PENGGUNAAN KATA BERIMBUHAN DALAM LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI SISWA SMK NEGERI 2 BANDARLAMPUNG TAHUN 2013 DAN IMPLIKASINYA PADA PEMBELAJARAN BAHASA
INDONESIA DI SMK
Oleh
RIAN ANDRI PRASETYA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
PENGGUNAAN KATA BERIMBUHAN DALAM LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 DAN IMPLIKASINYA
PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMK
Rian Andri Prasetya
ABSTRAK
Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah penggunaan kata berimbuhan dalam laporan praktik kerja industri siswa SMK Negeri 2 Bandar Lampung tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan ketepatan dan ketidaktepatan penggunaan kata berimbuhan dalam laporan praktik kerja industri siswa SMK Negeri 2 Bandar Lampung tahun 2013.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Adapun tahapan dalam penelitian ini adalah membaca dan menandai setiap penggunaan kata berimbuhan yang mengalami proses morfofonemik yang terdapat pada laporan praktik kerja industri, kemudian menghitung jumlah penggunaan, ketepatan dan ketidaktepatan kata berimbuhan yang terdapat pada laporan praktik kerja industri, serta mempersentasikan ketepatan maupun ketidaktepatan kata berimbuhan.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
HALAMAN JUDUL... ii
PERSETUJUAN.. ... iii
PENGESAHAN ... iv
RIWAYAT HIDUP... v
MOTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
SANWACANA... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xiv
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah... 8
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1 Proses Morfologis ... 10
2.2 Proses Pembuahan Afiks ... 11
2.3 Kaidah Morfofonemik ... 12
2.3.1 Prefiks Atau Awalan ... 12
2.3.1.1 Morfofonemik Prefiks {meN-} ... 13
2.3.1.2 Morfofonemik Prefiks {peN-} ... 16
2.3.1.3 Morfofonemik Prefiks {ber-} ... 18
2.3.1.4 Morfofonemik Prefiks {ter-} ... 20
2.3.1.5 Morfofonemik Prefiks {per-} ... 20
2.3.2 Konfiks ... 21
2.3.2.1 Morfofonemik Konfiks {peN-an} . ... 21
2.3.2.2 Morfofonemik Konfiks {ber-an} ... 22
. 2.3.4 Sufiks ... 25
2.3.4.1 Morfofonemik Sufiks {-an} ... 25
2.4 Metode Agih ... 26
2.5 Praktik Kerja Industri ... 28
2.6 Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMK ... 30
III. METODE PENELITIAN ... 33
3.1 Desain Penelitian ... 33
3.2 Sumber Data ... 33
3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 35
3.4 Teknik Analisis Data ... 36
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37
4.1. Hasil Penelitian ... 37
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 43
4.2.1 Penggunaan Kata Berprefiks ... 43
4.2.2 Penggunaan Kata Berkonfiks ... 53
4.2.3 Penggunaan Kata Bersimulfiks ... 58
4.2.4 Penggunaan Kata Bersufiks ... 62
4.3 Implikasi Hasil Penelitian ... 63
V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 71
5.2 Saran ... 72
I. PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah
sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berbeda dengan Sekolah Menengah Atas (SMA), jika pada Sekolah Menengah Atas (SMA) pembelajaran teori lebih banyak
dibanding praktik maka pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) lebih banyak praktik dibanding teori. Hal tersebut terjadi karena pembelajaran
SMK bertujuan untuk membentuk lulusan yang siap kerja dan mandiri walaupun tidak menutup kemungkinan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi, sedangkan lulusan SMA lebih menitikberatkan
lulusannya untuk melanjutan pendidikannya ke perguruan tinggi.
Tujuan pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan adalah membentuk lulusan yang siap memasuki dunia kerja, dipekerjakan, atau sebagai wiraswasta. Untuk
memenuhi tujuan tersebut pemerintah menyusun kurikulum yang
menitikberatkan pada aplikasi ilmu oleh siswa pada tiap jurusan. Salah satu pembelajaran yang harus diikuti siswa untuk mendukung tujuan tersebut adalah
dengan mengikuti kegiatan Praktik Kerja Industri (Prakerin). Kegiatan ini dilaksanakan sebagai pembelajaran menerapkan ilmu yang didapat oleh siswa
di instansi pemerintah maupun badan usaha yang berkaitan langsung dengan
jurusan dan bidang keahlian masing-masing siswa SMK.
Kegiatan praktik kerja industri dilaksanakan oleh siswa SMK kelas XI (sebelas) pada semester genap sesuai dengan kurikulum yang terdapat dalam
silabus SMK. Kegiatan Praktik Kerja Industri (Prakerin) merupakan
penghubung antara program pembelajaran di sekolah dan program pencapaian
keahlian yang didapat melalui pengalaman siswa untuk terjun langsung dalam dunia kerja. Pengalaman yang didapat oleh siswa selama menjalani kegiatan praktik kerja industri kemudian dilaporkan ke dalam bentuk tertulis yang
disebut dengan laporan praktik kerja industri. Laporan praktik kerja industri ini merupakan bentuk pertanggungjawaban tertulis siswa yang berisi tentang
informasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa selama menjalani kegiatan praktik kerja industri.
Laporan praktik kerja industri (prakerin) terdiri atas 4 bab yaitu pendahuluan, uraian umum, uraian khusus, dan penutup. Penulisan laporan praktik kerja
industri memerlukan pengetahuan mengenai ragam bahasa baku, dengan menggunakan ragam bahasa baku yang baik dan benar maka siswa dapat
menyampaikan dengan baik kegiatan serta pengalaman-pengalaman yang telah dilaksanakan dan dialami oleh siswa selama mengikuti kegiatan prakerin dan dapat dijadikan bahan pembelajaran bagi adik-adik kelas yang juga akan
melaksanakan kegiatan prakerin. Ragam bahasa baku adalah ragam yang dilembagakan dan diterima di kalangan masyarakat luas sebagai bahasa resmi
3
dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar warga masyarakat pemakainya
sebagai kerangka rujukan norma atau kaidah bahasa dalam pemakaian. Sebagai kerangka rujukan, ragam bahasa baku berisi rujukan yang menentukan benar
tidaknya pemakaian bahasa, baik dalam bentuk lisan maupun dalam bentuk tulisan. Dalam pemakaiannya, ragam bahasa baku senantiasa
mempertimbangkan fungsi komunikasi dalam suasana formal, sekaligus
kebenaran pemakaian kaidah bahasa (Fuad, 2009:12). Ragam bahasa baku mempertimbangkan kebenaran pemakaian kaidah bahasa. Sehubungan dengan
hal tersebut, menguasai penggunaan ragam bahasa baku sangat penting bagi siswa yang akan menulis laporan praktik kerja industri agar setiap kegiatan
maupun kejadian dapat tersampaikan dengan baik.
Ragam bahasa baku menuntut penggunaan kata maupun bentuk kata yang tepat pada setiap kalimatnya. Kalimat tersusun dari kata-kata yang beragam, mulai dari bentuk tunggal maupun bentuk kompleks. Berdasarkan hal tersebut,
penggunaan kata dengan tepat sangat memengaruhi makna sebuah kalimat. Kecermatan seorang penulis dalam menggunakan kata harus sesuai dengan kaidah/aturan yang baku. Menurut Kridalaksana (dalam Sutawijaya, 1996:28)
kata ialah morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas. Satuan
gerak merupakan sebuah kata karena dapat diujarkan dalam bentuk yang bebas. Satuan gerak merupakan sebuah kata yang terdiri atas morfem. Definisi
diatas menjelaskan bahwa kata mungkin terdiri atas lebih dari satu morfem. Bentuk bergerak, mempertanggungjawabkan, permainan,dan membuat
Salah satu sifat bahasa adalah bersistem atau sistematis yang berarti bahwa di
dalam bahasa terdapat aturan atau kaidah-kaidah yang mengikat. Penggunaan bahasa yang terikat pada aturan-aturan atau kaidah membuktikan bahwa bahasa itu teratur. Salah satu kaidah yang ada di dalam bahasa Indonesia adalah kaidah
pembentukan kata yang terdiri dari pemajemukan, pengulangan, dan pembubuhan afiks. Proses pembubuhan afiks lebih dominan muncul dalam
setiap kalimat. Salah satu kaidah yang ada dalam proses pembubuhan afiks adalah kaidah morfofonemik. Ramlan (1983:83) mengemukakan bahwa morfofonemik adalah perubahan-perubahan fonem yang timbul akibat
pertemuan morfem dengan morfem lainnya. Perubahan-perubahan tersebut terjadi pada prefiks, konfiks, simulfiks, dan sufiks di dalamnya terdapat
kaidah-kaidah dalam perubahan fonem yang terjadi. Salah satu contoh kaidah morfofonemik adalah bentuk dasar keras yang bertemu dengan prefiks
meN-bentuknya akan berubah menjadi mengeras. Hal ini terjadi karena di dalam
kaidah morfofonemik prefiks meN- apabila bertemu dengan bentuk dasar yang berawalan fonem /k/ maka meN- akan berubah menjadi meng- dan fonem /k/
pada bentuk dasar mengalami peluluhan. Penggunaan kata berimbuhan paling
dominan muncul dalam setiap kalimat. Oleh karena itu, menulis laporan praktik kerja industri membutuhkan kecermatan dalam penggunaan imbuhan
pada kata. Imbuhan atau afiks adalah bentuk terikat yang bila ditambahkan pada bentuk lain akan mengubah makna gramatikalnya (Kridalaksana dalam
5
Banyaknya data yang akan diolah menuntut kegiatan harus serba cepat yang didukung dengan peralatan pengolahan data elektronik yang baik dalam hal ini adalah komputer yang harus ditunjang dengan spesifikasi yang mempunyai kemampuan atau kecepatan yang dapat diandalkan.
Kata mempunyai pada kalimat di atas merupakan contoh kata berimbuhan yang
diturunkan dari meN- + punyai. Jika dikaji dari kaidah morfofonemiknya penggunaan kata mempunyai pada kalimat di atas tidak tepat karena imbuhan
{meN-} pada kata mempunyai akan mengalami perubahan fonem. Perubahan fonem itu terjadi apabila {meN-} ditambahkan pada bentuk dasar yang berawalan fonem /p/, /b/, dan /f/ sehingga {meN-} berubah menjadi {mem-}.
Fonem /p/ pada bentuk dasar punya akan luluh kedalam fonem /m/ sehingga bentuknya menjadi memunyai. Berikut ini perbaikan kalimat di atas
“Banyaknya data yang akan diolah menuntut kegiatan harus serba cepat yang
didukung dengan peralatan pengolahan data elektronik yang baik, dalam hal
ini adalah komputer yang harus ditunjang dengan spesifikasi yang memunyai
kemampuan atau kecepatan yang dapat diandalkan”.
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk komunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan
benar, baik secara lisan maupun tulisan, serta menumbuhkan apresiasi terhadap karya kesastraan manusia Indonesia (Permen 22 tahun 2006). Pembelajaran bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran pokok yang dijadikan tolak
ukur dalam ujian nasional mencakup empat aspek keterampilan, yaitu
keterampilan mendengarkan, keterampilan berbicara, keterampilan membaca
secara terpadu dan berkaitan erat satu dengan yang lainnya disesuaikan dengan
karakterisitik dan tingkatan siswa dalam belajar bahasa dan diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi secara lisan maupun tulisan.
Kemampuan berbahasa secara lisan berkaitan dengan kemampuan
mendengarkan dan kemampuan berbicara, sedangkan kemampuan secara tulisan berkaitan dengan kemampuan membaca dan menulis.
Kemampuan berbahasa Indonesia secara lisan antara lain mampu menyampaikan informasi aktual secara emosional, menyatakan sikap
intelektual, serta menyatakan sikap moral. Kemampuan berbahasa Indonesia
secara tertulis diarahkan agar siswa memiliki kegemaran menulis sehingga mampu meningkatkan pengetahuannya, menyampaikan informasi aktual,
menyatakan sikap intelektual, menyatakan sikap moral dan mampu memanfaatkannya dalam kegiatan sehari-hari (Permen 22 tahun 2006).
Keterampilan berbahasa Indonesia secara tertulis juga merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang perlu diajarkan kepada siswa secara serius
karena pembelajaran menulis berkaitan dengan proses belajar untuk berpikir secara kreatif. Siswa dalam pembelajaran menulis akan lebih dituntut untuk
terus menambah pengetahuannya, baik yang berkaitan dengan tema, isi karangan, ataupun teknik penulisan yang baik (Akhadiah, 1997:24).
Pembelajaran keterampilan menulis di SMK berkaitan erat dengan
7
ungkapan yang tepat. Siswa dituntut untuk dapat memilih kata, bentuk kata,
dan ungkapan agar siswa dapat terampil dalam menyampaikan gagasan dan pemikirannya kepada orang lain melalui lisan maupun tulisan. pembelajaran
selanjutnya yaitu siswa dituntut untuk mampu menulis dengan memanfaatkan kategori dan kelas kata.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang telah di uraikan tersebut, penulis
merasa tertarik untuk meneliti penggunaan kata berimbuhan khususnya kata berimbuhan yang mengalami proses morfofonemik dalam laporan Praktik Kerja Industri siswa SMK Negeri 2 Bandar Lampung tahun 2013 dan
implikasinya pada pembelajaran Bahasa Indonesia di SMK. Penulis membatasi penelitian ini pada imbuhan yang mengalami proses morfofonemik. Penelitian
yang berkaitan dengan imbuhan sebelumnya sudah pernah diangkat oleh Supri Yanti (2008, mahasiswa program studi Bahasa dan Sastra Indonesia dan
Daerah) dengan judul “Penggunaan Kata Berimbuhan dalam Latar Belakang
Proposal Skripsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Periode Januari-April Tahun 2007”. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Penelitian sebelumnya dilakukan pada
mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unila, sedangkan penelitian ini dilakukan pada Sekolah Menengah Kejuruan. Subyek
penelitian ini juga berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitan
sebelumnya meneliti proposal skripsi, sedangkan penelitian kali ini meneliti
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan masalah
sebagai berikut, “Bagaimanakah penggunaan kata berimbuhan dalam laporan
Praktik Kerja Industri siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Bandar Lampung tahun 2013 dan implikasinya pada pembelajaran bahasa Indonesia di SMK?”
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan kata berimbuhan dalam laporan praktik kerja industri siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2
Bandar Lampung tahun 2013 dan implikasinya pada pembelajaran bahasa Indonesia di SMK.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut
1. siswa SMK Negeri 2 Bandar Lampung dapat mengetahui dan memahami
bentuk kesalahan dalam penggunaan kata berimbuhan;
2. guru Bahasa Indonesia dapat memanfaatkan hasil penelitian untuk
menekankan pembelajaran mengenai kata berimbuhan;
3. hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi bagi mahasiswa
untuk melakukan penelitian di bidang bahasa Indonesia.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini meliputi hal-hal sebagai berikut.
1. Sumber penelitian adalah laporan praktik kerja industri siswa Sekolah
9
2. Subjek analisis adalah penggunaan kata berimbuhan yang dibatasi pada
penggunaan kata berimbuhan yang mengalami proses morfofonemik dalam laporan praktik kerja industri siswa Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri 2 Bandar Lampung tahun 2013.
3. Jenis imbuhan yang diteliti pada penelitian ini adalah imbuhan yang
mengalami proses morfofonemik yang terdiri atas prefiks, konfiks,
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Morfologis
Chaer (2008:25) mengemukakan bahwa proses morfologi pada dasarnya adalah
proses pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalui pembubuhan afiks (dalam proses afiksasi), pengulangan (dalam proses reduplikasi), penggabungan
(dalam proses komposisi), pemendekan (dalam proses akronimisasi), dan pengubahan status (dalam proses konversi). Sejalan dengan pendapat tersebut,
Alam Sutawijaya dkk (1996:35) mengemukakan bahwa proses morfologis adalah proses pembentukan morfem menjadi kata.
Proses morfologis merupakan bagian dari linguistik yang dibahas dalam bidang morfologi. Morfologi dalam bidang linguistik membicarakan masalah
bentuk-bentuk dan pembentuk-bentukan kata (Chaer, 2008:3). Sejalan dengan pendapat
tersebut, Ramlan (1985:19) mengemukakan bahwa morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh
perubahan-perubahan bentuk kata terhadap arti kata. Selanjutnya, menurut Samsuri (1987:190) morfologi membicarakan bentuk kata dengan
menggabungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, penulis mengacu pada pendapat yang dikemukakan oleh Ramlan karena penelitian ini membahas
11
Proses morfologis dalam bahasa Indonesia meliputi: (1) proses pembubuhan afiks;
(2) proses pengulangan; dan (3) proses pemajemukan.
Proses morfofonemik dalam bahasa indonesia hanya terjadi dalam afiks
(morfem), baik prefiks, sufiks, infiks, maupun konfiks (Kridalaksana, 1996:183).
Oleh karena itu, penulis membatasi penelitian ini pada proses pembubuhan afiks.
2.2 Proses Pembubuhan Afiks
Proses pembubuhan afiks adalah pembubuhan afiks pada satuan-satuan, baik
satuan itu berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks, untuk membentuk kata (Ramlan, 1983:47). Pembubuhan afiks, artinya sebuah kata dasar apabila diberi imbuhan akan menjadi sebuah kata baru yang maknanya juga baru.
Melalui proses pembubuhan ini akan menghasilkan kata berimbuhan.
Dalam KBBI (2008: 692), kata berimbuhan adalah kata yang sudah mendapatkan imbuhan/afiks (prefiks, infiks, sufiks, atau konfiks). Sejalan dengan hal itu, Chaer (1998:45) mengemukakan bahwa kata berimbuhan adalah
kata yang dibentuk dari kata dasar/bentuk dasar dengan imbuhan/afiks. Kata berimbuhan yang dibahas dalam penelitian ini adalah kata berimbuhan yang
2.3 Kaidah Morfofonemik
Morfofonemik atau morfofonemis adalah subsistem yang menghubungkan morfologi dan fonologi. Di dalamnya dipelajari bagaimana morfem
direalisasikan dalam tingkat fonologi.
Chaer (2008:43) mengemukakan bahwa morfofonemik adalah kajian mengenai terjadinya perubahan bunyi atau perubahan fonem sebagai akibat dari adanya
proses morfologi, baik proses afiksasi, proses reduplikasi, maupun proses komposisi. Selanjutnya menurut Ramlan (1983:83) morfofonemik ialah
mempelajari perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan
morfem dengaan morfem lain. Proses morfofonemik dalam bahasa indonesia hanya terjadi dalam afiks (morfem), baik prefiks, sufiks, infiks, maupun konfiks
(Kridalaksana, 1996:183).
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, penulis berpedoman pada pendapat yang dikemukakan oleh Ramlan karena penelitian ini membahas
perubahan-perubahan kata yang terjadi dari proses bertemunya morfem yang satu dengan
morfem yang lain. Dalam uraian ini akan diikuti suatu urutan kata berimbuhan yang mengandung prefiks, konfiks, simulfiks, dan sufiks.
2.3.1 Prefiks atau awalan
Menurut Chaer (2008 : 23) prefiks adalah afiks yang dibubuhkan di kiri bentuk dasar. Bentuk prefiks yaitu prefiks ber-, prefiks me-, prefiks di-,
13
2.3.1.1Morfofonemik Prefiks {meN-}
Prefiks {meN-} dapat berubah bentuknya sesuai dengan fonem awal bentuk dasar diletakkannya. Adapun proses morfofonemiknya seperti berikut. 1. Prefiks{meN-} jika diikuti bentuk dasar yang berawalan dengan fonem
/p/, /b/, /f/ bentuknya akan berubah menjadi {mem-}.
Fonem /p/, /b/, /f/ akan luluh, kecuali pada beberapa bentuk dasar yang
berasal dari kata asing yang masih mempertahankan keasingannya. Contoh : meN- + paksa memaksa
meN- + fitnah memfitnah meN- + bawa membawa
Pada umumnya dasar yang bermula dengan fonem /f/ berasal dari
bahasa asing dan perlu diperhatikan bahwa fonem /p/ dari paksa
menjadi luluh ke dalam fonem /m/. Akan tetapi, peluluhan itu tidak terjadi jika fonem /p/ merupakan bentuk yang mengawali prefiks {per-}
atau dasarnya berawal dengan {per-} dan {pe-} tertentu (Alwi, dkk., 2003:111).
Contoh: meN- + permainkan mempermainkan
meN- + pererat mempererat
2. Prefiks {meN-} jika diikuti bentuk dasar yang berawalan dengan fonem
/t/ atau /d/ bentuknya akan berubah menjadi {men-}. Contoh: meN- + tari menari
Perlu diperhatikan bahwa fonem /t/, sperti yang terdapat pada kata tarik
menjadi luluh ke dalam fonem /n/. Pada dasar yang dimulai dengan {ter-} seperti pada kata terinjak, fonem /t/ kadang-kadang luluh,
kadang-kadang tidak. Dengan demikian, kata yang sering dipakai umumnya cenderung luluh, sedangkan yang jarang dipakai sering muncul tanpa peluluhan (Alwi, dkk., 2003:111).
3. Prefiks {meN-} jika diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem
/c/, /s/, /j/ bentuknya berubah menjadi {meny-}. Contoh: meN- + cuci mencuci
meN- + serang menyerang meN- + jerat menjerat
4. Prefiks {meN-} jika diikuti bentuk dasar yang berawalan dengan fonem
/u/, /e/, /a/, /i/, /o/, /ə/, /k/, /g/, /h/, dan /x/ bentuknya berubah menjadi {meng-}.
Contoh: meN- + uap menguap meN- + keras mengeras
meN- + goyang menggoyang
5. Prefiks {meN-} jika diikuti bentuk dasar yang berawalan dengan fonem
/y/, /r/, /l/, /w/, /m/, /n/, /ny/, /ng/ bentuknya berubah menjadi {me-}.
Contoh: meN- + yakin meyakinkan meN- + lupakan melupakan
meN- + wariskan mewariskan
6. Prefiks {meN-} jika diikuti bentuk dasar yang terdiri dari satu suku
15
Contoh: meN- + tik mengetik
meN- + cat mengecat
7. Prefiks {meN-} jika diikuti bentuk dasar yang berawalan dengan fonem
/k/, /g/, /x/, /h/ dan fonem vokal bentuknya berubah menjadi {meng-}. Contoh: meN- + kejar mengejar
meN- + goreng menggoreng
meN- + hilang menghilang meN- + ajar mengajar
meN- + ikat mengikat meN- + urut mengurut
meN- + ekor mengekor meN- + obral mengobral Makna prefiks {meN-}
Menurut Kridalaksana (1996: 40-67) prefiks {meN-} berfungsi sebagai pembentuk verba, dan adjektiva. Makna yang terkandung dalam kata berimbuhan {meN-} ialah makna inheren perbuatan (aksi),
proses, atau keadaan yang bukan sifat atau kualitas (Alwi, dkk., 2003:87).
Makna prefiks {meN-} pembentuk verba:
1. „melakukan‟, contoh: melukis, menggoreng; 2. „memakai‟, contoh: mencangkul, menjala;
3. „hidup sebagai, hidup di‟, contoh: menjanda, menduda; 4. „membuat‟, contoh: menumis, menjebak;
6. „menuju ke ...‟, contoh: mengudara, mendarat;
7. „mencari atau mengumpulkan‟ contoh: merotan, merumput; 8. „menjadi‟, contoh: membantu, membentuk;
9. „berlaku seperti atau menyerupai‟, contoh: membeo,
menyemut.
Makna prefiks {meN-} pembentuk adjektiva: 1. „menjadi‟, contoh: merakyat; dan
2. „mengarah ke‟, contoh: mengurang, melebih.
2.3.1.2Morfofonemik prefiks {peN-}
1. Prefiks {peN-} jika diikuti bentuk dasar yang berawal dengan
fonem /p/, /b/, /f/ bentuknya berubah menjadi {pem-}. Contoh: peN- + pikir pemikir
peN- + buat pembuat peN- + fitnah pemfitnah
2. Prefiks {peN-} jika diikuti bentuk dasar yang berawal dengan
fonem /t/, /d/, /s/ maka bentuknya akan berubah menjadi {pen-}. Contoh: peN- + tari penari
peN- + dosa pendosa peN- + survei pensurvei
3. Prefiks {peN-} jika diikuti bentuk dasar yang tidak berawal dengan
17
4. Prefiks {peN-} apabila diikuti bentuk dasar yang terdiri dari satu
suku kata maka bentuntuknya berubah menjadi {penge-}. Contoh: peN- + tik pengetik
peN- + bom pengebom
5. Prefiks {peN-} apabila diikutti bentuk dasar yang berawal dengan
fonem /y/, /r/, /l/, /w/ maka bentuknya akan berubah menjadi
{pe-}.
Contoh: peN- + yoga peyoga
peN- + rasa perasa peN- + lompat pelompat
peN- + waris pewaris
6. Prefiks {peN-} jika diikuti bentuk dasar yang berawalan dengan
fonem /k/, /g/, /x/, /h/ dan fonem vokal bentuknya berubah
menjadi {peng-}.
Contoh: peN- + kejar pengejar peN- + garap penggarap
peN- + hancur penghancur peN- + angkut pengangkut
peN- + ikat mengikat peN- + urut pengurut peN- + ekor pengekor
peN- + obral pengobral Makna prefiks {peN-}
(1) „pelaku‟ dengan kata lain dapat dikatakan menyatakan
makna „agentif‟. Makna ini terdapat dalam kata-kata: pelari,
pemain, penembak, pengarang.
(2) „alat‟ makna ini terdapat dalam kata-kata: pemotong,
pemukul, pemancar.
(3) „menyatakan memiliki sifat yang tersebut pada kata dasar‟.
Makna ini terdapat dalam kata-kata: penakut, periang, pemalas, pemalu.
(4) „yang menyebabkan adanya sifat yang tersebut pada bentuk
dasar‟. Makna ini terdapat dalam kata-kata: pengeras,
penguat, pendingin, pemanas, penghancur.
2.3.1.3Morfofonemik Prefiks {ber-}
(1) Prefiks {ber-} jika diikuti bentukndasar yang berawal dengan
fonem /r/ atau /ər/ (suku pertama), bentuknya akan berubah
menjadi {be-}.
Contoh: ber- + rantai berantai ber- + kerja bekerja
(2) Prefiks {ber-} jika diikuti bentuk dasar {ajar} maka bentuknya
menjadi {bel-}
Contoh: ber- + ajar belajar
(3) Prefiks {ber-} jika diikuti bentuk dasar selain yang tersebut di atas,
19
Contoh: ber- + main bermain
ber- + malam bermalam Makna prefiks {ber-}
Prefiks {ber-}menurut Kridalaksana (1996: 44-84) berfungsi sebagai pembentuk verba, adjektifa, dan numeralia. Makna prefiks {ber-} pembentuk verba:
1. „sedang mengerjakan‟, contoh: berjoget, berjudi, berlari; 2. „mengusahakan sebagai mata pencaharian‟, contoh:
berladang, berternak;
3. „memanggil‟, contoh: berayah, beradik, bertuan;
4. „memperoleh, menghasilkan‟ contoh: beranak, berbunyi,
berhasil;
5. „menjadi atau berlaku seperti‟ contoh: berhamba, bersitegang;
6. „refleksi‟, contoh: berhias, bercukur; 7. „memakai‟, comtoh: bersepatu, bercelana; 8. „memunyai‟, contoh: bernama, beristri;
9. „mengendarai‟ contoh: bermobil, bersepeda;
10. „dalam keadaan‟, contoh: bersedih, bersuka, berduka;
11. „kumpulan/kolektif, contoh: berdua, berlima;
12. „melakukan perbuatan‟, contoh: bermain, bekerja, belajar,
2.3.1.4Morfofonemik Prefiks {ter-}
(1) Prefiks {ter-} berubah menjadi {te-}, jika bertemu dengan dasar fonem
yang berawal /r/ atau suku pertama berakhir dengan /ər/. Contoh :
teramah, terasa, terobek, dan lain-lain.
(2) Prefiks {ter-} jika diikuti bentuk dasar selain yang tersebut di atas ialah
bentuk dasar yang tidak berawal dengan fonem /r/ atau berakhir /ər/
pada suku pertama, maka bentuknya tidak berubah. Contoh: teringat, terpejam, terbuai, dan lain-lain.
Makna Prefiks {ter-}
Prefiks {ter-} menurut Kridalaksana (1996: 48) berfungsi sebagai
pembentuk verba. Makna prefiks {ter-} pembentuk verba:
1. „sudah di‟, „perfektif‟, contoh: terikat, ternama, tersurat, tertulis 2. „spontan/ tiba-tiba‟, contoh: terduduk, teringat,terkejut
3. „ketidaksengajaan‟, contoh: terjatuh, terkilir, tertabrak, dan lain-lain.
2.3.1.5Morfofonemik Prefiks {per-}
1. Prefiks {per-} jika diikuti bentuk dasar yang berawalan dengan fonem
/r/ bentuknya akan berubah menjadi {pe-}.
Contoh: per- + rampok perampok
2. Prefiks {per-} jika diikuti bentuk dasar yang berupa morfem dasar
{ajar} maka bentuknya akan berubah menjadi {pel-}. Contoh: per- + ajar pelajar
3. Prefiks {per-} jika diikuti bentuk dasar yang tidak berawal dengan
21
Makna Prefiks {per-}
Prefiks {per-} menurut Kridalaksana (1996: 47) berfungsi sebagai pembentuk verba. Makna prefiks {per-} pembentuk verba:
1. „menjadikan atau membuat sesuatu jadi‟, contoh: perbudak, perkuda; 2. „memanggil atau menganggap sebagai‟, contoh: pertuan, peristrilah;
3. „membagi atau membuat jadi‟, contoh: pertiga, perlima;
4. „membuat lebih‟, contoh: perendah, perbesar, perbagus, dan lain-lain.
2.3.2 Konfiks
Konfiks adalah gabungan dari dua macam imbuhan atau lebih yang
bersama-sama membentuk satu arti (Keraf, 1984:114). Berikut uraian kaidah morfofonemik untuk kata berkonfiks.
2.3.2.1Morfofonemik Konfiks {peN-an}
Konfiks {peN-an} mengalami perubahan bentuk menjadi {pem-an}, { pen-an}, {peny-an}, {pe-an}, {penge-an}, {peng-an}.
Contoh: peN- + pinjam + -an peminjaman peN- + jual + -an penjualan peN- + rasa + -an perasaan
Makna konfiks {peN-an}
Konfiks {peN-an} dapat menyatakan makna sebagai berikut:
1. „cara melakukan yang tersebut pada kata sejalan‟, contoh: penampilan
cara menampilkan.
2. „hal melakukan yang tersebut pada kata sejalan‟, contoh: pembelian hal
3. „hasil perbuatan yang tersebut pada kata sejalan‟, contoh: pengucapan
hasil dari usaha mengucap.
4. „alat yang digunakan untuk melakukan perbuatan pada kata yang
sejalan‟, contoh: pendengaran alat untuk mendengar, pernapasan alat
untuk bernapas.
5. „ tempat melakukan perbuatan yang tersebut pada kata yang sejalan‟,
contoh: perkuburan tempat untuk mengubur.
6. „proses‟, contoh: pengelolaan, pengolahan, dan lain-lain.
2.3.2.2Morfofonemik Konfiks {ber-an}
Konfiks {ber-an} dengan variasi bentuknya {be-an}, dan bentuk tetap {ber-an}.
Contoh : ber- + pergi + -an bepergian ber- + datang + -an berdatangan Makna konfiks {ber-an}
Konfiks {ber-an} dapat menyatakan makna sebagai berikut: 1. „melakukan kegiatan (dasar)‟, contoh: berdatangan, bepergian;
2. „resiprokal‟, contoh: berciuman, berpelukan, berduaan;
3. „berelasi (dasar)‟, contoh: berdekatan, bermusuhan, berjauhan;
4. „posesif‟, contoh: beralasan, berhalangan, berlawanan, dan sebagainya;
5. „saling‟, contoh: bersentuhan, bersalaman, berpapasan, dan sebagainya.
2.3.2.3Morfofonemik Konfiks {per-an}
Konfiks {per-an} mengalami variasi bentuk menjadi {pe-an}, dan ada yang
23
Contoh: per- + main + -an permainan
Per- + gerak + -an pergerakan
Makna Konfiks {per-an}
Konfiks {per-an} mempunyai makna sebagai berikut:
1. „menyatakan tempat‟, contoh: pelabuhan, pekuburan, peternakan, dan
sebagainya;
2. „menyatakan hasil perbuatan‟, contoh: permainan, pemalsuan,
pengaduan, dan sebagainya;
3. „menyatakan peristiwa itu sendiri atau hal perbuatan”, contoh:
pengajaran, pencaharian, peraturan, dan sebagainya.
2.3.3 Simulfiks
Simulfiks adalah gabungan dari dua macam imbuhan atau lebih yang tiap-tiap
unsur tetap mempertahankan arti dan fungsinya masing-masing (Keraf, 1984:115).
2.3.3.1Morfofonemik Simulfiks {meN-kan}
Simulfiks {meN-kan} mengalami perubahan bentuk yang hampir sama
dengan prefiks {meN-} menjadi {mem-kan}, {men-kan}, {meny-kan}, {meng-kan}, dan {me-kan}.
Contoh: meN- + baca + -kan membacakan meN- + tamat + -kan menamatkan
Makna simulfiks {meN-kan}
Simulfiks {meN-kan} menyatakan makna sebagai berikut:
1. „melakukan perbuatan untuk orang lain‟, contoh: menuliskan,
membacakan, menyanyikan;
2. „menyebabkan menyanggap‟, menjatuhkan, mengurbankan,
mendewakan;
3. „menyebabkan...menjadi‟, contoh: merobekkan, merusakkan; 4. „menyebabkan melakukan perbuatan yang tersebut pada kata yang
dilekati‟, contoh: menerbangkan, mendirikan;
5. „membawa atau memasukan...ke suatu tempat‟, contoh: memojokkan,
memenjarakan;
6. „melakukan perbuatan dengan sungguh-sungguh‟, contoh:
mendengarkan, merasakan, menyanyikan, dan sebagainya.
2.3.3.2Morfofonemik Simulfiks {meN-i}
Simulfiks {meN-i} mengalami perubahan bentuk sesuai dengan proses morfofonemiknya, sama halnya dengan prefiks {meN-} yang mengalami perubahan bentuk menjadi {mem-i}, {men-i}, {meny-i}, {meng-i}, dan
{me-i}.
Makna simulfiks {meN-i}
1. „melakukan perbuatan berulang-ulang‟ atau „ intensitas‟, contoh:
menaburi, menulisi, memukuli;
2. „memberikan sesuatu‟, contoh: membubuhi, menggarami, menyabuni;
25
4. „objeknya menyatakan makna tempat‟, contoh: menduduki,
menghadiri;
5. „objeknya menyatakan makna penerimaan‟, contoh: menugasi,
membebani.
Persamaan simulfiks {meN-i} dan {meN-kan}.
Kedua simulfiks tersebut berfungsi sebagai pembentuk kata kerja aktif
transitif.
Contoh: Pelaut menyeberangi lautan. Pelaut menyeberangkan kapalnya.
Perbedaan simulfiks {me-i} dan {me-kan}.
1. Objek yang mengikuti kata kerja berafiks {me-i} merupakan objek yang
tidak bergerak dan sebagai objek penyerta.
2. Objek yang mengikuti kata kerja berafiks {me-kan} merupakan objek
yang bergerak dan sebagai penderita.
2.3.4 Sufiks
Sufiks atau akhiran merupakan proses membubuhkan afiks pada akhir bentuk dasar. Dalam bahasa Indonesia setidak-tidaknya dapat dijumpai tiga macam
sufiks, yaitu {-an} {-i}, dan {-kan} (Widodo, 1996:27). Proses morfofonemik yang terjadi pada sufiks hanya pada sufiks {-an}, berikut penjelasan mengenai proses morfofonemik pada sufiks {-an}.
2.3.4.1Sufiks {-an}
Morfofonemik dalam pengimbuhan sufiks {-an} dapat berupa a)
a. Pemunculan Fonem
Pemunculan fonem yang terdapat dalam morfofonemik sufiks {-an} terdiri dari fonem /w/, /y/, dan fonem glotal /?/. Pemunculan fonem /w/ dapat
terjadi apabila sufiks {-an} diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhir dengan fonem vokal /u/. Pemunculan fonem /y/ dapat terjadi apabila sufiks
{-an} diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhir dengan vokal /i/. Perlu
untuk dicatat bahwa dalam sistem ejaan yang berlaku saat ini fonem /w/, dan
/y/ pada morfofonemik sufiks{-an} tidak dituliskan. Pemunculan fonem
glotal /?/ dapat terjadi apabila sufiks {-an} diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhir dengan fonem vokal /a/.
Contoh : himbau + an himbauwan hari + an hariyan
(per) usaha + an (per) usaha?an b. Pergeseran Fonem
Pergeseran fonem terjadi apabila sufiks {-an} diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhir dengan sebuah konsonan. Dalam pergeseran ini konsonan
tersebut bergeser membentuk suku kata baru dengan sufiks {-an}. Contoh : jawab + an ja.wa.ban
pikir + an pi.ki.ran lompat + an lom.pa.tan
2.4 Metode Agih
27
menguraikan satuan bahasa atas unsur-unsurnya (Sudaryanto, 1993:4). Teknik
bagi unsur langsung adalah teknik analisis data dengan cara membagi suatu kontruksi menjadi beberapa bagian dan bagian – bagian atau unsur- unsur itu
dipandang sebagai bagian atau unsur yang langsung membentuk kontruksi yang dimaksud. Manfatnya adalah menentukan bagian- bagian fungsional suatu kontruksi. Alat penentu teknik unsur langsung adalah institusi
kebahasaan peneliti terhadap bahasa yang diteliti. Institusi kebahasaan artinya, kesadaran penuh yang tak dirumuskan, tetapi terpercaya, terhadap apa dan
bagiamana kenyataan yang bersifat kenyataan.
Berikut ini contoh menguraikan kata “berhalangan”.
berhalangan berhalangan
halangan
ber-an halang ber- halang -an
Dari proses penurunan kata “berhalangan” terdapat dua proses yang berbeda.
Proses pertama adalah proses pembentukan kata berhalangan yang diturunkan
dari konfiks{ber-an}digabungkan dengan dasar {halang} sedangkan pada proses kedua kata berhalangan berasal dari prefiks {ber-} digabungkan dengan
{halangan}.
Dari uraian di atas, kata berhalangan tidak terbentuk dari dasar {halang} dan konfiks {ber-an} , tetapi dari prefiks {ber-} dengan bentuk yang sudah
bersufiks {-an}, yakni {halangan}. Kata halangan tidak mengandung konfiks karena dipisahkannya {ber-} dari halangan justru meninggalkan bentuk berupa
digabungkan dengan prefiks {ber-}. Makna dari gabungan {ber-} dan
{halangan} tidak hanya ditelusuri dari penggabungan itu sendiri, tetapi juga dari kaidah umum bahasa Indonesia mengenai prefiks {ber-}, yakni prefiks
{ber-} bermakna „memunyai‟. Dengan demikian, berhalangan berarti
„memunyai halangan‟. Sebaliknya jika {ber-an} pada kata berhalangan
dianggap sebagai konfiks, dasarnya {halang} makna dari gabungan tersebut
tidak sesuai dengan kaidah yang ada di dalam konfiks {ber-an} karena makna
„memunyai‟ tidak ada dalam kaidah konfiks {ber-an}.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa berhalangan tidak mengandung konfiks
{ber-an} dan dasar {halangan}, tetapi dari prefiks {ber-} dengan dasar yang sudah bersufiks {-an}, yakni halangan (Alwi, dkk, 2003: 103-104).
2.5 Praktik Kerja Industri
Tuntutan persaingan dalam era global akan diwarnai: Persaingan tenaga kerja yang semakin ketat; Keterbukaan bursa kerja di tingkat Internasional;
Multyskill yang komperatif dan kompetitif; Kompetensi individu dan teamwork
yang solid; Profesionalisme yang tinggi. Berdasar pada kenyataan tersebut perlu diadakan langkah yang proaktif, salah satu langkah tersebut adalah
peningkatan sumber daya manusia (SDM). Peningkatan tersebut dilakukan secara terprogram, bertahap dan berkelanjutan serta kontekstual dengan memadukan, menyinergikan seluruh sumber daya internal dan eksternal serta
29
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai subsistem pendidikan nasional
bertanggung jawab dalam menyiapkan SDM tingkat menengah yang handal, dituntut untuk menerapkan prinsip demand, job oriented, dan dual based
program, yang berorienasi kepada kebutuhan pasar bahkan mampu mengembangkan inovasi untuk memengaruhi perubahan kebutuhan pasar sehingga dapat mewujudkan kepuasan pelanggan. Praktik Kerja Industri
(Prakerin) merupakan bagian dari Pendidikan Sistem Ganda (PSG) yang merupakan inovasi pada program SMK, dimana peserta didik melakukan
praktik kerja (magang) di perusahaan atau industri yang merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan pelatihan di SMK.
Pendidikan Sistem Ganda (PSG) diilhami oleh dua sistem yang dilakukan di
Jerman. Sistem ini mulai diberlakukan di Indonesia berdasarkan kurikulum tahun 1994 dan dipertajam dengan kurikulum SMK tahun 1999 serta dipertajam dengan kurikulum SMK tahun 2004. Pendidikan Sistem Ganda
(PSG) di Indonesia diselenggarakan selama beberapa bulan selama siswa mengenyam pendidikan selama tiga tahun di SMK. Pendidikan Sistem Ganda melalui program prakerin merupakan satu langkah nyata untuk membuat
sistem pendidikan dan pelatihan kejuruan lebih relevan dengan dunia kerja dalam rangka menghasilkan tamatan yang bermutu. Program yang
dilaksanakan di industri atau dunia usaha meliputi:
1. Praktik dasar kejuruan yang sebagian dilaksanakan di sekolah dan
sebagian lainnya dilaksanakan di industri. Praktik dasar kejuruan dapat
pelatihan yang memadai. Namun, apabila industri pasangan industri tidak
memiliki fasilitas pelatihan maka kegiatan praktik dasar kejuran sepenuhnya diadakan di sekolah.
2. Praktik keahlian produktif dilaksanakan di industri dalam bentuk praktik
kerja industri berbentuk kegiatan mengerjakan pekerjaan produksi atau jasa di industri atau perusahaan.
2.6 Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMK
Pembelajaran di sekolah disusun untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik dengan guru, peserta didik dengan lingkungan, dan
peserta didik dengan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Kompetensi dasar harus memiliki indikator-indikator
sebagai acuan untuk mencapai tujuan pembelajaran, serta sebagai dasar kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan di dalam kelas.
Pembelajaran bahasa Indonesia yang baik dan benar bertujuan agar peserta didik memahami dan menggunakan bahasa Indonesia dengan sebaik-baiknya
dalam pembelajaran maupun dalam keseharian peserta didik. Pembelajaran bahasa Indonesia di SMK yang berkaitan dengan penggunaan kata berimbuhan
terdapat pada kurikulum tingkat satuan pendidikan tahun 2006 . berikut ini adalah kompetensi dasar yang berkaitan dengan penggunaan kata berimbuhan.
Kompetensi dasar 1.6. Memilih kata, bentuk kata dan ungkapan yang tepat.
31
dilepaskan dari penggunaan kata berimbuhan. Pembelajaran mengenai kata
berimbuhan dilaksanakan menggunakan teks bacaan yang diberikan kepada peserta didik sebagai bahan pembelajaran. Teks bacaan tersebut digunakan
peserta didik untuk mencari penggunaan kata berimbuhan yang tepat mauun penggunaan kata berimbuhan yang tidak tepat.
Kompetensi dasar 1.15. Menulis dengan memanfaatkan kategori/kelas kata.
Indikator pembelajaran dalam kompetensi dasar ini adalah menggunakan kata atau bentuk kata yang sama dalam perincian dengan memperhatikan
keefektifan dan keefesiensian rincian. Pembelajaran mengenai kata berimbuhan
pada kompetensi dasar ini menjadi lebih kompleks karena peserta didik tidak hanya menemukan dan menentukan penggunaan kata berimbuhan dalam teks
secara tepat, peserta didik juga dituntut untuk dapat menggunakan kata berimbuhan secara tepat, efektif dan efisien dalam menulis rincian dari teks yang telah diberikan.
Pada uraian di atas telah dipaparkan beberapa materi pembelajaran siswa SMK
tentang penggunaan kata berimbuhan yang baik dan benar dalam setiap pembelajaran. Penerapan pembelajaran bahasa Indonesia mengenai kata
bertujuan agar siswa mampu memahami dan menggunakan kata maupun bentuk kata secara tepat dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, penggunaan kata dan bentuk kata yang tepat akan lebih memudahkan siswa dalam
berkomunikasi karena penggunaan kata dan bentuk kata yang tepat akan membuat orang lain mudah untuk menerima maksud yang disampaikan.
harus dipahami karena penggunaan kata berimbuhan tidak pernah terlepas
dalam kehidupan sehari-hari untuk berkomunikasi, berinteraksi dan bersosialisasi. Penggunaan kata berimbuhan harus diajarkan dengan baik
III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian
deskriptif. Desain penelitian deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah dengan memaparkan keadaan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang
tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1994:73). Dalam hal ini, masalah yang dapat dideskripsikan adalah penggunaan kata berimbuhan dalam laporan
Praktik Kerja Industri (Prakerin) siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Bandar Lampung.
Adapun metode kajian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode distribusional atau metode agih. Metode ini merupakan suatu metode yang
memiliki alat penentu yang berasal dari bahasa yang diteliti. Metode kajian distribusional memiliki teknik dasar yang disebut teknik bagi unsur langsung (BUL).
3.2 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah laporan Praktik Kerja Industri
(Prakerin) siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Bandar Lampung. Dari
sebelas program keahlian yang ada di SMK Negeri 2 Bandar Lampung hanya program keahlian Teknik Komputer Jaringan yang mewajibkan siswanya
ini hanya terbatas pada laporan praktik kerja industri yang disusun oleh siswa
[image:41.595.108.543.198.725.2]program keahlian Teknik Komputer Jaringan yang berjumlah 20 laporan praktik kerja industri.
Tabel 1. Data sampel yang digunakan sebagai objek penelitian
Kode Laporan Nama Siswa Judul laporan prakerin
Laporan-1 Sinta Afriyani
Laporan Hasil Program Praktek Kerja Industri PT Mandala Lintas Nusa (Nusanet) Lampung
Laporan-2 Radot Yogi Alexander Simanungkalit
Laporan Hasil Program Praktek Kerja Industri PT Prima Solusindo Bandar Lampung
Laporan-3 Astrit septian wulandari
Laporan Hasil Program Praktek Kerja Industri CV Slara Niaga Komputer Bandar Lampung
Laporan-4 Laela Safitri Laporan Hasil Program Praktek Kerja Industri Cahaya Komputer Bandar Lampung
Laporan-5 M. Wildan Mubarok Laporan Praktek Kerja Industri pada Bina Eka Satriatama Network
Laporan-6 Yona Annisa Laporan Hasil Program Praktek Kerja Industri
Laporan-7 Delian Ferydho
Laporan Hasil Program Praktik Kerja Industri PT. Prima Teknologi Solusindo Bandar Lampung
Laporan-8 Syahrul Priyono Jufri Laporan Kegiatan Praktek Kerja Industri
Laporan-9 Nur Asma Laporan Praktik Kerja Industri
Laporan-10 Heddy Yusri
35
Laporan-11 Egy Andre Pratama
Laporan Hasil Program Praktek Kerja Industri PT. Prima Teknologi Solusindo Bandar Lampung
Laporan-12 Rahmad Fadil Laporan Hasil Program Praktik Kerja Industri Bestnet Komputer
Laporan-13 Putri Safara Mahardika
Laporan Hasil Program Praktik Kerja Industri Syscom Simpur Center
Laporan-14 Muhammad Alif
Merakit Komputer dan Mendiagnosis Kerusakan Komputer (Laporan hasil Praktik Kerja Industri)
Laporan-15 Surya Allit Prayogi
Laporan Hasil Program Praktek Kerja Industri PT. Prima Teknologi Solusindo Bandar Lampung
Laporan-16 Indriwan Rodfi Rizaldi
Praktek Kerja Industri pada Bina Eka Satriatama Network
Laporan-17 Okta Firmanto
Laporan Hasil Program Praktek Kerja Industri PT. Prima Teknologi Solusindo Bandar Lampung
Laporan-18 Muhammad Dani Ramanda
Laporan Praktek Kerja Industri DNS Server dan SNMP OpenBSD
Laporan-19 Tommy Arief W Laporan Praktik Kerja Industri pada CiptaMandiri Computer
Laporan-20 Dony Puryadi Laporan Praktik Kerja Industri pada Cipta Mandiri Computer
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dokumentasi, yaitu mencari dan mengumpulkan data dari laporan Praktik Kerja
Industri (Prakerin) siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Bandar
3.4 Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. membaca laporan prakerin siswa Sekolah menengah Kejuruan Negeri 2
Bandar Lampung secara berulang-ulang;
b. memberi kode (huruf) pada setiap sumber data yang telah dibaca;
c. menentukan kata berimbuhan yang mengalami proses morfofonemik dalam
laporan prakerin siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Bandar Lampung;
d. menguraikan kata berimbuhan yang mengalami proses morfofonemik untuk
mengetahui bentuk imbuhan dan bentuk dasar dengan menggunakan teknik BUL;
e. mengklasifikasikan penggunaan kata berimbuhan sesuai dengan imbuhan
yang digunakan;
f. memberi tanda lingkaran pada setiap penggunaan yang tepat dan tanda
silang pada setiap penggunaan yang tidak tepat.
g. menghitung frekuensi penggunaan kata berimbuhan yang mengalami proses
morfofonemik baik yang tepat maupun yang tidak tepat;
h. mempersentasikan penggunaan kata berimbuhan yang mengalami proses
morfofonemik dalam latar belakang laporan prakerin siswa Sekolah
Menengah Negeri 2 Bandar Lampung, untuk mengetahui jumlah penggunaan kata berimbuhan digunakan rumus
jumlah penggunaan yang tepat
x 100%
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil dan bahasan penelitian mengenai penggunaan kata berimbuhan dalam laporan Praktik Kerja Industri Program Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan tahun 2013, ditemukan 2932 penggunaan kata berimbuhan yang mengalami proses morfofonemik. Dari 2932 penggunaan kata berimbuhan yang menjadi data penelitian, terdapat 2897 kata berimbuhan yang penggunaannya tepat atau sebesar 98,8% dan 35 kata berimbuhan yang penggunaannya tidak tepat atau sebesar 1,54%.
Penggunaan kata berimbuhan yang ditemukan dalam penelitian meliputi, 1. penggunaan kata berprefiks sebanyak 1089 kata yang terdiri atas prefiks
{meN-} dengan alomorf yang ditemukan adalah {men-}, {mem-}, {me-i},
{meny-}, {menge-}, dan {meng-}; prefiks {ber-} dengan alomorf yang ditemukan yaitu {ber-}, {bel-} dan {be-}; prefiks {peN-} dengan beberapa alomorf yang ditemukan yaitu {pen-}, {pe-}, {pem-}, {peng-}, dan {peny-}; prefiks {per-} dengan alomorf yang ditemukan {per-}, {pe-}, {pel-}; prefiks
{ter-} tidak ditemukan alomorfnya.
2. penggunaan kata berkonfiks sebanyak 628 kata yang terdiri atas konfiks
{peN-an}, dengan alomorf yang ditemukan adalah {pen-an}, {pem-an}, {peng-an}, dan {peny-an}; konfiks {per-an)}sebanyak 232 kata dengan alomorfnya yaitu: {per-an}, {pel-an) dan {pe-an}; dan berkonfiks,{ber-an}
3. penggunaan kata bersimulfiks sebanyak 764 yang terdiri alas {me-kan}
dengan alomorf yang ditemukan yakni {me-kan}, {men-kan}, {meny-kan} {meng-kan}, {mem-kan}; dan {me-i} sebanyak 222 kata dengan alomorf yang
ditemukan adalah {men-i}, {meny-i}, {meng- i}, dan {mem-i}.
4. penggunaan kata bersufiks ditemukan sebanyak 451 kata atau sebesar 15,38
% yang terdiri dari pemunculan fonem /w/ dan /y/ serta pergeseran fonem
dasar yang berarti pergeseran suku kata pada bentuk dasar yang telah diimbuhkan sufiks {-an}.
Berdasarkan hasil dan bahasan penelitan mengenai penggunaan kata berimbuhan
dalam laporan praktik kerja industri (prakerin) Siswa SMK Negeri 2 Bandar Lampung Tahun 2013 ditemukan penggunaan kata berimbuhan yang
penggunaannya tepat dari segi bentuk. Selain itu, ditemukan pula penggunaan kata berimbuhan yang tidak tepat dari segi bentuk. Ketidaktepatan dari segi morfofonemiknya terjadi pada kata berimbuhan }, {ter-}, {per-an}, {meN-kan},dan {meN-i} yakni ketidaktepatan dari segi kaidah morfofonemiknya.
B. Saran
Berdasarkan simpulan di atas, dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut 1. Siswa SMK Negeri 2 Bandar Lampung, hendaknva lebih mencermati kaidah
pembentukan kata salah satunya dalam hal penggunaan kata berimbuhan sehingga penggunaan kata berimbuhan dalam kalimat menjadi benar.
2. Ketua program keahlian TKJ hendaknya lebih teratur dalam menyimpan
dokumen-dokumen laporan praktik kerja industri sehingga dapat dengan
73
3. Kepala Sekolah SMK Negeri 2 Bandar Lampung, hendaknya mewajibkan
seluruh siswa pada setiap program keahlian yang mengikuti kegiatan praktik kerja industri (prakerin) membuat laporan praktik kerja industri karena
membuat laporan prakerin dapat dijadikan latihan siswa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta melatih keterampilan berbahasa siswa yang kelak akan sangat berguna pada saat siswa masuk ke dunia kerja.
4. Dalam mengajarkan tata pembentukan kata, handaknya guru mata pelajaran
Bahasa Indonesia lebih memfokuskan pada pengajaran dari segi bentuk dan
makna kata berimbuhan karena dalam tulisan siswa masih terdapat ketidaktepatan penggunaannya. Upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan ketepatan penggunaan kata berimbuhan, yaitu membiasakan siswa membuat karya tulis atau tugas-tugas dalam pembelajaran disekolah. Selanjutnya tugas-tugas tersebut diperiksa kemudian dikembalikan untuk
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk (Ed). 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Perum Balai Pustaka, Jakarta. 468 hlm.
Alwi, Hasan. 1966. Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan. Depdikbud, Jakarta.
Amirin, Tatang. M. 1995. Menyusun Rencana Penelitian. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Chaer, Abdul. 1998. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Rineka Cipta, Jakarta. 412 hlm.
Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa, Jakarta. 1826 hlm.
Fuad, Muhammad, dkk. 2006. Penggunaan Bahasa Laras Ilmiah. Universitas Lampung, Bandarlampung. xii+174 hlm.
Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Nusa Indah, Ende flores. 197 hlm. ---. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta. 161 hlm.
Nawawi, Hadari. H, dkk. 1996. Penelitian Terapan. Gajah Mada University Pers, Yogyakarta. Hal 73.
Kridalaksana, Harimurti. 1996. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. PT. Gramedia, Jakarta. 264 hlm.
Ramlan, M. 1987. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. CV. Karyono, Yogyakarta.173 hlm.
Samsuri. 1987. Analisis Bahasa: Memahami Bahasa Secara Ilmiah. Erlangga, Jakarta. 374 hlm.
Sutawijaya, Alam, dkk. Morfologi Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta. ii+245 hlm
Tarigan, Henry Guntur. 1988. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Angkasa, Bandung. 205 hlm.
---. 1995. Pengajaran Morfologi. Angkasa, Bandung. 217 hlm. Universitas Lampung. 2008. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas
Lampung, Bandarlampung. vxi+62 hlm.
KEAHLIAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN
Sumber Nama Judul Prakeri A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H. I. J.
K.
L.
M.
N.
S.F
R.Y
A.S
L.S
M.W
Y.A
D.F
S.P N.A H.Y
E.A
R.F
P.S
M.A
Hasil Program Praktek Kerja Industri di P.t Mandala lintas Nusa lampung Program keahlian Teknik komputer dan Jaringan.
Hasil Program Praktek Kerja Industri di PT. Prima Teknologi Solusido Bandar Lampung.
Hasil Program Praktek Kerja Industri di CV. Slara Niaga Komputer Bandar Lmpung.
Hasil Program Praktek Kerja Industri di CV. Cahaya Komputer Bandar Lampung.
Hasil Program Praktek Kerja Industri di cv. Bina Sastriatama Network.
Hasil Program Praktek Kerja Industri Di Zona Toshiba Simpur Senter.
Hasil Program Praktek Kerja Industri di PT. Prima Teknologi Solusion Bandar Lampung.
Hasil Program Praktek Kerja Industri Hasil Program Praktek Kerja Industri
Hasil Program Praktek Kerja Industri di PT. Prima Teknologi Solusion Bandar Lampung.
Hasil Program Praktek Kerja Industri di PT. Prima Teknologi Solusion Bandar Lampung.
Hasil Program Praktek Kerja Industri di BESTNET KOMPUTR.
Hasil Program Praktek Kerja Industri di Syscom Simpur Center.
O.
P.
Q.
R.
S.
S.A
I.R
O.F
D.R
T.A
Praktek Kerja Industri Pada Bina Eka Satria Tama Network Komputer 2013.
Hasil Program Praktek Kerja Industri di PT. Prima Teknologi Solusion Bandar Lampung.
Laporan Praktek Kerja Industri Pada Cipta Mandiri Computer.
Laporan Praktek Kerja Industri DNS Server dan SNMP OpenBSD.
Industri (Prakerin) Siswa SMK Negeri 2 Bandar Lampung Tahun 2013
No. Data Pembentuk Bagi Unsur
Langsung
Jumlah
1. 2.
3.
4. 5.
6.
7. 8. 9.
10.
11. 12.
13.
14.
15.
16. 17.
Sekolah menengahkejuruan SMK…
… dapat mencetak tenaga kerja yang
siap pakai…
…praktik kerja lapangan siswa banyak
yang hanya dapat menerka..
…siswa lebih banyak mengenal…
Untuk kiat yang menjadi faktor
utama…
…apabila lebih dari satu tahun tidak
lagi mengerjakan mengelas… Melihatkenyataan diatas…
... mendukungsiswa lulus sekolah…
Praktik kerja industri dapat
memperoleh…
... dilaksanakan sebagai usaha untuk
menjalin…
Dengan menjadianggota APJll…
…Update teknologi yang terus
menerus…
Sebagai contoh saya membuat ruang
kosong/space ubuntu…
….Untuk menginformasi aturan yang
diperlukan sebelum…
Lalu sekarang dilanjutkan dengan
menginstal…
Mengisi kontraks/ikhtiar…
Mengupdate kontraks/ikhtiar….
Prefiks + kata dasar Prefiks + kata dasar
Prefiks + kata dasar
Prefiks + kata dasar Prefiks + kata dasar
Prefiks + kata dasar
Prefiks + kata dasar Prefiks + kata dasar Prefiks + kata dasar
Prefiks + kata dasar
Prefiks + kata dasar Prefiks + kata dasar
Prefiks + kata dasar
Prefiks + kata dasar
Prefiks + kata dasar
Prefiks + kata dasar Prefiks + kata dasar
meN- + tengah meN- + cetak
meN- + terka
meN- + kenal meN- + jadi
meN- + las
meN- + lihat meN- + dukung meN- + peroleh
meN- + jalin
meN- + jadi meN- + terus
meN- + buat
meN- + informasi
meN- + instal
meN- + isi meN- + update
8 1
1
1 2
1
1 1 1
1
7 1
4
1
1
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26. 27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
Sumber daya manusia terbaik Update teknologi yang terus-menerus… … menjalin kerja sama antara dunia
pendidik dengan dunia industri… …saat anda memulai menyalakan
computer anda….
Membuat mengisi kontrak/ikhtiar
perjanjian…
…maka anda harus memakai kabel UTP katagori 5…
…dengan menguji beberapa bit
pertama dari IP Andress…
Sekarang komputer anda dapat
menakses internet.
Garis pemisah antara bagian network
dan hosttidak lengkap…
…APJJI adalah pengelolaIIX …
Dengan kepuasan pelanggan Nusanet berkembang ...
…yang harus dibagikan ke seluruh penggunajaringan internet…
Garis pemisah antara bagian network
dan host tidak tetap…
kerja sama dunia pendidik dengan
dunia industry…
... faktor utama penentu kadar keahlian profesional seseorang ... ... kritik yang membangun dari
pembaca merupakan modal utama ... Nusanet berpusat di kota Medan dan
sementara melayani…
…saya dari Nusanet bermaksud utuk
Prefiks + kata dasar
Prefiks + kata dasar
Prefiks + kata dasar
Prefiks + kata dasar
Prefiks + kata dasar
Prefiks + kata dasar
Prefiks + kata dasar
Prefiks + kata dasar
Prefiks + kata dasar Prefiks + kata dasar
Prefiks + kata dasar
Prefiks + kata dasar
Prefiks + kata dasar
Prefiks + kata dasar
Prefiks + kata dasar
Prefiks + kata dasar
Prefiks + kata dasar
meN- + terus
meN- + jalin
meN- + mulai
meN- + isi
meN- + pakai
meN- + uji
meN- + akses
peN- + pisah
peN- + kelola peN- + langgan
peN- + guna
peN- + pisah
peN- + didik
peN- + tentu
peN- + baca
ber- + pusat
ber- + maksud
1
1
1
1
1
1
1
1
1 3
1
1
1
1
1
2
36.
37.
38. 39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
sesuatu network dari network lain…
….kompatebel dengan TCP/IP berbasisjaringan….
... dikonfigurasikan sebelum dahulu agar bias berkomunikasi…
… Berartianda…
… anda telah berhasil melakukan test
konteks terhadap radio… Session status berubah menjadi
REGISTERED…
….saya dapat belajar banyak ilmu dari para Staff Nusanet….
….karena dengan bertambahnya jaringan internet dari Nusanet …. ….saya dapat belajar banyak ilmu dari
para Staff Nusanet….
Berdiri sejak tahun 1996 sebagai perusahaan Web Hosting dan Design..
…bergantung kepada kelas
network….
…byte pertamanya selalu bernilai antara…
Berjumlah 65.355 network dengan
jumlah host…
... digunakan untuk jaringa berukuran
kecil seperti LAN.
Sumber daya manusia terbaik Update teknologi yang terus-menerus…
….semua ruang bebas/free space yang tersedia…
Prefiks + kata dasar
Prefiks + kata dasar
Prefiks + kata dasar Prefiks + kata dasar
Prefiks + kata dasar
Prefiks + kata dasar
Prefiks + kata dasar
Prefiks + kata dasar
Prefiks + kata dasar
Prefiks + kata dasar
Prefiks + kata dasar
Prefiks + kata dasar
Konfiks + kata dasar
Prefiks + kata dasar
Prefiks + kata dasar
ber- + basis
ber- + komunikasi
ber- + arti ber- + hasil
ber- + ubah
ber- + ajar
ber- + tambah
ber- + ajar
ber- + diri
ber- + gantung
ber- + nilai
ber- + jumlah
ber- + ukur + -an
ter- + baik
ter- + sedia
1
2
2 4
2
2
2
1
1
1
1
1
1
2
51.
52.
53.
54. 55. 56.
57. 58.
59.
60.
61. 62.
63.
64.
65.
66.
67. 68. 69.
…baik untuk host/jaringatertentu atau
untuk keperluan…
….seluruh host yang tersambung dalam jaringan yang sama…
Jadi pada kelas A terdapat 127
network…
Netrwork ID terdiri dari 24 bit dan
host ID 8 bit…
… sehingga dapat terbentuk sekitar 2
juta network….
….anda harus login terlebih dahulu… Sekarang SSID roeter telah
terdeteksi…
….dengan semua devisi terutama Team Techinal Suport…
... sarana dan prasarana yang tersedia
di sekolah, ...
Hal tersebut dapat dilihat dari ... ... melakukan test koneksi terhadap
radio.
…kondisi nyata pelajar dalam
kegiatan proses belajar… Materi praktik kejuruan megenai
penggunakan…
…masukan CD Driver yang disertakan
pada paket penjualannya….
…sekolah menengah kejuruan yang
siap pakai akan tetapi perusahaan ... ... masih menerapkan pendidikan…
…tempat dan waktu pelaksanaan…
…dan pelatihan bagi yang telah lolos
seleksi….
Prefiks + kata dasar
Prefiks + kata dasar
Prefiks + kata dasar
Prefiks + kata dasar
Prefiks + kata dasar
Prefiks + kata dasar Prefiks + kata dasar
Prefiks + kata dasar
Prefiks + kata dasar
Prefiks + kata dasar Prefiks + kata dasar
Prefiks + kata dasar
Konfiks + kata dasar
Konfiks + kata dasar
Konfiks + kata dasar
Konfiks + kata dasar Konfiks + kata dasar Konfiks + kata dasar
ter- + tentu
ter- + sambung
ter- + dapat
ter- + diri
ter- + bentuk
ter- + lebih ter- + deteksi
ter- + utama
ter- + sedia
ter- + sebut ter- + hadap
per- + ajar
peN-an + guna
peN-an + jual
per-an + usaha
peN- + didik + -an peN-an + laksana peN- + latih + -an
2
1
3
1
1
2 1
2
1
1 1
2
1
1
1
72.
73. 74.
75.
76.
77. 78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
85.
86.
87.
sebagai masa uji coba… …penggunaan alat dan tidak
semuanya dapat memanfaatkan … …sesuai dengan hasil pengamatan… …penelitian direktorat pendidikan
menengah kejuruan…
…Dilihat dari kondisi pembelajaran yang belum kondusif…
Seseorang tidak semata-mata di ukur oleh penguasaan…
…pengetahuandan teknik kerja…
....byte pertamanya berkisaran antara 224-247..
... dibedakan menjadi dua jenis
berdasarkankecepatan … ... perjanjian berlangganan untuk costumer lama.
…peralatan yang lengkap dan modern
yang disajikan di sekolah…
…perusahaan jasa internet
Indonesia….
Membuat mengisi kontrak/ikhtisar
perjanjianuntuk new customer…
…dengan adanya perbedaan kecepatan akses….
… cara mengerjakan pekerjaan pada
bidang frifesi itu sendiri…
…perbedaan tiap kelas adalah pada
ukuran dan jumlahnya…
…merupakan pihak yang terdapat
Konfiks + kata dasar
Konfiks + kata dasar Konfiks + kata dasar
Konfiks + kata dasar
Konfiks + kata dasar
Konfiks + kata dasar Konfiks + kata dasar
Konfiks + kata dasar
Konfiks + kata dasar
Konfiks + kata dasar
Konfiks + kata dasar
Konfiks + kata dasar
Konfiks + kata dasar
Konfiks + kata dasar
Konfiks + kata dasar
Simulkfiks+kata dasar
peN-an + guna
peN- + amat + -an peN-an + teliti
peN- + belajar + -an
peN-an + kuasa
peN-an + tahu ber- + kisar + -an
ber- + dasar + -kan
ber- + langgan + -an
per-an + alat
per-an + usaha
per- + janji + -an
per-an + beda
per- + kerja + -an
per-an + beda
meN- + rupa + -kan 1
1 1
1
2
1 1
4
2
7
3
2
2
2
2
88.
89.
90.
91.
92.
93.
94.
95.
96. 97.
98.
99.
100.
101.
102. 103.
104.
mencetak tenaga kerja siap pakai..
…kita tidak dapat menyalahkan dunia
usaha…
…oleh karna itu sulit diharapkan
untuk mampu memberikan…. …kejuruan SMK perlu mengadakan kerja sma dengan dunia industri…
…kemampuan yang lebih serta mendapatkanpraktik …
Diharapkan siswa-siswi yang
melaksanakan praktik kerja industri...
…siswa-siwa dapat
membandingkan…
Meningkatkan lulusan yang
berkualitas dari sekolah….
Jika sudah selesai menentukan besar
ruang kosong…
Setelah mengecilkandrive…
...untuk membuat Ubuntu dan
menggunakansemua ruang bebas…
…saat anda memulai menyalakan computer anda…
Saya dari nusanet menawarkan Upgrade paket…
…untuk menghubungkan computer
pada internet….
…anda dapat membedakan
penggunaan kabel dengan ...