• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Temperatur Terhadap Penyerapan SO2 oleh Chilled Water pada SO2 Absorber Unit Chemical Plant PT. Toba Pulp Lestari, Tbk.-Porsea

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Temperatur Terhadap Penyerapan SO2 oleh Chilled Water pada SO2 Absorber Unit Chemical Plant PT. Toba Pulp Lestari, Tbk.-Porsea"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP PENYERAPAN SO2

OLEH CHILLED WATER PADA SO

2

ABSORBER UNIT

CHEMICAL PLANT PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk –

PORSEA

KARYA ILMIAH

WYNDA YANNE OKTAVIA

112401084

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP PENYERAPAN SO2

OLEH CHILLED WATER PADA SO

2

ABSORBER UNIT

CHEMICAL PLANT PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk –

PORSEA

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya.

WYNDA YANNE OKTAVIA 112401084

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP PENYERAPAN SO2 OLEH CHILLED WATER

PADA SO2 ABSORBER UNIT CHEMICAL PLANT

PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk – PORSEA Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : WYNDA YANNE OKTAVIA Nomor Induk Mahasiswa : 11240184

Program Studi : DIPLOMA (D3) KIMIA Departement : KIMIA

(4)

PERNYATAAN

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP PENYERAPAN SO2 OLEH CHILLED WATER DI SO2 ABSORBER PADA UNIT

CHEMICAL PLANT PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk – PORSEA

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2014

(5)

PENGHARGAAN

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas rahmat dan cinta kasih-Nya yang telah dilimpahkan-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan Karya Ilmiah ini dengan judul PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP PENYERAPAN SO2 OLEH CHILLED WATER DI SO2 ABSORBER PADA UNIT CHEMICAL PLANT PT.

TOBA PULP LESTARI, Tbk – PORSEAsesuai dengan waktu yang telah

ditentukan.

Karya ilmiah ini merupakan hasil kerja praktek di PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk PORSEA. Karya Ilmiah ini merupakan salah satu persyaratan akademik mahasiswa untuk menyelesaikan pendidikan Diploma – 3 untuk program studi Kimia Industri diFakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga menyadari banyak kekurangan dari Karya Ilmiah ini, maka dengan kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari berbagai pihak demi penyempurnaan Karya Ilmiah ini.

Penulis juga menyadari Karya Ilmiah ini tersusun dan terselesaikan dengan baik karena ada campur tangan dari berbagai pihak yang mendukung penulis dalam meyelesaikan Karya Ilmiah ini, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasi kepada :

1. Kedua orang tua tercinta dan adik-adik sayayang mendukung dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan menyelesaikan Karya Ilmiah ini.

2. Ibu Dr. Yugia Muis, MSiselaku dosen pembimbing dan dosen penasehat akademik, Ibu Dr. Rumondang Bulan Nasution, MS selaku ketua Departement Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, dan Ibu Dra. Emma Zaidar, M.Si selaku ketua Program Study D-3 Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara yang banyak mengarahkan dan membantu penulis dalam menyelesaikan Karya Ilmiah ini.

3. Bapak selaku pembimbing lapangan dan keluarga besar departement chemical plantPT. Toba Pulp Lestari, Tbk yang telah banyak memberikan sumbangan, pikiran, tenaga, dan waktu kepada penulis sewaktu penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.

4. Bapak Selaku Learning & Dev. Centre Section Head, para staff di L&D Centre ( Ibu Yanthi Sormin, Bapak Derusman Purba ), dan bapak Jhonny Marpaung selaku staff di LP&C yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Praktek Kerja Lapangan di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Parmaksian.

5. Kepada sahabat, Desy Hasibuan, Anneke Lumbantoruan, Selly S. Simanjuntak dan ASJ yang cantik-cantik dan sangat jabir tentunya.

(6)

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, karena itu segala kritik dan saran yang membangun penulis harapkan dalam sempurnanya tugas akhir ini. Sebagai akhir kata, penyusun mengharapkan semoga Tugas Akhir yang telah disusun ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi mahasiswa Kimia Industri di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Medan, Juni 2014 Penullis

(7)

ABSTRAK

Telah di lakukan pengamatan di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk – Porsea tentang pengaruh temperatur terhadap penyerapan SO2 oleh chilled water pada SO2

absorber. Pengambilan sampel di lakukan sebanyak satu jam sekali setiap harinya. Pada unit gas sulfur dioksida ini, tahap yang menentukan keberhasilan produksi baik dari segi kualitasnya maupun dari segi kuantitasnya adalah tahap penyerapan sulfur dioksida. Penyerapan SO2 pada unit ini menggunakan chilled water (air

dingin yang ditargetkan bertemperatur 8,00 – 8,70 0C). Sesuai dengan pengamatan yang dilakukan, untuk temperatur chilled water sebesar 8,70 0C maka SO2 yang

terserap sebanyak 60,76 kg. Semakin tinggi temperatur chilled water maka penyerapan gas SO2 semakin menurun dan sebaliknya. Penyerapan menggunakan

chilled water dilakukan secara tidak langsung sehingga dapat menurunkan suhu

(8)

INFLUENCE OF TEMPERATURE ON THE ABSORPTION OF SO2 BY CHILLED WATER IN SO2 ABSORBER UNIT CHEMICAL PLANT

PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk – PORSEA

ABSRACT

Observations have been done in PT. Toba Pulp Lestari Tbk - Porsea on the effect of temperature on the absorption of SO2 by chilled water on SO2 absorber.

Sampling was done by one hour once a day. At the unit's sulfur dioxide gas, which determines the success of the stage production in terms of both quality and quantity terms is the stage of absorption of sulfur dioxide. Absorption of SO2 in

this unit uses chilled water (cold water temperature target from 8.00 to 8.70 0C). In accordance with the observations made, for the chilled water temperature by 8.70 0C then SO2 is absorbed as much as 60.76 kg. The higher the temperature of

the chilled water absorption of SO2 gas decreases and vice versa. Absorption

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Perbedaan adsopsi fisika dan kimia Tabel 2.2 Pengaruh Gas SO2 Terhadap Mahasiswa 20

Tabel 4.1 Data Hasil Pengamatan di Lapangan 29 Tabel 4.2 Data Penganalisaan Gas SO2Dalam Air di Laboratorium 30

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan SO2Yang Terserap dan SO2Yang Tidak Terserap 33

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Diagram neraca bahan untuk klorin isian 17

(11)

DAFTAR ISI

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1Pembuatan Pulp 4

2.2Sulfur Dioksida (SO2) 9

2.2.1 Sifat-sifat sulfur dioksida 9 2.2.2 Kegunaan Sulfur Dioksida 9 2.2.3 Proses Pembentukan Gas Sulfur Dioksida (SO2) 11

1. Pencairan sulfur 11

2. Pembakaran Sulfur 11

3. Pendinginan pertama gas hasil pembakaran 12 4. Pendingin kedua hasil pembakaran 13 5. Penyerapan Gas Hasil Pembakaran 13 6. Penyimpanan larutan sulfur dioksida 14

2.2.4 Chilled Water 15

1. Trane chiller 15

2. Wiegand chiller 15

2.3 Absorbsi atau Penyerapan Gas 15

2.5.1. Pengertian 15

2.5.2 Neraca Massa Untuk Penyerapan SO2 di Menara Absorbsi 16

(12)

2.5 Pencemaran gas sulfur di udara 19

BAB 3. BAHAN DAN METODE 25

3.1. Alat dan Bahan 25

3.1.1. Alat 25

3.1.2. Bahan 26

3.2. Prosedur kerja 27

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 29

4.1. Data 29

4.2. Perhitungan 30

4.3. Pembahasan 38

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 42

5.1. Kesimpulan 42

5.2. Saran 45

DAFTAR PUSTAKA

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diera globalisasi ini, dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

semakin canggih kebutuhan kertas semakin bertambah. Indonesia kaya dengan

hutan yang ditumbuhi berbagai jenis kayu, memiliki prospek yang sangat cerah

untuk mendirikan industri pulp dan kertas. Pulp (bubur kertas) merupakan bahan

baku untuk pembuatan kertas yang dapat dibuat dari semua jenis kayu, baik kayu

yang berserat pendek (hardwood) maupun kayu yang berserat panjang (softwood).

Pulp dan kertas merupakan salah satu komiditi andalan yang diharapkan mampu

untuk menunjang perekonomian di Indonesia. Apalagi bahan bakunya banyak

tersedia di bumi Indonesia dan didukung dengan jumlah yang terus bertambah.

Hal inilah yang melatarbelakangi didirikannya PT. Toba Pulp Lestari

Tbk, untuk memenuhi peningkatan kebutuhan akan kertas dan rayon dalam negeri

dan di import dari berbagai negara. PT. Toba Pulp Lestari berlokasi di desa

Sosorladang Porsea, yang berproduksi secara komersial dimulai pada tahun 1989.

Dimana produksi 70% di eksport ke mancanegara, sisanya untuk kebutuhan pasar

domestik. Kapasitas produksi terpasang di pabrik adalah 240.000 ton pulp/tahun.

Bahan baku pabrik ini dihasilkan sendiri oleh Hutan Tanaman Industri (HTI) PT.

(14)

bahan baku dalam pembuatan Pulp dan pohon tersebut akan dewasa kira -kira 7-8

tahun kemudian.

Didalam Industri Pulp, chemical plant atau pabrik kimia adalah pabrik

pendukung yang memproduksi bahan kimia untuk pemutihan pulp dan untuk

cairan pemasak. Chemical plant mempunyai pabrik-pabrik yang memproduksi

berbagai jenis bahan kimia yang salah satunya adalah pabrik sulfur dioksida (SO2

-treatment).

Pengolahan gas sulfur dioksida (SO2 Treatment) adalah merupakan salah

satu bagian proses produksi di pabrik kimia yang khusus menghasilkan larutan

sulfurn dioksida (SO2 water).

Proses penyiapan gas sulfur dioksida dilakukan dalam enam tahap utama, yaitu :

1. Pencairan sulfur

2. Pembakaran sulfur

3. Pendinginan pertama gas hasil pembakaran

4. Pendinginan kedua gas hasil pembakaran

5. Penyerapan gas hasil pembakaran

6. Penyiapan larutan sulfur dioksida

Pada unit pengolahan gas sulfur dioksida, tahap yang sangat menentukan

keberhasilan produksi baik dari segi kualitasnya maupun dari segi kuantitasnya

adalah tahap penyerapan sulfur dioksida. Pada tahap ini penyerapan terjadi pada

menara penyerapan (absorber tower). Gas sulfur dioksida yang akan diserap

(15)

Gas SO2 diabsorbsi dengan air dingin yang disebut chilled water

sehingga mendapat penyerapan yang lebih tinggi dan dapat disimpan lebih lama

dalam tangki yang berisolasi sehingga tidak terlalu banyak terpengaruh

temperatur udara sekitarnya.

Tetapi kerja dari penyerapan ini tidak selamanya berjalan sempurna,

melainkan ada juga gas SO2 yang tidak terserap yang dipengaruhi oleh temperatur

media penyerapan yaitu chilled water sehingga akan mempengaruhi produk akhir

dari penyerapan.

Sehubungan dengan ditemuinya proses penyerapan yang tidak sempurna

diatas maka penulis tertarik untuk membahasnya dengan judul :

“PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP PENYERAPAN SO2 OLEH

CHILLED WATER DI SO2 ABSORBER PADA UNIT CHEMICAL PLANT PT.

TOBA PULP LESTARI, Tbk –PORSEA”

1.2Permasalahan

Pada unit pengolahan gas sulfur dioksida, tahap yang menentukan

keberhasilan produksi adalah media penyerapnya yaitu chilled water. Karena pada

unit ini PT. Toba Pulp Lestari memakai menara penyerap sistem isian.

1.3Tujuan

a. Untuk mengetahui pengaruh temperatur chilled water terhadap penyerapan

SO2

b. Untuk mengetahui kemampuan chilled water terhadap penyerapan SO2 gas

(16)

1.4Manfaat

a. Memberikan informasi mengenai penyerapan chilled water terhadap

gas SO2

b. Mengetahui kemampuan kerja dari proses penyerapan chilled water

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Pembuatan Pulp

Dalam proses pembuatan pulp ada beberapa tahap yang harus dilakukan,

antara lain sebagai berikut :

1. Penyediaan Bahan Baku

Pada dasarnya kayu yang diolah adalah Eucalyptus. Kemudian di angkut ke

areal pabrik dengan menggunakan truk-truk pengangkut kayu. Kayu yang

ditimbun diumpamakan ke wood room, gelondong-gelondong kayu tersebut

dikulit, dipotong-potong, disaring dan disimpan pada tumpukan serpihan kayu

yang disebut dengan chip.

2. Tahap penyaringan (Screening)

Tujuan dari penyaringan adalah untuk memperbaiki kualitas produksi pulp

dengan proses kimia. Dimana dengan memisahkan serpihan fine dan serpihan

yang memiliki ukuran yang lebih besar, maka chip dengan ukuran yang

diinginkan dapat diperoleh.

3. Tahap pemasakan (Digester)

Digester adalah bejana bertekanan yang didalamnya serpihan kayu dimasak

dengan sejumlah larutan kimia tertentu. Dari hasil pemasakan tersebut

dihasilkan sisa cairan pemasak yang disebut lindi hitam sehingga menjadi

molekul yang lebih kecil yang larut dalam lindi hitam maka didapat pulp yang

(18)

4. Tahap pencucian (Washing)

Pencucian ini dilakukan untuk memisahkan serat dari kotoran-kotoran yang

dapat larut dalam air dan untuk menghilangkan sisa-sisa lignin yang masih

terikut pada pulp setelah proses pemasakan dengan penambahan natrium

karbonat. Bila pencucian kurang sempurna maka akan timbul kerugian pada

proses pemutihan sehingga diperlukan bahan pemutih yang besar jumlahnya

dan selain itu timbulnya busa serta lendir yang sangat mengganggu pada proses

pembuatan pulp.

5. Tahap pemutihan (Bleaching)

Bleaching merupakan suatu perlakuan dengan proses kimia terhadap pulp

untuk menghilangkan bahan atau zat pewarna sehingga pulp tersebut memiliki

Brightness yang lebih tinggi. Beberapa tahap pembuatan pulp menjadi putih

dengan bantuan bahan kimia yaitu : Cl2 (Klorin), ClO2 (Klorin Dioksida),

NaOH (Caustic Soda), NaClO (Natrium Hypo Clorit), O2 (Oksigen), SO2

(Sulfur Dioksida), Klor akan bereaksi dengan lignin yang terlarut dalam cairan

lindi hitam yang masuk bersama pulp, dan klor melarutkan sisa-sisa lignin

sehingga didapat pulp yang lebih putih.

6. Tahap pulping (Pulp Machine)

Pulp machine adalah merupakan integrasi dari bagian operasi pabrik pulp. Pulp

machine ini bertujuan untuk mengubah suspensi pulp yang dikirim dari Bleach

pulp menjadi pulp kering dan selanjutnya diproses ke dalam bentuk bal-bal

(19)

2.2Sulfur Dioksida (SO2)

2.2.1. Sifat-sifat sulfur dioksida

Sulfur dioksida mempunyai panas pembentukan standar (25 0C) = - 70,86

kkal/grmol. Pada tekanan standar, SO2 murni berupa gas yang tidak berwarna.

Pada prinsipnya, untuk memproduksi SO2 adalah membakar sulfur dengan

oksigen pada temperatur di atas titik didihnya. Konsentrasi gas SO2 yang

dihasilkan tergantung dari temperatur pembakarannya. Semakin tinggi temperatur

pembakaran konsentrasi gas SO2 semakin tinggi. Biasanya sulfur dioksida yang

dihasilkan berbentuk larutan yang diperoleh dengan mengabsorbsi SO2.

Sulfur dioksida adalah senyawa oksida sulfur yang memiliki sifat-sifat

sebagai berikut :

Sulfur dioksida mempunyai unsur-unsur gas baunya tajam. Apabila gas sulfur

dioksida langsung kena pada kulit maka kulit bisa terbakar, sulfur dioksida sangat

membahayakan bagi manusia dan dapat menyebabkan besi-besi berkarat.

(Anonim, 2003)

2.2.2 Kegunaan Sulfur Dioksida

Kegunaan gas sulfur dioksida adalah untuk menetralisir keaktifan dari

(20)

Penetralisirannya dilakukan dengan mengubah khlorin aktif menjadi ion khlorin

yang tidak aktif.

Pemakaian dari larutan sulfur dioksida ada pada bagian internal chemical

plant (pabrik kimia0 yaitu proses akhir dechlorination tank. Anolyte (sisa-sisa

larutan garam dari sel) yang berupa natrium hipoklorit (NaOCl) setelah

dielektrolisa yang mengandung 200-225 gr/l NaCl yang masih dapat digunakan

untuk menaikkan konsentrasinya di bak pelarut. Karena larutan sisa tersebut

masih mengandung klorin yang dapat merusak resin pada alat Ion Exchanger,

maka larutan anolyte tersebut harus mengalami pemisahan klorin terlebih dahulu.

Kemudian larutan anolyte tersebutdialirkan ke dalam sebuah tangki yamh

diinjeksikan ke dalmmya steam dan larutan HCl pada pH 1,4-1,6. Adapun fungsi

penambahan tersebut adalah untuk menghidrolisa anolyte dengan reaksi sebagai

berikut :

2 NaOCl + 2 HCl NaCl +NaOCl + Cl2 + H2O

Untuk memastikan dan menyempurnakan reaksi pembebasan klorin pada

anolyte tersebut adalah merupakan hasil dari SO2-plant. Sehingga menghasilkan

reaksi sebagai berikut :

2 NaOCl + SO2 Na2SO4 + Cl2

Dari reaksi tersebut di atas dapat diketahui bahwa sulfur yang terdapat pada

larutan garam selain berasal dari pembentukan garam juga merupakan hasil

oksidasi SO2.

Sedangkan untuk bagian eksternal digunakan pada bleaching plant, zat

pemutih yang ditambahkan pada tahap terakhir proses pemutihan adalah sulfur

(21)

menhilangkan dan memutihkan lignin yang masih tersisa dari proses sebelumnya.

Untuk menghentikan kerja dari bahan ClO2, mula-mula diuapkan dan dilarutkan

ke dalam air kemudian ditambahkan ke pabrik pengelatangan sebagai larutan cair

yang encer.

Penambahan sulfur dioksida memegang peranan penting dalam proses

pemutihan pulp dimana sulfur dioksida berfungsi untuk menetralkan ClO2 atau

sisa residu dan mengoksidasi lignin serta menaikkan brightness sehingga

mengurangi pengembalikan warna dari pulp.

2.2.3 Proses Pembentukan Gas Sulfur Dioksida (SO2)

Proses pembentukan gas sulfur dioksida berlangsung dalam 6 tahap utama,

yaitu :

1. Pencairan sulfur

a. Aliran Proses

Sulfur yang berbentuk padat sebanyak 750 kg/hari diumpankan ke tangki

pencairan (melting tank). Temperatur melting tank dijaga pada suhu8

120-130 0C, dengan media pemanas steam bertekanan rendah hal ini dilakukan

mengingat titik lebur sebesar 115,2 0C. Karenanya sulfur pada meltibg tank

tetap dalam keadaan cair dan siap untuk diumpankan ke tangki pembakaran

(furnance). Agar temperatur sulfur tidak mengalami penurunan selama

proses pengumpanan, pada jalur perpipaan dari “melting tank” hingga ke

furnance digunakan jenis pipa “doube pipe” dengan media pemanas steam

bertekanan rendah.

b. Spesifikasi Peralatan

(22)

Berat : 1800 kg

Diameter : 1,2 m

Panjang : 3,0 m

Volume : 3,4 m3

Bahan pengisolasi : Rockwool

Ketebalan isolasi : 80 mm

2. Pembakaran Sulfur

a. Aliran Proses

Sulfur yang berfasa cair dikontakkan dengan oksigen dari udara

pembakaran.Untuk meningkatkan kesempurnaan proses pembakaran, sulfur

diumpamakan dengan cara pengabutan (atominasi) dengan bantuan steam.

Hal ini disebabkan dalam keadaan mengkabut, sulfur lebih mudah terbakar

sehingga hasil gas sulfur dioksida lebih mudah sempurna terbentuk.

c. Spesifikasi Peralatan

Nama : Furnance

Berat : 1750 kg

Diameter : 1,5 m

Panjang : 3,3, m

Bahan pengisolasi : Rockwood

Ketebalan isolasi : 25 mm

3. Pendinginan pertama gas hasil pembakaran

a.Aliran proses

Gas hasil pembakaran yang terdiri dari SO2, O2, N2 dan zat-zat impurities

(23)

pendingin “mill water” hingga temperatur menurun menjadi 70-75 0C.

Pada lata ini media pendingin dikontakkan secara berlawanan arah

(counter flow) dan untuk meningkatkan transfer panas dilakukan dengan

mensirkulasikan kembali media pendingin mill water ke menara

pendingin.

Kelarutan gas sulfur dioksida dalam mill water pada menara pendingin

sulit untuk dicapai, hal ini disebabkan temperatur operasi yang tidak

memungkinkan untuk melarutkan gas sulfur dioksida.

b.Spesifikasi Peralatan

Nama : SO2gas cooling water

Berat : 500 kg

Diameter : 1,03 m

Tinggi : 6,30 m

4. Pendingin kedua hasil pembakaran

a. Aliran proses

Sistem pendingin dilakukan dengan menggunakan “heat exchanger” jenis

shell and tube. Media pendingin yang diumpamakan secara berlawanan

arah. Maka temperatur akhir gas hasil pendinginan menurun menjadi 15-20

(24)

Kondisi di SO2 absorber yaitu :

Konsentrasi SO2 solution : 20 gpl

Tekanan supplay SO2 : 3,4 bar

Temperatur Chilled Water : 8 0C

Flow Chilled Water : 6,2 m3/jam

5. Penyerapan Gas Hasil Pembakaran

a. Aliran Proses

Gas hasil pembakaran setelah melalui pendinginan tahap kedua dengan

temperatur 15-20 0C diumpamakan dari dasar menara absorbsi, sementara

counter flow media penyerap chilled water dialirkan dari puncak menara

dengan sistem semburan (spray). Untuk memperpanjang waktu kontak

antara gas dengan media penyerap, menara absorbsi dilengkapi dengan isian

jenis shuddle packing. Gas SO2 hasil pembakaran akan terserap sementara

gas-gas yang lain seperti O2 sisa, SO2 yang tidak terserap, N2 dan impurities

lainnya akan terbang ke atmosfer melalui cerobong menara. Produk yang

dihasilkan dari proses penyerapan adalah dalam bentuk sulfur dioksida (SO2

water) dengan temperatur akhir 10-15 0C.

b.Spesifikasi Peralatan

Nama : SO2gas absorbation tower

Berat : 260 kg

Diameter : 0,5 m

Tinggi : 9,1 m

6. Penyimpanan larutan sulfur dioksida

(25)

Larutan SO2 dengan temperatur sekitar 100C dialirkan ke tangki

penyimpanan. Temperatur fluida dijaga pada 10 0C, hal ini disebabkan pada

temperatur 20 0C gas sulfur dioksida akan memisah dengan air. Untuk

menjaga kondisi variabel operasi tersebut, padat tangki dilengkapi dengan

pengisolasi, sehingga efek transfer panas dapat dicegah.

bSpesifikasi Peralatan

digunakan untuk mengabsorbsi sulfur dioksida dan proses pendinginan pada

alat-alat pendingin tertentu.

Chilled water terdiri dari dua jenis, yaitu :

1. Trane chiller

Yang beroperasi berdasarkan beda tekanan yang menyebabkan pendingin

mengakami penurunan temperatur dan mengambil panas dari air byang hendak

didinginkan.

2. Wiegand chiller

Yang beroperasi juga berdasarkan titik didih yang rendah pada tekanan yang

rendah dengan mengambil panas dari air itu sendiri.

Sistem Chilled water yaitu :

(26)

Temperatur Chilled water : 8 – 10 0C

Pemakaian Colling water 270C : 470 m3/jam

Konsumsi Mill water 270C : 63 m3/jam

Total daya listrik penggerak moto : 101 Kw

(Anonim. 2002)

2.3 Absorbsi atau Penyerapan Gas

2.3.1. Pengertian

Menurut Warren L.Mc.Cabe, absorbsi adalah peristiwa terserapnya suatu zat

(absorbat) oleh zat lain (absorbent). Absorbsi merupakan salah satu cara untuk

memisahkan atau mengurangi kadar suatu konstituen dalam fase gas dengan

menggunakan solvent penyerap tertentu secara selektif yang dapat melarutkan

atau menyerap konstituen yang diinginkan. Solvent penyerap harus dipilih secara

tepat baik ditinjau dari sifat-sifat fisik, kimia ataupun harga dan batas-batas

pemakaiannya.

Operasi penyerapan gas yang dijalankan dengan cara mengontakkan campuran

gas dengan cairan tertentu, dengan tujuan salah satu atau beberapa dari komponen

yang terdapat gas tersebut terserap oleh cairan. Pada umumnya, proses

penyerapan dilakukan dalam menara penyerap (absorber) baik yang tersusun dari

sejumlah tray (tray tower) maupun yang berisi sejumlah bahan isian pada

ketinggian tertentu (packed tower).

Absorbsi termasuk pemisahan menurut dasar operasi difusional dimana transfer

massa berlangsung dengan cara difusi antar dua fase yang saling mengadakan

kontak.

(27)

a. Memurnikan gas

b. Menghilangkan komponen zat yang berbahaya dan yang tidak diinginkan

c. Mengumpulkan komponen yang berharga

d. Pembentukan persenyawaan kimia dari suatu bahan penyerap dengan suatu

komponen tertentu dari campurannya.

Berdasarkan sifatnya maka peristiwa absorbsi digolongkan dalam dua bagian,

yaitu :

a. Absorbsi fisis

Absorbsi fisis adalah operasi penyerapan suatu zat dengan menggunakan pelarut

(solvent) dan penyerapan berlangsung semata-mata karena pelarutan zat terlarut

(solute) dalam pelarut.

b. Absorbsi kimiawi

Absorbsi kimiawi adalah operasi penyerapan suatu zat dengan pelarut, dimana

peristiwa penyerapan terjadi untuk membentuk suatu zat.

2.3.2. Neraca Massa Untuk Penyerapan SO2 di Menara Absorbsi

Untuk menghitung jumlah perolehan dari larutan hasil absorbsi atau larutan

produk dapat dilakukan dengan metode neraca pada bahan absorbsi.

Menurut Warren L.Mc.Cabe, gas yang mengandung zat terlarut disebut gas

kaya atau gas gemuk (rich gas), masuk ke ruang pendistribusian yang terdapat

dibawah isisan dan mengalir ke atas melalui celah-celah antara isian, berlawanan

arah dengan aliran zat cair. Isian itu memberikan permukaan yang luas untuk

kontak antara zat cair dan gas dan membantu terjadinya kontak yang akrab anatara

kedua fase. Zat terlarut yang ada dalam gas diserap oleh zat cair segar yang masuk

(28)

zat pekat antara cairan kuat yang terjadi keluar dari bawah menara absorber

mealalui lubang yang ada dibawah menara. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada gambar dibawah ini.

La, Xa Va, Ya

Vb, Yb Lb, Xb

Gambar 1. Diagram neraca bahan untuk klorin isian

Keterangan :

La = laju larutan masuk ke dalam menara

Xa = konsentrasi atau komposisi larutan masuk

Lb = laju larutan produk keluar

Xb = konsentrasi larutan keluar

Va = laju gas keluar

Ya = konsentrasi atau kadar gas keluar

(29)

Yb = konsentrasi atau kadar gas masuk

Udara + H2O, Lo (kg mol/jam)

SO2 X2 (encer)

AY2

X1 (pekat)

BY1

H2O + SO2

Udara + SO2

Gambar 2. Diagram proses penyerapan gas SO2 dengan air

X = SO2/H2O (perbandingan mol)

Y = SO2/udara (perbandingan mol)

G = laju udara

Neraca bahan untuk SO2 bila operasinya kontiniu dan keadaan steady

state tercapai adalah :

(30)

SO2 keluar = GoY2 + LoX1

Neraca bahannya adalah SO2 masuk sama dengan SO2 keluar yaitu :

GoY1 + LoX2 = GoY2 + LoX1

Go (Y2-Y1) = Lo (X1-X2)

Atau Y2-Y1 = (Lo/Go) (X1-X2)

(Warren L. Mc Cabe, julian C. Smith dkk. 1993)

2.4 Pengertian Adsorpsi menurut Sukardjo

a. Pengertian Adsorpsi

Adsorpsi merupakan suatu proses kimia ataupun fisika yang terjadi ketika suatu

fluida, cairan maupun gas , terikat kepada suatu padatan atau cairan (disebut: zat

penjerap, adsorben) dan akhirnya membentuk suatu lapisan film (disebut: zat

terjerap, adsorbat) pada permukaannya. Berbeda dengan absorpsi yang merupakan

penyerapan fluida oleh fluida lainnya dengan membentuk suatu larutan.

Dengan demikian dapat disimpulkan:

Adsorpsi --> peristiwa penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain

Adsorbat à senyawa terlarut yang dapat terserap

Adsorben àpadatan dimana di permukaannya terjadi pengumpulan senyawa yang

diserap

Dalam pengertian lain menyatakan adsorpsi merupakan suatu peristiwa

penyerapan pada lapisan permukaan atau antar fasa, dimana molekul dari suatu

(31)

Selain zat padat, adsorben dapat pula zat cair. Karena itu adsorpsi dapat terjadi

Menurut Sukardjo bahwa molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat

cair, mempunyai gaya tarik ke arah dalam, karena tidak ada gaya-gaya yang

mengimbangi. Adanya gaya-gaya ini menyebabkan zat padat dan zat cair,

mempunyai gaya adsorpsi. Adsorpsi berbeda dengan absorpsi. Pada absorpsi zat

yang diserap masuk ke dalam adsorben sedang pada adsorpsi, zat yang diserap

hanya pada permukaan.

Jumlah zat yang diadsorpsi pada permukaan adsorben merupakan proses

berkesetimbangan, sebab laju adsorpsi disertai dengan terjadinya desorpsi. Pada

awal reaksi, peristiwa adsorpsi lebih dominan dibandingkan dengan peristiwa

desorpsi, sehingga adsorpsi berlangsung cepat. Pada waktu tertentu peristiwa

adsorpsi cenderung berlangsung lambat, dan sebaliknya laju desorpsi cenderung

meningkat. Ketika laju adsorpsi adalah sama dengan laju desorpsi sering disebut

sebagai keadaan berkesetimbangan. Waktu tercapainya keadaan setimbang pada

proses adsorpsi adalah berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh jenis interaksi yang

terjadi antara adsorben dengan adsorbat. Secara umum waktu tercapainya

kesetimbangan adsorpsi melalui mekanisme fisika (fisisorpsi) lebih cepat

dibandingkan dengan melalui mekanisme kimia atau kemisorpsi

(32)

Berdasarkan proses terjadinya ada dua jenis adsorbsi, yaitu Adsorbsi kimia dan

adsorbsi fisika. Berikut masing- masing penjelasannya.

1. adsorpsi fisika (Physisorption)

interaksi yang terjadi antara dasorben dan adsorbat adalah gaya Van der

Walls dimana ketika gaya tarik molekul antara larutan dan permukaan

media lebih besar daripada gaya tarik substansi terlarut dan larutan, maka

substansi terlarut akan diadsorpsi oleh permukaan media. Adsorbsi

fisika ini memiliki gaya tarik Van der Walls yang kekuatannya relatif

kecil. Molekul terikat sangat lemah dan energi yang dilepaskan pada

adsorpsi fisika relatif rendah sekitar 20 kJ/mol.

Contoh :

Adsorpsi oleh karbon aktif. Karbon aktif merupakan senyawa karbon

yang diaktifkan dengan cara membuat pori pada struktur karbon

tersebut. Aktivasi karbon aktif pada temperatur yang tinggi akan

menghasilkan struktur berpori dan luas permukaan adsorpsi yang besar.

Semakin besar luas permukaan, maka semakin banyak substansi terlarut

yang melekat pada permukaan media adsorpsi.

2. adsorpsi kimia (Chemisorption)

Chemisorption terjadi ketika terbentuknya ikatan kimia (bukan ikatan van

Dar Wallis) antarasenyawa terlarut dalam larutan dengan molekul dalam

media. Chemisorpsi terjadi diawali dengan adsorpsi fisik, yaitu partikel

adsorbat tertarik ke permukaan adsorben melalui gaya Van der Walls

atau bisa melalui ikatan hidrogen. Dalam Chemisorbption partikel melekat

(33)

kovalen), dan cenderung mencari tempat yang memaksimumkan bilangan

koordinasi dengan substrat.

Contoh : Ion exchange.

Tabel 2.1 Perbedaan adsorpsi fisika dan kimia

Adsorpsi fisika Adsorpsi kimia

Molekul terikat pada adsorben

oleh gaya Van der Walls

Molekul terikat pada adsorben

Adsorpsi hanya terjadi pada suhu

dibawah titik didih adsorbat

Adsorpsi dapat terjadi pada suhu

tinggi

Bersifat tidak spesifik Bersifat sangat spesifik

(34)

2.5 Pencemaran gas sulfur di udara

Udara adalah suatu kesatuan ruangan, dimana makhluk hidup berada di

dalamnya. Udara atmosfer merupakan campuran gas yang terdiri dari sekitar 78%

Nitrogen, 20% oksigen, 0,93% Argon, 0,03% Karbon monoksida dan sisanya

terdiri dari Neon, Helium, Metan dan Hidrogen. Udara dikatakan “normal “ dan

dapat mendukung kehidupan manusia, apabila komposisinya seperti tersebut

diatas. Sedangkan apabila terjadi penambahan gas lain, apalagi yang

menimbulkan gangguan serta perubahan dari komposisi, maka dikatakan udara

sudah tercemar. Pencemaran udara adalah adanya atau masuknya salah satu atau

lebih zat pencemar di udara, dalam jumlah dan waktu tertentu, yang dapat

menimbulkan gangguan pada manusia, hewan, tumbuhan, dan benda-benda

lainnya. (Undang-undang no 4 tahun 1982 tentang pokok-pokok pengelolaan

lingkungan hidup).

Secara umum terdapat 8 parameter pencemar udara yaitu, debu, NH3, Pb,

CO, SO2, hidrokarbon, NOX, dan H2S, yang secara bersamaan maupun

sendiri-sendiri memiliki potensi bahaya bagi lingkungan, yang meliputi dampak bagi

kesehatan masyarakat, hewan, tanaman maupun bagi material (benda) seperti

bangunan, logam dll.

Gas SO2 (sulfur dioksida), merupakan gas polutan yang banyak dihasilkan

dari pembakaran bahan bakar fosil yang mengandung unsur belerang seperti

minyak, gas, batubara, maupun kokas. Disamping SO2, pembakaran ini juga

menghasilkan gas SO3, yang secara bersama-sama dengan gas SO2 lebih dikenal

sebagai gas SOx (sulfur oksida). Akibat utama pencemaran gas sulfur oksida,

(35)

pernapasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi

pada konsentrasi SO2 sebesar 5 ppm atau lebih. Bahkan pada beberapa individu

yang sensitive, iritasi sudah terjadi pada paparan 1-2 ppm saja. Untuk penderita

yang mempunyai penyakit kronis pada system pernapasan dan kardiovaskular

dan lanjut usia gas ini merupakan polutan yang berbahaya karena dengan

paparan yang rendah saja ( 0,2 ppm) sudah dapat menyebabkan iritasi

tenggorokan. Lebih lengkap, pada Table 1 ditunjukkan pengaruh SO2 dalam

berbagai kadar (ppm) terhadap kesehatan manusia.

Tabel 2.2 : Pengaruh Gas SO2 Terhadap Manusia

Kadar

20 - Jumlah minimum yang mengakibatkan

iritasi pada mata

- Dapat menyebabkan batuk

- Jumlah maksimum yang diperbolehkan

untuk paparan yang lama

50

-100

- Jumlah maksimum yang dibolehkan untuk

paparan yang singkat ( + 30 menit)

(36)

500 Paparan yang singkat

(37)

BAB 3

BAHAN DAN METODOLOGI

3.1 Peralatan dan bahan

3.1.1 Alat-alat yang digunakan

a. Di lapangan

1) Sulfur Melting Tank (tangki pencairan sulfur)

Sulfur yang berbentuk padatan sebelum mengalami proses pembakaran

terlebih dahulu dicairkan pada alat ini, dengan menjaga temperatur pada

120-130 oC. Sulfur mencair pada temperatur 114,5 oC dan akan mendidih

pada temperatur 445 oC. Sebagai media pemanas menggunakan steam

bertekanan rendah.

2) Sulfur Pump (pompa sulfur cair)

Yaitu alat untuk mengalirkan cairan sulfur guna diumpankan ke dalam

tungku pembakaran sulfur.

3) Air Blower (penghembusan udara)

Alat ini berfungsi untuk mengalirkan udara pembakaran ke dalam tungku

pembakaran sulfur.

4) Sulfur Furnance (tungku pembakaran sulfur)

Yaitu alat yang berfungsi sebagai tempat terjadinya proses pembakaran

(38)

dikontakkan dengan udara pembakaran sehingga menghasilkan gas sulfur

dioksida. Dimana temperatur pembakaran dijaga 700-800 oC.

5) SO2 Gas Cooling Tower (menara pendingin gas SO2)

Gas hasil pembakaran dikirim ke alat ini untuk mengalami pendinginan

pertama dengan media pendingin air, sehingga temperatur turun menjadi

100-75 oC.

6) SO2 Gas Cooler (pendingin gas SO2)

Gas sulfur dioksida yang keluar dari cooli8ng tower selanjutnya

didinginkan dengan alat pendingin, sehingga temperatur gas turun menjadi

15-20 oC.

7) SO2 Absorbtion Tower (median penyerapan gas SO2)

Yaitu sebuah menara penyerap gas sulfur dioksida dengan media penyerap

adalah chilled water, dengan jenis isian “saddle packing”.

8) SO2 Water Storage Tank (tangki penyimpanan larutan SO2)

Larutan SO2 yang merupakan hasil penyerapan di simpan dalam alat ini,

dan siap untuk didistribusikan.

b. Di laboratorium

1. Digital buret

2. Erlenmeyer

(39)

3.1.2 Bahan-bahan yang digunakan

a. Di lapangan

1) Sulfur (belerang)

2) Oksigen dari udara pembakaran

b. Di laboratorium

1) SO2 Water

2) Larutan Iodium 0,1 N

3) Larutan Indikator

4) Larutan Natrium Tiosulfat 0,1 N

3.2 prosedur

3.2.1 Di lapangan

Proses pembuatan SO2 di SO2 plant

Dicairkan Sulfur (S) yang dalam bentuk padatan pada alat Sulfur Melting tank (tangki pencairan sulfur) , sebagai media pemanasnya digunakan steam bertekanan rendah.

Dijaga temperatur pada Sulfur Melting Tank(Tangki Pencairan Sulfur) yaitu 130-135 0C, jika digunakan suhu 1450C maka sulfur akan membeku kembali.

Di alirkan sulfur cair dengan bantuan pompa sulfur cair ke tungku pembakaran sulfur (sulfur burner).

Temperatur pembakaran pada sulfur burner dijaga 780 – 805 0C. Didinginkan gas hasil pembakaran di Cooling Tower dengan media pendingin air secara kontak langsung sehingga temperatur gas turun menjadi 75-100 0C.

Didinginkan gas sulfur dioksida yang keluar dari cooling tower dengan menggunakan alat pendingin atau disebut Cooler, sehingga temperatur gas turun menjadi 15- 200 C.

Diserap gas Sulfur dioksida dengan menggunakan menara penyerap (Absorbtion Tower) dengan media penyerap air dimana jenis isian

pada menara penjerap adalah “Saddle Packing”.

Dialirkan larutan SO2 yang terbentuk dari hasil penyerap untuk

(40)

3.2.2 Di laboratorium

Prosedur kerja untuk memproleh kadar SO2 adalah sebagai berikut :

a. Dipipet sampel sebanyak 2 ml, dimasukkan ke dalam erlenmeyer

b. Ditambahkan larutan iodium 0,1 N sebanyak 10 ml

c. Kemudian ditambahkan beberapa tetes indikator amilum

d. Lalu dititrasi dengan larutan Natrium Tiosulfat 0,1 N, dicatat volume

(ml) yang dipakai sebagai sebagai A.

Kadar SO2 yang diperoleh :

SO2 =

Dimana :

A = Volume larutan Natrium Tiosulfat

B = Volume sampel

N1 = Normalitas I2

(41)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1 Hasil

Data-data hasil kerja praktek diambil sekali dalam 24 jam. Data-data tersebut

dibutuhkan untuk pembahasan masalah yang terdapat dilapangan tempat kerta

praktek.

Tabel 4.1. Data Hasil Pengamatan di Lapangan

(42)

Tabel 4.2. Data penganalisaan Gas SO2 dalam air di Laboratorium

No. Volume sampel (ml) Volume Larutan Thio 0,1 N

Terpakai (ml)

1 2 3,875

2 2 3,600

3 2 3,3125

4 2 2,9375

5 2 2,750

6 2 2,73125

4. 2 Perhitungan

1. Menghitung berat sulfur yang diumpankan

Pemakaian sulfur sebanyak 774,60 kg/hari, maka untuk 1 jam operasi yang

digunakan adalah

S =

= 32,2750 kg/jam

2. Menghitung berat SO2 yang terbentuk :

(43)

S + O2 SO2

Mol SO2 = Mol O2 = Mol

= 1,0065 kmol/jam

Berat SO2 yang terbentuk = kmol x BM

= 1,0065 kmol/jam x 64,0628 kg/kmol

= 64,4792 kg/jam

3. Menghitung konsentrasi SO2 dalam air

Melalui penganalisaan di dapat data sebagai berikut :

( A ) Volume larutan Thio = 3,875 ml

( B ) Volume sampel = 2 ml

( N1 ) Normalitas I2 = 0,1 N

( N2 ) Normalitas Thio = 0,1 N

(44)

= 9,8 gr/l

4. Menghitung produk SO2 dalam air (SO2 yang terserap)

- Konsentrasi SO2 dalam air : 9,80 gr/l

- Flow Chilled Water : 6,2 m3/jam

Menghilangkan produk SO2 dalam air, dapat memakai rumus sebagai berikut :

SO2 produk (kg/jam) = Flow Chilled Water (m3/ jam) x konsentrasi SO2

dalam air (gr/l)

= 6,2 m3/jam x 1000 ltr/m3 x 9,80 gr/l x 1 kg/ 1000gr

= 60,7600 kg/jam

Maka berat SO2 yang terserap = 60,7600 kg/jam

5. Menghitung SO2 yang tidak terserap (terbuang)

(45)

- SO2 yang terserap = 60,7600 kg

Maka SO2 yang tidak terserap :

SO2 yang tidak terserap = SO2 yang terbentuk - SO2 yang terserap

= 64,4792 kg – 60,7600 kg

= 3,7192 kg

Tabel 4.3 Hasil perhitungan SO2 yang terserap dan SO2 yang tidak terserap

No Temperatur

Dari data-data yang diperoleh berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan,

(46)

penyerapan SO2, yakni menentukan temperatur Chilled Water yang tepat agar

diperoleh penyerapan sulfur dioksida yang maksimal. Yaitu dengan

menggunakan teori statistic dengan pendekatan garis regresi menurut

persamaan :

Y = a + bx

Dimana : X adalah temperatur Chilled Water (oC) dan dimana Y adalah SO2

yang terserap.

Untuk memperoleh konstanta a dan b pada persamaan garis regresi linear dapat

dihitung dengan menggunakan rumus :

Untuk mengetahui kuat atau tidaknya hubungan antara x dan y digunakan nilai

koefisien korelasi yang mempunyai batas harga sebesar -1 sampai +1. Rumus

(47)

Tabel 4.4 Analisa persamaan Regresi Linear Sederhana

49,85 405,90 414,6075 2767,8444 3365,590

Keterangan :

n = Banyak percobaan

x = Jumlah temperatur Chilled Water

(48)

xy = 3365,590

Rumus analisa regresi linear sederhana :

Y = a + bx

= 196, 1955

:

(49)

b = -15,4718

Maka persamaan garis regresinya menjadi :

Y = 196,1955 – 15,4718 X

Sedangkan untuk mencari koefisien korelasi ( r ) dari persamaan regresi linier

diatas dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :

(50)
(51)

7. Material Balance SO2 Treatment

Basis perhitungan 1 jam operasi

Flow udara pembakaran = 136 m3/jam

Kebutuhan sulfur = 32,2750 kg/jam

Flow Chilled Water = 6,2 m3/jam

n udara pembakaran = PV/RT

= 5,5587 k-mol

n O2 = (0,21) (5,5587 kmol) x BM O2

= 1,1673 k-mol x BM O2

= 1,1673 kmol x 28,8503 kg/kmol

= 37,3536 kg

n N2 = ( 0,79 ) (5,5587 kmol) x BM N2

= 4,3913 k-mol x BM N2

= 4,3913 kmol x 28,0314 kg/mol

(52)

SO2yang terbentuk = x BM SO2

= x 64,0628 kg/mol

= 64,4792 kg/jam

Secara teoritis :

O2 yang terbentuk tiap 1 jam = 32,2750 kg

Sehingga exess O2 = nO2– SO2 yang terbentuk

= 37,3536 kg – 32,2750 kg

= 5,0786 kg

N2 keluar furnace =122,9564 kg

Maka :

SO2 produk (kg/jam) = Flow Chilled Water (m3/ jam) x konsentrasi SO2

dalam air (gr/l)

= 6,2 m3/jam x 1000 ltr/m3 x 9,80 gr/l x 1 kg/ 1000gr

= 60,7600 kg/jam

SO2 yang tidak terserap = SO2 yang terbentuk - SO2 yang terserap

= 64,4792 kg – 60,7600 kg

(53)

Flow Chilled Water = 6,2 m3/ jam

= 6200 kg

Sehingga :

Material Balance pada absorption tower adalah

Masuk :

SO2 = 64,4792 kg

O2 = 3,0786 kg

N1 = 122,9564kg

H2O (Chilled Water ) = 6200kg

Total = 6392,5142 kg

Keluar :

SO2 (yang terserap) = 60,76 kg

SO2 (yang tidak terserap) = 3,7192 kg

O2 yang tidak terserap = 5,0786 kg

N2 yang tidak terserap = 122,9564 kg

H2O (Chilled Water) = 6200 kg

(54)

Gambar Proses Penyerapan Gas SO2 di SO2 Absorber

Lestari memakai menara penyerap sistemmenara isian. Jalannya penyerapan ini

adalah dengan mengontakkan kedua fluida secara berlawanan arah di dalam

menara tersebut, dimana dalam proses ini gas SO2 dialirkan dari dasar menara

penyerap. Sedangkan media penyerapnya adalah chilled water yang dispray dari

bagian atas menara dapat memberikan hasil berupa larutan SO2 dengan

konsentrasi yang diharapkan sekitar 9 – 12 gr/l gas SO2 terserap.

(55)

Gas SO2 absorbsi dengan air dingin yang disebut chilled water sehingga

mendapat penyerapan yang lebih tinggi dan dapat disimpan lebih lama dalam

dalam tangki yang berisolasi sehingga tidak terlalu banyak terpengaruh

temperatur udara sekitarnya.

Tetapi kerja dari penyerapan ini tidak selamanya berjalan dengan sempurna,

melainkan ada gas SO2 yang tidak terserap sehingga akan mempengaruhi produk

akhir dari penyerapan.

Dan salah satu yang mempengaruhi penyerapan SO2 tersebut adalah temperatur

(56)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil kerja lapangan serta hasil pembahasan (perhitungan) yang

dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Hubungan antara temperatur chilled water terhadap penyerapan SO2 yaitu

semakin tinggi temperatur chilled water maka penyerapan gas SO2

semakin menurun dan sebaliknya.

2. Setelah melihat perhitungan maka temperatur chilled water yang terbaik

untuk penyerapan sulfur dioksida adalah temperatur 8 oC dengan SO2 yang

terserap adalah sebesar 72,106 kg.

5. 2 Saran

Diharapkan pada proses absorbsi SO2 gas menjadi SO2 liquid sebaiknya

temperatur chilled water harus dijaga 8 -10 oC agar penyerapan SO2 lebih

tinggi dan dapat disimpan lebih lama dalam tangki yang berisolasi sehingga

(57)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2000. Chemical Plant Training Manual. Porsea. PT.Toba Palp Lestari, Tbk.

Anonim. 2002. Standart Technical Procedures. Porsea. PT.Toba Palp Lestari, Tbk.

Anonim. 2003. Chemical plant. Porsea. PT. Toba Pulp Lestari, tbk

Brine,C.J; 1984, Chitin : Accomplishment and Perspectives in Chitin, Chitosan and Related

Enzymes, Academic Press Inc, Orlando, Florida.

Kristanto P, 2002, “Ekologi Industri”, Edisi Pertama, Cetakan Pertama. Jakarta :

Erlangga.

Sukardjo. 2002. Kimia Fisika. Jakarta : Rineka Cipta

Gambar

Gambar 1. Diagram neraca bahan untuk klorin isian
Gambar 2. Diagram proses penyerapan gas SO2 dengan air
Tabel 2.1 Perbedaan adsorpsi fisika dan kimia
Tabel 2.2  : Pengaruh Gas SO2 Terhadap Manusia
+6

Referensi

Dokumen terkait

Proses pelacakan batas daerah antara Kabupaten Malinau dengan Kabupaten Kutai Timur dan Kabupaten Berau dapat dilakukan secara kartometrik pada peta Rupabumi yang menghasilkan

Kesimpulan dari penelitian Putz-Bankuti et al ini yaitu terdapat hubungan signifikan dari 25(OH)D dengan derajat disfungsi hati dan memberi kesan bahwa rendahnya kadar

Dalam hal ini untuk memperjelas target belajar individual maupun kelompok pada proses pembelajaran kelas V mata pelajaran IPA tentang struktur bumi dan matahari di SD

Pembahasan Teks : Dataran tinggi Dieng Wonosobo memiliki beberapa kawah yang indah, yaitu Kawah Sikidang, Kawah Candradimuka, dan Kawah Sileri yang masih aktif.. Pembahasan

(2) Dalam hal kegiatan salvage membutuhkan kecepatan bertindak yang disebabkan kecelakaan kapal yang dapat menggangu keselamatan pelayaran dan operasional pelabuhan,

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Korporasi dapat dikenakan sebagai pelaku turut serta atau penyertaan terhadap perbuatan organ-organ yang ada didalamnya,

Dimensi tanggul ditentukan berdasarkan kriteria kemiringan talud. Nilai kemiringan talud yang digunakan dalam pembuatan tanggul adalah 1 : 3 untuk memudahkan

(1) Ketentuan lebih lanjut mengenai tarif kelas III, tarif kelas I, tarif kelas VIP, tarif kelas SVIP dan tarif kelas Suite Room sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3), ayat