• Tidak ada hasil yang ditemukan

PETUNJUK PRAKTIKUM MATA KULIAH BAHAN PAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PETUNJUK PRAKTIKUM MATA KULIAH BAHAN PAK"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

PETUNJUK PRAKTIKUM

BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM

Disusun oleh :

Dyah Lestari Yulianti,S.Pt.,M.P.

NIP. 290 801 197

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PETUNJUK PRAKTIKUM

BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM

Disusun oleh :

Dyah Lestari Yulianti,S.Pt.,M.P.

NIP. 290 801 197

Mengetahui,

Ketua Program Studi,

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan buku petunjuk praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum. Petunjuk praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum ini sedianya menjadi panduan bagi mahasiswa di lingkungan Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Kanjuruhan Malang.

Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum meliputi tiga kegiatan, meliputi ; (1) pengenalan bahan pakan ternak, (2) penyusunan pakan ternak menggunakan metode pearson square, (3) prosedur analisis proksimat.

Penulis menyadari bahwa buku petunjuk praktikum ini masih jauh dari sempurna, oleh itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan oleh penulis. Akhir kata, semoga buku petunjuk praktikum ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Malang, Pebruari 2014

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

PENDAHULUAN...1

I. PENGENALAN BAHAN PAKAN TERNAK...2

II. PENYUSUNAN PAKAN TERNAK MENGGUNAKAN METODE PEARSON SQUARE...7

III. PROSEDUR ANALISIS PROKSIMAT...9

(5)

PENDAHULUAN

Bahan makanan ternak mengandung energi, protein (lisisn, metionin, valin, dan asam amino esensial lainnya), lemak, serat kasar/karbohidrat, mineral dan vitamin. Dalam menformulasikan pakan harus memperhatikan ; kebutuhan ternak, rasional/ekonomis.

Ransum rasional/ekonomis : Ransum yang disusun dari beberapa bahan pakan ternak sedemikian rupa sehingga secara kualitas dan kuantitas memenuhi kualitas zat makanan bagi ternak dan secara ekonomis harganya murah.

Pakan yang sempurna dan serasi adalah pakan yang disusun atas beberapa bahan pakan yang bila dikonsumsi secara normal dapat memenuhi zat gizi pada ternak yang bersangkutan dalam perbandingan, jumlah, bentuk sedemikian rupa sehingga fungsi fisiologis dalam tubuh berjalan dengan normal.

(6)

I. PENGENALAN BAHAN PAKAN TERNAK

Latar Belakang

Bahan pakan yang direkomendasikan untuk ternak harus memperhatikan beberapa faktor :

1. Faktor ternak (informasi diperoleh dari tabel kebutuhan ternak) a) Komoditi

b) Tujuan Pemeliharaan c) Umur

d) Produksi/Tidak Produksi e) Bobot badan

2. Faktor bahan

a) Kualitas (palatabilitas, kandungan zat makanan, kecernaan) b) Bentuk fisik (butiran/tepung/cairan)

3. Faktor harga ; bersifat ekonomis 4. Metode penyusunan

5. Cara pencampuran

Bahan pakan yang digunakan dikelompokkan dalam sumber energi, sumber protein, sumber vitamin dan mineral.

Bahan Pakan Sumber Energi

• Termasuk dalam golongan ini adalah semua bahan pakan ternakyang kandungan protein kasarnya kurang dari 20%, dengan konsentrasi serat kasar di bawah 18 %.

• Berdasarkan jenisnya bahan pakan sumber energi dibedakan menjadi empat kelompok yaitu:

(7)

b. Kelompok hasil sampingan serealia (limbah penggilingan)

c. Kelompok umbi (ketela rambat ketela pohon dan hasil sampingannya)

d. Kelompok hijauan yang terdiri dari beberapa macam rumput(rumput gajah, rumput benggala dan rumput setaria)

Bahan Pakan Sumber Protein

A. HEWANI a. Marine

b. Sisa rumah potong c. Inkonvensional B. NABATI

a. Bungkil b. Legume c. Hijauan d. dll

Tujuan

Tujuan kegiatan praktikum ini adalah untuk mengenalkan beberapa jenis bahan pakan yang direkomendasikan untuk pakan ternak.

Materi dan Metode

Materi :

1. Jagung (Zea mays) 2. Dedak

3. Tepung Ikan

4. Meat Bone Meal 5. Bungkil Kedelai

(8)

7. Minyak kelapa sawit

Metode :

Metode praktikum yang digunakan adalah observasi dan studi literatur. Hasil pengamatan terhadap materi praktikum yang sudah disediakan.

1. Amati dengan cermat bahan pakan yang disediakan

2. Gambarlah hasil pengamatan saudara pada lembar kerja yang sudah disediakan !

3. Beri keterangan terkait ; klasifikasi ilmiah, kandungan zat makanan, penggunaannya sebagai bahan pakan ternak unggas melalui studi pustaka/literature (sebutkan sumber literatur yang saudara gunakan).

Lembar Kerja

1. Jagung (Zea mays)

(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)

. . . . . . .

Sumber : . . . . . .

Penggunaannya sebagai bahan pakan ternak :

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Sumber : . . . .

II. PENYUSUNAN PAKAN TERNAK MENGGUNAKAN METODE PEARSON SQUARE

Latar Belakang

(16)

makanan tersebut dapat merupakan protein kasar atau TDN, asam amino, mineral atau vitamin.

Prosedur pearson square untuk penyusunan ransum dirancang untuk menyusun ransum yang sederhana. Untuk dapat menggunakan metode tersebut terdapat beberapa langkah yang harus dijalankan. Kandungan zat makanan dari kompnen bahan pakan harus diekspresikan menggunakan unit satuan yang sama (contohnya berdasarkan bahan kering ”dry-matter” atau bahan segar ”as-fed”). Contoh kotak persegi yang digunakan pada metode peason squre ditunjukkan pada Gambar 1. di bawah ini.

Gambar 1. Contoh kotak persegi yang digunakan pada metode peason squre

Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk melatih ketrampilan mahasiswa dalam menyusun ransum ternak unggas menggunakan metode pearson square.

Materi dan Metode Materi :

1. Worksheet

(17)

Metode :

Formulasi Pakan menggunakan Metode Pearson Square (Dua Bahan Pakan)

Untuk menjadikan pearson square sebagai metode yang konsisten, terdapat tiga peraturan yang harus diperhatikan, yaitu ;

1. Nilai angka yang berada di tenah kotak persegi harus berada diantara dua nilai angka yang diletakkan pada sisi sebelah kiri dari persegi. Contohnya , kebutuhan protein kasar sebesar 14% harus diantara kandungan protein kasar bahan pakan yang digunakan, ,misalnya dua bahan pakan tersebut adalah bungkil kedelai yang memiliki kandungan protein kasar 45% dan jagung yang memiliki kandungan protein kasar 10%. Jika bahan pakan yang digunakan adalah barley yang memiliki kandungan protein kasar 12% dan jagung yang memiliki kandungan protein kasar 10%, maka kalkulasi pearson square tidak akan bekerja karena 14% di luar kisaran nilai yang berada di sisi bagian kiri dari persegi tersebut.

2. Angka negative tidak diperhitunggkan pada metode ini. Perhatian hanya ditujukan pada perbedaan nilai angka antara kebutuhan zat makanan dengan kandungan zat makanan bahan pakan yang digunakan.

3. Cari selisih antara nilai angka kandungan bahan yang digunakan dengan nilai angka kebutuhan zat makanan kemudian nilai angka yang diperoleh tersebut ditempatkan secara berseberangan pada bagian kanan persegi. Dengan menjumlahkan kedua nilai angka di bagian kanan persegi tersebut kemudian membagianya dengan total, maka kita dapat mendeterminasi persentase penggunaan masing-masing bahan pakan tersebut dalam ransum guna memenuhi kebutuhan zat makanan pada level tertentu. Selalu tempatkan secara diagonal (berseberangan) angka-angka dalam persegi tersebut untuk mendeterminasi tiap-tiap bagian. Selalu lakukan perhitungan ulang untuk meyakinkan bahwa perhitungan matematis yang dilakukan tidak mengalami kekeliruan. Gunakan nilai kandungan zat makanan bahan pakan dan kebutuhan menggunakan dasar bahan kering (dry-matter basis) lalu ubahlah berdasarkan bahan segar, setelah formulasi pakan dihitung.

Penggunaan jagung (31/ 35) × 100 bagian ransum → 88,57%

(18)
(19)

Gambar 22. Contoh kotak persegi yang digunakan pada metode peason squre menggunakan lebih dari dua bahan pakan

Lembar Kerja

Susunlah formulasi ransum untuk Susunlah formulasi pakan ternak puyuh dengan kandungan zat makanan ; PK 22%, EM 2900 kkal/kg Ca 2.5% dan P(available) 0.4%, Met 0,4 dan Lysin 0,9.

Perhitungan

(20)
(21)
(22)

III. PROSEDUR ANALISIS PROKSIMAT

Latar Belakang

Analisa proksimat digunakan untuk menganalisa kandugan zat makanan bahan pakan. Cara ini dikembangkan oleh Wender experiment station di Jerman oleh Hemberg dan Stocman pada tahun 1965, yaitu suatu metode analisis yang menggolongkan komponen yang ada pada makanan. Cara ini dipakai hampir di seluruh dunia, dan disebut “analisis proksimat”. Analisis proksimat ini didasarkan atas komponen susunan kimia dan kegunaannya (Tillman et al., 1984). Kamal (1994) menyatakan bahwa disebut analisis proksimat karena hasil yang diperoleh hanya mendekati nilai yang sebenarnya, oleh karena itu untuk menunjukkan nilai dari sistem analisis proksimat selalu dilengkapi dengan istilah minimum atau maksimum sesuai dengan manfaat fraksi tersebut.

(23)

berdasarkan perhitungan yaitu 100% dikurangi jumlah dari kelima fraksi yang lain (Kamal, 1994).

Air

Yaitu dimaksud air dalam analisis proksimat adalah semua cairan yang menguap pada pemanasan dalam beberapa waktu pada suhu 105° sampai 110° C dengan tekanan udara bebas sampai sisa yang tidak menguap mempunyai bobot tetap. Penentuan kandungan kadar air dari suatu bahan sebetulnya bertujuan untuk menentukan kadar bahan kering dari bahan tersebut (Kamal, 1994).

Sampel makanan ditimbang dan diletakkan dalam cawan khusus dan dipanaskan dalam oven dengan suhu 105° C pemanasan berjalan hingga sampel tidak turun lagi beratnya. Setelah pemanasan tersebut sampel bahan pakan disebut sebagai sampel bahan kering dan penggunaanya dengan sampel disekat purien air atau kadar airnya (Tillman et al., 1984).

Abu

Sampel bahan kering ditambah dan dibakar pada suatu crucible dengan suhu 600 °C selama beberapa jam (Tillman et al., 1984). Yang dimaksud abu adalah sisa pembakaran sempurna dari suatu bahan. Suatu bahan bila dibakar sempurna pada suhu 500°C sampai 600°C selama beberapa waktu maka senyawa organiknya akan menguap, sedang sisanya yang tidak menguap itulah yang disebut abu atau campuran dari berbagai oksida mineral sesuai dengan macam mineral yang terkandung di dalam bahannya (Kamal, 1994).

Protein kasar

(24)

Sampel dianalisis dengan alat Kjedhal. Analisis ini menggunakan asam sulfat dengan suatu katalisator dan pemanasan. Zat organik dari sampel lalu dioksidasi oleh asam sulfat lalu nitrogen diubah dalam bentuk amonium sulfat sedangkan kelebihan asam sulfat akan dinetralisir oleh NaOH dan sampel larutan menjadi basa. Dari amonium sulfat tadi lalu didestilisi dalam medium asam untuk mendapatkan nitrogen secara kuantitatif. Karena protein mengandung nitrogen rata-rata 16 % maka faktor 6,25 harus dipakai untuk mendapatkan nilai protein kasar (Tillman et al., 1984).

Serat kasar

Sampel yang bebas lemak dan telah disaring dipakai untuk mendapatkan serat kasar. Sampel bila ditambah 1,25% asam sulfat dan dipanaskan selama 30 menit, kemudian residu disaring, endapan yang didapat ditambah 1,25% NaOH dan dipanaskan 30 menit kemudian disaring dan endapan yang didapat dioven, dikeringkan, dan ditimbang lalu dibakar dan abunya ditimbang. Perbedaan antara berat endapan sebelum dibakar dan abu adalah serat kasar (Tillman et al., 1984). Kamal (1994) menyatakan bahwa yang dimaksud serat kasar adalah semua bahan organik dalam bahan pakan yang kecernaanya rendah, sedangkan dalam analisis proksimat yang dimaksud serat kasar adalah semua senyawa organik yang tidak larut dalam perebusan dengan larutan NaOH 1,25% atau 0,313 N yang berurutan masing-masing selama 30 menit.

Lemak kasar

Menurut Kamal (1994) lemak kasar adalah campuran beberapa senyawa yang larut dalam pelarut lemak (ether, petroleumether, petroleum benzen, dsb.) oleh karena itu lemak kasar lebih tepat disebut ekstrak eter. Tillman et al., (1984) menyatakan bahwa sampel bahan kering diekstraksi dengan etil eter selama beberapa jam, maka bahan yang didapat adalah lemak sedangkan yang menguap adalah eter.

Ekstrak Tanpa Nitrogen (ETN)

(25)

Komponen dari ekstrak tanpa nitrogen adalah selulosa, hemiselulosa, lignin, gula, fruktan, pati, pektin, asam organik, resin, tanin, pigmen, dan vitamin larut air (Kamal, 1994). Kamal (1994) juga menjelaskan yang dimaksud ekstrak tanpa nitrogen dalam arti umum adalah sekelompok karbohidrat yang kecernaanya tinggi sedangkan dalam analisis proksimat yang dimaksud ekstrak tanpa nitrogen adalah sekelompok karbohidrat yang mudah larut dalam perebusan dengan H2SO4 1,25 % atau 0,225 N dan pada perebusan dengan larutan NaOH 1,25% atau 0,313 N yang berurutan masing-masing selama 30 menit. Walaupun demikian, untuk penentuan kadar ekstrak tanpa nitrogen hanya berdasarkan perhitungan 100% - (% air + % abu + % PK + % SK + % LK ) (Kamal, 1994).

Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk melatih ketrampilan mahasiswa dalam menganalisis kualitas bahan pakan dengan pendekatan analisis proksimat

Materi dan Metode

Materi :

1. Bahan pakan dengan kandungan protein tinggi 2. Bahan pakan dengan kandungan protein rendah

Metode :

Prosedur analisis kandungan bahan kering (BK)

Prinsip : Dengan pemanasan 105 derajat celcius, air yang terkandung dalam suatu bahan pakan akan menguap seluruhnya. Bahan yang tertinggal setelah penguapan air disebut bahan kering.

Alat-alat :

(26)

3. Eksicator (silica gel biro) 4. Penjepit

5. Timbangan analitis Cara Kerja :

1. Cawan porselin dimasukkan dalam oven 105 °C selama 1 jam.

2. Cawan diambil dan dimasukkan eksicator (menggunakan tang penjepit) selama 1 jam.

3. Cawan ditimbang dengan teliti, misalnya berat A gram.

4. Masukkan sampel ± 5 gram dalam cawan, dan ditimbang kembali. Misal berat B gram. Kemudian cawan yang berisi sampel tersebut dimasukkan dalam oven 105 °C selama 4 jam.

5. Cawan diambil, dimasukkan dalam eksikator selama 1 jam, kemudian ditimbang beratnya dengan teliti, misalnya C gram. Pada waktu mengambil cawan, menggunakan tang penjepit.

Perhitungan :

Kadar BK

=

C-A

B-A

×

100%

Keterangan : A= berat cawan

B= berat cawan + sampel

C= berat cawan + sampel setelah dioven BK= bahan kering

Prosedur analisis kandungan protein kasar (PK)

Prinsip : Asam sulfat pekat dengan katalisator dapat memecah ikatan N organik dalam bahan makanan menjadi ammonium sulfat, kecuali ikatan N = N ; NO ; dan NO2. Ammonium sulfat dalam suasana basa akan melepaskan NH3 yang kemudian

disuling (destilasi). Hasil sulingan ditampung dalam beakerglass yang berisi H2SO4

(27)

Alat-alat :

1. Timbangan analitis

2. Labu didih kjeldahl (50 ml) 3. Gelas ukur 5 ml atau dispenser 4. Erlenmeyer (300 ml)

5. Beaker glass (300 ml) 6. Alat untuk destilasi

7. Pipet volume 25 ml atau dispenser 8. Buret 50 ml

Bahan kimia :

1. H2SO4 pekat (95-97%)

2. Katalisator (seleniumgemisch buatan Merck) 3. Aquadest

4. NaOH 40% 5. H2SO4 0,1 N

6. Indikator (2 gram methyl red + methyl blue per liter etanol 96%) 7. NaOH 0,1 N

8. Batu didih Cara Kerja :

1. Destruksi

(28)

- Tambahkan 1,4 gram katalisator dan batu didih. Kemudian tambahkan 5 ml H2SO4 pekat (di dalam lemari asam) dengan

menggunakan dispenser.

- Didestruksi sampai warna menjadi hijau. Biarkan menjadi dingin. - Tambahkan 60 ml aquadest (dibagi 4 kali), kocok dan masukkan ke

dalam Erlenmeyer 300 ml 2. Destilasi

- Ambil beaker glass 300 ml, isi dengan H2SO4 0,1n sebanyak 25 ml

dengan menggunakan dispenser. Tambahkan 3 tetes indicator mix, warna menjadi ungu. Kemudian letakkan beakerglass di bawah ujung alat destilasi (ujung alat destilasi harus masuk ke dalam cairan penampung, agar tidak ada NH3 yang hilang) pasang dalam alat

destilasi.

- Selama destilasi warna tetap ungu. Destilasi selesai kalau larutan di dalam Erlenmeyer 300 ml mulai mendidih.

3. Titrasi

- Beakerglass yang berisi hasil sulingan dititrasi dengan NaOH 0,1 n sampai warna berubah menjadi hijau jernih. Misal jumlah NaOH untuk titrasi C ml

- Buat blanko, caranya sama tetapi tidak memakai sampel (Misal untuk titrasi perlu D ml NaOH 0,1n)

Perhitungan :

Kadar PK =

(

D-C

)

× n NaOH × 0,014 × 6,25

B-A ×100%

Keterangan :

(29)

B = berat kertas minyak plus sampel C = jumlah NaOH untuk titrasi sampel D = jumlah NaOH untuk titrasi blanko

Prosedur analisis kandungan serat kasar (SK) sampel

Prinsip : Serat kasar adalah suatu indicator dari daya cerna dan bulkiness dari suatu bahan. Serat kasar merupakan senyawa yang tidak larut jika direbus berturut-turut dalam larutan H2SO4 0,3 n selama 30 menit dan NaOH 1,5 n selama 25 menit.

(30)

penambahan NaOH untuk menguraikan /penyabunan senyawa lemak dalam pakan sehingga mudah larut. Sisa bahan pakan yang tidak tercerna setelah proses perebusan kemudian ditimbang dan diabukan. Perbedaan berat residu pertama dan berat residu setelah diabukan menunjukkan jumlah serat yang terdapat dalam suatu bahan pakan.

Fraksi serat kasar terdiri dari selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Sistem ini dikembangkan oleh Van Soest untuk mengevaluasi fraksi-fraksi dari suatu bahan pakan yang dapat dicerna.

Alat-alat :

1. Timbangan analitis

2. Beaker glass khusus untuk serat kasar 3. Alat untuk mendidihkan

4. Cawan filtrasi (crucible) serta alat filtrasinya. 5. Eksikator (silica gel biro)

6. Oven 140 °C 7. Tanur 550-600 °C Bahan kimia :

1. H2SO4 0,3 n

2. NaOH 1,5 n 3. HCl 0,3 n 4. EDTA 5. Aceton

6. Aquadest panas

(31)

1. Timbang kertas minyak, misal beratnya A gram. Ambil sampel kira-kira 1 gram taruh di atas kertas minyak dan timbang kembali, misal beratnya B gram. Tuangkan sampel (kertas minyak tidak diikutkan) dalam beaker glass khusus untuk analisa serat kasar dan tambahkan H2SO4 0,3 n sebanyak 50

ml dengan menggunakan gelas ukur, didihkan selama 30 menit.

2. Selanjutnya dengan cepat ditambahkan 0,5 gram EDTA kemudian didihkan lagi selama 5 menit tepat.

3. Matikan tombol pemanas. Ambil beaker glass.

4. Saring dengan cawan filtrasi yang sebelumnya sudah diisi dengan pasir. 5. Bersihkan beaker glass dengan aquadest panas sesedikit mungkin sampai

semua larutan masuk ke cawan filtrasi.

6. Lalu tambahkan 50 ml HCl 0,3 n diamkan 1 menit lalu dihisap dengan pompa vacuum.

7. Ditambah dengan 10 ml aquadest panas (sampai 5 kali)

8. Kemudian ditambah 10 ml aceton dan dihisap dengan pompa vacuum. 9. Kemudian ditambahkan lagi 40 ml aceton, diamkan 1 menit lalu dihisap

sampai kering.

10. Selanjutnya dioven pada t=140 °C selama 1,5 jam, kemudian masukkan ke dalam eksikator selama 1 jam dan ditimbang dengan teliti (beratnya C gram).

11. Setelah itu masukkan ke dalam tanur 550-600 °C selama 2 jam, keluarkan dengan tang penjepit dan masukkan kembali dalam eksikator, didiamkan selama 1 jam dan ditimbang dengan teliti (beratnya D gram)

Perhitungan :

Kadar SK

=

C-D

(32)

Prosedur analisis kandungan lemak kasar (LK)

(33)

dikumpulkan dalam suatu tabung. Jika proses selesai (4 jam). Eter dikumpulkan di tempat lain dan sisa lemak kasar dikeringkan dalam oven, setelah dingin ditimbang. Alat-alat :

1. Alat ekstraksi Goldfish

2. Beaker glass khusus lemak 3. Alat poselin atau selongsong S 4. Gelas ukur

5. Oven vaccum 80 °C 6. Timbangan analitis 7. Eksikator

8. Penjepit Bahan kimia :

1. n-hexan 2. batu didih Cara kerja :

1. Masukkan beaker glass yang sudah diberi 2-3 buah batu didih ke dalam oven dengan suhu 105 °C selama 1 jam. Ambil beaker glas dan masukkan dalam eksikator selama 1 jam.

2. Timbang kertas saring bebas abu, misal A gram. Ambil sampel kira-kira 3-5 g diletakkan di atas kertas saring dan ditimbang kembali, misal beratnya B gram. Bungkus sampel dengan menggunakan kertas saring tersebut, kemudian masukkan sampel ke dalam alat porselin atau selongsong S. 3. Ambil beaker glass khusus untuk analisa lemak dari eksikator dan ditimbang,

(34)

4. Kemudian beaker glass dan alat porselin (atau selongsong S) dipasang kea lat ekstraksi Goldfish dan diekstraksi selama 4 jam.

5. Ambil alat porselin atau selongsong S dengan sampel dang anti dengan labu khusus untuk mengumpulkan hexan lagi, sampai hexan dalam beaker glass tinggal sedikit saja.

6. Beaker glass yang telah berisi lemak dimasukkan ke dalam oven vaccum 80 °C. Lalu dihisap udara dari oven, beaker glass di oven selama 1,5 jam. 7. Beaker glass dimasukkan ke dalam eksikator selama 1 jam dan ditimbang

dengan teliti, misal beratnya D gram. Perhitungan :

Kadar Lemak

=

D-C

B-A

×

100%

Prosedur analisis kandungan energi bruto (EB)

(35)

dibakar melalui kawat pembakar yang dialiri listrik. Kenaikan temperatur diukur dalam keadaan adiabatik (suatu keadaan dimana tidak ada panas yang keluar dan tidak ada panas yang masuk). Dari perubahan suhu tersebut dapat diketahui kandungan gross energy suatu bahan. Kawat beraliran listrik ditempatkan (disentuhkan) pada contoh bahan yang akan dianalisa, dengan dialiri listrik, kawat akan membakar contoh bahan. Air dituangkan disekitar bom dan ditambahkan 25-30 atm oksigen. Panas yang dihasilkan dari pembakaran akan memanaskan air dan kenaikan panas ini akan dicatat oleh thermometer.

Alat-alat :

1. Pelleting mechine

2. Perangkat bomb calorimeter 3. Timbangan analitis

Cara kerja :

1. Sampel dibuat pellet dengan berat kira-kira 1-1,5 gram, misal beratnya A gram.

2. Timbang kawat (7-10 cm), misalnya berat B gram 3. Letakkan sampel pada crucible.

4. Kawat dipasang pada bomb. Hubungkan sampel dengan kawat dengan menggunakan benang.

5. Timbang air sebanyak 2000 gram, masukkan dalam bucket 6. Isi bomb dengan 1 ml methyl red.

7. Sampel dimasukkan ke dalam bomb dan ditutup rapat.

8. Isi bomb dengan 5 atm O2 kemudian keluarkan dan selanjutnya diisi lagi

dengan 25-30 atm O2. Sekrup pada bomb dikencangkan. Masukkan bomb

ke dalam bucket.

(36)

10. Periksalah pengaduk dan thermometer. 11. Hubungkan dengan arus listrik.

12. Tunggu sampai suhu menjadi konstan, dan catat (T1) 13. Tekan tombol pembakaran (istilah umumnya di-bom) 14. Catat suhu akhir setelah 7-10 menit (T2)

15. Matikan aliran listrik.

16. Buka tutup jacket dan keluarkan bomb.

17. Keluarkan oksigen dari dalam bomb (minimal 1 menit)

18. Cuci bagian bomb sebelah dalam, crucible dan tempat melekatnya kawat, dengan aquadest sehingga mencapai volume kira-kira 50 ml. Tuangkan aquadest tersebut pada beaker glass dan tambahkan 2-3 tetes indicator. 19. Titrasi dengan NaOH 0,1 N. Timbang sisa kawat (C gram)

Perhitungan : (GE dalam satuan kal/g)

GE =

{

(T2-T1)1325,605

}

{

13,8(mlNaOH) (N)

}

{

(B−C)(1400)

}

A

Prosedur analisis kandungan abu (%)

Prinsip : Dengan pemanasan pada 550-600 derajat celcius semua bahan organik akan terbakar. Bahan anorganik yang tidak terbakar disebut abu.

Alat-alat :

(37)

2. Tanur 550-600 °C 3. Eksikator (silica gel biro) 4. Penjepit

5. Timbangan analitis Cara kerja :

1. Ambil Al-disk dan masukkan ke dalam tanur (600 °C) selama 1 jam. 2. Dengan menggunakan tang penjepit al-disk dimasukkan dalam eksikator

diamkan selama 1 jam.

3. Timbang Al-disk tersebut, misal A gram. Ambil sampel kira-kira 3-5 gram, masukkan dalam Al-disk dan ditimbang kembali, misal beratnya B gram 4. Masukkan al-disk yang berisi sampel ke dalam tanur 600 °C sampai warna

berubah menjadi putih atau berubah menjadi abu. Tidak boleh terdapat warna hitam (kira-kira selama 4 jam).

5. Al-disks diambil dan dimasukkan ke dalam eksikator diamkan selama 1 jam kemudian ditimbang dengan teliti (beratnya C gram)

Perhitungan :

Kadar Abu

=

C-A

B-A

×

100%

Lembar Kerja Perhitungan

(38)
(39)

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

(40)

. . . . . . . . . . . . . . .

REFERENSI

Anonimous, 1990. Petunjuk Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum. Universitas Brawijaya Malang.

(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)

Gambar

Gambar 1. di bawah ini.
Gambar 22.  Contoh kotak persegi yang digunakan pada metode peason squremenggunakan lebih dari dua bahan pakan

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan yang dapat diambil yaitu nila pandu (Oreochromis niloticus) memiliki ketahanan yang cukup tinggi hingga kepadatan 10 9 terhadap infeksi bakteri

Keterikatan hakim terhadap visum et repertum sebagai alat bukti surat yang sah dapat dilihat pada saat hakim menerima hasil kesimpulan dari visum et repertum , dan mengambil

Pengaruh Perspektif Pemberdayaan Perempuan dalam Kebangkitan Ekonomi Lokal: Industri Tempe Sagu di Dusun Mrisi-Yogyakarta.. Membangun ekonomi yang kuat, 2) Membentuk masyarakat

Tidak hanya itu saja, kepala wisma mengevaluasi bahwa perawat pada panti ini masih terburu-buru dalam melayani lansia, kurang berhati-hati ketika memandikan

Hal ini juga diungkapkan oleh Anwar sahid bahwa tanaman sisik naga memiliki senyawa falvonoid, tannin, steroid, triterpenoid, minyak atsiri.(6) Adanya senyawa

Namun terdapat satu bentuk keselarasan dari sistem pengangkatan hakim karir, hakim agung dan hakim konstitusi yaitu melibatkan Komisi Yudisial sebagai organ independen, dan

What makes the heavy-ion therapy so unique is based on a few physical aspects of their interaction with irradiated matter in comparison to those of low-LET radiations: (i) heavy

Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan mengembangkan perangkat boost converter yang berfungsi menaikkan tegangan keluaran panel surya menjadi tegangan keluaran