• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH JENIS BONGGOL DAN KONSENTRASI BA (BENZILADENIN) TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN PISANG (Musa paradisiaca Linn) KEPOK KUNING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH JENIS BONGGOL DAN KONSENTRASI BA (BENZILADENIN) TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN PISANG (Musa paradisiaca Linn) KEPOK KUNING"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH JENIS BONGGOL DAN KONSENTRASI BA (BENZILADENIN) TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF

TANAMAN PISANG (Musa paradisiaca Linn) KEPOK KUNING

Oleh

REZA UTAMA SAPUTRA

Pisang (Musa paradisiaca) merupakan salah satu komoditas buah unggulan

Indonesia yang hampir semua lapisan masyarakat Indonesia mengenalnya, karena

penyebarannya sangat luas dari dataran rendah sampai dataran tinggi, baik yang

dibudidayakan di lahan khusus maupun yang ditanam sebagai pengisi pekarangan.

Lebih dari 200 jenis pisang terdapat di Indonesia, dengan keragaman jenis yang

tinggi. Kondisi ini memberikan peluang untuk dapat memanfaatkan dan memilih

jenis pisang komersial yang dibutuhkan oleh konsumen. Penelitian ini bertujuan

untuk (1) Mengetahui konsentrasi BA yang berpengaruh terhadap pertumbuhan

bibit pisang Kepok Kuning asal bonggol (2) Mengetahui perbedaan pertumbuhan

bibit pisang asal bonggol anakan dan bonggol produksi (3) Mengetahui pengaruh

konsentrasi BA terhadap pertumbuhan bibit pisang asal bonggol anakan dan

bonggol produksi.

Penelitian ini sudah dilaksanakan pada bulan September sampai bulan Desember

2013 di laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung, Bandar Lampung.

(2)

kali ulangan yang sekaligus buat uji sebagai kelompok. Pengelompokan

dilakukan berdasarkan waktu pengamatan dan ukuran bonggol. Rancangan

perlakuan disusun secara faktorial ( 2 x 4 ) yang terdiri dari dua faktor; faktor

pertama adalah jenis bonggol yaitu bonggol anakan dan bonggol produksi. Faktor

kedua adalah konsentrasi Benziladenin (BA) terdiri dari 4 taraf konsentrasi yaitu:

0 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm.

Hasil penelitin ini menunjukkan bahwa : (1) Jenis bonggol produksi menghasilkan

pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan bonggol anakan dilihat pada variabel

jumlah daun, panjang akar, jumlah akar, dan diameter batang (2) Penggunaan BA

dengan berbagai konsentrasi tidak menunjukkan adanya pengaruh pada semua

variabel pengamatan kecuali pada jumlah akar (3) Pengaruh konsentrasi BA pada

pertumbuhan tanaman pisang asal bonggol anakan berbeda dengan asal bonggol

produksi. Pada bonggol produksi, penggunaan BA 50 ppm – 100 ppm sudah

mempengaruhi tinggi tunas, tetapi pada bonggol anakan BA yang dibutuhkan 150

ppm.

(3)

PENGARUH JENIS BONGGOL DAN KONSENTRASI BA (BENZILADENIN)TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN PISANG

(

Musa paradisiaca Linn

)

KEPOK KUNING

(Skripsi)

Oleh

Reza Utama Saputra

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

ABSTRAK

PENGARUH JENIS BONGGOL DAN KONSENTRASI BA (BENZILADENIN) TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF

TANAMAN PISANG (Musa paradisiaca Linn) KEPOK KUNING

Oleh

REZA UTAMA SAPUTRA

Pisang (Musa paradisiaca) merupakan salah satu komoditas buah unggulan

Indonesia yang hampir semua lapisan masyarakat Indonesia mengenalnya, karena

penyebarannya sangat luas dari dataran rendah sampai dataran tinggi, baik yang

dibudidayakan di lahan khusus maupun yang ditanam sebagai pengisi pekarangan.

Lebih dari 200 jenis pisang terdapat di Indonesia, dengan keragaman jenis yang

tinggi. Kondisi ini memberikan peluang untuk dapat memanfaatkan dan memilih

jenis pisang komersial yang dibutuhkan oleh konsumen. Penelitian ini bertujuan

untuk (1) Mengetahui konsentrasi BA yang berpengaruh terhadap pertumbuhan

bibit pisang Kepok Kuning asal bonggol (2) Mengetahui perbedaan pertumbuhan

bibit pisang asal bonggol anakan dan bonggol produksi (3) Mengetahui pengaruh

konsentrasi BA terhadap pertumbuhan bibit pisang asal bonggol anakan dan

bonggol produksi.

Penelitian ini sudah dilaksanakan pada bulan September sampai bulan Desember

2013 di laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung, Bandar Lampung.

(5)

kali ulangan yang sekaligus buat uji sebagai kelompok. Pengelompokan

dilakukan berdasarkan waktu pengamatan dan ukuran bonggol. Rancangan

perlakuan disusun secara faktorial ( 2 x 4 ) yang terdiri dari dua faktor; faktor

pertama adalah jenis bonggol yaitu bonggol anakan dan bonggol produksi. Faktor

kedua adalah konsentrasi Benziladenin (BA) terdiri dari 4 taraf konsentrasi yaitu:

0 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm.

Hasil penelitin ini menunjukkan bahwa : (1) Jenis bonggol produksi menghasilkan

pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan bonggol anakan dilihat pada variabel

jumlah daun, panjang akar, jumlah akar, dan diameter batang (2) Penggunaan BA

dengan berbagai konsentrasi tidak menunjukkan adanya pengaruh pada semua

variabel pengamatan kecuali pada jumlah akar (3) Pengaruh konsentrasi BA pada

pertumbuhan tanaman pisang asal bonggol anakan berbeda dengan asal bonggol

produksi. Pada bonggol produksi, penggunaan BA 50 ppm – 100 ppm sudah

mempengaruhi tinggi tunas, tetapi pada bonggol anakan BA yang dibutuhkan 150

ppm.

(6)

PENGARUH JENIS BONGGOL DAN KONSENTRASI BA (BENZILADENIN) TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF

TANAMAN PISANG

(

Musa paradisiaca Linn

)

KEPOK KUNING

Oleh

REZA UTAMA SAPUTRA

Skripsi

sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

pada

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(7)
(8)
(9)
(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang Kota Bandar Lampung pada tanggal 31 Juli

1991, penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak

Syamsuddin dan Ibu Elitapuri S.Pd. Pada tahun 2002 penulis menyelesaikan

pendidikan di SD Kartika II-6 Bandar Lampung, tahun 2006 di SMP Kartika II-2

Bandar Lampung, dan tahun 2009 di SMA Perintis 1 Bandar Lampung. Pada

tahun 2009 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi setrata satu

Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur

Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Desa Batu Ketulis, Kecamatan

Sekincau, Kabupaten Lampung Barat pada bulan Juli–Agustus 2012. Penulis juga

melaksanakan Praktik Umum di PT. Sinar Abadi Cemerlang, Cianjur, Jawa Barat

pada bulan Januari-Febuari 2012.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi Ketua Bidang Eksternal

Persatuan Mahasiswa Agroteknologi (PERMA AGT) Fakultas Pertanian

Universitas Lampung periode 2010─2011. Penulis juga pernah menjadi Staf

Propaganda Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Lampung (BEM-U) periode

(11)

PERSEMBAHAN

Segala puji syukur milik Allah SWT, Tuhan Semesta Alam.

Dengan segala kerendahan hati ku persembahkan skripsi ini kepada

Kedua orang tua ku tercinta,

yang tak pernah berhenti mendoakan ku untuk menjadi orang yang berguna.

Dan adik adikku tersayang,

yang selalu memberikan dorongan semangat untuk keberhasilanku,

serta seluruh keluarga tersayang yang tidak pernah berhenti menyemangati

(12)
(13)

SANWACANA

Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“Pengaruh Jenis Bonggol dan Konsentrasi BA (Benziladenin) Terhadap

Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Pisang (Musa paradisiaca Linn) Kepok

Kuning”, sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pertanian pada

Jurusan Agroteknologi Universitas Lampung. Penulis menyadari bahwa skripsi

ini tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena

itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. BapakIr. Kushendarto M.S., selaku Pembimbing Utama atas kesediaannya

untuk memberikan bimbingan, nasihat, kritik, dan saran yang membangun

kepada penulis selama pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi;

2. Ibu Ir. Rugayah, M.P., selaku Pembimbing Kedua atas kesediaannya untuk

memberikan bimbingan, nasihat, kritik, dan saran yang diberikan kepada

penulis dalam proses penyelesaian skripsi;

3. Ibu Ir. Tri Dewi Andalasari, M.Si., selaku Pembahas atas segala kritik dan

saran yang membangun dalam proses penyelesaian skripsi;

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas

(14)

5. Bapak Dr. Ir. Kuswanta F. Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan

Agroteknologi dan Pembimbing Akademik, untuk bimbingan dan pengarahan

yang diberikan selama penulis menjadi Mahasiswa di Universitas Lampung;

6. Keluarga tercinta, Papa ( Syamsuddin), Mama (Elitapuri S.Pd.) dan adikku

Meta Mutiara Putri Amd.AK serta Aqshal Raihan Syahrindra untuk kasih

sayang, dukungan, dan doa yang diberikan kepada penulis;

7. Teman-teman AGT’09 yang selalu menemani dalam suka dan duka, Saede

Nerotama, S.P., Dharma Mahardika, S.P., Ahmad Fajar Apriyaldi, S.P.,

Anggita Cheriany Tanjungan, S.P., Angga Sukowardana, S.P., Panji Perwira,

I Gusti Putu Setiawan S.P., Rizki Amelia, S.P.,dan teman teman semua yang

tidak bisa disebutkan satu per satu;

8. Kiyai Udin, Mas Rico, Mas Iwan selaku staf jurusan Agroteknologi serta

seluruh pihak yang membantu penulis selama melaksanakan penelitian;

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu

kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan agar skripsi ini

dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bandar Lampung, Januari 2016

Penulis

(15)
(16)

ii

4.1.2 Tinggi Tunas ... 20

4.1.3 Jumlah Daun ... 21

4.1.4 Panjang Daun ... 22

4.1.5 Lebar Daun ... 23

4.1.6 Diameter Batang ... 23

4.1.7 Jumlah Akar... 24

4.1.8 Panjang Akar ... 25

4.2Pembahasan ... 25

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 28

5.1 Kesimpulan ... 28

5.2 Saran ... 28

PUSTAKA ACUAN ... 29

LAMPIRAN ... 31 Tabel 5 – 29 ... 32-40

(17)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Produksi tanaman pisang di Indonesia dari tahun 2002 sampai tahun

2012 ... 2

2. Rekapitulasi hasil analisis ragam untuk pengaruh berbagai macam konsentrasi BA dan jenis bonggol terhadap pertumbuhan vegetative

tanaman pisang Kepok Kuning ... 21

3. Hasil pengukuran penggunaan BA dengan berbagai macam

Konsentrasi dan jenis bonggol pada waktu muncul tunas dan jumlah

mata tunas bibit pisang Kepok Kuning ... 22

4. Hasil pemisahan nilai tunas dengan uji BNT pengaruh konsentrasi BA

dan jenis bonggol pada tinggi tunas bibit pisang Kepok Kuning ... 23

5. Hasil pemisahan nilai tunas dengan uji BNT pengaruh konsentrasi BA

dan jenis bonggol pada jumlah akar bibit Pisang kapok Kuning ... 27

6. Pengaruh jenis bonggol terhadap waktu muncul tunas pada

Perbanyakan tunas pisang Kepok Kuning ... 32

7. Analisis ragam untuk rata-rata waktu muncul tunas pada pembibitan

pisang Kepok Kuning ... 32

8. Pengaruh jenis bonggol terhadap jumlah mata tunas pada perbanyakan

tunas pisang Kepok Kuning ... 33

9. Analisis ragam untuk rata-rata jumlah mata tunas pada pembibitan

pisang Kepok Kuning ... 33

10. Pengaruh jenis bonggol terhadap tinggi tunas(cm) pada perbanyakan

Tunas pisang Kepok Kuning ... 34

11. Uji Homogenitas ragam untuk tinggi tunas (cm) pada pembibitan

(18)

iv

12. Analisis ragam untuk rata-rata tinggi tunas (cm) pada pembibitan

pisang Kepok kuning ... 34

13. Pengaruh jenis bonggol terhadap jumlah daun (helai) pada

perbanyakan tunas pisang Kepok Kuning ... 35

14. Uji homogenitas ragam untuk rata-rata jumlah daun (helai) pada

pembibitan pisang Kepok Kuning ... 35

15. Analisis ragam untuk rata-rata jumlah daun (helai) pada pembibitan

pisang Kepok Kuning ... 35

16. Pengaruh jenis bonggol terhadap panjang daun (cm) pada

Perbanyakan tunas pisang Kepok Kuning ... 36

17. Uji homogenitas ragam untuk rata-rata panjang daun (cm) pada

pembibitan pisang Kepok Kuning ... 36

18. Analisis ragam untuk rata-rata panjang daun (cm) pada pembibitan

pisang Kepok Kuning ... 36

19. Pengaruh jenis bonggol terhadap lebar daun (cm) pada perbanyakan

tunas pisang Kepok Kuning ... 37

20. Uji homogenitas ragam untuk rata-rata lebar daun (cm) pada

Pembibitan pisang Kepok Kuning ... 37

21. Analisis ragam untuk rata-rata lebar daun (cm) pada pembibitan

pisang Kepok Kuning ... 37

22. Pengaruh jenis bonggol terhadap lingkar batang (cm) pada

perbanyakan tunas pisang Kepok Kuning ... 38

23. Uji homogenitas ragam untuk rata-rata lingkar batang (cm) pada

pembibitan pisang Kepok Kuning ... 38

24. Analisis ragam untuk rata-rata lingkar batang (cm) pada pembibitan

pisang Kepok Kuning ... 38

25. Pengaruh jenis bonggol terhadap jumlah akar (helai) pada

perbanyakan tunas pisang Kepok Kuning ... 39

26. Uji homogenitas ragam untuk rata-rata jumlah akar (helai) pada

(19)

v

27. Analisis ragam untuk rata-rata jumlah akar (helai) pada pembibitan

pisang Kepok Kuning ... 39

28. Pengaruh jenis bonggol terhadap panjang akar (cm) pada

perbanyakan tunas pisang Kepok Kuning ... 40

29. Uji homogenitas ragam untuk rata-rata panjang akar (cm) pada

pembibitan pisang Kepok Kuning ... 40

30. Analisis ragam untuk rata-rata panjang akar (cm) pada pembibitan

(20)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Rumus bangun benziladenin (BA)... 7

2. Pengaruh jenis bonggol terhadap jumlah daun pada perbanyakan tunas pisang Kepok Kuning. Nilai yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT 0,05 = 0,10... 24

3. Pengaruh jenis bonggol terhadap panjang daun pada perbanyakan tunas pisang Kepok Kuning. Nilai yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT 0,05 = 0,13... 25

4. Pengaruh jenis bonggol terhadap lebar daun pada perbanyakan tunas pisang Kepok Kuning. Nilai yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT 0,05 = 0,12... 25

5. Pengaruh jenis bonggol terhadap lingkar batang pada perbanyakan tunas pisang Kepok Kuning. Nilai yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT 0,05 = 0,43... 26

6. Pengaruh jenis bonggol terhadap panjang akar pada perbanyakan tunas pisang Kepok Kuning. Nilai yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT 0,05 = 3,83... 27

7. Bibit pisang bonggol produksi (a) dan bonggol anakan (b)... 41

8. Perendaman bonggol pisang dalam larutan fungisida... 41

9. Penyemprotan benziladenin pada bonggol pisang ... 42

10.Pertumbuhan tunas pisang dari bonggol anakan... 42

(21)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pisang (Musa paradisiaca) merupakan salah satu komoditas buah unggulan

Indonesia yang hampir semua lapisan masyarakat Indonesia mengenalnya, karena

penyebarannya sangat luas dari dataran rendah sampai dataran tinggi, baik yang

dibudidayakan di lahan khusus maupun yang ditanam sebagai pengisi pekarangan.

Lebih dari 200 jenis pisang terdapat di Indonesia, dengan keragaman jenis yang

tinggi. Kondisi ini memberikan peluang untuk dapat memanfaatkan dan memilih

jenis pisang komersial yang dibutuhkan oleh konsumen, salah satunya pisang

Kepok Kuning (Satuhu dan Supriyadi, 2000). Pisang Kepok Kuning memiliki

kulit yang tebal dan warna yang kuning jika sudah matang. Satu tandan terdiri

dari 10-16 sisir dengan berat 14-22 kg. Kandungan nutrisi pada pisang Kepok

Kuning kalori 79 kkal, karbohidrat 21,2 gram, protein 1,1 gram, lemak 0,2 gram,

vitamin A 0,022 gram dan vitamin C.

Di Indonesia, produksi tanaman pisang dari tahun 2002 hingga 2012 selalu

menduduki tempat pertama di antara jenis buah buahan lainnya. Hal itu dapat

dilihat dari total hasil produksi yang mencapai 4.384.384 ton pada tahun 2002

dan 6.071.043 ton pada tahun 2012 (Tabel 1). Dari total produksi tanaman pisang

(22)

2

menempati peringkat ketiga setelah Jawa Barat dan Jawa Timur (Badan Pusat

Statistik, 2013).

Tabel 1. Produksi pisang di Indonesia dari tahun 2002 sampai tahun 2012

Tahun Pisang (ton) Jeruk (ton) Pepaya (ton) Nanas (ton) 2002 4,384,384 968,132 605,194 555,588

2003 4,177,155 1,529,824 626,745 677,089

2004 4,874,439 2,071,084 732,611 709,918

2005 5,177,607 2,214,019 548,657 925,082

2006 5,037,472 2,565,543 643,451 1,427,781

2007 5,454,226 2,625,884 621,524 1,395,566

2008 6,004,615 2,467,632 717,899 1,433,133

2009 6,373,533 2,131,768 772,844 1,558,196

2010 5,755,073 2,028,904 675,801 1,406,445

2011 6,132,695 1,818,949 958,251 1,540,626

2012* 6,071,043 1,609,482 899,365 1,749,817

Sumber : Badan Pusat Statistik (2013)

Secara umum produktivitas pisang yang dikembangkan masyarakat masih rendah,

seperti di Lampung produksi pisang hanya 10-15 ton/ha, padahal potensi

produksinya bisa mencapai 35-40 ton/ha. Perbedaan hasil produksi ini

disebabkan oleh minimnya pengetahuan petani dalam mengembangkan tanaman

(23)

3

Tanaman pisang termasuk tanaman yang serbaguna. Selain buahnya, bagian

lainnya juga dapat dimanfaatkan. Bonggol pisangdapat dijadikan soda sebagai

bahan baku sabun dan pupuk kalium. Batangnya dapat digunakan sebagai

penghasil serat bahan baku kain dan makanan ternak, serta daunnya

dapat digunakan sebagai pembungkus makanan tradisional (Rukmana, 1999).

Salah satu pengembangan tanaman pisang perlu adanya dukungan oleh

ketersediaan bibit yang berkualitas. Ketersediaan bibit pisang bermutu perlu

dilakukan dengan teknik perbanyakan yang tepat. Perbanyakan bibit pisang yang

dilakukan selama ini dengan cara pemisahan anakan. Jika pengembangan

mengandalkan bibit yang berasal dari anakan saja maka kebutuhan tidak akan

terpenuhi, karena membutuhkan waktu yang lama untuk memperoleh bibit dalam

jumlah yang banyak. Di samping itu, cukup riskan untuk mengambil anakan

dalam rumpun pisang karena dapat mengganggu pertumbuhan tanaman utama,

juga dapat menimbulkan penyakit dari luka akibat pemotongan anakan.

Selain anakan, pengembangan bibit tanaman pisang dapat dilakukan dengan cara

kultur jaringan akan tetapi perlu ketrampilan khusus dalam menerapkannya dan

harganya relatif mahal di tingkat petani. Untuk itu perlu adanya cara lain dalam

pengembangan pembibitan pisang yang sehat dalam jumlah yang banyak dengan

waktu yang relatif singkat dengan biaya yang terjangkau. Salah satunya dengan

menumbuhkan tunas dari bonggol yang sudah berproduksi. Diharapkan dengan

menggunakan metode seperti ini petani dapat melakukan pembibitan sendiri dan

mendapatkan bibit dengan mata tunas yang banyak. Oleh karena itu perlu

(24)

4

sudah berproduksi atau anakan dengan menggunakan ZPT untuk memacu

pertumbuhan tunas sehingga dapat menghasilkan bibit dalam jumlah yang banyak.

Beberapa percobaan menyebutkan bahwa pemberian berbagai zat pengatur

tumbuh (ZPT) penting dalam perbanyakan tanaman karena mampu merangsang

pembentukan akar maupun tunas . ZPT yang digunakan untuk menumbuhkan

tunas adalah dari golongan sitokinin. Salah satu sitokinin yang paling banyak

digunakan adalah benziladenin (Zulkarnain, 2009).

Pengaruh aplikasi BA konsentrasi 0 ppm200 ppm pada pisang Ambon Kuning

dengan belahan bonggol tidak menunjukkan perbedaan dalam menghasilkan mata

tunas, namun pada BA konsentrasi 50 ppm100 ppm dapat menghasilkan tunas

yang lebih banyak (Rugayah dan D. Hapsoro, 2010).

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam

pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah pertumbuhan bibit pisang asal bonggol anakan berbeda dengan bibit

asal bonggol produksi?

2. Apakah pemberian berbagai konsentrasi BA memberikan pengaruh terhadap

pertumbuhan bibit pisang?

3. Apakah pengaruh konsentrasi pemberian BA pada pertumbuhan bibit pisang

(25)

5

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian dirumuskan

sebagai berikut:

1. Mengetahui perbedaan pertumbuhan bibit pisang asal bonggol anakan dan

bonggol produksi.

2. Mengetahui konsentrasi BAyang berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit

pisang Kepok Kuning asal bonggol.

3. Mengetahui perbedaan pengaruh konsentrasi BA terhadap pertumbuhan bibit

pisang asal bonggol anakan dan bonggol produksi.

1.3 Landasan Teori

Untuk meningkatkan produktivitas pisang salah satu teknik budidaya yang

digunakan pada umumnya adalah dengan cara penggunakan bibit berkualitas.

Bibit pisang dapat diproduksi dengan berbagai cara antara lain pemisahan anakan,

pembelahan bonggol, dan kultur jaringan.

Perbanyakan bibit pisang secara konvesional dengan pembelahan bonggol dapat

menghasilkan bibit yang seragam dalam jumlah yang relatif banyak, namun masih

kurang seragam dan kurang banyak dibandingkan dengan perbanyakan bibit

pisang dengan kultur jaringan. Kelebihan dari perbanyakan bibit pisang dengan

menggunakan belahan bonggol yaitu biaya yang digunakan tidak terlalu besar

dan tidak membutuhkan keahlian khusus dalam kegiatan budidaya, sehingga

(26)

6

Dalam beberapa pembibitan tanaman pisang disebutkan bahwa pemberian zat

pengatur tumbuh dapat menghasilkan bibit pisang yang baik dan berkualitas.

Sitokinin merupakan zat pengatur tumbuh yang memacu pertumbuhan tunas.

Beberapa macam sitokinin merupakan sitokinin sintetik. Sitokinin alami

dihasilkan pada jaringan yang tumbuh aktif pada akar, embrio dan buah. Sitokinin

yang diproduksi pada akar selanjutnya diangkut melalui pembuluh xilem menuju

sel sel batang (Wattimena, 1988).

Menurut George (2008), untuk merangsang pembentukan dan perkembangan

tunas, ZPT yang sangat berperan adalah sitokinin. Sitokinin yang sering

digunakan adalah BA karena memiliki efektivitas yang cukup tinggi dalam

merangsang pembentukan dan perkembangan tunas.

Menurut Wuryaningsih (2010), benziladenin merupakan ZPT jenis sitokinin yang

berfungsi memacu pembelahan sel dan pembentukan tunas. Pemberian BA akan

diangkut oleh xilem menuju sel target pada batang kemudian mengakibatkan

sitokinin endogen yang berada dalam tanaman meningkatkan sehingga

pertumbuhan tunas aksilar dari potongan eksplan tunas apikal dapat dipacu.

Benziladenin pada konsentrasi tertentu dapat mempengaruhi proses pembelahan

sel, proliferasi tunas ketiak, penghambatan pertumbuhan akar tanaman dan

induksi umbi mikro (Widyastuti dan Tjokrokusumo,2001). Zat tersebut memiliki

karakteristik struktur bentuk basa bebas yang bersifat sangat aktif dengan rumus

bangun yang terdiri dari basa adenin dengan rantai karbon dan hidrogen yang

(27)

7

Gambar 1.Rumus bangun benziladenin (BA)

1.4 Kerangka Pemikiran

Tanaman pisang merupakan tanaman lokal yang banyak digemari oleh masyarakat

luas khususnya Indonesia, pisang merupakan buah yang sangat bergizi dan

merupakan sumber vitamin, mineral karbohidrat yang harganya yang relative

murah. Oleh karena itu permintaan masyarakat terhadap pisang meningkat dari

tahun ketahunnya. Akan tetapi produktivitas pisang yang dikembangkan di

masyarakat masih rendah, hal ini terjadi di karenakan oleh teknik budidaya yang

kurang tepat serta tingginya gangguan hama dan penyakit. Kendala tersebut dapat

diatasi dengan penerapan teknologi teknik budidaya salah satunya penggunaan

bibit yang berkualitas.

Bibit pisang dapat diperoleh dari hasil perbanyakan secara vegetatif. Perbanyakan

dengan menggunakan cara vegetatif tersebut mempunyai kelemahan dan

kekurangnnya masing masing.Pada penelitian ini akan dilakukan pembibitan

secara konvensional yaitu dengan menggunakan bonggol anakan dan bonggol

(28)

8

pisang tersebut sedangkan bonggol produksi merupakan bonggol yang didapat

dari tanaman pisang yang sudah menghasilkan.

Untuk menghasilkan bibit pisang dapat dilakukan dengan menumbuhkan tunas

pada bonggol baik bonggol anakan maupun produksi. Untuk memacu tumbuhnya

tunas dari bonggol tersebut maka perlu dilakukan penelitian, salah satunya perlu

dicoba penggunaan zat pengatur tumbuh yang dapat merangsang pertumbuhan

tunas. Zat pengatur tumbuh yang biasa digunakan untuk memacu pertumbuhan

tunas adalah golongan sitokinin salah satunya, benziladenin (BA). Penelitian

yang dicoba adalah penggunaan konsentrasi BA dengan berbagai konsentrasi

untuk memacu pembentukan tunas pada tanaman pisang Kepok Kuning baik pada

bonggol anakan maupun bonggol produksi. Diharapkan hasil penelitian ini akan

diperoleh informasi tentang konsentrasi BA yang baik untuk bonggol anakan atau

bonggol produksi dalam mempengaruhi pertumbuhan tanaman pisang Kepok

Kuning.

1.5 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, dapat disusun hipotesis sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan pertumbuhan bibit pisang asal bonggol anakan dengan

bonggol produksi.

2. Pemberian berbagai konsentrasi BA berpengaruh terhadap pertumbuhan

vegetatif tanaman pisang Kepok Kuning.

3. Pengaruh berbagai macam konsentrasi BA terhadap pertumbuhan bibit pisang

(29)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Pisang

Klasifikasi botani tanaman pisang kepok menurut Tjitrosoepomo (1991) adalah

sebagai berikut :

Regnum :Plantae

Divisio :Spermatophyta

Sub divisi :Angiospermae

Classis :Monocotyledoneae

Ordo :Musales

Familia :Musaceae

Genus :Musa

Spesies :Musa paradisiaca L

Pisang merupakan tumbuhan asli Asia Tenggara, yaitu berasal dari Semenanjung

Malaysia dan Filipina. Tetapi ada juga yang menyebutkan bahwa pisang berasal

dari Brasil dan India. Dari sini kemudian menyebar hingga ke daerah Pasifik.

Saat ini, hampir seluruh wilayah Indonesia merupakan daerah penghasil pisang.

Tumbuhan pisang banyak terdapat dan tumbuh baik di daerah tropis dan sub

(30)

0

Pisang adalah salah satu jenis buah-buahan yang dapat tumbuh di daerah

yang beriklim, yang banyak mengandung vitamin A, B1, B2,B6 dan C. Pisang

merupakan tanaman terna yang tidak mengenal musim. Pisang merupakan salah

satu tanaman unggulan lokal. Pengembangan pisang secara komersial dihadapkan

pada kesulitan mendapatkan bibit yang bermutu baik dalam jumlah besar dan

dalam waktu singkat. Secara konvensional pisang ini dapat diperbanyak dengan

teknik pemisahan anakan dan perbanyakan bonggol (Satuhu dan Supriyadi 2000).

Tanaman pisang merupakan tanaman herba tahunan yang mempunyai sistem

perakaran dan batang di bawah tanah. Pohon pisang berakar rimpang yang

berpangkal pada umbi batang. Batang yang berdiri tegak di atas tanah dan

terbentuk dari pelepah daun yang saling menelungkup dan disebut batang semu.

Tinggi batang semu berkisar antara 3,57,5 meter (Satuhu dan Supriyadi 2000).

Daun pisang letaknya tersebar dengan helaian daun berbentuk lanset memanjang,

dan mudah sekali robek oleh hembusan angin yang keras karena tidak mempunyai

tulang-tulang pinggir yang menguatkan lembaran daun. Bunga berkelamin satu,

berumah satu dan tersusun dalam tandan. Daun pelindung berukuran panjang 10

25 cm, berwarna merah tua, berlilin, dan mudah rontok. Bunga tersusun dalam

dua baris yang melintang. Bakal buah berbentuk persegi, sedangkan bunga jantan

tidak ada. Setelah bunga keluar, bunga membentuk sisir pertama, kedua

(31)

✁✁

2.2 Penyedian bibit

Perbanyakan tanaman pisang biasanya dilakukan secara vegetatif yaitu dengan

pemisahan anakan (sucker) yang tumbuh dari bonggolnya, dan dengan bonggol

tanaman pisang. Bibit anakan yang digunakan adalah bibit anakan dewasa karena

paling cepat menghasilkan buah diikuti bibit anakan sedang, anakan muda, dan

tunas anakan. Bibit pisang dipilih yang sehat dan baik (Satuhu dan Supriyadi

2000).

Pembibitan dengan menggunakan bonggol mempunyai keuntungan-keuntungan,

antara lain :

1. Dalam waktu singkat bisa didapatkan bibit yang seragam dalam jumlah banyak.

2. Mudah pengiriman dan biayanya lebih murah.

3. Dapat memanfaatkan bonggol sisa tebangan.

2.3 Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)

Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik yang disintesis di salah satu bagian

tumbuhan dan dipindahkan ke bagian lain , dan pada konsentrasi yang sangat

rendah mampu menimbulkan suatu respon fisiologis, dan sampai sekarang ada

lima kelompok zat pengatur tumbuh yang paling dikenal, walaupun masih banyak

lagi yang sudah pasti akan ditemukan. Kelima kelompok yang sudah dikenal itu

meliputi auksin, giberelin, sitokinin, asam absisat dan etilen (Salisbury and Ross,

1995).

Peranan zat pengatur tumbuh (ZPT) dalam pertumbuhan dan perkembangan

(32)

✂ ✄

tumbuhan. Konsentrasi yang sangat rendah dari senyawa kimia tertentu yang

diproduksi oleh tanaman dapat memacu pertumbuhan atau diferensiasi pada

berbagai macam sel-sel tumbuhan dan dapat mengendalikan perkembangan

bagian-bagian yang berbeda pada tumbuhan (Hendaryono dan Wijayani, 1995).

Menurut George (2008), untuk merangsang pembentukan dan perkembangan

tunas, ZPT yang sangat berperan adalah sitokinin. Sitokinin yang sering

digunakan adalah BA karena memiliki efektifitas yang cukup tinggi dalam

merangsang pembentukan dan perkembangan tunas.

Sitokinin merupakan zat pengatur tumbuh yang diperlukan dalam merangsang

inisiasi dan perbanyakan tunas karena dapat mendorong pembelahan sel. Jenis

sitokinin yang sering digunakan dalam kultur tanaman pisang secara in vitro

karena efektifitasnya yang tinggi adalah benziladenin (Wetherell,1982)

Sitokinin pada umumnya ada secara alami sebagai konjugasi gula dan ion

fosfat. Sitokinin alamiah di dalam tanaman adalah zeatin (Gardneret al., 1985).

Sitokinin alamiah yang lain adalahdihirozeatindanisopentenil adenin(IPA).

Sitokinin sintetik terdiri dari zeatin sintetik,BAtauBAP,2-ip,PBA, dan kinetin

(Arminiet al., 1991).

Pengaruh aplikasi BA konsentrasi 0 ppm200 ppm pada pisang Ambon Kuning

dengan belahan bonggol tidak menunjukkan perbedaan dalam menghasilkan mata

tunas, namun pada BA konsentrasi 50 ppm100 ppm dapat menghasilkan tunas

(33)

☎ ✆

Ahmed dan SagardalamAvivi dan Dewanti (2005) menyatakan bahwa

pemberian BA (sitokinin) dan NAA (auksin) melalui daun atau akar dapat

menambah bobot dan jumlah umbi walaupun pemberiannya dilakukan setelah saat

inisiasi umbi dan semakin tinggi konsentrasi sitokinin yang ditambahkan pada

media kultur, maka jumlah tunas yang terbentuk semakin bertambah, tetapi

(34)

1✝

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini sudah dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Terpadu Universitas

Lampung pada bulan September sampai bulan Desember 2013.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah 24 bonggol pisang kepok kuning yang terdiri dari

bonggol anakan dan bonggol produksi, pasir, arang sekam, kompos, benziladenin

(BA),HCl, fungisida, aquades. Alat- alat yang digunakan adalah cangkul, polibag

handspayer, pipet tetes, meteran, ember, labu erlenmeyer, timbangan,mistar dan

alat tulis.

3.3 Metode Penelitian

Rancangan perlakuan yang digunakan adalah rancangan faktorial 4x2 dengan

factor pertama dalam percobaan ini adalah konsentrasi BA (P) yang terdiri dari 4

taraf yaitu P0(0 mg/l), P1(50 mg/l), P2(100 mg/l), P3(150 mg/l). Faktor kedua

(35)

1✞

Rancangan percobaan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK), dengan

waktu pengamatan dan ukuran bonggol sebagai dasar pengelompokan. Setiap

kombinasi perlakuan diulang tiga kali.

Setelah data terkumpul,kesamaan (homogenitas) ragam antar perlakuan diuji

dengan uji Barlett dan kemenambahan model (aditivitas) diuji dengan uji Tukey.

Jika asumsi terpenuhi, maka data dianalisis ragam, kemudian dilanjutkan dengan

uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5% .

3.4 PelaksanaanPenelitian

3.4.1 Penyiapan Bahan Tanam

Bahantanam yang akan digunakan yaitu bonggol pisang, bonggol pisang yang

digunakan adalah bonggol anakan dan bonggol produksi. Bonggol anakan

merupakan bonggol yang di dapat dari anakan tanaman pisang tersebut sedangkan

bonggol produksi merupakan bonggol yang di dapat dari tanaman pisang yang

sudah menghasilkan. Setelah bonggol pisang tersedia kemudian dibersihkan

hingga bersih dari tanah. Kemudian bonggol pisang direndam dengan

menggunakan larutan fungisida berbahan Mangkozep dengan merek dagang

Dithane M-45 dengan konsentrasi 2g/l. Perendaman dalam larutan fungisida untuk

mencegah timbulnya penyakit karena cendawan dan jamur.

3.4.2 Pembuatan Larutan Benziadenin

Konsentrasi BA yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0, 50, 100 dan 150

ppm. Hal pertama dalam pembuatan laurtan BA yaitu menimbang sesuai

(36)

16

aquades, sedangkan untuk konsentrasi BA 50 ppm digunakan bubuk BA sebanyak

50 mg/L, untuk larutan BA konsentrasi 100 ppm digunakan bubuk BA 0,1 g/l dan

untuk larutan BA konsentrasi 150 ppm digunakan bubuk BA 0,15 g/l.

Setelah itu masing masing bubuk BA dilarutkan dengan menggunakan larutan

HCl.Larutan HCl yang digunakan yaitu 1,5 ml HCl untuk BA 50 ppm, 3 ml untuk

BA 100 ppm dan 4,5 ml untuk BA 150 ppm. Bubuk BA yang telah larut kemudian

diencerkan dengan menambahkan aquades hingga volume larutan mencapai 1

liter.

3.4.3 Pengaplikasian Benziladenin

Aplikasi zat pengatur tumbuh dilakukan satu kali sebelum tanam dengan cara

disemprot sebanyak 50 ml dengan 4 kali penyemprotan pada semua belahan

bonggol.

3.4.4 Penanaman

Setelah bonggol diberi benziladenin dan fungisida lalu bonggol tersebut ditanam.

Media tanam yang digunakan adalahpasir, arang sekam, dan kompos dengan

perbandingan 1:1:1. Ketiga bahan tersebut dicampur secara merata kemudian

dimasukkan kedalam polibag bervolume 10 kg.

3.4.5 Pemeliharaan

Pemeliharaan dilakukan rutin setiap hari meliputi penyiraman, penyiangan gulma

dan pengendalian hama. Untuk mencegah gangguan dan menanggulangi serangan

hama dilakukan pemeriksaan dan pemberantasan hama secara manual dengan cara

(37)

1✟

dilakukan dengan cara penyiangan gulma yang tumbuh di sekitar tanaman dan

lokasi penelitian.

3.5 Variabel Pengamatan

Untuk menguji kesahihan kerangka pemikiran dan hipotesis dilakukan

pengamatan terhadap komponen pertumbuhan. Variabel yang diamati adalah

sebagai berikut:

1. Waktu muncul tunas

Perhitungan waktu muncul tunas didasarkan pada waktu yang dibutuhkan sejak

menanam bonggol hingga tunas tersebut sudah muncul dan berukuran lebih

dari atau sama dengan 2 cm.

2. Jumlah tunas

Jumlah tunas yang muncul dihitung pada setiap polibag.

3. Tinggi tunas

Tinggi tunas diukur dari pangkal batang sampai sela daun terakhir.

4. Jumlah daun

Jumlah daun dihitung sebagai daun apabila daun telah membuka sempurna.

5. Lebar daun

Lebar daun diukur pada daun yang ukurannya terbesar dengan cara mengukur

bagian tengahnya.

6. Panjang daun

Pengukuran panjang daun dilakukan pada daun yang ukurannya terbesar

dengan cara mengukur panjang daun dari pangkal sampai ujung daun.

7. Diameter batang

(38)

18

8. Jumlah akar

Jumlah akar dihitung dengan cara menghitung jumlah akar utama pada

tanaman pisang.

9. Panjang akar

Panjang akar diukur dengan cara mengukur panjang akar utama dari pangkal

(39)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan adalah:

1. Jenis bonggol produksi menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik

dibandingkan bonggol anakan dilihat pada variabel jumlah daun, panjang

akar, jumlah akar, dan diameter batang.

2. Penggunaan BA dengan berbagai konsentrasi tidak menunjukkan adanya

pengaruh pada semua variabel pengamatan kecuali pada jumlah akar.

3. Pengaruh konsentrasi BA pada pertumbuhan tanaman pisang asal bonggol

anakan berbeda dengan asal bonggol produksi. Pada bonggol produksi,

penggunaan BA 50 ppm100 ppm sudah mempengaruhi tinggi tunas, tetapi

pada bonggol anakan BA yang dibutuhkan 150 ppm.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka disarankan untuk melakukan

penelitian lanjutan dengan cara perendaman bonggol pisang dalam larutan BA

pada berbagai konsentrasi dan sebaiknya dilakukan di rumah kaca untuk

(40)

PUSTAKA ACUAN

Armini, Wattimena, dan L. W. Gunawan. 1991.Perbanyakan tanaman, hal. 17-149.DalamG. A.Wattimena (Ed). Bioteknologi Tanaman. Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor.

Avivi, S, dan P. Dewanti. 2005.Teknologi produksi benih melon (CucumismeloL.) dengan teknik in-vitro.Jurnal Ilmu Dasar. 6 (1) : 33-40.

Badan Pusat Statistik . 2013. Produksi Buah di Indonesia. http//www.bps.go.id. [10 September

2013]

Gardner, F. 1985.Phisiology of Crop Plants. Universitas Indonesia. Jakarta.426 hal.

George, E.F., M.A. Hall, and G.J. De-Klerk, Jr. 2008. Plant Propagation by Tissue Culture. Thrid edition. Vol. 1. Exegetics Limited. Edington Wilts, England.

Hardjowigeno, S. 2010.Ilmu Tanah. CV Akademika Pressindo. Jakarta. 288 hal.

Hendaryono, D. dan Wijayani.1995.Teknik Kultur Jaringan.Yogyakarta. 12 hal.

Motiq, F.W. 2011.Pengaruh Konsentrasi Benziladenin (BA) dan Pembelahan Bonggol Terhadap Pertumbuhan Tunas Pada Perbanyakan Pisang Ambon Kuning Secara Konvensional. (Skripsi). Universitas Lampung. 72 hlm.

Rabani, B. 2009. Aplikasi Teknik Toping Pada Perbanyakan Benih Pisang (Musa paradisiacal L) dari Benih Anakan dan Kultur jaringan.(Skripsi). Institut Pertanian Bogor. 56 hlm.

Robbiani, D. 2004.Pengaruh kombinasi naphthalene acetic acid (NAA) dan kinetin pada kultur in vitro eksplan daun tembakau (Nicotiana tabacum L. var. Prancak 95).Jurnal

(41)

Rugayah, D. Hapsoro, A. Ulumudin, dan F.W. Motiq. 2011.Kajian teknik perbanyakan vegetatif

pisang Ambon Kuning dengan pembelahan bonggol (Corm). Jurnal Agotropika17 (2):

58-65. Universitas Lampung

Rukmana R. 1999.Usaha Tani Pisang. Yogyakarta : Kanisius. 201 hlm.

Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995.Fisiologi Tumbuhan Jilid 2(diterjemahkan dari : Plant Physiology, penerjemah : D.R. Lukman dan Sumaryono). Penerbit ITB. Bandung. 343 hal.

Satuhu, S. dan Supriyadi A.Pisang Budidaya, Pengolahan, dan Prospek Pasar. Jakarta: Penebar Swadaya; 2000. Hlm. 1-41, 116-124

Taiz, L. dan E. Zeiger. 2002.Plant Physiology. Sinnuer Associates, Massachuset.

Tjitrosoepomo, G. 1991. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 266 hal.

Sunarjono, H. 2002.Budidaya Pisang dengan Bibit Kultur Jaringan. Penebar Swadaya.

Jakarta.115 hal.

Wattimena, G. A. 1998.Zat Pengatur Tumbuh. Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 247 hal.

Wetherell, D. F. 1982.Pengantar Propagasi Tanaman secara in Vitro. IKIP Semarang Press. Semarang. pp. 102.

Widiastuti, N.dan D. Tjokrokusumo. 2001.Peranan beberapa zat pengatur tumbuh (ZPT) Tanaman pada Kultur In Vitro. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia 3(5):55-63.

Wuryaningsih. 2010.Respon Beberapa Varietas Gladiol terhadap Pemupukan N. Balai Penelitian Tanaman Hias. Cianjur. 148156 hlm.

Gambar

Tabel 1. Produksi pisang di Indonesia dari tahun 2002 sampai tahun 2012
Gambar 1.Rumus bangun benziladenin (BA)

Referensi

Dokumen terkait

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Dasar. oleh

6.. kandungan logam berat Fe dibandingkan dengan arang aktif. Hal ini disebabkan, struktur pori zeolit berupa kristal yang menyebabkan ukuran pori spesifik dan

Kepolisian Yakni Brigjen basaria Panjaitan menilai KPK seharusnya tidak memonopoli Penyelidikan dan penindakan pidana korupsi yang mengusulkan sebagai negara

Prosedur penelitian ini peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dikembangkan oleh Kemmis & Mc Taggart yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto, dkk (2008:

El tallo principal o tronco del árbol, forma una horqueta, generalmente a la altura del pecho de una persona adulta, de donde salen de 4 a 5 ramas primarias.. En algunos lugares

kedisiplinan di Sekolah Tinggi Perikanan Jurusan Penyuluhan Perikanan Bogor baik dari indikator perumusan tujuan, jumlah pembina, media yang digunakan, monitoring,

Untuk dapat mewujudkan pemerintahan yang baik dan jujur, bersih dan berwibawa dengan kata lain tidak terulang adanya pembusukan nilai-nilai etika dan moral,

Salah satu upaya meningkatkan kemampuan konsep bilangan yaitu dengan menggunakan permainan kaleng indah di dapat dari hasil pengamatan dan observasi pembelajaran bahwa