ABSTRAK
ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP KORUPSI DANA BANTUAN OPRASIONAL SEKOLAH DI KABUPATEN TULANG BAWANG
Oleh
Anca Viriska Debby
Kejahatan yang sering terjadi beberapa tahun ini dan sangat berpengaruh besar bagi negara yaitu kejahatan korupsi. Korupsi merupakan kejahatan luar biasa merampas hak rakyat yang banyak menimbulkan kerugian negara. Bahkan sekarang telah sering terjadi korupsi yang dilakukan kepala sekolah dengan mengambil hak orang miskin dalam dana Bantuan Oprasional Sekolah (BOS) yang diperuntukan bagi pendidikan siswa wajib belajar 12 tahun. Apakah yang menjadi faktor penyebab terjadinya kejahatan korupsi dana BOS dan bagaimanakah upaya penanggulangan terjadinya korupsi dana BOS di Kabupaten Tulang Bawang.
Penelitian digunakan dengan pendekatan secara yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Sumber dan jenis data dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari studi lapangan dengan melakukan wawancara terhadap Hakim, Jaksa dan dosen Fakultas Hukum. Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan cara memeriksa dan mengoreksi data, setelah data diolah kemudian dianalisis secara analisis kualitatif guna memperoleh suatu kesimpulan yang memaparkan kenyataan yang diperoleh dari penelitian.
Anca Viriska Debby pengawasan. Upaya penanggulangan terjadinya korupsi dana BOS meliputi upaya penal dan non-penal. Upaya penal berupa pemberian sanksi pidana seperti pidana penjara, dan denda. Upaya non-penal dilakukan berupa kegiatan mengadakan penyuluhan hukum, resosialisasi, pelatihan moral, pelatihan sosial, pelatihan kegiatan keterampilan dan lain sebagainya.
Saran yang diberikan penulis adalah sebaiknya pembentukan pribadi melalui faktor intern yaitu keluarga yang berfungsi memberikan arahan dalam pembentukan moral dan agama, menanamkan sifat-sifat religius agar tidak mudah terjerumus dalam kejahatan korupsi. Mengenai upaya penaggulangan sebaiknya dilakukan dengan upaya penal yaitu dengan melalui jalur hukum, serta penegakan hukum efektif yang tegas, jujur, dan adil. Dengan tujuan menjerakan para koruptor dan menghimbau masyarakat agar tidak melakukam hal yang sama seperti para koruptor serta menata sistem baru untuk mencegah terjadinya kesempatan korupsi.
ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP KORUPSI DANA BANTUAN OPRASIONAL SEKOLAH DI KABUPATEN TULANG BAWANG
(Studi Putusan No. 42/Pid./TPK/2013/PN.TK Tahun 2013)
Oleh
ANCA VIRISKA DEBBY
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM
Pada
Bagian Hukum Pidana
Fakultas Hukum Universitas Lampung
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG
ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP KORUPSI DANA BANTUAN OPRASIONAL SEKOLAH DI KABUPATEN TULANG BAWANG
(Studi Putusan No. 42/Pid./TPK/2013/PN.TK Tahun 2013)
(Skripsi)
Oleh
ANCA VIRISKA DEBBY
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Permasalahan dan Ruang Lingkup ... 6
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7
D. Kerangka Teoritis dan Konseptual ... 8
E. Sistematika Penulisan ... 11
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kejahatan Korupsi ... 13
B. Tinjauan Umum tentang Kriminologi ... 17
C. Kejahatan ... 19
D. Faktor Penyebab Kejahatan Korupsi ... 23
E. Dana Bantuan Oprasional Sekolah ... 23
F. Upaya Penanggulangan Kejahatan Korupsi ... 25
III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah ... 28
B. Sumber dan Jenis Data ... 29
C. Penentuan Narasumber ... 31
D. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 32
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden ... 35 B. Faktor Penyebab Korupsi Dana Bantuan Oprasional
Sekolah ... 36 C. Upaya Penanggulangan Korupsi Dana Bantuan Oprasional
Sekolah ... 43
V. PENUTUP
A. Simpulan ... 50 B. Saran ... 51
MOTO
“Percayalah pada Tuhan seakan-akan Seluruhnya tergantung
kepadamu dan kerjakanlah sekuat tanganmu seakan-akan seluruhnya
tergantung pada Tuhan”
(
Denis Aris Wibowo
)
“Manusia itu akan terus di uji bahkan dengan penderitaan sekalipun
Dengan pengalaman itulah mereka akan menjadi lebih baik”
PERSEMBAHAN
Denga mengucap puji syukur kepada Allah SWT
Kupersembahkan karya sederhana ini melalui jerih payah ku kepada:
Mamiku Evi Idayati & Papiku Arwan Ismail
Atas segala curahan cinta, kasih sayang, doa serta pengorbanan yang takkan pernah terbalas
demi keberhasilan dan kesuksesanku.
Semoga Allah SWT membalas semua tetes keringat, air mata dan doa dalam setiap wujudnya
dengan kebahgian di dunia dan di akhirat.
Kakak-kakak ku Alvira dan Ardio
senantiasa menemaniku dengan keceriaan dan kasih sayang serta akan menjadi imam ku kelak.
Almamaterku tercinta
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada Tanggal 29 April
1993, yang merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara, dari
kasih sayang Ibundaku Hj. Evi Idayati dan Ayahandaku Drs.
H. Arwan Ismail,M.M.
Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 2 Teladan Bandar
Lampung, yang diseleaikan pada tahun 2005. Penulis melanjutkan Sekolah
Menengah Pertama Negeri 25 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun
2008, dilanjutkan dengan Sekolah Menengah Atas Negeri 10 Bandar Lampung,
yang diselesaikan pada tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas
Hukum Universitas Lampung melalui jalur Ujian Mandiri Perguruan Tinggi
Negeri (UMPTN) tertulis pada tahun 2011. Pada bulan januari sampai februari
tahun 2014 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Periode I di Desa
SANWACANA
Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur selalu penulis panjatkan kepada Allah
SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan
penulisan skripsi dengan judul “Analisis Kriminologis Terhadap Korupsi Dana
Bantuan Oprasional Sekolah di Kabupaten Tulang Bawang (Studi Putusan Pengadilan
Negeri Tanjung Karang No.42/Pid.TPK/2013/PN.TK)” sebagai salah satu syarat
mencapai gelar sarjana di Fakultas Hukum Universitas Lampung.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan,
petunjuk dan saran dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan
terima kasih yang tulus dari lubuk hati yang paling dalam kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng Prayitna Harianto, M.S. selaku Rektor Universitas
Lampung.
2. Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Lampung dan selaku Pembimbing Akademik yang senantiasa memberikan
pengarahan selama penulis kuliah di Fakultas Hukum Universitas Lampung.
3. Ibu Diah Gustiniati Maulani, S.H., M.H. selaku Ketua Bagian Hukum Pidana
Fakultas Hukum Universitas Lampung dan selaku Dosen Pembimbing I yang
telah memberikan masukan-masukan, ilmu-ilmu yang bermanfaat, dan
saran-saran selama proses perkuliahan dan terutama dalam penulisan skripsi ini
4. Bapak Tri Andrisman S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan masukan-masukan, ilmu-ilmu yang bermanfaat, dan saran-saran
selama proses perkuliahan dan khususnya dalam penulisan skripsi ini sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Ibu Nikmah Rosidah S.H., M.H. selaku Dosen Pembahas I yang telah
memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat, kritikan, masukan dan saran selama
proses perkuliahan dan khususnya dalam penulisan skripsi ini sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan.
6. Ibu Rini Fatonah, S.H., M.H selaku Dosen Pembahas II yang telah memberikan
ilmu-ilmu yang bermanfaat, kritikan, masukan dan saran selama proses
perkuliahan dan khususnya dalam penulisan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
7. M. Rama Erfan, Nelson Panjaitan, dan Eddi Rifai yang telah menjadi
narasumber-narasumber, memberikan izin penelitian, membantu dalam proses
penelitian untuk penyusunan skripsi ini.
8. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah mendidik,
menempa, dan memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama
kuliah di Fakultas Hukum Universitas lampung.
9. Teristimewa dan terkhusus kepada kedua orang tuaku tercinta Hj. Evi idayati dan
Drs.H.Arwan Ismail,M.M., yang telah merawat, membimbing, mendidik, dan
menyayangiku dari dalam kandungan sampai kapanpun agar penulis dapat
menggapai sukses di dunia tanpa meninggalkan dan melupakan akhirat. Skripsi
ini adalah persembahan pertama dari putri kalian, semua ini tiada sebanding
mudah-mudahan ini menjadi langkah awal bagi putri kalian untuk membalas budi baik
yang sangat besar yang telah kalian berikan selama ini, Amin.
10. Teristimewa pula kepada kakak-kakak ku Alvira Metha Viricia, S.H,M.H dan
Ardio Vanny Pratama,S.E. yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan doa
kepada penulis, serta menjadi pendorong semangat agar penulis terus berusaha
keras mewujudkan cita-cita dan harapan sehingga dapat membanggakan bagi
mereka berdua.
11. Seluruh keluarga besarku (umeh, unggang, oma ) yang telah memberikan doa,
dan motivasi, agar penulis dapat menyelesaikan kuliah di Universitas Lampung.
12. Denis Aris Wibowo yang telah bersedia meluangkan waktunya bersama
denganku,senantiasa mendampingi ku sejauh ini, membantu proses penulisan dari
awal hingga akhir dengan memberikan banyak masukan, doa, dukungan,
dorongan, semangat dan motivasi di hidupku. Serta sama-sama memiliki cita-cita
yang sangat tinggi untuk dapat diwujudkan di kemudian hari. Terima kasih atas
pembelajaran yang aku dapat hingga membuatku bisa menjadi lebih kuat dan
dewasa.
13. Tante-tante ku maksu Ricca Yulisnawati, bibi Wella Aroma, Mama itoh yang
selalu memberikan semangat serta saran yang berguna dalam penulisan ini.
14. Saudara-saudaraku: Sela, yoya, dek ayu, kak Eko, kak rido, Ayu, zia, raqila yang
selalu menjadikan motivasi serta memberikan semangat.
15. Ibu dan mba Ita yang selalu memberikan motivasi, doa dan dukungan kepadaku
dalam proses penulisan.
16. Sahabat-Sahabatku di kampus Mia Nasya Tamara, Dea Octaviana, Almira balqis,
Gracelda Syukrie, Fitri Dwi Yudha, Indah Nurfitria semoga kita akan sukses di
Internasional, semoga Allah SWT selalu memberikan jalan dan hidayah pada kita
dan persahabatan ini tidak akan ada akhirnya.
17. Sahabat-sahabatku yang selalu menemaniku dari kecil hingga sampai saat ini
Sartika Aprilia, Indah PS, Savira Lyanie, semoga kita menjadi wanita hebat dan
sukses. semoga kita selalu bersama sampai kapanpun.
18. Teman-teman seperjuanganku,Shintya Sardi, Sarah, Zahra, Tria, Mute, Fanny,
Tara, yaya, meri, dan semua teman-teman Angkatan 2011 Fakultas Hukum
Universitas Lampung yang tidak dapat penulis sebutkan semuanya. Terima kasih
atas pertemanan yang terjalin selama ini.
19. Teman-teman SMP ku windy eka , tya evelyn, haryani irbha, arnest chintya, putri
nafisah. Terima kasih telah menjadi sahabat ku sejauh ini. Semoga pertemanan
kita akan terus berjalan sampai kapanpun.
20. Teman-teman KKN Desa dermaga Bom Kec.Kalianda. Terima kasih atas kerja
sama yang terjalin selama masa KKN.
21. Untuk Almamater Tercinta, Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah
menjadi saksi bisu dari perjalanan ini hingga menuntunku menjadi orang yang
lebih dewasa dalam berfikir dan bertindak. Serta semua pihak yang tidak dapat
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas bantuan dan dukungan yang telah
diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk menambah
wawasan keilmuan bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.
Bandar Lampung, 22 April 2015
Penulis,
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan suatu negara ditentukan oleh kemampuan dan keberhasilannya dalam
melaksanakan pembangunan dan kemakmuran rakyat. Indonesia merupakan
negara terkaya di Asia dilihat dari keanekaragaman kekayaan sumberdaya
alamnya. Tapi Indonesia malah di tetapkan sebagai negara yang miskin salah
satunya disebabkan rapuhnya moral dan tingkat kejujuran dari aparat
penyelenggara negara yang menyebabkan terjadinya korupsi.
Korupsi merupakan salah satu dari sekian istilah yang sangat akrab di telinga
masyarakat Indonesia, hampir setiap hari media massa memberitakan berbagai
kasus korupsi yang dilakukan oleh aparatur negara baik pegawai negeri ataupun
pejabat negara. Dalam kepustakaan kriminologi, korupsi merupakan salah satu
kejahatan jenis “white collar crime” atau kejahatan kerah putih. Akrabnya istilah
korupsi di kalangan masyarakat telah menunjukkan tumbuh suburnya perhatian
masyarakat terhadap korupsi, “white collar crime” mampu menarik perhatian
masyarakat karena para pelakunya adalah orang-orang yang dipersepsikan oleh
masyarakat sebagai orang-orang terkenal atau cukup terpandang namun
2
Sebagaimana dikatakan oleh Mien Rukmini bahwa korupsi digolongkan sebagai
kejahatan luar biasa (extra ordinary crime). Tidak saja karena modus dan teknik
yang sistematis, akibat yang ditimbulkan kejahatan korupsi bersifat pararel dan
merusak seluruh sistem kehidupan, baik dalam bidang ekonomi, politik,
sosial-budaya dan bahkan sampai pada kerusakan moral serta mental masyarakat.1
Timbulnya kejahatan jenis seperti ini menunjukan bahwa sudah tidak hanya
kemiskinan saja yang menjadi penyebab timbuknya kejahatan, melainkan
faktor kemakmuran dan kemewahan merupakan faktor pendorong
orang-orang melakukan kejahatan.2
Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
(selanjutnya disingkat dengan UUPTPK) dinyatakan bahwa yang dimaksud
dengan tidak pidana korupsi adalah setiap orang yang secara melawan hukum
melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain yang suatu
korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
Kemudian dalam Pasal 3 UUPTPK dijelaskan bahwa tindak pidana korupsi juga
dapat merupakan setiap orang yang dengan sengaja menguntungkan diri sendiri
atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan
atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
1
Mien Rukmini, Aspek Hukum Pidana dan Kriminologi, Alumni, Bandung, 2009, hlm. 111 2
3
Pemberantasan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh pemerintah sampai saat
ini masih terus bergulir, namun walaupun berbagai strategi telah dilakukan,
perbuatan korupsi masih tetap saja merebak di berbagai sektor kehidupan. Bahkan
diyakini bahwa terpuruknya perekonomian Indonesia dalam beberapa tahun
terakhir ini penyebab terbesarnya adalah perilaku korupsi yang telah merasuk ke
seluruh kehidupan yang telah berjalan puluhan tahun dan terjadi tidak saja di
birokrasi atau pemerintahan tetapi juga sudah merambah ke kalangan korporasi
termasuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Kebijakan pemerintah Indonesia didalam menanggulangi kasus korupsi di
lingkungan pejabat negara yang lebih mengedepankan cara administratif dengan
analisa moralisnya yaitu dengan menaikkan gaji PNS telah beberapa kali
dilakukan. Baru-baru ini dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 22
Tahun 2013 tentang Kenaikan Gaji Pokok PNS sebagai pengganti dari Peraturan
Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 yang mulai berlaku pada 13 April 2013 telah
memastikan bahwa gaji pokok dari para PNS akan naik dengan kisaran 7% dari
gaji semula Setelah sebelumnya pada 2010 juga mengalami kenaikan sebesar
10%. Kebijakan kenaikan gaji PNS yang dilakukan oleh pemerintah selain sebagai
upaya untuk memberikan kesejahtraan kehidupan PNS, juga merupakan upaya
untuk dapat mencegah tindakan korupsi yang dilakukan oleh PNS bahkan
pemerintah memberikan sertifikasi kepada semua guru sebagai tunjangan agar
4
Namun kenyataannya kenaikan gaji PNS tersebut tidak mampu mereduksi jumlah
PNS yang terjerat kasus korupsi, baik yang ditemukan oleh Kepolisian, Kejaksaan
maupun Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Dengan sifat kebinatangan dari
manusia yang tak pernah merasa cukup, maka membuat upaya pemerintah untuk
menekan angka tindakan korupsi di lingkungan pejabat pemerintah dengan
melakukan kenaikan gaji PNS nampaknya belum membuahkan hasil yang
maksimal.
Program dana Bantuan Oprasional Sekolah (BOS) merupakan bantuan dari
pemerintah untuk mengalokasikan anggaran cukup besar bertujuaan untuk
program belajar 12 tahun yang dicanangkan oleh pemerintah agar siswa miskin
dapat memperoleh pendidikan yang layak dan pendidikan yang sama. Sehingga
dapat terlahir anak bangsa yang cerdas dan kreatif. Dana BOS diberikan pada
seluruh siswa khususnya siswa miskin yang tidak mampu bersekolah.
Dana BOS yang diberikan untuk sekolah juga perlu dikelola dengan baik. Salah
satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan program dana BOS adalah
pengelolaan dana dan segala sumberdaya yang ada dalam program dana BOS.
Namun bantuan untuk siswa miskin ini malah disalahgunakan, banyak sekali
muncul oknum yang memanfaatkan setiap dana BOS yang di berikan pemerintah
untuk memenuhi kebutuhan egoisme atau hasrat diri pelaku untuk melakukan
korupsi. Dengan adanya kewenangan dan kesempatan yang dimiliki dapat
mempermudah kejahatan korupsi itu sendiri terjadi. Korupsi tidak lagi
5
keji itulah yang telah menutup mata koruptor untuk melakukan kejahatan dengan
cara apapun, tidak peduli hak siapa yang diambil.
Kejahatan korupsi yang dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten
Tulang Bawang salah satunya adalah kejahatan korupsi berupa dana Bantuan
Oprasional Sekolah. Contoh kasus yang ada kemudian tersangkanya dijatuhi
sanksi pidana akibat perbuatannya tersebut. Sebagai contoh pelaku tindak pidana
korupsi dapat dilihat terhadap Putusan Nomor: 42/Pid./TPK/2013/PN.TK
terhadap terdakwa Eni Lina Kusmiati, S.Pd yang dengan memanfaatkan
kewenangan dan kesempatannya selaku Kepala SDN 02 Sido Mukti Kecamatan
Gedung Aji Baru Kabupaten Tulang Bawang dengan cara tidak menggunakan
dana Bantuan Oprasional Sekolah (BOS) untuk SDN 02 Sido Mukti Kecamatan
Gedung Aji Baru Kabupaten Tulang Bawang sesuai dengan peruntukannya. Di
mana kemudian hakim menjatuhkan pidana oleh karena itu kepada terdakwa
dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun 1 (satu) bulan dan Menghukum
terdakwa untuk membayar uang pengganti sebesar Rp. 16.020.000,- (enam belas
juta dua puluh ribu rupiah).
Dapat kita ketahui Eni Lina Kusmiati adalah seorang Kepala Sekolah yang terpilh
dan dipercayai pemerintah karena di anggap sebagai pribadi yang baik untuk
menjadi tauladan sehingga di berikan kepercayaan untuk menjadi Kepala Sekolah,
dan dapat kita ketahui seorang kepala sekolah mempunyai gaji yang sangat cukup
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya ditambah lagi ia adalah seorang istri yang
6
baginya untuk menghidupi keluarganya melainkan hanya membantu suaminya
dalam mencari uang.
Keserakahan yang ada pada pemegang kekuasaan memunculkan sifat korupsi itu
sendiri. Di sebabkan karena adanya kesempatan melakukan kecurangan demi
memenuhi kebutuhan hidup yang sangat banyak. Akibat dari ketidak tegasan
konsekuensi yang di berikan untuk pelaku kecurangan maka kini korupsi mudah
dilakukan oleh siapapun. Agama telah gagal menjadi pedemoan petunjuk moral
bangsa dalam mencegah korupsi karena perilaku masyarakat yang memeluk
agama itu sendiri. Pemeluk agama menganggap agama hanya berkutat pada
masalah bagaimana cara beribadah saja. Sehingga agama tidak berfungsi dalam
petunjuk sosial.
Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana dikemukakan di atas, maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang kemudian dituangkan dalam
bentuk penelitian skripsi dengan judul “Analisis Kriminologis Terhadap
Kejahatan Korupsi Dana Bantuan Oprasional Sekolah di Kabupaten Tulang
Bawang (Putusan Nomor: 42/Pid./TPK/2013/PN.TK)”.
B. Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian
1. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang jadi permasalahan yaitu :
a. Apakah faktor penyebab terjadinya korupsi dana Bantuan Oprasional Sekolah
7
b. Bagaimanakah upaya penanggulangan terjadinya korupsi dana Bantuan
Oprasional Sekolah di Kabupaten Tulang Bawang?
2. Ruang Lingkup Penelitian
Agar penelitian dapat lebih terfokus dan terarah sesuai dengan penulis maksud,
maka sangat penting dijelaskan terlebih dahulu ruang lingkup penelitian termasuk
kedalam kajian hukum pidana. Ruang lingkup tempat penelitian dibatasi pada
wilayah hukum Kejaksaan Negeri Lampung, Pengadilan Negeri Kelas 1A
Tanjung Karang, dan Fakultas Hukum Universitas Lampung, penelitian di
lakukan pada tahun 2015, mengenai Analisis Kriminologis Terhadap Korupsi
dana BOS di Kabupaten Tulang Bawang.
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui, memahami dan menganalisis faktor penyebab terjadinya
korupsi dana BOS di Kabupaten Tulang Bawang.
b. Untuk mengetahui, memahami dan menganalisis upaya penanggulangan
terjadinya korupsi dana BOS di Kabupaten Tulang Bawang.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Secara Teoritis
1. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu
8
2. Dapat mengembangkan kemampuan berkarya ilmiah dengan daya nalar
dan acuan sesuai dengan ilmu yang dimiliki guna mengungkapkan suatu
permasalahan secara objektif melalui metode ilmiah.
b. Kegunaan Praktis
Secara praktis, penelitian ini berguna sebagai penambah wawasan berfikir
penulis tentang hukum pidana khususnya mengenai kejahatan korupsi melalui
dalam sudut pandang kriminologis.
D. Kerangka Teoritis dan Konseptual
1. Kerangka Teoritis
Kriminologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari kejahatan dari
berbagai aspek. Kata kriminologis pertama kali dikemukakan oleh P. Topinard
(1830-1911), seorang ahli antropologi Perancis. Kriminologi terdiri dari dua suku
kata yakni kata “crime” yang berarti kejahatan dan “logos” yang berarti ilmu
pengetahuan, maka kriminologi dapat berarti ilmu tentang kejahatan. Sedangkan
kejahatan merupakan suatu tindakan bersifat merugikan dan menimbulkan banyak
ketidaktenangan dalam suatu masyarakat.
Adapun teori-teori yang berkaitan dalam penelitian ini adalah mencakup teori
sebab terjadinya kejahatan :
a. Teori aktivitas rutin
Sebuah sub-bidang dari kriminologi pilihan rasional. Dikatakan bahwa
kriminalitas adalah normal dan tergantung pada kesempatan-kesempatan
pelanggaran-9
pelanggaran kelas berat, pemangsa-pemangsa super, para residivis atau
orang-orang jahat. Kejahatan membutuhkan kesempatan.
b. Teori Ekologis
Sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara mahluk
hidup dengan lingkungannya. yang berarti sebab-sebab kejahatan ialah
bahwa kejahatan itu timbul diantaranya karena faktor lingkungan
disekitarnya.
c. Teori Faktor Ekonomi :
Kejahatan yang sering terjadi dalam bidang ekonomi, hubungan antara
kemiskinan dan status ekonomi yang rendah berdasarkan perbedaan antara
daerah tempat kediaman para penjahat dan bukan penjahat akan tetapi
dapat di sebabkan pula oleh adanya hubungan antara kemiskinan dan
status Ekonomi pada periode waktu yang berlainan.
d. Teori Differential Association
Ialah teori yang hendak mencari dan menemukan bagaimana nilai-nilai
dan norma-norma dimaksud dapat di komunikasikan atau di alihkan dari
kelompok masyarakat yang satu kepada kelompok masyarakat yang lain. 3
Barda Nawawi mengemukakan upaya perlindungan masyarakat yang dapat di
tempuh dengan dua cara yaitu:
a. Jalur Penal yaitu: dengan menerapkan hukum pidana. penanggulangan
kejahatan melalui jalur penal lebih menitik beratkan pada sifat represif
(penumpasan/penindasan/pemberantasan) sesudah kejahatan terjadi.
Upaya represif adalah upaya yang dilakukan untuk menghadapi pelaku
3
10
kejahatan seperti dengan pemberian hukuman sesuai dengan hukum yang
berlaku dimana tujuan di berikan hukuman agar pelaku jera.
b. Jalur nonpenal yaitu: dengan cara diselesaikan di luar hukum pidana dan
sarana-sarana non-penal. Non-penal lebih menitikberatkan pada sifat
preventif (pencegahan) sebelum kejahatan terjadi. 4
2. Konseptual
Kerangka konseptual adalah susunan dari beberapa konsep sebagai satu kebulatan
yang utuh sehingga terbentuk suatu wawasan untuk dijadikan landasan, acuan dan
pedoman dalam penelitian atau penulisan. Sumber konsep adalah undang-undang,
buku/karya tulis, laporan penelitian, ensiklopedia, kamus dan fakta/peristiwa.5
Adapun kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui
keadaan yang sebenarnya.6
2. Kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan menyelidiki gejala
kejahatan seluas-luasnya. 7
3. Korupsi adalah melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri,
menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau korporasi menyalahkan
wewenang maupun kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan
4
Barda Nawawi Arif, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana dalam Penanggulangan Kejahatan, Jakarta: Kencana, 2010, hlm. 42.
5
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hlm. 78
6
Kamus Besar Bahasa Indonesia,2001,hlm.43 7
11
atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara. 8
4. Dana Bantuan Oprasional Sekolah merupakan aliran dana yang di berikan
oleh pemerintah untuk membantu kelangsungan peningkatan mutu sekolah. 9
E. Sistematika Penulisan
Dalam upaya memudahkan maksud dari penelitian ini serta dapat dipahami, maka
penulis membaginya ke dalam V (lima) Bab secara berurutan dan saling
berhubungan yaitu sebagai berikut :
I. PENDAHULUAN
Bab ini memuat uraian dari latar belakang masalah, permasalahan dan ruang
lingkup penelitian, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka konsepsional
serta sistematika penulisan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan tentang tindak pidana korupsi, tinjauan umum tentang
kriminologi dan objek kriminologi, pengertian kejahatan, dan upaya
penanggulangan kejahatan.
III. METODE PENELITIAN
Bab ini merupakan metode penelitian yang menguraikan langkah-langkah
atau cara yang dilakukan dalam penelitian, yang meliputi pendekatan
masalah, sumber dan jenis data, prosedur pengumpulan dan pengolahan data
serta analisa data.
8
Pasal 2 ayat (1) UUPTPK 9
12
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada Bab ini memuat pembahasan berdasarkan hasil penelitian dari pokok
permasalahan mengenai faktor penyebab terjadinya kejahatan korupsi dana
Bantuan Oprasional Sekolah di Kabupaten Tulang Bawang dan upaya
penanggulangan terjadinya kejahatan korupsi dana Bantuan Oprasional
Sekolah di Kabupaten Tulang Bawang.
V. PENUTUP
Pada Bab ini dibahas mengenai kesimpulan yang merupakan jawaban
permasalahan berdasarkan hasil penelitian serta pemberian saran
berdasarkan kesimpulan sebagai alternatif dalam menyelesaikan
permasalahan di masa yang akan datang.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kejahatan Korupsi
1. Pengertian kejahatan Korupsi
Korupsi berasal dari bahasa latin corruptio atau corruptus, yang berarti perbuatan
busuk, buruk, bejat, tidak jujur, dapat disuap, tidak bermoral, menyimpang dari
kesucian.12 Corruptio berasal dari kata corrumpere, suatu kata latin yang lebih
tua. Dari bahasa Latin itulah turun ke banyak bahasa Eropa seperti Inggris yaitu
corruption, corrupt; Perancis yaitu corruption; dan Belanda yaitu corruptie,
korruptie. Dari bahasa Belanda inilah kata itu turun ke bahasa Indonesia yaitu
korupsi.13
Budaya korupsi di Indonesia pada prinsipnya, dilatar belakangi oleh adanya
kepentingan atau motif kekuasaan dan kekayaan. Yang bisa memelihara perang
antar saudara bahkan hingga tujuh turunan saling membalas dendam berebut
kekuasaan.
12
Ilham Gunawan, Postur Korupsi di Indonesia, Tinjauan Yuridis, Sosiologis, Budaya, dan Politis, Angkasa, Bandung, 1990, hlm. 8
13
14
Pasal 2 ayat (1) UUPTPK dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan tindak pidana
korupsi adalah setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain yang suatu korporasi yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Kemudian dalam Pasal 3
UUPTPK juga dijelaskan bahwa tindak pidana korupsi juga dapat merupakan
setiap orang yang dengan sengaja menguntungkan diri sendiri atau orang lain
atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana
yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara. Selanjutnya pada Pasal 4 UUPTPK dijelaskan
bahwa pengembalian keuangan negara atau perekonomian negara tidak
menghapuskan dipidananya pelaku tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 dan Pasal 3.
Kemudian pada Pasal 9 UUPTPK dinyatakan tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 416 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling dan paling lama 5
(lima) tahun dan denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
dan paling banyak Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).
Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan yang dilakukan oleh setiap subyek
hukum, baik orang maupun badan hukum yang secara langsung maupun tidak
langsung terkait dengan penyalahgunaan keuangan negara. Akibat tindak pidana
korupsi berdampak sangat luas, bukan hanya menyangkut keuangan negara, tetapi
15
Terpuruknya perekonomian dan pembangunan di Indonesia yang terus menerus
pada saat ini mempengaruhi sendi-sendi kehidupan di dalam masyarakat, berbangsa
dan bernegara.
Baharuddin Lopa mengutip pendapat dari David M. Chalmers, menguraikan arti
istilah korupsi dalam berbagai bidang, yakni yang menyangkut masalah
penyuapan, yang berhubungan dengan manipulasi di bidang ekonomi, dan yang
menyangkut bidang kepentingan umum.14
Makna korupsi secara sosiologis dikaji oleh Martiman Prodjohamiodjojo yang
mengatakan bahwa “Terjadi korupsi adalah apabila seorang pengawai negeri
menerima pemberian yang disodorkan oleh seorang dengan maksud
mempengaruhinya agar memberikan perhatian istimewa pada
kepentingan-kepentingan sipemberi. Kadang-kadang juga berupa perbuatan menawarkan
pemberian uang hadiah lain yang dapat menggoda pejabat. Termasuk dalam
pengertian ini juga pemerasan yakni permintaan pemberian atau hadiah seperti itu
dalam pelaksanaan tugas-tugas publik yang mereka urus bagi keuntungan mereka
sendiri”.15
Mengingat aspek yang luas itu, sering dinyatakan bahwa korupsi termasuk atau
terkait juga dengan “economic crime”, “organized crime”, “illicit drug
trafficking”, “money laundering”, “white collar crime”, “political crime”, “top hat
14
Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, hlm. 9 15
16
crime” (atau “crime of politician in office”) dan bahkan dimasukkan juga dalam
salah satu bentuk “transnational crime”.16
Memahami pengertian korupsi juga bukan sesuatu hal yang mudah. Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Korupsi,
kebiasaan berperilaku koruptif yang selama ini dianggap sebagai hal yang wajar
dan lumrah dapat dinyatakan sebagai tindak pidana korupsi. Seperti gratifikasi
(pemberian hadiah) kepada penyelenggara negara dan berhubungan dengan
jabatannya, jika tidak dilaporkan ke KPK dapat menjadi salah satu bentuk tindak
pidana korupsi. Mengetahui bentuk/jenis perbuatan yang bisa dikategorikan
sebagai korupsi adalah upaya dini untuk mencegah agar seseorang tidak
melakukan korupsi kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara.
Kebijakan pemerintah Indonesia didalam menanggulangi kasus korupsi di
lingkungan pejabat negara yang lebih mengedepankan cara administratif dengan
analisa moralisnya yaitu dengan menaikkan gaji PNS telah beberapa kali
dilakukan. Baru-baru ini dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 22
Tahun 2013 tentang Kenaikan Gaji Pokok PNS sebagai pengganti dari Peraturan
Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 yang mulai berlaku pada 13 April 2013 telah
memastikan bahwa gaji pokok dari para PNS akan naik dengan kisaran 7% dari
gaji semula Setelah sebelumnya pada 2010 juga mengalami kenaikan sebesar
10%. Kebijakan kenaikan gaji PNS yang dilakukan oleh pemerintah selain sebagai
16
Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana dalam
17
upaya untuk memberikan kesejahtraan kehidupan PNS, juga merupakan upaya
untuk dapat mencegah tindakan korupsi yang dilakukan oleh PNS.
Namun kenyataannya kenaikan gaji PNS tersebut tidak mampu mereduksi jumlah
PNS yang terjerat kasus korupsi, baik yang ditemukan oleh Kepolisian, Kejaksaan
maupun Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Dengan sifat keburukan dari
manusia yang tak pernah merasa cukup, maka membuat upaya pemerintah untuk
menekan angka tindakan korupsi di lingkungan pejabat pemerintah dengan
melakukan kenaikan gaji PNS nampaknya belum membuahkan hasil yang
maksimal.
B. Tinjauan Umum tentang Kriminologi
1. Pengertian Kriminologi
Banyak literatur-literatur tentang kriminologi yang memberikan batasan atau
pengertian tentang kriminologi. Tujuan dari pemberian definisi tersebut adalah
untuk menunjukkan objek serta identitas suatu ilmu. Mengenai hal tersebut,
Wolfgang berpendapat, bahwa krimimologi harus dipandang sebagai pengetahuan
yang berdiri sendiri, karena kriminologi telah mempunyai data-data yang teratur
secara baik dan konsep teoritis yang menggunakan metode-metode ilmiah.
Dengan kedudukan seperti itu tidak dipungkiri bahwa adanya hubungan yang
seimbang dalam menyokong pengetahuan akan timbul dengan berbagai lapangan
ilmu. Kedudukan sosiologi, psikologi, psikiatri, hukum, sejarah dan ilmu-ilmu
18
kepada kriminologi tidak mengurangi peranan kriminologi sebagai suatu subjek
yang berdiri sendiri yang didasarkan atas penelitian ilmiah.
Kriminologi yang seperti halnya disiplin ilmu lainnya menghendaki pembatasan
atau definisi. Sebagai suatu bidang ilmu tersendiri, kriminologi memiliki objek
tersendiri. Suatu bidang ilmu harus memiliki objek kajiannya sendiri, baik objek
materiil maupun formil. Pembeda antara bidang ilmu yang satu dengan bidang
ilmu yang lain adalah kedudukan objek formilnya. Tidak ada suatu ilmu yang
memiliki objek formil yang sama, sebab apabila objek formilnya sama maka ilmu
itu adalah sama.
Kriminologi sebagai disiplin ilmu adalah suatu kesatuan pengetahuan ilmiah
mengenai kejahatan sebagai gejala sosial dengan tujuan untuk memperoleh
pengetahuan dan pengertian mengenai masalah kejahatan, dengan menggunakan
metode-metode ilmiah dalam mempelajari dan menganalisa pola-pola dan
faktor-faktor kausalitas yang berhubungan dengan kejahatan dan penjahat, serta sanksi
sosial terhadap keduanya.
Mengenai ruang lingkup kriminologi para sarjana memberikan definisi
sendiri-sendiri seperti berikut ini :
1. Edwin H. Sutherland di dalam bukunya yang berjudul “principles of criminology” mengatakan bahwa, kriminologi adalah keseluruhan pengetahuan yang membahas kejahatan sebagai suatu gejala sosial. dalam skop pembahasan ini, termasuk proses-proses pembuatan undang-undang, pelanggaran undang-undang dan reaksi terhadap pelanggaran undang-undang. Proses-proses ini meliputi tiga aspek yang merupakan suatu kesatuan hubungan-hubungan sebab akibat yang saling mempengaruhi. 17
17
19
2. M.P. Vrij menyatakan bahwa kriminologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari kejahatan. Mula-mula mempelajari kejahatan itu sendiri, kemudian sebab-sebab serta akibat dari pada kejahatan tersebut.18
3. J. Constant melihat kriminologi itu suatu pengetahuan pengalaman yang bertujuan menentukan faktor yang menyebabkan terjadinya kejahatan dan penjahat. Dalam hal ini diperhatikan baik faktor-faktor sosiologis dan ekonomis,maupun faktor-faktor individu psikologis.19
C. Kejahatan
1. Pengertian Kejahatan
Pokok penyelidikan kriminologi sebagaimana ternyata dalam uraian-uraian di atas
adalah kejahatan, yang artinya kejahatan yang dilakukan dan orang-orang yang
melakukannya. Pengertian kejahatan secara sosiologis yaitu adanya cakupan yang
cukup luas dari pada pengertian secara yuridis. Jikalau dalam pengertian yuridis
yang masuk kejahatan itu terbatas hanya pada perbuatan-perbuatan yang
bertentangan dengan moral kemanusiaan (immoril), merugikan masyarakat (anti
sosial) yang telah dirumuskan dan ditentukan oleh undang-undang pidana saja,
maka kalau dalam penegrtian sosiologis, selain itu, kejahatan juga meliputi
tingkah laku manusia, walaupun tidak atau belum ditentukan oleh undang-undang.
Pada hakekatnya oleh warga masyarakat dirasakan dan ditafsirkan sebagai tingkah
laku atau perbutan yang secara ekonomis, maupun secara psikologis, menyerang
atau merugikan masyarakat, dan melukai perasaan susila dalam kehidupan
20
2. Dasar Hukum Tindak Pidana Korupsi
Berdasarkan ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang tindak pidana korupsi,
dapat diamati bahwa sebenarnya perangkat hukum yang telah dibuat oleh
pemerintah bersama-sama dengan pihak legislatif untuk menangani masalah
tindak pidana korupsi sudah cukup untuk menjerat pelaku tindak pidana korupsi,
namun ternyata dalam kenyataannya perangkat hukum berupa undang-undang dan
peraturan-peraturan yang ada belum dapat memberikan efek jera kepada pelaku
tindak pidana korupsi, bahkan tidak jarang pelaku korupsi tersebut adalah
orang-orang yang seharusnya menjadi penegak hukum di bidang tindak pidana korupsi.
Tindak pidana korupsi di Indonesia semenjak bergulirnya reformasi pada tahun
1998 tumbuh dan berkembang dengan pesat, hal ini disebabkan Indonesia belum
begitu banyak mengalami perubahan yang berarti dalam arti yang positif, terutama
reformasi di bidang hukum lebih subsidair pada masalah korupsi. Sorotan
masyarakat internasional dalam masalah korupsi yang mendudukkan Indonesia
sebagai salah satu negara terkorup di dunia yang disebabkan oleh tidak baiknya
kinerja aparat hukum kita yang peduli terhadap penegakan hukum dalam kasus
korupsi, sehingga jarang sekali pelaku tindak pidana korupsi kasusnya sampai
tuntas diselesaikan, atau kalaupun dijatuhi hukuman, sanksi pidananya terlalu
ringan dibandingkan akibat yang ditimbulkan. Kondisi ini diperparah karena
disebabkan cerdiknya si pelaku dalam mengelabui aparat hukum dan/atau
21
dijatuhkan, enggan datang ke persidangan hingga adanya tersangka yang
menghilang tanpa jejak.
Berkaitan dengan korupsi dana BOS maka faktor penyebab terjadinya korupsi
antara lain :
a. Kurangnya gaji pegawai negeri sipil dibandingkan kebutuhan yang semakin
hari semakin meningkat.
b. Latar belakang kebudayaan atau kultur Indonesia yang merupakan sumber
atau sebab meluasnya korupsi.
c. Manajemen yang kurang baik dan kontrol yang kurang efektif dan efisien
yang akan memberikan peluang orang untuk korupsi.
d. Modernisasi mengembangbiakkan korupsi.21
Untuk mencegah terjadinya tindak pidana korupsi, pemerintah bersama-sama
dengan pihak legislatif telah menyusun berbagai peraturan mengenai tindak
pidana korupsi, antara lain sebagai berikut :
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepostime (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 3851).
2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Tahun 1999 Nomor 140,
21
22
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3874) yang telah mengubah
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971.
3. Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150).
4. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Nomor 4250).
5. TAP MPR Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebas KKN.
6. Inpres Nomor 11 Tahun 2005 tentang Tim Koordinasi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi.
Berdasarkan uraian tentang dasar hukum dalam mencegah terjadinya tindak
pidana korupsi sebagaimana diuraikan di atas, sebenarnya aturan hukum guna
mencegah hal tersebut sudah cukup untuk mencegah terjadinya tindak pidana
korupsi, namun ternyata dalam kenyataannya perangkat hukum berupa
undang-undang dan peraturan-peraturan yang ada belum dapat memberikan efek jera
kepada pelaku tindak pidana korupsi, bahkan tidak jarang pelaku korupsi tersebut
adalah orang-orang yang seharusnya menjadi penegak hukum di bidang tindak
23
D. Faktor Penyebab Kejahatan Korupsi
Kejahatan kini dapat dilakukan setiap masyarakat dengan tidak memperdulikan
akibat yang akan timbulkan. Mengenai teori sebab-sebab kejahatan korupsi di
sebabkan berapa beberapa faktor yang menjadi latar belakang timbulnya kejahatan
korupsi antar lain :
1. Kemiskinan, pengangguran dan sistem penddikan yang tidak serasi
2. Mengendurnya ikatan sosial dan keluaraga
3. Kadang kondisi yang menyulitkan bagi orang-orang yang berimigrasi ke
kota-kota atau negara.
4. Konsentrasi kekuasaan di pengambil keputusan yang tidak bertanggung
jawab langsung kepada rakyat.
5. Kurangnya transparansi di pengambilan keputusan pemerintah.
6. Proyek yang melibatkan uang rakyat dalam jumlah besar.
7. Timbulnya motif-motif kejahatan yang beranekaragam yang memungkinkan
masyarakat meniru kejahatan yang sama
8. Adanya persaingan di dalam masyarakat
9. Gaji pegawai pemerintah yang sangat kecil.
10. Munculnya rasa ingin memiliki dan rasa iri dalam diri sehingga melakukan
berbagai upaya untuk memenuhi hasrat pelaku.
E. Dana Bantuan Oprasional Sekolah (BOS)
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal
24
mengikuti pendidikan dasar. Pasal 34 ayat 2 menyatakan bahwa Pemerintah dan
Pemerintah Daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada
jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya. Pasal 34 ayat 3 menyatakan
bahwa wajib belajar merupakan tanggungjawab Negara yang diselenggarakan
oleh lembaga pendidikan Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Masyarakat.
Konsekuensi dari amanat tersebut adalah Pemerintah berkewajiban memberikan
layanan pendidikan dan membiayai pelaksanaan program pendidikan, bagi peserta
didik pada tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP)
serta satuan pendidikan lain yang sederajat.
Salah satu upaya untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pendidikan
bermutu, yang mendapat alokasi anggaran cukup besar adalah program Bantuan
Operasional Sekolah atau dikenal dengan BOS. BOS merupakan suatu program
pemerintah untuk membantu penyediaan pendanaan biaya operasional
nonpersonalia sekolah. Program Bantuan Operasional Sekolah dikomandani oleh
Departemen Pendidikan Nasional, yang mana dalam pelaksanaannya, penyaluran
dan pengelolaan dana BOS wajib berpedoman pada Buku Petunjuk Teknis
Penggunaan dana BOS yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional
dan Departemen Agama sebagai departemen teknis yang bertanggungjawab dalam
25
F. Upaya Penanggulangan Kejahatan Korupsi
Penegakan hukum adalah suatu proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan
hukum menjadi kenyataan penanggulangan UU No.2 Tahun 2001 termasuk
kebijakan kriminal sebagai usaha yang rasional dari rakyat untuk menanggulangi
kejahtan. Pasal 75 undang-undang tindak pidana pencucian uang telah
memerintahkan penegak hukum untuk menggabungkan pasal Tindak Pidana
Pencucian Uang (TPPU) dengan Tindak Pidana Korupsi ada empat keuntungan
yang dapat di peroleh dari penggabungan pasal Tindak Pidana Pencucian Uang
dengan Tindak Pidana Korupsi. Antara lain :
1. Penggabungan kedua pasal akan menjerat banyak aktor atau pelak tindak
pidana. Undang-undang tindak pidana pencucian uang memungkinkan
penegak hukum menjerat korporasi, pengendalinya, serta orang-orang yang
turut serta mempengaruhi korporasi.
2. Ancaman hukuman lebih maksimal baik itu pidana penjara maupun denda.
3. Penggabungan ini juga efektif dalam mengembalikan aset negara. Aset dalam
bentuk apapun bisa di sita penegak hukum.
4. Penggabungan kedua pasal pidana ini dinilai efektif dalam memiskinkan
koruptor.
Perencanan penanggulangan kejahatan di perlukan agar perundang-undangan
pidana menjadi sarana yang baik untuk menanggulangi kejahatan korupsi dan
26
Hukum pidana materil didalamnya dikenal masalah pokok yang menyangkut
tindak pidana, pertanggung jawaban dan sanksi pidana. Kebijakan
perundang-undangan merupakan kegiatan yang akan mendasari dan akan memeprmudah
penerapan maupun pelaksanaannya dalam rangka penegakan hukum pidana.
Barda Nawawi Arief mengemukakan, pencelaan mempunyai fungsi pencegahan
karena sebagai faktor yang dapat mempengaruhi prilaku. Hal itu diterima oleh
pelaku si pelaku memasuki kesadaran moralnya, yang akan meentukan tingkah
lakunya di masa mendatang.
Upaya yang paling tepat untuk menanggulangi kejahatan adalah dengan
memberikan pidana atau hukuman seberat-beratnya terhadap pelaku kejahatan.
Jika memang demikian, bidang hukum khususnya hukum pidana akan dianggap
sebagai jawaban yang paling tepat untuk memberantas kejahatan. Namun kini
masyarakat nampaknya tidak lagi menghawatirkan ancaman pidana yang berlaku
di karenakan hukum Indonesia yang sangat lemah maka usaha penanggulngan
menurut Wahju Muljono adalah :
1. Penembakan misterius yang dilakukan para resdivisi memang merupakan
tindakan tegas tindakan yang mengayomi rakyat dari rasa gelisah .
2. Penerapan secara tegas dan maksimal banyak aparat yang ragu dalam
pelaksanaan hukumnya,
3. Pemeriksaan jiwa yaitu salah satu penanggulangan kejahatan yang dapat di
27
4. Pengangkatan hakim yang baik dan adil menjadi salah satunya yang akan
menggambarkan betapa pentingnya lembaga peradilan bagi para pencari
keadilan.22
Penanggulangan Korupsi hendaklah jangan mengukur tingkat intensitas dan
volumenya hanya dari segi perundang-undangan pidana semata, melainkan harus
dalam kaitanya dengan berbagai aspek yang berpengaruh, seperti sifat
kepemimpinan dapat menjadi teladan atau tidak, mekanisme pengawasan dapat
berjalan efektif atau tidak dan hal lainnya. oleh karena itu penegakan hukum
pidana dengan pendekatan yang legalistik yang berorientasi represif hanya
merupakan pengobatan yang bersifat simptomatik dan tidak merupakan sarana
hukum yang ampuh untuk memberantas korupsi.
22
III. METODE PENELITIAN
Upaya untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam melakukan penelitian dibutuhkan metode ilmiah yang merupakan suatu cara yang digunakan dalam pelaksanaan suatu penelitian untuk mendapatkan data yang objektif dan akurat, dalam mengolah dan menyimpulkan serta memecahkan suatu masalah.
Dalam melakukan kegiatan penelitian, penulis melakukan kegiatan yang terdiri dari beberapa langkah, yaitu :
A. Pendekatan Masalah
Upaya menganalisa permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, penulis melakukan dua pendekatan masalah yaitu pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris guna untuk mendapatkan suatu hasil penelitian yang benar dan objektif.
1. Pendekatan Yuridis Normatif
Pendekatan yuridis normatif yaitu pendekatan dengan cara studi kepustakaan (library research) yaitu menelaah kaidah-kaidah hukum, peraturan, undang-undang, dan berbagai literatur yang kemudian dibaca, dikutip dan dianalisis.19
19
29
2. Pendekatan Empiris
Pendekatan empiris yaitu dengan meneliti serta menggumpulkan data primer yang telah diperoleh secara langsung melalui observasi dan wawancara dengan responden atau nara sumber di tempat objek penelitian yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini.20
B. Sumber dan Jenis Data
Penulis memerlukan keterangan-keterangan yang terkait dengan permasalahan yang berupa data. Adapun data yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil penelitian di lapangan secara langsung pada objek penelitian yang dilakukan di Kejaksaan Negeri Lampung, Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjungkarang, dosen bagian Hukum Pidana, dan pelaku Korupsi dengan cara observasi dan wawancara. 2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang digunakan dalam menjawab permasalahan pada penelitian ini melalui studi kepustakaan (library research) dengan cara membaca, mengutip, mempelajari dan menelaah literatur-literatur atau bahan-bahan yang ada.
Data sekunder terdiri dari 3 (tiga) bahan hukum, yaitu : a. Bahan Hukum Primer
20
30
Bahan hukum primer adaah bahan hukum yang mengikat sifatnya. Dalam penelitian ini, bahan hukum primer yang digunakan adalah :
1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Pemberlakuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Hukum Acara Pidana (KUHAP).
3) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
4) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
5) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
6) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
7) Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia.
8) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Pembaharuan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman Republik Indonesia.
31
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti buku-buku literatur dan karya ilmiah yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.
c. Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan-bahan hukum yang memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, antara lain Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Inggris, Kamus Hukum maupun majalah dan surat kabar/media cetak.
C. Penentuan Narasumber
Narasumber adalah orang memberi informasi yang kita inginkan. Kita dapat memberikan tanggapan terhadap informasi yang diberikan narasumber Dalam penelitian ini yang menjadi penentuan narasumber adalah sebagai berikut.
a. Jaksa Kejaksaan Negeri Bandar Lampung = 1 (satu) orang b. Hakim Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjungkarang = 1 (satu) orang
c. Dosen bagian Hukum pidana = 1 (satu) orang
d. Pelaku Korupsi = 1 (satu) orang
Jumlah = 4 (empat) orang
Metode penentuan sampel menggunakan metode purpossive sampling. Metode
32
maksud dan tujuan penelitian. Jadi anggota sampel diambil oleh peneliti sesuai dengan pertimbangan maksud dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Maka dalam penelitian ini sampel yang diambil sebanyak 4 (empat) orang responden penelitian.
D. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data
1. Prosedur Pengumpulan Data
Untuk melengkapi data guna pengujian penelitian ini, digunakan prosedur pengumpulan data yang terdiri dari :
a. Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mengadakan studi kepustakaan (library research), dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, mengutip dan menelaah literatur-literatur maupun peraturan perundang-undangan, serta bahan hukum lainnya yang menunjang dan berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas.
b. Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan melalui riset langsung di lapangan atau disebut studi lapangan (field research) yang dilakukan melalui :
1) Observasi (pengamatan)
33
penelitian di Kejaksaan Negeri Lampung, Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjungkarang, dosen bagian hukum pidana dan pelaku korupsi.
2) Wawancara (interview)
Pengumpulan data dengan mengadakan wawancara secara langsung (interview) dengan menggunakan daftar pertanyaan yang bersifat terbuka dimana wawancara tersebut dilakukan terhadap pihak-pihak yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini antara lain dengan Jaksa pada Kejaksaan Negeri Lampung, Hakim pada Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjungkarang dan dosen bagian hukum pidana yang dapat memberikan penjelasan yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian.
2. Prosedur Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, selanjutnya adalah pengolahan data, yaitu kegiatan merapikan dan menganalisa data tersebut, kegiatan ini meliputi kegiatan seleksi data dengan cara memeriksa data yang diperoleh melalui kelengkapannya. Klasifikasi atau pengelompokan data secara sistematis. Kegiatan pengolahan data dapat dilakukan sebagai berikut :
1) Editing data, yaitu memeriksa atau meneliti data yang keliru, menambah serta melengkapi data yang kurang lengkap.
34
3) Sistematisasi data, yaitu penempatan data pada tiap pokok bahasan secara sistematis hingga memudahkan interpretasi data.
E. Analisa Data
V. PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah di kemukakan, maka
penulis akan memberikan kesimpulan sebagai hasil pembahasan tentang analisis
kriminologi korupsi dana anggaran sekolah di provinsi Lampung yaitu:
1. Faktor penyebab terjadinya korupsi dana BOS ada beberapa faktor pertama,
faktor moral dan agama yaitu berasal dari teori Differntial Association ialah
teori yang hendak mencari dan menemukan bagai mana nilai-nilai dan
norma-norma dimaksud dapat di komunikasikan atau dialihkan dari kelompok
masyarakat satu kepada kelompok masyarakat yang lainnya, kedua lemahnya
pengaturan dan pengawasan sehingga memberi peluang besar untuk
melakukan korupsi dana BOS. Hal ini termasuk teori aktivitas rutin dimana
kriminalitas adalah normal dan tergantung kepada kesempatan-kesempatan
yang tersedia.
2. Upaya penanggulangan penyebab kejahatan korupsi terhadap dana BOS yang
di lakukan kepala sekolah meliputi upaya penal dan non-penal. Upaya penal
berupa pemberian sanksi seberat-beratnya seperti pidana penjara, dan denda.
Upaya non-penal dilakukan melalui tindakan preventif berupa kegiatan
51
B. Saran
Saran yang akan diberikan penulis berkaitan dengan analisis kriminologis
terhadap korupsi dana BOS di Kabupaten Tulang Bawang sebagai berikut:
1. Sebaiknya keluarga merupakan sarana dalam pembentukan moral dan agama
yang baik bagi individu, menananmkan sifat-sifat keagaman sehingga
keluarga dapat mengontrol dan memberi pemahaman atau masukan terhadap
anggota keluaraganya agar tiadak terjerumus dalam kejahatan korupsi.
2. Mengenai upaya penanggulangan sebaiknya dilakukan dengan upaya penal
yaitu dengan melalui jalur hukum, serta penegakan hukum efektif yang tegas,
jujur, dan adil. Dengan tujuan menjerakan para koruptor dan menghimbau
masyarakat agar tidak melakukam hal yang sama seperti para koruptor. Dan
merubah sistem penyelenggaraan dana BOS beralih kepada sistem
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU-BUKU
Alam, A.S. Pengantar Kriminologi, Cetakan Ke-1, Pustaka Refleksi, Makassar, 2010.
Atmasasmita, Romli. Teori dan Kapita selekta Kriminologi, Eresso, Bandung, 1992.
Dirdjosisworo, Soedjono. Doktrin-doktrinKriminologi, Alumni,Bandung, 1986. Felson Marcus. Crime and Everyday life.Insight and Implications for society,
Thousands oaks: Pine Forge Press,1994
Hamzah, Andi. Pemberantasan Korupsi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006.
Hussein Alatas, Syed. Korupsi: Sifat, Sebab dan Fungsi, LP3ES, Jakarta, 1987. Lamintang, P.A.F Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1997.
Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1993.
Muhammad, Abdulkadir. Hukum dan Penelitian Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004.
Mustafa, Muhammad. Kriminologi, Depok FISIP UI PRESS, 2007.
Nawawi Arief, Barda Kebijakan Hukum Pidana, Penerbit PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002.
__________ Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana dalam Penanggulangan Kejahatan, Kencana, Jakarta, 2007.
Rukmini, Mien. Aspek Hukum Pidana dan Kriminologi, Alumni, Bandung, 2009. Sahetapy, J.E. Pisau Analisa Kriminologi, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005. Santoso, Topo dan A. Zulfa, Eva. Kriminologi, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2001.
Soekanto, Soerjono dan Abdullah, Mustafa. Sosiologi Hukum dan Masyarakat, Rajawali, Jakarta, 1980.
__________ Kriminologi Suatu Pengantar, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1981.
Soesilo, R Kriminologi, Politeia, Bogor, 1985.
Suandi Hamid, Edi dan Sayuti, Muhammad. Menyingkap korupsi, Kolusi, Nepotisme di Indonesia, Aditya Media, Yogyakarta, 1999.
Sutherland, Edwin dan Donald R. Cressey, Principles of Criminology, Sixth Edition, Jp Lipponscott Company, New York, 1960.
Tongat, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia dalam Perspektif Pembaharuan, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang, 2008.
Yunara, Edi. Korupsi dan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Berikut Studi Kasus, PT. Citra Aditya Bhakti, Bandung, 2005.
B. UNDANG-UNDANG DAN PERATURAN LAINNYA
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Hukum Acara Pidana (KUHAP).
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang
Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI.
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Republik Indonesia.
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan KUHAP.
C. SUMBER LAIN
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2007.