juli 2001 di perairan Teluk Pelabuhan
Ratu
yang diintegrasi dari kedalaman 3-93meter pada 8 leg didapatkan variasi nilai selang target strength ikan -1 dari (-60- 57 dB) sampai (-33-30 dB). Total target strength ikan tunggal sebesar 76273 ekor dan
didominasi oleh ukuran (-60-57 dB) sebanyak 37253 ekor atau sekitar 48.84 % dari total
ikan yang terdeteksi.
Secara keseluruhan jumlah ikan tunggal ditemukan paling banyak pada leg 6 sebesar
21514 ekor atau sekitar 28.21 % dari total ikan yang terdeteksi yang juga didominasi oleh
ikan-ikan yang berukuran kecil dengan nilai selang target strength ikan tunggal(-60--57 dB) atau kisaran ukuran panjang ikan (1.5-2.2 cm), sedangkan terendah ditemukan pada leg 1 (615 ekor) atau sekitar 0.81 % dan leg 8 (647 ekor). Secara rinci nilai selang target strength ikan tunggal dapat dilihat pada Tabel 1.
Secsra keselumbm antar leg ditemukan p d a leg 6, leg 2, leg 3
dan
leg 4 addah leg yang padat ikan tunggal(>10.000 ekor) , sedangkan leg 5 dan leg 7 (<10.000 ekor)dan leg 1
dan
leg 8 (< 1.000 ekor).Secara vertikal sebaran nilai selang target strength ikan tunggal menyebar dari
nilai selang target (430-57 dB) sampai (-3340 dB). Jumlah ikan tunggal ditemukan dalarn jumlah yang banyak dan hampir merata pada strata kedalaman (33-43 meter)
sampai (53-63 meter) masing-masing lebih dari 13.00q , sedangkan terendah pada strata kedalaman (3-13 meter) dan (13-23 meter) masing-masing kurang dari 1.000 ekor. Secara rinci sebaran nilai selang target strength ikan tunggal her-kan kedalaman dapat dilihat pada Tabel 2.
Dari strata kedalaman (43-53 meter) ikan yang terdeteksi didominasi oleh ikan- ikan dengan nilai target strength (-60-57 dB) sebesar 7106 ekor atau sekitar 10.73 % dari total ikan yang terdeteksi atau 53.89 % dari total ikan di strata ini.
Dari Tabel 2 rnenunjukkan bahwa niiai target strength yang terdekksi
secara
vertikal memperlihatkan adanya peningkatan nilai dengan bertambahnya keddaman
dan
tumn la@ saat menciekati
dasar
pemkan. Meningkatnya nilai rata-rata t-t stmngth secara vertikal dengan bertambahnya kedalaman benuti bahwa secara vertikal ukuranikan makin besar dengan bertambahnya ksdalaman. Niiai target strength terbesar
diperoleh p d a lapisan kedalaman 33-43 meter dengan s l a n g (-33-30
dB)
atau selang ukuran panjang ikan sebesar (39.1-56.2 cm). Menurut Gunarso (1985) bahwa biasanya ikan-ikan pelagis kecil berada lebih d e b dengan perrnukaandan
menyebar merata secara vertikal, sehingga ikan-ikan yang lebih dekat dengan permukaan akan melarikandiri ke tempat yang lebih dalam ketika timbul suara mesin kapal yang melewatinya Hal ini akan berpengaruh terhadap tilt angle dari ikan tersebut yang akhimya juga akan berpengaruh terhadap nilai target strength, sedangkan ikan-ikan yang berada jarak yang lebih dalam yang tidak terkena pengaruh suara mesin kapal tidak mengalami perubahan
tilt angle, sehingga juga tidak berpenganrh terhadap nilai target strength.
Faktor lingkungan juga merupakan salah satu penyebab perui7ahan nilai target
strength terutama suhu dan salinitas. Tinggmya tekanan ekologis pa& perairan w a n dasar seperti kurang cahaya, tekanan hidrostatik yang besar, suhu yang lebih dmgui, sirkulasi air yang lemah sehingga miskin oksigen, dan suplai makanan ).ang kura.ng menyebabkan ikan-ikan yang berukuran besar ti& menempati daerah ini, -pi berada
pada kolom perairan. Hanya organisme-organisme tertentu yang marnpu beradaptasi
dengan kondisi ling- seperti ini. Hasil pengukuran suhu, salinitas dan intensitas cahaya memperlihatkan bahwa semakin dalam perairan nilai suhu dan intensitas cahaya
4.1.5 $elmran D e n s i i Xdompok ikrca
Berdasarkan hasil koleksi data total densitas rata-rata ikan yang diintegrasi pada 8
leg
di
perairan Teluk PelabuhanRatu sebaran densitas ikrrn cendenmg terko-trasi pada hagian luar millut teluk, yilitu pda leg 6 dengan nilai kepsdatan 0.46 ekor/m3, &-&an densitas terendah ditemukan p d a leg 1 clan leg 8 yang terletak pacia h g m rlalam teluk, mndng-masing mmpunyai nilai kepadata ikan 0.16 ekor/m3 dan 0.15 ekor/m3. Sewarinci densitas kelompok ikan pada setiap leg diperlibtkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Densitas Rata-Rata Berdasarkan Strata Kedalaman Pada Setiap Leg
Dari Tabel 3 terlihat bahwa densitas kelompok ikan ditinjau dari leg berada antara densitas 0.15 ekor/m3 sampai 0.46 ekor/m3. -kg 1 dan Leg 8 ditemukan densitas
kelompok ikan dalam jumlah yang kecil. Pada leg 2 ditemukan total densitas pada setiap strata kedalaman sebesar 0.35 ekor/m3 yang terkonsentrasi pada strata k e d a h a n (33-43 meter) dan (43-53 meter) masing-masing dengan nilai kepadata 0.07 ekor/m3. Pada leg 3
ditemukan total densitas ikan sebesar 0.26 ekor/m3 yang juga terkomeutrasi @a strata kedalarnan (33-43 meter) dan (43-53 meter) masing-masing dengan nilai kepadatan 0.05 ekor/m3. Leg 4 ditemukan total densitas kelompok ikan sebesar 0.36 ekor/m3 yang
terlrnnsmtmi p d a stmta kedalaman (83-93 meter) dengan nilai kepadatan 0.07 ekor/m3.
strata kedahmren (63-73 meter) dan