• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING TIPE TEAM QUIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 METRO BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING TIPE TEAM QUIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 METRO BARAT"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING TIPE TEAM QUIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL

BELAJAR PKn SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 METRO BARAT

Oleh LISA ARFINA

Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar PKn siswa kelas IV SD Negeri 3 Metro Barat, terdapat 6 orang siswa (25%) dari jumlah 24 orang siswa mencapai KKM yang ditetapkan yaitu 70. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn dengan penerapan model active learning tipe team quis.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus dengan tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik nontes dan tes. Teknik nontes menggunakan lembar observasi dan teknik tes menggunakan soal tes. Data dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif dan teknik kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model active learning tipe team quis dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Nilai rata-rata aktivitas belajar siswa siklus I menunjukkan kategori aktif dan siklus II memperoleh kategori aktif. Persentase klasikal aktivitas belajar siswa siklus I menunjukkan kategori aktif dan siklus II memperoleh kategori sangat aktif. Nilai rata-rata hasil belajar siswa siklus I menunjukkan kategori belum tuntas dan siklus II memperoleh kategori tuntas. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa siklus I kategori sedang dan siklus II kategori sangat tinggi.

(2)

PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING TIPE TEAM QUIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL

BELAJAR PKn SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 METRO BARAT

(Skripsi)

Oleh LISA ARFINA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING TIPE TEAM QUIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL

BELAJAR PKn SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 METRO BARAT

Oleh LISA ARFINA

Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar PKn siswa kelas IV SD Negeri 3 Metro Barat, terdapat 6 orang siswa (25%) dari jumlah 24 orang siswa mencapai KKM yang ditetapkan yaitu 70. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn dengan penerapan model active learning tipe team quis.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus dengan tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik nontes dan tes. Teknik nontes menggunakan lembar observasi dan teknik tes menggunakan soal tes. Data dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif dan teknik kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model active learning tipe team quis dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Nilai rata-rata aktivitas belajar siswa siklus I menunjukkan kategori aktif dan siklus II memperoleh kategori aktif. Persentase klasikal aktivitas belajar siswa siklus I menunjukkan kategori aktif dan siklus II memperoleh kategori sangat aktif. Nilai rata-rata hasil belajar siswa siklus I menunjukkan kategori belum tuntas dan siklus II memperoleh kategori tuntas. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa siklus I kategori sedang dan siklus II kategori sangat tinggi.

(4)

PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING TIPE TEAM QUIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL

BELAJAR PKn SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 METRO BARAT

Oleh LISA ARFINA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)
(6)
(7)
(8)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Desa Gunung Labuhan, Kecamatan Gunung Labuhan, Kabupaten Waykanan pada tanggal 19 Juni 1994, sebagai anak kedelapan dari sembilan bersaudara pasangan Bapak Arfin (Alm.) dan Ibu Haliyana.

(9)

MOTO

Hidup ini bagai skripsi, banyak bab dan revisi yang harus dilewati,

tapi akan selalu berakhir indah, bagi yang pantang menyerah

(Alit Susanto)

Jika salah perbaiki, jika gagal coba lagi, tapi jika kamu menyerah

semua selesai

(10)

PERSEMBAHAN

Bismillahirohmanirohim

Maha suci Allah, Tuhan semesta alam. Sholawat dan salam selalu

tercurah atas baginda Muhammad Saw Rasul pilihan.

Teriring rasa syukur atas limpahannikmat-Nya yang tak terhingga,

kupersembahkan karya ini untuk:

Ayahanda Arfin (Alm.) dan ibunda Haliyana

yang telah membesarkan, membimbing, mendidik, mencurahkan

kasih sayangnya, dan doa dikala letih dan jenuh menghampiri

ditengah usaha memantaskan diri menjadi pribadi yang baik

dan mendoakan untuk keberhasilan ananda.

Kakak, Ayuk, Adikku

yang telah memberikan inspirasi, semangat harapan, dan keceriaan

baru ditengah perjuangan untuk menyelesaikan skripsi ini.

Keponakanku

Untuk keceriaan yang kalian hadirkan sebagai penghapus lelah,

Peneliti haturkan banyak doa dan terimakasih atas segala dukungan.

(11)

ii SANWACANA

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Active Learning Tipe Team Quis untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar PKn Siswa SD Negeri 3 Metro Barat”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus ditempuh untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan di Universitas Lampung.

Penyusunan skripsi ini dapat terwujud berkat adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati peneliti menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin.,M.P, Rektor Universitas Lampung yang mengesahkan ijasah dan gelar sarjana kami, sehingga peneliti termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak. Dr. H. Muh. Fuad, M.Hum, Dekan FKIP Universitas Lampung yang telah memfasilitasi dan memberi kemudahan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

(12)

iii 4. Bapak Drs. Maman Surahman, M.Pd., Ketua Program Studi PGSD Jurusan

Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan motivasi.

5. Bapak Drs. Rapani, M.Pd., Koordinator Kampus B FKIP Unila yang selalu memberikan motivasi kepada peneliti.

6. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd., Dosen penguji yang selalu memberikan motivasi dan mengingatkan untuk tidak menunda-nunda pekerjaan serta masukan dan saran-saran yang diberikan yang sangat bermanfaat bagi peneliti.

7. Bapak Drs. Mugiadi,M.Pd., Dosen pembimbing I dan sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan dan masukan yang berharga kepada peneliti.

8. Bapak Drs. Rapani,M.Pd., Dosen pembimbing II yang telah memberikan arahan dan masukan yang berharga kepada peneliti dengan penuh kesabaran. 9. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf PGSD kampus Metro yang telah banyak

memberikan masukan dan membantu kelancaran penulisan skripsi ini.

10.Bapak Drs Sunarto, Kepala SD Negeri 3 Metro Barat, serta dewan guru dan staf yang telah memberikan izin dan membantu peneliti selama penyusunan skripsi ini.

11.Ibu R. Lina, S.Pd.SD., wali kelas IV dan teman sejawat yang telah banyak memberikan bantuan dan saran kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini. 12.Siswa-siswi kelas IV SD Negeri 3 Metro Barat, yang telah membantu dengan

berpartisipasi aktif sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.

(13)

iv Okta Riyanti, Risti Dianti, Rosdiana, Zelina, Mala, Yeni, Satria Novan, Renaldy Pangasean S dan Prastyo Adi Nugroho, Dodo Septiawan yang selalu setia menemaniku, mendukung selama ini terimakasih doa, semangat, dan dorongannya.

14.Rekan-rekan senasib dan seperjuangan, mahasiswa S-1 PGSD angkatan 2012 terutama keluarga besar kelas B, Nurhayat, Oka, Tiara, Hermin, Tria, Mentari, Novika, Yogi, Suci, Mawar, Uli Ambar, Maya, Viktor, Sriwahyuni, Wiwin, Rike, Rizki, Yusina, Prima, Vira, Ulyuni, Vina, Khusnul, Komala, Intan K, dan Uchti yang kini sibuk dengan skripsinya masing-masing, terimakasih untuk empat tahun yang luar biasa, bersama kalian mengajariku banyak hal. Semoga kita bisa berkumpul lagi di GSG Unila di hari yang sama seperti empat tahun lalu.

Akhir kata, peneliti menyadari bahwa tulisan ini tidaklah sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT, semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dan peningkatan mutu dunia pendidikan terutama ke SD-an.

Metro, April 2016 Peneliti,

Lisa Arfina

(14)

v

1. Pengertian model pembelajaran ... 9

2. Model-model Pembelajaran ... 10

(15)

xiv Halaman

H. Kerangka Pikir ... 27

I. Hipotesis Tindakan ... 30

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 31 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Profil Sekolah ... 46

B.Prosedur Penelitian ... 47

1. Deskripsi Awal ... 47

2. Refleksi Awal ... 48

3. Persiapan Pembelajaran ... 49

C.Pelaksanaan Kegiatan dan Hasil Penelitian ... 49

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. 1 Ketuntasan hasil belajar PKn kelas IV tahun pelajaran

2015/2016 ... 4

3. 1 Instrumen penilaian kinerja guru ... 35

3. 2 Aspek dan indikator penilaian aktivitas siswa ... 37

3. 3 Kategori kinerja guru berdasarkan perolehan nilai ... 38

3. 4 Peningkatan aktivitas siswa perindividu berdasarkan perolehan nilai ... 39

3. 5 Rubik penskoran aktivitas belajar siswa ... 39

3. 6 Kategori persentase klasikal aktivitas belajar ... 40

4. 7 Pedoman ketuntasan hasil belajar siswa ... 40

3. 8 Persentase hasil belajar siswa ... 41

4. 1 Rincian kegiatan PTK setiap siklus ... 50

4. 2 Kinerja guru pada siklus I ... 59

4. 3 Aktivitas belajar siswa berdasarkan aspek yang diamati siklus I ... 61

4. 4 Aktivitas belajar siswa berdasarkan perolehan nilai siklus I ... 62

4. 5 Distribusi frekuensi hasil belajar siswa pada siklus I ... 63

4. 6 Kinerja guru pada siklus II ... 78

(17)

xvi Halaman

4. 8 Aktivitas belajar siswa berdasarkan perolehan nilai siklus II ... 81

4. 9 Distribusi frekuensi hasil belajar siswa pada siklus II ... 82

4. 10 Rekapitulasi kinerja guru ... 86

4. 11 Rekapitulasi aktivitas siswa ... 88

4. 12 Rekapitulasi hasil belajar siswa ... 89

(18)

xvii DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka pikir penerapan model active learning tipe team quis ... 29

3.1 Tahapan penelitian tindakan kelas ... 32

4.1 Rekapitulasi kinerja guru ... 87

4.2 Rekapitulasi aktivitas belajar siswa ... 88

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat-surat ... 113

2. Perangkat pembelajaran ... 119

3. Hasil penelitian ... 144

(20)

฀A฀ I PENDAHULUAN

A. Latar ฀elakang Masalah

Pada era globalisasi sudah tidak dapat diragukan lagi bahwa pendidikan

merupakan kebutuhan yang sangat penting guna membangun manusia

yang berpengetahuan, bermoral dan bermartabat. Tanpa pendidikan,

manusia menjadi terbelakang dan sulit berkembang. Pendidikan

merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa, terlebih bagi

bangsa yang sedang berkembang.

Sesuai dengan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal ฀ menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan diperlukan untuk menciptakan siswa yang berkompeten

dengan dilandasi kepribadian bangsa. Siswa diharapkan dapat

mengembangkan potensi lingkungannya agar bermanfaat bagi dirinya,

lingkungan, maupun dunia pendidikan.

(21)

2

dalam hidup dan kehidupan yang terjadi dalam suatu proses pendidikan.

Berdasarkan penjelasan mengenai pendidikan di atas, dapat di pahami

bahwa pendidikan adalah usaha yang dilakukan manusia untuk

mewujudkan dan mengembangkan kemampuan pembawaan yang

dimilikinya melalui proses belajar mengajar, pola-pola kelakuan manusia

menurut apa yang diharapkan masyarakat. Berbicara mengenai proses

pendidikan, tentu tidak dapat dipisahkan dengan semua upaya yang harus

dilakukan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas,

sedangkan sumber daya yang berkualitas itu, dilihat dari segi pendidikan,

telah terkandung secara jelas dalam tujuan pendidikan.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3 (Sisdiknas) menyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, serta untuk mengembangkan siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri.

Hamalik (20฀3: 3) menjelaskan bahwa tujuan pendidikan adalah

seperangkat hasil pendidikan yang tercapai oleh siswa setelah

diselenggarakan kegiatan pendidikan. Seluruh kegiatan pendidikan yang

dimaksud yaitu bimbingan pengajaran melalui pendidikan di sekolah yang

di dalamnya terdapat beberapa mata pelajaran yang harus ditempuh oleh

siswa, salah satunya yaitu Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

Ruminiati (2007: 25) menyatakan bahwa pelajaran PKn merupakan salah

satu pelajaran yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat dan

cenderung pada pendidikan afektif, sehingga dengan memberikan

(22)

3

negara yang dilandasi oleh rasa cinta kepada tanah air, kesadaran

berbangsa dan bernegara, berkeyakinan atas kebenaran ideologi Pancasila

dan UUD ฀945 serta rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.

Pendidikan PKn itu sendiri, yaitu komponen keterampilan bermasyarakat.

Menurut Mulyasa (2008: 26) tujuan pembelajaran PKn adalah sebagai berikut.

฀. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

2. Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

4. Berinteraksi langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi dan komunikasi.

Mata pelajaran PKn perlu diajarkan agar siswa dapat berpikir kritis,

kreatif, dan berpartisipasi dalam proses pengembangan bangsa Indonsesia,

untuk itu hasil belajar siswa perlu ditingkatkan secara maksimal.

Winataputra, dkk. (2007: 5. 52) pembelajaran PKn di SD dapat

memberikan dorongan kepada siswa terhadap kecintaan dan kebanggaan

akan bangsa, negara, dan tanah air, serta mematuhi aturan-aturan yang

berlaku dalam lingkungannya. Sehingga dalam proses pembelajaran PKn

di SD dapat mewujudkan bentuk sikap, etika, dan moral yang baik dalam

kehidupan sehari-hari siswa baik, secara individu maupun sebagai anggota

masyarakat, warga negara dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti pada

hari Jumat 4 Desember 20฀5 terhadap guru dan siswa kelas IV SD Negeri

(23)

4

pembelajaran yang dilakukan di kelas antara lain, aktivitas belajar siswa

pada pembelajaran kurang optimal. Saat kegiatan pembelajaran, banyak

siswa yang asik mengobrol dengan temannya dan hanya sebagian kecil

siswa yang mendengarkan penjelasan materi yang disampaikan oleh guru.

Selain itu, siswa cenderung merasa tidak percaya diri dalam

mengemukakan pendapat atau bertanya saat diskusi. Guru belum

menggunakan model pembelajaran yang bervariasi sehingga siswa

menjadi cepat bosan. Ketuntasan hasil belajar PKn kelas IV SD Negeri 3

Metro Barat tahun pelajaran 20฀5/20฀6. Nilai rata-rata tersebut dapat

disajikan pada tabel berikut.

Tabel 1. 1 Ketuntasan hasil belajar PKn kelas IV tahun pelajaran 2015/2016

(Sumber: Dokumentasi guru kelas IV SD Negeri 3 Metro Barat)

Berdasarkan tabel ฀.฀ di atas, terlihat bahwa masih terdapat 75% atau ฀8

dari 24 orang siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) yang telah ditentukan yaitu 70. Sedangkan siswa yang telah

mencapai KKM berjumlah 6 orang siswa atau 25%. Merujuk pada data

tersebut, maka hasil belajar PKn siswa kelas IV SD Negeri 3 Metro Barat

belum dikatakan berhasil karena 75% siswa masih berada di bawah KKM.

Hal ini sesuai dengan pedoman penyusunan KTSP dari Badan Standar

Nasional Pendidikan (BSNP) bahwa kriteria ideal kelulusan untuk

masing-masing indikator pencapaian kompetensi adalah 75% (Depdiknas, 2006:

(24)

5

Berdasarkan data yang telah dipaparkan di atas, maka perlu diadakannya

perbaikan dalam proses pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran

yang relevan dapat membantu guru dalam memperbaiki kegiatan

pembelajaran. Proses pembelajaran yang diharapkan adalah agar siswa

dapat lebih aktif dalam mengembangkan kemampuannya dan mampu

meningkatkan pemahaman tentang apa yang dipelajari. Keaktifan siswa

dan suasana dalam proses pembelajaran sangat menentukan keberhasilan

pencapaian tujuan pembelajaran. Solusi yang bisa diterapkan untuk

mengatasi masalah tersebut adalah dengan membuat pembelajaran yang

menarik, efektif, dan variatif. Salah satu caranya adalah dengan

menggunakan suatu model pembelajaran yang memberikan keleluasaan

bagi siswa untuk bereksplorasi dan berdiskusi dengan siswa lainnya, serta

mampu memberikan motivasi pada siswa untuk memahami setiap materi

atau konsep yang didiskusikan. Berkaitan dengan hal tersebut, satu

alternatif yang dapat digunakan guru adalah dengan menerapkan model

฀ctive le฀rning tipe te฀m quis. Model ini dapat membantu guru untuk

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, dengan melibatkan siswa

secara aktif dalam pembelajaran sehingga siswa lebih lama mengingat apa

yang sudah dipelajarinya. Selain itu, model ini mampu melatih siswa

belajar mandiri serta menciptakan suasana kelas yang lebih aktif sehingga

pembelajaran menjadi tidak terlupakan.

(25)

6

demokratis, kedudukan pendidik adalah pembimbing dan memberi arah, siswa merupakan objek sekaligus subjek dan mereka bersama-sama saling mengisi kegiatan, belajar aktif dan kreatif.

Model ฀ctive le฀rning tipe te฀m quis merupakan salah satu model

pembelajaran yang dapat menghidupkan suasana dan mengaktifkan siswa

untuk bertanya ataupun menjawab. Zaini (2008: 43) model ฀ctive le฀rning

tipe te฀m quis disajikan agar lebih merangsang pengetahuan siswa

mengenai materi yang disajikan guru, mengajak siswa untuk mandiri dan

terlibat penuh dalam proses pembelajaran, meningkatkan keseriusan siswa

dalam memahami materi. Sehingga dapat mempengaruhi aktivitas dan

hasil belajar PKn siswa.

Berdasarkan uraian di atas, maka dilaksanakan perbaikan pembelajaran

melalui penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Model Active

Le฀rning Tipe Te฀m Quis untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar

PKn Siswa Kelas IV SD Negeri 3 Metro Barat”.

฀. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

฀. Banyak siswa yang asik mengobrol dengan temannya dan hanya

sebagian kecil siswa yang mendengarkan penjelasan materi yang

disampaikan oleh guru.

2. Siswa cenderung merasa tidak percaya diri dalam mengemukakan

pendapat atau bertanya saat diskusi.

(26)

7

4. Rendahnya hasil belajar siswa, yang dilihat dari ketuntasan hasil belajar

PKn kelas IV tahun pelajaran 20฀5/20฀6, yaitu sebanyak 6 orang siswa

(25%) yang telah mencapai KKM, sedangkan ฀8 orang siswa (75%)

belum mencapai KKM.

5. Guru belum menerapkan model ฀ctive le฀rning tipe te฀m quis pada

pembelajaran PKn.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

a. Bagaimanakah penerapan model ฀ctive le฀rning tipe te฀m quis dapat

meningkatkan aktivitas siswa pada mata pelajaran PKn kelas IV SD

Negeri 3 Metro Barat?

b. Apakah penerapan model ฀ctive le฀rning tipe te฀m quis dapat

meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran PKn kelas IV SD

Negeri 3 Metro Barat?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan

penelitian tindakan kelas ini adalah:

a. Meningkatkan aktivitas siswa kelas IV SD Negeri 3 Metro Barat

dalam pembelajaran PKn dengan menerapkan model ฀ctive le฀rning

(27)

8

b. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 3 Metro Barat

dalam pembelajaran PKn dengan menerapkan model ฀ctive le฀rning

tipe te฀m quis.

E. Manfaat Penelitin

Hasil dari penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

฀. Siswa

Melalui penerapan model ฀ctive le฀rning tipe te฀m quis siswa dapat

aktif dan memahami pembelajaran yang dilaksanakan.

2. Guru

Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di

kelas, serta menambah wawasan dan mengembangkan kemampuan

guru dalam menerapkan model ฀ctive le฀rning tipe te฀m quis dalam

pembelajaran PKn sehingga dapat mengembangkan profesionalitas

guru.

3. Sekolah

Sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan

melalui penerapan model ฀ctive le฀rning tipe te฀m quis sebagai hasil

belajar siswa kelas IV pada mata pembelajaran PKn SD Negeri 3 Metro

Barat akan meningkat.

4. Peneliti

Menambah pengalaman tentang penelitian tindakan kelas, sebagai

rujukan diimplementasikan pada mata pelajaran lainnya sehingga dapat

(28)

฀A฀ II

KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran

1. Pengertian Model Pembelajaran

Penggunaan model pembelajaran merupakan salah satu upaya untuk

memudahkan penyampaian materi yang akan diajarkan. Komalasari

(2010: 57) mengemukakan bahwa model pembelajaran pada dasarnya

merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir

yang disajikan secara khas oleh guru. Wahab (2001: 52) model

pembelajaran adalah sebuah perencanaan pengajaran yang

menggambarkan proses yang ditempuh pada proses belajar mengajar agar

dicapai perubahan spesifik pada perilaku siswa seperti yang diharapkan.

Rustaman (2011: 2.17) mengungkapkan bahwa pada pengembangan

model pembelajaran dalam pandangan konstruktivis harus memperhatikan

dan mempertimbangkan pengetahuan awal siswa yang mungkin diperoleh

di luar sekolah serta dalam pembelajarannya harus melibatkan siswa

dalam suatu kegiatan yang nyata. Berdasarkan pendapat para ahli di atas,

dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran merupakan suatu

(29)

10

Perencanaan pembelajaran tersebut dijadikan pedoman untuk mencapai

tujuan pembelajaran yang diharapkan.

2. Macam-macam Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan cara yang digunakan dalam proses

pembelajaran sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal. Menurut

Suprijono (2010: 8฀-133) model pembelajaran diklasifikasikan sebagai

berikut.

a. Model pembelajaran ฀ctive le฀rning terdiri dari, pl฀net

quistion, bermain jawab, group resume,the le฀rning cell,

reflektif, student f฀cillit฀tor, expl฀ning, c฀rd sort dan te฀m quis dll.

b. Model pembelajaran masalah terdiri dari, problem solving

dan problem b฀sed introduction.

c. Model pembelajaran berbasis proyek, model pembelajaran ini terdiri dari role pl฀ying dan karya wisata.

Adanya banyak pilihan model pembelajaran yang sesuai dengan materi

dan tujuan pembelajaran PKn. Hal ini diungkapkan oleh Komalasari

(2010: 58) menyatakan bahwa model pembelajaran yang cocok

diterapkan pada mata pelajaran PKn sebagai berikut. (฀) pl฀net quistion,

(b) bermain jawab, (c) group resume, (d) the le฀rning cell, (e) reflektif,

(f) student f฀cillit฀t฀or, (g) expl฀nin, (h) c฀rd sort d฀n (i) te฀m quis.

Berdasarkan macam-macam model pembelajaran di atas, model ฀ctive

le฀rning tipe te฀m quis merupakan salah satu alternatif model

pembelajaran yang dapat diterapkan dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran di kelas. Active le฀rning tipe te฀m quis diharapkan dapat

menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan sehingga dapat

(30)

11

฀. Model ฀ctive Learning

1. Pengertian Model ฀ctive Learning

Belajar secara aktif sangat dibutuhkan oleh siswa. Ketika siswa

cenderung pasif atau hanya menerima materi dari guru, siswa cepat

melupakan tentang apa yang telah disampaikan. Talimuharom dalam

Jamal (2008: 6฀) proses pembelajaran dapat dikatakan ฀ctive le฀rning

jika mengandung komitmen artinya materi, metode dan startegi

pembelajaran bermanfaat untuk siswa, sesuai dengan kebutuhan siswa,

dan berifat pribadi. Tanggung jawab merupakan proses yang memberikan

wewenang pada siswa untuk kritis. Guru lebih banyak mendengarkan

dari pada berbicara, menghormati ide-ide siswa, memberi pilihan, dan

memberikan kesempatan pada siswa untuk memutuskan sendiri. Modell

dan Michael dalam Hamdani (2010: 10฀) lingkungan belajar aktif

sebagai suatu lingkungan yang mendorong siswa untuk terlibat secara

individual di dalam proses membangun model mental mereka dari

informasi yang mereka peroleh sebagai tambahan, merupakan bagian dari

proses belajar aktif, siswa harus selalu mengetes validitas dari model

yang sedang dibangun. Hosnan (2014: 208) pembelajaran aktif (฀ctive

le฀rning) pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa untuk

mengalami sendiri, untuk berlatih, untuk berkegiatan sehingga baik

dengan daya pikir, emosional dan keterampilannya, mereka belajar dan

berlatih. Pendidik adalah fasilitator, suasana kelas demokratis,

kedudukan pendidikan adalah pembimbing dan pemberi arah, siswa

(31)

12

mengisi kegiatan, belajar aktif dan kreatif. Menurut Warsono (2012: 24)

pembelajaran aktif yaitu siswa aktif selama kegiatan pembelajaran dapat

berupa secara fisik melakukan sesuatu atau secara intelektual melakukan

sesuatu (sebagai abstraksi dari siswa yang bersifat reflektif).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa model

฀ctive le฀rning adalah suatu model pembelajaran yang memberikan

kesempatan kepada siswa untuk berperan lebih aktif dalam proses

pembelajaran dengan menyediakan lingkungan belajar yang

menyenangkan dalam kegiatan belajar. Model ฀ctive le฀rning

mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh setiap siswa, sehingga

tercapainya hasil belajar siswa yang memuaskan.

2. Macam-macam ฀ctive Learning

Terdapat beberapa model pembelajaran aktif (฀ctive le฀rning) yang bisa

digunakan dalam kegiatan pembelajaran, peneliti harus mengetahui

tipe-tipe dari model ฀ctive le฀rning. Zaini, dkk. (2008: 2) menyatakan bahwa

dalam ฀ctive le฀rning terdapat beberapa variasi model ฀ctive le฀rning

yang dapat diterapkan, yaitu. (a) Critic฀l insident student, (b) tes acak, (c)

group resume, (d) true or f฀lse, (e) salah benar berantai, (f) re฀ding ฀loud,

(g) snow b฀lling, (h) te฀m quiz, (i) index c฀rd m฀tch, (j) c฀rd sort, dan

lain-lain. Menurut Silberman (2006: 16฀) macam-macam model ฀ctive

le฀rning diantaranya tipe c฀rd sort, turnamen belajar, the power of two,

(32)

13

Beberapa model pembelajaran tersebut, peneliti memilih model ฀ctive

le฀rning tipe te฀m quis. Model ini diharapkan dapat menciptakan suasana

belajar aktif dan menyenangkan sehingga dapat mempengaruhi hasil

belajar PKn siswa.

3. Tujuan Model ฀ctive Learning

Model ฀ctive le฀rning pada penerapannya memiliki tujuan-tujuan yang

dikembangkan sesuai apa yang diharapkan oleh guru. Silberman (2006:

32) tujuan pokok belajar ฀ctive le฀rning adalah dapat menyenangkan

siswa dan memotivasi mereka untuk menguasai pelajaran yang paling

menjenuhkan. Kegiatan-kegiatan yang menuntut siswa berpartisipasi aktif

agar siswa dapat mengetahui, memahami dan mampu mempraktekkan apa

yang telah dipelajari. Menurut Hosnan (2014: 210) model ฀ctive le฀rning

dikembangkan untuk mencapai kelebihan ada tiga tujuan, yaitu.

a. Mampu menyenangkan siswa dan memotivasi mereka untuk menguasai pelajaran yang menjenuhkan.

b. Menuntut siswa berpartisipasi dalam proses pembelajaran berlangsung.

c. Pembelajaran aktif tidak semata-mata digunakan untuk mengambil informasi saja, ditunjukan agar siswa secara aktif bertanya dan mengadakan pendapat dengan aktif selama proses pembelajaran.

Sehubungan dengan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa penerapan model ฀ctive le฀rning dapat meningkatkan hasil belajar

karena siswa dapat berpastisipasi dalam proses pembelajaran, siswa aktif

(33)

14

C. Model ฀ctive Learning Tipe Team Quis

1. Pengertian Model ฀ctive Learning Tipe Team Quis

Model pembelajaran ฀ctive le฀rning tipe te฀m quis merupakan salah satu

model pembelajaran bagi siswa yang membangkitkan semangat dan pola

berpikir kritis. Secara definis model ฀ctive le฀rning tipe te฀m quis

merupakan model yang bermaksud melempar jawaban dari kelompok satu

ke kelompok lain. Suprijono (200฀ :114) mengemukakan model ฀ctive

le฀rning tipe te฀m quis merupakan salah satu tipe pembelajaran yang

mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar. Tipe te฀m

quis ini diawali dengan guru menerangkan materi pelajaran secara klasikal,

lalu siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok. Semua anggota kelompok

bersama-sama mempelajari materi tersebut melalui lembaran kerja.

Mereka mendiskusikan materi tersebut, saling memberi arahan, saling

bertanya jawab untuk memahami materi tersebut, maka diadakan suatu

pertandingan akademis. Adanya pertandingan akademis ini maka

terciptalah kompetisi antar kelompok, para siswa akan senantiasa berusaha

belajar dengan motivasi yang tinggi agar dapat memperoleh nilai yang

tinggi dalam pertandingan.

2. Langkah-langkah Model ฀ctive Learning Tipe Team Quis

Model ฀ctive le฀rning tipe te฀m quis merupakan pembelajaran yang

memungkinkan siswa dapat belajar aktif sehingga membuat pembelajaran

menyenangkan. Adapun prosedur atau langkah-langkah dari model ฀ctive

le฀rning tipe te฀m quis dalam pembelajaran menurut Silberman (2014:

(34)

15

a. Bagilah siswa menjadi tiga tim.

b. Jelaskan format pelajaran dan mulainya penyajian materinya batasi hingga 10 menit atau kurang dari itu.

c. Berikan perintah tim A untuk menyiapkan kuis jawaban singkat, kuis tersebut harus sudah siap tidak lebih dari lima menit. Tim B dan C menggunakan waktu itu untuk membuka catatan mereka.

d. Tim A memberi kuis kepada anggota tim B, jika tim B tidak dapat menjawab satu pertanyaan, maka tim C segera

g. Tim B memberi kuis kepada anggota tim C, jika tim C tidak dapat menjawab satu pertanyaan, maka tim A segera menjawabnya.

h. Tim B memberikan kuis kepada anggota tim A, jika tim A tidak dapat menjawab pertanyaan, maka tim C segera menjawab.

i. Selanjutnya akan dilanjutkan disegmen ketiga yang dilakuan seperti tim A dan tim B.

j. Akhir kuis akan terlihatnya tim apa yang mendapatkan bintang yang paling banyak dan akan diberi penghargaan.

Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Zaini (2008: 43) mengungkapkan langkah-langkah model ฀ctive le฀rning tipe te฀m quis dalam pembelajaran sebagai berikut.

a. Bagilah siswa menjadi tiga tim.

b. Jelaskan format pelajaran dan mulainya penjajian materinya batasi hingga 10 menit atau kurang dari itu.

c. Berikan perintah tim A untuk menyiapkan kuis jawaban singkat, kuis tersebuat harus sudah siap tidak lebih dari lima menit. Tim B dan C menggunakan waktu itu untuk membuka catatan mereka.

(35)

16

g. Tim B memberi kuis kepada anggota tim C, jika tim C tidak dapat menjawab satu pertanyaan, maka tim A segera menjawabnya.

h. Tim B memeberikan kuis kepada anggota tim A, jika tim A tidak dapat menjawab pertanyaan, maka tim C segera menjawab.

i. Selanjutnya akan dilanjutkan disegmen ketiga yang dilakuan seperti tim A dan tim B.

j. Akhiri pelajaran dengan menyimpulkan tanya jawab dan sekiranya ada pemahaman sisa yang keliru.

k. Akhir kuis akan terlihatnya tim apa yang mendapatkan bintang yang paling banyak dan akan diberi penghargaan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti memilih pendapat Zaini,

karena langkah-langkah model ฀ctive le฀rning tipe te฀m quis tersebut lebih

terperinci dan mudah diterapkan dalam pembelajaran. Penerapan

langkah-langkah model tersebut dapat meningkatkan aktivitas dan pengetahuan siswa

karena siswa dituntut untuk aktif dalam pembelajaran yang dikemas dalam

kegiatan pertandingan akademis.

3. Kelebihan dan Kelemahan Model ฀ctive Learning TipeTeam Quis

Setiap pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan, demikian pula

dengan model ฀ctive le฀rning tipe te฀m quis memiliki kelebihan dan

kelemahan, Silberman (2014: 175-176) menjelaskan sebagai berikut.

1) Kelebihan model ฀ctive le฀rning tipe te฀m quis a. Bekerjasama dengan kelompok.

b. Berpusat pada siswa.

c. Dengan adanya pertandingan akademis maka terciptalah kompetensi antar kelompok.

d. Mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan.

2) Kelemahan model ฀ctive le฀rning tipe te฀m quis

a. Siswa kesulitan mengorientasikan pemikirannya, ketika tidak didampingi oleh pendidik.

(36)

17

Pendapat tersebut sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Zaini (2008: 43)

yang menyebutkan beberapa kelebihan dan kelemahan model ฀ctive le฀rning

tipe te฀m quis yaitu.

1) Kelebihan model ฀ctive le฀rning tipe te฀m quis a. Dapat meningkatkan keseriusan siswa. b. Mengajak siswa untuk terlibat penuh.

c. Menambah semangat siswa sebagai subjek belajar. d. Memfokuskan siswa sebagai subjek belajar.

2) Kelemahan model ฀ctive le฀rning tipe te฀m quis

a. Siswa kesulitan mengorientasikan pemikirannya, ketika tidak didampingi oleh pendidik.

b. Menyita cukup banyak waktu.

c. Memerlukan kendali ketat dalam mengkondisikan kelas saat keributan terjadi.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa model ฀ctive le฀rning tipe te฀m quis melibatkan siswa

secara aktif dalam pembelajaran yang membuat siswa lebih lama mengingat

apa yang sudah dipelajarinya dan melatih siswa belajar mandiri, namun

model ฀ctive le฀rning tipe te฀m quis membutuhkan banyak waktu dan siswa

kesulitan mengorientasikan pemikirannya, ketika tidak didampingi oleh

pendidik.

D. ฀elajar

1. Pengertian ฀elajar

Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas. Hamalik dalam

(37)

18

merupakan bukti hasil yang diproses, belajar tidak hanya mempelajari

mata pelajaran, tetapi juga menyusun, kebiasaan, persepsi, kesenangan

atau minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan lain, dan

cita-cita. Winkel dalam Susanto (2012: 4) belajar adalah suatu aktivitas

mental yang berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang dengan

lingkungan, dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,

pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap yang bersifat konstan. Peneliti

dapat menyimpulkan bahwa belajar adalah tingkah laku atau penampilan,

dengan serangkaian kegiatan dan aktivitas yang dilakukan seseorang

dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep,

pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang

terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir,

merasa, maupun dalam tindakan.

2. Aktivitas ฀elajar

Pembelajaran tidak terlepas dari aktivitas belajar yaitu adanya interaksi

antara siswa dengan sumber belajar dan lingkungan. Proses aktivitas

belajar harus melibatkan seluruh aspek psikofisis siswa, baik jasmani

maupun rohani sehingga akselerasi perubahan perilakunya dapat terjadi

secara cepat, tepat, mudah, dan benar.

Hamalik (200฀: 1฀7) mendefinisikan bahwa aktivitas belajar sebagai

aktivitas yang diberikan kepada siswa dalam proses pembelajaran.

Kunandar (2010: 277) mengungkapkan bahwa aktivitas siswa merupakan

(38)

1฀

pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses mengajar dan

memperoleh manfaat dari kegiatan pembelajaran.

Aktivitas belajar sangat bervariasi, Paul D. Dierich dalam Hamalik

(2013: ฀0-฀1) membagi kegiatan belajar menjadi 8 kelompok sebagai

berikut.

a) Kegiatan visual: membaca dan melihat gambar-gambar.

b) Kegiatan lisan: mengajukan pertanyaan dan mengemukakan pendapat. c) Kegiatan mendengarkan: mendengarkan penyajian materi dan

mendengarkan percakapan dalam diskusi kelompok.

d) Kegiatan menulis: menulis laporan, membuat rangkuman, dan mengerjakan tes.

e) Kegiatan menggambar: membuat grafik, diagram, dan peta.

f) Kegiatan metrik: melakukan percobaan, membuat model, dan menyelenggarakan permainan (simulasi).

g) Kegiatan mental: memecahkan masalah dan membuat keputusan. h) Kegiatan emosional: minat, berani, dan tenang, dan sebagainya.

Menurut Sanjaya (200฀: 141) keaktifan siswa ada yang secara langsung

dapat diamati, seperti mengerjakan tugas, berdiskusi, mengumpulkan

data, dan lain sebagainya dan yang tidak bisa diamati seperti kegiatan

mendengarkan dan menyimak. Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti

menyimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan keterlibatan siswa

dalam proses pembelajaran baik dari segi sikap, pikiran, dan perbuatan

sehingga tahap perubahan perilaku sebagai hasil dari proses belajar dapat

terjadi secara cepat, tepat, mudah, dan benar. Adapun aktivitas belajar

yang ingin dikembangkan oleh peneliti yaitu:

1) Berpendapat. Indikatornya: merespon pertanyaan lisan dari guru,

(39)

20

sesuai dengan materi yang sedang berlangsung, menanggapi jawaban

dari teman, dan mempertahankan pendapat.

2) Minat. Indikatornya: hadir tepat waktu, tertib terhadap instruksi yang

diberikan oleh guru, bekerja sama dengan kelompok, menampakkan

keceriaan dan kegembiraan dalam belajar, dan tenang dalam

mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

3. Hasil ฀elajar

Hasil Belajar merupakan suatu hasil atau nilai yang diperoleh siswa setelah

mengerjakan berbagai tes, baik tes lisan maupun tulisan, akan tetapi hasil

belajar bukan hanya penelitian terhadap tes saja melainkan segala

perubahan perilaku seorang siswa secara keseluruhan melalui berbagai

banyak pengalaman. Nawawi dalam Susanto (2013: 5) menyatakan bahwa

hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam

mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang

diperoleh dari hasil tes formatif mengenai sejumlah materi pelajaran

tertentu.

Menurut Bloom dalam Uno & Nurdin (2011: 55-56) hasil belajar tersebut

salah satunya mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.

a). Domain Kognitif mencakup:

1. Knowledge(pengetahuan, ingatan);

2. Comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas,

contoh);

3.Applic฀tion (menerapkan);

4.An฀lysis (menguraikan, menentukan hubungan);

5.Synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk

bangunan baru);

(40)

21

4. Keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar merupakan perubahan perilaku yang dialami siswa sebagai akibat

dari belajar. Penelitian tindakan kelas ini, peneliti memfokuskan untuk

mengukur aspek kognitif siswa yang mencakup pengetahuan dan

pemahaman.

E. Pembelajaran PKn SD

1. Pengertian Pembelajaran PKn SD

PKn merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting untuk

diajarkan pada jenjang sekolah dasar. Ruminiati (2007: 25) menyatakan

bahwa pelajaran PKn merupakan salah satu pelajaran yang berkaitan

langsung dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan

afektif. Tetapi di dalam pelaksanaan pembelajaran, tidak sedikit yang

salah menafsirkan bahwa PKN dengan PKn merupakan hal yang sama.

Padahal keduanya memiliki definisi dan fungsi yang berbeda dalam

pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyasa dalam Rumiati

(2007: 26) bahwa PKN adalah pendidikan kewargaan negara, yang

(41)

22

negara yang baik yaitu warga negara yang tahu, mau, dan mampu berbuat

baik, sedangkan PKn adalah pendidikan kewarganegaraan, pendidikan

yang menyangkut status formal warga negara yang berisi tentang diri

kewarganegaraan, peraturan naturalisasi atau pemerolehan status sebagai.

Pengertian PKn juga dijelaskan di dalam Permendiknas No. 22 Tahun

2006 tentang standar isi, bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah

mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara

yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya

untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan

berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1฀45.

Pembelajaran PKn merupakan pendidikan untuk memberikan bekal awal

dalam bela negara yang dilandasi oleh rasa cinta kepada tanah air,

kesadaran berbangsa dan bernegara, berkeyakinan atas kebenaran

idiologi Pancasila dan UUD 1฀45 serta kerelaan berkorban untuk

kepentingan bangsa dan negara.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa

PKn merupakan mata pelajaran yang berkaitan erat dengan pendidikan

afektif yang berpengetahuan bela negara. PKn juga dikatakan sebagai

pendidikan awal bela negara, idiologi pancasila dan UUD 1฀45,

(42)

23

2. Tujuan Pembelajaran PKn SD

Melalui mata pelajaran PKn, diharapkan kegiatan pembelajaran dapat

mencapai tujuan yang diharapkan sebagaimana tercantum pada

Permendiknas, No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi meliputi:

a. Berpikir secara kritis dan rasional dalam menghadapi isu kewarganegaraan.

b. Berpartisipasi secara aktif, bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta anti korupsi.

c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa lain.

d. Berinteraksi dengan bangsa lain dalam peraturan dunia baik secara langsung maupun tidak langsung dengan memanfaatkan ilmu dan teknologi.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa tujuan mata pelajaran

PKn terbagi menjadi beberapa aspek. Aspek berpikir merupakan awal

dari adanya partisipasi individu, sehingga individu secara positif dapat

berkembang dan berinteraksi dengan pihak lain.

3. Ruang Lingkup Pembelajaran PKn SD

Mata pelajaran PKn memiliki klasifikasi materi yang dirangkum dalam

ruang lingkup pembelajaran. Ruang lingkup pada materi mata pelajaran

(43)

24

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa materi pembelajaran

pada mata pelajaran PKn terangkum dalam ruang lingkup mata pelajaran

PKn yang terdiri dari beberapa aspek, meliputi: ruang lingkup persatuan

dan kesatuan bangsa, ruang lingkup norma, hukum, dan peraturan, ruang

lingkup HAM (Hak Asasi Manusia), ruang lingkup kebutuhan dan

konstitusi negara, ruang lingkup kekuasaan dan politik, ruang lingkup

pancasila, serta ruang lingkup globalisasi.

F. Kinerja Guru

Kinerja adalah perform฀nce atau unjuk kerja. Kinerja dapat diartikan prestasi

kerja atau pelaksanaan kerja atau hasil unjuk kerja. Menurut Smith dalam

Rusman (2012: 50) perform฀nce is output derives from proceses, hum฀n or

therwise, yaitu kinerja adalah hasil dari suatu proses yang dilakukan manusia.

Standar kinerja perlu dirumuskan untuk dijadikan patokan atau acuan dalam

mengadakan perbandingan terhadap apa yang dicapai dengan apa yang

diharapkan. Menurut Ivancevich dalam Rusman (2012: 51) patokan tersebut

meliputi: hasil, efisiensi, kepuasan, dan keadaptasian.

Berkenaan dengan standar kinerja guru, Sahertian dalam Rusman (2012: 51)

menjelaskan bahwa standar kinerja guru berhubungan dengan kualitas guru

dalam menjalankan tugasnya seperti:

a. Bekerja dengan siswa secara individual. b. Persiapan dan perencanaan pembelajaran. c. Pendayagunaan media pembelajaran.

(44)

25

Kemampuan yang harus dimiliki seorang guru telah disebutkan dalam

Peratuan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 16 Tahun

2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, yaitu:

kompetensi padagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kinerja guru

merupakan kemampuan kerja atau hasil kerja yang dicapai oleh guru dengan

tanggung jawabnya dalam mencapai tujuan pembelajaran. Kinerja guru

meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Untuk

menilai kinerja guru digunakan instrumen penilaian kinerja guru (IPKG).

G. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian tindakan kelas ini adalah penelitian

yang dilakukan oleh:

1. Aina Mulyana (2007) mahasiswa Universitas Negeri Semarang yang

berjudul Penerapan Model Active Le฀rning Tipe Te฀m Quis untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran PKn Kelas IV

SD Negeri 1 Cadasari”, diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan model

฀ctive le฀rning tipe te฀m quis dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Terbukti dari persentase ketuntasan sikap siswa pada siklus I sebesar

74,2฀% menjadi 85,71% pada siklus II.

2. Eka Yuliana (2012) mahasiswa Universitas Padjajaran yang berjudul

“Penerapan Model Active Le฀rning Tipe Quiz Te฀m dengan

Keterampilan Bertany฀ Probing Question untuk Meningkatkan

(45)

26

Negeri 1 Bandung” membuktikan bahwa penggunaan model ฀ctive

le฀rning tipe quis te฀m dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar

siswa baik pada ranah afektif, psikomotor maupun kognitifnya.Terbukti

dari nilai rata-rata aktivitas siswa pada siklus I sebesar 63,47 menjadi

7฀,03 pada siklus II, rata-rata nilai afektif siswa pada siklus I sebesar 6

0,26 menjadi 81,30 pada siklus II, rata-rata nilai psikomotor rata-rata

pada siklus I sebesar 60, 38 menjadi 70, 18 dan hasil belajar kognitif

siswa pada siklus I 63,7 menjadi 81,18 pada siklus II.

Berdasarkan kedua penelitian yang telah diuraikan di atas, terdapat

persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh

peneliti. Persamaan yang terdapat pada penelitian Aina Mulyana dengan

peneliti yaitu mata pelajaran yang diambil. Perbedaannya terletak pada

setting (subjek, waktu, dan tempat) penelitian dan aktivitas belajar siswa.

Sedangkan persamaan yang terdapat pada penelitian Eka Yuliana dengan

peneliti yaitu penerapan mata pelajaran yang diambil dan untuk

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Adapun perbedaannya

terletak pada setting (subjek, waktu, dan tempat) penelitian, mata

pelajaran yang diambil, hasil belajar yang ditingkatkan mencapai tiga

ranah. Kedua penelitian tersebut cukup relevan terhadap efektivitas

penerapkan model ฀ctive le฀rning tipe quiz te฀m untuk meningkatkan

(46)

27

H. Kerangka Pikir

Sekaran dalam Sugiyono (2015: ฀1) mengemukakan bahwa kerangka berfikir

merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan

berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, peneliti memperoleh data

yang mendasari untuk dilakukannya penelitian ini yaitu berupa input atau

kondisi awal, proses atau tindakan yang dilakukan, dan output atau hasil yang

diharapkan.

Input atau kondisi awal yaitu berupa masalah-masalah yang ditemui oleh

peneliti saat melakukan observasi yaitu banyak siswa yang asik mengobrol

dengan temannya dan hanya sebagian kecil siswa yang mendengarkan

penjelasan materi yang disampaikan oleh guru, siswa cenderung merasa tidak

percaya diri dalam mengemukakan pendapat atau bertanya saat diskusi,

aktivitas belajar siswa kelas IV SD Negeri 3 Metro Barat rendah, rendahnya

hasil belajar siswa, yang dilihat dari nilai rata-rata mid semester ganjil

pelajaran PKn kelas IV tahun pelajaran 2015/2016, yaitu sebanyak 6 orang

siswa (25%) yang telah mencapai KKM, sedangkan 18 orang siswa (75%)

belum mencapai KKM dan guru belum menerapkan model ฀ctive le฀rning

tipe te฀m quis pada pembelajaran PKn. Berdasarkan hal yang telah diuraikan

di atas, maka diperlukan suatu proses yang akan dilaksanakan untuk

memperbaiki kondisi tersebut yaitu dengan menerapkan model ฀ctive

le฀rning tipe te฀m quis pada mata pelajaran PKn. Model ฀ctive le฀rning tipe

te฀m quis merupakan suatu model pembelajaran dimana dalam pelaksanaan

(47)

28

pengetahuan siswa mengenai materi yang disajikan guru, mengajak siswa

untuk mandiri dan terlibat penuh dalam proses pembelajaran, meningkatkan

keseriusan siswa dalam memahami materi. Dengan menerapkan model ini,

(48)

2฀

Secara sederhana kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan

sebagai berikut.

Gambar 2.1 Kerangka pikir penerapan model ฀ctive le฀rning tipe te฀m quis.

Input

1. Banyak siswa yang asik mengobrol sebagian kecil siswa yang mendengarkan penjelasan materi yang disampaikan oleh guru.

2. Siswa cenderung merasa tidak percaya diri dalam mengemukakan pendapat atau bertanya saat diskusi. 3. Aktivitas belajar siswa rendah.

4. Hasil belajar siswa rendah.

5. Guru belum menerapkan model ฀ctive le฀rning tipe te฀m quis

Proses

Penerapan model ฀ctive le฀rning tipe te฀m quis.

l. Bagilah siswa menjadi tiga tim.

m. Jelaskan format pelajaran dan mulainya penjajian materinya batasi hingga 10 menit atau kurang dari itu.

n. Berikan perintah tim A untuk menyiapkan kuis

jawaban singkat, kuis tersebuat harus sudah siap tidak lebih dari lima menit. Tim B dan C menggunakan waktu itu untuk membuka catatan mereka.

o. Lakukan langkah ke tiga di atas berulang- ulang

berdasarkan urutan yang telah ditentukan.

p. Tim A memberi kuis kepada anggota tim B, jika tim

B tidak dapat menjawab satu pertanyaan, maka tim C segera menjawabnya.

(49)

30

I. Hipotesis Tindakan

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka pikir.

Berdasarkan kerangka pikir di atas, dirumuskan hipotesis penelitian tindakan

kelas sebagai berikut: “Apabila dalam pembelajaran PKn dengan

memperhatikan teori dan langkah-langkah penerapan model ฀ctive le฀rning

tipe te฀m quis secara tepat, maka akan dapat meningkatkan aktivitas dan

(50)

31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau

Classroom Action Research. Menurut Aqib (2008: 3) PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar dapat meningkat. Arikunto (2006: 58) PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu praktik pembelajaran. Menurut Martati (2010:85) PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.

B. Prosedur Penelitian

(51)

32

16) pada tahap awal, peneliti berkerjasama dengan guru kelas IV menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran PKn. Setelah penyusunan tersebut selesai, kegiatan selanjutnya adalah penerapan model active learing tipe team quis

dalam pembelajaran PKn tahap selanjutnya adalah pengamatan menggunakan lembar observasi atas kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Tahap terakhir yaitu merespon kegiatan melalui kegiatan refleksi.

Siklus tindakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 3.1 Tahapan penelitian tindakan kelas

(Sumber: Arikunto, dkk., 2006: 74)

(52)

33

C. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 3 Metro Barat terletak di Kecamatan Mulyojati Metro Barat. Sekolah tersebut menerapkan kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).

2. Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada tahun pelajaran 2015/2016. Selama kurang lebih 5 bulan, terhitung dari bulan Desember 2015 sampai dengan bulan April 2016.

3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian guru wali kelas IV dan siswa kelas IV SD Negeri 3 Metro Barat Kota Metro dengan jumlah siswa 24 orang siswa yang terdiri dari 13 orang siswa laki-laki dan 11 orang siswa perempuan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Data-data yang berkaitan dengan penilaian dikumpulkan melalui dua teknik, yaitu nontes dan tes.

(53)

34

2. Teknik tes yang digunakan berupa formatif untuk mendapatkan data yang

bersifat kuantitatif. Melalui tes ini akan diketahui peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn melalui penerapan model active learning tipe team quis. Tes formatif dilakukan di setiap akhir siklus.

E. Alat Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan beberapa alat pengumpul data, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang komprehensif dan valid, yang dapat mendukung keberhasilan dalam penelitian ini. Menurut Arikunto (2011: 101) instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis. Instrumen penilaian ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang lengkap, valid, serta realiabel yang dapat mendukung keberhasilan dalam melaksanakan penelitian ini. Pada penelitian ini alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah lembar observasi dan tes.

1. Lembar Observasi (Nontes)

(54)

35

a) Kinerja guru

Kinerja guru yang akan diteliti pada penelitian tindakan kelas terdiri dari pelaksanaan pembelajaran yang meliputi pra pembelajaran, membuka pelajaran, kegiatan inti, dan penutup. Adapun lembar observasi kinerja guru sebagai berikut.

Tabel 3. 1 Instrumen penilaian kinerja guru

No Aspek observasi Skor

2. Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai

1 2 3 4 5

III Kegiatan pembelajaran

A. Penuguasaan materi pembelajaran

1. Menunjukan pengusaan materi pembelajaran

1 2 3 4 5

2. Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan

1 2 3 4 5

3. Mengaitkan materi dengan realita kehidupan 1 2 3 4 5

B. Pendekatan/Strategi Pembelajaran

1. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai

1 2 3 4 5

2. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa

1 2 3 4 5

3. Melaksanakan pembelajaran secara runtut 1 2 3 4 5

4. Menguasai kelas 1 2 3 4 5

5. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan waktu yang telah dialokasikan

1 2 3 4 5

C. Penerapan model active learning tipe team quis

1. Guru menjelaskan materi secara klasikal. 1 2 3 4 5

2. Guru membagi siswa menjadi tiga tim. 1 2 3 4 5

3. Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya.

(55)

36

No Aspek observasi Skor

4. Guru memberikan instruksi bermain kuis sesuai dengan aturan main.

1 2 3 4 5

5. Siswa kuis tim sesuai aturan yang dijelaskan oleh guru.

1 2 3 4 5

6. Guru memberikan skor untuk masing-masing tim

1 2 3 4 5

7. Guru memberikan penghargaan kepada tim yang mendapatkan skor tertinggi .

1 2 3 4 5

D. Pemanfaatan Media Pembelajaran/Sumber Belajar

1. Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media.

1 2 3 4 5

2. Menghasilkan pesan yang menarik 1 2 3 4 5

3. Menggunakan media secara efektif dan efisien.

1 2 3 4 5

4. Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media pembelajaran secara utuh.

1 2 3 4 5

E. Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara Keterlibatan Siswa

1. Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran

1 2 3 4 5

2. Merespon positif partisipasi siswa 1 2 3 4 5

3. Memfasilitasi terjadinya interaksi guru, siswa, dan sumber belajar

1 2 3 4 5

4. Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa

1 2 3 4 5

5. Menumbuhkan keceriaan dan antusias dalam belajar

1 2 3 4 5

F. Kemampuan Khusus Pembelajaran di SD PKn

1. Mengembangkan pengetahuan pemecahan masalah dalam pembelajaran PKn dan menerapkannya dalam kejadian sehari-hari

1 2 3 4 5

G. Penilaian Proses dan Hasil Belajar

1. Mengamati kegiatan diskusi siswa dalam mengerjakan tugas

1 2 3 4 5

IV 1. Melakukan refleksi pembelajaran dengan melibatkan siswa

1 2 3 4 5

2. Menyusun rangkuman dengan melibatkan siswa

1 2 3 4 5

3. Memberikan tes lisan atau tertulis sesuai dengan tujuan dan indikator

1 2 3 4 5

4. Melaksanakan tindak lanjut 1 2 3 4 5

Jumlah skor Skor maksimal Nilai kinerja guru

(56)

37

b) Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa yang akan diteliti dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi: kegiatan berpendapat dan minat. Adapun indikator dalam penelitian aktivitas siswa yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut.

Tabel. 3. 2 Aspek dan indikator penilaian aktivitas siswa.

No Aspek Indikator

1. Berpendapat ( A) 1. Merespon pertanyaan lisan dari guru.

2. Mendiskusikan masalah dalam kelompok.

3. Menjawab pertanyaan sesuai dengan materi yang sedang berlangsung.

4. Menanggapi jawaban teman. 5. Mempertahankan pendapat. 2 Minat (B) 1. Hadir tepat waktu.

2. Tertib terhadap instruksi yang diberikan oleh guru.

3. Bekerja sama dengan kelompok. 4. Menampakkan keceriaan dan

kegembiraan dalam belajar. 5. Tenang dalam mengerjakan tugas

yang diberikan oleh guru.

2. Tes Hasil Belajar

Tes digunakan untuk mendapatkan data hasil belajar PKn siswa kelas IV semester genap SD Negeri 3 Metro Barat yang diajarkan dengan model

active learning tipe team quis. Alat yang digunakan tes tertulis berupa tes formatif dengan memberikan soal yang sesuai materi pembelajaran. Tes ini dilakukan pada setiap akhir siklusnya.

F. Teknik Analisis Data

(57)

38

1. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data kinerja guru, aktivitas belajar siswa, yang menunjukkan dinamika proses dengan memberikan pemaknaan secara nyata dan mendalam.

a. Kinerja guru

Data kinerja guru diperoleh dari hasil pengamatan ketika pembelajaran berlangsung. Nilai kinerja guru diperoleh dengan rumus:

NK =

x 100 Keterangan:

NK = nilai kinerja guru yang dicari

R = skor yang diperoleh guru

SM = skor maksimal

100 = bilangan tetap

(Adaptasi dari Aqib, dkk., 2010: 141)

Tabel 3.3 Kategori kinerja guru berdasarkan perolehan nilai

No Skor Nilai Kategori

b. Aktivitas belajar siswa

1) Aktivitas siswa secara individu

N =

(58)

39

Keterangan:

N = nilai siswa yang dicari atau yang diharapkan

R = skor yang diperoleh siswa

SM = skor maksimum yang ditentukan

100 = bilangan tetap

(Sumber: Purwanto, 2008: 102)

Tabel 3.4 Peringkat aktivitas siswa perindividu berdasarkan perolehan nilai

(Sumber: modifikasi dari Aqib, dkk., 2010: 41)

2) Rubik penilaian aktivitas belajar

Rubik penskoran dalam penelitian tindakan kelas menilai aktivitas belajar siswa menggunakan rubik sebagi berikut.

Tabel 3.5 Rubik penskoran aktivitas belajar siswa

No Skor Katagori Rubrik

1 5 Sangat aktif Jika ke-lima indikator muncul selama pengamatan atau proses pembelajaran.

2 4 Aktif

Jika hanya empat indikator muncul selama pengamatan atau proses pembelajaran.

3 3 Cukup aktif

Jika hanya tiga indikator muncul selama pengamatan atau proses pembelajaran.

4 2 Kurang aktif

Jika hanya dua indikator muncul selama pengamatan atau proses pembelajaran.

5 1 Pasif Jika satu indikator muncul selama pengamatan atau proses pembelajaran.

(59)

40

3) Persentase aktivitas siswa secara klasikal diperoleh melalui rumus:

P =

x 100 %

Keterangan:

P = nilai yang dicari atau diharapkan

= jumlah siswa yang mengalami ketuntasan aktivitas belajar

= jumlah seluruh siswa di kelas

100 = bilangan tetap

(Adopsi dari Purwanto, 2008: 102)

Tabel 3.6 Kategori persentase klasikal aktivitas belajar

No Rentang nilai Kategori

1 80%-100% Sangat aktif (SA)

Analisis data kuantitatif akan digunakan untuk melihat kualitas belajar siswa dalam hubungannya dengan penugasaan materi yang diajarkan guru Tabel 3.7 Pedoman ketuntasan hasil belajar siswa

No Nilai Ketuntasan

1 ≥70 Tuntas

2 <70 Belum tuntas

a. Nilai ketuntasan secara individu ini diperoleh dengan rumus:

NP =

x 100 Keterangan:

NP = nilai yang dicari atau diharapakan R = skor yang diperoleh

(60)

41

100 = bilangan tetap

(Sumber: Purwanto, 2012: 112)

b. Menghitung nilai rata-rata kelas diperoleh dengan rumus:

̅ =

Keterangan:

̅ = nilai rata-rata yang dicari = jumlah nilai siswa = banyaknya siswa

(Sumber: Aqib, dkk, 2010: 40)

c. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal dengan rumus

P =

x 100%

(Sumber: Aqib, dkk, 2010: 41)

Setelah diketahui persentase siswa tuntas secara klasikal kemudian digolongan ke dalam kategori ketuntasan belajar siswa secara klasikal, yaitu dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.8 Persentase hasil belajar siswa No Rentang nilai Kategori

G. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas 1. Siklus I

Gambar

Tabel
Tabel 1. 1 Ketuntasan hasil belajar  PKn kelas IV tahun pelajaran
Gambar 2.1 Kerangka pikir penerapan model ฀ctive le฀rning tipe te฀m quis.
Gambar 3.1 Tahapan penelitian tindakan kelas
+6

Referensi

Dokumen terkait

Jika dikaji lebih dalam, hal ini dapat terjadi karena kepuasan perkawinan merupakan evaluasi subjektif yang dimiliki oleh pasangan suami isteri terhadap berbagai

Hukum Administrasi Negara adalah hukum tentang pengadministrasian Negara yaitu mengenai pemerintahan dan segala peraturan-peraturan di dalamnya serta bagaiman menjalankan fungsi

To answer that question, this study specifically looked at the 2012 Jakarta gubernatorial election settings as the marker of the extensive use of social media in

Kisi Kisi Materi Soal Biologi SNMPTN tahu se oga ber a faat sobat… _1. Histologi Hewan dan Tumbuhan

Dengan demikian pertumbuhan agama pada anak-anak telah mucul sejak pendengaran (dan pengelihatan) mereka mulai berfungsi. Meskipun demikian pertumbuhan agama pada

Jl.. ketinggian manakah metode yang dianggap lebih akurat tersebut efektif perhitungannya. Efisiensi perencanaan gedung ini akan dibandingkan melalui indikator biaya.

Model pembelajaran ini dalam bentuk program tersendiri sesuai sasaran dan melayani bentuk kegiatan ekspresi misalnya bahasa Staf berkedudukan sebagai perencana dan pengendali situasi

Wahai kaum guru semua Bangunkan rakyat dari gulita Kita lah penyuluh bangsa. Pembimbing melangkah