• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I and II PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB I and II PENDAHULUAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

Penelitian Etnografi sangat erat hubungannya dengan penelitian suatu kebudayaan. Menurut Koentjaraningrat, dalam menganalisa suatu kebudayaan, seorang peneliti harus mengetahui unsur-unsur kebudayaan yang terdapat dalam setiap bangsa di dunia yang disebut sebagai isi pokok dari setiap kebudayaan, yaitu bahasa, sistem organisasi, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi dan kesenian. Kebudayaan di mata seorang etnograf adalah hal yang selalu berubah. Dan etnograf melihat kebudayaan itu sendiri lebih pada sesuatu dimana peneliti mencoba melebur dan mencoba masuk dalam keseharian suatu kelompok, melihat aktivitasnya sampai pada lingkup yang paling rinci. Etnograf berusaha melihat perilaku dan aktivitas dalam kelompok tersebut, melihat bahasa yang digunakan, dan mengamati kesenjangan yang terjadi, kesenjangan antara apa yang dilakukan dan apa yang seharusnya dilakukan sebagaimana mereka menggunakan dan membuat sesuatu (artefak).

Dalam penelitiannya, etnograf berusaha untuk mengumpulkan artefak, bukti fisik, ataupun yang berkaitan dengan ceritera, mitos, dan lain sebagainya sebagai bukti dan rekaman akan aktivitas yang ada dalam kelompok tersebut. Selain itu, etnograf juga melakukan kerja lapangan seperti melakukan observasi, wawancara, dan cara lain dalam pengembangan deskripsi aturan budaya dalam kelompok guna menentukan pola hubungan sosial antaranggota kelompok yang mengatur pola perilaku individu dalam kelompok tersebut. Dalam kerja lapangan yang dilakukan, etnograf diwajibkan sensitif terhadap masalah akses masuk ke dalam kelompok yang tentu tidak selalu mudah untuk dilakukan. Selain itu, keberadaan informan kunci juga perlu diketahui untuk menunjang keberhasilan dari penelitian tersebut. Jika informasi sudah didapat, maka perlu adanya kepedulian dengan memberikan timbal balik yang sesuai bagi orang atau sumber yang telah sudi memberikan informasi. Selain itu, dampak penelitian terhadap situs yang sedang dipelajari juga perlu diperhatikan, guna melihat apakah ada efek buruk selama penelitian agar tidak meninggalkan bekas buruk pula bagi lokus yang sedang diteliti oleh etnograf.

(2)

membutuhkan penjelasan yang detail akan kelompok atau individu yang sedang diteliti. Penjelasan detail tersebut diharapkan dapat menghasilkan satu analisis tentang kelompok budaya berdasarkan topik atau perspektif dan beberapa interpretasi atas sebuah kelompok berupa interaksi sosial dan kehidupan sosial atau politik manusia dalam lokus yang sedang diteliti. Holistically, etnograf berusaha untuk mendeskripsikan sedetail mungkin tentang sistem budaya yang ada dalam sebuah kelompok sosial yang hidup di masyarakat, baik itu tentang sejarah, ekonomi, lingkungan, politik dan fenomena lain yang terdapat dalam dinamika keseharian kelompok tersebut.

Dalam karyanya, Creswell mencoba memberikan contoh dan ilustrasi yang detail mengenai bagaimana pelaksanaan metode etnografi. Ia mencontohkan penelitian yang dilakukan oleh Wolcott yang mencoba menggunakan pendekatan etnografi dalam menguji proses wawancara yang terjadi dalam rangkaian pemilihan kepala sekolah baru. Dalam penelitian yang dilakukannya, Wolcott mencoba mengumpulkan data hasil pengamatan terhadap partisipan dan hasil wawancara. Elemen penting yang bisa digambarkan dalam penelitian ini antara lain adalah pendeksripsian yang detail dan terkait dengan kehidupan sehari-hari, penyampaian cerita yang bersifat informal, dan tema yang bersifat kultural.

(3)

lama guna melebur dalam budaya dan tradisi masyarakat setempat guna mengetahui aktivitas dan pola perilaku mereka.

(4)

BAB II PEMBAHASAN

A. Penelitian Lapangan (Field Research)

Menurut Kanneth D. Bailey istilah studi lapangan merupakan istilah yang sering digunakan bersamaan dengan istilah studi etnografi (ethnographic study atau ethnography). Lawrence Neuman juga menjelasakan bahwa penelitian lapangan juga sering disebut etnografi atau panelitian participant observation. Akan tetapi, menurut Neuman etnografi hanyalah merupakan perluasan dari penelitian lapangan. Etnografi mendefinisikan kembali bagaimana penelitian lapangan harus dilakukan. Menurut Roice Singleton, penelitian lapangan berasal dari dua tradisi yang terkait yakni antropologi dan sosiologi, dimana etnografi merupakan studi antropologi dan etnomethodologi merupakan studi sosiologi. Etnografi memberikan jawaban atas pertanyaan apakah budaya suatu kelompok individu, sedangkan etnomethodologi memberikan jawaban atas bagaimanakah orang memahami kegiatan mereka sehari-hari sehingga mereka dapat berprilaku dengan cara yang diterima secara sosial.

B. Etnograf

(5)

sebagai laporan penelitian maupun sebagai metode penelitian, dianggap sebagai asal-usul ilmu antropologi.

Pada proses kemunculannya Etnografi (akhir abad ke-19). Etnografi mula-mula dilakukan untuk membangun tingkat-tingkat perkembangan evolusi budaya manusia dari masa manusia mulai muncul di permukaan bumi sampai ke masa terkini. Tak ubahnya analisis wacana, ilmuwan antropologi pada waktu itu melakukan kajian etnografi melalui tulisan-tulisan dan referensi dari perpustakaan yang telah ada tanpa terjun ke lapangan. Namun, pada akhir abad ke-19, legalitas penelitian semacam ini mulai dipertanyakan karena tidak ada fakta yang mendukung interpretasi para peneliti. Akhirnya, muncul pemikiran baru bahwa seorang antropolog harus melihat sendiri alias berada dalam kelompok masyarakat yang menjadi obyek kajiannya.

Beranjak pada Etnografi Modern yakni sekitar tahun 1915-1925. Dipelopori oleh antropolog sosial Inggris, Radclifffe-Brown dan B. Malinowski, etnografi modern dibedakan dengan etnografi mula-mula berdasarkan ciri penting, yakni mereka tidak terlalu mamandang hal-ikhwal yang berhubungan dengan sejarah kebudayaan suatu kelompok masyarakat (Spradley, 1997). Perhatian utama mereka adalah pada kehidupan masa kini, yaitu tentang the way of life masayarakat tersebut. Menurut pandangan dua antropolog ini tujuan etnografi adalah untuk mendeskripsikan dan membangun struktur sosial dan budaya suatu masyarakat. Untuk itu peneliti tidak cukup hanya melakukan wawancara, namun hendaknya berada bersama informan sambil melakukan observasi.

Lebih lanjut lagi, Ethnografi Baru Generasi Pertama kurang lebih 1960-an. Berakar dari ranah antropologi kognitif, “etnografi baru” memusatkan usahanya untuk menemukan bagaimana masyarakat mengorganisasikan budaya mereka dalam pikiran mereka dan kemudian menggunakan budaya tersebut dalam kehidupan. Analisis dalam penelitian ini tidak didasarkan semata-mata pada interpretasi peneliti tetapi merupakan susunan pikiran dari anggota masyarakat yang dikorek keluar oleh peneliti. Karena tujuannya adalah untuk menemukan dan menggambarkan organisasi pikiran dari suatu masyarakat, maka pemahaman peneliti akan studi bahasa menjadi sangat penting dalam metode penelitian ini. “Pengumpulan riwayat hidup atau suatu strategi campuran, bahasa akan muncul dalam setiap fase dalam proses penelitian ini.

(6)

sekeliling mereka dan menyusun strategi perilaku untuk menghadapinya. Pemikiran ini kemudian dia rangkum dalam “Alur Penelitian Maju Bertahap” yang terdiri atas lima prinsip, yakni:

1. Peneliti dianjurkan hanya menggunakan satu teknik pengumpulan data

2. Mengenali langkah-langkah pokok dalam teknik tersebut, misalnya 12 langkah pokok dalam wawancara etnografi dari Spardley

3. Setiap langkah pokok dijalankan secara berurutan 4. Praktik dan latihan harus selalu dilakukan

5. Memberikan problem solving sebagai tanggung jawab sosialnya, bukan lagi ilmu untuk ilmu dan cukup belajar dan mengkaji teori-teori dibangku kuliah.

C. Tujuan Penelitian Etnograf

Menurut pandangan Radclifffe-Brown dan B. Malinowski ini, tujuan etnografi adalah untuk mendeskripsikan dan membangun struktur sosial dan budaya suatu masyarakat.

D. Ciri-ciri Penelitian Etnograf

Ciri-ciri dari penelitian etnografi adalah:

(a) sumber data bersifat ilmiah, artinya peneliti harus memahami gejala empirik (kenyataan) dalam kehidupan sehari-hari;

(b) peneliti sendiri merupakan instrumen yang paling penting dalam pengumpulan data;

(c) bersifat menggambarkan (deskripsi), artinya, mencatat secara teliti fenomena budaya yang dilihat, dibaca, lewat apa pun termasuk dokumen resmi, kemudian mengkombinasikan, mengabstrakkan, dan menarik kesimpulan;

(d) digunakan untuk memahami bentuk-bentuk tertentu (shaping), atau studi kasus;

(e) analisis bersifat induktif;

(f) di lapangan, peneliti harus berperilaku seperti masyarakat yang ditelitinya;

(g) data dan informan harus berasal dari tangan pertama;

(7)

(i) orang yang dijadikan subyek penelitian disebut partisipan (buku termasuk partisipan juga), konsultan, serta teman sejawat;

(j) titik berat perhatian harus pada pandangan emik, artinya, peneliti harus menaruh perhatian pada masalah penting yang diteliti dari orang yang diteliti, dan bukan dari etik;

(k) dapat menggunakan data kualitatif maupun kuantitatif, namun sebagian besar menggunakan kualitatif.

Berdasarkan ciri-ciri tersebut, dapat dipahami bahwa etnografi merupakan model penelitian budaya yang khas.

E. Model Etnograf

Ada 2 (dua) pijakan teoritis yang memberikan penjelasan tentang model etnografi, yaitu interaksi simbolik dan aliran fenomonologi.

1. Menurut Spradley dalam teori interaksi simbolik, budaya dipandang sebagai sistem simbolik dimana makna tidak berada dalam benak manusia, tetapi simbol dan makna itu terbagi dalam aktor sosial (di antara, bukan di dalam, dan mereka adalah umum, tidak mempribadi).

2. Penelitian etnografi dengan landasan pemikiran fenomenologi menurut Michael H. Agar dan Giddens adalah inti dari proses mediasi kerangka pemaknaan. Hakekat dari suatu mediasi tertentu akan bergantung dari hakekat tradisi dimana terjadi kontak selama penelitian lapangan.

F. Langkah-langkah melakukan wawancara Etnograf

Spradley mengungkapkan tentang langkah-langkah melakukan wawancara etnografis sebagai penyari kesimpulan penelitian dengan metode etnografi, yaitu:

1. Menetapkan seorang informan.

Ada lima syarat yang disarankan Spradley untuk memilih informan yang baik, yaitu: (1) enkulturasi penuh, (2) keterlibatan langsung, (3) suasana budaya yang tidak dikenal, (4) waktu yang cukup, (5) non-analitis.

(8)

Wawancara etnografis merupakan jenis peristiwa percakapan (speech event) yang khusus. Tiga unsur yang penting dalam wawancara etnografis adalah tujuan yang eksplisit, penjelasan dan pertanyaannya yang bersifat etnografis. 3. Membuat catatan etnografis.

Sebuah catatan etnografis meliputi catatan lapangan, alat perekam gambar, artefak dan benda lain yang mendokumentasikan suasana budaya yang dipelajari.

4. Mengajukan pertayaan deskriptif.

5. Melakukan analisis wawancara etnografis. 6. Membuat analisis domain.

Analisis ini dilakukan untuk mencari domain awal yang memfokuskan pada domain-domain yang merupakan nama-nama benda.

7. Mengajukan pertanyaan struktural yang merupakan tahap lanjut setelah mengidentifikasi domain.

8. Membuat analisis taksonomik.

9. Mengajukan pertanyaan kontras dimana makna sebuah simbol diyakini dapat ditemukan dengan menemukan bagaimana sebuah simbol berbeda dari simbol-simbol yang lain.

10.Membuat analisis komponen.

Analisis komponen merupakan suatu pencarian sistematik berbagai atribut (komponen makna) yang berhubungan dengan simbol-simbol budaya.

11.Menemukan tema-tema budaya. 12.Menulis sebuah etnografi.

G. Kelebihan dan Kelemahan Etnograf 1. Kelebihan

Salah satu aspek yang paling berharga yang dihasilkan dari penelitian etnografi adalah kedalamannya. Karena peneliti berada untuk waktu yang lama, peneliti melihat apa yang dilakukan orang serta apa yang mereka katakan. Peneliti dapat memperoleh pemahaman yang mendalam tentang orang-orang, organisasi, dan konteks yang lebih luas. Peneliti lapangan mengembangkan keakraban yang intim dengan dilema, frustrasi, rutinitas, hubungan, dan risiko yang merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Kekuatan yang mendalam dari etnografi adalah yang paling “mendalam” atau “intensif”. Dari pengetahuan tentang apa yang terjadi di lapangan dapat memberikan informasi penting untuk perumusan asumsi penelitian. Secara singkat keuntungan penggunaan penelitian etnografi dijelaskan di bawah ini, sebagai berikut:

(9)

Mendapatkan atau memperoleh data dari sumber utama yang berarti memiliki tingkat falidasi yang tinggi.

Mengasilkan deskripsi yang kaya, penjelasan yang spesifik dan rinci.

Peneliti berinteraksi langsung dengan masyarakat sosial yang akan diteliti. Membatu kemampuan berinteraksi karena menuntut kemampuan bersosialisai dalam budaya yang ia coba untuk dijelaskan.

2. Kelemahan

Salah satu kelemahan utama penelitian etnografi adalah bahwa dibutuhkan lebih lama daripada bentuk penelitian lainnya. Tidak hanya membutuhkan waktu lama untuk melakukan kerja lapangan, tetapi juga memakan waktu lama untuk menganalisis materi yang diperoleh dari penelitian. Bagi kebanyakan orang, ini berarti tambahan waktu. Kelemahan lain dari penelitian etnografi adalah bahwa lingkup penelitiannya tidak luas. Etnografi sebuah studi biasanya hanya satu organisasi budaya. Bahkan keterbatasan ini adalah kritik umum dari penelitian etnografi, penelitian ini hanya mengarah ke pengetahuan yang mendalam konteks dan situasi tertentu. Secara singkat kelemahan pengunaan penelitian etnografi dijelaskan di bawah ini, sebagai berikut:

Menuntut seorang peneliti yang memiliki latar belakang pengetahuan yang kuat, mengetahui dengan jelas subyek yang akan diteliti atau dipelajari.

Perspektif pengkajian kemungkinan dipengaruhi oleh kecenderungan budaya peneliti.

Membutuhkan jangka waktu yang panjang untuk mengumpulkan data dan mengelola data.

Pengaruh budaya yang diteliti dapat mepengaruhi psikologis peneliti, ketika peneliti kembali ke budaya asalnya.

(10)

BAB III

DAFTAR PUSTAKA

Kontjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Bailey , Kanneth D. 1982. Methods of Social Research. New York: A Division of Macmillan Publishing Co. Inc.

Spradley, James P. 1997. Metode Etnografi (Misbah Fulfa Elizabeth, Pent.). Yogyakarta: Tiara Wacana.

Mudjiyanto, Bambang. 2009. Metode Etnografi dalam Penelitian Komunikasi. Jakarta: Komunikasi Massa.

Neuman, W. Lawrence. 2003. Social Research Methods (Qualitative and Quantitative Approaches). Boston: Allyn and Bacon.

Mayers, Michael D. Investigating Information Systems With Ethnographic Research. Comminication of ISA.

Referensi

Dokumen terkait

Berangkat dari permasalahan diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mendeskripsikan sistem kedisiplinan karyawan pada perusahaan keluarga PO Puspa

Maka dari itu untuk mendalami lebih jauh tentang fenomena-fenomena akhlak siswa serta mengetahui peranan guru pendidikan agama Islam dalam pembelajaran akidah

Selain itu, ungkapan metaforis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ungkapan metaforis atau ungkapan perbandingan yang berkaitan dengan hal-hal kebambuan

Pada penelitian ini akan dilakukan pengukuran tinggi badan, penimbangan berat badan, pemberian catatan gejala sakit perut berulang dan kuesioner untuk mengetahui anak yang

ISLAMIC EDUCATION PROTESTANT EDUCATION CATHOLIC EDUCATION HINDU EDUCATION BUDDHIST EDUCATION CIVICS EDUCATION CONFUCIANISM EDUCATION FACULTY STUDY PROGRAM LEVEL GENERAL COURSES

5 menit Pak Iwan tidak ada jawaban Pak Menteri. Ya silakan pak. Tadi sampai di mana ya pak? Bukan, masalah efek jera tentang blacklist bagi rekanan. Rekanan yang setahu

Betul sekali, di kegiatan ASJ#6 ini kami mendapatkan kehormatan untuk bekerja sama dengan kakak-kakak dari komunitas Tangan Di Atas. Seminar entrepreneurship diisi oleh Kak

Proses menuju pemanfaatan hasil litbangyasa diawali dengan komunikasi dan koordinasi dengan lembaga pemerintah dan LSM yang relevan dengan pencapaian sasaran kegiatan ini