• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DITINJAU DARI KEMAMPUAN MEMAHAMI KONSEP MATEMATIS SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DITINJAU DARI KEMAMPUAN MEMAHAMI KONSEP MATEMATIS SISWA"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DITINJAU DARI KEMAMPUAN

MEMAHAMI KONSEP MATEMATIS SISWA

(Studi pada Kelas VII Semester Genap SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015)

Oleh

DINA EKA NURVAZLY

(2)

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DITINJAU DARI KEMAMPUAN

MEMAHAMI KONSEP MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/ 2015)

Oleh

Dina Eka Nurvazly

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DITINJAU DARI KEMAMPUAN

MEMAHAMI KONSEP MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

(Skripsi)

Oleh

Dina Eka Nurvazly

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

DAFTAR ISI D. Manfaat Penelitian ... E. Ruang Lingkup ... 1. Efektivitas Pembelajaran ... 2. Model Pembelajaran Kooperatif ... 3. Model Pembelajaran Tipe GI ... 4. Pemahaman Konsep Matematis ... 5. Penelitian yang Relevan ... B. Kerangka Pikir... C. Anggapan Dasar ... D. Hipotesis Penelitian ...

(5)

vi E. Prosedur Penelitian ... F. Instrumen Penelitian ... 1. Validitas Instrumen ... IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(6)

viii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A. PERANGKAT PEMBELAJARAN

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ... 45

A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ... 70

A.3 Lembar Kerja Kelompok (LKK) ... 90

B. PERANGKAT TES B.1 Kisi-kisi Soal Tes Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 126

B.2 Soal Tes Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 127

B.3 Kunci Jawaban Soal Tes Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 128

B.4 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep ... 131

B.5 Form Penilaian Tes Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 132

B.6 Surat Keterangan Validasi ... 133

C. ANALISIS DATA C.1 Hasil Nilai Tes Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Kelas Uji Coba) ... 134

C.2 Uji Reliabilitas Tes Uji Coba ... 136

C.3 Analisis Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda Item Hasil Tes Uji Coba ... 138

C.4 Hasil Nilai Tes Pemahaman Konsep Matematis Siswa Pada Siswa yang Memperoleh Pembelajaran Tipe GI... ... 139

(7)

ix C.6 Uji Proporsi Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa Pada Siswa

yang Memperoleh Pembelajaran Tipe GI ... 143 C.7 Uji Kesamaan Dua Proporsi Pemahaman Konsep Matematis Siswa

Pada Siswa yang Memperoleh Pembelajaran Tipe GI dan

Pembelajaran Konvensional ... 145 C.8 Analisis Indikator Pemahaman Konsep Matematis Siswa Pada Siswa

yang Memperoleh Pembelajaran Tipe GI ... 148 C.9 Analisis Indikator Pemahaman Konsep Matematis Siswa Pada Siswa

yang Memperoleh Pembelajaran Konvensional ... 151

D. LAIN-LAIN

Kartu Kendali Bimbingan Skripsi Daftar Hadir Seminar Proposal Daftar Hadir Seminar Hasil Surat Izin Penelitian

(8)

vii

Persentase Banyaknya Siswa Yang Memahami Konsep Matematis Dengan Baik Pada Siswa Kelas Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung ... Persentase Banyaknya Siswa Yang Memahami Konsep Matematis

Dengan Baik Pada Siswa Kelas Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung ... Desain Posttest Only Control Design ... Kriteria Reliabilitas ... Kriteria Indeks Tingkat Kesukaran ... Tingkat Kesukaran Instrumen ... Kriteria Daya Pembeda ... Daya Pembeda Instrumen ... Persentase Siswa Yang Memahami Konsep Matematis Dengan Baik

Pada Pembelajaran Kooperatif Tipe GI dan Pembelajaran

Konvensional ... Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis Pada Siswa yang

(9)
(10)
(11)

MOTO

“You’re never too old to set another goal or to dream a new

dream”

(12)
(13)

PERSEMBAHAN

Terucap syukur kepada Allah SWT atas nikmat dan karunia-Nya, Kupersembahkan skripsi ini kepada:

Kedua orang tuaku tersayang Iswandi dan Ratna Dewi, yang telah membesarkan serta mendidik dengan penuh kasih sayang dan tak pernah lupa mendoakan untuk

keberhasilanku.

(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan, Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 6 November 1993. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Iswandi dan Ibu Ratna Dewi.

Pendidikan formal yang ditempuh penulis berawal dari taman kanak-kanak di TK Melati Puspa dan selesai pada tahun 1999, kemudian dilanjutkan dengan sekolah dasar di SD Al-Azhar 1 Bandarlampung dan lulus tahun 2005. Selanjutnya sekolah menengah pertama di SMP Negeri 29 Bandarlampung dan lulus tahun 2008. Sekolah menengah atas di SMA Negeri 12 Bandarlampung dan lulus tahun 2011.

Melalui jalur SNMPTN Tertulis penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada tahun 2011. Pada tahun 2014 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Way Empulau Ulu Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat dan pada tahun yang sama penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Liwa.

(15)

SANWACANA

Segala puji bagi Allah SWT. Rabb Semesta Alam yang mengadakan dan meniadakan segala sesuatunya di muka bumi ini, serta shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW. Nabi akhir zaman beserta sahabatnya.

Alhamdulillah atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Ditinjau dari Kemampuan Memahami Konsep Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015)” yang disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar kesarjanaan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada:

(16)

iii 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung sekaligus selaku Pembahas, atas kesediaannya memberikan sumbangan pemikiran, saran, dan kritik baik selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi.

3. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika sekaligus selaku Pembimbing Pertama, atas kesediaannya mem-berikan bimbingan, sumbangan pemikiran, kritik, dan saran, baik selama per-kuliahan maupun selama penyusunan skripsi.

4. Ibu Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik sekaligus selaku Pembimbing Kedua atas kesediaannya memberikan bimbingan, sumbangan pemikiran, kritik, dan saran, baik selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi.

5. Seluruh dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menye-lesaikan studi.

6. Bapak Wahdiyana, S.T., M.Pd.T., selaku Kepala SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung beserta Wakil, staf, dan karyawan yang telah memberikan izin dan kemudahan selama penelitian.

7. Ibu Helma, S.Pd, MM, selaku guru mitra yang telah banyak memberikan arahan dan masukan selama penelitian, serta murid-murid kelas VII-A dan VII-D SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung atas partisipasinya dalam penelitian ini.

(17)

keberha-iv silanku. Terima kasih untuk kasih sayang, kesabaran, pengertian, bantuan, dan doa yang kalian berikan.

9. Teman-teman tercinta Emilda, Veni, Novi, Rizka, Ista, Ni Luh, dan Atu yang senantiasa memberikan dukungan dan motivasi. Terimakasih atas waktu, tenaga, serta materi yang telah kalian berikan. Terimakasih untuk 4 tahun yang menyenangkan, berbagi keceriaan dan ke-absurd-an kalian.

10.Sahabatku Putry, Siska, Rizna, Anggi, dan Evi yang selama ini memberiku semangat dan selalu menemani saat suka dan duka.

11.Teman-teman seperjuangan angkatan 2011 A: Ade, Sekar, Desy, Dian, Selvy, Lidya, Muthi, Indah, Pobby, Eni, Suci, Gilang, Ikhwan, Abi, Aan, Heizlan, Ayu, Flo, Citra, Sela, Panji, Siti, Winda, Yola. Terimakasih untuk semua bantuan, kebersamaannya dan dukungannya selama ini.

12.Teman-teman KKN & PPL SMA Negeri 1 Liwa: Helita, Indah, Artha, Veni, Dedeh, Kadek, Ical, Kak Lukman, dan Ana. Terimakasih untuk 3 bulan yang penuh perjuangan, canda, tawa, kesedihan dan dukungannya teman, kalian luar biasa.

13.Teman-teman angkatan 2011 B, kakak-kakak tingkat, teman-teman dan adik-adik tingkat atas kebersamaannya.

14.Almamater yang telah mendewasakanku.

Penulis berharap semoga Allah SWT senantiasa membalas semua kebaikan yang telah diberikan dan semoga skripsi ini bermanfaat.

Bandarlampung, Agustus 2015 Penulis,

(18)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era globalisasi seperti sekarang ini, kita dihadapkan pada hal–hal baru yang akan menimbulkan berbagai dampak pada ekonomi, sosial, budaya, dan politik yang mendasar. Untuk mengantisipasi perubahan-perubahan tersebut, perlu dilakukan pengembangan terhadap sumber daya manusia (SDM) oleh pemerintah. Pengembangan SDM dinilai sangat strategis dan mendasar, karena peran manusia dalam pembangunan nasional sangat penting dan menentukan. Tanpa adanya SDM yang berkualitas maka pembangunan nasional tidak akan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

(19)

2 Sayangnya, perolehan skor matematika siswa Indonesia ternyata masih tergolong rendah. Terlihat dari hasil survei yang dilakukan oleh Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) pada siswa kelas dua (eight grade) Sekolah Menengah Pertama (SMP) tahun 2011 menempatkan Indonesia pada peringkat 38 dari 42 negara dengan perolehan skor matematika sebesar 386 (NCES, 2011).

Salah satu indikasi yang menyebabkan rendahnya perolehan skor matematis siswa adalah rendahnya kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Magfiroh (2013: 2) bahwa prestasi belajar matematika siswa yang masih rendah disebabkan karena siswa kurang memahami konsep yang dipelajari. Padahal dalam pembelajaran matematika, pemahaman konsep merupakan salah satu tujuan penting yang ingin dicapai.

(20)

3 lain sehingga siswa harus memahami konsep dengan baik. Berdasarkan pemaparan tersebut, maka siswa harus bisa memahami konsep dengan benar agar tidak terjadi kesalahan untuk memahami konsep selanjutnya.

Rendahnya kemampuan memahami konsep matematis ditemui pula di SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung pada siswa kelas VII. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang memahami konsep matematis. Rata-rata banyaknya siswa yang memahami konsep matematis dengan baik adalah 43,715%. Data banyaknya siswa yang memahami konsep matematis dengan baik pada kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015 dapat dilihat pada Tabel 1.1 di bawah ini.

Tabel 1.1 Persentase Banyaknya Siswa Yang Memahami Konsep Matematis Dengan Baik Pada Kelas VII SMP Muhammadiyah 3

Sumber: SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015

(21)

4 aktif. Hal ini ditemui pula di SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan dengan guru bidang studi matematika kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung, diketahui bahwa guru masih menggunakan model mengajar konvensional. Pembelajaran masih terpusat pada guru dimana guru mengajar dengan menjelaskan materi di depan kelas dan siswa hanya diberikan latihan soal. Pembelajaran seperti ini membuat siswa tidak memiliki kesempatan untuk aktif dalam proses pembelajaran. Mereka hanya mendengar, mencatat, dan mengerjakan soal sesuai dengan contoh yang diberikan sehingga siswa mengalami kesulitan dalam memahami dan menyelesaikan soal yang berakibat pada rendahnya pemahaman konsep matematis siswa.

Untuk mengembangkan kemampuan memahami konsep matematis siswa maka diperlukan suatu inovasi dalam proses pembelajaran. Hal ini tidak terlepas dari kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Agar siswa dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran maka dibutuhkan suatu model pembelajaran di mana interaksi pembelajaran yang terjadi didominasi oleh siswa. Interaksi yang didominasi oleh siswa salah satunya dapat diperoleh melalui interaksi teman sebaya melalui pembentukan kelompok belajar.

(22)

5 struktur kelompok yang bersifat heterogen. Dalam pembelajaran kooperatif siswa dituntut untuk saling bekerja sama dengan anggota kelompoknya. Ini memungkinkan siswa untuk memaksimalkan proses pembelajaran yang sedang mereka jalani.

Salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan kemampuan memahami konsep matematis siswa adalah Group Investigation (GI) (Fitriana, 2010: 4). Hal tersebut dikarenakan pada tipe pembelajaran GI siswa difasilitasi menjadi lebih aktif sejak kegiatan awal sampai akhir pembelajaran dalam memahami materi baik secara mandiri maupun kelompok. Tidak hanya itu, tipe pembelajaran GI juga dapat menstimulasi siswa untuk berpikir sistematis, kritis, analitik, dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat menguasai konsep dengan baik. Dalam tipe pembelajaran GI guru harus menyiapkan masalah bagi siswa. Siswa menghadapi masalah yang kemudian diarahkan untuk menemukan konsep. Karena siswa secara bersama-sama menemukan konsep, maka diharapkan konsep tersebut akan tertanam dengan baik pada diri siswa yang pada akhirnya siswa akan menguasai konsep itu dengan baik pula. Dengan demikian tipe pembelajaran GI dapat membantu siswa untuk meningkatkan pemahaman konsep matematisnya.

(23)

6 mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan.

Dalam penelitian ini, pembelajaran dikatakan efektif apabila persentase siswa yang memiliki kemampuan memahami konsep matematis dengan baik pada siswa yang memperoleh tipe pembelajaran GI lebih dari 60% dan persentase siswa yang memiliki kemampuan pemahaman konsep matematis dengan baik pada siswa yang memperoleh tipe pembelajaran GI lebih dari persentase siswa yang memiliki kemampuan pemahaman konsep matematis dengan baik pada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai efektivitas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VII semester genap SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung tahun pelajaran 2014/2015.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI efektif ditinjau dari kemampuan memahami konsep matematis siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Tahun Pelajaran

2014/2015?’

(24)

7 1. Apakah persentase siswa yang memiliki kemampuan memahami konsep

matematis dengan baik pada pembelajaran kooperatif tipe GI lebih dari 60%? 2. Apakah persentase siswa yang memiliki kemampuan memahami konsep

matematis dengan baik pada pembelajaran kooperatif tipe GI lebih tinggi dibanding pada pembelajaran konvensional?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui efektivitas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI ditinjau dari kemampuan memahami konsep matematis siswa kelas VII semester genap SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan terhadap perkembangan pembelajaran matematika, terutama terkait pemahaman konsep matematis siswa dan model pembelajaran kooperatif tipe GI.

2. Manfaat Praktis

(25)

8 E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Efektivitas pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu ukuran keberhasilan dari suatu kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang maksimal. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe GI dalam penelitian ini dikatakan efektif apabila persentase siswa yang memiliki kemampuan memahami konsep matematis dengan baik lebih dari 60%. Selanjutnya, persentase siswa yang memiliki kemampuan memahami konsep matematis dengan baik pada model pembelajaran kooperatif tipe GI lebih tinggi dibandingkan dengan persentase siswa yang memiliki kemampuan pemahaman konsep matematis dengan baik pada model pembelajaran konvensional.

2. Model pembelajaran kooperatif tipe GI adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi.

3. Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa merupakan kemampuan siswa untuk mengungkapkan kembali materi yang telah ia pelajari dengan kalimatnya sendiri yang mencakup indikator kemampuan memahami konsep matematis. Indikator kemampuan memahami konsep matematis siswa menurut Peraturan Dirjen Dikdasmen Nomor 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11

November 2004 (dalam Tim PPPG Matematika, 2005: 86) yaitu: 1) menyatakan ulang sebuah konsep, 2) mengklasifikasi objek menurut

(26)

9 representasi matematis, 5) mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep, 6) menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu, 7) mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah. Indikator memahami konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Menyatakan ulang sebuah konsep

(27)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Efektivitas Pembelajaran

Suatu kegiatan dikatakan efektif bila kegiatan itu dapat diselesaikan pada waktu yang tepat dan mencapai tujuan yang diinginkan. Efektivitas menekankan pada perbandingan antara rencana dengan tujuan yang dicapai. Oleh karena itu, efektivitas pembelajaran sering kali diukur dengan tercapainya tujuan pembelajaran, atau dapat pula diartikan sebagai ketepatan dalam mengelola situasi (Warsita, 2008: 287)

Dick dan Reiser (Warsita, 2008: 288) menyatakan bahwa pembelajaran efektif merupakan suatu pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk belajar keterampilan spesifik, ilmu pengetahuan, dan sikap serta yang membuat peserta didik senang. Pembelajaran yang efektif memudahkan peserta didik untuk belajar sesuatu yang bermanfaat, seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, cara hidup serasi dengan sesama, atau suatu hasil belajar yang diinginkan.

(28)

11 persentase siswa yang tuntas belajar lebih dari 60%. Siswa dinyatakan tuntas belajar apabila mendapatkan nilai lebih dari atau sama dengan nilai KKM, yaitu 70.

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Roger, dkk (Huda, 2014: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran kelompok yang aktivitasnya didasari pada tanggung jawab setiap anggota kelompok atas pembelajarannya sendiri serta didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota lainnya. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Roger, Kagan (Hosnan, 2014: 235) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dengan kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda yang menggunakan berbagai aktivitas belajar untuk meningkatkan pemahaman tentang suatu subjek dimana setiap anggota kelompok bertanggung jawab tidak hanya untuk pembelajarannya sendiri namun juga untuk pembelajaran anggota kelompok lainnya sehingga dapat tercapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

(29)

12 Menurut Huda (2014: 32-33) pembelajaran kooperatif biasanya menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil selama beberapa minggu atau bulan kedepan untuk kemudian diuji secara individual pada hari ujian yang telah ditentukan. Sebelumnya, kelompok-kelompok siswa ini diberi penjelasan/ pelatihan untuk menjadi pendengar, memberi penjelasan, mengajukan pertanyaan, serta saling membantu dan menghargai satu sama lain dengan cara-cara yang baik.

Nur (Daryanto dan Rahardjo, 2012: 242) menyebutkan prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif adalah, setiap anggota kelompok; 1) memiliki tanggung jawab untuk segala sesuatu yang dilakukan di dalam kelompoknya; 2) mengetahui bahwa seluruh anggota kelompok memiliki tujuan pembelajaran yang sama; 3) memiliki tanggung jawab serta pembagian tugas yang merata; 4) akan dikenai evaluasi; 5) saling berbagi kepemimpinan dan keterampilan untuk belajar bersama; 6) akan dimintai pertanggungjawaban terhadap materi yang ia pelajari.

(30)

13 menjelaskan cara menyelesaikan tugas pembelajaran, saling menyimak penjelasan masing-masing, saling mendorong untuk bekerja keras, serta saling memberikan bantuan akademik jika ada yang membutuhkan; 4) evaluasi, sistem evaluasi didasarkan pada kriteria tertentu, penekanannya biasanya terletak pada pembelajaran dan peningkatan akademik setiap siswa, bisa pula difokuskan pada setiap kelompok, seluruh siswa, maupun sekolah.

Dalam penelitian ini setiap siswa memiliki tanggung jawab untuk mempelajari materi tertentu serta mendapat pembagian tugas yang merata. Siswa akan saling belajar dan menyelesaikan tugas secara bersama yang kemudian dikenai evaluasi.

3. Model Pembelajaran Tipe Group Investigation (GI)

(31)

14 penelitiannya di depan kelas. Semua anggota harus turut andil dalam menentukan topik penelitian apa yang akan mereka ambil. Mereka pula yang memutuskan sendiri pembagian kerjanya.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran tipe GI merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif sejak awal pembelajaran dan memberikan kontrol penuh kepada siswa selama kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan seluruh kegiatan dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa dan mengharuskan siswa untuk terlibat secara aktif. Selain itu juga, siswa diberikan kebebasan dalam kegiatan pembelajaran untuk memilih topik yang akan diinvestigasi, mengumpulkan informasi, mengolah data, dan kemudian membuat laporan akhir yang kemudian dipresentasikan di depan kelas.

Aunurrahman (Anggraini, 2010: 2) memaparkan beberapa ciri esensial GI yaitu: 1. Para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil dan memiliki

independensi terhadap guru.

2. Kegiatan-kegiatan siswa terfokus pada upaya menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan.

3. Kegiatan belajar siswa akan selalu mengharuskan siswa untuk mengumpulkan sejumlah data, menganalisisnya, dan mencapai beberapa kesimpulan.

4. Siswa akan menggunakan pendekatan yang beragam di dalam proses pembelajaran.

Langkah-langkah model pembelajaran tipe GI secara umum menurut Rusman (2012: 221-222) dibagi menjadi enam langkah, yaitu:

(32)

15 atas ketertarikan topik yang sama dan heterogen; guru membantu atau memfasilitasi dalam memperoleh informasi).

2. Merencanakan tugas-tugas belajar (direncanakan secara bersama-sama oleh siswa dalam kelompoknya masing-masing, yang meliputi: apa yang kita selidik; bagaimana kita melakukannya, siapa sebagai apa-pembagian kerja; untuk tujuan apa topik ini diinvestigasi).

3. Melaksanakan investigasi (siswa mencari informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan; setiap anggota kelompok harus berkontribusi kepada usaha kelompok; para siswa bertukar pikiran, mendiskusikan, mengklarifikasi, dan mensintesis ide-ide).

4. Menyiapkan laporan akhir. 5. Mempresentasikan laporan akhir.

6. Mengevaluasi (guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran; asesmen diarahkan untuk mengevaluasi pemahaman konsep).

Dalam penelitian ini, langkah-langkah pembelajaran tipe GI yaitu setiap kelompok mengidentifikasi suatu topik tertentu untuk kemudian diinvestigasi. Masing-masing anggota kelompok berusaha mengumpulkan informasi dan mengevaluasi data untuk kemudian menyintesiskannya ke dalam laporan akhir kelompok yang akan dipresentasikan di depan kelas. Karena selama proses investigasi siswa terlibat dalam aktivitas-aktivitas berpikir tingkat tinggi seperti membuat sintesis, ringkasan, hipotesis, kesimpulan, dan menyajikan hasil diskusi, maka diharapkan siswa memiliki kemampuan pemahaman konsep yang baik.

4. Pemahaman Konsep Matematis

(33)

16 dari ide tersebut. Jihad dan Haris (2012: 149) menyatakan bahwa pemahaman konsep merupakan suatu kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam memahami konsep dan dalam melakukan prosedur (algoritma) secara tepat. Jadi kemampuan pemahaman konsep merupakan suatu kemampuan yang dimiliki siswa untuk memahami suatu konsep yang ditunjukkan dalam indikator pemahaman konsep.

Menurut Peraturan Dirjen Dikdasmen Nomor 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2004 (dalam Tim PPPG Matematika, 2005: 86) diuraikan bahwa indikator siswa memahami konsep matematika adalah mampu:

1. Menyatakan ulang sebuah konsep,

2. Mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya,

3. Memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep,

4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis, 5. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep,

6. Menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu,

7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah.

Dalam penelitian ini indikator kemampuan memahami konsep matematis yang digunakan yaitu menyatakan ulang sebuah konsep, menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis, serta menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu.

(34)

17 sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks. Hal ini membuat siswa harus memiliki konsep yang benar agar dapat memahami konsep selanjutnya.

Langkah-langkah dalam menanamkan suatu konsep berdasarkan penggabungan beberapa teori belajar Bruner menurut Hudojo (2003: 123) yaitu: 1) guru memberikan pengalaman belajar kepada siswa berupa contoh-contoh yang berhubungan dengan suatu konsep matematika dari berbagai bentuk yang sesuai dengan struktur kognitif siswa; 2) siswa diberikan dua atau tiga contoh lagi dengan bentuk pertanyaan; 3) siswa diminta untuk memberikan contoh-contoh sendiri tentang suatu konsep sehingga dapat diketahui apakah siswa sudah memahami konsep tersebut; 4) siswa diberikan kesempatan untuk mendefinisikan konsep tersebut dengan bahasanya sendiri; 5) siswa diberikan lagi contoh mengenai konsep dan bukan konsep; 6) siswa mengerjakan latihan soal untuk memperkuat konsep tersebut.

5. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.oPenelitian yang dilakukan oleh Magdalena pada tahun 2014 dengan judul

(35)

18 2.oPenelitian yang dilakukan oleh Septiawan pada tahun 2014 dengan judul

Efektivitas Pembelajaran Tipe GI Ditinjau dari Aktifvitas dan Hasil Belajar Matematika merupakan penelitian eksperimen semu dengan desain penelitian one group posttets-only. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh kesimpulan

bahwa model group investigation efektif diterapkan pada pembelajaran matematika ditinjau dari aktivitas dan hasil belajar matematika.

B. Kerangka Pikir

Penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebas adalah model pembelajaran kooperatif tipe GI (X) dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep matematis siswa (Y).

Pemahaman konsep merupakan kemampuan awal yang harus dimiliki oleh setiap siswa dimana siswa mampu memahami konsep, situasi, dan fakta yang diketahui serta dapat menjelaskan kembali konsep tersebut dengan kata-kata sendiri sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya dengan tidak mengubah artinya. Jadi, pemahaman konsep matematis adalah kemampuan siswa dalam menerjemahkan, menafsirkan, dan menyimpulkan suatu konsep matematika berdasarkan pembentukan pengetahuannya sendiri, bukan sekedar menghafal. Dengan demikian, siswa dapat menemukan dan menjelaskan kaitan suatu konsep dengan konsep lainnya.

(36)

19 guru. Siswa menjadi pasif dikarenakan kegiatan pembelajaran hanya terjadi satu arah. Salah satu alternatif yang diduga efektif meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa adalah melalui pembelajaran kooperatif tipe GI.

Pembelajaran kooperatif tipe GI ini didesain sedemikian rupa untuk pembelajaran secara berkelompok dengan lebih menekankan pada kontrol siswa dan pilihan siswa untuk memilih topik yang akan diinvestigasi secara bersama yang terdiri atas empat orang atau lebih. Dalam model ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. Para siswa akan saling belajar satu sama lain dalam diskusi untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan sehingga mereka dapat terlibat dalam aktivitas-aktivitas berpikir tingkat tinggi, seperti membuat ringkasan, hipotesis, sintesis, kesimpulan, dan dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas, sehingga tanpa disadari proses-proses tersebut dapat meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa.

C. Anggapan Dasar

(37)

20 D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini, yaitu:

1. Hipotesis Umum

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI efektif ditinjau dari kemampuan memahami konsep matematis siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Tahun Pelajaran 2014/2015.

2. Hipotesis Khusus

1. Persentase siswa yang memiliki kemampuan memahami konsep matematis dengan baik pada pembelajaran kooperatif tipe GI lebih dari 60%.

(38)

21

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester genap tahun ajaran 2014/2015 sebanyak 166 siswa yang terdistribusi dalam empat kelas yaitu dari kelas VII-A sampai kelas VII-D dengan banyaknya siswa yang memahami konsep matematis dengan baik yang diperoleh dari nilai ulangan harian ke-3 sebagai berikut.

Tabel 3.1 Persentase Banyaknya Siswa Yang Memahami Konsep Matematis Dengan Baik Pada Kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung

NO Kelas Banyak Siswa

Persentase Banyaknya Siswa Yang Memahami Konsep Matematis

Dengan Baik

1 VII A 39 47,74%

2 VII B 44 30,72%

3 VII C 42 50,54%

4 VII D 41 45,86%

Jumlah 166 Rata-rata 43,715%

Sumber: SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015

(39)

22 pertimbangan peneliti untuk mencapai tujuan penelitian. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengambilan sampel berdasarkan kelas yang memiliki persentase kemampuan pemahaman konsep matematis yang hampir sama dengan rata-rata persentase kemampuan pemahaman kosep matematis siswa. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka terpilih kelas VII-A dan kelas VII-D yang akan menjadi sampel dalam penelitian ini dengan kelas VII-A sebagai kelas eksperimen yang menerima pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tipe GI dan kelas VII-B sebagai kelas kontrol yang menerima pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain posttest only control design yang merupakan desain dengan pemberian tes akhir pada kelas eksperimen

dan kelas kontrol.

Tabel 3.2 Desain posttest only control design

Kelas Perlakuan Posttest

E1 X1 O1

E2 X2 O2

Keterangan:

E1 = Kelas eksperimen

E2 = Kelas kontrol

O1= Skor Posttest pada kelas eksperimen

O2= Skor Posttest pada kelas kontrol

X1 = Perlakuan menggunakan model pembelajaran Group Investigation

(40)

23 C. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data pemahaman konsep matematis siswa.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes. Tes diberikan di akhir pembelajaran (posttest only) yang bertujuan untuk mengukur kemampuan memahami konsep matematis siswa selama mengikuti pembelajaran.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, berikut ini adalah tahapan dari proses tersebut:

1. Tahap Penelitian Pendahuluan

1. Melakukan survei pendahuluan untuk mengetahui kondisi sekolah seperti kelas, jumlah siswa, dan kemampuan awal siswa.

(41)

24 menentukan populasi dan sampel yang akan digunakan dalam penelitian.

2. Tahap Perencanaan

1. Menentukan materi pelajaran yang akan digunakan dalam penelitian dan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaraan (RPP)

2. Membuat instrumen penelitian yang meliputi kisi-kisi soal, tes kompetensi pemahaman konsep matematis, pedoman penilaian.

3. Melakukan validitas instrumen dan mengujicobakan instrumen tersebut. 4. Menganalisis data hasil uji coba untuk mngetahui reliabilitas instrumen. 5. Melakukan perbaikan instrumen jika diperlukan.

3. Tahap Pelaksanaan

1. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI pada kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.

2. Mengumpulkan data hasil penelitian.

3. Melakukan pengolahan data hasil penelitian. 4. Menganalisis data hasil penelitian.

5. Membuat laporan hasil akhir penelitian.

F. Instrumen Penelitian

(42)

25 penelitian ini harus memenuhi kriteria tes yang baik ditinjau dari validitas dan reliabilitasnya, daya pembeda, dan indeks kesukaran soal tersebut.

1. Validitas Instrumen

Validitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan validitas isi. Validitas isi dari suatu tes kemampuan pemahaman konsep matematis dapat diketahui dengan cara membandingkan isi yang terkandung dalam soal tes pemahaman konsep matematis dengan indikator pemahaman konsep matematis yang digunakan. Soal ini akan dikonsultasikan dengan guru mitra untuk menentukan valid atau tidaknya soal tersebut. Uji coba soal dilakukan di luar sampel penelitian tetapi masih di dalam populasi penelitian. Setelah dilakukan uji coba, maka dihitung tingkat reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda soal tersebut.

2. Reliabilitas

Setelah dinyatakan valid, langkah selanjutnya yaitu instrumen tes diujicobakan. Uji coba instrumen dilakukan di kelas VII-B. Hasil analisis data uji coba tes digunakan untuk mengetahui reliabilitas tes. Dalam Suherman (1990: 194) disebutkan bahwa untuk mengetahui koefisien reliabilitas pada soal berbentuk uraian digunakan rumus Alpha sebagai berikut.

r11 =

Keterangan:

: Koefisien reliabilitas n : Banyaknya butir soal (item)

(43)

26 Untuk mencari varians digunakan rumus sebagai berikut.

2

Setelah diperoleh koefisien reliabilitas dari soal yang digunakan maka kita dapat menginterpretasikannya terhadap kriteria tertentu dengan menggunakan tolak ukur yang dibuat oleh Guilford (Suherman, 1990 : 177) sebagai berikut.

Tabel 3.3 Kriteria Reliabilitas

(44)

27 3. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran digunakan untuk menggolongkan suatu butir soal apakah termasuk sukar, sedang, atau mudah. Butir soal yang baik adalah butir soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Sudijono (2008: 372) mengungkapkan untuk mengetahui tingkat kesukaran setiap butir soal, digunakan rumus berikut.

Keterangan:

: Indeks tingkat kesukaran item

: Jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diperoleh : jumlah skor maksimum yang diperoleh siswa pada suatu butir soal

Selanjutnya indeks tingkat kesukaran yang diperoleh diinterpretasikan menggunakan kriteria indeks tingkat kesukaran seperti berikut.

Tabel 3.4 Kriteria Indeks Tingkat Kesukaran Indeks Tingkat Kesukaran Interpretasi

0,00 ≤ ≤ 0,15 Sangat Sukar

0,16 ≤ ≤ 0,30 Sukar

0,31 ≤ ≤ 0,70 Sedang

0,71 ≤ ≤ 0,85 Mudah

0,86 ≤ ≤ 1,00 Sangat Mudah

(45)

28 Tabel 3.5 Tingkat Kesukaran Instrumen

NO Indeks Tingkat

Kesukaran Interpretasi

1 0,65 Sedang

2 0,66 Sedang

3 0,72 Mudah

4 0,53 Sedang

Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa tingkat kesukaran sesuai dengan kriteria minimal yang digunakan sehingga instrumen tes dapat digunakan dalam penelitian. Perhitungan selengkapnya terdapat pada Lampiran C.3.

4. Daya Pembeda

Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui soal-soal yang baik, kurang baik, dan soal yang tidak baik untuk digunakan dalam instrumen tes. Sudijono (2008: 120) mengungkapkan untuk menghitung daya pembeda butir soal digunakan rumus sebagai berikut.

Keterangan:

: Indeks daya pembeda satu butir soal : Skor maksimum butir soal yang diolah

RA : Rata-rata skor kelompok atas pada butir soal yang diolah

RB : Rata-rata skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah

(46)

29 Tabel 3.6 Kriteria Daya Pembeda

Instrumen uji yang digunakan pada penelitian ini adalah instrumen yang memiliki interpretasi sedang dan baik. Hasil analisis uji instrumen mengenai daya pembeda dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut.

Tabel 3.7 Daya Pembeda Instrumen

NO Indeks Daya Pembeda Interpretasi

1 0,43 Baik

2 0,37 Sedang

3 0,31 Sedang

4 0,47 Baik

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa daya pembeda soal sesuai dengan kriteria yang digunakan sehingga instrumen tes yang diujikan dapat digunakan dalam penelitian. Perhitungan selengkapnya terdapat pada Lampiran C.3.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan melalui tahap-tahap berikut.

1. Menghitung skor hasil tes pemahaman konsep matematis.

2.aMerekapitulasi siswa yang memiliki pemahaman konsep matematis dengan baik. Seorang siswa dikatakan memiliki pemahaman konsep matematis dengan baik apabila skor hasil tes kemampuan kemampuan pemahaman konsep

Indeks Daya Pembeda Interpretasi -1,00 ≤ DP < 0,20 Buruk

(47)

30 matematis yang diperolehnya lebih dari atau sama dengan 70 (Lampiran C.4 dan C.5).

Selanjutnya dilakukan uji proporsi, dan uji kesamaan dua proporsi untuk menguji hipotesis sebagai berikut.

a. Untuk mengetahui besarnya persentase siswa yang memiliki kemampuan pemahaman konsep matematis dengan baik pada pembelajaran kooperatif tipe GI lebih dari 60%, dilakukan uji proporsi yang menggunakan uji proporsi satu pihak dengan rumusan hipotesis sebagai berikut.

H0 : (proporsi siswa yang memiliki kemampuan pemahaman konsep

matematis dengan baik sama dengan 60%)

H1 : (proporsi siswa yang memiliki kemampuan pemahaman konsep

matematis dengan baik lebih dari 60%) Statistik yang digunakan dalam uji ini yaitu sebagai berikut:

Sudjana (2005: 233)

keterangan:

x = banyak siswa yang memiliki kemampuan pemahaman konsep matematis

idengan baik pada kelas eksperimen n = banyak sampel pada kelas eksperimen

Dengan kriteria pengujian: tolak H0 jika dimana di dapat

dari daftar normal baku dengan peluang dan taraf signifikan . Untuk hipotesis H0 diterima. Setelah dilakukan perhitungan

(48)

31 b. Untuk mengetahui besarnya persentase siswa yang memiliki kemampuan

pemahaman konsep matematis dengan baik pada pembelajaran kooperatif tipe GI lebih tinggi dibanding dengan pembelajaran konvensional, dilakukan uji kesamaan dua proporsi yang menggunakan uji satu pihak dengan rumusan hipotesis berikut.

(proporsi siswa yang memiliki kemampuan pemahaman konsep matematis dengan baik pada pembelajaran kooperatif tipe GI sama dengan siswa yang memiliki kemampuan pemahaman konsep matematis dengan baik pada pembelajaran konvensional).

(proporsi siswa yang memiliki kemampuan pemahaman konsep matematis dengan baik pada pembelajaran kooperatif tipe GI lebih tinggi dari siswa yang memiliki kemampuan pemahaman konsep matematis dengan baik pada pembelajaran konvensional)

Statistik yang digunakan dalam uji ini adalah sebagai berikut:

imatematis dengan baik pada kelas eksperimen

= banyaknya siswa yang memiliki kemampuan pemahaman konsep

imatematis dengan baik pada kelas kontrol

(49)

32 Kriteria pengujian mengikuti Sudjana (2005: 248) yaitu tolak H0 jika

dan terima H0 untuk dengan taraf nyata.

(50)

41

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI efektif ditinjau dari kemampuan memahami konsep matematis siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Guru dapat menjadikan model pembelajaran tipe GI sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran matematika untuk membantu mengembangkan pemahaman konsep matematis siswa.

(51)

42

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Lela. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VIII-4 SMP Negeri 27 Palembang. Jurnal Pendidikan Matematika Vol 4 No 1. Universitas Sriwijaya. [Online]. Tersedia:hjhghjbhbgvghbhbhhb

http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jpm/article/view/309/72 (diakses pada tanggal 10 Januari 2015).

Daryanto dan Rahardjo, Mulyo. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Gava Media.

Fitriana, Laila. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Tipe Group Investigation (GI) dan STAD Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Kemandirian Belajar Siswa. Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika. Universitas Negeri Yogyakarta. [Online]. Tersedia:

http://eprints.uny.ac.id/7384/1/p-29.pdf (diakses pada tanggal 10 Januari 2015).

Herawati, Oktiana Dwi Putra. 2010. Pengaruh Pembelajaran Problem Posing Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 6 Palembang. Jurnal Pendidikan Matematika Vol 4 No 1. Universitas Sriwijaya. [Online]. Tersedia:

http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jpm/article/viewFile/312/75 (diakses pada tanggal 10 Januari 2015).

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Huda, Miftahul. 2014. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hudojo, Herman dkk. 2003. Strategi Belajar Mengajar Matematika Kontemporer. Malang: Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang.

(52)

43 Magdalena, Fajar. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Sribhawono Tahun Pelajaran 2012/2013). (Skripsi). Bandarlampung: Universitas Lampung.

Magfiroh, Qori. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Konseptual Interaktif (Interactive Conceptual Instruction) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP. Jurnal Online Pendidikan Matematika Kontemporer Vol 1 No 1. Universitas Pendidikan Indonesia. [Online].aTersedia:

http://journal.fpmipa.upi.edu/index.php/jopmk/article/view/67/57 (diakses pada tanggal 10 Januari 2015).

NCES. 2011. Mathematics and Science Achievement of English-Grade Students in an International Context. [On Line]. Tersedia: https://nces.ed.gov/TIMSS/result/. (diakses pada 10 Januari 2015).

Purwanto, M.N. 1994. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ruseffendi. 1998. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito.

Rusman. 2010. Model Model Pembelajaran. Bandung: Rajagrafindo Persada. Septiawan, Rico. 2014. Efektivitas Pembelajaran Tipe GI Ditinjau dari Aktivitas

dan Hasil Belajar Matematika (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Seputih Banyak Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013). (Skripsi). Bandarlampung: Universitas Lampung.

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito. Bandung: PT. Tarsito.

Suherman, Erman dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-UPI.

Suherman, Erman dan Sukjaya, Yaya. 1990. Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijaya Kusumah.

Sutikno, M. Sobry. 2005. Pembelajaran Efektif Apa dan Bagaimana Mengupayakannya. Mataram: NTP Pres.

(53)

44 Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya.

Gambar

Tabel 1.1   Persentase Banyaknya Siswa Yang Memahami Konsep Matematis
Tabel 3.1   Persentase Banyaknya Siswa Yang Memahami Konsep Matematis
Tabel 3.2 Desain posttest only control design
Tabel 3.3 Kriteria Reliabilitas
+4

Referensi

Dokumen terkait

Di samping itu ditunjukkan juga dalam simulasi ini pengaruh perubahan parameter serat optis dan sistem komunikasi optis terhadap besarnya daya sinyal FWM yang dibangkitkan..

Dengan adanya aplikasi ini bagi pemula yang menggemari bulu tangkis dapat mempelajari dengan baik dan benar, selain itu aplikasi ini juga memberikan informasi yang lengkap

135 rendah hati satu sama lain, mempunyai etika sopan santun kepada orang tua, guru maupun dengan teman sebaya. Pada proses pembiasaan untuk membentuk sikap

1) Materi pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang mencakup 5 aspek, yaitu aspek al Quran, akidah, tarikh/sejarah, akhlak dan fiqh. 2) Sumber Daya Manusia (SDM)

kualitas citra antara citra hasil dari proses segmentasi citra dengan metode Fuzzy C. Means Clustering dan Harmonic Mean Filter sebagai filter dengan citra

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek asam fumarat, natrium bikarbonat, atau interaksi keduanya yang dominan dalam menentukan sifat fisik granul effervescent ekstrak

Penulis juga telah menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan dengan judul “Diagnosa Koi Herves Virus (KHV) Pada Ikan Mas ( Cyprinus carpio) Dengan Polymerase Chain

Kulit kering atau xerosis adalah kelainan kulit terjadi akibat modifikasi lipid dan hidrasi yang terganggu pada sawar stratum korneum.. Perubahan struktur lipid pada