• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisi Citra Merek Dan Kualitas Produk Dampaknya Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Motor Yamaha Mio Di JG Motor (PT. Jayamandiri Gemasejati) Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisi Citra Merek Dan Kualitas Produk Dampaknya Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Motor Yamaha Mio Di JG Motor (PT. Jayamandiri Gemasejati) Bandung"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

DI JG MOTOR (PT. JAYAMANDIRI GEMASEJATI) BANDUNG

ANALYSIS OF BRAND IMAGE AND PRODUCT QUALITY IMPACT ON CONSUMERS PURCHASE DECISION

ON YAMAHA MIO MOTORCYCLE

IN JG MOTOR (PT. JAYAMANDIRI GEMASEJATI) BANDUNG

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Jenjang Strata Satu

Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia

Oleh:

MUHAMMAD IFFAN 21207042

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG

(2)

PRODUK DAMPAKNYA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN PADA MOTOR YAMAHA MIO DI JG MOTOR (PT.

JAYAMANDIRI GEMASEJATI) BANDUNG”.

Dibawah bimbingan Bapak Rizky Zulfikar, SE., M.Si.

Penelitian ini terdiri dari tiga variabel, diantaranya adalah dua variabel independen (variabel bebas) dan satu variabel dependen (variabel terikat). Variabel independen dalam penelitian ini adalah citra merek dan kualitas produk, sedangkan variabel dependen adalah keputusan pembelian.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui citra merek, untuk mengetahui kualitas produk, untuk mengetahui keputusan pembelian, dan bermaksud untuk mengetahui pengaruh citra merek dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian baik secara parsial maupun simultan pada motor Yamaha Mio Di JG Motor (PT. Jayamandiri Gemasejati) Bandung.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif (kualitatif) dengan menggunakan analisis tanggapan responden dan metode penelitian verifikatif (kuantitatif) dengan menggunakan analisis uji statistik, yaitu analisis regresi linear berganda, analisis korelasi berganda, analisis koefisien determinasi, dan pengujian hipotesis.

Pengaruh citra merek terhadap keputusan pembelian adalah signifikan sebesar 34,2%. Pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian adalah signifikan sebesar 27,9%. Sedangkan pengaruh citra merek dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian secara simultan sebesar 62,1%.

Kesimpulan yang didapat adalah bahwa keputusan pembelian pada motor Yamaha Mio Di JG Motor (PT. Jayamandiri Gemasejati) sebagian besar dipengaruhi oleh citra merek dan kualitas produk, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

(3)

QUALITY IMPACT ON CONSUMERS PURCHASE DECISION ON YAMAHA MIO MOTORCYCLE IN JG MOTOR (PT. JAYAMANDIRI

GEMASEJATI) BANDUNG”.

Under guidance of Mr. Rizky Zulfikar, SE., M.Si.

This study consisted of three variables, including two independent variables and a dependent variable. The independent variables of this study is brand image and product quality, while the dependent variable is purchase decision.

This purpose of this study is to determine brand image, to determine product quality, to determine purchase decision, and intends to determine the effect of brand image and product quality on purchase decision either partially or simultaneously on Yamaha Mio Motorcycle in JG Motor (PT. Jayamandiri Gemasejati) Bandung.

The research method used in this research is descriptive research method (qualitative) by using analysis of respondents and verifikatif research method (quantitative) by using a statistical test analysis which is multiple linear regression analysis, multiple correlation analysis, coefficient of determination analysis, and hypothesis testing.

The influence of brand image to purchase decision is significant about 34,2%. The influence of product quality to purchase decision is significant about 27,9%. And the influence of brand image and product quality to purchase decision simultaneously is about 62,1%.

The conclusion is purchase decision on Yamaha Mio motorcycle in JG Motor (PT. Jayamandiri Gemasejati) is largely influenced by brand image and product quality, while the rest influenced by other factors.

(4)

vii

Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Skripsi. Penulisan ini dimaksudkan

untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Jenjang Strata Satu

Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, baik

isi maupun penampilannya, kiranya itulah kemampuan yang dimiliki penulis atas

laporan yang telah dibuat untuk mencapai kesempurnaan, karenanya kritik dan

saran yang membangun sangat diharapkan oleh penulis. Penulis mengucapkan

terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian

Laporan Skripsi ini terutama kepada Allah SWT, Ibu, Ayah, Kakak, dan Adik

tercinta atas doa, dorongan, dan bimbingannya. Serta penulis juga mengucapkan

terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas

Komputer Indonesia.

2. Ibu Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Ibu Linna Ismawati, SE., M.Si., selaku Ketua Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

4. Bapak Rizki Zulfikar, SE., M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktunya untuk dapat membimbing penulis dalam

(5)

viii

6. Ibu Dra. Rahma Wahdiniwaty, M.Si., selaku Dosen Wali kelas MN-1

Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Komputer

Indonesia.

7. Ibu Isniar Budiarti, SE., M.Si., selaku Penguji I yang telah memberikan

kritik dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan laporan.

8. Bapak Dr. Ir. Rosgandika Mulyana, DEA., selaku Penguji II yang telah

memberikan kritik dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan laporan.

9. Seluruh staf dan dosen Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Komputer Indonesia.

10. Sekretariat Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas

Komputer Indonesia.

11. Bapak Adrian Iskandar, selaku Sales Supervisor JG Motor (PT.

Jayamandiri Gemasejati) Bandung.

12. Seluruh staf dan karyawan JG Motor (PT. Jayamandiri Gemasejati)

Bandung.

13. Seluruh teman-temanku yang telah membantu dalam penulisan ini,

khususnya teman-teman kelas MN-1 di Universitas Komputer Indonesia.

14. Seluruh sahabat-sahabatku yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang

telah memberikan semangat dan dukungan dalam menyelesaikan Laporan

(6)

ix

bagi penulis sebagai pengalaman dan bagi para pembaca sebagai bahan

perbandingan dalam tugas laporannya baik di lingkungan akademik maupun di

lingkungan lembaga sebagai objek penelitian.

Dengan demikian, penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari

kesempurnaan, kritik serta saran dari para pembaca merupakan masukan yang

sangat membantu bagi penyempurnaan laporan ini dimasa yang akan datang.

Bandung, Juli 2011

(7)

1

1.1 Latar Belakang Penelitian

Kemajuan teknologi saat ini yang semakin berkembang telah memberikan

kemudahan bagi setiap orang. Salah satu hasil dari kemajuan teknologi adalah

sepeda motor. Jika dilihat dari segi ukuran, harga, efisiensi, dan cara

penggunaannya, sepeda motor merupakan alat transportasi yang sangat praktis

dan mudah digunakan. Sepeda motor juga menjadi pilihan sebagai solusi

kemacetan dibandingkan dengan alat transportasi lainnya, seperti mobil pribadi

atau alat transportasi umum. Dengan menggunakan sepeda motor, seseorang dapat

meminimalisir pengeluaran biaya transportasi dan dapat mempersingkat waktu

untuk mencapai tujuan. Penggunaan sepeda motor sangat membantu setiap orang

dalam melakukan aktifitas mereka setiap hari, seperti bekerja, kuliah, dan

berbagai aktifitas-aktifitas lainnya.

Banyaknya perusahaan industri sepeda motor seperti Honda, Yamaha,

Suzuki, Kawasaki, dan lain-lain yang menciptakan jenis-jenis sepeda motor

seperti, motor bebek, skuter matik, dan motor sport dengan berbagai keunggulan

dan kelebihan membuat persaingan semakin ketat dalam bisnis penjualan sepeda

motor. Hal tersebut telah mendorong perusahaan untuk bergerak lebih aktif dalam

memasarkan produknya dan perusahaan pun harus lebih mengetahui dan

memahami kebutuhan dan keinginan konsumen. Hal ini juga berdampak pada

(8)

konsumen untuk melakukan identifikasi dalam pengambilan keputusan saat

menentukan suatu merek yang memenuhi kriteria sebagai sepeda motor yang

cocok dan sesuai bagi mereka.

Tabel 1.1

Penjualan Sepeda Motor Kuartal I Tahun 2011

Merek/Model Bebek Skutik Sport Total

Honda 406.236

(48.81%) 518.136 (52.22%) 66.150 (38.92%) 990.522 (49.67%)

Yamaha 317.319

(38.12%) 444.192 (44.77%) 79.671 (46.88%) 841.182 (42.18%)

Suzuki 100.846

(12.11%) 29.723 (3.00%) 2.001 (1.18%) 132.570 (6.64%)

Kawasaki 3.222

(0.38%) -

21.580 (12.69%)

24.802 (1.24%)

TVS 4.461

(0.53%) -

528 (0.32%)

4.989 (0.25%)

Kanzen 180

(0.04%) - -

180 (0.01%)

Grand Total 832.264

(100.00%) 992.051 (100.00%) 169.930 (100.00%) 1.994.245 (100.00%)

Sumber: AISI (2011)

Pada tabel diatas dijelaskan bahwa penjualan sepeda motor di Indonesia

pada kuartal I tahun 2011 didominasi oleh dua perusahaan, yaitu Honda dan

Yamaha. Pada jenis motor bebek, Honda unggul dengan penjualan sebesar

48.81% dan Yamaha sebesar 38.12%. Pada kategori skuter matik, penjualan

Honda mencapai 52.22% dan disusul Yamaha dengan penjualan hingga 44.77%.

Dan pada jenis motor sport, Yamaha lebih unggul dengan penjualan sebesar

46.88% dan Honda sebesar 38.92%.

Berikut ini merupakan grafik penjualan sepeda motor kuartal I tahun 2011

(9)

Gambar 1.1

Penjualan Sepeda Motor Kuartal I Tahun 2011

Penulis melakukan penelitian ini di salah satu dealer resmi sepeda motor

Yamaha, yaitu JG Motor (PT. Jayamandiri Gemasejati) yang berlokasi di wilayah

Bandung Timur dengan meneliti salah satu produk sepeda motor Yamaha, yaitu

Yamaha Mio. Penulis mengangkat fenomena mengenai semakin kritisnya

konsumen dalam melakukan identifikasi untuk membeli suatu produk, termasuk

dalam membeli sepeda motor.

Yamaha Mio adalah skuter otomatis yang diproduksi oleh Yamaha Motor

Indonesia. Yamaha Mio menganut desain bodi skuter murni, hal ini bisa dilihat

dari lingkar roda yang kecil mengakibatkan jarak yang lapang antara dua sumbu

roda. Mesin full otomatis khas skuter dipasangkan di motor ini, berkapasitas 113cc cukup bertenaga. Transmisi otomatis menjadi poin utama dalam penjualan

dengan jargon “otomatis duluan” dengan maksud untuk menunjukkan kepada 0,00%

10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00%

Bebek

Skutik

Sport

(10)

konsumen bahwa Mio lebih dahulu diproduksi dibandingkan saingan-saingan

terberatnya, Honda Vario dan Suzuki Spin (Sumber: http://id.m.wikipedia.org/).

Tabel 1.2

Survei Awal Kepada Responden

No. Pernyataan Jawaban Responden

Setuju Tidak Setuju

1. Merek Yamaha Mio dikenal luas 24 6

2. Merek Yamaha Mio bereputasi baik 19 11

3. Yamaha Mio mudah dikendarai 22 8

4. Yamaha Mio hemat dan bertenaga 17 13

5. Saya akan membeli Yamaha Mio 15 15

Sumber: Data primer dari responden (2011)

Dari kondisi saat ini yang sedang terjadi, terdapat masalah mengenai citra

merek Yamaha Mio. Permasalahan itu timbul karena konsumen sudah fanatik

terhadap merek skuter matik lain. Penyebabnya, mereka telah mencoba merek

skuter matik lain dalam jangka waktu yang lama dan mereka cukup puas dengan

hal itu. Hasil dari wawancara terhadap konsumen menyatakan bahwa konsumen

telah menganggap bahwa Yamaha Mio lebih boros dalam hal bahan bakar

dibandingkan dengan merek skuter matik lainnya, sehingga konsumen lebih

memilih untuk menggunakan merek skuter matik lainnya daripada memilih untuk

menggunakan Yamaha Mio (Sumber: Wawancara terhadap konsumen).

Kondisi persaingan yang semakin ketat membuat perusahaan harus dapat

memaksimalkan penggunaan sumber daya-sumber daya mereka dengan efektif

dan efisien, salah satunya dengan menciptakan dan melakukan pencitraan yang

baik untuk mempengaruhi pandangan konsumen mengenai produk mereka, yaitu

(11)

terbatas pada teknis dan fungsional suatu produk, tetapi juga sudah dikaitkan

dengan merek yang mampu memberikan citra khusus bagi pemakai.

Kekuatan suatu merek terletak pada kemampuannya dalam mempengaruhi

keputusan pembelian konsumen. Merek mempunyai kekuatan yang besar untuk

mempengaruhi konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan. Perkembangan

industri sepeda motor di Indonesia dengan berbagai macam merek yang

digunakan oleh perusahaan juga menjadikan merek sangat penting dan strategis.

Pada tingkat persaingan yang rendah, merek hanya membedakan antara

satu produk dengan produk lainnya, sedangkan pada tingkat persaingan yang

tinggi, merek memberikan kontribusi dalam menciptakan dan menjaga daya saing

sebuah produk. Merek akan dihubungkan dengan citra khusus yang mampu

memberikan pengaruh tertentu dalam benak konsumen. Merek membuat

keputusan untuk membeli menjadi lebih mudah.

Merek yang telah mapan biasanya menjadi simbol sebagai suatu produk

yang sukses, sehingga merek pun turut berpengaruh terhadap keputusan

pembelian konsumen. Meskipun di pasar banyak beredar produk-produk yang

sejenis dari produk pesaing, semuanya itu akan tergantung dari pandangan

konsumen terhadap merek. Jika konsumen telah sangat paham tentang merek

yang diyakininya, maka citra merek dibenak konsumen akan semakin kuat.

Dalam kualitas pun terdapat hal yang merupakan masalah dalam motor

Yamaha Mio, yaitu dari segi ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (feature) yang terdapat di motor Yamaha Mio. Walaupun motor Yamaha Mio memiliki

(12)

besar, keistimewaan tambahan (feature) yang ada di motor Yamaha Mio masih sama dengan motor skuter matik lainnya. Kurangnya keistimewaan tambahan

(feature) yang mencolok membuat konsumen sulit memilih motor mana yang akan dibeli, karena konsumen akan lebih memilih motor skuter matik yang

memiliki keistimewaan tambahan (feature) yang lebih baik daripada motor skuter matik yang lain (Sumber: Wawancara terhadap konsumen).

Selain merek, kualitas suatu produk pun sangat mempengaruhi keputusan

pembelian konsumen. Konsumen akan selalu memilih suatu produk yang sesuai

dengan kriteria yang diharapkan oleh mereka. Konsumen selalu mencari produk

yang kira-kira dapat diandalkan dan memiliki kualitas yang baik bagi mereka.

Persepsi konsumen terhadap kualitas produk akan membentuk preferensi dan

sikap yang pada akhirnya akan mempengaruhi keputusan konsumen untuk

membeli suatu produk atau tidak.

Kualitas produk merupakan hal yang sangat penting untuk bersaing

dipasaran. Perusahaan dengan kualitas produk paling baik akan berkembang lebih

baik dan lebih berhasil dibandingkan dengan perusahaan yang lain yang memiliki

kualitas produk yang biasa-biasa saja.

Perilaku pembelian seseorang merupakan sesuatu yang sulit ditebak,

karena preferensi dan sikap terhadap obyek setiap orang berbeda. Selain itu,

konsumen berasal dari beberapa segmen, sehingga apa yang diinginkan dan

dibutuhkan juga berbeda. Masih terdapat banyak faktor yang berpengaruh

(13)

terhadap produk yang diproduksi, selanjutnya perlu dilakukan berbagai cara untuk

membuat konsumen tertarik terhadap produk yang dihasilkan.

Menurut Kotler (2002), ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku

konsumen; Faktor budaya seperti budaya, sub-budaya, dan kelas sosial; Faktor

sosial seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status; Faktor pribadi

seperti usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan dan lingkungan ekonomi, gaya

hidup, serta kepribadian dan konsep diri; Faktor psikologis seperti motivasi,

persepsi, pembelajaran, serta keyakinan dan sikap.

Terdapat lima tahap proses keputusan pembelian; (i) Pengenalan masalah,

(ii) Pencarian informasi, (iii) Evaluasi alternatif, (iv) Keputusan pembelian, dan

(v) Perilaku pascapembelian (Kotler, 2002).

Perilaku konsumen pada diri seseorang akan menciptakan tujuan yang

diharapkan. Dengan pemahaman mengenai perilaku konsumen, JG Motor (PT.

Jayamandiri Gemasejati) dengan produk sepeda motor Yamaha, khususnya

Yamaha Mio, perlu mengetahui perilaku konsumen terhadap keputusan pembelian

mereka. Hal ini dapat membantu JG Motor (PT. Jayamandiri Gemasejati) dalam

memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen sehingga dapat memberikan

kepuasan bagi konsumen.

Dengan begitu, maka sepeda motor Yamaha, khususnya Yamaha Mio, di

JG Motor (PT. Jayamandiri Gemasejati) dapat bersaing dipasaran,

keunggulan-keunggulan dari sepeda motor Yamaha JG Motor (PT. Jayamandiri Gemasejati)

(14)

konsumen akan mengambil keputusan untuk membeli sepeda motor Yamaha di

JG Motor (PT. Jayamandiri Gemasejati).

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis terdorong untuk melakukan suatu

penelitian yang dituangkan dalam karya tulis dengan judul “ANALISIS CITRA

MEREK DAN KUALITAS PRODUK DAMPAKNYA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN”.

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Semakin banyak perusahaan otomotif yang ada saat ini, terutama

perusahaan yang memproduksi sepeda motor. Konsumen harus lebih teliti dalam

memilih dan membeli suatu produk, dalam hal ini sepeda motor. Banyak aspek

yang perlu dipertimbangkan konsumen sebelum membeli sepeda motor, termasuk

merek dan kualitas sepeda motor tersebut. Jadi, dengan timbulnya situasi seperti

ini, perusahaan diharapkan dapat memperkuat merek dan meningkatkan kualitas

produk mereka agar konsumen tertarik untuk melakukan pembelian terhadap

produk suatu perusahaan, dalam hal ini JG Motor (PT. Jayamandiri Gemasejati)

Bandung.

Berikut ini beberapa fenomena atau masalah yang akan diteliti dalam

penelitian ini, antara lain:

 Konsumen fanatik terhadap merek motor matik lain selain Yamaha Mio.

 Kurangnya features yang menjadi keunggulan Yamaha Mio.

(15)

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas, terdapat beberapa rumusan masalah yang

akan diteliti, antara lain:

1. Bagaimana tanggapan konsumen mengenai citra merek motor Yamaha

Mio di JG Motor (PT. Jayamandiri Gemasejati) Bandung.

2. Bagaimana tanggapan konsumen mengenai kualitas produk motor Yamaha

Mio di JG Motor (PT. Jayamandiri Gemasejati) Bandung.

3. Bagaimana keputusan pembelian konsumen pada motor Yamaha Mio di

JG Motor (PT. Jayamandiri Gemasejati) Bandung.

4. Seberapa besar pengaruh citra merek dan kualitas produk terhadap

keputusan pembelian konsumen baik secara persial maupun simultan pada

motor Yamaha Mio di JG Motor (PT. Jayamandiri Gemasejati) Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi

mengenai citra merek dan kualitas produk serta keputusan pembelian konsumen

pada motor Yamaha Mio di JG Motor (PT. Jayamandiri Gemasejati) Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Tanggapan konsumen mengenai citra merek motor Yamaha Mio di JG

(16)

2. Tanggapan konsumen mengenai kualitas produk motor Yamaha Mio di JG

Motor (PT. Jayamandiri Gemasejati) Bandung.

3. Keputusan pembelian konsumen pada motor Yamaha Mio di JG Motor

(PT. Jayamandiri Gemasejati) Bandung.

4. Besarnya pengaruh citra merek dan kualitas produk terhadap keputusan

pembelian konsumen baik secara parsial maupun simultan pada motor

Yamaha Mio di JG Motor (PT. Jayamandiri Gemasejati) Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Praktis

Penulis mengharapkan agar penelitian ini akan dapat berguna bagi semua

pihak yang berkepentingan, yaitu:

a. Bagi perusahaan

Dari hasil penelitian ini, JG Motor (PT. Jayamandiri Gemasejati)

diharapkan dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai bahan

informasi tentang analisis citra merek dan kualitas produk dampaknya

terhadap keputusan pembelian konsumen pada sepeda motor Yamaha.

b. Bagi pihak lain

Dapat dijadikan sebagai referensi dan bahan perbandingan yang

bermanfaat sebagai sumber informasi untuk penelitian yang akan

dilakukan selanjutnya.

1.4.2 Kegunaan Akademis

(17)

a. Bagi penulis

Untuk melakukan studi untuk membandingkan ilmu pengetahuan yang

didapat selama masa perkuliahan dengan kenyataan yang terjadi dalam

praktek yang sebenarnya.

b. Bagi pihak lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat sebagai

dasar kegiatan ilmiah untuk melakukan penelitian di bidang yang sama di

masa yang akan datang.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penulis melakukan penelitian di salah satu dealer resmi Yamaha, JG Motor

(PT. Jayamandiri Gemasejati), yang berlokasi di Jln. Raya Ujungberung No. 293

Bandung, Telp (022) 7807886, (022) 7812772.

Tabel 1.3 Waktu Penelitian

No. Kegiatan Maret April Mei Juni Juli Agustus

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Persiapan

Penelitian

2. Pelaksanaan

Penelitian 3. Pengumpulan

Data

4.

Penyusunan Laporan Penelitian

(18)

12

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Citra Merek 2.1.1.1 Pengertian Merek

Menurut Kotler (2002:460) mengemukakan bahwa:

“Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi

dari hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang atau sekelompok penjual dan untuk

membedakannya dari produk pesaing.”

Kotler dan Amstrong (2008:275) juga menjelaskan definisi mengenai

merek dalam “Prinsip-prinsip Pemasaran Jilid 1”:

“Merek (brand) adalah sebuah nama, istilah, tanda, lambang, desain, atau kombinasi semua ini, untuk menunjukan identitas pembuat atau penjual

produk atau jasa.”

2.1.1.2 Tingkatan Merek

Menurut Kotler (2002:460), merek memiliki enam level pengertian, antara

lain sebagai berikut:

a. Atribut: Merek mengingatkan pada atribut-atribut tertentu.

b. Manfaat: Atribut perlu diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan

emosional.

c. Nilai: Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai dari produsen.

d. Budaya: Merek juga mewakili budaya tertentu.

(19)

f. Pemakai: Merek menunjukan jenis konsumen yang membeli atau

menggunakan produk tertentu.

Jika suatu perusahaan menganggap merek hanyalah sebuah nama, maka

perusahaan telah kehilangan inti dan makna dari merek yang mereka miliki.

Tantangan dalam pemberian merek adalah mengembangkan satu kumpulan

makna yang mendalam untuk merek tersebut. Gagasan-gagasan mengenai merek

yang paling tahan lama adalah nilai, budaya, dan kepribadian yang tercermin

dalam merek tersebut. Hal-hal tersebut menentukan inti dan makna dari sebuah

merek.

2.1.1.3 Citra

Kotler & Fox yang dikutip oleh Sutisna (2002:83) menerangkan definisi

mengenai citra:

“Citra sebagai jumlah dari gambaran-gambaran, kesan-kesan, dan keyakinan-keyakinan yang dimiliki seseorang terhadap suatu obyek.”

Menurut Sutisna dalam bukunya yang berjudul “Perilaku Konsumen & Komunikasi Pemasaran” (2002:83):

“Citra adalah total persepsi terhadap suatu obyek, yang dibentuk dengan

memproses informasi dari berbagai sumber setiap waktu.”

Seperti yang dikemukakan Bernstein dalam Sutisna (2002:85), Image

adalah realitas. Oleh karena itu, program pengembangan dan perbaikan citra harus

didasarkan pada realitas. Jika citra tidak sesuai dengan realitas dan kinerja kita

(20)

dengan realitas dan merefleksikan kinerja kita yang kurang baik, itu berarti

kesalahan kita dalam mengelola organisasi.

Citra adalah realitas. Oleh karena itu, jika komunikasi pasar tidak cocok

dengan realitas, secara normal realitas akan menang. Periklanan yang tidak

didasarkan pada realitas hanya akan menciptakan harapan yang lebih tinggi

daripada kenyataan yang dirasakan. Akibatnya, ketidakpuasan akan muncul dan

akhirnya konsumen mempunyai persepsi yang buruk.

Jika masalah citra adalah problem yang nyata, hanya tindakan nyata yang dapat menolong. Masalah-masalah nyata yang berkaitan dengan kinerja organisasi

yaitu kualitas teknis atau fungsional yang sebenarnya menyebabkan masalah citra.

Penting disadari bahwa citra itu ada dalam realitas. Citra bukan apa yang

dikomunikasikan, jika citra yang dikomunikasikan tidak sesuai dengan realitas.

Komunikasi organisasi yang dirasakan tidak dipercaya, akan merusak citra bahkan

mungkin lebih parah lagi. Jika terdapat masalah citra, manajemen harus

menganalisis sifat-sifat masalah secara keseluruhan sebelum melakukan tindakan.

2.1.1.4 Citra Merek

Sutisna (2002:83) dalam bukunya yang berjudul “Perilaku Konsumen &

Komunikasi Pemasaran”, menjelaskan definisi dari citra merek:

”Citra merek mempresentasikan keseluruhan persepsi terhadap merek dan

dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu terhadap merek itu.”

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa citra merek merupakan

pemahaman konsumen mengenai suatu merek dan persepsi konsumen terhadap

(21)

Rod Davey dan Anthony Jacks (2003:40) juga mengemukakan definisi

mengenai citra merek:

“Citra merek adalah cara pelanggan melihat jangkauan produk

keseluruhan, atau bahkan produk tunggal, yang berkaitan dengan mereka sendiri. Citra biasanya yang paling kuat pada barang bergengsi dan bernilai tinggi, ketika usaha ekstra dengan pembedaan produk

menghasilkan profit ekstra.”

2.1.1.5 Dimensi Citra Merek

Agar perusahaan dapat memiliki citra merek yang baik, maka perusahaan

harus memahami, mengeksplorasi, dan memanfaatkan unsur-unsur yang

membentuk citra merek perusahaan.

Menurut Gary Hamel dan CK Prahalad yang dikemukakan oleh Kartajaya

(2000:480), terdapat beberapa tingkatan merek:

1. Recognition; Tingkat dikenalnya sebuah merek oleh konsumen. Jika sebuah

merek tidak dikenal, maka produk dengan merek tersebut harus dijual dengan

mengandalkan harga yang murah.

2. Reputation; Tingkat atau status yang cukup tinggi bagi sebuah merek karena

lebih terbukti memiliki track record yang baik.

3. Affinity; Suatu emosional relationship yang timbul antara sebuah merek dengan konsumennya. Produk dengan merek yang disukai oleh konsumen akan

lebih mudah dijual dan produk dengan memiliki persepsi kualitas yang tinggi

akan memiliki reputasi yang baik.

4. Loyalty; Mengenai seberapa besar kesetiaan konsumen yang menggunakan

(22)

2.1.2 Kualitas Produk 2.1.2.1 Pengertian Kualitas

Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (2003:4) yang dikutip dari Goetsch

dan Davis, membuat definisi mengenai kualitas:

“Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau

melebihi harapan.”

Jadi, apabila suatu produk memiliki kualitas yang baik atau lebih dari baik,

konsumen akan lebih tertarik untuk membeli produk tersebut dibandingkan

dengan membeli produk yang memiliki kualitas yang biasa.

2.1.2.2 Perspektif Kualitas

David Garvin yang dikutip oleh Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana

(2003:24), ada lima alternatif perspektif kualitas yang biasa digunakan, yaitu:

1. Transcendental Approach

Kualitas dalam pendekatan ini dapat dirasakan atau diketahui, tetapi sulit

didefinisikan dan dioperasionalkan. Fungsi perencanaan, produksi, dan

pelayanan suatu perusahaan sulit sekali menggunakan definisi seperti ini

sebagai dasar manajemen kualitas.

2. Product-based Approach

Pendekatan ini menganggap kualitas sebagai karakteristik atau atribut yang

dapat dikualifikasikan dan dapat diukur. Perbedaan dalam kualitas

mencerminkan perbedaan dalam jumlah beberapa unsur atau atribut yang

(23)

3. User-based Approach

Pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung pada

orang yang memandangnya, dan produk yang paling memuaskan preferensi

seseorang merupakan produk yang berkualitas paling tinggi.

4. Manufacturing-based Approach

Perspektif ini bersifat supply-based dan terutama memperhatikan

praktik-praktik perekayasaan dan pemanufakturan, serta mendefinisikan kualitas

sebagai sama dengan persyaratannya.

5. Value-based Approach

Pendekatan ini memandang kualitas dari segi nilai dan harga. Kualitas

dalam perspektif ini bersifat relatif, sehingga produk yang memiliki kualitas

paling tinggi belum tentu produk yang paling bernilai.

2.1.2.3 Dimensi Kualitas

Menurut Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (2003:27) yang dikutip dari

Garvin bahwa ada delapan dimensi kualitas yang dapat digunakan sebagai

kerangka perencanaan strategis dan analisis:

1. Kinerja (performance), karakteristik operasi pokok dari produk inti.

2. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), karakteristik sekunder atau pelengkap.

(24)

4. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications), sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah

ditetapkan sebelumnya.

5. Daya tahan (durability), berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan.

6. Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah direparasi; penanganan keluhan yang memuaskan.

7. Estetika, daya tarik produk terhadap panca indera.

8. Kualitas yang dipersepsikan (preceived quality), citra dan reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya.

2.1.2.4 Sumber Kualitas

Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (2003:34) menerangkan bahwa

terdapat lima sumber kualitas yang biasa dijumpai, yaitu:

1. Program, kebijakan, dan sikap yang melibatkan komitmen dari manajemen

puncak.

2. Sistem informasi yang menekankan ketepatan, baik pada waktu maupun detail.

3. Desain produk yang menekankan keandalan dan perjanjian ekstensif produk

sebelum dilepas ke pasar.

4. Kebijakan produksi dan tenaga kerja yang menekankan peralatan yang

terpelihara baik, pekerja yang terlatih, dan penemuan penyimpangan secara

tepat.

(25)

2.1.3 Keputusan Pembelian

Konsumen membuat banyak keputusan pembelian setiap harinya.

Kebanyakan besar meneliti keputusan pembelian konsumen secara rinci. Pemasar

dapat mempelajari pembelian konsumen yang sebenarnya untuk menemukan apa

yang mereka beli, dimana, dan berapa banyak.

Gambar 2.1 Model Perilaku Pembeli

Sumber: Kotler & Armstrong (2008:158)

Rangsangan pemasaran terdiri dari 4P, yaitu product, price, place, dan

promotion. Rangsangan lain meliputi kekuatan dan faktor utama dalam lingkungan pembeli, antara lain ekonomi, teknologi, politik, dan budaya. Semua

masukan ini memasuki kotak hitam pembeli, dimana masukan ini diubah menjadi

sekumpulan respons pembeli yang dapat diobservasi, yaitu pilihan produk, pilihan

merek, pilihan penyalur, waktu pembelian, dan jumlah pembelian. Pemasaran dan rangsangan lain

Pemasaran Rangsangan lain Produk Ekonomi Harga Teknologi Tempat Politik

Promosi Budaya

Kotak hitam pembeli Karakteristik pembeli Proses keputusan pembeli

(26)

2.1.3.1 Faktor Utama yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian

Kotler (2002) mengungkapkan bahwa ada beberapa faktor yang

mempengaruhi perilaku pembelian konsumen, yaitu faktor budaya, faktor sosial,

faktor pribadi, dan faktor psikologis.

1. Faktor Budaya

a. Budaya

Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling

mendasar. Anak-anak mendapat kumpulan nilai, persepsi, preferensi, dan

perilaku dari keluarganya serta lembaga-lembaga penting lain.

b. Sub-budaya

Masing-masing budaya terdiri dari sub-budaya yang lebih kecil yang

memberikan lebih banyak ciri-ciri dan sosialisasi khusus bagi

anggota-anggotanya. Sub-budaya terdiri dari kebangsaan, agama, kelompok ras, dan

daerah geografis. Banyak sub-budaya yang membentuk segmen pasar

penting, dan pemasar sering merancang produk dan program pemasaran

yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka.

c. Kelas Sosial

Kelas sosial adalah pembagian masyarakat yang relatif homogen dan

permanen yang tersusun secara hierarkis dan yang anggotanya menganut

nilai-nilai, minat, dan perilaku yang serupa. Pada dasarnya masyarakat

memiliki strata sosial. Stratifikasi tersebut kadang-kadang berbentuk sistem

kasta dimana anggota kasta yang berbeda dibesarkan dengan peran tertentu

(27)

2. Faktor Sosial

a. Kelompok Acuan

Kelompk acuan seseorang terdiri dari semua kelompok yang memiliki

pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau

perilaku seseorang. Kelompok yang memiliki pengaruh langsung terhadap

seseorang dinamakan kelompok keanggotaan. Orang juga dipengaruhi oleh

kelompok di luar kelompok mereka. Kelompok yang ingin dimasuki

seseorang dinamakan kelompok aspirasional dan kelompok dissosiatif

adalah kelompok yang nilai dan perilakunya ditolak oleh seseorang.

b. Keluarga

Keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling

penting dalam masyarakat, dan ia telah menjadi obyek penelitian yang luas.

Anggota keluarga merupakan kelompok acuan primer yang paling

berpengaruh. Bahkan jika pembeli tidak lagi berinteraksi secara mendalam

dengan keluarganya, pengaruh keluarga terhadap perilaku pembeli dapat

tetap signifikan.

c. Peran Dan Status

Seseorang berpartisipasi ke dalam banyak kelompok; Keluarga, klub,

organisasi. Kedudukan orang itu di masing-masing kelompok dapat

ditentukan berdasarkan peran dan status. Peran meliputi kegiatan yang

diharapkan akan dilakukan oleh seseorang dan masing-masing peran

(28)

3. Faktor Pribadi

a. Usia Dan Tahap Siklus Hidup

Orang membeli barang dan jasa yang berbeda sepanjang hidupnya.

Pemasar sering memilih kelompok-kelompok berdasarkan siklus hidup

sebagai pasar sasaran mereka. Namun, rumah tangga yang menjadi sasaran

tidak selalu berdasarkan konsep keluarga.

b. Pekerjaan Dan Lingkungan Ekonomi

Pekerjaan seseorang juga mempengaruhi pola konsumsinya. Pemasar

berusaha mengidentifikasikan kelompok profesi yang memiliki minat di atas

rata-rata atas produk dan jasa mereka. Perusahaan bahkan dapat

mengkhususkan produknya untuk kelompok profesi tertentu. Pilihan produk

sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi seseorang; Penghasilan yang

dapat dibelanjakan, tabungan dan aktiva, utang, kemampuan untuk

meminjam, dan sikap terhadap belanja atau menabung.

c. Gaya Hidup

Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan

dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan

keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya. Para

pemasar mencari hubungan antara produk mereka dan kelompok gaya

hidup. Contohnya, perusahaan penghasil komputer mungkin menemukan

bahwa sebagian besar pembeli komputer berorientasi pada pencapaian

prestasi. Dengan demikian, pemasar dapat dengan lebih jelas mengarahkan

(29)

d. Kepribadian Dan Konsep-Diri

Kepribadian adalah karakteristik psikologis seseorang yang berbeda

dengan orang lain yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan

bertahan lama terhadap lingkungannya. Kepribadian biasanya dijelaskan

dengan menggunakan ciri-ciri seperti kepercayaan diri, dominasi, otonomi,

kehormatan, kemampuan bersosialisasi, pertahanan diri, dan kemampuan

beradaptasi. Konsep-diri (citra pribadi) seseorang berkaitan dengan

kepribadian. Pemasar berusaha mengembangkan citra merek yang sesuai

dengan citra pribadi pasar sasaran.

4. Faktor Psikologis

a. Motivasi

Seseorang memiliki banyak kebutuhan dalam waktu tertentu. Suatu

kebutuhan akan menjadi motif jika ia didorong hingga mencapai tingkat

intensitas yang memadai. Motif adalah kebutuhan yang cukup mendorong

seseorang untuk bertindak.

b. Persepsi

Persepsi adalah proses yang digunakan oleh seorang individu untuk

memilih, mengorganisasikan, dan menginterpretasi masukan-masukan

informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Persepsi

tidak hanya bergantung pada rangsangan fisik, tetapi juga pada rangsangan

yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu yang

(30)

c. Pembelajaran

Pembelajaran meliputi perubahan perilaku seseorang yang timbul dari

pengalaman. Sebagian perilaku manusia adalah hasil dari belajar. Ahli teori

pembelajaran yakin bahwa pembelajaran dihasilkan melalui perpaduan kerja

antara dorongan, rangsangan, petunjuk bertindak, tanggapan, dan

penguatan.

d. Keyakinan Dan Sikap

Keyakinan adalah gambaran pemikiran yang dianut seseorang tentang

suatu hal. Keyakinan mungkin berdasarkan pengetahuan, pendapat, atau

kepercayaan. Kesemuanya itu mungkin atau tidak mungkin mengandung

faktor emosional. Sikap adalah evaluasi, perasaan emosional, dan

kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan

dan bertahan lama dari seseorang terhadap suatu obyek atau gagasan. Orang

memiliki sikap terhadap hampir semua hal. Sikap sangat sulit berubah.

Sikap seseorang membentuk pola yang konsisten, dan untuk mengubah

suatu sikap mungkin mengharuskan penyesuaian sikap-sikap lain secara

besar-besaran.

2.1.3.2 Jenis Perilaku Keputusan Pembelian

Perilaku pembelian setiap produk pasti berbeda-beda. Keputusan yang

lebih kompleks biasanya melibatkan peserta pembelian dan pertimbangan pembeli

yang lebih banyak. Terdapat empat jenis perilaku keputusan pembelian (Kotler &

(31)

a. Perilaku Pembelian Kompleks

Konsumen melakukan perilaku pembelian kompleks ketika mereka sangat

terlibat dalam pembelian dan merasa ada perbedaan yang signifikan

antarmerek. Konsumen mungkin sangat terlibat ketika produk itu mahal,

berisiko, jarang dibeli, dan sangat memperlihatkan ekspresi diri. Umumnya,

konsumen harus mempelajari banyak hal tentang kategori produk.

b. Perilaku Pembelian Pengurangan Disonansi

Perilaku pembelian pengurangan disonansi terjadi ketika konsumen sangat

terlibat dalam pembelian yang mahal, jarang dilakukan, atau berisiko, tetapi

hanya melihat sedikit perbedaan antarmerek. Dalam hal ini, karena anggapan

perbedaan merek tidak besar, pembeli mungkin berkeliling untuk mempelajari

merek yang tersedia, tetapi membeli dalam waktu yang relatif singkat. Mereka

akan memberikan respons terutama terhadap harga yang bagus dan

kenyamanan membeli.

c. Perilaku Pembelian Kebiasaan

Perilaku pembelian kebiasaan terjadi dalam keadaan keterlibatan

konsumen yang rendah dan sedikit perbedaan merek. Jika mereka terus

mengambil merek yang sama, hal ini lebih merupakan kebiasaan daripada

loyalitas yang kuat terhadap sebuah merek. Komsumen tampaknya memiliki

keterlibatan rendah dengan sebagian besar produk murah yang sering dibeli.

d. Perilaku Pembelian Mencari Keragaman

Konsumen melakukan perilaku pembelian mencari keragaman dalam

(32)

anggapan perbedaan merek yang signifikan. Dalam kasus semacam itu,

konsumen sering melakukan banyak pertukaran merek. Pertukaran merek

terjadi untuk mencari keragaman dan bukan karena ketidakpuasan.

2.1.3.3 Proses Keputusan Pembeli

Proses keputusan pembeli terbagi menjadi lima tahap, yaitu pengenalan

masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan

perilaku pascapembelian (Kotler & Armstrong, 2008:179).

1. Pengenalan Kebutuhan

Proses pembelian dimulai dengan pengenalan kebutuhan. Kebutuhan dapat

dipicu oleh rangsangan internal ketika salah satu kebutuhan normal seseorang

timbul pada tingkat yang cukup tinggi sehingga menjadi dorongan.

2. Pencarian Informasi

Konsumen yang tertarik mungkin mencari lebih banyak informasi atau

mungkin tidak. Jika dorongan konsumen itu kuat dan produk yang memuaskan

ada di dekat konsumen itu, konsumen mungkin akan membelinya kemudian.

Jika tidak, konsumen dapat menyimpan kebutuhan itu dalam ingatannya atau

melakukan pencarian informasi yang berhubungan dengan kebutuhan.

3. Evaluasi Alternatif

Pemasar harus tahu tentang evaluasi alternatif, yaitu bagaimana konsumen

memproses informasi untuk sampai pada pilihan merek. Pemasar harus

mempelajari pembeli untuk menemukan bagaimana cara mereka sebenarnya

(33)

berlangsung, pemasar dapat mengambil langkah untuk mempengaruhi

keputusan pembeli.

4. Keputusan Pembelian

Pada umumnya, keputusan pembelian konsumen adalah membeli merek

yang paling disukai, tetapi dua faktor bisa berada antara niat pembelian dan

keputusan pembelian. Faktor tersebut adalah sikap orang lain dan faktor

situasional yang tidak diharapkan.

5. Perilaku Pascapembelian

Pekerjaan pemasar tidak berakhir ketika produk telah dibeli. Setelah

membeli produk, konsumen akan merasa puas atau tidak puas dan terlibat

dalam perilaku pascapembelian yang harus diperhatikan oleh pemasar. Jika

produk tidak memenuhi ekspektasi, konsumen kecewa; jika produk memenuhi

ekspektasi, konsumen puas; jika produk melebihi ekspektasi, konsumen sangat

puas.

Gambar 2.2

Proses Keputusan Pembeli

Sumber: Kotler & Armstrong (2008:179) Pengenalan

kebutuhan

Pencarian informasi

Evaluasi alternatif

Keputusan pembelian

(34)

2.1.4 Keterkaitan antar Variabel Penelitian

2.1.4.1 Hubungan antara Citra Merek dengan Keputusan Pembelian

Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan

dan preferensi terhadap suatu merek. Kepercayaan merek mempengaruhi sikap,

dan maksud untuk membeli dipengaruhi oleh sikap terhadap merek (Sutisna,

2002:101). Konsumen dengan citra yang positif terhadap suatu merek, lebih

memungkinkan untuk melakukan pembelian (Sutisna, 2002:83).

Manfaat lain dari citra merek yang positif, perusahaan bisa

mengembangkan lini produk dengan memanfaatkan citra positif yang telah

terbentuk terhadap merek produk lama.

Hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana mempertahankan dan

meningkatkan citra merek yang sudah positif. Jika suatu saat perusahaan ingin

mengubah merek produk yang telah lama ada dan mempunyai citra yang positif,

maka perubahan itu harus terlebih dahulu menilai inferensi konsumen atas

perubahan yang akan dilakukan.

Ketika pemasar menggunakan pull strategy (berusaha menarik konsumen

untuk melakukan tindakan pembelian), berarti perusahaan berusaha membangun

permintaan konsumen berdasarkan merek (Sutisna, 2002:314).

Persoalan yang dihadapi adalah bagaimana mempengaruhi citra positif

konsumen terhadap merek. Ramuan kunci untuk mempengaruhi citra merek

(35)

merek produk, pemasar terlebih dahulu harus mempunyai konsep produk yang

dapat mengkomunikasikan manfaat yang diinginkan.

2.1.4.2 Hubungan antara Kualitas Produk dengan Keputusan Pembelian

Kualitas produk adalah salah satu sarana positioning utama pemasar. Kualitas mempunyai dampak langsung pada kinerja produk atau jasa. Kualitas

sangat berhubungan erat dengan nilai dan kepuasan pelanggan. Dalam arti sempit,

kualitas bisa didefinisikan sebagai bebas dari kerusakan. Tetapi sebagian besar

perusahaan berpusat pada pelanggan melangkah jauh melampaui definisi ini.

Justru mereka mendefinisikan kualitas berdasarkan penciptaan nilai dan kepuasan

pelanggan (Kotler & Armstrong, 2008:272). Kepuasan pelanggan terjadi ketika

seseorang telah melakukan pembelian terhadap suatu produk. Kualitas tidak lagi

hanya bermakna kesesuaian dengan spesifikasi-spesifikasi tertentu, tetapi kualitas

tersebut ditentukan oleh pelanggan (Fandy Tjiptono & Anastasia Diana, 2003:14).

Jika seorang konsumen sebelumnya telah mengetahui kualitas merek

produk yang akan dibelinya, maka hal itu akan mengurangi ketidakpastian atas

risiko pembelian (Sutisna, 2002:105). Maksudnya adalah apabila konsumen telah

benar-benar mengetahui tetang kualitas produk yang akan dibelinya, kemungkinan

risiko kerugiannya akan sangat kecil.

Selain itu, Sutisna (2002:269) mengatakan bahwa sikap positif konsumen

terhadap suatu produk akan mendorong konsumen untuk melakukan tindakan

pembelian. Itu berarti kemungkinan konsumen membeli suatu produk sangat besar

(36)

2.2 Kerangka Pemikiran 2.2.1 Naratif

Kondisi persaingan yang semakin ketat membuat perusahaan harus dapat

memaksimalkan penggunaan sumber daya-sumber daya mereka dengan efektif

dan efisien, salah satunya dengan menciptakan dan melakukan pencitraan yang

baik untuk mempengaruhi pandangan konsumen mengenai produk mereka, yaitu

melalui citra merek. Persaingan perusahaan untuk menarik konsumen tidak lagi

terbatas pada teknis dan fungsional suatu produk, tetapi juga sudah dikaitkan

dengan merek yang mampu memberikan citra khusus bagi pemakai.

Sutisna (2002:83) dalam bukunya yang berjudul “Perilaku Konsumen &

Komunikasi Pemasaran”, menjelaskan definisi mengenai citra merek bahwa citra

merek mempresentasikan keseluruhan persepsi terhadap merek dan dibentuk dari

informasi dan pengalaman masa lalu terhadap merek itu.

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa citra merek merupakan

pemahaman konsumen mengenai suatu merek dan persepsi konsumen terhadap

merek tersebut.

Rod Davey dan Anthony Jacks (2003:40) juga mengemukakan bahwa

Citra merek adalah cara pelanggan melihat jangkauan produk keseluruhan, atau

bahkan produk tunggal, yang berkaitan dengan mereka sendiri. Citra biasanya

yang paling kuat pada barang bergengsi dan bernilai tinggi, ketika usaha ekstra

dengan pembedaan produk menghasilkan profit ekstra.

Menurut Gary Hamel dan CK Prahalad yang dikemukakan oleh Kartajaya

(37)

1. Recognition; Tingkat dikenalnya sebuah merek oleh konsumen. Jika sebuah

merek tidak dikenal, maka produk dengan merek tersebut harus dijual dengan

mengandalkan harga yang murah.

2. Reputation; Tingkat atau status yang cukup tinggi bagi sebuah merek karena

lebih terbukti memiliki track record yang baik.

3. Affinity; Suatu emosional relationship yang timbul antara sebuah merek dengan konsumennya. Produk dengan merek yang disukai oleh konsumen akan

lebih mudah dijual dan produk dengan memiliki persepsi kualitas yang tinggi

akan memiliki reputasi yang baik.

4. Loyalty; Mengenai seberapa besar kesetiaan konsumen yang menggunakan

merek bersangkutan.

Selain merek, kualitas suatu produk pun sangat mempengaruhi keputusan

pembelian konsumen. Konsumen akan selalu memilih suatu produk yang sesuai

dengan kriteria yang diharapkan oleh mereka. Konsumen selalu mencari produk

yang kira-kira dapat diandalkan dan memiliki kualitas yang baik bagi mereka.

Persepsi konsumen terhadap kualitas produk akan membentuk preferensi dan

sikap yang pada akhirnya akan mempengaruhi keputusan konsumen untuk

membeli suatu produk atau tidak.

Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (2003:4) yang dikutip dari Goetsch

dan Davis, membuat definisi mengenai kualitas bahwa kualitas merupakan suatu

kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan

(38)

Jadi, apabila suatu produk memiliki kualitas yang baik atau lebih dari baik,

konsumen akan lebih tertarik untuk membeli produk tersebut dibandingkan

dengan membeli produk yang memiliki kualitas yang biasa.

Menurut Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (2003:27) yang dikutip dari

Garvin bahwa ada delapan dimensi kualitas yang dapat digunakan sebagai

kerangka perencanaan strategis dan analisis, antara lain:

1. Kinerja (performance), karakteristik operasi pokok dari produk inti.

2. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), karakteristik sekunder atau pelengkap.

3. Keandalan (reliability), kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal pakai.

4. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications), sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah

ditetapkan sebelumnya.

5. Daya tahan (durability), berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan.

6. Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah direparasi; penanganan keluhan yang memuaskan.

7. Estetika, daya tarik produk terhadap panca indera.

8. Kualitas yang dipersepsikan (preceived quality), citra dan reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya.

Perilaku pembelian seseorang merupakan sesuatu yang sulit ditebak,

(39)

berbeda-beda. Selain itu, konsumen berasal dari beberapa segmen, sehingga apa yang

diinginkan dan dibutuhkan konsumen pun menjadi berbeda-beda. Masih terdapat

banyak faktor yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Produsen perlu

memahami perilaku konsumen terhadap produk yang diproduksi, selanjutnya

perlu dilakukan berbagai cara untuk membuat konsumen tertarik terhadap produk

yang dihasilkan.

Konsumen membuat banyak keputusan pembelian setiap harinya.

Kebanyakan besar meneliti keputusan pembelian konsumen secara rinci. Pemasar

dapat mempelajari pembelian konsumen yang sebenarnya untuk menemukan apa

yang mereka beli, dimana, dan berapa banyak.

Proses keputusan pembeli terbagi menjadi lima tahap, yaitu pengenalan

masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan

perilaku pascapembelian (Kotler & Armstrong, 2008:179).

1. Pengenalan Kebutuhan

Proses pembelian dimulai dengan pengenalan kebutuhan. Kebutuhan

dapat dipicu oleh rangsangan internal ketika salah satu kebutuhan normal

seseorang timbul pada tingkat yang cukup tinggi sehingga menjadi dorongan.

2. Pencarian Informasi

Konsumen yang tertarik mungkin mencari lebih banyak informasi atau

mungkin tidak. Jika dorongan konsumen itu kuat dan produk yang

memuaskan ada di dekat konsumen itu, konsumen mungkin akan membelinya

(40)

ingatannya atau melakukan pencarian informasi yang berhubungan dengan

kebutuhan.

3. Evaluasi Alternatif

Pemasar harus tahu tentang evaluasi alternatif, yaitu bagaimana

konsumen memproses informasi untuk sampai pada pilihan merek. Pemasar

harus mempelajari pembeli untuk menemukan bagaimana cara mereka

sebenarnya dalam mengevaluasi pilihan merek. Jika mereka tahu proses

evaluasi apa yang berlangsung, pemasar dapat mengambil langkah untuk

mempengaruhi keputusan pembeli.

4. Keputusan Pembelian

Pada umumnya, keputusan pembelian konsumen adalah membeli merek

yang paling disukai, tetapi dua faktor bisa berada antara niat pembelian dan

keputusan pembelian. Faktor tersebut adalah sikap orang lain dan faktor

situasional yang tidak diharapkan.

5. Perilaku Pascapembelian

Pekerjaan pemasar tidak berakhir ketika produk telah dibeli. Setelah

membeli produk, konsumen akan merasa puas atau tidak puas dan terlibat

dalam perilaku pascapembelian yang harus diperhatikan oleh pemasar. Jika

produk tidak memenuhi ekspektasi, konsumen kecewa; jika produk

memenuhi ekspektasi, konsumen puas; jika produk melebihi ekspektasi,

(41)
[image:41.595.47.566.190.759.2]

2.2.2 Peneliti Terdahulu

Tabel 2.1 Peneliti Terdahulu

No. Nama Tahun Judul Hasil Persamaan

Perbedaan

Penelitian

Terdahulu

Rencana

Penelitian

1. Fadli & Inneke Qamariah

2008 Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekuitas Merek Sepeda Motor Merek Honda Terhadap Keputusan Pembelian Ekuitas merek berpengaruh sangat signifikan terhadap keputusan pembelian sepeda motor merek Honda di lingkungan Universitas Sumatera Utara Memiliki persamaan pada variabel Y, yaitu keputusan pembelian Meneliti mengenai ekuitas merek sepeda motor Honda Peneliti tidak meneliti mengenai ekuitas merek, melainkan citra merek dan kualitas produk 2. Muly Kata

Sebayang, Simon Darman O.

Siahaan

2008 Pengaruh Celebrity Endorser Terhadap Keputusan

Pembelian Sepeda Motor Yamaha Mio Pada Mio Automatic Club (MAC) Medan Celebrity Endorser berpengaruh dan signifikan terhadap keputusan pembelian sepeda motor merek Yamaha Mio pada Mio Automatic Club (MAC) Medan Memiliki persamaan pada variabel Y, yaitu keputusan pembelian Meneliti mengenai Celebrity Endorser pada sepeda motor Yamaha Mio Peneliti tidak meneliti mengenai Celebrity Endorser, melainkan citra merek dan kualitas produk

3. Bambang

Pranoto

2008 Pengaruh Harga Dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Konsumen Membeli Kendaraan Bermotor Konsumen dalam membeli produk kendaraan roda dua benar-benar memperhatikan produk yang mempunyai nilai standar kualitas yang tinggi, sedangkan harga dipengaruhi oleh kualitas produk tersebut

(42)

4. Rita Kuvykaite, Aiste Dovaliene, Laura Navickiene

2009 Impact Of Package Elements On Consumer’s Purchase Decision

Package elements and their impact on consumer’s purchase decision, taking into consideration involvement level, time pressure or individual characteristics of consumers, is necessary in order to implement efficient packaging decisions Memiliki persamaan pada variabel Y, yaitu keputusan pembelian (purchase decision) Meneliti mengenai Elements Of Package, yaitu

visual element

dan verbal element

Peneliti tidak meneliti mengenai

visual element

dan verbal element, melainkan citra merek dan kualitas produk

5. Emma K.

Macdonald, Byron M.

Sharp

2000 Brand Awareness Effects On

Consumer Decision Making For A Common, Repeat Purchase Product: A Replication

The habit or inertia theories of consumer choice, based upon an understanding of the use of awareness as a choice heuristic, offer considerable potential in explaining low-involvement, repeat purchase patterns Memiliki persamaan pada variabel Y, yaitu keputusan pembelian (purchase decision) Meneliti mengenai Brand Awareness Effects yang menjadi variabel X Peneliti tidak meneliti mengenai Brand Awareness Effects, melainkan citra merek dan kualitas produk

6. Ashutosh Nigam, Rajiv Kaushik

2011 Impact Of Brand Equity On Costumer Purchase Decision’s: An Empirical Investigation With Special Reference To Hatchback Car Owners In Central Haryana

Strong brand equity allows the companies to retain customers better, service their needs more effectively, and increase profit Memiliki persamaan pada variabel Y, yaitu keputusan pembelian (purchase decision) Meneliti mengenai Brand Equity yang menjadi variabel X Peneliti tidak meneliti mengenai

(43)

2.2.3 Skema Kerangka Pemikiran

Berdasarkan teori-teori diatas, maka penulis menghubungkan ketiga

variabel tersebut menjadi kerangka pemikiran yang dijadikan pedoman dalam

[image:43.595.86.541.248.720.2]

penelitian. Berikut ini skema kerangka pemikiran:

Gambar 2.3

Skema Kerangka Pemikiran

Citra Merek

(Variabel X1)

Recognition Reputation Affinity Loyalty

(Gary Hamel & CK Prahalad

dalam Kartajaya, 2000:480)

Kualitas Produk

(Variabel X2)

 Kinerja

Features  Keandalan

 Kesesuaian dengan spesifikasi

 Daya tahan

Serviceability  Estetika

 Kualitas yang dipersepsikan

(Fandy Tjiptono dan Anastasia

Diana, 2003:27)

Keputusan Pembelian

(Variabel Y)

 Pengenalan kebutuhan

 Pencarian informasi

 Evaluasi alternatif

 Keputusan pembelian

 Perilaku pascapembelian

(Philip Kotler & Gary

Armstrong, 2008:179)

(44)

2.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan kesimpulan sementara terhadap permasalahan yang

diteliti. Hipotesis yang diuji dengan penelitian ini berkaitan dengan ada atau

tidaknya pengaruh variabel X1 (citra merek) dan variabel X2 (kualitas produk)

dengan variabel Y (keputusan pembelian). Menurut Sugiyono (2009:64) dalam

bukunya yang berjudul “Metode Penelitian Bisnis”, hipotesis adalah:

“Jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan”.

Penulis mengambil hipotesis atau kesimpulan sementara dalam

memecahkan masalah dalam penelitian ini, bahwa terdapat pengaruh citra merek

dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian konsumen baik secara parsial

maupun simultan pada motor Yamaha Mio di JG Motor (PT. Jayamandiri

(45)

39

3.1 Objek Penelitian

Penelitian dilakukan terhadap konsumen yang membeli motor Yamaha

Mio di JG Motor (PT. Jayamandiri Gemasejati) Bandung. Adapun

variabel-variabel yang akan diteliti adalah Citra Merek sebagai variabel-variabel X1 dan Kualitas

Produk sebagai variabel X2, serta Keputusan Pembelian Konsumen sebagai

variabel Y.

Husein Umar dalam Umi Narimawati (2010:29) mengemukakan definisi

mengenai obyek penelitian:

“Obyek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi obyek penelitian. Juga dimana dan kapan penelitian dilakukan. Bisa juga ditambahkan hal-hal lain jika dianggap perlu.”

Dalam penelitian ini penulis meneliti tentang pengaruh citra merek dan

kualitas produk terhadap keputusan pembelian konsumen pada motor Yamaha

Mio di JG Motor (PT. Jayamandiri Gemasejati) Bandung.

3.2 Metode Penelitian

Dalam meneliti sesuatu, diperlukan penelitian yang hati-hati, teratur, dan

terus menerus. Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah penelitian,

penelitian harus dilakukan dengan menggunakan metode penelitian.

Metode penelitian adalah suatu teknis atau cara mencari, memperoleh,

(46)

sekunder, yang digunakan untuk keperluan menyusun suatu karya ilmiah dan

kemudian menganalisa faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok-pokok

permasalahan sehingga akan terdapat suatu kebenaran data-data yang akan

diperoleh.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan

metode verifikatif. Sugiyono dalam Umi Narimawati (2010:29) mengatakan

bahwa:

“Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk

membuat kesimpulan yang lebih luas.”

Sedangkan metode verifikatif menurut Mashuri dalam Umi Narimawati

(2010:29) adalah sebagai berikut:

“Metode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa

dengan kehidupan.”

Metode verifikatif juga digunakan untuk menguji kebenaran dari suatu

hipotesis. Dengan metode ini dapat diketahui berapa besarnya pengaruh

variabel-variabel independen terhadap variabel-variabel dependen, serta besarnya arah hubungan

yang terjadi.

3.2.1 Desain Penelitian

Moh. Nazir dalam Umi Narimawati (2010:30) menjelaskan mengenai

desain penelitian:

(47)

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai

pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi

semua pihak yang terkait dalam proses penelitian karena langkah-langkah dalam

melakukan penelitian mengacu pada desain penelitian yang telah dibuat.

Dalam penelitian ini, penulis menerapkan desain penelitian yang lebih luas

yang mencangkup proses-proses berikut ini:

1. Sumber masalah

Peneliti menentukan masalah-masalah sebagai fenomena untuk dasar

penelitian.

2. Perumusan masalah

Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicari jawabannya

melalui pengumpulan data. Pada penelitian ini masalah-masalah dirumuskan

melalui suatu pertanyaan, yang akan diuji dengan cara yang relevan dan

penemuan yang relevan.

3. Konsep atau teori yang relevan dan penemuan yang relevan

Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (hipotesis), maka

peneliti dapat membaca referensi teoritis yang relevan dengan masalah dan

berfikir. Selain itu penemuan penelitian sebelumnya yang relevan juga dapat

digunakan sebagai bahan untuk memberikan jawaban sementara terhadap

masalah penelitian (hipotesis). Telaah teoritis mempunyai tujuan untuk

menyusun kerangka teoritis yang menjadi dasar untuk menjawab atau

pertanyaan penelitian yang merupakan tahap penelitian dengan menguji

(48)

4. Pengajuan hipotesis

Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan

didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian

secara empiris (faktual) maka jawaban itu disebut hipotesis. Hipotesis yang

dibuat pada penelitian ini adalah mengenai citra merek dan kualitas produk

terhadap keputusan pembelian.

5. Metode Penelitian

Untuk menguji hipotesis tersebut peneliti memilih metode yang sesuai,

pertimbangan ideal untuk memilih metode itu adalah tingkat ketelitian data

yang diharapkan dan konsisten yang dikehendaki. Sedangkan pertimbangan

praktis adalah tersedianya dana, waktu, dan kemudahan yang lain. Pada

penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan

teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif dan kuantitatif.

6. Menyusun instrumen penelitian

Peneliti dapat menyusun instrumen penelitian. Instrumen ini digunakan

sebagai alat pengumpul data. Pada penelitian ini untuk menguji adanya

hubungan dari citra merek (Variabel X1) dan kualitas produk (Variabel X2)

terhadap keputusan pembelian (Variabel Y) digunakan korelasi Analisis

Regresi Berganda, dan untuk menguji pengaruh dari citra merek (Variabel X1)

dan kualitas produk (Variabel X2) terhadap keputusan pembelian (Variabel Y)

(49)

7. Kesimpulan

Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode penelitian yang berupa

jawaban terhadap rumusan masalah, dengan menekankan pada pemecahan

masalah berupa informasi mengenai solusi masalah yang bermanfaat sebagai

dasar untuk pembuatan keputusan.

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Sugiyono (2009:38) dalam buku “Metode Penelitian Kuantitatif,

Kualitatif, Dan R&D”, menjelaskan definisi mengenai variabel penelitian:

“Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

Operasionalisasi variabel dimaksudkan untuk memperjelas

variabel-variabel yang diteliti beserta pengukuran-pengukurannya. Dalam penelitian ini

terdapat dua variabel penelitian, yaitu:

1. Variabel bebas (Independent variable)

Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat),

Sugiyono (2009:39). Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas, yaitu

citra merek (X1) dan kualitas produk (X2).

2. Variabel terikat (Dependent variable)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat, karena adanya variabel bebas, Sugiyono (2009:39). Dalam penelitian ini

(50)
[image:50.595.108.513.159.753.2]

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep

Variabel

Indikator Ukuran Skala

Citra Merek (X1) ”Citra merek mempresenta sikan keseluruhan persepsi terhadap merek dan dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu terhadap merek itu.” (Sutisna, 2002:83)

Recognition Tingkat mengenal merek

Tingkat kemudahan

mengingat merek

Ordinal

Reputation Tingkat mengetahui reputasi merek

Tingkat mengenal

kualitas merek

Ordinal

Affinity Tingkat daya tarik merek

Ordinal

Loyalty Tingkat kesetiaan terhadap merek

Tingkat kesenangan

terhadap merek Ordinal Kualitas Produk (X2) “Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan Kinerja

(performance)

Tingkat kinerja

produk

Ordinal

Ciri-ciri atau

keistimewaan

tambahan

(features)

Tingkat ketersediaan

keistimewaan

tambahan produk

Ordinal

Keandalan

(reliability)

Tingkat keandalan produk

(51)

lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.” (Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, 2003:4) Kesesuaian dengan spesifikasi

(<

Gambar

Tabel 2.1 Peneliti Terdahulu
Gambar 2.3 Skema Kerangka Pemikiran
Tabel 3.1
Tabel 3.2 Skala Likert
+7

Referensi

Dokumen terkait

maintained irrigation canals could provide irrigation throughout the year. Nevertheless, only 20% respondents from lower area chose to make wells. They were farmers who did not

Hasil penelitian ini adalah aplikasi multimedia sebagai media pembelajaran Aljabar Linier pada materi Matrik Transformasi bagi mahasiswa Program Studi

Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa dari Pelaksanaan Otonomi Desa Cukup Baik Terhadap Peningkatan Pembangunan Di Desa Sanglar Kecamatan Durai Kabupaten

[r]

letter r; wrote 130 poems without using that letter, he also omitted the letter r from his daily conversation for 17 years….. 1945) proved the one time pad guaranties

rancangan penelitian ini bersifat pre dan post test two group design yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan core stability pada latihan zig-zag run

Pemeriksaan pada mayat, atau dalam istilah kedokteran forensik dikenal dengan Otopsi Mediko-Legal (bedah mayat) adalah pemeriksaan yang dilakukan pada mayat yang

Penelitian ini didapatkan primigravida muda memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya anemia, prematuritas dan persalinan patologis dibandingkan dengan primigravida