ABSTRAK
EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN AUDIO VISUAL DAN LANGSUNG TERHADAP PEMBELAJARAN GERAK DASAR FLIYING SHOOT DALAM
BOLA TANGAN SMPN 2 WAYTENONG LAMPUNG BARAT
OLEH DIAN AGUSTINA
Masalah dalam penelitian ini seberapa besar pengaruh model pembelajaran audio visual dan langsung terhadap gerak dasar playing shoot dalam bola tangan di SMPN 2 Waytenong Lampung Barat
Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen komparatif, populasi seluruh kelas II di SMPN 2 Waytenong berjumlah 159 orang. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 40 orang sedangkan tehnik pengambilan sampel yang di gunakan adalah random sampling. Teknik pengambilan data digunakan tes.
Hasil penelitian menunjukan ada pengaruh yang seknifikan antara model pembelajaran melalui audio visual terhadap playing shoot dalam bola tangan pada siswa kelas II SMPN 2 Waytenong. Ada pengaruh yang seknifikan antara pembelajaran langsung terhadap flaying shoot bola tangan pada siswa kelas II SMPN 2 Waytenong. Dan tidak terdapat perbedaan antara pembelajaran audio visual dan langsung, masing- masing tritmen memberikan pengaruh terhadap pembelajaran flaying shoot bola tangan.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaram audio visual dan langsung sama-sama memiliki pengaruh terhadap pembelajaran flyaying shoot akan tetapi kedua metode tidak memiliki perbedaan yang seknifikan.
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN AUDIO VISUAL DAN LANGSUNG TERHADAP PEMBELAJARAN GERAK DASAR FLIYING SHOOT DALAM
BOLATANGAN DI SMP N 2 WAYTENONG LAMPUNG BARAT
OLEH DIAN AGUSTINA
Skipsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapat Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN AUDIO VISUAL DAN LANGSUNG TERHADAP PEMBELAJARAN GERAK DASAR FLIYING SHOOT DALAM
BOLATANGAN DI SMP N 2 WAYTENONG LAMPUNG BARAT
Skipsi
DIAN AGUSTINA
PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Lapangan Bolatangan... 25
Gambar 2. Teknik dasar shooting... 26
Gambar 3. Shooting Plying Shoot (menembak dengan melayang)... 27
Gambar 4. Permainan off side... 28
Gambar 5. Rancangan penelitian... 37
Gambar 6. sekema OP... 38
Gambar 7. Simpulan Pembelajaran Model Audio Visual dan Langsung... 56
Gambar 8. Perbedaan Hasil Pembelajaran Audio Visual... 57
Gambar 9. Perbedaan Hasil Tes Pembelajaran Langsung... 57
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tebel instrumen gerak dasar flying shoot... 69
Lampiran 2. Pengolahan Data Hasil Uji Coba Instrumen... ... 73
Lampiran 3. Data awal shooting flying shoot ... 86
Lampiran 4. Data tes akhir shootingfliying shoot ... 87
Lampiran 5. Rekapitulasi ranking data tes shooting fliying shoot ... 88
Lampiran 6. Nilai tes awal pembelajaran secara langsung ... 89
Lampiran 7. Nilai tes ahir pembelajaran langsung ... 90
Lampiran 8. Data Test Awal dan Test Akhir Pembagian Kelompok langsung ... 91
Lampiran 9. Nilai tes awal pembelajaran audio visual ... 92
Lampiran 10. Nilai tes ahir pembelajaran audio visual ... 93
Lampiran 11. Data Test Awal dan Akhir Pembagian Kelompok audio visual ... 94
Lampiran 12. Pembelajaran langsung ... 95
Lampiran 13. Pembelajaran audio visual ... 96
Lampiran 14. Uji Normalitas Pretes pembelajaran langsung ... 97
Lampiran 15. Uji Normalitas Pretes Siswa Pembelajaran Audio Visual ... 98
Lampiran 16. Uji Normalitas Postes Pembeljaran Langsung ... 99
Lampiran 17 Uji Normalitas Postes SiswaPembelajaran Audio Visual ... 100
Lampiran 18. Analisis Homogenitas Pretes Dan Postes Audio Visual ... 101
Lampiran 22. Analisis Homogenitas nilai PretesPembelajaran langsung
Dan Audio Visual... 105
Lampiran 23. Analisis Homogeinitas Posteskelompok Pembelajaran Langsung Dan Audio Visual... 106
Lampiran 24. Analisis Perbedaan Pretes ... 107
Lampiran 25. Analisis Perbedaan Postes ... 108
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Norma Test flying Shoot... 46
Tabel 2. Rekapitulasi hasil analisis validitas... 48
Tabel 3. Simpulan Pembelajaran Model Audio Visual Dan Langsung... 55
Tabel 4. Hasil Uji Normalitas... 59
Tabel 5. Hasil Uji Homogenitas... 60
Tabel 6. Hasil Uji Hipotesis Pertama... 61
MoTo
“Hai orang – orang yang beriman, jadikanlah sabar dan sholatmu sebagai penolongmu, sesungguh nya allah bersama orang –orang yang sabar “
(Al-baqaroh: 153)
“ jangan selalu melihat kelangit, sekali-kali lihatlah jempol kaki, (jangan selalu mengejar kemewahan ,ingat masih ada orang dibawa kita)
Jadi bersukurlah atas apa yang telah diberikan kepada kita (Penulis)
“jangan perna menyerah atas impianmu, rintangan kadang datang menjatuhkanmu, namun kamu harus bangkit dan terus melangkah”
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan anugerah dan rezeky yang begitu banyak kepada penulis sehingga
penulis dapat mempersembahkan karya baik ini kepada Kedua orangtuaku
(Muhammad Cik dan Risliana) yang selalu menyayangi, menyemangati dan
mendoakanku disetiap langkahku;
Saudara-saudara kandungku: Kakakku (Indra Ardiansyah), dan kedua adik
tercinta (Romli dan Dicki) yang selalu mendukung, mendengarkan keluh
kesanku dan mendoakan keberhasilanku;
Kakek dan Nenek dari Ayah dan Ibu yang selalu mendoakanku;
Orang tua keduaku (Rasnaini, S.Pd dan Peltu Khairul Yusuf ) Yang telah
memberikan dorongan, semangat, dan menasehatiku.
Sepupuku dari Ayah dan Ibu yang tak bisa kusebutkan satu persatu;
Almamater Universitas Negeri Bandar Lampung (UNILA), yang
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di kelurahan Tanjung Raya, Kecamatan Way Tenong, Kota Lampung Barat, Propinsi Lampung, pada tanggal 08 Agustus 1992, sebagai anak kedua dari empat bersaudara, dari Bapak Muhamad Cik dan Ibu Risliana.
Pendidikan pormal yang telah di tempuh penulis antara lain:
Pendidikan taman kanak – kanak (Tk) Way Tenong 1997, SD Negeri 1 Tanjung Raya pada tahun 2005, SMP Negeri 1 Way Tenong pada tahun 2008, dan SMA Negeri 1 Way Tenong pada tahun 2011.
DAFTAR ISI
B. Indentifikasi Masalah... 4
C. Rumusan Masalah... 5
D. Tujuan Penelitian... 5
E. Manfaat Penelitian... 6
F. Ruang Lingkup Penelitian... 7
G. Penjelasan Judul... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas... 9
B. Model... 9
C. Pembelajaran... 10
D. Belajar... 11
E. Pengertian Belajar Gerak atau Motorik ... 17
F. Tahapan Belajar Gerak... 20
G. Permainan Bolatangan... 23
H. Teknik Dasar Shooting Plying Shot dan Peraturan Off Side Permainan Bola Tangan... ... 25
1. Teknik Dasar Shooting ... 25
2. Shooting Flying Shoot (menembak dengan melayang)... 26
3. Peraturan Off Side Permainan Bola Tangan ... 27
I. Model Audio Visual. ... 28
J. Model Pembelajaaran Secara Langsung... 30
K. Penelitian yang Relevan ... 32
L. Kerangka Pikir ... 33
B. Variabel Penelitian... 37
C. Data Penelitian... 38
D. Populasi dan Sampel... 40
1. Populasi ... 40
2. Sampel ... 41
3. Teknik Pengambilan Data... 41
E. Prosedur Penelitian... 44
F. Instrumen Penelitian... 46
G. Teknik Analisis Data... 48
a. Uji Validitas... 48
b. Uji Reabilitas. ... 49
H. Uji Pesyaratan Analisis Data... 50
1. Uji Normalitas... 50
2. Uji Homogenetis... 51
3. Uji t... 52
4. Analisis Uji Pengaruh... 54
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 55
1. Deskripsi Data... 55
c. Hipotesis ketiga... 62
B. Pembahasan... 63
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam permainan bola tangan, sangat diperlukan shooting yang baik untuk
menghasilkan poin atau angka. Karena itu para pemain harus memiliki
keterampilan shoting yang baik dan benar, supaya permainan dapat berjalan
dengan baik dan menarik perhatian para penontonya. keterampilan tersebut
dapat berupa keterampilan dasar serta keterampilan khusus.
Gerak dasar shooting dalam bola tangan dilakukan dengan irama atau langkah
pemain harus dapat menangkap dan menguasai bola dengan baik, kemudian
melakukan awalan 3 langkah. Menembak dengan cara ini memberikan
keuntungan bagi penembak yaitu memperpendek jarak lemparan dan juga
daya tembaknya akan lebih bertenaga/lebih keras pada saat plying shoot.
Mahendra (2000: 10-11) menyatakan bahwa, keterampilan dasar permainan
bola tangan terdiri dari : (1) berlari cepat, dan berlari cepat dan mengubah
arah lari tanpa kehilangan keseimbangan (2) menangkap bola, bola setinggi
dada, bola tinggi, bola disamping kiri/ kanan badan, bola rendah/ setinggi
lutut, bola yang menggelundung (3) mengoper bola/passing, (a) dengan dua
tangan: chest past, overhead pass, underhand pass, (b) dengan satu tangan:
dribbling, (5) menemak/shooting: (a) the standing throw shoot, (b) the jump shot, (c) the dive shot, (d) the fall shot, (e) the side throw, (f) the flying shot, (g) reserve shot.
Salah satu tehnik shooting dalam permainan bola tangan flying shoot
(Menembak pada saat melayang), flying shoot merupakan senjata ampuh
dalam permainan bola tangan dan cara menembak ini adalah cara yang efektif
untuk memesukan bola ke gawang lawan, bila dibandingkan dengan cara
menembak yang lain dan juga paling baik untuk dipandang, aspek penting
untuk diperhatikan ialah irma langkah. Pemain harus dapat menangkap dan
menguasai bola dengan baik dan kemudian melakukan awalan 3 langkah
(irama).
Pada waktu melakukan lompatan, pemain harus dapat mengkonsentrasikan
diri untuk melompat cukup jauh kedepan dan cukup tinggi, dan kemudian
mempertahan kan sikap melayang selama mungkin, sebelum menembakan
melepaskan bola.
Jarak, dalam peraturan permainan dijelaskan bahwa seorang pemain
diperkenankan menembakkan bola pada saat pemain tersebut berada di dalam
daerah gawang, asalkan kedua kakinya tidak menyentuh lapangan (pada saat
melayang) waktu melakukan gerakan menembak tersebut dan saat ahiran
bolah sudah harus terlepas dari tangan pada saat pemain menyentuh lantai dan
Menembak dengan cara ini memberikan keuntungan bagi penembak yaitu
memperpendek jarak lemparan dan juga gaya tembaknya akan lebih
bertenaga lebih keras pada saat melakukan flying shoot.
Hasil tes awal yang saya lakukan di SMP Negeri 2 Lampung Barat ternyata
sekolah ini memiliki fasilitas yang cukup lengkap untuk menunjang kegiatan
permainan bolatangan misalkan saja SMP Negeri 2 Lampung Barat sudah
memiliki gawang dan lapangan.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMP Negeri 2 Waytenong
Lampung Barat, penulis melihat bahwa, kemampuan penguasaan dalam
melakukan shooting fliying shoot (menembak dengan melayang) para siswa
tersebut masih perlu ditingkatkan. Hal ini dapat dilihat dalam proses
pembelajaran bahwa, para siswa dalam melakukan gerak shooting masih
dalam kategori rendah, di duga karena efektipitas pembelajaran fliying shoot
dalam permainan bola tangan masih kurang, terutama pada saat awalan
pelaksanaan dan ahiran, di lihat dari masih banyaknya siswa yang belom
optimal dalam melakukan gerakan flying shoot dapat dilihat dari banyak nya
siswa yang gagal dalam melakukan flying shoot keseimbangan yang masih
lemah dapat dilihat dari posisi badan saat melakukan flying shoot dan ketika
mendarat setelah melakukan .
Berdasarkan fakta yang diperoleh dari penilaian guru diketahui rendahnya
keterampilan gerak dasar flying shoot di karenakan kondisi fisik siswa yang
kurang siap dan kurangnya latihan dalam pembelajaran bola tangan. Penulis
karena model pembelajaran flying shoot belom efektif, dan masihkurangnya
latihan, sarana dan prasarana yang kurang memadai maka hasil pembelajatran
yang di lakukan tidak tepat, oleh karena itu Guru perlu mengadakan
perbaikan pembelajaran yang efektif dalam model pembelajaran demi
tercapai suatu tujuan pembelajaran yang baik.
Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut para siswa harus balajar secara
baik dan teratur dengan latihan mengoper bola, Javalin vass (operan dari atas
bahu/kepala), Side pass (operan dari samping badan ), Reverse pass ( operan
melingkar/dari belakang badan dan dan latihan tersebut dapat di lakukan
dengan berpasangan sehingga latihannya akan efektif dan siswa jga dapat
melakukan latihan tehnik menembak ke arah gawang dengan menggunakan
tehnik menembak setinggi bahu, menembak dari samping, menembak dari
bawa lutut dan menembak sambil melompat . Dan latihan kelentukan untuk
menambah power lemparan yaitu, statis, balitis, dan PNF. Berdasarkan latar
belakang inilah penulis tertarik untuk mengadakan penelitian eksperimen
tentang ” Efektivitas Pembelajaran Menggunakan Audio Visual Dan
Langsung Terhadap Pembelajaran Flying shoot Dalam Bola Tangan Pada
Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Waytenong Lampung Barat Tahun Pelajaran
2014/2015”.
B. Indentifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas terdapat masalah yang dapat di indentifikasikan
1. Rendahnya penguasaan awalan dalam melakukan flying shoot dalam
permainan bola tangan di SMP Negeri 2 Waytenong;
2. Rendahnya Kemampuan gerak dasar melompat dengan irama dalam
pembelajaran bola tangan di SMP Negeri 2 Waytenonng
3. Kurangnya komponen kondisi fisik yang dimiliki siswa dalam lompatan dan kelentukan saat melakukan flying shoot;
4. Kemampuan penguasaan pada saat mendarat dalam melakukan flying
shoot dalam permainan bola tangan masih kurang;
5. Keterampilan gerak dasar dan keberanian dalam melakukan fliying shoot
yang dimiliki siswa masih rendah;
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Seberapa besar pengaruh pembelajaran audio visual dalam pembelajaran flying shoot bola tangan SMP Negeri 2 Waytenong ?
2. Seberapa besar pengaruh dari pembelajran secara langsung terhadap
pembelajaran flying shoot dalam permainan bola tangan ?
3. Manakah yang efektif antara model pembelajaran melalui audio visual dan
langsung dalam permainan bola tangan?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui efektifitas pembelajaran antara audio visual tehadap
2. Untuk mengetahui efektifitas program latihan menggunakan pembelajaran
secara langsung terhadap pembelajaran fliying shoot dalam permainan
bola tangan.
3. Untuk mengetahui perbandingan pembelajaran kedua model audio visual
dan langsung dalam pembelajaran flying shoot bola tangan
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak–pihak
yang terkait :
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian di harapkan dapat memberikan informasi di bidang ilmu
pengetahuan pada umumnya dan ilmu keolahragaan pada khususnya,
mengenai pengaruh latihan kelincahan dan koordinasi mata-tangan
terhadap kemampuan menggiring bola;
2. Bagi guru
Sebagai bahan pemikiran guru Penjaskes sebagai usaha penyempurnaan
kemampuan dribbling dalam permainan bola tangan;
3. Bagi siswa
Sebagai bahan pembelajaran dalam meningkatkan pengetahuan siswa
4. Bagi program studi
Sebagai bahan informasi dan acuan bagi pihak yang ingin melakukan
penelitian sejenis.
F. Ruang Lingkup Penelitian
1. Obyek penelitian yang diamati adalah efektivitas pembelajaran
menggunakan audio visual dan langsung terhadap pembelajaran flying
shoot;
2. Subyek penelitiannya yang diamati adalah siswa kelas VII SMP Negeri 2
Way tenong Lampung Barat Lampung;
3. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di lapangan bola basket SMP Negeri 2
Way tenong Lampung Barat Lampung.
G. Penjelasan Judul.
1. Pembelajaran Sudjana, (2004:28) pembelajaran dapat diartikan setiap
upaya yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan agar terjadinya
kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik
(warga belajar ) dan pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan
sumber belajar.
2. pembelajaran audio visual Menurut Sanjaya (2010:172) media audio
visual yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video,
film, slide suara, dan lain sebagainya. Kemampuan media ini dianggap
3. Pembelajaran secara langsung menurut (Nur,2000:7), model pembelajaran
yang berpusat pada guru, yang mempunyai lima langkah pada
pelaksanaanya, yaitu menyiapkan siswa menerima pelajaran, demontrasi,
pelatihan terbimbing, umpan balik, dan pelatihan lanjutan.
4. Menurut Mahendra (2000:21), fliying shot menembak ke arah gawang
lawan dengan awalan (irama langkah)
5. Menurut Mahendra (2000:6), Bola tangan adalah permainan beregu yang
menggunakan bola sebagai alatnya, yang dimainkan dengan menggunakan
satu tangan atau dua tangan, bola tersebut boleh dilempar, dipantulkan atau
ditembakkan yang tujuannya memasukan bola sebanyak-banyaknya ke
gawang lawan dan mencegah agar team lawan tidak dapat memasukan
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Efektivitas
Efektivitas merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tigkat
keberhasilan dari suatu proses tingkat pembelajaran dan berusaha untuk
mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
Hidayat (1986:58) berpendapat bahwa "“Efektivitas adalah suatu ukuran yang
menyatakan seberapa jauh target telah tercapai. Dimana makin besar
persentase target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya”.
Adapun Martoyo (1998:4) memberikan definisi sebagai berikut: “Efektivitas
dimana dalam memilih tujuan yang hendak dicapai dan sarana yang
digunakan, serta kemampuan yang dimiliki adalah tepat, sehingga tujuan
yang diinginkan dapat dicapai dengan hasil yang memuaskan”.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa efektifitas berusaha untuk
mencapai sasaran dari suatu tujuan dengan terancana dan tidak ada tekanan.
B. Model Pembelajaran
Model atau metode merupakan suatu rencanaatau pola yang digunakan
pembelajaran juga mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan
digunakan.
Sagala (2005: 175) mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan
belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran
dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
suprijono (2011: 45),berpendapat bahwa “model diartikan sebagai bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau
sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu.
Berdasarkan pendapat di atas dapat di simpulkan model pembelajaran
merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.
C. Pembelajaran
Pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan seorang guru untuk
membantu siswa dalam proses belajar, sehingga terjadi perubahan dari
kondisi tidak mengerti menjadi mengerti. Sebab berhasil atau tidaknya siswa
dalam belajar ditentukan olah proses pembelajaran yang dilakukan guru.
Satori (2008:39), berpendapat bahwa “Pembelajaran adalah proses
membantu siswa belajar, yang ditandai dengan perubahan prilaku baik dalam
terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajaran secara
aktif, yang menekankan pada penyediaan suber balajar”.
Dari pendapat di atas dapat disimpulakan bahwa pembelajaran merupakan
serangkaian kegiatan yang dirancang dan disusun agar menjadi proses belajar
pada siswa untuk mencapai tujuan dalam pembelejaran.
D. Belajar
Belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada
individu yang sedang belajar, baik potansial maupun aktual. Perubahan
tersebut dalam bentuk kemampuan - kemampuan baru yang dimiliki dalam
waktu yang cykup lama. Dan perubahan itu terjadi karena berbagai usaha
yang dilakukan olah individu yang bersangkutan.
Sugiyanto,( 1999:267) mendefinisikan bahwa belajar adalah : “ Suatu perubahan pembawaan atau kemampuan yang bertahan dalam jangka waktu
tertentu dan semata - mata disebabkan olah pertumbuhan”.
Dan Sugiyanto,( 1999:267) mengemukakan bahwa secara garis besar
membaginya menjadi tiga ranah yaitu :
1.) Ranah Kognitif
Ranah kognitif adalah berkenaan degan hasil belajar intelektual yang
terdiri dari enam aspek yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sistensis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut
kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif
2.)Ranah Afektif.
Ranah Afektif adalah berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lama
aspek yakni, penerimaan, jawaban atau reaksi, penelitian, organisasi, dan
internalisasi.
3.) Ranah Psikomotoris
Ranah Psikomotoris adalah berkenaan dengan hasil belajar keterampilan
dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni
(a) gerak refleks, (b) keterampilan gerak dasar, (c) keterampilan
perceptual, (d) keharmonisan atau ketepatan,
(e) gerak keterampilan kompleks dan (f) gerak ekspresif dan
interpretative.
Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar, diantara ketiga
ranah itu, ranah kognitiflah yang banyak dinilai oleh para guru disekolah
karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan
pengajaran. Sedangkan dalam pembelajaran penjas di sekolah ketiga ranah ini
diaplikasikan yaitu :
1. Ranah Kognitif
Ranah kognitif ini terbagi menjadi enam aspek ;
“ a) pengetahuan atau ingatan bertujuan untuk mengetahui dan mengingat
teknik gerak dasar flying shoot yang diberikan oleh guru saat
yang lebih tinggi dari pengetahuan, misalnya siswa menjelaskan gerakan
gerak lemparan flying shoot yang telah diberikan guru penjas di sekolah,
c) aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkrit atau situasi
khusus, abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk
teknis. Misalnya siswa mengaplikasikan teori dalam pembelajaran penjas
agar keterampilan gerak dasar siswa menjadi lebih baik, d) analisis
adalah usaha memilih suatu integritas menjadi unsur-unsur atau
bagian-bagian sehingga jelas hirarkinya atau susunannya. Misalnya siswa
mempunyai kecakapan yang kompleks yang memanfaatkan kecakapan
dari ketiga tipe sebelumnya, e) evaluasi adalah pemberian keputusan
tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara
bekerja, pemecahan, metode, materil, dll. Misalnya guru penjas di
sekolah memberikan tes gerak dasar flying shoot yang bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana kemampuan keterampilan gerak dasar flying
shoot pada siswa”.
2. Ranah Afektif
Ada beberapa kategori ranah afektif sebagai hasil belajar. Kategori
dimulai dari tingkat yang dasar atau sederhana sampai tingkat yang
kompleks.
“a) raciving/attending yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk
masalah. Misalnya guru memberikan permainan kecil sebagai pengganti
pemanasan sebelum memulai pembelajaran penjas agar siswa dalam
jawaban yakni reaksi yang diberikan kepada seseorang berupa stimulasi
yang datang dari luar. Misalnya seorang guru memberikan penjelasan
kepada siswa sehingga siswa memberikan reaksi atau respon terhadap
penjelasan yang diberikan guru tersebut, c) vauling berkenaan dengan
nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulasi tadi. Misalnya guru
memberikan tes berupa keterampilan gerak dasar servis Sepaktakraw
untuk mengetahui seberapa besar nilai yang dicapai berdasarkan nilai
kelulusan yang telah ditentukan, d) organisasi yakni pengembangan dari
nilai kedalam sistem organisasi termasuk hubungan satu dengan nilai
yang lainnya, e) karakteristik nilai atau interaksi nilai yakni keterpaduan
semua sistem nilai yang dimiliki seseorang”.
3. Ranah Psikomotor
Ada enam tingkat keterampilan yaitu :
a) gerak refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar). Misalnya
guru memberikan bola kepada siswa pada saat siswa dalam keadaan tidak
siap dan siswa tersebut dengan gerakan secara tiba-tiba menangkap bola,
b) keterampilan pada gerak-gerak dasar. Misalnya siswa terampil
melakukan gerakan dasar flying shoot, c) kemampuan perceptual
termasuk didalamnya membedakan visual, auditis, motoris, dll, c)
kemampuan dibidang fisik misalnya kekuatan, harmonis dan ketepatan.
Misalnya seorang siswa melakukan lemparan flying shoot pada saat
lompatan bola tepat pada sasaran sehingga hasilnya sesuai yang
diinginkan, e) gerakan-gerakan skill mulai dari keterampilan sederhana
keterampilan mengoper bola, f) kemampuan yang berkenaan dengan
komunikasi non decursive seperti gerakan ekspresif dan interpredatif”.
Kesimpulan dari beberapa teori diatas bahwa belajar adalah suatu proses,
fungsi, dan juga hasil dari perubahan - perubahan. Perubahan yang terjadi
bisa bertahan dalam jangka waktu yang relatif lama, maksudnya adalah
perubahan itu tidak langsung hilang setelah kegiatan selasai dilakukan.
Berikut ini akan dikemukakan beberapa pandangan para ahli psikologi
tentang belajar, yaitu :
1. Teori Belajar Reinforcement dari Thorndike dan Skinner.
Teori Reinforcement dari Thorndike telah banyak mempengaruhi dunia
pendidikan dan psikologi pendidikan di Amerika Serikat. Perubahan
tingkah laku boleh berwujud sesuatu yang konkret (dapat diamati), atau
yang nonkonkret (tidak bisa diamati). Meskipun Thorndike tidak
menjelaskan bagaimana caranya mengukur berbagai tingkah laku yang
nonkonkret (pengukuran adalah satu hal yang menjadi obsesi semua penganut aliran tingkah laku), tetapi teori Thorndike telah banyak
memberikan inspirasi kepada pakar lain yang datang sesudahnya
(Bakker, 2002:67)
2. Teori Puposive Behaviorism dari Tolman
E. L. Tolman telah mengembangkan teori yang dapat dipandang sebagai
rantai penghubung antara aliran behaviorisme dengan teori Gestalt dan
reinforcement dalam hubungannya dengan proses belajar. Dalam
membedakan antara belajar dan tingkah laku, ia berpendirian bahwa bel
-ajar itu terdiri dari berpasangan stimulus atau berasosiasinya stimulus
(Sanjaya, 2007:307). Bagi Tolman, belajar dapat terjadi dalam keadaan
bebas dari setiap per formance yang bersamaan. Inilah yang dikenal
sebagai “latentLearning”. Menurut Tolman, motivasi itu mempengaruhi
performance tetapi tidak mempengaruhi belajar. Confirmation of
expectancey juga mempengaruhi performance (Sanjaya,2007:300).
3. Teori Conditioning Dari Pavlov
Pavlov dapat dikatakan sebagai pelopor teori conditioning yang
kemudian mempengaruhi perkembangan aliran Behaviorisme dalam
psikologi. la adalah seorang ahli psiko-refleksologi dari Rusia, yang
terkenal mengadakan percobaan-percobaannya dengan anjing, dimana
perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara
berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan. Dari
hasil percobaan-percobaan yang dilakukan dengan anjing itu Pavlov
mendapat kesimpulan bahwa kejiwaan seseorang dilihat dari perilakunya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Bakker bahwa yang paling sentral dalam
hidup manusia bukan hanya pikiran, peranan maupun bicara, melainkan
tingkah lakunya. Pikiran mengenai tugas atau rencana baru akan
E. Pengertian Belajar Gerak atau Motorik
Menurut Lutan (1988:101), belajar adalah suatu proses perubahan perilaku
yang relatif permanen pada diri seseorang yang diperoleh melalui
pengalaman dan latihan dan dapat diamati melalui penampilannya.
Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar memiliki pengertian yang luas,
bisa berupa keterampilan fisik, verbal, intelektual, maupun sikap.
Belajar gerak secara khusus dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan
atau modifikasi tingkah laku individu akibat dari latihan dan kondisi
lingkungan, Schmidt (1988:102), menyatakan bahwa belajar gerak
mempunyai beberapa ciri, yaitu :
a) merupakan rangkaian proses, b) menghasilkan kemampuan untuk
merespon, c) tidak dapat diamati secara langsung, bersifat relatif
permanen, d) sebagai hasil latihan, e) bisa menimbulkan efek negatif.
Lutan ( 2001:102) menjelaskan, karakteristik yang dominan dari belajar
ialah kreativitas ketimbang sikap hanya sekedar menerima di pihak siswa
atau atlet yang belajar. Penjelasan tersebut menegaskan pentingnya
psiko-fisik sebagai suatu kesatuan untuk merealisasi peningkatan keterampilan.
Ada empat karakteristik belajar motorik yaitu sebagai berikut:
1. Belajar sebagai sebuah prosesLutan (1988:103), menjelaskan bahwa
dalam psikologi kognitif, sebuah proses adalah seperangkat kejadian atau
pristiwa yang berlangsung bersama menghasilkan beberapa prilaku
tertentu.sebagai contoh dalam membaca proses dihasilkan dengan
pengaertian sesuai dengan pembendaharaan kata yang tersimpan dalam
igatan dasn seterusnya. Sama halnya dengan keterampilan belajar
keteramplan motorik, didalamnya terlibat suatu proses yang
menyumbang kepada perubahan dalam prilaku motorik sebagai hasil dari
berlatih. Karna itu fokus dari belajar motorik adalah perubahan yang
terjadi pada organismeyang memungkinkan untuk melakuan sesuatu
yang berbeda dengan sebelum berlatih.
2. Belajar motorik adalah hasil langsung dari latihanPerubahan prilaku
motorik berupa keterampilan dipahami sebagai hasil dari latihan dan
pengalaman. Hal ini perlu dipertegas untuk memmbedaan perubahan
yang terjadi karena faktor kematangan dan pertumbuhan. Fasktor-faktor
tersebut juga menyebabkan perubahan prilaku (seperti anakyang lebih tua
lebih terampil melakukan suatu keterampilan yang baru dari pada anak
yang lebih muda). Meskipun dapat disimpulkan perubahan itu karena
belajar. Lutan (1988:103).
3. Belajar motorik tak teramati secara langsung Belajar motorik atau
keterampilan olahraga tak teramati secara langsung. Proses yang terjadi
dibalik perubahan keterampilan itu mungkin sekali amat kompleks dalam
sistim persyarafan seperti misalnya bagai mana informasi sensorik di
proses, di organisasi dan kemudian di ubah menjadi pola gerak otot-otot.
Perubahan itu semuanya tidsak daspat di amati secara langsung karena
cuman dapat di tafsirkan eksistensinya dari perubahan yang terjadi dalam
4. Belajar menghasilkan kapabilitas untuk bereaksi ( kebiassaan ) Menurut
Lutan (1988:103), belajar motorik juga daspat di tinjau dari munculnya
kapabilitas untuk melakukan suatu tugas dengan terampil. Kemampuan
tersebut daap dipahami sebagai suatu perubahan dalam sistem pusat
syaraf. Tujuan latihan adalah untuk memperkuat atau memantapkan
jumlah perubahan yang terdapat pada kondisi internal. Kondisi internal
ini sering disebut dalam istilah kebiasaan.
5. Belajar motorik relatif permanen Belajar motorik adalah relatif
permanen, hasil belajar ini relatif bertahan hingga waktu relatif lama.
Misal saja seorang yang bisa mengendarai sepeda, meskipun seklama
beberapa tahun tidak mengendarai sepeda, namun pada suatu ketika dia
tetap dapat mengendarai sepeda. Perubahan ini terjadi dalam waktu yang
cepat meskipun hanya menempuh beberapa menit. Secara sistimatis
dapat di gambarkan, mana kala kita belajar dan berlatih maka kita tidak
pernah sama dengan keadaan sebelumnya dan belajar menghasilkan
perubahan yang relatif permanen. Lutan (1988:103).
Dari beberapa pengertian belajar gerak dari para ahli di atas, penulis dapat
menyimpulkan sebagai berikut, belajar gerak adalah sebagai tingkah laku atau
perubahan kecakapan yang mampubertahan dalam jangka waktu tertentu, dan
bukan berasal dari proses pertumbuhan yang diwujutkan melalui respon– respon, yang pada umumnya diekspedisikan dalam gerak tubuh atau bagian
F. Tahapan Belajar Gerak
Dalam proses belajar gerak ada tiga tahapan yang harus dilalui oleh siswa
untuk mencapai tingkat keterampilan yang sempurna (otomatis). Tiga tahapan
belajar gerak ini harus dilakukan secara berurutan, karena tahap sebelumnya
adalah prasyarat untuk tahap berikutnya. Apabila ketiga tahapan belajar gerak
ini tidak dilakukan oleh guru pada saat mengajar Pendidikan Jasmani, maka
guru tidak boleh mengharap banyak dari apa yang selama ini mereka lakukan,
khususnya untuk mencapai tujuan Pendidikan Jasmani yang ideal. Adapun
tahap-tahapan dalam belajar gerak menurut Lutan (1988:305), adalah sebagai
berikut:
a. Tahap Kognitif
Pada tahap ini guru setiap akan memulai mengajarkan suatu keterampilan
gerak, pertama kali yang harus dilakukan menurut Winkel (1984: 53) adalah
memberikan informasi untuk menanamkan konsep-konsep tentang apa yang
akan dipelajari oleh siswa dengan benar dan baik. Setelah siswa
memperoleh informasi tentang apa, mengapa, dan bagaimana cara
melakukan aktifitas gerak yang akan dipelajari, diharapkan di dalam benak
siswa telah terbentuk motor-plan, yaitu keterampilan intelektual dalam
merencanakan cara melakukan keterampilan gerak. Apabila tahap kognitif
ini tidak mendapakan perhatian oleh guru dalam proses belajar gerak, maka
sulit bagi guru untukmenghasilkan anak yang terampil mempraktikkan
b. Tahap Asosiatif / Fiksasi.
Pada tahap ini siswa mulai mempraktikkan gerak sesuai dengan
konsep-konsep yang telah mereka ketahui dan pahami sebelumnya. Tahap ini juga
sering disebut sebagai tahap latihan.
Menurut Winkel (1984: 54) Tahap latihan adalah tahap dimana siswa
diharapkan mampu mempraktikkan apa yang hendak dikuasai dengan cara
mengulang-ulang sesuai dengan karakteristik gerak yang dipelajari. Apakah
gerak yang dipelajari itu gerak yang melibatkan otot kasar atau otot halus
atau gerak terbuka atau gerak tertutup. Apabila siswa telah melakukan
latihan keterampilan dengan benar dan baik, dan dilakukan secara berulang
baik di sekolah maupun di luar sekolah, maka pada akhir tahap ini siswa
diharapkan telah memiliki keterampilan yang memadai.
c. Tahap Otomatis
Pada tahap ini siswa telah dapat melakukan aktivitas secara terampil, karena
siswa telah memasuki tahap gerakan otomatis, artinya siswa dapat merespon
secara cepat dan tepat terhadap apa yang ditugaskan oleh guru untuk
dilakukan.
Tanda-tanda keterampilan gerak telah memasuki tahapan otomatis adalah
bila seorang siswa dapat mengerjakan tugas gerak tanpa berpikir lagi
terhadap apa yang akan dan sedang dilakukan dengan hasil yang baik dan
benar. Lutan (1988:307).
Lutan (1988:104), dijelaskan bahwa untuk mempelajari gerak maka perlu
a. Kesiapan belajar. Bahwa pembelajaran harus mempertimbangkan
hukum kesiapan. Anak yang lebih siap akan lebih unggul dalam
menerima pembelajaran.
b. Kesempatan belajar. Pemberian kesempatan yang cukup banyak bagi
anak sejak usia dini untuk bergerak atau melakukan aktivitas jasmani
dalam mengeksporasi lingkungannya sangat penting. Bukan saja untuk
perkembangan yang normal kelak setelah dewasa, tapi juga untuk
perkembangan mental yang sehat. Jadi penting bagi orangtua atau guru
untuk memberikan kesempatan anak belajar melalui gerak.
c. Kesempatan latihan. Anak harus diberi waktu untuk latihan sebanyak
yang diperlukan untuk menguasai. Semakin banyak kesempatan
berlatih, semakin banyak pengalaman gerak yang anak lakukan dan
dapatkan. Meskipun demikian, kualitas latihan jauh lebih penting
ketimbang kuantitasnya.
d. Model yang baik. Dalam mempelajari motorik, meniru suatu model
memainkan peran yang penting, maka untuk mempelajari suatu dengan
baik, anak harus dapat mencontoh yang baik. Model yang ada harus
merupakan replika dari gerakan-gerakan yang dilakukan dalam
olahraga tersebut.
e. Bimbingan. Untuk dapat meniru suatu model dengan betul, anak
membutuhkan bimbingan. Bimbingan juga membantu anak
membetulkan sesuatu kesalahan sebelum kesalahan tersebut terlanjur
dipelajari dengan baik sehingga sulit dibetulkan kembali. Bimbingan
f. Motivasi. Besar kecilnya semangat usaha seseorang tergantung pada besar
kecilnya motivasi yang dimilikinya.
G.Permainan Bolatangan
Permainan bola tangan merupakan modifikasi antara permainan bola basket
dan sepak bola yang mengandalkan kemahiran tangan untuk memasukkan bola
kegawang lawan. Dimainkan oleh 2 regu,masing-masing regu terdiri dari 7
orang pemain dan dimainkan pada lapangan berukuran 20x40 meter.
Tujuan permainan adalah mencetak gol sebanyak-banyaknya, dengan cara
melempar bola ke gawang lawan yang dijaga oleh lawan. Permainan ini
memainkan bola dengan seluruh anggota tubuh, kecuali kaki dan cara
bermainnya membawa bola sebanyak-banyaknya tiga langkah dan menahan
bola ditangan paling lama menit.
Menurut Mahendra (2000:6), bahwa :Bolatangan adalah permainan beregu
yang menggunakan bola sebagai alatnya, yang dimainkan dengan
menggunakan satu tangan atau dua tangan, bola tersebut boleh dilempar,
dipantulkan atau ditembakkan yang tujuannya memasukan bola
sebanyak-banyaknya ke gawang lawan dan mencegah agar team lawan tidak dapat
memasukan bola kegawang sendiri.
Terdapat tiga jenis permainan bolatangan yang dapat dimainkan yaitu
bolatangan dengan 11 orang pemain, bolatangandengan 7 pemain dan sekarang
berkembang bola tangan mini (Mini handball) dengan 5 orang pemain
Peraturan permainan bolatangan 5 orang pemain adalah sama dengan peraturan
bolatangan 7 orang pemain kecuali ukuran lapangan dan jumlah pemain setiap
regunya. Namun untuk bolatangandengan 11 pemain agak berbeda karena
permainan ini di mainkan di lapanganterbuka dengan ukuran lapangan seperti
lapangan sepak bola.
Kebangkitan permainan bola tangan sesungguhnya muncul dari tiga negara
Denmark, Jerman, dan Swedia. Permainan bolatanganyang kita kenal saat ini,
pertama kali di perkenalkan pada tahun 1890 oleh seorang tokoh gymnastic
dari Jerman yaitu Konrad Koch Namun pendiri bolatangan lapangan justru
berasal dari pakar pendidikan jasmani Jerman yang memisahkan bolatangan
lapangan pada pergantian abad yang berdasar pada dua bentuk permainan,
“Raffball” (bola tangkap) dan “Königsbergerball” (Konrad Kroch, 1846-1911). Di Swedia, G. Wallström juga memperkenalkan permainan bolatangan di
negaranya pada tahun 1910. Tahun 1912 Seorang berkebangsaan Jerman,
Hirschmann yang merupakan sekretaris umum dari Persatuan Sepakbola
Internasional mencoba menyebarkan permainan bolatangan lapangan. Pada
tahun 1917, Max Heiser mengembangkan peraturan bolatangan untuk pertama
kalinya. Tahun 1919 seorang guru olahraga di Berlin, Karl Scelenz
memperkenalkan bentuk permainan bolatangan di lapangan besar (outdoor) di
beberapa negara Eropa. Kemudian ia mengembangkan peraturan bolatangan
dan sekarang dikenal sebagai salah seorang pendiri bolatangan lapangan. Pada
tahun 1926 dalam sebuah pertemuan di kota Hague, Kongres Federasi Atletik
Amatir Internasional, mengusulkan kepada peserta kongres untuk menyusun
Gambar 1. Lapangan Bolatangan
H.Teknik Dasar Shooting flying Shot dan Peraturan Off Side Permainan Bola Tangan
1. Teknik Dasar Shooting
Shoting merupakan elemen utama dalam permainan bola tangan dan
berbagai permainan lainnya sebagai upaya utama untuk memenangkan
pertandingan. Power yang dihasilkan dalam gerakan shooting ditentukan
oleh panjang rentang yang dihasilkan oleh persendian, banyaknya
persendian yang terlibat, serta kecepatan dan kekuatan dalam mengayun
lengan, tujuan dari shooting ( menembak ) untuk membuat angka/gol
dengan cara melempar atau menembakan bola kegawang lawan, pemain dan
penyerang diperkenankan melakukan berbagaimacam cara menembak
sesuai dengan kemahirannya dan sesuai dengan situasi permainannya, salah
satu contoh menembak dalam bola tangan iyalah menembak bola the flying
Gambar 2. Teknik dasar shooting
2. Shooting flying Shoot (menembak dengan melayang)
Shoting flying shoot merupakan senjata ampuh dalam permaianan dan cara
menembak ini cara yang efektifuntuk memasukan bola kegawang lawan,
bila dibandingkan dengan cara menembak yang lain, aspek yang penting
yang perlu diperhatikan yaitu irama atau langka pemain harus dapat
menangkap dan menguasai bola. Pelaksanaan teknik ini seperti lay up
dalam permainan bola basket dengan memenpaatkan peraturan yang
memperbolehkan permainan membawa bola maksimal 3 langkah.
a. jika pemain tidak kidal, langkah pertama dimulai dari kaki kanan
b. kemudian kaki kiri melangkah dengan kuat, bolamasih dibawa di
samping pinggang
c. langkah terakhir panjang sambil melompat, dilakukan sekuatnya, badan
dilentukan kebelakang untuk menyusun power lemparan, tangan ditarik
ke belakang. Pada titik tertinggi lompatan bola dilemparkan. Bolah
Pada waktu melakukan lompatan, pemain harus dapat
mengonsentrasikan diri untuk lompatan cukup jau kedepan dan juga
cukup tinggi dan kemudian mempertahan kan sikap melayang selama
mungkin sebelum melemparkan kedepan, kearah gawang lawan dan
menembak dengan cara ini memberikan keuntungan bagi penembak
yang memperpendek jarak lemparan dan juga daya tembaknya akan
lebih bertenaga lebih keras.
Untuk melakukan tehnik flying shoot dengan baik terlebih dahulu
siswa harus mempelajari tehnik-tehnik permainan bola tangan; a)
Tehnik melempar atau mengoperkan bola, b. Cara melempar bola, c)
Tehnik menengkap/menerima bola, e) Menggiring bola, f) Menembak
bola ( shooting ).
Gambar 3. Shooting Flying shoot (menembak dengan melayang)
3. Peraturan Off Side Permainan Bola Tangan
a. Suatu regu dinyatakan dalam keadaan “off side” jika jumlah pemain lapangan salah satu regu (baik regu bertahan maupun regu menyerang)
lebih dari 6 orang berada didalam salah satu daerah off side pada saat
b. Regu penyerang dinyatakan melakukan pelanggaran peraturan off side;
jika suatu serangan di daerah peraturan off side, penyerang ke 7
memasuki daerah off side. Wasit harus segera meniup peluitnya dan
kemudian memberikan lemparan bebas kepada regu berahan di tempat
pemain penyerang ke 7 memasuk daerah ofif side.
c. Regu bertahan dinyatakan melakukan pelanggaran off side; jika pada
waktu regu penyerang melakukan serangan di daerah off side, pemain
bertahan ke 7 memasuki daerah off side.
Gambar 4. Permainan off side
I. Model Audio Visual.
Menurut Sujana pembelajaran audio visual sebagai alat bantu pembelajaran
yang digunakan guru untuk memotivasi belajar peserta didik memperjelas
informasi atau pesan pembelajaran, memberi tekanan pada
bagian-bagianyang penting, memberi variasi pembelajaran, memperjelas setruktur
Menurut Sanjaya (2010:172)“Media audio- visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsurgambar yang bisa dilihat, misalnya
rekaman video, slide, suara, dan sebagainya”.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran audio visual dalah salah satu strategi yang digunakan untuk
memudahkan penyampaian materi ke siswa.
Pemanfaatan media audio visual dalam peroses pembelajaran di dalam kelas
sudah merupakan hal yang biasa. Sebagai media audio visual dengan
memilki unsur gerakan dan suara vidio dapat digunakan sebagai alat bantu
mengajar pada berbagai bidang setudi. Kemampuan vidio untuk
memanipulasi waktu dan ruang dapat mengajak peserta didik untuk
melanglang buana kemana saja walaupun dibatasi didalam kelas. Pada
bidang setudi yang banyak mempelajari keterampilan motorik dapat
mengandalkan kemampuan vidio. Melatih kemampuan kegiatan dengan
prosedur tertentu akan membantu dengan pemanfaatan media vidio dengan
kemampuan menyajikan gerakan lambat (slow motion), medio audio visual
membantu pengajar untuk menjelaskan gerakan atau prosedur tertentu
dengan lebih rinci. Selain prosedur yang di tempuh untuk memecahkan
suatu masalah dan mampu mengingatkan lebih lama.
Aspek yang harus diperhatikan oleh guru dalam mengembangkan dan
membuat sendiri media pembelajaran audio visual maka tentunya harus
tersaji di dalam media pembelajaran tersebut tidak terjadinya miskonsepsi
(kesalahan konsep), serta mudah dimengerti oleh siswa.
J. Model Pembelajaaran Secara Langsung
Menurut Ariends (2009:41) adalah suatu model pembelajaran yang dirancang
khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan
pengetahuan dekelaratif dan pengetahuan prosuderal yang terstuktur dengan
baik, dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap selangkah demi
selangkah.
Menurur Uno (2008:166) menyatakan bahwa model pembelajaran secara
langsung adalah program yang paling efektif untuk mengukur pencapaian
keahlian dasar, keahlian dalam memahami suatu materi dan konsep diri
sendiri.
Model pembelajaran langsung atau yang di kenal dengan direct instruction ini
adalah sebuah model pembelajaran yang menitik beratkan pada penguasaan
konsep dan juga perubahan perilaku dengan melakukan pendekatan secara
deduktif. Disini peran dari guru sangatlah penting sebagai penyampai
informasi.
Dalam sisatem model pembelajaran langsung terdapat tujuh langkah yang
mana disetiap langkah tersebut terdapat tahap-tahap dalam penyampayan
materi :
1. Menyampaikan pelajaran dan tujuan pelajaran dan tujuan pembelajaran,
pada tahap ini para pelajar menyampikan beberapa hal yang harus
2. Melakukan riview pengetahuan serta keterampilan pra-syarat, di sini guru
mengajukan pertannyaan untuk mengetahui keterampilan dan
pengetahuan yang sudah dikuasai siswa.
3. Menyampaikan materipelajaran dalam tahap ini pengajar akan
menyampaikan materi dan informasi dan informasi serta memberikan
contoh.
4. Melaksanakan bimbingan jadi bimbingan dilakukan dengan cara
mengajukan pertannyaan yang bertujuan untuk menilai tingkat
pemahaman peserta didik dan mencoba untuk mengoreksi kesalahan
konsep yang ada.
5. Memberi kesempatan siswa untuk berlatih, guru memberi kesempatan
siswa agar terus berlatih.
6. Menilai kinerja siswa dan memberinya umpan balik
7. Memberikan latihan mandiri.
Di samping itu model pembelajaran langsung ini pada dasar nya sangatlah
cocok di terapkan apabila mendapati yang memungkinkan di antaranya :
1. Saat guru ingin mengenalkan bidang pembelajaran baru
2. Saat guru ingin mencoba mengajari keterampilan kepada siswa
ataupun mengajari prosedur yang mempunyai struktur jelas
3. Saat siswa mendapati kesulitan yang bisa diatasi dengan sebua
penjelasan yang terstruktur.
4. Saat guru ingin menyampaikan tehnik tertentu sebelum para peserta
Jadi model pembelajaran langsung memang patut diterapkan apabila sudah
mendapati beberapa kondisi seperti yang dijelaskan tersebut, sehingga
peroses belajar dan penyampayan materi kepada para siswa juga bisa lebih
efektif.
K. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan berguna untuk melihat adanya suatu kaitan atau
hubungan apa yang dibicarakan dan apa yang berlaku.
Untuk memperkuat kesimpulan yang menyatakan bahwa ada perbedaan
antara model pembelajaran audio visual dan langsung terhadap keterampilan
gerak dasar flying shoot, maka peneliti akan membandingkan hasil dari
penelitian ini degan hasil penelitian sebagai berikut :
1. Ni Kadek Pratyamita Wijayanti berjudul “Pengaruh Penggunaan Media Audio Visual Terhadap Hasil Pembelajaran Pembelajaran Bola Tangan.” Unipersitas Pendidikan Indonesia Tahun Ajaran 2013
2. Zuchaira berjudul “Perbandingan Efektivitas Pembelajaran Dengan Media Audio visual dan langsung terhadap hasil belajar cespas dalam permainan Bola Bakest Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 20 Medan Tahun Ajaran
2012/2013.”
Berdasarkan dari hasil penelitian kedua model ini ada peningkatan hasil
Berpatok dari penelitian di atas maka penulis akan melihat seberapa besar
pengaruh kedua model ini dalam penelitian eksperimen di SMP Negeri 2
Waytenong.
L.Kerangka Pikir
Dalam menyelesaikan suatu masalah kita harus melihat masalah itu dari
berbagai segi, baik dari hal-hal terkecil maupun hal-hal yang besar, agar kita
dapat memahami konsep permasalahan dengan mudah dan menyelesaikan
masalah dengan baik. Untuk memudahkan peneliti dalam melaksanakan
penelitian maka diperlukan suatu kerangka pikir yang jelas, sebab dengan
kerangka pikir yang jelas kita depat mengetahui gambaran-gambaran
permasalahan dan konsep pemecahan masalah.
Soekamto (1984:24) “Kerangka pikir adalah konsep yang memerlukan
abstraksi dan hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya
berdimensi sosial yang dianggap relevan dengan peneliti”
Keberhasilan dalam belajar teknik yang lebih kompleks tergantung dari
penguasaan pola gerak dasar. Dan penguasaan gerak dasar tersebut tergantung
pada komponen-komponen fisik dasar yang mendukungnya seperti,kekuatan,
power, kecepatan, kelentukan, ketepatan yang baik. Untuk menunjang
kemampuan flying shoot bolatangan dibutuhkan tiga unsur pokok, awalan,
ketinggian yang cukup pada saat lompatan, jarak.
Untuk mengembangkan kemampuan flying shoot berbagai metode latihan yang
untuk menambah power lemparan. Pemain harus dapat menangkap dan
menguasai bola dengan baik kemudian melakukan awaan tiga langka.
Keterampilan flying shoot membutuhkan koordinasi, dan kekuatan otot lengan
dimana kekuatan lengan berfungsi untuk mengatur kuat lemahnya dorongan
flying shoot sehingga bola dapat diarahkan dengan mudah kepada bidang sasaran.
Berdasarkan uraian di atas dapat penulis smpulkan bahwa lompatan dan
kelentukan memberikan hubungan yang positif terhadap keberhasilan
melakukan kemampuan plying shootdalam permainan bolatangan yang benar.
M. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2006:71).
Hipotesis adalah jawaban sementara masalah penelitian yang secara teoritis
dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat kebenaranya (Margono,
2010:67). Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalama
bentuk kalimat pertanyaan. Sedangkan menurut Sugiyono (2008:20)
menjelaskan hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian. Hipotesis adalah dugaan sementara atau jawaban
sementara yang harus diuji lagi kebenarannya melalui penelitian ilmiah.
Berdasarkan landasan teori dan uraian di atas, dapat dirumuskan hipotesis
Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan gerak dasar flying shootdalam
permainan bola tangan melalui model pembelajaran audio visual.
H1 : Ada pengaruh yang signifikan gerak dasar flying shoot dalam permainan
bola tangan melalui model pembelajaran audio visual.
Ho : Tidak ada pengaruh dari pembelajaran flying shoot dalam permainan
bola tangan melalui model pembelajaran langsung.
H2 : Apakah ada pengaruh dari pembelajran gerak dasar flying shoot dalam
permainan bola tangan melalui model pembelajaran langsung.
Ho : Tidak ada perbedaan gerak dasar flying shoot dalam permainan bola
tangan antara melalui model pembelajaran audio visual dan langsung.
H3 : Ada perbedaan gerak dasar flying shoot dalam permaianan bola tangan
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Pada suatu penelitian penggunaan metode yang harus di pakai harus tepat dan
mengarah pada tujuan penelitian serta dapat dipertanggung jawabkan secara
ilmiah sesuai aturan yang berlaku, agar penelitian tersebut dapat diperoleh
hasil yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Menurut Margono (2010:1) metode penelitian adalah semua kegiatan
pencarian, penyelidikan dan percobaan secara ilmiah dalam suatu bidang
tertentu, untuk mendapatkan fakta-fakta atau prinsip-prinsip baru yang
bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru dan menaikkan tingkat ilmu
serta teknologi. Sedangkan menurut Sukardi (2003:17) “metode penelitian
adalah kegiatan yang secara sistematis, direncanakan oleh para peneliti untuk
memecahkan permasalahan yang hidup dan berguna bagi masyarakat,
maupun bagi peneliti itu sendiri”.
Terdapat beberapa metode yang bisa dipergunakan untuk pengkajian data
dalam sebuah penelitian agar tujuan penelitian dapat tercapai seperti yang
memperhatikan jenis ataupun karakteristik serta objek yang akan diteliti agar
pengguna metode peneliti menjadi tepat.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Dikatakan
eksperimen karena di dalam kedua perlakuan ini tidak ada kontrol.
B. Variabel Penelitian
Menurut Arikunto (2010: 96) “variabel adalah objek penelitian, atau apa
yang mejadi titik perhatian suatu penelitian”Dalam penelitian ini terdapat
dua variabel bebas dan satu variabel terikat.
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain .
Adapun variabel bebas dalam penelitian ini pembelajaran
menggunkan audio visual dan langsung.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain.
Variabel terikat dalam penelitian ini tehnik dasar flying shoot.
Desain eksperimen dalam penelitian ini menggunakan pretest-posttest
desain seperti tabel berikut :
KE 1 Treatment A Post test
R Pretest OP
KE 2 Treatment B Post test
Keterangan :
R : Random
Pretest : Tes awal shooting flying shoot OP : Ordinal Pairing (Pengelompokan)
KE1 : Kelompok 1
KE2 : Kelompok 2
Treatment A : Model Pembelajaran Menggunakan Audio Visual Treatment B : Model Pembelajaran Secara Langsung
Posttest : Tes akhir shooting flying shoot
Pembagian kelompok eksperimen didasarkan pada tes awal flying shoot.
Setelah hasil tes awal di rangking kemudian subjek yang dimiliki prestasi
setara di pasang-pasangkan di sebut ordinal pairing (OP) kedalam kelompok
eksperimendengan demikian kedua kelompok tersebut sebelum diberi
perlakuan merupakan kelompok yang sama. Apabila pada ahirnya terdapat
suatu perbedaan, hal ini disebabkan adanya perlakuan yang diberikan adapun
pembagian kelompok dalam penelitian ini menggunakan ordinal pairing
sebagai berikut:
Gambar 6. sekema OP
C. Data Penelitian
Menurut sumber pengambilannya, data dibedakan atas dua, yaitu :
1. Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orangyang
primer disebut juga data asli atau data baru. Didalam penelitian ini adalah
data primer, karena peneliti menganbil data secara langsung dan tidak
melalui prantara siapapun.
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dari
sumber-sumber yang telah ada. Data tersebut biasanya diperoleh dari
perpustakaan atau dari laporan-laporan peneliti terdahulu. Sehubung data
dalam penelitian ini adalah data primer maka data sekunder tidak dipakai.
Apabila di dalam merencanakan suatu penelitian, problema, tujuan penelitian
dan hipotesis–hipotesis sudah diformulasikan dengan jelas, langkah
berikutnya adalah menentukan apakah data yang akan dipergunakan untuk
menguji hipotesis itu akan dikumpulkan dari sumber–sumber pustaka yang
sudah ada, ataukah akan diusahakan data langsung dari individu – individu
yang diselidiki. Data yang ada dalam pustaka–pustaka dinamakan data
sekunder, sedangkan data yang dikumpulkan langsung dari individu yang
diselidiki dinamakan data primer. Pengumpulan data primer dapat dilakukan
dengan mengadakan suvey atau pencacahan lengkap.
Berdasarkan teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa data
dalampenelitian ini adalah data primer, karena data dikumpulkan langsung
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Sugiyono (2008:57) Memberikan pengertian bahwa ”Populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajarai dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Menurut Hadi
(2001:220) populasi adalah sejumlah penduduk atau individu yang paling
sedikit mempunyai satu sifat yang sama. Sedangkan Sugiyono (2013:80)
menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
: obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan populasi adalah kumpulan
individu yang mempunyai sifat dan karakteristikyang sama.
Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 2
Waytenong Lampung Barat (159) siswa yang terdiri dari (5) kelas (72)
laki-laki, (87) perempuan. Keseluruhan populasi dalam penelitian ini
memiliki beberapa kesamaan antara lain :
1. Sama-sama sedang sekolah di SMP Negeri 2 Lampung Barat
2. Usia mereka relatif sama antara 12-13 tahun.
Berdasarkan uraian di atas maka yang dijadikan populasi dalam
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2013 : 81) sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Sedangkan menurut Arikunto (1998 : 120) bahwa untuk sekedar
ancar-ancar maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua
sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika
jumlah subjeknya besar dapat diambil 10-15 % atau 20-25%. Berdasarkan
pendapat tersebut di atas maka sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah 25% dari jumla populasi siswa kelas VII SMP Negeri 2
Waytenong Lampung Barat, sebanyak 40 siswa. Teknik pengambilan
sampel menggunakan (random sampling)adalah pengambilan sampel dari
angota populasi dengan menggunakan acak tanpa memperhatikan strata
(tingkatan). Sampel adalah himpunan bagian dari populasi yang dapat
mewakili populasinya.
3. Teknik Pengambilan Data
Teknik pengambilan data dilaksanakan dengan tes dan pengukuran. Tes
dan pengukuran merupakan bagian yang integral dalam proses penilaian
hasil belajar siswa, dengan melalui tes dan pengukuran kita akan
memperoleh data yang objektif Nurhasan (2001:13). Tes adalah alat ukur
yang dapat digunakan untuk memperoleh data yang objektif tentang hasil
belajar siswa, sedangkan pengukuran adalah proses pengumpulan data atau
informasi dari suatu objek tertentu dan dalam proses pengukuran
Tes dan pengukuran dalam penelitian ini dilaksanakan untuk mendapatkan
data tentang keterampilan flying shoot pada bola tangan.
Cara pengambilan data adalah dengan melakukan kualitas gerak flying
shoot bola tangan mulai tahap awal sampai tahap gerak lanjut. Penelitian ini berlangsung satu setengah bulan dengan tahap sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
Seluruh sampel selanjutnya dites melakukan gerak tembakan flying
shoot, kegiatan tes ini merupakan tes awal. Tujuan tes ini untuk menilai keterampilan gerak dasar flying shoot sebelum diberikan
perlakuan denganmodel pembelajaran audio visual dan langsung
makah tester diberikan pemanasan petunjuk pelaksanaan tes dan
tehnik dasar flying shoot. Hasil penilaiaan disusun berdasarkan dari
hasil terbesar sampai hasil terkecil, kemudian di kelompokan
menggunakan teknik ordinal pairing. Pada ahirnya terbagi kedalam
dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen pembelajaran audio visual
dan pembelajaran secara langsung terhadap permainan bola tangan
pliying shoot.
2. Tahap pelaksanaan
Kegiatan tahap ini merupakan inti dari pelaksanaan penilaiaan secara
keseluruhan, karena itu kedua kelompok eksperimen masing-masing
diberi perlakuaan yang berbeda dengan beban latihan yang sama,
Waktu penelitian : 6 minggu
Frekuensi : 3 x seminggu
Set : 2 x 45 menit
Program latihan ini berlangsung 16 kali pertemuan untuk diberi perlakuan
(treatmen) ditambah dua pertemuan untuk tes awal dan tes akhir menurut
Satojo (1988:48) program latihan yang dilakukan empat kali dalam
seminggu selama enam minggu cukup efektif namun sebaliknya
dilaksanakan tiga hari agar tidak menjadi kelelahan dengan lama latihan
enam minggu atau lebih. Pemberian latihan harus memperhatikan
prinsip-perinsip latihan pemanasan, inti dan pendinginan.
1. Tahap Pengambilan Data
Setelah 6 minggu perlakuan selanjutnya dilakukan tes kembali sebagai
tes akhir yang dilaksanakan seperti tes awal. Tujuan tes ini adalah
untuk menilai keterampilan gerak dasar flying shootsiswa setelah
diberikan perlakuan dengan model pembelajaran audio visual dan
langsung.
Pelaksanaan tes akhir sama dengan pelaksanaan tes awaldilaksanakannya tes
akhir adalah untuk mengetahui hasil yang dicapai oleh siswa baik pada
kelompok eksperimen (dengan model audio visual) dan (dengan model secara
E. Prosedur Penelitian
Sebelum melakukan penelitian dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mengurus surat izin penelitian
b. Mempersiapkan alat-alat yang digunakan
c. Mempersiapkan tenaga pembantu
d. Membagi kelompok dengan urutan rangking dengan menggunakan
teknik ordinal pairing berdasarkan hasil pre test
e. Menyusun dan mengkoordinasi jadwal latihan, hari, tanggal maupun
waktu dengan pihak sekolah
Prosedur penelitian tentang efektivitas pembelajaran menggunakan metode
audio visual dan langsung terhadap flying shoot ini dilakukan dalam 16 kali pertemuan dengan alokasi waktu setiap pertemuan 2 x 45 menit. Dari 16 kali
pertemuan tersebut pada pertemuan pertama didahului pre test atau test awal,
14 pertemuan berikutnya diberikan program pembelajaran dan pada akhir
pertemuan diadakan post test.
Dalam proses penelitian sesuai dengan apa yang disampaikan oleh pendapat
(sarwono dan ismarwati, 1999:33) “bahwa frekuensi jumlah ulangan latihan
yang baik adalah di lakukan 5-6 persesi latihan dan 2-4 kali perminggu.
Adapun kegiatan pembelajaran tersebut sebagai berikut :
1. Tes Awal (Pre Test)
Tes awal (pre test) dilakukan sebelum kegiatan flying shoot
untuk mengetahui kemampuan awal dari masing-masing siswa sebelum
kegiatan pembelajaran berlangsung.
2. Kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran efektivitas pembelajaran audio visual dan
langsung terhadap flying shoot bola tangan ini dilakukan dengan tiga
tahap yaitu :
a. Pemanasan
Sebelum pemanasan siswa dipimpin berdoa, kemudian diberikan
pengantar mengenai pembelajaran yang akan dilaksanakan. Bentuk
latihan pemanasan meliputi stretching, senam penguluran,
perenggangan, kelenturan, dan penguatan. Alokasi waktu yang
digunakan untuk pemanasan ini kurang lebih 10 menit.
b. Kegiatan inti
inti dari pembelajaran disini adalah belajar flying shoot,
pelaksanaannya: kelompok eksperimen diberikan pembelajaran
flying shoot dengan terlebih dahulu menggunakan pembelajaran audio visual dan, secara langsung. Alokasi waktu yang digunakan untuk kegiatan ini kurang lebih 90 menit.
c. Penenangan/colling down
Tujuan dari penenangan adalah mengembalikan kondisi anak
sesudah latihan, pelaksanaan cooling down dengan senam relaksi
atau stretching, alokasi waktu yang digunakan untuk kegiatan ini
d. Tes Akhir (post test)
Setelah dilakukan pembelajaran selama 14 kali pertemuan kemudian
diadakan tes akhir yang pelaksanaannya sama seperti tes awal.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan penelitian dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,
sehingga mudah diolah (Arikunto, 2002 : 136). Tujuan test ini adalah untuk
mengukur kemampuan shooting bolatangan siswa sebelum dan setelah
menggunakan model pembelajaran audio visual dan langsung, instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini instrumen bertingkat.
Sebelum menggunakan instrumen untuk mengambil data, maka instrumen
yang digunakan perlu diuji cobakan terlebih dahulu untuk mengetahui tingkat
validitas dan realibilitas instrumen tersebut instrumen yang digunakan
instrumen buatan maka perlu diadakan ujicoba, setelah itu diuji validitas jika
sarat itu siknipikan maka alat itu bisa digunakan Uji coba instrumen
dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrumen yang disusun benar-benar
instrumen yang baik.
a) Tingkat uji coba validitas, 0,76 lampiran 2 halaman 71-80
b) Tingkat uji coba reliabelitas,0,95 lampiran 2 halaman 81-83
Uji coba instrumen dalam penelitian ini dilakukan di SMP Negeri
Langkah –langkah penyusunan instrumen penelitian yang dilakukan di SMP
Negeri 2 Waytenong Lampung Barat sebagai berikut:
1. Penulisan alat tes
2. Dikonsultasikan pada ahlinya
3. Uji coba
4. Analisis ujicoba (validitas alat tes dan reliabelitas alat tes)
5. Revisi
6. Norma test
Untuk mengklasifikasikan hasil pembelajaran yang telah mengikuti tes flying
shootdipergunakan norma test seperti yang tertera pada tabel berikut. Tabel 1. Norma test flying shoot
No Jumlah Nilai Klasifikasi
1 33-40 Baik sekali (BS)
2 25-32 Baik (B)
3 17-24 Cukup (C)
4 9-16 Kurang (K)
5 1-8 Kurang sekali (KS)
1. Alat dan fasilitas test.
a. Bola
b. LCD