• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN AUDIO VISUAL DAN LANGSUNG TERHADAP PEMBELAJARAN GERAK DASAR FLIYING SHOOT DALAM BOLA TANGAN SMPN 2 WAYTENONG LAMPUNG BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN AUDIO VISUAL DAN LANGSUNG TERHADAP PEMBELAJARAN GERAK DASAR FLIYING SHOOT DALAM BOLA TANGAN SMPN 2 WAYTENONG LAMPUNG BARAT"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN AUDIO VISUAL DAN LANGSUNG TERHADAP PEMBELAJARAN GERAK DASAR FLIYING SHOOT DALAM

BOLA TANGAN SMPN 2 WAYTENONG LAMPUNG BARAT

OLEH DIAN AGUSTINA

Masalah dalam penelitian ini seberapa besar pengaruh model pembelajaran audio visual dan langsung terhadap gerak dasar playing shoot dalam bola tangan di SMPN 2 Waytenong Lampung Barat

Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen komparatif, populasi seluruh kelas II di SMPN 2 Waytenong berjumlah 159 orang. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 40 orang sedangkan tehnik pengambilan sampel yang di gunakan adalah random sampling. Teknik pengambilan data digunakan tes.

Hasil penelitian menunjukan ada pengaruh yang seknifikan antara model pembelajaran melalui audio visual terhadap playing shoot dalam bola tangan pada siswa kelas II SMPN 2 Waytenong. Ada pengaruh yang seknifikan antara pembelajaran langsung terhadap flaying shoot bola tangan pada siswa kelas II SMPN 2 Waytenong. Dan tidak terdapat perbedaan antara pembelajaran audio visual dan langsung, masing- masing tritmen memberikan pengaruh terhadap pembelajaran flaying shoot bola tangan.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaram audio visual dan langsung sama-sama memiliki pengaruh terhadap pembelajaran flyaying shoot akan tetapi kedua metode tidak memiliki perbedaan yang seknifikan.

(2)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN AUDIO VISUAL DAN LANGSUNG TERHADAP PEMBELAJARAN GERAK DASAR FLIYING SHOOT DALAM

BOLATANGAN DI SMP N 2 WAYTENONG LAMPUNG BARAT

OLEH DIAN AGUSTINA

Skipsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapat Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN AUDIO VISUAL DAN LANGSUNG TERHADAP PEMBELAJARAN GERAK DASAR FLIYING SHOOT DALAM

BOLATANGAN DI SMP N 2 WAYTENONG LAMPUNG BARAT

Skipsi

DIAN AGUSTINA

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Lapangan Bolatangan... 25

Gambar 2. Teknik dasar shooting... 26

Gambar 3. Shooting Plying Shoot (menembak dengan melayang)... 27

Gambar 4. Permainan off side... 28

Gambar 5. Rancangan penelitian... 37

Gambar 6. sekema OP... 38

Gambar 7. Simpulan Pembelajaran Model Audio Visual dan Langsung... 56

Gambar 8. Perbedaan Hasil Pembelajaran Audio Visual... 57

Gambar 9. Perbedaan Hasil Tes Pembelajaran Langsung... 57

(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tebel instrumen gerak dasar flying shoot... 69

Lampiran 2. Pengolahan Data Hasil Uji Coba Instrumen... ... 73

Lampiran 3. Data awal shooting flying shoot ... 86

Lampiran 4. Data tes akhir shootingfliying shoot ... 87

Lampiran 5. Rekapitulasi ranking data tes shooting fliying shoot ... 88

Lampiran 6. Nilai tes awal pembelajaran secara langsung ... 89

Lampiran 7. Nilai tes ahir pembelajaran langsung ... 90

Lampiran 8. Data Test Awal dan Test Akhir Pembagian Kelompok langsung ... 91

Lampiran 9. Nilai tes awal pembelajaran audio visual ... 92

Lampiran 10. Nilai tes ahir pembelajaran audio visual ... 93

Lampiran 11. Data Test Awal dan Akhir Pembagian Kelompok audio visual ... 94

Lampiran 12. Pembelajaran langsung ... 95

Lampiran 13. Pembelajaran audio visual ... 96

Lampiran 14. Uji Normalitas Pretes pembelajaran langsung ... 97

Lampiran 15. Uji Normalitas Pretes Siswa Pembelajaran Audio Visual ... 98

Lampiran 16. Uji Normalitas Postes Pembeljaran Langsung ... 99

Lampiran 17 Uji Normalitas Postes SiswaPembelajaran Audio Visual ... 100

Lampiran 18. Analisis Homogenitas Pretes Dan Postes Audio Visual ... 101

(6)

Lampiran 22. Analisis Homogenitas nilai PretesPembelajaran langsung

Dan Audio Visual... 105

Lampiran 23. Analisis Homogeinitas Posteskelompok Pembelajaran Langsung Dan Audio Visual... 106

Lampiran 24. Analisis Perbedaan Pretes ... 107

Lampiran 25. Analisis Perbedaan Postes ... 108

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Norma Test flying Shoot... 46

Tabel 2. Rekapitulasi hasil analisis validitas... 48

Tabel 3. Simpulan Pembelajaran Model Audio Visual Dan Langsung... 55

Tabel 4. Hasil Uji Normalitas... 59

Tabel 5. Hasil Uji Homogenitas... 60

Tabel 6. Hasil Uji Hipotesis Pertama... 61

(8)

MoTo

“Hai orang – orang yang beriman, jadikanlah sabar dan sholatmu sebagai penolongmu, sesungguh nya allah bersama orang –orang yang sabar “

(Al-baqaroh: 153)

“ jangan selalu melihat kelangit, sekali-kali lihatlah jempol kaki, (jangan selalu mengejar kemewahan ,ingat masih ada orang dibawa kita)

Jadi bersukurlah atas apa yang telah diberikan kepada kita (Penulis)

“jangan perna menyerah atas impianmu, rintangan kadang datang menjatuhkanmu, namun kamu harus bangkit dan terus melangkah”

(9)
(10)
(11)

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

memberikan anugerah dan rezeky yang begitu banyak kepada penulis sehingga

penulis dapat mempersembahkan karya baik ini kepada Kedua orangtuaku

(Muhammad Cik dan Risliana) yang selalu menyayangi, menyemangati dan

mendoakanku disetiap langkahku;

Saudara-saudara kandungku: Kakakku (Indra Ardiansyah), dan kedua adik

tercinta (Romli dan Dicki) yang selalu mendukung, mendengarkan keluh

kesanku dan mendoakan keberhasilanku;

Kakek dan Nenek dari Ayah dan Ibu yang selalu mendoakanku;

Orang tua keduaku (Rasnaini, S.Pd dan Peltu Khairul Yusuf ) Yang telah

memberikan dorongan, semangat, dan menasehatiku.

Sepupuku dari Ayah dan Ibu yang tak bisa kusebutkan satu persatu;

Almamater Universitas Negeri Bandar Lampung (UNILA), yang

(12)
(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kelurahan Tanjung Raya, Kecamatan Way Tenong, Kota Lampung Barat, Propinsi Lampung, pada tanggal 08 Agustus 1992, sebagai anak kedua dari empat bersaudara, dari Bapak Muhamad Cik dan Ibu Risliana.

Pendidikan pormal yang telah di tempuh penulis antara lain:

Pendidikan taman kanak – kanak (Tk) Way Tenong 1997, SD Negeri 1 Tanjung Raya pada tahun 2005, SMP Negeri 1 Way Tenong pada tahun 2008, dan SMA Negeri 1 Way Tenong pada tahun 2011.

(14)

DAFTAR ISI

B. Indentifikasi Masalah... 4

C. Rumusan Masalah... 5

D. Tujuan Penelitian... 5

E. Manfaat Penelitian... 6

F. Ruang Lingkup Penelitian... 7

G. Penjelasan Judul... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas... 9

B. Model... 9

C. Pembelajaran... 10

D. Belajar... 11

E. Pengertian Belajar Gerak atau Motorik ... 17

F. Tahapan Belajar Gerak... 20

G. Permainan Bolatangan... 23

H. Teknik Dasar Shooting Plying Shot dan Peraturan Off Side Permainan Bola Tangan... ... 25

1. Teknik Dasar Shooting ... 25

2. Shooting Flying Shoot (menembak dengan melayang)... 26

3. Peraturan Off Side Permainan Bola Tangan ... 27

I. Model Audio Visual. ... 28

J. Model Pembelajaaran Secara Langsung... 30

K. Penelitian yang Relevan ... 32

L. Kerangka Pikir ... 33

(15)

B. Variabel Penelitian... 37

C. Data Penelitian... 38

D. Populasi dan Sampel... 40

1. Populasi ... 40

2. Sampel ... 41

3. Teknik Pengambilan Data... 41

E. Prosedur Penelitian... 44

F. Instrumen Penelitian... 46

G. Teknik Analisis Data... 48

a. Uji Validitas... 48

b. Uji Reabilitas. ... 49

H. Uji Pesyaratan Analisis Data... 50

1. Uji Normalitas... 50

2. Uji Homogenetis... 51

3. Uji t... 52

4. Analisis Uji Pengaruh... 54

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 55

1. Deskripsi Data... 55

c. Hipotesis ketiga... 62

B. Pembahasan... 63

(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam permainan bola tangan, sangat diperlukan shooting yang baik untuk

menghasilkan poin atau angka. Karena itu para pemain harus memiliki

keterampilan shoting yang baik dan benar, supaya permainan dapat berjalan

dengan baik dan menarik perhatian para penontonya. keterampilan tersebut

dapat berupa keterampilan dasar serta keterampilan khusus.

Gerak dasar shooting dalam bola tangan dilakukan dengan irama atau langkah

pemain harus dapat menangkap dan menguasai bola dengan baik, kemudian

melakukan awalan 3 langkah. Menembak dengan cara ini memberikan

keuntungan bagi penembak yaitu memperpendek jarak lemparan dan juga

daya tembaknya akan lebih bertenaga/lebih keras pada saat plying shoot.

Mahendra (2000: 10-11) menyatakan bahwa, keterampilan dasar permainan

bola tangan terdiri dari : (1) berlari cepat, dan berlari cepat dan mengubah

arah lari tanpa kehilangan keseimbangan (2) menangkap bola, bola setinggi

dada, bola tinggi, bola disamping kiri/ kanan badan, bola rendah/ setinggi

lutut, bola yang menggelundung (3) mengoper bola/passing, (a) dengan dua

tangan: chest past, overhead pass, underhand pass, (b) dengan satu tangan:

(17)

dribbling, (5) menemak/shooting: (a) the standing throw shoot, (b) the jump shot, (c) the dive shot, (d) the fall shot, (e) the side throw, (f) the flying shot, (g) reserve shot.

Salah satu tehnik shooting dalam permainan bola tangan flying shoot

(Menembak pada saat melayang), flying shoot merupakan senjata ampuh

dalam permainan bola tangan dan cara menembak ini adalah cara yang efektif

untuk memesukan bola ke gawang lawan, bila dibandingkan dengan cara

menembak yang lain dan juga paling baik untuk dipandang, aspek penting

untuk diperhatikan ialah irma langkah. Pemain harus dapat menangkap dan

menguasai bola dengan baik dan kemudian melakukan awalan 3 langkah

(irama).

Pada waktu melakukan lompatan, pemain harus dapat mengkonsentrasikan

diri untuk melompat cukup jauh kedepan dan cukup tinggi, dan kemudian

mempertahan kan sikap melayang selama mungkin, sebelum menembakan

melepaskan bola.

Jarak, dalam peraturan permainan dijelaskan bahwa seorang pemain

diperkenankan menembakkan bola pada saat pemain tersebut berada di dalam

daerah gawang, asalkan kedua kakinya tidak menyentuh lapangan (pada saat

melayang) waktu melakukan gerakan menembak tersebut dan saat ahiran

bolah sudah harus terlepas dari tangan pada saat pemain menyentuh lantai dan

(18)

Menembak dengan cara ini memberikan keuntungan bagi penembak yaitu

memperpendek jarak lemparan dan juga gaya tembaknya akan lebih

bertenaga lebih keras pada saat melakukan flying shoot.

Hasil tes awal yang saya lakukan di SMP Negeri 2 Lampung Barat ternyata

sekolah ini memiliki fasilitas yang cukup lengkap untuk menunjang kegiatan

permainan bolatangan misalkan saja SMP Negeri 2 Lampung Barat sudah

memiliki gawang dan lapangan.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMP Negeri 2 Waytenong

Lampung Barat, penulis melihat bahwa, kemampuan penguasaan dalam

melakukan shooting fliying shoot (menembak dengan melayang) para siswa

tersebut masih perlu ditingkatkan. Hal ini dapat dilihat dalam proses

pembelajaran bahwa, para siswa dalam melakukan gerak shooting masih

dalam kategori rendah, di duga karena efektipitas pembelajaran fliying shoot

dalam permainan bola tangan masih kurang, terutama pada saat awalan

pelaksanaan dan ahiran, di lihat dari masih banyaknya siswa yang belom

optimal dalam melakukan gerakan flying shoot dapat dilihat dari banyak nya

siswa yang gagal dalam melakukan flying shoot keseimbangan yang masih

lemah dapat dilihat dari posisi badan saat melakukan flying shoot dan ketika

mendarat setelah melakukan .

Berdasarkan fakta yang diperoleh dari penilaian guru diketahui rendahnya

keterampilan gerak dasar flying shoot di karenakan kondisi fisik siswa yang

kurang siap dan kurangnya latihan dalam pembelajaran bola tangan. Penulis

(19)

karena model pembelajaran flying shoot belom efektif, dan masihkurangnya

latihan, sarana dan prasarana yang kurang memadai maka hasil pembelajatran

yang di lakukan tidak tepat, oleh karena itu Guru perlu mengadakan

perbaikan pembelajaran yang efektif dalam model pembelajaran demi

tercapai suatu tujuan pembelajaran yang baik.

Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut para siswa harus balajar secara

baik dan teratur dengan latihan mengoper bola, Javalin vass (operan dari atas

bahu/kepala), Side pass (operan dari samping badan ), Reverse pass ( operan

melingkar/dari belakang badan dan dan latihan tersebut dapat di lakukan

dengan berpasangan sehingga latihannya akan efektif dan siswa jga dapat

melakukan latihan tehnik menembak ke arah gawang dengan menggunakan

tehnik menembak setinggi bahu, menembak dari samping, menembak dari

bawa lutut dan menembak sambil melompat . Dan latihan kelentukan untuk

menambah power lemparan yaitu, statis, balitis, dan PNF. Berdasarkan latar

belakang inilah penulis tertarik untuk mengadakan penelitian eksperimen

tentang ” Efektivitas Pembelajaran Menggunakan Audio Visual Dan

Langsung Terhadap Pembelajaran Flying shoot Dalam Bola Tangan Pada

Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Waytenong Lampung Barat Tahun Pelajaran

2014/2015”.

B. Indentifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas terdapat masalah yang dapat di indentifikasikan

(20)

1. Rendahnya penguasaan awalan dalam melakukan flying shoot dalam

permainan bola tangan di SMP Negeri 2 Waytenong;

2. Rendahnya Kemampuan gerak dasar melompat dengan irama dalam

pembelajaran bola tangan di SMP Negeri 2 Waytenonng

3. Kurangnya komponen kondisi fisik yang dimiliki siswa dalam lompatan dan kelentukan saat melakukan flying shoot;

4. Kemampuan penguasaan pada saat mendarat dalam melakukan flying

shoot dalam permainan bola tangan masih kurang;

5. Keterampilan gerak dasar dan keberanian dalam melakukan fliying shoot

yang dimiliki siswa masih rendah;

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Seberapa besar pengaruh pembelajaran audio visual dalam pembelajaran flying shoot bola tangan SMP Negeri 2 Waytenong ?

2. Seberapa besar pengaruh dari pembelajran secara langsung terhadap

pembelajaran flying shoot dalam permainan bola tangan ?

3. Manakah yang efektif antara model pembelajaran melalui audio visual dan

langsung dalam permainan bola tangan?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas maka tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui efektifitas pembelajaran antara audio visual tehadap

(21)

2. Untuk mengetahui efektifitas program latihan menggunakan pembelajaran

secara langsung terhadap pembelajaran fliying shoot dalam permainan

bola tangan.

3. Untuk mengetahui perbandingan pembelajaran kedua model audio visual

dan langsung dalam pembelajaran flying shoot bola tangan

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak–pihak

yang terkait :

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian di harapkan dapat memberikan informasi di bidang ilmu

pengetahuan pada umumnya dan ilmu keolahragaan pada khususnya,

mengenai pengaruh latihan kelincahan dan koordinasi mata-tangan

terhadap kemampuan menggiring bola;

2. Bagi guru

Sebagai bahan pemikiran guru Penjaskes sebagai usaha penyempurnaan

kemampuan dribbling dalam permainan bola tangan;

3. Bagi siswa

Sebagai bahan pembelajaran dalam meningkatkan pengetahuan siswa

(22)

4. Bagi program studi

Sebagai bahan informasi dan acuan bagi pihak yang ingin melakukan

penelitian sejenis.

F. Ruang Lingkup Penelitian

1. Obyek penelitian yang diamati adalah efektivitas pembelajaran

menggunakan audio visual dan langsung terhadap pembelajaran flying

shoot;

2. Subyek penelitiannya yang diamati adalah siswa kelas VII SMP Negeri 2

Way tenong Lampung Barat Lampung;

3. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di lapangan bola basket SMP Negeri 2

Way tenong Lampung Barat Lampung.

G. Penjelasan Judul.

1. Pembelajaran Sudjana, (2004:28) pembelajaran dapat diartikan setiap

upaya yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan agar terjadinya

kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik

(warga belajar ) dan pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan

sumber belajar.

2. pembelajaran audio visual Menurut Sanjaya (2010:172) media audio

visual yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video,

film, slide suara, dan lain sebagainya. Kemampuan media ini dianggap

(23)

3. Pembelajaran secara langsung menurut (Nur,2000:7), model pembelajaran

yang berpusat pada guru, yang mempunyai lima langkah pada

pelaksanaanya, yaitu menyiapkan siswa menerima pelajaran, demontrasi,

pelatihan terbimbing, umpan balik, dan pelatihan lanjutan.

4. Menurut Mahendra (2000:21), fliying shot menembak ke arah gawang

lawan dengan awalan (irama langkah)

5. Menurut Mahendra (2000:6), Bola tangan adalah permainan beregu yang

menggunakan bola sebagai alatnya, yang dimainkan dengan menggunakan

satu tangan atau dua tangan, bola tersebut boleh dilempar, dipantulkan atau

ditembakkan yang tujuannya memasukan bola sebanyak-banyaknya ke

gawang lawan dan mencegah agar team lawan tidak dapat memasukan

(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Efektivitas

Efektivitas merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tigkat

keberhasilan dari suatu proses tingkat pembelajaran dan berusaha untuk

mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

Hidayat (1986:58) berpendapat bahwa "“Efektivitas adalah suatu ukuran yang

menyatakan seberapa jauh target telah tercapai. Dimana makin besar

persentase target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya”.

Adapun Martoyo (1998:4) memberikan definisi sebagai berikut: Efektivitas

dimana dalam memilih tujuan yang hendak dicapai dan sarana yang

digunakan, serta kemampuan yang dimiliki adalah tepat, sehingga tujuan

yang diinginkan dapat dicapai dengan hasil yang memuaskan”.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa efektifitas berusaha untuk

mencapai sasaran dari suatu tujuan dengan terancana dan tidak ada tekanan.

B. Model Pembelajaran

Model atau metode merupakan suatu rencanaatau pola yang digunakan

(25)

pembelajaran juga mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan

digunakan.

Sagala (2005: 175) mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah

kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan

belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran

dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.

suprijono (2011: 45),berpendapat bahwa “model diartikan sebagai bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau

sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu.

Berdasarkan pendapat di atas dapat di simpulkan model pembelajaran

merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.

C. Pembelajaran

Pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan seorang guru untuk

membantu siswa dalam proses belajar, sehingga terjadi perubahan dari

kondisi tidak mengerti menjadi mengerti. Sebab berhasil atau tidaknya siswa

dalam belajar ditentukan olah proses pembelajaran yang dilakukan guru.

Satori (2008:39), berpendapat bahwa “Pembelajaran adalah proses

membantu siswa belajar, yang ditandai dengan perubahan prilaku baik dalam

(26)

terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajaran secara

aktif, yang menekankan pada penyediaan suber balajar”.

Dari pendapat di atas dapat disimpulakan bahwa pembelajaran merupakan

serangkaian kegiatan yang dirancang dan disusun agar menjadi proses belajar

pada siswa untuk mencapai tujuan dalam pembelejaran.

D. Belajar

Belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada

individu yang sedang belajar, baik potansial maupun aktual. Perubahan

tersebut dalam bentuk kemampuan - kemampuan baru yang dimiliki dalam

waktu yang cykup lama. Dan perubahan itu terjadi karena berbagai usaha

yang dilakukan olah individu yang bersangkutan.

Sugiyanto,( 1999:267) mendefinisikan bahwa belajar adalah : “ Suatu perubahan pembawaan atau kemampuan yang bertahan dalam jangka waktu

tertentu dan semata - mata disebabkan olah pertumbuhan”.

Dan Sugiyanto,( 1999:267) mengemukakan bahwa secara garis besar

membaginya menjadi tiga ranah yaitu :

1.) Ranah Kognitif

Ranah kognitif adalah berkenaan degan hasil belajar intelektual yang

terdiri dari enam aspek yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman,

aplikasi, analisis, sistensis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut

kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif

(27)

2.)Ranah Afektif.

Ranah Afektif adalah berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lama

aspek yakni, penerimaan, jawaban atau reaksi, penelitian, organisasi, dan

internalisasi.

3.) Ranah Psikomotoris

Ranah Psikomotoris adalah berkenaan dengan hasil belajar keterampilan

dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni

(a) gerak refleks, (b) keterampilan gerak dasar, (c) keterampilan

perceptual, (d) keharmonisan atau ketepatan,

(e) gerak keterampilan kompleks dan (f) gerak ekspresif dan

interpretative.

Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar, diantara ketiga

ranah itu, ranah kognitiflah yang banyak dinilai oleh para guru disekolah

karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan

pengajaran. Sedangkan dalam pembelajaran penjas di sekolah ketiga ranah ini

diaplikasikan yaitu :

1. Ranah Kognitif

Ranah kognitif ini terbagi menjadi enam aspek ;

“ a) pengetahuan atau ingatan bertujuan untuk mengetahui dan mengingat

teknik gerak dasar flying shoot yang diberikan oleh guru saat

(28)

yang lebih tinggi dari pengetahuan, misalnya siswa menjelaskan gerakan

gerak lemparan flying shoot yang telah diberikan guru penjas di sekolah,

c) aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkrit atau situasi

khusus, abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk

teknis. Misalnya siswa mengaplikasikan teori dalam pembelajaran penjas

agar keterampilan gerak dasar siswa menjadi lebih baik, d) analisis

adalah usaha memilih suatu integritas menjadi unsur-unsur atau

bagian-bagian sehingga jelas hirarkinya atau susunannya. Misalnya siswa

mempunyai kecakapan yang kompleks yang memanfaatkan kecakapan

dari ketiga tipe sebelumnya, e) evaluasi adalah pemberian keputusan

tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara

bekerja, pemecahan, metode, materil, dll. Misalnya guru penjas di

sekolah memberikan tes gerak dasar flying shoot yang bertujuan untuk

mengetahui sejauh mana kemampuan keterampilan gerak dasar flying

shoot pada siswa”.

2. Ranah Afektif

Ada beberapa kategori ranah afektif sebagai hasil belajar. Kategori

dimulai dari tingkat yang dasar atau sederhana sampai tingkat yang

kompleks.

“a) raciving/attending yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk

masalah. Misalnya guru memberikan permainan kecil sebagai pengganti

pemanasan sebelum memulai pembelajaran penjas agar siswa dalam

(29)

jawaban yakni reaksi yang diberikan kepada seseorang berupa stimulasi

yang datang dari luar. Misalnya seorang guru memberikan penjelasan

kepada siswa sehingga siswa memberikan reaksi atau respon terhadap

penjelasan yang diberikan guru tersebut, c) vauling berkenaan dengan

nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulasi tadi. Misalnya guru

memberikan tes berupa keterampilan gerak dasar servis Sepaktakraw

untuk mengetahui seberapa besar nilai yang dicapai berdasarkan nilai

kelulusan yang telah ditentukan, d) organisasi yakni pengembangan dari

nilai kedalam sistem organisasi termasuk hubungan satu dengan nilai

yang lainnya, e) karakteristik nilai atau interaksi nilai yakni keterpaduan

semua sistem nilai yang dimiliki seseorang”.

3. Ranah Psikomotor

Ada enam tingkat keterampilan yaitu :

a) gerak refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar). Misalnya

guru memberikan bola kepada siswa pada saat siswa dalam keadaan tidak

siap dan siswa tersebut dengan gerakan secara tiba-tiba menangkap bola,

b) keterampilan pada gerak-gerak dasar. Misalnya siswa terampil

melakukan gerakan dasar flying shoot, c) kemampuan perceptual

termasuk didalamnya membedakan visual, auditis, motoris, dll, c)

kemampuan dibidang fisik misalnya kekuatan, harmonis dan ketepatan.

Misalnya seorang siswa melakukan lemparan flying shoot pada saat

lompatan bola tepat pada sasaran sehingga hasilnya sesuai yang

diinginkan, e) gerakan-gerakan skill mulai dari keterampilan sederhana

(30)

keterampilan mengoper bola, f) kemampuan yang berkenaan dengan

komunikasi non decursive seperti gerakan ekspresif dan interpredatif”.

Kesimpulan dari beberapa teori diatas bahwa belajar adalah suatu proses,

fungsi, dan juga hasil dari perubahan - perubahan. Perubahan yang terjadi

bisa bertahan dalam jangka waktu yang relatif lama, maksudnya adalah

perubahan itu tidak langsung hilang setelah kegiatan selasai dilakukan.

Berikut ini akan dikemukakan beberapa pandangan para ahli psikologi

tentang belajar, yaitu :

1. Teori Belajar Reinforcement dari Thorndike dan Skinner.

Teori Reinforcement dari Thorndike telah banyak mempengaruhi dunia

pendidikan dan psikologi pendidikan di Amerika Serikat. Perubahan

tingkah laku boleh berwujud sesuatu yang konkret (dapat diamati), atau

yang nonkonkret (tidak bisa diamati). Meskipun Thorndike tidak

menjelaskan bagaimana caranya mengukur berbagai tingkah laku yang

nonkonkret (pengukuran adalah satu hal yang menjadi obsesi semua penganut aliran tingkah laku), tetapi teori Thorndike telah banyak

memberikan inspirasi kepada pakar lain yang datang sesudahnya

(Bakker, 2002:67)

2. Teori Puposive Behaviorism dari Tolman

E. L. Tolman telah mengembangkan teori yang dapat dipandang sebagai

rantai penghubung antara aliran behaviorisme dengan teori Gestalt dan

(31)

reinforcement dalam hubungannya dengan proses belajar. Dalam

membedakan antara belajar dan tingkah laku, ia berpendirian bahwa bel

-ajar itu terdiri dari berpasangan stimulus atau berasosiasinya stimulus

(Sanjaya, 2007:307). Bagi Tolman, belajar dapat terjadi dalam keadaan

bebas dari setiap per formance yang bersamaan. Inilah yang dikenal

sebagai “latentLearning”. Menurut Tolman, motivasi itu mempengaruhi

performance tetapi tidak mempengaruhi belajar. Confirmation of

expectancey juga mempengaruhi performance (Sanjaya,2007:300).

3. Teori Conditioning Dari Pavlov

Pavlov dapat dikatakan sebagai pelopor teori conditioning yang

kemudian mempengaruhi perkembangan aliran Behaviorisme dalam

psikologi. la adalah seorang ahli psiko-refleksologi dari Rusia, yang

terkenal mengadakan percobaan-percobaannya dengan anjing, dimana

perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara

berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan. Dari

hasil percobaan-percobaan yang dilakukan dengan anjing itu Pavlov

mendapat kesimpulan bahwa kejiwaan seseorang dilihat dari perilakunya.

Hal ini sesuai dengan pendapat Bakker bahwa yang paling sentral dalam

hidup manusia bukan hanya pikiran, peranan maupun bicara, melainkan

tingkah lakunya. Pikiran mengenai tugas atau rencana baru akan

(32)

E. Pengertian Belajar Gerak atau Motorik

Menurut Lutan (1988:101), belajar adalah suatu proses perubahan perilaku

yang relatif permanen pada diri seseorang yang diperoleh melalui

pengalaman dan latihan dan dapat diamati melalui penampilannya.

Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar memiliki pengertian yang luas,

bisa berupa keterampilan fisik, verbal, intelektual, maupun sikap.

Belajar gerak secara khusus dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan

atau modifikasi tingkah laku individu akibat dari latihan dan kondisi

lingkungan, Schmidt (1988:102), menyatakan bahwa belajar gerak

mempunyai beberapa ciri, yaitu :

a) merupakan rangkaian proses, b) menghasilkan kemampuan untuk

merespon, c) tidak dapat diamati secara langsung, bersifat relatif

permanen, d) sebagai hasil latihan, e) bisa menimbulkan efek negatif.

Lutan ( 2001:102) menjelaskan, karakteristik yang dominan dari belajar

ialah kreativitas ketimbang sikap hanya sekedar menerima di pihak siswa

atau atlet yang belajar. Penjelasan tersebut menegaskan pentingnya

psiko-fisik sebagai suatu kesatuan untuk merealisasi peningkatan keterampilan.

Ada empat karakteristik belajar motorik yaitu sebagai berikut:

1. Belajar sebagai sebuah prosesLutan (1988:103), menjelaskan bahwa

dalam psikologi kognitif, sebuah proses adalah seperangkat kejadian atau

pristiwa yang berlangsung bersama menghasilkan beberapa prilaku

tertentu.sebagai contoh dalam membaca proses dihasilkan dengan

(33)

pengaertian sesuai dengan pembendaharaan kata yang tersimpan dalam

igatan dasn seterusnya. Sama halnya dengan keterampilan belajar

keteramplan motorik, didalamnya terlibat suatu proses yang

menyumbang kepada perubahan dalam prilaku motorik sebagai hasil dari

berlatih. Karna itu fokus dari belajar motorik adalah perubahan yang

terjadi pada organismeyang memungkinkan untuk melakuan sesuatu

yang berbeda dengan sebelum berlatih.

2. Belajar motorik adalah hasil langsung dari latihanPerubahan prilaku

motorik berupa keterampilan dipahami sebagai hasil dari latihan dan

pengalaman. Hal ini perlu dipertegas untuk memmbedaan perubahan

yang terjadi karena faktor kematangan dan pertumbuhan. Fasktor-faktor

tersebut juga menyebabkan perubahan prilaku (seperti anakyang lebih tua

lebih terampil melakukan suatu keterampilan yang baru dari pada anak

yang lebih muda). Meskipun dapat disimpulkan perubahan itu karena

belajar. Lutan (1988:103).

3. Belajar motorik tak teramati secara langsung Belajar motorik atau

keterampilan olahraga tak teramati secara langsung. Proses yang terjadi

dibalik perubahan keterampilan itu mungkin sekali amat kompleks dalam

sistim persyarafan seperti misalnya bagai mana informasi sensorik di

proses, di organisasi dan kemudian di ubah menjadi pola gerak otot-otot.

Perubahan itu semuanya tidsak daspat di amati secara langsung karena

cuman dapat di tafsirkan eksistensinya dari perubahan yang terjadi dalam

(34)

4. Belajar menghasilkan kapabilitas untuk bereaksi ( kebiassaan ) Menurut

Lutan (1988:103), belajar motorik juga daspat di tinjau dari munculnya

kapabilitas untuk melakukan suatu tugas dengan terampil. Kemampuan

tersebut daap dipahami sebagai suatu perubahan dalam sistem pusat

syaraf. Tujuan latihan adalah untuk memperkuat atau memantapkan

jumlah perubahan yang terdapat pada kondisi internal. Kondisi internal

ini sering disebut dalam istilah kebiasaan.

5. Belajar motorik relatif permanen Belajar motorik adalah relatif

permanen, hasil belajar ini relatif bertahan hingga waktu relatif lama.

Misal saja seorang yang bisa mengendarai sepeda, meskipun seklama

beberapa tahun tidak mengendarai sepeda, namun pada suatu ketika dia

tetap dapat mengendarai sepeda. Perubahan ini terjadi dalam waktu yang

cepat meskipun hanya menempuh beberapa menit. Secara sistimatis

dapat di gambarkan, mana kala kita belajar dan berlatih maka kita tidak

pernah sama dengan keadaan sebelumnya dan belajar menghasilkan

perubahan yang relatif permanen. Lutan (1988:103).

Dari beberapa pengertian belajar gerak dari para ahli di atas, penulis dapat

menyimpulkan sebagai berikut, belajar gerak adalah sebagai tingkah laku atau

perubahan kecakapan yang mampubertahan dalam jangka waktu tertentu, dan

bukan berasal dari proses pertumbuhan yang diwujutkan melalui respon– respon, yang pada umumnya diekspedisikan dalam gerak tubuh atau bagian

(35)

F. Tahapan Belajar Gerak

Dalam proses belajar gerak ada tiga tahapan yang harus dilalui oleh siswa

untuk mencapai tingkat keterampilan yang sempurna (otomatis). Tiga tahapan

belajar gerak ini harus dilakukan secara berurutan, karena tahap sebelumnya

adalah prasyarat untuk tahap berikutnya. Apabila ketiga tahapan belajar gerak

ini tidak dilakukan oleh guru pada saat mengajar Pendidikan Jasmani, maka

guru tidak boleh mengharap banyak dari apa yang selama ini mereka lakukan,

khususnya untuk mencapai tujuan Pendidikan Jasmani yang ideal. Adapun

tahap-tahapan dalam belajar gerak menurut Lutan (1988:305), adalah sebagai

berikut:

a. Tahap Kognitif

Pada tahap ini guru setiap akan memulai mengajarkan suatu keterampilan

gerak, pertama kali yang harus dilakukan menurut Winkel (1984: 53) adalah

memberikan informasi untuk menanamkan konsep-konsep tentang apa yang

akan dipelajari oleh siswa dengan benar dan baik. Setelah siswa

memperoleh informasi tentang apa, mengapa, dan bagaimana cara

melakukan aktifitas gerak yang akan dipelajari, diharapkan di dalam benak

siswa telah terbentuk motor-plan, yaitu keterampilan intelektual dalam

merencanakan cara melakukan keterampilan gerak. Apabila tahap kognitif

ini tidak mendapakan perhatian oleh guru dalam proses belajar gerak, maka

sulit bagi guru untukmenghasilkan anak yang terampil mempraktikkan

(36)

b. Tahap Asosiatif / Fiksasi.

Pada tahap ini siswa mulai mempraktikkan gerak sesuai dengan

konsep-konsep yang telah mereka ketahui dan pahami sebelumnya. Tahap ini juga

sering disebut sebagai tahap latihan.

Menurut Winkel (1984: 54) Tahap latihan adalah tahap dimana siswa

diharapkan mampu mempraktikkan apa yang hendak dikuasai dengan cara

mengulang-ulang sesuai dengan karakteristik gerak yang dipelajari. Apakah

gerak yang dipelajari itu gerak yang melibatkan otot kasar atau otot halus

atau gerak terbuka atau gerak tertutup. Apabila siswa telah melakukan

latihan keterampilan dengan benar dan baik, dan dilakukan secara berulang

baik di sekolah maupun di luar sekolah, maka pada akhir tahap ini siswa

diharapkan telah memiliki keterampilan yang memadai.

c. Tahap Otomatis

Pada tahap ini siswa telah dapat melakukan aktivitas secara terampil, karena

siswa telah memasuki tahap gerakan otomatis, artinya siswa dapat merespon

secara cepat dan tepat terhadap apa yang ditugaskan oleh guru untuk

dilakukan.

Tanda-tanda keterampilan gerak telah memasuki tahapan otomatis adalah

bila seorang siswa dapat mengerjakan tugas gerak tanpa berpikir lagi

terhadap apa yang akan dan sedang dilakukan dengan hasil yang baik dan

benar. Lutan (1988:307).

Lutan (1988:104), dijelaskan bahwa untuk mempelajari gerak maka perlu

(37)

a. Kesiapan belajar. Bahwa pembelajaran harus mempertimbangkan

hukum kesiapan. Anak yang lebih siap akan lebih unggul dalam

menerima pembelajaran.

b. Kesempatan belajar. Pemberian kesempatan yang cukup banyak bagi

anak sejak usia dini untuk bergerak atau melakukan aktivitas jasmani

dalam mengeksporasi lingkungannya sangat penting. Bukan saja untuk

perkembangan yang normal kelak setelah dewasa, tapi juga untuk

perkembangan mental yang sehat. Jadi penting bagi orangtua atau guru

untuk memberikan kesempatan anak belajar melalui gerak.

c. Kesempatan latihan. Anak harus diberi waktu untuk latihan sebanyak

yang diperlukan untuk menguasai. Semakin banyak kesempatan

berlatih, semakin banyak pengalaman gerak yang anak lakukan dan

dapatkan. Meskipun demikian, kualitas latihan jauh lebih penting

ketimbang kuantitasnya.

d. Model yang baik. Dalam mempelajari motorik, meniru suatu model

memainkan peran yang penting, maka untuk mempelajari suatu dengan

baik, anak harus dapat mencontoh yang baik. Model yang ada harus

merupakan replika dari gerakan-gerakan yang dilakukan dalam

olahraga tersebut.

e. Bimbingan. Untuk dapat meniru suatu model dengan betul, anak

membutuhkan bimbingan. Bimbingan juga membantu anak

membetulkan sesuatu kesalahan sebelum kesalahan tersebut terlanjur

dipelajari dengan baik sehingga sulit dibetulkan kembali. Bimbingan

(38)

f. Motivasi. Besar kecilnya semangat usaha seseorang tergantung pada besar

kecilnya motivasi yang dimilikinya.

G.Permainan Bolatangan

Permainan bola tangan merupakan modifikasi antara permainan bola basket

dan sepak bola yang mengandalkan kemahiran tangan untuk memasukkan bola

kegawang lawan. Dimainkan oleh 2 regu,masing-masing regu terdiri dari 7

orang pemain dan dimainkan pada lapangan berukuran 20x40 meter.

Tujuan permainan adalah mencetak gol sebanyak-banyaknya, dengan cara

melempar bola ke gawang lawan yang dijaga oleh lawan. Permainan ini

memainkan bola dengan seluruh anggota tubuh, kecuali kaki dan cara

bermainnya membawa bola sebanyak-banyaknya tiga langkah dan menahan

bola ditangan paling lama menit.

Menurut Mahendra (2000:6), bahwa :Bolatangan adalah permainan beregu

yang menggunakan bola sebagai alatnya, yang dimainkan dengan

menggunakan satu tangan atau dua tangan, bola tersebut boleh dilempar,

dipantulkan atau ditembakkan yang tujuannya memasukan bola

sebanyak-banyaknya ke gawang lawan dan mencegah agar team lawan tidak dapat

memasukan bola kegawang sendiri.

Terdapat tiga jenis permainan bolatangan yang dapat dimainkan yaitu

bolatangan dengan 11 orang pemain, bolatangandengan 7 pemain dan sekarang

berkembang bola tangan mini (Mini handball) dengan 5 orang pemain

(39)

Peraturan permainan bolatangan 5 orang pemain adalah sama dengan peraturan

bolatangan 7 orang pemain kecuali ukuran lapangan dan jumlah pemain setiap

regunya. Namun untuk bolatangandengan 11 pemain agak berbeda karena

permainan ini di mainkan di lapanganterbuka dengan ukuran lapangan seperti

lapangan sepak bola.

Kebangkitan permainan bola tangan sesungguhnya muncul dari tiga negara

Denmark, Jerman, dan Swedia. Permainan bolatanganyang kita kenal saat ini,

pertama kali di perkenalkan pada tahun 1890 oleh seorang tokoh gymnastic

dari Jerman yaitu Konrad Koch Namun pendiri bolatangan lapangan justru

berasal dari pakar pendidikan jasmani Jerman yang memisahkan bolatangan

lapangan pada pergantian abad yang berdasar pada dua bentuk permainan,

“Raffball” (bola tangkap) dan “Königsbergerball” (Konrad Kroch, 1846-1911). Di Swedia, G. Wallström juga memperkenalkan permainan bolatangan di

negaranya pada tahun 1910. Tahun 1912 Seorang berkebangsaan Jerman,

Hirschmann yang merupakan sekretaris umum dari Persatuan Sepakbola

Internasional mencoba menyebarkan permainan bolatangan lapangan. Pada

tahun 1917, Max Heiser mengembangkan peraturan bolatangan untuk pertama

kalinya. Tahun 1919 seorang guru olahraga di Berlin, Karl Scelenz

memperkenalkan bentuk permainan bolatangan di lapangan besar (outdoor) di

beberapa negara Eropa. Kemudian ia mengembangkan peraturan bolatangan

dan sekarang dikenal sebagai salah seorang pendiri bolatangan lapangan. Pada

tahun 1926 dalam sebuah pertemuan di kota Hague, Kongres Federasi Atletik

Amatir Internasional, mengusulkan kepada peserta kongres untuk menyusun

(40)

Gambar 1. Lapangan Bolatangan

H.Teknik Dasar Shooting flying Shot dan Peraturan Off Side Permainan Bola Tangan

1. Teknik Dasar Shooting

Shoting merupakan elemen utama dalam permainan bola tangan dan

berbagai permainan lainnya sebagai upaya utama untuk memenangkan

pertandingan. Power yang dihasilkan dalam gerakan shooting ditentukan

oleh panjang rentang yang dihasilkan oleh persendian, banyaknya

persendian yang terlibat, serta kecepatan dan kekuatan dalam mengayun

lengan, tujuan dari shooting ( menembak ) untuk membuat angka/gol

dengan cara melempar atau menembakan bola kegawang lawan, pemain dan

penyerang diperkenankan melakukan berbagaimacam cara menembak

sesuai dengan kemahirannya dan sesuai dengan situasi permainannya, salah

satu contoh menembak dalam bola tangan iyalah menembak bola the flying

(41)

Gambar 2. Teknik dasar shooting

2. Shooting flying Shoot (menembak dengan melayang)

Shoting flying shoot merupakan senjata ampuh dalam permaianan dan cara

menembak ini cara yang efektifuntuk memasukan bola kegawang lawan,

bila dibandingkan dengan cara menembak yang lain, aspek yang penting

yang perlu diperhatikan yaitu irama atau langka pemain harus dapat

menangkap dan menguasai bola. Pelaksanaan teknik ini seperti lay up

dalam permainan bola basket dengan memenpaatkan peraturan yang

memperbolehkan permainan membawa bola maksimal 3 langkah.

a. jika pemain tidak kidal, langkah pertama dimulai dari kaki kanan

b. kemudian kaki kiri melangkah dengan kuat, bolamasih dibawa di

samping pinggang

c. langkah terakhir panjang sambil melompat, dilakukan sekuatnya, badan

dilentukan kebelakang untuk menyusun power lemparan, tangan ditarik

ke belakang. Pada titik tertinggi lompatan bola dilemparkan. Bolah

(42)

Pada waktu melakukan lompatan, pemain harus dapat

mengonsentrasikan diri untuk lompatan cukup jau kedepan dan juga

cukup tinggi dan kemudian mempertahan kan sikap melayang selama

mungkin sebelum melemparkan kedepan, kearah gawang lawan dan

menembak dengan cara ini memberikan keuntungan bagi penembak

yang memperpendek jarak lemparan dan juga daya tembaknya akan

lebih bertenaga lebih keras.

Untuk melakukan tehnik flying shoot dengan baik terlebih dahulu

siswa harus mempelajari tehnik-tehnik permainan bola tangan; a)

Tehnik melempar atau mengoperkan bola, b. Cara melempar bola, c)

Tehnik menengkap/menerima bola, e) Menggiring bola, f) Menembak

bola ( shooting ).

Gambar 3. Shooting Flying shoot (menembak dengan melayang)

3. Peraturan Off Side Permainan Bola Tangan

a. Suatu regu dinyatakan dalam keadaan “off side” jika jumlah pemain lapangan salah satu regu (baik regu bertahan maupun regu menyerang)

lebih dari 6 orang berada didalam salah satu daerah off side pada saat

(43)

b. Regu penyerang dinyatakan melakukan pelanggaran peraturan off side;

jika suatu serangan di daerah peraturan off side, penyerang ke 7

memasuki daerah off side. Wasit harus segera meniup peluitnya dan

kemudian memberikan lemparan bebas kepada regu berahan di tempat

pemain penyerang ke 7 memasuk daerah ofif side.

c. Regu bertahan dinyatakan melakukan pelanggaran off side; jika pada

waktu regu penyerang melakukan serangan di daerah off side, pemain

bertahan ke 7 memasuki daerah off side.

Gambar 4. Permainan off side

I. Model Audio Visual.

Menurut Sujana pembelajaran audio visual sebagai alat bantu pembelajaran

yang digunakan guru untuk memotivasi belajar peserta didik memperjelas

informasi atau pesan pembelajaran, memberi tekanan pada

bagian-bagianyang penting, memberi variasi pembelajaran, memperjelas setruktur

(44)

Menurut Sanjaya (2010:172)“Media audio- visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsurgambar yang bisa dilihat, misalnya

rekaman video, slide, suara, dan sebagainya”.

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran audio visual dalah salah satu strategi yang digunakan untuk

memudahkan penyampaian materi ke siswa.

Pemanfaatan media audio visual dalam peroses pembelajaran di dalam kelas

sudah merupakan hal yang biasa. Sebagai media audio visual dengan

memilki unsur gerakan dan suara vidio dapat digunakan sebagai alat bantu

mengajar pada berbagai bidang setudi. Kemampuan vidio untuk

memanipulasi waktu dan ruang dapat mengajak peserta didik untuk

melanglang buana kemana saja walaupun dibatasi didalam kelas. Pada

bidang setudi yang banyak mempelajari keterampilan motorik dapat

mengandalkan kemampuan vidio. Melatih kemampuan kegiatan dengan

prosedur tertentu akan membantu dengan pemanfaatan media vidio dengan

kemampuan menyajikan gerakan lambat (slow motion), medio audio visual

membantu pengajar untuk menjelaskan gerakan atau prosedur tertentu

dengan lebih rinci. Selain prosedur yang di tempuh untuk memecahkan

suatu masalah dan mampu mengingatkan lebih lama.

Aspek yang harus diperhatikan oleh guru dalam mengembangkan dan

membuat sendiri media pembelajaran audio visual maka tentunya harus

(45)

tersaji di dalam media pembelajaran tersebut tidak terjadinya miskonsepsi

(kesalahan konsep), serta mudah dimengerti oleh siswa.

J. Model Pembelajaaran Secara Langsung

Menurut Ariends (2009:41) adalah suatu model pembelajaran yang dirancang

khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan

pengetahuan dekelaratif dan pengetahuan prosuderal yang terstuktur dengan

baik, dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap selangkah demi

selangkah.

Menurur Uno (2008:166) menyatakan bahwa model pembelajaran secara

langsung adalah program yang paling efektif untuk mengukur pencapaian

keahlian dasar, keahlian dalam memahami suatu materi dan konsep diri

sendiri.

Model pembelajaran langsung atau yang di kenal dengan direct instruction ini

adalah sebuah model pembelajaran yang menitik beratkan pada penguasaan

konsep dan juga perubahan perilaku dengan melakukan pendekatan secara

deduktif. Disini peran dari guru sangatlah penting sebagai penyampai

informasi.

Dalam sisatem model pembelajaran langsung terdapat tujuh langkah yang

mana disetiap langkah tersebut terdapat tahap-tahap dalam penyampayan

materi :

1. Menyampaikan pelajaran dan tujuan pelajaran dan tujuan pembelajaran,

pada tahap ini para pelajar menyampikan beberapa hal yang harus

(46)

2. Melakukan riview pengetahuan serta keterampilan pra-syarat, di sini guru

mengajukan pertannyaan untuk mengetahui keterampilan dan

pengetahuan yang sudah dikuasai siswa.

3. Menyampaikan materipelajaran dalam tahap ini pengajar akan

menyampaikan materi dan informasi dan informasi serta memberikan

contoh.

4. Melaksanakan bimbingan jadi bimbingan dilakukan dengan cara

mengajukan pertannyaan yang bertujuan untuk menilai tingkat

pemahaman peserta didik dan mencoba untuk mengoreksi kesalahan

konsep yang ada.

5. Memberi kesempatan siswa untuk berlatih, guru memberi kesempatan

siswa agar terus berlatih.

6. Menilai kinerja siswa dan memberinya umpan balik

7. Memberikan latihan mandiri.

Di samping itu model pembelajaran langsung ini pada dasar nya sangatlah

cocok di terapkan apabila mendapati yang memungkinkan di antaranya :

1. Saat guru ingin mengenalkan bidang pembelajaran baru

2. Saat guru ingin mencoba mengajari keterampilan kepada siswa

ataupun mengajari prosedur yang mempunyai struktur jelas

3. Saat siswa mendapati kesulitan yang bisa diatasi dengan sebua

penjelasan yang terstruktur.

4. Saat guru ingin menyampaikan tehnik tertentu sebelum para peserta

(47)

Jadi model pembelajaran langsung memang patut diterapkan apabila sudah

mendapati beberapa kondisi seperti yang dijelaskan tersebut, sehingga

peroses belajar dan penyampayan materi kepada para siswa juga bisa lebih

efektif.

K. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan berguna untuk melihat adanya suatu kaitan atau

hubungan apa yang dibicarakan dan apa yang berlaku.

Untuk memperkuat kesimpulan yang menyatakan bahwa ada perbedaan

antara model pembelajaran audio visual dan langsung terhadap keterampilan

gerak dasar flying shoot, maka peneliti akan membandingkan hasil dari

penelitian ini degan hasil penelitian sebagai berikut :

1. Ni Kadek Pratyamita Wijayanti berjudul “Pengaruh Penggunaan Media Audio Visual Terhadap Hasil Pembelajaran Pembelajaran Bola Tangan.” Unipersitas Pendidikan Indonesia Tahun Ajaran 2013

2. Zuchaira berjudul “Perbandingan Efektivitas Pembelajaran Dengan Media Audio visual dan langsung terhadap hasil belajar cespas dalam permainan Bola Bakest Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 20 Medan Tahun Ajaran

2012/2013.”

Berdasarkan dari hasil penelitian kedua model ini ada peningkatan hasil

(48)

Berpatok dari penelitian di atas maka penulis akan melihat seberapa besar

pengaruh kedua model ini dalam penelitian eksperimen di SMP Negeri 2

Waytenong.

L.Kerangka Pikir

Dalam menyelesaikan suatu masalah kita harus melihat masalah itu dari

berbagai segi, baik dari hal-hal terkecil maupun hal-hal yang besar, agar kita

dapat memahami konsep permasalahan dengan mudah dan menyelesaikan

masalah dengan baik. Untuk memudahkan peneliti dalam melaksanakan

penelitian maka diperlukan suatu kerangka pikir yang jelas, sebab dengan

kerangka pikir yang jelas kita depat mengetahui gambaran-gambaran

permasalahan dan konsep pemecahan masalah.

Soekamto (1984:24) “Kerangka pikir adalah konsep yang memerlukan

abstraksi dan hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya

berdimensi sosial yang dianggap relevan dengan peneliti”

Keberhasilan dalam belajar teknik yang lebih kompleks tergantung dari

penguasaan pola gerak dasar. Dan penguasaan gerak dasar tersebut tergantung

pada komponen-komponen fisik dasar yang mendukungnya seperti,kekuatan,

power, kecepatan, kelentukan, ketepatan yang baik. Untuk menunjang

kemampuan flying shoot bolatangan dibutuhkan tiga unsur pokok, awalan,

ketinggian yang cukup pada saat lompatan, jarak.

Untuk mengembangkan kemampuan flying shoot berbagai metode latihan yang

(49)

untuk menambah power lemparan. Pemain harus dapat menangkap dan

menguasai bola dengan baik kemudian melakukan awaan tiga langka.

Keterampilan flying shoot membutuhkan koordinasi, dan kekuatan otot lengan

dimana kekuatan lengan berfungsi untuk mengatur kuat lemahnya dorongan

flying shoot sehingga bola dapat diarahkan dengan mudah kepada bidang sasaran.

Berdasarkan uraian di atas dapat penulis smpulkan bahwa lompatan dan

kelentukan memberikan hubungan yang positif terhadap keberhasilan

melakukan kemampuan plying shootdalam permainan bolatangan yang benar.

M. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan

penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2006:71).

Hipotesis adalah jawaban sementara masalah penelitian yang secara teoritis

dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat kebenaranya (Margono,

2010:67). Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalama

bentuk kalimat pertanyaan. Sedangkan menurut Sugiyono (2008:20)

menjelaskan hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara terhadap

rumusan masalah penelitian. Hipotesis adalah dugaan sementara atau jawaban

sementara yang harus diuji lagi kebenarannya melalui penelitian ilmiah.

Berdasarkan landasan teori dan uraian di atas, dapat dirumuskan hipotesis

(50)

Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan gerak dasar flying shootdalam

permainan bola tangan melalui model pembelajaran audio visual.

H1 : Ada pengaruh yang signifikan gerak dasar flying shoot dalam permainan

bola tangan melalui model pembelajaran audio visual.

Ho : Tidak ada pengaruh dari pembelajaran flying shoot dalam permainan

bola tangan melalui model pembelajaran langsung.

H2 : Apakah ada pengaruh dari pembelajran gerak dasar flying shoot dalam

permainan bola tangan melalui model pembelajaran langsung.

Ho : Tidak ada perbedaan gerak dasar flying shoot dalam permainan bola

tangan antara melalui model pembelajaran audio visual dan langsung.

H3 : Ada perbedaan gerak dasar flying shoot dalam permaianan bola tangan

(51)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Pada suatu penelitian penggunaan metode yang harus di pakai harus tepat dan

mengarah pada tujuan penelitian serta dapat dipertanggung jawabkan secara

ilmiah sesuai aturan yang berlaku, agar penelitian tersebut dapat diperoleh

hasil yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Menurut Margono (2010:1) metode penelitian adalah semua kegiatan

pencarian, penyelidikan dan percobaan secara ilmiah dalam suatu bidang

tertentu, untuk mendapatkan fakta-fakta atau prinsip-prinsip baru yang

bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru dan menaikkan tingkat ilmu

serta teknologi. Sedangkan menurut Sukardi (2003:17) “metode penelitian

adalah kegiatan yang secara sistematis, direncanakan oleh para peneliti untuk

memecahkan permasalahan yang hidup dan berguna bagi masyarakat,

maupun bagi peneliti itu sendiri”.

Terdapat beberapa metode yang bisa dipergunakan untuk pengkajian data

dalam sebuah penelitian agar tujuan penelitian dapat tercapai seperti yang

(52)

memperhatikan jenis ataupun karakteristik serta objek yang akan diteliti agar

pengguna metode peneliti menjadi tepat.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Dikatakan

eksperimen karena di dalam kedua perlakuan ini tidak ada kontrol.

B. Variabel Penelitian

Menurut Arikunto (2010: 96) “variabel adalah objek penelitian, atau apa

yang mejadi titik perhatian suatu penelitian”Dalam penelitian ini terdapat

dua variabel bebas dan satu variabel terikat.

1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain .

Adapun variabel bebas dalam penelitian ini pembelajaran

menggunkan audio visual dan langsung.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain.

Variabel terikat dalam penelitian ini tehnik dasar flying shoot.

Desain eksperimen dalam penelitian ini menggunakan pretest-posttest

desain seperti tabel berikut :

KE 1 Treatment A Post test

R Pretest OP

KE 2 Treatment B Post test

(53)

Keterangan :

R : Random

Pretest : Tes awal shooting flying shoot OP : Ordinal Pairing (Pengelompokan)

KE1 : Kelompok 1

KE2 : Kelompok 2

Treatment A : Model Pembelajaran Menggunakan Audio Visual Treatment B : Model Pembelajaran Secara Langsung

Posttest : Tes akhir shooting flying shoot

Pembagian kelompok eksperimen didasarkan pada tes awal flying shoot.

Setelah hasil tes awal di rangking kemudian subjek yang dimiliki prestasi

setara di pasang-pasangkan di sebut ordinal pairing (OP) kedalam kelompok

eksperimendengan demikian kedua kelompok tersebut sebelum diberi

perlakuan merupakan kelompok yang sama. Apabila pada ahirnya terdapat

suatu perbedaan, hal ini disebabkan adanya perlakuan yang diberikan adapun

pembagian kelompok dalam penelitian ini menggunakan ordinal pairing

sebagai berikut:

Gambar 6. sekema OP

C. Data Penelitian

Menurut sumber pengambilannya, data dibedakan atas dua, yaitu :

1. Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orangyang

(54)

primer disebut juga data asli atau data baru. Didalam penelitian ini adalah

data primer, karena peneliti menganbil data secara langsung dan tidak

melalui prantara siapapun.

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dari

sumber-sumber yang telah ada. Data tersebut biasanya diperoleh dari

perpustakaan atau dari laporan-laporan peneliti terdahulu. Sehubung data

dalam penelitian ini adalah data primer maka data sekunder tidak dipakai.

Apabila di dalam merencanakan suatu penelitian, problema, tujuan penelitian

dan hipotesis–hipotesis sudah diformulasikan dengan jelas, langkah

berikutnya adalah menentukan apakah data yang akan dipergunakan untuk

menguji hipotesis itu akan dikumpulkan dari sumber–sumber pustaka yang

sudah ada, ataukah akan diusahakan data langsung dari individu – individu

yang diselidiki. Data yang ada dalam pustaka–pustaka dinamakan data

sekunder, sedangkan data yang dikumpulkan langsung dari individu yang

diselidiki dinamakan data primer. Pengumpulan data primer dapat dilakukan

dengan mengadakan suvey atau pencacahan lengkap.

Berdasarkan teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa data

dalampenelitian ini adalah data primer, karena data dikumpulkan langsung

(55)

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Sugiyono (2008:57) Memberikan pengertian bahwa ”Populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi

kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajarai dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Menurut Hadi

(2001:220) populasi adalah sejumlah penduduk atau individu yang paling

sedikit mempunyai satu sifat yang sama. Sedangkan Sugiyono (2013:80)

menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

: obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan populasi adalah kumpulan

individu yang mempunyai sifat dan karakteristikyang sama.

Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 2

Waytenong Lampung Barat (159) siswa yang terdiri dari (5) kelas (72)

laki-laki, (87) perempuan. Keseluruhan populasi dalam penelitian ini

memiliki beberapa kesamaan antara lain :

1. Sama-sama sedang sekolah di SMP Negeri 2 Lampung Barat

2. Usia mereka relatif sama antara 12-13 tahun.

Berdasarkan uraian di atas maka yang dijadikan populasi dalam

(56)

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2013 : 81) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Sedangkan menurut Arikunto (1998 : 120) bahwa untuk sekedar

ancar-ancar maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua

sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika

jumlah subjeknya besar dapat diambil 10-15 % atau 20-25%. Berdasarkan

pendapat tersebut di atas maka sampel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah 25% dari jumla populasi siswa kelas VII SMP Negeri 2

Waytenong Lampung Barat, sebanyak 40 siswa. Teknik pengambilan

sampel menggunakan (random sampling)adalah pengambilan sampel dari

angota populasi dengan menggunakan acak tanpa memperhatikan strata

(tingkatan). Sampel adalah himpunan bagian dari populasi yang dapat

mewakili populasinya.

3. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data dilaksanakan dengan tes dan pengukuran. Tes

dan pengukuran merupakan bagian yang integral dalam proses penilaian

hasil belajar siswa, dengan melalui tes dan pengukuran kita akan

memperoleh data yang objektif Nurhasan (2001:13). Tes adalah alat ukur

yang dapat digunakan untuk memperoleh data yang objektif tentang hasil

belajar siswa, sedangkan pengukuran adalah proses pengumpulan data atau

informasi dari suatu objek tertentu dan dalam proses pengukuran

(57)

Tes dan pengukuran dalam penelitian ini dilaksanakan untuk mendapatkan

data tentang keterampilan flying shoot pada bola tangan.

Cara pengambilan data adalah dengan melakukan kualitas gerak flying

shoot bola tangan mulai tahap awal sampai tahap gerak lanjut. Penelitian ini berlangsung satu setengah bulan dengan tahap sebagai berikut:

1. Tahap persiapan

Seluruh sampel selanjutnya dites melakukan gerak tembakan flying

shoot, kegiatan tes ini merupakan tes awal. Tujuan tes ini untuk menilai keterampilan gerak dasar flying shoot sebelum diberikan

perlakuan denganmodel pembelajaran audio visual dan langsung

makah tester diberikan pemanasan petunjuk pelaksanaan tes dan

tehnik dasar flying shoot. Hasil penilaiaan disusun berdasarkan dari

hasil terbesar sampai hasil terkecil, kemudian di kelompokan

menggunakan teknik ordinal pairing. Pada ahirnya terbagi kedalam

dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen pembelajaran audio visual

dan pembelajaran secara langsung terhadap permainan bola tangan

pliying shoot.

2. Tahap pelaksanaan

Kegiatan tahap ini merupakan inti dari pelaksanaan penilaiaan secara

keseluruhan, karena itu kedua kelompok eksperimen masing-masing

diberi perlakuaan yang berbeda dengan beban latihan yang sama,

(58)

Waktu penelitian : 6 minggu

Frekuensi : 3 x seminggu

Set : 2 x 45 menit

Program latihan ini berlangsung 16 kali pertemuan untuk diberi perlakuan

(treatmen) ditambah dua pertemuan untuk tes awal dan tes akhir menurut

Satojo (1988:48) program latihan yang dilakukan empat kali dalam

seminggu selama enam minggu cukup efektif namun sebaliknya

dilaksanakan tiga hari agar tidak menjadi kelelahan dengan lama latihan

enam minggu atau lebih. Pemberian latihan harus memperhatikan

prinsip-perinsip latihan pemanasan, inti dan pendinginan.

1. Tahap Pengambilan Data

Setelah 6 minggu perlakuan selanjutnya dilakukan tes kembali sebagai

tes akhir yang dilaksanakan seperti tes awal. Tujuan tes ini adalah

untuk menilai keterampilan gerak dasar flying shootsiswa setelah

diberikan perlakuan dengan model pembelajaran audio visual dan

langsung.

Pelaksanaan tes akhir sama dengan pelaksanaan tes awaldilaksanakannya tes

akhir adalah untuk mengetahui hasil yang dicapai oleh siswa baik pada

kelompok eksperimen (dengan model audio visual) dan (dengan model secara

(59)

E. Prosedur Penelitian

Sebelum melakukan penelitian dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mengurus surat izin penelitian

b. Mempersiapkan alat-alat yang digunakan

c. Mempersiapkan tenaga pembantu

d. Membagi kelompok dengan urutan rangking dengan menggunakan

teknik ordinal pairing berdasarkan hasil pre test

e. Menyusun dan mengkoordinasi jadwal latihan, hari, tanggal maupun

waktu dengan pihak sekolah

Prosedur penelitian tentang efektivitas pembelajaran menggunakan metode

audio visual dan langsung terhadap flying shoot ini dilakukan dalam 16 kali pertemuan dengan alokasi waktu setiap pertemuan 2 x 45 menit. Dari 16 kali

pertemuan tersebut pada pertemuan pertama didahului pre test atau test awal,

14 pertemuan berikutnya diberikan program pembelajaran dan pada akhir

pertemuan diadakan post test.

Dalam proses penelitian sesuai dengan apa yang disampaikan oleh pendapat

(sarwono dan ismarwati, 1999:33) “bahwa frekuensi jumlah ulangan latihan

yang baik adalah di lakukan 5-6 persesi latihan dan 2-4 kali perminggu.

Adapun kegiatan pembelajaran tersebut sebagai berikut :

1. Tes Awal (Pre Test)

Tes awal (pre test) dilakukan sebelum kegiatan flying shoot

(60)

untuk mengetahui kemampuan awal dari masing-masing siswa sebelum

kegiatan pembelajaran berlangsung.

2. Kegiatan pembelajaran

Kegiatan pembelajaran efektivitas pembelajaran audio visual dan

langsung terhadap flying shoot bola tangan ini dilakukan dengan tiga

tahap yaitu :

a. Pemanasan

Sebelum pemanasan siswa dipimpin berdoa, kemudian diberikan

pengantar mengenai pembelajaran yang akan dilaksanakan. Bentuk

latihan pemanasan meliputi stretching, senam penguluran,

perenggangan, kelenturan, dan penguatan. Alokasi waktu yang

digunakan untuk pemanasan ini kurang lebih 10 menit.

b. Kegiatan inti

inti dari pembelajaran disini adalah belajar flying shoot,

pelaksanaannya: kelompok eksperimen diberikan pembelajaran

flying shoot dengan terlebih dahulu menggunakan pembelajaran audio visual dan, secara langsung. Alokasi waktu yang digunakan untuk kegiatan ini kurang lebih 90 menit.

c. Penenangan/colling down

Tujuan dari penenangan adalah mengembalikan kondisi anak

sesudah latihan, pelaksanaan cooling down dengan senam relaksi

atau stretching, alokasi waktu yang digunakan untuk kegiatan ini

(61)

d. Tes Akhir (post test)

Setelah dilakukan pembelajaran selama 14 kali pertemuan kemudian

diadakan tes akhir yang pelaksanaannya sama seperti tes awal.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan penelitian dalam

mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,

sehingga mudah diolah (Arikunto, 2002 : 136). Tujuan test ini adalah untuk

mengukur kemampuan shooting bolatangan siswa sebelum dan setelah

menggunakan model pembelajaran audio visual dan langsung, instrumen

yang digunakan dalam penelitian ini instrumen bertingkat.

Sebelum menggunakan instrumen untuk mengambil data, maka instrumen

yang digunakan perlu diuji cobakan terlebih dahulu untuk mengetahui tingkat

validitas dan realibilitas instrumen tersebut instrumen yang digunakan

instrumen buatan maka perlu diadakan ujicoba, setelah itu diuji validitas jika

sarat itu siknipikan maka alat itu bisa digunakan Uji coba instrumen

dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrumen yang disusun benar-benar

instrumen yang baik.

a) Tingkat uji coba validitas, 0,76 lampiran 2 halaman 71-80

b) Tingkat uji coba reliabelitas,0,95 lampiran 2 halaman 81-83

Uji coba instrumen dalam penelitian ini dilakukan di SMP Negeri

(62)

Langkah –langkah penyusunan instrumen penelitian yang dilakukan di SMP

Negeri 2 Waytenong Lampung Barat sebagai berikut:

1. Penulisan alat tes

2. Dikonsultasikan pada ahlinya

3. Uji coba

4. Analisis ujicoba (validitas alat tes dan reliabelitas alat tes)

5. Revisi

6. Norma test

Untuk mengklasifikasikan hasil pembelajaran yang telah mengikuti tes flying

shootdipergunakan norma test seperti yang tertera pada tabel berikut. Tabel 1. Norma test flying shoot

No Jumlah Nilai Klasifikasi

1 33-40 Baik sekali (BS)

2 25-32 Baik (B)

3 17-24 Cukup (C)

4 9-16 Kurang (K)

5 1-8 Kurang sekali (KS)

1. Alat dan fasilitas test.

a. Bola

b. LCD

Gambar

Gambar 1. Lapangan Bolatangan
Gambar 2. Teknik dasar shooting
Gambar 3. Shooting Flying shoot (menembak dengan melayang)
Gambar 4. Permainan off side
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh olahraga renang terhadap tingkat kebugaran jasmani anak tunarungu.. (studi eksperimen terhadap siswa kelas viii di slb - b yplb

Untuk mempercepat proses penerimaan mahasiswa baru, penulis menggunakan program visual basic dalam hal menginput, mengedit, mencetak hingga output data dengan menggunakan program

3 (tiga) rasio EWS dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio profitabilitas dan rasio sovabilitas tidak berbeda signifikan dengan perusahaan asuransi swasta, sedangkan

Inti dari penulisan ilmiah ini adalah membahas suatu tanda-tanda patah tulang tertentu lalu mencari diagnosanya.Untuk menemukan cara penanganannya cukup dengan menjawab ya atau

Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Melalatoa MJ,dkk.. Adat Istiadat

Koefisien Korelasi (R) antara Variabel Bebas Panjang Lengan (X1) terhadap Variabel Terikat Servis Bawah Bola Voli(Y) .... Koefisien Korelasi (R) antara Variabel Bebas Power

Raja, seperti yang kita lihat seiringan rombongan Bapak Raja yang datang dari kota Medan ke Takengon ini mudah-mudahan tidak ada halangan, dapat dikatakan sudah

Penggunaan sistem operasi Microsoft windows xp banyak dipakai oleh setiap orang, hal ini disebabkan karena kemudahan dan penggunaanya yang begitu mudah dipelajari oleh orang