ABSTRAK
PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING TIPE TEAM QUIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL
BELAJAR PKn SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 METRO BARAT
Oleh LISA ARFINA
Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar PKn siswa kelas IV SD Negeri 3 Metro Barat, terdapat 6 orang siswa (25%) dari jumlah 24 orang siswa mencapai KKM yang ditetapkan yaitu 70. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn dengan penerapan model active learning tipe team quis.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus dengan tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik nontes dan tes. Teknik nontes menggunakan lembar observasi dan teknik tes menggunakan soal tes. Data dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif dan teknik kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model active learning tipe team quis dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Nilai rata-rata aktivitas belajar siswa siklus I menunjukkan kategori aktif dan siklus II memperoleh kategori aktif. Persentase klasikal aktivitas belajar siswa siklus I menunjukkan kategori aktif dan siklus II memperoleh kategori sangat aktif. Nilai rata-rata hasil belajar siswa siklus I menunjukkan kategori belum tuntas dan siklus II memperoleh kategori tuntas. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa siklus I kategori sedang dan siklus II kategori sangat tinggi.
PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING TIPE TEAM QUIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL
BELAJAR PKn SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 METRO BARAT
(Skripsi)
Oleh LISA ARFINA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING TIPE TEAM QUIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL
BELAJAR PKn SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 METRO BARAT
Oleh LISA ARFINA
Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar PKn siswa kelas IV SD Negeri 3 Metro Barat, terdapat 6 orang siswa (25%) dari jumlah 24 orang siswa mencapai KKM yang ditetapkan yaitu 70. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn dengan penerapan model active learning tipe team quis.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus dengan tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik nontes dan tes. Teknik nontes menggunakan lembar observasi dan teknik tes menggunakan soal tes. Data dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif dan teknik kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model active learning tipe team quis dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Nilai rata-rata aktivitas belajar siswa siklus I menunjukkan kategori aktif dan siklus II memperoleh kategori aktif. Persentase klasikal aktivitas belajar siswa siklus I menunjukkan kategori aktif dan siklus II memperoleh kategori sangat aktif. Nilai rata-rata hasil belajar siswa siklus I menunjukkan kategori belum tuntas dan siklus II memperoleh kategori tuntas. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa siklus I kategori sedang dan siklus II kategori sangat tinggi.
PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING TIPE TEAM QUIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL
BELAJAR PKn SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 METRO BARAT
Oleh LISA ARFINA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Peneliti dilahirkan di Desa Gunung Labuhan, Kecamatan Gunung Labuhan, Kabupaten Waykanan pada tanggal 19 Juni 1994, sebagai anak kedelapan dari sembilan bersaudara pasangan Bapak Arfin (Alm.) dan Ibu Haliyana.
MOTO
Hidup ini bagai skripsi, banyak bab dan revisi yang harus dilewati,
tapi akan selalu berakhir indah, bagi yang pantang menyerah
(Alit Susanto)
Jika salah perbaiki, jika gagal coba lagi, tapi jika kamu menyerah
semua selesai
PERSEMBAHAN
Bismillahirohmanirohim
Maha suci Allah, Tuhan semesta alam. Sholawat dan salam selalu
tercurah atas baginda Muhammad Saw Rasul pilihan.
Teriring rasa syukur atas limpahannikmat-Nya yang tak terhingga,
kupersembahkan karya ini untuk:
Ayahanda Arfin (Alm.) dan ibunda Haliyana
yang telah membesarkan, membimbing, mendidik, mencurahkan
kasih sayangnya, dan doa dikala letih dan jenuh menghampiri
ditengah usaha memantaskan diri menjadi pribadi yang baik
dan mendoakan untuk keberhasilan ananda.
Kakak, Ayuk, Adikku
yang telah memberikan inspirasi, semangat harapan, dan keceriaan
baru ditengah perjuangan untuk menyelesaikan skripsi ini.
Keponakanku
Untuk keceriaan yang kalian hadirkan sebagai penghapus lelah,
Peneliti haturkan banyak doa dan terimakasih atas segala dukungan.
ii SANWACANA
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Active Learning Tipe Team Quis untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar PKn Siswa SD Negeri 3 Metro Barat”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus ditempuh untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan di Universitas Lampung.
Penyusunan skripsi ini dapat terwujud berkat adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati peneliti menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin.,M.P, Rektor Universitas Lampung yang mengesahkan ijasah dan gelar sarjana kami, sehingga peneliti termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak. Dr. H. Muh. Fuad, M.Hum, Dekan FKIP Universitas Lampung yang telah memfasilitasi dan memberi kemudahan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
iii 4. Bapak Drs. Maman Surahman, M.Pd., Ketua Program Studi PGSD Jurusan
Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan motivasi.
5. Bapak Drs. Rapani, M.Pd., Koordinator Kampus B FKIP Unila yang selalu memberikan motivasi kepada peneliti.
6. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd., Dosen penguji yang selalu memberikan motivasi dan mengingatkan untuk tidak menunda-nunda pekerjaan serta masukan dan saran-saran yang diberikan yang sangat bermanfaat bagi peneliti.
7. Bapak Drs. Mugiadi,M.Pd., Dosen pembimbing I dan sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan dan masukan yang berharga kepada peneliti.
8. Bapak Drs. Rapani,M.Pd., Dosen pembimbing II yang telah memberikan arahan dan masukan yang berharga kepada peneliti dengan penuh kesabaran. 9. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf PGSD kampus Metro yang telah banyak
memberikan masukan dan membantu kelancaran penulisan skripsi ini.
10.Bapak Drs Sunarto, Kepala SD Negeri 3 Metro Barat, serta dewan guru dan staf yang telah memberikan izin dan membantu peneliti selama penyusunan skripsi ini.
11.Ibu R. Lina, S.Pd.SD., wali kelas IV dan teman sejawat yang telah banyak memberikan bantuan dan saran kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini. 12.Siswa-siswi kelas IV SD Negeri 3 Metro Barat, yang telah membantu dengan
berpartisipasi aktif sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.
iv Okta Riyanti, Risti Dianti, Rosdiana, Zelina, Mala, Yeni, Satria Novan, Renaldy Pangasean S dan Prastyo Adi Nugroho, Dodo Septiawan yang selalu setia menemaniku, mendukung selama ini terimakasih doa, semangat, dan dorongannya.
14.Rekan-rekan senasib dan seperjuangan, mahasiswa S-1 PGSD angkatan 2012 terutama keluarga besar kelas B, Nurhayat, Oka, Tiara, Hermin, Tria, Mentari, Novika, Yogi, Suci, Mawar, Uli Ambar, Maya, Viktor, Sriwahyuni, Wiwin, Rike, Rizki, Yusina, Prima, Vira, Ulyuni, Vina, Khusnul, Komala, Intan K, dan Uchti yang kini sibuk dengan skripsinya masing-masing, terimakasih untuk empat tahun yang luar biasa, bersama kalian mengajariku banyak hal. Semoga kita bisa berkumpul lagi di GSG Unila di hari yang sama seperti empat tahun lalu.
Akhir kata, peneliti menyadari bahwa tulisan ini tidaklah sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT, semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dan peningkatan mutu dunia pendidikan terutama ke SD-an.
Metro, April 2016 Peneliti,
Lisa Arfina
v
1. Pengertian model pembelajaran ... 9
2. Model-model Pembelajaran ... 10
xiv Halaman
H. Kerangka Pikir ... 27
I. Hipotesis Tindakan ... 30
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 31 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Profil Sekolah ... 46
B.Prosedur Penelitian ... 47
1. Deskripsi Awal ... 47
2. Refleksi Awal ... 48
3. Persiapan Pembelajaran ... 49
C.Pelaksanaan Kegiatan dan Hasil Penelitian ... 49
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. 1 Ketuntasan hasil belajar PKn kelas IV tahun pelajaran
2015/2016 ... 4
3. 1 Instrumen penilaian kinerja guru ... 35
3. 2 Aspek dan indikator penilaian aktivitas siswa ... 37
3. 3 Kategori kinerja guru berdasarkan perolehan nilai ... 38
3. 4 Peningkatan aktivitas siswa perindividu berdasarkan perolehan nilai ... 39
3. 5 Rubik penskoran aktivitas belajar siswa ... 39
3. 6 Kategori persentase klasikal aktivitas belajar ... 40
4. 7 Pedoman ketuntasan hasil belajar siswa ... 40
3. 8 Persentase hasil belajar siswa ... 41
4. 1 Rincian kegiatan PTK setiap siklus ... 50
4. 2 Kinerja guru pada siklus I ... 59
4. 3 Aktivitas belajar siswa berdasarkan aspek yang diamati siklus I ... 61
4. 4 Aktivitas belajar siswa berdasarkan perolehan nilai siklus I ... 62
4. 5 Distribusi frekuensi hasil belajar siswa pada siklus I ... 63
4. 6 Kinerja guru pada siklus II ... 78
xvi Halaman
4. 8 Aktivitas belajar siswa berdasarkan perolehan nilai siklus II ... 81
4. 9 Distribusi frekuensi hasil belajar siswa pada siklus II ... 82
4. 10 Rekapitulasi kinerja guru ... 86
4. 11 Rekapitulasi aktivitas siswa ... 88
4. 12 Rekapitulasi hasil belajar siswa ... 89
xvii DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka pikir penerapan model active learning tipe team quis ... 29
3.1 Tahapan penelitian tindakan kelas ... 32
4.1 Rekapitulasi kinerja guru ... 87
4.2 Rekapitulasi aktivitas belajar siswa ... 88
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Surat-surat ... 113
2. Perangkat pembelajaran ... 119
3. Hasil penelitian ... 144
A I PENDAHULUAN
A. Latar elakang Masalah
Pada era globalisasi sudah tidak dapat diragukan lagi bahwa pendidikan
merupakan kebutuhan yang sangat penting guna membangun manusia
yang berpengetahuan, bermoral dan bermartabat. Tanpa pendidikan,
manusia menjadi terbelakang dan sulit berkembang. Pendidikan
merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa, terlebih bagi
bangsa yang sedang berkembang.
Sesuai dengan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan diperlukan untuk menciptakan siswa yang berkompeten
dengan dilandasi kepribadian bangsa. Siswa diharapkan dapat
mengembangkan potensi lingkungannya agar bermanfaat bagi dirinya,
lingkungan, maupun dunia pendidikan.
2
dalam hidup dan kehidupan yang terjadi dalam suatu proses pendidikan.
Berdasarkan penjelasan mengenai pendidikan di atas, dapat di pahami
bahwa pendidikan adalah usaha yang dilakukan manusia untuk
mewujudkan dan mengembangkan kemampuan pembawaan yang
dimilikinya melalui proses belajar mengajar, pola-pola kelakuan manusia
menurut apa yang diharapkan masyarakat. Berbicara mengenai proses
pendidikan, tentu tidak dapat dipisahkan dengan semua upaya yang harus
dilakukan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas,
sedangkan sumber daya yang berkualitas itu, dilihat dari segi pendidikan,
telah terkandung secara jelas dalam tujuan pendidikan.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3 (Sisdiknas) menyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, serta untuk mengembangkan siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri.
Hamalik (203: 3) menjelaskan bahwa tujuan pendidikan adalah
seperangkat hasil pendidikan yang tercapai oleh siswa setelah
diselenggarakan kegiatan pendidikan. Seluruh kegiatan pendidikan yang
dimaksud yaitu bimbingan pengajaran melalui pendidikan di sekolah yang
di dalamnya terdapat beberapa mata pelajaran yang harus ditempuh oleh
siswa, salah satunya yaitu Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).
Ruminiati (2007: 25) menyatakan bahwa pelajaran PKn merupakan salah
satu pelajaran yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat dan
cenderung pada pendidikan afektif, sehingga dengan memberikan
3
negara yang dilandasi oleh rasa cinta kepada tanah air, kesadaran
berbangsa dan bernegara, berkeyakinan atas kebenaran ideologi Pancasila
dan UUD 945 serta rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
Pendidikan PKn itu sendiri, yaitu komponen keterampilan bermasyarakat.
Menurut Mulyasa (2008: 26) tujuan pembelajaran PKn adalah sebagai berikut.
. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
2. Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
4. Berinteraksi langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi dan komunikasi.
Mata pelajaran PKn perlu diajarkan agar siswa dapat berpikir kritis,
kreatif, dan berpartisipasi dalam proses pengembangan bangsa Indonsesia,
untuk itu hasil belajar siswa perlu ditingkatkan secara maksimal.
Winataputra, dkk. (2007: 5. 52) pembelajaran PKn di SD dapat
memberikan dorongan kepada siswa terhadap kecintaan dan kebanggaan
akan bangsa, negara, dan tanah air, serta mematuhi aturan-aturan yang
berlaku dalam lingkungannya. Sehingga dalam proses pembelajaran PKn
di SD dapat mewujudkan bentuk sikap, etika, dan moral yang baik dalam
kehidupan sehari-hari siswa baik, secara individu maupun sebagai anggota
masyarakat, warga negara dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti pada
hari Jumat 4 Desember 205 terhadap guru dan siswa kelas IV SD Negeri
4
pembelajaran yang dilakukan di kelas antara lain, aktivitas belajar siswa
pada pembelajaran kurang optimal. Saat kegiatan pembelajaran, banyak
siswa yang asik mengobrol dengan temannya dan hanya sebagian kecil
siswa yang mendengarkan penjelasan materi yang disampaikan oleh guru.
Selain itu, siswa cenderung merasa tidak percaya diri dalam
mengemukakan pendapat atau bertanya saat diskusi. Guru belum
menggunakan model pembelajaran yang bervariasi sehingga siswa
menjadi cepat bosan. Ketuntasan hasil belajar PKn kelas IV SD Negeri 3
Metro Barat tahun pelajaran 205/206. Nilai rata-rata tersebut dapat
disajikan pada tabel berikut.
Tabel 1. 1 Ketuntasan hasil belajar PKn kelas IV tahun pelajaran 2015/2016
(Sumber: Dokumentasi guru kelas IV SD Negeri 3 Metro Barat)
Berdasarkan tabel . di atas, terlihat bahwa masih terdapat 75% atau 8
dari 24 orang siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) yang telah ditentukan yaitu 70. Sedangkan siswa yang telah
mencapai KKM berjumlah 6 orang siswa atau 25%. Merujuk pada data
tersebut, maka hasil belajar PKn siswa kelas IV SD Negeri 3 Metro Barat
belum dikatakan berhasil karena 75% siswa masih berada di bawah KKM.
Hal ini sesuai dengan pedoman penyusunan KTSP dari Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP) bahwa kriteria ideal kelulusan untuk
masing-masing indikator pencapaian kompetensi adalah 75% (Depdiknas, 2006:
5
Berdasarkan data yang telah dipaparkan di atas, maka perlu diadakannya
perbaikan dalam proses pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran
yang relevan dapat membantu guru dalam memperbaiki kegiatan
pembelajaran. Proses pembelajaran yang diharapkan adalah agar siswa
dapat lebih aktif dalam mengembangkan kemampuannya dan mampu
meningkatkan pemahaman tentang apa yang dipelajari. Keaktifan siswa
dan suasana dalam proses pembelajaran sangat menentukan keberhasilan
pencapaian tujuan pembelajaran. Solusi yang bisa diterapkan untuk
mengatasi masalah tersebut adalah dengan membuat pembelajaran yang
menarik, efektif, dan variatif. Salah satu caranya adalah dengan
menggunakan suatu model pembelajaran yang memberikan keleluasaan
bagi siswa untuk bereksplorasi dan berdiskusi dengan siswa lainnya, serta
mampu memberikan motivasi pada siswa untuk memahami setiap materi
atau konsep yang didiskusikan. Berkaitan dengan hal tersebut, satu
alternatif yang dapat digunakan guru adalah dengan menerapkan model
ctive lerning tipe tem quis. Model ini dapat membantu guru untuk
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, dengan melibatkan siswa
secara aktif dalam pembelajaran sehingga siswa lebih lama mengingat apa
yang sudah dipelajarinya. Selain itu, model ini mampu melatih siswa
belajar mandiri serta menciptakan suasana kelas yang lebih aktif sehingga
pembelajaran menjadi tidak terlupakan.
6
demokratis, kedudukan pendidik adalah pembimbing dan memberi arah, siswa merupakan objek sekaligus subjek dan mereka bersama-sama saling mengisi kegiatan, belajar aktif dan kreatif.
Model ctive lerning tipe tem quis merupakan salah satu model
pembelajaran yang dapat menghidupkan suasana dan mengaktifkan siswa
untuk bertanya ataupun menjawab. Zaini (2008: 43) model ctive lerning
tipe tem quis disajikan agar lebih merangsang pengetahuan siswa
mengenai materi yang disajikan guru, mengajak siswa untuk mandiri dan
terlibat penuh dalam proses pembelajaran, meningkatkan keseriusan siswa
dalam memahami materi. Sehingga dapat mempengaruhi aktivitas dan
hasil belajar PKn siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka dilaksanakan perbaikan pembelajaran
melalui penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Model Active
Lerning Tipe Tem Quis untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar
PKn Siswa Kelas IV SD Negeri 3 Metro Barat”.
. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
. Banyak siswa yang asik mengobrol dengan temannya dan hanya
sebagian kecil siswa yang mendengarkan penjelasan materi yang
disampaikan oleh guru.
2. Siswa cenderung merasa tidak percaya diri dalam mengemukakan
pendapat atau bertanya saat diskusi.
7
4. Rendahnya hasil belajar siswa, yang dilihat dari ketuntasan hasil belajar
PKn kelas IV tahun pelajaran 205/206, yaitu sebanyak 6 orang siswa
(25%) yang telah mencapai KKM, sedangkan 8 orang siswa (75%)
belum mencapai KKM.
5. Guru belum menerapkan model ctive lerning tipe tem quis pada
pembelajaran PKn.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
a. Bagaimanakah penerapan model ctive lerning tipe tem quis dapat
meningkatkan aktivitas siswa pada mata pelajaran PKn kelas IV SD
Negeri 3 Metro Barat?
b. Apakah penerapan model ctive lerning tipe tem quis dapat
meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran PKn kelas IV SD
Negeri 3 Metro Barat?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan
penelitian tindakan kelas ini adalah:
a. Meningkatkan aktivitas siswa kelas IV SD Negeri 3 Metro Barat
dalam pembelajaran PKn dengan menerapkan model ctive lerning
8
b. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 3 Metro Barat
dalam pembelajaran PKn dengan menerapkan model ctive lerning
tipe tem quis.
E. Manfaat Penelitin
Hasil dari penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
. Siswa
Melalui penerapan model ctive lerning tipe tem quis siswa dapat
aktif dan memahami pembelajaran yang dilaksanakan.
2. Guru
Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di
kelas, serta menambah wawasan dan mengembangkan kemampuan
guru dalam menerapkan model ctive lerning tipe tem quis dalam
pembelajaran PKn sehingga dapat mengembangkan profesionalitas
guru.
3. Sekolah
Sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan
melalui penerapan model ctive lerning tipe tem quis sebagai hasil
belajar siswa kelas IV pada mata pembelajaran PKn SD Negeri 3 Metro
Barat akan meningkat.
4. Peneliti
Menambah pengalaman tentang penelitian tindakan kelas, sebagai
rujukan diimplementasikan pada mata pelajaran lainnya sehingga dapat
A II
KAJIAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran
1. Pengertian Model Pembelajaran
Penggunaan model pembelajaran merupakan salah satu upaya untuk
memudahkan penyampaian materi yang akan diajarkan. Komalasari
(2010: 57) mengemukakan bahwa model pembelajaran pada dasarnya
merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir
yang disajikan secara khas oleh guru. Wahab (2001: 52) model
pembelajaran adalah sebuah perencanaan pengajaran yang
menggambarkan proses yang ditempuh pada proses belajar mengajar agar
dicapai perubahan spesifik pada perilaku siswa seperti yang diharapkan.
Rustaman (2011: 2.17) mengungkapkan bahwa pada pengembangan
model pembelajaran dalam pandangan konstruktivis harus memperhatikan
dan mempertimbangkan pengetahuan awal siswa yang mungkin diperoleh
di luar sekolah serta dalam pembelajarannya harus melibatkan siswa
dalam suatu kegiatan yang nyata. Berdasarkan pendapat para ahli di atas,
dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran merupakan suatu
10
Perencanaan pembelajaran tersebut dijadikan pedoman untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang diharapkan.
2. Macam-macam Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan cara yang digunakan dalam proses
pembelajaran sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal. Menurut
Suprijono (2010: 8-133) model pembelajaran diklasifikasikan sebagai
berikut.
a. Model pembelajaran ctive lerning terdiri dari, plnet
quistion, bermain jawab, group resume,the lerning cell,
reflektif, student fcillittor, explning, crd sort dan tem quis dll.
b. Model pembelajaran masalah terdiri dari, problem solving
dan problem bsed introduction.
c. Model pembelajaran berbasis proyek, model pembelajaran ini terdiri dari role plying dan karya wisata.
Adanya banyak pilihan model pembelajaran yang sesuai dengan materi
dan tujuan pembelajaran PKn. Hal ini diungkapkan oleh Komalasari
(2010: 58) menyatakan bahwa model pembelajaran yang cocok
diterapkan pada mata pelajaran PKn sebagai berikut. () plnet quistion,
(b) bermain jawab, (c) group resume, (d) the lerning cell, (e) reflektif,
(f) student fcillittor, (g) explnin, (h) crd sort dn (i) tem quis.
Berdasarkan macam-macam model pembelajaran di atas, model ctive
lerning tipe tem quis merupakan salah satu alternatif model
pembelajaran yang dapat diterapkan dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran di kelas. Active lerning tipe tem quis diharapkan dapat
menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan sehingga dapat
11
. Model ctive Learning
1. Pengertian Model ctive Learning
Belajar secara aktif sangat dibutuhkan oleh siswa. Ketika siswa
cenderung pasif atau hanya menerima materi dari guru, siswa cepat
melupakan tentang apa yang telah disampaikan. Talimuharom dalam
Jamal (2008: 6) proses pembelajaran dapat dikatakan ctive lerning
jika mengandung komitmen artinya materi, metode dan startegi
pembelajaran bermanfaat untuk siswa, sesuai dengan kebutuhan siswa,
dan berifat pribadi. Tanggung jawab merupakan proses yang memberikan
wewenang pada siswa untuk kritis. Guru lebih banyak mendengarkan
dari pada berbicara, menghormati ide-ide siswa, memberi pilihan, dan
memberikan kesempatan pada siswa untuk memutuskan sendiri. Modell
dan Michael dalam Hamdani (2010: 10) lingkungan belajar aktif
sebagai suatu lingkungan yang mendorong siswa untuk terlibat secara
individual di dalam proses membangun model mental mereka dari
informasi yang mereka peroleh sebagai tambahan, merupakan bagian dari
proses belajar aktif, siswa harus selalu mengetes validitas dari model
yang sedang dibangun. Hosnan (2014: 208) pembelajaran aktif (ctive
lerning) pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa untuk
mengalami sendiri, untuk berlatih, untuk berkegiatan sehingga baik
dengan daya pikir, emosional dan keterampilannya, mereka belajar dan
berlatih. Pendidik adalah fasilitator, suasana kelas demokratis,
kedudukan pendidikan adalah pembimbing dan pemberi arah, siswa
12
mengisi kegiatan, belajar aktif dan kreatif. Menurut Warsono (2012: 24)
pembelajaran aktif yaitu siswa aktif selama kegiatan pembelajaran dapat
berupa secara fisik melakukan sesuatu atau secara intelektual melakukan
sesuatu (sebagai abstraksi dari siswa yang bersifat reflektif).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa model
ctive lerning adalah suatu model pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berperan lebih aktif dalam proses
pembelajaran dengan menyediakan lingkungan belajar yang
menyenangkan dalam kegiatan belajar. Model ctive lerning
mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh setiap siswa, sehingga
tercapainya hasil belajar siswa yang memuaskan.
2. Macam-macam ctive Learning
Terdapat beberapa model pembelajaran aktif (ctive lerning) yang bisa
digunakan dalam kegiatan pembelajaran, peneliti harus mengetahui
tipe-tipe dari model ctive lerning. Zaini, dkk. (2008: 2) menyatakan bahwa
dalam ctive lerning terdapat beberapa variasi model ctive lerning
yang dapat diterapkan, yaitu. (a) Criticl insident student, (b) tes acak, (c)
group resume, (d) true or flse, (e) salah benar berantai, (f) reding loud,
(g) snow blling, (h) tem quiz, (i) index crd mtch, (j) crd sort, dan
lain-lain. Menurut Silberman (2006: 16) macam-macam model ctive
lerning diantaranya tipe crd sort, turnamen belajar, the power of two,
13
Beberapa model pembelajaran tersebut, peneliti memilih model ctive
lerning tipe tem quis. Model ini diharapkan dapat menciptakan suasana
belajar aktif dan menyenangkan sehingga dapat mempengaruhi hasil
belajar PKn siswa.
3. Tujuan Model ctive Learning
Model ctive lerning pada penerapannya memiliki tujuan-tujuan yang
dikembangkan sesuai apa yang diharapkan oleh guru. Silberman (2006:
32) tujuan pokok belajar ctive lerning adalah dapat menyenangkan
siswa dan memotivasi mereka untuk menguasai pelajaran yang paling
menjenuhkan. Kegiatan-kegiatan yang menuntut siswa berpartisipasi aktif
agar siswa dapat mengetahui, memahami dan mampu mempraktekkan apa
yang telah dipelajari. Menurut Hosnan (2014: 210) model ctive lerning
dikembangkan untuk mencapai kelebihan ada tiga tujuan, yaitu.
a. Mampu menyenangkan siswa dan memotivasi mereka untuk menguasai pelajaran yang menjenuhkan.
b. Menuntut siswa berpartisipasi dalam proses pembelajaran berlangsung.
c. Pembelajaran aktif tidak semata-mata digunakan untuk mengambil informasi saja, ditunjukan agar siswa secara aktif bertanya dan mengadakan pendapat dengan aktif selama proses pembelajaran.
Sehubungan dengan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa penerapan model ctive lerning dapat meningkatkan hasil belajar
karena siswa dapat berpastisipasi dalam proses pembelajaran, siswa aktif
14
C. Model ctive Learning Tipe Team Quis
1. Pengertian Model ctive Learning Tipe Team Quis
Model pembelajaran ctive lerning tipe tem quis merupakan salah satu
model pembelajaran bagi siswa yang membangkitkan semangat dan pola
berpikir kritis. Secara definis model ctive lerning tipe tem quis
merupakan model yang bermaksud melempar jawaban dari kelompok satu
ke kelompok lain. Suprijono (200 :114) mengemukakan model ctive
lerning tipe tem quis merupakan salah satu tipe pembelajaran yang
mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar. Tipe tem
quis ini diawali dengan guru menerangkan materi pelajaran secara klasikal,
lalu siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok. Semua anggota kelompok
bersama-sama mempelajari materi tersebut melalui lembaran kerja.
Mereka mendiskusikan materi tersebut, saling memberi arahan, saling
bertanya jawab untuk memahami materi tersebut, maka diadakan suatu
pertandingan akademis. Adanya pertandingan akademis ini maka
terciptalah kompetisi antar kelompok, para siswa akan senantiasa berusaha
belajar dengan motivasi yang tinggi agar dapat memperoleh nilai yang
tinggi dalam pertandingan.
2. Langkah-langkah Model ctive Learning Tipe Team Quis
Model ctive lerning tipe tem quis merupakan pembelajaran yang
memungkinkan siswa dapat belajar aktif sehingga membuat pembelajaran
menyenangkan. Adapun prosedur atau langkah-langkah dari model ctive
lerning tipe tem quis dalam pembelajaran menurut Silberman (2014:
15
a. Bagilah siswa menjadi tiga tim.
b. Jelaskan format pelajaran dan mulainya penyajian materinya batasi hingga 10 menit atau kurang dari itu.
c. Berikan perintah tim A untuk menyiapkan kuis jawaban singkat, kuis tersebut harus sudah siap tidak lebih dari lima menit. Tim B dan C menggunakan waktu itu untuk membuka catatan mereka.
d. Tim A memberi kuis kepada anggota tim B, jika tim B tidak dapat menjawab satu pertanyaan, maka tim C segera
g. Tim B memberi kuis kepada anggota tim C, jika tim C tidak dapat menjawab satu pertanyaan, maka tim A segera menjawabnya.
h. Tim B memberikan kuis kepada anggota tim A, jika tim A tidak dapat menjawab pertanyaan, maka tim C segera menjawab.
i. Selanjutnya akan dilanjutkan disegmen ketiga yang dilakuan seperti tim A dan tim B.
j. Akhir kuis akan terlihatnya tim apa yang mendapatkan bintang yang paling banyak dan akan diberi penghargaan.
Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Zaini (2008: 43) mengungkapkan langkah-langkah model ctive lerning tipe tem quis dalam pembelajaran sebagai berikut.
a. Bagilah siswa menjadi tiga tim.
b. Jelaskan format pelajaran dan mulainya penjajian materinya batasi hingga 10 menit atau kurang dari itu.
c. Berikan perintah tim A untuk menyiapkan kuis jawaban singkat, kuis tersebuat harus sudah siap tidak lebih dari lima menit. Tim B dan C menggunakan waktu itu untuk membuka catatan mereka.
16
g. Tim B memberi kuis kepada anggota tim C, jika tim C tidak dapat menjawab satu pertanyaan, maka tim A segera menjawabnya.
h. Tim B memeberikan kuis kepada anggota tim A, jika tim A tidak dapat menjawab pertanyaan, maka tim C segera menjawab.
i. Selanjutnya akan dilanjutkan disegmen ketiga yang dilakuan seperti tim A dan tim B.
j. Akhiri pelajaran dengan menyimpulkan tanya jawab dan sekiranya ada pemahaman sisa yang keliru.
k. Akhir kuis akan terlihatnya tim apa yang mendapatkan bintang yang paling banyak dan akan diberi penghargaan.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti memilih pendapat Zaini,
karena langkah-langkah model ctive lerning tipe tem quis tersebut lebih
terperinci dan mudah diterapkan dalam pembelajaran. Penerapan
langkah-langkah model tersebut dapat meningkatkan aktivitas dan pengetahuan siswa
karena siswa dituntut untuk aktif dalam pembelajaran yang dikemas dalam
kegiatan pertandingan akademis.
3. Kelebihan dan Kelemahan Model ctive Learning TipeTeam Quis
Setiap pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan, demikian pula
dengan model ctive lerning tipe tem quis memiliki kelebihan dan
kelemahan, Silberman (2014: 175-176) menjelaskan sebagai berikut.
1) Kelebihan model ctive lerning tipe tem quis a. Bekerjasama dengan kelompok.
b. Berpusat pada siswa.
c. Dengan adanya pertandingan akademis maka terciptalah kompetensi antar kelompok.
d. Mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan.
2) Kelemahan model ctive lerning tipe tem quis
a. Siswa kesulitan mengorientasikan pemikirannya, ketika tidak didampingi oleh pendidik.
17
Pendapat tersebut sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Zaini (2008: 43)
yang menyebutkan beberapa kelebihan dan kelemahan model ctive lerning
tipe tem quis yaitu.
1) Kelebihan model ctive lerning tipe tem quis a. Dapat meningkatkan keseriusan siswa. b. Mengajak siswa untuk terlibat penuh.
c. Menambah semangat siswa sebagai subjek belajar. d. Memfokuskan siswa sebagai subjek belajar.
2) Kelemahan model ctive lerning tipe tem quis
a. Siswa kesulitan mengorientasikan pemikirannya, ketika tidak didampingi oleh pendidik.
b. Menyita cukup banyak waktu.
c. Memerlukan kendali ketat dalam mengkondisikan kelas saat keributan terjadi.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa model ctive lerning tipe tem quis melibatkan siswa
secara aktif dalam pembelajaran yang membuat siswa lebih lama mengingat
apa yang sudah dipelajarinya dan melatih siswa belajar mandiri, namun
model ctive lerning tipe tem quis membutuhkan banyak waktu dan siswa
kesulitan mengorientasikan pemikirannya, ketika tidak didampingi oleh
pendidik.
D. elajar
1. Pengertian elajar
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas. Hamalik dalam
18
merupakan bukti hasil yang diproses, belajar tidak hanya mempelajari
mata pelajaran, tetapi juga menyusun, kebiasaan, persepsi, kesenangan
atau minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan lain, dan
cita-cita. Winkel dalam Susanto (2012: 4) belajar adalah suatu aktivitas
mental yang berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang dengan
lingkungan, dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap yang bersifat konstan. Peneliti
dapat menyimpulkan bahwa belajar adalah tingkah laku atau penampilan,
dengan serangkaian kegiatan dan aktivitas yang dilakukan seseorang
dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep,
pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang
terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir,
merasa, maupun dalam tindakan.
2. Aktivitas elajar
Pembelajaran tidak terlepas dari aktivitas belajar yaitu adanya interaksi
antara siswa dengan sumber belajar dan lingkungan. Proses aktivitas
belajar harus melibatkan seluruh aspek psikofisis siswa, baik jasmani
maupun rohani sehingga akselerasi perubahan perilakunya dapat terjadi
secara cepat, tepat, mudah, dan benar.
Hamalik (200: 17) mendefinisikan bahwa aktivitas belajar sebagai
aktivitas yang diberikan kepada siswa dalam proses pembelajaran.
Kunandar (2010: 277) mengungkapkan bahwa aktivitas siswa merupakan
1
pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses mengajar dan
memperoleh manfaat dari kegiatan pembelajaran.
Aktivitas belajar sangat bervariasi, Paul D. Dierich dalam Hamalik
(2013: 0-1) membagi kegiatan belajar menjadi 8 kelompok sebagai
berikut.
a) Kegiatan visual: membaca dan melihat gambar-gambar.
b) Kegiatan lisan: mengajukan pertanyaan dan mengemukakan pendapat. c) Kegiatan mendengarkan: mendengarkan penyajian materi dan
mendengarkan percakapan dalam diskusi kelompok.
d) Kegiatan menulis: menulis laporan, membuat rangkuman, dan mengerjakan tes.
e) Kegiatan menggambar: membuat grafik, diagram, dan peta.
f) Kegiatan metrik: melakukan percobaan, membuat model, dan menyelenggarakan permainan (simulasi).
g) Kegiatan mental: memecahkan masalah dan membuat keputusan. h) Kegiatan emosional: minat, berani, dan tenang, dan sebagainya.
Menurut Sanjaya (200: 141) keaktifan siswa ada yang secara langsung
dapat diamati, seperti mengerjakan tugas, berdiskusi, mengumpulkan
data, dan lain sebagainya dan yang tidak bisa diamati seperti kegiatan
mendengarkan dan menyimak. Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti
menyimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan keterlibatan siswa
dalam proses pembelajaran baik dari segi sikap, pikiran, dan perbuatan
sehingga tahap perubahan perilaku sebagai hasil dari proses belajar dapat
terjadi secara cepat, tepat, mudah, dan benar. Adapun aktivitas belajar
yang ingin dikembangkan oleh peneliti yaitu:
1) Berpendapat. Indikatornya: merespon pertanyaan lisan dari guru,
20
sesuai dengan materi yang sedang berlangsung, menanggapi jawaban
dari teman, dan mempertahankan pendapat.
2) Minat. Indikatornya: hadir tepat waktu, tertib terhadap instruksi yang
diberikan oleh guru, bekerja sama dengan kelompok, menampakkan
keceriaan dan kegembiraan dalam belajar, dan tenang dalam
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
3. Hasil elajar
Hasil Belajar merupakan suatu hasil atau nilai yang diperoleh siswa setelah
mengerjakan berbagai tes, baik tes lisan maupun tulisan, akan tetapi hasil
belajar bukan hanya penelitian terhadap tes saja melainkan segala
perubahan perilaku seorang siswa secara keseluruhan melalui berbagai
banyak pengalaman. Nawawi dalam Susanto (2013: 5) menyatakan bahwa
hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam
mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang
diperoleh dari hasil tes formatif mengenai sejumlah materi pelajaran
tertentu.
Menurut Bloom dalam Uno & Nurdin (2011: 55-56) hasil belajar tersebut
salah satunya mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.
a). Domain Kognitif mencakup:
1. Knowledge(pengetahuan, ingatan);
2. Comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas,
contoh);
3.Appliction (menerapkan);
4.Anlysis (menguraikan, menentukan hubungan);
5.Synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk
bangunan baru);
21
4. Keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar merupakan perubahan perilaku yang dialami siswa sebagai akibat
dari belajar. Penelitian tindakan kelas ini, peneliti memfokuskan untuk
mengukur aspek kognitif siswa yang mencakup pengetahuan dan
pemahaman.
E. Pembelajaran PKn SD
1. Pengertian Pembelajaran PKn SD
PKn merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting untuk
diajarkan pada jenjang sekolah dasar. Ruminiati (2007: 25) menyatakan
bahwa pelajaran PKn merupakan salah satu pelajaran yang berkaitan
langsung dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan
afektif. Tetapi di dalam pelaksanaan pembelajaran, tidak sedikit yang
salah menafsirkan bahwa PKN dengan PKn merupakan hal yang sama.
Padahal keduanya memiliki definisi dan fungsi yang berbeda dalam
pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyasa dalam Rumiati
(2007: 26) bahwa PKN adalah pendidikan kewargaan negara, yang
22
negara yang baik yaitu warga negara yang tahu, mau, dan mampu berbuat
baik, sedangkan PKn adalah pendidikan kewarganegaraan, pendidikan
yang menyangkut status formal warga negara yang berisi tentang diri
kewarganegaraan, peraturan naturalisasi atau pemerolehan status sebagai.
Pengertian PKn juga dijelaskan di dalam Permendiknas No. 22 Tahun
2006 tentang standar isi, bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah
mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara
yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya
untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan
berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 145.
Pembelajaran PKn merupakan pendidikan untuk memberikan bekal awal
dalam bela negara yang dilandasi oleh rasa cinta kepada tanah air,
kesadaran berbangsa dan bernegara, berkeyakinan atas kebenaran
idiologi Pancasila dan UUD 145 serta kerelaan berkorban untuk
kepentingan bangsa dan negara.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
PKn merupakan mata pelajaran yang berkaitan erat dengan pendidikan
afektif yang berpengetahuan bela negara. PKn juga dikatakan sebagai
pendidikan awal bela negara, idiologi pancasila dan UUD 145,
23
2. Tujuan Pembelajaran PKn SD
Melalui mata pelajaran PKn, diharapkan kegiatan pembelajaran dapat
mencapai tujuan yang diharapkan sebagaimana tercantum pada
Permendiknas, No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi meliputi:
a. Berpikir secara kritis dan rasional dalam menghadapi isu kewarganegaraan.
b. Berpartisipasi secara aktif, bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta anti korupsi.
c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa lain.
d. Berinteraksi dengan bangsa lain dalam peraturan dunia baik secara langsung maupun tidak langsung dengan memanfaatkan ilmu dan teknologi.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa tujuan mata pelajaran
PKn terbagi menjadi beberapa aspek. Aspek berpikir merupakan awal
dari adanya partisipasi individu, sehingga individu secara positif dapat
berkembang dan berinteraksi dengan pihak lain.
3. Ruang Lingkup Pembelajaran PKn SD
Mata pelajaran PKn memiliki klasifikasi materi yang dirangkum dalam
ruang lingkup pembelajaran. Ruang lingkup pada materi mata pelajaran
24
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa materi pembelajaran
pada mata pelajaran PKn terangkum dalam ruang lingkup mata pelajaran
PKn yang terdiri dari beberapa aspek, meliputi: ruang lingkup persatuan
dan kesatuan bangsa, ruang lingkup norma, hukum, dan peraturan, ruang
lingkup HAM (Hak Asasi Manusia), ruang lingkup kebutuhan dan
konstitusi negara, ruang lingkup kekuasaan dan politik, ruang lingkup
pancasila, serta ruang lingkup globalisasi.
F. Kinerja Guru
Kinerja adalah performnce atau unjuk kerja. Kinerja dapat diartikan prestasi
kerja atau pelaksanaan kerja atau hasil unjuk kerja. Menurut Smith dalam
Rusman (2012: 50) performnce is output derives from proceses, humn or
therwise, yaitu kinerja adalah hasil dari suatu proses yang dilakukan manusia.
Standar kinerja perlu dirumuskan untuk dijadikan patokan atau acuan dalam
mengadakan perbandingan terhadap apa yang dicapai dengan apa yang
diharapkan. Menurut Ivancevich dalam Rusman (2012: 51) patokan tersebut
meliputi: hasil, efisiensi, kepuasan, dan keadaptasian.
Berkenaan dengan standar kinerja guru, Sahertian dalam Rusman (2012: 51)
menjelaskan bahwa standar kinerja guru berhubungan dengan kualitas guru
dalam menjalankan tugasnya seperti:
a. Bekerja dengan siswa secara individual. b. Persiapan dan perencanaan pembelajaran. c. Pendayagunaan media pembelajaran.
25
Kemampuan yang harus dimiliki seorang guru telah disebutkan dalam
Peratuan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 16 Tahun
2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, yaitu:
kompetensi padagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kinerja guru
merupakan kemampuan kerja atau hasil kerja yang dicapai oleh guru dengan
tanggung jawabnya dalam mencapai tujuan pembelajaran. Kinerja guru
meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Untuk
menilai kinerja guru digunakan instrumen penilaian kinerja guru (IPKG).
G. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian tindakan kelas ini adalah penelitian
yang dilakukan oleh:
1. Aina Mulyana (2007) mahasiswa Universitas Negeri Semarang yang
berjudul Penerapan Model Active Lerning Tipe Tem Quis untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran PKn Kelas IV
SD Negeri 1 Cadasari”, diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan model
ctive lerning tipe tem quis dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Terbukti dari persentase ketuntasan sikap siswa pada siklus I sebesar
74,2% menjadi 85,71% pada siklus II.
2. Eka Yuliana (2012) mahasiswa Universitas Padjajaran yang berjudul
“Penerapan Model Active Lerning Tipe Quiz Tem dengan
Keterampilan Bertany Probing Question untuk Meningkatkan
26
Negeri 1 Bandung” membuktikan bahwa penggunaan model ctive
lerning tipe quis tem dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa baik pada ranah afektif, psikomotor maupun kognitifnya.Terbukti
dari nilai rata-rata aktivitas siswa pada siklus I sebesar 63,47 menjadi
7,03 pada siklus II, rata-rata nilai afektif siswa pada siklus I sebesar 6
0,26 menjadi 81,30 pada siklus II, rata-rata nilai psikomotor rata-rata
pada siklus I sebesar 60, 38 menjadi 70, 18 dan hasil belajar kognitif
siswa pada siklus I 63,7 menjadi 81,18 pada siklus II.
Berdasarkan kedua penelitian yang telah diuraikan di atas, terdapat
persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti. Persamaan yang terdapat pada penelitian Aina Mulyana dengan
peneliti yaitu mata pelajaran yang diambil. Perbedaannya terletak pada
setting (subjek, waktu, dan tempat) penelitian dan aktivitas belajar siswa.
Sedangkan persamaan yang terdapat pada penelitian Eka Yuliana dengan
peneliti yaitu penerapan mata pelajaran yang diambil dan untuk
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Adapun perbedaannya
terletak pada setting (subjek, waktu, dan tempat) penelitian, mata
pelajaran yang diambil, hasil belajar yang ditingkatkan mencapai tiga
ranah. Kedua penelitian tersebut cukup relevan terhadap efektivitas
penerapkan model ctive lerning tipe quiz tem untuk meningkatkan
27
H. Kerangka Pikir
Sekaran dalam Sugiyono (2015: 1) mengemukakan bahwa kerangka berfikir
merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan
berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, peneliti memperoleh data
yang mendasari untuk dilakukannya penelitian ini yaitu berupa input atau
kondisi awal, proses atau tindakan yang dilakukan, dan output atau hasil yang
diharapkan.
Input atau kondisi awal yaitu berupa masalah-masalah yang ditemui oleh
peneliti saat melakukan observasi yaitu banyak siswa yang asik mengobrol
dengan temannya dan hanya sebagian kecil siswa yang mendengarkan
penjelasan materi yang disampaikan oleh guru, siswa cenderung merasa tidak
percaya diri dalam mengemukakan pendapat atau bertanya saat diskusi,
aktivitas belajar siswa kelas IV SD Negeri 3 Metro Barat rendah, rendahnya
hasil belajar siswa, yang dilihat dari nilai rata-rata mid semester ganjil
pelajaran PKn kelas IV tahun pelajaran 2015/2016, yaitu sebanyak 6 orang
siswa (25%) yang telah mencapai KKM, sedangkan 18 orang siswa (75%)
belum mencapai KKM dan guru belum menerapkan model ctive lerning
tipe tem quis pada pembelajaran PKn. Berdasarkan hal yang telah diuraikan
di atas, maka diperlukan suatu proses yang akan dilaksanakan untuk
memperbaiki kondisi tersebut yaitu dengan menerapkan model ctive
lerning tipe tem quis pada mata pelajaran PKn. Model ctive lerning tipe
tem quis merupakan suatu model pembelajaran dimana dalam pelaksanaan
28
pengetahuan siswa mengenai materi yang disajikan guru, mengajak siswa
untuk mandiri dan terlibat penuh dalam proses pembelajaran, meningkatkan
keseriusan siswa dalam memahami materi. Dengan menerapkan model ini,
2
Secara sederhana kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut.
Gambar 2.1 Kerangka pikir penerapan model ctive lerning tipe tem quis.
Input
1. Banyak siswa yang asik mengobrol sebagian kecil siswa yang mendengarkan penjelasan materi yang disampaikan oleh guru.
2. Siswa cenderung merasa tidak percaya diri dalam mengemukakan pendapat atau bertanya saat diskusi. 3. Aktivitas belajar siswa rendah.
4. Hasil belajar siswa rendah.
5. Guru belum menerapkan model ctive lerning tipe tem quis
Proses
Penerapan model ctive lerning tipe tem quis.
l. Bagilah siswa menjadi tiga tim.
m. Jelaskan format pelajaran dan mulainya penjajian materinya batasi hingga 10 menit atau kurang dari itu.
n. Berikan perintah tim A untuk menyiapkan kuis
jawaban singkat, kuis tersebuat harus sudah siap tidak lebih dari lima menit. Tim B dan C menggunakan waktu itu untuk membuka catatan mereka.
o. Lakukan langkah ke tiga di atas berulang- ulang
berdasarkan urutan yang telah ditentukan.
p. Tim A memberi kuis kepada anggota tim B, jika tim
B tidak dapat menjawab satu pertanyaan, maka tim C segera menjawabnya.
30
I. Hipotesis Tindakan
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka pikir.
Berdasarkan kerangka pikir di atas, dirumuskan hipotesis penelitian tindakan
kelas sebagai berikut: “Apabila dalam pembelajaran PKn dengan
memperhatikan teori dan langkah-langkah penerapan model ctive lerning
tipe tem quis secara tepat, maka akan dapat meningkatkan aktivitas dan
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau
Classroom Action Research. Menurut Aqib (2008: 3) PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar dapat meningkat. Arikunto (2006: 58) PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu praktik pembelajaran. Menurut Martati (2010:85) PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
B. Prosedur Penelitian
32
16) pada tahap awal, peneliti berkerjasama dengan guru kelas IV menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran PKn. Setelah penyusunan tersebut selesai, kegiatan selanjutnya adalah penerapan model active learing tipe team quis
dalam pembelajaran PKn tahap selanjutnya adalah pengamatan menggunakan lembar observasi atas kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Tahap terakhir yaitu merespon kegiatan melalui kegiatan refleksi.
Siklus tindakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 3.1 Tahapan penelitian tindakan kelas
(Sumber: Arikunto, dkk., 2006: 74)
33
C. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 3 Metro Barat terletak di Kecamatan Mulyojati Metro Barat. Sekolah tersebut menerapkan kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).
2. Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada tahun pelajaran 2015/2016. Selama kurang lebih 5 bulan, terhitung dari bulan Desember 2015 sampai dengan bulan April 2016.
3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian guru wali kelas IV dan siswa kelas IV SD Negeri 3 Metro Barat Kota Metro dengan jumlah siswa 24 orang siswa yang terdiri dari 13 orang siswa laki-laki dan 11 orang siswa perempuan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data-data yang berkaitan dengan penilaian dikumpulkan melalui dua teknik, yaitu nontes dan tes.
34
2. Teknik tes yang digunakan berupa formatif untuk mendapatkan data yang
bersifat kuantitatif. Melalui tes ini akan diketahui peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn melalui penerapan model active learning tipe team quis. Tes formatif dilakukan di setiap akhir siklus.
E. Alat Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan beberapa alat pengumpul data, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang komprehensif dan valid, yang dapat mendukung keberhasilan dalam penelitian ini. Menurut Arikunto (2011: 101) instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis. Instrumen penilaian ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang lengkap, valid, serta realiabel yang dapat mendukung keberhasilan dalam melaksanakan penelitian ini. Pada penelitian ini alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah lembar observasi dan tes.
1. Lembar Observasi (Nontes)
35
a) Kinerja guru
Kinerja guru yang akan diteliti pada penelitian tindakan kelas terdiri dari pelaksanaan pembelajaran yang meliputi pra pembelajaran, membuka pelajaran, kegiatan inti, dan penutup. Adapun lembar observasi kinerja guru sebagai berikut.
Tabel 3. 1 Instrumen penilaian kinerja guru
No Aspek observasi Skor
2. Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai
1 2 3 4 5
III Kegiatan pembelajaran
A. Penuguasaan materi pembelajaran
1. Menunjukan pengusaan materi pembelajaran
1 2 3 4 5
2. Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan
1 2 3 4 5
3. Mengaitkan materi dengan realita kehidupan 1 2 3 4 5
B. Pendekatan/Strategi Pembelajaran
1. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai
1 2 3 4 5
2. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa
1 2 3 4 5
3. Melaksanakan pembelajaran secara runtut 1 2 3 4 5
4. Menguasai kelas 1 2 3 4 5
5. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan waktu yang telah dialokasikan
1 2 3 4 5
C. Penerapan model active learning tipe team quis
1. Guru menjelaskan materi secara klasikal. 1 2 3 4 5
2. Guru membagi siswa menjadi tiga tim. 1 2 3 4 5
3. Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya.
36
No Aspek observasi Skor
4. Guru memberikan instruksi bermain kuis sesuai dengan aturan main.
1 2 3 4 5
5. Siswa kuis tim sesuai aturan yang dijelaskan oleh guru.
1 2 3 4 5
6. Guru memberikan skor untuk masing-masing tim
1 2 3 4 5
7. Guru memberikan penghargaan kepada tim yang mendapatkan skor tertinggi .
1 2 3 4 5
D. Pemanfaatan Media Pembelajaran/Sumber Belajar
1. Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media.
1 2 3 4 5
2. Menghasilkan pesan yang menarik 1 2 3 4 5
3. Menggunakan media secara efektif dan efisien.
1 2 3 4 5
4. Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media pembelajaran secara utuh.
1 2 3 4 5
E. Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara Keterlibatan Siswa
1. Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran
1 2 3 4 5
2. Merespon positif partisipasi siswa 1 2 3 4 5
3. Memfasilitasi terjadinya interaksi guru, siswa, dan sumber belajar
1 2 3 4 5
4. Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa
1 2 3 4 5
5. Menumbuhkan keceriaan dan antusias dalam belajar
1 2 3 4 5
F. Kemampuan Khusus Pembelajaran di SD PKn
1. Mengembangkan pengetahuan pemecahan masalah dalam pembelajaran PKn dan menerapkannya dalam kejadian sehari-hari
1 2 3 4 5
G. Penilaian Proses dan Hasil Belajar
1. Mengamati kegiatan diskusi siswa dalam mengerjakan tugas
1 2 3 4 5
IV 1. Melakukan refleksi pembelajaran dengan melibatkan siswa
1 2 3 4 5
2. Menyusun rangkuman dengan melibatkan siswa
1 2 3 4 5
3. Memberikan tes lisan atau tertulis sesuai dengan tujuan dan indikator
1 2 3 4 5
4. Melaksanakan tindak lanjut 1 2 3 4 5
Jumlah skor Skor maksimal Nilai kinerja guru
37
b) Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa yang akan diteliti dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi: kegiatan berpendapat dan minat. Adapun indikator dalam penelitian aktivitas siswa yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut.
Tabel. 3. 2 Aspek dan indikator penilaian aktivitas siswa.
No Aspek Indikator
1. Berpendapat ( A) 1. Merespon pertanyaan lisan dari guru.
2. Mendiskusikan masalah dalam kelompok.
3. Menjawab pertanyaan sesuai dengan materi yang sedang berlangsung.
4. Menanggapi jawaban teman. 5. Mempertahankan pendapat. 2 Minat (B) 1. Hadir tepat waktu.
2. Tertib terhadap instruksi yang diberikan oleh guru.
3. Bekerja sama dengan kelompok. 4. Menampakkan keceriaan dan
kegembiraan dalam belajar. 5. Tenang dalam mengerjakan tugas
yang diberikan oleh guru.
2. Tes Hasil Belajar
Tes digunakan untuk mendapatkan data hasil belajar PKn siswa kelas IV semester genap SD Negeri 3 Metro Barat yang diajarkan dengan model
active learning tipe team quis. Alat yang digunakan tes tertulis berupa tes formatif dengan memberikan soal yang sesuai materi pembelajaran. Tes ini dilakukan pada setiap akhir siklusnya.
F. Teknik Analisis Data
38
1. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data kinerja guru, aktivitas belajar siswa, yang menunjukkan dinamika proses dengan memberikan pemaknaan secara nyata dan mendalam.
a. Kinerja guru
Data kinerja guru diperoleh dari hasil pengamatan ketika pembelajaran berlangsung. Nilai kinerja guru diperoleh dengan rumus:
NK =
x 100 Keterangan:
NK = nilai kinerja guru yang dicari
R = skor yang diperoleh guru
SM = skor maksimal
100 = bilangan tetap
(Adaptasi dari Aqib, dkk., 2010: 141)
Tabel 3.3 Kategori kinerja guru berdasarkan perolehan nilai
No Skor Nilai Kategori
b. Aktivitas belajar siswa
1) Aktivitas siswa secara individu
N =
39
Keterangan:
N = nilai siswa yang dicari atau yang diharapkan
R = skor yang diperoleh siswa
SM = skor maksimum yang ditentukan
100 = bilangan tetap
(Sumber: Purwanto, 2008: 102)
Tabel 3.4 Peringkat aktivitas siswa perindividu berdasarkan perolehan nilai
(Sumber: modifikasi dari Aqib, dkk., 2010: 41)
2) Rubik penilaian aktivitas belajar
Rubik penskoran dalam penelitian tindakan kelas menilai aktivitas belajar siswa menggunakan rubik sebagi berikut.
Tabel 3.5 Rubik penskoran aktivitas belajar siswa
No Skor Katagori Rubrik
1 5 Sangat aktif Jika ke-lima indikator muncul selama pengamatan atau proses pembelajaran.
2 4 Aktif
Jika hanya empat indikator muncul selama pengamatan atau proses pembelajaran.
3 3 Cukup aktif
Jika hanya tiga indikator muncul selama pengamatan atau proses pembelajaran.
4 2 Kurang aktif
Jika hanya dua indikator muncul selama pengamatan atau proses pembelajaran.
5 1 Pasif Jika satu indikator muncul selama pengamatan atau proses pembelajaran.
40
3) Persentase aktivitas siswa secara klasikal diperoleh melalui rumus:
P =
x 100 %
Keterangan:
P = nilai yang dicari atau diharapkan
= jumlah siswa yang mengalami ketuntasan aktivitas belajar
= jumlah seluruh siswa di kelas
100 = bilangan tetap
(Adopsi dari Purwanto, 2008: 102)
Tabel 3.6 Kategori persentase klasikal aktivitas belajar
No Rentang nilai Kategori
1 80%-100% Sangat aktif (SA)
Analisis data kuantitatif akan digunakan untuk melihat kualitas belajar siswa dalam hubungannya dengan penugasaan materi yang diajarkan guru Tabel 3.7 Pedoman ketuntasan hasil belajar siswa
No Nilai Ketuntasan
1 ≥70 Tuntas
2 <70 Belum tuntas
a. Nilai ketuntasan secara individu ini diperoleh dengan rumus:
NP =
x 100 Keterangan:
NP = nilai yang dicari atau diharapakan R = skor yang diperoleh
41
100 = bilangan tetap
(Sumber: Purwanto, 2012: 112)
b. Menghitung nilai rata-rata kelas diperoleh dengan rumus:
̅ =
Keterangan:
̅ = nilai rata-rata yang dicari = jumlah nilai siswa = banyaknya siswa
(Sumber: Aqib, dkk, 2010: 40)
c. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal dengan rumus
P =
x 100%
(Sumber: Aqib, dkk, 2010: 41)
Setelah diketahui persentase siswa tuntas secara klasikal kemudian digolongan ke dalam kategori ketuntasan belajar siswa secara klasikal, yaitu dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.8 Persentase hasil belajar siswa No Rentang nilai Kategori
G. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas 1. Siklus I