1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan jaman yang terus berkembang di Indonesia
mengenai pengelolaan keuangan daerah, pemerintah harus mampu
mempertangung jawabkan dan bersikap terbuka akan pengelolaannya kepada
masyarakat atau disebut transparansi publik, artinya mampu bersifat terbuka
mengenai keuangan dan kegunaan uang tesebut dalam melakukan
penganggaran.Pemerintah harus mampu menggunakan keuangan daerahnya untuk
keperluan yang wajib ataupun yang bersifat mendesak sesuai dengan kebutuhan
agar tidak terjadi pandangan yang tidak wajar dari masyarakat dan dengan
mempertimbangkan prinsip-prinsip penghematan dan efisiensi, namun tetap
menjamin terlaksananya kegiatan-kegiatan yang menjadi perencanaan
Pemerintah.Masyarakat juga harus memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada
pemerintah untuk mengelola keuangan yang ada.
Dengan adanya masalah ini,maka pemerintah melakukan perubahan yang
fundamental dari reformasi di bidang keuangan dengan ditetapkannya
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang-Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara, dilanjutkan dengan penetapan standar dalam penyusunan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005.Pemerintah daerah dalam mengelola
keuangan daerahnya sendiri memiliki peranan yang sangat vital, yaitu dengan
membuat suatu aturan dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah.Dengan ditetapkannya Undang-Undang diatas,
diharapakan masyarakat dapat memberikan keleluasaan kepada pemerintah daerah
dituntut agar dapat menciptakan lapangan pekerjaan dan infrastruktur dalam
bidang pendidikan, dan kesehatan masyarakat, serta pembangunan yang
disesuaikan dengan otonomi daerah.
Meninjau dari pembangunan saat ini yang masih jauh dari harapan karena
berbagai keterbatasan sumber daya, perlu meningkatkan kerjasama dari semua
elemen yang ada agar target yang akan dicapai dapat terlaksana sesuai
harapan.Bertitik tolak dari hasil pembangunan yang akan dicapai dengan tetap
memperhatikan fasilitas keterbatasan sumber daya yang ada maka dalam rangka
untuk memenuhi tujuan pembangunan baik secara nasional atau regional perlu
mengarahkan dan memanfaatkan sumber daya yang ada secara berdaya guna dan
berhasil guna dengan disertai pengawasan dan pengendalian yang ketat baik yang
dilakukan oleh aparat tingkat atas maupun tingkat daerah serta jajarannya sesuai
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 yang merupakan sebagai pedoman
dalam pelaksanaan, realisasi belanja APBD dan laporan keuangan juga mencakup
kebijakan akuntansi. Kebijakan akuntansi merupakan sebagai dasar yang harus
dipatuhi dalam menyusun laporan keuangan. Di samping kebijakan akuntansi,
keuangan daerah yang sesuai dengan Permendagri 59 Tahun 2007 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Hal
ini merupakan salah satu tuntutan yang harus dipenuhi dari Permendagri 59 Tahun
2007 di mana setiap SKPD harus menyusun laporan keuangannya masing-masing.
Sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 59 Tahun 2007 Pasal 265 ayat (1) menyatakan bahwa setiap Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) wajib menyusun dan melaporkan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD secara periodik yang meliputi :
a. Laporan realisasi anggaran;
b. Neraca SKPD;
c. Catatan atas laporan keuangan SKPD dan berdasarkan Pasal 290 ayat (1), (2)
dan (3) yang intinya menyatakan bahwa Kepala SKPD harus menyampaikan
laporan realisasi anggaran sebanyak dua kali setahun yakni semester pertama
(Januari sampai dengan Juni) yang menerangkan realisasi anggaran pendapatan
dan belanja SKPD disertai dengan prognosis untuk enam bulan berikutnya paling
lama tujuh hari kerja setelah semester pertama tahun anggaran berkenaan.
Selanjutnya Kepala SKPD menyampaikan laporan tahunan yang dimulai dari
periode Januari sampai dengan Desember tahun anggaran.
Penyusunan merupakan kegiatan perencanaan yang terstruktur dengan
baik yang berguna untuk pengalokasiannya sesuai dengan kebijakan yang telah
ditetapkan.Penyusunan terhadap laporan realisasi anggaran disajikan sedemikian
rupa sehingga menonjolkan berbagai unsur pendapatan, belanja, transfer,
penyajian yang wajar. Laporan Realisasi Anggaran dijelaskan lebih lanjut dalam
Catatan atas Laporan Keuangan yang memuat hal-hal yang mempengaruhi
pelaksanaan anggaran seperti kebijakan fiskal dan moneter, sebab-sebab
terjadinya perbedaan yang material antara anggaran dan realisasinya, serta
daftar-daftar yang merinci lebih lanjut angka-angka yang dianggap perlu untuk
dijelaskan.
Laporan Realisasi Anggaran sekurang-kurangnya mencakup pos-pos
sebagai berikut:
(a) Pendapatan
(b) Belanja
(c) Transfer
(d) Surplus atau defisit
(e) Penerimaan pembiayaan
(f) Pengeluaran pembiayaan
(g) Pembiayaan neto; dan
(h) Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA / SiKPA)
Masing-masing pos tersebut diperbandingkan dengan anggarannya dalam
satu periode.Pos, judul, dan sub jumlah lainnya disajikan dalam Laporan Realisasi
Anggaran apabila diwajibkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
ini, atau apabila penyajian tersebut diperlukan untuk menyajikan Laporan
Realisasi Anggaran secara wajar.
Dalam Laporan Realisasi Anggaran harus diidentifikasikan secara jelas,
1. nama entitas pelaporan atau sarana identifikasi lainnya;
2. cakupan entitas pelaporan;
3. periode yang dicakup;
4. mata uang pelaporan; dan
5. satuan angka yang digunakan.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan
kebijaksanaan keuangan tahunan pemerintah daerah yang disusun berdasarkan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku, serta berbagai pertimbangan lainnya
dengan maksud agar penyusunan, pemantauan, pengendalian dan evaluasi APBD
mudah dilakukan.
Pada sisi yang lain APBD dapat pula menjadi sarana bagi pihak tertentu
untuk melihat atau mengetahui kemampuan daerah baik dari sisi pendapatan
maupun sisi belanja. Khusus dalam penyusunan laporan keuangan daerah,
pemerintah daerah di samping harus memiliki kebijakan akuntansi sebagai dasar
dalam menyusun laporan keuangan, pemerintah daerah juga harus memiliki SDM,
komitmen dan perangkat pendukung yang mampu dalam menyusun laporan
keuangan daerah sesuai dengan Permendagri 59 Tahun 2007 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk
mengetahui bagaimana kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan, SDM, serta
perangkat pendukung dalam proses penyusunan laporan realisasi belanja APBD di
berjudul “ PROSES PENYUSUNAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PROVINSI JAWA-BARAT”.
1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Peraktek
Maksud penulisan dalam melaksanakan kuliah Kerja Praktek ini adalah
untuk mengetahui tentang proses kerja dan penyusunan realisasi anggaran yang
disesuaikan dengan prosedur yang berlaku yang dibuat oleh Pegawai Pemerintah
Kota Bandung agar kebijakan-kebijakan yang telah dibuat dapat dilaksanakan
dengan baik..
Sedangkan tujuan penulisan yang ingin dicapai dari hasil pelaporan kerja
peraktek ini adalah :
1. Mengetahui pengertian anggaran secara umum.
2. Untuk mengetahui tahapan penyusunan realisasi anggaran sampai
dengan pemeriksaan ulang yang dilakukan oleh BPK.
3. Agar dapat mengetahui tujuan standar pelaporan.
4. Dapat memahami manfaat Informasi dari realisasi anggaran.
5. Mengetahui periode laporan dari dari penyusunan realisasi anggaran.
6. Mengetahui pos-pos yang ada dalam laporan realisasi anggaran.
1.3 Kegunaan Kerja Peraktek
Hasil kuliah kerja praktek ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
informasi bagi penulis, perusahaan yang diteliti dan masyarakat umumnya
1. Bagi Penulis
a. Laporan kerja praktek ini beguna bagi penulis untuk menambah
wawasan mengenai anggaran belanja yang terjadi di Pemprov
Jawa-Barat.
b. Mendapatkan pengalaman yang sesungguhnya dalam dunia kerja untuk
persiapan diri di masa yang akan datang.
c. Sebagai studi banding dari apa yang di dapat selama perkuliahan
dengan kuliah kerja praktek ini.
2. Bagi Instansi Perusahaan
Mempermudah beban perkejaan pada subbagian akuntansi dan bagian
akuntansi pelaporan di setda pemrov jabar.
3. Bagi Program Studi Akuntansi Unikom
Mempermudah universitas untuk memperkenalkan mahasiswanya dalam
mempraktekan ilmunya di dunia kerja yang nyata.
4. Bagi Pihak Lain
Diharapakan dapat menambah ilmu dan menjadi minformasi yang
bermanfaat.
1.4 Metode Pelaksanaan Kerja Praktek
Dalam menyusun laporan ini, penulis menggunakan metode deskriptif
yaitu metode penulisan yang menggambarkan keadaan perusahaan yang
sebenarnya berdasarkan data-data yang penulis dapatkan selama melakukan kerja
1. Penelitian Kepustakaan (library research)
Penelitian kepustakaan (library research) yaitu merupakan suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memperoleh data dari
buku-buku, diktat dan bahan-bahan lain,serta catatan-catatan pribadi yang didapat
selama mengikuti perkuliahan yang ada keterkaitannya dengan pokok
pembahasan laporan.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Riset lapangan (Field Research) yaitu merupakan penelitian yang dilakukan penulis dengan cara terjun langsung pada objek penelitian. Penelitian yang
dilakukan dengan metode pengambilan data yang tersedia dilapangan yaitu:
a. Pengamatan (Observation)
Metode pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara
langsung dan mempelajari kegiatan-kegiatan mengenai masalah yang akan
penulis bahas.
b. Wawancara (Interview)
Teknik pengumpulan data yang didapat dengan melakukan tanya jawab
dengan para pegawai atau petugas yang berhubungan dengan masalah
yang diteliti.
c. Dokumentasi
Metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mempelajari
1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek 1.5.1Lokasi Kerja Praktek
Dalam melakukan kegiatan Kerja Praktek ini penulis mengambil lokasi
kuliah kerja praktek yang dilakukan di Kantor Pemerintahan Provinsi Jawa Barat
(Gedung Sate) di bagian Akuntansi Pelaporan Jl. Diponegoro no.22 Bandung
40115,Telp (022) 4232448 – 4233347 – 423096. .Adapun aktivitas yang
dilakukan selama terjadinya kuliah kerja praktek di Kantor Pemerintahan Provinsi
Jawa Barat dan persiapan serta pelaksanaan penulis dalam melakukan kerja
praktek ini,untuk lebih jelasnya bisa dilihat di tabel.
1.5.2Waktu Kerja Praktek
Penulis melakukan kegiatan kerja praktek dimulai pada tanggal 5 Juli 2010
s/d tanggal 6 Agustus 2010. Berikut ini adalah aktivitas kerja praktek dan aktivitas
kantor di Instansi Pemerintahan Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) pada bagian
Akuntansi Pelaporan,serta tabel jadwal pelaksanaan kerja praktek yaitu :
Tabel 1.1
Aktivitas Kerja Praktek dan Aktivitas di Kantor
No Aktivitas Hari Waktu
1 Kerja Praktek Senin s/d Jum'at 07:30 s/d 16:00 wib
2 Istirahat
Senin s/d Kamis 12:00 s/d 13:00 wib
Jum'at 11:30 s/d 13:00 wib
11
BAB II
GAMBARAN UMUM PEMERINTAHAN
2.1 Sejarah Singkat Sekretariat Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat Berdasarkan undang-undang Nomor 22 tahun 1999 pasal 60 Sekertariat
Daerah merupakan salah satu unsur perangkat Daerah, yang pembentukannya
berdasarkan Undang-ndang Nomor 22 tahun 1999 pasal 68 ayat 1 dan peraturan
pemerintah nomor 84 tahun 2000 pasal 1 ayat 2 yang kemudian dibentuk
berdasarkan peraturan daerah nomor 13 tahun 2000 tentang sekertariat daerah.
Berdasarkan Permendagri No. 13 Tahun 2006 Pasal 6 ayat (1) Sekretaris
daerah merupakan koordinator pengelolaan keuangan daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf a berkaitan dengan peran dan fungsinya
dalam membantu kepala daerah menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan
penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah termasuk pengelolaan keuangan
daerah.
Tugas pokok sekretariat daerah yaitu membantu Gubernur dalam
pelaksanaan tugas pemerintah, organisasi dan tatalaksana serta memberi
pelayanan administratif kepada seluruh perangkat pemerintah.
Dalam menyelenggarakan tugas pokoknya tersebut, Sekretariat Daerah
juga berfungsi sebagai :
2. Penyelenggaraan Administrasi pemerintah dan pelaksanaan pelayanan
admnistrasi kepada seluruh perangkat pemerintah daerah.
3. Pengendalian sumber daya aparatur, keuangan, prasarana dan sarana
pemerintah daerah.
4. Pelaksana tugas lain yang diberikan oleh Gubernur dengan tugas dan
fungsinya.
Biro Keuangan merupakan salah satu unsur dari organisasi Pemerintah
Daerah Provinsi Jawa Barat yang bertugas mengelola seluruh keuangan organisasi
tersebut. Sejak tahun 1950 segala urusan keuangan daerah dipegang oleh Biro
Keuangan yang berkantor di Jl. Gereja No. 5 Bandung. Pada tahun 1967, Biro
Keuangan dipindahkan ke Gedung Kerta Mukti di Jl. Braga No. 137 Bandung,
Dengan tugas dan fungsi yang sama. Kemudian pada tahun 1968, Biro Keuangan
diganti menjadi administrator Bidang keuangan yang disesuaikan dengan struktur
organisasi Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat sebagai assist. III . dengan
diterbitkannya peraturan daerah Tk I Jawa Barat No. 1 Tahun 1993 tentang
susunan organisasi dan tata kerja Sekretariat Wilayah Daerah Tk 1 Jawa Barat dan
Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat yang baru penggunaan Biro Keuangan ini
digunakan sampai sekarang dengan tugas dan fungsi yang sama.
Biro Keuangan mempunyai tugas pokok dalam mengkoordinasikan
pengelolaan keuangan daerah yang meliputi keseluruhan kegiatan dalam rangka
proses pelaksanaan administrasi APBD, yang terdiri dari :
a. Perencanaan
c. Penatausahaan
d. Pertanggungjawaban
Selain itu, Biro Keuangan memiliki fungsi dalam mengelola keuangan
daerah sebagai berikut:
1. Mengkoordinasikan kegiatan penyusunan APBD, meliputi kegiatan
penatausahaan sampai dengan pengendalian Administrasi pengelolaan
Keuangan Daerah.
2. Mengkoordinasikan perhitungan APBD dalam rangka laporan
pertanggungjawaban Gubernur dan khususnya yang berkaitan dengan
pelaksanaan kebijakan di Bidang Keuangan Daerah.
3. Melaksanakan pengendalian/pengawasan preventif pelaksanaan APBD.
4. Menyelenggarakan pembinaan kepada aparat pengelolaan keuangan daerah
secara teknis fungsional dalam pengurusan keuangan secara khusus.
A. Visi
Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan
peluang yang ada di Jawa Barat serta mempertimbangkan budaya yang hidup
dalam masyarakat, maka Visi Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat tahun
2008-2013 yang hendak dicapai dalam tahapan kedua Pembangunan Jangka
Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat adalah “Tercapainya Masyarakat Jawa Barat
yang Mandiri, Dinamis dan Sejahtera”.
Memperhatikan visi tersebut serta perubahan paradigma dan kondisi yang
lebih berperan dalam perubahan yang terjadi di lingkup nasional, regional,
maupun global.
Penjabaran makna dari Visi Jawa Barat tersebut adalah sebagai berikut :
-Mandiri adalah sikap dan kondisi masyarakat Jawa Barat yang mampu
memenuhi kebutuhannya untuk lebih maju dengan mengandalkan
kemampuan dan kekuatan sendiri, terutama dalam bidang pendidikan,
kesehatan, ketenagakerjaan, pelayanan publik berbasis e-government, energi, infrastruktur, lingkungan dan sumber daya air.
-Dinamis adalah sikap dan kondisi masyarakat Jawa Barat yang
secara aktif mampu merespon peluang dan tantangan zaman serta
berkontribusi dalam proses pembangunan.
-Sejahtera adalah sikap dan kondisi masyarakat Jawa Barat yang
secara lahir dan batin mendapatkan rasa aman dan makmur dalam
menjalani kehidupan.
Agar visi tersebut dapat diwujudkan dan dapat mendorong efektivitas dan
efisiensi pemanfaatan sumber daya yang dimiliki, ditetapkan misi Provinsi Jawa
Barat, yang didalamnya mengandung gambaran tujuan serta sasaran yang ingin
dicapai.
B. Misi
Dalam rangka mengantisipasi kondisi dan permasalahan yang ada serta
memperhatikan tantangan ke depan dengan memperhitungkan peluang yang
Jawa Barat 2013 ditetapkan dalam 5 (lima) misi berikut ini, untuk mencapai
masyarakat Jawa Barat yang mandiri, dinamis dan sejahtera.
o Misi Pertama, “Mewujudkan Sumber Daya Manusia Jawa Barat yang
Produktif dan Berdaya Saing”.
Tujuan :
1. Mendorong masyarakat ke arah peningkatan kualitas pendidikan,
kesehatan, dan kompetensi kerja;
2. Menjadikan masyarakat Jawa Barat yang sehat, berbudi pekerti luhur
serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sasaran :
1. Tuntasnya program pemberantasan buta aksara;
2. Meningkatnya akses dan mutu pendidikan terutama untuk penuntasan
wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun dan pencanangan wajib belajar
12 tahun bagi anak usia sekolah;
3. Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terutama untuk
kesehatan ibu dan anak;
4. Meningkatnya pelayanan sosial dan penanggulangan korban bencana;
5. Meningkatnya kesetaraan gender;
6. Meningkatnya kualitas dan perlindungan terhadap tenaga kerja;
7. Meningkatnya peran pemuda dan prestasi olahraga dalam pembangunan
kualitas hidup dan kehidupan masyarakat;
9. Revitalisasi nilai-nilai budaya dan kearifan lokal.
o Misi Kedua, “Meningkatkan Pembangunan Ekonomi Regional
Berbasis Potensi Lokal”.
Tujuan :
Meningkatkan daya beli dan ketahanan pangan masyarakat melalui
pengembangan aktivitas ekonomi berbasis potensi lokal.
Sasaran :
1. Meningkatnya aktivitas ekonomi regional berbasis potensi lokal;
2. Meningkatnya kesempatan dan penyediaan lapangan kerja;
3. Meningkatnya peran kelembagaan dan permodalan KUMKM dalam
pengembangan ekonomi lokal yang berdaya saing;
4. Meningkatnya investasi yang mendorong penciptaan lapangan kerja;
5. Terpenuhinya kebutuhan pangan masyarakat.
o Misi Ketiga, “Meningkatkan Ketersediaan dan Kualitas Infrastruktur
Wilayah”.
Tujuan :
Menyediakan infrastruktur wilayah yang mampu mendukung aktivitas
ekonomi, sosial dan budaya.
1. Tersedianya infrastruktur transportasi yang handal dan terintegrasi untuk
mendukung pergerakan perhubungan orang, barang dan jasa;
2. Tersedianya infrastruktur sumber daya air dan irigasi yang handal untuk
mendukung upaya konservasi dan pendayagunaan sumber daya air, serta
pengendalian daya rusak air;
3. Meningkatnya cakupan pelayanan dan kualitas infrastruktur energi dan
ketenagalistrikan di Jawa Barat;
4. Meningkatnya akses masyarakat terhadap sarana dan prasarana dasar
pemukiman (mencakup persampahan, air bersih, air limbah);
5. Terwujudnya keamanan dan keserasian dalam pembangunan
infrastruktur.
o Misi Keempat, “Meningkatkan Daya Dukung dan Daya Tampung
Lingkungan Untuk Pembangunan yang Berkelanjutan”.
Tujuan :
Mewujudkan keseimbangan lingkungan dan keberlanjutan pembangunan.
Sasaran :
1. Terkendalinya pertumbuhan, pertambahan jumlah serta persebaran
penduduk;
2. Berkurangnya tingkat pencemaran, kerusakan lingkungan, dan resiko
bencana;
3. Meningkatnya fungsi kawasan lindung Jawa Barat;
5. Meningkatnya ketersediaan dan pemanfaatan energi alternatif yang
ramah lingkungan serta energi terbaharukan diantaranya panas bumi,
angin, dan surya.
o Misi Kelima, “Meningkatkan Efektifitas Pemerintahan Daerah dan
Kualitas Demokrasi”.
Tujuan :
1. Mengembangkan birokrasi yang semakin profesional dan akuntabel;
2. Mewujudkan kehidupan demokrasi dan terpeliharanya semangat
kebangsaan.
Sasaran :
1. Meningkatnya kinerja dan disiplin aparatur yang berbasis kompetensi;
2. Terwujudnya kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintah daerah serta
pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel dan berbasis teknologi
informasi;
3. Meningkatnya pelayanan publik yang dapat diakses dengan mudah dan
cepat oleh seluruh lapisan masyarakat;
4. Meningkatnya kinerja pemerintahan desa dan pembangunan perdesaan;
5. Meningkatnya pembangunan dan pembinaan hukum di daerah;
6. Meningkatnya peran pemerintah dan masyarakat dalam pemeliharaan
ketertiban umum dan ketentraman masyarakat;
7. Meningkatnya kerjasama daerah dalam pembangunan;
9. Menguatnya peran masyarakat madani dalam kehidupan politik;
10.Tumbuhnya pembangunan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
2.2 Struktur Organisasi Sekretariat Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat
Struktur Organisasi merupakan susunan wewenang kerangka kerja yang
mewujudkan pola kerja tetap serta mengatur hubungan-hubungan di antara
bidang-bidang kerja, maupun orang-orang yang mewujudkan kedudukan dan
peranan masing-masing jabatan dalam mewujudkan kerjasama, struktur organisasi
juga membuka adanya kesatuan arah dan langkah dalam melaksanakan kegiatan,
serta adanya kejelasan pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab dari
orang-orang yang melaksanakan tugas tersebut.
Struktur organisasi di Biro Keuangan yang baru sesuai dengan Peraturan
Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 20 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Sekretariat Daerah Dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi Jawa Barat sebagai berikut :
1. Biro Keuangan Dipimpin oleh seorang kepala biro, dimana Biro Keuangan ini
membawahi :
a) Bagian Anggaran, membawahkan:
1) Sub Bagian Anggaran Program;
2) Sub Bagian Anggaran Non Program;
b) Bagian Perbendaharaan, membawahkan:
1) Sub Bagian Perbendaharaan Belanja Program;
2) Sub Bagian Perbendaharaan Belanja Non Program;
3) Sub Bagian Belanja Pegawai;
c) Bagian Akuntansi dan Pelaporan, membawahkan:
1) Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan;
2) Sub Bagian Akuntansi dan Inventarisasi Aset;
3) Sub Bagian Evaluasi dan Pembinaan;
d) Bagian Kas Daerah, membawahkan:
1) Sub Bagian Pengelolaan Kas;
2) Sub Bagian Penerimaan;
3) Sub Bagian Pengeluaran;
e) Bagian Administrasi Keuangan Sekretariat Daerah, membawahkan:
1) Sub Bagian Penganggaran;
2) Sub Bagian Penatausahaan;
3) Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan;
Bagan struktur organisasi Biro Keuangan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa
Barat dapat dilihat pada Lampiran.
2.3 Deskripsi Jabatan Sekretariat Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat
Berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 29 tahun 2009 pada
1) Biro Keuangan mempunyai tugas pokok menyelenggarakan perumusan bahan
kebijakan umum dan koordinasi, fasilitasi, pelaporan serta evaluasi anggaran,
perbendaharaan, akuntansi dan pelaporan, Kas Daerah dan administrasi
keuangan Sekretariat Daerah.
2) Dalam menyelenggarakan tugas tersebut, Biro Keuangan mempunyai fungsi:
a. Penyelenggaraan perumusan kebijakan umum anggaran, perbendaharaan,
akuntansi dan pelaporan, Kas Daerah dan administrasi keuangan
Sekretariat Daerah
b. Penyelenggaraan koordinasi dan fasilitasi anggaran, perbendaharaan,
akuntansi dan pelaporan, Kas Daerah dan administrasi keuangan
Sekretariat Daerah
c. Penyelenggaraan pelaporan dan evaluasi anggaran, perbendaharaan,
akuntansi dan pelaporan, Kas Daerah dan administrasi keuangan
Sekretariat Daerah.
3) Rincian tugas Biro Keuangan:
a. Menyelenggarakan perumusan dan penetapan program kerja Biro
Keuangan
b. Menyelenggarakan perumusan bahan kebijakan umum dan koordinasi
serta fasilitasi anggaran, perbendaharaan, akuntansi dan pelaporan, Kas
Daerah dan administrasi keuangan Sekretariat Daerah
c. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi anggaran
d. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi perbendaharaan
f. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi Kas Daerah
g. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi administrasi keuangan
Sekretariat Daerah
h. Menyelenggarakan pengelolaan keuangan daerah
i. Menyelenggarakan fasilitasi pelaksanaan APBD
j. Menyelenggarakan pengendalian anggaran, perbendaharaan, akuntansi dan
pelaporan, Kas Daerah dan administrasi keuangan Sekretariat Daerah
k. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan
kebijakan
l. Menyelenggarakan koordinasi dengan Badan Koordinasi Pemerintahan
dan Pembangunan Wilayah, dalam pelaksanaan kegiatan di
Kabupaten/Kota
m.Menyelenggarakan ketatausahaan Biro Keuangan
n. Menyelenggarakan perumusan bahan Rencana Strategis, Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban (LKPJ), dan Laporan Penyelenggaraan Pemerintah
Daerah (LPPD) Biro Keuangan
o. Menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Biro Keuangan
p. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait
q. Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya
4) Biro Keuangan membawahkan:
a. Bagian Anggaran
c. Bagian Akuntansi dan Pelaporan
d. Bagian Kas Daerah
e. Bagian Administrasi Keuangan Sekretariat Daerah
Bagian Akuntansi dan Pelaporan mempunyai tugas pokok
menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan umum dan koordinasi, fasilitasi,
pelaporan serta evaluasi akuntansi dan pelaporan, akuntansi dan inventarisasi aset,
evaluasi dan pembinaan.
Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana tersebut, Bagian
Akuntansi dan Pelaporan mempunyai fungsi:
a. Penyelenggaraan pengkajian bahan kebijakan umum akuntansi dan pelaporan,
akuntansi dan inventarisasi aset, evaluasi dan pembinaan
b. Penyelenggaraan koordinasi dan fasilitasi akuntansi dan pelaporan, akuntansi
dan inventarisasi aset, evaluasi dan pembinaan
c. Penyelenggaraan pelaporan dan evaluasi akuntansi dan pelaporan, akuntansi
dan inventarisasi aset, evaluasi dan pembinaan
Bagian Akuntansi dan Pelaporan membawahkan :
a. Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan
b. Sub Bagian Akuntansi dan Inventarisasi Aset
c. Sub Bagian Evaluasi dan Pembinaan
Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan mempunyai tugas pokok
melaksanakan penyusunan bahan kebijakan umum dan koordinasi, fasilitasi
Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Sub Bagian Akuntansi dan
Pelaporan mempunyai fungsi:
a. Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan umum akuntansi dan pelaporan
b. Pelaksanaan koordinasi dan fasilitasi akuntansi dan pelaporan
c. Pelaksanaan pelaporan dan evaluasi akuntansi
Sub Bagian Akuntansi dan Inventarisasi Aset mempunyai tugas pokok
melaksanakan penyusunan bahan kebijakan umum dan koordinasi, fasilitasi,
pelaporan serta evaluasi akuntansi dan hasil inventarisasi aset serta sistem
informasi keuangan.
Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Sub Bagian Akuntansi dan
Inventarisasi Aset mempunyai fungsi:
a. Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan umum akuntansi dan hasil
inventarisasi aset serta sistem informasi keuangan
b. Pelaksanaan koordinasi dan fasilitasi akuntansi dan hasil inventarisasi aset
serta sistem informasi keuangan
c. Pelaksanaan pelaporan dan evaluasi akuntansi dan hasil inventarisasi aset serta
sistem informasi keuangan
Sub Bagian Evaluasi dan Pembinaan mempunyai tugas pokok
melaksanakan penyusunan bahan kebijakan umum dan koordinasi, fasilitasi,
pelaporan serta evaluasi dan pembinaan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD OPD dan Kabupaten/Kota.
Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Sub Bagian Evaluasi dan
a. Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan umum evaluasi dan pembinaan
laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD OPD dan Kabupaten/Kota
b. Pelaksanaan koordinasi, fasilitasi dan pembinaan laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD OPD dan Kabupaten/Kota
c. Pelaksanaan pelaporan dan evaluasi dan pembinaan laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD OPD dan Kabupaten/Kota
2.4 Aktivitas Utama Bagian Akuntansi dan Pelaporan
Bagian Akuntansi dan Pelaporan merupakan salah satu bagian dari Biro
Keuangan yang memiliki peran penting pada aktivitas pengelolaan keuangan
Sekretariat Daerah provinsi Jawa Barat. Berikut ini merupakan aktivitas yang
dilakukan oleh bagian Akuntansi dan Pelaporan:
a. Menyelenggarakan pengkajian program kerja Bagian Akuntansi dan Pelaporan
b. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebujakan umum akuntansi keuangan
Daerah
c. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan umum peleporan keuangan
Daerah
d. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi akuntansi dan pelaporan
e. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi akuntansi dan inventarisasi
f. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi evaluasi dan pembinaan
g. Menyelenggarakan pengkajian bahan laporan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD
i. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan evaluasi laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Kabupaten/Kota
j. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan umum pembinaan pengelolaan
keuangan daerah akuntansi dan pelaporan
k. Menyelenggarakan fasilitasi penyusunan laporan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD
l. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan
keputusan
m.Menyelenggarakan koordinasi dengan Badan Koordinasi Pemerintahan dan
Pembangunan Wilayah, dalam pelaksanaan kegiatan di Kabupaten/Kota
n. Menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Bagian Akuntansi dan
Pelaporan
o. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait
p. Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
Bagian Akuntansi dan Pelaporan membawahkan :
1. Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan
Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan melakukan berbagai aktivitas di
antaranya:
a. Menyusun program kerja Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan
b. Menyusun bahan sistem akuntansi dan kebijakan akuntansi meliputi
pendapatan, belanja, dan pembiayaan kebijakan akuntansi harus dibuat
Provinsi Jawa Barat untuk tujuan umum dalam rangka meningkatkan
keterbandingan laporan keuangan terhadap anggaran dan antarperiode.
Kebijakan akuntansi diterapkan dalam penyusunan dan penyajian Laporan
Keuangan Pemerintah Jawa Barat, termasuk Catatan atas Laporan
Keuangan.
c. Melaksanakan penyusunan bahan akuntansi dan pelaporan
d. Menyusun laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD secara berkala
Dalam hal ini, laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD adalah
berupa laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang salah satu
bagian dari laporan keuangan tersebut adalah Catatan atas Laporan
Keuangan. Laporan pertanggungjawaban APBD tersebut harus dilakukan
secara berkala baik per semester maupun per tahun.
e. Menyusun bahan koordinasi dan konsolidasi atas laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD
Dalam hal ini staf yang bertugas menyusun Catatan atas Laporan
Keuangan melakukan konsolidasi dengan tiap SKPD tingkat provinsi
untuk dijadikan sebagai Catatan atas Laporan Keuangan pemda. Selain
melakukan konsolidasi, Sub Bagian ini pun melakukan koordinasi dengan
tiap SKPD tersebut untuk mengurangi kesalahpamahan dalam menyusun
CaLK pemda sehingga dapat menghasilkan kualitas laporan keuangan
yang akuntabel.
g. Menyusun bahan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan
kebijakan
h. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Sub Bagian Akuntansi dan
Pelaporan
i. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait
Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan melaksanakan koordinasi dengan
tiap SKPD tingkat Provinsi Jawa Barat agar pada saat menyusun Catatan
atas Laporan Keuangan tidak ada kesalahpahaman antara SKPD dengan
Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat. Koordinasi ini dilakukan oleh staf
Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan dengan staf tiap SKPD yang
bertugas membuat Catatan atas Laporan Keuangan. Koordinasi biasanya
dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
j. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya
2. Sub Bagian Akuntansi dan Inventarisasi Aset
Sub Bagian Akuntansi dan Inventarisasi Aset melakukan berbagai aktivitas di
antaranya:
a. Menyusun program kerja Sub Bagian Akuntansi dan Inventarisasi Aset
b. Menyusun bahan kebijakan umum akuntansi dan hasil inventarisasi aset
c. Menyusun dan perumusan akuntansi aset
d. Melaksanakan koordinasi dan konsolidasi akuntansi aset
e. Menyusun dan merumuskan penyajian informasi keuangan daerah
f. Menyusun bahan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan
g. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi akuntansi dan hasil inventarisasi
aset serta sistem informasi keuangan
h. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait
i. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya
3. Sub Bagian Evaluasi dan Pembinaan
Sub Bagian Evaluasi dan Pembinaan melakukan berbagai aktivitas di
antaranya:
a. Menyusun program kerja Sub Bagian Evaluasi dan Pembinaan
b. Menyusun bahan kebijakan umum evaluasi dan pembinaan laporan
keuangan Daerah OPD dan Kabupaten/Kota
c. Menelaah bahan Rancangan Peraturan Daerah tentang laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Kabupaten/Kota
d. Melaksanakan pembinaan APBD bidang pelaporan keuangan daerah
e. Menyusun bahan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan
kebijakan
f. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Sub bagian Evaluasi dan
Pembinaan
g. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait
30 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek
Pelaksanaan Kerja Praktek bertujuan untuk memberikan pengenalan
kepada penulis mengenai kinerja dan aktivitas-aktivitas yang terjadi di dalam
perusahaan sebagai bahan perbandingan antara teori yang diperoleh di perkuliahan
dengan aplikasi di lapangan.
Penulis melaksanakan Kerja Praktek di Sekretariat Daerah Pemerintah
Provinsi Jawa-Barat Bandung Jl. Diponegoro no.22 Bandung.Dalam bidang
pelaksanaan Kerja Praktek ini penulis di tempatkan pada pada bagian akuntansi
dan pelaporan biro keuangan dan diberikan pengarahan serta bimbingan mengenai
kegiatan dan pelaporan keuangan yang ada di biro keuangan.
Dalam melaksanakan kegiatan tersebut, penulis dituntut kedisiplinan,
ketekunan, dan ketelitian agar tidak terjadi kesalahan yang berakibat fatal karena
laporan keuangan pada biro keuangan selain merupakan bagian dari sistem
pelaporan keuangan per masing-masing daerah yang ada di Jawa-Barat dalam
mengambil kebijakan Raperda, juga merupakan bagian dari laporan
3.2 Teknik Pelaksanaan Kerja Praktek
Teknik kerja praktek ini dilaksanakan dalam satu periode selama satu bulan
yaitu 25 hari kerja berlangsung mulai dari tanggal 5 Juli 2010 sampai dengan 6
Agustus 2010.Selam satu bulan itu, penulis mengamati, mempelajari, dan
melaksanakan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan akuntansi yaitu
mengenai pencatatan transaksi keuangan yang ada di Sekretariat Daerah
Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Dalam proses ini penyyusunan realisasi anggaran, Tim Anggaran
Pemerintah Daerah (TAPD) yang dipimpin oleh Sekretaris Daerah menggunakan
sistem review and ranking dengan menggunakan metodologi framework.
3.3 Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek 3.3.1 Anggaran
Pengertian Anggaran Secara Umum
Anggaran merupakan suatu alat untuk perencanaan dan pengawasan
operasi keuntungan dalam suatu organisasi laba dimana tingkat formalitas
suatu budget tergantung besar kecilnya organisasi. Untuk melaksanakan tugas
di atas, tentu saja diperlukan rencana yang matang. Dengan demikian dari
gambaran tersebut dapat terasa pentingnya suatu perencanaan dan pengawasan
yang baik hanya dapat diperoleh manajemen dengan mempelajari,
kemungkinan-kemungkinan, alternatif-alternatif dan konsekwensi yang ada sehingga dapat
didefinisikan sebagai berikut:
Menurut Freeman (2003), pengertian anggaran yaitu:
“anggaran adalah sebuah proses yang dilakukan oleh organisasi
sektor publik untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya ke dalam kebutuhan- kebutuhan yang tidak terbatas (the process of allocating resources to unlimited demands).”
Menurut Munandar, (1985 : hal 1), pengertian anggaran yaitu:
“Budget (anggaran) ialah suatu rencana yang disusun secara
sistematis yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan. Yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang.”
Menurut Y. Supriyanto, (1985:227), pengertian anggaran yaitu:
“Budgeting menunjukkan suatu proses, sejak dari tahap persiapan
Berdasarkan pengertian anggaran sebagaimana di atas, maka melalui
anggaran suatu organisasi tidak hanya dapat diketahui besarnya rencana
penerimaan dan pengeluaran organisasi untuk suatu periode dimasa depan, akan
tetapi juga dapat diketahui mengenai penerimaan dan pengeluaran organisasi yang
sungguh- sungguh terjadi di masa yang lalu. Sehingga, secara lebih terinci dapat
pula dinyatakan bahwa :
a. Anggaran merupakan proses alokasi sumber daya yang penting,
mengingat sifat pemerintahan yang berusaha mengalokasikan sumber
daya yang terbatas untuk memenuhi tuntutan-tuntutan yang tidak
terbatas.
b. Di samping mengungkapkan kebijaksanaan organisasi untuk suatu
periode di masa depan, dari anggaran organisasi dapat diketahui pula
realisasi pelaksanaan kebijaksanaan organisasi di masa yang lalu.
c. Melalui anggaran organisasi dapat diketahui tercapai atau tidaknya
kebijaksanaan yang ditetapkan organisasi di masa yang lalu, serta
maju atau mundurnya kebijaksanaan yang hendak dicapai organisasi
di masa yang akan datang.
3.3.2 Proses Penyusunan Laporan Realisasi Anggaran Sekretariat Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat
Berdasarkan Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 55 Tahun 2008
Bendahara Serta Penyampainya yang dilakukan oleh bendahara penerimaan
SKPD penyusunan laporan realisasi anggaran adalah sebagai berikut:
1. PENATAUSAHAAN PENERIMAAN PENDAPATAN
Bendahara penerimaan SKPD menerima pembayaran sejumlah uang yang
tertera pada Surat Ketetapan Pajak (SKP) daerah dan/atau Surat Ketetapan
Retribusi (SKR) dan/atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SKP/sKR dari
wajib pajak dan/atau wajib retribusi dan/atau pihak ketiga yang berada dalam
pengurusannya. Bendahara penerimaan SKPD mempunyai kewajiban untuk
melakukan pemeriksaaan kesesuaian antara jumlah uang dengan jumlah yang
telah ditetapkan. Bendahara penerimaan SKPD kemudian membuat Surat Tanda
Bukti Pembayaran/bukti lain yang sah untuk diberikan kepada wajib pajak/wajib
retribusi. Setiap penerimaan yang diterima oleh bendahara penerimaan SKPD
harus disetor ke rekening kas umum daerah paling lambat 1 (satu) hari kerja
berikutnya dengan menggunakan formulir Surat Tanda Setoran (STS). Format
dokumen Surat Ketetapan Pajak (SKP) daerah, Surat Ketetapan Retribusi (SKR)
dan Surat Tanda Setoran (STS) dibuat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku
2. PEMBUKUAN PENERIMAAN PENDAPATAN
Pembukuan pendapatan oleh bendahara penerimaan menggunakan Buku Penerimaan dan Penyetoran Bendahara Penerimaan.
Dalam melakukan pembukuan tersebut, bendahara penerimaan
Proses pencatatan yang dilakukan dimulai dari saat bendahara penerimaan
menerima pembayaran tunai dari wajib pajak atau wajib retribusi. Apabila
pembayaran menggunakan cek/giro, maka pencatatan dilakukan ketika cek
tersebut diuangkan bukan pada saat cek tersebut diterima. Selanjutnya pencatatan
dilakukan pada saat bendahara penerimaan menyetorkan pendapatan yang
diterimanya ke rekening kas umum daerah. Pencatatan dilakukan pada Buku Penerimaan dan Penyetoran Bendahara Penerimaan pada saat penerimaan dan pada saat penyetoran. Langkah-langkah pembukuan pada saat penerimaan
tunai adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan Bukti Penerimaan/Bukti Lain Yang Sah, bendahara
penerimaan mengisi Buku Penerimaan dan Penyetoran pada bagian
penerimaan kolom tanggal dan kolom nomor bukti. Setelah itu
bendahara penerimaan mengisi kolom cara pembayaran dengan
pembayaran tunai.
2. Kemudian bendahara penerimaan mengidentifikasi jenis dan kode
rekening pendapatan. Lalu bendahara penerimaan mengisi kolom kode
rekening.
3. Bendahara penerimaan mencatat nilai transaksi pada kolom jumlah.
b. Pembukuan atas Pendapatan Melalui Rekening Bank Bendahara Penerimaan
Wajib pajak/wajib retribusi dapat melakukan pembayaran melalui
rekening bendahara penerimaan. Dalam kondisi tersebut, pencatatan dilakukan
penerimaan pendapatan pada rekening bendahara penerimaan hingga penyetoran
nya. Pencatatan dilakukan pada Buku Penerimaan dan Penyetoran Bendahara Penerimaan pada saat penerimaan dan pada saat penyetoran. Langkah-langkah dalam membukukan penerimaan yang diterima di rekening bank bendahara
penerimaan adalah sebagai berikut:
1. Bendahara penerimaan menerima pemberitahuan dari bank
(pemberitahuan tergantung dari mekanisme yang digunakan) mengenai
adanya penerimaan di rekening bendahara penerimaan.
2. Berdasarkan info tersebut dan info pembayaran dari wajib pajak/retribusi
(bisa berupa slip setoran atau bukti lain yang sah), bendahara penerimaan
melakukan verifikasi dan rekonsiliasi atas penerimaan tersebut.
3. Setelah melakukan verifikasi dan mengetahui asal penerimaan, bendahara
penerimaan mencatat penerimaan di Buku Penerimaan dan Penyetoran
pada bagian penerimaan kolom no. Bukti, kolom tanggal dan kolom cara
pembayaran. Pada kolom cara pembayaran diisi dengan pembayaran
melalui rekening bendahara penerimaan.
4. Kemudian bendahara penerimaan mengisi kolom kode rekening sesuai
dengan jenis pendapatan yang diterima. Setelah itu bendahara mengisi
kolom jumlah sesuai dengan jumlah penerimaan yang didapat.
Langkah-langkah dalam membukukan penyetoran ke rekening kas umum
daerah atas penerimaan pendapatan melalui rekening bank bendahara penerimaan
1. Bendahara penerimaan membuat STS dan melakukan penyetoran
pendapatan yang diterimanya dengan cara transfer melalui rekening bank
bendahara penerimaan ke rekening kas umum daerah.
2. Bendahara penerimaan mencatat penyetoran ke kas umum daerah pada
buku penerimaan dan penyetoran bendahara penerimaan pada bagian
penyetoran pada kolom Tanggal, No. STS dan Jumlah Penyetoran.Selain
pembukuan pada Buku Penerimaan dan Penyetoran Bendahara
Penerimaan, bendahara penerimaan mengisi register STS. Berikut adalah
bagan alir yang menggambarkan proses Pembukuan Penerimaan dan
Penyetoran atas Penerimaan melalui rekening bendahara penerimaan.
c. Pembukuan atas Pendapatan Melalui Rekening Kas Umum Daerah
Wajib pajak/wajib retribusi dapat melakukan pembayaran secara langsung
melalui rekening kas umum daerah. Pencatatan dilakukan saat bendahara
penerimaan menerima informasi BUD mengenai adanya penerimaan pendapatan
pada rekening kas umum daerah. Pencatatan dilakukan pada Buku Penerimaan
dan Penyetoran Bendahara Penerimaan. Langkah-langkah dalam membukukan
penerimaan yang diterima langsung di rekening bank Kas Umum Daerah adalah
sebagai berikut:
1. Bendahara penerimaan menerima slip setoran/bukti lain yang sah dari
wajib pajak/retribusi atas pembayaran yang mereka lakukan ke kas
2. Berdasarkan slip setoran/bukti lainnya, bendahara penerimaan mencatat
penerimaan pada Buku Penerimaan dan Penyetoran pada bagian
penerimaan.
3. Lalu berdasarkan slip setoran/bukti lainnya, bendahara penerimaan juga
mencatat penyetoran pada Buku Penerimaan dan Penyetoran pada
bagian penyetoran.
3. PERTANGGUNGJAWABAN DAN PENYAMPAIANNYA A. Pertanggungjawaban Administratif
Bendahara penerimaan SKPD wajib mempertanggung-jawabkan
pengelolaan uang yang menjadi tanggungjawabnya secara administratif kepada
Pengguna Anggaran melalui PPK SKPD paling lambat pada tanggal 10 bulan
berikutnya. Laporan pertanggungjawaban (LPJ) bendahara penerimaan
merupakan penggabungan dengan LPJ bendahara penerimaan pembantu dan
memuat informasi tentang rekapitulasi penerimaan, penyetoran dan saldo kas
yang ada di bendahara. LPJ tersebut dilampiri dengan:
a. Buku Penerimaan dan Penyetoran yang telah ditutup pada akhir bulan
berkenaan
b. Register STS
c. Bukti penerimaan yang sah dan lengkap
d. Pertanggungjawaban bendahara penerimaan pembantu
Langkah-langkah penyusunan dan penyampaian pertanggungjawaban
1. Bendahara penerimaan menerima pertanggungjawaban yang dibuat oleh
bendahara penerimaan pembantu paling lambat tanggal 5 bulan
berikutnya.
2. Bendahara penerimaan melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis
kebenaran pertanggungjawaban yang disampaikan oleh bendahara
penerimaan pembantu.
3. Bendahara penerimaan menggunakan data pertanggung-jawaban
bendahara penerimaan pembantu yang telah diverifikasi dalam proses
pembuatan laporan pertanggungjawaban bendahara penerimaan yang
merupakan gabungan dengan laporan pertanggung-jawaban bendahara
pembantu.
4. Bendahara penerimaan memberikan Laporan Pertanggungjawaban
kepada PA/KPA melalui PPK SKPD.
5. Atas Pertanggungjawaban yang disampaikan oleh bendahara penerimaan,
maka PPK SKPD akan melakukan verifikasi kebenaran terhadap Laporan
Pertanggungjawaban tersebut.
6. Apabila disetujui, maka Pengguna Anggaran akan menandatangani
Laporan Pertanggungjawaban (administratif) sebagai bentuk pengesahan. Pertanggungjawaban administratif pada bulan terakhir tahun anggaran
disampaikan paling lambat hari kerja terakhir bulan tersebut.
B. Pertanggungjawaban Fungsional
Bendahara penerimaan SKPD juga menyampaikan pertanggung-jawaban
menggunakan format LPJ yang sama dengan pertanggungjawaban administratif.
LPJ fungsional ini dilampiri dengan:
a. Buku Penerimaan dan Penyetoran yang telah ditutup pada akhir bulan
berkenaan
b. Register STS
c. Pertanggungjawaban bendahara penerimaan pembantu
Langkah-langkah penyusunan dan penyampaian pertanggung-jawaban
bendahara penerimaan SKPD adalah sebagai berikut:
1. Bendahara penerimaan menerima pertanggung-jawaban yang dibuat oleh
bendahara penerimaan pembantu paling lambat tanggal 5 bulan
berikutnya.
2. Bendahara penerimaan melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis
kebenaran pertanggungjawaban yang disampaikan oleh bendahara
penerimaan pembantu.
3. Bendahara penerimaan menggunakan data pertanggung-jawaban
bendahara penerimaan pembantu yang telah diverifikasi dalam proses
pembuatan laporan pertanggung-jawaban bendahara penerimaan yang
merupakan gabungan dengan laporan pertanggungjawaban bendahara
pembantu.
4. Bendahara dapat menyempurnakan laporannya apabila terdapat masukan
dari PPK SKPD ketika melakukan verifikasi atas pertanggungjawaban
5. Bendahara penerimaan menyerahkan 1 (satu) lembar laporan
pertanggungjawaban kepada PPKD sebagai bentuk pertanggungjawaban
fungsional paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
6. PPKD kemudian melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis dalam
rangka rekonsiliasi pendapatan.
Pertanggungjawaban fungsional pada bulan terakhir tahun anggaran
disampaikan paling lambat hari kerja terakhir bulan tersebut.
Tahapan Penyusunan APBD
1. Penyusunan Kebijakan Umum APBD
Proses penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari proses perncanaan.Seperti diketahui, setiap SKPD
mengembangkan Renstra dengan mengambil program yang tercantum dalam
RPJMD yang sesuai dengan bidangnya, pada kurun waktu anggaran yang sama
pula dengan yang tercantum pada RPJMD.Renstra tersebut kemudian
dikembangkan menjadi Renja SKPD per tahun.Dokumen Renja tiap SKPD ini
akan dikompilasikan oleh Pemda menjadi RKPD.
KUA disusun berdasarkan RKPD dan pedoman Penyusunan APBD yang
ditetapkan Mendagri melaui SE Mendagri.Proses penyusunannya diawali dengan
pembuatan rancangan awal KUA oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD)
yang dipimpin oleh Sekretaris Daerah.Rancangan awal KUA tersebut terdiri dari
dua komponen utama, yaitu :
a. Target pencapaian kinerja terukur dari program-program yang akan
b. Proses pendapatan daerah, alokasi belanja daerah, serta sumber dan
penggunaan pembiayaan yang disertai dengan asumsi yang
mendasarinya.Program-program tersebut harus diselesaikan dengan
prioritas pembangunan yang ditetapkan pemerintah.
2. Penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara
PPAS merupakan dokumen yang berisi seluruh program kerja yang akan
dijalankan tiap urusan pada tahun anggaran, di mana program kerja tersebut diberi
prioritas sesuai dengan visi, misi, dan strategi Pemda. Sama seperti KUA, proses
penyusunan PPAS diawali dengan pembuatan rancangan awal PPAS oleh TAPD.
Rancangan awal PPAS ini disusun berdasarkan Nota Kesepakatan KUA, dengan
tahapan sebagai berikut:
a. Menentukan skala prioritas untuk urusan wajib dan urusan pilihan.
b. Menentukan urutan program untuk masing-masing urusan.
c. Menentukan plafon anggaran untuk tiap program.
TAPD harus menentukan skala prioritas urusan yang disesuaikan dengan
visi dan misi pemda.Dalam menentukan skala prioritas ini, TAPD dapat
menggunakan teknik-teknik review dan ranking yang ada, baik yang berbasisi
statistic maupun tidak, seperti penggunaan table input-output atau penggunaan
metodologi logical framework.
3. Penyiapan Surat Edaran Kepala Daerah tetntang Pedoman Penyusunan RKA SKPD
Surat Edaran Kepala Daerah tentang pedoman penyusuna RKA SKPD
RKA.Setidaknya ada tiga dokumen dalam lampiran SE KDH yang dibutuhkan
SKPD dalam penyusuna RKA-nya, yaitu :
a. Dokumen KUA, yang memberikan rincian program dan kegiatan per
SKPD.
b. Standar Satuan Harga, yang menjadi referensi dalam penetuan rincian
anggaran di RKA.
c. Kode rekening untuk tahun anggaran bersangkutan.
Selain KUA dan PPA, data tentang Analisis Standar Belanja, dokumen
Standar Pelayanan Minimal, serta Standar Satuan Harga dibutuhkan dalam
pembuatan rancangan awal SE KDH ini.Data analisis Standar Belanja adalah
penilaian kewajaran atas beban kerja dan biaya yang digunakan untuk
melaksanakan suatu kegiatan, sedangkan Standar Satuan Harga merupakan harga
satuan setiap unit barang/jasa yang berlaku di suatu daerah yang ditetapkan
dengan keputusan KDH.
4. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran SKPD
RKA SKPD adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi
rencana pendapatan, rencana belanja program kegiatan SKPD, serta rencana
pembiayaan sebagai dasar penyusunan APBD.RKA SKPD disusun dengan
berpedoman pada Surat Edaran Kepala Daerah tentang Pedoman Penyusunan
RKA SKPD.
SKPD menyusun RKA SKPD mengunakan pendekatan MTEF daerah,
penganggaran terpadu, dan penganggaran berdasarkan prestasi kerja.Dokumen
Tidak Langsung, Rincian Anggaran Belanja Langsung, Rekapitulasi Anggaran
Belanja Langsung, Rincian Penerimaan Pembiayaan Daerah, dan Rincian
Pengeluaran Pembiayaan Daerah.
5. Penyiapan Rancangan Peraturan Daerah APBD
Dokumen sumber yang utama dalam penyiapan Raperda APBD adalah
RKA SKPD.Oleh karenanya harus dipastikan bahwa setiap RKA SKPD telah
disusun sesuai dengan pedoman dan ketentuan yang berlaku.Untuk menjamin hal
ini, setelah TAPD mengumpulkan RKA SKPD dengan KUA, Priotitas dan Plafon
Anggaran, prakiraan maju yang telah disetujui tahun anggaransebelumnya,
dokumen perencanaan lainnya yang relevan, target atau capaian kinerja, indikator
kinerja, kelompok sasaran kegiatan, standar analisis belanja, standar satuan harga,
standar pelayanan minimal, serta dokumen sinkronasi program dan kegiatan antar
SKPD.
Proses selanjutnya adalah pengompilasian seluruh RKA yang telah
dievaluasi TAPD menjadi dokumen kompilasi RKA.Proses ini dilakukan oleh
PPKD.Berdasarkan dokumen kompilasi tersebut, PPKD kemudian membuat
lampiran-lampiran Raperda APBD yang terdiri atas :
a. Ringkasan APBD
b. Ringkasan APBD (menurut urusan pemerintahan dan organisasi)
c. Rincian APBD (menurut urusan pemerintahan, organisasi,
pendapatan, belanja, dan pembiayaan)
d. Rekap belanja (menurut urusan pemerintahan, organisasi, program
6. Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah APBD
Kepala Daerah menyampaikan Raperda tentang APBD yang telah
disetujui bersama DPRD dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang
Penjabaran APBD kepada Gubernur untuk dievaluasi.Penyampaian tersebut
dilakukan paling lambat tiga hari kerja setelah Raper KDH disusun dan disertai
dengan:
a. Persetujuan bersama Pemda-DPRD terhadap Raperda APBD.
b. KUA dan PPA yang disepakati Kepala Daerah dan pimpinan DPRD.
c. Risalah sidang jalannya pembahasan Raperda APBD.
d. Nota Keuangan dan pidato Kepala Daerah perihal penyampaian
pengantar nota keuangan pada siding DPRD.
Proses evaluasi ini dilakukan maksimal selama 15 hari kerja sejak
penyerahan dilakukan.Jika kedua rancangan peraturan tersebut dinyatakan tidak
lolos evaluasi, maka Pemda bersama DPRD harus melakukan penyempurnaan.
Raperda tentang APBD dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang
Penjabaran APBD yang telah lolos dalam proses evaluasi segera ditetapkan oleh
Kepala Daerah menjadi Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah.Penetapan
tersebut dilakukan selambat-lambatnya tanggal 31 Desember tahun anggaran
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NO 13 TAHUN 2010 TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN FUNGSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TERHADAP TINDAK LANJUT
HASIL PEMERIKSAAN BADAN PEMERIKSAAN KEUANGAN BAB I
KETENTUAN UMUM Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan:
1. Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan adalah kegiatan identifikasi
masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen, obyektif,
dan profesional oleh Auditor BPK berdasarkan standar pemeriksaan, untuk
menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi
mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
2. Badan Pemeriksa Keuangan, selanjutnya disingkat BPK, adalah lembaga
negara yang bertugas memeriksa pengelolaan dan pertanggungjawaban
keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, selanjutnya disingkat DPRD, adalah
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana dimaksud dalam
4. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
5. Pengawasan DPRD adalah pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan
daerah dan anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi/kabupaten/kota.
6. Hasil Pemeriksaan BPK adalah hasil identifikasi masalah, analisis, dan
evaluasi atas pengelolaan keuangan negara yang dituangkan dalam bentuk
Laporan Hasil Pemeriksaan BPK.
7. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK adalah tindak lanjut yang harus
dilakukan oleh Pemerintah Daerah untuk memenuhi kewajiban seperti yang
dituangkan dalam rekomendasi Laporan Hasil Pemeriksaan BPK.
8. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah
perangkat daerah pada Pemerintah Daerah selaku pelaksana urusan
pemerintahan di daerah.
9. Fungsi Pengawasan DPRD adalah pengawasan terhadap Pemerintah Daerah
yang bersifat pengawasan kebijakan dan bukan pengawasan teknis.
10. Panitia Kerja adalah alat kelengkapan DPRD yang diberi tugas untuk
menindaklanjuti laporan hasil pemeriksaan BPK.
BAB II
TINDAK LANJUT LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BPK OLEH DPRD Pasal 2
(2) Laporan Hasil Pemeriksaan BPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. laporan hasil pemeriksaan keuangan;
b. laporan hasil pemeriksaan kinerja; dan
c. laporan hasil pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
(3) DPRD meminta pemerintah daerah untuk menindaklanjuti laporan hasil
pemeriksaan BPK.
(4) DPRD dapat meminta laporan pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan
BPK dari Pemerintah Daerah.
Pasal 3
Laporan Hasil Pemeriksaan BPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2)
huruf a dapat berupa:
a. opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion); b. opini wajar dengan pengecualian (qualified opinion); c. opini tidak wajar (adversed opinion); atau
d. pernyataan menolak memberikan opini (disclaimer of opinion). Pasal 4
(1) DPRD meminta kepada BPK Laporan Hasil Pemeriksaan yang diterima
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) telah dikonfirmasikan kepada
(2) Dalam hal BPK belum melakukan konfirmasi atas Laporan Hasil
Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) DPRD dapat mendorong
agar BPK melakukan konfirmasi kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah.
Pasal 5
(1) DPRD melakukan pembahasan atas laporan hasil pemeriksaan BPK
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dalam rapat panitia kerja.
(2) Pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
ketentuan:
a. Laporan hasil pemeriksaan keuangan dengan opini sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 huruf b, huruf c dan huruf d.
b. Laporan hasil pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
Pasal 6
Pembahasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dilaksanakan dengan tahap
sebagai berikut:
a. Pembahasan atas laporan hasil pemeriksaan BPK dilakukan oleh DPRD paling
lambat 2 (dua) minggu setelah menerima laporan hasil pemeriksaan BPK.
b. Pembahasan oleh DPRD diselesaikan dalam waktu paling lambat 1 (satu)
minggu.
c. Dalam pelaksanaan pembahasan, DPRD dapat melakukan konsultasi dengan
BPK.
d. Pimpinan DPRD mengagendakan dalam pembahasan Sidang Paripurna
e. Laporan hasil pembahasan sebagaimana dimaksud pada huruf d, dapat berisi
usulan:
1) Meminta BPK untuk memberikan penjelasan kepada DPRD atas laporan
hasil pemeriksaan BPK, dalam hal menemukan ketidakjelasan atas aspek
tertentu dan/atau temuan di satuan kerja tertentu yang tertuang dalam
laporan hasil pemeriksaan BPK; dan
2) Meminta BPK untuk melakukan pemeriksaan lanjutan, dalam hal
menemukan aspek-aspek tertentu dan/atau temuan di satuan kerja tertentu
yang tertuang dalam laporan hasil pemeriksaan BPK yang memerlukan
pendalaman lebih lanjut.
Pasal 7
(3) DPRD melakukan pengawasan terhadap Pemerintah Daerah atas pelaksanaan
tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK.
(4) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. pengawasan terhadap tindak lanjut hasil pemeriksaan keuangan;
b. pengawasan terhadap tindak lanjut hasil pemeriksaan kinerja; dan
c. pengawasan terhadap tindak lanjut hasil pemeriksaan dengan tujuan
tertentu.
Pasal 8
(1) Pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dapat
dilakukan melalui koordinasi dengan tim tindak lanjut laporan hasil
(2) Tim Tindak Lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. Wakil Gubernur/Wakil Bupati/Wakil Walikota selaku penanggungjawab;
b. Inspektur Propinsi/Kabupaten/Kota selaku sekretaris; dan
c. Para Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait selaku
anggota.
Pasal 9
DPRD melakukan monitoring kepada Pemerintah Daerah atas pelaksanaan tindak
lanjut laporan hasil pemeriksaan.
Pasal 10
(1) DPRD dapat memberikan dorongan kepada Pemerintah Daerah untuk
mempertahankan kualitas opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) dalam penyelenggaraan pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a.
(2) DPRD dapat melakukan pengawasan dan monitoring kepada pemerintah
daerah untuk mendorong temuan ataupun rekomendasi dikoreksi opini wajar
dengan pengecualian (qualified opinion) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b.
(3) DPRD dapat mengusulkan kepada Kepala Daerah untuk menegur,
dengan tingkat, berat ringan dan sifat temuan opini tidak wajar (adversed opinion) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c.
(4) DPRD dapat meminta keterangan dari BPK dan keterangan dan/atau
klarifikasi dari pemerintah daerah terkait pernyataan menolak memberikan
opini (disclaimer of opinion) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf d.
BAB III
TINDAK LANJUT LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BPK OLEH PEMERINTAH DAERAH
Pasal 11
Pemerintah Daerah menindaklanjuti laporan hasil pemeriksaan BPK yang tidak
dimintakan penjelasan dan/atau tidak dimintakan pemeriksaan lanjutan oleh
DPRD kepada BPK dengan membentuk Tim Tindak Lanjut.
Pasal 12
Pemerintah daerah melaporkan hasil pelaksanaan tindak lanjut Laporan Hasil
Pemeriksaan BPK kepada:
a. BPK; dan
3.3.3 Tujuan Standar Laporan Realisasi Anggaran
Tujuan standar Laporan Realisasi Anggaran adalah menetapkan
dasar-dasar penyajian Laporan Realisasi Anggaran untuk pemerintah dalam rangka
memenuhi tujuan akuntabilitas sebagaimana ditetapkan oleh peraturan
perundang-undangan.
Tujuan pelaporan realisasi anggaran adalah memberikan informasi
tentang realisasi dan anggaran entitas pelaporan secara tersanding. Penyandingan
antara anggaran dan realisasinya menunjukkan tingkat ketercapaian target-target
yang telah disepakati antara legislatif dan eksekutif sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
3.3.4 Manfaat Informasi Realisasi Anggaran
1. Laporan Realisasi Anggaran menyediakan informasi mengenai realisasi
pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit, dan pembiayaan dari suatu
entitas pelaporan yang masing-masing diperbandingkan dengan
anggarannya. Informasi tersebut berguna bagi para pengguna laporan
dalam mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya
ekonomi, akuntabilitas dan ketaatan entitas pelaporan terhadap anggaran
dengan:
a. menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan
penggunaan sumber daya ekonomi;
b. menyediakan informasi mengenai realisasi anggaran secara
pemerintah dalam hal efisiensi dan efektivitas penggunaan
anggaran.
2. Laporan Realisasi Anggaran menyediakan informasi yang berguna dalam
memprediksi sumber daya ekonomi yang akan diterima untuk mendanai
kegiatan pemerintah pusat dan daerah dalam periode mendatang dengan
cara menyajikan laporan secara komparatif. Laporan Realisasi Anggaran
dapat menyediakan informasi kepada para pengguna laporan tentang
indikasi perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomi:
a. telah dilaksanakan secara efisien, efektif, dan hemat;
b. telah dilaksanakan sesuai dengan anggarannya (APBN/APBD); dan
c. telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
3.3.5 Periode Pelaporan
Laporan Realisasi Anggaran disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam
setahun. Dalam situasi tertentu tanggal laporan suatu entitas berubah dan Laporan
Realisasi Anggaran tahunan disajikan dengan suatu periode yang lebih panjang
atau pendek dari satu tahun, entitas mengungkapkan informasi sebagai berikut:
a. alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu tahun;
b. fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif dalam Laporan Realisasi
Anggaran dan catatan-catatan terkait tidak dapat diperbandingkan.
3.3.6 Penjelasan Pos-pos Realisasi Anggaran Pemprov Jabar