• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahan Kuliah Feedlot

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bahan Kuliah Feedlot"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

NUTRISI SAPI PADA INDUSTRI FEEDLOT

Oleh : Satrijo Widi Purbojo, Ph.D.

A. Overview

Mata kuliah Industri Feedlot merupakan mata kuliah pilihan yang bisa diambil oleh mahasiswa jurusan produksi ternak, jurusan nutrisi dan makanan ternak dan jurusan sosial ekonomi peternakan. Oleh karena mahasiswa berasal dari jurusan yang berbeda, maka pemahaman awal tentang nutrisi sapi sangat beragam. Untuk menyamakan persepsi mahasiswa sebelum masuk ke masalah pokok, maka overview tentang nutrisi sapi perlu disampaikan.

Apakah itu nutrien ?

Nutrien adalah bagian-bagian dari makanan yang digunakan oleh mahluk hidup untuk pertumbuhan, mempertahankan hidup pokok dan aktifitas fungsi-fungsi tubuh. Nutrien terdiri atas : karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air.

Apakah itu karbohidrat ?

Karbohidrat adalah zat makanan sumber energi yang tersusun atas unsur C,H dan O. Karbohidrat merupakan sumber utama dalam ransum sapi yang terdiri dari pati dan selulose.

Apakah itu protein ?

Protein adalah zat makanan yang tersusun atas asam amino esensial dan asam-asam amino non esensial. Unsur utama protein adalah N. Protein dibutuhkan oleh mahluk hidup untuk pertumbuhan otot dan jaringan tubuh. Ternak ruminansia dapat memproduksi beberapa asam amino melalui aktivitas mikroba rumen, guna memenuhi sebagian kebutuhan protein tubuhnya.

Apakah itu mineral ?

(2)

Dalam penyusunan ransum sapi, hanya Na dan Ca yang diperhitungkan sedangkan yang lain adalah trace mineral (dibutuhkan dalam jumlah sangat sedikit).

Apakah itu vitamin ?

Vitamin adalah komponen yang bertanggungjawab terhadap beberapa fungsi tubuh. Vitamin digolongkan sebagai vitamin yang larut dalam lemak (fat soluble) misalnya vitamin A, D, E dan K. Sedangkan vitamin yang tidak larut dalam lemak (water soluble) adalah vitamin B dan C. Masing-masing vitamin mempunyai fungsi yang spesifik, misalnya vitamin A untuk pemeliharaan fungsi mata, vitamin D untuk membantu proses pembuatan tulang dsb.

Apakah itu feed additive ?

Feed additive adalah suatu bahan yang tidak mempunyai nilai nutrisi, yang dicampurkan dalam ransum untuk maksud-maksud tertentu. Beberapa jenis feed additive yang biasa dicampurkan dalam ransum adalah :

a. Antibiotics: untuk pencegahan penyakit (disease prevention)

b. Coccidiostats: untuk mengontrol parasit

c. Xanthophyll: untuk membuat agar warna kuning telur menjadi cerah

d. Hormones: untuk memacu pertumbuhan (increase growth)

e. Tranquilizers: agar ternak menjadi tenang tidak stress (calm nerves), khususnya pada saat pengangkutan (cattle, turkeys)

f. Antioxidants: untuk mencegah ransum menjadi tengik (rancid)

g. Pellet Binders: untuk membuat pelet berbentuk butiran (keep in pellet form)

h. Flavoring Agents: untuk membuat agar ransum rasanya enak (make taste better)

Nutrien apa yang memberikan energi utama pada ternak ?

Karbohidrat (CHO) yang terdiri dari pati dan selulose; fat atau lemak.

(3)

Apakah itu ruminansia ?

Ruminansia adalah ternak yang mempunyai lebih dari satu perut, mengunyah kembali makanan yang telah masuk ke dalam perut. Sapi, kerbau, domba dan kambing adalah ruminansia yang mempunyai 4 perut yaitu : rumen, omasum, abomasum dan reticulum.

Mikroba rumen dapat memproduksi sendiri kebutuhan vitamin B, sehingga dalam ransum ruminansia tidak perlu ditambah vitamin B. Mikroba rumen juga dapat memproduksi beberapa protein apabila diberikan nitrogen dan karbohidrat dengan benar.

Berapa banyak kebutuhan pakan seekor ternak ?

Sangat tergantung kepada keadaan ternak itu sendiri. Ternak yang sedang bunting, menyusui, bekerja ataupun sedang dalam masa pertumbuhan mempunyai kebutuhan pakan yang berbeda.

Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi asupan pakan (feed intake) ?

a. Faktor internal

Adalah faktor yang berasal dari kondisi internal ternak itu sendiri. Misalnya :

1. Gastric distension : adanya tekanan yang kuat pada rongga perut akan menurunkan asupan pakan (misalnya kembung perut / bloat)

2. Glucostatic theory: pada kondisi glukosa darah tinggi, nafsu makan akan turun

3. Thermostatic control: ternak akan makan untuk mempertahankan panas kehangatan tubuh dan akan berhenti makan untuk mencegah terjadinya

hyperthermia

4. Lipostatic control: kandungan asam lemak yang tinggi dalam tubuh akan menurunkan nafsu makan

b. Faktor fisiologis

(4)

1. Growth: ternak yang sedang tumbuh persentase asupan pakannya lebih tinggi, berdasarkan persentase BK per bobot badan

2. Obesity: kegemukan akan mengakibatkan asupan pakan menurun, karena

gastro intestinal space terdesak oleh abdominal mass

3. Estrus: ternak yang sedang birahi akan kehilangan nafsu makan

4. Pregnancy: ternak yang sedang bunting akan meningkat asupan pakannya pada saat pertengahan kebuntingan, kemudian menurun pada akhir kebuntingan dan menurun drastic pada saat persalinan

5. Lactation: asupan pakan dari ternak yang sedang menyusui/laktasi meningkat seiring dengan kebutuhan untuk memproduksi susu

6. Disease: ternak yang sakit umumnya nafsu makannya turun

c. Faktor dietari

1. Energy concentration: ketika kandungan energi pada ransum tinggi, asupan pakan cenderung menurun

2. Rate of passage / digestibility: hay kualitas jelek yang digiling halus akan meningkatkan asupan pakan, namun akan menurunkan kecernaannya karena pakan melalui system pencernaan lebih singkat waktunya.

3. Warna, bentuk, bau dan rasa akan mempengaruhi asupan pakan

4. Water intake: menurunnya asupan air akan mengakibatkan menurunnya pula asupan pakan, dan sebaliknya.

d. Faktor lingkungan

1. Cold environments: pada kondisi lingkungan yang dingin, biasanya ternak makan lebih banyak untuk memelihara kehangatan tubuh

2. Hot environments: pada kondisi lingkungan yang panas, biasanya ternak makan lebih sedikit untuk mencegah terjadinya panas tubuh yang berlebihan

3. Photoperiod: kebanyakan ternak makan selama lingkungannya terang

(5)

Bagaimanakah pencernaan energi pada rumen ?

Pada rumen, mikroba mencerna selulose dan hemiselulose yang berasal dari hijauan dan pati yang berasal dari biji-bijian menghasilkan produk kaya energi yang disebut volatile fatty acids (VFA) yang kemudian akan diserap oleh dinding rumen. VFA adalah sumber utama energi bagi ternak. Sebagian pati tidak dicerna didalam rumen dan mengalir melewati perut sejati (abomasum) menuju usus kecil (small intestine) dimana pati dipecah secara enzimatis kemudian diserap.

Species-species mikroba rumen mempunyai spesialisasi dalam memecah pati ataupun selulose. Ketika pakan mengandung hijauan/roughages yang tinggi, selulose/serat kasar yang dicerna oleh mikroba mendominasi. Sedangkan apabila pakan mengandung bijian yang tinggi (konsentrat), jumlah pati yang dicerna mikroba meningkat.

Perubahan komposisi ransum antara hijauan/rougahges dan bijian/konsentrat hendaknya dilakukan secara berjenjang untuk memberi waktu kepada populasi mikroba rumen beradaptasi. Waktu 2 minggu dibutuhkan untuk adaptasi perubahan komposisi ransum.

Biji-bijian mempunyai laju pemecahan yang bervariasi di dalam rumen. Hal ini berkaitan dengan struktur kimia dari pati dan struktur fisik dari bijian itu sendiri. Sebagai contoh, jagung kering terdegradasi di dalam rumen lebih lambat dibanding dengan jagung yang kandungan airnya tinggi ataupun gandum kering. Hal ini berimplikasi kepada bagaimana kita harus mempertahankan/memelihara kesehatan/kemampuan rumen apabila kita memberikan pakan yang mengandung tinggi biji-bijian pada ransum feedlot.

Bagaimanakah pencernaan protein pada rumen ?

(6)

Mikroba rumen menggunakan nitrogen yang masuk ke dalam rumen untuk membentuk protein mikroba. Selanjutnya mikroba bersama dengan digesta berpindah dari rumen ke lower digestive tract, di mana mereka akan dicerna dan diserap oleh hewan.

Sebagian besar protein yang tidak larut dalam cairan rumen (bypass or escape protein) melewati lower digestive tract, tanpa mengalami perubahan. Protein tersebut selanjutnya akan dicerna secara enzimatis dan dicerna pada small intestine. Pencernaan bypass protein sangatlah efisien dan merupakan komponen penting dalam penyusunan ransum untuk sapi-sapi yang bertumbuh dengan cepat (penggemukan).

Aktivitas mikroba rumen dalam memecah dan membentuk dietary protein merupakan implikasi penting bagi ternak ruminansia, yaitu :

 Ternak ruminansia dapat bertahan hidup pada kondisi pakan yang jelek kualitasnya, rendah biaya kebutuhan proteinnya dibandingkan dengan ternak monogastrik karena mikroba rumen dapat meningkatkan kualitas protein dengan memproduksi asam amino yang terbatas.

 Ternak ruminansia dapat menggunakan sumber protein yang murah berupa non-protein nitrogen seperti urea dalam ransumnya, sebagai substitusi protein.

Agar pertumbuhan ternak optimum, keseimbangan antara protein yang larut dalam rumen (soluble protein) termasuk non-protein nitrogen (NPN) dan protein yang tidak larut dalam rumen (bypass protein) harus diperhatikan. Ransum dengan kandungan tinggi protein larut dalam rumen (soluble protein) atau NPN tidak dapat mencukupi kebutuhan protein pada small intestine. Sedangkan ransum dengan kandungan tinggi bypass protein tidak dapat mencukupi kebutuhan nitrogen bagi mikroba rumen untuk pertumbuhan mikroba dan pencernaan pakan yang efisien. Ransum yang optimum biasanya mengandung 30-40% bypass protein dan 60-70% rumen soluble protein. Kurang dari 30% total protein dapat dipenuhi dalam bentuk NPN.

(7)

Tanpa adanya energi yang cukup pada ransum, kapasitas mikroba rumen untuk mengunakan NPN akan sangat berat. Kelebihan NPN akan diserap oleh hewan dalam bentuk ammonia dan diekskresikan melalui urine, keringat dan paru-paru (pernafasan). Apabila kandungan NPN dalam ransum terlalu tinggi, maka keracunan akan terjadi (urea poisoning).

B. Bahan pakan

Ternak ruminansia biasanya mengkonsumsi pakan dalam bentuk hijauan (roughage) dan pakan penguat/bijian (concentrate) . Pakan hijauan kandungan serat kasarnya tinggi dan rendah kandungan energinya. Sebaliknya pakan konsentrat kandungan serat kasarnya rendah dan tinggi kandungan energinya.

Ternak sapi dapat memanfaatkan bahan pakan yang bervariasi. Bahan pakan diklasifikasikan kedalam beberapa kelompok berdasarkan kandungan nutrisi dan bentuk fisiknya. Beberapa bahan pakan yang umum dikelompokkan ke dalam 4 kelompok sebagai berikut :

1. Roughages, -- hijauan pakan ternak baik segar maupun kering (hay). Bahan pakan kelompok ini berasal dari rumput, leguminosa dan browse/rambanan. Secara umum kandungan serat kasarnya tinggi dan kandungan energinya rendah sampai sedang. Kandungan proteinnya variasinya lebar tergantung kepada species hijauan dan umur hijauan.

2. Grains, -- bahan pakan yang berasal dari biji-bijian. Bahan pakan kelompok ini secara umum mempunyai kandungan energi yang tinggi dan kandungan serat kasarnya rendah. Kebanyakan bahan pakan kelompok ini kandungan proteinnya moderate/sedang, misalnya jagung, oat, barley, bulgur, shorgum dsb.

3. Oilseeds, -- bahan pakan yang berasal dari biji-bijian yang bisa diambil minyaknya seperti kedelai dan canola meal. Bahan pakan kelompok ini umumnya mempunyai kandungan protein dan energi yang tinggi. Sedangkan kandungan serat kasarnya bervariasi tergantung species tanaman, umur dan bagian biji mana yang digunakan. 4. Byproducts, -- bahan pakan yang merupakan limbah pertanian ataupun limbah

(8)

sebagai pakan ternak adalah ampas tahu, onggok, bungkil kelapa, bungkil kedelai, ampas bir, ampas nanas, roti afkir dsb. Bahan pakan kelompok ini mempunyai kandungan nutrisi yang bervariasi, namun umumnya mempunyai kandungan moisture/kadar air yang tinggi.

Pada industri feedlot, pakan yang diberikan kepada ternak sebagian besar (80-90%) berupa konsentrat dan sebagian kecil (10-20%) berupa roughage/hijuan. Roughage yang diberikan dapat dalam bentuk segar, ataupun dalam bentuk awetan seperti hay maupun silase.

Konsentrat untuk sapi mengandung serat kasar yang rendah, kandungan karbohidratnya (CH) tinggi, namun kandungan protein kasarnya (CP) tidak terlalu tinggi. Konsentrat dibedakan menjadi bentuk tepung, butiran dan pellet. Masing-masing bentuk mempunyai keunggulan dan kelemahan, namun sampai saat ini bentuk pelletlah yang paling unggul dan sering digunakan oleh peternak. Konsentrat dapat dibagi menjadi 7 kelompok, yaitu :

1. Biji-bijian dari jenis graminae (cerealia) dan hasil samping dari pengolahannya. Sebagai contoh : jagung, sorghum, gandum, bekatul, dedak jagung, polard dan limbah pembuatan bir.

2. Bungkil. Sebagai contoh : bungkil kedele, bungkil kacang tanah, bungkil kelapa, bungkil biji kapok dan bungkil kelapa sawit.

3. Biji-bijian leguminosae. Sebagai contoh : kacang tanah, kacang hijau dan buncis.

4. Umbi-umbian dan akar kering. Sebagai contoh : ketela pohon, ubi jalar dan kentang.

5. Tepung daun. Sebagai contoh : tepung daun lamtoro, tepung daun alfafa dan tepung rumput-rumputan

6. Hasil samping pabrik gula. Sebagai contoh : molases dan sisa bit gula.

7. Produk hewan. Sebagai contoh : tepung ikan, tepung darah, tepung tulang, tepung daging, tepung bulu, tepung sisa produk unggas dan sisa produk susu kering.

(9)

(molases) dan tepung ikan. Komposisi beberapa hijauan pakan dan beberapa bahan pakan konsentrat di Indonesia untuk formulasi ransum pemeliharaan dan pertumbuhan sapi tersaji dalam Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1 : Komposisi beberapa hijauan pakan di Indonesia untuk formulasi ransum pemeliharaan dan pertumbuhan sapi

Jerami padi 86,0 39,0 3,7 35,9 1,42 0,21

Rumput Gajah 18,0 51,0 9,1 33,1 0,51 0,51

Rumput Raja 22,0 54,0 13,5 34,1 0,52 0,50

Jagung muda 22,0 58,0 8,0 25,7 0,28 0,14

Tabel 2 : Komposisi beberapa bahan pakan konsentratdi Indonesia untuk formulasi ransum pemeliharaan dan pertumbuhan sapi

Ampas nanas 20,0 68,0 3,4 14,5 0,26 0,09

Bungkil kelapa 86,0 73,0 21,6 12,1 1,65 0,21

Dedak halus 86,0 81,0 13,8 11,6 0,12 1,51

Kulit buah coklat 88,9 47,0 14,6 33,0 0,12 1,51

Onggok 88,7 69,0 1,2 3,7 0,15 0,15

Polard 88,4 86,0 18,7 7,7 0,10 0,90

Tetes 77,0 53,0 5,4 10,0 1,09 0,12

Jagung kuning 86,0 80,0 10,3 2,5 0,03 0,26

Ampas tahu 16,3 78,0 23,7 23,6 0,28 0,66

Biji kapas 86,0 74,3 22,1 19,7 0,15 0,44

Biji kapuk 86,0 74,0 31.7 24,0 0,47 0,26

Tepung ikan 86,0 69,0 61,2 6,61 4,34

(10)

C. Strategi pemberian pakan

Pemberian pakan terhadap ternak-ternak sapi pada industri feedlot, pada prinsipnya bertujuan untuk :

» Mendapatkan ternak dengan laju pertumbuhan yang tinggi » Konversi pakan selama proses penggemukan rendah atau efisien

» Biaya pakan untuk pertambahan bobot badan seekonomis mungkin dan murah » Produksi karkas terutama daging yang maksimal

» Kualitas karkas dan daging yang baik

» Harga daging yang dipasarkan menguntungkan dan sesuai dengan selera konsumen.

Untuk mencapai sasaran atau tujuan tersebut, ada beberapa strategi yang harus dilakukan yaitu:

1. Untuk mendapatkan ternak dengan laju pertumbuhan yang tinggi maka pemilihan ternak bakalan harus selektif, dengan kriteria ternak sapi pada posisi umur, dengan laju pertumbuhan yang cepat, antara lain pada usia sekitar pubertas. Umumnya sapi berumur 2-2,5 tahun.

2. Untuk mendapatkan pertumbuhan kompensasi dengan laju pertumbuhan yang lebih tinggi dari keadaan normal, dipilih sapi bakalan yang kurus tapi sehat. Kondisi kurus bukan karena stress lingkungan atau kekurangan pakan.

3. Individu dan bangsa sapi yang dipilih dari bangsa sapi tipe potong dengan adaptasi yang baik di daerah tropis.

4. Formulasi ransum yang diberikan pada sapi diusahakan dengan mempertimbangkan pola pertumbuhan jaringan tubuh (komponen karkas) yang mengacu pada produksi daging sesuai selera konsumen. Imbangan nilai nutrisi antara konsumsi energi dan protein perlu diperhatikan mengingat pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan jaringan muskulus dan lemak.

(11)

6. Hal ini mengingat struktur alat pencernaan yang spesifik dari ruminansia, memberikan keunggulan tersendiri dalam kapasitasnya sebagai ternak yang mampu memanfaatkan hijauan berkadar serat kasar tinggi dan tidak bersaing dengan kepentingan manusia.

Secara faali ternak ruminansia seperti sapi, pakan utamanya adalah roughage/ hijauan, sedangkan pakan konsentrat hanyalah sebagai pelengkap. Pada industri feedlot, di mana pertumbuhan bobot badan dipacu cepat, maka energi dan protein yang dibutuhkan dari asupan pakan harus mencukupi. Apabila kita hanya mengandalkan pakan utama dari hijauan, maka tujuan tersebut tidak dapat tercapai. Oleh karena pola pemberian pakan harus di rubah, di mana konsentrat yang mempunyai kandungan energi dan protrein yang tinggi sebagai pakan utama dan hijauan sebagai pakan pelengkap.

Sapi-sapi bakalan impor atau sapi-sapi bakalan yang diperoleh dari peternakan inti, pada umumnya telah terbiasa makan konsentrat, sehingga peternak plasma tinggal melanjutkan memberikan pakan sampai mencapai proporsi 80% konsentrat dan 20% hijauan. Sedangkan sapi-sapi bakalan yang diperoleh dari pasar hewan ataupun peternak di pedesaan, pada umumnya belum terbiasa makan konsentrat dalam jumlah banyak. Agar tidak terjadi gangguan metabolisme, perubahan pola pakan harus dilakukan secara gradual/bertahap agar rumen sapi mempunyai cukup waktu untuk beradaptasi. Waktu yang digunakan untuk adaptasi perubahan pola pakan adalah sekitar 2 minggu, dengan tahapan sebagai berikut:

 Tahap 1, -- hari ke 1-3 diberi konsentrat 20% dan hijauan 80%

 Tahap 2, -- hari ke 4-7 diberi konsentrat 40% dan hijauan 60%

 Tahap 3, -- hari ke 8-12 diberi konsentrat 50% dan hijauan 50%

 Tahap 4, -- hari ke 13-14 diberi konsentrat 60% dan hijauan 40%

 Tahap 5, -- setelah hari ke 14, sapi diberi konsentrat 80% dan hijauan 20% sampai dengan akhir pemeliharaan/penggemukan.

(12)

D. Menyusun ransum

Keberhasilan usaha penggemukan sapi melalui sistem feedlot sangat ditentukan oleh bagaimana kita menyusun ransum. Ransum yang kita susun hendaklah mencukupi kebutuhan ternak sesuai dengan pertumbuhan bobot badan yang kita harapkan, sesuai dengan potensi genetik bangsa sapi yang dipelihara. Ransum yang kita susun haruslah memperhatikan prinsip-prinsip ekonomis, sehingga kita harus meramu bahan-bahan pakan yang murah dan tersedia sepanjang tahun di sekitar kita. Tahap penyusunan ransum adalah sebagai berikut :

Step 1 : Menaksir berat badan sapi yang akan digemukan dan berapa ADG yang diharapkan dengan melihat Tabel 3.

Step 2 : Berdasarkan Tabel 3, dapat dihitung konsumsi bahan kering (DM) sapi yang bersangkutan. Tabel ini juga dapat menunjukkan tingkat zat-zat makanan yang harus dipenuhi dalam bahan keringnya.

Step 3 : Berdasarkan Tabel 1 & 2, pilihlah bahan-bahan pakan yang tersedia disekitar lokasi dan harganya paling murah. Carilah jumlah dari bahan-bahan tersebut yang menghasilkan ransum sama dan seimbang dalam BK, energi, protein kasar, Calcium dan Phospor.

Step 4 : Hitunglah apakah bahan-bahan pakan yang paling murah dapat memenuhi kebutuhan energi (TDN). Kalau tidak, maka campurkanlah bahan-bahan pakan yang sedikit lebih mahal tapi mengandung energi lebih tinggi. Hal yang sama juga dilakukan apabila protein kasar tidak mencukupi, tambahkanlah bahan pakan yang yang kadar protein kasarnya lebih tinggi walaupun harganya lebih mahal.

Tabel 3 : Ransum yang dibutuhkan untuk menggemukan sapi potong jantan untuk tujuan pemeliharaan dan pertumbuhan

BW ADG DM TDN/Energi Protein Ca P

(kg) (kg) (kg) (%) (kg) (%) (gr) (gr) (gr)

250 0 4.4 1.8 2.0 45 337 9 9

0.75 6.4 2.6 3.8 59 693 21 17

1.0 6.6 2.6 4.3 66 753 23 18

1.1 6.6 2.6 4.6 70 782 30 20

300 0 5.0 1.7 2.4 48 385 10 10

0.75 7.4 2.5 4.3 58 753 23 18

(13)

1.1 7.6 2.5 5.3 70 847 30 22

350 0 5.7 1.6 2.6 46 432 12 12

0.75 8.3 2.4 4.8 58 806 25 18

1.0 8.5 2.4 5.6 66 874 30 21

1.1 8.5 2.4 5.9 69 899 31 23

1.2 8.5 2.4 6.2 73 743 32 24

400 0 6.2 1.6 2.9 47 478 13 13

0.75 9.1 2.3 5.4 59 875 26 21

1.0 9.3 2.3 6.2 67 913 31 24

1.1 9.4 2.4 6.6 70 942 32 25

1.2 9.4 2.4 7.0 74 967 33 25

1.3 9.4 2.4 7.2 77 988 33 26

450 0 6.8 1.5 3.2 47 528 14 14

0.75 10.0 2.2 5.9 59 911 26 23

1.0 10.2 2.2 6.8 67 952 29 26

1.1 10.2 2.3 7.2 71 975 30 27

1.2 10.2 2.3 7.6 75 998 31 28

1.3 10.2 2.3 7.9 77 1018 32 29

CONTOH 1:

 Feedloter mempunyai sapi-sapi bakalan dengan bobot badan rata-rata 350 kg. Susunlah ransum untuk menaikkan bobot badan sebesar 1 kg/hari dengan menggunakan bahan utama AMPAS NANAS.

Step 1 :

 Kebutuhan Bahan Kering (BK) seekor sapi jantan dengan bobot badan 350 kg dengan ADG 1 kg, dari Tabel 3 diperoleh:

BK TDN/Energi Protein Ca P

Satuan (kg) (gr)

Berat zat makanan 8.5 5.6 874 30 21

% dari BK 100% 65.69% 10.3% 0.35% 0.24%

5,6/8,5 x100% 874/8500

(14)

Step 2 :

 Bahan Makanan yang tersedia dan komposisi zat makanannya menurut Tabel 1 & 2

BK

Ampas nanas 20,0 68,0 3,4 14,5 0,26 0,09

Bungkil kelapa 86,0 73,0 21,6 12,1 1,65 0,21

Dedak halus 86,0 81,0 13,8 11,6 0,12 1,51

Tetes 77,0 53,0 5,4 10,0 1,09 0,12

Tepung ikan 86,0 69,0 61,2 6,61 4,34

Urea 90,0 250

Step 3 :

Energi/TDN yang tersedia dalam ampas nanas dan kekurangannya.

 BK yang dapat dikonsumsi  8500 gr x 68% = 5780 gr energi yang tersedia di dalam ampas nanas.

 Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa diperlukan 5,6 kg energi untuk seekor sapi dengan BB 350 kg untuk menaikkan BB 1 kg per hari.

BK Energi Protein Calcium Phospor

Kebutuhan 8500 5600 874 30 21

Ampas nanas 8500 5780 289 22 8 42,5

Kekurangan 0 +180 -585 -8 -13

68% x

8500 3,4% x8500

(15)

Step 4 :

 Ampas nanas cukup banyak mengandung energi, yakni 68%, sedangkan yang dibutuhkan 65,9% (5600/5780 x 68%). Akan tetapi kekurangan protein 585 gr.

 Harga per unit protein termurah adalah urea dan termahal adalah tepung ikan.

 Penggunaan urea terbatas hanya 100 gr as fed dan tepung ikan terbatas hanya 250 gram as fed per ekor. Hal ini karena sifat urea yang toxic dan sifat tepung ikan yang kurang disukai sapi.

 Untuk meningkatkan palatabilitas ransum ditambahkan 1 kg tetes dan 42 gr garam dapur (0,5% dari jumlah ransum) per ekor sapi.

Jenis bahan

pakan BK Energi Protein Calcium Phospor

Berat

Tepung ikan 215 148 131 14,7 9,3 0,250

Tetes 770 408 42 8,4 0,9 1,000

Ampas nanas 7383 5020 251 19,2 6,6 36,900

Jumlah 8500 5576 649 41,8 16,8 38,450

Kebutuhan 8500 5600 874 30,0 21,0 Kekurangan Cocok -24 -225 OK -4,2

Step 5 :

1. Dari langkah 4 ternyata bahwa ransum tersebut masih membutuhkan 24 gr energi, 225 gr PK dan 4,2 phospor.

2. Dari bahan-bahan yang tersedia, maka dedak padi halus adalah paling murah dan mengandung phospor untuk menutup kekurangan fosfat dalam ransum. Demikian pula bungkil kelapa kaya akan PK.

3. Setiap kg ampas nanas yang dikurangi dari susunan ransum tersebut, menyebabkan menurunnya kandung PK 34 gr dan setiap kg penambahan bungkil kelapa dan dedak akan menaikkan PK rata-rata 171 gr.

4. Dari setiap kg bahan kering ransum tambahan, dibutuhkan kurang lebih 225 gr PK (kekurangan semula) + 34 gr PK (pengurangan 1 kg ampas nanas) = 259 gr PK. 5. Ransum tersebut memerlukan lebih dari 1 kg BK bungkil kelapa (karena

(16)

6. Dari perhitungan ini maka ransum tersebut membutuhkan kurang lebih 1,2 kg bungkil kelapa atau dedak.

7. Apabila jumlah ampas nanas dikurangi dan dibulatkan menjadi 6000 gr, maka akan ada 1383 gr BK yang dapat diberikan kepada sapi dan harus dibagi antara dedak dan bungkil kelapa untuk memenuhi kebutuhan akan PK dan phospor.

8. Karena kedua bahan tersebut mengandung lebih banyak energi dibandingkan dengan ampas nanas, maka energi bukanlah merupakan hal yang perlu diperhitungkan.

9. Ransum tersebut memerlukan 225 gr + 48 gr = 273 gr PK, dari 1383 gr BK sehingga persentase PK nya adalah 273/1383 x 100% = 19,7%.

10. Dengan menggunakan Pearson Square, dapat ditentukan proporsi penambahan dedak dan bungkil kelapa, sebagai berikut:

Dedak padi

 Jumlah dedak padi yang ditambahkan adalah 24,36% x 1383 = 336,9 gr

 Jumlah bungkil kelapa yang ditambahkan adl 75,64% x 1383 = 1046,1 gr

Premix untuk ransum terakhir: Jenis bahan

pakan BK Energi Protein Calcium Phospor

Berat

Tepung ikan 215 148 131 14,7 9,3 0,250

Jumlah 347 148 357 14,7 9,3 0,392

 Premix terdiri dari 42 gr garam dapur, 100 gr urea dan 250 gram tepung ikan per ekor.

(17)

Ransum Terakhir: Jenis

bahan pakan

BK Energi Protein Calcium Phospor

Berat sebenar nya (kg)

Harga /

kg harga(Rp)

gram

Ampas nanas 6000 4080 204 15,6 5,4 30,000

Tetes 770 408 42 8,4 0,9 1,000

Dedak halus 336,9 272,89 46,49 0,4 5,1 0,392

Bk. kelapa 1046,1 763,65 225,96 17,26 2,2 1,216

Bahan premix 347 148 357 14,7 9,3 0,392

Jml zat mak 8500 5672,5 875,45 56,36 22,9 33,000 Kebutuhan 8500 5600 874 30,0 21,0

0 +72,5 +1,45 +26,36 +1,9 CUKUP

Susunan ransum akhir :

Jenis bahan pakan Kg per ekor

sebenarnya Kg per 25 ekor Persentase

Ampas nanas 30,000 750,00 90,91

Tetes 1,000 25,00 3,03

Dedak halus 0,392 9,80 1,19

Bungkil kelapa 1,216 30,40 3,68

Bahan premix 0,392 9,8 1,19

33,000 100

 Jumlah biaya ransum ini cukup murah disebabkan karena ampas nanas yang harganya sangat murah (karena merupakan limbah).

(18)

CONTOH 2:

 Sebuah perusahaan Peternakan Feedlot mempunyai sapi-sapi bakalan dengan bobot badan rata-rata 350 kg. Sapi-sapi kelompok I diharapkan mempunyai ADG 0,75 kg, dan sapi-sapi kelompok II diharapkan mempunyai ADG 1,0 kg. Susunlah ransum untuk menaikkan bobot badan sebesar 0,75 kg/hari dan 1 kg/hari dengan

menggunakan bahan pakan utama RUMPUT GAJAH.

Step 1 :

 Kebutuhan Bahan Kering (BK) seekor sapi jantan dengan bobot badan 350 kg dengan ADG 0,75 kg dan 1,0 kg, dari Tabel 3 diperoleh:

ADG BK TDN/Energi Protein Ca P

(kg) (gr)

0,75 kg/hari 8,3 4,8 806 25 18

% dari BK 100% 58% 10% 0.3% 0.21%

1,0 kg/hari 8,5 5,6 874 30 21

% dari BK 100% 66% 10% 0,35% 0,25%

Step 2 :

 Bahan Pakan yang tersedia dan komposisi zat makanannya menurut Tabel 1 & 2

Jenis Bahan

Pakan BK% Energi% Protein% Calcium% Phospor%

Rpt Gajah 18,0 51,0 9,1 0,51 0,51

Dedak halus 86,0 81,0 13,8 0,12 1,51

Polard 88,4 86,0 18,7 0,10 0,91

Tepung Lamtoro 86,0 71,0 23,7 1,40 0,21

Step 3 :

Energi/TDN yang tersedia dalam Rumput Gajah dan kekurangannya.

 BK yang dapat dikonsumsi untuk mencapai ADG 0,75 kg/hari  8300 gr x 51% = 4233 gr energi yang tersedia di dalam Rumput Gajah.

(19)

 Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa diperlukan 4,8 kg energi untuk seekor sapi dengan BB 350 kg untuk menaikkan BB 0,75 kg/hari dan 5,6 kg energi untuk seekor sapi dengan BB 350 kg untuk menaikkan BB 1,0 kg/hari.

BK Energi Protein Calcium Phospor Berat sebenar

Rpt Gajah 8300 4233 755 42,3 42,3 Kekurangan 0 -567 -51 cukup cukup

BK Energi Protein Calcium Phospor Berat sebenar

Rpt Gajah 8500 4335 773,5 43,35 43,35 Kekurangan 0 -1265 -100,5 cukup cukup

 Kandungan energi dan protein masih belum mencukupi untuk mencapai ADG 0,75 kg/hari dan ADG 1,0 kg/hari. Namun kandungan calcium dan phospor dari Rumput Gajah lebih dari cukup.

 Dari bahan-bahan pakan setempat selain Rumput Gajah, bahan pakan yang tersedia dengan harga murah adalah Dedak Halus.

(20)

30 100,00%

 Dari perhitungan menggunakan Metode Pearson tersebut diatas, maka perbandingan antara Rumput Gajah dan Dedak Halus untuk mencapai ADG 0,75 kg/hr haruslah 77% Rumput Gajah dan 23% Dedak Halus. Sedangkan untuk mencapai ADG 1,0 kg/hr, perbandingan antara Rumput Gajah dan Dedak Halus dalam Bahan Kering adalah 50% : 50%.

 Untuk ADG 0,75 kg/hr, jumlah BK yang dibutuhkan adalah 8300 gr, sehingga jumlah Rumput Gajah yang dibutuhkan adalah 77% x 8300 gr BK = 6391 gram, sedangkan jumlah Dedak Halus yang dibutuhkan adalah 23% x 8300 gr BK = 1909 gram.

 Untuk ADG 1,0 kg/hr, jumlah BK yang dibutuhkan adalah 8500 gr, sehingga jumlah Rumput Gajah yang dibutuhkan adalah 50% x 8500 gr BK = 4250 gram, sedangkan jumlah Dedak Halus yang dibutuhkan juga 50% x 8500 gr BK = 4250 gram.

Ransum Terakhir dengan bobot 350 kg, ADG 0,75 kg/hr Jenis bahan

pakan BK Energi Protein Calcium Phospor

Berat

Dedak halus 1909 1546 263 2 29 2,219

Jml zat mak 8300 4805 844 35 62 37,729

Kebutuhan 8300 4800 806 25 18

0 Cukup Cukup Cukup Cukup

Ransum Terakhir dengan bobot 350 kg, ADG 1,0 kg/hr Jenis bahan

pakan BK Energi Protein Calcium Phospor

Berat

(21)

Dedak halus 4250 3442,5 586,5 5,1 64,2 4,942 Jml zat mak 8500 5610,0 973,25 26,8 65,9 28,552

Kebutuhan 8500 5600 874 30 21

0 Cukup Cukup Kurang

sedikit Cukup

Susunan ransum akhir as fed : Jenis bahan

pakan Kg per ekor sebenarnya Kg per 25 ekor Persentase ADG 0,75kg/hari

Rpt Gajah 35,50 887,50 94,2

Dedak halus 2,22 55,50 5,8

37,72 942,50 100

ADG 0,75kg/hari

Rpt Gajah 23,61 590,25 82,7

Dedak halus 4,94 123,5 17,3

28,55 713,75 100

 Jumlah biaya ransum ini cukup murah disebabkan karena Rumput Gajah dan Dedak Halus cukup murah dan tersedia sepanjang tahun.

 Ransum untuk mencapai ADG 1,0 kg/hr masih kekurangan Calcium sedikit, taburkan garam dapur kedalam ransumnya untuk mengatasinya, atau sediakan mineral lick untuk dijilat.

HITUNGAN PENGGUNAAN UREA

1. Non Protein Nitrogen (NPN) suplemen mengandung 38% nitrogen. 1 kg suplemen tersebut setara dengan berapa kg protein kasar ?

Jawab :

 1 kg PK mengandung 0,16 kg nitrogen

 1 kg NPN suplemen mengandung 0,38 kg N

 NPN suplemen mengandung 0,38/0,16 = 2,37 kali sejumlah N dalam bentuk PK

 1 kg NPN suplemen equivalen dengan 2,37 kg PK.

2. Berapa kg urea (45% N) harus ditambahkan dalam suatu campuran pakan yang mengandung 10% PK untuk membuat campuran final seberat 1 ton dan mengandung 12% PK ?

Jawab :

(22)

 Urea mengandung 45% N atau 0,45/0,16 = 2,81 kali sebanyak 1 kg protein.

 Jika 1 kg urea = 2,81 kg PK, maka urea yang harus ditambahkan adalah 20/2,81 = 7,12 kg.

3. 50 kg pakan mengandung 36% protein suplemen dan 1/5 dari PK nya berasal dari urea (42% N). Berapa kg urea yang terdapat dalam pakan ?

Jawab :

 Jumlah PK di dalam 50 kg pakan adalah: 50 x 0,36= 18 kg

 Jika 1/5 dari total PK berasal dari urea, berarti 3,6 kg dari urea (1/5 x 18 kg)

 Urea mengandung 42% N, berarti 1 kg urea setara 2,62 kg PK (0,42/0,16)

Gambar

Tabel 2 :  Komposisi beberapa bahan pakan konsentratdi Indonesia untuk formulasi ransumpemeliharaan dan pertumbuhan sapi
Tabel 3 :   Ransum yang dibutuhkan untuk menggemukan sapi potong jantan untuk tujuan

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Pemberian protein kasar yang lebih tinggi dalam ransum pakan, maka kandungan konsentrasi amonia yang dihasilkan dari proses fermentasi oleh mikroba dalam rumenpun juga

Hal tersebut dikarenakan dengan tingkat degradabilitas protein yang rendah akan menyebabkan protein pakan memasuki saluran pencernaan pasca rumen lebih banyak sehingga

Peningkatan protein dalam ransum yang diberikan pada ternak akan dimanfaatkan sumber protein bagi mikroorganisme dalam rumen untuk berkembang yang akhirnya proses pencernaan

Manipulasi bioproses di dalam rumen dapat dilakukan dengan pemberian suplemen pakan yang dapat menstimulasi pertumbuhan dan aktivitas mikroba rumen guna meningkatkan kecernaan

Menurut Leng dan Viera (2007) pemberian RMS mampu meningkatkan aktivitas pencernaan mikroba rumen 22,3% dan meningkatkan suplai protein mikroba ke usus halus

Kondisi ideal yang diinginkan di dalam rumen adalah bahwa mikroba rumen mengalami pertumbuhan yang optimum sehingga bisa mendukung laju fermentasi bahan pakan

Nisbah sinkronisasi degradasi protein dan BO dalam rumen yang optimal adalah sebesar 20 g N/kg BO terfermentasi dengan efi siensi sintesis protein mikroba rumen dan efi siensi

Capaian Pembelajaran yang dibebankan pada mata kuliah ini Mahasiswa mampu menjelaskan berbagai jenis bahan pakan penyusun ransum, proses pencernaan & metabolisme pakan ternak serta