• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP KORUPSI DANA BANTUAN OPRASIONAL SEKOLAH DI KABUPATEN TULANG BAWANG (STUDI PUTUSAN NO.42/PID./TPK/2013/PN.TK TAHUN 2013)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP KORUPSI DANA BANTUAN OPRASIONAL SEKOLAH DI KABUPATEN TULANG BAWANG (STUDI PUTUSAN NO.42/PID./TPK/2013/PN.TK TAHUN 2013)"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP KORUPSI DANA BANTUAN OPRASIONAL SEKOLAH DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Oleh

Anca Viriska Debby

Kejahatan yang sering terjadi beberapa tahun ini dan sangat berpengaruh besar bagi negara yaitu kejahatan korupsi. Korupsi merupakan kejahatan luar biasa merampas hak rakyat yang banyak menimbulkan kerugian negara. Bahkan sekarang telah sering terjadi korupsi yang dilakukan kepala sekolah dengan mengambil hak orang miskin dalam dana Bantuan Oprasional Sekolah (BOS) yang diperuntukan bagi pendidikan siswa wajib belajar 12 tahun. Apakah yang menjadi faktor penyebab terjadinya kejahatan korupsi dana BOS dan bagaimanakah upaya penanggulangan terjadinya korupsi dana BOS di Kabupaten Tulang Bawang.

Penelitian digunakan dengan pendekatan secara yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Sumber dan jenis data dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari studi lapangan dengan melakukan wawancara terhadap Hakim, Jaksa dan dosen Fakultas Hukum. Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan cara memeriksa dan mengoreksi data, setelah data diolah kemudian dianalisis secara analisis kualitatif guna memperoleh suatu kesimpulan yang memaparkan kenyataan yang diperoleh dari penelitian.

(2)

Anca Viriska Debby pengawasan. Upaya penanggulangan terjadinya korupsi dana BOS meliputi upaya penal dan non-penal. Upaya penal berupa pemberian sanksi pidana seperti pidana penjara, dan denda. Upaya non-penal dilakukan berupa kegiatan mengadakan penyuluhan hukum, resosialisasi, pelatihan moral, pelatihan sosial, pelatihan kegiatan keterampilan dan lain sebagainya.

Saran yang diberikan penulis adalah sebaiknya pembentukan pribadi melalui faktor intern yaitu keluarga yang berfungsi memberikan arahan dalam pembentukan moral dan agama, menanamkan sifat-sifat religius agar tidak mudah terjerumus dalam kejahatan korupsi. Mengenai upaya penaggulangan sebaiknya dilakukan dengan upaya penal yaitu dengan melalui jalur hukum, serta penegakan hukum efektif yang tegas, jujur, dan adil. Dengan tujuan menjerakan para koruptor dan menghimbau masyarakat agar tidak melakukam hal yang sama seperti para koruptor serta menata sistem baru untuk mencegah terjadinya kesempatan korupsi.

(3)

ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP KORUPSI DANA BANTUAN OPRASIONAL SEKOLAH DI KABUPATEN TULANG BAWANG

(Studi Putusan No. 42/Pid./TPK/2013/PN.TK Tahun 2013)

Oleh

ANCA VIRISKA DEBBY

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP KORUPSI DANA BANTUAN OPRASIONAL SEKOLAH DI KABUPATEN TULANG BAWANG

(Studi Putusan No. 42/Pid./TPK/2013/PN.TK Tahun 2013)

(Skripsi)

Oleh

ANCA VIRISKA DEBBY

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup ... 6

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual ... 8

E. Sistematika Penulisan ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kejahatan Korupsi ... 13

B. Tinjauan Umum tentang Kriminologi ... 17

C. Kejahatan ... 19

D. Faktor Penyebab Kejahatan Korupsi ... 23

E. Dana Bantuan Oprasional Sekolah ... 23

F. Upaya Penanggulangan Kejahatan Korupsi ... 25

III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah ... 28

B. Sumber dan Jenis Data ... 29

C. Penentuan Narasumber ... 31

D. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 32

(6)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden ... 35 B. Faktor Penyebab Korupsi Dana Bantuan Oprasional

Sekolah ... 36 C. Upaya Penanggulangan Korupsi Dana Bantuan Oprasional

Sekolah ... 43

V. PENUTUP

A. Simpulan ... 50 B. Saran ... 51

(7)

MOTO

“Percayalah pada Tuhan seakan-akan Seluruhnya tergantung

kepadamu dan kerjakanlah sekuat tanganmu seakan-akan seluruhnya

tergantung pada Tuhan”

(

Denis Aris Wibowo

)

“Manusia itu akan terus di uji bahkan dengan penderitaan sekalipun

Dengan pengalaman itulah mereka akan menjadi lebih baik”

(8)
(9)

PERSEMBAHAN

Denga mengucap puji syukur kepada Allah SWT

Kupersembahkan karya sederhana ini melalui jerih payah ku kepada:

Mamiku Evi Idayati & Papiku Arwan Ismail

Atas segala curahan cinta, kasih sayang, doa serta pengorbanan yang takkan pernah terbalas

demi keberhasilan dan kesuksesanku.

Semoga Allah SWT membalas semua tetes keringat, air mata dan doa dalam setiap wujudnya

dengan kebahgian di dunia dan di akhirat.

Kakak-kakak ku Alvira dan Ardio

senantiasa menemaniku dengan keceriaan dan kasih sayang serta akan menjadi imam ku kelak.

Almamaterku tercinta

(10)
(11)
(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada Tanggal 29 April

1993, yang merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara, dari

kasih sayang Ibundaku Hj. Evi Idayati dan Ayahandaku Drs.

H. Arwan Ismail,M.M.

Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 2 Teladan Bandar

Lampung, yang diseleaikan pada tahun 2005. Penulis melanjutkan Sekolah

Menengah Pertama Negeri 25 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun

2008, dilanjutkan dengan Sekolah Menengah Atas Negeri 10 Bandar Lampung,

yang diselesaikan pada tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas

Hukum Universitas Lampung melalui jalur Ujian Mandiri Perguruan Tinggi

Negeri (UMPTN) tertulis pada tahun 2011. Pada bulan januari sampai februari

tahun 2014 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Periode I di Desa

(13)

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur selalu penulis panjatkan kepada Allah

SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan

penulisan skripsi dengan judul “Analisis Kriminologis Terhadap Korupsi Dana

Bantuan Oprasional Sekolah di Kabupaten Tulang Bawang (Studi Putusan Pengadilan

Negeri Tanjung Karang No.42/Pid.TPK/2013/PN.TK)” sebagai salah satu syarat

mencapai gelar sarjana di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan,

petunjuk dan saran dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan

terima kasih yang tulus dari lubuk hati yang paling dalam kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng Prayitna Harianto, M.S. selaku Rektor Universitas

Lampung.

2. Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Lampung dan selaku Pembimbing Akademik yang senantiasa memberikan

pengarahan selama penulis kuliah di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

3. Ibu Diah Gustiniati Maulani, S.H., M.H. selaku Ketua Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung dan selaku Dosen Pembimbing I yang

telah memberikan masukan-masukan, ilmu-ilmu yang bermanfaat, dan

saran-saran selama proses perkuliahan dan terutama dalam penulisan skripsi ini

(14)

4. Bapak Tri Andrisman S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan masukan-masukan, ilmu-ilmu yang bermanfaat, dan saran-saran

selama proses perkuliahan dan khususnya dalam penulisan skripsi ini sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Ibu Nikmah Rosidah S.H., M.H. selaku Dosen Pembahas I yang telah

memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat, kritikan, masukan dan saran selama

proses perkuliahan dan khususnya dalam penulisan skripsi ini sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan.

6. Ibu Rini Fatonah, S.H., M.H selaku Dosen Pembahas II yang telah memberikan

ilmu-ilmu yang bermanfaat, kritikan, masukan dan saran selama proses

perkuliahan dan khususnya dalam penulisan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

7. M. Rama Erfan, Nelson Panjaitan, dan Eddi Rifai yang telah menjadi

narasumber-narasumber, memberikan izin penelitian, membantu dalam proses

penelitian untuk penyusunan skripsi ini.

8. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah mendidik,

menempa, dan memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama

kuliah di Fakultas Hukum Universitas lampung.

9. Teristimewa dan terkhusus kepada kedua orang tuaku tercinta Hj. Evi idayati dan

Drs.H.Arwan Ismail,M.M., yang telah merawat, membimbing, mendidik, dan

menyayangiku dari dalam kandungan sampai kapanpun agar penulis dapat

menggapai sukses di dunia tanpa meninggalkan dan melupakan akhirat. Skripsi

ini adalah persembahan pertama dari putri kalian, semua ini tiada sebanding

(15)

mudah-mudahan ini menjadi langkah awal bagi putri kalian untuk membalas budi baik

yang sangat besar yang telah kalian berikan selama ini, Amin.

10. Teristimewa pula kepada kakak-kakak ku Alvira Metha Viricia, S.H,M.H dan

Ardio Vanny Pratama,S.E. yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan doa

kepada penulis, serta menjadi pendorong semangat agar penulis terus berusaha

keras mewujudkan cita-cita dan harapan sehingga dapat membanggakan bagi

mereka berdua.

11. Seluruh keluarga besarku (umeh, unggang, oma ) yang telah memberikan doa,

dan motivasi, agar penulis dapat menyelesaikan kuliah di Universitas Lampung.

12. Denis Aris Wibowo yang telah bersedia meluangkan waktunya bersama

denganku,senantiasa mendampingi ku sejauh ini, membantu proses penulisan dari

awal hingga akhir dengan memberikan banyak masukan, doa, dukungan,

dorongan, semangat dan motivasi di hidupku. Serta sama-sama memiliki cita-cita

yang sangat tinggi untuk dapat diwujudkan di kemudian hari. Terima kasih atas

pembelajaran yang aku dapat hingga membuatku bisa menjadi lebih kuat dan

dewasa.

13. Tante-tante ku maksu Ricca Yulisnawati, bibi Wella Aroma, Mama itoh yang

selalu memberikan semangat serta saran yang berguna dalam penulisan ini.

14. Saudara-saudaraku: Sela, yoya, dek ayu, kak Eko, kak rido, Ayu, zia, raqila yang

selalu menjadikan motivasi serta memberikan semangat.

15. Ibu dan mba Ita yang selalu memberikan motivasi, doa dan dukungan kepadaku

dalam proses penulisan.

16. Sahabat-Sahabatku di kampus Mia Nasya Tamara, Dea Octaviana, Almira balqis,

Gracelda Syukrie, Fitri Dwi Yudha, Indah Nurfitria semoga kita akan sukses di

(16)

Internasional, semoga Allah SWT selalu memberikan jalan dan hidayah pada kita

dan persahabatan ini tidak akan ada akhirnya.

17. Sahabat-sahabatku yang selalu menemaniku dari kecil hingga sampai saat ini

Sartika Aprilia, Indah PS, Savira Lyanie, semoga kita menjadi wanita hebat dan

sukses. semoga kita selalu bersama sampai kapanpun.

18. Teman-teman seperjuanganku,Shintya Sardi, Sarah, Zahra, Tria, Mute, Fanny,

Tara, yaya, meri, dan semua teman-teman Angkatan 2011 Fakultas Hukum

Universitas Lampung yang tidak dapat penulis sebutkan semuanya. Terima kasih

atas pertemanan yang terjalin selama ini.

19. Teman-teman SMP ku windy eka , tya evelyn, haryani irbha, arnest chintya, putri

nafisah. Terima kasih telah menjadi sahabat ku sejauh ini. Semoga pertemanan

kita akan terus berjalan sampai kapanpun.

20. Teman-teman KKN Desa dermaga Bom Kec.Kalianda. Terima kasih atas kerja

sama yang terjalin selama masa KKN.

21. Untuk Almamater Tercinta, Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah

menjadi saksi bisu dari perjalanan ini hingga menuntunku menjadi orang yang

lebih dewasa dalam berfikir dan bertindak. Serta semua pihak yang tidak dapat

(17)

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas bantuan dan dukungan yang telah

diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk menambah

wawasan keilmuan bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Bandar Lampung, 22 April 2015

Penulis,

(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan suatu negara ditentukan oleh kemampuan dan keberhasilannya dalam

melaksanakan pembangunan dan kemakmuran rakyat. Indonesia merupakan

negara terkaya di Asia dilihat dari keanekaragaman kekayaan sumberdaya

alamnya. Tapi Indonesia malah di tetapkan sebagai negara yang miskin salah

satunya disebabkan rapuhnya moral dan tingkat kejujuran dari aparat

penyelenggara negara yang menyebabkan terjadinya korupsi.

Korupsi merupakan salah satu dari sekian istilah yang sangat akrab di telinga

masyarakat Indonesia, hampir setiap hari media massa memberitakan berbagai

kasus korupsi yang dilakukan oleh aparatur negara baik pegawai negeri ataupun

pejabat negara. Dalam kepustakaan kriminologi, korupsi merupakan salah satu

kejahatan jenis “white collar crime” atau kejahatan kerah putih. Akrabnya istilah

korupsi di kalangan masyarakat telah menunjukkan tumbuh suburnya perhatian

masyarakat terhadap korupsi, “white collar crime” mampu menarik perhatian

masyarakat karena para pelakunya adalah orang-orang yang dipersepsikan oleh

masyarakat sebagai orang-orang terkenal atau cukup terpandang namun

(19)

2

Sebagaimana dikatakan oleh Mien Rukmini bahwa korupsi digolongkan sebagai

kejahatan luar biasa (extra ordinary crime). Tidak saja karena modus dan teknik

yang sistematis, akibat yang ditimbulkan kejahatan korupsi bersifat pararel dan

merusak seluruh sistem kehidupan, baik dalam bidang ekonomi, politik,

sosial-budaya dan bahkan sampai pada kerusakan moral serta mental masyarakat.1

Timbulnya kejahatan jenis seperti ini menunjukan bahwa sudah tidak hanya

kemiskinan saja yang menjadi penyebab timbuknya kejahatan, melainkan

faktor kemakmuran dan kemewahan merupakan faktor pendorong

orang-orang melakukan kejahatan.2

Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

(selanjutnya disingkat dengan UUPTPK) dinyatakan bahwa yang dimaksud

dengan tidak pidana korupsi adalah setiap orang yang secara melawan hukum

melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain yang suatu

korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Kemudian dalam Pasal 3 UUPTPK dijelaskan bahwa tindak pidana korupsi juga

dapat merupakan setiap orang yang dengan sengaja menguntungkan diri sendiri

atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan

atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat

merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

1

Mien Rukmini, Aspek Hukum Pidana dan Kriminologi, Alumni, Bandung, 2009, hlm. 111 2

(20)

3

Pemberantasan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh pemerintah sampai saat

ini masih terus bergulir, namun walaupun berbagai strategi telah dilakukan,

perbuatan korupsi masih tetap saja merebak di berbagai sektor kehidupan. Bahkan

diyakini bahwa terpuruknya perekonomian Indonesia dalam beberapa tahun

terakhir ini penyebab terbesarnya adalah perilaku korupsi yang telah merasuk ke

seluruh kehidupan yang telah berjalan puluhan tahun dan terjadi tidak saja di

birokrasi atau pemerintahan tetapi juga sudah merambah ke kalangan korporasi

termasuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Kebijakan pemerintah Indonesia didalam menanggulangi kasus korupsi di

lingkungan pejabat negara yang lebih mengedepankan cara administratif dengan

analisa moralisnya yaitu dengan menaikkan gaji PNS telah beberapa kali

dilakukan. Baru-baru ini dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 22

Tahun 2013 tentang Kenaikan Gaji Pokok PNS sebagai pengganti dari Peraturan

Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 yang mulai berlaku pada 13 April 2013 telah

memastikan bahwa gaji pokok dari para PNS akan naik dengan kisaran 7% dari

gaji semula Setelah sebelumnya pada 2010 juga mengalami kenaikan sebesar

10%. Kebijakan kenaikan gaji PNS yang dilakukan oleh pemerintah selain sebagai

upaya untuk memberikan kesejahtraan kehidupan PNS, juga merupakan upaya

untuk dapat mencegah tindakan korupsi yang dilakukan oleh PNS bahkan

pemerintah memberikan sertifikasi kepada semua guru sebagai tunjangan agar

(21)

4

Namun kenyataannya kenaikan gaji PNS tersebut tidak mampu mereduksi jumlah

PNS yang terjerat kasus korupsi, baik yang ditemukan oleh Kepolisian, Kejaksaan

maupun Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Dengan sifat kebinatangan dari

manusia yang tak pernah merasa cukup, maka membuat upaya pemerintah untuk

menekan angka tindakan korupsi di lingkungan pejabat pemerintah dengan

melakukan kenaikan gaji PNS nampaknya belum membuahkan hasil yang

maksimal.

Program dana Bantuan Oprasional Sekolah (BOS) merupakan bantuan dari

pemerintah untuk mengalokasikan anggaran cukup besar bertujuaan untuk

program belajar 12 tahun yang dicanangkan oleh pemerintah agar siswa miskin

dapat memperoleh pendidikan yang layak dan pendidikan yang sama. Sehingga

dapat terlahir anak bangsa yang cerdas dan kreatif. Dana BOS diberikan pada

seluruh siswa khususnya siswa miskin yang tidak mampu bersekolah.

Dana BOS yang diberikan untuk sekolah juga perlu dikelola dengan baik. Salah

satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan program dana BOS adalah

pengelolaan dana dan segala sumberdaya yang ada dalam program dana BOS.

Namun bantuan untuk siswa miskin ini malah disalahgunakan, banyak sekali

muncul oknum yang memanfaatkan setiap dana BOS yang di berikan pemerintah

untuk memenuhi kebutuhan egoisme atau hasrat diri pelaku untuk melakukan

korupsi. Dengan adanya kewenangan dan kesempatan yang dimiliki dapat

mempermudah kejahatan korupsi itu sendiri terjadi. Korupsi tidak lagi

(22)

5

keji itulah yang telah menutup mata koruptor untuk melakukan kejahatan dengan

cara apapun, tidak peduli hak siapa yang diambil.

Kejahatan korupsi yang dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten

Tulang Bawang salah satunya adalah kejahatan korupsi berupa dana Bantuan

Oprasional Sekolah. Contoh kasus yang ada kemudian tersangkanya dijatuhi

sanksi pidana akibat perbuatannya tersebut. Sebagai contoh pelaku tindak pidana

korupsi dapat dilihat terhadap Putusan Nomor: 42/Pid./TPK/2013/PN.TK

terhadap terdakwa Eni Lina Kusmiati, S.Pd yang dengan memanfaatkan

kewenangan dan kesempatannya selaku Kepala SDN 02 Sido Mukti Kecamatan

Gedung Aji Baru Kabupaten Tulang Bawang dengan cara tidak menggunakan

dana Bantuan Oprasional Sekolah (BOS) untuk SDN 02 Sido Mukti Kecamatan

Gedung Aji Baru Kabupaten Tulang Bawang sesuai dengan peruntukannya. Di

mana kemudian hakim menjatuhkan pidana oleh karena itu kepada terdakwa

dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun 1 (satu) bulan dan Menghukum

terdakwa untuk membayar uang pengganti sebesar Rp. 16.020.000,- (enam belas

juta dua puluh ribu rupiah).

Dapat kita ketahui Eni Lina Kusmiati adalah seorang Kepala Sekolah yang terpilh

dan dipercayai pemerintah karena di anggap sebagai pribadi yang baik untuk

menjadi tauladan sehingga di berikan kepercayaan untuk menjadi Kepala Sekolah,

dan dapat kita ketahui seorang kepala sekolah mempunyai gaji yang sangat cukup

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya ditambah lagi ia adalah seorang istri yang

(23)

6

baginya untuk menghidupi keluarganya melainkan hanya membantu suaminya

dalam mencari uang.

Keserakahan yang ada pada pemegang kekuasaan memunculkan sifat korupsi itu

sendiri. Di sebabkan karena adanya kesempatan melakukan kecurangan demi

memenuhi kebutuhan hidup yang sangat banyak. Akibat dari ketidak tegasan

konsekuensi yang di berikan untuk pelaku kecurangan maka kini korupsi mudah

dilakukan oleh siapapun. Agama telah gagal menjadi pedemoan petunjuk moral

bangsa dalam mencegah korupsi karena perilaku masyarakat yang memeluk

agama itu sendiri. Pemeluk agama menganggap agama hanya berkutat pada

masalah bagaimana cara beribadah saja. Sehingga agama tidak berfungsi dalam

petunjuk sosial.

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana dikemukakan di atas, maka

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang kemudian dituangkan dalam

bentuk penelitian skripsi dengan judul “Analisis Kriminologis Terhadap

Kejahatan Korupsi Dana Bantuan Oprasional Sekolah di Kabupaten Tulang

Bawang (Putusan Nomor: 42/Pid./TPK/2013/PN.TK)”.

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian

1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang jadi permasalahan yaitu :

a. Apakah faktor penyebab terjadinya korupsi dana Bantuan Oprasional Sekolah

(24)

7

b. Bagaimanakah upaya penanggulangan terjadinya korupsi dana Bantuan

Oprasional Sekolah di Kabupaten Tulang Bawang?

2. Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian dapat lebih terfokus dan terarah sesuai dengan penulis maksud,

maka sangat penting dijelaskan terlebih dahulu ruang lingkup penelitian termasuk

kedalam kajian hukum pidana. Ruang lingkup tempat penelitian dibatasi pada

wilayah hukum Kejaksaan Negeri Lampung, Pengadilan Negeri Kelas 1A

Tanjung Karang, dan Fakultas Hukum Universitas Lampung, penelitian di

lakukan pada tahun 2015, mengenai Analisis Kriminologis Terhadap Korupsi

dana BOS di Kabupaten Tulang Bawang.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui, memahami dan menganalisis faktor penyebab terjadinya

korupsi dana BOS di Kabupaten Tulang Bawang.

b. Untuk mengetahui, memahami dan menganalisis upaya penanggulangan

terjadinya korupsi dana BOS di Kabupaten Tulang Bawang.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Secara Teoritis

1. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu

(25)

8

2. Dapat mengembangkan kemampuan berkarya ilmiah dengan daya nalar

dan acuan sesuai dengan ilmu yang dimiliki guna mengungkapkan suatu

permasalahan secara objektif melalui metode ilmiah.

b. Kegunaan Praktis

Secara praktis, penelitian ini berguna sebagai penambah wawasan berfikir

penulis tentang hukum pidana khususnya mengenai kejahatan korupsi melalui

dalam sudut pandang kriminologis.

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual

1. Kerangka Teoritis

Kriminologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari kejahatan dari

berbagai aspek. Kata kriminologis pertama kali dikemukakan oleh P. Topinard

(1830-1911), seorang ahli antropologi Perancis. Kriminologi terdiri dari dua suku

kata yakni kata “crime” yang berarti kejahatan dan “logos” yang berarti ilmu

pengetahuan, maka kriminologi dapat berarti ilmu tentang kejahatan. Sedangkan

kejahatan merupakan suatu tindakan bersifat merugikan dan menimbulkan banyak

ketidaktenangan dalam suatu masyarakat.

Adapun teori-teori yang berkaitan dalam penelitian ini adalah mencakup teori

sebab terjadinya kejahatan :

a. Teori aktivitas rutin

Sebuah sub-bidang dari kriminologi pilihan rasional. Dikatakan bahwa

kriminalitas adalah normal dan tergantung pada kesempatan-kesempatan

(26)

pelanggaran-9

pelanggaran kelas berat, pemangsa-pemangsa super, para residivis atau

orang-orang jahat. Kejahatan membutuhkan kesempatan.

b. Teori Ekologis

Sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara mahluk

hidup dengan lingkungannya. yang berarti sebab-sebab kejahatan ialah

bahwa kejahatan itu timbul diantaranya karena faktor lingkungan

disekitarnya.

c. Teori Faktor Ekonomi :

Kejahatan yang sering terjadi dalam bidang ekonomi, hubungan antara

kemiskinan dan status ekonomi yang rendah berdasarkan perbedaan antara

daerah tempat kediaman para penjahat dan bukan penjahat akan tetapi

dapat di sebabkan pula oleh adanya hubungan antara kemiskinan dan

status Ekonomi pada periode waktu yang berlainan.

d. Teori Differential Association

Ialah teori yang hendak mencari dan menemukan bagaimana nilai-nilai

dan norma-norma dimaksud dapat di komunikasikan atau di alihkan dari

kelompok masyarakat yang satu kepada kelompok masyarakat yang lain. 3

Barda Nawawi mengemukakan upaya perlindungan masyarakat yang dapat di

tempuh dengan dua cara yaitu:

a. Jalur Penal yaitu: dengan menerapkan hukum pidana. penanggulangan

kejahatan melalui jalur penal lebih menitik beratkan pada sifat represif

(penumpasan/penindasan/pemberantasan) sesudah kejahatan terjadi.

Upaya represif adalah upaya yang dilakukan untuk menghadapi pelaku

3

(27)

10

kejahatan seperti dengan pemberian hukuman sesuai dengan hukum yang

berlaku dimana tujuan di berikan hukuman agar pelaku jera.

b. Jalur nonpenal yaitu: dengan cara diselesaikan di luar hukum pidana dan

sarana-sarana non-penal. Non-penal lebih menitikberatkan pada sifat

preventif (pencegahan) sebelum kejahatan terjadi. 4

2. Konseptual

Kerangka konseptual adalah susunan dari beberapa konsep sebagai satu kebulatan

yang utuh sehingga terbentuk suatu wawasan untuk dijadikan landasan, acuan dan

pedoman dalam penelitian atau penulisan. Sumber konsep adalah undang-undang,

buku/karya tulis, laporan penelitian, ensiklopedia, kamus dan fakta/peristiwa.5

Adapun kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui

keadaan yang sebenarnya.6

2. Kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan menyelidiki gejala

kejahatan seluas-luasnya. 7

3. Korupsi adalah melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri,

menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau korporasi menyalahkan

wewenang maupun kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan

4

Barda Nawawi Arif, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana dalam Penanggulangan Kejahatan, Jakarta: Kencana, 2010, hlm. 42.

5

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hlm. 78

6

Kamus Besar Bahasa Indonesia,2001,hlm.43 7

(28)

11

atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian

negara. 8

4. Dana Bantuan Oprasional Sekolah merupakan aliran dana yang di berikan

oleh pemerintah untuk membantu kelangsungan peningkatan mutu sekolah. 9

E. Sistematika Penulisan

Dalam upaya memudahkan maksud dari penelitian ini serta dapat dipahami, maka

penulis membaginya ke dalam V (lima) Bab secara berurutan dan saling

berhubungan yaitu sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN

Bab ini memuat uraian dari latar belakang masalah, permasalahan dan ruang

lingkup penelitian, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka konsepsional

serta sistematika penulisan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan tentang tindak pidana korupsi, tinjauan umum tentang

kriminologi dan objek kriminologi, pengertian kejahatan, dan upaya

penanggulangan kejahatan.

III. METODE PENELITIAN

Bab ini merupakan metode penelitian yang menguraikan langkah-langkah

atau cara yang dilakukan dalam penelitian, yang meliputi pendekatan

masalah, sumber dan jenis data, prosedur pengumpulan dan pengolahan data

serta analisa data.

8

Pasal 2 ayat (1) UUPTPK 9

(29)

12

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada Bab ini memuat pembahasan berdasarkan hasil penelitian dari pokok

permasalahan mengenai faktor penyebab terjadinya kejahatan korupsi dana

Bantuan Oprasional Sekolah di Kabupaten Tulang Bawang dan upaya

penanggulangan terjadinya kejahatan korupsi dana Bantuan Oprasional

Sekolah di Kabupaten Tulang Bawang.

V. PENUTUP

Pada Bab ini dibahas mengenai kesimpulan yang merupakan jawaban

permasalahan berdasarkan hasil penelitian serta pemberian saran

berdasarkan kesimpulan sebagai alternatif dalam menyelesaikan

permasalahan di masa yang akan datang.

(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kejahatan Korupsi

1. Pengertian kejahatan Korupsi

Korupsi berasal dari bahasa latin corruptio atau corruptus, yang berarti perbuatan

busuk, buruk, bejat, tidak jujur, dapat disuap, tidak bermoral, menyimpang dari

kesucian.12 Corruptio berasal dari kata corrumpere, suatu kata latin yang lebih

tua. Dari bahasa Latin itulah turun ke banyak bahasa Eropa seperti Inggris yaitu

corruption, corrupt; Perancis yaitu corruption; dan Belanda yaitu corruptie,

korruptie. Dari bahasa Belanda inilah kata itu turun ke bahasa Indonesia yaitu

korupsi.13

Budaya korupsi di Indonesia pada prinsipnya, dilatar belakangi oleh adanya

kepentingan atau motif kekuasaan dan kekayaan. Yang bisa memelihara perang

antar saudara bahkan hingga tujuh turunan saling membalas dendam berebut

kekuasaan.

12

Ilham Gunawan, Postur Korupsi di Indonesia, Tinjauan Yuridis, Sosiologis, Budaya, dan Politis, Angkasa, Bandung, 1990, hlm. 8

13

(31)

14

Pasal 2 ayat (1) UUPTPK dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan tindak pidana

korupsi adalah setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan

memperkaya diri sendiri atau orang lain yang suatu korporasi yang dapat

merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Kemudian dalam Pasal 3

UUPTPK juga dijelaskan bahwa tindak pidana korupsi juga dapat merupakan

setiap orang yang dengan sengaja menguntungkan diri sendiri atau orang lain

atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana

yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan

negara atau perekonomian negara. Selanjutnya pada Pasal 4 UUPTPK dijelaskan

bahwa pengembalian keuangan negara atau perekonomian negara tidak

menghapuskan dipidananya pelaku tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 2 dan Pasal 3.

Kemudian pada Pasal 9 UUPTPK dinyatakan tindak pidana sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 416 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, dipidana

dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling dan paling lama 5

(lima) tahun dan denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)

dan paling banyak Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).

Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan yang dilakukan oleh setiap subyek

hukum, baik orang maupun badan hukum yang secara langsung maupun tidak

langsung terkait dengan penyalahgunaan keuangan negara. Akibat tindak pidana

korupsi berdampak sangat luas, bukan hanya menyangkut keuangan negara, tetapi

(32)

15

Terpuruknya perekonomian dan pembangunan di Indonesia yang terus menerus

pada saat ini mempengaruhi sendi-sendi kehidupan di dalam masyarakat, berbangsa

dan bernegara.

Baharuddin Lopa mengutip pendapat dari David M. Chalmers, menguraikan arti

istilah korupsi dalam berbagai bidang, yakni yang menyangkut masalah

penyuapan, yang berhubungan dengan manipulasi di bidang ekonomi, dan yang

menyangkut bidang kepentingan umum.14

Makna korupsi secara sosiologis dikaji oleh Martiman Prodjohamiodjojo yang

mengatakan bahwa “Terjadi korupsi adalah apabila seorang pengawai negeri

menerima pemberian yang disodorkan oleh seorang dengan maksud

mempengaruhinya agar memberikan perhatian istimewa pada

kepentingan-kepentingan sipemberi. Kadang-kadang juga berupa perbuatan menawarkan

pemberian uang hadiah lain yang dapat menggoda pejabat. Termasuk dalam

pengertian ini juga pemerasan yakni permintaan pemberian atau hadiah seperti itu

dalam pelaksanaan tugas-tugas publik yang mereka urus bagi keuntungan mereka

sendiri”.15

Mengingat aspek yang luas itu, sering dinyatakan bahwa korupsi termasuk atau

terkait juga dengan “economic crime”, “organized crime”, “illicit drug

trafficking”, “money laundering”, “white collar crime”, “political crime”, “top hat

14

Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, hlm. 9 15

(33)

16

crime” (atau “crime of politician in office”) dan bahkan dimasukkan juga dalam

salah satu bentuk “transnational crime”.16

Memahami pengertian korupsi juga bukan sesuatu hal yang mudah. Berdasarkan

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Korupsi,

kebiasaan berperilaku koruptif yang selama ini dianggap sebagai hal yang wajar

dan lumrah dapat dinyatakan sebagai tindak pidana korupsi. Seperti gratifikasi

(pemberian hadiah) kepada penyelenggara negara dan berhubungan dengan

jabatannya, jika tidak dilaporkan ke KPK dapat menjadi salah satu bentuk tindak

pidana korupsi. Mengetahui bentuk/jenis perbuatan yang bisa dikategorikan

sebagai korupsi adalah upaya dini untuk mencegah agar seseorang tidak

melakukan korupsi kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau

perekonomian negara.

Kebijakan pemerintah Indonesia didalam menanggulangi kasus korupsi di

lingkungan pejabat negara yang lebih mengedepankan cara administratif dengan

analisa moralisnya yaitu dengan menaikkan gaji PNS telah beberapa kali

dilakukan. Baru-baru ini dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 22

Tahun 2013 tentang Kenaikan Gaji Pokok PNS sebagai pengganti dari Peraturan

Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 yang mulai berlaku pada 13 April 2013 telah

memastikan bahwa gaji pokok dari para PNS akan naik dengan kisaran 7% dari

gaji semula Setelah sebelumnya pada 2010 juga mengalami kenaikan sebesar

10%. Kebijakan kenaikan gaji PNS yang dilakukan oleh pemerintah selain sebagai

16

Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana dalam

(34)

17

upaya untuk memberikan kesejahtraan kehidupan PNS, juga merupakan upaya

untuk dapat mencegah tindakan korupsi yang dilakukan oleh PNS.

Namun kenyataannya kenaikan gaji PNS tersebut tidak mampu mereduksi jumlah

PNS yang terjerat kasus korupsi, baik yang ditemukan oleh Kepolisian, Kejaksaan

maupun Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Dengan sifat keburukan dari

manusia yang tak pernah merasa cukup, maka membuat upaya pemerintah untuk

menekan angka tindakan korupsi di lingkungan pejabat pemerintah dengan

melakukan kenaikan gaji PNS nampaknya belum membuahkan hasil yang

maksimal.

B. Tinjauan Umum tentang Kriminologi

1. Pengertian Kriminologi

Banyak literatur-literatur tentang kriminologi yang memberikan batasan atau

pengertian tentang kriminologi. Tujuan dari pemberian definisi tersebut adalah

untuk menunjukkan objek serta identitas suatu ilmu. Mengenai hal tersebut,

Wolfgang berpendapat, bahwa krimimologi harus dipandang sebagai pengetahuan

yang berdiri sendiri, karena kriminologi telah mempunyai data-data yang teratur

secara baik dan konsep teoritis yang menggunakan metode-metode ilmiah.

Dengan kedudukan seperti itu tidak dipungkiri bahwa adanya hubungan yang

seimbang dalam menyokong pengetahuan akan timbul dengan berbagai lapangan

ilmu. Kedudukan sosiologi, psikologi, psikiatri, hukum, sejarah dan ilmu-ilmu

(35)

18

kepada kriminologi tidak mengurangi peranan kriminologi sebagai suatu subjek

yang berdiri sendiri yang didasarkan atas penelitian ilmiah.

Kriminologi yang seperti halnya disiplin ilmu lainnya menghendaki pembatasan

atau definisi. Sebagai suatu bidang ilmu tersendiri, kriminologi memiliki objek

tersendiri. Suatu bidang ilmu harus memiliki objek kajiannya sendiri, baik objek

materiil maupun formil. Pembeda antara bidang ilmu yang satu dengan bidang

ilmu yang lain adalah kedudukan objek formilnya. Tidak ada suatu ilmu yang

memiliki objek formil yang sama, sebab apabila objek formilnya sama maka ilmu

itu adalah sama.

Kriminologi sebagai disiplin ilmu adalah suatu kesatuan pengetahuan ilmiah

mengenai kejahatan sebagai gejala sosial dengan tujuan untuk memperoleh

pengetahuan dan pengertian mengenai masalah kejahatan, dengan menggunakan

metode-metode ilmiah dalam mempelajari dan menganalisa pola-pola dan

faktor-faktor kausalitas yang berhubungan dengan kejahatan dan penjahat, serta sanksi

sosial terhadap keduanya.

Mengenai ruang lingkup kriminologi para sarjana memberikan definisi

sendiri-sendiri seperti berikut ini :

1. Edwin H. Sutherland di dalam bukunya yang berjudul “principles of criminology” mengatakan bahwa, kriminologi adalah keseluruhan pengetahuan yang membahas kejahatan sebagai suatu gejala sosial. dalam skop pembahasan ini, termasuk proses-proses pembuatan undang-undang, pelanggaran undang-undang dan reaksi terhadap pelanggaran undang-undang. Proses-proses ini meliputi tiga aspek yang merupakan suatu kesatuan hubungan-hubungan sebab akibat yang saling mempengaruhi. 17

17

(36)

19

2. M.P. Vrij menyatakan bahwa kriminologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari kejahatan. Mula-mula mempelajari kejahatan itu sendiri, kemudian sebab-sebab serta akibat dari pada kejahatan tersebut.18

3. J. Constant melihat kriminologi itu suatu pengetahuan pengalaman yang bertujuan menentukan faktor yang menyebabkan terjadinya kejahatan dan penjahat. Dalam hal ini diperhatikan baik faktor-faktor sosiologis dan ekonomis,maupun faktor-faktor individu psikologis.19

C. Kejahatan

1. Pengertian Kejahatan

Pokok penyelidikan kriminologi sebagaimana ternyata dalam uraian-uraian di atas

adalah kejahatan, yang artinya kejahatan yang dilakukan dan orang-orang yang

melakukannya. Pengertian kejahatan secara sosiologis yaitu adanya cakupan yang

cukup luas dari pada pengertian secara yuridis. Jikalau dalam pengertian yuridis

yang masuk kejahatan itu terbatas hanya pada perbuatan-perbuatan yang

bertentangan dengan moral kemanusiaan (immoril), merugikan masyarakat (anti

sosial) yang telah dirumuskan dan ditentukan oleh undang-undang pidana saja,

maka kalau dalam penegrtian sosiologis, selain itu, kejahatan juga meliputi

tingkah laku manusia, walaupun tidak atau belum ditentukan oleh undang-undang.

Pada hakekatnya oleh warga masyarakat dirasakan dan ditafsirkan sebagai tingkah

laku atau perbutan yang secara ekonomis, maupun secara psikologis, menyerang

atau merugikan masyarakat, dan melukai perasaan susila dalam kehidupan

(37)

20

2. Dasar Hukum Tindak Pidana Korupsi

Berdasarkan ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang tindak pidana korupsi,

dapat diamati bahwa sebenarnya perangkat hukum yang telah dibuat oleh

pemerintah bersama-sama dengan pihak legislatif untuk menangani masalah

tindak pidana korupsi sudah cukup untuk menjerat pelaku tindak pidana korupsi,

namun ternyata dalam kenyataannya perangkat hukum berupa undang-undang dan

peraturan-peraturan yang ada belum dapat memberikan efek jera kepada pelaku

tindak pidana korupsi, bahkan tidak jarang pelaku korupsi tersebut adalah

orang-orang yang seharusnya menjadi penegak hukum di bidang tindak pidana korupsi.

Tindak pidana korupsi di Indonesia semenjak bergulirnya reformasi pada tahun

1998 tumbuh dan berkembang dengan pesat, hal ini disebabkan Indonesia belum

begitu banyak mengalami perubahan yang berarti dalam arti yang positif, terutama

reformasi di bidang hukum lebih subsidair pada masalah korupsi. Sorotan

masyarakat internasional dalam masalah korupsi yang mendudukkan Indonesia

sebagai salah satu negara terkorup di dunia yang disebabkan oleh tidak baiknya

kinerja aparat hukum kita yang peduli terhadap penegakan hukum dalam kasus

korupsi, sehingga jarang sekali pelaku tindak pidana korupsi kasusnya sampai

tuntas diselesaikan, atau kalaupun dijatuhi hukuman, sanksi pidananya terlalu

ringan dibandingkan akibat yang ditimbulkan. Kondisi ini diperparah karena

disebabkan cerdiknya si pelaku dalam mengelabui aparat hukum dan/atau

(38)

21

dijatuhkan, enggan datang ke persidangan hingga adanya tersangka yang

menghilang tanpa jejak.

Berkaitan dengan korupsi dana BOS maka faktor penyebab terjadinya korupsi

antara lain :

a. Kurangnya gaji pegawai negeri sipil dibandingkan kebutuhan yang semakin

hari semakin meningkat.

b. Latar belakang kebudayaan atau kultur Indonesia yang merupakan sumber

atau sebab meluasnya korupsi.

c. Manajemen yang kurang baik dan kontrol yang kurang efektif dan efisien

yang akan memberikan peluang orang untuk korupsi.

d. Modernisasi mengembangbiakkan korupsi.21

Untuk mencegah terjadinya tindak pidana korupsi, pemerintah bersama-sama

dengan pihak legislatif telah menyusun berbagai peraturan mengenai tindak

pidana korupsi, antara lain sebagai berikut :

1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara

yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepostime (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran

Negara RI Nomor 3851).

2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Tahun 1999 Nomor 140,

21

(39)

22

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3874) yang telah mengubah

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971.

3. Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150).

4. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002

Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Nomor 4250).

5. TAP MPR Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang

Bersih dan Bebas KKN.

6. Inpres Nomor 11 Tahun 2005 tentang Tim Koordinasi Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi.

Berdasarkan uraian tentang dasar hukum dalam mencegah terjadinya tindak

pidana korupsi sebagaimana diuraikan di atas, sebenarnya aturan hukum guna

mencegah hal tersebut sudah cukup untuk mencegah terjadinya tindak pidana

korupsi, namun ternyata dalam kenyataannya perangkat hukum berupa

undang-undang dan peraturan-peraturan yang ada belum dapat memberikan efek jera

kepada pelaku tindak pidana korupsi, bahkan tidak jarang pelaku korupsi tersebut

adalah orang-orang yang seharusnya menjadi penegak hukum di bidang tindak

(40)

23

D. Faktor Penyebab Kejahatan Korupsi

Kejahatan kini dapat dilakukan setiap masyarakat dengan tidak memperdulikan

akibat yang akan timbulkan. Mengenai teori sebab-sebab kejahatan korupsi di

sebabkan berapa beberapa faktor yang menjadi latar belakang timbulnya kejahatan

korupsi antar lain :

1. Kemiskinan, pengangguran dan sistem penddikan yang tidak serasi

2. Mengendurnya ikatan sosial dan keluaraga

3. Kadang kondisi yang menyulitkan bagi orang-orang yang berimigrasi ke

kota-kota atau negara.

4. Konsentrasi kekuasaan di pengambil keputusan yang tidak bertanggung

jawab langsung kepada rakyat.

5. Kurangnya transparansi di pengambilan keputusan pemerintah.

6. Proyek yang melibatkan uang rakyat dalam jumlah besar.

7. Timbulnya motif-motif kejahatan yang beranekaragam yang memungkinkan

masyarakat meniru kejahatan yang sama

8. Adanya persaingan di dalam masyarakat

9. Gaji pegawai pemerintah yang sangat kecil.

10. Munculnya rasa ingin memiliki dan rasa iri dalam diri sehingga melakukan

berbagai upaya untuk memenuhi hasrat pelaku.

E. Dana Bantuan Oprasional Sekolah (BOS)

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal

(41)

24

mengikuti pendidikan dasar. Pasal 34 ayat 2 menyatakan bahwa Pemerintah dan

Pemerintah Daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada

jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya. Pasal 34 ayat 3 menyatakan

bahwa wajib belajar merupakan tanggungjawab Negara yang diselenggarakan

oleh lembaga pendidikan Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Masyarakat.

Konsekuensi dari amanat tersebut adalah Pemerintah berkewajiban memberikan

layanan pendidikan dan membiayai pelaksanaan program pendidikan, bagi peserta

didik pada tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP)

serta satuan pendidikan lain yang sederajat.

Salah satu upaya untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pendidikan

bermutu, yang mendapat alokasi anggaran cukup besar adalah program Bantuan

Operasional Sekolah atau dikenal dengan BOS. BOS merupakan suatu program

pemerintah untuk membantu penyediaan pendanaan biaya operasional

nonpersonalia sekolah. Program Bantuan Operasional Sekolah dikomandani oleh

Departemen Pendidikan Nasional, yang mana dalam pelaksanaannya, penyaluran

dan pengelolaan dana BOS wajib berpedoman pada Buku Petunjuk Teknis

Penggunaan dana BOS yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional

dan Departemen Agama sebagai departemen teknis yang bertanggungjawab dalam

(42)

25

F. Upaya Penanggulangan Kejahatan Korupsi

Penegakan hukum adalah suatu proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan

hukum menjadi kenyataan penanggulangan UU No.2 Tahun 2001 termasuk

kebijakan kriminal sebagai usaha yang rasional dari rakyat untuk menanggulangi

kejahtan. Pasal 75 undang-undang tindak pidana pencucian uang telah

memerintahkan penegak hukum untuk menggabungkan pasal Tindak Pidana

Pencucian Uang (TPPU) dengan Tindak Pidana Korupsi ada empat keuntungan

yang dapat di peroleh dari penggabungan pasal Tindak Pidana Pencucian Uang

dengan Tindak Pidana Korupsi. Antara lain :

1. Penggabungan kedua pasal akan menjerat banyak aktor atau pelak tindak

pidana. Undang-undang tindak pidana pencucian uang memungkinkan

penegak hukum menjerat korporasi, pengendalinya, serta orang-orang yang

turut serta mempengaruhi korporasi.

2. Ancaman hukuman lebih maksimal baik itu pidana penjara maupun denda.

3. Penggabungan ini juga efektif dalam mengembalikan aset negara. Aset dalam

bentuk apapun bisa di sita penegak hukum.

4. Penggabungan kedua pasal pidana ini dinilai efektif dalam memiskinkan

koruptor.

Perencanan penanggulangan kejahatan di perlukan agar perundang-undangan

pidana menjadi sarana yang baik untuk menanggulangi kejahatan korupsi dan

(43)

26

Hukum pidana materil didalamnya dikenal masalah pokok yang menyangkut

tindak pidana, pertanggung jawaban dan sanksi pidana. Kebijakan

perundang-undangan merupakan kegiatan yang akan mendasari dan akan memeprmudah

penerapan maupun pelaksanaannya dalam rangka penegakan hukum pidana.

Barda Nawawi Arief mengemukakan, pencelaan mempunyai fungsi pencegahan

karena sebagai faktor yang dapat mempengaruhi prilaku. Hal itu diterima oleh

pelaku si pelaku memasuki kesadaran moralnya, yang akan meentukan tingkah

lakunya di masa mendatang.

Upaya yang paling tepat untuk menanggulangi kejahatan adalah dengan

memberikan pidana atau hukuman seberat-beratnya terhadap pelaku kejahatan.

Jika memang demikian, bidang hukum khususnya hukum pidana akan dianggap

sebagai jawaban yang paling tepat untuk memberantas kejahatan. Namun kini

masyarakat nampaknya tidak lagi menghawatirkan ancaman pidana yang berlaku

di karenakan hukum Indonesia yang sangat lemah maka usaha penanggulngan

menurut Wahju Muljono adalah :

1. Penembakan misterius yang dilakukan para resdivisi memang merupakan

tindakan tegas tindakan yang mengayomi rakyat dari rasa gelisah .

2. Penerapan secara tegas dan maksimal banyak aparat yang ragu dalam

pelaksanaan hukumnya,

3. Pemeriksaan jiwa yaitu salah satu penanggulangan kejahatan yang dapat di

(44)

27

4. Pengangkatan hakim yang baik dan adil menjadi salah satunya yang akan

menggambarkan betapa pentingnya lembaga peradilan bagi para pencari

keadilan.22

Penanggulangan Korupsi hendaklah jangan mengukur tingkat intensitas dan

volumenya hanya dari segi perundang-undangan pidana semata, melainkan harus

dalam kaitanya dengan berbagai aspek yang berpengaruh, seperti sifat

kepemimpinan dapat menjadi teladan atau tidak, mekanisme pengawasan dapat

berjalan efektif atau tidak dan hal lainnya. oleh karena itu penegakan hukum

pidana dengan pendekatan yang legalistik yang berorientasi represif hanya

merupakan pengobatan yang bersifat simptomatik dan tidak merupakan sarana

hukum yang ampuh untuk memberantas korupsi.

22

(45)

III. METODE PENELITIAN

Upaya untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam melakukan penelitian dibutuhkan metode ilmiah yang merupakan suatu cara yang digunakan dalam pelaksanaan suatu penelitian untuk mendapatkan data yang objektif dan akurat, dalam mengolah dan menyimpulkan serta memecahkan suatu masalah.

Dalam melakukan kegiatan penelitian, penulis melakukan kegiatan yang terdiri dari beberapa langkah, yaitu :

A. Pendekatan Masalah

Upaya menganalisa permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, penulis melakukan dua pendekatan masalah yaitu pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris guna untuk mendapatkan suatu hasil penelitian yang benar dan objektif.

1. Pendekatan Yuridis Normatif

Pendekatan yuridis normatif yaitu pendekatan dengan cara studi kepustakaan (library research) yaitu menelaah kaidah-kaidah hukum, peraturan, undang-undang, dan berbagai literatur yang kemudian dibaca, dikutip dan dianalisis.19

19

(46)

29

2. Pendekatan Empiris

Pendekatan empiris yaitu dengan meneliti serta menggumpulkan data primer yang telah diperoleh secara langsung melalui observasi dan wawancara dengan responden atau nara sumber di tempat objek penelitian yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini.20

B. Sumber dan Jenis Data

Penulis memerlukan keterangan-keterangan yang terkait dengan permasalahan yang berupa data. Adapun data yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil penelitian di lapangan secara langsung pada objek penelitian yang dilakukan di Kejaksaan Negeri Lampung, Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjungkarang, dosen bagian Hukum Pidana, dan pelaku Korupsi dengan cara observasi dan wawancara. 2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang digunakan dalam menjawab permasalahan pada penelitian ini melalui studi kepustakaan (library research) dengan cara membaca, mengutip, mempelajari dan menelaah literatur-literatur atau bahan-bahan yang ada.

Data sekunder terdiri dari 3 (tiga) bahan hukum, yaitu : a. Bahan Hukum Primer

20

(47)

30

Bahan hukum primer adaah bahan hukum yang mengikat sifatnya. Dalam penelitian ini, bahan hukum primer yang digunakan adalah :

1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Pemberlakuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Hukum Acara Pidana (KUHAP).

3) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

4) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

5) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

6) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

7) Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia.

8) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Pembaharuan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman Republik Indonesia.

(48)

31

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti buku-buku literatur dan karya ilmiah yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan-bahan hukum yang memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, antara lain Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Inggris, Kamus Hukum maupun majalah dan surat kabar/media cetak.

C. Penentuan Narasumber

Narasumber adalah orang memberi informasi yang kita inginkan. Kita dapat memberikan tanggapan terhadap informasi yang diberikan narasumber Dalam penelitian ini yang menjadi penentuan narasumber adalah sebagai berikut.

a. Jaksa Kejaksaan Negeri Bandar Lampung = 1 (satu) orang b. Hakim Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjungkarang = 1 (satu) orang

c. Dosen bagian Hukum pidana = 1 (satu) orang

d. Pelaku Korupsi = 1 (satu) orang

Jumlah = 4 (empat) orang

Metode penentuan sampel menggunakan metode purpossive sampling. Metode

(49)

32

maksud dan tujuan penelitian. Jadi anggota sampel diambil oleh peneliti sesuai dengan pertimbangan maksud dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Maka dalam penelitian ini sampel yang diambil sebanyak 4 (empat) orang responden penelitian.

D. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Prosedur Pengumpulan Data

Untuk melengkapi data guna pengujian penelitian ini, digunakan prosedur pengumpulan data yang terdiri dari :

a. Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mengadakan studi kepustakaan (library research), dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, mengutip dan menelaah literatur-literatur maupun peraturan perundang-undangan, serta bahan hukum lainnya yang menunjang dan berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas.

b. Data Primer

Pengumpulan data primer dilakukan melalui riset langsung di lapangan atau disebut studi lapangan (field research) yang dilakukan melalui :

1) Observasi (pengamatan)

(50)

33

penelitian di Kejaksaan Negeri Lampung, Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjungkarang, dosen bagian hukum pidana dan pelaku korupsi.

2) Wawancara (interview)

Pengumpulan data dengan mengadakan wawancara secara langsung (interview) dengan menggunakan daftar pertanyaan yang bersifat terbuka dimana wawancara tersebut dilakukan terhadap pihak-pihak yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini antara lain dengan Jaksa pada Kejaksaan Negeri Lampung, Hakim pada Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjungkarang dan dosen bagian hukum pidana yang dapat memberikan penjelasan yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian.

2. Prosedur Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, selanjutnya adalah pengolahan data, yaitu kegiatan merapikan dan menganalisa data tersebut, kegiatan ini meliputi kegiatan seleksi data dengan cara memeriksa data yang diperoleh melalui kelengkapannya. Klasifikasi atau pengelompokan data secara sistematis. Kegiatan pengolahan data dapat dilakukan sebagai berikut :

1) Editing data, yaitu memeriksa atau meneliti data yang keliru, menambah serta melengkapi data yang kurang lengkap.

(51)

34

3) Sistematisasi data, yaitu penempatan data pada tiap pokok bahasan secara sistematis hingga memudahkan interpretasi data.

E. Analisa Data

(52)

V. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah di kemukakan, maka

penulis akan memberikan kesimpulan sebagai hasil pembahasan tentang analisis

kriminologi korupsi dana anggaran sekolah di provinsi Lampung yaitu:

1. Faktor penyebab terjadinya korupsi dana BOS ada beberapa faktor pertama,

faktor moral dan agama yaitu berasal dari teori Differntial Association ialah

teori yang hendak mencari dan menemukan bagai mana nilai-nilai dan

norma-norma dimaksud dapat di komunikasikan atau dialihkan dari kelompok

masyarakat satu kepada kelompok masyarakat yang lainnya, kedua lemahnya

pengaturan dan pengawasan sehingga memberi peluang besar untuk

melakukan korupsi dana BOS. Hal ini termasuk teori aktivitas rutin dimana

kriminalitas adalah normal dan tergantung kepada kesempatan-kesempatan

yang tersedia.

2. Upaya penanggulangan penyebab kejahatan korupsi terhadap dana BOS yang

di lakukan kepala sekolah meliputi upaya penal dan non-penal. Upaya penal

berupa pemberian sanksi seberat-beratnya seperti pidana penjara, dan denda.

Upaya non-penal dilakukan melalui tindakan preventif berupa kegiatan

(53)

51

B. Saran

Saran yang akan diberikan penulis berkaitan dengan analisis kriminologis

terhadap korupsi dana BOS di Kabupaten Tulang Bawang sebagai berikut:

1. Sebaiknya keluarga merupakan sarana dalam pembentukan moral dan agama

yang baik bagi individu, menananmkan sifat-sifat keagaman sehingga

keluarga dapat mengontrol dan memberi pemahaman atau masukan terhadap

anggota keluaraganya agar tiadak terjerumus dalam kejahatan korupsi.

2. Mengenai upaya penanggulangan sebaiknya dilakukan dengan upaya penal

yaitu dengan melalui jalur hukum, serta penegakan hukum efektif yang tegas,

jujur, dan adil. Dengan tujuan menjerakan para koruptor dan menghimbau

masyarakat agar tidak melakukam hal yang sama seperti para koruptor. Dan

merubah sistem penyelenggaraan dana BOS beralih kepada sistem

(54)

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU-BUKU

Alam, A.S. Pengantar Kriminologi, Cetakan Ke-1, Pustaka Refleksi, Makassar, 2010.

Atmasasmita, Romli. Teori dan Kapita selekta Kriminologi, Eresso, Bandung, 1992.

Dirdjosisworo, Soedjono. Doktrin-doktrinKriminologi, Alumni,Bandung, 1986. Felson Marcus. Crime and Everyday life.Insight and Implications for society,

Thousands oaks: Pine Forge Press,1994

Hamzah, Andi. Pemberantasan Korupsi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006.

Hussein Alatas, Syed. Korupsi: Sifat, Sebab dan Fungsi, LP3ES, Jakarta, 1987. Lamintang, P.A.F Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti,

Bandung, 1997.

Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1993.

Muhammad, Abdulkadir. Hukum dan Penelitian Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004.

Mustafa, Muhammad. Kriminologi, Depok FISIP UI PRESS, 2007.

Nawawi Arief, Barda Kebijakan Hukum Pidana, Penerbit PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002.

__________ Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana dalam Penanggulangan Kejahatan, Kencana, Jakarta, 2007.

(55)

Rukmini, Mien. Aspek Hukum Pidana dan Kriminologi, Alumni, Bandung, 2009. Sahetapy, J.E. Pisau Analisa Kriminologi, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005. Santoso, Topo dan A. Zulfa, Eva. Kriminologi, Raja Grafindo Persada, Jakarta,

2001.

Soekanto, Soerjono dan Abdullah, Mustafa. Sosiologi Hukum dan Masyarakat, Rajawali, Jakarta, 1980.

__________ Kriminologi Suatu Pengantar, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1981.

Soesilo, R Kriminologi, Politeia, Bogor, 1985.

Suandi Hamid, Edi dan Sayuti, Muhammad. Menyingkap korupsi, Kolusi, Nepotisme di Indonesia, Aditya Media, Yogyakarta, 1999.

Sutherland, Edwin dan Donald R. Cressey, Principles of Criminology, Sixth Edition, Jp Lipponscott Company, New York, 1960.

Tongat, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia dalam Perspektif Pembaharuan, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang, 2008.

Yunara, Edi. Korupsi dan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Berikut Studi Kasus, PT. Citra Aditya Bhakti, Bandung, 2005.

B. UNDANG-UNDANG DAN PERATURAN LAINNYA

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Hukum Acara Pidana (KUHAP).

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang

Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI.

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

(56)

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Republik Indonesia.

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan KUHAP.

C. SUMBER LAIN

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2007.

Referensi

Dokumen terkait

Peserta BPJS kesehatan dapat me- layangkan gugatan terhadap Majelis Kode Etik Kedokteran, pengadilan dan terhadap pihak yang terkait, karena merasa dirugikan,

Metode yang diterapkan oleh guru di dalam kelas juga dapat mempengaruhi motivasi peserta didik, dimana guru menerapkan dengan cara mendengar yaitu guru

Dapat dilihat pada respon ketinggian Gambar 4.1, dengan parameter fuzzy yang telah di tuning waktu lama mendarat tanpa gangguan selama 8 detik, sedangkan pada saat

Tipe 4 Jawaban benar atau salah yang dengan jelas menunjukkan ciri-ciri karakteristik yang menonjol dari dua urutan tahap berpikir van Hiele dan mengandung

Kamu juga sudah mengetahui simbol dan bunyi sila ke-4 Pancasila.. Sambungkan garis putus-putus berikut agar membentuk simbol

Idealnya bila tiap wanita hamil mau memeriksakan kehamilannya, bertujuan untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang mungkin ada atau akan timbul pada kehamilan tersebut lekas

Tutkielman kielikäsitys pohjautuu funktionaaliseen näkökulmaan, jossa kieli nähdään sosi- aalisena ilmiönä ja vuorovaikutuksen välineenä. Kieltä luonnehtivat monitulkintaisuus ja

Hasil penelitian menunjukan Media simpan serbuk gergaji (M1) menunjukan bahwa mampu menyimpan entres selama 1 hari yang menghasilkan tingkat keberhasilan okulasi