• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN KATA BERIMBUHAN DALAM LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 DAN IMPLIKASINYA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN KATA BERIMBUHAN DALAM LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 DAN IMPLIKASINYA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMK"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN KATA BERIMBUHAN DALAM LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI SISWA SMK NEGERI 2 BANDARLAMPUNG TAHUN 2013 DAN IMPLIKASINYA PADA PEMBELAJARAN BAHASA

INDONESIA DI SMK

Oleh

RIAN ANDRI PRASETYA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

PENGGUNAAN KATA BERIMBUHAN DALAM LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 DAN IMPLIKASINYA

PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMK

Rian Andri Prasetya

ABSTRAK

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah penggunaan kata berimbuhan dalam laporan praktik kerja industri siswa SMK Negeri 2 Bandar Lampung tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan ketepatan dan ketidaktepatan penggunaan kata berimbuhan dalam laporan praktik kerja industri siswa SMK Negeri 2 Bandar Lampung tahun 2013.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Adapun tahapan dalam penelitian ini adalah membaca dan menandai setiap penggunaan kata berimbuhan yang mengalami proses morfofonemik yang terdapat pada laporan praktik kerja industri, kemudian menghitung jumlah penggunaan, ketepatan dan ketidaktepatan kata berimbuhan yang terdapat pada laporan praktik kerja industri, serta mempersentasikan ketepatan maupun ketidaktepatan kata berimbuhan.

(3)
(4)
(5)
(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL... ii

PERSETUJUAN.. ... iii

PENGESAHAN ... iv

RIWAYAT HIDUP... v

MOTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

SANWACANA... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Proses Morfologis ... 10

2.2 Proses Pembuahan Afiks ... 11

2.3 Kaidah Morfofonemik ... 12

2.3.1 Prefiks Atau Awalan ... 12

2.3.1.1 Morfofonemik Prefiks {meN-} ... 13

2.3.1.2 Morfofonemik Prefiks {peN-} ... 16

2.3.1.3 Morfofonemik Prefiks {ber-} ... 18

2.3.1.4 Morfofonemik Prefiks {ter-} ... 20

2.3.1.5 Morfofonemik Prefiks {per-} ... 20

2.3.2 Konfiks ... 21

2.3.2.1 Morfofonemik Konfiks {peN-an} . ... 21

2.3.2.2 Morfofonemik Konfiks {ber-an} ... 22

(7)

. 2.3.4 Sufiks ... 25

2.3.4.1 Morfofonemik Sufiks {-an} ... 25

2.4 Metode Agih ... 26

2.5 Praktik Kerja Industri ... 28

2.6 Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMK ... 30

III. METODE PENELITIAN ... 33

3.1 Desain Penelitian ... 33

3.2 Sumber Data ... 33

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 35

3.4 Teknik Analisis Data ... 36

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37

4.1. Hasil Penelitian ... 37

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 43

4.2.1 Penggunaan Kata Berprefiks ... 43

4.2.2 Penggunaan Kata Berkonfiks ... 53

4.2.3 Penggunaan Kata Bersimulfiks ... 58

4.2.4 Penggunaan Kata Bersufiks ... 62

4.3 Implikasi Hasil Penelitian ... 63

V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 71

5.2 Saran ... 72

(8)

I. PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah

sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berbeda dengan Sekolah Menengah Atas (SMA), jika pada Sekolah Menengah Atas (SMA) pembelajaran teori lebih banyak

dibanding praktik maka pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) lebih banyak praktik dibanding teori. Hal tersebut terjadi karena pembelajaran

SMK bertujuan untuk membentuk lulusan yang siap kerja dan mandiri walaupun tidak menutup kemungkinan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi, sedangkan lulusan SMA lebih menitikberatkan

lulusannya untuk melanjutan pendidikannya ke perguruan tinggi.

Tujuan pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan adalah membentuk lulusan yang siap memasuki dunia kerja, dipekerjakan, atau sebagai wiraswasta. Untuk

memenuhi tujuan tersebut pemerintah menyusun kurikulum yang

menitikberatkan pada aplikasi ilmu oleh siswa pada tiap jurusan. Salah satu pembelajaran yang harus diikuti siswa untuk mendukung tujuan tersebut adalah

dengan mengikuti kegiatan Praktik Kerja Industri (Prakerin). Kegiatan ini dilaksanakan sebagai pembelajaran menerapkan ilmu yang didapat oleh siswa

(9)

di instansi pemerintah maupun badan usaha yang berkaitan langsung dengan

jurusan dan bidang keahlian masing-masing siswa SMK.

Kegiatan praktik kerja industri dilaksanakan oleh siswa SMK kelas XI (sebelas) pada semester genap sesuai dengan kurikulum yang terdapat dalam

silabus SMK. Kegiatan Praktik Kerja Industri (Prakerin) merupakan

penghubung antara program pembelajaran di sekolah dan program pencapaian

keahlian yang didapat melalui pengalaman siswa untuk terjun langsung dalam dunia kerja. Pengalaman yang didapat oleh siswa selama menjalani kegiatan praktik kerja industri kemudian dilaporkan ke dalam bentuk tertulis yang

disebut dengan laporan praktik kerja industri. Laporan praktik kerja industri ini merupakan bentuk pertanggungjawaban tertulis siswa yang berisi tentang

informasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa selama menjalani kegiatan praktik kerja industri.

Laporan praktik kerja industri (prakerin) terdiri atas 4 bab yaitu pendahuluan, uraian umum, uraian khusus, dan penutup. Penulisan laporan praktik kerja

industri memerlukan pengetahuan mengenai ragam bahasa baku, dengan menggunakan ragam bahasa baku yang baik dan benar maka siswa dapat

menyampaikan dengan baik kegiatan serta pengalaman-pengalaman yang telah dilaksanakan dan dialami oleh siswa selama mengikuti kegiatan prakerin dan dapat dijadikan bahan pembelajaran bagi adik-adik kelas yang juga akan

melaksanakan kegiatan prakerin. Ragam bahasa baku adalah ragam yang dilembagakan dan diterima di kalangan masyarakat luas sebagai bahasa resmi

(10)

3

dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar warga masyarakat pemakainya

sebagai kerangka rujukan norma atau kaidah bahasa dalam pemakaian. Sebagai kerangka rujukan, ragam bahasa baku berisi rujukan yang menentukan benar

tidaknya pemakaian bahasa, baik dalam bentuk lisan maupun dalam bentuk tulisan. Dalam pemakaiannya, ragam bahasa baku senantiasa

mempertimbangkan fungsi komunikasi dalam suasana formal, sekaligus

kebenaran pemakaian kaidah bahasa (Fuad, 2009:12). Ragam bahasa baku mempertimbangkan kebenaran pemakaian kaidah bahasa. Sehubungan dengan

hal tersebut, menguasai penggunaan ragam bahasa baku sangat penting bagi siswa yang akan menulis laporan praktik kerja industri agar setiap kegiatan

maupun kejadian dapat tersampaikan dengan baik.

Ragam bahasa baku menuntut penggunaan kata maupun bentuk kata yang tepat pada setiap kalimatnya. Kalimat tersusun dari kata-kata yang beragam, mulai dari bentuk tunggal maupun bentuk kompleks. Berdasarkan hal tersebut,

penggunaan kata dengan tepat sangat memengaruhi makna sebuah kalimat. Kecermatan seorang penulis dalam menggunakan kata harus sesuai dengan kaidah/aturan yang baku. Menurut Kridalaksana (dalam Sutawijaya, 1996:28)

kata ialah morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas. Satuan

gerak merupakan sebuah kata karena dapat diujarkan dalam bentuk yang bebas. Satuan gerak merupakan sebuah kata yang terdiri atas morfem. Definisi

diatas menjelaskan bahwa kata mungkin terdiri atas lebih dari satu morfem. Bentuk bergerak, mempertanggungjawabkan, permainan,dan membuat

(11)

Salah satu sifat bahasa adalah bersistem atau sistematis yang berarti bahwa di

dalam bahasa terdapat aturan atau kaidah-kaidah yang mengikat. Penggunaan bahasa yang terikat pada aturan-aturan atau kaidah membuktikan bahwa bahasa itu teratur. Salah satu kaidah yang ada di dalam bahasa Indonesia adalah kaidah

pembentukan kata yang terdiri dari pemajemukan, pengulangan, dan pembubuhan afiks. Proses pembubuhan afiks lebih dominan muncul dalam

setiap kalimat. Salah satu kaidah yang ada dalam proses pembubuhan afiks adalah kaidah morfofonemik. Ramlan (1983:83) mengemukakan bahwa morfofonemik adalah perubahan-perubahan fonem yang timbul akibat

pertemuan morfem dengan morfem lainnya. Perubahan-perubahan tersebut terjadi pada prefiks, konfiks, simulfiks, dan sufiks di dalamnya terdapat

kaidah-kaidah dalam perubahan fonem yang terjadi. Salah satu contoh kaidah morfofonemik adalah bentuk dasar keras yang bertemu dengan prefiks

meN-bentuknya akan berubah menjadi mengeras. Hal ini terjadi karena di dalam

kaidah morfofonemik prefiks meN- apabila bertemu dengan bentuk dasar yang berawalan fonem /k/ maka meN- akan berubah menjadi meng- dan fonem /k/

pada bentuk dasar mengalami peluluhan. Penggunaan kata berimbuhan paling

dominan muncul dalam setiap kalimat. Oleh karena itu, menulis laporan praktik kerja industri membutuhkan kecermatan dalam penggunaan imbuhan

pada kata. Imbuhan atau afiks adalah bentuk terikat yang bila ditambahkan pada bentuk lain akan mengubah makna gramatikalnya (Kridalaksana dalam

(12)

5

Banyaknya data yang akan diolah menuntut kegiatan harus serba cepat yang didukung dengan peralatan pengolahan data elektronik yang baik dalam hal ini adalah komputer yang harus ditunjang dengan spesifikasi yang mempunyai kemampuan atau kecepatan yang dapat diandalkan.

Kata mempunyai pada kalimat di atas merupakan contoh kata berimbuhan yang

diturunkan dari meN- + punyai. Jika dikaji dari kaidah morfofonemiknya penggunaan kata mempunyai pada kalimat di atas tidak tepat karena imbuhan

{meN-} pada kata mempunyai akan mengalami perubahan fonem. Perubahan fonem itu terjadi apabila {meN-} ditambahkan pada bentuk dasar yang berawalan fonem /p/, /b/, dan /f/ sehingga {meN-} berubah menjadi {mem-}.

Fonem /p/ pada bentuk dasar punya akan luluh kedalam fonem /m/ sehingga bentuknya menjadi memunyai. Berikut ini perbaikan kalimat di atas

Banyaknya data yang akan diolah menuntut kegiatan harus serba cepat yang

didukung dengan peralatan pengolahan data elektronik yang baik, dalam hal

ini adalah komputer yang harus ditunjang dengan spesifikasi yang memunyai

kemampuan atau kecepatan yang dapat diandalkan”.

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk komunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan

benar, baik secara lisan maupun tulisan, serta menumbuhkan apresiasi terhadap karya kesastraan manusia Indonesia (Permen 22 tahun 2006). Pembelajaran bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran pokok yang dijadikan tolak

ukur dalam ujian nasional mencakup empat aspek keterampilan, yaitu

keterampilan mendengarkan, keterampilan berbicara, keterampilan membaca

(13)

secara terpadu dan berkaitan erat satu dengan yang lainnya disesuaikan dengan

karakterisitik dan tingkatan siswa dalam belajar bahasa dan diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi secara lisan maupun tulisan.

Kemampuan berbahasa secara lisan berkaitan dengan kemampuan

mendengarkan dan kemampuan berbicara, sedangkan kemampuan secara tulisan berkaitan dengan kemampuan membaca dan menulis.

Kemampuan berbahasa Indonesia secara lisan antara lain mampu menyampaikan informasi aktual secara emosional, menyatakan sikap

intelektual, serta menyatakan sikap moral. Kemampuan berbahasa Indonesia

secara tertulis diarahkan agar siswa memiliki kegemaran menulis sehingga mampu meningkatkan pengetahuannya, menyampaikan informasi aktual,

menyatakan sikap intelektual, menyatakan sikap moral dan mampu memanfaatkannya dalam kegiatan sehari-hari (Permen 22 tahun 2006).

Keterampilan berbahasa Indonesia secara tertulis juga merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang perlu diajarkan kepada siswa secara serius

karena pembelajaran menulis berkaitan dengan proses belajar untuk berpikir secara kreatif. Siswa dalam pembelajaran menulis akan lebih dituntut untuk

terus menambah pengetahuannya, baik yang berkaitan dengan tema, isi karangan, ataupun teknik penulisan yang baik (Akhadiah, 1997:24).

Pembelajaran keterampilan menulis di SMK berkaitan erat dengan

(14)

7

ungkapan yang tepat. Siswa dituntut untuk dapat memilih kata, bentuk kata,

dan ungkapan agar siswa dapat terampil dalam menyampaikan gagasan dan pemikirannya kepada orang lain melalui lisan maupun tulisan. pembelajaran

selanjutnya yaitu siswa dituntut untuk mampu menulis dengan memanfaatkan kategori dan kelas kata.

Atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang telah di uraikan tersebut, penulis

merasa tertarik untuk meneliti penggunaan kata berimbuhan khususnya kata berimbuhan yang mengalami proses morfofonemik dalam laporan Praktik Kerja Industri siswa SMK Negeri 2 Bandar Lampung tahun 2013 dan

implikasinya pada pembelajaran Bahasa Indonesia di SMK. Penulis membatasi penelitian ini pada imbuhan yang mengalami proses morfofonemik. Penelitian

yang berkaitan dengan imbuhan sebelumnya sudah pernah diangkat oleh Supri Yanti (2008, mahasiswa program studi Bahasa dan Sastra Indonesia dan

Daerah) dengan judul “Penggunaan Kata Berimbuhan dalam Latar Belakang

Proposal Skripsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Periode Januari-April Tahun 2007”. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Penelitian sebelumnya dilakukan pada

mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unila, sedangkan penelitian ini dilakukan pada Sekolah Menengah Kejuruan. Subyek

penelitian ini juga berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitan

sebelumnya meneliti proposal skripsi, sedangkan penelitian kali ini meneliti

(15)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan masalah

sebagai berikut, “Bagaimanakah penggunaan kata berimbuhan dalam laporan

Praktik Kerja Industri siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Bandar Lampung tahun 2013 dan implikasinya pada pembelajaran bahasa Indonesia di SMK?”

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan kata berimbuhan dalam laporan praktik kerja industri siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2

Bandar Lampung tahun 2013 dan implikasinya pada pembelajaran bahasa Indonesia di SMK.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut

1. siswa SMK Negeri 2 Bandar Lampung dapat mengetahui dan memahami

bentuk kesalahan dalam penggunaan kata berimbuhan;

2. guru Bahasa Indonesia dapat memanfaatkan hasil penelitian untuk

menekankan pembelajaran mengenai kata berimbuhan;

3. hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi bagi mahasiswa

untuk melakukan penelitian di bidang bahasa Indonesia.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini meliputi hal-hal sebagai berikut.

1. Sumber penelitian adalah laporan praktik kerja industri siswa Sekolah

(16)

9

2. Subjek analisis adalah penggunaan kata berimbuhan yang dibatasi pada

penggunaan kata berimbuhan yang mengalami proses morfofonemik dalam laporan praktik kerja industri siswa Sekolah Menengah Kejuruan

Negeri 2 Bandar Lampung tahun 2013.

3. Jenis imbuhan yang diteliti pada penelitian ini adalah imbuhan yang

mengalami proses morfofonemik yang terdiri atas prefiks, konfiks,

(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Morfologis

Chaer (2008:25) mengemukakan bahwa proses morfologi pada dasarnya adalah

proses pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalui pembubuhan afiks (dalam proses afiksasi), pengulangan (dalam proses reduplikasi), penggabungan

(dalam proses komposisi), pemendekan (dalam proses akronimisasi), dan pengubahan status (dalam proses konversi). Sejalan dengan pendapat tersebut,

Alam Sutawijaya dkk (1996:35) mengemukakan bahwa proses morfologis adalah proses pembentukan morfem menjadi kata.

Proses morfologis merupakan bagian dari linguistik yang dibahas dalam bidang morfologi. Morfologi dalam bidang linguistik membicarakan masalah

bentuk-bentuk dan pembentuk-bentukan kata (Chaer, 2008:3). Sejalan dengan pendapat

tersebut, Ramlan (1985:19) mengemukakan bahwa morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh

perubahan-perubahan bentuk kata terhadap arti kata. Selanjutnya, menurut Samsuri (1987:190) morfologi membicarakan bentuk kata dengan

menggabungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, penulis mengacu pada pendapat yang dikemukakan oleh Ramlan karena penelitian ini membahas

(18)

11

Proses morfologis dalam bahasa Indonesia meliputi: (1) proses pembubuhan afiks;

(2) proses pengulangan; dan (3) proses pemajemukan.

Proses morfofonemik dalam bahasa indonesia hanya terjadi dalam afiks

(morfem), baik prefiks, sufiks, infiks, maupun konfiks (Kridalaksana, 1996:183).

Oleh karena itu, penulis membatasi penelitian ini pada proses pembubuhan afiks.

2.2 Proses Pembubuhan Afiks

Proses pembubuhan afiks adalah pembubuhan afiks pada satuan-satuan, baik

satuan itu berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks, untuk membentuk kata (Ramlan, 1983:47). Pembubuhan afiks, artinya sebuah kata dasar apabila diberi imbuhan akan menjadi sebuah kata baru yang maknanya juga baru.

Melalui proses pembubuhan ini akan menghasilkan kata berimbuhan.

Dalam KBBI (2008: 692), kata berimbuhan adalah kata yang sudah mendapatkan imbuhan/afiks (prefiks, infiks, sufiks, atau konfiks). Sejalan dengan hal itu, Chaer (1998:45) mengemukakan bahwa kata berimbuhan adalah

kata yang dibentuk dari kata dasar/bentuk dasar dengan imbuhan/afiks. Kata berimbuhan yang dibahas dalam penelitian ini adalah kata berimbuhan yang

(19)

2.3 Kaidah Morfofonemik

Morfofonemik atau morfofonemis adalah subsistem yang menghubungkan morfologi dan fonologi. Di dalamnya dipelajari bagaimana morfem

direalisasikan dalam tingkat fonologi.

Chaer (2008:43) mengemukakan bahwa morfofonemik adalah kajian mengenai terjadinya perubahan bunyi atau perubahan fonem sebagai akibat dari adanya

proses morfologi, baik proses afiksasi, proses reduplikasi, maupun proses komposisi. Selanjutnya menurut Ramlan (1983:83) morfofonemik ialah

mempelajari perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan

morfem dengaan morfem lain. Proses morfofonemik dalam bahasa indonesia hanya terjadi dalam afiks (morfem), baik prefiks, sufiks, infiks, maupun konfiks

(Kridalaksana, 1996:183).

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, penulis berpedoman pada pendapat yang dikemukakan oleh Ramlan karena penelitian ini membahas

perubahan-perubahan kata yang terjadi dari proses bertemunya morfem yang satu dengan

morfem yang lain. Dalam uraian ini akan diikuti suatu urutan kata berimbuhan yang mengandung prefiks, konfiks, simulfiks, dan sufiks.

2.3.1 Prefiks atau awalan

Menurut Chaer (2008 : 23) prefiks adalah afiks yang dibubuhkan di kiri bentuk dasar. Bentuk prefiks yaitu prefiks ber-, prefiks me-, prefiks di-,

(20)

13

2.3.1.1Morfofonemik Prefiks {meN-}

Prefiks {meN-} dapat berubah bentuknya sesuai dengan fonem awal bentuk dasar diletakkannya. Adapun proses morfofonemiknya seperti berikut. 1. Prefiks{meN-} jika diikuti bentuk dasar yang berawalan dengan fonem

/p/, /b/, /f/ bentuknya akan berubah menjadi {mem-}.

Fonem /p/, /b/, /f/ akan luluh, kecuali pada beberapa bentuk dasar yang

berasal dari kata asing yang masih mempertahankan keasingannya. Contoh : meN- + paksa memaksa

meN- + fitnah memfitnah meN- + bawa membawa

Pada umumnya dasar yang bermula dengan fonem /f/ berasal dari

bahasa asing dan perlu diperhatikan bahwa fonem /p/ dari paksa

menjadi luluh ke dalam fonem /m/. Akan tetapi, peluluhan itu tidak terjadi jika fonem /p/ merupakan bentuk yang mengawali prefiks {per-}

atau dasarnya berawal dengan {per-} dan {pe-} tertentu (Alwi, dkk., 2003:111).

Contoh: meN- + permainkan mempermainkan

meN- + pererat mempererat

2. Prefiks {meN-} jika diikuti bentuk dasar yang berawalan dengan fonem

/t/ atau /d/ bentuknya akan berubah menjadi {men-}. Contoh: meN- + tari menari

(21)

Perlu diperhatikan bahwa fonem /t/, sperti yang terdapat pada kata tarik

menjadi luluh ke dalam fonem /n/. Pada dasar yang dimulai dengan {ter-} seperti pada kata terinjak, fonem /t/ kadang-kadang luluh,

kadang-kadang tidak. Dengan demikian, kata yang sering dipakai umumnya cenderung luluh, sedangkan yang jarang dipakai sering muncul tanpa peluluhan (Alwi, dkk., 2003:111).

3. Prefiks {meN-} jika diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem

/c/, /s/, /j/ bentuknya berubah menjadi {meny-}. Contoh: meN- + cuci mencuci

meN- + serang menyerang meN- + jerat menjerat

4. Prefiks {meN-} jika diikuti bentuk dasar yang berawalan dengan fonem

/u/, /e/, /a/, /i/, /o/, /ə/, /k/, /g/, /h/, dan /x/ bentuknya berubah menjadi {meng-}.

Contoh: meN- + uap menguap meN- + keras mengeras

meN- + goyang menggoyang

5. Prefiks {meN-} jika diikuti bentuk dasar yang berawalan dengan fonem

/y/, /r/, /l/, /w/, /m/, /n/, /ny/, /ng/ bentuknya berubah menjadi {me-}.

Contoh: meN- + yakin meyakinkan meN- + lupakan melupakan

meN- + wariskan mewariskan

6. Prefiks {meN-} jika diikuti bentuk dasar yang terdiri dari satu suku

(22)

15

Contoh: meN- + tik mengetik

meN- + cat mengecat

7. Prefiks {meN-} jika diikuti bentuk dasar yang berawalan dengan fonem

/k/, /g/, /x/, /h/ dan fonem vokal bentuknya berubah menjadi {meng-}. Contoh: meN- + kejar mengejar

meN- + goreng menggoreng

meN- + hilang menghilang meN- + ajar mengajar

meN- + ikat mengikat meN- + urut mengurut

meN- + ekor mengekor meN- + obral mengobral Makna prefiks {meN-}

Menurut Kridalaksana (1996: 40-67) prefiks {meN-} berfungsi sebagai pembentuk verba, dan adjektiva. Makna yang terkandung dalam kata berimbuhan {meN-} ialah makna inheren perbuatan (aksi),

proses, atau keadaan yang bukan sifat atau kualitas (Alwi, dkk., 2003:87).

Makna prefiks {meN-} pembentuk verba:

1. „melakukan‟, contoh: melukis, menggoreng; 2. „memakai‟, contoh: mencangkul, menjala;

3. „hidup sebagai, hidup di‟, contoh: menjanda, menduda; 4. „membuat‟, contoh: menumis, menjebak;

(23)

6. „menuju ke ...‟, contoh: mengudara, mendarat;

7. „mencari atau mengumpulkan‟ contoh: merotan, merumput; 8. „menjadi‟, contoh: membantu, membentuk;

9. „berlaku seperti atau menyerupai‟, contoh: membeo,

menyemut.

Makna prefiks {meN-} pembentuk adjektiva: 1. „menjadi‟, contoh: merakyat; dan

2. „mengarah ke‟, contoh: mengurang, melebih.

2.3.1.2Morfofonemik prefiks {peN-}

1. Prefiks {peN-} jika diikuti bentuk dasar yang berawal dengan

fonem /p/, /b/, /f/ bentuknya berubah menjadi {pem-}. Contoh: peN- + pikir pemikir

peN- + buat pembuat peN- + fitnah pemfitnah

2. Prefiks {peN-} jika diikuti bentuk dasar yang berawal dengan

fonem /t/, /d/, /s/ maka bentuknya akan berubah menjadi {pen-}. Contoh: peN- + tari penari

peN- + dosa pendosa peN- + survei pensurvei

3. Prefiks {peN-} jika diikuti bentuk dasar yang tidak berawal dengan

(24)

17

4. Prefiks {peN-} apabila diikuti bentuk dasar yang terdiri dari satu

suku kata maka bentuntuknya berubah menjadi {penge-}. Contoh: peN- + tik pengetik

peN- + bom pengebom

5. Prefiks {peN-} apabila diikutti bentuk dasar yang berawal dengan

fonem /y/, /r/, /l/, /w/ maka bentuknya akan berubah menjadi

{pe-}.

Contoh: peN- + yoga peyoga

peN- + rasa perasa peN- + lompat pelompat

peN- + waris pewaris

6. Prefiks {peN-} jika diikuti bentuk dasar yang berawalan dengan

fonem /k/, /g/, /x/, /h/ dan fonem vokal bentuknya berubah

menjadi {peng-}.

Contoh: peN- + kejar pengejar peN- + garap penggarap

peN- + hancur penghancur peN- + angkut pengangkut

peN- + ikat mengikat peN- + urut pengurut peN- + ekor pengekor

peN- + obral pengobral Makna prefiks {peN-}

(25)

(1) „pelaku‟ dengan kata lain dapat dikatakan menyatakan

makna „agentif‟. Makna ini terdapat dalam kata-kata: pelari,

pemain, penembak, pengarang.

(2) „alat‟ makna ini terdapat dalam kata-kata: pemotong,

pemukul, pemancar.

(3) „menyatakan memiliki sifat yang tersebut pada kata dasar‟.

Makna ini terdapat dalam kata-kata: penakut, periang, pemalas, pemalu.

(4) „yang menyebabkan adanya sifat yang tersebut pada bentuk

dasar‟. Makna ini terdapat dalam kata-kata: pengeras,

penguat, pendingin, pemanas, penghancur.

2.3.1.3Morfofonemik Prefiks {ber-}

(1) Prefiks {ber-} jika diikuti bentukndasar yang berawal dengan

fonem /r/ atau /ər/ (suku pertama), bentuknya akan berubah

menjadi {be-}.

Contoh: ber- + rantai berantai ber- + kerja bekerja

(2) Prefiks {ber-} jika diikuti bentuk dasar {ajar} maka bentuknya

menjadi {bel-}

Contoh: ber- + ajar belajar

(3) Prefiks {ber-} jika diikuti bentuk dasar selain yang tersebut di atas,

(26)

19

Contoh: ber- + main bermain

ber- + malam bermalam Makna prefiks {ber-}

Prefiks {ber-}menurut Kridalaksana (1996: 44-84) berfungsi sebagai pembentuk verba, adjektifa, dan numeralia. Makna prefiks {ber-} pembentuk verba:

1. „sedang mengerjakan‟, contoh: berjoget, berjudi, berlari; 2. „mengusahakan sebagai mata pencaharian‟, contoh:

berladang, berternak;

3. „memanggil‟, contoh: berayah, beradik, bertuan;

4. „memperoleh, menghasilkan‟ contoh: beranak, berbunyi,

berhasil;

5. „menjadi atau berlaku seperti‟ contoh: berhamba, bersitegang;

6. „refleksi‟, contoh: berhias, bercukur; 7. „memakai‟, comtoh: bersepatu, bercelana; 8. „memunyai‟, contoh: bernama, beristri;

9. „mengendarai‟ contoh: bermobil, bersepeda;

10. „dalam keadaan‟, contoh: bersedih, bersuka, berduka;

11. „kumpulan/kolektif, contoh: berdua, berlima;

12. „melakukan perbuatan‟, contoh: bermain, bekerja, belajar,

(27)

2.3.1.4Morfofonemik Prefiks {ter-}

(1) Prefiks {ter-} berubah menjadi {te-}, jika bertemu dengan dasar fonem

yang berawal /r/ atau suku pertama berakhir dengan /ər/. Contoh :

teramah, terasa, terobek, dan lain-lain.

(2) Prefiks {ter-} jika diikuti bentuk dasar selain yang tersebut di atas ialah

bentuk dasar yang tidak berawal dengan fonem /r/ atau berakhir /ər/

pada suku pertama, maka bentuknya tidak berubah. Contoh: teringat, terpejam, terbuai, dan lain-lain.

Makna Prefiks {ter-}

Prefiks {ter-} menurut Kridalaksana (1996: 48) berfungsi sebagai

pembentuk verba. Makna prefiks {ter-} pembentuk verba:

1. „sudah di‟, „perfektif‟, contoh: terikat, ternama, tersurat, tertulis 2. „spontan/ tiba-tiba‟, contoh: terduduk, teringat,terkejut

3. „ketidaksengajaan‟, contoh: terjatuh, terkilir, tertabrak, dan lain-lain.

2.3.1.5Morfofonemik Prefiks {per-}

1. Prefiks {per-} jika diikuti bentuk dasar yang berawalan dengan fonem

/r/ bentuknya akan berubah menjadi {pe-}.

Contoh: per- + rampok perampok

2. Prefiks {per-} jika diikuti bentuk dasar yang berupa morfem dasar

{ajar} maka bentuknya akan berubah menjadi {pel-}. Contoh: per- + ajar pelajar

3. Prefiks {per-} jika diikuti bentuk dasar yang tidak berawal dengan

(28)

21

Makna Prefiks {per-}

Prefiks {per-} menurut Kridalaksana (1996: 47) berfungsi sebagai pembentuk verba. Makna prefiks {per-} pembentuk verba:

1. „menjadikan atau membuat sesuatu jadi‟, contoh: perbudak, perkuda; 2. „memanggil atau menganggap sebagai‟, contoh: pertuan, peristrilah;

3. „membagi atau membuat jadi‟, contoh: pertiga, perlima;

4. „membuat lebih‟, contoh: perendah, perbesar, perbagus, dan lain-lain.

2.3.2 Konfiks

Konfiks adalah gabungan dari dua macam imbuhan atau lebih yang

bersama-sama membentuk satu arti (Keraf, 1984:114). Berikut uraian kaidah morfofonemik untuk kata berkonfiks.

2.3.2.1Morfofonemik Konfiks {peN-an}

Konfiks {peN-an} mengalami perubahan bentuk menjadi {pem-an}, { pen-an}, {peny-an}, {pe-an}, {penge-an}, {peng-an}.

Contoh: peN- + pinjam + -an peminjaman peN- + jual + -an penjualan peN- + rasa + -an perasaan

Makna konfiks {peN-an}

Konfiks {peN-an} dapat menyatakan makna sebagai berikut:

1. „cara melakukan yang tersebut pada kata sejalan‟, contoh: penampilan

cara menampilkan.

2. „hal melakukan yang tersebut pada kata sejalan‟, contoh: pembelian hal

(29)

3. „hasil perbuatan yang tersebut pada kata sejalan‟, contoh: pengucapan

hasil dari usaha mengucap.

4. „alat yang digunakan untuk melakukan perbuatan pada kata yang

sejalan‟, contoh: pendengaran alat untuk mendengar, pernapasan alat

untuk bernapas.

5. „ tempat melakukan perbuatan yang tersebut pada kata yang sejalan‟,

contoh: perkuburan tempat untuk mengubur.

6. „proses‟, contoh: pengelolaan, pengolahan, dan lain-lain.

2.3.2.2Morfofonemik Konfiks {ber-an}

Konfiks {ber-an} dengan variasi bentuknya {be-an}, dan bentuk tetap {ber-an}.

Contoh : ber- + pergi + -an bepergian ber- + datang + -an berdatangan Makna konfiks {ber-an}

Konfiks {ber-an} dapat menyatakan makna sebagai berikut: 1. „melakukan kegiatan (dasar)‟, contoh: berdatangan, bepergian;

2. „resiprokal‟, contoh: berciuman, berpelukan, berduaan;

3. „berelasi (dasar)‟, contoh: berdekatan, bermusuhan, berjauhan;

4. „posesif‟, contoh: beralasan, berhalangan, berlawanan, dan sebagainya;

5. „saling‟, contoh: bersentuhan, bersalaman, berpapasan, dan sebagainya.

2.3.2.3Morfofonemik Konfiks {per-an}

Konfiks {per-an} mengalami variasi bentuk menjadi {pe-an}, dan ada yang

(30)

23

Contoh: per- + main + -an permainan

Per- + gerak + -an pergerakan

Makna Konfiks {per-an}

Konfiks {per-an} mempunyai makna sebagai berikut:

1. „menyatakan tempat‟, contoh: pelabuhan, pekuburan, peternakan, dan

sebagainya;

2. „menyatakan hasil perbuatan‟, contoh: permainan, pemalsuan,

pengaduan, dan sebagainya;

3. „menyatakan peristiwa itu sendiri atau hal perbuatan”, contoh:

pengajaran, pencaharian, peraturan, dan sebagainya.

2.3.3 Simulfiks

Simulfiks adalah gabungan dari dua macam imbuhan atau lebih yang tiap-tiap

unsur tetap mempertahankan arti dan fungsinya masing-masing (Keraf, 1984:115).

2.3.3.1Morfofonemik Simulfiks {meN-kan}

Simulfiks {meN-kan} mengalami perubahan bentuk yang hampir sama

dengan prefiks {meN-} menjadi {mem-kan}, {men-kan}, {meny-kan}, {meng-kan}, dan {me-kan}.

Contoh: meN- + baca + -kan membacakan meN- + tamat + -kan menamatkan

(31)

Makna simulfiks {meN-kan}

Simulfiks {meN-kan} menyatakan makna sebagai berikut:

1. „melakukan perbuatan untuk orang lain‟, contoh: menuliskan,

membacakan, menyanyikan;

2. „menyebabkan menyanggap‟, menjatuhkan, mengurbankan,

mendewakan;

3. „menyebabkan...menjadi‟, contoh: merobekkan, merusakkan; 4. „menyebabkan melakukan perbuatan yang tersebut pada kata yang

dilekati‟, contoh: menerbangkan, mendirikan;

5. „membawa atau memasukan...ke suatu tempat‟, contoh: memojokkan,

memenjarakan;

6. „melakukan perbuatan dengan sungguh-sungguh‟, contoh:

mendengarkan, merasakan, menyanyikan, dan sebagainya.

2.3.3.2Morfofonemik Simulfiks {meN-i}

Simulfiks {meN-i} mengalami perubahan bentuk sesuai dengan proses morfofonemiknya, sama halnya dengan prefiks {meN-} yang mengalami perubahan bentuk menjadi {mem-i}, {men-i}, {meny-i}, {meng-i}, dan

{me-i}.

Makna simulfiks {meN-i}

1. „melakukan perbuatan berulang-ulang‟ atau „ intensitas‟, contoh:

menaburi, menulisi, memukuli;

2. „memberikan sesuatu‟, contoh: membubuhi, menggarami, menyabuni;

(32)

25

4. „objeknya menyatakan makna tempat‟, contoh: menduduki,

menghadiri;

5. „objeknya menyatakan makna penerimaan‟, contoh: menugasi,

membebani.

Persamaan simulfiks {meN-i} dan {meN-kan}.

Kedua simulfiks tersebut berfungsi sebagai pembentuk kata kerja aktif

transitif.

Contoh: Pelaut menyeberangi lautan. Pelaut menyeberangkan kapalnya.

Perbedaan simulfiks {me-i} dan {me-kan}.

1. Objek yang mengikuti kata kerja berafiks {me-i} merupakan objek yang

tidak bergerak dan sebagai objek penyerta.

2. Objek yang mengikuti kata kerja berafiks {me-kan} merupakan objek

yang bergerak dan sebagai penderita.

2.3.4 Sufiks

Sufiks atau akhiran merupakan proses membubuhkan afiks pada akhir bentuk dasar. Dalam bahasa Indonesia setidak-tidaknya dapat dijumpai tiga macam

sufiks, yaitu {-an} {-i}, dan {-kan} (Widodo, 1996:27). Proses morfofonemik yang terjadi pada sufiks hanya pada sufiks {-an}, berikut penjelasan mengenai proses morfofonemik pada sufiks {-an}.

2.3.4.1Sufiks {-an}

Morfofonemik dalam pengimbuhan sufiks {-an} dapat berupa a)

(33)

a. Pemunculan Fonem

Pemunculan fonem yang terdapat dalam morfofonemik sufiks {-an} terdiri dari fonem /w/, /y/, dan fonem glotal /?/. Pemunculan fonem /w/ dapat

terjadi apabila sufiks {-an} diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhir dengan fonem vokal /u/. Pemunculan fonem /y/ dapat terjadi apabila sufiks

{-an} diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhir dengan vokal /i/. Perlu

untuk dicatat bahwa dalam sistem ejaan yang berlaku saat ini fonem /w/, dan

/y/ pada morfofonemik sufiks{-an} tidak dituliskan. Pemunculan fonem

glotal /?/ dapat terjadi apabila sufiks {-an} diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhir dengan fonem vokal /a/.

Contoh : himbau + an himbauwan hari + an hariyan

(per) usaha + an (per) usaha?an b. Pergeseran Fonem

Pergeseran fonem terjadi apabila sufiks {-an} diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhir dengan sebuah konsonan. Dalam pergeseran ini konsonan

tersebut bergeser membentuk suku kata baru dengan sufiks {-an}. Contoh : jawab + an ja.wa.ban

pikir + an pi.ki.ran lompat + an lom.pa.tan

2.4 Metode Agih

(34)

27

menguraikan satuan bahasa atas unsur-unsurnya (Sudaryanto, 1993:4). Teknik

bagi unsur langsung adalah teknik analisis data dengan cara membagi suatu kontruksi menjadi beberapa bagian dan bagian – bagian atau unsur- unsur itu

dipandang sebagai bagian atau unsur yang langsung membentuk kontruksi yang dimaksud. Manfatnya adalah menentukan bagian- bagian fungsional suatu kontruksi. Alat penentu teknik unsur langsung adalah institusi

kebahasaan peneliti terhadap bahasa yang diteliti. Institusi kebahasaan artinya, kesadaran penuh yang tak dirumuskan, tetapi terpercaya, terhadap apa dan

bagiamana kenyataan yang bersifat kenyataan.

Berikut ini contoh menguraikan kata “berhalangan”.

berhalangan berhalangan

halangan

ber-an halang ber- halang -an

Dari proses penurunan kata “berhalangan” terdapat dua proses yang berbeda.

Proses pertama adalah proses pembentukan kata berhalangan yang diturunkan

dari konfiks{ber-an}digabungkan dengan dasar {halang} sedangkan pada proses kedua kata berhalangan berasal dari prefiks {ber-} digabungkan dengan

{halangan}.

Dari uraian di atas, kata berhalangan tidak terbentuk dari dasar {halang} dan konfiks {ber-an} , tetapi dari prefiks {ber-} dengan bentuk yang sudah

bersufiks {-an}, yakni {halangan}. Kata halangan tidak mengandung konfiks karena dipisahkannya {ber-} dari halangan justru meninggalkan bentuk berupa

(35)

digabungkan dengan prefiks {ber-}. Makna dari gabungan {ber-} dan

{halangan} tidak hanya ditelusuri dari penggabungan itu sendiri, tetapi juga dari kaidah umum bahasa Indonesia mengenai prefiks {ber-}, yakni prefiks

{ber-} bermakna „memunyai‟. Dengan demikian, berhalangan berarti

„memunyai halangan‟. Sebaliknya jika {ber-an} pada kata berhalangan

dianggap sebagai konfiks, dasarnya {halang} makna dari gabungan tersebut

tidak sesuai dengan kaidah yang ada di dalam konfiks {ber-an} karena makna

„memunyai‟ tidak ada dalam kaidah konfiks {ber-an}.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa berhalangan tidak mengandung konfiks

{ber-an} dan dasar {halangan}, tetapi dari prefiks {ber-} dengan dasar yang sudah bersufiks {-an}, yakni halangan (Alwi, dkk, 2003: 103-104).

2.5 Praktik Kerja Industri

Tuntutan persaingan dalam era global akan diwarnai: Persaingan tenaga kerja yang semakin ketat; Keterbukaan bursa kerja di tingkat Internasional;

Multyskill yang komperatif dan kompetitif; Kompetensi individu dan teamwork

yang solid; Profesionalisme yang tinggi. Berdasar pada kenyataan tersebut perlu diadakan langkah yang proaktif, salah satu langkah tersebut adalah

peningkatan sumber daya manusia (SDM). Peningkatan tersebut dilakukan secara terprogram, bertahap dan berkelanjutan serta kontekstual dengan memadukan, menyinergikan seluruh sumber daya internal dan eksternal serta

(36)

29

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai subsistem pendidikan nasional

bertanggung jawab dalam menyiapkan SDM tingkat menengah yang handal, dituntut untuk menerapkan prinsip demand, job oriented, dan dual based

program, yang berorienasi kepada kebutuhan pasar bahkan mampu mengembangkan inovasi untuk memengaruhi perubahan kebutuhan pasar sehingga dapat mewujudkan kepuasan pelanggan. Praktik Kerja Industri

(Prakerin) merupakan bagian dari Pendidikan Sistem Ganda (PSG) yang merupakan inovasi pada program SMK, dimana peserta didik melakukan

praktik kerja (magang) di perusahaan atau industri yang merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan pelatihan di SMK.

Pendidikan Sistem Ganda (PSG) diilhami oleh dua sistem yang dilakukan di

Jerman. Sistem ini mulai diberlakukan di Indonesia berdasarkan kurikulum tahun 1994 dan dipertajam dengan kurikulum SMK tahun 1999 serta dipertajam dengan kurikulum SMK tahun 2004. Pendidikan Sistem Ganda

(PSG) di Indonesia diselenggarakan selama beberapa bulan selama siswa mengenyam pendidikan selama tiga tahun di SMK. Pendidikan Sistem Ganda melalui program prakerin merupakan satu langkah nyata untuk membuat

sistem pendidikan dan pelatihan kejuruan lebih relevan dengan dunia kerja dalam rangka menghasilkan tamatan yang bermutu. Program yang

dilaksanakan di industri atau dunia usaha meliputi:

1. Praktik dasar kejuruan yang sebagian dilaksanakan di sekolah dan

sebagian lainnya dilaksanakan di industri. Praktik dasar kejuruan dapat

(37)

pelatihan yang memadai. Namun, apabila industri pasangan industri tidak

memiliki fasilitas pelatihan maka kegiatan praktik dasar kejuran sepenuhnya diadakan di sekolah.

2. Praktik keahlian produktif dilaksanakan di industri dalam bentuk praktik

kerja industri berbentuk kegiatan mengerjakan pekerjaan produksi atau jasa di industri atau perusahaan.

2.6 Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMK

Pembelajaran di sekolah disusun untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik dengan guru, peserta didik dengan lingkungan, dan

peserta didik dengan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Kompetensi dasar harus memiliki indikator-indikator

sebagai acuan untuk mencapai tujuan pembelajaran, serta sebagai dasar kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan di dalam kelas.

Pembelajaran bahasa Indonesia yang baik dan benar bertujuan agar peserta didik memahami dan menggunakan bahasa Indonesia dengan sebaik-baiknya

dalam pembelajaran maupun dalam keseharian peserta didik. Pembelajaran bahasa Indonesia di SMK yang berkaitan dengan penggunaan kata berimbuhan

terdapat pada kurikulum tingkat satuan pendidikan tahun 2006 . berikut ini adalah kompetensi dasar yang berkaitan dengan penggunaan kata berimbuhan.

Kompetensi dasar 1.6. Memilih kata, bentuk kata dan ungkapan yang tepat.

(38)

31

dilepaskan dari penggunaan kata berimbuhan. Pembelajaran mengenai kata

berimbuhan dilaksanakan menggunakan teks bacaan yang diberikan kepada peserta didik sebagai bahan pembelajaran. Teks bacaan tersebut digunakan

peserta didik untuk mencari penggunaan kata berimbuhan yang tepat mauun penggunaan kata berimbuhan yang tidak tepat.

Kompetensi dasar 1.15. Menulis dengan memanfaatkan kategori/kelas kata.

Indikator pembelajaran dalam kompetensi dasar ini adalah menggunakan kata atau bentuk kata yang sama dalam perincian dengan memperhatikan

keefektifan dan keefesiensian rincian. Pembelajaran mengenai kata berimbuhan

pada kompetensi dasar ini menjadi lebih kompleks karena peserta didik tidak hanya menemukan dan menentukan penggunaan kata berimbuhan dalam teks

secara tepat, peserta didik juga dituntut untuk dapat menggunakan kata berimbuhan secara tepat, efektif dan efisien dalam menulis rincian dari teks yang telah diberikan.

Pada uraian di atas telah dipaparkan beberapa materi pembelajaran siswa SMK

tentang penggunaan kata berimbuhan yang baik dan benar dalam setiap pembelajaran. Penerapan pembelajaran bahasa Indonesia mengenai kata

bertujuan agar siswa mampu memahami dan menggunakan kata maupun bentuk kata secara tepat dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, penggunaan kata dan bentuk kata yang tepat akan lebih memudahkan siswa dalam

berkomunikasi karena penggunaan kata dan bentuk kata yang tepat akan membuat orang lain mudah untuk menerima maksud yang disampaikan.

(39)

harus dipahami karena penggunaan kata berimbuhan tidak pernah terlepas

dalam kehidupan sehari-hari untuk berkomunikasi, berinteraksi dan bersosialisasi. Penggunaan kata berimbuhan harus diajarkan dengan baik

(40)

III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian

deskriptif. Desain penelitian deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah dengan memaparkan keadaan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang

tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1994:73). Dalam hal ini, masalah yang dapat dideskripsikan adalah penggunaan kata berimbuhan dalam laporan

Praktik Kerja Industri (Prakerin) siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Bandar Lampung.

Adapun metode kajian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode distribusional atau metode agih. Metode ini merupakan suatu metode yang

memiliki alat penentu yang berasal dari bahasa yang diteliti. Metode kajian distribusional memiliki teknik dasar yang disebut teknik bagi unsur langsung (BUL).

3.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah laporan Praktik Kerja Industri

(Prakerin) siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Bandar Lampung. Dari

sebelas program keahlian yang ada di SMK Negeri 2 Bandar Lampung hanya program keahlian Teknik Komputer Jaringan yang mewajibkan siswanya

(41)

ini hanya terbatas pada laporan praktik kerja industri yang disusun oleh siswa

[image:41.595.108.543.198.725.2]

program keahlian Teknik Komputer Jaringan yang berjumlah 20 laporan praktik kerja industri.

Tabel 1. Data sampel yang digunakan sebagai objek penelitian

Kode Laporan Nama Siswa Judul laporan prakerin

Laporan-1 Sinta Afriyani

Laporan Hasil Program Praktek Kerja Industri PT Mandala Lintas Nusa (Nusanet) Lampung

Laporan-2 Radot Yogi Alexander Simanungkalit

Laporan Hasil Program Praktek Kerja Industri PT Prima Solusindo Bandar Lampung

Laporan-3 Astrit septian wulandari

Laporan Hasil Program Praktek Kerja Industri CV Slara Niaga Komputer Bandar Lampung

Laporan-4 Laela Safitri Laporan Hasil Program Praktek Kerja Industri Cahaya Komputer Bandar Lampung

Laporan-5 M. Wildan Mubarok Laporan Praktek Kerja Industri pada Bina Eka Satriatama Network

Laporan-6 Yona Annisa Laporan Hasil Program Praktek Kerja Industri

Laporan-7 Delian Ferydho

Laporan Hasil Program Praktik Kerja Industri PT. Prima Teknologi Solusindo Bandar Lampung

Laporan-8 Syahrul Priyono Jufri Laporan Kegiatan Praktek Kerja Industri

Laporan-9 Nur Asma Laporan Praktik Kerja Industri

Laporan-10 Heddy Yusri

(42)

35

Laporan-11 Egy Andre Pratama

Laporan Hasil Program Praktek Kerja Industri PT. Prima Teknologi Solusindo Bandar Lampung

Laporan-12 Rahmad Fadil Laporan Hasil Program Praktik Kerja Industri Bestnet Komputer

Laporan-13 Putri Safara Mahardika

Laporan Hasil Program Praktik Kerja Industri Syscom Simpur Center

Laporan-14 Muhammad Alif

Merakit Komputer dan Mendiagnosis Kerusakan Komputer (Laporan hasil Praktik Kerja Industri)

Laporan-15 Surya Allit Prayogi

Laporan Hasil Program Praktek Kerja Industri PT. Prima Teknologi Solusindo Bandar Lampung

Laporan-16 Indriwan Rodfi Rizaldi

Praktek Kerja Industri pada Bina Eka Satriatama Network

Laporan-17 Okta Firmanto

Laporan Hasil Program Praktek Kerja Industri PT. Prima Teknologi Solusindo Bandar Lampung

Laporan-18 Muhammad Dani Ramanda

Laporan Praktek Kerja Industri DNS Server dan SNMP OpenBSD

Laporan-19 Tommy Arief W Laporan Praktik Kerja Industri pada CiptaMandiri Computer

Laporan-20 Dony Puryadi Laporan Praktik Kerja Industri pada Cipta Mandiri Computer

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dokumentasi, yaitu mencari dan mengumpulkan data dari laporan Praktik Kerja

Industri (Prakerin) siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Bandar

(43)

3.4 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. membaca laporan prakerin siswa Sekolah menengah Kejuruan Negeri 2

Bandar Lampung secara berulang-ulang;

b. memberi kode (huruf) pada setiap sumber data yang telah dibaca;

c. menentukan kata berimbuhan yang mengalami proses morfofonemik dalam

laporan prakerin siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Bandar Lampung;

d. menguraikan kata berimbuhan yang mengalami proses morfofonemik untuk

mengetahui bentuk imbuhan dan bentuk dasar dengan menggunakan teknik BUL;

e. mengklasifikasikan penggunaan kata berimbuhan sesuai dengan imbuhan

yang digunakan;

f. memberi tanda lingkaran pada setiap penggunaan yang tepat dan tanda

silang pada setiap penggunaan yang tidak tepat.

g. menghitung frekuensi penggunaan kata berimbuhan yang mengalami proses

morfofonemik baik yang tepat maupun yang tidak tepat;

h. mempersentasikan penggunaan kata berimbuhan yang mengalami proses

morfofonemik dalam latar belakang laporan prakerin siswa Sekolah

Menengah Negeri 2 Bandar Lampung, untuk mengetahui jumlah penggunaan kata berimbuhan digunakan rumus

jumlah penggunaan yang tepat

x 100%

(44)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil dan bahasan penelitian mengenai penggunaan kata berimbuhan dalam laporan Praktik Kerja Industri Program Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan tahun 2013, ditemukan 2932 penggunaan kata berimbuhan yang mengalami proses morfofonemik. Dari 2932 penggunaan kata berimbuhan yang menjadi data penelitian, terdapat 2897 kata berimbuhan yang penggunaannya tepat atau sebesar 98,8% dan 35 kata berimbuhan yang penggunaannya tidak tepat atau sebesar 1,54%.

Penggunaan kata berimbuhan yang ditemukan dalam penelitian meliputi, 1. penggunaan kata berprefiks sebanyak 1089 kata yang terdiri atas prefiks

{meN-} dengan alomorf yang ditemukan adalah {men-}, {mem-}, {me-i},

{meny-}, {menge-}, dan {meng-}; prefiks {ber-} dengan alomorf yang ditemukan yaitu {ber-}, {bel-} dan {be-}; prefiks {peN-} dengan beberapa alomorf yang ditemukan yaitu {pen-}, {pe-}, {pem-}, {peng-}, dan {peny-}; prefiks {per-} dengan alomorf yang ditemukan {per-}, {pe-}, {pel-}; prefiks

{ter-} tidak ditemukan alomorfnya.

2. penggunaan kata berkonfiks sebanyak 628 kata yang terdiri atas konfiks

{peN-an}, dengan alomorf yang ditemukan adalah {pen-an}, {pem-an}, {peng-an}, dan {peny-an}; konfiks {per-an)}sebanyak 232 kata dengan alomorfnya yaitu: {per-an}, {pel-an) dan {pe-an}; dan berkonfiks,{ber-an}

(45)

3. penggunaan kata bersimulfiks sebanyak 764 yang terdiri alas {me-kan}

dengan alomorf yang ditemukan yakni {me-kan}, {men-kan}, {meny-kan} {meng-kan}, {mem-kan}; dan {me-i} sebanyak 222 kata dengan alomorf yang

ditemukan adalah {men-i}, {meny-i}, {meng- i}, dan {mem-i}.

4. penggunaan kata bersufiks ditemukan sebanyak 451 kata atau sebesar 15,38

% yang terdiri dari pemunculan fonem /w/ dan /y/ serta pergeseran fonem

dasar yang berarti pergeseran suku kata pada bentuk dasar yang telah diimbuhkan sufiks {-an}.

Berdasarkan hasil dan bahasan penelitan mengenai penggunaan kata berimbuhan

dalam laporan praktik kerja industri (prakerin) Siswa SMK Negeri 2 Bandar Lampung Tahun 2013 ditemukan penggunaan kata berimbuhan yang

penggunaannya tepat dari segi bentuk. Selain itu, ditemukan pula penggunaan kata berimbuhan yang tidak tepat dari segi bentuk. Ketidaktepatan dari segi morfofonemiknya terjadi pada kata berimbuhan }, {ter-}, {per-an}, {meN-kan},dan {meN-i} yakni ketidaktepatan dari segi kaidah morfofonemiknya.

B. Saran

Berdasarkan simpulan di atas, dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut 1. Siswa SMK Negeri 2 Bandar Lampung, hendaknva lebih mencermati kaidah

pembentukan kata salah satunya dalam hal penggunaan kata berimbuhan sehingga penggunaan kata berimbuhan dalam kalimat menjadi benar.

2. Ketua program keahlian TKJ hendaknya lebih teratur dalam menyimpan

dokumen-dokumen laporan praktik kerja industri sehingga dapat dengan

(46)

73

3. Kepala Sekolah SMK Negeri 2 Bandar Lampung, hendaknya mewajibkan

seluruh siswa pada setiap program keahlian yang mengikuti kegiatan praktik kerja industri (prakerin) membuat laporan praktik kerja industri karena

membuat laporan prakerin dapat dijadikan latihan siswa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta melatih keterampilan berbahasa siswa yang kelak akan sangat berguna pada saat siswa masuk ke dunia kerja.

4. Dalam mengajarkan tata pembentukan kata, handaknya guru mata pelajaran

Bahasa Indonesia lebih memfokuskan pada pengajaran dari segi bentuk dan

makna kata berimbuhan karena dalam tulisan siswa masih terdapat ketidaktepatan penggunaannya. Upaya yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan ketepatan penggunaan kata berimbuhan, yaitu membiasakan siswa membuat karya tulis atau tugas-tugas dalam pembelajaran disekolah. Selanjutnya tugas-tugas tersebut diperiksa kemudian dikembalikan untuk

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk (Ed). 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Perum Balai Pustaka, Jakarta. 468 hlm.

Alwi, Hasan. 1966. Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan. Depdikbud, Jakarta.

Amirin, Tatang. M. 1995. Menyusun Rencana Penelitian. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Chaer, Abdul. 1998. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Rineka Cipta, Jakarta. 412 hlm.

Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa, Jakarta. 1826 hlm.

Fuad, Muhammad, dkk. 2006. Penggunaan Bahasa Laras Ilmiah. Universitas Lampung, Bandarlampung. xii+174 hlm.

Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Nusa Indah, Ende flores. 197 hlm. ---. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa. Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta. 161 hlm.

Nawawi, Hadari. H, dkk. 1996. Penelitian Terapan. Gajah Mada University Pers, Yogyakarta. Hal 73.

Kridalaksana, Harimurti. 1996. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. PT. Gramedia, Jakarta. 264 hlm.

Ramlan, M. 1987. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. CV. Karyono, Yogyakarta.173 hlm.

Samsuri. 1987. Analisis Bahasa: Memahami Bahasa Secara Ilmiah. Erlangga, Jakarta. 374 hlm.

(48)

Sutawijaya, Alam, dkk. Morfologi Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta. ii+245 hlm

Tarigan, Henry Guntur. 1988. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Angkasa, Bandung. 205 hlm.

---. 1995. Pengajaran Morfologi. Angkasa, Bandung. 217 hlm. Universitas Lampung. 2008. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas

Lampung, Bandarlampung. vxi+62 hlm.

(49)

KEAHLIAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

Sumber Nama Judul Prakeri A.

B.

C.

D.

E.

F.

G.

H. I. J.

K.

L.

M.

N.

S.F

R.Y

A.S

L.S

M.W

Y.A

D.F

S.P N.A H.Y

E.A

R.F

P.S

M.A

Hasil Program Praktek Kerja Industri di P.t Mandala lintas Nusa lampung Program keahlian Teknik komputer dan Jaringan.

Hasil Program Praktek Kerja Industri di PT. Prima Teknologi Solusido Bandar Lampung.

Hasil Program Praktek Kerja Industri di CV. Slara Niaga Komputer Bandar Lmpung.

Hasil Program Praktek Kerja Industri di CV. Cahaya Komputer Bandar Lampung.

Hasil Program Praktek Kerja Industri di cv. Bina Sastriatama Network.

Hasil Program Praktek Kerja Industri Di Zona Toshiba Simpur Senter.

Hasil Program Praktek Kerja Industri di PT. Prima Teknologi Solusion Bandar Lampung.

Hasil Program Praktek Kerja Industri Hasil Program Praktek Kerja Industri

Hasil Program Praktek Kerja Industri di PT. Prima Teknologi Solusion Bandar Lampung.

Hasil Program Praktek Kerja Industri di PT. Prima Teknologi Solusion Bandar Lampung.

Hasil Program Praktek Kerja Industri di BESTNET KOMPUTR.

Hasil Program Praktek Kerja Industri di Syscom Simpur Center.

(50)

O.

P.

Q.

R.

S.

S.A

I.R

O.F

D.R

T.A

Praktek Kerja Industri Pada Bina Eka Satria Tama Network Komputer 2013.

Hasil Program Praktek Kerja Industri di PT. Prima Teknologi Solusion Bandar Lampung.

Laporan Praktek Kerja Industri Pada Cipta Mandiri Computer.

Laporan Praktek Kerja Industri DNS Server dan SNMP OpenBSD.

(51)

Industri (Prakerin) Siswa SMK Negeri 2 Bandar Lampung Tahun 2013

No. Data Pembentuk Bagi Unsur

Langsung

Jumlah

1. 2.

3.

4. 5.

6.

7. 8. 9.

10.

11. 12.

13.

14.

15.

16. 17.

Sekolah menengahkejuruan SMK…

… dapat mencetak tenaga kerja yang

siap pakai…

…praktik kerja lapangan siswa banyak

yang hanya dapat menerka..

…siswa lebih banyak mengenal

Untuk kiat yang menjadi faktor

utama…

…apabila lebih dari satu tahun tidak

lagi mengerjakan mengelasMelihatkenyataan diatas…

... mendukungsiswa lulus sekolah…

Praktik kerja industri dapat

memperoleh

... dilaksanakan sebagai usaha untuk

menjalin

Dengan menjadianggota APJll…

…Update teknologi yang terus

menerus

Sebagai contoh saya membuat ruang

kosong/space ubuntu…

….Untuk menginformasi aturan yang

diperlukan sebelum…

Lalu sekarang dilanjutkan dengan

menginstal

Mengisi kontraks/ikhtiar…

Mengupdate kontraks/ikhtiar….

Prefiks + kata dasar Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar Prefiks + kata dasar Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar Prefiks + kata dasar

meN- + tengah meN- + cetak

meN- + terka

meN- + kenal meN- + jadi

meN- + las

meN- + lihat meN- + dukung meN- + peroleh

meN- + jalin

meN- + jadi meN- + terus

meN- + buat

meN- + informasi

meN- + instal

meN- + isi meN- + update

8 1

1

1 2

1

1 1 1

1

7 1

4

1

1

(52)

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26. 27.

28.

29.

30.

31.

32.

33.

34.

Sumber daya manusia terbaik Update teknologi yang terus-menerus… … menjalin kerja sama antara dunia

pendidik dengan dunia industri… …saat anda memulai menyalakan

computer anda….

Membuat mengisi kontrak/ikhtiar

perjanjian…

…maka anda harus memakai kabel UTP katagori 5…

…dengan menguji beberapa bit

pertama dari IP Andress…

Sekarang komputer anda dapat

menakses internet.

Garis pemisah antara bagian network

dan hosttidak lengkap…

…APJJI adalah pengelolaIIX …

Dengan kepuasan pelanggan Nusanet berkembang ...

…yang harus dibagikan ke seluruh penggunajaringan internet…

Garis pemisah antara bagian network

dan host tidak tetap…

kerja sama dunia pendidik dengan

dunia industry…

... faktor utama penentu kadar keahlian profesional seseorang ... ... kritik yang membangun dari

pembaca merupakan modal utama ... Nusanet berpusat di kota Medan dan

sementara melayani…

…saya dari Nusanet bermaksud utuk

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

meN- + terus

meN- + jalin

meN- + mulai

meN- + isi

meN- + pakai

meN- + uji

meN- + akses

peN- + pisah

peN- + kelola peN- + langgan

peN- + guna

peN- + pisah

peN- + didik

peN- + tentu

peN- + baca

ber- + pusat

ber- + maksud

1

1

1

1

1

1

1

1

1 3

1

1

1

1

1

2

(53)

36.

37.

38. 39.

40.

41.

42.

43.

44.

45.

46.

47.

48.

49.

50.

sesuatu network dari network lain…

….kompatebel dengan TCP/IP berbasisjaringan….

... dikonfigurasikan sebelum dahulu agar bias berkomunikasi

Berartianda…

… anda telah berhasil melakukan test

konteks terhadap radio… Session status berubah menjadi

REGISTERED…

….saya dapat belajar banyak ilmu dari para Staff Nusanet….

….karena dengan bertambahnya jaringan internet dari Nusanet …. ….saya dapat belajar banyak ilmu dari

para Staff Nusanet….

Berdiri sejak tahun 1996 sebagai perusahaan Web Hosting dan Design..

bergantung kepada kelas

network….

…byte pertamanya selalu bernilai antara…

Berjumlah 65.355 network dengan

jumlah host…

... digunakan untuk jaringa berukuran

kecil seperti LAN.

Sumber daya manusia terbaik Update teknologi yang terus-menerus…

….semua ruang bebas/free space yang tersedia

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Konfiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

ber- + basis

ber- + komunikasi

ber- + arti ber- + hasil

ber- + ubah

ber- + ajar

ber- + tambah

ber- + ajar

ber- + diri

ber- + gantung

ber- + nilai

ber- + jumlah

ber- + ukur + -an

ter- + baik

ter- + sedia

1

2

2 4

2

2

2

1

1

1

1

1

1

2

(54)

51.

52.

53.

54. 55. 56.

57. 58.

59.

60.

61. 62.

63.

64.

65.

66.

67. 68. 69.

…baik untuk host/jaringatertentu atau

untuk keperluan…

….seluruh host yang tersambung dalam jaringan yang sama…

Jadi pada kelas A terdapat 127

network…

Netrwork ID terdiri dari 24 bit dan

host ID 8 bit…

… sehingga dapat terbentuk sekitar 2

juta network….

….anda harus login terlebih dahulu… Sekarang SSID roeter telah

terdeteksi

….dengan semua devisi terutama Team Techinal Suport…

... sarana dan prasarana yang tersedia

di sekolah, ...

Hal tersebut dapat dilihat dari ... ... melakukan test koneksi terhadap

radio.

…kondisi nyata pelajar dalam

kegiatan proses belajar… Materi praktik kejuruan megenai

penggunakan

…masukan CD Driver yang disertakan

pada paket penjualannya….

…sekolah menengah kejuruan yang

siap pakai akan tetapi perusahaan ... ... masih menerapkan pendidikan

…tempat dan waktu pelaksanaan

…dan pelatihan bagi yang telah lolos

seleksi….

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Konfiks + kata dasar

Konfiks + kata dasar

Konfiks + kata dasar

Konfiks + kata dasar Konfiks + kata dasar Konfiks + kata dasar

ter- + tentu

ter- + sambung

ter- + dapat

ter- + diri

ter- + bentuk

ter- + lebih ter- + deteksi

ter- + utama

ter- + sedia

ter- + sebut ter- + hadap

per- + ajar

peN-an + guna

peN-an + jual

per-an + usaha

peN- + didik + -an peN-an + laksana peN- + latih + -an

2

1

3

1

1

2 1

2

1

1 1

2

1

1

1

(55)

72.

73. 74.

75.

76.

77. 78.

79.

80.

81.

82.

83.

84.

85.

86.

87.

sebagai masa uji coba… …penggunaan alat dan tidak

semuanya dapat memanfaatkan … …sesuai dengan hasil pengamatan… …penelitian direktorat pendidikan

menengah kejuruan…

…Dilihat dari kondisi pembelajaran yang belum kondusif…

Seseorang tidak semata-mata di ukur oleh penguasaan

pengetahuandan teknik kerja…

....byte pertamanya berkisaran antara 224-247..

... dibedakan menjadi dua jenis

berdasarkankecepatan … ... perjanjian berlangganan untuk costumer lama.

peralatan yang lengkap dan modern

yang disajikan di sekolah…

perusahaan jasa internet

Indonesia….

Membuat mengisi kontrak/ikhtisar

perjanjianuntuk new customer…

…dengan adanya perbedaan kecepatan akses….

… cara mengerjakan pekerjaan pada

bidang frifesi itu sendiri…

perbedaan tiap kelas adalah pada

ukuran dan jumlahnya…

merupakan pihak yang terdapat

Konfiks + kata dasar

Konfiks + kata dasar Konfiks + kata dasar

Konfiks + kata dasar

Konfiks + kata dasar

Konfiks + kata dasar Konfiks + kata dasar

Konfiks + kata dasar

Konfiks + kata dasar

Konfiks + kata dasar

Konfiks + kata dasar

Konfiks + kata dasar

Konfiks + kata dasar

Konfiks + kata dasar

Konfiks + kata dasar

Simulkfiks+kata dasar

peN-an + guna

peN- + amat + -an peN-an + teliti

peN- + belajar + -an

peN-an + kuasa

peN-an + tahu ber- + kisar + -an

ber- + dasar + -kan

ber- + langgan + -an

per-an + alat

per-an + usaha

per- + janji + -an

per-an + beda

per- + kerja + -an

per-an + beda

meN- + rupa + -kan 1

1 1

1

2

1 1

4

2

7

3

2

2

2

2

(56)

88.

89.

90.

91.

92.

93.

94.

95.

96. 97.

98.

99.

100.

101.

102. 103.

104.

mencetak tenaga kerja siap pakai..

…kita tidak dapat menyalahkan dunia

usaha…

…oleh karna itu sulit diharapkan

untuk mampu memberikan…. …kejuruan SMK perlu mengadakan kerja sma dengan dunia industri…

…kemampuan yang lebih serta mendapatkanpraktik …

Diharapkan siswa-siswi yang

melaksanakan praktik kerja industri...

…siswa-siwa dapat

membandingkan

Meningkatkan lulusan yang

berkualitas dari sekolah….

Jika sudah selesai menentukan besar

ruang kosong…

Setelah mengecilkandrive…

...untuk membuat Ubuntu dan

menggunakansemua ruang bebas…

…saat anda memulai menyalakan computer anda…

Saya dari nusanet menawarkan Upgrade paket…

…untuk menghubungkan computer

pada internet….

…anda dapat membedakan

penggunaan kabel dengan ...

Gambar

Tabel 1. Data  sampel yang digunakan sebagai objek penelitian
gambar atau simbol-simbol...
gambar + -an
gambar + -an

Referensi

Dokumen terkait

Resiko pada pipa terjadi korosi memang besar, tetapi resiko ini masih dapat di proteksi oleh anoda korban yang masih bekerja pada pipa sehingga apabila korosi terjadi yang

Simpulan: Pengetahuan, perilaku, dan sikap pada masyarakat Desa Gulingan yang baik dalam pencegahan virus corona dengan menerapkan kearifan lokal yakni dalam kerangka desa

Pengaruh Nasionalisasi pegawai Mangkunegaran terhadap struktur birokrasi Mangkunegaran adalah Sri Mangkunegara VIII selaku pemimpin Praja Mangkunegaran melakukan

Hasil perhitungan tingkat bahaya erosi di Kecamatan Raya menunjukkan nilai tingkat bahaya erosi tertinggi pada sampel I19 sebesar 1089,01 ton.ha -1 .thn -1 dengan area

sel tumor dari fase G0 ke fase siklus sel yang respons terhadap terapi, serta. menghambat perbaikan sel yang sublethal karena

5- Rast perdesi üzerinde buselik beş lisine Neva perdesinde kürdi veya hicaz dörtlüsünün eklenmesiyle ………..makamı meydana gelir. Cevapları nı zı cevap anahtarı ile karş

Adapun mereka yang mengaku mampu mengenal Tuhan dengan bantuan wahyu menjadi kehilangan makna pengenalannya akan Tuhan, karena terbukti banyak wahyu yang beredar dan

Confirming the earlier findings the recent preliminary study proves that the pulsed jet is axisymmetric in the horizontal and vertical direction and follows a linear trajectory