• Tidak ada hasil yang ditemukan

MINDFULNESS DAN KEPUASAN PERKAWINAN SEBAGAI PONDASI KETAHANAN KELUARGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MINDFULNESS DAN KEPUASAN PERKAWINAN SEBAGAI PONDASI KETAHANAN KELUARGA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MINDFULNESS DAN KEPUASAN PERKAWINAN SEBAGAI PONDASI KETAHANAN KELUARGA

Hally Weliangan, Warda Lisa, Ursa Majorsy, Astri Nur Kusumastuti Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma

hally@staff.gunadarma.ac.id

Abstrak

Perkawinan merupakan salah satu dasar pondasi terbentuknya keluarga. Kebahagiaan dalam perkawinan sering diidentikkan dengan kepuasan yang dirasakan oleh pasangan yang menikah. Kepuasan pernikahan dinilai sebagai evaluasi yang subjektif terhadap berbagai pengalaman yang menyenangkan dalam kehidupan perkawinan dan juga menjadi salah satu kekuatan individu untuk mencapai kebahagiaan dan ketahanan dalam keluarga. Mindfullness dianggap sebagai salah satu faktor yang merupakan bagian dari psikologi positif dengan adanya kesadaran akan kehidupan pernikajan pada pasangan suami istri diasumsikan dapat membawa kepuasan pernikahan. Tujuan dalam penelitian ini untuk menguji secara empiris korelasi antara mindfulness dan kepuasan perkawinan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling. Karakteristik sampel penelitian ialah pasangan yang menikah, usia pernikahan berkisar 2-15 tahun, tingkat pendidikan minimal SMA. Dalam penelitian ini, jumlah sampel 166 pasangan menikah. Hasil uji hubungan dengan teknik korelasi produk momen, menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang siginifikan antara mindfulness dan kepuasan perkawinan pada pasangan suami dan isteri. Pada isteri nilai signifikansi..000, p<0.01 dengan pearson korelasi r =.281**. Sedangkan pada suami nilai signifikansi .000, p<0.01, pearson korelasi r = 289**. Artinya semakin tinggi mindfulness suami maupun isteri, semakin tinggi kepuasan perkawinan kedua pasangan.

(2)

PENDAHULUAN

Ketahanan keluarga menurut Puspitawati (2015) merupakan keadaan keluarga yang memiliki keuletan, ketangguhan, kemampuan fisik, dan material guna hidup mandiri untuk mengembangkan diri dan keluarga dalam meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan lahir bathin. Ketahan keluarga akan dapat dicapai jika diantara anggota keluarga terutama suami dan isteri dapat meningkatkatkan kualitas perkawinan. Ketahanan keluarga biasanya terkait dengan kemampuan individu, pasangan suami isteri atau keluarga untuk memanfaatkan potensi dalam menghadapi tantangan hidup (the Nasional Network for Family Ressilience 1995). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menuju ketahanan keluarga adalah dengan berfungsinya secara baik anggota-anggota dalam keluarga. Indikator yang terkait dengan ketahanan dan keberfungsian keluarga secara optimal dapat diperoleh melalui kepuasan perkawinan

(3)

Terkait dengan tujuan perkawinan pasangan menikah adalah untuk mencapai kebahagiaan lahir batin bagi pasangan, hal ini menunjukkan bahwa dalam mencapai kebahagiaan perkawinan diperlukan adanya pemenuhan kebutuhan bagi pasangan suami Isteri. Seperti yang dikemukakan olehLefton, (1979) bahwa alasan pasangan menikah antara lain agar dapat terpenuhinya kebutuhan fisik, psikologis dan finansial bagai pasangan,. Terpenuhinya kebutuhan fisik, psikologis, dan financial bagi pasangan mengindikasikan adanya kepuasan perkawinan. Kepuasan perkawinan menjadi penting dalam membangun hubungan pasangan yang langgeng sebagai bentuk dari ketahanan keluarga. Ketahanan keluarga akan melahirkan generasi yang tangguh dalam menbangun keluarga itu sendiri, masyarakat dan Negara. Weliangan (2015) juga berpendapat bahwa kepuasan perkawinan merupakan suatu dasar dalam membangun ketahanan keluarga. Olson (2011) mengemukakan bahwa dasar suatu hubungan pasangan suami isteri yang kokoh, adalah kepuasan pasangan yang timbal balik. Sebaliknya ketidakpuasan perkawinan dapat menjadi penyebab perceraian

Perkawinan merupakan hubungan yang multikompleks, dikarenakan banyak factor yang turut berpengaruh. Pada penelitian ini peneliti menyoroti hubungan mindfulness dan kepuasan perkawinan. Berbagai penelitian di Barat menunjukkan bahwa mindfulness menjadi faktor yang memengaruhi terhadap kepuasan perkawinan. Penelitian yang dilakukan oleh Bupee dan Langer (2005) menunjukkan bahwa mindfulness memiliki korelasi yang signifikan dengan kepuasan perkawinan.

TINJAUAN PUSTAKA Kepuasan perkawinan

Pinsof & Lebow, (2005) menjelaskan kepuasan perkawinan adalah sikap subyektif, yang terkait dengan perasaan, dan didasari pada faktor intra individual atau dari dalam diri individu dan mempengaruhi kualitas interaksi pasangan. Roach, Frazier, dan Bowden (1981) mengatakan bahwa kepuasan perkawinan adalah seberapa bersar

(4)

berbagai pengalaman-pengalaman mencakup perasaan, sikap, yang didasari pada faktor dalam diri individu.

Aspek kepuasan perkawinan

Mackey & O”Brien ( 1995) menjelaskan kepuasan perkawinan meliputi cara berkomunikasi (meliputi nilai-nilai relasional seperti rasa hormat, kepercayaan, empati, pengertian), mengatasi konflik, pengambilan keputusan bersama, hubungan seksual yang memuaskan dan intimasi, Busby, Christensen, Crane dan Larson (1995) mengembangkan skala pengukuran kepuasan perkawinan dengan tiga aspek yaitu terterdiri dari tiga aspek yaitu konsensus (pengambilan keputusan, nilai, afeksi), satisfaction (stabilitas, konflik) dan cohesion ( diskusi, aktivitas). Genova (2008) menjelaskan bahwa kepuasan perkawinan dipengaruhi oleh berbagai faktor komunikasi pasangan, keintiman, cara mengatasi konflik, hubungan seksual yang memuaskan, kebersamaan pasangan dalam beraktivitas, pengaturankeuangan, dan dalam spiritual, empati, setia, jujur, toleransi pada pasangan.

Mindfulness

Mindfulness secara tradisional, terkait dengan perseptual kognitif dalam dua tahap. Tahap pertama menunjukkan kesadaran yang berfokus pada perhatian, memahami perasaan dalam setiap moment atau aktivitas yang dilakukan. (Rapgay & Bystrisky, 2009). Tahap kedua menunjukkan adanya keterbukaan penerimaan terhadap perbedaaan sudut (Bishop & kawan-kawan 2004). Sementara menurut Brown & Ryan, (2003) bahwa mindfulness adalah suatu kesadaran penuh yang berfokus pada berbagai aktivitas yang dilakukan. Germer & kawan-kawan, (2005) menjelaskan bahwa mindfulness adalah suatu bentuk kesadaran yang terjadi dalam berbagai aktivitas saat ini. Mindfulness dapat disimpulkan bahwa sebagai kondisi kesadaran penuh yang menunjukkan adanya perhatian , terbuka terhadap adanya perbedaan pendapat, yang mengindikasikan adanya self control.

(5)

Krietemeyer, & Toney, (2006) bahwa terdapat lima dimensi yang mewakili unsur-unsur mindfulness yaitu Observasi yaitu kemampuan memperhatikan pengalaman– pengalaman seperti sensasi, kognisi, suara, dan penciuman. Describing mengacu pengungkapan pengalaman internal dengan kata-kata. Acting with awareness merupakan kesadaran yang dapat berfokus dalam dua kegiatan dapat membedakan kegiatan saat ini dan ditempat lain sering disebut berpikir otomatis. Nonjudging of inner experience mengacu pada tidak memberikan sikap atau penilaian terhadap pikiran dan perasaan. Nonreactivity to inner experience adalah kecenderungan untuk memungkinkan pikiran dan perasaan untuk datang dan pergi, tanpa terperangkap atau terbawa dalam arus pikiran atau emosi tersebut.

Manfaat dari mindfulness Menurut Langer dan Carson (2006) bahwa keadaan

sadar (mindful) akan mampu melihat objek dari perspektif yang berbeda, dan akan lebih

bisa menyesuaikan dalam berbagai konteks yang dihadapi. Individu yang memiliki

mindfulness tinggi aktivitasnya memiliki aturan, namun tidak kaku oleh aturan. Artinya

tidak terpaku oleh aturan, mampu melihat perbedaan. Sementara mindless berpatokan

pada aturan yang kaku, dan tidak mampu melihat dari berbagai sudut pandang.

Ketahanan Keluarga

Iatilah ketahanan keluarga (family strength or family resilience) dipromosikan

oleh para ahli sosiologi keluarga yang mulai diperkenalkan mulai diakhir tahun 1950

atau awal tahun 1960 an. Istilah ketahanan keluarga lebih menunjukkan suatu kekuatan

baik dari sisi input, proses maupun output /outcome bahkan dampak dari

output/outcome yang dirasakan manfaatnya bagi keluarga serta kekuatan daya juang

keluarga (coping strategi) dalam menyesuaikan dengan lingkungan disekitarnya

(Puspitawati 2015).

Ketahan keluarga merupakan kondisi dinamik suatu keluarga yang memiliki

keuletan dan ketangguhan serta meliputi kemampuan fisik material dan psikis mental

(6)

keadaan harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan lahir dan batin (UU Nomor

10/1992)

METODE PENELITIAN

Partisipan Penelitian

Sampel dalam peneltian ini adalah 166 pasangan menikah, dengan pendidikan minimal SLTA. Tehnik pengambilan sampel dengan purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan karakteristik tertentu yang telah ditentukan (Sugiono 2010)

Alat Pengumpulan Data

Kepuasan perkawinan diukur dengan skala dikemukakan oleh Busby, Christensen, Crane dan Larson (1995) revised dyadic adjustment scale (RDAS) yang yang terdiri dari tiga aspek yaitu konsensus ( pengambilan keputusan, nilai, afeksi), satisfaction (stabilitas, konflik) dan cohesion ( diskusi, aktivitas). RDAS terdiri dari 14 item. Skor daya diskriminasi item bergerak dari angka 0.294 – 0.589. Sedangkan uji reliabilitas dengan Alpha Cronbach menunjukkan bahwa reliabilitas kepuasan perkawinan sebesar 0.832.

Mindfulness diukur dengan mengadaptasi skala mindfulness The Freiburg Mindfulness Inventory (FMI) terdiri dari 14 item. Daya diskriminasi item bergerak dari 0.329 – 0. 585. Sedangkan uji reliabilitas dengan Alpha Cronbach menunjukkan reliabilitas sebesar 0.806.

HASIL DAN PEMBAHASAN

(7)

signifikan terhadap kepuasan perkawinan dimana semakin tinggi skor mindfulness semakin tinggi kepuasan perkawinan. Jika dikaji lebih dalam, hal ini dapat terjadi karena kepuasan perkawinan merupakan evaluasi subjektif yang dimiliki oleh pasangan suami isteri terhadap berbagai pengalaman- pengalaman yang mencakup perasaan dan sikap yang didasari pada factor intraindividual.

Menurut Bradbury (2000) kepuasan dalam suatu hubungan seperti pernikahan membutuhkan pemahaman dari masing-masing individu terhadap hubungan yang dimilikinya. Adanya mindfulness dalam suatu pernikahan akan membuat pasangan pasangan berusaha untuk dapat lebih memahami, menerima serta meningkatkan komunikasi dan hubungan yang baik, meningkatkan kepercayaan terhadap pasangan dan keintiman. Mindfulness atau kesadaran merupakan salah satu kualitas yang dapat membangun kepuasan perkawinan. Mindfulness dalam kehhidupan rumah tangga menunjukkan bahwa pasangan suami isteri memiliki kesadaran terhadap berbagai aktivitas kehidupan perkawinannya yang meliputi adanya perhatian, pengertian mampu menerima perbedaan sudut pandang, mampu menunjukkan empati serta kontrol diri dalam melakukan interaksi dengan pasangan.

Menurut Duval dan Miller (1985) kepuasan perkawinan didefinisikan sebagai perasaan subjektif dimana bagi suami terpenuhinya perasaan dihargai,kesetiaan, dan perjanjian terhadap masa depan dari hubungan tersebut, sedangkan bagi isteri berarti terpenuhinya rasa aman secara emosional, komunikasi dan terbinanya kedekatan. saat suami isteri saling memahami dan mengerti kebutuhan dari pasangannya, sert berusaha memenuhi kebutuhannnya, maka mereka saling berfungsi secara positif sebagi system keluarga (White & Klein dalam Brown, Barnes, Campbell dan Rogge 2007), hal inilah yang akan membentuk kekeuatan dan ketahanan hubungan, dimana setiap anggota keluarga memiliki fleksibilitas dalam komunikasi yang baik. Ketahan keluarga terlihat saat menghadapi berbagai persoalan hidup.

(8)

suami isteri memiliki penghargaan terhadap satu sama lain, mampu menjaga komitmen, memiliki komunikasi serta coping yang efektif serta kesehatan spiritual yang baik serta waktu untuk bersama, maka keluarga dapat dikatakan sehat dan kuat. Ketahanan keluarga dapat dilihat dari bagaimana keluarga menghadapi badai kehidupan, menjadi semakin dekat dan sama-sama serta aktif menghadapi cobaan dala kehidupan.

Hasil penelitian lebih lanjut didapati pada subjek suami didapat signifikansi nilai .000, p<0.01, dengan pearson korelasi r = 289**. Nilai tersebut menunjukkan terdapat hubungan mindfulness dan kepuasan perkawinan pada subjek suami, dimana mengindikasikan semakin tinggi mindfulness suami akan semakin tinggi kepuasan suami. Mindfulness pada responden suami menunjukkan bahwa suami cenderung memiliki keterbukaan terhadap berbagai informasi, menunjukkan ada perhatian pada pasangan, menerima masukan dari pasangan dan memiliki penyesuaian yang baik, artinya cenderung tida kaku dalam cara pandang. Sedangkan kepuasan perkawinan juga dipengaruhi oleh kualitas pelaksanaan tugas yang telah dibagi bersama antara suami isteri. Kepuasan perkawinan pada suami menurut (Yoger dan Brecht (dalam Baruch dan Barnett 1986) dihubungkan dengan kesadaran isteri untuk mengerjakan pekerjaaan rumah tangga yang lebih banyak dibandingkan suami

(9)

Suami isteri yang memiliki mindfulness akan mengembangkankualitas komunikasi yang baik dengan pasangannya, akan memperlihatkan rendahnya respon emosi ketika menghadapi suatu permasalahan sehingga tingkat stress pada pasangan tersebut tergolong rendah Brown, Barnes, Krusemark, Campbell dan Rogge (dalam Brown,Crewell, Ryan 2015) selain itu Jones, Welton, Oliver, dan Thoburn ( dalam Brown,Crewell, Ryan 2015) mengemukakan bahwa mindfulness dapat memperbaiki penyesuaian diri seseorang di dalam perkawinan. Mindfulness dapat dikatakan menjadi salah satu hal yang penting yang harus dimiliki oleh pasangan suami isteri, karena dengan adanya mindfulness pasangan suami isteri dapat saling mengerti satu sama lain dan penyesuaian akan mudah untuk dilakukan guna mencapai pemahaman dan kepuasan dalam perkawinan

KESIMPULAN

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Arjawinangun, K.B (dalam http://metro.sindonews.com/read/890610/31/empat-faktor-penyebab-perceraian-1407868216

Barnes, S., Brown, K. W., Krusemark, E., Campbell, W. K., & Rogge, R. D. (2007). The role of mindfulness in romantic relationship satisfaction and responses to relationship stress. Journal of Marital and Family.33,482-500.

Bishop, S.R., Lau, M., Shapiro, S., Carlson, L., Anderson, N.D., Carmody, J., et al. (2004) Mindfulness: A proposed operational definition. Clinical Psychology: Science and Practice, 11,230–241

Brown, K. W., Ryan, R. M., & Creswell, J. D. (2007). Mindfulness:Theoretical foundations and evidence for its salutary effects.Psychological Inquiry, 18,211–237.

Busby, D. M., Christensen, C., Crane, D. R. & Larson, J. H. (1995). A revision of the dyadic adjustment scale for use with distressed and nondistressed couples: Construct hierarchy and multidimensional scales. Journal of Marital and Family Therapy, 21, 289-308.

Genova, M.D (2008). Intimate relationship marriage &family. Boston: McGraw-Hill

Leslie,C., Bupee & Langger,J.E (2005) Mindfulness and marital satisfaction. Journal of adult development. Vol 12. No 1. DOI:10.1007/s10804-005-1281-6

Lefton. A. (1979). Psychology. Boston: Allyn & Bacon Inc.

Mackey, R. A., & O’Brien, B. A. (1995). Lasting marriages: Men and women

growing together. Westport, CT: Praeger Publishers.

Pinsof, W.M dan Lebow, J.L. (2005). Family psychology. New York:Oxford University Press Inc

Puspitawati.,(2015). Pengertian Kesejahteraan dan ketahanan keluarga. Kajian akademik. Bogor:Penerbit IPB Press

(11)

Roach, A.J,. Frazier, L.P. Bowden, S.R. (1981). The marital satisfaction scale: Development of a measure for intervention research. Journal marriage and family, 43, 537-546.

Strong, B & Devault.C., Cohen, T.F (2011) The marriage and family experience: Intimate Relationships in a Changing Society (Eleventh ed). USA: Wadsworth 20 Davis Drive Belmont, CA 94002-3098

Wachs, K., & Cordova, J. V. (2007). Mindful relating: Exploring mindfulness and emotion repertoiresin intimate relationships. Journal of Marital and Family Therapy, 33 (4). 464–481.

Walach, H., Buchheld, N., Buttenmuller, V., Kleinknecht, N., Schmidt, S. (2006). Measuring Mindfulness--The Freiburg Mindfulness Inventory (FMI). Personality and Individual Differences, 40, 1543-1555.

(12)

i--r"l Ill

--7

\

7

_).,

Z

q

,a

Z

eo

{l "T't rC, ->

-u

m

."t-t ;

=

-l I J

e

.t

t

-I

)

o

OE'

0-Q.r

s-;s

a'r

-E*t<

t E g=

FJO

E E

E.q.u

* iF '

E'f

=

Et

E

H

6

+

>fiaEE:s

E

$;FET

oJ0

= i

orr

IEil

3r

*o

Sr

9.O

rF

o t D I J

s

)

I

I J

:

=

]f

--:f

(c

-C

-T

C

f

(D

(c

-.

---{_

w

C

U>

o

c_

C

:f

TI

c

=

U nl a1 a1 +

-=

\-/ p i'i a V)a ar

-+JVM -vY

c0q

)

0qD m WYJ -C

L.J ;t r- OO 'i

g

)<tsrj 4/l^OJ

IU

Y :.,1 t'J v) L i,U+

4 ! ei :l

)}JaT.U1

0qa:Hv*gv

1;.a

fv

co

tD n

Fx

'-/ t+ a,

.\

to FI

oE

F' A\ UV J.

x

? vLj

l^.vJ UPH;-.

.Nii-d LA

\9 J

0q5a. a'+

-r, *

.- a

l.-nK

X'O

o-;

!rD

/

'/\ MvY* ^/\

.-ir F>

=P

^

Referensi

Dokumen terkait

Sekolah sebagai media pembelajaran mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika dan untuk mengetahui pendapat para validator terhadap media pembelajaran yang dikembangkan

[r]

Disampaikan bahwa sebagai kelanjutan dari proses evaluasi, saudara dimintakan untuk dapat menghadiri acara Pembuktian Kualifikasi dengan membawa serta dokumen (asli beserta satu

Universitas Sumatera Utara... 77

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Seni dan Desain. © Awit Gending Adriani 2016

Yaitu kehilangan tegangan yang terjadi pada saat gaya prategang dialihkan ke angkur. Perlengkapan didalam angkur yang mengalami tegangan pada saat peralihan cenderung

Karena itu, pangeran harus seperti rubah dengan melindungi dirinya dari jebakan, dan seperti singa untuk melindungi dirinya dari serigala.” (Machiavelli, 2005:

Adalah mahasiswa Institut Agama Islam (IAIN) Samarinda tahun akademik 2014/2015 yang telah menyelesaikan segala ketentuan akademik pada Fakultas Syariah Jurusan/ Prodi