THE INFLUENCE OF GENDER, ETHICAL JUDGEMENT AND MORAL REASONING ON BUDGETARY SLACK BEHAVIOR IN PUBLIC SECTOR WITH ORGANIZATION
COMMITMENT AS MODERATING VARIABLE (Study on Health Centers in DIY)
Oleh:
ULVA DWI HIDAYATI 20130420333
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
i
PENGARUH GENDER, ETHICAL JUDGEMENT DAN MORAL REASONING
TERHADAP PERILAKU ANGGARAN SLACK DI SEKTOR PUBLIK DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI
VARIABEL PEMODERASI (Studi pada Puskesmas di DIY)
THE INFLUENCE OF GENDER, ETHICAL JUDGEMENT AND MORAL REASONING ON BUDGETARY SLACK BEHAVIOR IN PUBLIC SECTOR WITH ORGANIZATION
COMMITMENT AS MODERATING VARIABLE (Study on Health Centers in DIY)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh:
ULVA DWI HIDAYATI 20130420333
HALAMAN JUDUL SKRIPSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
iv
PERNYATAAN
Dengan ini saya,
Nama : Ulva Dwi Hidayati
Nomor Mahasiswa : 20130420333
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “PENGARUH GENDER,
ETHICAL JUDGEMENT DAN MORAL REASONING TERHADAP
PERILAKU ANGGARAN SLACK DI SEKTOR PUBLIK DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi pada Puskesmas di Daerah Istimewa Yogyakarta)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan
Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata
dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.
Yogyakarta, 25 Januari 2017
v
Motto
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai ( dari suatu urusan) kerjakan dengan
sesungguhnya (urusan) yang lain dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”
(QS. Al-Insyirah 6-8)
“Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat
mereka menyerah”
(Thomas Alva Edison)
“Allah menitipkan kelebihan di setiap kekurangan, menitipkan kekuatan di setiap kelemahan, menitipkan sukacita di setiap dukacita, menitipkan harapan di setiap keraguan. Allah berjanji
semua itu akan indah pada waktunya”
(Annoymous)
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Persembahan
Skripsi ini ku persembahkan untuk:
Orang Tua tercinta, Bapak Muji Hartono dan Mama Siti Wahyuningsih Terima kasih tak terhingga untuk kasih sayang yang tak pernah usai, do’a
yang tak pernah terputus, kesabaran yang tak pernah lelah, pengorbanan,
dan dukungan, serta semangat yang tiada henti.
Kakak dan Adekku tersayang, Ade Gilang Luki Adi dan Lanang Wijaya
Mukti. Terimakasih atas doa yang selalu di panjatkan selama ini.
Semua teman-temanku Dwi, Retno, Rika, Yani, Annisa, Alun, Mahardika,
Mumu, Ardi, Teguh, Faisal, Condro, dll yang telah menyemangati dan
x DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL SKRIPSI ... i
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING...Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI ...Error! Bookmark not defined.
PERNYATAAN ...iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
INTISARI ...Error! Bookmark not defined.
ABSTRACT ...Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ...Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
BAB I ...Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang ...Error! Bookmark not defined.
B. Rumusan Masalah ...Error! Bookmark not defined.
C. Tujuan Penelitian ...Error! Bookmark not defined.
D. Manfaat Penelitian ...Error! Bookmark not defined.
BAB II ...Error! Bookmark not defined.
A. Landasan Teori ...Error! Bookmark not defined.
1. Teori Keagenan ...Error! Bookmark not defined.
2. Anggaran Slack ...Error! Bookmark not defined.
3. Ethical Judgement dan Moral Reasoning Theory ... Error! Bookmark not defined.
4. Gender ...Error! Bookmark not defined.
5. Komitmen Organisasi ...Error! Bookmark not defined.
B. Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis ...Error! Bookmark not defined.
1. Pengaruh gender terhadap perilaku anggaran slack ... Error! Bookmark not defined.
2. Pengaruh ethical judgement terhadap perilaku anggaran slackError! Bookmark not defined.
xi
4. Hubungan ethical judgement terhadap perilaku anggaran slack dengan
komitmen organisasi sebagai variabel pemoderasi ... Error! Bookmark not defined.
5. Hubungan moral reasoning terhadap perilaku anggaran slack dengan
komitmen organisasi sebagai variabel pemoderasi ... Error! Bookmark not defined.
C. Model Penelitian ...Error! Bookmark not defined.
BAB III ...Error! Bookmark not defined.
A. Objek/ Subyek Penelitian ...Error! Bookmark not defined.
B. Jenis Data ...Error! Bookmark not defined.
C. Teknik Pengambilan Sampel ...Error! Bookmark not defined.
D. Teknik Pengumpulan Data ...Error! Bookmark not defined.
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ...Error! Bookmark not defined.
1. Variabel Dependen ...Error! Bookmark not defined.
2. Variabel Independen ...Error! Bookmark not defined.
3. Variabel Moderasi ...Error! Bookmark not defined.
F. Uji Kualitas Instrumen dan Data ...Error! Bookmark not defined.
1. Statistik Deskriptif ...Error! Bookmark not defined.
2. Uji Validitas ...Error! Bookmark not defined.
3. Uji Reliabilitas ...Error! Bookmark not defined.
4. Uji Asumsi Klasik ...Error! Bookmark not defined.
G. Uji hipotesis dan analisis data ...Error! Bookmark not defined.
BAB IV ...Error! Bookmark not defined.
A. Gambaran Umum Obyek/ Subyek Penelitian ...Error! Bookmark not defined.
1. Deskripsi Penelitian ...Error! Bookmark not defined.
2. Analisis Karakteristik Responden ...Error! Bookmark not defined.
B. Uji Kualitas Instrumen dan Data ...Error! Bookmark not defined.
1. Statistik Deskriptif ...Error! Bookmark not defined.
2. Pengujian Validitas ...Error! Bookmark not defined.
3. Pengujian Reliabilitas ...Error! Bookmark not defined.
4. Uji Asumsi Klasik ...Error! Bookmark not defined.
C. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) ...Error! Bookmark not defined.
D. Pembahasan (Interpretasi) ...Error! Bookmark not defined.
BAB V ...Error! Bookmark not defined.
xii
B. Saran ...Error! Bookmark not defined.
C. Keterbatasan Penelitian ...Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Sampel dan Tingkat Pengembalian ... 33
Tabel 4.2 Karakteristik Responden ... 34
Tabel 4.3 Hasil Statistik Deskriptif... 35
Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Variabel Ethical Judgement ... 36
Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Variabel Moral Reasoning ... 36
Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Variabel Komitmen Organisasi ... 37
Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Variabel Anggaran Slack ... 37
Tabel 4.8 Hasil Uji Reliabilitas ... 38
Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas ... 39
Tabel 4.10 Hasil Uji Multikolinearitas ... 40
Tabel 4.11 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 41
Tabel 4.12 Hasil Uji Analisis Uji Beda H1 ... 42
Tabel 4.13 Hasil Uji Analisis Regresi Sederhana H2 ... 43
Tabel 4.14 Hasil Uji Analisis Regresi Sederhana H3 ... 43
Tabel 4.15 Hasil Uji Analisis Regresi Berganda H4 ... 44
xiii
DAFTAR GAMBAR
vii ABSTRACT
This study aims to analyze the influence of gender on the influence of
ethical judgement and moral reasoning on budgetary slack behavior in public
sector with organization commitment as moderating variable. In this study,
sample of 60 respondents were selected using purposive sampling. The analysis
used was differential, simple regression and multiple regression.
Based on the analysis that have been made the results that higher
budgetary slack is done by men than women, ethical judgement and moral
reasoning had negative effect on budgetary slack behavior, organization
commitment moderated significantly the effect of ethical judgement on budgetary
slack behavior, but organization commitment did not moderate the moral
reasoning relationship with budgetary slack behavior.
Keywords: Gender, Ethical Judgement, Moral Reasoning, Organization
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam melaksanakan tugasnya organisasi sektor publik pasti
membutuhkan suatu manajemen yang baik. Menurut Welsch (2000)
mengartikan bahwa manajemen adalah suatu proses untuk mendefinisikan
tujuan perusahaan serta menerapkan kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan guna mencapai tujuan suatu perusahaan, selain itu juga
menggunakan sumber daya manusia, bahan baku dan juga modal secara
efisien. Suatu organisasi atau perusahaan tidak dapat menjalankan visi dan
misinya tanpa suatu manajemen yang baik.
Menurut Nouri dan Robert (1996) menjelaskan tujuan utama dari
organisasi sektor publik yaitu memberikan pelayanan dan kesejahteraan
semaksimal mungkin kepada masyarakat, sehingga rencana dari
pemerintah sejalan dengan kenginan masyarakat. Dengan demikian
organisasi membutuhkan pedoman perencanaan untuk melaksanakan
tugasnya. Pada organisasi pemerintah khususnya bidang kesehatan,
terdapat pihak yang mengatur sebuah instansi tersebut, diantaranya adalah
pimpinan atau atasan dari tiap masing-masing bagian dari instansi tersebut.
2
mampu mewujudkan tujuannya dalam mensejahterakan masyarakat, maka
suatu instansi diharapkan memiliki sistem pengendalian manajemen.
Anggaran dalam sistem pengendalian manajemen memegang
peranan penting sebagai alat pengendalian operasi perusahaan agar strategi
yang ditetapkan dapat digunakan untuk mencapai tujuan perusahaan.
Proses penganggaran yang dilakukan mulai dari tahap perencanaan,
penyusunan, dan pelaksanaan dalam menjalankan tugas serta fungsinya
guna mewujudkan tujuan organisasi dengan hasil berupa laporan anggaran
yang bisa dipertanggungjawabkan. Dari hal tersebut maka pemerintah
membuat berbagai kebijakan yang diatur dalam bentuk anggaran. Dari
anggaran yang telah direncanakan dan dialokasikan maka akan terlihat
keberhasilan suatu organisasi dalam menjalankan tanggungjawabnya.
Menurut Anthony dan Govindarajan (2005) anggaran adalah suatu
alat pengendalian paling efektif dan sangat penting dalam perencanaan dan
pengendalian jangka pendek sebuah organisasi. Selain itu menurut
Bradshaw et al (2007) menjelaskan bahwa dengan anggaran maka akan
membuat pihak penyusun anggaran lebih bertanggungjawab untuk
mengalokasikan rencana, mengalokasikan sumberdaya serta menentukan
tujuan dan juga berguna untuk acuan dalam suatu organisasi. Menurut
Kenis (1979) anggaran dikatakan penting karena anggaran tidak hanya
digunakan sebagai alat kontrol komunikasi, evaluasi, koordinasi serta
motivasi dalam bekerja.
Anthony dan Govindarajan (2007) menjelaskan anggaran slack
adalah perbedaan antara anggaran yang dilaporkan dengan anggaran yang
sesuai dengan estimasi terbaik bagi organsasi itu. Estimasi dalam hal ini
adalah suatu anggaran yang sesungguhnya terjadi sesuai dengan
kemampuan perusahaan.
Anggaran slack dapat terjadi karena ada keterlibatan manajer
tingkat atas, menengah atau bawah dalam penyusunan anggaran. Perilaku
tidak etis yang dilakukan oleh manajer tingkat atas, menengah/bawah
dalam menciptakan senjangan anggaran yaitu dengan membuat suatu
anggaran yang tidak sesuai dengan potensi yang sebenarnya seperti
membuat anggaran pendapatan yang lebih rendah dari potensi atau
membuat anggaran belanja yang lebih tinggi dari kebutuhan (Schiff dan
Lewin,1970). Menurut Damrongsukniwat et al (2011) anggaran slack
umumnya dilakukan oleh manajer yang dapat menyembunyikan beberapa
informasi pribadi dari atasan mereka serta sengaja menggambarkan
informasi yang hanya dapat menguntungkan diri mereka sendiri melalui
perilaku anggaran slack. Cyert dan March (1963) menjelaskan bahwa
penciptaan senjangan anggaran yang biasanya dilakukan oleh manajer
cenderung untuk tujuan individu atau pribadi mereka yaitu seperti untuk
melindungi karir dan agar hasil pekerjaan mereka terihat baik untuk jangka
4
Suatu keberhasilan dalam penyusunan anggaran salah satunya
dipengaruhi oleh etika atau sikap yang yang baik dalam proses
penyusunan anggaran. Etika dibutuhkan untuk mendorong siapa yang
bertanggungjawab atas penyusunan dan pelaksanaan anggaran guna
mencapai tujuan organisasi (Blocher dkk, 2000). Penelitian yang
dilakukan oleh Andika (2014) menemukan hasil bahwa etika berpengaruh
negatif terhadap senjangan anggran. Hasil penelitian tersebut sejalan
dengan teori yang dipaparkan oleh Blocher dkk (2000) yang menjelaskan
bahwa etika sangat diperlukan untuk mendorong individu untuk
bertanggungjawab atas penyusunan dan pelaksanaan anggaran guna
mencapai tujuan organisasi. Maskun (2009) berpendapat bahwa etika
berpengaruh terhadap anggaran slack.
Anggaran juga berkaitan erat dengan komitmen organisasi.
Komitmen merupakan sebuah sikap dan perilaku antara individu satu
dengan individu yang lain. Karyawan yang komitmen tinggi terhadap
organisasinya maka akan menujukkan sikap yang positif terhadap
organisasinya dan akan selalu membela organisasinya dalam keadaan
apapun guna mewujudkan tujuan organisasi. Karyawan dikatakan
memiliki komitmen pada organisasinya apabila setia terhadap organisasi
tersebut yang akan berakibat menumbuhkan loyalitas karyawan.
Menurut Wiener (1982) komitmen organisasi yaitu dorongan dari
individu itu sendiri untuk melakukan sesuatu yang dapat menunjang
lebih mengutamakan kepentingan organisasi. Oleh karena itu komitmen
organisasi sangat berpengaruh terhadap individu dalam melakukan suatu
hal. Komitmen organisasi berpengaruh positif pada individu untuk
melakukan yang terbaik bagi organisasi sehingga anggaran slack dapat
dihindari.
Masalah dalam penelitian ini yaitu berkaitan dengan perilaku
individu dalam membuat anggaran slack di organisasi sektor publik.
Selanjutnya membahas apakah gender mempengaruhi keputusan etis dan
perilaku moral individu untuk membuat slack anggaran. Penelitian ini
berfokus pada perilaku etis dan moral untuk menjelaskan perilaku individu
dalam membuat anggaran slack. Dengan adanya variabel moderasi yang
akan memperkuat ataupun memperlemah keputusan etis dan perilaku
moral dalam melakukan anggaran slack. Penelitian ini juga bertujuan
untuk menjelaskan perbedaan jenis kelamin (pria dan wanita) untuk
menentukan keputusan etis dan moral reasoning pada individu dalam
mengambil tindakan slack anggaran. Perbedaan gender dapat
mempengaruhi perbedaan pertimbangan ethical judgement dan moral
reasoning terhadap individu dalam melakukan tindakan anggaran slack.
Penelitian Rahim (2013) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
gender dari dua kelompok tentang pengaruh ethical judgement dan moral
reasoning pada perilaku individu dalam membuat anggaran slack.
6
hal pengaruh ethical judgement dan moral reasoning terhadap individu
untuk melakukan anggaran slack.
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan perilaku anggaran
slack yang terjadi di sektor publik khususnya Puskesmas yang berada di
Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal tersebut berkaitan dengan perilaku
individu dalam membuat anggaran slack dengan maksud untuk
keuntungan dirinya sendiri (Onsi 1973).
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan
oleh Rahim (2013) dengan judul: “Pengaruh Perbedaan Gender, Ethical
Judgement, dan Moral reasoning terhadap Perilaku Anggaran Slack di
Sektor Publik”. Faktor yang membedakan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya adalah penulis menambahkan komitmen organisasi sebagai
variabel pemoderasi.
Pertimbangan penambahan komitmen organisasi sebagai variabel
pemoderasi adalah diharapkan dengan menambah variabel pemoderasi
dapat dijelaskan lebih baik variabel gender, ethical judgement dan moral
reasoning pada model regresi saat pengujian hipotesis dilakukan.
Penambahan variabel komitmen organisasi didasarkan pada alasan bahwa
semakin tinggi moral reasoning dan ethical judgement yang dimiliki
individu maka untuk melakukan anggaran slack akan semakin rendah,
apalagi di dukung dengan komitmen organisasi yang baik. Dengan
individu memiliki komitmen organisasi yang baik maka akan membuat
Berdasarkan penjelasan diatas maka judul yang diajukan dalam
penelitian adalah “Pengaruh Gender, Ethical Judgement dan Moral
Reasoning terhadap Perilaku Anggaran Slack di Sektor Publik
dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Pemoderasi”. Dengan perbedaan objek penelitian yang berbeda diharapkan dapat
menyempurnakan penelitian sebelumnya.
B. Rumusan Masalah
Gender, ethical judgement dan moral reasoning menjadi hal yang
sangat penting dalam penentuan perilaku anggaran slack. Karena
keberhasilan organisasi pemerintah bidang kesehatan dilihat dari kinerja
organisasi tersebut dalam menjalankan penganggaran. Salah satu variabel
yang dianggap akan mempunyai pengaruh adalah variabel pemoderasi.
Variabel pemoderasi di penelitian ini adalah komitmen organisasi. Oleh
karena itu rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah anggaran slack cenderung lebih tinggi dilakukan oleh pria
dibanding wanita ?
2. Apakah ethical judgement berpengaruh negatif terhadap perilaku
anggaran slack?
3. Apakah moral reasoning berpengaruh negatif terhadap perilaku
anggaran slack?
4. Apakah komitmen organisasi memperkuat pengaruh negatif hubungan
8
5. Apakah komitmen organisasi memperkuat pengaruh negatif hubungan
moral reasoning terhadap perilaku anggaran slack?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Memperoleh data, menguji dan menganalisis bukti empiris, apakah
anggaran slack cenderung lebih tinggi dilakukan oleh pria dibanding
wanita.
2. Memperoleh data, menguji dan menganalisis bukti empiris, apakah
ethical judgement berpengaruh negatif terhadap perilaku anggaran
slack.
3. Memperoleh data, menguji dan menganalisis bukti empiris, apakah
moral reasoning berpengaruh negatif terhadap perilaku anggaran
slack.
4. Memperoleh data, menguji dan menganalisis bukti empiris, apakah
komitmen organisasi memperkuat pengaruh negatif hubungan ethical
judgement terhadap perilaku anggaran slack.
5. Memperoleh data, menguji dan menganalisis bukti empiris, apakah
komitmen organisasi memperkuat pengaruh negatif hubungan moral
reasoning terhadap perilaku anggaran slack.
D. Manfaat Penelitian
Dari beberapa hal yang telah dijelasakan diatas, maka diharapkan
1. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi pelengkap referensi
mengenai pengaruh perbedaan gender, ethical judgement dan moral
reasoning terhadap perilaku slack anggaran dengan komitmen
organisasi sebagai variabel pemoderasi.
2. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memperluas pengetahuan
dalam penganggaran di bidang kesehatan.
3. Sebagai bahan pertimbangan dalam melihat faktor yang
mempengaruhi anggaran slack sehingga hal-hal yang dapat
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Keagenan
Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan bahwa teori
keagenan adalah suatu konsep yang menjelaskan hubungan antara
atasan dan bawahan. Menurut Anthony dan Govindarajan (1980)
fenomena teori keagenan terjadi apabila atasan melimpahkan
wewenang kepada bawahan untuk membantu pengambilan keputusan.
Konflik kepentingan umumnya terjadi karena bawahan tidak
melaksanakan tugasnya sesuai dengan kepentingan atasan, sehingga
dapat menimbulkan anggaran slack dan umumnya terjadi karena
individu hanya mementingkan dirinya sendiri.
2. Anggaran Slack
Anggaran slack telah banyak dipelajari dengan perspektif yang
berbeda dalam akuntansi manajemen dan akuntansi perilaku. Definisi
yang dibuat pada sektor swasta oleh Young (1985) anggaran slack
adalah suatu tindakan dimana agen melebihkan kemampuan produktif
dengan mengestimasikan pendapatan lebih rendah dan biaya lebih
tinggi ketika diberi kesempatan untuk memilih standar kerja sehingga
anggaran slack sebagai selisih antara sumber daya yang sebenarnya
diperlukan secara efisien dan jumlah sumber daya yang lebih besar
untuk menyelesaikan suatu tugas tersebut.
Sesuai dengan prinsip hukum ekonomi islam, anggaran slack
termasuk dalam salah satu prinsip yaitu prinsip pertanggungjawaban.
Prinsip tersebut menjelaskan bahwa penyusunan anggaran harus bisa
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Prinsip tersebut diperjelas
dalam QS. Al-Isra ayat 36 :
“ Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan
jawabnya”. Selain itu juga diperjelas QS. Al Ahzab ayat 15 yang
artinya “ Dan sesungguhnya mereka sebelum itu telah berjanji kepada
Allah: Mereka tidak akan berbalik ke belakang (mundur). Dan adalah
perjanjian dengan Allah akan diminta pertangggungjawabnya”. Dari
ayat tersebut terlihat jelas bahwa perilaku anggaran slack tidak baik
untuk dilakukan, karena kelak semua perilaku yang kita lakukan akan
dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT.
3. Ethical Judgement dan Moral Reasoning Theory
Etika adalah proses tentang apa yang dilakukan individu pada
situasi tertentu yang dipengaruhi oleh pengalaman dan pembelajaran
dari masing-masing individu. Onsi (1973) menjelaskan bahwa
12
menggunakan teori perilaku individu itu sendiri. Dari hal tersebut
dapat dikatakan bahwa etis atau tidak sikap individu tergantung dari
individu dalam menanggapi situasi etis dalam organisasi. Forsyth
(1992) menemukan bahwa pertimbangan etis dari situasi etis yang
dihadapi dalam organisasi mempengaruhi suatu keputusan etis
individu.
4. Gender
Menurut pendekatan sosilisasi, wanita lebih cenderung
berperilaku etis dalam melaksanakan pekerjaannya karena wanita
lebih menitikberatkan pada pelaksanaan tugas dengan baik. Perbedaan
perilaku etis antara pria dan wanita adalah adanya perbedaan
pembawaan nilai-nilai moral kedalam pekerjaan dimana wanita lebih
cenderung berfikir untuk melakukan sesuatu sesuai norma yang telah
ditetapkankan karena naluri seorang wanita akan cenderung
menentang apabila yang dilakukan berada diluar norma yang ada,
sedangkan pria lebih bersaing dalam mencapai kesuksesan dan untuk
mencapai kesuksesan tersebut pria cenderung untuk melanggar aturan
yang ada (Febrianty, 2010).
5. Komitmen Organisasi
Wiener (1982) menjelaskan bahwa komitmen organisasi
adalah suatu dorongan dari dalam individu untuk berbuat sesuatu agar
dapat mendorong keberhasilan organisasi sesuai dengan tujuan
individu mementingkan kepentingan pribadinya berarti komitmen
organisasinya rendah maka individu tersebut dalam partisipasi
penganggaran cenderung akan melakukan anggaran slack dengan
tujuan agar kinerjanya terlihat baik. Sebaliknya, jika individu
memiliki komitmen organisasi yang tinggi maka partisipasinya dalam
melakukan anggaran slack akan cenderung rendah.
B. Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis
1. Pengaruh gender terhadap perilaku anggaran slack
Pria dan wanita memiliki kepribadian yang berbeda. wanita
secara umum adalah individu yang lebih menggunakan hati dalam
melakukan suatu tindakan. Ia cenderung lebih berhati-hati dalam
memutuskan tindakan. Hastuti (2007) berpendapat bahwa gender
adalah suatu konsep kultural yang membedakan antara pria dan wanita
dalam hal peran, perilaku, mentalitas dan karakteristik emosional
dikalangan masyarakat. Perbedaan ini yang mengakibatkan pria dan
wanita memiliki perbedaan penilaian dalam mengelola, mencatat, dan
mengkomunikasikan hal atau informasi menjadi suatu hasil.
Perbedaan nilai dan sifat berdasarkan gender biasanya akan
mempengaruhi pria dan perempuan dalam membuat keputusan. Pria
bersaing untuk mencapai kesuksesan dan lebih cenderung untuk
mengabaikan aturan-aturan yang ada, karena mereka memandang
14
lebih menitikberatkan pada pelaksanaan tugas dengan baik sesuai
aturan-aturan yang berlaku dan hubungan kerja yang harmonis.
Penjelasan tersebut sejalan dengan beberapa penelitian yang
mengungkapkan bahwa wanita memiliki perilaku yang etik dalam
menentukan anggaran. Penelitian tersebut diantaranya yaitu penelitian
yang dilakukan Rahim (2013) yang menjelaskan bahwa pria dan
wanita memiliki perilaku yang berbeda dalam situasi etika dan moral.
Richmond (2001) menjelaskan bahwa terdapat perbedaan gender
dalam berperilaku etik antara pria dan wanita. Penelitian Stedham et
al (2007) juga menemukan perbedaan gender antara pria dan wanita
dalam pertimbangan etika. Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa
wanita memiliki perilaku yang lebih etis dari pria.
Yuhertiana (2011) menemukan bahwa wanita lebih memiliki
keputusan etis yang baik dari kecenderungan pria untuk menciptakan
anggaran slack. Gender mempunyai nilai koefisien negatif, artinya
wanita memiliki pengaruh yang lebih kuat dibanding pria (Fithrie,
2015).
Berdasarkan penjelasan diatas maka dibangun hipotesis
sebagai berikut:
H1: Anggaran slack cenderung lebih tinggi dilakukan oleh pria
2. Pengaruh ethical judgement terhadap perilaku anggaran slack
Penyusunan dan pelaksanaan anggaran dalam organisasi pada
dasarnya di pengaruhi oleh nilai-nilai etika dalam beperilaku. Secara
rasional individu yang baik dan beretika tinggi pasti tidak akan
melakukan perilaku anggaran slack. Penjelasan tersebut sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugraheni dan Sugiri (2004)
menemukan hasil bahwa etika berpengaruh pada kesenjangan
anggaran, kesenjangan anggaran yang diciptakan oleh individu yang
mempunyai etika tinggi akan lebih rendah daripada kesenjangan
anggaran yang diciptakan oleh bawahan yang mempunyai etika
rendah. Individu cenderung lebih berpikiran secara ekonomi dan
semata-mata melakukan anggaran slack untuk kepentingan individu
sendiri.
Andika (2014) menjelaskan bahwa etika termasuk bagian dari
etika sosial. Hubungan etika dengan anggaran slack karena adanya
hubungan sosial antar pegawai, jika pegawai memiliki etika yang baik
maka tidak akan membuat anggaran yang sangat rendah dari yang
seharusnya sehingga akan terjadi kesenjangan anggaran pendapatan
yang tinggi. Sebaliknya jika pegawai memiliki etika yang buruk atau
kurang baik maka mereka akan menyusun anggaran untuk
mendapatkan bonus yang menguntungkan dirinya sendiri. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Blocher dkk (2000) menjelaskan
16
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Maskun (2009)
menjelaskan bahwa etika memiliki pengaruh terhadap senjangan
anggaran.
Penelitian dari Lowe (1968), Young (1985), Lukha (1988)
menjelaskan apabila bawahan diberi kesempatan untuk berpartisipasi
dalam penyusunan anggaran maka manajer tingkat bawah akan
berlaku disfungsional, karena dengan dasar bahwa anggaran
digunakan sebagai dasar dalam penilaian kinerja mereka, maka
bawahan cenderung membuat anggaran yang tidak sesuai dengan
potensi yang mereka miliki.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dibangun hipotesis
sebagai berikut:
H2: Ethical judgement berpengaruh negatif terhadap perilaku anggaran
slack.
3. Pengaruh moral reasoning terhadap perilaku anggaran slack
Model Kohlberg adalah salah satu teori perkembangan moral
yang banyak digunakan dalam penelitian etika. Kohlberg (1969)
menyatakan bahwa moral berkembang melakui tiga tahap, yaitu
tahapan pre-conventional, tahapan conventional dan tahapan
post-conventional. Welton et al. (1994) menjelaskan bahwa kemampuan
individu dalam menyelesaikan dilema etika dipengaruhi oleh level
moral reasoning yang dimiliki. Penelitian Liyanarachi (2009)
akan berpengaruh terhadap perilaku etis mereka. Rest (2000)
berpendapat bahwa semakin tinggi level penalaran moral individu
makan dia akan semakin mungkin untuk berperilaku etis.
Dalam menghadapi dilema etika, individu yang memiliki level
moral reasoning rendah berbeda dengan individu yang memiliki level
moral reasoning tinggi. Semakin tinggi level moral reasoning
individu, maka semakin mungkin untuk melakukan hal yang benar.
Sebaliknya apabila level moral reasoning individu rendah maka akan
cenderung melakukan hal yang salah seperti penganggaran yang tidak
sesuai.
Kohlberg (1969) menjelaskan bahwa perkembangan moral
wanita lebih baik dari pria dalam perilaku anggaran slack. Hasil
penelitian Gilligan (1977) menjelaskan tentang perkembangan moral
dari pria dan wanita dan menyatakan bahwa wanita memiliki moral
reasoning yang lebih baik dari pria dalam hal tanggung jawab.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dibangun hipotesis
sebagai berikut:
H3: Moral reasoning berpengaruh negatif terhadap perilaku anggaran
slack.
4. Hubungan ethical judgement terhadap perilaku anggaran slack
dengan komitmen organisasi sebagai variabel pemoderasi
Etika adalah sikap positif yang wajib dimiliki oleh setiap
18
baik maka individu akan cenderung melakukan hal-hal yang negatif
dalam penciptaan anggaran pada suatu organisasi. Hal tersebut
dilakukan karena tidak memikirkan dampak buruk yang akan dialami
oleh organisasi tersebut. Namun apabila individu memiliki etika yang
baik maka akan memperkecil kemungkinan melakukan anggaran
slack.
Penjelasan tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Rahim (2013) yang menjelaskan bahwa ethical judgement
berpengaruh positif terhadap perilaku anggaran slack. Selain itu Angle
dan Perry (1981) menjelaskan bahwa komitmen organisasi yang kuat
dalam diri individu akan membuat individu berusaha keras untuk
mencapai tujuan organisasi, serta akan melakukan hal yang positif
untuk mengembangkan organisasi tersebut kearah yang lebih baik.
Hal tersebut berkaitan dengan etika yang dimiliki tiap-tiap individu.
Beberapa penelitian lain juga membuktikan bahwa komitmen
organisasi berpengaruh terhadap perilaku anggaran slack. Diantaranya
adalah penelitian yang dilakukan oleh Latuheru (2006); Dewi dan
Sudana (2013) menunjukkan hasil bahwa komitmen organisasi
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap anggaran slack.
Artinya bahwa komitmen organisasi yang tinggi akan memperkecil
kemungkinan individu melakukan anggaran slack.
Yuliastuti (2014) juga membuktikan bahwa komitmen
Rahmiati (2013) pada konteks pemerintah daerah menjelaskan bahwa
komitmen orgaisasi yang tinggi akan menggunakan informasi yang
dimiliki untuk membuat suatu anggaran menjadi lebih tepat. Dengan
adannya komitmen organisasi yang tinggi maka akan memungkinkan
senjangan anggaran dapat dihindari.
Dapat disimpulkan dari penjelasan diatas bahwa individu yang
memiliki komitmen organisasi yang tinggi serta etika yang baik maka
akan cenderung lebih mengutamakan kepentingan organisasi dan akan
setia memberikan hasil kerja yang baik kepada organiasi untuk
kesuksesan organisasi sehingga komitmen organisasi yang tinggi akan
mengurangi individu dalam melakukan anggaran slack.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dibangun hipotesis
sebagai berikut:
H4: Ethical judgement berpengaruh negatif terhadap perilaku anggaran
20
5. Hubungan moral reasoning terhadap perilaku anggaran slack
dengan komitmen organisasi sebagai variabel pemoderasi
Moral merupakan sikap mental dan emosional yang dimiliki
oleh individu sebagai anggota kelompok sosial dalam melakukan
tugas-tugas serta loyalitas pada kelompok. Secara rasional individu
yang memiliki etika baik pasti memiliki moral yang baik. Oleh karena
itu anggaran slack akan cenderung dilakukan apabila inidividu
memiliki moral yang buruk dan sebaliknya apabila individu memiliki
moral yang baik maka akan mengurangi perilaku anggaran slack.
Penelitian yang dilakukan oleh Hobson et al (2011)
menghasilkan bahwa moral reasoning yang dimiliki oleh individu
berpengaruh terhadap penyusunan anggaran. Penelitian tersebut
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahim (2013) yang
menjelaskan moral reasoning mempengaruhi anggaran slack. Artinya
individu dengan persepsi moral reasoning yang baik maka akan
cenderung memikirkan kembali apabila akan melakukan perilaku
anggaran slack. Karena ia memiliki komitmen terhadap organisasi
yang baik maka akan berfikir lebih rasional untuk kesejahteraan
organisasi tersebut.
Welton et al. (1994) menyatakan bahwa kemampuan individu
dalam menyelesaikan dilema etika dipengaruhi oleh level moral
reasoningnya. Hasil studi Liyanarachi (2009) menunjukkan bahwa
mereka. Artinya apabila seseorang memiliki tingkat moral reasoning
yang tinggi maka dia tidak akan melakukan anggaran slack, namun
sebaliknya apabila individu dengan tingkat moral reasoning yang
rendah akan cenderung melakukan penganggaran yang tidak sesuai.
Lahaya (2007) juga menjelaskan bahwa terdapat perbedaan antara
individu dengan level moral reasoning yang rendah dengan individu
yang memiliki level moral reasoning yang tinggi, mereka dapat
melakukan kecurangan dilihat dari kepemilikan moral mereka.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dibangun hipotesis
sebagai berikut:
H5: Moral reasoning berpengaruh negatif terhadap perilaku anggaran
slack diperkuat komitmen organisasi sebagai variabel pemoderasi.
C. Model Penelitian
H1
H2 (-)
H3 (-) H4 (+)
H5 (+)
GAMBAR 2.1 Kerangka Model Penelitian Ethical
Judgement
Moral Reasoning
Komitmen Organisasi
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Objek/ Subyek Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas yang berada di
Daerah Istimewa Yogyakarta. Subjek penelitian yaitu bagian keuangan
yang ikut serta dalam penganggaran pada setiap puskesmas di Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Alasan pemilihan lokasi ini didasarkan pada pertimbangan yaitu
untuk membuktikan apakah memang terjadi pengaruh perbedaan gender,
ethical judgement dan moral reasoning terhadap anggaran slack dengan
pertimbangan komitmen organisasi sebagai variabel moderasi di Daerah
Istimewa Yogyakarta.
B. Jenis Data
Jenis data yang digunakan adalah data primer, yaitu berupa
kuesioner atau angket untuk memperoleh data dari lapangan. Data yang
diperoleh adalah data kuantitatif. Data kuantitatif merupakan data yang
berbentuk angka, atau data kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2012).
C. Teknik Pengambilan Sampel
Metode sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
sebagai sampel maka teknik ini digunakan dengan maksud memasukkan
kriteria sebagai syarat dalam penelitian ini.
Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah Ka Sub Bag
TU, pengadministrasi keuangan, bendahara gaji, bendahara penerimaan,
bendahara pengeluaran, serta yang terlibat dalam proses penyusunan dan
pelaporan anggaran di puskesmas.
D. Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket/
kuesioner. Angket merupakan suatu pertanyaan-pertanyaan tentang topik
yang diberikan pada subyek, baik secara individu maupun kelompok untuk
mendapatkan informasi yang dibutuhkan (Tukiran dan Hidayati, 2012).
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Definisi operasional variabel penelitian didasarkan dari satu atau
lebih referensi atau sumber dengan disertai alasan yang mendasari
penggunaan definisi tersebut, kemudian juga disertai cara pengukuran
variabel yang digunakan agar dapat diterima secara akademis. Definisi
operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Dependen
Menurut Sugiyono (2012) variabel dependen atau sering
disebut dengan variabel terikat. Variabel dependen (terikat) adalah
24
variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
anggaran Slack.
Anggaran slack adalah perbedaan antara jumlah anggaran yang
diajukan oleh bawahan dengan jumlah estimasi terbaik yang telah
diajukan dan dilakukan pada saat penyusunan anggaran (Anthony &
Govindarajan, 2007). Sedangkan menurut Yuhertiana (2005),
anggaran slack adalah kecenderungan berperilaku tidak produktif
dengan melebihkan biaya saat seorang pegawai mengajukan anggaran
belanja. anggaran slack diukur dengan menggunakan instrumen yang
digunakan oleh Karsam (2013), terdiri dari enam pertanyaan dengan
skala likert 1 – 5, mulai dari 1 (Sangat Setuju / SS), 2 (Setuju/ S)), 3
(Netral/ N), 4 (Tidak Setuju/ TS), 5 (Sangat Tidak Setuju/ STS). Skala
rendah menunjukkan individu memiliki perilaku anggaran slack yang
rendah dan skala tinggi menunjukkan individu memiliki perilaku
anggaran slack yang tinggi.
2. Variabel Independen
Menurut Sugiyono (2012) variabel independen atau dalam
bahasa Indonesia sering disebut dengan bebas adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependen (terikat). Variabel independen dalam penelitian ini
adalah gender.
Variabel independen pertama yaitu gender. Gender adalah
secara sosial maupun kultural (Nugrahaningsih, 2005). Gender diukur
dengan menggunakan instrumen kuesioner terdiri dari dua pertanyaan
pilihan yaitu pria atau wanita. Gender merupakan variabel dummy
dimana menggunakan skala nominal 1-2. Pria diberi skor 1 dan wanita
diberi skor 2.
Variabel independen kedua yaitu ethical judgement. Menurut
Stoner, Freeman, dan Gilbert (1995), etika didefinisikan sebagai studi
bagaimana keputusan yang kita ambil akan mempengaruhi orang lain.
Selain itu, etika juga didefinisikan sebagai studi mengenai hak dan
kewajiban manusia, moral reasoning yang diterapkan orang dalam
membuat keputusan, dan sifat alami hubungan antar manusia. Ethical
judgement diukur dengan instrumen yang dikembangkan oleh
Steinberg, S.S, & Austern, D.T, (1998), terdiri dari tujuh pertanyaan
dengan skala likert 1-5, mulai dari 1 (Sangat Tidak Setuju/ STS), 2
(Tidak Setuju/ TS), 3 (Netral/ N), 4 (Setuju/ S), 5 (Sangat Setuju/ SS).
Skala rendah menunjukkan individu memiliki etika yang rendah,
sedangkan skala yang tinggi menunjukkan individu memiliki etika
yang tinggi.
Variabel independen ketiga yaitu moral reasoning. Kohlberg
(1969) menjelaskan bahwa perkembangan moral adalah salah satu
cara untuk menilai moral reasoning. Moral adalah sikap mental dan
emosional yang dimiliki individu. Model Kohlberg penalaran banyak
26
individu berdasarkan persepsi moral reasoning (Colby et al, 1983;.
Weber, 1990; Lovell, 1997, dan Monga, 2007). Hobson et al ( 2011)
melakukan studi eksperimental untuk menilai faktor penentu moral
anggaran slack. Hasil tes moral reasoning yang dimiliki oleh individu
adalah nilai-nilai personal dan norma-norma sosial yang membentuk
frame moral individual yang terlibat dalam penyusunan anggaran.
Moral reasoning juga mempengaruhi kecenderungan individu untuk
menciptakan anggaran slack. Moral reasoning diukur dengan
instrumen kuesioner yang dikembangkan oleh Noviardy (2014), terdiri
atas 9 pertanyaan dengan skala likert 1-5, mulai dari 1 (Sangat Setuju /
SS), 2 (Setuju/ S)), 3 (Netral/ N), 4 (Tidak Setuju/ TS), 5 (Sangat
Tidak Setuju/ STS). Skala rendah menunjukkan individu memiliki
moral yang rendah dan skala tinggi menunjukkan individu memiliki
moralyang tinggi.
3. Variabel Moderasi
Menurut Sugiyono (2012) variabel moderasi adalah variabel
yang mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan
antara variabel independen dengan dependen. Variabel moderasi
dalam penelitian ini adalah komitmen organisasi. Komitmen
organisasi merupakan dorongan dari dalam individu untuk berbuat
sesuatu agar dapat menunjang keberhasilan organisasi sesuai dengan
tujuan dan lebih nengutamakan kepentingan organisasi (Wiener,
mempunyai komitmen tinggi pada suatu organisasi mereka berupaya
mempergunakan anggaran untuk mengerjakan tujuan pada organisasi,
sehingga suatu perusahaan akan memiliki kecenderungan yang rendah
untuk memunculkan anggaran slack.
Instrumen untuk mengukur komitmen organisasi yang
digunakan dalam penelitian ini dikembangkan oleh Cook dan Wall
(1980). Instrumen komitmen organisasi ini menggunakan 9 item
pertanyaan dengan menggunakan skala likert 1 sampai 5, mulai dari 1
(Sangat Tidak Setuju/ STS), 2 (Tidak Setuju/ ST)), 3 (Ragu-Ragu/ R),
4 (Setuju/ S), 5 (Sangat Setuju/ SS). Skala yang rendah menunjukkan
individu memiliki komitmen organisasi yang rendah dan skala yang
tinggi menunjukkan individu memiliki komitmen organisasi yang
tinggi.
F. Uji Kualitas Instrumen dan Data
1. Statistik Deskriptif
Menurut Nazaruddin dan Basuki (2016) analisis deskriptif
digunakan untuk memberikan suatu gambaran mengenai demografis
data. Gambaran tersebut meliputi gender, etika, moral dan komitmen
organisasi. Analisis deskriptif juga digunakan untuk mengukur mean,
standart deviasi, range dan lainnya selain juga dilengkapi dengan
visualisasi data berupa Chart yang sesuai untuk data kuantitatif, yaitu
28
2. Uji Validitas
Uji validitas data merupakan alat ukur mengenai tingkat
keandalan dan kesahihan alat ukur yang digunakan, artinya pada uji
validitas ini digunakan untuk menguji valid atau tidaknya alat yang
digunakan dalam pengukuran. Pengujian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah uji faktor analisis yaitu apabila nilai faktor
loadingnya > 0,4 maka pertanyaan tersebut dikatakan valid (Santoso,
2006).
3. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah suatu pengujian yang digunakan untuk
mengukur sejauh mana hasil dari pengukuran tersebut konsisten
apabila dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang sama.
Penelitian ini menggunakan cronbach’s alpha untuk masing-masing
instrumen pada satu variabel. Suatu instrument yang digunakan dalam
pengukuran satu variabel dikatakan andal (reliable) apabila memiliki
cronbach’s alpha <0,5 maka reliabel rendah, >0,5–0,7 maka reliabel
moderate dan apabila >0,7 maka reliabel tinggi (Nazaruddin dan
Basuki, 2016).
4. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Nazaruddin dan Basuki (2016) menjelaskan uji normalitas
berdistribusi normal atau diambil dari populasi normal. Uji
statistik normalitas dapat dilakukan melalui 3 cara yaitu
menggunakan uji Kolmogrof-Smirnov (Uji K-S), grafik
histogram, serta Kurva penyebaran P-Plot.
Jika nilai sig > 5% maka dapat disimpulkan bahwa residual
menyebar normal dan jika nilai sig < 5% maka dapat disimpulkan
bahwa residual menyebar tidak normal.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui atau
membuktikan apakah terdapat hubungan linear atau tidak antara
variabel independen. Multikolinearitas dilihat pada tolerance
value atau Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai tolerance >
0,10 atau nilai VIF <10 maka dapat dikatakan tidak terjadi
multikolinearitas (Nazaruddin dan Basuki, 2016).
c. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Nazaruddin dan Basuki (2016) menjelaskan uji
heteroskedastisitas adalah adanya ketidaksamaan varian dari
residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Model
regresi yang baik adalah yang homoskedatisitas atau tidak terjadi
heteroskedatisitas. Asumsi non-heteroskedastisitas terpenuhi
apabila pada table coefficient dimana output menunjukkan tidak
adanya hubungan yang signifikan antara seluruh variabel
30
G. Uji Hipotesis dan Analisis Data
Pengujian dalam penelitian ini menggunakan uji beda, analisis
regresi sederhana dan regresi berganda.
1. Uji Beda
Uji beda digunakan untuk mencari perbedaan, baik antara dua
sampel data atau antara beberapa data. Jika nilai probabilitas atau
signifikansi > 0,05, maka hipotesis diterima. Sedangkan apabila nilai
probabilitas atau signifikansi <0,05 maka hipotesis ditolak
(Nazaruddin dan Basuki, 2016).
2. Analisis Regresi Sederhana
Analisis regresi sederhana bertujuan untuk mengetahui besarnya
pengaruh ethical judgement dan moral reasoning terhadap perilaku
anggaran slack. Persamaan matematis untuk hubungan yang
dihipotesiskan dapat dirumuskan sebagai berikut:
Persamaan hipotesis kedua: Y= α+b1X2+e
Keterangan:
Persamaan matematis untuk hubungan yang dihipotesiskan dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Y : Anggaran Slack
X2 : Ethical judgement
b1 : Koefisien beta
Pada persamaan tersebut menguji apakah variabel ethical judgement
berperan sebagai variabel independen untuk menguji apakah ethical
judgement dapat mempengaruhi perilaku anggaran slack.
Persamaan hipotesis ke tiga: Y= α+b1X3+e
Keterangan:
Y : Anggaran Slack
X3 : Moral reasoning
b1 : Koefisien beta
e : Eror
Pada persamaan tersebut menguji apakah variabel moral reasoning
berperan sebagai variabel independen untuk menguji apakah moral
reasoning dapat mempengaruhi perilaku anggaran slack.
3. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda bertujuan untuk mengetahui besarnya
pengaruh ethical judgement dan moral reasoning terhadap perilaku
anggaran slack yang mempunyai hubungan dengan komitmen
Persamaan hipotesis keempat: Y= α+b1X2+ b2Z+ b3X2.Z+e
Keterangan:
Y : Anggaran Slack
X2 : Ethical judgement
32
b : Koefisien beta
e : Eror
Pada persamaan tersebut menguji apakah variabel komitmen
organisasi yang berperan sebagai variabel moderating yaitu dapat
memperkuat atau memperlemah pengaruh ethical judgement
terhadeap perilaku anggaran slack.
Persamaan hipotesis kelima:
Y= α+b1X3+ b2Z+ b3X3.Z+e
Keterangan:
Y : Anggaran Slack
X3 : Moral reasoning
Z : Komitmen organisasi
b : Koefisien beta
e : Eror
Pada persamaan tersebut menguji apakah variabel komitmen
organisasi berperan sebagai variabel moderating yaitu dapat
memperkuat atau memperlemah pengaruh moral reasoning terhadap
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Obyek/ Subyek Penelitian
1. Deskripsi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas yang ada di Daerah
Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan dengan menyebar
kuesioner sebanyak 80 kuesioner.
TABEL. 4.1
Sampel dan Tingkat Pengembalian
Keterangan Jumlah Presentase Jumlah kuesioner yang disebar 80 100 % Jumlah kuesioner yang kembali 63 78,75% Jumlah kuesioner yang tidak kembali 17 21,25% Jumlah kuesioner yang tidak diisi lengkap
(cacat) 3
3,75%
Total kuesioner yang dapat diolah 60 75% Sumber: Data kuesioner penelitian
Berdasarkan table 4.1 menunjukkan bahwa dari 80 kuesioner
yang tersebar, hanya 63 kuesioner yang kembali dengann sisanya 17
kuesioner tidak kembali. Sebanyak 60 kuesioner telah diisi dengan
baik dan 3 kuesioner tidak diisi dengan lengkap oleh responden,
sehingga jumlah kuesioner yang dapat diolah sebagai bahan penelitian
34
2. Analisis Karakteristik Responden
Profil responden dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin,
umur, jabatan, dan tingkat pendidikan. Profil responden disajikan pada
table 4.2 berikut:
TABEL. 4.2
Karakteristik Responden
Profil Kategori Jumlah Presentase
Jenis
Table 4.2 menunjukkan bahwa responden berjenis kelamin
wanita sebesar 50 % dan pria 50 %. Jabatan responden di Puskesmas
kebanyakan adalah pengadministrasi keuangan sebesar 41,67 %.
pendidikan responden kebanyakan S1 sebesar 85%. Umur responden
kebanyakan > 40 tahun-50 tahun sebesar 36,67 %.
B. Uji Kualitas Instrumen dan Data
1. Statistik Deskriptif
Hasil tatistik deskriptif dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
TABEL 4.3 Statistik Deskriptif
Variabel N Kisaran Aktual Kisaran Realisasi Min Max Mean Min Max Mean
Sumber: Data diolah tahun 2016
Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa variabel ethical
judgement memiliki rata-rata aktual sebesar 29,77, moral reasoning
memiliki rata-rata aktual 32,77, anggaran slack memiliki rata-rata
22,13, komitmen organisasi memiliki rata-rata aktual 31,83
2. Pengujian Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana
kevalidan suatu pertanyaan dari penyebaran kuesioner. Pengujian
36
pertanyaan dikatakan valid apabila memiliki faktor loading > 0,4.
Hasil uji validitas disajikan pada tabel sebagai berikut:
TABEL 4.4
Hasil Uji Validitas Variabel Ethical Judgement Butir Pertanyaan Component
Analysis Batasan Keterangan
1 0,479 0,4 Valid
Table 4.4 memperlihatkan bahwa semua item memiliki loading
factor > 0,4 sehingga seluruh item variabel ethical judgement valid.
TABEL 4.5
Hasil Uji Validitas Variabel Moral Reasoning Butir
Pertanyaan
Component
Analysis Batasan Keterangan
1 0,751 0,4 Valid
Table 4.5 memperlihatkan bahwa semua item memiliki loading
TABEL 4.6
Hasil Uji Validitas Variabel Komitmen Organisasi Butir
Pertanyaan
Component
Analysis Batasan Keterangan
1 0,679 0,4 Valid
Table 4.6 memperlihatkan bahwa semua item memiliki
loading factor > 0,4 sehingga seluruh item variabel komitmen
organisasi valid.
TABEL 4.7
Hasil Uji Validitas Variabel Anggaran Slack Butir
Pertanyaan
Component
Analysis Batasan Keterangan
1 0,570 0,4 Valid
Table 4.7 memperlihatkan bahwa semua item memiliki
loading factor > 0,4 sehingga seluruh item variabel anggaran slack
38
3. Pengujian Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui seberapa jauh
alat ukur dapat diandalkan atau dipercaya. Hasil uji reliabilitas
penelitian menggunakan koefisien Cronbach’s Alpha. Apabila
memiliki Cronbach’s Alpha < 0,5 (reliabel rendah), >0,5 – 0,7
(reliabel moderate), > 0,7 (reliabel tinggi). Hasil uji reliabilitas
dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut:
TABEL. 4.8
Hasil pengujian reliabilitas pada tabel 4.8 menunjukkan
bahwa nilai Cronbach’s Alpha variabel ethical judgement (X2)
sebesar 0,451, variabel moral reasoning (X3) sebesar 0,426,
variabel komitmen organisasi (Z) sebesar 0,580 dan variabel
anggaran slack (Y) sebesar 0,473. Hasil tersebut membuktikan
4. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat penyebaran
data berdistribusi normal atau tidak. Normalitas diuji dengan
menggunakan metode uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov
(KS). Hasil uji normalitas disajikan pada tabel berikut:
TABEL. 4.9
Normal Parameters(a,b) Mean .0000000
Std. Deviation 1.87423979
Asymp. Sig. (2-tailed) .645
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Sumber: Data primer diolah tahun 2016
Berdasarkan hasil uji normalitas yang di tunjukkan pada
tabel 4.9 nilai Asym.Sig. (2-tailed) sebesar 0,645 > 0,05,
karena nilai sig lebih besar dari alpha (5%) maka dapat
40
b. Uji Multikolinearitas
Uji mulltikolinearitas dalam penelitian ini dapat dilihat
pada nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF).
Apakah nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10 maka tidak
terjadi multikolinearitas. Hasil uji multikolinearitas disajikan
pada tabel berikut:
TABEL 4.10
Ringkasan Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel Collineary Statistics Kesimpulan Tolerance VIF Sumber: Data diolah tahun 2016
Tabel 4.10 memperlihatkan masing-masing variabel
bebas memiliki nilai Tolerance > 0,10 dan nilai Variance
Inflation Factor (VIF) < 10. Hasil tersebut berarti bahwa
masing - masing variabel bebas tidak terjadi multikolinearitas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui
apakah model regresi berganda terjadi ketidaksamaan varian.
Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji
kepercayaan 5% (0,05). Hasil uji heteroskedastisitas disajikan
pada tabel berikut ini.
TABEL. 4.11
Hasil Uji Heteroskedastisitas Variabel
Bebas Sig Kesimpulan
X1 0,583 Tidak terjadi heteroskedastisitas
X2 0,135 Tidak terjadi heteroskedastisitas
X3 0,541 Tidak terjadi heteroskedastisitas
Sumber: Data diolah tahun 2016
Hasil perhitungan tabel 4.11 menunjukkan hasil bahwa
masing-masing variabel independen memiliki nilai signifikansi
lebih dari yang telah ditentukan yaitu 0,05. Jadi dapat
disimpulkan bahwa variabel bebas dalam penelitian ini tidak
terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi.
C. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis)
Teknik analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis pertama
dalam penelitian ini menggunakan uji beda, hipotesis kedua dan hipotesis
ketiga menggunakan teknik analisis regresi linier sederhana, sedangkan
untuk menguji hipotesis keempat, dan hipotesis kelima menggunakan
teknik regresi linier berganda. Uji hipotesis penelitian ini dibantu dengan
menggunakan program SPSS versi 15.
1. Analisis Uji Beda
Uji beda digunakan untuk mencari perbedaan, baik antara dua
42
a. Pengujian hipotesis satu (H1):
Ringkasan hasil analisis uji beda dengan menggunakan
SPSS versi 15 untuk hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Tabel. 4.12. Hasil Analisis Uji Beda H1
Gender t Mean df Sig (2-tailed)
Pria 0,256 22,20 58 0,799
Wanita 0,256 22,07 57,363 0,799 Sumber: Data diolah tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.12 diatas terlihat hasil bahwa rata-rata
perilaku anggaran slack yang dilakukan pria lebih tinggi
dibanding perilaku anggaran slack yang dilakukan oleh wanita
(22,20 > 22,07). Angka tersebut tidak terlalu besar selisihnya
yaitu 0,13.
Terlihat nilai t hitung adalah dengan nilai probabilitas atau
signifikansi sebesar 0,799 lebih besar dari taraf yang telah
ditentukan yaitu sebesar 0,05 atau 5 %, maka hipotesis satu
diterima yang artinya anggaran slack cenderung lebih tinggi
dilakukan oleh pria dibanding wanita.
2. Analisis Regresi Sederhana
a. Pengujian hipotesis dua (H2):
Ringkasan hasil analisis regresi sederhana dengan
menggunakan SPSS versi 15 untuk hipotesis kedua dalam
Tabel. 4.13. Hasil Analisis Regresi Sederhana H2 Variabel Koefisien
Regresi Sig Adjusted R Square Konstanta 29,014 0,047 0,050
Ethical Judgement -0,231
Sumber: Data diolah tahun 2016
Berdasarkan tabel diatas persamaan garis regresi H2 yaitu
Y=29,014 - 0,231X2
Hasil analisis regresi sederhana diperoleh nilai koefisien
ethical judgement sebesar 0,231 bernilai negatif. Nilai Adjusted R
Square sebesar 0,050 yang artinya variabel tersebut menunjukkan
bahwa 5% variabel anggaran slack dipengaruhi oleh ethical
judgement dan sisanya sebesar 95% dipengaruhi oleh variabel lain
diluar penelitian.
Nilai signifikan sebesar 0,047 lebih kecil dari taraf
signifikan 0,05 atau 5% yang artinya variabel ethical judgement
berpengaruh negatif dan signifikan. Dapat disimpulkan bahwa
hipotesis tiga yang berbunyi ethical judgement berpengaruh
negatif terhadap perilaku anggaran slack diterima.
b. Pengujian hipotesis tiga (H3)
Ringkasan hasil analisis regresi sederhana dengan
menggunakan SPSS versi 15 untuk hipotesis ketiga dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
44
Sumber: Data diolah tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.14 diatas persamaan garis regresi H3
yaitu Y=28,618 - 0,198X3
Hasil analisis regresi sederhana diperoleh nilai koefisien
moral reasoning sebesar 0,198 bernilai negatif. Nilai Adjusted R
Square sebesar 0,064 yang artinya variabel tersebut menunjukkan
bahwa 6,4% variabel anggaran slack dipengaruhi oleh ethical
judgement dan sisanya sebesar 93,6% dipengaruhi oleh variabel
lain diluar penelitian.
Nilai signifikan sebesar 0,029 lebih kecil dari taraf
signifikan 0,05 atau 5% yang artinya variabel moral reasoning
berpengaruh negatif dan signifikan. Dapat disimpulkan bahwa
hipotesis tiga yang berbunyi moral reasoning berpengaruh negatif
terhadap anggaran slack diterima.
3. Analisis Regresi Berganda
a. Pengujian hipotesis empat (H4)
Ringkasan hasil analisis regresi berganda dengan
menggunakan SPSS versi 15 untuk hipotesis keempat dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel. 4.15. Hasil Analisis Regresi Berganda H4
Ethical Judgement -3,059 0,034
Komitmen Organisasi -2,769 0,045
EJ*KO 0,091 0,048
Berdasarkan tabel diatas persamaan garis regresi H4 yaitu
Y= 115,006 - 3,059X2 - 2,769Z + 0,091X2*Z
Hasil analisis regresi berganda diperoleh nilai koefisien
komitmen organisasi sebesar 0,091 bernilai positif artinya
komitmen organisasi mempunyai pengaruh yang kuat. X2*Z
menghasilkan nilai signifikan 0,048 lebih kecil dari taraf
signifikan 0,05 atau 5% sehingga variabel komitmen organisasi
adalah variabel moderasi yang mempunyai pengaruh positif dan
signifikan dalam memoderasi ethical judgement terhadap
anggaran slack.
Berdasarkan hasil tersebut maka disimpulkan bahwa
hipotesis ke empat di terima, artinya komitmen organisasi
memperkuat pengaruh negatif hubungan ethical judgement
terhadap perilaku anggaran slack.
b. Pengujian hipotesis lima (H5)
Ringkasan hasil analisis regresi berganda dengan
menggunakan SPSS versi 15 untuk hipotesis kelima dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel. 4.16. Hasil Analisis Regresi Berganda H5
Variabel Koefisien
Regresi Sig
Adjusted R Square
Konstanta 11,554 0,754 0,036
Moral Reasoning 0,349 0,755 Komitmen Organisasi 0,549 0,645
MR*KO -0,018 0,627
46
Berdasarkan tabel diatas persamaan garis regresi H5 yaitu
Y= 11,554 + 0,349X3 + 0,549 - 0,018X3*Z
Hasil analisis regresi berganda diperoleh nilai koefisien
komitmen organisasi sebesar 0,018 bernilai negatif artinya
komitmen organisasi tidak mempunyai pengaruh yang kuat. X3*Z
menghasilkan nilai signifikan 0,627 lebih besar dari taraf
signifikan 0,05 atau 5% sehingga variabel komitmen organisasi
bukan merupakan variabel moderasi yang mempunyai pengaruh
negatif dan tidak signifikan dalam memoderasi ethical judgement
terhadap anggaran slack.
Berdasarkan hasil tersebut maka disimpulakan bahwa
hipotesis ke lima ditolak, artinya komitmen organisasi tidak
memperkuat pengaruh negatif hubungan moral reasoning
terhadap perilaku anggaran slack.
D. Pembahasan (Interpretasi)
1. Hipotesis satu (H1)
Melalui analisis uji beda diperoleh nilai probabilitas atau nilai
signifikan 0,799 lebih besar dari taraf signifikan yang telah ditentukan
sebesar 0,05, maka hipotesis satu diterima.
Hasil dari pengujian hipotesis pertama (H1) menyebutkan
bahwa pria cenderung berperilaku anggaran slack lebih tinggi
daripada wanita. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang